You are on page 1of 13

ACARA V

KESETIMBANGAN KIMIA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
: Mempelajari reaksi kesetimbangan kompleks besi (III)tiosianat.
2. Waktu Praktikum
: Sabtu, 1 November 2014
3. Tempat Praktikum
:Laboratorium, Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Banyak reaksi-reaksi kimia yang berjalan tidak seimbang, artinya reaksi-reaksi
tersebut berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti dengan meninggalkan zatzat yang tidak bereaksi. Pada temperatur, tekanan dan konsentrasi tertentu, titik pada saat
reaksi tersebut berhenti sama. Hubungan antara konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi
tetap. Pada saat ini reaksi dalam keadaan setimbang (Sukardjo, 2004 : 220).
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika reaksi itu
baru dimulai, proses reversible hanya berlangsung ke arah pembentukan produk, namun
ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaiknya yaitu pembentukan
molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan. Kesetimbangan kimia tercapai bila
kecepatan reaksi ke kanan (molekul produk) telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri
(pembentukan molekul reaktan) dan konsentrasi reaktan maupun produk tidak berubahubah lagi (konstan). Jadi kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis
(Purwoko, 2006 : 169).
Adapun kesetimbangan dibagi menjadi dua yaitu kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan yang hanya
melibatkan satu fase yang sama, sedangkan kesetimbangan heterogen adalah
kesetimbangan yang meliputi dua fase atau lebih. Sebagai contoh kesetimbangan
2C(s) + O2(g)

2CO(g)

Reaksi kesetimbangan diatas meliputi dua fase yaitu fase gas dan padatan. Dalam sistem
ini terdiri dari atas suatu campuran oksigen dan karbon monoksida. Persamaan ini
menyatakaan bahwa pada suatu sistem mengandung CO(g), O2(g), dan C(s) dalam
kesetimbangan tidak menghirauka n berapa banyak C (s) yang ada. Dalam kesetimbangan
heterogen, padatan murni dari cairan-cairan murni diabaikan dari penertian aksi massa
(Firman, 2007 : 146).
Dalam suatu reaksi kesetimbangan, konsentrasi awal pereaksi tidak perlu
stoikiometris, artinya bebas mencampurkan seseuai kebutuhan, tetapi jika reaksi sudah
103

mencapai kesetimbangan, jumlah konsentrasi pereaksi yang bereaksi dan konsentrasi


produk yang dihasilkan ditentukan oleh nilai perbandingan stoikiometri. Contoh , jika
H2(g), I2(g), dan HI(g) dicampurkan dalam suatu sistem tertutup dan terjadi reaksi
kesetimbangan, maka konsentrasi masing-masing gas dalam campuran dapat bervariasi
bergantung pada konsentrasi awal pereaksi, tetapi setelah kesetimbangan tercapai
konsentrasi masing-maisng zat dalam sisitem kesetimbangan harganya tetap selama suhu
reaksi tidak berubah (Sunarya, 2010 : 231).
Perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi posisi keadaan kesetimbangan, atau lebih
tepatnya, jumlah reaktif reaktan dan produk. Perubahan dan tekanan volume mungkin
dapat memberikan pengaruh yang sama terhadap sistem gas pada kesetimbangan. Hanya
perubahan suhu yang dapat mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Katalis dapat
mempercepat tercapainya kesetimbangan dengan mempercepat reaksi maju dan reaksi
balik, tetapi katalis tidak dapat mengubah posisi kesetimbangan atau konstanta
kesetimbangan. Asas la chatelier menyatakan bahwa jika suatu tekanan eksternal
diberikan kepada suatu sistem yang setimbang. Sistem ini akan menyesuaikan diri
sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba
setimbang kembali. Kata tekanan disini berarti perubahan konsentrasi, tekanan, volume
atau suhu yang menggeser sistem dari keadaan setimbang (Chang, 2004 : 65).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat alat Praktikum
a. Gelas kimia 250 ml
b. Gelas ukur 50 ml
c. Kain lap
d. Kertas label
e. Labu ukur 25 ml
f. Penggaris 30 cm
g. Pipet gondok 10 ml
h. Pipet gondok 5 ml
i. Pipet tetes
j. Rak tabung reaksi
k. Rubber bulb
l. Spatula
m. Tabung reaksi
n. Tissue
2. Bahan-bahan praktikum
Aquades (H2O)(l)
a.
Larutan Fe(NO3)3 0,2 M (Besi(III)nitrat)
b.
Larutan KSCN 0,002 M (Kalium tiosianat)
c.
Larutan KSCN pekat (Kalium tiosianat)
d.
Na2HPO4 (Natrium hidropospat)
e.
104

