Professional Documents
Culture Documents
ACETANILIDE
Disusun oleh:
Nama: Amelia Pradita
Nim:1513038
Sekolah Tinggi Manajemen Industri
Jl. Letjen Suprapto No.26 Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10510
Telp : (021)42886064 Ext. 119, 115 dan 107
Fax : (021) 42888206
Judul Percobaan
PEMBUATAN ACETANILIDE
Prinsip Percobaan
Asetilasi
untuk mengetahui cara pembuatan acetanilide dari anhidrida asama dan anilin
untuk mengetahui proses kristalisasi dan herkristalisasi
untuk mengetahui sifat fisika dansifat kimia dari acetanilide
Reaksi
C6H5NH2 + (CH3CO)2O C6H5NHCOCH3 + CH3COOH
Teori Percobaan
Zat ini didapat dari reaksi antara anilin dengan anhidrida asam kemudian untuk
mendapatkan kristal dapat dilakukan pemisahan dengan cara kristalisasi yang berdasarkan pada
perbedaan daya larut suatu zat. Campuran ini dilarutkan dalam sejumlah zat pelarut yang sekecilkecilnya pada titik didihnya kemudian didinginkan secara mendadak, bagian yang mempunyai
daya larut terkecil pada temperature yang terdapat ketika larutan didinginkan akan mengkristal
terlebih dahulu. Kalau pendinginan dilanjutkan atau larutan dipekatkan dengan penguapan maka
dari sisa larutan yang dipisahkan oleh filtrasi kristal-kristal, mengkristallah suatu bagian kristal
yang terutama terdiri dari bagian yang mudah larut.
Dengan mengulangi pekerjaan beberapa kali maka akhirnya diperoleh bagian-bagian
susunan terpisahkan yang sutu dari yang lainnya.
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai
amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil.
Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam
air dengan bantuan kloral anhidrat. Asetanilida atau sering disebut phenilasetamida mempunyai
rumus molekul C6H5NHCOCH3 dan berat molekul 135,16 gr/mol.
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara
mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang
kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899 Beckmand
menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Pada tahun
1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat.
Proses pembuatan anilin dapat dilakukan melalui berbagai macam proses antara lain
1) Aminasi Chlorobenzen
Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak cair, dalam fasa
cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan menghasilkan 85 - 90 % anilin. Sedangkan
katalis yang aktif untuk reaksi ini adalah Tembaga Khlorid yang terbentuk dari hasil reaksi
samping ammonium khlorid dengan Tembaga Oxide. Mula - mula amoniak cair dimasukkan ke
dalam mixer dan pada saat bersamaan chlorobenzen dimasukkan pula, tekanan di dalam mixer
adalah 200 atm. Dari mixer campuran chlorobenzen dengan amoniak dilewatkan ke preheater
kemudian masuk ke reaktor dengan suhu reaksi 235 C dan tekanan 200 atm. Pada reaksi ini
ammonia cair yang digunakan adalah berlebihan. Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
C6H5Cl + 2 NH3 ===> C6H5NH2+ NH4Cl
Pada proses aminasi chlorobenzen, hasil yang diperoleh berupa nitro anilin dengan yield
yang dihasilkan adalah 96 % ( Groggins, 1958 ).
