You are on page 1of 30

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA TOTALIS


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik
Stase Obstetri dan Ginekologi di RSUD Adhyatma Semarang

Pembimbing :
dr. DIANA H, SpOG

Disusun Oleh :
Dewi Purnamasari
H2A009013

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
1

BAB I
PENDAHULUAN
Plasenta previa merupakan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri
pada kehamilan trimester akhir khususnya pada bulan ke delapan.
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat
meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi.
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah
rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah
plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas
dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh
plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa
ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa
intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu,
pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal
ataupun intranatal.
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi, pada usia
diatas 30 tahun, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi juga
pada kehamilan ganda. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden dua
sampai tiga kali. Pada permpuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih
tinggi 2 kali lipat. Plasenta yang terlalu besar seperti kehamilan ganda dan
eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
2

Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar
melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester
kedua ke atas. Perdarahan pertama tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan
kembali berulang tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu. Pada setiap
pengulangan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.
Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan; perdarahan bisa sedikit sampai banyak. Perdarahan diperhebat berhubung
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim.
Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada
plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan.
Pada pemeriksaan transabdoinal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih
yang dikosongkan akan memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan
ketepatan tinggi sampai 96%-98%.
Pasien dengan plasenta previa dilaporkan berisiko tinggi untuk mengalami
solusio plasenta (rate rasio 13,8), seksio sesaria (rate rasio 3,9), kelainan letak janin
(rate ratio 2,8), dan perdarahn pascasalin (rate rasio 1,7). Pasien dengan semua
klasifikasi plasenta previa dalam trimester ketiga yang dideteksi dengan
ultrasonografi transvaginal belum ada pembukaan pada serviks maka persalinannya
dilakukan melalui seksio sesarea. Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada
perdarahan banyak yang mengkhawwatirkan.
Prognosis pasien dengan plasenta previa saat ini lebih baik dibandingkan pada
masa lalu. Karena diagnosis plasenta previa dapat ditegakkan lebih dini dengan USG.

BAB II
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. W
Umur
: 25 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: karyawan swasta
Pendidikan Terakhir
: SLTA
Alamat
:Jalan Mintojiwo Timur RT 01 RW 07 Gisikdrono,
Semarang
Tanggal masuk
:18 September 2013 (pukul 9.25 WIB)
No. CM
:427368
Biaya pengobatan
: Jampersal
Nama Suami

: Tn. S

Umur

: 43 th

Alamat
Agama

: Jalan Erowati Utara no 13 RT 01 RW 07, Semarang


: Islam

Pekerjaan

: Karyawan swasta

Pendidikan Terakhir
: SLTA
II.
DAFTAR MASALAH
No
1.

Masalah aktif

Tanggal

G1P0A0, 26 tahun, hamil 38 minggu


janin satu hidup intrauterine
presentasi letak lintang dorso superior
belum inpartu
plasenta previa totalis
III.

No

Masalah pasif

Tanggal

24 April
2013

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis Tgl 18 September 2013, Pukul:
10.45
Keluhan utama
: dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir selama
kehamilannya dari usia kehamilan 32 minggu. Perdarahan dirasakan terus
menerus. Darah berwarna merah segar dengan jumlah banyak dalam sehari
pasien bisa mengganti pembalut >7 kali, gumpalan (-), keluar jaringan (-).
Perdarahan sempat hilang tetapi muncul kembali. Pada saat perdarahan
muncul tidak disertai dengan nyeri. Kenceng-kenceng (-), keluar lendir darah
dari jalan lahir (-), keluar air ketuban dari jalan lahir (-) dan gerak janin masih
dirasakan
2 minggu SMRS pasien mengeluh dengan keluhan yang sama dan
memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan dan dilakukan pemeriksaan
USG. Dokter spesialis kandungan memberitahu posisi bayi letak lintang dan
jalan lahir bayi tertutup oleh plasenta sehingga dokter spesialis menyarankan
untuk di operasi.
RIWAYAT HAID
Menarche : 12 tahun.
Lama haid : 7 hari, siklus haid 28 hari.
HPHT
: 20 Desember 2012
HPL
: 29 September 2013
RIWAYAT MENIKAH
Pernikahan pertama, lama pernikahan 1,5 tahun.
RIWAYAT OBSTETRI
G1P0A0, 25 tahun hamil 38 minggu
Kehamilan
1

Keterangan
Hamil ini

RIWAYAT ANC

Di bidan > 4x
Imunisasi TT 2 x

RIWAYAT KB : RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat HT

: disangkal.

