Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada era modern seperti sekarang ini, bidang teknologi sangatlah penting
peranannya dalam berbagai hal. Dengan adanya teknologi yang baik, efisien dan efektif
maka akan mempermudah kegiatan kita sehari - hari. Salah satu alat yang dapat
digunakan untuk membantu kebutuhan sehari-hari dan dunia industri adalah mesin
conveyor. Pada umumnya, memindahkan barang di industri dikerjakan secara
tradisional, yaitu menggunakan tenaga manusia.
Kemudian
mesin
conveyor
kemudian
dapat
membantu
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan ini adalah bagaimana cara membuat mesin
conveyor dengan suatu perencanaan yang efektif dan efisien menggunakan motor listrik.
1.3
Batasan Masalah
Disini kelompok kami akan merencanakan sistem transmisi pada mesin conveyor.
Tujuan Perancangan
Perencanaan sistem transmisi reduksi yang kami lakukan mempunyai beberapa
tujuan, diantaranya:
a. Agar praktikan mampu memberikan gambaran secara u m um mengenai sistem
transmisi khususnya pada mesin conveyor.
b. Agar praktikan dapat membuat atau merencanakan perancangan mengenai sprocket,
belt, pulley, shaft dan bearing.
1.5
Manfaat Perancangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gear (Roda Gigi)
Gear adalah sebutan untuk roda gigi yang bekerja pada suatu mesin yang
fungsinya adalah untuk mentransmisikan daya. Gear merupakan bagian mesin yang
bentuk sederhananya bergerigi, dapat berputar dan biasanya terhubung dengan gear lain
untuk mengirimkan torsi. Dua buah gear atau lebih yang bekerja bersama-sama akan
menghasilkan tenaga mekanis melalui perputarannya merupakan definisi sederhana dari
mesin.
2.1.1 Macam Macam Roda Gigi
1. Roda Gigi dengan Poros Sejajar
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya berjajar pada
bidang silinder/poros yang kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan yang
satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu sejajar/lurus. Roda gigi dengan
poros sejajar dibedakan menjadi:
a) Roda Gigi Lurus (Spurs Gear)
Merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur roda gigi sejajar poros.
Kelebihan
: - Pembuatan mudah
- Memiliki perbandingan kecepatan yang konstan
Kekurangan
Kekurangan :
daya
yang diteruskan
dapat
pembuatannya sukar.
Kelebihan
Kekurangan
: - Pembuatannya sukar
diperbesar
tetapi
Kekurangan
: - Kecepatan rendah
Kekurangan
: - Kemungkinan Selip
: - Pembuatannya mudah
Kekurangan
: - Berisik
- Tidak dapat digunakan bantalan pada dua poros
Kekurangan
: - Pembuatan rumit
: - Pembuatan Mudah
Kekurangan
: - Berisik
- Daya dan putaran rendah
: - Reduksi besar
Kekurangan
: - Pembuatan sulit
Kekurangan
: - Pembuatan sulit
: - Daya besar
- kemungkinan selip kecil
Kekurangan
: - Pembuatan sulit
min
Dimana :
vl = Kecepatan garis jarak bagi (ft/min)
D = Diameter pinion (in)
N = Besar putaran pinion (rpm)
2. Rasio kecepatan (VR)
VR
nP
DG
nG
DP
NG
NP
Dimana :
nP = Putaran pinion (rpm)
nG = Putaran gear (rpm)
Dp = Diameter pinion (in)
Gp = Diameter gear (in)
NP = Jumlah gigi pinion
NG = Jumlah gigi gear
3. Mencari rasio roda gigi (mG)
mG
NG
N
P
Dimana :
P = Daya yang ditransmisikan pada pinion (HP)
6. Lebar muka nominal (F)
(in)
8 / Pd F 16 /
Pd
7. Faktor distribusi beban (Km)
K m 1,0 C pf Cma
Dimana :
L = umur rancangan (jam)
n = kecepatan putar roda gigi (rpm)
q = jumlah pemakaian beban per putaran
9. Angka tegangan lengkung (st)
st
Wt Pd
K K K K
FJ K o s m B
(psi)
Dimana :
Ko = factor beban lebih untuk kekuatan lengkung
Ks = factor ukuran untuk kekuatan lengkung
KB = factor ketebalan bingkai
Kv = factor dinamis untuk kekuatan lengkung
10. Angka tegangan lengkung yang diinginkan (sat)
