Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Drg. Miza Sulasmi
19810327 200803 2001
PUSKESMAS KURANJI
PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan berjudul DISLOKASI SENDI
TEMPOROMANDIBULAR.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
a. Anatomi
Temporomandibular joint menghubungkan rahang bawah (mandibula) ke tulang pada
sisi kepala (tulang temporal). Karena sendi-sendi ini bersifat fleksibel, rahang dapat
bergerak naik, turun, dan ke samping secara halus. Sendi ini juga memungkinkan kita
untuk bicara, mengunyah, dan menguap. Otot-otot menempel dan mengelilingi sendi
rahang, mempertahankan posisi dan pergerakannya.1
Ketika kita membuka mulut, ujung yang bulat dari rahang bawah (kondilus), bergerak
meluncur sepanjang fossa sendi pada tulang temporal. Kondilus akan kembali ke
posisi semula ketika kita mengatupkan mulut. Agar gerakan tetap halus, terdapat
diskus yang lunak di antara kondilus dan tulang temporal. Diskus ini meredam
kejutan (shockbreaker) sendi rahang akibat mengunyah dan pergerakan lain.1
Temporomandibular joint berbeda dengan sendi-sendi lain dalam tubuh manusia.
Kombinasi gerakan meluncur ke satu arah (hinge and sliding motions) membuat sendi
ini merupakan sendi yang paling rumit di dalam tubuh. Selain itu, jaringan yang
membentuk TMJ juga berbeda dengan sendi-sendi lain yang menahan bebean tubuh,
seperi sendi lutut atau pinggul. Karena pergerakannya yang kompleks dan unik, sendi
rahang dan otot-otot yang mengendalikannya dapat menyulitkan baik untuk pasien
maupun dokter ketika bermasalah.1
Anatomi Fungsional
Mekanika Pergerakan Mandibula
Pergerakan mandibula merupakan hal yang kompleks. Hal ini merupakan gabungan
dari rotasi dan translasi yang terjadi secara tiga dimensi. Untuk dapat mengerti dengan
baik kompleksitas pergerakan ini, perlu kiranya mempelajari pergerakan yang terjadi
pada sendi temporomandibular secara tersendiri.
Tipe Pergerakan
Terjadi dua jenis pergerakan dalam sendi temporomandibular (TMJ). Dua jenis
pergerakan ini adalah rotasi dan translasi.
a. Pergerakan rotasi
Dalam sistem mastikasi rotasi terjadi ketika mulut membuka dan menutup pada titik
atau sumbu yang tetap dalam kondilus. Dengan kata lain gigi terpisah dan dapat
teroklusi kembali tanpa adanya perubahan posisi dari kondilus.
Pada sendi temporomandibular, rotasi terjadi sebagai pergerakan dalam kavitas
inferior sendi. Dengan demikian rotasi adalah pergerakan anatara permukaan superior
kondilus dengan permukaan inferior dari diskus artikularis. Pergerakan rotasi dari
mandibula dapat terjadi pada tiga bidang yaitu horizontal, frontal, dan sagital. Pada
setiap bidang hal ini terjadi pada sebuah sumbu yang akan dijelaskan pada masingmasing pembahasan.
Aksis horizontal dari rotasi
Pergerakan mandibula di sekitar aksis horizontal adalah pergerakan membuka dan
menutup mulut. Pergerakan ini disebut sebagai hinge movement dan merupakan satusatunya yang masih dianggap sebagai pergerakan rotasi murni.
b. Pergerakan Translasi
Translasi dapat didefinisikan sebagai pergerakan dimana setiap titik dari objek yang
bergerak secara simultan mempunyai kecepatan dan arah yang sama. Pada sistem
mastikasi, translasi terjadi ketika mandibula bergerak maju seperti pada protrusi. Baik
gigi, kondiulus dan ramus semuanya bergerak pada arah yang sama ke derajat yang
sama.
Translasi terjadi pada kavitas superior dari sendi, di antara permukaan superior diskus
artikularis dan permukaan inferior dari fosa artikularis. (antara kompleks diskus
kondilus dan fosa artikularis)
Selama pergerakan normal dari mandibula, baik rotasi dan translasi terjadi secara
simultan. Dengan kata lain, ketika mandibula berotasi pada satu atau lebih aksis,
setiap aksis bertranslasi (berubah orientasinya)
Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior terhadap
fossa articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi akibat
interupsi pada sekuens normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka
dengan ekstrim. Muskulus masseter dan temporalis mengangkat mandibula
sebelum muskulus pterygoid lateral berelaksasi, mengakibatkan condylus
mandibularis tertarik ke anterior ke tonjolan tulang dan keluar dari fossa
temporalis. Spasme muskulus masseter, temporalis, dan pterygoid menyebabkan
trismus dan menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa temporalis. Dislokasi
jenis ini dapat unilateral atau bilateral. Dislokasi tersebut dibedakan menjadi akut,
kronik rekuren, atau kronik. 3,4
- Dislokasi akut terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun biasanya
disebabkan oleh pembukaan mulut yang berlebihan seperti menguap, anestesi
umum, ekstraksi gigi, muntah, atau kejang. Dislokasi anterior juga dapat terjadi
setelah prosedur endoskopik.
