You are on page 1of 2

Bagaimana cara mengawetkan bambu secara tradisional?

Sebagai bahan bangunan, bambu


merupakan material alami yang mempunyai karakteristik organik. Rata-rata daya tahan bambu
bisa mencapai kurang dari 3 tahun karena banyak mengandung zat gula tanpa disertai adanya
unsur toksik. Bambu yang mengalami kerusakan akan mengakibatkan kekuatan, kegunaan, dan
nilainya menurun drastis.
Salah satu metode yang dapat ditempuh untuk memperpanjang daya tahan bambu sebagai bahan
bangunan ialah pengawetan. Proses ini sanggup menunda dan menahan terjadinya kerusakan
bambu sehingga kekuatan strukturnya bakal lebih stabil. Ada kalanya pengawetan juga dilakukan
dengan tujuan meningkatkan nilai estetika dan tingkat ketahanan bambu terhadap api.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama berlangsungnya proses pengawetan di antaranya
kondisi bambu tersebut, apakah basah atau kering. Bagaimana pula wujud bambu yang akan
diawetkan, apakah masih utuh, berupa bilah-bilah, atau sudah dalam bentuk kerajinan? Tinjau
juga bambu yang telah diawetkan nantinya bakal digunakan untuk mendukung struktur bangunan
atau pun tidak. Selain itu, faktor jumlah kebutuhan dan faktor skala pengawetan pun wajib
diperhitungkan.
Indonesia sudah lama mengenal teknik pengawetan bambu secara tradisional mengingat material
ini banyak sekali dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan rumah adat. Bahkan metode ini
pun lumrah dikerjakan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penasaran
bagaimanakah proses pengawetan tersebut dilaksanakan?
Perendaman di Air
Bambu yang direndam selama kurun waktu tertentu akan meningkatkan daya kekokohannya.
Proses ini biasanya dilakukan di parit, kolam, sungai, sawah, atau laut dan berlangsung selama 34 bulan. Semakin lama bambu direndam, maka kualitasnya pun bakal semakin membaik.
Meskipun metode pelaksanaannya sangat sederhana, namun kelemahan mengawetkan bambu

dengan perendaman ialah lamanya waktu yang diperlukan dan munculnya bau tak sedap yang
sangat menyengat pada hasil perendaman bambu.
Pengasapan Secara Alami
Secara tradisional, bambu juga bisa diawetkan melalui proses pengasapan. Caranya mudah
sekali, bambu cukup diletakkan di langit-langit pada suatu ruangan yang cukup berasap,
misalnya dapur. Seiring berjalannya waktu, tingkat kelembaban bambu tersebut akan berkurang
secara perlahan-lahan. Dengan demikian, potensi kerusakan bambu akibat proses biologis dapat
dihindari. Saat ini, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang sudah
mengembangkan metode pengasapan bambu menggunakan peralatan yang modern sehingga
lebih efektif dan efisien.
Penebangan Waktu Tertentu
Menurut kepercayaan, menebang bambu pada waktu-waktu tertentu dapat meningkatkan daya
tahannya. Masyarakat suku jawa dan sunda yakin sebaiknya bambu ditebang pada mongso
kesembilan/bulan maret. Proses ini juga harus dikerjakan pada saat menjelang subuh. Keyakinan
lainnya, pohon bambu ditebang ketika sedang bulan purnama agar nantinya tidak diganggu oleh
hama.
Pemanggangan dengan Tungku
Pada dasarnya, metode pemanggangan ini mirip seperti cara mengawetkan kayu secara alami
melalui proses pengasapan. Perbedaannya terletak pada media yang digunakan sebagai bahan
pengawet. Di dalam metode pemanggangan bambu ini, kita memanfaatkan panas yang
dikeluarkan oleh tungku api, bukan asap. Sehingga kondisi bambu akan menjadi lebih kering dan
zat gula yang terkandung di dalamnya berubah menjadi karbon. Alhasil jamur, kumbang, dan
rayap pun bakalan tidak menyukainya.
Pencelupan Memakai Kapur
Pencelupan bilah-bilah bambu ke dalam larutan kapur (CaOH2) yang mengandung kalsium
karbonat juga ampuh diterapkan untuk menaikkan tingkat keawetan suatu bambu. Karakterisitik
bambu yang dimasukkan ke dalam larutan ini akan berubah sifatnya menjadi kedap terhadap air.
Hasilnya air pun akan sulit masuk ke dalam pori-pori bambu. Hal ini bermanfaat pada bambu
tersebut yang otomatis terhindar dari serangan jamur dan kutu
http://arafuru.com/sipil/5-cara-mengawetkan-bambu-secara-tradisional.html

You might also like