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kesetimbangan Besi(III)-tiosianat
a. Dimasukkan 10 ml KSCN 0,002 M ke dalam suatu bejana gelas. Ditambahkan 2
tetes larutan Fe(NO3)3 0,2 M.
b. Dibagi larutan ini menjadi 4 tabung reaksi.
c. Digunakan tabung reaksi pertama sebagai pembanding
d. Ke dalam tabung reaksi kedua ditambahkan 1 tetes KSCN pekat.
e. Ke dalam tabung reaksi kedua ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M.
f. Ke dalam tabung reaksi keempat ditambahkan sebutir Na2HPO4.
g. Dicatat semua peristiwa yang terjadi.
2. Kesetimbangan Besi(III)-tiosianat yang semakin encer
a. Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan diberi nomor ke dalam lima tabung
reaksi ini dimasukkan masing-masing 5 ml KSCN 0,002 M. Ke dalam tabung
reaksi pertama ditambahkan 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,2 M. Digunakan tabung reaksi
ini sebagai standar.
b. Diukur 10 ml Fe(NO3)3 0,2 M dan ditambahkan air hingga volumenya menjadi 25
ml. Diukur 5 ml dari larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua
(hitung konsentrasi larutan ini). Selanjutnya disimpan untuk pengerjaan berikutnya.
c. 10 ml larutan Fe(NO3)3 0,2 M, sisa di atas, ditambah air hingga volumenya tepat
menjadi 25 ml (hitung konsentrasi larutan ini). Diukur 5 ml larutan ini dan
dimasukkan ke tabung reaksi ketiga.
d. Dilakukan pengerjaan yang sama sampai dengan tabung kelima.
e. Dibandingkan warna larutan pada tabung kedua dengan tabung standar (tabung 1),
untuk menghitung konsentrasi FeSCN2+. Jika intensitas warna tidak sama,
keluarkan larutan dari tabung standar setetes demi setetes, sampai kedua tabung
tersebut menunjukkan intensitas warna yang sama dan diukur tinggi larutan dalam
masing-masing tabung sampai mm (larutan yang tadi dimasukkan ke dalam tempat
yang bersih agar selalu dapat dipergunakan kembali). Selanjutnya dengan cara yang
sama, samakan intensitas warna larutan pada tabung ke 3, 4, dan 5. Bandingkan
semua dengan tabung pertama.
E. HASIL PENGAMATAN
NO

Prosedur Percobaan

Hasil Pengamatan

105

Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat

Warna tabung

a. Dimasukkan 10 ml KSCN 0,002M ke

Tabung I = orange

dalam suatu bejana gelas. Kemudian

Tabung II = merah darah

ditambahkan dengan 2 tetes larutan

Tabung III = merah

Fe(NO3)3 0,2M.
b. Larutan ini kemudian dibagi ke dalam 4

Tabung IV = kuning bening

tabung reaksi.
c. Tabung reaksi pertama digunakan sebagai
pembanding.
d. Ditambahkan 1 tetes KSCN pekat ke
dalam tabung reaksi kedua.
e. Ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2M ke
dalam tabung reaksi ketiga.
f. Ditambahkan 1 butir Na2HPO4 ke dalam
tabung reaksi keempat.
g. Semua peristiwa yang terjadi dicatat
dalam tabel hasil percobaan.

Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat yang


semakin encer
a. Disediakan 5 tabung reaksi , kemudian

Tabung I : Tabung II = 5,2 : 7,3


Tabung I : Tabung III = 2,1 : 7,4
Tabung I : Tabung IV = 0,8 : 7
Tabung I : Tabung V = 0,4 : 7,3

diberi nomer. Kedalam tabung reaksi ini


dimasukkan masing-masing 5 ml KSCN
0,002M. Kemudian 5 ml larutan Fe(NO 3)3
0,2M ditambahkan kedalam tabung reaksi
pertama. Tabung reaksi ini digunakan
sebagai standar.
b. Diukur 10 ml

