Professional Documents
Culture Documents
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu
pagi sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks,
biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
sesuai dengan indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,
sehingga sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
Diagnosis TB ekstra paru.
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lain-lainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode
pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji
mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
OAT ( Obat Anti Tuberculosa )
Disamping Kombipak, saat ini tersedia juga obat TB yang disebut Fix Dose
Combination(FDC). Obat ini pada dasarnya sama dengan obat kompipak, yaitu
rejimen dalam bentuk kombinasi, namun didalam tablet yang ada sudah berisi 2,
3 atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan.
WHO sangat menganjurkan pemakaian OAT-FDC karena beberapa keunggulan
dan keuntungannya dibandingkan dengan OAT dalam bentuk kombipak apalagi
-3 : {2(HRZE)/4(HR)3}
Berat Badan
TAHAP INTENSIF(tiap hari selama 2bulan) TAHAP LANJUTAN(3
kalisemingguslm4bln
30 37 kg
2 tablet 4FDC
2 tablet 2FDC
38 54 kg
3 tablet 4FDC
3 tablet 2FDC
55 70 kg
4 tablet 4FDC
4 tablet 2FDC
> 70 kg
5 tablet 4FDC
5 tablet 2FDC
Satu blister tablet FDC (4FDC atau 2FDC) terdiri dari 28 tablet
36
Berat Badan
TAHAP INTENSIF
Jumlah blister tablet
4FDC
TAHAP LANJUTAN
Jumlah blister tablet
2FDC
30 37 kg
4 BLISTER
3 BLISTER + 12 tablet
38 54 kg
6 BLISTER
5 BLISTER + 4 tablet
55 70 kg
8 BLISTER
6 BLISTER + 24 tablet
> 70 kg
10 BLISTER
8 BLISTER + 16 tablet
1. ISONIAZIDA (H)
Identitas.
Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik Isoniazida
100 mg dan 300 mg / tablet Nama lain Isoniazida : Asam Nicotinathidrazida;
Isonikotinilhidrazida; INH
Dosis.
2. RIFAMPISIN
Identitas.
Sediaan dasar yang ada adalah tablet dan kapsul 300 mg, 450 mg,
600 mg
Dosis
Untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari,
atau 600 mg 2 3 kali seminggu. Rifampisin harus diberikan bersama dengan
obat anti tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis diberikan dokter / tenaga
46
kesehatan lain berdasarkan atas berat badan yang diberikan satu kali sehari
maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 15 mg per kg berat badan.
Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak < 10 kg, 150 mg
untuk 10 20 kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg.
Indikasi
Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan
dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.
Mekanisme kerja,
Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri
Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA terganggu.
Dinamika / Kinetika Obat Obat ini akan mencapai kadar plasma puncak
(berbeda beda dalam kadar) setelah 2-4 jam sesudah dosis 600 mg, masih
terdeteksi selama 24 jam. Tersebar merata dalam jaringan dan cairan tubuh,
termasuk cairan serebrosfinal, dengan kadar paling tinggi dalam hati, dinding
kandung empedu, dan ginjal. Waktu paruh plasma lebih kurang 1,5- 5 jam( lebih
tinggi dan lebih lama pada disfungsi hati, dan dapat lebih rendah pada penderita
terapi INH). Cepat diasetilkan dalam hati menjadi emtablit aktif dan tak aktif;
masuk empedu melalui sirkulasi enterohepar. Hingga 30 % dosis diekskresikan
dalam kemih, lebih kurang setengahnya sebagai obat bebas. Meransang enzim
mikrosom, sehingga dapat menginaktifkan obat terentu. Melintasi plasenta dan
mendifusikan obat tertentu kedalam hati.
3. PIRAZINAMIDA
Identitas.
Sediaan dasar Pirazinamid adalah Tablet 500 mg/tablet.
Dosis Dewasa dan anak sebanyak 15 30 mg per kg berat badan, satu kali
sehari. Atau 50 70 mg per kg berat badan 2 3 kali seminggu. Obat ini dipakai
bersamaan dengan obat anti tuberkulosis lainnya.
Indikasi
Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti
tuberkulosis lain.
Kontraindikasi
terhadap gangguan fungsi hati parah, porfiria, hipersensitivitas.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam.
Mekanisme kerja,
berdasarkan pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase
yang berasal dari basil tuberkulosa.
Dinamika / Kinetika Obat Pirazinamid cepat terserap dari saluran cerna. Kadar
plasma puncak dalam darah lebih kurang 2 jam, kemudian menurun. Waktu paro
kira-kira 9 jam. Dimetabolisme di hati. Diekskresikan lambat dalam kemih, 30%
dikeluarkan sebagai metabolit dan 4% tak berubah dalam 24 jam.
Interaksi bereaksi dengan reagen Acetes dan Ketostix yang akan memberikan
warna ungu muda sampai coklat.
Efek Samping
Efek samping hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia,
hepatomegali, ikterus; gagal hati; mual, muntah, artralgia, anemia sideroblastik,
urtikaria.
Keamanan penggunaan pada anak-anak belum ditetapkan. Hati-hati
penggunaan pada: penderita dengan encok atau riwayat encok keluarga atau
diabetes melitus; dan penderita dengan fungsi ginjal tak sempurna; penderita
dengan riwayat tukak peptik.
4. ETAMBUTOL
Identitas.
Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik Etambutol-HCl
250 mg, 500 mg/tablet.
Dosis.
Untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per kg
berat badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg / kg berat
badan, dan pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat badan. Kadang kadang
dokter juga memberikan 50 mg per kg berat badan sampai total 2,5 gram dua
kali seminggu. Obat ini harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis
lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah 13 tahun dan bayi .
Indikasi. Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis dengan
obat lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika risiko
resistensi rendah, obat ni dapat ditinggalkan. Obat ini tidak dianjurkan untuk
anak-anak usia kurang 6 tahun, neuritis optik, gangguan visual.
Kontraindikasi.
Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis optik.
Kerja Obat. Bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan kuman TB
yang telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin.
Mekanisme kerja, berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang
sedang membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding
sel.
Dinamika/Kinetika Obat.
Obat ini diserap dari saluran cerna. Kadar plasma
puncak 2-4 jam; ketersediaan hayati 77+ 8%. Lebih kurang 40% terikat protein
plasma. Diekskresikan terutama dalam kemih. Hanya 10% berubah menjadi
metabolit tak aktif. Klearaesi 8,6% + 0,8 % ml/menit/kg BB dan waktu paro
eliminasi 3.1 + 0,4 jam. Tidak penetrasi meninge secara utuh, tetapi dapat
dideteksi dalam cairan serebrospina pada penderita dengan meningetis
tuberkulosa
Interaksi. Garam Aluminium seperti dalam obat maag, dapat menunda dan
mengurangi absorpsi etambutol. Jika dieprlukan garam alumunium agar
diberikan dengan jarak beberapa jam.
Efek Samping
Efek samping yang muncul antara lain gangguan penglihatan
dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan pandang.
Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka etambutol
harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi penglihatan
akan pulih. Reaksi adversus berupa sakit kepala, disorientasi, mual, muntah dan
sakit perut.
5. STREPTOMISIN
Identitas
Sediaan dasar serbuk Streptomisin sulfat untuk Injeksi 1,5 gram / vial
berupa serbuk untuk injeksi yang disediakan bersama dengan Aqua Pro Injeksi
dan Spuit.
Dosis
Obat ini hanya digunakan melalui suntikan intra muskular, setelah
dilakukan uji sensitifitas.Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah
15 mg per kg berat badan maksimum 1 gram setiap hari, atau 25 30 mg per kg
berat badan, maksimum 1,5 gram 2 3 kali seminggu. Untuk anak 20 40 mg
per kg berat badan maksimum 1 gram satu kali sehari, atau 25 30 mg per kg
berat badan 2 3 kali seminggu. Jumlah total pengobatan tidak lebih dari 120
gram.
Indikasi.
Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama isoniazid,
Rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontra indikasi dengan
2 atau lebih obat kombinasi tersebut.
Kontraindikasi hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau aminoglikosida
lainnya.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang sedang
membelah. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman
dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.
Dinamika / Kinetika Obat Absorpsi dan nasib Streptomisn adalah kadar plasma
dicapai sesudah suntikan im 1 2 jam, sebanyak 5 20 mcg/ml pada dosis
tunggal 500 mg, dan 25 50 mcg/ml pada dosis 1. Didistribusikan kedalam
jaringan tubuh dan cairan otak, dan akan dieliminasi dengan waktu paruh
2 3 jam kalau ginjal normal, namun 110 jam jika ada gangguan ginjal.
Interaksi Interaksi dari Streptomisin adalah dengan kolistin, siklosporin,
Sisplatin menaikkan risiko nefrotoksisitas, kapreomisin, dan vankomisin
menaikkan ototoksisitas dan nefrotoksisitas, bifosfonat meningkatkan risiko
hipokalsemia, toksin botulinum meningkatkan hambatan neuromuskuler,
diuretika kuat meningkatkan risiko ototoksisitas, meningkatkan efek relaksan otot
yang non depolarising, melawan efek parasimpatomimetik dari neostigmen dan
piridostigmin.
Efek Samping
Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100 g,
yang hanya boleh dilampaui dalam keadaan yang sangat khusus.
SOP TB
g.Pot dahak
h.Slide dan Ose serta Lampu spritus.
3.Prosedur :
a.Pasien mendaftar diloket kartu
b.Petugas kartu menanyakan dan mencatat identitas pasien : nama, tanggal
lahir,jenis kelamin, alamat lengkap, dan pekerjaan pasien kemudian mencari dan
mengisi buku famyli folder penderita.
c.Buku famyli folder pasien dibawa ke ruang Polik dokter berdasarkan nomor urut
pendaftaran.
d.Pasien disilahkan duduk sambil menunggu namanya di panggil.
e.Penderita masuk di ruang Polik dokter.
f.Dokter melakukan anamese penderita mengenai keluhan ada batuk/tidak, berapa
lama
batuk dan bila tersangka TBC, dokter merujuk untuk pemeriksaan dahak ke
Pengelola TBC.
g.Penderita ke ruang pengelola TBC.
h.Penderita dipersilahkan masuk dan duduk.
i.Pengelola melalukan anamese ulang dan mencatat mengenai berapa lama batuk,
berdahak/tidak, dahak bercampur darah/tidak, sesak nafas/tidak, nyeri dada
/tidak, kurang nafsu makan/tidak, berat badan menurun/tidak, riwayat kontak
dengan penderita TBC dan apakah pernah minum obat paru-paru selama kurang
dari 1
bulan atau lebih dari 1 bulan.
j.Mengisi buku daftar suspek porm. TB.06
k.Pengelola memberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan dahak dan cara
batuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang kental dan purulen.
l.Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan pertama dan pengambilan dilakukan
dibelakang Puskesmas.