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat alergi obat/makanan

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat operasi

: disangkal

Riwayat ISK

: disangkal

Riwayat IMS

: disangkal

Riwayat penyakit selama kehamilan


: disangka
Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu: disangkal
(hanya konsumsi vitamin dari dokter atau bidan).

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat HT

: disangkal.

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, suami bekerja sebagai
wiraswasta biaya pengobatan ditanggung jampersal. Kesan ekonomi
cukup.
IV.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 18 September 2013 pada pukul
11.00 WIB
1) Status Praesens
Keadaan Umum : Baik
6

Kesadaran

: Kompos mentis

GCS

: 15 (E 4, V 5, M 6)

Tanda Vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg


Nadi : 72x /menit, irama regular, isi dan tegangan cukup
Nafas : 16x /menit
Suhu : 37oC (axiler)
BB : 62 kg
TB : 158 cm
Status Gizi: kesan gizi cukup
2) Status Internus
Mata

: Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemis (-/-), ikterik (-/-); Reflek


cahaya (+/+); Edem palpebra (-/-); Pupil isokor 3mm/3mm

Hidung : Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)


Telinga : Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), Nyeri tragus (-/-), sekret (-/)
Mulut : Lembab (+), Sianosis (-),stomatitis (-), hiperemis (-)
Leher :Limfonodi (-), pembesaran tiroid (-), otot bantu pernafasan (-)
Thorax :
Mata: Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemis (-/-),ikterik (-/-); Reflek
cahaya (+/+); Edem palpebra (-/-); Pupil isokor 3mm/3mm
Hidung: Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)
Telinga: Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), Nyeri tragus (-/-), sekret (-/)
Mulut: Lembab (+), Sianosis (-), stomatitis (-), hiperemis (-)
Leher: pembesaran limfonodi(-),pembesarantiroid (-), hipertropi otot
bantu pernafasan (-)
Thorax :
Cor:
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS V LMCS, tak kuat angkat

Perkusi

: Batas atas jantung

: ICS II Linea parasternal sinistra

Batas Pinggang jantung: ICSIII Linea parasternal


sinistra
Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm medial Linea
mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS IV Linea sternalis
dextra
Auskultasi: Bunyi jantung I & II normal &murni, bising (-),
gallop(-)

Pulmo
Dextra

Sinistra

Depan
Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Simetris statis & dinamis,

Simetris statis & dinamis,

retraksi (-)

retraksi (-)

Stem

fremitus

normal

Stem

fremitus

normal

kanan = kiri

kanan = kiri

Sonor seluruh lapang paru

Sonor seluruh lapang paru

Suara dasar paru vesikuler

Suara

(+), suara tambahan paru:

vesikuler(+),

wheezing (-), ronki(-)

tambahan paru: wheezing

Dasar

paru
suara

(-), ronki (-)


Belakang
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Stem fremitus kanan =

Stem fremitus kanan = kiri

kiri

Sonor seluruh lapang paru

Sonor seluruh lapang paru

SD paruvesikuler (+), suara

SD

tambahan paru: wheezing

suara

paruvesikuler

(+),

tambahanparu

(-), ronki (-)

wheezing (-), ronki (-)


Abdomen :
Inspeksi

: Striae gravidarum (+), membuncit membujur

Auskultasi

: Bising usus (+) normal (15x/menit)

Perkusi

: sulit dinilai

Palpasi

: sulit dinilai

Extermitas
Superior
-/-

Edema

Inferior
-/-

Varises

-/-

-/-

Reflek

+ normal

+ normal

-/-

-/-

fisiologis
Reflek
patologis
3) Status obstetri
Pemeriksaan luar
Abdomen: inspeksi : linea nigra, striae gravidarum
Palpasi :
Leopold I: tinggi fundus uteri 29 cm, teraba bagian
Janin tahanan memanjang
Leopold II: teraba satu bagian janin : besar, bulat,
keras, ballotemen (+) disebelah kanan dan
teraba besar, bulat, lunak, ballotemen(+)
di sebelah kiri
Leopold III: teraba bagian kecil janin
Leopold IV: tidak dilakukan
Denyut jantung janin: 11-12-12
Pemeriksaan dalam :
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
Pemeriksaan Panggul Dalam : tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang tanggal 19 Septeber 2013