Fe(NO3)3 0,2M

dan

ditambahkan aquades hingga volumenya


menjadi 25 ml. diukur 5 ml dari larutan ini
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kedua (dihitung konsentrasi larutan ini).
Selebihnya disimpan untuk pengerjaan
berikutnya.
c. Didalam 10 ml larutan Fe(NO3)3 0,2M sisa
106

diatas,

ditambahkan

aquades

hingga

volumenya tepat menjadi 25 ml ( dihitung


konsentrasi larutan ini ). Diukur 5 ml
larutan ini dan dimasukkan ke tabung
reaksi ketiga.
d. Dilakukan pengerjaan yang sama sampai
dengan tabung kelima.
e. Dibandingkan warna larutan pada tabung
kedua dengan tabung standar (tabung 1) ,
untuk menghitung konsentrasi FeSCN2+.
Jika intensitas warna tidak sama,
dikeluarkan larutan dari tabung standar
setetes demi setetes , sampai kedua tabung
tersebut menunjukkan intensitas warna
yang sama dan diukur tinggi larutan
dalam masing-masing tabung sampai cm
(larutan yang dikeluarkan tadi
dimasukkan ke dalam tempat yang bersih
agar dapat digunakan kembali).
Selanjutnya dengan cara yang sama ,
disamakan intensitas warna larutan pada
tabung 3, 4 dan 5 , dibandingkan semua
dengan tabung pertama.
F. ANALISIS DATA
1. Percobaan pertama
Kesetimbangan Besi(III)tiosianat
a.
Fe(NO3)3 dan KSCN dalam bentuk ion
Fe(NO3)3(aq) + KSCN(aq)
b.

Fe(SCN)2+ + 2NO3- + KNO3(aq)

Pada tabung 1 dianggap terbentuk FeSCN2+


dari reaksi Fe3+(aq) + SCN-(aq)

FeSCN2+

jika :
Tabung 1 standar
Tabung II + KSCN pekat
Tabung III + Fe(NO3)3
Tabung IV + Na2HPO4
Persamaan reaksi pada tabung IV

: orange
: merah darah
: merah
: kuning bening

107

FeSCN2+(aq) + Na2HPO4(s)

FePO4(aq) + HSCN(aq) + 2Na+(aq)

2. Percobaan kedua
Kesetimbangan Besi(III)tiosianat yang semakin encer
a.
Perbandingan Tinggi Tabung

T1 =
=
= 0,7123 cm

T2 =
=
= 0,2838 cm

T3 =
=
= 0,1143 cm

T4 =
=

b.

= 0,0548 cm
Menghitung konsentrasi FeSCN2+
[ FeSCN2+] = T

konsentrasi standar

Data :
Konsentrasi Fe3+
= 0,2 M
Volume Fe3+
= 5 ml
Konsentarsi SCN
= 0,002 M
Volume SCN-= 5 ml
n Fe3+
=MV
= 0,2 5
= 1 mmol
n SCN
=MV
= 0,002 5
= 0,01 mmol
Fe3+(aq)
Mula-mula
Bereaksi
Setimbang

0,001 mol
0,00001 mol
0,00099 mmol

+ SCN-(aq)
0,00001 mol
0,00001 mol
-

FeSCN2+.(aq)
0,00001 mol
0,00001 mol
108

[FeSCN2+]0

=
=

[FeSCN ]1

[FeSCN2+]2

[FeSCN2+]3

2+

= 0,001 M
= TI [FeSCN2+]0
= 0,7123 0,001
= 0,000945 M
= T2 [FeSCN2+]0
= 0,2838 0,001
= 0,0003 M
= T3 [FeSCN2+]0
= 0,1143

2+

[FeSCN ]4

= 0,0001 M
= T4 [FeSCN2+]0
= 0,0548

c.

0,001

0,001

= 0,00005 M
Perhitungan Konsentrasi Fe3+ mula-mula

Pengenceran 1
M1.V1 = M2.V2
M2

=
=

= 0,08 M
Pengenceran 2
M2.V2 = M3.V3
M3

=
=

= 0,032 M
Pengenceran 3
M3.V3 = M4.V4
M4

=
=

= 0,0128 M
Pengenceran 4
109

M4.V4 = M5.V5
M5

=
=
= 0,00512 M

d.

Perhitungan Konsentrasi Fe3+ setimbang


[Fe3+]

= [Fe 3+] mula-mula

[Fe3+]stb2

Fe SCN2+] setimbang

= M2

[FeSCN2+]1

= 0,08

0,007

=0,0793 M

[Fe 3+]stb2

= M3

[FeSCN2+]2

= 0,032

0,0003

= 0,0317 M

3+

[Fe ]stb3

= M4

[FeSCN2+]3

= 0,0128

0,0001

= 0,0127 M

[Fe3+]stb4

= M5

[FeSCN2+]4

= 0,00512
e.