m.Memeriksa kekentalan, warna dan volume dahak. Dahak yang baik untuk
pemeriksaan
adalah berwarna kuning kehijau-hijauan (mukopurulen), kental, dengan volume 3-5
ml.Bila volumennya kurang, pengelola harus meminta agar penderita batuk lagi
sampai volumenya mencukupi.
n.Jika tidak ada dahak keluar, pot dahak dianggap sudah terpakai dan harus
dimusnahkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi kuman TBC.
o.Memberikan label pada diding pot yang memuat nomor identita sediaan dahak
seuai
dengn TB.06
p.Memberikan pot dahak pagi yang sudah diberi label untuk diisi di rumah penderita
dan disuruh datang besok pagi membawa dahak paginya dan kemudian petugas
mengambil dahak sewaktu kunjungan kedua.
q.Membuat apusan dahak penderita pada slide yang sudah duberi label dengan
menggukana ose.
r.Mengisi form. TB.05, sediaan yang sudah di fiksasi segera disimpan kedalam kotak
sediaan untuk menghindari risiko pecah atau dimakan serangga.
s.Mengirim sediaan ke PRM dilakukan paling lambat 1 minggu sekali disertai
formulir laboratorium TBC untuk pemeriksaan dahak (TB.05).
1. Pengertian :
Menyampaikan informasi berupa pesan atau pemikiran dari pihak pemberi
pesan/sumber informasi kepada pihak lain/penerima pesan dengan cara tertentu.
2. Tujuan :
c. Mengevaluasi penyuluhan :
1). Terpaicanya tujuan yang diharapkan
2). Adanya perubahan prilaku penderita
3). Bertambahnya wawasan/pengetahun tentang penyakit TBC.
Prinsip Pengobatan TB
1. TUJUAN
Menyembuhkan penderita
Mencegah kematian
Mencegah kekambuhan
Menurunkan tingkat penularan
2. JENIS DAN DOSIS OAT
a) Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman
dalam beberapa hari pertama
pengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif
yaitu kuman yang sedang
berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kk BB,sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 10 mg/kg BB.
b) Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormant ( persister ) yang tidak
dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10
mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kal
seminggu.
c) Pirasinamid ( Z )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana
asam. Dosis harian yang dianjurkan 25
mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 35 mg/kg BB.
d) Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu
digunakan dosis yang sama penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75
gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun
atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.
e) Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
seminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.
3. PRINSIP PENGOBATAN
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,
supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh.Dosis tahap
intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong.
Aapabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu
pengobatan), kuman TBC akan
berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). uNtuk menjamin kepatuhan
penderita menelan obot , pengobatan perlu
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=Direcly Observed Treatment) oleh
seorang pengawas Menelan Obat (PMO )
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namum dalam
jangka waktu yang lebih lama
Dosis 2x/minggu
(mg/kgbb/hari)
Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)
INH
Rifampisin
mg)
Etambutol
50 (maks. 2,5 g)
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari
(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali
dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
Penderita baru TBC paru BTA positif.
Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
Penderita kambuh.
Penderita gagal terapi.
Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
Pengobatan TBC pada anak
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH
+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan
Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama,
kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan
(ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis
maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.
Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:
TB tidak berat
INH
: 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin
: 10 mg/kgbb/hari
: 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin
: 15 mg/kgbb/hari
Dosis prednison
No. Kode
/SOP-RPU/NGASEM/2014
Disusun
Diperiksa
Disahkan
No.Revisi
00
Sunariyah
dr. Mustadhim
Tgl. Mulai Berlaku :
30 SEPTEMBER 2014
Halaman
1 dari 5
1.
TUJUAN
2.
RUANG LINGKUP
3.
KRITERIA PENCAPAIAN
4.
DEFINISI
5.
URAIAN UMUM
5.1.
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil
(mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa
kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat
5.2.
Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi) dan
berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang bernapas
dengan udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon
dioksida dari darah
5.3.
7.
ALUR PROSES
1
Petugas melakukan Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
8.
DIAGRAM ALIR
9.
REFERENSI
9.1.
9.2
Standard Puskesmas, Bidang Bina Pelayanan Kesehatan, Dinkes Provinsi
JATIM, 2013
9.3
jasa
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk pencatatan dan pelaporan pasien TB yang
disusun dan disajikan untuk memantau secara kohort Perkembangan Pengobatan
Pasien TB yang dilakukan pada setiap unit Pelayanan Kesehatan sampai ke
Kementerian Kesehatan.
Tujuan
Persiapan alat
- Formulir LPLPO, TB.01, kartu stok, kartu stock induk, SBBK, daftar aset.
- Formulir TB.13. Formulir Aset.
b.
Persiapan pasien
c.
Pelaksanaan
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan Pasien
Tubeckulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
2.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Panduan Pengelolaan Logistik Program
Pengendalian Tuberkulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Pengertian
Tujuan
1.
Memastikan penggunaan logistik sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
b.
Persiapan pasien
c.
Pelaksanaan
a.
Perawat membuat surat pemakaian barang yang meliputi pemakaian dan sisa
obat yang digunakan untuk perencanaan kebutuhan OAT
b.
Mencatat dalam kartu stok dan kartu stok induk setiap obat yang dikeluarkan
c.
Mencatat jumlah, tanggal kadaluwarsa dan tanggal penerimaan masing
masing OAT kedalam kartu stok dan kartu stok induk.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan Pasien
Tubeckulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
2.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Panduan Pengelolaan Logistik Program
Pengendalian Tuberkulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Pengertian
Cara / metode menemukan secara cepat dan tepat kasus TB Paru dengan
serangkaian kegiatan terdiri dari penjaringan suspek, diagnosa, penentuan
klasifikasi penyakit dan tipe pasien.