-

Laboratorium Hematologi

1. Hematologi
(Darah Rutin (WB
EDTA)
Hb
Ht

Nilai

L
L

Nilai normal

11.60 g/dL
33,10 %
10

11.7 15.5 g/dL


35 47%

Leukosit
Trombosit
Eritrosit

V.

16.69 103/uL
180. 103/uL
3.78 .106/uL

3.6-11 103/uL
150 440 103/uL
3,8 -5.2 106/uL

USG : plasenta previa totalis


RESUME
Ny.W, 25 tahun datang ke RS Tugu dengan keluhan keluar darah dari

jalan lahir selama kehamilannya dari usia kehamilan 32 minggu. Perdarahan


dirasakan terus menerus. Darah berwarna merah segar dengan jumlah banyak
dalam sehari pasien bisa mengganti pembalut >7 kali. Perdarahan sempat
hilang tetapi muncul kembali. Pada saat perdarahan muncul tidak disertai
dengan nyeri. Kenceng-kenceng (-), keluar lendir darah dari jalan lahir (-),
keluar air ketuban dari jalan lahir (-) dan gerak janin masih dirasakanHPHT
ibu tanggal 20 Desember 2012, riwayat pernikahan:1 kali dan selama 1,5
tahun. Riwayat Obstetri ibu G1P0A0.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah ibu 110/70 mmHg,
Nafas 16x/menit, suhu 37oC (axiler), Nadi 72x/menit, irama reguler, isi dan
tegangan cukup. Status Internus tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan
Leopold I didapatkan tinggi fundus uteri 29 cm, teraba bagian janin tahanan
memanjang. Pemeriksaan Leopold II didapatkan teraba satu bagian janin :
besar, bulat, keras, ballotemen (+) disebelah kanan dan teraba besar, bulat,
lunak, ballotemen(+) di sebelah kiri. Pemeriksaan Leopold III didapatkan
VI.

teraba bagian kecil janin


DIAGNOSA SEMENTARA
G1P0A0, 23 tahun, hamil 39 minggu 4 hari,
Jumlah Janin 1 dan Hidup intra uteri
letak lintang dorsosuperior
Belum inpartu

VII.

DIAGNOSIS DAN SIKAP


1. Dx kerja :
G1P0A0, 23 tahun, hamil 39 minggu 4 hari
Jumlah Janin 1 dan Hidup intra uteri
11

Presentasi letak lintang dorsosuperior


Belum inpartu
Dx :
S
:O :Sikap
:
Akhiri kehamilan dengan sc elektif
Ijin tindakan
Konsul anastesi
Konsul perinatologi
Melakukan pengawasan 9, meliputi:
a. Keadaan umum
b. Tekanan darah
c. Frekuensi nadi
d. Frekuensi pernapasan
e. Suhu
f. His
g. Denyut jantung janin
h. Pengeluaran per vaginam
i. Tanda- tanda inpartu
Jika sewaktu-waktu perdarahan banyak maka dilakukan SC cito
Ex
:
Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai kondisi
kehamilan
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
tindakan yang akan di ambil
Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien tentang resiko dan
komplikasi tindakan

12

LAPORAN OPERASI
Nama Operator : dr. Muh. Taufiqi Setyabudi Sp.OG
Nama Asisten : dr. Ratih Barirah
Nama operasi : Sectio cesaria
Tanggal

: 19 September 2013

Jam

: 08.45-09.30

Laporan Operasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Ibu tidur dalam pengaruh anestesi


Asepsis dan antisepsis daerah tindakan, pasang duk steril
Incisi dinding abdomen secara pfannenstiel
Incisi di perdalam lapis demi lapis sampai cavum abdomen terbuka
Incisi SBR secara semiluner
Pecah KK keluar air ketuban, jumlah cukup, warna jernih
Dengan meluksir kepala lahir bayi perempuan BB 2300 gr apgar score 9-

