You are on page 1of 9

ACARA III

KULTUR JARINGAN NANAS


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr) sudah lama dikenal di
Indonesia. Menurut Muljohardjo (1984), tanaman nanas berasal dari
Amerika Selatan dan Hindia Barat. Pada abad ke-6 Bangsa Spanyol
membawa ke Filipina dan semenanjung Malaysia, dan mungkin juga
sampai ke Indonesia. Pada mulanya nanas dibudidayakan hanya sebagai
tanaman pekarangan namun kemudian berkembang dikebunkan di lahanlahan tegalan. Saat ini nanas sudah dikembangkan di sebagaian besar
wilayah Indonesia dengan berbagai nama dalam bahasa daerah, seperti
danas (Sunda), lanas (Lampung dan Madura) dan manas (Bali)
(Bappenas 2000).
Tanaman nenas termasuk ke dalam keluarga Bromeliaceae yang
merupakan tanaman herba tahunan atau dua tahunan. Nenas merupakan
tanaman monokotil dan bersifat merumpun. Bagian utama tanaman nenas
terdiri dari daun, batang, bunga, buah dan akar. Daun tanaman nenas
berurat sejajar dan pada tepinya tumbuh duri yang menghadap ke arah
ujung daun. Beberapa kultivar nenas durinya mulai lenyap tetapi duri
pada ujung daun masih dapat terlihat (Sunarjono 2005). Batang tanaman
nenas berukuran 20-25 cm atau lebih, berdiameter 2.0-3.5 cm, beruas
pendek, secara visual batang tanaman nenas tidak terlihat karena tertutup
oleh daun (Rukmana 2007).
Menurut Krauss (1949) dalam Nakanose dan Paul (1998)
tanaman nenas memiliki tunas-tunas dorman atau disebut juga tunas
aksilar di setiap buku pada batang dan mahkota. Tunas-tunas tersebut
nantinya akan membentuk tunas buah (slip) dan tunas batang (sucker).
Sunarjono (2005) menyatakan pada batang tanaman nenas akan tumbuh
tangkai buah (slip) dan tunas batang (sucker). Tunas yang tumbuh pada

23

24

pangkal batang di bawah tanah disebut dengan tunas akar atau anakan.
Tunas-tunas yang dihasilkan oleh tanaman nenas tersebut digunakan
sebagai bahan tanaman untuk budidaya selanjutnya yaitu kultur jaringan.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara III kultur jaringan nanas mempunyai tujuan,
yaitu :
a. Mengetahui teknik kultur jaringan nanas
b. Mengetahui pengaruh BAP terhadap pertumbuhan dan perkembangan
eksplan nanas
B. Tinjauan Pustaka
Eksplan merupakan bagian tanaman (propagul) yang digunakan untuk
menginisiasi pembiakan tanaman secara mikro atau proses kultur jaringan.
Seleksi bahan eksplan yang cocok merupakan faktor penting yang
menentukan keberhasilan program kultur jaringan. Sistem kultur jaringan
yang baru dengan spesies dan kultivar yang baru, seringkali menghendaki
analisis yang sistematis terhadap potensi eksplan dari setiap tipe jaringan.
Tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam seleksi bahan eksplan yaitu
genotipe, umur, dan kondisi fisiologi bahan tersebut (Zulkarnain 2009).
Bagian vegetatif tanaman yang tumbuh di atas puncak buah nenas
memiliki batang pendek dengan beberapa daun yang melekat padanya disebut
mahkota. Mahkota ini merupakan lanjutan meristem sumbu utama dari
tanaman sesudah mengalami pembentukan buah. Pertumbuhan mahkota
berlangsung selama buah berkembang menjadi besar. Setelah buah masak,
mahkota dapat ditanam sebagai bahan bibit tanaman baru. Pada ujung
mahkota terdapat meristem pembentuk daun. Tanaman indukan sumber
eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah
kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat
tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan
secara in vitro (Wetherel 2008).
Mengoptimalkan pertumbuhan kultur in-vitro dapat dirangsang
dengan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Dalam kultur in-vitro, dua golongan zat

