You are on page 1of 20

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENGAIRAN
MALANG

LAPORAN TUGAS PENGGANTI UAS

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN


SEMESTER V (GANJIL)
Dosen :
Disusun Oleh :
PRISKA RAMADHANTI P (115060401111023)
No.Absen :
Kelas : A
TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan di mana di dalamnya terdapat
berbagai macam kehidupan yang saling ketergantungan. Lingkungan hidup juga
merupakan penunjang yang sangat penting bagi kelangsungan hidup semua makhluk
hidup yang ada. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan
lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Di indonesia pembangunan nasional disusun atas dasar pembangunan jangka
pendek dan jangka panjang. Keduanya dilaksanakan secara sambung menyambung
untuk dapat menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Pembangunan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan
berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi
sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap
terjamin. Pola pemanfaatan sumberdaya alam seharusnya dapat memberikan akses
kepada segenap masyarakat, bukan terpusat pada beberapa kelompok masyarakat dan
golongan tertentu, dengan demikian pola pemanfaatan sumberdaya alam harus
memberi kesempatan dan peran serta aktif masyarakat, serta memikirkan dampak
dampak yang timbul akibat pemanfaatan sumber daya alam tersebut.
Seringkali pembangunan suatu usaha dibuat dalam porsi ruang lingkup yang
sangat luas tetapi disusun kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat
diananlisis sebagai suatu proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila proyek
dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang layak ditinjau dari segi sosial,
administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Oleh karena itu lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani di karenakan
adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah
mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau degradasi yang terjadi
di berbagai daerah.
Untuk itu di perlukan suatu pemahaman yang cukup dalam menganalisis
mengenai dampak tehadap lingkungan. Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk

dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di


banyak daerah antara lain pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak
memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak
aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan dan pengelolaan hutan
yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunya kemampuan lingkungan yang
disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya dampak negatif,
maka

sejak

tahun

1982

telah

diciptakan

suatu

perencanaan

dengan

mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian digariskan dalam Peraturan


Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Anlisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan disempurnakan
oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No.
27 Tahun 1999 tentan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Pasar PAL merupakan sebuah pasar tradisional yang berlokasi di sekitar Jl Raya
Bogor Mekarsari, Depok. Pasar PAL terdiri dari beberapa kios yang menjual
kebutuhan sehari-hari. Mulai dari perlengkapan pangan dan sandang. lokasi pasar
yang terletak disekitar pemukiman warga memiliki dampak positif, seperti
tersedianya lapangan kerja baru, dan memudahkan warga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Namun dikarenakan kios yang terdapat di pasar PAL memiliki
tata letak yang tidak teratur, sehingga sedikit banyak menimbulkan gangguan lalu
lintas bagi pengendara yang melewati jalan raya tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Umum
2.1.1 Definisi Sumber Daya
Definisi sumber daya menurut UU no 23 tahun 1997 ayat 3 adalah unsur
lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia dan sumber daya alam, baik
hayati maupun non hayati serta sumber daya buatan.
2.1.1.1 Klasifikasi Sumber Daya
Sumber daya dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Asal
Sumber daya alam: sumberdaya yang tersedia di alam
Sumber daya buatan: sumberdaya yang disediakan oleh alam namun sudah
diubah oleh manusia dengan teknologi
b. Sifat
Sumberdaya alam hayati misal flora, fauna
Sumberdaya alam non hayati misal udara, air, tanah
c. Sifat Pemulihan
Sumber daya alam yang terbaharui
Sumber daya alam yang tak terbaharui
Sumber daya alam yang terbaharui dapat menjadi tak terbaharui. Contohnya flora
fauna dapat musnah karena diburu dan habitatnya dirusak.
2.1.2 Definisi Lingkungan
Terdapat dua definisi dari lingkungan, yaitu:
Definisi sederhana: Sekitar,seseorang atau sesuatu
Definisi umum: terdiri dari atmosfer, hidrosfer, litosfer dan biosfer. Adapun
pengertiannya sebagai berikut:
Atmosfer adalah campuran gas yang tersebar luas dari permukaan bumi yang
tersusun dari elemen-elemen bumi yang menjadi gas pada proses pembentukan dan
metamorfosisnya.
Hidrosfer adalah terdiri dari laut, danau dan sungai serta air tanah dangkal yang
berinterflow dengan air permukaan.
Litosfer adalah selimut tanah yang membungkus inti dari bumi.
Biosfer adalah kulit bumi yang tipis yang terbentuk dari atmosfer,
litosfer/permukaan bumi dan hidrosfer dimana ada kehidupan makhluk hidup.
Material di biosfer berbentuk padat, cair dan gas yang mempunyai siklus. Sumber

