You are on page 1of 9

ACARA IV

KULTUR JARINGAN MAWAR (Rosa sp.)


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman mawar merupakan tanaman berbunga yang digemari
oleh banyak orang. Mawar (Rosa sp.) biasa diperbanyak secara vegetatif,
sedangkan

secara

generatif

hanya

ditujukan

untuk

pemuliaan.

Perbanyakan mawar bunga potong umumnya diperbanyak secara okulasi,


okulasi mata tunas atau okulasi mata berkayu. Okulasi mata tunas
dilakukan pada saat kulit batang bawah mudah dikelupas. Pada saat
tersebut sel-sel tanaman dan sel-sel kambium tersebut sedang dalam
keadaan aktif. Tanaman ini biasa diperbanyak dengan stek atau cutting
sehingga tanaman baru mempunyai sifat genetik sama dengan induknya.
Perlakuan penyetekan pada tanaman mawar hanya mampu menghasilkan
tsedikit tanaman baru dan apabila induk tanaman mawar dipotong secara
terus-menerus sebagai bahan stek maka tanaman induk tersebut akan
rusak.
Oleh karena itu, diperlukan suatu metode atau cara yang efektif
dan efisien serta cepat dalam memperkembangbiakan tanaman mawar.
Kultur jaringan sebagai salah satu metode perbanyakan tanaman dapat
dipilih untuk mengatasi permasalahana diatas. Pada kultur jaringan tidak
menutup kemungkinan ditambahkannya suatu zat pengatur tumbuh untuk
mempercepat regenerasi dan pertumbuhan dari jaraingan tanaman
sehingga tanaman baru yang dihasilkan dalam waktu singkat dan
berjumlah banyak.

32

33

2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara IV kultur jaringan mawar mempunyai tujuan,
yaitu sebagai berikut :
a. Mengetahui teknik kultur jaringan mawar
b. Mengetahui pengaruh BAP terhadap pertumbuhan dan perkembangan
eksplan mawar
B. Tinjauan Pustaka
Menurut Nugroho dan Sugito (2004) kultur jaringan (Tissue culture)
adalah membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifat sama dengan induknya. Kultur Jaringan juga merupakan
metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti protoplas, sel, jaringan dan
organ (daun, batang, akar, biji, bunga, buah) dan menumbuhkan dalam
kondisi aseptik. Bagian tanaman yang akan dikulturkan disebut eksplan. Jadi
eksplan bisa berupa mata tunas, anthera, batang, daun dan akar yang masih
muda dan terdiri dari sel-sel meristematis, yang mana sel-selnya masih aktif
membelah-belah dan apabila dikulturkan pada media tumbuh yang sesuai
secara in vitro, maka eksplan tersebut akan tumbuh dan berkembang biak
menjadi banyak.
Dalam budidaya in vitro (kultur jaringan), menginduksi kalus
merupakan salah satu langkah penting, setelah itu diusahakan agar terjadi
diferensiasi akar dan tunas. Untuk mendapatkan kalus penggunaan eksplan
dari daun umumnya lebih menguntungkan dari pada eksplan batang. Masalah
yang perlu diantipasi adalah generasi kalus menjadi planlet. Untuk
mendapatkan kalus, zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan adalah 2,4D
dari golongan auksin dan BAP dari golongan sitokinin (Ibrahim et al 2004).
Menurut Yusnita (2007), selain dipengaruhi oleh ZPT, terutama
auksin, pembentukan akar juga dipengaruhi oleh sifat genetik dan umur
ontogenetik. Dalam metode perbanyakan melalui kultur in vitro, pertumbuhan
dan perkembangan eksplan sangat dipengaruhi oleh jenis media dasar dan
ZPT. Media MS kaya akan mineral yang merangsang terjadinya
organogenesis. Selain hara makro dan mikro dalam kultur in vitro, ZPT,

34

sitokinin dan auksin berperan dalam pertumbuhan dan morfogenesis.


Keseimbangan kedua ZPT tersebut menentukan pola diferensiasi eksplan.
Perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan memeiliki
beberapa keuntungan, yaitu diperolehnya bibit yang seragam dalam jumlah
besar. Teknik ini sangat bermanfaat untuk tanaman-tanaman yang
diperbanyak secara vegatatif. Adapun tanaman yang telah berhasil
diperbanyak antara lain tanaman hias (misal : anggrek dan mawar), tanaman
obat (misal: purwoceng dan bidara upas), tanaman berkayu (misal: jati dan
cendana), serta tanaman buah-buahan (misal : pisang dan manggis)
(Wahyudi 2002).
Kultur jaringan merupakan salah satu alternatif dalam perbanyakan
tanaman mawar. Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan dapat
menghasilkan benih dalam jumlah banyak dalam waktu singkat, seragam, dan
bebas penyakit. Keberhasilan teknik kultur jaringan dipengaruhi antara lain
oleh jenis eksplan, yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk
inisiasi suatu kultur, dan komposisi media yang digunakan. Semua tanaman
dapat diregenerasikan menjadi tanaman sempurna bila ditumbuhkan pada
media yang sesuai. Salah satu komponen media yang menentukan
keberhasilan kultur jaringan adalah jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh
yang

digunakan.