Tujuan
1.
Mendapatkan/menemukan kasus TB melalui serangkaian kegiatan sehingga
segera dapat dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak menularkan penyakit
kepada orang lain.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Ruang Pengelola.
2.
Pengelola P2 TB.
3.
4.
5.
6.
Pot dahak
b. Persiapan pasien
1.
c.
Pelaksanaan
1.
Penemuan pasien TB secara pasif, dengan penyuluhan aktif dengan
melibatkan semua layanan dengan maksud untuk mempercepat penemuan dan
mengurangi keterlambatan pengobatan.
2.
a.
Kelompok khusus tang rentan atau resiko tinggi sakit TB seperti pasien
dengan HIV AIDS.
b.
Kelompok yang rentan tertular TB (rumah tahanan), daerah kumuh, keluarga
atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA positif.
c.
Pemeriksaan anak < 5 tahun pada keluarga TB untuk menentukan tindak
lanjut apakah perlu pengobatan TB / pengobatan pencegahan.
d.
3.
Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki
gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari
satu bulan.
4.
Berdahak/tidak ?
Apakah pernah minum obat paru-paru selama kurang dari 1 bulan atau lebih
dari 1 bulan ?
5.
6.
Pengelola memberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan dahak dan
cara batuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang kental dan purulen.
7.
Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan pertama dan pengambilan
dilakukan disamping Puskesmas.
8.
Memeriksa kekentalan, warna dan volume dahak. Dahak yang baik untuk
pemeriksaan adalah berwarna kuning kehijau-hijauan (mukopurulen), kental,
dengan volume 3-5ml. Bila volumennya kurang, pengelola harus meminta agar
penderita batuk lagi sampai volumenya mencukupi.
Jika tidak ada dahak keluar, pot dahak dianggap sudah terpakai dan harus
dimusnahkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi kuman TBC.
9.
Memberikan label pada dinding pot yang memuat nomor identitas sediaan
dahak sesuai dengan TB.06
10. Memberikan pot dahak pagi yang sudah diberi label untuk diisi di rumah
penderita dan disuruh datang besok pagi membawa dahak paginya dan kemudian
petugas mengambil dahak sewaktu kunjungan kedua.
11. Mengisi form. TB.05, mengirim sediaan ke laboratorium.
12. Menerima jawaban dengan form TB 05, kemudian memasukkan hasil
pemeriksaan ke TB 06.
13. Bila hasil pemeriksaan BTA positif, memberikan pengobatan sesuai protap
pengobatan TB.
14. Bila hasil pemeriksaan negative, dilakukan pemeriksaan dahak ulang, bila
hasilnya tetap negative diberikan pengobatan dengan antibiotic selama dua
minggu.
15. Bila masih tetap batuk dilakukan pemeriksaan rongsen thorax.
16. Bila hasil positif diobati sesuai dengan protap TB.
17. Pasien mendaftar di loket pendaftaran.
18. Buku rawat jalan pasien dibawa ke ruang BP berdasarkan nomor urut
pendaftaran.
19. Pasien disilahkan duduk sambil menunggu namanya di panggil.
20. Penderita masuk di ruang BP.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
Pengertian
Tujuan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
Register TB 05
2.
Register TB 06
3.
FORM TB 01
4.
Form TB 02
5.
Form TB 03
6.
Obat OAT
b.
Persiapan pasien
1.
c.
Pelaksanaan
Untuk pasien dengan hasil BTA positif diberikan pengobatan dengan OAT
kategori I, dan untuk pasien dengan BTA negative dan rongsent mendukung
diberikan pengobatan dengan kategori III sesuai berat badan pasien.
30-37 kg
38-54 kg
55-70 kg
>71 kg
2 tablet 4 KDT
3 tablet 4 KDT
4 tablet 4 KDT
5 tablet 4 KDT
2 tablet 2 KDT
3 tablet 2 KDT
4 tablet 2 KDT
5 tablet 2 KDT
Setelah pengobatan tahap intensif akhir bulan ke II, dilakukan pemeriksaan BTA,
bila hasil negative dilanjutkan tahap lanjutan, dan bila hasil pemeriksaan BTA positif
diberikan sisipan dengan dosis sesuai berat badan pasien.
Dengan dosis sesuai tabel sebagai berikut :
Tabel 02. Pemberian obat sisipan sesuai BB
Berat Badan
30-37 kg
38-54 kg
55-70 kg
>71 kg
2 tablet 4 KDT
3 tablet 4 KDT
4 tablet 4 KDT
5 tablet 4 KDT
Dan bila hasil pemeriksaan pada akhir tahap intensif negative dilanjutkan tahap
lanjutan, kemudian diperiksa dahak ulang pada akhir bulan ke V, bila hasil negative
dilanjutkan pengobatannya, dan dilakukan pemeriksaan ulang pada akhir bulan ke
VI atau akhir pengobatan.
Bila hasil pemeriksaan pada bulan ke VI negative dan pada awal pengobatan positif
pasien dinyatakan sembuh.
Dan bila pada akhir pengobatan hasil negative dan pada awal pengobatan negative
dengan rongsent positif pasien dikatakan pengobatan lengkap.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan Pasien
Tubeckulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Pengertian
Tujuan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Disposable spuit
2.
Bengkok
3.
Pengalas
4.
Sketsel
5.
Sarung tangan
b.
Persiapan pasien
1.
2.