kehidupan (udara, air dan makanan) berasal dari biosfer. Namun limbah dalam
bentuk padat, cair dan gas juga dibuang ke biosfer.
2.2 AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai dampak besar
dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu
proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek abiotik, biotik dan
kultural.
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah
satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan
hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan
untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau
kegiatan.
Dokumen AMDAL terdiri dari:
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KAAMDAL).
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) .
Tiga dokumen (AMDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai
oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah
rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan
apakah perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak. Dalam pelaksanaannya,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Penentuan

kriteria

wajib

AMDAL

saat

ini,

Indonesia

menggunakan/menerapkan penapisan satu langkah dengan menggunakan


daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar
kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006.

2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib


menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 86 Tahun 2002.
3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai
dengan Permen LH NO. 08/2006.
4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008.
Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan
terhadap lingkungan hidup antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

jumlah manusia yang terkena dampak


luas wilayah persebaran dampak
intensitas dan lamanya dampak berlangsung
banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
sifat kumulatif dampak
berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999, pasal 1 ayat 1, AMDAL (Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.
Sebagai dasar pelaksanaan Audit Lingkungan di Indonesia, telah dikeluarkan
Kepmen LH No. 42/MENLH/11/1994 tentang Prinsip-Prinsip dan Pedoman Umum
Audit Lingkungan. Dalam Lampiran Kepmen LH No. 41/94 tersebut didefinisikan
bahwa:
Audit lingkungan adalah suatu alat pengelolaan yang meliputi evaluasi secara
sistematik terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja
organisasi, sistem pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan memfasilitasi kontrol
pengelolaan terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan
pengkajian kelayakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan
tentang pengelolaan lingkungan.
Audit Lingkungan suatu usaha atau kegiatan merupakan perangkat pengelolaan
yang dilakukan secara internal oleh suatu usaha atau kegiatan sebagai tanggungjawab
pengelolaan dan pemantauan lingkungannya. Audit lingkungan bukan merupakan
pemeriksaan resmi yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan,
melainkan

suatu

usaha

proaktif

yang

diIaksanakan

secara

sadar

untuk

mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang akan timbul sehingga dapat


dilakukan upaya-upaya pencegahannya.

2.3 Prosedur AMDAL


Terdapat empat prosedur dalam penyusunan AMDAL. Prosedur AMDAL terdiri
dari:
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL.
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib
AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun
AMDAL atau tidak.
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.
Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan
Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan
rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut,
menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi
kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.
3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping).
Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses
untuk menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi
ANDAL (proses pelingkupan). Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai
disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi
Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal
untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
oleh

penyusun

untuk

memperbaiki

atau

menyempurnakan

kembali

dokumennya.
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati
(hasil penilaian Komisi AMDAL). Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.
Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan
RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan,
lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari
di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kembali dokumennya.
2.4 Pihak-pihak dalam AMDAL

Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai


dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri
dari

beberapa

dokumen.

Atas

dasar

beberapa

dokumen

ini

kebijakan

dipertimbangkan dan diambil. Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa


suatu rencana usaha atau kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa
dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun
dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di
bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur
dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
1. Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen
AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup,
di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan
hidup

Propinsi,

dan

di

tingkat

Kabupaten/Kota

berkedudukan

di

Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur


pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena
dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan
komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi
Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur
dan Bupati/Walikota.
2. Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat
yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain
sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian
pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang
dipercaya.

3. Masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala


bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi
masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.
2.5 Alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL
Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting, wajib
dibuat AMDAL Hal ini mengacu pada pasal 3 ayat 1 PP 27 tahun 1999 yaitu:
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.
2. Eksploitasi SDA baik yang dapat diperbaharui/tidak dapat diperbaharui.
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
kerusakan, pemerosotan dalam pemanfaatan SDA, cagar budaya.
4. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, jasad renik.
5. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati.
6. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan.
7. Kegiatan yang mempunyai tinggi dan mempengaruhi pertahanan negara.
Meskipun AMDAL secara resmi diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1982,
sebagian besar praktisi mengetahui asal muasal sebenarnya untuk beranjak dari
Peraturan No. 29/19869 yang menciptakan berbagai elemen penting dari proses
AMDAL10. Sepanjang awal era 1990 didirikan suatu badan perlindungan
lingkungan pusat (BAPEDAL) terlepas dari Kementerian Negara Lingkungan,
dengan mandat meningkatkan pelaksanaan.
AMDAL dan kendali atas polusi, didukung oleh tiga kantor daerah. Kajian dan
persetujuan atas berbagai dokumen AMDAL pada saat ini ditangani oleh Komisi
Pusat atau Komisi Daerah, sesuai dengan skala proyek dan sumber pendanaan. Lebih
dari 4000 AMDAL dikaji sampai dengan 1992 dimana menjadi lebih jelas bahwa
berbagai elemen dari proses tersebut terlalu kompleks dan terlalu banyak didasarkan
pada AMDAL gaya barat. Legislasi AMDAL yang baru yang diberlakukan pada
tahun 199311 yang memiliki efek pembenahan atas prosedur penapisan,
mempersingkat jangka waktu pengkajian, dan memperkenalkan status format EMP
yang distandardisasi (UKL/UPL) untuk proyekdengan dampak yang lebih terbatas.
Lebih dari 6000 AMDAL nasional dan propinsi diproses berdasarkan peraturan ini
termasuk sejumlah kecil AMDAL daerah di bawah suatu komisi pusat yang didirikan
di dalam BAPEDAL.

Dengan diundangkannya Undang-undang Pengelolaan Lingkungan yang baru


(No. 23/1997) berbagai reformasi lanjutan atas regulasi AMDAL menjadi perlu.
Peraturan 27/199912 diperkenalkan dengan simplifikasi lebih lanjut. Komisi sektoral
dibubarkan dan dikonsolidasikan ke dalam suatu komisi pusat tunggal, sementara
komisi propinsi diperkuat. Ketentuan yang lebih spesifik dan lengkap atas
keterlibatan publik juga diperkenalkan, sebagaimana halnya juga dengan suatu
rangkaian arahan teknis pendukung. Namun demikian PP 27/1999 ternyata tidak
tepat waktu, gagal untuk secara memadai merefleksikan berbagai perubahan politis
yang pada saat itu lebih luas yang akhirnya mengarah kepada desentralisasi politik
dan administratif. AnalisisMengenai Dampak Lingkungan, yang sering di singkat
dengan

AMDAL,

lahir

dengan

di

undangkannya

undang-undang

tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat,National Environmental Policy


Act (NEPA), pada tahun 1969. NEPA 1969 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
1970. Pasal 102 (2) (C) dalam undang-undang ini menyatakan, semua usulan
legislasi dan aktifitas pemerintah federal yang besar di perkirakan akan mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporanEnvironmental
Impact Assessment (Analisis Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut.
NEPA 1969 merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh
aktifitas manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh
pestisida serta limbah industri dan transpor, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan
langka, serta menurunnya nilai estetika alam. Misalnya, sejak permulaan tahun 1950an Los Angeles di negara bagian Kalifornia, Amerika Serikat, telah terganggu oleh
asap-kabut atau asbut (smog = smoke + fog), yang menyelubungi kota, mengganggu
kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas limbah kendaraan dan pabrik
yang

mengalami

fotooksidasi

dan

terdiri

atas

ozon, peroksiasetil

nitrat (PAN),nitrogenoksida, dan zat lain lagi.


AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah instrumen yang
sifatnya formal dan wajib (control and command) yang merupakan kajian bagi
pembangunan proyek-proyek kegiatan-kegiatan pasal 17a yang kemungkinan akan
menimbulkan dampak besar dari penting terhadap lingkungan hidup.
Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting
adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan oleh

suatu usaha dan atau kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan
bahwa kriteria dari dampak besar dan periting dari suatu usaha atau kegiatan
terhadap lingkungan antara lain:
1.

Jumlah manusia yang akan terkena dampak.

2.

