Professional Documents
Culture Documents
TERMOKIMIA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum : a. Untuk mempelajari perubahan energi pada reaksi kimia.
b. Untuk mengukur perubahan kalor dengan percobaan yang
sederhana.
2. Waktu Praktikum : Sabtu, 11 oktober 2014
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram
B. LANDASAN TEORI
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan energi),
semuanya dalam bentuk kalor. Penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara
energi termal dengan kalor. Kalor adalah perpindahan energi termal antar dua benda yang
suhunya berbeda. Kita serin mengatakan aliran kalor dari benda panas ke benda dingin.
Walaupun kalor itu sendiri mengandung arti perpindahan energi, kita biasanya menyebut
kalor serap atatu kalor dibebaskan ketika menggambarkan perubahan energi yang
terjadi selama proses tersebut (Chang, 2004 : 279).
Pelajaran mengenai kalor reaksi dinamakan termokimia yang merupakan bagian dari
cabang ilmu pengetahuan yang lebih besar, yaitu termodinamika. Sebelum pembicaraan
mengenai prinsip termokimia ini kita lanjutkan, akan dibuat dahulu definisi dari beberapa
istilah. Salah sau dari istilah yang akan dipakai adalah sistem. Sistem adalah sebagian
dari alam semesta yang sedang kita pelajari. Mungkin saja misalnya suatu reaksi ang
sedang terjadi dalam suatu gelas kimia. Sesuatu diluar sistem adalah lingkungan. Dalam
menerangkan suatu sistem kita harus memperinci sifat-sifatnya secara tepat. Kita
tentukan suhu, tekanan, jumalh mol tiap zat, dan berupa cairan, padat, atau gas zat
tersebut. Setelah semua variabel ini ditentukan berarti semua sifat-sifat sistem sudah
pasti. Ini berarti kita telah menggambarkan keadaan dalam sistem. Apabila perubahan
terjadi pada sebuah sistem, dikatakan bahwa sistem bergerka dari keadaan satu ke
keadaan yag lain. Apabila sistem diisolasi dari lingkungan sehingga tidak ada kalor yang
dapat mengalir, maka perubahan yang terjadi di dalam sistem adalah perubahan adiabatik.
Selama ada perubahan adiabatik, maka suhu dari sistem akan berubah-ubah. Apabila
reaksinya eksoterm akan naik, sedangkan apabila reaksinya endoterm akan turun. Apabila
38
sistem tidak diisolasi dari lingkungannya, maka kalora akan mengalir anatar keduanya,
maka apabila terjadi reaksi, suhu dari sistem dapat dibuat tetap. Perubahan yang terjadi
pada suhu tetap dinamakan perubahan isoterm (Brady, 2002 :272).
Kalorimeter adalah alat untuk mengukur kalor yang diserap atau dilepaskan oleh suatu
reaksi kmia. Kalorimeter terdiri dari bejana yang dilelengkapi dengan batang pengaduk
dan termometer. Bejana tersebut diselimuti dengan penyekat panas untuk mengurangi
perpindahan panas dari suatu sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Bahan penyekat
dapat berupa tabung hampa udara atau bahan kedap panas seperti styrofoam. Penentuan
kalor dilakukan melalui pegukuran suhu yang terjadi selama proses perubahan kimia atau
fisika berlangsung. Dalam setiap pengukuran, perubahan suhu yang diukur adalah suhu
kalorimeter beserta seluruh isinya. Dari hasil pengukuran T dapat dihitung jumlah kalor
yang terjadi dalam sistem reaksi, agar kalor dapat ditentukan diperlukan nilai kapasitas
kalor dari kalorimeter dan juga kapasitas kalor dari sistem reaksi. Kapasitas kalor ini
merupakan faktor kesetaraan perubahan suhu terukur dengan jumlah kalor yang diserap
atau dilepaskan selama proses perubahan berlangsung melalui azas black :
Kapasitas kalor kalorimeter (disebut juga harga air kalorimeter,C k) ditentukan secara
percobaan melalui salah satu dari beberapa teknik berikut. Misalnya pemanas listrik
dengan energi listrik terukur dimasukkan ke dalam kalorimeter kemudian kenaikan suhu