Pasang sampiran
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
Untuk penderita lali laki atur penis sesuai anatomi uretranya sebelum ditarik
kateternya
6.
7.
8.
9.
10.
Cuci tangan
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menyiapkan tempat tidur dengan segala
perlengkapan agar siap dipakai
Tujuan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan
1.
2.
Laken
3.
Stek laken
4.
Perlak
5.
Selimut
6.
Selimut
7.
8.
9.
b.
1.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
Bersihkan tempat tidur dengan menggunakan clorin dan bilas dengan
enggunakan air bersih
3.
4.
5.
Perlak dipasang sekurang kurangnya 30 cm dari sisi tempat tidur bagian
kepala
6.
Stek laken dipasang diatas perlak dengan tiap sisi-sisinya dimasukkan
bersama perlak ke bawah kasur setegang mungkin
7.
Selimut dilipat empat secara terbalik dan pasang pada kasur bagian kaki,
sedangkan bagian atas terbalik dimasukkan ke bawah kasur sekurang kurangnya 10
cm dan ujung-ujung sisi selimut dimasukkan dibawah kasur
8.
Bantal dimasukkan kedalam sarung, dengan cara sarung bantal bagian
ujung di lipat terlebih dahulu ke arah luar, kemudian bantal baru dimasukkan dan
dan tarik ujung sarung bantal yang di lipat tadi. Pastikan ujung bantal masuk
kedalam ujung sarung bantal
9.
Pasang bantal di bagian atas kasur dengan bagian sarung bantal yang terbuka
tidak menghadap ke arah pintu
10. Bila tempat tidur tidak dipakai, tutup dengan menggunakan over laken
11. Alat dirapikan
12. Lepas hand scoon dan cuci tangan
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan injeksi / suntik yang merupakan
tindakan memasukkan obat kedalam tubuh pasien lewat alat suntik yang
dimasukkan kedalam tubuh : sedalam kulit (ic), sedalam bawah kulit (sc), sedalam
otot (im), sampai menembus vena (iv)
Tujuan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
2.
Kapas alkohol
3.
4.
Torniquet
5.
Bantal pengalas
6.
Bak injeksi
b.
1.
1.
Persiapan pasien
Pelaksanaan injeksi ic
1.
2.
3.
4.
5.
Masukkan jarum pada permukaan kulit dengan sudut 15-29 derajat dengan
lubang menghadap ke atas
6.
Masukkan obat pelan-pelan supaya permukaan kulit yang disuntik
mengembung
7.
8.
2.
Injeksi sc
1.
2.
3.
4.
Masukkan jarum ke bawah kulit denga sudut 45 derajat dengan lubang jarum
menghadap keatas
5.
6.
7.
8.
Setelah obat masuk, spuit ditarik dengan cepat dan bekas jarum di tutup dan
ditekan dengan cepat dengan menggunakan kapas alkohol
3.
Injeksi im
1.
2.
3.
4.
5.
Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat ada darah atau tidak
6.
7.
8.
Setelah obat masuk semua, spuit ditarik dengan cepat dan bekas suntikan
ditarik dan ditekan dengan kapas alkohol
4.
Injeksi iv
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jarum di suntikkan dengan sudut 45 derajat dan denga ujung jarum
menghadap ke atas
7.
Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat apakah ada darah atau tidak
8.
9.
10. Setelah obat masuk semua, jarum di cabut dengan cepat dan bekas tusukan
jarum di tutup dengan menggunakan kapas alkohol
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1. Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2. Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3. Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen Evaluasi
Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan cairan infus yang merupakan
tindakan memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena
dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set
Tujuan
Persiapan Alat :
1.
Standart infus
2.
3.
Infus set
4.
5.
6.
Kasa steril
7.
Gunting
8.
Plaster
9.
Pengalas
10. Bengkok
11. Tomiquet
12. Povidon iodine dalam botol spray botol steril
13. Korentang dalam tempatnya
14. Handschoen steril
15. Alat pencukur
16. IV Catheter
b.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pasang pengalas
8.
9.
Pilih dan pastikan vena yang akan ditusuk (utamakan vena bagian distal /
sesuai kondisi pasien)
10. Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas
steril yang diberi povidone iodine, kemudian ulangi desinfeksi dengan
menggunakan kapas steril yang sudah diberi alkohol. Kegiatan desinfeksi tersebut
dilakukan dengan gerakan melingkar keluar sampai diameter 6 8 cm, bila daerah
incersi kotor bisa diulangi 2 3 kali
11. Pasang tomiquet diatas lokasi penusukan
12. Masukkan I.V Catheter pada vena yang telah ditentukan dengan sudut 10 30 dengan lubang jarum menghadap ke atas
13. Setelah I.V Catheter masuk vena, tomiquet dilepas, mandirn ditarik pelan
pelan sambil I.V Catheter didorong masuk sampai pangkalnya
14. Sebelum melepas madirn, tekan ujung vena Catheter dengan jari, lepas
madirnnya kemudian disambungkan ke pangkal I.V Catheter dengan infus set
15. Pemasangan fiksasi :
a.
Letakkan plester dibawah sayap, kemudian lipatkan diatas sayap searah dan
sejajar ujung I.V Catheter
Letakkan plester kedua diatas pangkal I.V Catheter dan sayap dengan posisi
melintang
b.
Tutup dengan kasa steril dan dekatkan dengan plester sesuai kebutuhan
16. Tuliskan tanggal pemasangan I.V Catheter pada plester penutup kasa
17. Hitung jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan
18. Perhatikan reaksi pasien
19. Catat waktu pemasangan, jenis cairan dan jumlah tetesan
20. Pasien dirapikan
21. Alat alat dibereskan
22. Ganti kasa bila tampak kotor
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menghitung jumlah pernfasan dalam satu
menit
Tujuan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
2.
b.