- Dislokasi kronik akut disebabkan oleh mekanisme yang sama pada pasien
dengan faktor risiko seperti fossa mandibularis yang dangkal (kongenital),
kehilangan kapsul sendi akibat riwayat disloasi sebelumnya, atau sindrom
hipermobilitas.
- Dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak ditangani sehingga
condylus tetap berada dalam posisinya yang salah dalam waktu lama. Biasanya
dibutuhkan reduksi terbuka.
- Dislokasi posterior biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu.
Condylus mandibularis tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada meatus
acusticus externum akibat condylus dapat terjadi pada dislokasi tipe ini.
- Dislokasi superior terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang sedang
berada dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi predisposisi
pergeseran condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan kelumpuhan
nervus fasialis, kontusio serebri, atau gangguan pendengaran.
- Dislokasi lateral biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus bergeser ke
arah lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada permukaan temporal
kepala.
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko dislokasi TMJ, antara lain: 3,4
- Fossa mandibularis yang dangkal
- Condylus yang kurang berkembang sempurna
- Ligamen TMJ yang longgar
BAB II
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis kronologis dan komprehensif dan pemeriksaan fisik
pasien, meliputi anamnesis dan pemeriksaan gigi, penting untuk
mendiagnosis kondisi kondisi spesifik untuk menentukan
pemeriksaan lebih lanjut, jika ada, dan untuk memberikan terapi
spesifik. 5
a. Pasien mungkin memiliki riwayat penggunaan komputer
berlebihan (dihubungkan dengan terjadinya gangguan TMJ)
b. Satu pertiga pasien memiliki riwayat masalah psikiatri
c. Pasien mungkin memiliki riwayat trauma fasial, perawatan gigi
yang buruk, dan atau stress emosional.
d. Pasien dengan gangguan makan kronik menyebabkan
prevalensi tinggi gangguan TMJ.
e. Banyak pasien dengan gangguan TMJ juga mengalami nyeri
leher dan bahu.
f. Dokter sebaiknya menanyakan tentang clenching di siang
hari atau malam hari. Clenching di siang hari memiliki
asosiasi yang kuat dengan dislokasi TMJ dibandingkan dengan
bruksisme malam hari.
g. Pasien akan mengeluhkan gejala berikut: 5
Nyeri: nyeri biasanya periaurikuler, dihubungkan dengan
mengunyah, dan menyebar ke kepala tetapi tidak seperti
sakit kepala. Mungkin unilateral pada sisi dislokasi TMJ,
kecuali pada rheumatoid arthritis. Nyeri: biasanya sering
dideskripsikan sebagai nyeri yang dalam disertai dengan
Pemeriksaan Fisik5
a. Observasi
Postur kepala saat menghadap ke depan (dapat menunjukkan dislokasi
kondilus posterior)
Maloklusi rahang, gigi abnormal, dan gigi yang copot
Ketegangan otot atau spasme otot leher ipsilateral
b. Pemeriksaan
Rentang gerakan sendi. Pemeriksa memeriksa pembukaan
dan penutupan rahang serta deviasi lateral bilateral.
Rentang normal gerakan untuk pembukaan mulut adalah 5
cm dan gerakan lateral mandibula adalah 1 cm. Pasien
sering mengurangi pembukaan mulut.
Palpasi: Palpasi terbaik TMJ adalah lateral sebagai lekukan tepat di bawah
sudut zigomatikum, 1-2 cm di depan tragus. Aspek posterior sendi
dipalpasi melalui kanal auditori eksternal. Sendi sebaiknya dipalpasi baik
pada posisi terbuka maupun tertutup dan baik lateral maupun posterior.