Luas wilayah persebaran dampak.

3.

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.

4.

Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak.

5.

Sifat kumulatif dampak.

6.

Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (ireversible).

Dasar hukum dan prosedur pelaksanaan AMDAL diatur dalam PP No.27 tahun
1999 beserta beberapa KEPMEN yang terkait dan dikeluarkan oleh Kementrian
Negara Lingkungan Hidup. AMDAL dibuat sebelum kegiatan berjalan atau operasi
proyek dilakukan. Karena itu AMDAL merupakan salah satu persyaratan keluarnya
perizinan.

2.6 Evaluasi Dampak


Evaluasi dampak sering diartikan sebagai penilaian terhadap sesuatu perubahan
yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah baik kimia,
fisik maupun biologi.
Dampak dapat dievaluasi secara informal dan formal
Metode Informal
Metode Informal yang sederhana ialah dengan memberi nilai variabel, misalnya
kecil, sedang, dan besar. Cara lain ialah dengan memberi skor, misalnya dari 1 (satu)
sampai 5 (lima) tanpa patokan yang jelas. Namun metode ini tidak memberi
pegangan cara untuk mendapatkan nilai penting dampak. Karena itu disinipun terjadi
fluktuasi yang besar antara anggota tim dan pemberian nilai. Kadar subyektivitas
evaluasi itu tinggi. Misalnya, seorang pejabat Direktorat Jendral Perlindungan Hutan
dan Pelestarian Alam (PHPA) akan cenderung untuk memberikan nilai penting yang
lebih tinggi untuk dampak margasatwa daripada seorang pejabat Direktorat Jenderal
Industri Dasar.

Metode Formal
Metode formal dapat dibedakan dalam:
1. Metode Pembobotan
Dalam sistem ini dampak diberi bobot dengan menggunakan metode yang
ditentukan secara eksplisit. Sebuah contoh ialah sistem pembobotan menurut Battelle
utnuk pengembangan sumberdaya air (Dee.el.al.1973). Dalam sistem Battelle ini
lingkungan dibagi dalam empat kategori utama, yaitu ekologi, fisik/ kimia, estetik,
dan kepentingan manusia/ sosial. Masing-masing kategori terdiri atas komponen.
Misalnya, komponen dalam katergori ekologi ialah jenis dan populasi teresterial.
Selanjutnya komponen dibagi dalam indikator dampak. Contoh indikator dampak
dalam komponen jenis dan populasi teresterial ialah tanaman pertanian dan vegetasi
alamiah. Masing-masing kategori, komponen dan indikator dampak dinilai
pentingnya relatif terhadap yang lain dengan menggunakan angka desimal antara 0
dan 1.
Angka dalam sistem evaluasi lingkungan Battelle diragukan kegunaannya
diIndonesia, karena sistem nilai kita berbeda dengan di Amerika serikat. Namun
demikian metode untuk mendapatkan bobot dalam sistem evaluasi lingkungan itu
kiranya pantas untuk diteliti kegunaannya di Indonesia. Sudah barang tentu kategori,
komponen dan indikator serta peruntukannya harus disesuaikan dengan keadaan
di Indonesia. Mongkol (1982) membuat modifikasi sistem evaluasi lingkungan
Battelle. Pertama fungsui nilai tidaklah dibuat dari grafik mutu lingkungan terhadap
indikator dampak, melainkan grafik mutu lingkungan terhadap M/S, M ialah
indikator dampak dan S adalah batas maksimum atau minimum indikator dampak
yang tidak boleh dilampaui.
Modifikasi kedua ialah Mongkol tidak menggunakan biaya lingkungan netto
atau manfaat lingkungan netto, melainkan nisbah manfaat/ biaya.
Agar operasi matematik dapat dilakukan dalam metode pembobotan, metode itu
harus menggunakan skala interval atau skala nisbah.
2. Metode Ekonomi
Metode ini mudah diterapkan pada dampak yang mempunyai nilai uang. Untuk
dampak yang mempunyai nilai uang penerapan metode ini masih mengalami banyak
kesulitan. Cara yang umum dipakai ialah untuk memberikan harga bayangan