0,00005

= 0,0051 M
Perhitungan Konsentrasi SCN- setimbang
[SCN-]mula mula = 0,002 M
[SCN-]stb

= [SCN-]mula mula

[SCN-]stb1

= 0,002

[ FeSCN2+] setimbang

[ FeSCN2+] setimbang

= 0,002 0,0007
= 0,0013 M
[SCN-]stb2

= 0,002

[ FeSCN2+] setimbang

= 0,002

0,0003

= 0,0017 M
[SCN-]stb3

= 0,002

[ FeSCN2+] setimbang

= 0,002 0,0001
= 0,0019 M
110

[SCN-]stb4

= 0,002

[ FeSCN2+] setimbang

= 0,002 0,00005
= 0,00195
f.

Ka = [Fe3+] [ FeSCN2+] [SCN-]


Ka1 = 0,0793 0,0007 0,0013
= 7,2163 10-8
Ka2 = 0,0318 0,0003 0,0017
= 1,6218 10-8
Ka3 = 0,0127 0,0001 0,0019
= 2,413 10-9
Ka4 = 0,0051 0,00005 0,00195
= 4,9725 10-10

g.

Kb =
Kb1

=
= 0,0427

Kb2

=
= 0,056

Kb3

=
= 0,0007

Kb4

=
= 1,307 10-4

h.

Kc =
Kc1

=
= 6,7902

Kc2

=
= 5,5494

Kc3

=
= 12,4327
111

Kc4

=
= 5,0277

No. [Fe3+]

[SCN-]

[FeSCN2+]

Ka

Kb

7,216310-8

0,0427

6,7902

1,621810-8

0,0056

5,5494

2,413 10-9

0,0007

12,4327

1,30710-4

5,0277

4,972510-

10

Kc

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang reaksi kesetimbangan kimia. Tujuan dari
praktikum ini adalah mempelajari kesetimbangan kompleks Besi (III) tiosianat.
Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik
terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Konsentrasi pada setiap zat
tinggal tetap pada suhu konstan. Banyak reaksi kimia tidak sampai berakhir, dan
mencapai satu titik ketika konsenrasi zat-zat bereaksi dari produk tidak lagi berubah
dengan berubahnya waktu. Kesetimbangan juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan
dinamis artinya proses molekuler tetap dapat berlangsung tetapi diimbangi dengan tidak
terjadinya perubahan dari sifat makroskopis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia antara lain perubahan
konsentrasi, perubahan tekanan, perubahan volume, perubahan suhu, dan katalis. Sesuai
dengan asaa la chatelier, jika konsentrasi salah satu komponen diperbesar maka reaksi
sistem adalah mengurangi komponen tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu
komponen diperkecil, maka reaksi siistem adalah menambah komponen itu. Sebagai
contoh
A(aq) + B(aq)

C(aq)

Apabila konsentrasi zat A atau zat B ditambahkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah produk yaitu zat C. Begitu juga sebaliknya apanila konsentrasi zat C ditambahkan,
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaktan, sehingga konsentrasi zat A dan zat B
semakin tinggi. Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volume akan
memperbesar konsentrasi semua komponen. Sesuai dengan asas la chatelier, maka sistem
akan bereaksi dengan mengurangi tekanan. Tekanan gas bergantung pada jumlah molekul
112

dan tidak bergantung pada jenis gas. Oleh karena itu, untuk mengurangi tekanan maka
reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil.
Sebaliknya, jika tekanan dikurangi dengan cra memperbesar volume, maka sistem akan
bereaksi dengan menambah tekanan dengan cara menambah jumlah molekul. Reaksi
akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih besar. Perubahan tekanan dan
volume tidak berpengaruh pada reaksi kesetimbangan yang jumlah koefisien produk
sama dengan jumlah koefiisen reaktan. Pengaruh perubahan suhu pada kesetimbangan
yaitu jika suhu sistem kesetimbangan dinaikkan, maka reaksi sistem adalh menurunkan
suhu, kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (ke reaksi
endoterm). Sebaliknya jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak
reaksi eksoterm.
Pada percobaan pertama disediakan 4 tabung yang nantinya akan mendapatkan
perlakuan yang berbeda-beda. Tabung pertama dijadikan standar bagi tabung lainnya.
Diperoleh data bahwa setelah larutan ion tiosianat menghasilkan larutan yang berwarna
orange. Reaksi yang berlangsung adalah :
Fe3+(aq) + SCN-(aq)

FeSCN2+(aq)

