You are on page 1of 27

ACARA I

ALKALIMETRI-ASIDIMETRI

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara I Alkalimetri-Asidimetri adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan

standarisasi

NaOH

dengan

larutan

baku

primer

(COOH)2.2H2O (asam oksalat) dan standarisasi HCl dengan larutan


NaOH yang telah distandarisasi.
2. Menghitung kadar asam laktat pada susu UHT dan yoghurt serta kadar
basa pada soda kaustik dan soda abu.
3. Menggambarkan dan memahami kurva pH titrasi serta dapat menentukan
titik ekivalen bahan uji.
B. Tinjauan Pustaka
Susu segar merupakan bahan pangan yang sangat tinggi gizinya,
sehingga bukan saja bermanfaat bagi manusia tetapi juga bagi jasad renik
pembusuk. Kontaminasi bakteri mampu berkembang dengan cepat sekali
sehingga susu menjadi rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk
memperpanjang daya guna, daya tahan simpan, maka diperlukan teknik
penanganan dan pengolahan. Salah satu upaya pengolahan susu yang sangat
prospektif adalah dengan fermentasi susu (Widodo, 2002).
Produk susu fermentasi tersebut, dibedakan berdasarkan jenis bakteri
asam laktatnya. Bakteri asam laktat akan menghidrolisis laktosa yang di
dalam susu, menjadi berbagai macam senyawa karbohidrat lebih sederhana.
Proses fermentasi mengakibatkan aktivitas mikroba meningkat, penurunan
pH dan peningkatan kadar asam dalam produk fermentasi. Jumlah populasi
bakteri asam laktat dalam suatu produk susu fermentasi menjadi indikator
kualitas mikrobiologis produk tersebut (Afriani, 2010).
Bakteri asam laktat (BAL), istilah bakteri asam laktat mulanya
ditujukan hanya untuk sekelompok bakteri yang menyebabkan keasaman

pada susu. Secara umum BAL didefinisikan sebagai suatu kelompok bakteri
gram positif, tidak mnghasilkan spora, berbentuk bulatatau batang yang
memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama
fermentasi karbohidrat. BAL dikelompokkan ke dalam beberapa genus antara
lain Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Lactobacillus (Pato, 2003).
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida
terbentuk dari oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan dalam air
yaitu terbentuknya ion-ion OH- yang sangat banyak. NaOH bersifat lembab
cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH
juga sangat larut dalam air dan akan melepaskan kalor ketika dilarutkan
dalam air (Prasetya, 2012). Sedangkan, soda kue merupakan bahan
pengembang adonan yang terdiri dari bahan pengembang natrium
bikarbonat(NaHCO3) dan tepung. Soda kue merupakan bahan pengembang
yang mudah didapat dengan harga yang relatif murah, kemurnian tinggi, serta
cepat larut dalam air. Soda kue dapat memiliki fungsi dapat memperbaiki
tekstur (Winarno, 1997).
Soda abu, juga dikenal sebagai natrium karbonat (Na2CO3),
penggunaannya meluas sebagai standar primer untuk larutan asam kuat
(Kostick, 2000). Tersedia dengan mudah dalam keadaan sangat murni, kecuali
sedikit natrium bikarbonat, NaHCO3. Natrium karbonat agak higroskopis,
namu dapat ditimbang tanpa kesukaran. Karbonat itu dapat dititrasi menjadi
natrium bikarbonat dengan menggunakan fenolftalein dan bobot ekivalenya
adalah bobot atomnya 106. Lebih lazim karbonat dititrasi menjadi asam
karbonat dengan menggunakan indikator jingga metil. Bobot ekivalennya
dalam

hal

ini

adalah

separuh

bobot

molekul

53,00

(Day dan Underwood, 1986).


Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl).
Asam Klorida merupakan pelarut yang sangat baik dan umum digunakan
untuk melarutkan unsur logam yang akan dianalisis. Dengan menggunakan

