You are on page 1of 8

LAPORAN MODERATOR

UAS SEMESTER GANJIL


Mata Kuliah
Dosen

: Perubahan Konflik Sosial


: Dr. Umaimah Wahid, M.Si

Nama Mahasiswa
NIM

: Muhajir Syamsu
: 1571600723

Moderator .... (dibaca aja) Sekalian Membuka Topik Makalah...


Penertiban sejumlah warung di Serang yang buka di siang hari Ramadhan tibatiba menjadi berita yang menggemparkan setelah tersebar video Saenih
menangis saat dagangannya disita Satpol PP. Yang menarik, ada 10 fakta yang
perlu diketahui agar tidak terhasut oleh media dan pihak yang memanfaatkan
kasus tersebut untuk menghantam Perda Syariah dan menyudutkan Islam:
1.
Saenih hanya lulusan SD dan tidak bisa membaca
2.
Karena tidak bisa membaca, Saenih mengaku tidak mengetahui adanya
larangan berjualan di siang hari meskipun edaran telah ditempel di depan
rumahnya
3.
Satpol PP tidak bisa disalahkan karena melakukan tugasnya menegakkan
Perda, namun caranya yang keliru karena menyita dagangan
4.
Karena penertiban tersebut, Saeni mendapatkan banyak bantuan,
termasuk dari Presiden Jokowi sebesar Rp 10 juta
5.
Terkumpul donasi Rp 265.534.758 melalui akun Twitter @dwikaputra
6.
Saenih akan menutup total warungnya selama Ramadhan jika donasi dari
netizen tersebut telah diterimanya
7.
Saenih sampai siang tadi masih membuka warungnya
8.
Kasus Saenih telah diberitakan dengan framing yang tendensius.
Misalnya dalam judul "Cerita Pilu Penjual Nasi Saeni dan Kritik Atas
Intoleransi", "Polemik Razia Warung Nasi, Pantaskah Serang Dilabeli
Kota Islami?" dan sejenisnya. Hingga dibandingkan dengan kebijakan
Ahok yang tidak mempermasalahkan warung buka di siang hari.
9.
Tokoh-tokoh dan aktifis liberal juga memanfaatkan kasus ini dengan
getol membela agar warung tetap buka di siang hari Ramadhan dan
menyerukan menghormati orang yang tidak berpuasa. Padahal sewaktu
ada penggusuran ratusan rumah, warung, dan tempat usaha di dekat
kampung tua Islam di Jakarta mereka tidak bersuara.
10. Ujung-ujungnya, beberapa media nasional dan tokoh liberal mengarahkan
serangannya untuk mengebiri perda-perda syariah.

Ada beberapa narasumber yang kita hadir kan di kesempatan ini...mungkin


nanti kita bisa mendengar dari mereka-mereka ini ....:
Setiap perwakilan memperkenalkan diri masing2 ...mewakili apa ..latar
belakang nya apa..
Muhajir Syamsu ..
Moderator
Sandy alias KORNET TUMIS (Koordinator Nitizen bersatu Menangani Isu
sosial) dari Netizen
Ibu Lisa alias........................................mewakili dari Pemerintah Pusat
Agus alias ............................................
mewakili dari Satpol PP
Mei ..pemeran dari Ibu Saeni
Helmi alias Pa Muni Menyanyi (Paguyuban Komunitas Media penyiaran
Indonesia) dari Media
Surya alias IKAN MAS PEPES (Ikatan Masyarakat Peduli Permasalahan Kota
Serang ) masyarakat setempat
Cahyo alias .........................................
mewakili Pemda Serang
Setelah mereka memperkenalkan diri masing-masing...balik
moderator...
Menanyakan ke nara sumber...(Terserah) mau tanya ke mana dulu...

