Professional Documents
Culture Documents
suatu
metode
penyimpanan
plasma
nutfah
yang tidak
dan
perbandingan
tertentu,
serta
sumber
energi
(umumnya
menggunakan sukrosa), serta mengandung satu atau dua macam vitamin dan
zat pengatur tumbuh (Evans et al 2003).
Sebagai syarat mutlak suksesnya kultur jaringan tanaman, biasanya
sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoklaf. Pada autoklaf yang
programmable (memiliki program yang dapat diatur), panas ini diatur secara
atomatis. Untuk media kultur jaringan (kuljar) yang tidak mengandung
bahan-bahan yang Heat-labile, sterilisasi dilakukan dengan autoklaf pada
temperatur 121C, tekanan antara 15-17.5 psi dengan waktu antara 20-25
menit tergantung dari volume wadah dan volume media. Untuk 15 ml media
dalam tabung reaksi atau botol kecil berukuran 75ml, sterilisasi dilakukan
tekanan 15 psi dengan waktu 20 menit. Dalam sterilisasi aquadest dan media,
setelah waktu sterilisasi yang diinginkan sudah tercapai, autoklaf tidak boleh
diturunkan tekanannya secara mendadak. Bila tekanan diturunkan mendadak,
maka mengakibatkan cairan didalamnya mendidih dan meluap (Bubbled up).
Botol-botol/ tabung reaksi/ erlenmeyer yang dipergunakan sebagai wadah
kultur jaringan biasanya disterilisasi dalam autoklaf (Wattimena 2005).
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman
yang akan diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan
unsur hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino,
sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan
seperti air kelapa, ekstrak buah, dll. Bahan pemadat yaitu agar-agar, gelrite
dan juga menyediakan arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman
(Mariska 2004).
Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair.
Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi
dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air.
Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak,
tergantung kebutuhan. Komposisi media yang digunakan dalam kultur
jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat
mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang
Menuangkan larutan
dalam botol kultur
8.
Menyimpan media
penyimpanan media
media
pada
ke
rak
2. Pembahasan
Kultur in vitro merupakan suatu budidaya dalam botol. Salah satu
kegiatan dalam kultur in vitro adalah kultur jaringan yaitu budidaya in
vitro yang menggunakan jaringan sebagai bahan tanamnya. Kultur
jaringan tanaman adalah suatu upaya mengisolasi bagian-bagian tanaman,
kemudian dikulturkan pada nutrient buatan yang steril dibawah kondisi
lingkungan yang terkendali, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Perbanyakan tanaman secara in
vitro memberikan keefektifan dalam perbanyakan perkecambahan dan
prosedur reproduksi dalam melindungi tanaman yang punah dan ketika
terjadi hambatan secara genetik.
Manfaat utama dari aplikasi kultur jaringan tanaman adalah
perbanyakan klon atau perbanyakan massal dari tanaman yang sifat
genetiknya identik satu sama lain. Di samping itu, teknik kultur jaringan
bermanfaat dalam beberapa hal khusus seperti perbanyakan klon secara
cepat, keseragaman genetik, kondisi aseptik, seleksi tanaman, stok
tanaman mikro, lingkungan terkendali, pelestarian plasma nutfah,
produksi tanaman sepanjang tahun, dan memperbanyak tanaman yang
sulit diperbanyak secara vegetatif.
Salah satu media yang sering digunakan dalam kultur jaringan
adalah media Murashige dan Skoog yang dikemukakan oleh Toshio
Murashige pada tahun 1962. Medium yang dikembangkan oleh
Murashige dan Skoog (MS) untuk kultur jaringan tanaman digunakan
secara luas untuk kultivasi kalus pada agar demikian juga kultur suspensi
sel dalam medium cair. Media Murashige dan Skoog yang dikenal dengan
nama MS mengandung 40 mM nitrogen dalam bentuk NO3 dan 29 mM
dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total
yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau
Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media white (Zulkarnain 2009).
