You are on page 1of 28

ACARA I

PENGENALAN ALAT UKUR TANAH

Oleh:

Nama Mahasiswa

: Nofirly Hamli

NIM

: 140722601754

Mata Kuliah

: Praktikum Handasah

Dosen Pengampu

: Alfi Nur Rusydi, S.Si., M.Sc.

Asisten

:
1. Fatma Rosita
2. Hendra Agus

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2015
ACARA I

PENGENALAN ALAT UKUR TANAH

I.

TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari alat ukur tanah beserta bagianbagiannya.
2. Mahasiswa dapat memahami cara menggunakan alat ukur tanah di
lapangan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui keunggulan dan kelemahan dari masingmasing alat ukur tanah tersebut.

II.

ALAT DAN BAHAN


Alat praktikum
1. Laptop
2. Alat tulis
3. Pita Ukur, Yallon, Abney Level, Compas Survey, Waterpass, Theodolith
T0, Theodolith RDS, Theodolith T100, Statif (kaki tiga), Baak Ukur,
Kompas, Hagameter
Bahan praktikum
1. Kertas HVS

III.

DASAR TEORI
Pengukuran

merupakan

suatu

aktifitas

dan

atau

tindakan

membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya


terhadap besaran lain yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan
besaran standart. Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah
pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang
disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam
bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali
jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur serta

hasil yang di inginkan. (Matondang,2010)


Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk
berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada
daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan
buminya dapat diabaikan (Basuki, S, 2006 dalam Dwi).
Proses pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
terestrial dan ektra terestrial. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang
dilakukan dengan menggunakan alat yang berpangkal di tanah. Pemetaan
ekstra terestris adalah pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat
yang tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan wahana seperti
pesawat terbang, pesawat ulang alik atau satelit.
Menurut Wongsotjitro, (1980) arti melakukan pengukuran yaitu
menentukan unsur- unsur (Jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah
dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan
skala tertentu. (Dwi,2014).

IV.

Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di

lapangan, yaitu: jarak antara dua titik, beda tinggi dan sudut arah.
Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur sederhana
sering disebut pula dengan istilah pengukuran secara langsung karena
hasilnya dapat diketahui sesaat setelah selesai pengukuran. Sebagai contoh
alat tersebut adalah pita ukur, bak ukur, yalon dan abney level. Selain
alat ukur sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran
dilapangan yang dikenal dengan tacheometer. Tacheometer merupakan alat
pengukuran cepat yang dilengkapi oleh peralatan optis, misalnya lensa
sehingga dapat melakukan pengukuran secara optis. Sebagai contoh adalah
compass survey, waterpass dan theodolit.
V.

Penggunaan dan perlakuan seorang surveyor terhadap alat

merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan. Penggunaan alat yang
tidak tepat dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang salah. Cara
perawatannya pun harus diperhatikan agar alat ukur tanah tidak rusak. Alat
ukur tanah merupakan alat-alat yang harganya cukup mahal. (Dwi,2014).
VI.

Pengukuran

mempertimbangkan

di

atas

permukaan

bumi

dilakukan

dengan

bentuk lengkung permukaan bumi dan proses

perhitungannya pun akan lebih sulit dibandingkan dengan pengukuran yang


dilakukan pada bidang datar. Jadi pengukuran yang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan bentuk lengkung bumi disebut geodesi, sedangkan
pengukuran yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan bentuk lengkung
bumi disebut ukur tanah datar. Pengukuran sudut berarti mengukur suatu
sudut yang terbentuk antara suatu titik dan dua titik lainnya. Pada
pengukuran ini diukur arah dari pada dua titik atau lebih yang dibidik dari
satu titik kontrol dan jarak antara titik-titik diabaikan (Sosrodarsono dan
Takasaki, 1992 dalam Dopi).
VII.
VIII.
IX.

X.
XI.

CARA KERJA

XII.

Pita Ukur
1. Jarak antara titik A dan B dalam ruang akan diukur dengan pita ukur.
2. Melalui titik A dan B direntangkan pita ukur dengan tegangan
secukupnya, sehingga pita ukur betul-betul lurus (tidak melengkung).
3. Apabila pita ukur telah dalam keadaan lurus, maka lakukan pengamatan
pada nilai yang terdapat diskala pita tersebut.