(shadow price) pada dampak tersebut. Harga bayangan itu didasarkan pada kesediaan
orang atau pemrintah untuk membayar / untuk menerima biaya ganti rugi untu
lingkungan yang terkena dampak tersebut. Misalnya pemerintah mengalokasikan
anggaran belanja tertentu untuk penjagaan dan pemeliharaan cagar alam dan taman
nasional. Demikian pula orang bersedia untuk mengeluarkan biaya untuk
mengunjungi suatu cagar alam atau taman nasional. Besarnya anggaran belanja atau
biaya perjalanan tersebut merupakan harga bayangan cagar alam, yaitu nilai yang
diberikan oleh pemerintah/ orang kepada cagar alam itu.
Dalam hal lingkungan yang tercemar biaya deperlukan untuk membersihkan
lingkungan dari pencemaran, biaya itu makin tinggi, dengan demikian tingginya
tingkat kebersihan yang dikehendaki masyarakat.
Pada prinsifnya dampak pada manusia dapat pula diberi harga bayangan.
Misalnya, harga bayangan untuk dampak kesehatan dapat dihitung berdasarkan upah
yang hilang dan atau biaya pengobatan. Demikian pula biaya yang dikeluarkan
pemerintah untuk dampak kesehatan dapat dihitung berdasarkan upah yang hilang
dan atau biaya pengobatan. Demikian pula biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk
pelayanan kesehatan, misalnya vaksinasi, dapat disebut pula sebagai harga
membayar perlindungan jiwa dari kematian. Banyak tantangan masih diberiklan
terhadap pemberian nilai uang pada lingkungan terutama pada jiwa dan kesehatan
manusia, tantangan itu terutama berkaitan dengan masalah etika.
2.7 Evaluasi Resiko
Seperti halnya dampak, evaluasi resiko juga bersifat subyektif. Evaluasi itu sngat
dipengaruhi oleh persepsi orang terhadap resiko. Menurut Whyte dan Burton (1982)
resikok dapat dinyatakan sebagai berikut:
R = Kementakan x Konsekuensi
Akan tetapi bagi masyarakat umum persepsi resiko ialah:
R = Kementakan x (Konsekuensi)p
Besarnya eksponen p dipengaruhi oleh banyak faktor. Misalnya faktor yang
mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk menerima resiko, responden di Amerika
Serikat menaksir- lebih (over estimate) resiko yang ditimbulkan oleh kejadian yang

jarang terjadi dan menaksir-kurang (under estimate) resiko yang ditimbulkan oleh
kejadian yang banyak terjadi.
Evaluasi resiko sangatlah rumit, dua faktor utama selalu harus diingat : pertama,
adanya ketidakpastian ilmiah, dan kedua, persepsi masyarakat terhadap resiko
hanyalah sebagian saja didasarkan pada bukti ilmiah. Mengingat rumitnya evaluasi
resiko para pakar menyarankan, agar evaluasi dijalankan melalui proses negosiasi
dan mediasi dengan masyaraka (Bidwll et.al 1987: Klapp. 1987).
Negosiasi dan Mediasi yang ternyata telah dapat membuahkan hasil kesepakatan
yang memuaskan pihak-pihak berkepentingan dan menggalang pesan serta mereka di
banyak negara, kiranya perlu dipelajari kemungkinan penerapannya di Indonesia,
metode ini kiranya juga sesuai dengan pasal 22 PP 51 tahun 1993. Lagipula
musyawarah merupakan tradisi yang telah berakar dalam kehidupan masyarakat kita.

2.8 Manfaat AMDAL


Pada dasarnya AMDAL memiliki tiga manfaat utama yaitu:
1. Pada Pemerintah
Sebagai alat pengambil keputusan tentang kelayakan lingkungan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan. Merupakan bahan masukan dalam perencanaan
pembangunan wilayah. Mencegah potensi SDA di sekitar lokasi proyek tidak rusak
dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
2. Pada Masyarakat
Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya sehingga dapat
mempersiapkan diri untuk berpartisipasi. Mengetahui perubahan lingkungan yang
akan terjadi dan manfaat serta kerugian akibat adanya suatu kegiatan.
Mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungan dengan usaha dan/atau
kegiatan di dalam menjaga dan mengelola kualitas lingkungan.
3. Pada Pemrakarsa

Untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi pada


masa yang akan datang.
Sebagai bahan untuk analisis pengelolaan dan sasaran proyek.
Sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengelolaandan pemantauan lingkungan
hidup.
Selain manfaat mafaat di atas AMDAL juga sering di gunakan sebagai:
AMDAL sebagai ENVIRONMENTAL SAFEGUARDS. AMDAL digunakan sebagai
Enironmental safeguards atau upaya perlindungan lingkungan dari berbagai jenis
kegiatan eksploitasi sumber daya alam baik yang di lakukan masyarakat lokal
maupun pemerintah sehingga tecapai suatu tujuan yaitu:
Output SDS yang efesien SDA yang berkelanjutan Konservasi kawasan lindung
Pengembangan wilayah Manfaat AMDAL dalam PERENCANAAN WILAYAH
yaitu Ayat (2) PP 27/1999: Hasil AMDAL digunakan sebagai bahan perencanaan
pembangunan wilayah.
Manfaat AMDAL dalam CEGAH, KENDALI DAN PANTAU DAMPAK. Hasil
AMDAL memberikan pedoman upaya pencegahan, pengendalian dan pemantauan
dampak lingkungan. AMDAL sebagai prasyarat utang, banyak debitur yang tidak
dapat mengembalikan utang hal ini dikarenakan berbagai masalah, salah satunya
mengenai masalah lingkungan. Sehingga dalam peberian kredit atau utang di
perlukan analaisa apakah debitur tesebut akan mengalami masalah di bidang
lingkungan atau tidak.
2.9 Kriteria wajib AMDAL
Kriteria ini hanya diperlukan bagi proyek-proyek yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan yang pada umumnya terdapat pada rencana-rencana
kegiatan berskala besar, kompleks serta berlokasi di daerah yang memiliki
lingkungan sensitif.
Jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
AMDAL dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:
17 tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan
AMDAL. Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL:
Pertahanan dan Keamanan
Pertanian

Perikanan
Kehutanan
Kesehatan
Perhubungan
Teknologi Satelit
Perindustrian
Prasarana Wilayah
Energi dan Sumber Daya Mineral
Pariwisata
Pengelolaan limbah B3, dan Rekayasa Genetika

2.10 Jenis Kegiatan dan Dampak


2.10.1 Pemukiman, Prasarana Wilayah dan Pariwisata
Kegiatan dalam pembangunan pemukiman terpadu:
Kegiatan kehidupan manusia sehari-hari dalam pemukiman
Kegiatan sosial masyarakat dalam fasilitas-fasilitas sosial yang dibangun,
taman, tempat bermain, balai pertemuan
Kegiatan

perekonomian

dan

perdagangan

misal

pasar,

pertokoan,

pergudangan, pelabuhan, hotel


Kegiatan transportasi misal jalan tol, jalan kota, jembatan, terminal kota,
terminal udara, pelabuhan laut
Kegiatan olahraga dan rekreasi misal golf, tenis, sepakbola, renang, dsb yang
membutuhkan lapangan
Kegiatan pariwisata misal kebun binatang, wisata air, wisata alam/buatan
Kegiatan pendidikan misal pendidikan formal/non formal yang membutuhkan
gedung
Kegiatan industri kecil maupun besar dengan bangunan-bangunan industri
disertai fasilitas pengolahan limbah
Kegiatan untuk menunjang kesehatan masyarakat: rumah sakit, balai
pengobatan, apotek, laboratorium klinis
Kegiatan untuk pengamanan kota dan angkatan bersenjata misal kantor polisi,
tempat latihan/pendidikan angkatan bersenjata
2.10.2 Dampak Pembangunan Pemukiman dan Prasarana Wilayah
1. Aspek fisik kimia

Iklim lokal:

perubahan suhu, kelembapan udara

Tanah:

perubahan luas lahan terbangun, elevasi lahan

Hidrologi:

perubahan besarnya debit air

Kualitas air:

penurunan kualitas air

2. Aspek biologi

Flora darat:

perubahan komposisi, populasi dan dominansi

Fauna darat:

keragaman dan kelimpahan

Ekosistem:

perubahan komunitas vegetasi

Biodiversitas: mengganggu keragaman dan kelimpahan genetik


3. Aspek sosial ekonomi
Penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat, struktur ekonomi, pendidikan,
kesehatan, adat istiadat/pola hidup, mobilitas penduduk.