10-10 tanda prematur (-)


8. Plasenta dilahirkan kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-)
9. Jahit SBR secara single layer
10. Eksplorasi : - kontraksi uterus kuat
- adneksa dalam batas normal
- perdarahan (-)
11. tutup abdomen lapis demi lapis
12. tindakan selesai

CATATAN KEMAJUAN

13

Tanggal

Perjalanan penyakit

Perintah pengobatan/
tindakan yang akan

20/9/2013

S :-

di berikan
Infus RL 20 tpm

O: ku : compos mentis

Inj. Ceftriaxon 2x1

Tv : TD : 110/ 80 mmHg

gr

Nadi : 80 x/ menit

Asam

RR : 20x/ menit

3x500mg

Suhu : 36,1 C

Metergin 3x2 tablet

mefenamat

Mata:conjungtiva palpebra anemis (-/-)


Thorax : cor dan pulmo dalam batas Diet biasa
normal

Pengawasan 10

Abdomen : TFU teraba 2 jari di bawah


pusat
Ekstermitas : oedem (--/--)
PPV : (+) lokea

BAB (-)

ASI : (-)

BAK (+)DC

A : P1A0 , 26 tahun
21/9/2013

Post SCTP a.i plasenta previa totalis


S :-

Infus RL 20 tpm

O: ku : compos mentis

Inj. Ceftriaxon 2x1

Tv : TD : 110/ 80 mmHg

gr

Nadi : 80 x/ menit

Asam

RR : 20x/ menit

3x500mg

Suhu : 36,1 C

Metergin 3x2 tablet

mefenamat

Mata:conjungtiva palpebra anemis (-/-)


Thorax : cor dan pulmo dalam batas Diet biasa
normal

Pengawasan 10

Abdomen : TFU teraba 2 jari di bawah


14

pusat
Ekstermitas : oedem (--/--)
PPV : (+) lokea

BAB (-)

ASI : (-)

BAK (+)DC

A : P1A0 , 26 tahun
Post SCTP a.i plasenta previa totalis
22/10/2013 S :O: ku : compos mentis

Cefadroxil 2x500mg
Asam

Tv : TD : 110/ 80 mmHg

mefenamat

3x500mg

Nadi : 80 x/ menit
RR : 20x/ menit

Kalnex 3x500 tablet

Suhu : 36,1 C

Vitamin

Mata:conjungtiva palpebra anemis (-/-)

2x1

Bc/C/SF

Thorax : cor dan pulmo dalam batas


normal

Diet biasa

Abdomen : TFU teraba 2 jari di bawah Boleh pulang


pusat
Ekstermitas : oedem (--/--)
PPV : (+) lokea

BAB (-)

ASI : (-)

BAK (+)DC

A : P1A0 , 26 tahun
Post SCTP a.i plasenta previa totalis

15

16

PEMBAHASAN
Kasus yang dibahas pada laporan kasus ini adalah plasenta previa totalis.
Diagnosis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pasien Ny. Weni usia 26 tahun hamil 38 minggu 6 hari G1P0A0. Usia kehamilan
pasien ini termasuk normal atau aterm. Kehamilan aterm adalah kehamilan yang
berusia antara 37 sampai 42 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Plasenta
previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian
rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Klasifikasi
plasenta previa ada 4. Berdasarkan hasil USG pasien pada kasus ini termasuk ke
dalam plasenta sentralis/totalis. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada
pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh jalan lahir.

Pasien ini datang ke rumah sakit pada tanggal Tgl 18 September 2013, Pukul
10.45 WIB, dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir selama kehamilannya dari
usia kehamilan 32 minggu. Perdarahan dirasakan terus menerus. Darah berwarna
merah segar dengan jumlah banyak dalam sehari pasien bisa mengganti pembalut >7
kali, gumpalan (-), keluar jaringan (-). Perdarahan sempat hilang tetapi muncul
kembali. Pada saat perdarahan muncul tidak disertai dengan nyeri. Kenceng-kenceng
(-), keluar lendir darah dari jalan lahir (-), keluar air ketuban dari jalan lahir (-) dan
gerak janin masih dirasakan
Status Internus dalam batas normal. Diagnosis kehamilan tunggal hidup di
dukung dengan pemeriksaan fisik dimana denyut jantung janin positif dengan satu
punctum maksimum frekuensi DJJ 140x/menit. Hasil pemeriksaan Leopold
didapatkan kesan letak lintang dimana pada pemeriksaan leopord I tinggi fundus uteri
29 cm, teraba bagian janin tahanan memanjang, leopord II teraba satu bagian janin :
17