Persiapan pasien
1.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam mengukur suhu badan pasien dengan
termometer yang diletakkan pada ketiak, mulut dan anus
Tujuan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Thermometer
2.
b.
Persiapan pasien
1.
2.
1.
1.
2.
3.
Identifikasi pasien
4.
5.
Periksa termometer apakah air raksa tepat pada angka dibawah 35 derajat
celcius
6.
7.
Buka lengan baju pasien (bila perlu) dan ketiak harus dikeringkan terlebih
dahulu
8.
Jepitkan termometer pada ketiak pasien dengan reservoir tepat ditengah
ketiak dan lengan pasien dilipatkan ke dada (awasi dan dampingi khususnya pada
penderita tidak sadar dan anak-anak)
9.
b.
c.
d.
11. Air raksa diturunkan kembali dan termometer diletakkan pada tempatnya
12. Pasien dikembalikan pada posisi semula
13. Alat dibereskan lepas sarung tangan dan cuci tangan
2.
1.
2.
3.
Identifikasi pasien
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Instruksikan pasien untuk menutup mulut dan menjepit termometer dengan
bibirnya dan tidak berbicara selama termometer berada dimulutnya
11. Setelah 3-5 menit ambil termometer dan baca dengan teliti kemudian catat
12. Bersihkan termometer dengan cara:
a.
b.
c.
d.
3.
1.
2.
3.
Identifikasi pasien
4.
5.
6.
Atur posisi pasien dengan tidur miring pada orang dewasa dan telentang pada
bayi
7.
Celana dalam atau popok diturunkan sampai kebawah bokongdan tutupi
bagian tubuh dengan menggunakan selimut
8.
9.
b.
c.
d.
Bersihkan dengan air bersih dan keringkan dengan menggunak keryas tisu
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Persiapan alat
1.
Tensimeter
2.
Stetoskope
3.
Buku / catatan
b.
1.
2.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
posisinya diatur sesuai kebutuhan.
3.
4.
5.
6.
Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2 3 cm diatas vena cubiti
dengan pipa karetnya pada bagian luar lengan. Manset dipasang tidak terlalu
kencang atau terlalu longgar.
7.
Meraba denyut arteri bracialislalu stetoskope ditempatkan pada daerah
tersebut.
8.
Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya balon
dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam gelas pipa
naik.
9.
Membuka skrup balon perlahan lahan. Sambil memperhatikan turunnya air
raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan terakhir.
10. Pasien dirapikan.
11. Alat alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
PONOROGO
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENGHITUNG TANDA TANDA VITAL NADI
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menghitung denyut nadi dengan meraba :
Ateri radialis pada pergelangan tangan
Arteri brachialis pada siku bagian dalam
Arteri carotis pada leher
Arteri temporalis pada pelipis
Arteri femolaris pada lipat paha
Arteri dorsalis pedis pada kaki
Arteri frontalis pada ubun ubun bayi
Tujuan
Persiapan alat
1.
2.
Buku catatan
b.
1.
2.
c.
Pelaksanaan
1.
Cuci tangan
2.
3.
Identifikasi pasien
4.
5.
6.
7.
8.
Hitung denyut nadi selama 1 menit sambil merasakan kedalaman dan
keteraturan
9.
Catat hasilnya
Mengetahui,
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk membersihkan telinga dengan air hangat
untuk mengeluarkan serumen atau corpus alenium
Tujuan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Spuit besar
2.
3.
Pinset telinga
4.
Bengkok
5.
6.
Handuk
7.
8.
Handuk
b.
1.
Persiapan pasien
2.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
Kain pengalas dan bengkok diletakkan diatas bahu, dibawah telinga yang akan
di bersihkan
5.
6.
Dengan menggunakan tangan kiri perawat daun telinga di tarik ke atas dan
sedikit ke belakang. Bengkok di taruh di bawah telinga
7.
Ujung spuit di taruh di ujung liang telinga dan lakukan penyemprotan dengan
hati-hati ke bagian siisi atas bagian telinga
8.
9.
Setelah bersih lubang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas yang
di pegang dengan menggunakan pinset telinga dan daerah sekitar telinga di
keringkan dengan handuk
10. Pasien dirapikan perawat cuci tangan
11. Dokumentasikan tindakan
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan obat pada mata dalam
bentuk cair
Tujuan
2.
3.
4.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
2.
Buku obat
3.
Tupres (kapas)
4.
b.
Persiapan pasien
1.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tangan kanan di dahi pasien, pegang penetes mata berisi obat +- 1-2 cm
diatas sakus konjungtiva dan tangan kiri tarik kelopak mata ke bawah
Jika tetesan jatuh, usap dengan menggunakan tupres kering dan tekan
dengan lembut pada duktus nasolkrimalis selam 30-60 detik
8.
Dokumentasikan tindakan
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses, dan
praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran, EGC
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub Direktorat
Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen Evaluasi
Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Ns. Eni Kusyati, S. Kep. (2006) Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium,
Keperawatan Dasar, ECG, Jakarta.
Ns. Indriana N, Istiqomah, (2005) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.
Evaluasi Keterampilan Praktek Klinik Keperawatan Program DIII, Akper ST, Carolus,
Jakarta.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan obat mata dalam bentuk
salep
Tujuan
2.
3.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Salep mata
2.
Buku obat
3.
