You are on page 1of 23

Ambarawa adalah salah satu kota kecil berhawa sejuk yang berada di Jawa Tengah.

Lokasi kota Ambarawa dapat dikatakan strategis karena menghubungkan jalur Pantai Selatan
dengan jalur Pantai Utara Jawa. Tentu memudahkan transportasi perjalanan dari kota Semarang
menuju kota Yogyakarta dan begitu juga sebaliknya. Kota ini juga sangat kaya dengan potensi
alam dan wisata yang pasti ramai dikunjungi para wisatawan. Biasa orang-orang menjuluki
Kota Ambarawa Kota Palagan (Palagan Ambarawa) . Namun di balik semua keindahannya,
kisah kota Ambarawa ini tidak terlepas dari momen bersejarah perjuangan-perjuangan oleh
pahlawan bangsa Indonesia. Momen bersejarah tersebut adalah Pertempuran Ambarawa. Proses
yang panjang telah dilalui dengan perjuangan dan pembelaan-pembelaan para pahlawan hingga
titik darah penghabisan demi mempertahankan kota Ambarawa.
Pertempuran tersebut terjadi disebabkan pihak Sekutu yang mengingkari isi perjanjian
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat pada tanggal 2 November 1945. Pihak sekutu selalu
mencari cara agar dapat menguasai kota Ambarawa. Bagi mereka, dengan awal menguasai kota
Ambarawa dapat perlahan-lahan menguasai Negara Indonesia.

Ambarawa adalah salah satu kota kecil berhawa sejuk yang berada di Jawa Tengah.
Lokasi kota Ambarawa dapat dikatakan strategis karena menghubungkan jalur Pantai
Selatan dengan jalur Pantai Utara Jawa. Tentu memudahkan transportasi perjalanan
dari kota Semarang menuju kota Yogyakarta dan begitu juga sebaliknya.
Kota ini juga sangat kaya dengan potensi alam dan wisata yang pasti ramai dikunjungi
para wisatawan. Biasa orang-orang menjuluki Kota Ambarawa Kota Palagan (Palagan
Ambarawa). Namun dibalik semua keindahannya, kisah kota Ambarawa ini tidak
terlepas dari momen bersejarah perjuangan-perjuangan oleh pahlawan bangsa
Indonesia. Momen bersejarah tersebut adalah Pertempuran Ambarawa. Proses yang
panjang telah dilalui dengan perjuangan dan pembelaan-pembelaan para pahlawan
hingga titik darah penghabisan. Para pejuang terdahulu rela mengorbankan nyawanya
demi mempertahankan kota Ambarawa.
Pertempuran tersebut terjadi disebabkan pihak Sekutu yang mengingkari isi perjanjian
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat pada tanggal 2 November 1945. Pihak
sekutu selalu mencari cara agar dapat menguasai kota Ambarawa. Bagi mereka, dengan
awal menguasai kota Ambarawa dapat perlahan-lahan menguasai Negara Indonesia.

Latar Belakang
Pertempuran Ambarawa dilatarbelakangi beberapa kejadian sebagai berikut :
Insiden Magelang
Pasukan sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Altileri dari Divisi India ke 23 mendarat di
Semarang demi menjalankan tugas membebaskan para tawanan tentara Belanda di
Ambarawa dan Magelang. Gubernur Jawa Tengah, Mr Wongsonegoro menyambut
dengan baik kedatangan pihak sekutu dan bersedia memberikan bahan makanan dan
keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan oleh pihak sekutu, dengan syarat pihak
Sekutu tidak mengganggu kedaulatan rakyat Republik Indonesia. Meskipun demikian,
rakyat Ambarawa pada saat itu mewaspadai adanya NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) di balik punggung pihak sekutu.

Dan kewaspadaan itu semakin kuat saat sesampainya tentara sekutu dan NICA di
Magelang dan Ambarawa. Para tawanan yang telah dibebaskan menjadi gencatan
bersenjata sehingga menimbulkan kekacauan dan pertempuran yang sengit di
Magelang. Segala cara dilakukan tentara Sekutu agar dapat melucuti TKR (Tentara
Keamanan Rakyat) dan menimbulkan kekacauan. Menghadang tentara Sekutu dari
segala penjuru pun dilakukan oleh TKR Resimen Magelang di bawah pimpinan Letkol.
M. Sarbini. Berkat kedatangan Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell ke
Magelang tanggal 2 November 1945, insiden Magelang pun mereda. Demi kedamaian
rakyat Magelang, dibentuklah kesepakatan dengan naskah perjanjian sebagai berikut :

Pihak Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk


melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi pasukan Sekutu
yang ditawan pasukan Jepang (RAPWI) dan Palang Merah (Red Cross) yang
menjadi bagian dari pasukan Inggris. Jumlah pasukan Sekutu dibatasi sesuai
dengan tugasnya.

Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia
dan Sekutu.

Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di
bawahnya.

Pelanggaran Perjanjian oleh Pihak Sekutu


Kesepakatan yang dibuat ternyata tidak menghentikan niatan para sekutu untuk
menguasai kota Ambarawa. Tentara Sekutu melakukan Gerakan Mundur secara diamdiam dengan meninggalkan Kota Magelang menuju Ambarawa. Resimen Kedu Tengah
yang dipimpin Letkol. M. Sarbini yang mengetahui hal tersebut langsung melakukan
pengejaran. Pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo berhasil
menghadang tentara Sekutu di Desa Jambu dengan bantuan pasukan gabungan dari
Ambarawa, Suruh dan Surakarta.

Aksi heroik di Ambarawa

Ambarawa adalah salah satu kota kecil berhawa sejuk yang berada di Jawa Tengah.
Lokasi kota Ambarawa dapat dikatakan strategis karena menghubungkan jalur Pantai

Selatan dengan jalur Pantai Utara Jawa. Tentu memudahkan transportasi perjalanan
dari kota Semarang menuju kota Yogyakarta dan begitu juga sebaliknya.
Kota ini juga sangat kaya dengan potensi alam dan wisata yang pasti ramai dikunjungi
para wisatawan. Biasa orang-orang menjuluki Kota Ambarawa Kota Palagan (Palagan
Ambarawa). Namun dibalik semua keindahannya, kisah kota Ambarawa ini tidak
terlepas dari momen bersejarah perjuangan-perjuangan oleh pahlawan bangsa
Indonesia. Momen bersejarah tersebut adalah Pertempuran Ambarawa. Proses yang
panjang telah dilalui dengan perjuangan dan pembelaan-pembelaan para pahlawan
hingga titik darah penghabisan. Para pejuang terdahulu rela mengorbankan nyawanya
demi mempertahankan kota Ambarawa.
Pertempuran tersebut terjadi disebabkan pihak Sekutu yang mengingkari isi perjanjian
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat pada tanggal 2 November 1945. Pihak
sekutu selalu mencari cara agar dapat menguasai kota Ambarawa. Bagi mereka, dengan
awal menguasai kota Ambarawa dapat perlahan-lahan menguasai Negara Indonesia.

Latar Belakang
Pertempuran Ambarawa dilatarbelakangi beberapa kejadian sebagai berikut :

Adanya Insiden Magelang

Pasukan sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Altileri dari Divisi India ke 23 mendarat di
Semarang demi menjalankan tugas membebaskan para tawanan tentara Belanda di
Ambarawa dan Magelang. Gubernur Jawa Tengah, Mr Wongsonegoro menyambut
dengan baik kedatangan pihak sekutu dan bersedia memberikan bahan makanan dan
keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan oleh pihak sekutu, dengan syarat pihak
Sekutu tidak mengganggu kedaulatan rakyat Republik Indonesia. Meskipun demikian,
rakyat Ambarawa pada saat itu mewaspadai adanya NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) di balik punggung pihak sekutu.
Dan kewaspadaan itu semakin kuat saat sesampainya tentara sekutu dan NICA di
Magelang dan Ambarawa. Para tawanan yang telah dibebaskan menjadi gencatan
bersenjata sehingga menimbulkan kekacauan dan pertempuran yang sengit di
Magelang. Segala cara dilakukan tentara Sekutu agar dapat melucuti TKR (Tentara
Keamanan Rakyat) dan menimbulkan kekacauan. Menghadang tentara Sekutu dari

segala penjuru pun dilakukan oleh TKR Resimen Magelang di bawah pimpinan Letkol.
M. Sarbini. Berkat kedatangan Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell ke
Magelang tanggal 2 November 1945, insiden Magelang pun mereda. Demi kedamaian
rakyat Magelang, dibentuklah kesepakatan dengan naskah perjanjian sebagai berikut :
1. Pihak Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk
melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi pasukan Sekutu
yang ditawan pasukan Jepang (RAPWI) dan Palang Merah (Red Cross) yang
menjadi bagian dari pasukan Inggris. Jumlah pasukan Sekutu dibatasi sesuai
dengan tugasnya.
2. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia
dan Sekutu.
3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di
bawahnya.