K R ( SF )
' (psi)
st s at
YN
Dimana :
SF = Faktor keamanan
KR = Faktor keandalan
YN = Faktor siklus tegangan
11. Angka tegangan kontak (sc)
Wt K o K s K m K (psi)
sc C p
v
FD p I
Dimana :
Cp = Koefisien elastisitas bahan
I = Faktor geometri untuk cacat muka
12. Angka tegangan kontak izin (sac)
K R ( SF )
' (psi)
sc s ac
Z N CH
Dimana :
ZN = Faktor siklus tegangan untuk ketahanan cacat muka
CH = Faktor rasio kekerasan
2.2
Pulley
nmotor
Dstandar
naktual
Perhitungan sudut kontak pulley kecil dapat dihitung dengan rumus berikut:
(L Mott, Robert, 2004 : 279)
Keterangan :
1
D1
D2
2.3
Belt (Sabuk)
Ada tiga jenis belt ditinjau dari segi bentuknya adalah sebagai berikut :
1. Flat belt (belt datar). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16 (a) banyak digunakan
pada pabrik atau bengkel, dimana daya yang ditransmisikan berukuran sedang dari
pulley yang satu ke pulley yang lain ketika jarak dua pulley adalah tidak melebihi 8
meter.
lama. Harus juga mempunyai koefisien gesek yang tinggi. Menurut material yang
digunakan belt dapat diklasifikasikan sesuai dengan yang terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Material belt dan density
Tabel 2.3 menunjukkan nilai koefisien gesek untuk material belt dan
material pulley.
Tabel 2.3 Koefisien gesek antara belt dan pulley
4. Gaya gesek F = R
meneruskan ke sisi lain (yakni sisi LM atas). Jadi tarikan pada sisi bawah akan lebih
besar dari pada sisi belt yang atas (karena tarikan kecil). Belt sisi bawah (karena
tarikan lebih) dinamakan tight side sedangkan belt sisi atas (karena tarikan kecil)
dinamakan slack side.
6. Stepped or cone pulley drive (penggerak puli kerucut atau bertingkat) digunakan
untuk mengubah kecepatan poros yang digerakkan ketika poros utama (poros
penggerak) berputar dengan kecepatan yang konstan.
Berdasarkan daya yang direncanakan, tipe belt dapat ditentukan dari Gambar
2.25.
Keterangan :
L
D1
D2
Untuk mendapatkan panjang belt standart dapat dilihat pada Tabel 2.6
Tabel 2.6 Panjang belt standar untuk tipe belt 3V, 5V dan 8V
Sumber :
. (2004:277)
Faktor koreksi sudut (C) dan faktor koreksi panjang dapat dilihat dalam Gambar
2.26 dan Gambar 2.27.
CL
Pdesain
Untuk menentukan jumlah belt yang digunakan dapat dihitung dengan rumus
berikut:
(L Mott, Robert, 2004 : 279)
2.4 Sprocket dan Rantai
2.4.1
Definisi
Dalam bab sebelumnya bahwa penggerak belt dapat terjadi slip dengan pulley.
Untuk menghindari slip, maka rantai baja yang digunakan. Rantai dibuat dari sejumlah
mata rantai yang disambung bersama-sama dengan sambungan engsel sehingga
memberikan fleksibilitas untuk membelit lingkaran roda (sprocket). Sprocket di sini
mempunyai gigi dengan bentuk khusus dan terpasang pas ke dalam sambungan rantai
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.47. Sprocket dan rantai dipaksa untuk bergerak
bersama-sama tanpa slip dan rasio kecepatan dijamin sempurna.
Keterangan :
(Khurmi, R.S.2005 :
(rpm)
(rpm)
Panjang rantai (L) harus sama dengan jumlah sambungan dan pitch rantai :
L = K.p
K=
Keterangan:
L = Panjang rantai (m)
K = Jumlah sambungan
Jarak antar titik pusat sprocket minimum untuk perbandingan kecepatan 3 adalah
Xmin =
Keterangan:
d1 = Diameter pitch circle sprocket kecil
d2 = Diameter pitch circle sprocket besar
Keterangan:
P = Daya (Watt)
Wb = Beban (Newton)
v = Kecepatan rantai (m/s)
n = Faktor keamanan
Ks = Faktor pelayanan
1. Tooth flank radius (re)
= 0.008 d1 (T2 + 180)
maksimum
= 0.12 d1 (T + 2)
minimum
Keterangan :
d1
= diameter roller
T= jumlah gigi
2. Roller seating radius (ri)
= 0.505 d1 + 0.069
maksimum
= 0.505 d1
minimum
maksimum
minimum
maksimum
minimum
6.
