Professional Documents
Culture Documents
ALKALIMETRI-ASIDIMETRI
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara I Alkalimetri-Asidimetri adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan
standarisasi
NaOH
dengan
larutan
baku
primer
pada susu. Secara umum BAL didefinisikan sebagai suatu kelompok bakteri
gram positif, tidak mnghasilkan spora, berbentuk bulatatau batang yang
memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama
fermentasi karbohidrat. BAL dikelompokkan ke dalam beberapa genus antara
lain Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Lactobacillus (Pato, 2003).
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida
terbentuk dari oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan dalam air
yaitu terbentuknya ion-ion OH- yang sangat banyak. NaOH bersifat lembab
cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH
juga sangat larut dalam air dan akan melepaskan kalor ketika dilarutkan
dalam air (Prasetya, 2012). Sedangkan, soda kue merupakan bahan
pengembang adonan yang terdiri dari bahan pengembang natrium
bikarbonat(NaHCO3) dan tepung. Soda kue merupakan bahan pengembang
yang mudah didapat dengan harga yang relatif murah, kemurnian tinggi, serta
cepat larut dalam air. Soda kue dapat memiliki fungsi dapat memperbaiki
tekstur (Winarno, 1997).
Soda abu, juga dikenal sebagai natrium karbonat (Na2CO3),
penggunaannya meluas sebagai standar primer untuk larutan asam kuat
(Kostick, 2000). Tersedia dengan mudah dalam keadaan sangat murni, kecuali
sedikit natrium bikarbonat, NaHCO3. Natrium karbonat agak higroskopis,
namu dapat ditimbang tanpa kesukaran. Karbonat itu dapat dititrasi menjadi
natrium bikarbonat dengan menggunakan fenolftalein dan bobot ekivalenya
adalah bobot atomnya 106. Lebih lazim karbonat dititrasi menjadi asam
karbonat dengan menggunakan indikator jingga metil. Bobot ekivalennya
dalam
hal
ini
adalah
separuh
bobot
molekul
53,00
ini hanya berlaku untuk senyawa anorganik yang larut dalam air. Titer yang
digunakan pada alkalimetri adalah NaOH atau KOH. NaOH mempunyai
keunggulan dibanding KOH dalam harga, NaOH maupun KOH mudah
bereaksi dengan CO2 membentuk garam karbonat, garam natrium karbonat
lebih mudah dipisahkan dari NaOH daripada garam kalium karbonat yang
sulit dipisahkan dri KOH, hal ini akan mengganggu reaksi yang terjadi. Sifat
basa dari karbonat akan mengganggu reaksi yang terjadi pada alaklimetri,
sehingga pelarut air yang digunakan harus bebas CO2. Titer ini sebelum
digunakan untuk mentitrasi sampel harus
menggunkan larutan asam baku primer. Pada penelitian ini NaOH dibakukan
dengan H2C2O4.2H2O (Andari, 2013).
Kesetimbangan asam-basa merupakan topik yang penting dalam
seluruh ilmu kimia dan bidang lain seperti pertanian yang memanfaatkan
kimia. Titrasi yang melibatkan asam dan basa dipergunakan secara meluas
dalam pengawasan analitis produk dalam perdagangan, dan disosiasi asam
dan basa menunjukkan pengaruh yang penting terhadap proses metabolik sel
hidup. Dalam evaluasi suatu reaksi yang akan merupakan dasar suatu titrasi,
salah satu aspek yang penting adalah jauhnya reaksi itu berjalan menuju
kesempurnaan di dekat titik kesetaraan. Dalam menguji suatu reaksi untuk
menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan
suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman. Untuk titrasi asam basa suatu
kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH dan pOH versus militeran titran. Kurva
semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi
dan dalam memilih indikator yang tepat (Day dan Underwood, 1986).