Pelanggaran Perjanjian oleh Pihak Sekutu


Kesepakatan yang dibuat ternyata tidak menghentikan niatan para sekutu untuk
menguasai kota Ambarawa. Tentara Sekutu melakukan Gerakan Mundur secara diamdiam dengan meninggalkan Kota Magelang menuju Ambarawa. Resimen Kedu Tengah
yang dipimpin Letkol. M. Sarbini yang mengetahui hal tersebut langsung melakukan
pengejaran. Pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo berhasil
menghadang tentara Sekutu di Desa Jambu dengan bantuan pasukan gabungan dari
Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Setelah itu, kemunduran tentara Sekutu ditahan lagi di Ngipik oleh Batalyon I
Soerjosoempeno. Tentara Sekutu berusaha menguasai dua desa di dekat Ambarawa.
Letkol. Isdiman mengerahkan pasukannya demi membebaskan kedua desa itu.
Tetapi, Letkol. Isdiman pun gugur dalam insiden tersebut karena terkena tembakan
pesawat Mustang.

Aksi heroik di Ambarawa


Terdengar dari segala arah penjuru Ambarawa suara peluru dan ledakan bom serta
granat. Tentara-tentara sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung
yang berada di dekat Ambarawa. Pertempuran-pertempuran yang panjang dan
mengorbankan banyak nyawa pun harus dilalui. Meskipun begitu, pasukan bangsa

Indonesia tak pernah gentar melawan tentara Sekutu demi memperjuangkan


kemerdekaan yang utuh dan mempertahankan kota Ambarawa.

Kronologis
Pecahnya Pertempuran Ambarawa
Sebelum gugurnya Letkol Isdiman, para komandan pasukan sempat mengadakan rapat
koordinasi bersama yang dipimpin Kolonel Holland Iskandar. Pembentukan komando
Markas Pimpinan Pertempuran pun dilakukan dan berada di Magelang. Disusunlah
rencana untuk membagi Ambarawa menjadi empat sektor yaitu sektor barat, sektor
timur, sektor utara, dan sektor selatan.
Baku tembak pun dimulai dengan pasukan Sekutu yang bermarkas di gereja dan
kerkhop Belanda bertempat di Jl. Margo Agoeng pada tanggal 23 November 1945.
Pasukan Bangsa Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soegeng dan Yon.
Soeharto. Strategi selanjutnya pasukan Indonesia berpindah ke Bedono karena tentara
Sekutu terus memperkuat tank tawanan-tawanan Jepang dan menyusup ke belakang
wilayah kedudukan Indonesia.
Peristiwa na'as pun tidak dapat dihindari. Pimpinan pasukan TKR Purwokerto, Letnan
Kolonel Isdiman wafat karena tembakan pada tanggal 26 November 1945 dan
digantikan dengan Kolonel Soedirman. Kolonel Sudirman sangat merasa kehilangan
Letkol Isdiman yang merupakan salah satu perwira kepercayaan Beliau. Pasukan
Indonesia mendapatkan semangat baru dengan hadirnya Kolonel Soedirman.
Beliau memimpin markas Pimpinan Pertempuran di Magelang dan sering memeriksa
situasi. Beliau juga menegaskan pasukannya agar segera mengusir tentara sekutu dari
Ambarawa. Semboyan Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh
hilang berganti ditanamkan agar pasukan bertekad hidup dengan memerdekakan
Ambarawa atau gugur dalam medan perang. Dalam rapat pada 11 Desember tahun itu,
Soedirman dan Komandan Sektor memutuskan menjalankan siasat Supit Udang. Ini
merupakan strategi sergapan mendadak untuk menguasai Jalan Raya SemarangYogyakarta.
Maka, tepat pada pukul 04:30 esok paginya, serangan dimulai. Rentetan tembakan
bersahutan dan bergema di empat penjuru kota. Pada hari keempat atau 15 Desember

1945, pasukan TKR dan laskar berhasil membentuk gerakan menjepit seperti Supit
Udang, yang ujung-ujungnya bertemu diluar kota sebelah utara Ambarawa. Pasukan
Inggris keluar menuju Semarang. Perang Ambarawa, dikenal sebagai Palagan
Ambarawa, dikenang sebagai salah satu kemenangan besar Soedirman
Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap
musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di
semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto,
Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Kolonel Soedirman pada
pertengahan Desember 1945, membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur
dari Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan
persenjataan modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak
pernah gentar sedikitpun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya
melakukan pengepungan ketat di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan
pengepungan rangkap ini sekutu benar-benar terkurung dan kewalahan.