7.
= p cosec (
maksimum
= D + p (1 -
minimum
) d1
8.
2.5
Shaft (Poros)
: Torsi (Nm)
Ft
: Diameter (m)
: Torsi (Nm)
Keterangan :
Sn
Dp
: Faktor desain
Kt
Besar jarak antara poros penggerak dan poros yang digerakan dapat ditentukan
dengan range
(L Mott, Robert. 2004 : 278)
Keterangan :
D1
D2
Jarak antara poros penggerak dan jarak poros penggerak akhir aktual setalah
didapatkan panjang belt standar dapat dihitung dengan rumus berikut:
(L Mott, Robert. 2004 : 279)
(
L Mott, Robert. 2004 : 279)
Mengihitung gaya dan momen yang bekerja pada poros dapat menggunakan
persamaan kesetimbangan gaya dan momen.
; M=0
Menentukan jenis material dan material properties poros yang digunakan
Menentukan kekuatan leleh dari material
(L Mott,
Sn
Keterangan :
Sn
Sn
Cs
: Faktor ukuran
CR
: Faktor realiblility
Gambar 2.37 (a) Alur Pasak Profil (b) Alur Pasak Luncuran
Sumber : Mott, L (506,2004)
b. Filet Bahu
Bila akan ada perubahan diameter pada poros untuk membuat bahu sebagai
pembatas dudukan sebuah elemen mesin, maka konsentrasi tegangan yang
diberikan bergantung pada rasio dari kedua diameter tersebut dan jari filet
yang dibuat. Disarankan agar jari-jari filet sebesar mungkin, tujuannya untuk
memperkecil konsentrasi tegangan, tetapi kadang-kadang rancangan roda
gigi, bantalan, atau elemen lain memengaruhi jari-jari yang dapat digunakan.
40
40
Gambar 2.38 (a) Contoh Filet Tajam (b) Contoh Filet Bulat Halus
Sumber : Mott, L (507,2004)
c. Alur Cincin Penahan
Cincin penahan digunakan dalam berbagai jenis usaha penempatan dalam
aplikasi poros. Cincin dipasang dalam alur poros setelah elemen mapan pada
tempatnya. Geometri alur ditentukan oleh pabrikan cincin. Biasanya
konfigurasinya adalah alur dangkal dengan sisi-sisi dinding dan dasar yang
lurus dan jari-jari filet yang kecil pada dasar dipasang berdekatan. Jadi,
faktor konsentrasi tegangan pada alur adalah cukup tinggi. Sebagai
perancangan awal, kita akan menggunakan Kt= 3,0 untuk tegangan lengkung
pada alur cincin penahan dengan menganggap jari-jari filet agak tajam.
Macam-macam Bearing
Jenis
ini
sangat
sensitif
terhadap
ketidaksebarisan
f.
(life) bearing
didesain 106
memperhitungkan beban yang bekerja pada bearing maka umur pakai bearing
dapat ditentukan dengan rumus berikut:
(L
Keterangan :
P1 = C
P2
L1
: 106 rev
>> N = 1.5
>> N = 2.5
>> N = 4.5
Sumber :
. (2004:495)
Ketrangan :
(2004:496)
Keterangan :
C
: Allowance
+ 0,005 (in) tolerance for parallel key
- 0,020 (in) interference for taper
Keterangan :
dari bahan yang dilumasi. Sebuah grafit adalah yang paling umum dari pelumas
padat baik sendiri atau dicampur dengan minyak atau lemak.
2.8.3 Fungsi dan Tujuan Pelumasan
Fungsi pelumasan di unit bantalan adalah sebagai berikut:
1. Untuk merendahkan gesekan antara unsur-unsur bergulir dan ras dari bantalan dan
pada titik kontak, permukaan , dan sebagainya.