dalam kalorimeter diukur. Teknik lain misalnya ke dalam kalorimeter dicampurkan
sejumlah tertentu air panas yang diketahui massa dan suhunya denan air dingin yang juga
diketahui massa dan suhunya, kemudian perubahan suhu yang terjadi (suhu campuran)
diukur. Dari perubahan suhu dapat ditentukan jumlah kalor yang terjadi, dan kapasitas
kalor kalorimeter ditentukan melalui persamaan :
Kapasitas kalor kalorimeter, CK
Jika sistem reaksi yang terjadi bersifat eksoterm, kalor yang dilepaskan dari sisitem reaksi
akan menghasilkan suhu lingkungan (kalorimeter dan bahan-bahan lain selain sistem
reaksi, misalnya pelarut). Banyaknya kalor ang dilepaskan dapat dihitung dengan
memanfaatkan hukum konservasi energi, yaitu kalor yang dilepaskan oleh sistem reaksi
39
sama dengan kalor yang diserap oleh pelarut dan kalorimeter. Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut :
Qreaksi = qpelarut + qkalorimeter
Oleh karena setiap kalorimeter memiliki nilai kapasitas kalor berbeda, maka pada setiap
kali akan melakukan pengukuran kalor reaksi dengan alat
kapasitas kalornya terlebih dulu. Stelah nilai kapasitas kalor dari kalorimeter diketahui
selanjutnya kalorimeter tersebut dapat dipakai langsung untuk pengukuran kalor reaksi
(Sunarya, 2010 : 143).
Perubahan entalpi untuk reaksi kimia dimana semua reaktan dan produk dalam
keadaan standar dan pada suhu tertentu disebut entalpi standar (ditulis
untuk reaksi
tersebut. Entalpi standar adalah alat utama dalam termokimia karena memberikan cara
sistematis untuk membandingkan perubahan energi yang berbeda-beda. Entalpi standar
dapat dihitung dari tabel referensi data. Untuk tujuan tersebut satu konsep tambahan
harus diperkenalkan. Berdasarkan definisinya, entalpi standar pembentukan
suatu
senyawa adalah perubahan entalpi teaksi yang menghasilkan satu mol senyawa dan
unsur-unsurnya dalam keadaan stabilnya, semua pada suhu 25oc dan tekanan 1 atm.
Sebagai contoh, entalpi standar pembentukan air adalah perubahan entalpi untuk reaksi
H2(g) + O2(g) H2O(l)
= -285,83 kj/mol
untuk suatu unsur dalam keadaan standar adalah nol, karena tidak ada perubahan
lagi yang diperlukan untuk membawanya ke keadaan standar. Namun, entalpi standar
pembentukan dari satu mol atom dalam unsur, sering bernilai sangat positif. Sehingga
reaksi adalah endotermik (Oxtoby, 2001 : 209 ).
40
Panas pembakaran (reaksi pembakaran) adalah panas reaksi dimana 1 mol zat
dioksidasi secara sempurna. Jika senyawa berisi C, H, O, dan N, produk teroksidasi
adalah CO2 , H2O, dan N2, dan persamaannya dapat diseimbangkan. Disamping itu untuk
senyawa yang mengandung halogen, sulfur, fosfor dan lain-lain, persamaan reaksi
menjadi sulit diseimbangkan karena unsur-unsur ini mmenbentuk banyak oksida. Energi
ikatan didefinisikan sebgai panas reaksi yang dihubungkan dengan pemecahan ikatan
kimia dan molekul gas menjadi bagian-bagian gas. Kadang-kadang disebut juga entalpi
ikatan. Panas reaksi yang melibatkan netralisasi (entalpi penetralan). Panas netralisasi
asam kuat dan basa kuat adalah konstan, yaitu -55,90 kj/mol. Tetapi panas netralisasi
asam lemah dan basa lemah kurang dari -55,90 kj/mol, karena asam atau basa ini terlibat
dalam disosiasi asam menjadi ion-ion H + dan anion atatu basa menjadi ion-ion OH dan
kation, sedangkan asam kuat dan basa kuat berdisosiasi sempurna (Dogra, 2008 : 333)
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat Praktikum
a. Buret 50 mL
b. Corong kaca 60 mm
c. Gelas arloji
d. Gelas kimia 100 mL
e. Gelas kimia 250 mL
f. Gelas ukur 100 mL
g. Gelas ukur 50 mL
h. Hotplate
i. Kain lap
j. Kalorimeter
k. Kertas label
l. Klem
m. Pipet tetes
n. Sendok
o. Statif
p. Stopwatch
q. Termometer
r. Timbangan analitik
s. Tissue
2. Bahan-bahan Praktikum
Aquades (H2O) (l)
a.