besar, bulat keras, ballotemen (+) disebelah kanan danteraba besar, bulat, lunak,
ballotemen (+) di sebelah kiri, pada Leopold III: teraba bagian kecil janin. Pada
pasien ini tidak dilakukan pemeriksaaan dalam (VT), karena kontra indikasi VT
adalah plasenta previa dan parturien dengan kemungkinan besar akan disektio.
Berdasarkan seluruh pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien ini
datang saat belum inpartu dengan keluhan keluar darah terus menerus berwarna
merah segar dari jalan lahir.
Penanganan yang dilakukan dalam kasus ini adalah pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah rutin serta pogram SC elektif. Dalam kasus
ini hanya dilakukan pemeriksaan darah rutin. Pasien dengan semua klasifikasi
plasenta previa dalam trimester ketiga yang dideteksi dengan ultrasonografi
transvaginal belum ada pembukaan pada serviks maka persalinannya dilakukan
melalui seksio sesarea. Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada perdarahan banyak
yang mengkhawatirkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kasus ini adalah
persalinan sectio sesarea atas indikasi plasenta previa. Sectio caesarea adalah
persalinan melalui pembedahan untuk mengeluarkan bayi dari rahim lewat suatu
irisan/sayatan pada perut bagian bawah dan rahim.
Menurut Indiarti (2006), alasan untuk melakukan sectio caesarea pada ibu
hamil atau ibu dalam persalinan adalah plasenta menghalangi jalan lahir (placenta
previa), perdarahan dalam kehamilan lanilla, kelainan letak (seperti letak lintang,
letak sungsang), ketidaksesuaian antara jalan lahir ibu dengan besarnya janin atau
presentasi janin (panggul sempit, anak besar, letak dahi, letak muka, dan sebagainya),
ketuban pecah sebelum waktunya yang setelah diantisipasi tidak memberikan
kemajuan dalam persalinan, persalinan tidak maju, drip oksitosin yang gagal, ibu
mengalami preeklamsi berat (keracunan kehamilan, hipertensi dalam kehamilan) atau
eklamsi (preeklamsi yang disertai kejang), serta kelainan bentuk rahim.

18

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a) PLASENTA PREVIA
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa
nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan
(Chalik, 2008).
2. Epidermiologi
Menurut Chalik (2008) plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan
dengan paritas tinggi, dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat
juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit
Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7 % sampai
dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka kejadiannya lebih rendah yaitu
kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya wanita yang hamil
dengan paritas tinggi.
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat
meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi
(Decherney, Nathan, Goodwin, Laufer, 2007)
3. Etiologi
Menurut Faiz & Ananth (2003) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum
diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi
plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat
seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya hidup yang juga dapat

19

mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.


Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan
primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta
previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa
yang menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak
memadai, yang mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.
4. Faktor resiko
5. Klasifikasi
Menurut chalik (2008) plasenta previa dapat digolongkan menjadi empat bagian
yaitu:
a. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum
b. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum
c. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium internum
d. Plasenta lentak rendah yang berarti bahwa plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim yang sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada
pada jarak kurang lebih 2 cm dari ostium uteri internum

20

Menurut Perisaei, Sheilendra, Pahay, Rian (2008) plasenta previa dapat


dibagi menjadi empat derajat berdasarkan scan pada ultrasound yaitu:
a. Derajat I : plasenta sudah melampaui segmen terendah rahim.
b. Derajat II : plasenta sudah mencapai ostium uteri internum
c. Derajat III : plasenta telah terletak pada sebagian ostium uteri internum.
d. Derajat IV : plasenta telah berada tepat pada segmen bawah rahim
Menurut de Snoo dalam Mochtar (1998) klasifikasi plasenta previa
berdasarkan pembukaan 4 -5 cm yaitu:
a. Plasenta previa sentralis (totalis), apabila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostea.
b. Plasenta previa lateralis, apabila pada pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :
-

Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian


belakang.

Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian


depan.

Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea
yang ditutupi plasenta.

6. Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami
perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan
semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila plasenta
terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan
segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan
plasenta pada tempat perlekatannya.
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini

21

ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin
rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak
rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).
7. Manifestasi
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar
melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi diatas
akhir trimester kedua. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan dapat
berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali terjadi tanpa sebab yang jelas
setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat perdarahan berulang biasanya perdarahan
yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir. Karena letak plasenta pada
plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering teraba
bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam
letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak ditemui nyeri maupun tegang pada
perut ibu saat dilakukan palpasi (Chalik, 2008).
8. Diagnosis
Apabila plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester
kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Untuk
memastikannya dapat dilakukan pemeriksaan USG, namun bagi beberapa wanita
mungkin bahkan tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasus- kasus
plasenta previa sebagian (Faiz & Ananth, 2003).
Menurut Mochtar (1998) diagnosa dari plasenta previa bisa ditegakkan dengan
adanya gejala klinis dan beberapa pemeriksaan yaitu:
22

a. Anamnesia, pada saat anamnesis dapat ditanyakan beberapa hal yang berkaitan
dengan perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya
perdarahan, apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan,
frekuensi serta banyaknya perdarahan (Wiknjosastro, 2007)
b. Inspeksi, dapat dilihat melalui banyaknya darah yang keluar melalui vagina,
darah beku, dan sebagainya. Apabila dijumpai perdarahan yang banyak maka ibu
akan terlihat pucat (Mochtar, 1998).
c. Palpasi abdomen, sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi fundus uteri
yang rendah karena belum cukup bulan. Juga sering dijumpai bahwa bagian
terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih
bergoyang, terapung atau mengolak di atas pintu atas panggul (Mochtar, 1998).
d. Pemeriksaan inspekulo, dengan menggunakan spekulum secara hati-hati dilihat
dari mana sumber perdarahan, apakah dari uterus, ataupun terdapat kelainan pada
serviks, vagina, varises pecah, dll (Mochtar, 1998)
e. Pemeriksaan radio-isotop
1) Plasentografi jaringan lunak
2) Sitografi
3) Plasentografi indirek
4) Arteriografi
5) Amniografi
6) Radio isotop plasentografi
f. Ultrasonografi, transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih
yang dikosongkan akan memberikan kepastian diagnosa plasenta previa.
Walaupun transvaginal ultrasonografi lebih superior untuk mendeteksi keadaan
ostium uteri internum namun sangat jarang diperlukan, karena di tangan yang
tidak ahli cara ini dapat menimbulkan perdarahan yang lebih banyak (Chalik,
2008). Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin (Mochtar, 1998)

23

g. Pemeriksaan dalam, pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir yang
paling ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa. Walaupun
ampuh namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan perdarahan yang lebih
hebat, infeksi, juga menimbulkan his yang kemudian akan mengakibatkan partus
yang prematur. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum yaitu jika
terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc, perdarahan yang telah berulang, his telah
mulai dan janin sudah dapat hidup diluar janin (Mochtar, 1998). Dan pemeriksaan
dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan jika dilakukan dikamar operasi yang
telah siap untuk melakukan operasi dengan segera (Mose, 2004).
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati. Jika
tulang kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Namun jika teraba
bantalan lunak maka, kemungkinan besar plasenta previa
9. Penatalaksanaan
Menurut Mose (2004) penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2
golongan, yaitu:
a.

Ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan


hidup di dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau
sedikit sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta
previa harus segera diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.
Menurut Scearce, (2007) syarat terapi ekspektatif yaitu:
1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
2) Belum ada tanda-tanda in partu.
3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
4) Janin masih hidup.