2. Untuk melindungi komponen bantalan dari korosi.
3. Untuk membantu mengusir panas dari unit bantalan.
4. Untuk membawa panas dari unit bantalan.
5. Untuk membantu menghilangkan kotoran dan kelembaban dari bantalan.
2.8.4 Istilah yang Berhubungan dengan Pelumasan
1. Viskositas
Viskositas adalah ukuran tingkat fluiditas cairan. Viskositas adalah properti
fisik
berdasarkan
kemeampuan
minyak
membentuk,
mempertahankan
dan
menawarkan ketahanan geser di bawah panas dan tekanan. Semakin besar panas dan
tekanan, viskositas yang lebih diperlukan semakin besar.
2. Indeks viskositas
Indeks viskositas (VI) adalah ukuran yang mrnunjukkan perubahan viskositas
dengan variasi suhu. Hal ini digunakan untuk mengkarakterisasi perubahan
viskositas dengan kaitannya dengan suhu di dalam minyak pelumas.
5. Pour Point
Pour Point adalah suhu di mana minyak akan berhenti mengalir bila
didinginkan.
6. Cloud Point
Cloud Point adalah suhu di mana padatan terlarut tidak larut lagi, mempercepat
dalam tahap kedua memberikan cairan. Istilah ini relevan dengan beberapa aplikasi
dengan konsekuensi yang berbeda.
7. Aniline Point
Titik anilin dari minyak didefinisikan sebagai suhu minimum di mana volume
yang sama dari anilin (C6H5NH2) dan minyak yang larut, yaitu membentuk satu fasa
pada saat pencampuran. Nilai ini memberikan perkiraan atas isi dari senyawa
aromatik dalam minyak, karena kelarutan anilin, yang juga merupakan senyawa
aromatik menunjukkan adanya sejenis (aromatik) senyawa dalam minyak.
8. Neutralization Number
Dalam kimia, nilai asam (atau "nomor netralisasi" atau "angka asam" atau
"keasaman") adalah massa kalium hidroksida (KOH) dalam miligram yang
diperlukan untuk menetralkan satu gram zat kimia. Jumlah asam adalah ukuran dari
jumlah gugus asam karboksilat dalam senyawa kimia, seperti asam lemak, atau
campuran senyawa.
BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1 Metode Perancangan
Metode perancangan menggunakan metode perancangan dengan spesifikasi yang
ditetapkan oleh perancang. Dimana dalam metode ini, rancangan dan perhitungan
transmisi sudah dilakukan untuk mendapat desain elemen mesin yang digunakan dalam
mesin pemecah batu. Dalam perancangan hal yang dilakukan adalah :
1. Menyesuaikan kebutuhan
Menganalisa apa yang dibutuhkan dalam perancangan.
2. Sintesis (mekanisme)
Menentukan mekanisme yang dibutuhkan
3. Analisis gaya
Menemukan gaya pada bagian yang dirancang
4. Pemilihan material
Dari gaya yang sudah ditemukan akan dapat menentukan material.
5. Desain masing-masing bagian (ukuran dan gaya)
Mendesain elemen ukuran dan tegangan
6. Modifikasi
Pengurangan biaya
7. Penggambaran secara detail
Untuk menampilkan susunan elemen secara detail
8. Produksi
Komponen tiap gambar yang dapat di produksi di bengkel.
Start
Daya Motor= 1 HP
Putaran Motor= 1200 rpm
Putaran Output= 650 rpm
Gambar 3.1 Skema Conveyor
Sumber : Dokumentasi PribadiMenentukan jenis transmisi
Keterangan :
1. Motor
2. Poros
3. Pulley
4. Belt
5. Rantai
6. Sprocket
7. Conveyor
3.3
Langkah Perencanaan
Menghitung sprocket dan chain
Menghitung Poros
Mendapatkan hasil perhitungan poros
Apakah dimensi sprocket dan chain, Pulley, Belt, Poros, sesuai dengan yang
Mendapatkan dimensi dan bahan dari roda gigi, Pulley, Belt, Poros
Selesai
Start
Daya Motor= 1 HP
Putaran Motor= 1200 rpm
Putaran Output= 650 rpm
Apakah diameter pulley besar, sudut kontak, panjang belt, massa belt, centrifugal tension dan angka belt sudah sesuai ??
