You are on page 1of 17

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah faktor utama yang penting bagi tanah. Air melakukan proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah. Air juga berfungsi sebagai media gerak
hara ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang ada di dalam tanah sebagian bergantung
pada kemampuan tanah dalam menyerap air dengan cepat dan meneruskan air yang
diterima dipermukaan tanah ke bawah.Jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun. Akan
tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah
perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat
kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam
tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O sehingga dapat mengakibatkan
tanaman mati.
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan
gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi: air higroskopis,air kapiler dan air
gravitasi.

B. Tujuan
Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air
maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan massa
padatan) atau disebut berdasarkan % berat.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan komponen utama tumbuh tanaman, bahkan hampir 90% sel-sel
tanaman dan mikroba terdiri dari air. Air yang diserap tanaman disamping berfungsi
sebagai media reaksi pada hampir seluruh metode metabolisme.yang bila tidak
terpenuhi dapat berbahaya. Jika sudah dipakai lalu diuapkan dari tanah sekitarnya.
Dalam memproduksi biomassa sangat banyak dibutuhkan air,tergantung pada jenis
tanaman biasanya untuk setiap kg bobot kering biomassa yang diproduksi akan
ditranspirasikan air sebanyak 500 kg. Oleh karena itu, apabila dalam sekitar tanah,
tanaman memproduksi 10 ton maka selama hidupnya akan ditranspirasikan 5 juta ton
air (Purwowidodo, 1991).
Hubungan tanaman dengan air tanah yaitu berhubungan dengan adsorbsi air dan
titik layu, kapasitas lapang relatif dapat diletakkan potensi metriknya tinggi.pada
kapasitas lapang akar-akar dapat dengan mudah mengadsorbsi air dan osmosis air
yang dekat dengan akar-akrnya akan bergerak perlahan-lahan searah dengan akar.
apabila tanah kering, konduktivitas cepat berkurang dan pergerakan serta
pengambilan air menjadi lebih lambat.Kemungkinan jika tidak ada air ditambahkan
ke tanaman akan mengadsorbsi air lebih cepat daripada air yan hilang karena
transpirasi. Defisit air berkembang kebagian dalam tanh dan jika tidak terjadi
kelayuan untuk menentukan titik layu,tekanan seperti bunga matahari atau gandum

ditmbuhkan ditanah sampai tanaman layu dan tidak mampu mendapatkan turgornya
bila diletakkan diatmosfir jenuh (Kartasaputra,1984).
Air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan
oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat
meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan
gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan
menjadi:
1. Air higroskopis, adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah
dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir
tanah.
2. Air kapiler, adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik
antara sesama butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat
dari gravitasi. Air ini dapat bergerak secara horisontal (ke samping) atau
vertikal (ke atas) karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler
merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.
3. Air gravitasi, yaitu air yang tidak dapat ditahan oleh tanah, karena mudah
meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari
tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi
masam dan miskin hara
(Soetjipto, 1992).
Dalam menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman beberapa istilah dibawah ini perlu
dipahami, yaitu:

1.

Kapasitas Lapang: adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang


menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya
tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap
oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin
kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut
sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen).

2.

Titik Layu Permanen: adalah kandungan air tanah dimana akar-akar


tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman
menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari.

3.

Air Tersedia: adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman, yaitu
selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada
titik layu permanen
(Foth, 1994).
Kadar air tanah menyatakan banyaknya air yang ada dalam tanah.

Kadar air tanah dapat dinyatakan sebanyak banyaknya air (mm kedalaman air) yang
ada dalam satu meter kedalaman tanah dan dapat juga dinyatakan sebagai persen
volume (Setyowati, 2007).

III.

METODE KERJA
A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol timbang, timbangan
analitis, keranjang kuningan, cawan tembaga porus, bejana seng, kertas label, spidol,
pipet ukur 2mm, bak perendam, serbet, kertas saring, oven, tang penjepit dan
eksikator. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah kering
angin.

1.

B. Prosedur Kerja
Kadar air tanah kering angin (udara)
a. Botol timbang dan penutupnya di bersihkan, di beri label, lalu ditimbang
(=a gram).
b. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter
2mm, kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu ditimbang kembali (=b
gram).
c. Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan ke dalam oven dengan
keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105C-110C
selama minimal 4 jam.
d. Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali
dengan menggunakan tang penjepit.
e. Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven menggunakan
tank penjepit, lalu dimasukan kedalam eksikator selama 15 menit.
f. Setelah itu, botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan
tang penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (=c gram).
Penghitungan :

Kadar air =

(bc )
x 100
(ba)

Ket : (b-c) = massa air ; (c-a) = massa tanah kering mutlak (massa padatan)
2.