24

b. Terminasi, dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi


perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada
plasenta, dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang
terbuka dapat tertutup kembali (tamponade pada plasenta) ( Mose,
2003).
Menurut Mochtar (1998) penekanan tersebut dapat dilakukan melalui
beberapa cara yaitu:
a) Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan
persalinan pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta
previa lateralis, plasenta previa marginalis, atau plasenta letak
rendah, namun bila ada pembukaan. Pada primigravida telah
terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat dilakukan pada
plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah
meninggal (Mochtar, 1998).
b) Memasang cunam Willet Gausz
Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan
mengklem kulit kepala janin dengan cunam Willet Gausz.
Kemudian cunam diikat dengan menggunakan kain kasa atau tali
yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100 gr atau sebuah
batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan
pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif
karena seringkali menimbulkan perdarahan pada kulit kepala
janin (Mochtar, 1998).
c) Metreurynter

25

Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet


yang diisi udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah
tidak dipakai lagi (Mochtar,1998).
d) Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari
kakinya sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan
mengikatkan kaki dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan
beban seberat 50-100 gr (Mochtar,1998).
2) Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan
rahim

sehingga rahim dapat

berkontraksi

dan menghentikan

perdarahan. Selain itu seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya


robekan serviks dan segmen bawah rahim yang sering terjadi pada
persalinan pervaginam (Mochtar, 1998). Persalinan seksio sesarea
diperlukan hampir pada seluruh kasus plasenta previa. Pada sebagian
besar kasus dilakukan melalui insisi uterus transversal. Karena
perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam plasenta anterior
(Cunningham et al, 2005).
Menurut Mochtar (1998) Indikasi dilakukannya persalinan
seksio sesarea pada plasenta previa adalah:
a) Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, serta semua plasenta previa lateralis, posterior karena
perdarahan yang sulit dikontrol.
b) Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang
dan tidak berhenti dengan tindakan yang ada.
c) Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak
lintang.
Menurut Winkjosastro (1997) dalam Sihaloho (2009) gawat
janin maupun kematian janin dan bukan merupakan halangan untuk

26

dilakukannya persalinan seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Tetapi


apabila dijumpai gawat ibu kemungkinan persalinan seksio sesarea
ditunda sampai keadaan ibunya dapat diperbaiki, apabila fasilitas
memungkinkan untuk segera memperbaiki keadaan ibu, sebaiknya
dilakukan seksio sesarea jika itu merupakan satu-satunya tindakan
yang terbaik untuk mengatasi perdarahan yang banyak pada plasenta
previa totalis.

10. Komplikasi
Menurut Dutta (2004) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi
yaitu:
a) Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan
antepartum yang dapat menimbulkan syok, kelainan letak pada
janin sehingga meningkatnya letak bokong dan letak lintang. Selain
itu juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur.
b) Selama persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau
robekan jalan lahir, prolaps tali pusat, perdarahan postpartum,
perdarahan intrapartum, serta dapat menyebakan melekatnya
plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual atau bahkan
dilakukan kuretase
Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan
bayi lahir dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin
dalam uterus, kelainan kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.
11. Prognosis
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan

27

kecepatan perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada


ibu dapat dihindari apabila penderita segera memperoleh transfusi darah
dan segera lakukan pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin
lebih burik oleh karena kelahiran yang prematur lebih banyak pada
penderita plasenta previa melalui proses persalinan spontan maupun
melalui tindakan penyelesaian persalinan. Namun perawatan yang intensif
pada neonatus sangat membantu mengurangi kematian perinatal
(Cunningham, 2005).
d) LETAK LINTANG
1) Definisi
2) Epidermiologi
3) Etiologi
4) Faktor resiko
5) Patofisiologi
6) Manifestasi
7) Diagnosis
8) Penatalaksanaan
9) prognosis
e) SECTIO CAESARIA
1) Definisi
2) Indikasi
3) Etiologi
4) Faktor resiko
5) Patofisiologi
6) Manifestasi
7) Diagnosis
8) Penatalaksanaan
9) prognosis
28

BAB IV
KESIMPULAN
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.
Kasus yang dibahas pada laporan kasus ini adalah plasenta previa totalis..
Diagnosis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pasien Ny. Weni usia 26 tahun hamil 38 minggu G1P0A0. Usia kehamilan pasien ini
termasuk normal atau aterm. Kehamilan aterm adalah kehamilan yang berusia antara
37 sampai 42 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Berdasarkan seluruh
pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien ini datang saat belum inpartu
dengan keluhan keluar darah mengucur berwarna merah segar dari jalan lahir.
Penanganan yang dilakukan dalam kasus ini adalah pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah rutin dan pogram SC elektif. Pasien dengan
semua klasifikasi plasenta previa dalam trimester ketiga yang dideteksi dengan
ultrasonografi transvaginal belum ada pembukaan pada serviks maka persalinannya
dilakukan melalui seksio sesarea. Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada
perdarahan banyak yang mengkhawatirkan.