2) Reduksi Nitrobenzen
a Reduksi fasa cair Untuk fasa cair, nitrobenzen direduksi dengan hidrogen dalam
suasana asam ( HCl ) serta adanya iron boring, dengan suhu sekitar 135 - 170 C
dan tekanan antara 50 - 500 atm, dimana asam ini akan mengikat oksigen
sehingga akan terbentuk air, dengan bantuan katalis Fe2O3 reaksinya sebagai
berikut :
4 C6H5NO2 + 11 H2 ===>
4 C6H5NH2 + 8 H2O
( Faith and Keyes, DB, 1957 )
Proses reduksi dalam fasa cair sudah tidak digunakan lagi karena tekanan yang
digunakan tinggi sehingga kurang effisien dari segi ekonomis dan teknis. Yield
b
Sifat-sifat kimia:
Larut pada pelarut organik dengan baik, larut pada air dengan tingkat
Kegunaan aniline :
Obat-obatan
Bahan peledak
25% asam asetat dunia digunakan untuk proses ini. Selain itu, anhidrida
asetat juga dihasilkan melalui reaksi asetil klorida dengan natrium asetat
Sebagai pelarut
Untuk membuat selulose asetat
Untuk membuat berbagai macam ester dan zat warna
Digunakan sebagai zat pengasetilasi
Bahan Tambahan
Benzene (Sebagai Katalis)
Benzena merupakan senyawa aromatis yang paling sederhana. Rumus umun benzene
adalah C6H6. Dengan rumus bangun :
+ 3 H2
Ni
H2 C
C H2
H2 C
C H2
C
H2
Mudah Tersubtitusi
Halogenasi : C6H6 +
Cl2
C6H5C l + HCl
H2SO4
C6H5R + HCl
C6H5NO2 + H2O
Sulfonasi :
2t
SO3
SO3H
H2SO4
+ SO3H
lt
40OC
C6H5COCH3 + HCl
80C
Kegunaan Benzena :
Produk
Acetalnilide
Acetalnilide didapat dari reaksi antara aniline dengan anhidrida asam asetat kemudian
dikristalisasi lalu diherkristalisasi. Acetalnilide merupakan senyawa yang mempunyai rumus
molekul C6H9NO yang digunakan pada pembuatan zat celup.
Acetalnilide mempuyai rumus bangun :
NH C CH3
Metode Proses
Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses yaitu :
Transportasi molekul-molekul atau (ion-ion dari bahan yang akan di
kristalisasikan) dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi. Proses ini
berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan semakin besar.
Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas total
permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada kisi kristal
persatuan waktu.
Syarat-syarat Kristalisasi
Larutan harus jenuh
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu tertentu,
sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah seimbang zat
terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, artinya
konsentrasinya telah maksimal kalau larutan jenuh suatu zat padat didinginkan
perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan mengkristal, dalam arti diperoleh
larutan super jenuh atau lewat jenuh
Larutan harus homogeny
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan dalam
waktu lama.
Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara dratis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari
bentuk kristal yang didinginkan.
Metode-metode Kristalisasi
Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan menurunnya
temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan panas
yang jenuh.
Pemanasan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya
suhu. Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagian pelarut.
Pemanasan dan Pendinginan
Metode ini merupakan gabunga dari dua metode diatas. Larutan panas yang Jenuh
dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut menguap,
panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga larutan menjadi dingin
dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum.
Penambahan bahan (zat) lain.
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu garam.
Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan sehinga terjadi
desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.
Ukuran Kristal
Ukuran kristal tergantung dari kecepatan pembentukkan inti kristal (partikel kristal yang
amat kecil, yang terbentuk secara spontan akibat dari keadaan larutan yang lewat jenuh)
dan pertumbuhan kristal, artinya tergantung pada kondisi kristalisasi.
Herkristalisasi
Herkristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran/pengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang
cocok. Prinsip herkristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur/pencemarnya. Larutan yang terjadi
dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara
menjenuhkannya. Pada dasarnya proses rekristalisasi adalah:
Langkah-langkah Kristalisasi
Laju pertumbuhan
Adalah suatu proses difusi, yang dimofikasi oleh pengaruh permukaan padat pada tempat
pertumbuhan itu berlangsung. Molekul-molekul atau ion-ion zat terlarut mencapai muka
kristal yang tumbuh itu dengan cara difusi melalui fase zat cair.
sedikit
Biayanya lebih mahal karena menggunakan katalis
6 gr anhidrida asam
assetat
dipanaskan
hingga mendidih
Refluks selama
30 menit
Pendinginan
hingga muncul
Penyaringan
kristal
kristal
Pemisahan
larutan dengan
saringan
Pengeringan di
pemanas
dalam oven
Pendinginan dalam
beaker glass
Prosedur Percobaan
1.
2.
3.
4.
Rangkaian Alat
Data Pengamatan
Saat penambahan cairan anhidrida asam asetat terjadi reaksi eksoterm.