C2H5OH (l) (etanol) 96 %
b.
larutan CuSO4 (Tembaga (II) sulfat) 0,5 M
c.
larutan HCl (asam klorida) 2 M
d.
Larutan NaOH (Natrium hidroksida ) 2,05 M
e.
Padatan Zn
f.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
41
a. Dimasukkan 40 ml aquades kedalam kalorimeter dengan gelas ukur dan catat suhu
awalnya.
b. Dipanaskan 40 ml aquades dalam gelas kimia 20 derajat diatas suhu kamar,
dicatat suhunya.
c. Dicampurkan aquades panas kedalam kalorimeter, dikocok dan diamati suhunya
2.
3.
4.
E. HASIL PENGAMATAN
NO.
PROSEDUR PERCOBAAN
HASIL PENGAMATAN
Air dingin
a. Dimasukkan
40
ml
air
ke
dalam T = 29 0C
42
Air panas
T = 45 0 C
suhunya .
c. Dicampurkan aquades panas kedalam T1 = 400C
kalorimeter,
dikocok
dan
diamati
T2 = 39,50C
T3 = 390C
T4 = 38,50C
T5 = 38,50C
T6 = 380C
T7 = 380C
T8 = 380C
T9 = 37,50C
T10 = 37,50C
T2 = 310C
T3 = 310C
T4 = 310C
waktu
menit
setelah
pencampuran.
T2 = 360C
T3= 37 0C
T4= 380C
T5= 380C
T6= 380C
T7= 380C
T8 = 380C
T9 = 390C
T10= 390C
Suhu air
T1 =320C
T3 = 310C
T1 = 340C
T2 = 340C
T3 = 340C
T4 = 33,50C
44
T5 = 33,50C
T6 = 33,50C
T7 = 330C
T8= 330C
b. Dimasukkan 27 ml air ke dalam Suhu air
kalorimeter menggunakan gelas ukur
Diukur suhu air dalam kalorimeter
T1= 310C
T3= 30,50C
T4= 300 C
ml etanol ke dalam kalorimeter .
Dikocok campuran dalam kalorimeter
, dicatat suhu selama 4 menit dengan
selang waktu menit
Tetanol = 330 C
Suhu campuran
T1= 34,50C
T2= 34,50C
T3= 34,50C
T4= 340C
T5=340C
T6 = 340C
T7 = 33 ,50C
T8 = 33 0C
T1 =280C
T4 = 280C
Tetanol = 330C
Suhu percampuran
T1 = 330C
T2 = 330C
T3 = 330C
T4 = 330C
T5 = 330C
T6 = 330C
T7 = 330C
T8= 330C
T1= 290C
T3= 29,50C
T4= 29,50 C
ml etanol ke dalam kalorimeter .
Dikocok campuran dalam kalorimeter
, dicatat suhu selama 4 menit dengan
selang waktu menit
Tetanol = 330 C
Suhu campuran
T1= 33,50C
T2= 33,50C
46
T3= 340C
T4= 34,50C
T5=34,50C
T6 = 34,50C
T7 = 34 ,50C
T8 = 34,5 0C
e. Dimasukkan 36 ml air ke dalam Suhu air
kalorimeter menggunakan gelas ukur
Diukur suhu air dalam kalorimeter
T1= 310C
T3= 30,50C
T4= 30,50 C
ml etanol ke dalam kalorimeter .