25

pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin yang
bekerja secara sinergis. Auksin memiliki fungsi penting yaitu merangsang
pemanjangan sel dan sitokinin berfungsi dalam pengontrolan pembelahan sel.
Salah satu auksin sintetik yang sering digunakan dalam kultur jaringan adalah
Naftalen Acetyl Acyd (NAA) dan seperti halnya auksin, sitokinin sintetik
yang umum digunakan yaitu kinetin (Yusnita 2004).
Nanas diperbanyak dengan mahkota atau stek. Secara umum
bahan penanaman yang baik digunakan untuk pertumbuhan dan pembuahan
yang seragam. Untuk nanas yang ditanam untuk pasar buah segar dandimana
semua bahan tanam bernilai, campuran tipe tunas dapat digunakan. Propagasi
vegetatif dengan tunas daun, dimana setiap satu buku dari mahkota atau sulur
yang masak dapat memproduksi bibit merupakan teknik yang berguna untuk
menyediakan lebih dari 40 bibit per tunas, terutama dari mahkota daunnya.
Penanaman dengan kultur jaringan telah dikembangkan, terutama introduksi
baru klon atau hibrid. Penanaman biasanya dalam 2 garis dengan parit yang
lebar (Yusnita 2007).
Zat pengatur tumbuh dari golongan auksin berperan antara lain dalam
pembentukan kalus, morfogenesis akar dan tunas serta embriogenesis.
Pemilihan konsentrasi dan jenis auksin ditentukan antara lain oleh tipe
pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang dikehendaki. Penggunaan
auksin dengan daya aktivitas kuat (antara lain 2,4-D, NAA atau
dikombinasikan dengan sitokinin dengan konsentrasi rendah) umumnya
digunakan untuk induksi kalus embriogenik. Selain itu, jenis dan konsentrasi
hormon, jenis asam amino serta rasio auksin dan sitokinin sangat menentukan
dalam menginduksi pembentukan kalus. Salah satu pilihan teknologi
perbanyakan bibit nanas yang dapat mengatasi kelemahan teknik kultur
jaringan yaitu dengan menggunakan teknik stek basal daun mahkota nanas.
Perbanyakan nanas dengan menggunakan stek basal daun berpotensi
menghasilkan bibit yang lebih banyak (Naibaho et al 2008).

26

C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara III kultur jaringan nanas dilaksanakan pada hari
Kamis 9 April 2013 pukul 13.00-selesai, bertempat di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi, Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat
a. LAFC lengkap dengan lampu bunsen
b. Petridish dan botol-botol kultur
c. Peralatan diseksi yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes
3. Bahan
a. Eksplan nanas (Ananas comosus L.)
b. Media kultur
c. Alkohol 70 %
d. Aquadest steril
e. Spiritus
f. Chlorox (Sunclin)
4. Cara Kerja
a. Mempersiapkan eksplan
b. Melakukan sterilisasi eksplan (dilakukan dalam LAFC)
1) Merendam eksplan dalam larutan Dithane M-45 3 mg/l selama +
12 jam, dilanjutkan dengan chlorox 5,25% (Sunclin 100%) selama
+ 3 menit.
2) Membilas eksplan dengan aquadest steril.
c. Menanam eksplan:
1) Membuka plastik penutup botol media kultur.
2) Mengambil eksplan dan menanamnya dalam media kultur dengan
pinset. Setelah digunakan, pinset harus selalu dibakar di atas api.
3) Mendekatkan mulut botol dengan api untuk menghindari
kontaminasi, selama penanaman.

27

d. Memelihara eksplan
1) Menempatkan botol-botol kultur berisi eksplan di rak-rak kultur.
2) Menjaga lingkungan diluar botol meliputi; suhu, kelembaban, dan
cahaya.
3) Menyemprot botol-botol kultur dengan spiritus 2 hari sekali untuk
mencegah kontaminasi.
e. Melakukan Pengamatan Selama 5 minggu, meliputi:
1) Saat muncul akar, tunas, daun, dan kalus (HST), pengamatan
dilakukan setiap hari.
2) Jumlah akar, tunas, daun, dan kalus, pengamatan dilakukan setiap
seminggu sekali.
3) Deskripsi kalus (struktur dan warna kalus), dilakukan pada akhir
pengamatan.
4) Persentase keberhasilan, dilakukan pada akhir pengamatan.
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Pengaruh BAP Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Eksplan Nanas (Ananas comosus L.)
Eksplan

Tanggal
9/4/2013
12/4/2013
16/4/2013

Akar
-

18/4/2013

Saat Muncul (HST)


Tunas Daun Kalus
-

Akar
-

Jumlah
Tunas Daun
-

Nanas

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan
Penanaman
Media
terkontaminasi
bakteri
Kontaminasi
jamur
menyerang
eksplan

28

Gambar 3.1 Kondisi Kultur Nanas


Awal Pengamatan
2. Pembahasan

Gambar 3.2 Kondisi Kultur


Nanas Akhir Pengamatan

Tanaman nenas umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan


menggunakan tunas vegetatif dari berbagai bagian batang tanaman dan
mahkota buah. Berbagai bahan perbanyakan menurut Apriyani (2005)
antara lain crown (mahkota buah) adalah bagian tanaman yang ada di atas
buah, slip (tunas tangkai buah) adalah tunas yang muncul di bawah dasar
buah, hapas adalah tunas yang muncul pada daerah antara ujung batang
dan dasar buah tangkai buah, shoot (tunas ketiak daun atau tunas
samping) adalah tunas yang muncul dari aksilar daun. Sucker (anakan)
adalah tunas yang muncul dari bagian batang di bawah permukaan tanah
Dalam media untuk menumbuhkan eksplan nanas terlebih dahulu
ditambahkan ZPT yaitu BAP. BAP (6 benzylaminopurine) dalam
aktivitas kultur jaringan berperan dalam pembentukan tunas, menstimulir
terjadinya pembelahan sel, proliferasi kalus, mendorong proliferasi
meristem ujung, serta mendorong pembentukan klorofil pada kalus. Pada
pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa eksplan nanas tidak
berhasil. Pada pengamatan terlihat lapisan putih yang melapisi tepi
eksplan yang dimungkinkan hal tersebut disebabkan oleh adanya bakteri.
Hal itu diperkuat dengan keadaan akhir eksplan pada pengamatan dimana

