You are on page 1of 5

nejQ $z~Ap nBZm <p=E oi  :qRmp r=ZV&Bmp un~R&Bmp r9j2m  9j2e l

ue c}=E v r91p v ue vl9tEp ue|8s wY gfN} oip ue gNi wY  r9t} oi


ueqA<pr9Q 9jIl 9tEp
lqjfBi k&mp v o%qj% vp u%^%_1  q^%  qnixo};et} }
jtni +p t-p> tni _f5p 91p CZm oi kb^f5 |;e kb < q^%@ne t} }
~]< kb~fQ la  l h1<p u lqfQ B% |;e  q^%p xBmp R*a v-<
kb qm: kbe=ZV}p kbejQ kbe 3fJ} 9}9A vq] qeq]p  q^%  qnixo};et} }
 9R i j~Q >qY >Y 9^Y ueqA<p  S} oip
t%)92i <qi  =Ep  9jI |9s |9te R1p  &a +}9< R5 l Y
<ne Y ewM gap ewM Q9 gap Q9 )92i gap
 o}9e hq} 1 lB1$ ktR%% oip u%2Ip ue fQp 9j2i fQ gI ktfe
Maasyiral muslimin rahimakumullah!

Dalam kesempatan ini, saya menyeru kepada diri saya sendiri dan juga jamaah jumat sekalian,
marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Kita tingkatkan
pemahaman kita tentang agama ini yang telah Allah pilihkan untuk kita sebagai satu-satunya agama
yang di ridhoi-Nya.
Pada kutbah Jumat siang hari ini saya akan menyampaikan sebuah tema:

Syarat diterimanya Amal


Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Kita telah mengetahui, bahwa Allah memerintahkan kepada kita untuk beribadah kepada-Nya.
Setelah itu Allah Subhanahu wa Taala akan membalas pahala amal ibadah, sesuai dengan
tingkatannya. Namun, kita perlu menyadari, bahwa amal ibadah kita, tidak semua akan diterima.
Allah Subhanahu wa Taala telah menetapkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Jika
amal seseorang telah memenuhi persayaratan itu, berarti amalnya akan diterima Allah Subhanahu
wa Taala, dan jika kurang, maka akan ditolak. Sebagai seorang muslim yang menghendaki agar
amal ibadahnya diterima dan mendapatkan ganjaran dari Allah Subhanahu wa Taala, maka kita
harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui dan selanjutnya memenuhi persyaratan itu.
Sebab, apalah artinya amal banyak, namun tidak mendatangkan keridhaan Allah Subhanahu wa
Taala?! Bahkan justru sebaliknya, menyebabkan murka Allah Subhanahu wa Taala.

Sia-sialah kita dalam beramal, kalau pada akhirnya akan ditolak dan dikembalikan kepada kita.
Dalam Al-Quran Surat Al-Furqan, Allah telah berfirman,

%&' "! #$   



        
   

Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu
yang berterbangan. (QS. Al-Furqan: 23)
Ibnu Katsir menjelaskan, ini merupakan kejadian pada hari kiamat. Yaitu pada saat amal-amal
dihisab oleh Allah Subhanahu wa Taala. Melalui ayat ini Allah Subhanahu wa aala memberitahukan,
bahwasanya amalan-amalan orang kafir dan musyrik tidak menghasilkan apa-apa, berapa pun
banyaknya. Karena amalan-amalan mereka itu tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
AllahSubhanahu wa Taala. Belum cukupkah firman Allah Subhanahu wa Taala tersebut mendorong
kita untuk mempelajari syarat diterimanya amal?
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Amal ibadah akan diterima Allah Subhanahu wa Taala, jika memenuhi dua syarat. Pertama, Ikhlas.
Artinya, beribadah hanya kepada-Nya saja dan karena Allah Subhanahu wa Taala.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah tidak menerima satu amalan,
kecuali amalan yang diikhlaskan untuk-Nya dan untuk mencari wajah-Nya. (HR. An-Nasai)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,