2.10.3 Pariwisata
Syarat dasar untuk pariwisata adalah aman (dari gangguan kriminal, kesehatan),
nyaman (ketersediaan sarana dan prasarana) dan ramah (perilaku masyarakat).
Bentuk dan daya tarik wisata
Alam yakni kekhasan dan keaslian alam dan lingkungan lokal
Budaya dan religi yakni bangunan dan lingkungan yang mengandung nilai
sejarah dan agama serta estetika
Niaga : belanja modern dan tradisional
Rekreasi dan olahraga
2.10.4 Dampak Eksploitasi Pariwisata
1. Aspek fisik kimia
Iklim mikro
Tanah: perubahan luas lahan terbangun, morfologi
Hidrologi:

perubahan pola tata air

Kualitas air:

penurunan kualitas air

2. Aspek biologi

Flora darat:

keragaman jenis berkurang

Fauna darat:

satwa terusik

Ekosistem:

perubahan ekosistem lokal

Biodiversitas: hilangnya beberapa genetik


3. Aspek sosial ekonomi
Penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat, struktur ekonomi, kesehatan,
adat istiadat/pola hidup/budaya.
2.10.5 Perhubungan atau Transportasi
Moda perhubungan atau transportasi terdiri dari : darat (jalan raya, rel), air
(antar pulau/penyeberangan, samudra, sungai), udara.
Prasarana : jalan raya, rel, terminal, bandar udara, pelabuhan, terminal peti
kemas
Sarana : darat (mobil, truk, sepeda motor, becak, sepeda, andong, dsb), laut
(kapal laut, ferry, jet foil, perahu motor, dsb), udara (pesawat terbang)
Transportasi terjadi karena ada permintaan terhadap barang/jasa lain (konsep
demand and supply). Suplai transportasi meliputi sarana maupun prasarana.
2.10.6 Dampak Transportasi
1. Aspek fisik kimia
Tanah: Perubahan tata guna lahan.
Prasarana transportasi membutuhkan areal yang luas. Seringkali perlu
pembebasan lahan dan relokasi suatu bangunan/rumah penduduk. Produktivitas lahan
menjadi menurun. Selain itu akan menimbulkan suatu bangkitan perjalanan baru.
Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki. Dalam pertimbangan mengenai
kebisingan ada tiga unsur yang harus diperhatikan : sumber, penerima, jalur gerak.
Sumber kebisingan transportasi darat : pergerakan kendaraaan di jalan (mesin,
pergeseran roda ban dengan perkerasan jalan, klakson, sirine, knalpot) serta kereta
api.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam setiap kegiatan proyek memerlukan analisis dampak lingkungan,
terutama proyek dalam skala besar dan memiliki dampak yang signifikan terhadap
lingkungan.
Dalam AMDAL melibatkan 3 pihak, yaitu: komisi penilai AMDAL, pemrakarsa
dan masyarakat.
Evaluasi dampak dapat dilakukan dengan metode informal dan metode formal.
Metode formal terdiri atas metode pembobotan dan metode ekonomi.
Evaluasi dampak bersifat antroposentris, karena itu evaluasi dampak selalu
mengandung subyektifitas. Beberapa usaha telah dilakukan untuk mengurangi
subyektifitas dan manambah obyektifitas, misalnya dengan pemberian skala dan
bobot. Untuk mempermudah pengambilan keputusan skala dan bobot yang
didapatkan dari masing-masing dampak yang banyak jumlahnya, selanjutnya
diusahakan untuk dirangkum menjadi satu atau sejumlah kecil indeks komposit.
Sedangkan untuk mengingat rumitnya evaluasi resiko para pakar menyarankan agar

evaluasi dijalankan melalui proses negosiasi dan mediasi dengan masyarakat


(Bidwell et.al.. 1987; Klapp. 1987). Karena proses ini telah dapat membuahkan hasil
kesepakatan yang memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan dan menggalang
peran serta mereka di banyak negara.

DAFTAR PUSTAKA
http://deddywawan-dewa.blogspot.com/2010/03/makalah-amdal_31.html
http://nadia-nadianadia.blogspot.com/2013/07/makalah-amdal.html
http://beruangbernad.blogspot.com/2013/06/makalah-analisis-dampaklingkungan.html
Handouts Bahan Mata Kuliah AMDAL

You might also like