Professional Documents
Culture Documents
dengan 3 kali lipat resiko lebih besar terhadap terjadinya gagal ginjal ketika
bersihan kreatinin adalah < 60 ml / menit dibandingkan dengan bersihan
kreatinin normal, sementara risiko sekitar 4,5 kali telah dilaporkan pada pasien
dengan bersihan kreatinin di bawah 40 ml/min.3 Kejadian Acute on Chronic
Kidney Disease (ACKD) bervariasi dari 10 % sampai lebih dari 30 % ,
tergantung pada populasi penelitian .
Dalam salah satu studi, ACKD dilaporkan di hampir 13 % dari pasien
dengan penyakit gagal ginjal. Sebaliknya, Insiden lebih tinggi dalam studi
berbasis rumah sakit, ACKD dilaporkan dalam 30 % dari jumlah kasus gagal
ginjal akut di Amerika Serikat , sedangkan kejadian adalah 33 % di Australia
dan 35,5 % di China.
3. Penyebab
Cronik Kidney Disease (ACKD) terjadi setelah berbagai macam
penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit
parenkim ginjal difus dan bilateral.
-
Nefropati obstruktif :
Sal.
fibrosis,netroperitoneal
Sal. Kemih bagian bawah : Hipertrofi prostate, striktur uretra,
Kemih
bagian
atas
:Kalkuli,
neoplasma,
cairan
dan
natrium.
Ginjal
tidak
mampu
untuk
kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya
meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya filtrasi melalui
glomeroulus ginjal terdapat peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya.
Penurunan kadar kalsium serum mengakibatkan sekresi parathormon dari
kelenjar paratiroid. Namun demikian, pada gagal ginjal, tubuh tidak berespon
secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya
kalsium di tulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit
tulang (penyakit tulang uremik/ osteodistoperineal). Selain itu metabolisme
aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di
ginjal menurun seiring dengan berkembangnya gagal ginjal.
5. Klasifikasi
a) Stadium I : merupakan stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri
dengan terjadinya oliguria.
b) Stadium II : Oliguria. Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah
rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal.
Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar
dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita
mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada
stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh kegagalan
pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap
stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita
sebagai
respon
teehadap
kegelisahan
atau
minum
yang
berlebihan. Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit
yang terutamam menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang
dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal
ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat
menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah akan
naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
c) Stadium III : Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam
keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari sebagaimana
mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu
makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90
% dari masa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan
normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan
sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup
lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari
500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mulamula menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal,
kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom
uremik memepengaruhi setip sisitem dalam tubuh.
d) Stadium IV : Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita memerlukan
pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Urine
Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh
pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan
menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
Darah
BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir
berlangsung
reversibel,
diikuti
kegagalan
ginjal
untuk
Kategori
Peningkatan
Penuruan LFG
Kriteria UO
kadar Kreatinin
Risk
serum
>1,5 kali
dasar
Injury
>2,0
kali
dasar
Failure
Loss
End stage
Hiperkalemia
Perikarditis
Efusi perikardial
Tamponade jantung
Penyakit tulang
Hipertensi
Anemia
Infeksi traktus urinarius
Obstruksi traktus urinarius
Gangguan elektrolit
Gangguan perfusi ke ginjal.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum (GCS)
Ciri tubuh : Kulit , rambut , postur tubuh
Tanda vital : Nadi, suhu tubuh, tekanan darah dan pernafasan
Head to toe
Kepala
- Inspeksi : Berbentuk kepala,distribusi rambut bentuk wajah,
bentuk mata, bentuk hidung, bentuk mulut, benttuk gigi normal
dan bentuk leher.