Ambarawa adalah salah satu kota kecil berhawa sejuk yang berada di Jawa Tengah.
Lokasi kota Ambarawa dapat dikatakan strategis karena menghubungkan jalur Pantai
Selatan dengan jalur Pantai Utara Jawa. Tentu memudahkan transportasi perjalanan
dari kota Semarang menuju kota Yogyakarta dan begitu juga sebaliknya.
Kota ini juga sangat kaya dengan potensi alam dan wisata yang pasti ramai dikunjungi
para wisatawan. Biasa orang-orang menjuluki Kota Ambarawa Kota Palagan (Palagan
Ambarawa). Namun dibalik semua keindahannya, kisah kota Ambarawa ini tidak
terlepas dari momen bersejarah perjuangan-perjuangan oleh pahlawan bangsa
Indonesia. Momen bersejarah tersebut adalah Pertempuran Ambarawa. Proses yang
panjang telah dilalui dengan perjuangan dan pembelaan-pembelaan para pahlawan
hingga titik darah penghabisan. Para pejuang terdahulu rela mengorbankan nyawanya
demi mempertahankan kota Ambarawa.
Pertempuran tersebut terjadi disebabkan pihak Sekutu yang mengingkari isi perjanjian
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat pada tanggal 2 November 1945. Pihak
sekutu selalu mencari cara agar dapat menguasai kota Ambarawa. Bagi mereka, dengan
awal menguasai kota Ambarawa dapat perlahan-lahan menguasai Negara Indonesia.
Latar Belakang

Pertempuran Ambarawa dilatarbelakangi beberapa kejadian sebagai berikut :

Adanya Insiden Magelang

Pasukan sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Altileri dari Divisi India ke 23 mendarat di
Semarang demi menjalankan tugas membebaskan para tawanan tentara Belanda di
Ambarawa dan Magelang. Gubernur Jawa Tengah, Mr Wongsonegoro menyambut
dengan baik kedatangan pihak sekutu dan bersedia memberikan bahan makanan dan
keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan oleh pihak sekutu, dengan syarat pihak
Sekutu tidak mengganggu kedaulatan rakyat Republik Indonesia. Meskipun demikian,
rakyat Ambarawa pada saat itu mewaspadai adanya NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) di balik punggung pihak sekutu.
Dan kewaspadaan itu semakin kuat saat sesampainya tentara sekutu dan NICA di
Magelang dan Ambarawa. Para tawanan yang telah dibebaskan menjadi gencatan

bersenjata sehingga menimbulkan kekacauan dan pertempuran yang sengit di


Magelang. Segala cara dilakukan tentara Sekutu agar dapat melucuti TKR (Tentara
Keamanan Rakyat) dan menimbulkan kekacauan. Menghadang tentara Sekutu dari
segala penjuru pun dilakukan oleh TKR Resimen Magelang di bawah pimpinan Letkol.
M. Sarbini. Berkat kedatangan Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell ke
Magelang tanggal 2 November 1945, insiden Magelang pun mereda. Demi kedamaian
rakyat Magelang, dibentuklah kesepakatan dengan naskah perjanjian sebagai berikut :
1. Pihak Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan
kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi pasukan Sekutu yang ditawan
pasukan Jepang (RAPWI) dan Palang Merah (Red Cross) yang menjadi bagian dari
pasukan Inggris. Jumlah pasukan Sekutu dibatasi sesuai dengan tugasnya.
2. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan
Sekutu.
3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di bawahnya.

Pelanggaran Perjanjian oleh Pihak Sekutu

Kesepakatan yang dibuat ternyata tidak menghentikan niatan para sekutu untuk
menguasai kota Ambarawa. Tentara Sekutu melakukan Gerakan Mundur secara diamdiam dengan meninggalkan Kota Magelang menuju Ambarawa. Resimen Kedu Tengah
yang dipimpin Letkol. M. Sarbini yang mengetahui hal tersebut langsung melakukan
pengejaran. Pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo berhasil
menghadang tentara Sekutu di Desa Jambu dengan bantuan pasukan gabungan dari
Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Setelah itu, kemunduran tentara Sekutu ditahan lagi di Ngipik oleh Batalyon I Soerjosoempeno.
Tentara Sekutu berusaha menguasai dua desa di dekat Ambarawa.

Letkol. Isdiman

mengerahkan pasukannya demi membebaskan kedua desa itu. Tetapi, Letkol. Isdiman pun
gugur dalam insiden tersebut karena terkena tembakan pesawat Mustang.