Mendapatkan diameter pulley besar, sudut kontak, panjang belt, massa belt, centrifugal tension dan angka belt
Selesai
Start
Daya Motor= 1 HP
Putaran Motor= 1200 rpm
Putaran Output= 650 rpm
Apakah velocity rasio, jumlah gigi pada sprocket besar, design power, diameter sprocket kecil, jarak antar sprocket dan
Selesai
Start
Daya Motor= 1 HP
Putaran Motor= 650 rpm
Dpulley besar= 130 mm
Dsprocket kecil= 80 mm
Menghitung vertical load
Apakah vertical load, torsi pada pulley, horizontal load, nilai gaya pada poros, nilai gaya pada sprocket dan diameter poros
Selesai
BAB IV
PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan dan Desain Pulley Dan Belt
Ditentukan
Material Pulley
= 7200kg/m2 (Mudah dibuat, murah)
Cast Iron
Daya motor
: 1 HP = 0,745 kW
d2
d1
=
=
1200
650
d2
75
d2.650 = 90000
d2 = 138, 46
Mencari sudut kontak ()
Sin
=
=
d 2d 1
2x
138, 46 mm 75 mm
600 mm
= 0,1
= 5,74
= (180 5,74.2)
= 168,52 = 168,52.
180
= 2,94 rad
Perhitungan Belt
Menentukan tipe belt drive dari pitch line velocity
V=
=
. d 1. n 1
60
3,14. 0,075. 1200
60
= 4,71
m
s
d1
2
75 mm
2
= 37,5 mm
Menentukan radius pada pulley besar
r2 =
d2
2
138, 46 mm
2
= 69,23 mm
=
L = (r2 + r1) + 2x +(
r 2r 1
x
)2
69,2337,5
300
)2
= 0,28647 kg/m
Menentukan centrifugal tension dari belt
Tc = m. V2
= 0,28647kg/m. {(4,71)m/s}2
= 5,95 N
Tegangan maksimum pada belt (Rubber belt allowable 1,75)
T = .A
= 1,75. 235, 5
= 406,75 N
T1 = T Tc
= 406,75 5,95
= 406,175 N
T1
)=
T2
2,3 log (
. . cosec
T1
)=
T2
2,8
2,3
= 1,2
(
T1
) = 101,2
T2
406,175
T2
= 15,8
T2 = 25,7 N
K=
27 +55 2. 160,175
+
2
8
5527
2.3,14
8
160,175
= 82, 0375
X=
P
4
[k-
8
4
[ 82,0375 -
= 160,1675
L = k. p
= 82,03375.8
= 656,27 mm
T 1+ T 2
2
27 +55
2
(k
+
T 1+ T 2 2
T 2T 1 2 ]
) 8 (
)
2
2
(82,03375
27+ 55 2
2755 2 ]
) 8 (
)
2
2.3,14
Daya motor
Dya yang ditransmisikan per belt
0,745
1,8
= 1,341
4.1.2 Desain Belt dan Pulley
(Terlampir)
n1
n2
650
320
n1
n2
= 27. 2,03
= 54, 8N 55 N
Mencari design power
K1 = 1 (Beban konstan)
K2 = 1,5 (Pelumasan tidak terus menerus)
K3 = 1 (Penggunaan 8 jam perhari)
Ks = K1. K2. K3
= 1. 1,5. 1
= 1,5
Design power
= Daya motor. Ks
= 0,745. 1,5
= 1, 1175 kW
180
T1
180
27
= 9,525cosec
= 81,915mm
d2 = pcosec
180
T2
180
55
= 9,525cosec
= 166,7mm
. d 1. n 1
60
V1 =
= 2,786 m/s
Rated power
pitch line velocity
0,745
2,786
= 0,267kN
Jarak antar sprocket = 30. P
= 30. 9,525
= 285,75 mm
Didalam permintaan akomodasi jarak dikurangi 2 5mm
X = 285,75 4
= 281,75 mm
K=
=
T 1+ T 2
2
27 +55
2
= 100,75
L = K.p
+
+
2x
p
+(
2.281,75
9,525
T 2T 1
2
+(
)2.
5527
2
p
x
)2.