Tupres (kapas)
4.
b.
Persiapan pasien
1.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pgang aplikator salep mata dari dalam keluar dengan menggunakan kapas
steril
Pencet tube sehinggga menberika aliran sepanjang tepi dalam kelopak mata
7.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
4.
Ns. Eni Kusyati, S. Kep. (2006) Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium,
Keperawatan Dasar, ECG, Jakarta.
5.
Ns. Indriana N, Istiqomah, (2005) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Mata. Evaluasi Keterampilan Praktek Klinik Keperawatan Program DIII, Akper ST,
Carolus, Jakarta.
Pengertian
Tujuan
2.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Supositoria rectal
2.
Jelly pelumas
3.
4.
Tisu
5.
Bengkok
b.
1.
c.
Persiapan pasien
Pelaksanaan
1.
2.
3.
Identifikasi pasien
4.
Menawarkan pasien untuk buang air kecil atau buang air besar
5.
Atur posisi pasien sim kanan atau kiri dengan tungkai bawah fleksi ke depan
6.
Membebaskan pakaian bagian bawah pasien dan di tutup dengan
menggunakan selimut mandi
7.
8.
9.
Buka suppositoria dari kemasan dan beri pelumas pada ujung dar bulatnya.
Beri pelumas pada bagian ujung bulatnya. Beri pelumas padajari telunjuk tangan
yang dominan anda
10. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut untuk merileksasikan
sfingter ani
11. Regangkan bokong dengan tangan yang tak dominan. Dengan jari telunjuk
tersarungi, masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai
dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak anak
12. Tarik jari dan bersihkan bagian anal
13. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring miring selama 5-10 menit
14. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok
15. Rapikan pasien dan lingkungannya
16. Cuci tangan
17. Kaji respon pasien
18. Dokumentasikan tindakan
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Tujuan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Tensi meter
2.
Stetoskop
b.
Persiapan pasien
1.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
Periksan tekanan darah pasien dengan menggunakan stetoskop dan tensi
meter
3.
4.
5.
6.
Catat berapa banyak bintik-bintik di tubuh pasien yaitu pada kulit lengan
bawah bagian media pada sepertiga proksimal (3 jari di bawah mangset)
7.
8.
9.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
3.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
4.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
5.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Tujuan
2.
3.
Prosedur
Uraian
Persiapan alat
1.
Handschoen
2.
Nald Fuder
3.
Pinset Chirurrgis
4.
Jarum (Needle)
5.
Benang
6.
Gunting
7.
Bengkok
8.
Bak instrument
9.
Perlak
10. Plester
11. Depress
12. Sofratul(kasa steril dengan antibiotik)
13. Providone iodine
14. Doek berlubang
15. Pinset anatomis
16. Spuit
17. Anestetik lokal
18. Kasa steril
19. Plester
20. Kasa gulung
Persiapan pasien
1.
Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur yang akan di lakukan.
2.
Pasang sketsel
3.
Pelaksanaan
1.
2.
Menutup sketsel
3.
4.
Pasang perlak
5.
Dekatkan bengkok
6.
7.
Pakai Handschoen
8.
9.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3. Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen Evaluasi
Penerapan Standart Asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melepas jahitan yang dilakukan pada hari
ke 5 7, sesuai dengan penyembuhan
Tujuan
2.
Prosedur
Uraian
Persiapan alat
1.
Bak instrument
2.
Pinset Chirugis
3.
Pinset Anatomis
4.
Gunting Hetting Up
5.
Kasa
6.
Depress
7.
Sofratul
8.
Bengkok
9.
Plester
Persiapan pasien
1.
2.
Pasang sketsel
3.
Pelaksanaan
1.
Cuci tangan
2.
Tutup sketsel
3.
4.
Pasang perlak
5.
Lepas plester/verband
6.
7.
8.
Desinfecksi luka
9.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1. Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2. Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3. Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen Evaluasi
Penerapan Standart Asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Tujuan
1.
2.
Memberikan rasa aman & nyaman kepada pasien dan orang lain
Prosedur
Uraian
Persiapan alat
Alat steril
1.
2.
Handschoen
3.
Depress
4.
Kasa steril
5.
Sofratul
6.
Alat on steril
1.
2.
Gunting verband
3.
Plester
4.
5.
Bengkok
6.
Gunting lurus
Persiapan pasien
1.
2.
Pelaksanaan
1.
Cuci tangan
2.
Alat-alat di dekatkan
3.
Pakai handschoen
4.
5.
6.
7.
8.
Observasi luka
9.
10.
11.
12.
Kemudian plester
13.
Lepas handschoen
14.
Cuci tangan
15.
Dokumentasikan
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1. Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2. Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3. Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen Evaluasi
Penerapan Standart Asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Tujuan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Bidai sesuai dengan kebutuhan (panjang dan jumlah) berikan pengalas dari
kapas
2.
Kasa gulung
3.
Gunting
4.
Kasa steril
5.
Plester
6.
Hand scoon
7.
Bengkok
8.
Bantal
9.
Sampiran
b.
Persiapan pasien
a.
b.
Pasang sampiran
c.
Pelaksanaan
1.
Cuci tangan
2.
3.
4.
Berikan penjelesan pada pasien tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan
5.
Bagian ekstermitas yang cidera harus kelihatan seluruhnya, pakaian harus di
lepas, bila mana perlu digunting
6.
Periksa nadi dan fungsi sensorik dan motorik ekstermitas bagian distal dari
tempat cidera sebelum pemasangan bidai
7.