XIII.
Yallon
1. Memilih posisi yang tepat untuk menancapkan yallon ke permukaan
tanah.
2. Yallon tersebut ditancapkan ke permukaan tanah dengan memegang
bagian bawah yang runcing dengan hati-hati.
XIV.
Abney Level
1. Memilih posisi yang tepat, yaitu terdapat rambu penanda berupa yallon.
2. Melakukan bidikan dengan mengarahkan teropong yang terdapat pada
abney level pada yallon atau penanda lain.
3. Melevel nivo agar bubble berada ditengah, sehingga alat ini benar-benar
datar.
4. Melakukan pembacaan pada skala vernier.
XV.
Compass Survey
1. Meletakkan Compass Survey pada statif.
2. Melevel nivo sehingga alat ini benar-benar datar.
3. Mengarahkan alat pada obyek dengan bantuan pisir.
4. Pembacaan sudut mendatar dibaca pada jarum Compass. Sudut vertikal
terbaca dari bidang busur secara langsung.
XVI.
XVII.
Waterpass
Mengatur nivo (gelembung nivo) agar berada di tengah-tengah dengan
sekrup pengontrol yang terdapat di dasar alat. Seandainya gelembung
nivo sudah berada di tengah-tengah, kemudian sekrup pengunci
(pengontrol) pada kaki tiga dikuatkan.

Mengarahkan teropong kesasaran yang akan dibidik, memfokuskan


diafragma agar

terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar

objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang


diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran yang
diinginkan.
XVIII. Selanjutnya berikut dijelaskan pengukuran jarak dan beda tinggi.
Pengukuran jarak
1. Menentukan titik awal pengukuran serta titik tetap (Banch Mark)
yang digunakan.
2. Memberi tanda pada titik awal tersebut dengan menggunakan paku
dan cat sebagai titik P1.
3. Menentukan titik A yang berjarak 25 meter didepan titik P1, dan titik
P2 yang berjarak 25 meter didepan titik A dan seterusnya dengan
memberi tanda dengan cat hingga titik terakhir, yaitu titik P11 sejauh
500 m dari titik awal.
4. Mendirikan tripod tepat diatas titik P1 dan meletakkan alat ukur
waterpassdiatas tripod tersebut dengan menyekrup bagian bawahnya.
5. Memasang Unting-unting dan mengusahakan agar unting-unting
tersebut tepat menunjuk ke titik P1.
6. Mengatur sekrup pengungkit agar gelembung nivo terletak di
tengah-tengah tabung.
7. Setelah nivo dalam keadaan seimbang, bak diletakkan di titik BM
kemudian ditembak dari titik P1 tersebut (usahakan letak bak
vertikal)
8. Kemudian benang horisontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya
dicatat oleh pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus
waterpass, yaitu : d = 100 x (BA-BB) dan 2 x BT = BA + BB. Jika
hasil pembacaan tidak memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu
ukur diulang kembali.
9. Setelah titik BM diukur, waterpas dipindahkan ke titik A kemudian
titik P1 dan P2 ditembak/diukur. Setelah itu alat dipindahkan ke titik
B untuk penembakan/pengukuran ke titik P2 dan P3,dan seterusnya
hingga titik terakhir yaitu titik J dan melakukan penembakan
kembali ketitik awal untuk bacaan pulang hingga titik A.

10. Melakukan penghitungan dan kesalahan yang diperbolehkan. Jika


selisih beda tinggi antara pengukuran pergi dengan pengukuran
pulang melampaui kesalahan ynagdiijinkan, maka Pengukuran harus
diulang kembali.
Pengukuran beda tinggi
1. Pesawat didirikan tepat diatas dan dititik P1 yang telah ditandai
dengan cat.
2. Setelah unting-unting menunjuk tepat ke titik P1, sekrup pengukit
diatur sedemikian rupa hingga gelembung nivo tepat ditengahtengah.
3. Menentukan

titik-titik yang akan ditentukan ketinggiannya, lalu

mengukur jarak titik-titik tesebut dari pesawat. Titik-titik tersebut


adalah titik 1, 2, 3, dst.
4. Menyipat titik-titik yang telah ditentukan tersebut serta titik BM,
sementara pemegang rambu membetulkan posisi rambu ukur (baak)
spaya tegak betul.
5. Setelah letak rambu ukur vertikal, benang horisontal dibaca oleh
pengamat dan hasilnya dicatat oleh pencatat secara teliti agar
memenuhi dua rumus waterpass, yaitu : d = 100 x (BA-BB) dan 2 x
BT = BA + BB. Jika hasil pembacaan tidak memenuhi rumus diatas,
pembacaan rambu ukur diulang
kembali.
6. Setelah titik-titik tersebut disipat, maka pesawat dipindahkan ke titik
P2 yang telah diberi tanda cat, kemudian mengulang langkahlangkah no.2 s/d no.5. prosedur ini diulang untuk posisi pesawat di
P3, P4, dan seterusnya hingga titik terakhir, yaitu titik P11.
7. Melakukan penghitungan beda tinggi terhadap titik-titik tersebut.
XIX.