Aksi heroik di Ambarawa

Terdengar dari segala arah penjuru Ambarawa suara peluru dan ledakan bom serta
granat. Tentara-tentara sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung
yang berada di dekat Ambarawa. Pertempuran-pertempuran yang panjang dan
mengorbankan banyak nyawa pun harus dilalui. Meskipun begitu, pasukan bangsa

Indonesia tak pernah gentar melawan tentara Sekutu demi memperjuangkan


kemerdekaan yang utuh dan mempertahankan kota Ambarawa.
Kronologis
Pecahnya Pertempuran Ambarawa

Sebelum gugurnya Letkol Isdiman, para komandan pasukan sempat mengadakan rapat
koordinasi bersama yang dipimpin Kolonel Holland Iskandar. Pembentukan komando
Markas Pimpinan Pertempuran pun dilakukan dan berada di Magelang. Disusunlah
rencana untuk membagi Ambarawa menjadi empat sektor yaitu sektor barat, sektor
timur, sektor utara, dan sektor selatan.
Pertempuran Ambarawa tidak dapat dihindari. Baku tembak pun dimulai dengan pasukan
Sekutu yang bermarkas di gereja dan kerkhop Belanda bertempat di Jl. Margo Agoeng pada
tanggal 23 November 1945. Pasukan Bangsa Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon.
Soegeng dan Yon. Soeharto. Strategi selanjutnya pasukan Indonesia berpindah ke Bedono
karena tentara Sekutu terus memperkuat tank tawanan-tawanan Jepang dan menyusup ke
belakang wilayah kedudukan Indonesia.

Peristiwa na'as pun tidak dapat dihindari. Pimpinan pasukan TKR Purwokerto, Letnan
Kolonel Isdiman wafat karena tembakan pada tanggal 26 November 1945 dan
digantikan dengan Kolonel Soedirman. Kolonel Sudirman sangat merasa kehilangan
Letkol Isdiman yang merupakan salah satu perwira kepercayaan Beliau. Pasukan
Indonesia mendapatkan semangat baru dengan hadirnya Kolonel Soedirman.
Beliau memimpin markas Pimpinan Pertempuran di Magelang dan sering memeriksa
situasi. Beliau juga menegaskan pasukannya agar segera mengusir tentara sekutu dari
Ambarawa. Semboyan Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh
hilang berganti ditanamkan agar pasukan bertekad hidup dengan memerdekakan
Ambarawa atau gugur dalam medan perang.
Perlawanan dengan Strategi Supit Urang

Di rumah penduduk desa kelurahan Ambarawa, diadakan rapat guna menyusun strategi
penyergapan dadakan. Terdengar instruksi dari Kolonel Soedirman sebagai berikut :

Ambarawa harus kita rebut dengan serangan serentak Karena Ambarawa merupakan kunci
bagi mereka untuk menguasai seluruh Jawa tengah dan Jogjakarta. Ini akan membahayakan
posisi Republik. Kita akui terus terang bahwa kita kurang kuat dalam persenjataan kita.
Tetapi keadaan semacam ini tidak menghambat kita, atau mengurangi hasrat kita untuk
mempertahankan negara kita. Kami sudah menentukan suatu siasat, yaitu pendadakan
serentak dengan taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang.Komandan penyerangan
dipegang oleh komandan sektor TKR. Pasukan pasukan dari badan perjuangan sebagai
barisan belakang. Serangan dimulai besok pagi pukul 04.30. Selamat berjuang, Allah SWT
bersama kita, Amin. Merdeka ! ".

Strategi Mangkara Yudha atau Supit Urang pernah diterapkan pada jaman Majapahit
(Baca juga : Sejarah Kerajaan Majapahit ). Strategi ini kembali dilakukan oleh Kolonel
Soedirman demi mengusir tentara Sekutu dari Ambarawa.
Tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30 letusan karaben mitralyurpun menyalak
memecah keheningan mengisyaratkan serangan umum pembebasan Ambarawa sudah
dimulai.serangan dimulai. Rentetan tembakan bersahutan dan bergema di empat
penjuru kota. Pertempuran yang dipimpin langsung Kolonel Soedirman itupun
kemudian berlangsung dengan sangat sengitnya.

Prajurit-prajurit kita yang gagah perkasa terus maju dari segenap penjuru, bagai
banteng ketaton patriot-patriot itu terus menyerbu menerkam musuh, menggagahi
tank-tank dan ranjau-ranjau sambil menembus hujan peluru senjata musuh.
Pasukan-pasukan yang mendapat perintah menguasai jalan besar Ambarawa
Semarang telah berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Jalan itupun kemudian
dipertahankan agar pengepungan atas musuh dalam kota Ambarawa dapat
dilaksanakan dengan sempurna. Pasukan pasukan itupun kemudian memasang
barikade barikade serta menerjang setiap konvoi musuh yang pergi dan datang dari
arah Ambarawa - Semarang.