Sitokinin

digunakan

untuk

menumbuhkan

dan

menggandakan tunas aksiler atau merangsang pertumbuhan tunas adventif.


Sitokinin termasuk hormon yang dapat mempengaruhi pembelahan sel pada
jaringan tanaman yang ditumbuhkan pada media buatan (Yusnita 2004).
Dalam budidaya in vitro (kultur jaringan) menginduksi kalus
merupakan salah satu langkah penting, setelah itu diusahakan agar terjadi
diferensiasi akar dan tunas. Proses terjadinya kalus sampai diferensiasi
berbeda-beda, tergantung pada bagian tanaman yang dipakai sebagai eksplan,
metode budidaya in vitro, juga zat-zat tanaman yang dibubuhkan pada media
dasar. Dalam mendapatkan kalus, penggunaan eksplan daun lebih
menguntungkan daripada eksplan batang (Fadden 2003).

35

C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara IV kultur jaringan mawar dilaksanakan pada hari
Kamis 9 April 2013 pukul 13.00-selesai, bertempat di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi, Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat
a. LAFC lengkap dengan lampu bunsen
b. Petridish dan botol-botol kultur
c. Peralatan diseksi yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes
3. Bahan
a. Eksplan mawar (Rosa sp.)
b. Media kultur
c. Alkohol 70 %
d. Aquadest steril
e. Spiritus
f. Chlorox (Sunclin)
4. Cara Kerja
a. Mempersiapkan eksplan
b. Melakukan sterilisasi eksplan (dilakukan dalam LAFC)
1) Merendam eksplan dalam larutan Dithane M-45 3 mg/l selama +
12 jam, dilanjutkan dengan chlorox 5,25% (Sunclin 100%) selama
+ 3 menit.
2) Membilas eksplan dengan aquadest steril.
c. Menanam eksplan:
1) Membuka plastik penutup botol media kultur.
2) Mengambil eksplan dan menanamnya dalam media kultur dengan
pinset. Setelah digunakan, pinset harus selalu dibakar di atas api.
3) Mendekatkan mulut botol dengan api untuk menghindari
kontaminasi, selama penanaman.

36

d. Memelihara eksplan:
1) Menempatkan botol-botol kultur berisi eksplan di rak-rak kultur.
2) Menjaga lingkungan diluar botol meliputi; suhu, kelembaban, dan
cahaya.
3) Menyemprot botol-botol kultur dengan spiritus 2 hari sekali untuk
mencegah kontaminasi.
e. Melakukan Pengamatan Selama 5 minggu, meliputi :
1) Saat muncul akar, tunas, daun, dan kalus (HST), pengamatan
dilakukan setiap hari.
2) Jumlah akar, tunas, daun, dan kalus, pengamatan dilakukan setiap
seminggu sekali.
3) Deskripsi kalus (struktur dan warna kalus), dilakukan pada akhir
pengamatan.
4) Persentase keberhasilan, dilakukan pada akhir pengamatan
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Pengaruh BAP Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Eksplan Mawar (Rosa sp.)
Eksplan

Tanggal

Saat Muncul (HST)


Tunas Daun Kalus
-

Akar
-

Jumlah
Tunas Daun
-

9/4/2013

Akar
-

12/4/2013

16/4/2013

18/4/2013

Mawar

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan
Penanaman
eksplan
Media
berlendir
terkontamin
asi bakteri
Media
menguning
dan
kontaminasi
jamur warna
putih
Eksplan
terserang
jamur

37

Gambar 4.1 Kondisi Kultur Mawar


di Awal Pengamatan
2. Pembahasan

Gambar 4.2 Kondisi Kultur Mawar


di Akhir Pengamatan

Bahan yang digunakan dalam kultur jaringan ini adalah ruas


batang mawar dari jaringan yang masih muda agar mampu beregenerasi
lebih cepat. Media yang digunakan dalam kultur jaringan mawar adalah
Murashige dan Skoog (MS) yang dimodifikasi dengan penambahan ZPT
BAP 2 ppm. BAP merupakan zat pengatur tumbuh berupa sitokinin yang
dapat merangsang tumbuhnya tunas (Supriyati et al, 2006). Namun,
pemberian BAP pada eksplan mawar ini belum dapat diamati karena
eksplan tersebut mengalami kontaminasi bakteri sebelum tumbuh menjadi
tanaman baru.
Bahan yang digunakan dalam kultur jaringan ini adalah ruas
batang mawar dari jaringan yang masih muda agar mampu beregenerasi
lebih cepat. Eksplan yang dikulturkan tidak ada yang hidup. Eksplan yang
ditanam menjadi kekuningan karena browning dan sebagian lagi
mengalami kontaminasi oleh berbagai macam jamur. Kontaminasi oleh
berbagai macam jamur disebabkan oleh sterilisasi yang kurang sempurna
sehingga mikroba-mikroba yang ada didalam maupun disekitar eksplan
berkembang biak di dalam media. Sterilisasi yang kurang sempurna