Dikocok campuran dalam kalorimeter
, dicatat suhu selama 4 menit dengan
selang waktu menit
Tetanol = 330 C
Suhu campuran
T1= 340C
T2= 340C
T3= 330C
T4= 330C
T5=33,50C
T6 = 33,50C
T7 = 33,50C
T8 = 33,5 0C
T2= 30,20C
T4= 30,20 C
Suhu campuran
T1= 330C
T2= 330C
T3= 330C
T4= 330C
T5=32,50C
T6 = 330C
T7 = 330C
T8 = 330C
4
kedua
larutan
T3= 390C
T4= 380C
T5=380C
T6 = 380C
T7 = 380C
T8 = 370C
T9 =37 0C
T10=37 0C
F. ANALISIS DATA
Persamaan reaksi untuk setiap percobaan
a. Reaksi percobaan I
H2O(l) + H2O(l) 2H2O(l)
b. Reaksi percobaan II
CuSO4(aq) + Zn(s) ZnSO4(aq) + Cu(s)
c. Reaksi percobaan III
C2H5OH(i) + H2O(l) C2H5OH(aq) + H2O(l)
d. Reaksi percobaan IV
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Perhitungan
= 29
= 302 K
b. Suhu awal air panas (Tt)
Tt
= 45
= 318 K
c. Suhu air campuran / suhu rata-rata
T1
= 40
= 313 K
T2
= 39,5
= 312,5 K
T3
= 39
= 312 K
49
T4
= 38,5
= 311,5 K
T5
= 38,5
= 311,5 K
T6
= 38
= 311 k
T7
= 38
= 311 K
T8
= 38
= 311 K
T9
= 37, 5
= 310 ,5 K
T10
= 37 ,5
= 310,5 K
TR
=
= 311,45 K
d. Suhu yang diserap kalorimeter (
A
= Tt T0
= 318 302
= 16 K
= TR T0
= 311,45 302
= 9,45 K
f. Penurunan suhu air panas (
= TR Tt
= 311,45- 318
50
= - 6,55 K
= 1 g/cm3
Diketahui :
V air
= 40 ml
C air
= 4,2 J/gr.K
M air
= 1
= 40 gram
g.
=m c
= 40 . 4,2 .9,45
= 1587,6 joule
=m.c.
= 40 . 4,2 . 6,55
= 1100,4 juole
= q2 q1
= 1100 ,4 1587 ,6
= -487,2 joule
j. Tetapan kalorimeter
51
= 30 ,45 Joule/K
Grafik Penentuan Kalorimeter
(hubungan antara kenaikan suhu dengan selang waktu pencampuran )
2.
= 31
= 304 K
T2
=31
= 304 K
T3
= 31
= 304 K
T4
= 31
= 304 K
Ta
=
52
=
=
= 304 K
b. Suhu rata-rata campuran (Tb)
T1
=32
=305 K
T2
=36
=309 K
T3
=37
=310 K
T4
=38
=311 K
T5
=38
=311 K
T6
=38
=311 K
T7
=38
=311 K
T8
=38
53
=311 K
T9
=39
=312 K
T10
=39
=312 K
Tb
=310,3 K
c. Selisih antara suhu CuSO4 campuran ( T1)
T1 =
= 310,3-304
= 6,3 k
d. Kalor yang diserap kalorimeter (q4)
q4
= K.
=30,45 6,3
=191,835 joule
54
=0,0458 mol
Mula-mula
Bereaksi
Setimbang
Zn(s) +
: 0,046
: 0,01
: 0,036
CuSO4(aq)
0,01
0,01
0
ZnSO4(aq)
0,01
0,01
Cu(s)
0,01
0,01
n=
Mr ZnSO4
= Ar Zn + Ar S + 4 Ar O
= 65,5 + 32 + 4 16
= 161,5 gram/mol
Massa ZnSO4 = n x Mr
= 0,01 161,5
= 1,615 gram
Maka q5
= m . c . t
= 1,615 3, 52 6,3
= 35 , 8142 joule
= 191,835 + 35 , 8142
= 227,6492 juole
g. Entalpi reaksi Zn (s) + CuSO4 (aq) (Hr)
Hr
=
= 22764,92
3.