Titrasi asam basa sering disebut asidimetri alkalimetri, sedang
untuk titrasi atau pengukuran lain lain sering juga dipakai akhiran ometri
menggantikan imetri. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah
asam ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau
garam) sedangkan alkalimetri diartikan sebagai kebalikan dari asidimetri itu
sendiri. Maka asidimetri dan alkalimetri sebaiknya diartikan umum saja,
yakni titrasi yang menyangkut asam dan basa. Secara tersirat diutarakan di
Name
Methyl Violet
Thymol Blue
Methyl Orange
Bromocresol
greens
Methyl red
Litmus
Bromothymol
Acid
Color
Yellow
Red
Red
Yellow
Red
Red
Yellow
Yellow
Colorles
pH Range
of Color
Change
0.0-1.6
1.2-2.8
3.2-4.4
3.8-5.4
4.8-6.0
5.0-8.0
6.0-7.6
8.0-9.6
8.2-10.0
Base
Color
Blue
Yellow
Yellow
Blue
Yellow
Blue
Blue
Blue
Pink
blue
Thymol blue
Phenolphthalein
Thymolphthalein
Alizarin yellow
s
Colorles
s
Yellow
9.4-10.6
10.1-12.0
Blue
Red
R
(Khan et al., 2011).
Metil merah rentang transisi antara 4,4 sampai dengan 6,2 dan tidak
adanya warna kuning dibawa pH 6,2. Metil merah yang baik menggambarkan
gradien pH diantara asam menengah sampai agak netral. Indikator ini dapat
mengalami perubahan warna dari warna merah menjadi kuning (Erban dan
Hubert, 2009).
C. Metodologi
1. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Pipet
Erlenmeyer
Buret
Gelas Beker
Statif
Pipet tetes
Neraca Analitik
Labu takar
pH meter
2. Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
25 ml aquades
Pengambilan 25 ml
Indikator pp 1% 3
tetes
b.
Larutan NaOH
Larutan HCl
V asam
Oksalat
oksalat
(N)
0,0635
(ml)
25
N NaOH
V NaOH
(N)
(ml)
0,019
14,6
Perubahan Warna
Bening-ungu muda
0,0635
0,0635
25
25
Rata-rata
0,0979
0,1118
16,2
14,2
0,106
Bening-merah muda
Bening-merah muda
merupakan
normalitas
suatu
suatu
metode
yang
digunakan
larutan
secara
tepat
dengan
untuk
menitrasi
Sehingga didapatkan nilai normalitas yaitu 0,019 N pada volume 14,6 dan
0,0979 N pada volume 16,2 serta 0,1118 N pada volume 14,2 sehingga
didapatkan nilai normalitas rata-rata sebesar 0,106 N. Dari hasil tersebut,
ternyata tidak sesuai dengan teori perhitungan nilai normalitas bahwa (V.N)Asam
Oksalat
Hal ini dapat terjadi karena kesalahan penafsiran volume pada saat titrasi
berlangsung.
Tabel 1.3 Penentuan Kadar Asam Laktat pada sampel Susu dan Susu Asam
Bahan
Shift
ml
uji
Yogurt
bahan
10
(ml)
3,9
Susu
NaOH N NaOH
Perubahan warna
Kadar
0,106
Putih-Merah
(%)
0,372
0,391
10
4,1
0,106
Muda
Putih-Merah
10
0,8
0,106
Muda
Putih-Merah
0,076
10
0,6
0,106
Muda
Putih-Merah
0,057
UHT
Muda
Sumber : Laporan sementara
Pada tabel 1.2 Penentuan kadar asam laktat pada sampel susu dan susu
asam digunakan dua sampel produk yaitu yoghurt dan susu UHT yang diberi
indikator PP 1 %. Indikator PP atau fenol ftalein ini mempunyai range pH8,310,0 dalam asam tidak memberikan warna sedangkan dalam basa akan
berwarna merah (Basset, 1994). Selanjutnya dititrasi dengan NaOH yang
sebelumnya telah distandardisasi. Reaksi yang terjadi pada saat proses titrasi
NaOH dengan asam laktat adalah sebagai berikut :
C3H6O3 + NaOH NaC3H5O3 + H2O asam laktat (Harjiyanti, 2013).