Perubahan warna ini terjadi karena adanya perubahan konsentrasi larutan. Unutk tabung
kedua ditambahkan KSCN pekat, warna yang dihasilkan pada tabung ini berwarna merah
darah. Hal ini bisa terjadi karena konsentrais pereaksi ditambah yaitu KSCN pekat, maka
kesetimbangan akkan bergeser ke arah produk. Selanjutnya untuk tabung ketiga, larutan
awal ditambah dengan larutan Fe(NO3)3 0,02 M, warna tabung berubah dari orange
menjadi merah. Hal ini disebabkan karena konsentrasi reaktan yaitu Fe(NO3)3
ditambahkan sehingga menghasilkan produk yang lebih banyak dari sebelumnya. Hasil
produk bisa dilihat dari warna larutan didalam tabung, jika warnanya semakin pekat
berarti produk yang dihasilkan semakin banyak atatu reaksi kesetimbangan bergeser
kearah produk, sebaliknya jika warnanya lebih cerah berarti produk yang dihasilkan
sedikit atau reaksi kesetimbangan bergeser kearah reaktan. Dan pada tabung keempat,
larutan awal ditambah sebutir Na2HPO4 , warna tabung berubah dari orange menjadi
kuning bening. Warna larutan berubah menjadi kuning bening karena adanya reaksi
antara FeSCN2+ dengan Na2HPO4, dimana Fe3+ akan berikatan dengan PO43- membentuk
FePO4, kemudian ion SCN- akan diikat oleh H+ dan membentuk HSCN, sedangkan Na+
tidak berikatan dengan senyawa yang lain. Reaksi yang terbentuk adalah :
FeSCN2+(aq) + Na2HPO4

FePO4(aq) + HSCN(aq) + 2Na+(aq)


113

Penambahan PO43- sama dengan mengurangi Fe3+, sehingga intensitas warna berkurang
Percobaan kedua yaitu percobaan kesetimbangang Besi(III)-tiosianat yang semakin
encer. Tabung satu dijadikan sebagai standar bagi tabung-tabung yang lainnya. Dari
tabung 1-5 terjadi pengurangan kepekatan atau intensitas warna. Hal ini disebabkan
karena adanya penambahan volume aquades. Pada saat perbandingan dan penyetaraan
intensitas tabung standar dengan tabung 2, 3, 4, dan 5 dengan cara mengurangi volume
pada tabung pertama setetes demi setetes sehingga didapat persamaan warna. Hal ini
membuktikan bahwa volume berpengaruh pada kesetimbangan. Dalam penyeragaman
warna disini terdapat kesalahan cara mengamati, seharusnya dalam pengamatan warn
atidak diamati dari samping tabung karena dengan cara ini akan menghalangi mata dalam
mengamati warna pada tabung yaitu cahaya yang masuk kedalam tabung akan dibiaskan
terlebih dahulu ke tabung reaksi lalu dibiaskan menuju mata sehingga larutan terlihat
lebih pekat. Oleh karena itu dalam mengamati warna sebaiknya dari atas tabung agar
cahaya yang dipantulkan kedalam tabung akan langsung dibiaskan ke mata. Untuk
menentukan kesetimbangan dalam suatu sistem dapat diketahui dengan menghitung
konstanta kesetimbangan. Secara teoritis seharusnya nilai dari suatu kesetimbangan dalah
konstan. Tetapi berdasarkan analisis data diperoleh nilai Ka, Kb, dan Kc yang berbedabeda. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat dalam tabel analisis data, yang menunjukkan nilai
yang tidak konstan, hal ini disebabkan berbagai faktor, faktor-faktor tersebut antara lain
kesalahan metode dalam mengamati warna, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa
dalam mengamati warna sebaiknya dari atas tabung, kurang teliti dan cermat dalam
mengukur volume dari bahan-bahan yang digunakan, dan kesalahan dalam pengenceran
beberapa kali sehingga percobaan terus diulang.
H. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesetimbangan kimia dipengaruhi oleh konsentrasi dan volume zat yang ditambahkan
pada saat pencampuran dan pengenceran. Pengaruh konsentrasi pada kesetimbangan akan
lebih kuat dibandingkan pengaruh volume, hal ini dapat dilihat dari hasil percobaan
pertama pada tabung kedua dan ketiga dilihat dari perubahan warna larutan. Dari hasil
praktikum diperoleh nilai Ka, Kb, dan Kc yang tidak konstan, ini tidak sesuai dengan
teori yang seharusnya nilai-nilai tersebut bersifat konstan.

114

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Firman, H. 2007. Penelitian Pendidikan Kimia. Bandung : UPI Press.
Purwoko, Agus Abhi. 2006. Kimia Dasar I. Mataram : Mataram University press.
Sukardjo. 2004. Kimia Fisika. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar I. Bandung : Yrama Widya.

115

You might also like