Saat palpasi, pemeriksa sebaiknya merasakan spasme otot, konsistensi otot
atau sendi, dan bunti sendi. Otot yang dipalpasi sebagai bagian dari
pemeriksaan TMJ lengkap yaitu masseter, temporalis, pterygoid medial,
pterygoid lateral, dan sternokleidomastoid. Pada disfungsi dan nyeri
BAB III
TATALAKSANA & KOMPLIKASI
Memutuskan terapi yang tepat9,10
Sampai saat ini masih belum ada panduan yang disetujui untuk mendiagnosis kelainan
temporomandibular, begitu pulat erapi yang terbaik. Kebanyakan ahli setuju, terapi
konservatif, non-bedah adalah langkah yang tepat untuk memulai. Pembedahan dan
terapi invasive lain, seperti injeksi dapan menyebabkan masalah dan digunakan
sebagai langkar terakhir. Kelainan TM biasanya sementara dan tidak memburuk. Pada
pasien pasien ini, gejala dapat dikurangi dengan terapi tunggal yang dapat dilakukan
di rumah. Kadang gejala menghilang tanpa dilakukan terapi sama sekali atau kambuh
kembali.
Adapun terapi yang dianjurkan adalah:
Makanan lunak
Dengan memakan makanan yang tidak perlu banyak dikunya, rahang termasuk
sendi temporomandibular dan otot pengunyahah- mendapatkan kesempatan untuk
beristirahat dan sembuh. 9,10,11
Makanan seperti berikut sebaiknya dihindari: 9,10,11
Makanan besar atau tebal yang perlu membuka mulut dengan lebar
Lengket
Keras, atau renyah
Bila mungkin, makanan dipotong potong menjadi kecil sehingga mudah dikunyah,
makan yang terbaik adalah makanan yang lunak dan hanya perlu sedikit dikunyah,
misalnya:
Yogurt
Soup
Ikan
Pada beberapa orang, gejala menghilang setelah dua atau tiga minggu diet makanan
lunak.
Kompres es, latihan dan kompres hangat9,10,11
Dengan mengompres sisi wajah + akan melemaskan otot otot yang menyebabkan
spasme, kemudian dilanjutkan dengan latihan peregangan seperti:
Meletakkan ibu jari kiri di bawah gidepan rahang atas
Letakkan Jari telunjuk dan tengah kanan di atas gigi depan rahang bawah
Secara perlahan, tarik rahang dengan menggunakan tangan.
Bila perlu, pasien dapat dianjurkan berkonsultasi kepada terapis fisik. Rutinitas ini
kemudian diakhiri dengan menempelkan handuk hangat atau kain basah ke sisi wajah
+ 5 menit, latihan ioni sebaiknya dilakukan beberapa kali dalam sehari. 9,10,11
Obat Obatan
Obat yang dapat diberikan antara lain:
Splint Splint yang dipakai didesain untuk seluruh gigi dan ditujukan untuk
mencegah gigi atas dan bawah menyatu sehingga menyulitkan pasien mengatupkan
rahangnya. Kerja splint adalah dengan mengambil tekanan sendi dan otot rahang
sehingga memberikan kesempatan untuk beristirahat dan menyembuhkan diri.
Pemakaian splint harus sesuai anjuran dokter dan tidak boleh dipakai terlalu lama
karena akan mengubah gigitan. 1,2 Jenis splint yang dapat dipakai adalah anterior
repositioning splint dan autorepositional splints.4 Faktor factor yang mempengaruhi
penyembuhan dengan penggunaan splint diperkirakan adalah perubahan hubungan
oklusal, redistribusi gaya oklusi pada gigitan dan perubahan hubungan structural dan
gaya pada TMJ.12
Terapi
Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan pada tata laksana dislokasi temporomandibular merupakan cara
terakhir yang dipilih setelah terapi non pembedahan lainnya. Terapi pembedahan
bersifat ireversibel dan terkadang menimbulkan rasa sakit bahkan kerusakan rahang.
Tujuan utama dari terapi pembedahan adalah:
Komplikasi
Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau gangguan lain
yang disebabkan oleh TMJ sindrom. 16
Komplikasi dari TMJ dapat berupa:
sakit kepala
Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau gangguan lain
yang disebabkan oleh TMJ sindrom. 17
Arthritis TMJ
Infectious arthritis, traumatic arthritis, osteoarthritis, RA, dan secondary
degenerative arthritis dapat menyebabkan TMJ.
Infectious arthritis
Infeksi pada TMJ dapat disebabkan dari ekstensi langsung dari infeksi yang
berdekatan atau melalui sistem hematogen. Area ini akan inflamasi dan gerakan dari
rahang akan terbatas. X-ray dapat negatif pada stage awal tetapi lama-kelamaan dapat
menggambarkan gambaran destruksi tulang. Jika dicurigai arthritis supuratif, maka
dapat dilakukan aspirasi pada sendi untuk konfirmasi diagnosis dan untuk
mengidentifikasi organisme penyebab. Diagnosis harus cepat untuk mencegah
kerusakan sendi permanent.
