Professional Documents
Culture Documents
ACARA I
STUDI GERAK DAN STUDI WAKTU
Disusun oleh :
Kelompok A2
Delia Yani Manduapessy (11/312054/TP/09988)
Defri Fajar Setiawan (11/311597/TP/09965)
Isnaini Puspitasari (11/311538/TP/09955)
Co-ass
Fajar Kurniawan
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu industri, sangat dibutuhkan suatu kondisi pekerjaan yang baik,
efisien, tetapi optimal agar didapatkan hasil yang optimal juga. Untuk itu
perancangan suatu sistem kerja yang baik sangat mutlak diperlukan agar hasil yang
diinginkan dapat tercapai. Untuk mendapatkan sistem kerja yang baik diperlukan
suatu analisis mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja apakah sudah
sesuai dan efktif. Apabila suatu sistem kerja sudah efektif tentu akan terus kita pakai,
akan tetapi apabila tidak, tentu memerlukan suatu perbaikan bahkan penggantian
sistem kerja. Dalam melakukan analisis tersebut sangat dibutuhkan suatu studi
gerakan dan studi waktu.
Studi gerakan merupakan suatu analisa yang dilakukan terhadap beberapa
gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan studi
gerakan ini diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif selama bekerja dapat
dikurangi bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh efektifitas dalam waktu kerja,
yang berarti dapat pula menghemat biaya karena pekerjaan yang tidak perlu sehingga
dapat dicapai produktivitas yang semakin naik.
Dalam studi gerakan juga sangat berhubungan erat dengan studi waktu, sebab
pekerjaan yang baik tentu harus sesuai antara gerakan dengan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seorang
pekerja adakalanya sudah tepat atau sesuai dengan gerakan-gerakan yang diperlukan,
tetapi adakalanya seorang pekerja melakukan gerak yang tidak perlu atau disebut
gerakan yang tidak efektif. Dalam setiap perancangan sistem kerja, sebaiknya
gerakan yang tidak efektif dihindari karena akan berdampak pada waktu yang
diperlukan dan fasilitas kerja yang digunakan. Dengan praktikum tentang studi gerak
ini diharapkan praktikan dapat melakukan analisis terhadap suatu industri, sehingga
dapat memberikan solusi yang tepat untuk melakukan perbaikan dari sistem yang
sudah ada. Selain itu dengan praktikum ini praktikan akan mempunyai bekal,
sehingga kelak ketika terjun di dunia industri dapat memberikan solusi yang tepat.
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan dapat mengidentifikasi elemen gerakan dasar yang dilakukan dalam
proses produksi
2. Praktikan dapat mengelompokkan elemen derakan dasar tersebut menjadi
elemen kerja yang teridentifikasi dan terukur untuk keperluan studi gerak dan
studi waktu.
3. Praktikan dapat menentukan waktu siklus, waktu normal, rating factor,
allowance factor dan waktu standar dari seluruh elemen kerja tersebut.
4. Praktikan dapat melakukan analisa kerja menggunakan Peta Tangan Kiri
Tangan Kanan, Peta Pekerja Mesin dan Peta Proses Kelompok Kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam suatu dunia industri, sangat penting untuk melakukan suatu pekerjann
dengan seefektif mungkin agar didapat hasil yang optimal. Untuk itu diperlukan studi
gerakan untuk mengetahui apakah gerakan yang sudah dilakukan sudah dalam
kondisi yang paling efektif. Studi gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap
beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan
demikian diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau
dihilangkan sehingga diperoleh penghematan dalam waktu kerja, yang selanjutnya
dapat pula menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan
tersebut (Sutalaksana, 1979).
Dalam studi gerakan, perlu dikenal terlebih dahulu gerakan-gerakan dasar.
Saat ini ada 17 elemen gerakan yang dinamakan Therblig. Berikut ini adalah elemenelemen gerakan Therblig (Sutalaksana, 1979):
1. Mencari (Search)
Mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi
obyek, yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat
mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek sudah ditemukan.
2. Memilih (Select)
Memilih merupakan gerakan untuk menemukan obyek yang tercampur.
3. Membawa (Grasp)
Gerakan membawa ini merupakan gerakan yang sulit untuk dihilangkan,
namun dapat dikurangi.
4. Menjangkau (Reach)
Menjangkau adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik
gerakan mendekati maupun menjangkau obyek.
5. Membawa (Move)
Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama pada waktu
istirahat.
satu
Gerakan balistik akan lebih menyenangkan, cepat dan lebih teliti dari pada
gerakan yang dikendalikan.
dicapai.
Tempat
penyimpanan
bahan
yang
akan
dikerjakan
sebaiknya
2.
Ada 3 metode pembacaan jam henti yang biasa dilakukan dalam study waktu
(Barnes, 1980), yaitu Continous timing, Repetitive timing dan accumulative timing.
a.
