Professional Documents
Culture Documents
PREEKLAMSIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Klinik
Stase Obstetri dan Ginekologi di RSUD Adhyatma Semarang
Pembimbing :
dr. M. TAUFIQY, Sp.OG
Di susun Oleh :
RIANA TRIAGUSTIN
H2A008023
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini, hal ini selalu dianggap bahwa kelainan hipertensi yang
diinduksi kehamilan adalah respon patologis. Pada negara-negara berkembang,
hipertensi nonproteinuria yang timbul lambat pada kehamilan tidak berhubungan
dengan peningkatan morbiditas atau mortalitas perinatal maupun penurunan berat
badan lahir. Kasus-kasus tersebut disebut sebagai hipertensi gestasional. Pada
keadaan yang jarang, bentuk penyakit yang berat, biasanya muncul pada akhir
trimester kedua atau awal trimester ketiga dan biasanya disertai dengan
proteinuria bermakna, hal ini menandakan peningkatan mortalitas dan morbiditas
perinatal; kasus ini disebut sebagai preeklampsia. Terminologi kelainan hipertensi
yang diinduksi kehamilan digunakan sebagai sebutan untuk semua kelainan
hipertensi, dengan atau tanpa proteinuria, yang diinduksi oleh kehamilan.1
Preeklampsia merupakan suatu gangguan multisistem idiopatik yang spesifik
pada kehamilan dan nifas. Pada keadaan khusus, preeklampsia juga didapati pada
kelainan perkembangan plasenta, dimana digambarkan disuatu kehamilan hanya
terdapat trofoblas namun tidak terdapat jaringan fetus (kehamilan mola komplit).
Patofisiologi preeklampsia dimulai pada awal kehamilan. Telah dinyatakan
bahwa pathologic hallmark adalah suatu kegagalan total atau parsial dari fase
kedua invasi trofoblas saat kehamilan 16-20 minggu kehamilan, hal ini pada
kehamilan normal bertanggung jawab dalam invasi trofoblas ke lapisan otot arteri
spiralis.
Seiring dengan kemajuan kehamilan, kebutuhan metabolik fetoplasenta
makin meningkat. Bagaimanapun, karena invasi abnormal yang luas dari plasenta,
arteri spiralis tidak dapat berdilatasi untuk mengakomodasi kebutuhan yang makin
meningkat tersebut, hasil dari disfungsi plasenta inilah yang tampak secara klinis
sebagai preeklampsia.
Preeklampsia merupakan suatu diagnosis klinis. Definisi klasik preeklampsia
meliputi 3 elemen, yaitu onset baru hipertensi (didefinisikan sebagai suatu tekanan
darah yang menetap 140/90 mmHg pada wanita yang sebelumnya normotensif),
2
onset baru proteinuria ( didefinisikan sebagai 300 mg/24 jam atau +2 pada
urinalisis bersih tanpa infeksi traktus urinarius), dan onset baru edema yang
bermakna. Pada beberapa konsensus terakhir dilaporkan bahwa edema tidak lagi
dimasukkan sebagai kriteria diagnosis.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PREEKLAMSIA
A.1. Definisi
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi setelah kehamilan 20 minggu (akhir
triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi bila
terdapat peubahan hidatidiformis yang luas pada vili khorealis. 5,6
Preeklamsia sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh wanita hamil
yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat,
preelamsia dapat menjadi eklamsia yaitu dengan tambahan gejala
kejang dan atau koma.7
Preeklamsia merupakan suatu sindrom spesifik kehamilan dengan
penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi
endotel. Proteinuria adalah tanda yang penting dari preeklamsia.