9,525
281,75
= 100,75. 9,525
= 959,64mm
4.2.2 DesainChain dan Sprocket
(Terlampir)
4.4 Perhitungan dan Desain Shaft (Poros)
Poros 1
Ditentukan
D pulley : 138mm
Dsprocket : 80mm
pulley =
2,3log
log
T
R
T1
=
T2
10,80
0,069
.=0,24
= 156N
= 0,754
T1
= 0,3278
T2
156
T2
= 2,127
T 2 = 73,34N
5703
40
T1
T2
T3 = 270,883 N
T4 = 128,313 N
= 142,57 N
= 2,177
Gambar SFD
Sumber : Dokumentasi pribadi
Ma=0
0=229,34(100)+339,2(500)-Rb(600)
Rb=320,88N
Fa=0
0=Ra-229,34-339,2+320,88
Ra=247,65N
Ma=247,65x100
=24765Nm
Mb=247,65(500)-229,34(400)
=32089Nm
1
(M+Tc)
2
Mc=
1
(3208+32591,84)
2
=32340,42Nm
Te=
Te=
T2+ M 2
57032+32089 2
Te=32591,84
Diameter poros
32340,42 =
16
x 60 x d3
32340,42 = 11,775d3
d = 14,04 mm
Poros 2
Gambar Poros 2
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ditentukan
Dsprocket : 140,35mm
Dcon : 70mm
Sprocket =
2,3log
log
T1
=
T2
T
R
= 312,6 N
.=0,24
T1
= 0,3278
T2
= 0,754
312,6
T2
= 2,127
T 2 = 146,96N
(T3-T4) =
T3
T4
T1
T2
= 332,2 N
= 2,177
T3 = 631,18 N
T4 = 298,98 N
Horizontal load acting
T3 + T4 = 631,18 N + 298,98 N = 399,196N
Gambar Poros 2
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Horizontal load Acting
Wo=T3+T4=631,18+298,98=930,16N
Ma=0
0=459,6(100)+930,26(250+150)+Rb(600)
Rb=696,7 N
Fa=0
0=Ra-459,6-930,16+696,17
Ra=693,06N
Ma=459,6x100
=45960Nmm
Mb=693,06(400)-459,6(300)
=139344Nmm
T2+ M 2
Te=
=
11027,92 +1393442
=139828,3
Me=
=
1
(M+Te)
2
1
(139344+139828,3)
2
=139,586,15
Diameter poros
139586,15 =
16
x 60 x d3
139586,15 = 11,775d3
d = 22,80 mm
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada rancangan ini menggunakan daya motor sebesar 1 HP dan kecepatan putaran
motor sebesar 1200 rpm dan kecepatan yang diharapkan pada conveyor 320 rpm dengan
2 sistem transmisi yaitu belt pulley dan Sprocket, sehingga didapatkan data sebagai
berikut :
1. Hasil yang diperoleh dari perhitungan pulley dan belt
- Putaran motor
: 1200 rpm
- Putaran akhir
: 650 rpm
- Desain power
: 1 HP
- Diameter Pulley Besar
: 138,46 mm
- Sudut Kontak
: 2,94 rad
-
: 4,71 m/s
: 938,48 1000 mm
: 0,28647 kg/m
: 5,95 N
: 1,8 kW
Daya motor
Putaran Input
Putaran output
Velocity Ratio
Jumlah gigi sprocket besar (T2)
: 1 HP
: 650 rpm
: 320 rpm
:2
: 55
Design power
Diameter sprocket kecil
Diameter sprocket besar
Jarak antar sprocket
Panjang rantai
: 1,1175 kW
: 81,915 mm
: 166,7 mm
: 285,75 mm
: 959,694 mm
Torsi (T)
Vertical load pulley
Horizontal load
Diameter Poros
Torsi (T)
Vertical load acting
Horizontal load acting
Diameter poros
: 5703 Nmm
: 229,34 N
: 399,2 N
: 14,04 mm
: 140,35 mm
: 1 HP
: 320 rpm
: 11627,9 Nmm
: 459,6 N
: 399,196 N
: 22,80 mm
5.2 Saran
1. Ketika awal tugas besar sebaiknya asisten memberikan arahan yang jelas kepada praktikan
untuk mengerjakan.
2. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan ditambah lagi.
3. Praktikan lebih aktif untuk bertanya ketika asistensi atau ketika maju personal.