Jika ekstermitas tampak sangat dan nadi tampak tidak ada, coba luruskan
dengan tarikan secukupnya, tetapi bila terasa ada tahanan jangan diteruskan,
pasang bidai dlam posisi tersebut dengan melewati 2 sendi
8.
Bila curiga ada dislokasi pasang bantal atas bawah, jangan mencoba untuk
diluruskan
9.
Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan kapas
steril dan jangan memasukkan tulang yang keluar tersebut, kemudian pasang
kembali bidai dengan melewati 2 buah sendi
10. Periksa nadi dan fungsi sensorik dan motorik ekstermitas bagian distal dari
tempat cidera setelah pemasangan bidai
11. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
12. Lepas hand scone
13. Cuci tangan
14. Dokumentasikan di lembar penanganan
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Tujuan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
2.
Alkohol
3.
Disposible spuit
4.
Sarung tangan
5.
Perlak
6.
Torniquet
7.
Botol steril
8.
EDTA
9.
10. Bengkok
11. Blangko permintaan darah
b.
Persiapan pasien
1.
2.
Pasang sampiran
3.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
Dekatkan alat-alat
4.
Cuci tangan
5.
6.
7.
8.
Pasang torniquet
9.
10. Ulang 2-3 kali sampai bersih dan tunggu sampai kering
11. Lakukan penusukan pada pembuluh darah vena dengan disposible spuit dan
jarum menghadap ke atas
12. Lakukan inspirasi, bila keluar darah berarti penusukan benar
13. Lakukan penghisapan sesuai dengan yang di butuhkan
14. Lepas torniquet
15. Tarik spuit dengan cepat dan tutup bekas luka tusukan tersebut dengan
menggunakan kapas alkohol
16. Beritahu pasien bila tindakan sudah selesai
17. Rapikan pasien dan bereskan alat-alat
18. Lepaskan sarung tangan
19. Lepas hand scone dan cuci tangan
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
Tujuan
2.
Untuk mempertahankan volume darah & sirkulasi yang adequat untuk
oksigenasi
3.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gunting verband
7.
Plester
8.
9.
b.
Persiapan pasien
1.
2.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
Buka pakaian pasien bila menutupi daerah yang mengalami perdarahan
dengan gunting dan pasang duk / underpad steril dibawahnya
6.
Kaji luka dan identifikasi asal luka,apakah dari vena atau arteri
a.
Arteri : lihat apakah keluarnya perdarhan memancr, adanya pulsasi atau
denyutan dan warna darah merah segar
1.
Ambil kasa steril, langsung, tekan pada daerah
perdarahan dan lakukan pembebatan
2.
3.
dokter bila diperlukan
b.
1.
Ambil kasa steril sesuai kebutuhan, lakukan penekanan kemudian balut
dengan perban
7.
Setelah itu pasang spalk / bidai anatara dua sendi ekstremitas yang fraktur
8.
Cek nadi pada bagian distal dari cedera, kehangatan, sensoris, capilarry refill
test, motorik bila perdarahan terjadi pada ektremitas
9.
Cek apakah pedarahan sudah berhenti, jika perdarahan masih terus
berlangsung, kasa dekat luka yang telah penuh dengan darah jangan diambil tetapi
berikan tambahan kasa steril dan pertahankan tekanan serta tinggikan ekstremitas
yang cedera
10. Lepas handschoen dan skort plastik
11. Rapikan pasien dan rapikan alat alat
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku Kedokteran,
EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar, Malang.
Pengertian
2.
3.
Membantu drainage dari lutut sehingga berguna bagi pasien pascaoperasi
mulut dan tenggorokan.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Tempat tidur
2.
Bantal kecil
3.
Gulungan handuk
4.
a.
Persiapan pasien
1.
2.
3.
b.
1.
Pelaksanaan
Tutup pintu, jendela, dan gorden atau sampiran bila pasien dibangsal.
2.
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan (menurunkan
transmisi mikroorganisme).
3.
4.
Posisikan kedua lengan dekat dengan tubuh dengan siku lurus dan tangan
diatas paha. Miringkan pasien kearah tengah tempat tidur, kemudian posisikan
tengkurap.
a.
5.
Putar kepala pasien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Jika banyak
drainage dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontraindikasikan.
a. Hal ini mencegah fleksi lateral leher. Hindari meletakkan bantal dibawah bahu
untuk mencegah peningkatan resiko lordosis lumbal.
6.
Letakkan bantal dibawah dada (mencegah hiperekstensi kurva
lumbal,kesulitan pernapasan penekanan pada payudara wanita).
7.
9.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
Ns. Eni Kusyati, S. Kep, dkk. 2006. Keterampilan dan prosedur laboratorium, Jakarta,
EGC.
Pengertian
Memposisikan pasien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi
dengan menggunakan bantal.
Tujuan
2.
Mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak
tepat.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Tempat tidur
2.
Bantal kecil
3.
Gulungan handuk
4.
5.
b.
Persiapan pasien
1.
2.
3.
c.
Pelaksanaan
1.
Tutup pintu, jendela, dan gorden atau sampiran bila pasien dibangsal.
2.
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan (menurunkan
transmisi mikroorganisme).
3.
4.
5.
Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah
disana.
6.
7.
8.
Jika pasien tidak sadar atau mengalami paralysis ekstremitas atas, elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal.
a. (Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan.
Bantal tidak diletakkan di bawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya
fleksi bahu).
9.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Siman
Referensi
Ns. Eni Kusyati, S. Kep, dkk. 2006. Keterampilan dan prosedur laboratorium, Jakarta,
EGC.