Satu setengah jam dari awal penyerbuan, pasukan pasukan kita sudah berhasil
menghimpit dan mengepung musuh di dalam kota Ambarawa. Bagi Sekutu ( Inggris )
hanya tinggal satu jalan ke luar, yaitu jalan besar Ambarawa Semarang. Pergelaran
serangan umum di Ambarawa itu berupa pendobrakan oleh pasukan-pasukan pemukul
dari arah selatan dan barat ke timur menuju ke arah Semarang. Bersamaan dengan

pendobrakan tersebut, diikuti gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri
sebagaimana halnya gerakan "Supit Urang " sedang menjepit mangsanya yang ujung
ujungnya bertemu di bagian luar kota arah Semarang.

Empat hari empat malam serangan yang heroik itu berlangsung, menggempita di
seluruh kota Ambarawa. Desing peluru dan gema ledakan serta asap mesiu terus
mewarnai udara Ambarawa sepanjang waktu. Semangat bertempur pasukan-pasukan
kita terus bertambah berkat keberhasilan keberhasilan yang telah dicapai, sebaliknya
moril musuh semakin menipis, Persediaan amunisi mereka semakin menipis, bantuan
yang mereka harapkan tak kunjung tiba karena jalur perhubungan lewat darat maupun
udara terputus. Semakin hari mereka dicekam oleh rasa panik dan putus asa.

Setelah beberapa waktu lamanya mereka berada di front pertempuran, akhirnya mereka
sampai kepada keputusan harus meninggalkan Ambarawa, merekapun kemudian
mengadakan persiapan untuk menerobos pasukan TKR untuk menuju ke Semarang.
Pada tanggal 15 Desember 1945 dengan tergopoh-gopoh tentara sekutu mundur ke luar
kota Ambarawa tanpa sempat menyelamatkan mayat-mayat serdadunya. Mereka
dilabrak terus dan diusir oleh pasukan pemukul kita sampai ke luar kota Ambarawa
Pada hari keempat atau 15 Desember 1945, pasukan TKR dan laskar berhasil
membentuk gerakan menjepit seperti Supit Udang, yang ujung-ujungnya bertemu
diluar kota sebelah utara Ambarawa. Pasukan Inggris keluar menuju Semarang. Perang
Ambarawa, dikenal sebagai Palagan Ambarawa, dikenang sebagai salah satu
kemenangan besar Soedirman
Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh
semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor.
Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang,
dan lain-lain.

Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Kolonel Soedirman pada
pertengahan Desember 1945, membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur
dari Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan

persenjataan modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak
pernah gentar sedikitpun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya
melakukan pengepungan ketat di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan
pengepungan rangkap ini sekutu benar-benar terkurung dan kewalahan.

Ambarawa adalah salah satu kota kecil berhawa sejuk yang berada di Jawa Tengah.
Lokasi kota Ambarawa dapat dikatakan strategis karena menghubungkan jalur Pantai
Selatan dengan jalur Pantai Utara Jawa. Tentu memudahkan transportasi perjalanan
dari kota Semarang menuju kota Yogyakarta dan begitu juga sebaliknya.
Kota ini juga sangat kaya dengan potensi alam dan wisata yang pasti ramai dikunjungi
para wisatawan. Biasa orang-orang menjuluki Kota Ambarawa Kota Palagan (Palagan
Ambarawa). Namun dibalik semua keindahannya, kisah kota Ambarawa ini tidak
terlepas dari momen bersejarah perjuangan-perjuangan oleh pahlawan bangsa
Indonesia. Momen bersejarah tersebut adalah Pertempuran Ambarawa. Proses yang
panjang telah dilalui dengan perjuangan dan pembelaan-pembelaan para pahlawan
hingga titik darah penghabisan. Para pejuang terdahulu rela mengorbankan nyawanya
demi mempertahankan kota Ambarawa.
Pertempuran tersebut terjadi disebabkan pihak Sekutu yang mengingkari isi perjanjian
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat pada tanggal 2 November 1945. Pihak
sekutu selalu mencari cara agar dapat menguasai kota Ambarawa. Bagi mereka, dengan
awal menguasai kota Ambarawa dapat perlahan-lahan menguasai Negara Indonesia.
Latar Belakang

Pertempuran Ambarawa dilatarbelakangi beberapa kejadian sebagai berikut :