lagi

ke

Mungkin anda sudah mengetahui berita terbaru seputar kasus seorang ibu
pedagang warteg di Serang yang menjadi berita heboh karena dagangannya
diambil Satpol PP ketika mengadakan razia
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/samuelhenry/kekuatan-netizen-dikasus-warteg-serang_575c50b3cd9273a40588d014
Kekuatan Sosial Media
Gerakan donasi ini sekali lagi menunjukkan bahwa media sosial seperti Twitter
mampu menjadi wadah bagi netizen dalam mengumpulkan empati dan gerakan
sosial terhadap satu isu yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Jika selama
ini kita lebih terbiasa dan aktif bergerak dengan gosip serta isu politik, kini kita
bisa melihat satu aspek lain yaitu aspek sosial dan humanis yang bisa
menggetarkan
nurani
banyak
orang.
Netizen: Politik atau Nurani?
Yang menarik dari gerakan donasi ini adalah, apakah donasi yang dikumpulkan
ini bisa dikatakan sebagai gerakan murni berdasarkan empati dan simpati? Atau
akan bergeser dengan sendirinya ke ranah politik? Saya kira pendapat ini tidak
asal muncul di benak kita jika melihat berbagai kasus media sosial lainnya
seperti kasus Teman Ahok, Ahmad Dhani & Ratna Sarumpaet, dsb. Selalu ada

pro dan kontra untuk setiap isu sosial, apalagi bila menyangkut isu SARA
seperti pada kasus warteg diatas

Sabtu, 18 Juni 2016 , 19:53:00


Pedas! Mantan Ketua KPK Kritik Bu Saeni Pemilik Warteg
Mantan Ketua KPK Taufiequrachman Ruki menolak rencana penghapusan
Perda No 2 tahun 2010 tentang pencegahan, pemberantasan, dan
penanggulangan penyakit masyarakat. Menurut Ruki, warung Saeni seharusnya
taat pada aturan yang sudah ditetapkan pemerintah. Dia sudah lama membuka
warung itu mestinya tau lah aturan sebelumnya seperti apa, ujarnya seperti
dilansir bantenpos.co (Jawa Pos Group).
Pria yang pernah menjadi Komisaris PT Krakatau Steel itu menambahkan,
kasus Saeni lebih berbau politis. Ada muatan untuk menghilangkan citra Banten
yang sedari dulu dikenal Islami dan toleran.

Rabu, 15 Juni 2016


TANGGAPAN PUBLIK Atas Pembatalan Perda Oleh Jokowi
Pemerintah telah membatalkan 3.143 Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan
Kepala Daerah (Perkada). Selain Perda terkait investasi dan iklim usaha,
sejumlah Perda yang berisi anjuran moralitas juga tak luput dari pembatalan. Di
poin terakhir ini, kini yang menjadi sorotan publik
Tanggapan netizen juga tak kalah menarik.
Netizen dengan nama pengguna @Haries72gar menuliskan bahwa negeri ini
kian dihabisi.
"Yang pesta kaum liberalis, kapitalis dan komunis," tulis Haries tajam.

Haries pun keberatan jika perda yang dibatalkan tersebut dinilai bertentangan
dengan konstitusi.
"Perda itu hasil musyawarah para perwakilan rakyat. Letak langgar
konstitusinya di mana?:m tanyanya lagi.
Mencermati perda yang dibatalkan oleh Jokowi adalah perda-perda yang
berkaitan dengan syariat Islam, Haries menegaskan, jangan asal main cabut
perda.
"Kalau alergi dengan kata-kata syariat, jangan yang dihapus perdanya. Toh pada
umumnya, Perda-Perda Islami tak buat judul Perda Syariat,"tandasnya.
Netizen lain menegaskan bahwa kasus Satpol PP ini hanya dijadikan alasan bagi
kelompok tertentu untuk menyudutkan umat Islam.
"Karena agama mereka bukan itu.. Jadi Islam harus ikut aturan mreka. ,Secara
tidak langsung sangat jelas misi mereka. Kasus satpol hanya alasan," tulis
Iskandar, pemilik akun @kandargalang.
Pemilik akun @susi)raharjo ikut mencermati langkah Jokowi ini. Ia bahkan
lebih objektif dengan tak menyangkutkan pembatalan perda semata karena
agama.
"Apa urusannya coba orang pusat hapus-hapus Perda orang daerah. udah
SDAnya diambilin, perda pun diusilin juga," tulis Susi.
Jurnalis senior Edy Ahmad Effendi juga menyatakan kebingungannya akan
penghapusan perda oleh pemerintah pusat.
"Perda Kab Bengkulu, Perda No. 05 Tahun 2014. Tentang Wajib Baca Al Quran
bagi Siswa dan Calon Pengantin. Saya bingung, kok perda ini dihapus?",
tanyanya melalui akun @eae18.
Lain lagi tanggapan I Wayan Suarjaya, seorang anggota TNI dari Bali yang
memahami keberatan penghapusan perda yang berisi sejumlah peraturan terkait
agama tertentu,
"Saya bisa bayangkan.. Kalau saat Nyepi di Bali lalu ada yang berisik pun, kami
akan marah," terang pria beragama Hindu ini.
Pun, lanjutnya, bagi daerah dengan kelompok masyarakat yang didominasi