- Palpasi : Nyeri tekan di kepala
Wajah
- Inspeksi : Bentuk wajah
- Palpasi : Nyeri tekan di wajah
Mata
- Inspeksi: Bentuk mata, sklera, konjungtiva, pupil, lapang
pandang, pergerakan bola mata
- Palpasi :Nyeri tekan pad bola mata, warna mukosa konjungtiva,
warna mukosa sklera
Hidung
- Inspeksi : Bentuk hidung, pernafasan cuping hidung, sekret
- Palpasi : Nyeri tekan pada hidung
Telinga
- Inspeksi : Bentuk telinga,serumen pada telinga
- Palpasi : Nyeri tekan pada telinga
Mulut
- Inspeksi : Bentuk mulut,bentuk gigi,bentuk lidah
- Palpasi : Nyeri tekan pada lidah,gusi, gigi
Leher
- Inspeksi : Bentuk leher
- Palpasi : Nyeri tekan pada leher
Dada
- Perkusi
Genitalia
- Inspeksi : Bentuk alat kelamin
- Palpasi
Integumen
- Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit
- Palpasi : Nyeri tekan pada kulit
Ekstremitas
Atas :
- Inspeksi : Warna kulit, bentuk tangan
- Palpasi : Nyeri tekan, kekuatan otot
Bawah :
- Inspeksi : Warna kulit, bentuk kaki
- Palpasi : Nyeri tekan, kekuatan otot
Pemeriksaan Neurologis
Sirkulasi
Gejala
Tanda
(angina).
: Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting
pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah,
hipotensi ortostatik, friction rub perikardial, pucat pada
kulit, kecenderungan perdarahan.
Integritas ego
Gejala
kekakuan
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi
turgor
kuit/kelembaban,
edema
(umum,
dan
kelemahan
khususnya
ketidakmampuan
konsentrasi,
kehilangan
Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
Penyuluhan
Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis
herediter, kalkulus urinaria
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
Penggunaan antibiotik nr\efrotoksik saat ini/berulang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan
cairan ditandai dengan ekstremitas edema, penurunan Hb (< 12-16
gr/dL) dan hematokrit (< 36-46%), dispnea (RR > 24 x per menit),
oliguria (volume urin < 300-700 ml), azotemia (peningkatan BUN > 825 mg/dL)
b. Nausea berhubungan dengan peningkatan asam lambung ditandai
dengan klien mengeluh mual, takikardi, peningkatan saliva, klien
tampak pucat, klien berkeringat dingin.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan keinginan makan akibat peningkatan produksi HCl
ditandai dengan penurunan kadar albumin (< 3,5 meq/dL), klien tampak
kurus, berat badan menurun.
d. PK pruritus
e. PK Anemia
f. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah ditandai dengan kulit tampak
pucat, CRT > 2 detik, akral dingin.
g. PK Hipertensi
3. Rencana Keperawatan
a.
range)
Kedalaman pernafasan normal (skala 5 = no deviation from normal
range)
- Nadi perifer teraba kuat (skala 5 = no deviation from normal range)
Fluid balance
- Turgor kulit elastis ( skala 5 = not compromised)
- Intake dan output cairan 24 jam seimbang ( skala 5 = not
-
compromised)
Membrane mukosa lembab ( skala 5 = not compromised)
Kadar BUN, kreatinin, kalium serum, natrium serum, Hb dan
hematokrit dalam batas normal (Hb 12-16 gr/dL, hematokrit 3646%, BUN
diperlukan
untuk
BUN,
kreatinin
dilakukan
untuk
mengkaji
produksi
maupun
sel
darah
merah
kemungkinan
(akibat
penyebab
penurunan
lain
seperti
Rasional:
dilakukan
untuk
memperbaiki
kelebihan
volume,
mual.
Berikan informasi tentang nausea yang muncul, seperti : penyebab dan
lamanya.
Rasional :Memberikan informasi yang jelas tentang nausea dapat
c.
Nutrition management
9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori klien, Dianjurkan
pemberian lemak dalam bentuk rantai sedang karena absorbsi-nya tidak
memerlukan asam empedu (apabila sudah tidak puasa)
Rasional: perhitungan kebutuhan kalori diperlukan untuk memberikan
nutrisi yang adekuat
10. Kolaborasi tranfusi albumin
Rasional: tranfusi albumin diperlukan untuk mencapai nilai albumin
mendekati normal
d. PK Anemia
Setelah diberikan asuhan keperawatan selamax24 jam, perawat dapat
meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi, dengan kriteria hasil:
-
Rasional: transfusi darah diperlukan jika kondisi anemia klien buruk untuk
menambah jumlah darah dalam tubuh
e.