T1
= 32
= 305 K
T2
= 32
= 305 K
T3
= 31
= 304 K
T4
= 31
= 304 K
T air
=
=
=
= 304,5 K
Suhu etanol
Tetanol= 33
= 306 K
Tm
=
=
= 305,25 K
56
= 340C
= 307 K
T2
= 340C
= 307 K
T3
= 340C
= 307 K
T4
= 33,50C
= 306,5 K
T5
= 33,50C
= 306,5 K
T6
= 33,50C
= 306,5 K
T7
= 330C
= 306 K
T8
= 330C
= 306 K
TA
57
= 306 , 5625 K
T2
= TA - TM
= 306,5625 K 305,25 K
= 1,3125 K
= m .C. T2
= 22,997 1,92 . 1,3125
= 57,9524 J
58
= 197,143 J
= 22,997 gr
= 46 gr/mol
=
= 0,4999 mol
H1
= 394,3649 J/mol
b. 27 ml air + 19,3 ml etanol
suhu rata rata air (Tair)
T1
= 31
= 304 K
T2
= 30,5
= 303,5 K
T3
= 30,5
= 303.5 K
T4
= 30
= 303 K
T air
=
=
=
= 303,5 K
Suhu etanol
59
Tetanol= 33
= 306 K
Tm
=
=
=
= 304,75 K
Suhu rata rata campuran (TA)
T1
= 34,50C
= 307,5 K
T2
= 34,50C
= 307,5 K
T3
= 34,50C
= 307,5 K
T4
= 340C
= 307 K
T5
= 340C
= 307 K
T6
= 340C
= 307 K
T7
= 33,50C
= 306,5 K
T8
= 330C
= 306 K
60
TA
= 307 K
T2
= TA - TM
= 307 304,75
= 2,25 K
= m .C. T2
= 15,3049 1,92 2,25
= 66,1172 J
61
= 15,3049 gram
= 46 gr/mol
=
= 0,3327 mol
H2
= 1171,5651 J/mol
c. 36 ml air + 14,5 ml etanol
suhu rata rata air (Tair)
T1
= 28
= 301 K
T2
= 28
= 301 K
T3
= 28
= 301 K
62
T4
= 28
= 301 K
T air
=
=
=
= 301 K
Suhu etanol
Tetanol= 33
= 306 K
Tm
=
=
=
= 303,5 K
Suhu rata rata campuran (TA)
T1
= 330C
= 306 K
T2
= 330C
= 306 K
T3
= 330C
= 306 K
T4
= 330C
= 306 K
T5
= 330C
63
= 306 K
T6
= 330C
= 306 K
T7
= 330C
= 306 K
T8
= 330C
= 306 K
TA
= 306 K
T2
= TA - TM
= 306 303,5
= 2,5 K
= m .C. T2
= 15,4985 1,92 2,5
= 55,1928 J
= 11,4985 gram
= 46 gr/mol
=
= 0,2499 mol
H3
65
= 2038,0864 J/mol
d. 36 ml air + 11,6 ml etanol
suhu rata rata air (Tair)
T1
= 29
= 302 K
T2
= 29
= 302 K
T3
= 29,5
= 302,5 K
T4
= 29,5
= 302,5 K
T air
=
=
=
= 302,25 K
Suhu etanol
Tetanol= 33
= 306 K
Tm
=
=
=
= 304,125 K
Suhu rata rata cam
puran (TA)
T1
= 33,50C
66
= 306,5K
T2
= 33,50C
= 306,5 K
T3
= 340C
= 307 K
T4
= 34,50C
= 307,5 K
T5
= 34,50C
= 307,5 K
T6
= 34,50C
= 307,5 K
T7
= 34,50C
= 307,5 K
T8
= 34.50C
= 307,5 K
TA
= 307,1875 K
T2
= TA - TM
= 307,1875 304,125
= 3,0625 K
= 36 4,2 3,0625
= 463,05 J
= m .C. T2
= 9,1988 1,92 3,0625
= 54,0889 J
= 9,1988 gram
= 46 gr/mol
=
= 0,1999 mol
68
H4
= 3053,4867 J/mol
e. 36 ml air + 5,8 ml etanol
suhu rata rata air (Tair)
T1
= 31
= 304 K
T2
= 30,5
= 303,5 K
T3
= 30,5
= 303,5 K
T4
= 30,5
= 303,5 K
T air
=
=
=
= 303,625 K
Suhu etanol
Tetanol= 33
= 306 K
Tm
=
=
=
= 304,8125 K
69
= 340C
= 307 K
T2
= 340C
= 307 K
T3
= 330C
= 306 K
T4
= 330C
= 306 K
T5
= 33,50C
= 306,5 K
T6
= 33,50C
= 306,5 K
T7
= 33,50C
= 306,5 K
T8
= 33.50C
= 306,5 K
TA
= 306,5 K
T2
= TA - TM
= 306,5 304,8125
= 1,6875 K
Massa air
q7
= air . V air
= 1 36
= 36 gr
= m air . c. T2
= 36 4,2 1,6875
= 255,15 J
= m .C. T2
= 4,5994 1,92 1,6875
= 14,9021 J
= 4,5994 gram
= 46 gr/mol
=
= 0,0999 mol
71
H5
= 3217,5816 J/mol
f. 45 ml air + 4,8 ml etanol
suhu rata rata air (Tair)
T1
= 30,2
= 303,2 K
T2
= 30,2
= 303,2 K
T3
= 30,2
= 303,2 K
T4
= 30,2
= 303,2 K
T air
=
=
=
= 303,2 K
Suhu etanol
Tetanol= 33
= 306 K
Tm
=
=
=
= 304,6 K
Suhu rata rata campuran (TA)
72
T1
= 330C
= 306 K
T2
= 330C
= 306 K
T3
= 330C
= 306 K
T4
= 330C
= 306 K
T5
= 32,50C
= 305,5 K
T6
= 330C
= 306 K
T7
= 330C
= 306 K
T8
= 330C
= 306 K
TA
= 305,9375 K
T2
= TA - TM
= 305,9375 304,6
= 1,3375 K
q7
= 1 45
= 45 gr
= m air . c. T2
= 45 4,2 1,3375
= 252,7875 J
= m .C. T2
= 3,8064 1,92 1,3375
= 9,7749 J
= 3,8064 gram
= 46 gr/mol
=
74
= 0,0827 mol
H6
= 3667,3422 J/mol
g. Tabel
Volume (cm3)
Massa (gr)
air/
No
.