Adanya Insiden Magelang

Pasukan sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Altileri dari Divisi India ke 23 mendarat di
Semarang demi menjalankan tugas membebaskan para tawanan tentara Belanda di
Ambarawa dan Magelang. Gubernur Jawa Tengah, Mr Wongsonegoro menyambut
dengan baik kedatangan pihak sekutu dan bersedia memberikan bahan makanan dan
keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan oleh pihak sekutu, dengan syarat pihak
Sekutu tidak mengganggu kedaulatan rakyat Republik Indonesia. Meskipun demikian,
rakyat Ambarawa pada saat itu mewaspadai adanya NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) di balik punggung pihak sekutu.
Dan kewaspadaan itu semakin kuat saat sesampainya tentara sekutu dan
Magelang dan Ambarawa. Para tawanan yang telah dibebaskan menjadi
bersenjata sehingga menimbulkan kekacauan dan pertempuran yang
Magelang. Segala cara dilakukan tentara Sekutu agar dapat melucuti TKR

NICA di
gencatan
sengit di
(Tentara

Keamanan Rakyat) dan menimbulkan kekacauan. Menghadang tentara Sekutu dari


segala penjuru pun dilakukan oleh TKR Resimen Magelang di bawah pimpinan Letkol.
M. Sarbini. Berkat kedatangan Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell ke
Magelang tanggal 2 November 1945, insiden Magelang pun mereda. Demi kedamaian
rakyat Magelang, dibentuklah kesepakatan dengan naskah perjanjian sebagai berikut :
1. Pihak Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan
kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi pasukan Sekutu yang ditawan
pasukan Jepang (RAPWI) dan Palang Merah (Red Cross) yang menjadi bagian dari
pasukan Inggris. Jumlah pasukan Sekutu dibatasi sesuai dengan tugasnya.
2. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan
Sekutu.
3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di bawahnya.

Pelanggaran Perjanjian oleh Pihak Sekutu

Kesepakatan yang dibuat ternyata tidak menghentikan niatan para sekutu untuk
menguasai kota Ambarawa. Tentara Sekutu melakukan Gerakan Mundur secara diamdiam dengan meninggalkan Kota Magelang menuju Ambarawa. Resimen Kedu Tengah
yang dipimpin Letkol. M. Sarbini yang mengetahui hal tersebut langsung melakukan
pengejaran. Pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo berhasil
menghadang tentara Sekutu di Desa Jambu dengan bantuan pasukan gabungan dari
Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Setelah itu, kemunduran tentara Sekutu ditahan lagi di Ngipik oleh Batalyon I Soerjosoempeno.
Tentara Sekutu berusaha menguasai dua desa di dekat Ambarawa.

Letkol. Isdiman

mengerahkan pasukannya demi membebaskan kedua desa itu. Tetapi, Letkol. Isdiman pun
gugur dalam insiden tersebut karena terkena tembakan pesawat Mustang.

Aksi heroik di Ambarawa

Terdengar dari segala arah penjuru Ambarawa suara peluru dan ledakan bom serta
granat. Tentara-tentara sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung
yang berada di dekat Ambarawa. Pertempuran-pertempuran yang panjang dan
mengorbankan banyak nyawa pun harus dilalui. Meskipun begitu, pasukan bangsa
Indonesia tak pernah gentar melawan tentara Sekutu demi memperjuangkan
kemerdekaan yang utuh dan mempertahankan kota Ambarawa.

Kronologis
Pecahnya Pertempuran Ambarawa

Sebelum gugurnya Letkol Isdiman, para komandan pasukan sempat mengadakan rapat
koordinasi bersama yang dipimpin Kolonel Holland Iskandar. Pembentukan komando
Markas Pimpinan Pertempuran pun dilakukan dan berada di Magelang. Disusunlah
rencana untuk membagi Ambarawa menjadi empat sektor yaitu sektor barat, sektor
timur, sektor utara, dan sektor selatan.
Pertempuran Ambarawa tidak dapat dihindari. Baku tembak pun dimulai dengan pasukan
Sekutu yang bermarkas di gereja dan kerkhop Belanda bertempat di Jl. Margo Agoeng pada
tanggal 23 November 1945. Pasukan Bangsa Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon.
Soegeng dan Yon. Soeharto. Strategi selanjutnya pasukan Indonesia berpindah ke Bedono
karena tentara Sekutu terus memperkuat tank tawanan-tawanan Jepang dan menyusup ke
belakang wilayah kedudukan Indonesia.