cukup kuat
Intervensi:
Circulatory Precaution
1. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi perifer (nadi perifer,
oedem, CRT, warna, dan temperature)
Rasional: pengkajian komprehensif sangat diperlukan untuk menentukan
ketidakefektifan perfusi
2. Pertahankan hidrasi adekuat untuk mencegah peningkatan viskositas darah
Rasional: apabila viskositas darah meingkat maka semakin memperburuk
perfusi darah ke perifer
3. Hindari pemberian terapi intravena dan terapi invasive lain pada daerah
dengan sirkulasi yang kurang baik
Rasional: pada daerah dengan perfusi yang tidak baik jika timbul injuri
maka akan sulit untuk penyembuhannya
4. Lakukan perawatan kuku dan kaki pada klien
Rasional: area ekstremitas rentan mengalami injuri akibat penurunan
perfusi ke perifer
5. Kolaborasi pemberian terapi O2 sesuai indikasi
Rasional: terapi oksigen dapat membantu meningkatkan aliran oksigen ke
jaringan
f.
PK : Pruritus
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam diharapkan PK:
Pruritus dapat diatasi dengan kriteria hasil :
- Klien melaporkan rasa gatal berkurang
Intervensi
1.
2.
3.
4.
Anjurkan untuk tingkatkan asupan kalium seperti pisang dan buah lainnya
Rasional: obat antihipertensi dapat meningkatkan haluaran kalium
d. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai perencanaan
e. Evaluasi
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan
garam ditandai dengan adanya oedem, input cairan lebih dari output
cairan, peningkatan berat badan yang cepat dalam waktu pendek.
- RR 16-20 x/menit
- TD 110-120/80-90 mmHg
- Kedalaman pernafasan normal
- Nadi perifer teraba kuat
- Turgor kulit elastis
- Intake dan output cairan 24 jam seimbang
- Membrane mukosa lembab
- Kadar BUN, kreatinin, kalium serum, natrium serum, Hb dan
hematokrit dalam batas normal (Hb 12-16 gr/dL, hematokrit 3646%, BUN
-
3.
Ketidakseimbangan
berhubungan
nutrisi
dengan
kurang
penurunan
dari
kebutuhan
keinginan
makan
tubuh
akibat
4. PK Anemia
-
TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit,
PK : Pruritus
-
7. PK Hipertensi
-
DAFTAR PUSTAKA
Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS, Longo
DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor. Harrisons principle of
internal medicine. Ed 16. New York: McGraw-Hill, Inc; 2005.p.1644-53.
Carpenito, Linda Jual. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Doengoes, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Eknoyan MD, Garabed. 2006. The Global Burden of Chronic Kidney Disease
Challenges, Opportunities, and Solutions to Improve Patient Care and
Outcomes. Texas : Baylor College of Medicine
Guyton & Hall. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakar Ralph & Rosenberg, 2003,
Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia
USA
Himmelfarb dan Sayegh. 2010. Chronic Kidney Disease, Dialysis, and
Transplantation: A Companion to Brenner and Rectors The Kidney. USA:
Saunders
Jameson, J.L. & Loscalzo, J. (Eds). 2010. Harrisons : Nephrology and Acid-Base
Disorders. US : The McGraw-Hill Companies.Kader et al. 2009. Symptom
Burden, Depression, and Quality of Life in Chronic and End-Stage Kidney
Disease, (online), (http://cjasn.asnjournals.org/content/4/6/1057.short,
diakses 10 November 2013)
Johnson, Marion, dkk. 2008. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifcation (NOC), Second edition. USA : Mosby.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid II. Jakarta : EGC.
McCloskey, Joanne C. dkk. 2004. IOWA Intervention Project Nursing
Intervention Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.
National Kidney Foundation, 2002. Association of Level of GFR with Indices of
Functioning and Well-being. New York: National Kidney Foundation,
(online),
(http://www.kidney.org/professionals/Kdoqi/guidelines_ckd/p6_comp_g12
.htm, diakses 10 November 2013)
Price, et all. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
empat, Jakarta : EGC
Raka