Continous Timing
Pembacaan jam henti dilakukan pada setiap akhir elemen kerja, tanpa mematikan
jam henti. Dengan cara ini waktu masing-masing elemen ditentukan dari perbedaan
pembacaan elemen terdahulu dengan elemen kerja berikutnya.
b.
Repetitive Timing
Pembacaan jam henti dilakukan setiap akhir elemen kerja. Saat pekerjaan selesai
jam henti dimatikan, dibaca kemudian dikembalikan lagi ke nol. Pembacaan alemen
berikutnya segera dimulai lagi. Kelemahan metode ini adalah keharusan untuk
memulai pembacaan dari angka nol lagi. Padahal begitu elemen kerja terdahulu
selesai, segera disusul elemen kerja berikutnya. Kemudahannya adalah waktu
masing-masing elemen kerja segera dapat diketahui.
c.
Accumulative Timing
Pembacaan jam henti dilakukan dengan menggunakan dua buah jam henti yang
dihubungkan secara mekanis, sehingga apabila jam henti pertama dihidupkan, jam
henti kedua akan mati secara otomatis, demikian juga sebaliknya. Pembacaan
dilakukan pada akhir elemen kerja dan pada saat itu jam henti yang diamati segera
dimatikan kemudian pembacaan waktu dilakukan.
Hal yang paling sulit dan paling penting dalam pengukuran waktu adalah
mengevaluasi kecepatan bekerja seorang operator selama dilakukan pengamatan.
Pengukur harus dapat memperkirakan besarnya ketidakwajaran yang terjadi. Untuk
itu diperlukan faktor penyesuaian untuk menormalkan ketidakwajaran tersebut.
Rating didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan performance factor yang
di observasi dengan konsep performance yang normal. Faktor penyesuaian menjadi
faktor yang akan diterapkan dalam penetapan waktu normal. Terdapat 6 cara untuk
menentukan faktor penyesuaian yaitu (Barnes, 1980) :
-
westing house
penyesuaian sintetis
penyesuaian obyektif
performance rating
Wn
x
N
X adalah data dari hasil studi waktu yang sudah mencukupi dan N adalah jumlah
data yang sudah mencukupi.
2. Menghitung waktu normal dengan:
Wn = Ws x p
p adalah faktor penyesuaian. Jika pekerja bekerja dengan wajar maka p = 1,
artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika pekerjanya terlalu lambat maka
untuk menormalkannya harga p < 1, tetapi jika bekerjanya terlalu cepat maka
harga p lebih dari satu.
3. Menghitung waktu baku dengan:
Wb = Wn + 1
Dimana 1 adalah kelonggaran diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique, dan gangguan-gangguan yang mungkin timbul yang
tidak dapat dihindarkan oleh pekerja.
Waktu baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang dilakukan secara wajar oleh seorang pekerja normal yang
dilaksanakan dengan metode tertentu. Sedangkan waktu siklus merupakan waktu
yang tercatat selama pekerja menyelesaikan pekerjaannya. Waktu siklus diperoleh
dari penjumlahan rata-rata waktu elemen. Sedangkan waktu normal diperoleh dari
perkalian waktu siklus dengan faktor penyesuaian dan waktu baku diperoleh dari
perkalian waktu normal dengan faktor kelonggaran (Sutalaksana, 1982).
1
Ts = Tn
Keterangan
( P F D)
100
Tn = normal time
P = personal allowance
F = fatique allowance
D = delay allowance
kenormalan
atau
ketidaknormalan
dalam
bekerja,
yaitu
ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam
kelas-kelas dengan nilainya masing-masing, namun keempat faktor tersebut harus
digunakan secara bersama-sama dalam menentukan faktor Rf.
4. Metode Syntethic, untuk mengevaluasi tempo kerja operator berdasar nilai waktu
yang ditetapkan lebih dahulu. Rasio untuk menghitung indeks performansi dapat
dirumuskan sebagai: R = P/A
Dimana:
R = faktor penyesuaian
P = predetermined time untuk elemen kerja yang diamati
A = rata-rata dari waktu elemen kerja yang diamati
Dengan studi gerakan ini, bisa dianalisa gerakan-gerakan yang dilakukan oleh
seorang pekerja selama melakukan pekerjaannya. Berdasarkan studi ini, maka kita
bisa membuat Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri, yang merupakan alat dari studi
gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang lebih efisien, yaitu gerakangerakan yang memang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Peta ini
menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan
oleh tangan kanan dan tangan kiri, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang
dibebankan pada tangan kanan dan tangan kiri ketika melakukan suatu pekerjaan
(Sutalaksana, 1979).
Secara umum Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri mempunyai kegunaan yang
sebagai berikut (Sutalaksana, 1979):
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak
produktif, sehingga akan dapat mempersingkat waktu.