agama Kristiani, seperti di Papua, dan beberapa daerah di Indoesia Timur


lainnya, tentu akan tersinggung bila ada perda yang diaggap baik untuk
perkembangan agama mereka dicabut atau dibatalkan.
"Jangan memandang kasus ini dari sisi agama Anda. Cobalah bertoleransi
dengan memandang dari sisi agama mayoritas," tutupnya bijak.
Dalam Kasus Saeni, Eksekusi Perda Dinilai Mendagri Berlebihan
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengaku belum melihat Surat Edaran
Pemerintah Serang, Banten, yang mengatur larangan warung buka pada siang
hari selama bulan suci Ramadhan sebelum pukul 16.00 WIB.
Makin Panas, Buntut Kasus "Saeni", Ulama Dukung Pemkot Serang
Lawan Pemerintah Pusat
pertama, menuntut pemerintah pusat untuk menghentikan pencabutan perda
bernuasa Islam di seluruh Indonesia.
Kedua, menuntut presiden sebagai kepala negara untuk menghormati syariat
Islam, kearifan lokal, dan kebijakan pemerintah daerah dalam menyikapi
persoalan ketertiban masyarakat.
Ketiga, memberikan dukungan kepada DPRD dan Pemkot Serang untuk
mengabaikan atau melawan upaya pemerintah pusat.
Keempat, mendesak wali kota Serang untuk terus menindak warga yang
melanggar hukum dan peraturan yang berlaku di daerah.
Poin kelima, menuntut Dewan Pers untuk melakukan investigasi terhadap
Kompas TV atau media yang menciptakan opini sesat. Terakhir, menyerukan
umat Islam bersatu membentuk koalisi nasional penyelematan moral bangsa.
Menurutnya, kasus Saeni yang dibesar-besarkan telah menyakiti masyuarakat
Serang dan para ulama Banten. Kasus Mbok Saeni cukup menyakitkan, apalagi
dia orang kaya, punya tiga warung, rumah gedong, mobil tapi pura-pura miskin.
Ironisnya, suaminya bandar togel. Jadi jangan lagi kita terkelabuhi, juga
presiden kita yang sudah terkelabui dengan memberikan sumbangan, katanya.

Wali Kota Serang: Razia Warteg Ibu Saeni oleh Satpol PP Salah
Prosedur

Razia rumah makan atau warung tegal (warteg) milik ibu Saeni (53) atau sering
disapa ibu Eni, oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota
Serang dengan alasan menegakkan peraturan daerah (perda) melarang rumah
makan buka siang hari selama Ramadan, dinilai telah terjadi salah prosedur.
Kesalahan itu terletak pada tindakan petugas Satpol PP yang menyita makanan
milik ibu Saeni.
Wali Kota Serang, Tubagus Haerul Jaman mengaku menyesalkan insiden
penertiban warung makan milik ibu Saeni yang dilakukan anggota Satpol PP
Jumat (10/6) lalu. Menurutnya, tindakan itu telah menyalahi prosedur aturan
karena petugas mengangkut barang dagangan milik wanita tua tersebut.
Seharusnya kan ditegur saja. Tidak perlu menyita makanan seperti itu. Ada
kesalahan prosedur yang dilakukan oleh pihak Satpol PP, ujarnya, di Serang,