29

terdapat kontaminasi bakteri pada permukaan media kultur. Keberhasilan


yang tidak tercapai tersebut dapat dipastikan karena adanya kontaminan
yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Kontaminan
disebabkan keadaan yang tidak atau kurang steril baik pada peralatan
maupun pada saat pelaksanaan penanaman eksplan. Kontaminasi adalah
gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan.
Fenomena kontaminasi sangat beragam, dapat dilihat dari jenis
kontaminasinya (bakteri, jamur, virus dll) (Triatna 2007).
Penggunaan BAP dalam medium MS sangat penting untuk
regenerasi tanaman dari apeks pucuk nanas dan membidik tanaman bebas
dari Fusarium. Selain itu BAP dikatakan sebagai sitokinin terbaik untuk
perbanyakan bagian tanaman udara dan untuk induksi tunas adventif.
Interaksi sitokinin (BAP) tidak dapat dilepaskan dari pengaruh auksin
(NAA), sehingga dalam penggunaan sitokinin, baik efek mendorong
maupun menghambat proses pembelahan sel tergantung dari adanya
fitohormon lainnya, terutama auksin (Moore 2008).
Eksplan awal merupakan sumber utama kontaminasi, tapi
kontaminasi kembali dapat terjadi selama proses kultur. Udara merupakan
sumber utama spora dan agen kontaminasi lainnya, termasuk badan dan
pakaian si pelaksana. Kebanyakan kontaminasi jamur atau bakteri akan
terjadi pada 2 minggu pertama. Pada beberapa contoh, pestisida mungkin
dimasukkan pada media awal atau sukrosa mungkin dihilangkan agar
eksplan dapat tumbuh tanpa terkontaminasi. Perhatian juga mesti
diberikan pada ruang persiapan kultur, untuk menghindari kontaminasi.
Eksplan

atau

kultur

dapat

terkontaminasi

oleh

berbagai

mikrooganisme seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Kondisi kering


dan adanya organisme competitor menyebabkan mereka dalam kondisi
terkontrol. Kondisi in vitro yang disukai eksplan, yaitu mengandung
sukrosa dan hara dalam konsentrasi tinggi, kelembaban tinggi dan suhu
yang hangat, juga disukai mikroorganisme yang seringkali tumbuh dan
berkembang sangat cepat, mengalahkan eksplan.

30

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Tanaman nenas umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan
menggunakan tunas vegetatif dari berbagai bagian batang tanaman
dan mahkota buah.
b. Pada hasil pengamatan terlihat lapisan putih yang melapisi tepi
eksplan yang dimungkinkan hal tersebut disebabkan oleh adanya
bakteri.
c. BAP (6 benzylaminopurine) dalam aktivitas kultur jaringan berperan
dalam pembentukan tunas, menstimulir terjadinya pembelahan sel,
proliferasi kalus, mendorong proliferasi meristem ujung, serta
mendorong pembentukan klorofil pada kalus.
d. Kontaminan disebabkan keadaan yang tidak atau kurang steril baik
pada peralatam maupun pada saat pelaksanaan penanaman eksplan.
e. Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh jamur dan bakteri.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah peningkatan intensivitas
sterilisasi untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi. Selain itu, pada
saat pelaksanaan penanaman eksplan akan lebih baik jika tidak banyak
praktikan dalam laboratorium yang tidak mendapat giliran penanaman.
Hal tersebut dapat mempengaruhi sterilitas juga, karena kontaminan
berasal dari segala keadaan yang tidak steril.

DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, SI 2005. Analisis Keragaman Nenas Koleksi PKBT Berdasarkan
Penanda Morfologi dan Penanda RAPD. Tesis. Pascasarjana IPB. 57 hlm.

31

Moore, T. C. 2008. Biochemistry and Physiology of Plant Normone. Journal of


Biotechnology 21 : 212-231.
Naibaho, N., K. Darma, Sobir dan M. R. Suhartanto. 2008. Perbanyakan Massal
Bibit Nanas dengan Stek Daun. Pusat Kajian Buah Tropika. J. Agritek. Vol
22 (3) : 1-20.
Triatna, Sri. 2007. Kultur Jaringan dan Sterilitas Media. IPB Press. Bogor.
Wetherell, D. F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Avery Publishing
Group Inc. New Jersey.
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan: Cara memperbanyak tanaman secara efisien.
Agromedia Pustaka, Jakarta. 105 hlm.
______. 2007. Hibridisasi dan Seleksi Untuk Mendapatkan Klon Nanas Unggul
dan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mempercepat Perbanyakan Klon Baru
Nanas (Ananas comosus L.). http://digilib.unila.ac.id/go. Diakses pada 6
Mei 2013.
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman, Solusi Perbanyakan Tanaman Budi
Daya. PT. Bumi Aksara : Jakarta

You might also like