38

kemungkinan besar terjadi pada saat eksplan akan ditanam di dalam botol
kultur. Pada saat eksplan akan ditanam, dilakukan sterilisasi bahan tanam
dengan menggunakan alkohol 96% dan larutan Clorox 5,25%. Apabila
perendaman dalam larutan terlalu cepat maka mikroba yang ada
kemungkinan masih terbawa di sekitar permukaan eksplan sehingga
peristiwa kontaminasi tidak dapat dihindarkan.
Eksplan mawar tekontaminasi oleh jamur dan bakteri, pada
kontaminasi jamur terlihat hifa putih hingga hitam (jenis yang berbeda)
muncul pada media ataupun pada bahan tanam. Sedangkan kontaminasi
oleh bakteri terlihat cairan kental di sekitar bahan tanam maupun media
yang merupakan kumpulan massa bakteri. Kontaminasi yang terjadi
disebabkan oleh faktor media ataupun bahan tanam yang sterilisasinya
kurang sempurna. Sterilisasi yang kurang sempurna ini mengakibatkan
tumbuhnya mikroba dalam media yang sangat kaya akan nutrisi.
Setelah dilakukan pengamatan, terlihat terjadi kontaminasi oleh
jamur dengan terbentuknya hifa putih yang muncul pada media hingga
akhirnya menyerang pada eksplan tanam. Kontaminasi ini disebabkan
oleh sterilisasi yang kurang sempurna sehingga mikroba-mikroba yang
ada didalam maupun disekitar eksplan berkembang biak di dalam media
(Yusnita, 2004). Sterilisasi yang kurang sempurna kemungkinan besar
terjadi pada saat eksplan akan ditanam di dalam botol kultur.
Sebagian dari eksplan mawar terkontaminasi oleh bakteri dan
jamur sedangkan sebagian yang lain mengalami browning yaitu matinya
eksplan karena terlalu lama mengalami sterilisasi. Fungsi dari sterilisasi
adalah membunuh mikroba akan tetapi apabila sterilisasi yang dilakukan
terlalu lama maka jaringan tanaman juga akan ikut mati atau terjadi
browning. Hal ini dikarenakan eksplan yang digunakan berupa batang
yang mempunyai permukaan yang cukup sulit untuk ditembus oleh
media, sehingga media agak sulit untuk masuk ke dalamjaringan eksplan
dan menyebabkan eksplan menjadi coklat kekuningan karena tidak
mendapatkan nutrisi yang cukup. Pengaruh dari BAP terhadap eksplan

39

mawar ini belum bisa diamati karena seluruh eksplan mati karena
terkontaminasi maupun karena sterilisasi bahan tanam yang terlalu lama.
Fungsi dari BAP adalah sebagai pemacu tunas.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Ruas batang mawar dari jaringan yang masih muda mampu
beregenerasi lebih cepat.
b. BAP merupakan zat pengatur tumbuh berupa sitokinin yang dapat
merangsang tumbuhnya tunas.
c. Kontaminasi oleh berbagai macam jamur disebabkan oleh sterilisasi
yang kurang sempurna sehingga mikroba-mikroba yang ada didalam
maupun disekitar eksplan berkembang biak di dalam media.
d. Kontaminasi jamur terlihat hifa putih hingga hitam (jenis yang
berbeda) muncul pada media ataupun pada bahan tanam.
e. Kontaminasi oleh bakteri terlihat cairan kental di sekitar bahan tanam
maupun media yang merupakan kumpulan massa bakteri.
2. Saran
Berdasarkan keadaan akhir dari pengamatan dimana kontaminasi
masih menjadi masalah utama maka saran yang bisa diberikan hanyalah
sterilisasi yang lebih baik lagi.

40

DAFTAR PUSTAKA
Fadden, S. E. 2003. Mist Propagation of Roses. Mekker Publishing. New York.
Ibrahim,M.S.D., N. Nova K., Nurliani B. 2004. Studi Pendahuluan : Induksi
Kalus Embriogenik Dari Eksplan Daun Echinaceae purpurea.Buletin TRO
Vol. XV No. 2, 2004
Nugroho A dan Sugito H. 2004. Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya:
Jakarta
Supriyati, Y., I. Mariska dan Mujiman. 2006. Multiplikasi Tunas Belimbing Dewi
(Averrhoa carambola) melalui Kultur In Vitro. Buletin Plasma Nutfah.
12(2) : 50-55.
Wahyudi, Tri. 2002. Perbanyakan Anggrek Hitam Borneo Secara in Vitro dengan
Penambahan IBA dan BAP. Jurnal Agriscience 17 (6) : 23-37.
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
______. 2007. Hibridisasi dan Seleksi Untuk Mendapatkan Klon Nanas Unggul
dan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mempercepat Perbanyakan Klon Baru
Nanas (Ananas comosus L.). http://digilib.unila.ac.id/go. Diakses pada 6
Mei 2013.

You might also like