Theodolith
1. Letakkan pesawat di atas kaki tiga dan ikat dengan baut. Setelah
pesawat terikat dengan baik pada statif, pesawat yang sudah terikat
tersebut baru diangkat dan Anda dapat meletakkannya di atas patok
yang sudah diberi paku.

2. Tancapkan salah satu kaki tripod dan pegang kedua kaki tripod lainnya.
Kemudian lihat paku dibawah menggunakan centring. Jika paku sudah
terlihat, kedua kaki tripod tersebut baru diletakkan di tanah.
3. Setelah statif diletakkan semua dan patok beserta pakunya sudah
terlihat, ketiga kaki di statif baru diinjak agar posisinya menancap kuat
di tanah dan alat juga tidak mudah goyang. Kemudian, lihat paku lewat
centring. Jika paku tidak tepat, kejar pakunya dengan sekrup penyetel.
Kemudian, lihat nivo kotak. Jika nivo kotak tidak berada di tengah
maka alat posisinya miring. Untuk mengetahui posisi alat yang lebih
tinggi, lihat gelembung pada nivo kotak. Jika nivo kotak berada di
timur, posisi alat tersebut akan lebih tinggi di timur sehingga kaki
sebelah timur dapat dipendekkan.
4. Setelah posisi gelembung di nivo kotak berada di tengah,alat sudah
dalam keadaan waterpass namun masih dalam keadaan kasar. Cara
mengaluskannya, gunakan nivo tabung. Di bawah theodolit terdapat 3
sekrup penyetel. Sebut saja sekrup A, B, dan C. Untuk menggunakan
nivo tabung sejajarkan nivo tabung dengan 2 sekrup penyetel. Misalnya
sekrup A dan B. Kemudian, lohat posisi gelembungnya. Jika tidak di
tengah, posisi alat berarti masih belum level dan harus ditengahkan.
Setelah nivo tabung berada di tengah baru kemudian diputar 90 derajat
atau 270 derajat dan nivo tabung bisa ditengahkan dengan sekrup C.
Setelah ada di tengah, berarti posisi kotak dan nivo tabung sudah
sempurna.
5. Lihat centring. Jika paku sudah tepat di lingkaran kecil, maka alat sudah
tepat di atas patok. Tetapi jika belum, alat harus digeser terlebih dahulu
dengan mengendorkan baut pengikat yang terdapat di bawah alat ukur.
Geser alat agar tepat berada di atas paku namun jangan diputar karena
jika diputar dapat mengubah posisi nivo.
6. Setelah posisi alat tepat berada di atas patok, pengaturan nivo tabung
perlu diulangi seperti langkah di atas agar posisinya di tengah lagi.
7. Setelah selesai, tentukan titik acuan yaitu 00000 dan jangan lupa
mengunci sekrup penggerak horizontal.

8. Nyalakan layar dengan tombol power. Kemudian setting sudut


horizontal pada 00000 dan tekan tombol [0 SET] dua kali. Tekan
tombol [V/%] untuk menampilkan pembacaan sudut vertical.
XX.
Tripod atau Statif
1. Memasang tripod atau statif setinggi dada juru ukur.
2. Memeriksa tripod atau statif pada bagian tiga kaki yang runcing, apakah
sudah dalam keadaan yang tetap dan tidak bergerak.
3. Kemudian pasang waterpass atau theodolith pada bidang level, serta
lakukan penguncian agar alat ukur tidak berpindah
4. Lanjut dengan memasang unting-unting yang digantung pada bagian
tengah bidang level atau kepala statif yang berguna untuk
memproyeksikan suatu titik pada pita ukur di permukaan tanah atau
sebaliknya.

XXI.
Baak Ukur
Pada saat dibidik dengan waterpass, akan terbaca tiga benang yaitu
Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB).

XXII.

Kompas Geologi
Mengukur Strike
XXIII.
Tempelkan sisi

(east),

geser-geser, bersabarlah

hingga

gelembung udara dalam Bull's eye level masuk ke dalam lingkaran,


jangan langsung diotak-atik, tapi tunggu dulu hingga jarum kompas
stabil (nggak gerak), terakhir amati sudut yang ditunjuk arah Utara.
Lalu tulislah sesuai petunjuk N __ E.
XXIV.
Mengukur Dip
XXV.
Tempelkan sisi W (west) badan kompas usahakan membentuk
sudut 90 terhadap strike, Clinometer level diputar-putar sampai
gelembung udara berada di antara garis dalam clinometer level
ditengah-tengahnya, terakhir baca sudut dalam clinometer scale.
XXVI.
Mengukur Plunge

XXVII.

Cara mengukurnya seperti mengukur Dip, namun karena kita


mengukur struktur garis maka pakai bantuan buku, atau papan jalan
untuk mempermudah, dengan jalan menempelkan sisi buku di struktur
garis dan melakukan pengukuran di sisi buku yang lain.

XXVIII.
Mengukur Trend
XXIX.
Cara mengukurnya seperti mengukur Strike, namun karena kita
mengukur struktur garis kan susah tuh, maka pakai bantuan buku, atau
papan jalan untuk mempermudah, dengan jalan menempelkan sisi buku
di struktur garis dan melakukan pengukuran di permukaan datar yang
ada di buku atau papan jalan tersebut.
XXX.
Mengukur Pitch
XXXI.
Cara mengukurnya jadi pertama buatlah garis strike di permukaan
bidang, lalu langsung ukur derajat antara struktur garis dan strike
menggunakan busur derajat.
XXXII.
Digunakan untuk menentukan tempat kita terhadap suatu benda dan
arah utara

XXXIII.
XXXIV.
XXXV.

Untuk melakukan pengukuran dengan cara ini, kita harus

menggunakan small sight, large sight dan cermin agar hasil


pengkurannya maksimal. Skema pengukuran bisa dilihat digambar.
XXXVI.

Digunakan untuk menentukan tempat kita terhadap dua buah benda atau
lebih

XXXVII.
XXXVIII.

Untuk melakukan pengukuran dengan cara ini, kita harus


menggunakan small sight, large sight dan cermin agar hasil
pengkurannya maksimal. Skema pengukuran bisa dilihat digambar.

XXXIX.
XL.
XLI.
Hagameter
1. Tentukan skala sudut jika menggunakan skala derajat (15, 20, 25, 30 m
dan 66 ft), maka perkirakan dulu tinggi pohon yang akan diukur.
Misalnya diperkirakan 15 meter, maka ukur jarak dari si pengukur ke
batang pohon yang bersangkutan sejauh 15 meter. Putar batang-skala
hingga tampak skala ukur untuk jarak 15 meter (b).
2. Jika menggunakan skala persen (%lereng atau %sudut), maka
perkirakan dulu tinggi pohon yang akan diukur (cukup hanya
memperkirakan). Perkiraan tersebut misalnya 15 meter, maka ukur
jarak dari si pengukur ke batang pohon yang bersangkutan sejauh 15
meter. Putar batang-skala hingga tampak skala ukur untuk % lereng (f).
3. Buka kunci K1 (tekan) agar jarum bergerak bebas. Kemudian arahkan
Haga ke batang pohon (A = pangkal batang, B = setinggi mata dan C =
tajuk). Pengertian tajuk disini dapat berupa puncak tajuk (ujung
batang), pada diameter tertentu atau pada bebas cabang. Setelah
pembidikan tepat di titik A atau B atau C tutup kunci K2 (tekan). Catat
hasil pembacaan yang ditunjukkan jarum skala saat pembidikan titik A
atau B atau C.

4. Tinggi pohon (T = AC)


Rumusan perhitungan tinggi yang digunakan, sebagai berikut:
- Jika menggunakan skala ukur derajat (derajat-sudut)
* T = (tg tg ) . Jd
-Jika menggunakan skala ukur persen (%sudut)
* T = [(%MC %MA)/100] . Jd
XLII.
XLIII.
XLIV.
XLV.
XLVI.
HASIL PRAKTIKUM
XLVII.
1. Pita Ukur

XLVIII.
XLIX.
1.
2.
3.
4.

Bagian-bagian dari alat ini terdiri dari:


Badan gulungan
Tali pita
Satuan meter, centimeter dan inchi
Bilangan-bilangan yang menunjukan panjang jarak antar 2 titik
Fungsi dari pita ukur ini, yaitu: mengukur jarak antar 2 titik dari obyek
yang sudah ditetapkan posisinya.

L.
2. Yallon

LI.
LII.

Bagian-bagiannya, yaitu:

1. Warna yang berselang-seling


2. Ujung yallon yang runcing
Yallon berfungsi untuk membantu dalam pengukuran di lapangan sebagai

pelurusan dalam mengukur.


Warna yang berselang-seling (merah-putih-merah) mempunyai maksud
agar mempermudah pengamatan alat untuk membidik yallon (obyek).

LIII.
3. Abney Level

LIV.

LV.
LVI.
1.
2.
3.
4.

Bagian-bagian dari alat ukur abney level ini, adalah:


Skala vernier
Nivou tabung
Teropong pembidik
Tubuh abney level
Abney level berfungsi untuk mengukur sudut kemiringan lereng.

LVII.
4. Compass Survey

LVIII.
LIX.Bagian-bagian dari compass survey adalah:
1. Skala vernier
2. Teropong pembidik
3. Lingkaran kompas
4. Penggerak vertikal teropong

Compass survey berfungsi untuk mengukur sudut (horizontal maupun


vertikal) dan beda tinggi.

LX.
LXI.
LXII.
LXIII.
LXIV.
LXV.
LXVI.
LXVII.
LXVIII.
LXIX.
5. Waterpass

LXX.
LXXI.
LXXII.

Waterpass sangat sesuai untuk mengukur suatu obyek yang terletak


pada topografi datar dan digunakan untuk mengukur jarak, sudut dan
beda tinggi.

LXXIII.
6. Theodolith
1. Theodolith T0

LXXIV.
2. Theodolith RDS

LXXV.
LXXVI.
3. Theodolith T100

LXXVII.
LXXVIII.
LXXIX.
LXXX.
LXXXI.

Bagian-bagian dari theodolith


Pada dasarnya , theodolith dibagi menjadi 3 bagian:

1. Bagian bawah
Bagian bawah merupakan bagian yang statis yang terdiri dari 3
sekrup pendatar dan plat dasar
Plat dasar ini dalam penggunaannya dihubungkan dengan statif
(kaki tiga).
Sebuah niveau kotak melengkapi bagian ini untuk mengatur
posisi alat supaya mendatar
LXXXII.

2. Bagian tengah
Bagian tengah terdiri atas sumbu vertikal.
Pada bagian ini terdapat plat atau lingkaran horizontal berskala
dan sepasang kaki yang berfungsi untuk menyangga sumbu kedua

(mendatar).
Sebuah niveau terdapat pula pada bagian ini untuk mengoreksi
posisi sumbu I

LXXXIII.
3. Bagian atas

Bagian atas terdiri atas sumbu kedua atau sumbu horizontal, plat
berbentuk vertikal.

Lingkaran vertikal berbentuk statis, tidak turut bergerak sesuai


dengan gerakan teropong pad sumbu kedua.

LXXXIV.

Theodolith digunakan untuk mengukur sudut horisontal dan sudut


vertikal, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur jarak

secara optis, membuat garis lurus dan sipat datar orde rendah.
LXXXV.
7. Tripod/statif

LXXXVI.
LXXXVII.
LXXXVIII.

Tripod/statif berfungsi sebagai tempat dudukan alat dan untuk


menstabilkan alat seperti waterpass dan theodolit. Alat ini mempunyai 3
kaki yang sama panjang dan bisa dirubah ukuran ketinggiannya.

LXXXIX.
8. Baak Ukur

XC.
XCI.

Baak ukur merupakan Alat yang digunakan dalam pengukuran sipat


datar memakai pesawat waterpass yang bertujuan untuk mencari beda
tinggi antara dua titik. Bak ukur dapat terbuat dari kayu, campuran
alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya 4 cm,
panjang antara 3m-5m pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter,
desimeter, sentimeter, dan milimeter. Umumnya dicat dengan warna
merah, putih, hitam, kuning

XCII.
XCIII.
XCIV.
XCV.
XCVI.
XCVII.
9. Kompas Geologi

XCVIII.

XCIX.
C.
CI.Bagian-bagian kompas geologi:
1. Lingkaran kompas
2. Lingkaran kaca
3. Tubuh kompas geologi
4. Clinometer

Kompass geologi berfungsi untuk mengetahui arah orientasi dan


menghitung sudut horizontal atau vertikal terutama menghitung DIP
dan strike, serta digunakan untuk mengukur derajat kemiringan lereng.

CII.
10. Hagameter

CIII.
CIV.Keterangan :
CV.B1 = jendela ; B2 = pisir
CVI.P = batang skala dengan pemutar P
CVII.S = skala pada batang
CVIII.J = jarum skala
CIX.K = Pengunci (K1 = buka; K2 = tutup)
CX.L = lubang penggantung tali
CXI.Batang-skala Hagameter diilustrasikan sebagai berikut.

CXII.

Hagameter berfungsi untuk mengukur skala vertikal dan mengukur


derajat kemiringan lereng.

CXIII.
CXIV.
CXV.
CXVI.
CXVII.
CXVIII.
CXIX.
CXX.
CXXI.
CXXII.
CXXIII.
CXXIV.
CXXV. PEMBAHASAN
CXXVI.
CXXVII.
CXXVIII.
CXXIX.
No.
CXXXII.
CXXXIII.
1.

Ukur

AlatCXXX.
Pita

Kelebihan
CXXXI.

Kekurangan

Mudah dalam
Bilangan yang terdapat
membawanya,
pada tali pita ukur
karena terdapat
tersebut mudah hilang
ganggang pada
bila tergeser dengan
tubuh pita tersebut.
permukaan tanah dan
Penggunaannya juga
terkena genangan air.
mudah, karena dapat Tali pita ukur mudah

diulur dan digulung,


sobek bila sering
sesuai dengan
berkontak dengan
kebutuhan
semak-semak.
pengguna.
Mudah dalam
Penancapan yallon
membawa, karena

CXXXIV.
CXXXV.
2.

berbentuk tongkat.
Terdapat warna yang
Yallon

berseling-selingan,

ketanah harus hatihati, karena


dikhawatirkan akan
patah atau bengkok.

sehingga
memudahkan untuk
melihat dalam jarak
yang cukup jauh.
Praktis untuk dibawa Untuk membidik

CXXXVI.
CXXXVII.
3.

Abney
Level

kemana-mana,

sasaran dengan tepat

karena ukurannya

harus meneropong,

yang kecil.

serta digerakkan
tabung nivou agar
bubble berada

Kompas Penentuan sudut

CXXXVIII.
CXXXIX.
Survey

ditengah.
Angka yang ditunjukan

horizontal pada

lingkaran

kompas survey

mudah berubah-ubah,

dapat langsung

karena

dibaca pada

terhadap benda-benda

lingkaran kompas.
Kompas survey lebih
fleksibel dan mudah
dalam pengukuran
beda tinggi, karena
teropong kompas
survey dapat
digerakkan secara

magnet.

kompas
pengaruhnya

vertikal.
Memiliki ketelitian
yang tinggi untuk

tidak dapat

pengukuran jarak

digerakkan secara

dan beda tinggi

vertikal, sehingga

antara dua titik atau

fungsi waterpass tidak

lebih.
Sangat sesuai untuk
CXL.CXLI.
5.

Waterpas
s

Teropong waterpass

mampu untuk
mengukur sudut

mengukur suatu

vertikal.
obyek yang terletak Tidak ada lensa
pada topografi yang

pembalik pada

datar

waterpass,
pengopersiannya
menjadi lebih sulit.
Terbatasnya
pengukuran dengan
sudut vertikal yang

Tidak perlu

CXLII.
CXLIII.
6.

Theodoli

besarnya 90.
Pembacaan sudut

menyesuaikan

vertikal dan

azimuth dengan

horizontal dilakukan

kompas.

dua kali secara

th T0

terpisah.
Dalam pembacaan
mikrometernya

CXLIV.
CXLV.
7.

h RDS

Theodlit Dalam pembacaan

kurang teliti.
Perlu melakukan

sudut vertikal dan

penyesuian azimuth

horizontal dapat

dengan kompas.

dilakukan sekaligus,
CXLVI.
karena ada
mikrometer RDS.
Theodolith RDS

memiliki lensa
pembalik sehingga
lebih mudah dalam
pembacaan nilai
kurva atas dan
bawah.
Pembacaan
mikrometernya
teliti.
Pengoperasiannya

Dalam penggunaannya

dilakukan secara

harus ditentukan arah

digital.
Sangat membantu
CXLVII.
CXLVIII.
8.