Kadar air kapasitas lapang (metode pendekatan)


a. Keranjang kuningan di bersihkan ,di beri label kemudian di timbang (=a
gram).
b. Keranjang kuningan yang telah di timbang di letakan kedalam bejana
seng.
c. Contoh tanah kering angin yang berdiameter 2 mm di masukan kedalam
keranjang kuningan setinggi 2,5 cm(sampai tanda batas)secara merata
tanpa di tekan.
d. Diteteskan air sebanyak 2 ml dengan pipet ukur secara perlahan-lahan
pada tiga titik tanpa bersingungan (1titik = 0,67 ml). Kemudian bejana
seng di tutup, diletakkan di tempat yang teduh dan dibiarkan selama 15
menit.
e. Keranjang kuningan di keluarkan dari bejana seng,di ayak dengan hatihati hingga tertinggi 3 gumpalan tanah lembab, lalu di timbang (=b
gram).
Perhitungan :
Kapasitas Lapang =

3.

2
100 + Ka
b(a+2)

Kadar air maksimum tanah


a. Cawan tembaga porus dan petridis dibersihkan dan diberi label
secukupnya.

b. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air
dengan menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan
serbet (lap), dimasukkan kedalam petridis kemudian ditimbang (= a
gram).
c. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh tanah
halus ( 0,5 mm) kurang lebih 1/3 nya, cawan diketuk-ketuk perlahan
sampai permukan tanahnya rata, contoh tanah halus ditambahkan lagi
1/3 nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus penuh
tanah. Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet.
d. Cawan tembaga porus di rendam dalam bak perendam dengan ditumpu
kayu dibawahnya agar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga porus.
Perendaman dilakukan selama 12-16 jam.
e. Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari
bak perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan
colet, dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke dalam cawan
petridish yang digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu
ditimbang (= b gram).
f. Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
dengan suhu 105-110C.
g. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan di angkat dengan tang
penjepit dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Setelah
itu di ambil dengan tang penjepit kemudian ditimbang bertanya ( = c
gram)

h. Tanah yang ada di dalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga
porus dibersihkan dengan kuas, di alasi dengan petridish yang sama lalu
di timbang beratnya (= d gram).
Perhitungan :
( ba )( cd )
x 100
Kadar air maksimum =
( c d )

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Tanah kering udara

1.
Ulanga

Botol timbangan (a)

kosong (a gram)

contoh (b)

tanah (b gram)

setelah

di Kadar

oven (c gram)

tanah kering

KA 1

27,14

29,60

29

udara (%)
32,25%

KA 2

21

27,88

27,29

9,37%

Rata-rata

20,81%

Perhitungan :

U1=

air

bc
29,6029
100 =
100 = 32,25%
ca
2927,14

bc
27,8827,29
100 =
100 = 9,37%
ca
27,2921

U2=

Rata-rata KA =

32,25+ 9,37
= 20,81 %
2

2. Kapasitas lapang
Ulanga

Keranjang kuningan (a) + gumpalan tanah Kadar

kosong (a gram)

basah (b gram)

lapang (%)

KL 1

71,19

85,88

36,57%

KL 2

74,14

88,62

36,83%

Rata-rata

36,7%

Perhitungam :

2
100 + Ka
b(a+2)

U1=
=

2
100 + 20,81 %
85,88(71,19+ 2)

= 36,57 %
2
U 2 = b(a+2) 100 + Ka
=

2
100 + 20,81 %
88,62(74,14 +2)

= 36,83 %

air

kapasitas

Rata-rata KL =

36,57+ 36,83
= 36,7 %
2

3. Kadar air maksimum


Ulangan

Cawan

+ (a) + tanah (b)

+ Petridis

+ Kadar air

petridis

+ basah jenuh setelah

di cawan

+ maksimu

kertas saring air


(b gram)
jenuh
(a
KAM 1
KAM 2
Rata-rata

gram)
95,77
46,95

167,63
160,87

oven 24 jam kertas saring m (%)


(c gram)

setelah oven
(d gram)

137,77
130,20

96,25
94,35

Perhitungan :

( ba )(cd )
100
(cd )

U1=

( 167,6395,77 ) (137,7796,25)
100
( 137,7796,25)

= 73,07 %

73,07%
216,09%
144,58%

U2=

( ba )(cd )
100
(cd )

( 160,2746,95 )(130,2094,35)
100
(130,2094,35)

= 216,09 %
Rata-rata KAM =

73,07+ 216,09
= 144,58%
2
B. Pembahasan

Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi, dan
gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi :
1) Air higroskopis
2) Air kapiler
3) Air gravitasi.
1. Air higroskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga
tidak tersedia bagi tanaman.
2. Air kapiler adalah air tanah yang ditahan akibat adaya gaya kohesi dan adhesi yang
lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi.
3. Air gravitasi adalah air yang tidak dapat ditahan oleh tanah, karena mudah meresap
ke bawah akibat adanya gaya gravitasi (Kurnia, 2004).
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya
tegangan air dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya

tenaga yang diperlukan untuk menahan air di dalam tanah, sehingga semakin tinggi
tegangan air berarti semakin kuat air ditahan didalam partikel tanah dengan kata lain
semakin sulit air dimanfaatkan oleh tanaman. Pada kondisi kering pori-pori tanah
relatif tidak banyak mengandung air, sehingga gaya adhesi yang terjadi lebih kuat
terjadi. Karena adanya daya tarik menarik antara partikel tanah dan air sangat kuat
sehingga air menjadi terikat dalam partikel tanah dalam kondisi air sangat sulit
dimanfaatkan oleh akar tanaman. Tetapi jika tanah dalam kondisi jenuh air semua
ruang pori tanah terisi oleh air sehingga gaya adhesi dan daya tarik menarik menjadi
lemah. Dalam kondisi inilah air yang disimpan oleh tanah berada dalam status
jumlah air maksimum.
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang
antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membeantuk
lapisan tanah yang disebut akuifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut
lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan
lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan
lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut
akuifer (Herlambang, 1996).
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, perkembangannya
menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode
pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan kemudian mati.
Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-daun. Peristiwa

kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat mengimbangi kecepatan
penguapan air dari tanaman. Jika proses tranpirasi ini cukup besar dan penyerapan air
tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan mengalmi kelayuan
sementara (transcient wilting), sedang tanaman akan mengalami kelayuan tetap,
apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai permanent wilting percentage.
Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk disembuhkan karena sebagaian besar
sel-selnya telah mengalami plasmolisia (Setyowati, 2007).
Dalam praktikum pengamatan kadar air tanah kali ini menggunakan tanah
entisol. Pengamatan kadar air tanah ini dilakukan dengan cara botol timbang
dibersihkan, diberi label kemudian timbang .botol tersebut dan diisi dengan tanah
kira-kira setengah bagian dari botol timbang tersebut, lalu di timbang kembali.
Setelah di timbang botol yang diisi tanah tersebut di masukan ke dalam oven,
pengovenan dilakukan pada suhu 105 110 derajat C selama minimal 4 jam. Setelah
pengovenan selesai botol tersebut dimasukan ke eksikator

selama 15 menit,

kemudian di timbang kembali. Setelah hasil tersebut di hitung dengan menggunakan


rumus.
Untuk menentukan kapasitas lapang dilakukan juga dengan menggunakan tanah
entisol, tanah entisol dimasukkan ke dalam keranjang kuningan setinngi 2,5 cm, lalu
keranjanan kuningan tersebut dimasukkan ke dalam bejana seng, keranjang kuningan
ditetsi air sebanyak 2 ml secara perlahan dengan 3 titik yang bersinggungan,

kemudiaan bejana seng ditutup selama 15 menit. Lalu, diayak hingga tersisa 3
gumpalan, lalu ditimbang.
Hasil yang diperoleh dari tanah entisol mengandung rata-rata kadar air tanah
kering udara sebesar 20,81 % kemudian rata-rata kadar air kapasitas lapang sebesar
36,7 %, serta rata-rata kadar air maksimum sebesar 144,58 %.
V.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

1. Air higroskopis, adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan tanaman
2. Air kapiler, adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik
antara sesama butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat
dari gravitasi.
3. Air gravitasi, yaitu air yang tidak dapat ditahan oleh tanah, karena mudah
meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi.
4. Hasil praktikum yang diperoleh tanah entisol mengandung rata-rata kadar air
tanah kering udara sebesar 20,81% lalu rata-rata kadar air kapasitas lapang
sebesar 36,7% , serta rata-rata kadar air maksimum sebesar 144,58%.
B. Saran

Dalam melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan memperhatikan arahan


dari asisten praktikum supaya praktikum dapat berjalan sesuai hambatan.

DAFTAR PUSTAKA

A. G. Kartasapoetra. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Azizah, Ria, Subagyo, dan Eti Rosanti. 2007. Pengaruh Kadar Air Terhadap Laju
Respirasi Tanah Tambak pada Penggunaan Katul Padi Sebagai Priming
Agent. Jurnal Ilmiah Perkembangan Ilmu-Ilmu Kelautan, Vol. 12 (2) : 67 72.
Foth, H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam. Erlangga. Jakarta
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta.

Herlambang, Arie, dkk. 1996. Database Air Tanah Jakarta, Studi Opstimisasi
Pengelolaan Air Tanah : Jakarta, Dit P.S., Dep. Analisa Sistem, BPPT. Jakarta
Indranada, Henry .1994 . Pengelolaan Kesuburan Tanah . Bumi Aksara :Semarang.
Kurnia, Rahma, 2004, Laporan Kegiatan Kursus identifikasi Dampak Lingkungan,
Jogjakarta, GEGAMA.

Purwowidodo. 1991. Ganesa Tanah. Jakarta: Rajawali.


Setyowati, D.L. 2007. Sifat Fisik Tanah dan Kemampuan Tanah Menyerap Air Pada
Lahan Hutan, Sawah, dan Pemukiman. Jurnal Geografi Vol.4 No.2 Hal.4.
Soetjipto .1992 . Dasar-Dasar Irigasi .Erlangga :Jakarta
Wirosoedarmo, Ruslan. 2005. Pengaruh Kandungan Air Terhadap Kegemburan
Tanah. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 6 No. 1 (April 2005) 45-49.

You might also like