Setelah melakukan titrasi maka dapat diketahui nilai kadar asam laktat
dengan rumus:
Kadar Asam Laktat =
V 1 xNxB
V 2 x 1000
x 100%
Pada sampel yoghurt shift 1 didapatkan nilai kadar asam laktat yaitu
0,372 dengan volume NaOH sebesar 3,9 ml dan shift 2 didapatkan nilai kadar
asam laktat yaitu 0,391 dengan volume NaOH sebesar 4,1 ml. Pada sampel
susu UHT didapatkan nilai kadar asam laktat yaitu 0,076 dengan volume
NaOH sebesar 0,8 ml dan shift 2 didapatkan nilai kadar asam laktat yaitu 0,057
dengan volume NaOH sebesar 0,8 ml. Dari percobaan diketahui bahwa nilai
kadar asam laktat yang terkandung didalam yoghurt lebih besar dari pada susu
UHT, hal ini sesuai dengan teori Askar dan Sugiarto (2005), nilai kadar asam
laktat pada yoghurt lebih besar dari kadar asam laktat pada susu UHT, karena
pada saat pengolahan yoghurt susu difermentasi menggunakan biakam
Lactobacillus bulgaricusdan Streptococcus thermophilus kedua starter tersebut
akan membentuk asam laktat dan menyebabkan Ph turun sampai 4,6 yang
menyebabkan protein tidak stabil dan susu yang telah difermentasi dengan
BAL (Bakteri Asam Laktat) contohnya yoghurt akan mengandung lebih banyak
asam laktat karena pengaruh adanya BAL yang memproduksi asam laktat.
Faktor yang mempengaruhi besarnya kadar asam laktat pada sampel susu
dalam praktikum ini yaitu volume NaOH, normalitas NaOH, berat molekul
asam laktat, volume sampel yang digunakan dan jenis sampel. Faktor lain yang
menentukan besarnya kadar asam laktat secara tak langsung yaitu faktor BAL.
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah
karbohidrat menjadi asam laktat. Efek bakterisidal dari asam laktat berkaitan
dengan penurunan pH lingkungan menjadi 3 sampai 4,5 sehingga pertumbuhan
bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat (Delfahedah, 2013).
Hasil praktikum kadar asam laktat ini sudah sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh Delfahedah yang disampaikan pada tahun 2013, yaitu kadar
asam laktat pada yogurt lebih besar daripada kadar asam laktat susu UHT. Hal
ini karena pada yogurt terdapat BAL yang mampu menurunkan pH menjadi
lebih asam dan terfermentasikan. Namun keakuratan angka masih kurang
karena kekurangan praktikkan dalam membaca angka dalam buret.
Tabel 1.4 Kurva titrasi Bahan Uji Yogurt dengan NaOH
ml Titran (x)
0
2
X=4
pH (y)
2,79
4,93
8,44
6
9,94
10
10,285
Sumber : Laporan sementara
Pada praktikum ini dilakukan titrasi yogurt dengan NaOH. Pengukuran
pH pada volume 0 ml; 2 ml; 4 ml; 6 ml; 10 ml; dan X ml. Dimana X ml
merupakan ml titran saat titik ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi saat volume ml
titran sebesar 4 ml. Dari hasil praktikum didapatkan pH 2,79 saat 0 ml titran;
pH 4,93 saat 2 ml titran; pH 8,44 saat 4 ml titran dan terjadi titik ekuivalen;
pH 9,94 saat 6 ml; pH 10,29 saat 10 ml titran.
12
10
8
pH
6
4
2
0
mL titran
pH (y)
6.02
X=0,7
8.875
2
11,56
4
12,77
6
13,25
10
13,695
Sumber: Laporan Sementara
Pada praktikum ini dilakukan titrasi susu UHT dengan NaOH. Dilakukan
pengukuran pH pada volume 0ml ; 2ml ; 6 ml ; 10 ml dan Xml. Titik ekivalen
terjadi saat volume ml titran sebesar 0,7 ml. Dari hasil praktikum didapatkan
pH 6,02 saat 0ml titran ; pH 8,875 saat terjadi titik ekivalen dengan
volume0,7ml titran ; pH 11,56 saat 2ml titran ; pH 12,77 saat 4 ml titran ; pH
13,25 saat 6 ml titran ; pH 13,695 saat 10ml titran.