Pada proses pencampuran cairan yang sudah dipanaskan ke dalam beaker glass
berisi es batu terlihat cairan sukar larut
Saat kristalisasi, larutan terlihat seperti gaji
Terlihat kotoran berwarna hitam pada kertas saring saat penyaringan pertama
dengan corong pemanas.
Amorf berwarna putih terbentuk ketika larutan jenuh panas dituangkan ke dalam
beaker glass berisi es melalui corong pemanas
1. V aniline=
5 gr
1,02 gr /mL
= 4,9 mL 5,0 mL
=
6 gr
1,08 gr /mL
Benzene = 20 mL
Berat cawan + kertas saring kosong
=
Berat cawan + kertas saring setelah dioven =
Berat kristal
=
= 5,55 mL
108,63gram
111,06 gram2,43 gram
Perhitungan
Anilin (C6H5NH2)
Massa = 5 gram
Berat Massa = 93
gram
mol
gram
ml
Massa
5 gram
=
=0,054 mol
Mol = Berat Massa 93 gram
mol
Massa
5 gram
=
=4,9 ml
Berat Jenis
gram
Volume =
1,02
ml
gram
ml
Massa
6 gram
=
=0,059 mol
Mol = Berat Massa 102 gram
mol
5,0 mL
Massa
6 gram
=
=5,5 ml
Volume = Berat Jenis 1,08 gram
ml
Benzena (C6H6)
Volume = 20 cm3 = 20 ml
gram
Mula-Mula
Reaksi
Setimbang
gram
ml
C6H5NH5
0,054
0,054
0
(CH3CO)2O
0,059
0,054
0,005
C6H5NHCOCH3
0,054
0.054
Pembahasan
CH3COOH
0,054
0,054
gram
=7,29 gram
mol
Asetilasi di dalam praktikum ini merupakan proses substitusi gugus atom H dari
NH2 pada aniline dengan gugus asetil yang berasal dari gugus anhibrida. Bahan baku
yang digunakan adalah aniline (sebagai bahan baku penerima gugus asetil), asam asetat
anhidrida (sebagai pemberi gugus asetil), dan benzene (sebagai katalis tipe homogen
karena fasenya sama-sama cair yang memberikan reaksi alternatif untuk mendapatkan
jalan reaksi dengan energi aktivasi yang lebih rendah).
Sintesis asetanilida dilakukan dengan mencampurkan 5gr/5mL anilin, 6 gr/5,55mL asetat
anhidrida, 20mL benzene.kedalam labu ukur alas bulat 500 ml yang dilengkapi dengan
pendingin.
Proses selanjutnya yaitu campuran tersebut direfluks selama 30 menit. Proses
refluks memiliki dua fungsi yaitu untuk mempercepat reaksi karena adanya proses
pemanasan, pemanasan akan meningkatkan suhu dalam sistem sehingga tumbukan antara
molekul akan lebih banyak dan cepat yang menyebabkan reaksi berlangsung cepat.
Fungsi yang kedua, yaitu untuk menyempurnakan reaksi. Pada saat pelarut yang
digunakan mulai menguap maka konsentrasi larutan dalam labu akan meningkat. Setelah
proses refluks selesai tuangkan larutan sambil diaduk secara cepat kedalam beaker glass
yang berisi es agar diperoleh padatan kristal asetanilida. Tujuan pendinginan dengan air
ini agar diperoleh kristal asetanilida.
Pada proses ini diperoleh kristal berwarna kekuning kuningan yang
mengindikasikan adanya pengotor didalamnya, yaitu sisa reaktan ataupun hasil samping
reaksi. Asetanilida yang telah larut kemudian ditambahkan karbon aktif. Fungsi dari
karbon aktif untuk menghilangkan pengotor yang berupa zat warna. Zat zat warna yang
terkandung pada larutan akan diadsorbsi oleh karbon aktif, kemudian larutan dijenuhkan
dengan cara dipanaskan diatas pemanas kaki tiga, larutan ini dijenuhkan agar
memenuhisyarat proses kristalisasi. Lalu setelah jenuh larutan dipisahkan pada saat
penyaringan panas menggunakan corong yang telah dipanaskan dan dilengkapi kertas
saring.