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, G.H., saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. (2008), Ilmu
Kebidanan, ed. 7, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
2. www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30871/.../Chapter%20II.pdf
3. www.library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-tmhanafiah2.pdf
4. Hanifah TM. Plasenta previa. Medan: Bagian Obstetric dan Gynekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara;2004

30

You might also like

  • Kutbaaahhh
    Kutbaaahhh
    Document6 pages
    Kutbaaahhh
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • GSGX
    GSGX
    Document1 page
    GSGX
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Eticket TD
    Eticket TD
    Document1 page
    Eticket TD
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Data
    Data
    Document2 pages
    Data
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Per Tanya An
    Per Tanya An
    Document2 pages
    Per Tanya An
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Undangan Penyuluhan
    Undangan Penyuluhan
    Document2 pages
    Undangan Penyuluhan
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Eticket TD
    Eticket TD
    Document1 page
    Eticket TD
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Data
    Data
    Document2 pages
    Data
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Undangan Penyuluhan
    Undangan Penyuluhan
    Document1 page
    Undangan Penyuluhan
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Satuanacarapenyuluhatbparu 130203051935 Phpapp02
    Satuanacarapenyuluhatbparu 130203051935 Phpapp02
    Document3 pages
    Satuanacarapenyuluhatbparu 130203051935 Phpapp02
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • JHFGKJGJK, G
    JHFGKJGJK, G
    Document32 pages
    JHFGKJGJK, G
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Data
    Data
    Document2 pages
    Data
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Schedule 2010
    Schedule 2010
    Document7 pages
    Schedule 2010
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • HFYUFGK
    HFYUFGK
    Document26 pages
    HFYUFGK
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Lapsus Panum Anak
    Lapsus Panum Anak
    Document12 pages
    Lapsus Panum Anak
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Obgyn Semarang
    Obgyn Semarang
    Document15 pages
    Obgyn Semarang
    Riezky V
    No ratings yet
  • YHFIVJ
    YHFIVJ
    Document1 page
    YHFIVJ
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • XBJXLBXLB
    XBJXLBXLB
    Document30 pages
    XBJXLBXLB
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Ome Care-RBM
    Ome Care-RBM
    Document10 pages
    Ome Care-RBM
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • JHGLVFJMCJ
    JHGLVFJMCJ
    Document24 pages
    JHGLVFJMCJ
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • FSKJBGSBV
    FSKJBGSBV
    Document7 pages
    FSKJBGSBV
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • ZGVJZVHZKV
    ZGVJZVHZKV
    Document38 pages
    ZGVJZVHZKV
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • DR Diana REFERAT Plasenta Previa
    DR Diana REFERAT Plasenta Previa
    Document19 pages
    DR Diana REFERAT Plasenta Previa
    Dwitari Novalia Harazi
    100% (1)
  • 4.penyakit Akibat Kerja-1
    4.penyakit Akibat Kerja-1
    Document38 pages
    4.penyakit Akibat Kerja-1
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Ome Care-RBM
    Ome Care-RBM
    Document10 pages
    Ome Care-RBM
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • DR Diana REFERAT Plasenta Previa
    DR Diana REFERAT Plasenta Previa
    Document19 pages
    DR Diana REFERAT Plasenta Previa
    Dwitari Novalia Harazi
    100% (1)
  • FDCCJGVJH
    FDCCJGVJH
    Document7 pages
    FDCCJGVJH
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Batu Saluran Kencing
    Batu Saluran Kencing
    Document26 pages
    Batu Saluran Kencing
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet
  • Oihpigyudydikf
    Oihpigyudydikf
    Document5 pages
    Oihpigyudydikf
    Dwitari Novalia Harazi
    No ratings yet