3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.
4. Sebagai alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara kerja yang ideal.
Studi waktu diperlukan antara lain untuk (Sutalaksana, 1979):
1. Perhitungan upah bagi tenaga kerja langsung maupun tak langsung.
2. Penentuan jadwal dan perencanaan tenaga kerja
3. Penentuan biaya standar dan estimasi biaya produksi sebelum diproduksi.
4. Menentukan efektifitas mesin, jumlah mesin yang dioperasikan oleh tenaga kerja.
Work study dapat digunakan untuk menganalisis pekerjaan dengan maksud
untuk memperbaikinya maupun meningkatkannya, dengan kata lain harus
dipergunakan teknik-teknik dari method study dan work measurement yang
merupakan bagian dari work study untuk menjamin pendayagunaan sumber-sumber
manusia dan material. Bagian yang terpenting dari studi gerak dan studi waktu adalah
terlaksananya penerapan desain metoda pada proses produksi yang juga merupakan
perbaikan metoda yang sudah ada karena desain metoda merupakan suatu bentuk
pemecahan masalah yang kreatif yang memberi masukan pada proses umum
pemecahan masalah (Barnes, 1980).
Studi gerak dan studi waktu adalah sebuah usaha efisiensi dalam suatu proses
produksi di industri. Sebuah studi gerak dan waktu akan digunakan untuk
mengurangi jumlah gerakan dalam menyelenggarakan suatu operasi untuk
meningkatkan produktivitas. Percobaan paling terkenal dalam hal studi gerak dan
studi waktu adalah percobaan yang dilakukan oleh Frank Gilbreth. Dengan hati-hati
Frank Gilbreth meneliti pekerjaan tukang batu, Gilbreth mengurangi jumlah gerakan
dalam meletakkan batu bata dari 18 menjadi sekitar 5. Oleh karena itu, kedua pekerja
tukang batu itu mengalami peningkatan produktivitas dan penurunan kelelahan.
Gilbreths mengembangkan apa yang disebut dengan therbligs ("therblig" menjadi
"Gilbreth" yang dieja terbalik), sebuah skema klasifikasi yang terdiri dari 18 dasar
gerakan tangan. Gilbreths menunjukkan pentingnya lingkungan kerja total dengan
mengurangi gerakan yang tidak perlu (Niebel, 1993).
Kata ergonomi berasal dari 2 kata yunani, yaitu ergos yang berarti kerja dan
nomos yang berarti aturan-aturan. Di Amerika, digunakan istilah human
engineering dan di benua eropa digunakan istilah biotechnic yang sering dipakai
untuk mewakili kata ergonimi. Seorang desainer industri harus memikirkan aspek
teknik, ergonomi, dan estetika dalam meranjang produk industri. Karena tujuan dasar
desain industri adalah (Hurst, 2006) :
a. Produk hasrus memuaskan masyarakat dari segi ergonomi.
b. Produk-produk harus memenuhi kebutuhan alami manusia.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
a. Stopwatch
b. Alat tulis
B. Prosedur Praktikum
Untuk peta tangan kiri tangan kanan, setiap kali operator memulai kegiatan,
aktivitas tangan kiri dan tangan kanan di amati. Pada saat salah satu tangan
berubah aktivitasnya, dicatat aktivitas tangan yang lainnya. Demikian
seterusnya sampai aktivitas selesai.
Untuk peta pekerja mesin atau peta proses kelompok kerja, saat operator
pertama (atau mesin) mulai bekerja, aktivitas kerja operator lain diamati. Saat
salah satu aktivitas operator (atau mesin)berubah ,dicatat aktivitas yang
dilakukan oleh operator lain dan waktunya dicatat.
Ditentukan rating factor dan allowance factor. Penentuan kedua faktor ini
berdasarkan pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Xi Xi 2
( Xi )
N'
Waktu Siklus
Waktu
Normal
Waktu
Baku
1831079
18309841
0,021
427,150
509,201
2108
444404
4443664
0,034
210,600
244,644
27,84
77,5902
775,0656
0,432
2,790
3,266
Pembentuka
n
Pengovenan
618,76
7
267,69
2
3,983
3188
1016390
10163344
0,022
318,250
372,3525
Pengemasan
35,26
112,3293
1243,2676
0,001
3,5395
4,318
N
o
Stasiun
Kerja
Pengadukan
4279
Penggilingan
448,61
7
4,736
Xi Xi2
( Xi )
N'
Waktu
Siklus
Waktu
Normal
Waktu
Baku
8,9723
89,6809
0,187776
884
0,957
1,10055
1,207140
507
14,2
18,4
201,64
1,507637
374
1,29
1,4835
1,62718
4,42
2,4426
19,5364
0,090088
246
0,552
0,6072
0,666009
N
o
Elemen
Kerja
Mengambil
adonan
9,47
Memutar
adonana
Meletakkan
adonan
2.