16
14
12
10
pH
8
6
4
2
0
10
12
mL titran
Ga
mbar 1.2 Kurva Uji Alkalimetri Susu UHT dengan NaOH
Berdasarkan gambar 1.2 kurva uji alkalimetri pada susu UHT titik
ekivalen saat 0,7 ml titran pH 8,875. Kurva titrasi menunjukkan hasil yang
semakin naik. Namun, dibandingkan dengan kurva titrasi pada yoghurt, kurva
titrasi pada susu UHT menunjukkan hasil kurva yang semakin basa. Hal
tersebut dikarenakan yoghurt mengandung asam laktat yang menyebabkan
kurva lebih asam.
N HCl
(N)
0.101
0.102
0.103
0.104
V HCl
(ml)
10.5
10.4
10.3
10.2
0.1025
Perubahan
Warna
Kuning-merah
Kuning-merah
Kuning-merah
Kuning-merah
pada HCl akan bereaksi dengan metil merah yang menyebabkan warna menjadi
merah. Sebelum dilakukan standarisasi HCl, larutan NaOH ditetesi dengan
menggunakan metil merah sebanyak tiga tetes selanjutnya dititrasi dengan
menggunakan HCl sehingga membentuk reaksi :
NaOH + HCL NaCl + H2O
Titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan warna pada NaOH dari bening
menjadi merah. Dalam praktikum diperoleh normalitas rata-rata sebesar 0,1025
N. Hasil praktikum ini dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
normalitas HCl yang didapat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
standarisasi HCl yang mempengaruhi normalitas HCl adalah volume HCl,
volume NaOH, dan normalitas NaOH sedangkan untuk normalitas NaOH
dipengaruhi oleh massa NaOH dan volume larutan. Normalitas HCl berbanding
lurus dengan normalitas NaOH. Terlihat pada tabel 1.5 bahwa semakin besar
volume HCl yang dititrasi maka hasil normalitas HCl akan semakin kecil. Hal
tersebut membuktikan persamaan rumus NHCl = (NxV)NaOH / VHCl.
Tabel 1.7 Penentuan Kadar Basa pada Berbagai Soda
Bahan
Shift
ml
V HCl
N HCl
Perubahan
uji
bahan
(ml)
(N)
warna
Soda
1
10
6
0.1025 Kuning-merah
2
10
5.5
0.1025 Kuning-merah
Abu
Soda
1
10
7.45
0.1025 Kuning-merah
2
10
6.4
0.1025 Kuning-merah
Kaustik
Kadar Basa
(%)
0.652
0.598
0.641
0.551
masing sampel yang telah diberi indikator dititrasi menggunakan larutan HCl
sampai titik ekuivalen. Titik ekuivalen adalah titik dimana terjadi akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna indikator setelah penambahan titran, dari
percobaan terlihat perubahan warna dari kuning ke merah. Titrasi ini
menggunakan metil merah sebagai indikator pH, tujuan dari penggunaan metil
merah adalah karena metil merah memiliki pH sekitar 4.2-6.2 sehingga apabila
digunakan untuk mentitrasi HCl maka masih dapat ditera dan menghasilkan
titik ekuivalen.
Percobaan ini diperoleh kadar basa soda abu sebesar 0,652% pada shift
pertama dan 0,598% pada shift kedua. Sedangkan kadar basa soda kaustik
diperoleh pada shift pertama sebesar 0,641% dan pada shift kedua sebesar
0,551%. Sampel yang menunjukkan rata-rata kadar basa terendah adalah soda
kaustik yaitu sebesar 0,596 % dengan normalitas HCl 0,1025 N sedangkan
rata-rata kadar basa tertinggi adalah pada sampel soda abu yaitu sebesar 0,625
% dengan normalitas HCl 0,1025N. Soda kaustik memiliki kadar basa yang
lebih besar dibandingkan dengan soda abu, hal ini dikarenakan kaustik soda
merupakan basa kuat (Prasetya, 2012). Sehingga seharusnya mempunyai kadar
basa yang lebih besar dibandingkan dengan soda abu. Hasil percobaan
diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan teori, hal tersebut disebabkan karena
ketidaktelitian saat pembacaan skala volume titrasi sehingga volume HCl yang
menitrasi tidak akurat. Dalam persamaan rumus menurut Prasetya (2012),
faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kadar basa dari suatu sampel yaitu
normalitas HCl, volume HCl, BE sampel, serta massa beban. Sedangkan kadar
basa berbanding lurus dengan normalitas HCl, volume HCl dan BE sampel
serta berbanding terbalik dengan massa beban. Faktor-faktor ini didasarkan
atas persamaan rumus kadar basa yaitu
( N x Volume ) HCl x BM Basa x 0,1
Kadar basa = volume bahan
Tabel 1.8 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Abu dengan HCl
ml Titran (x)
0
pH (y)
11.115
2
4
5.75
6
10
9.75
6.795
5.77
4.26
1.93
pH
6
4
2
0
10
12
Volume Titran
Pada praktikum ini dilakukan titrasi soda abu dengan HCl. Dilakukan
pengukuran pH pada volume 0 ml ; 2 ml ; 4 ml ; 6 ml ; 10 ml ; dan X ml
dengan menggunakan alat pH meter. Dimana Xml merupakan ml titran saat
terjadi titik ekuivalen saat titrasi. Titik ekuivalen terjadi saat volume ml titran
sebesar 5,75 ml. Dari percobaan didapatkan pH 11,115 pada saat 0 ml titran ;
pH 9,75 pada saat 2 ml titran ; pH 6,795 saat 4 ml titran ; pH 5,77 saat terjadi
titik ekuivalen dengan volume titran 5,75 ml ; pH 4,26 pada saat 6ml titran ;
pH 1,93 pada saat 10 ml titran.
Gambar 1.4 Kurva Asidimetri pada Soda Abu dengan HCl
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sifat titran
sebelum titik ekuivalen cenderung basa. Penambahan volume titran setelah titik
ekuivalen menyebabkan titrat cenderung asam. Jika dibandingkan dengan
kurva titrasi asam kuat dan basa lemah (Harjadi, 1986), pH titik ekuivalen
berada dalam kondisi asam karena basa lemah habis bereaksi dengan asam kuat
sehingga terbentuk garam dan air yang bersifat asam. Hasil menunjukkan pH
lebih asam pada kondisi ekuivalen, sehingga hasil sesuai dengan teori.
Tabel 1.9 Kurva Titrasi Bahan Uji Kaustik Soda dengan HCl
ml Titran (x)
0
2
4
6
6.925
10
pH (y)
11.07
11.9
11.67
8.155
5.735
1.925
pH
6
4
2
0
10
12
Volume Titran
Pada praktikum ini dilakukan titrasi soda kaustik dengan HCl. Dilakukan
pengukuran pH pada volume 0ml ; 2ml ; 4ml ; 6ml ; 10ml ; dan Xml dengan
menggunakan alat pH meter. Dimana Xml merupakan ml titran saat terjadi titik
ekuivalen saat titrasi. Titik ekuivalen terjadi saat volume ml titran sebesar
6,925ml. Dari percobaan didapatkan pH 11,07 pada saat 0ml titran ; pH 11,9
pada saat 2ml titran ; pH 11,67 saat 4ml titran ; pH 8,155 pada saat 6ml titran ;
pH 5,735 saat terjadi titik ekuivalen dengan volume titran 6,925 ml ; pH 1,925
pada saat 10ml titran.
Gambar 1.5 Kurva Asidimetri pada Soda Kaustik dengan HCl
Gambar 1.6 Kurva Titrasi Basa Kuat NaOH dengan Asam Kuat HCl
C. Kesimpulan
Dari percobaan acara I alkalimetri-asidimetri kimia analitik yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
1. Standarisasi NaOH dan HCl dengan Asam Oksalat dan NaOH terstandar
perlu dilakukan untuk mengetahui normalitas dari NaOH dan HCl
normalitas rata-rata 0,106 N dan 0,1025 N
2. Kadar asam laktat pada yakult yaitu 0,372% dan 0,391%. Sedangkan
pada susu 0,076% dan 0,057%. Kadar basa pada soda abu yaitu 0,652%
dan 0,598%. Sedangkan kadar basa pada soda kue yaitu 0,641% dan
0,551%.