Mol
Air
Etanol
Air
etanol
Tm
Ta
T2
H
Mol
etanol
18
24
18
22,997
305,25
306,5625
1,3125
394,3648
27
19,3
27
15,3049
304,75
307
2,25
1171,5647
36
14,5
36
11,4985
303,5
306
2,5
2038,0864
36
11,6
36
9,1988
304,125
307,1875
3,0625
3053,4867
10
36
3,8
36
4,5994
304,8125
306,5
1,6875
3217,5826
20
45
4,8
45
3,8064
304,6
305,9375
1,3375
3667,3422
30
75
4.
=
=
=
b.
= 305,5 K
Suhu rata-rata campuran (T2)
T1
= 40 0 C
= 313 K
T2
= 39 0C
= 312 K
T3
= 39 0C
= 312 K
T4
= 38 0C
= 311 K
T5
= 38 0C
= 311 K
76
= 38 0 C
T6
= 311 K
= 38 0C
T7
= 311 K
= 37 0C
T8
= 310 K
= 37 0C
T9
= 310 K
= 37 0C
T10
= 310 K
T2
T3
= T2 T1
= 311,1 305 ,5
d.
= 5,6 K
Kalor yang diserap larutan (q11)
larutan
= 1,03 g/cm3
C larutan
= 3,96 j/g . k
V larutan = 40 ml
M larutan = . v
= 1,03 . 40
77
= 41,2 gram
q11
= m . c . T3
= 41,2 3,96 5,6
e.
f.
= 931,6512 J
Kalor yang diserap kalorimeter (q12)
q12 = k . T3
= 30,45 5,6
= 170,52 J
Kalor yang dihasilkan pada reaksi (q13)
q13
= q 11 + q12
= 913, 6512 + 170,52
g.
= 1084,1712 J
Kalor penetralan (Hn)
m NaCl = 1 M
V NaCl
= 20 ml
= 0,2 L
n NaCl
=M . V
= 1 . 0,02
= 0,02 mol
Hn
78
G. PEMBAHASAN
Praktikum acara III ini membahas tentang termokimia. Termokimia adalah cabang dari
ilmu termodinamika yang mempelajari perubahan kalor dalam suatu reaksi kimia.
Adapun tujua dari praktikum ini, yaitu untuk mempelajari perubahan energi pada reaksi
kimia dan untuk mengukur perubahan kalor dengan percobaan yang sederhana. Kalor
adalah perpindahan energi termal antara dua materi yang memiliki perbedaan temperatur.