Theodoli
th T100

utara magnetisnya
terlebih dahulu,

bagi pengamat yang

sehingga pembacaan

memiliki gangguan

sudut horizontalnya

penglihatan, karena

tepat.

pembacaan sudutsudutnya langsung


ditampilkan pada
layar digital.
Memiliki tiga kaki

CXLIX. CL.
9.

Tripod/st

yang sama panjang

benar-benar

dan bisa dirubah

menancap ketanah,

ukuran

karena bila tidak statif

ketinggiannya yang

mudah berpindah

disesuai dengan

atif

Pemasangannya harus

kebutuhan.
Mudah dibawa karena

posisi.
Pastikan kepala statif
terpasang relatif datar.

ringan dan memiliki


tali pembawa, serta
CLI.CLII.

Baak

dapat menutup.
Mudah dibawa karena Karena bahannya yang

terbuat dari kayu

ringan baak ukur

atau aluminium

harus digunakan

yang ringan.
Dalam pembacaannya

10.

sebaik mungkin, agar


tidak terjadi

mudah, karena antar

pembengkokan atau

benang dilengkapi

patah.

dengan satuan

Ukur

meter, desimeter,
sentimeter dan
milimeter yang
disesuaikan dengan
kebutuhan dari
pengguna itu
sendiri.
Praktis digunakan

CLIII.CLIV.
11.

Geologi

untuk pengukuran

lingkaran kompas

langsung

yang terdapat pada

dilapangan, karena

kompas geologi

ukurannya yang

mudah pecah,

kecil dan ringan,

sehingga dalam

sehingga mudah

pengguanannya harus

untuk dibawa.
Hagamet Praktis digunakan

CLV.CLVI.
12.

Kompas

er

Lingkaran kaca dan

berhati-hati.
Dalam membidik

untuk pengukuran

sasaran, diperlukan

yang dilakukan

ketelitian yang tinggi

langsung

agar bila telah dikunci

dilapangan, karena

tidak keliru dalam

ukurannya yang
kecil dan ringan,

pengukurannya.
Pada bagian mata bidik

sehingga mudah

dari alat ini mudah

untuk dibawa.
Bentuknya yang mirip

rusak, sehingga dalam


penggunanaannya

dengan pistol,

haruslah berhati-hati.

memudahkan
pengguna untuk
membidik sasaran
obyek menjadi lebih
tepat.
CLVII.
CLVIII.
CLIX.
KESIMPULAN
CLX.
1. Untuk mengetahui fungsi dan bagian-bagian dari masing-masing alat ukur
memerlukan literature, serta gambar yang menunjukan bagian-bagian dari
masing-masing alat ukur tersebut.
2. Penggunaan masing-masing alat ukur yang dilakukan di lapangan
membutuhkan

pemahaman

yang

mendalam

terkait

dengan

cara

pengoperasian alat-alat tersebut, serta cara merawatnya agar alat tidak


mudah rusak.
3. Keungulan dan kelemahan dari masing-masing alat ukur perlu untuk
diketahui agar nantinya dalam penggunaan alat tersebut tidak terjadi
kebingungan dan kesalahpahaman dari pengguna terkait.
CLXI.
CLXII.
DAFTAR PUSTAKA
CLXIII.
Rusydi, N, A. 2014. Mata Kuliah Handasah (Ilmu Ukur Tanah).
CLXIV.

Jurusan Geografi. Universitas Negeri Malang.


Tersedia di link:

http://darmini.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35226/IUT+Pertemuan
+1_2012A.ppt
CLXV. Tersedia di link:
http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40467/mod_resource/content/3/4.1.3%20P
eralatan%20Pendukung%20Survey%20IUT.pdf
CLXVI. Tersedia di link:
CLXVII. http://www.andyonline.net/2011/06/cara-memakai-kompas-geologi.html
CLXVIII.
Tersedia di link:

CLXIX.
CLXX.
CLXXI.
CLXXII.

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34997746/LAPORAN
_PRAKTIKUM.pdf
Tersedia di link:
http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=374
Tersedia di link:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18261/3/Chapter%20II.pdf

CLXXIII.
CLXXIV. LAMPIRAN
CLXXV.
CLXXVI.

You might also like