(
 )*+ ,  .-  /
Sesunguhnya amal itu tergantung niatnya.
Dalam hadis lain,

0 1  2
 0 1 + 
 3 4 5  1 
 0 1  2
 0 6 &  7
 
 3 4 5 
 8
9 :
9 
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati
dan amal-amal kalian. (HR. Muslim)
Masalah keikhlasan ini berkaitan dengan hati. Dan masalah hati tidak bisa dipisahkan dengan niat. Perkara ini
terkadang banyak diremehkan oleh manusia, sehingga merasa tidak perlu lagi mengoreksi hati. Tidakkah kita
mengetahui, bahwa masalah ini dianggap besar oleh para ulama salaf? Tengoklah yang dikatakan oleh Sufyan
Tsauri, Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih berat daripada niatku. Karena dia berbolak-balik.
Itulah pandangan ulama salaf dalam masalah hati. Masalah hati sangat mereka perhatikan ketika beramal.
Sehingga dalam sejarah perjalanan hidup mereka, kita mendapati berbagai macam usaha yang mereka lakukan
untuk menjaganya, dan menutup pintu masuk setan yang hendak membelokkannya. Ingatlah, setan
merupakan musuh orang-orang beriman. Dia tidak akan pernah tinggal diam. Dia akan selalu berusaha dengan
segala cara untuk menggoda manusia, sehingga rusaklah amal.
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Syarat kedua agar diterimanya amal seseorang, ialah ittiba. Artinya, amal ibadah itu harus sesuai dengan
tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliaulah utusan Allah yang diperintahkan untuk
menyampaikan risalah-Nya. Sebagai utusan-Nya, beliau shallallahu alaihi wa sallam merupakan manusia yang
paling mengetahui tentang risalah-Nya. Dan semuanya sudah disampaikan oleh beliaushallallahu alaihi wa
sallam. Maka sudah seharusnya kaum muslimin mengikuti beliau shallallahu alaihi wa sallam. Allah berfirman,
2

0; )<& &; =>


@
?  0 1 +/A 0 1 
3 = B 5 @
?  0 1 ##C
 5 D/#E
@
-  :
F#C
 E 0 G6 :  
Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)
Demikian itulah dua syarat yang disimpulkan oleh para ulama dari banyak dalil, baik dari Al-Quran maupun
Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Kedua syarat inilah yang akan menentukan amal kita diterima
ataukah ditolak. Jika salah satunya tidak terpenuhi, maka tidak akan diterima. Jika persyaratan yang tidak
terpenuhi itu syarat yang pertama, maka si pelaku bisa terjerembab ke dalam lembah
kesyirikan, waliyadzubillah. Sedangkan jika yang tidak terpenuhi itu syarat yang kedua, maka si pelaku masuk
ke dalam perbuatan bidah yang sesat.
Imam Ibnul Qayim mengatakan, Seseorang tidak akan mungkin bisa merealisasikan iyyaka nabudu
(maksudnya peribadatan kepada Allah), kecuali dengan dua dasar. Yaitu ikhlas dan mutabaah (mengikuti
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam).
Fudhail Bin Iyadh, menjelaskan makna ayat,

& =B  H 5H   $  J


I    K
 < 2
0 1 F52
0 6  #) L
)C
  (
    M 
N OPQ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al Mulk: 2)
Maksud kalimat ahsanu amalan ialah yang paling ikhlas dan paling benar amalnya. Orang-orang bertanya,
Wahai Abu Ali. Apa yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan paling benar amalnya? Beliau menjawab,
Sesungguhnya amal itu, jika dikerjakan ikhlas karena Allah akan tetapi tidak sesuai dengan tuntunan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka tidak akan diterima Allah Subhanahu wa Taala. Demikian juga
jika amal itu benar sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, akan tetapi tidak
ikhlas, maka tidak diterima Allah sampai amal tersebut memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan benar sesuai
dengan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. (Hujajul Qawiyyah, Hal. 12)
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Amalan-amalan yang telah memenuhi kedua syarat tersebut, dinamakan dengan amal shalih. Allah telah
menjelaskan dalam firman-Nya,

%< 2
8 +*& L T # + U 3 V
 5W
 %C7 J
I      )
8 +*& "- 
R S3 5 :

6  

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Rabb-nya. (QS. AlKahfi: 110)
Juga dalam firman-Nya,

0 $ W
 0 X )
 Y
;  N W
 8 +*&    3 S 2
8 

 K
ZC
   $  8 Q 8 X S  0 
[ 2
  
+
:
/H C
 5
(Tidak demikian) dan bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan,
maka baginya pahala pada sisi Rabb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (QS. Al-Baqarah: 112)

Sebagai seorang muslim, kita harus berusaha untuk mewujudkan kedua persyaratan tersebut ketika beramal.
Rasanya sulit bagi kita untuk mewujudkannya, kecuali dengan senantiasa belajar dan belajar lagi. Dan
alhamdulillah, pada saat ini kita tidak terlalu kesulitan mempelajari agama kita. Berbagai media telah
dimanfaatkan oleh para dai untuk membantu kita dalam memahami ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Kemudian bagaimanakah kita sekarang. Maukah kita mempelajari agama ini untuk memperbaiki
amaliah kita ataukah tidak? Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Taala memberikan kepada kita kemudahan
untuk mempelajari, memahami dan selanjutnya mengamalkan ilmu yang sudah kita terima.