Kalor selalu mengalir dari benda panas menuju benda dingin. Apabila suatu benda yang
panas ditempatkan pada sesuatu yang dingin, kalor akan mengalir dari benda yang panas
ke dingin sampai pada suatu saat keduanya mempunyai suhu yang sama. Apabila kita
dapat melihat ruang antarmuka antara benda yang panas dan dingin dalam tingkat atom,
akan terlihat molekul-molekul yang bergerak dengan cepat pada benda yang panas,
sedangkan pada benda yang dingin pergerakan molekulnya pelan. Jia kita bisa
melihatnya, akan terlihat bahwa molekul-molekul yang bergerak cepat pada sisi yang satu
akan bertumbukan dengan molekul yang pelan dari sisi lain. Tumbukan akan
menyebabkan molekul yang bergerkan cepat akan menjadi lambat, sedngkan yang lambat
akan menjadi lebih cepat. Dengan demikian, kita dapat menyaksikan dipindahkannya
energi kinetik dari benda panas ke benda dingin melalui tumbukan antara molekulmolekul. Akhirnya, harga rata-rata dari energi kinetik kedua benda akan menjadi sama
dan keduanya mempunyai suhu yang sama. Kalor dibagi menjadi beberapa macam yaitu
kalor pembentukan (
), kalor pembakaran (
), kalor penguraian (
), kalor
79
netralisasi (
menghasilkan atau membutuhkan untuk pembentukan 1 mol senyawa dari zat-zat atau
unsur-unsur ( unsur yang berupa gas ditulis dengan rums molekulnya). Contoh : O 2, H2,
Cl2. Kalor pembakaran adalah kalor yang dihasilkan atau diperlukan untuk membakar 1
mol zat unsur atatu senyawa. Kalor penguraian adalah kalor yang diperlukan atau
dihasilkan untuk mneguraikan 1 mol senyawa mejadi unsur-unsurnya. Kalor netralisasi
adalah kalor yang dihasilkan atau diperlukan untuk membentuk 1 mol H 2O dari reaksi
antara asam dan basa. Kalor netralisasi termasuk reaksi eksoterm, pada reaksi ini terjadi
kenaikan suhu. Kalor pelarutan adalah kalor yang dihasilkan atau diperlukan untuk
melarutkan 1 mol zat padat menjadi larutan.
Pada praktikum digunakan kalorimeter sebagai alat untuk mengukur kalor yang
diserap. Kalorimeter terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan batang pengaduk dan
termometer. Bejana tersebut diselimuti dengan penyekat panas untuk mengurangi
perpindahan panas dari sistem ke lingkungannya atau dari lingkungan ke sistemnya.
Bahan penyekat dapat berupa tabung-tabung hampa udara atau bahkan bahan kedap
panas seperti styrofoam. Jika sebuah bahan yang belum diketahi jenisnya dipanaskan
kemudian dimasukkan kedalam kalorimeter dengan cepat, maka kalor jenis bahan
tersebut dapat dihitung. Untuk mempercepat terciptanya keseimbangan termal,
bersamaan dengan dimasukkannya bahan ke dalam kalorimeter, bahan dalam bejana
diaduk. Keseimbangan termal terjadi jika suhu yang ditunjukkan oleh termometer sudah
konstan. Pada saat terjadi kesetimbangan termal itulah kalor jenis bahan dapat dihitung
berdasarkan asas black, yaitu kalor yang diterima kalorimeter sama dengan kalor yang
diberikan oleh zat yang dicari kalor jenisnya. Hal ini mengandung pengertian jika dua
benda yang berbeda suhunya saling bersentuhan, maka akan menuju kesetimbangan
termodinamika. Suhu akhir kedua benda akan sama.
Di dalam praktikum dilakukan beberapa percobaan, yaitu penentuan tetapan
kalorimeter, pennetuan kalor reaksi Zn(s) + cuso4(aq), penentuan kalor pelarutan etanol
dalam air, dan penentuan kalor penetralan hcl dan naoh. Selama percobaan dilakukan
terjadi reaksi-reaksi kimia, diantaranya reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
Reaksi-reaksi kimia yang terjadi didalam serangkaian percobaan ni antara lain reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm yaitu reaksi yang membebaskan kalor,
kalor mengalir dari siistem ke lingkungan (terjadi penurunan entalpi), entalpi produk
lebih kecil daripada entalpi pereaksi, oleh karena itu perubahan entalpinya bertanda
negatif. Pada pereaksi eksoterm umumnya suhu sistem menjadi naik, adanya kenaikan
80
K, suhu yang diserap kalorimeter adalah 16 K, kenaikan suhu air dingin sebanyak 9,45 K,
air panas mengalami penurunan suhu sebesar 6,55 K, kalor yang diserap air dingin
sebanyak 1587,6 , kalor yang dilepas air panas yaitu 1100,4 joule. Sementara untuk
menghitung tetapan kalorimeter, dapat ditentukan dengan membagi kalor yang diserap
kalorimeter ( q3 ) dengan suhu yang diserap oleh kalorimeter. Tetapan kalorimeter yang
didapatkan pada percobaan in adalah 30,45 joule/K.