Rekristalisasi dilakukan untuk memurnikan zat yang telah didapatkan dimana
asetanilida yang diperoleh masih mengandung pengotor. Pada proses rekristalisasi
kelarutan pengotor lebih kecil daripada senyawa yang dimurnikan sehingga pengotor
dapat dipisahkan dengan kertas saring pada penyaring panas. Penyaringan dilakukan pada
kondisi panas agar produk hasil sintesis yang berupa kristal tidak ikut tersaring karena
larut pada suhu tersebut sehingga hanya tersisa pengotor pada kertas saring.
Filtrat yang diperoleh kemudian didinginkan dengan pelan pelan dan
dimasukkan kedalam penangas air es. Bila selama pendinginan selama 25 menit tidak
muncul kristal, maka gores goreskan dinding erlenmeyer untuk merangsang
terbentuknya kristal.
Kristal yang telah terbentuk disaring menggunakan corong glass dilengkapi kertas
saring .Kristal yang diperoleh selanjutnya dikeringkan dengan oven pada suhu 100 C
selama 5 10 menit untuk menghilangkan uap air yang masih terkandung dalam kristal.
Kristal asetanilida yang telah kering ditimbang untuk mengetahui beratnya. Hasil akhir
berat kristal asetanilida sebesar 2,43 gram. Sampel yang diperoleh berupa kristal
berwarna putih salju yang menandakan asetanilida yang diperoleh murni.
Kesimpulan
Acetanilide pada praktikum ini dibuat dari reaksi antara anilin dengan asam asetat
anhidrat dan (benzene sebagai katalis). Produknya berupa kristal yang dimurnikan
dengan kristalisasi.
Asetilasi di dalam praktikum ini merupakan proses substitusi gugus atom H dari
NH2 pada aniline dengan gugus asetil yang berasal dari gugus anhibrida.
Pemurnian kristal asetanilid dilakukan dengan proses herkristalisasi dan
menggunakan karbon aktif atau norit sebagai pengikat kotoran.
Kristal asetanilide yang didapat berwarna putih agak kekuningan, hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya pengotor didalam bahan baku dan peralatan
yang digunakan. Atau proses penyerapan kotoran yang kurang sempurna pada
saat herkristalisasi.
Asetalnilide hasil reaksi dapt dimurnikan dengan teknik herkristalisasi berulangulang.
Rendemen asetanilid yang didapat sebesar 33
Tugas
1. Analisa Kesalahan (Minimal 5)?
3. Syarat-syarat Kristalisasi?
Larutan harus jenuh
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu tertentu,
sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah seimbang zat
terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, artinya
konsentrasinya telah maksimal kalau larutan jenuh suatu zat padat didinginkan
perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan mengkristal, dalam arti diperoleh
larutan super jenuh atau lewat jenuh
Larutan harus homogeny
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan dalam
waktu lama.
Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara dratis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari
bentuk kristal yang didinginkan
.
4. Metode-metode kristalisasi?
Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan menurunnya
temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan panas
yang jenuh.
Pemanasan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya
suhu. Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagian pelarut.
Pemanasan dan Pendinginan
Metode ini merupakan gabunga dari dua metode diatas. Larutan panas yang Jenuh
dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut menguap,
panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga larutan menjadi dingin
dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum.
Penambahan bahan (zat) lain.
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu garam.
Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan sehinga terjadi
desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.
5. Langkah-langkah kristalisasi?
Daftar Pustaka
Fessenden and Fessenden. 1987. Kimia Organik Jilid II, edisi IV. Jakarta; Erlangga.
Basari, Ismail. Kimia Organik untuk Universitas. Armito.
Google: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27003/4/Chapter%20II.pdf
Google :
http://www.academia.edu/4880656/ASETILASI_PEMBUATAN_ASETALINIDA
Google : http://rhinadwismar.blogspot.com/p/sintesis-asetanilida.html
Google : http://rhinadwismar.blogspot.com/p/sintesis-asetanilida.html
Google :http://id.wikipedia.org/wiki/Anilin