3 6 P]  (
 5.-    8 )  + 0 6 5 D  =
/ , 0 )4   : 3R  D  0 1 
 D  @
?  U & +
0 )< 3 &  = B   $ 8 /   3 = B G[ 
,0 1 
 D - @ 3 = B G[ 2
 
P$ D  
, 2
, 0 )1 C
 
KHUTBAH KEDUA

nejQ $z~Ap nBZm <p=E oi  :qRmp r=ZV&Bmp un~R&Bmp r9j2m  9j2e l
uec}=E v r91p v ue vl9tEp ue|8s wY gfN} oip uegNi wY  r9t} oi
u%2Ipue fQp 9j2i fQ hwBep wJep ueqA<pr9Q 9jI l 9tEp
 9R i
Dalam khutbah pertama, telah kami jelaskan tentang dua syarat diterimanya suatu amal. Maka dalam khutbah
yang kedua ini ingin kami sampaikan pembagian manusia berdasarkan kedua syarat tersebut. Salah seorang
ulama besar Ibnul Qayyim Al Jauzi berkata, Berdasarkan kedua syarat yang agung ini, manusia terbagi
menjadi empat golongan.
Ahlul ikhlas dan muttabaah (orang yang ikhlas dan mengikuti). Merekalah ahlu iyyaka nabudu yang hakiki.
Sehingga semua amal-amal mereka, pembicaraan, pemberian, pelarangan, kecintaan serta kebencian mereka,
semuanya karena Allah Subhanahu wa Taala. Muamalah mereka lahir-batin ikhlas karena Allah Subhanahu wa
Taala semata. Demikian juga amal-amal serta ibadah-ibadah mereka, sesuai dengan perintah Allah, sesuai
dengan apa yang dicintai dan diridhai-Nya.
Inilah amalan yang akan diterima Allah Subhanahu wa Taala. Dan untuk tujuan ini jualah Allah menguji
hambanya dengan kematian dan kehidupan, Allah tidak akan menerima suatu amal, jika tidak dilandasi
keikhlasan karena Allah dan sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Amal yang tidak
sesuai dengan kedua syarat tersebut akan dikembalikan kepada pelakunya bagaikan debu yang berhamburan.
Semua amal yang tidak mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tidak akan menghasilkan
kebaikan apa-apa, bahkan akan menambah semakin jauh dari Allah.
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Itulah golongan pertama yang disebutkan oleh Ibnul Qayim, sebuah golongan yang benar dalam beramal dan
akan mendapatkan balasan baik dari Allah. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan yang pertama ini.
Kemudian beliau menyebutkan tiga golongan lainnya yang menyimpang yaitu,
- Orang yang tidak ikhlas dan juga tidak mengikuti tuntunan. Mereka ini seperti orang-orang yang mencari
nama dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang disyariatkan. Mereka inilah sejelek-jelek makhluk dan
makhluk yang paling dimurkai.
- Orang yang beramal ikhlas karena Allah, tetapi tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Seperti ahli ibadah yang tidak tahu apa-apa, atau siapa saja yang beribadah kepada Allah dengan cara
yang tidak pernah disyariatkan Allah Subhanahu wa Taala.
4

- Orang yang beramal sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, akan tetapi tidak ikhlas
karena Allah. Misalnya seseorang beramal mengikuti tuntunan Rasul shallallahu alaihi wa sallam, agar
mendapatkan pujian, berjihad agar disebut sebagai pemberani, berhaji agar dipanggil haji, dll. Secara zhahir
kelihatannya amal shalih, padahal sesungguhnya bukan amal shlaih. (Hujajul Qawiyyah, Hal. 13)
Setelah mengetahui empat golongan manusia tadi, maka marilah kita mawas diri, masuk ke dalam golongan
manakah kita ini? Barangsiapa yang memiliki ciri-ciri golongan pertama, yaitu ikhlas dalam beramal dan
mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka hendaklah ia bersyukur kepada
Allah Subhanahu wa Taala atas karunia-Nya tersebut, serta berdoa kepada Allah Subhanahu wa Taala agar
senantiasa diberikan kekuatan untuk istiqomah. Dan agar pendiriannya ditetapkan berada di atas agama yang
benar ini. Sebaliknya barangsiapa yang mendapati pada dirinya ciri-ciri golongan kedua dan seterusnya, maka
hendaklah segera bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benar taubat, sambil senantiasa berdoa agar
mendapat taufik dan hidayah-Nya.

_______________________________________________________________________

j~fB% qjfAp u~fQ qfI qnix o};e t} } %ne fQ lqfJ} u&by wip l
k~s= d fQp k~s= fQ #~fI ja 9j2i d fQp 9j2i fQ gI ktfe
k~s= gQ #a< ja 9j2i d fQp 9j2i fQ !< p 9~.i ;~j1cm
9~.i ;~j1cm k~s= d fQp
$qi #p ktni x~1 # $ni$Up Gni$Up $jfBUp GjfBjfe =ZU ktfe
ii G^&jfe nfR-p o~Q =] n%}<8p n-p> oi ne)sn <
*sqe #m cm M< cm9e oi ne )sp n&}9s 8 9R nqf]T ?% v n <
u&fj1 ja =I n~fQ gj7 vp n < m.5 p n~Bml m;5q% v n <
nj1<p ne =ZUp nQ[Qp u ne ] v i nfj2% vp n < nf]oi n};e fQ
o}=Zbe hq^e fQ m=JmY mv qi #m
Gj1< k1< } c&M= $ni$Up Gni$Up $jfBUp GjfBjfe =ZU ktfe
<ne ;Q n]p nB1 2=5v 4p nB1 ~m9e4 n%
n <
Wa aqimis sholat
5

You might also like