0.6
BKA
0.4
BKB
0.2
0
0
10
15
20
25
1.8
1.6
1.4
1.2
MEMUTAR
ADONAN
1
0.8
BKA
0.6
BKB
0.4
0.2
0
0
10
15
20
25
0.62
0.6
0.58
0.56
MELETAKKAN
0.54
BKA
0.52
BKB
0.5
0.48
0.46
0
10
15
20
25
3.
4.
B. Pembahasan
Roti Bangkit merupakan industri yang berskala rumahan. Industri ini
berlokasi di Jalan janti Blok O. Industri pembuatan Roti Bangkit berdiri sejak tanggal
1997 yang didirikan oleh Bapak Asep, beliau tinggal di Solo, karena lokasi industri
yang berada di Yogyakarta maka Bapak Asep memberikan tanggung jawab penuh
industrinya kepada Bapak Dedek. Industri pembuatan Roti Bangkit memiliki
kapasitas produksi sebanyak 16000 bungkus per hari.
Dalam melakukan praktikum ini langkah pertama yang harus di lakukan
adalah menentukan stasiun kerja yangakan di amati sebagai objek kajian, misalnya
dalam home industri pembuatan Roti Bangkit dilakukan pengamatan study waktu
terhadap setiap elemen kerjanya. Data study waktu yng diambil dari setiap elemen
kerja adalah sebanyak 20 siklus atau lebih. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah data waktu yang diamati sudah memenuhi kecukupan data melalui uji
kecukupan data atau belum, apabula setelah di uji dengan uji kecukupan data, data
yang di peroleh belum memenuhi maka data yang ada harus di tambah lagi dengan
data yang baru. Untuk membuat kumpulan data lebih rapi maka data yang telah
diambil kemudian dimasukkan kedalam table data yang berisi nomer operasi dan
waktu operasi. Setah itu, ketika semua data sudah dinyatakan cukup maka data
tersebut dapat masuk dalam langkah berikutnya yaitu penentuan raiting factor dan
allowance factor
disebabkan oleh kondisi pekerja dan situasi tempat kerja ( kondisi pekerjaan)
Istilah yang kedua yaitu waktu normal, yang di maksud dengan waktu normal
adalah waktu siklus yang diberi factor penyesuaian. Yang ketiga adalah raiting factor.
Raiting factor adalah suatu pendekatan umum yang berguna untuk mengevaluasi dan
membandingkan berbagai alternatif lokasi. Dan yang selanjutnya adalah allowance
factor. Yang dimaksud dengan allowance factor merupakan factor kelonggaran di
mana pekerja boleh berhenti bekerja ( saat waktu bukan istirahat). Contohnya pekerja
di beri waktu sesaat untuk ke kamar mandi, minum, mengelap keringat dll.
Kelonggaran
menghilangkan
diberikan
untuk
rasa fatique,
dan
tiga
hal yaitu
untuk
hambatan-hambatan
kebutuhan
yang
pribadi,
tidak
dapat
Rasa lelah tercerminn antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah
maupun kualitas. Jika rasa lelah telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih
besar dari normal dan ini akan menambah lelah. Bila hal ini terus berlangsung maka
anggota tubuh yang bersangkutan tidak akan dapat melakukan kerja sama sekali
walaupun diinginkan. Adapun hal-hal yang diperlukan pekerja untuk menghilangkan
lelah adalah melakukan peregangan otot, pergi keluar ruangan untuk menghilangkan
lelah dan lain sebagainya.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari hambatan yang
tidak
dapat
dihindarkan
karena
berada
diluar
kekuasaan
pekerja
untuk
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada stasiun kerja pembentukan elemen kerja untuk tangan kanan meliputi
mengambil adonan, memutar-mutar adonan,sedangkan untuk tangan kiri
meliputi memutar-mutar adonan dan meletakkan adonan
2. Pada saat mengambil adonan hanya digunakan tangan kiri sehingga adonan
yang telah diambil hanya sedikit.
3. Waktu siklus stasiun kerja pembentukan sebesar 2,790 s
Waktu normal pada pekerja untuk elemen kerja mengambil adonan adalah
1,10055 s, elemen kerja memutar-mautar adonan adalah 1,4835 s, elemen
kerja meletakkan adonan adalah 0,6072 s
Rating factor sebesar 0,18. Allowance factor sebesar 18%
Waktu baku pada pekerja untuk elemen kerja mengambil adonan adalah1,207
s, elemen kerja memutar-mautar adonan adalah 1,627 s, elemen kerja
4. Menurut hasil diskusi yang kami lakukan analisa kerja menggunakan tangan
kiri tangan kanan pada stasiun kerja pengolesan mentega sudah cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA