Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
dr. DIANA H, SpOG
Disusun Oleh :
Dewi Purnamasari
H2A009013
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
Plasenta previa merupakan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri
pada kehamilan trimester akhir khususnya pada bulan ke delapan.
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat
meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi.
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah
rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah
plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas
dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh
plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa
ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa
intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu,
pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal
ataupun intranatal.
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi, pada usia
diatas 30 tahun, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi juga
pada kehamilan ganda. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden dua
sampai tiga kali. Pada permpuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih
tinggi 2 kali lipat. Plasenta yang terlalu besar seperti kehamilan ganda dan
eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
2
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar
melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester
kedua ke atas. Perdarahan pertama tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan
kembali berulang tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu. Pada setiap
pengulangan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.
Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan; perdarahan bisa sedikit sampai banyak. Perdarahan diperhebat berhubung
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim.
Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada
plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan.
Pada pemeriksaan transabdoinal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih
yang dikosongkan akan memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan
ketepatan tinggi sampai 96%-98%.
Pasien dengan plasenta previa dilaporkan berisiko tinggi untuk mengalami
solusio plasenta (rate rasio 13,8), seksio sesaria (rate rasio 3,9), kelainan letak janin
(rate ratio 2,8), dan perdarahn pascasalin (rate rasio 1,7). Pasien dengan semua
klasifikasi plasenta previa dalam trimester ketiga yang dideteksi dengan
ultrasonografi transvaginal belum ada pembukaan pada serviks maka persalinannya
dilakukan melalui seksio sesarea. Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada
perdarahan banyak yang mengkhawwatirkan.
Prognosis pasien dengan plasenta previa saat ini lebih baik dibandingkan pada
masa lalu. Karena diagnosis plasenta previa dapat ditegakkan lebih dini dengan USG.
BAB II
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. W
Umur
: 25 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: karyawan swasta
Pendidikan Terakhir
: SLTA
Alamat
:Jalan Mintojiwo Timur RT 01 RW 07 Gisikdrono,
Semarang
Tanggal masuk
:18 September 2013 (pukul 9.25 WIB)
No. CM
:427368
Biaya pengobatan
: Jampersal
Nama Suami
: Tn. S
Umur
: 43 th
Alamat
Agama
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Pendidikan Terakhir
: SLTA
II.
DAFTAR MASALAH
No
1.
Masalah aktif
Tanggal
No
Masalah pasif
Tanggal
24 April
2013
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis Tgl 18 September 2013, Pukul:
10.45
Keluhan utama
: dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir selama
kehamilannya dari usia kehamilan 32 minggu. Perdarahan dirasakan terus
menerus. Darah berwarna merah segar dengan jumlah banyak dalam sehari
pasien bisa mengganti pembalut >7 kali, gumpalan (-), keluar jaringan (-).
Perdarahan sempat hilang tetapi muncul kembali. Pada saat perdarahan
muncul tidak disertai dengan nyeri. Kenceng-kenceng (-), keluar lendir darah
dari jalan lahir (-), keluar air ketuban dari jalan lahir (-) dan gerak janin masih
dirasakan
2 minggu SMRS pasien mengeluh dengan keluhan yang sama dan
memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan dan dilakukan pemeriksaan
USG. Dokter spesialis kandungan memberitahu posisi bayi letak lintang dan
jalan lahir bayi tertutup oleh plasenta sehingga dokter spesialis menyarankan
untuk di operasi.
RIWAYAT HAID
Menarche : 12 tahun.
Lama haid : 7 hari, siklus haid 28 hari.
HPHT
: 20 Desember 2012
HPL
: 29 September 2013
RIWAYAT MENIKAH
Pernikahan pertama, lama pernikahan 1,5 tahun.
RIWAYAT OBSTETRI
G1P0A0, 25 tahun hamil 38 minggu
Kehamilan
1
Keterangan
Hamil ini
RIWAYAT ANC
Di bidan > 4x
Imunisasi TT 2 x
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat HT
: disangkal.
: disangkal
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat ISK
: disangkal
Riwayat IMS
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat HT
: disangkal.
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 18 September 2013 pada pukul
11.00 WIB
1) Status Praesens
Keadaan Umum : Baik
6
Kesadaran
: Kompos mentis
GCS
: 15 (E 4, V 5, M 6)
Tanda Vital
Palpasi
Perkusi
Pulmo
Dextra
Sinistra
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
retraksi (-)
retraksi (-)
Stem
fremitus
normal
Stem
fremitus
normal
kanan = kiri
kanan = kiri
Suara
vesikuler(+),
Dasar
paru
suara
kiri
SD
suara
paruvesikuler
(+),
tambahanparu
Auskultasi
Perkusi
: sulit dinilai
Palpasi
: sulit dinilai
Extermitas
Superior
-/-
Edema
Inferior
-/-
Varises
-/-
-/-
Reflek
+ normal
+ normal
-/-
-/-
fisiologis
Reflek
patologis
3) Status obstetri
Pemeriksaan luar
Abdomen: inspeksi : linea nigra, striae gravidarum
Palpasi :
Leopold I: tinggi fundus uteri 29 cm, teraba bagian
Janin tahanan memanjang
Leopold II: teraba satu bagian janin : besar, bulat,
keras, ballotemen (+) disebelah kanan dan
teraba besar, bulat, lunak, ballotemen(+)
di sebelah kiri
Leopold III: teraba bagian kecil janin
Leopold IV: tidak dilakukan
Denyut jantung janin: 11-12-12
Pemeriksaan dalam :
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
Pemeriksaan Panggul Dalam : tidak dilakukan
Laboratorium Hematologi
1. Hematologi
(Darah Rutin (WB
EDTA)
Hb
Ht
Nilai
L
L
Nilai normal
11.60 g/dL
33,10 %
10
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
V.
16.69 103/uL
180. 103/uL
3.78 .106/uL
3.6-11 103/uL
150 440 103/uL
3,8 -5.2 106/uL
VII.
12
LAPORAN OPERASI
Nama Operator : dr. Muh. Taufiqi Setyabudi Sp.OG
Nama Asisten : dr. Ratih Barirah
Nama operasi : Sectio cesaria
Tanggal
: 19 September 2013
Jam
: 08.45-09.30
Laporan Operasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
CATATAN KEMAJUAN
13
Tanggal
Perjalanan penyakit
Perintah pengobatan/
tindakan yang akan
20/9/2013
S :-
di berikan
Infus RL 20 tpm
O: ku : compos mentis
Tv : TD : 110/ 80 mmHg
gr
Nadi : 80 x/ menit
Asam
RR : 20x/ menit
3x500mg
Suhu : 36,1 C
mefenamat
Pengawasan 10
BAB (-)
ASI : (-)
BAK (+)DC
A : P1A0 , 26 tahun
21/9/2013
Infus RL 20 tpm
O: ku : compos mentis
Tv : TD : 110/ 80 mmHg
gr
Nadi : 80 x/ menit
Asam
RR : 20x/ menit
3x500mg
Suhu : 36,1 C
mefenamat
Pengawasan 10
pusat
Ekstermitas : oedem (--/--)
PPV : (+) lokea
BAB (-)
ASI : (-)
BAK (+)DC
A : P1A0 , 26 tahun
Post SCTP a.i plasenta previa totalis
22/10/2013 S :O: ku : compos mentis
Cefadroxil 2x500mg
Asam
Tv : TD : 110/ 80 mmHg
mefenamat
3x500mg
Nadi : 80 x/ menit
RR : 20x/ menit
Suhu : 36,1 C
Vitamin
2x1
Bc/C/SF
Diet biasa
BAB (-)
ASI : (-)
BAK (+)DC
A : P1A0 , 26 tahun
Post SCTP a.i plasenta previa totalis
15
16
PEMBAHASAN
Kasus yang dibahas pada laporan kasus ini adalah plasenta previa totalis.
Diagnosis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pasien Ny. Weni usia 26 tahun hamil 38 minggu 6 hari G1P0A0. Usia kehamilan
pasien ini termasuk normal atau aterm. Kehamilan aterm adalah kehamilan yang
berusia antara 37 sampai 42 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Plasenta
previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian
rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Klasifikasi
plasenta previa ada 4. Berdasarkan hasil USG pasien pada kasus ini termasuk ke
dalam plasenta sentralis/totalis. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada
pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh jalan lahir.
Pasien ini datang ke rumah sakit pada tanggal Tgl 18 September 2013, Pukul
10.45 WIB, dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir selama kehamilannya dari
usia kehamilan 32 minggu. Perdarahan dirasakan terus menerus. Darah berwarna
merah segar dengan jumlah banyak dalam sehari pasien bisa mengganti pembalut >7
kali, gumpalan (-), keluar jaringan (-). Perdarahan sempat hilang tetapi muncul
kembali. Pada saat perdarahan muncul tidak disertai dengan nyeri. Kenceng-kenceng
(-), keluar lendir darah dari jalan lahir (-), keluar air ketuban dari jalan lahir (-) dan
gerak janin masih dirasakan
Status Internus dalam batas normal. Diagnosis kehamilan tunggal hidup di
dukung dengan pemeriksaan fisik dimana denyut jantung janin positif dengan satu
punctum maksimum frekuensi DJJ 140x/menit. Hasil pemeriksaan Leopold
didapatkan kesan letak lintang dimana pada pemeriksaan leopord I tinggi fundus uteri
29 cm, teraba bagian janin tahanan memanjang, leopord II teraba satu bagian janin :
17
besar, bulat keras, ballotemen (+) disebelah kanan danteraba besar, bulat, lunak,
ballotemen (+) di sebelah kiri, pada Leopold III: teraba bagian kecil janin. Pada
pasien ini tidak dilakukan pemeriksaaan dalam (VT), karena kontra indikasi VT
adalah plasenta previa dan parturien dengan kemungkinan besar akan disektio.
Berdasarkan seluruh pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien ini
datang saat belum inpartu dengan keluhan keluar darah terus menerus berwarna
merah segar dari jalan lahir.
Penanganan yang dilakukan dalam kasus ini adalah pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah rutin serta pogram SC elektif. Dalam kasus
ini hanya dilakukan pemeriksaan darah rutin. Pasien dengan semua klasifikasi
plasenta previa dalam trimester ketiga yang dideteksi dengan ultrasonografi
transvaginal belum ada pembukaan pada serviks maka persalinannya dilakukan
melalui seksio sesarea. Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada perdarahan banyak
yang mengkhawatirkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kasus ini adalah
persalinan sectio sesarea atas indikasi plasenta previa. Sectio caesarea adalah
persalinan melalui pembedahan untuk mengeluarkan bayi dari rahim lewat suatu
irisan/sayatan pada perut bagian bawah dan rahim.
Menurut Indiarti (2006), alasan untuk melakukan sectio caesarea pada ibu
hamil atau ibu dalam persalinan adalah plasenta menghalangi jalan lahir (placenta
previa), perdarahan dalam kehamilan lanilla, kelainan letak (seperti letak lintang,
letak sungsang), ketidaksesuaian antara jalan lahir ibu dengan besarnya janin atau
presentasi janin (panggul sempit, anak besar, letak dahi, letak muka, dan sebagainya),
ketuban pecah sebelum waktunya yang setelah diantisipasi tidak memberikan
kemajuan dalam persalinan, persalinan tidak maju, drip oksitosin yang gagal, ibu
mengalami preeklamsi berat (keracunan kehamilan, hipertensi dalam kehamilan) atau
eklamsi (preeklamsi yang disertai kejang), serta kelainan bentuk rahim.
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a) PLASENTA PREVIA
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa
nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan
(Chalik, 2008).
2. Epidermiologi
Menurut Chalik (2008) plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan
dengan paritas tinggi, dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat
juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit
Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7 % sampai
dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka kejadiannya lebih rendah yaitu
kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya wanita yang hamil
dengan paritas tinggi.
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat
meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi
(Decherney, Nathan, Goodwin, Laufer, 2007)
3. Etiologi
Menurut Faiz & Ananth (2003) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum
diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi
plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat
seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya hidup yang juga dapat
19
20
Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea
yang ditutupi plasenta.
6. Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami
perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan
semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila plasenta
terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan
segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan
plasenta pada tempat perlekatannya.
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini
21
ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin
rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak
rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).
7. Manifestasi
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar
melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi diatas
akhir trimester kedua. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan dapat
berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali terjadi tanpa sebab yang jelas
setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat perdarahan berulang biasanya perdarahan
yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir. Karena letak plasenta pada
plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering teraba
bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam
letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak ditemui nyeri maupun tegang pada
perut ibu saat dilakukan palpasi (Chalik, 2008).
8. Diagnosis
Apabila plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester
kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Untuk
memastikannya dapat dilakukan pemeriksaan USG, namun bagi beberapa wanita
mungkin bahkan tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasus- kasus
plasenta previa sebagian (Faiz & Ananth, 2003).
Menurut Mochtar (1998) diagnosa dari plasenta previa bisa ditegakkan dengan
adanya gejala klinis dan beberapa pemeriksaan yaitu:
22
a. Anamnesia, pada saat anamnesis dapat ditanyakan beberapa hal yang berkaitan
dengan perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya
perdarahan, apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan,
frekuensi serta banyaknya perdarahan (Wiknjosastro, 2007)
b. Inspeksi, dapat dilihat melalui banyaknya darah yang keluar melalui vagina,
darah beku, dan sebagainya. Apabila dijumpai perdarahan yang banyak maka ibu
akan terlihat pucat (Mochtar, 1998).
c. Palpasi abdomen, sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi fundus uteri
yang rendah karena belum cukup bulan. Juga sering dijumpai bahwa bagian
terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih
bergoyang, terapung atau mengolak di atas pintu atas panggul (Mochtar, 1998).
d. Pemeriksaan inspekulo, dengan menggunakan spekulum secara hati-hati dilihat
dari mana sumber perdarahan, apakah dari uterus, ataupun terdapat kelainan pada
serviks, vagina, varises pecah, dll (Mochtar, 1998)
e. Pemeriksaan radio-isotop
1) Plasentografi jaringan lunak
2) Sitografi
3) Plasentografi indirek
4) Arteriografi
5) Amniografi
6) Radio isotop plasentografi
f. Ultrasonografi, transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih
yang dikosongkan akan memberikan kepastian diagnosa plasenta previa.
Walaupun transvaginal ultrasonografi lebih superior untuk mendeteksi keadaan
ostium uteri internum namun sangat jarang diperlukan, karena di tangan yang
tidak ahli cara ini dapat menimbulkan perdarahan yang lebih banyak (Chalik,
2008). Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin (Mochtar, 1998)
23
g. Pemeriksaan dalam, pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir yang
paling ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa. Walaupun
ampuh namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan perdarahan yang lebih
hebat, infeksi, juga menimbulkan his yang kemudian akan mengakibatkan partus
yang prematur. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum yaitu jika
terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc, perdarahan yang telah berulang, his telah
mulai dan janin sudah dapat hidup diluar janin (Mochtar, 1998). Dan pemeriksaan
dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan jika dilakukan dikamar operasi yang
telah siap untuk melakukan operasi dengan segera (Mose, 2004).
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati. Jika
tulang kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Namun jika teraba
bantalan lunak maka, kemungkinan besar plasenta previa
9. Penatalaksanaan
Menurut Mose (2004) penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2
golongan, yaitu:
a.
24
25
berkontraksi
dan menghentikan
26
10. Komplikasi
Menurut Dutta (2004) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi
yaitu:
a) Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan
antepartum yang dapat menimbulkan syok, kelainan letak pada
janin sehingga meningkatnya letak bokong dan letak lintang. Selain
itu juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur.
b) Selama persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau
robekan jalan lahir, prolaps tali pusat, perdarahan postpartum,
perdarahan intrapartum, serta dapat menyebakan melekatnya
plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual atau bahkan
dilakukan kuretase
Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan
bayi lahir dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin
dalam uterus, kelainan kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.
11. Prognosis
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan
27
BAB IV
KESIMPULAN
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.
Kasus yang dibahas pada laporan kasus ini adalah plasenta previa totalis..
Diagnosis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pasien Ny. Weni usia 26 tahun hamil 38 minggu G1P0A0. Usia kehamilan pasien ini
termasuk normal atau aterm. Kehamilan aterm adalah kehamilan yang berusia antara
37 sampai 42 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Berdasarkan seluruh
pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien ini datang saat belum inpartu
dengan keluhan keluar darah mengucur berwarna merah segar dari jalan lahir.
Penanganan yang dilakukan dalam kasus ini adalah pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah rutin dan pogram SC elektif. Pasien dengan
semua klasifikasi plasenta previa dalam trimester ketiga yang dideteksi dengan
ultrasonografi transvaginal belum ada pembukaan pada serviks maka persalinannya
dilakukan melalui seksio sesarea. Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada
perdarahan banyak yang mengkhawatirkan.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, G.H., saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. (2008), Ilmu
Kebidanan, ed. 7, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
2. www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30871/.../Chapter%20II.pdf
3. www.library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-tmhanafiah2.pdf
4. Hanifah TM. Plasenta previa. Medan: Bagian Obstetric dan Gynekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara;2004
30