3. Jumlah asam laktat tertinggi dari semua sampel terdapat dalam yakult.
Salah satu yang mempengaruhi banyaknya kadar asam laktat pada yakult
adalah banyaknya bakteri asam laktat (BAL) yang terdapat dalam yakult
lebih banyak dari bakteri asam laktat pada produk lain.
4. Kadar basa pada soda abu lebih tinggi dari pada soda kaustik, namun hal
ini tidak sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA
Afriani. 2010. Pengaruh Penggunaan Starter Bakteri Asam Laktat Lactobacillus
plantarum dan Lactobacillus fermentum terhadap Total Bakteri Asam
Laktat, Kadar Asam dan Nilai pH Dadih Susu Sapi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan. Jambi. Vol. 13(6).
Andari, Susilowati. 2013. Perbandingan Penetapan Kadar Ketropofen Tablet
Secara Alkalimetri dengan Spektrofotometri-UV. Jurnal Eduhealth
Vol.3(2) : 116.
Askar, Surayah., dan Sugiarto. 2005. Uji Kimiawi dan Organoleptik sebagai Uji
Mutu Yoghurt. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional
Pertanian.
Day, R.A., dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.
Day, R.A., dan A.L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta.
Erban, Tomas dan Jan Hubert. 2009. Determination of pH Region of the Midguts
of Acaridid Mites. Journal of Insect Science, Vol. 10(42) : 6.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.
Khan, Pathan Mohd Arif, Mazahar Farooqii. 2011. Analytical Application of Plan
Extract as Natural Indicators : A Review. Journal of advanced Scientific
Research Vol. 2 (4): 22.
Kostick, Dennis S. 2011. Soda Ash. Geological Survey Minerals Yearbook.
Amerika Serikat
Masterton, William L., and Emil J. Slowinski. 1977. Chemical Principles Fourth
Edition. W.B. Saunders Company. London.
Pato, Usman. 2003. Potensi Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Dadih untuk
Menurunkan Resiko Penyakit Kanker. Jurnal Natur Indonesia (5) : 162166.
Prasetya, Andhika dkk. 2012. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Kandungan
Gas CO2 dalam Proses Purifkasi Biogas Sistem Continue. Jurnal Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang.
Widodo, W. 2002. Bioteknologi fermentasi susu. Media Bioteknologi, hal .1-29.
Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Jawa Timur
DOKUMENTASI
LAMPIRAN
1.1 Perhitungan Standarisasi NaOH
(V.N) (COOH)2.2H2O = (V.N) NaOH
a. V1 . N1 = V2 . N2
25 . 0,635 = 16,2 . N2
N2 = 0,0979
b. Rata rata N NaOH
0,0190 + 0,0979 + 0,1118 = 0,1060
3
1.2 Perhitungan Standarisasi HCl
(V.N) NaOH = (V.N) HCl
a. V1 . N1
= V2 . N2
10 . 0,106 = 10,5 . N2
N2 = 0,101
b. Rata-rata N HCl
0,101 + 0,102 + 0,103 + 0,104 = 0,1025
4
1.3 Perhitungan kadar asam laktat
% asam laktat = (N . ml ) NaOH x BE as.laktat x 1/10
ml sampel
Sampel yogurt
a. ml bahan = 10 ml
V NaOH = 3,9 ml
N NaOH = 0,106
% asam laktat = (N . ml ) NaOH x BE as.laktat x 1/10
ml sampel
(0,106 x 3,9) x 90/1 x 1/10 = 0,372 %
10
V NaOH = 0,8 ml
N NaOH = 0,106
% asam laktat = (N . ml ) NaOH x BE as.laktat x 1/10
ml sampel
(0,106 x 0,8) x 90/1 x 1/10 = 0,076 %
10
1.4 Perhitungan kadar basa
% kadar basa = (N . ml ) HCl x BE basa x 1/10
ml bahan