Preeklamsia tidak hanya terjadi pada wanita muda pada kehemilan
pertamanya. Preeklamsia paling sering terjadi selama trimester terakhir
kehamilan.6
PE merupakan penyulit kehamilan yang akut dan adapat terjadi
saat ante, intra, dan post partum. Berdasarkan gejala kliniknya PE dapat
dibagi menjadi PE ringan dan PE berat. Pengklasifikasian ini tidaklah
berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, seringkali ditemukan
penderita dengan PE ringan dapat mendadak mengalami kejang dan
jatuh dalam koma.8
Gambaran klinik PE bervariasi luas dan sangat individual, kadangkadang sukar untuk menentukan gejala PE mana yang timbul lebih
dahulu. Secara teoritik urutan gejala yang timbul pada PE adalah
edema, hipertensi, dan yang terakhir adalah proteinuria, sehingga bila
gejala-gejala ini timbul tidak atas urutan di atas, dapat dianggap bukan
PE.8
Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting. Namun, sayangnya penderita
seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah
mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan, atau
nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut. PE berat
adalah PE dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan
darah diastolic 110 mmHg disertai dengan proteinuria 5 g/24 jam atau
+4 dalam pemeriksaan kualitatif.
Eklamsia adalah kelanjutan dari PE dimana eklamsia merupakan
kasus akut pada penderita PE, yang disertai dengan kejang menyeluruh
dan koma. Sama halnya dengan PE, eklamsia dapat timbul pada ante,
intra, dan post partum. Eklamsia post partum umumnya hanya terjadi
dalam waktu 24 jam pertma setelah persalinan. Pada penderita PE yang
akan kejang, umumnya memberi gejala gejala atau tanda - tanda yang
khas, yang dianggap sebagai tanda prodromal akan terjadi kejang. PE
yang disertai dengan tanda tanda prodromal ini disebut sebagai
impending eclamsia atau imminent eclamsisa.8
A.2. Insidensi
Frekuensi PE untuk tiap negara berbeda beda karena faktor yang
memengaruhinya
normal
meningkat,
aktivasi
penggumpalan
dan
antitrombin
dan
plasmin.
Thrombin
akan
ekspresi
HLA-G,
yang
akan
mengakibatkan
10
terjadinya
hipertensi
kehamilan.
Penelitian
terakhir
mungkin mengganggu
12
2.
3.
4.
5.
6.
7.
13
14
tekan
pada
tungkai
(pretibial),
dinding
perut,
16
17
18
karena
edema
intraokuler
merupakan
indikasi
untuk
19
paru
merupakan
sebab
utama
kematian
penderita
20
c. Kehamilan kembar
d. Nullipara dan multipara
e. Diabetes mellitus
f. Ras Afrika-Amerika16
A.8. Penegakan Diagnosis
Hipertensi kronik
Preeklampsia-eklampsia
Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Hipertensi gestasional: (1) hipertensi transien dalam kehamilan
jika preeklampsia tidak terjadi pada saat melahirkan dan tekanan
darah kembali normal setelah 12 minggu postpartum atau (2)
hipertensi kronik jika tekanan darah tetap tinggi.
A.10. Komplikasi
Nyeri epigastrium menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada hepar
dalam bentuk kemungkinan7 :
a. Perdarahan subskapular
b. Perdarahan periportal system dan infark hepar
21
22
23
aspirasi
dan
DIC
(disseminated
intravascular
coagulation)
A.11. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan penyulit
preeklamsia adalah6 :
a. Mencegah terjadinya preeklamsia berat dan eklamsia
b. Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan
janinnya.
c. Melahirkan janin hidup
d. Pemulihan sempurna bagi kesehatan ibu.
Penanganan preeklamsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obstetrik. Penanganan obstetric ditujukan untuk melahirkan
bayi pada saat yang optimal yaitu sebelum janin mati dalam kandungan
akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus. 7 Pendapat
lain mengemukakan bahwa penatalaksanaan dibagi atas tingkatan dari
preeklamsia itu sendiri, yaitu preeklamsia ringan, preeklamsia berat,
eklamsia, dan sindrom HELLP (haemolysis,elevated liver enzymes, and
low platelet).