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan,
terdiri dari hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang
10
jaringan juga harus steril. Medium dan alat-alat yang digunakan terlebih
dahulu disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121C, tekanan 1,5 kg/cm2
selama 45 menit. Peralatan kultur disterilkan secara aseptik dengan
perendaman pada alkohol dan pembakaran pada setiap kali pemakaian.
Tujuan dari sterilisasi agar tidak terjadi atau meminimalisir terjadinya
kontaminasi. Media yang terkontaminasi kemungkinan disebabkan karena
kondisi laboratorium dan ruang pertumbuhan yang kurang steril serta
tabung kultur yang tidak steril. Kondisi laboratorium yang tidak pernah
dilakukan sterilisasi menggunakan kemungkinan juga mempengaruhi
proses pembiakan secara kultur jaringan.
Peralatan yang harus steril adalah LAFC, alat-alat diseksi, tabung
kultur dan lain-lain. Pada laminar sudah dilengkapi dengan blower, lampu
UV sehingga dapat mensterilkan ruangan dalam laminar. Akan tetapi
sebelum menggunakan laminar sebaiknya disemprot menggunakan
alkohol 70 %. Alat-alat diseksi juga perlu adanya sterilisasi, apabila alatalat tersebut tidak disterilisasi kemungkinan terjadinya kontaminasi akan
besar karena bekas-bekas eksplan ataupun media yang tersisa pada alatalat diseksi akan mejadi sumber kontaminan. Oleh karena itu alat-alat
diseksi juga perlu disterilisasi.
Media sangat baik pada pH 5,8 jika pH kurang dari 5 media agar
akan terlalu lemah, tetapi jika pH di atas 7 media agar terlalu padat dan
tidak bisa penanaman eksplan dengan baik. Faktor penting adalah pH
yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi
membran
sel
dan
pH
dari
sitoplasma.
Pengaturan
pH
selain
11
12
e. Media sangat baik pada pH 5,8 jika pH kurang dari 5 media agar akan
terlalu lemah, tetapi jika pH di atas 7 media agar terlalu padat dan
tidak bisa penanaman eksplan dengan baik.
2. Saran
Dalam pelaksanaan pembuatan media harus dilakukan dengan
hati-hati. Peralatan yang akan digunakan harus selalu dijaga kesterilannya
agar dapat terbebas dari mikrobia-mikrobia yang tidak diharapkan.
Praktikan yang melaksanakan praktikum harus selalu menjaga kebersihan
dan sterilitas alat dan media.
13
DAFTAR PUSTAKA
Evans, D. E., J.O.D. Coleman, and A. Kearns. 2003. Plant Cell Culture. Bios
Scientific Publisher. London. 194 p.
Gale, M. D. 2000. Genetic Variation for Hormonal Activity and Yield. Journal of
Agric 90 : 121-145.
Hendra, T. 2007. Kultur Jaringan. http://lelos66.blog.friendster.com.htm. Diakses
pada tanggal 6 Mei 2013.
Mariska, I., E. Sjamsudin, D. Soepandie, S. Hutami, A. Husni, M. Kosmiatin, A.
Vivi. 2004. Peningkatan Ketahanan Tanaman Kedelai terhadap
Aluminium Melalui Kultur In Vitro. J Litbang. Vol 23 (2) : 46-52.
Phang, T.H., G. Shao and H.M. Lam. 2008. Salt tolerance in Soybean. Journal of
Integrative Plant Biology. Vol 50 (10) : 1196-1212.
Sriyanti, Daisy P. dan Wijayani, A 2002. Teknik Kultur Jaringan : Pengenalan
dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Kanisius,
Yogyakarta.
Wattimena, G. A. 2005. Teknik Pembuatan Media Kultur Jaringan dan
Pentingnya Sterilisasi Media. Kanisius. Jakarta.
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan : Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman, Solusi Perbanyakan Tanaman Budi
Daya. PT. Bumi Aksara : Jakarta