Peristiwa na'as pun tidak dapat dihindari. Pimpinan pasukan TKR Purwokerto, Letnan
Kolonel Isdiman wafat karena tembakan pada tanggal 26 November 1945 dan
digantikan dengan Kolonel Soedirman. Kolonel Sudirman sangat merasa kehilangan
Letkol Isdiman yang merupakan salah satu perwira kepercayaan Beliau. Pasukan
Indonesia kembali mendapatkan semangat baru dengan hadirnya Kolonel Soedirman.
Beliau memimpin markas Pimpinan Pertempuran di Magelang dan sering memeriksa
situasi. Beliau juga menegaskan pasukannya agar segera mengusir tentara sekutu dari
Ambarawa. Semboyan Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh
hilang berganti ditanamkan agar pasukan bertekad hidup dengan memerdekakan
Ambarawa atau gugur dalam medan perang.
Perlawanan dengan Strategi Supit Urang

Di rumah penduduk desa kelurahan Ambarawa, diadakan rapat guna menyusun strategi
penyergapan dadakan. Terdengar instruksi dari Kolonel Soedirman sebagai berikut :

Ambarawa harus kita rebut dengan serangan serentak Karena Ambarawa merupakan kunci
bagi mereka untuk menguasai seluruh Jawa tengah dan Jogjakarta. Ini akan membahayakan
posisi Republik. Kita akui terus terang bahwa kita kurang kuat dalam persenjataan kita.
Tetapi keadaan semacam ini tidak menghambat kita, atau mengurangi hasrat kita untuk
mempertahankan negara kita. Kami sudah menentukan suatu siasat, yaitu pendadakan
serentak dengan taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang.Komandan penyerangan
dipegang oleh komandan sektor TKR. Pasukan pasukan dari badan perjuangan sebagai
barisan belakang. Serangan dimulai besok pagi pukul 04.30. Selamat berjuang, Allah SWT
bersama kita, Amin. Merdeka ! ".

Strategi Mangkara Yudha atau Supit Urang pernah diterapkan pada jaman Majapahit
(Baca juga : Sejarah Kerajaan Majapahit ). Strategi ini kembali dilakukan oleh Kolonel
Soedirman demi mengusir tentara Sekutu dari Ambarawa.
Suara tembakan saling bersahutan dan bergema dari segala arah penjuru kota
menandakan serangan sdemi pembebasan Ambarawa dimulai pada tanggal 12
Desember 1945 pukul 04.30. Pertempuran antara para pasukan Indonesia berlangsung
sangat sengit dengan pihak sekutu. Pasukan Indonesia dengan gigih dan rasa tak gentar
terus melakukan perlawanan kepada tentara Sekutu.
Pasukan pasukan Indonesia berhasil menghimpit dan mengepung tentara Sekutu di
dalam kota Ambarawa. Mereka telah mengambil alih kekuasaan atas jalan besar
Ambarawa Semarang. Pengepungan terhadap para musuh semakin mudah dengan
diambil alihnya jalan tersebut. Kerjasama antara para komando-komando sektor dan
pengepungan tentara Sekutu semakin ketat.
Empat hari empat malam berlangsung dengan aksi serangan yang heroik. Hentakan
peluru dan dentuman bom terdengar sepanjang waktu di kota Ambarawa. Satu-persatu
keberhasilan telah diraih oleh pasukan Bangsa Indonesia yang memperjuangkan
Ambarawa. Semangat mereka tak pernah padam demi kemerdekaan Ambarawa.
Sedangkan pihak Sekutu sudah mulai panik dan putus asa karena persediaan senjata
dan amunisi mereka mulai habis.
Hasil Akhir Pertempuran Ambarawa

Bala bantuan untuk pasukan Bangsa Indonesia terus berdatangan dari kota
Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan kota lain. Setelah
jangka
waktu
pertempuran
berlangsung,
akhirnya
pihak
Sekutu
menyerah dan memutuskan meninggalkan Ambarawa. Tentara Sekutu kembali
menyiapkan stategi untuk menerobos TKR Semarang. Secara serentak tentara sekutu

mundur dari kota Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945 tanpa sempat membawa
kembali mayat-mayat serdadunya.
Hari Peringatan Pertempuran Ambarawa

Begitulah Akhir dari Perang Ambarawa atau yang sering dikenal sebagai Palagan
Ambarawa, yang merupakan momen bersejarah kemenangan bagi kota
Ambarawa. Kemenangan ini diabadikan dalam bentuk monumen Palagan
Ambarawa tersebut. Momen bersejarah ini diperingati setiap tanggal 15 Desember
sebagai Hari Infanteri atau " Hari Juang Kartika " sebagaimana dituliskan dalam
Keputusan Presiden RI Nomor 163 tahun 1999.

You might also like