1. Preeklamsia Ringan (PER)
a. Kriteria diagnostik :
1) Tekanan darah :
140/90 mmHg - < 160/110 mmHg. Kenaikan tekanan
sistolik > 30 mmHg dan kenaikan desakan diastolic 15
mmHg
tidak
dimasukkan
dalam
kriteria
diagnostic
24
25
Pemeriksaan laboratorium
a) Proteinuria dengan dipstick pada waktu masuk
dan sekurangnya diikuti 2 hari setelahnya
b) Hematokrit dan trombosit : 2x seminggu
c) Tes fungsi hepar 2x seminggu
d) Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin
serum, asam urat, dan BUN
e) Pengukuran produksi urine setiap 3 jam (tidak
perlu dengan kateter tetap
e. Terapi medikamentosa
Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar, bilaterdapat
perbaikan gejala dan tanda-tanda preeklamsia dan umur
kehamilan>37 minggu, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3
hari kemudian boleh dipulangkan
f.
Pengelolaan obstetric
Pengelolaan obstetric tergantung umur kehamilan
1) Bila penderta tidak inpartu
a. Umur kehamilan <37 minggu. Bila tanda dan gejala
tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan
hingga aterm.
b. Umur kehamilan >37 minggu
Kehamilan
dipertahankan
hingga
timbul
permulaan partus
26
dapat
dipertimbangkan
dilakukan
induksi persalinan
2) Bila penderita sudah inpartu
Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Partograf
Friedman atau Partograf WHO
3) Konsultasi
Selama dirawat di rumah sakit dilakukan pada :
2. Preeklamsia Berat
a. Kriteria diagnostic
1. Tekanan darah : pasien dalam keadaan istirahat tekanan darah
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg
2. Proteinuria : 5 g/24 jam atau dipstick : +4
3. Oligouria : produksi urine <400-500 ml/24 jam
4. Kenaikan kreatinin serum
5. Edema paru dan sianosis
6. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran kanan atas abdomen,
disebabkan teregangnya kapsula Glisone. Nyeri dapat sebagai
gejala awal rupture hepar
7. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri
kepala, skotomata, dan pandangan kabur
8. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau asparte
amino transferase
9. Hemolisis mikroangiopatik
10. Trombositopenia : <100.000/ml
27
sodium
nitroprusid,
diazoxide,
metildopa,
nitrogliserin, clonidin.
28
Pengelolaan
mempertahankan
kehamilan
konservatif
bersamaan
adalah
dengan
tetap
terapi
29
Indikasi
lain
adanya
sindrom
HELLP
30
g. Anti hipertensi
-
<160/105
31
h. Diuretikum
Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena :
1.
2.
Memperberat hipovolemia
3.
Meningkatkan hemokosentrasi
32
sudah
terjadi
(pemulihan)
hemodinamika
dan
metabolism ibu yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
a. Setelah pemberian obat antikejang terakhir
b. Setelah kejang berakhir
c. Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir
33
sehingga
tidak
secara
keseluruhan
dapat
dicegah.
34
35
BAB III
KESIMPULAN
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedem
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Etiologi penyakit
ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori yang dikemukakan
oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut
penyakit
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Pangemanan WT. Pencegahan preeklampsia. Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK Universitas Sriwijaya / RSMH Palembang. Available
from:http://digilib.unsri.ac.id/download/PENCEGAHAN
%20PREEKLAMSI%20.pdf. diunduh tanggal 24-12-12
2. Pangemanan WT. Komplikasi akut pada preeklampsia. Palembang :
Bagian Obstetri dan Ginekologi RSMH / FK UNSRI;2002
3. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2006.p.181-191.
4. Verralls, Sylvia. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica dan penerbit Andi;1996.
5. http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/preeklampsia.pdf
6. Cunningham, F.G. Gangguan hipertensi dalam kehamilan. Dalam Obstetri
william. Ed.18. Jakarta: EGC;2006
7. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, kandungan & keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta:EGC1998
8. Angsar. Hipertensi dalam kehamilan. Buku Ilmu Kebidanan. Edisi
keempat, editor: Saifudin, Abdul Bari. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;2008.hal.534-559
9. Trijatmo. Preeklamsia dan eklamsia.
Ilmu
Kebidanan.
ed.III.
38