Pada percobaan kedua yaitu penentuan kalor reaksi Zn(s) + cuso4(aq), digunakan padatan
Zn 3,01 gram dan 20 mol larutan cuso 4 0,5 M. Sebelum dicampurkan, warna awal
padatan Zn adalah putih. Setelah Zn dan larutan cuso 4 dicampurkan, diperoleh larutan
znso4 yang berwarna abu-abu kehitaman. Hal ini dapat dijelaskan dengan pendapat
arrhenius, dimana warna dari sebuah larutan elektrolit adalah karakteristik dari ion yang
ada dalam larutan tersebut. Dalam larutan cuso4 terdapat ion Cu2+ dan ion SO42-. Ketika
larutan cuso4 direaksikan dengan padatan Zn, Zn akan menggantikan kedudukan Cu
dalam cuso4, sehingga menghasilkan larutan znso4 dan logam Cu. Dalam larutan znso4
tersebut terdapat ion Zn2+ yang menyebabkan warna larutan znso4 menjadi abu-abu.
Adapun persamaan reaksinya yaitu :
Zn(s) + cuso4(aq) znso4(aq) + Cu(s)
Pada percobaan kedua ini didapatkan suhu rata-rata cuso 4 adalah 304 K, kemudian
setelah ditambahkan Zn suhu rata-rata cuso4 adalah 304 K, kemudian setelah
ditambahkan Zn suhu rata-ratanya meningkat menjadi 310,3 K. Berdasarakan kenaikan
suhu ini dapat dikatakan bahwa reaksi ini termasuk dalam reaksi eksoterm yaitu reaksi
yang melepaskan energi. Kalor reaksinya dapat dilakukan dengan menambahkan kalor
yang diserap kalorimeter (q4) dan kalor yang diserap larutan. Kalor reaksi yang
didapatkan sebesar 227,6492 joule, entalpi reaksi sebesar 22764,92 joule/mol.
Pada percobaan ketiga, yaitu penentuan kalor pelarutan etanol dalam air. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jika etanol dicampurkan dengan air
dengan volume sedemikia rupa, maka temperatur etanol tersebut akan semakin meningkat
berdasarkan percobaan ini juga dapat disimpulkan perbandingan bahwa perbandinagn
antara mol air dengan etanol berbanding lurus dengan besar entalpi yang didapatkan. Dan
percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai H sebesar 394,3648 joule/mol,
1171,5650 joule/mol, 2038,0864 joule/mol, 3053,4867 joule/mol, 3217,5826 joule/mol,
dan 3667,3422 joule/mol. Untuk perbandingan antara mol air dengan mol etanol sebesar
2, 5, 8, 10, 20, dan 30.
82
Pada percobaan terakhir yaitu penentuan kalor penetralan hcl dan naoh. Percobaan ini
disebut kalor penetralan karena reaksi yang terjadi antara hcl bersifat asam kuat dengan
naoh yang bersifat basa kuat. Reakis ini nantinya akan menghasilkan garam yang bersifat
netral. Adapun persamaan reaksi sebagai berikut :
Hcl(aq) + naoh(aq) nacl(aq) + H2O(l)
Pada umumnya reaksi penetralan bersifat eksoterm, tetapi pada percobaan ini didapatkan
suhu campuran hcl dan naoh mrengalami penurunan. Hal ini berarti tidak sesuai pada
umumnya. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi, seperti pengocokan
kalorimeter yang tidak stabil, kurang cepat sehingga mempengaruhi suhu. Berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan kalor penetralan sebanyak 54208,56
joule/mol.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan , makadapat ditarik kesimpulan :
a. Dalam reaksi kimia terdapat energi yang dilepaskan maupun energi yang diserap.
Reaksi yang melepaskan kalor disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi yang
menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Perubahan energi pada reaksi kimia
adalah berupa energi panas atau kalor dengan satuan joule.
b. Penentuan tetapan kalorimeter tidak dapat langsung diukur, yang langsung dapat
diukur adalah suhunya, dan suhunya kemudian dapat diperoleh tetapan kalorimeter
dengan membuat perbandingan antara kalor yang diserap kalorimeter dan
perubahan suhu yang diserap kalorimeter.
83
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James. 2002. Kimia Universitas. Tangerang : Binarupa Aksara.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Dogra, SK. 2008. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Oxtoby, David. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar I. Bandung : Yrama Widya.
84