Terapi berupa antibiotik, perbaiki status hidrasi, anti nyeri, dan batasi pergerakan
sendi. Penicilin parenteral merupakan obat pilihan utama sampai spesifik bakteri
ditemukan. Jika infeksi sudah teratasi, jaw-opening exercises dapat membantu
mencegah scarring dan keterbatasan gerak. 18
Traumatic arthritis
Jarang. acute injury (contoh: intubasi endotrakeal) dapat menyebabkan arthritis pada
TMJ. Dapat terjadi nyeri, tenderness,dan keterbatasan gerak. Diagnosis berdasarkan
anamnesis. Hasil x-ray negatif, kecuali ketika terjadi intra-articular edema
atauhemoragik yang meluas pada ruang sendi. Terapi berupa NSAIDs, diet makan
lunak dan restriksi dari pergerakan sendi. 18
Osteoarthritis
TMJ dapat terkena, terutama pada usia > 50 tahun. Biasanya pasien mengeluh
kaku,grating, dan mild pain.pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan krepitasi. Sendi
yang terkena pada umumnya bilateral. X-rays dan CT scan dapat menunjukkan
flattening and lipping pada condyle. Terapi berupa simptomatik. 18
Rheumatoid arthritis
Dapat mengenai TMJ > 17% pada dewasa dan pada anak dengan RA, tetapi biasanya
TMJ merupakan sendi terakhir yang terkena. Nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerak
merupakan yang paling serig ditemkan. Pada anak, destruksi condyle mengakibatkan
gangguan pertumbuhan mandibular dan deformitas wajah. Dapat juga terjadi
ankilosis. X-rays biasanya negatif pada stage awal, tetapi lama kelamaan
menunjukkan destruksi tulang., yang mengakibatkan anterior open-bite deformity.
Terapi sama dengan RA pada sendi lain. Pada keadaan akut, dapat diberikan NSAIDs
membatasi gerakan sendi. Night guard atau splint terkadang menbantu. Bedah
diperlukan apabila terjadi ankilosis. 18
Secondary degenerative arthritis
Arthritis tipe ini mengenai usia 20-40 setelah trauma atau dengan persistent
myofascial pain syndrome. Gejala biasanya terbatas saat membuka mulut, unilateral
pain, dan krepitus. Diagnosis berdasarkan x-rays, yang biasanya menunjukkan
condylar flattening, lipping, spurring, or erosion. 18
DAFTAR PUSTAKA
1. National Institute of Dental and Craniofacial Research. TMJ disorders. June 2006.
2. Okeson JP.Management of temporomandibular disorders and occlusion.5th
ed.2003.St.Louis:Mosby p.93-107
3. Mandible dislocation. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/823775.
4. Ugboko VI, Oginni FO, Ajike SO, Olasoji HO, Adebayo ET. Asurvey of
temporomandibular joint dislocation : aetiology, demographics, risk factors and
management in 96 nigerian cases . International journal of oral and maxillofacial
surgery, 2005;34(5):499-502. Diunduh dari: http://cat.inist.fr/?
aModele=afficheN&cpsidt=16863452.
5. Sumber: Ault J, Berman SA. Temporomandibular joint disorder. 2009. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/1143410-diagnosis
6. Dental x-rays. The New Yortk Times [online edition].2009 [cited 2009 may 26].
May 26 available from. http://health.nytimes.com/ health/guides /test / dental-xrays/overview.html
7. Temporomadibular joint disorder. 2008 [cited 2009 may 26] sept 2006. Available
from:
http://medicinenet.com_temporomadibular_joint_disorder/page3.htm#4howare
8. Rao VM, Farole A, Karasik D. Temporomandibular joint dysfunctioncorrelation of
mr imaging, arthrography, and arthroscopy. Vol .174 .1990 [cited 2009 may 26]
march
9. Treatment of Temporomandibular Disorders. Diunduh dari www.colgate.com.
Sitasi tanggal 26 Mei 2009.
10. Treatment of Temporomandibular Disorders. Diunduh dari
http://www.simplestepsdental.com/SS/ihtSS/r.WSIHW/st.28829/t.32766/pr.3.html.
Sitasi tanggal 26 Mei 2009.
11. Temporomandibular Joint Disorders. Diunduh dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Temporomandibular_joint_disorder\. Sitasi tanggal
26 Mei 2009.
12. Temporomandibular Disorders: Treatment and medication. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1143410-treatment. Sitasi tanggal 26 Mei
2009.
13. http://tmj.boomja.com/Complications-of-TMJ-24007.html
14. http://www.wrongdiagnosis.com/t/tmj_syndrome/complic.htm
15. http://www.merck.com/mmpe/sec08/ch097/ch097c.html