Saeni Banjir Bantuan, Ulama Kota Serang Tersinggung

Kamis, 16 Juni 2016 - 17:31 wib


FPI Geruduk Kantor Kompas Terkait Pemberitaan Saeni
Front Pembela Islam (FPI) mendatangi kantor redaksi Kompas Group di Jalan
Palmerah Selatan, Jakarta Barat, untuk meminta klarifikasi terkait
pemberitaan Kompas TV yang dianggap berlebihan soal kasus razia warung
makan Tegal (warteg) di Serang, Banten beberapa hari lalu.
"Kami ke sini ingin menyampaikan opini kami soal peraturan daerah (perda)
pada saat Kompas memberitakan soal warteg di Serang itu sepertinya
menggiring opini publik tentang pelanggaran razia," kata juru bicara FPI,
Munarman di ruang Humas Kompas Group, Kamis (16/6/2016).
Menurutnya, pemberitaan Kompas TV terkait razia warung makan milik Saeni
(53) oleh Satuan Pamong Praja (Satpol PP) di Serang menyudutkan syariat
Islam. Jika mau memberitakan tolong dijaga pemberitaannya jangan

menyinggung, sebutnya. FPI menilai, Kompas TV telah memberitakan secara


berlebihan terkait pengawasan perda di Serang yang mengatur jam buka warung
makan selama bulan Ramadan.

Kesimpulan

4 Pelajaran Super Penting dari Kasus Razia Warteg Ibu Saeni


Sebelum menjalankan usaha, perhatikan peraturan yang
berlaku
Untuk urusan ini, kita mau nyorotin ibu Saeni dan wartegnya yang
tampaknya memang melanggar Perda setempat. Ada baiknya ibu
Saeni memahami dulu perda yang ada sebelum membuka
usahanya. Entah, apakah ibu Saeni tahu perda tersebut atau tidak.
Tentu bakalan lain ceritanya kalau ibu Saeni ngikutin perda dan baru
buka jam 16.00 WIB menjelang buka puasa.

Kita bisa lebih santun kok


Nah, untuk yang ini, kita mau nyorotin cara para petugas Satpol PP
menyita semua dagangan ibu Saeni. Kamu pasti lihat di tv, gimana
para petugas membungkus semua masakan di warteg itu tanpa
ampun. Apakah memang harus seperti itu? Kalau ada cara yang
lebih santun dan halus, ibu Saeni mungkin nggak perlu menangis,
bahkan jatuh sakit karena merasa terpukul atas kejadian ini.

Jangan gampang berpikiran negative


Nah, ini dia nih yang masih agak susah disembuhin: berpikiran
negatif. Begitu berita soal razia warteg ibu Saeni muncul, langsung
deh netizen ramai-ramai menghujat para oknum Satpol PP yang
ngelakuin razia. Banyak juga yang menuding, masakan yang disita
dijadiin menu buka puasa sama para Satpol PP. Aduh, kok kita jadi
semudah itu sih memfitnah orang. Apakah mereka sehina itu. Belum
tentu tudingan itu benar. Apalagi, pasti ada lah, sebagian anggota

Satpol PP yang ngejalanin puasa. Masa sih, mereka senekat itu,


berbuka puasa dengan masakan hasil sitaan? Hadeh... be smart,
people

Bersatu kita kuat dan bisa ngelakuin apa aja


Insiden ini juga sekali lagi menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia ini sebenarnya kuat dan bisa menyelesaikan banyak
masalah-masalah kalau bersatu. Iya nggak? ketika tahu ada seorang
ibu yang menderita, orang-orang nggak ragu ngeluarin dana buat
ngebantu. Nggak nanggung-nanggung, dana yang terkumpul
sampai ratusan juta cuma dalam dua hari! Coba, kalau
penggalangan dana serupa juga dilakuin untuk banyak hal lain yang
dinilai perlu dan memerlukan kepedulian bersama. Contohnya nih,
ngumpulin duit buat mbenerin sekolah rusak atau apa gitu.

You might also like