Asam Klorida otoionisasinya sedikit tetapi banyak senyawaan organik dan


beberapa senyawaan anorganik melarut (Cotton, 1984).
Standarisasi merupakan proses untuk memastikan konsentrasi suatu
larutan. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan
malrutkan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan
tepat, dalam volume larutan yang diukur dengan tepat (Day dan Underwood,
1998). Reaksi-reaksi netralisasi (asidimetri dan alkalimetri). Proses ini
meliputi titrasi basa bebas atau yang berasal dari hidrolisis garam-garam basa
lemah dengan suatu larutan standar asam (asidimetri). Titrasi asam bebas atau
asam yang terbentuk dari hidrolisis garam-garam basa lemah, dengan suatu
larutan standar basa (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan penggabungan
ion-ion hidrogen dengan hidroksida membentuk air (Widodo, 2009).
Titrasi asidimetri-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut asam
dan/atau basa. Dalam titrasi ini perubahan terpenting yang mendasari
penentuan titik akhir dan cara perhitungan ialah perubahan pH titrat. Indikator
asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya
berubah. Misal metil merah (mm), ion H+ pada HCl akan bereaksi dengan
metil merah yang menyebabkan warna berubah menjadi merah. Kita dapat
menentukan pH suatu bahan berdasar warna indikator asal nilainya terletak
dalam trayek pH indikator yang dipakai. Setiap indikator asam-basa memiliki
trayeknya sendiri, demikian pula warna asam dan warna basanya. Diantara
indikator ada yang mempunyai satu macam warna, misalnya fenolftalein (pp)
yang berwarna merah dalam keadaan basa namun tidak berwarna bila
keadaannya asam (Harjadi, 1986).
Alkalimetri merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi
netralisasi, yaitu reaksi antara ion hidrogen (berasal dari asam) dengan ion
hidroksida (berasal dari basa) yang membentuk molekul air. Karenanya
alkalimetri dapat didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam
dari suatu bahan dengan mnggunakan larutan basa yang sesuai. Asam,
menurut Arrhenius, adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air terurai
menjadi ion hidrogen (H+ ) dan anion, sedang basa adalah senyawa yang jika
dilarutkan dalam air terurai menjadi ion hidroksida (OH- ) dan kation. Teori

ini hanya berlaku untuk senyawa anorganik yang larut dalam air. Titer yang
digunakan pada alkalimetri adalah NaOH atau KOH. NaOH mempunyai
keunggulan dibanding KOH dalam harga, NaOH maupun KOH mudah
bereaksi dengan CO2 membentuk garam karbonat, garam natrium karbonat
lebih mudah dipisahkan dari NaOH daripada garam kalium karbonat yang
sulit dipisahkan dri KOH, hal ini akan mengganggu reaksi yang terjadi. Sifat
basa dari karbonat akan mengganggu reaksi yang terjadi pada alaklimetri,
sehingga pelarut air yang digunakan harus bebas CO2. Titer ini sebelum
digunakan untuk mentitrasi sampel harus

dibakukan lebih dahulu

menggunkan larutan asam baku primer. Pada penelitian ini NaOH dibakukan
dengan H2C2O4.2H2O (Andari, 2013).
Kesetimbangan asam-basa merupakan topik yang penting dalam
seluruh ilmu kimia dan bidang lain seperti pertanian yang memanfaatkan
kimia. Titrasi yang melibatkan asam dan basa dipergunakan secara meluas
dalam pengawasan analitis produk dalam perdagangan, dan disosiasi asam
dan basa menunjukkan pengaruh yang penting terhadap proses metabolik sel
hidup. Dalam evaluasi suatu reaksi yang akan merupakan dasar suatu titrasi,
salah satu aspek yang penting adalah jauhnya reaksi itu berjalan menuju
kesempurnaan di dekat titik kesetaraan. Dalam menguji suatu reaksi untuk
menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan
suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman. Untuk titrasi asam basa suatu
kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH dan pOH versus militeran titran. Kurva
semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi
dan dalam memilih indikator yang tepat (Day dan Underwood, 1986).
Titrasi asam basa sering disebut asidimetri alkalimetri, sedang
untuk titrasi atau pengukuran lain lain sering juga dipakai akhiran ometri
menggantikan imetri. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah
asam ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau
garam) sedangkan alkalimetri diartikan sebagai kebalikan dari asidimetri itu
sendiri. Maka asidimetri dan alkalimetri sebaiknya diartikan umum saja,
yakni titrasi yang menyangkut asam dan basa. Secara tersirat diutarakan di

muka, bahwa titrasi asidimetri alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam


dan/atau basa diantaranya:
Asam kuat basa kuat
Asam kuat basa lemah
Asam lemah basa kuat
Asam kuat garam dari basa lemah
Basa kuat garam dari basa lemah
pH titik ekuivalen ialah pH larutan yang terdapat pada titik ekuivalen itu
dan larutan itu ialah:
Larutan garam
Larutan asam lemah dan garam
Larutan basa lemah dan garam
(Harjadi, 1986).
Standarisasi dilakukan untuk mengetahui kandungan perbandingan dari
zat-zat yang terlarut di dalam suatu bahan kimia. HCl perlu distandarisasi
karena bukan merupakan larutan baku primer sehingga mudah meyerap air
dan mudah bereaksi dengan CO2. Tujuan dari standarisasi adalah untuk
memurnikan larutan yang mudah bereaksi dengan zat lain sehingga
kemurniannya menurun. Jika tidak distandarikan, ketika ditimbang dalam
jumlah tertentu akan sulit untuk menentukan seberapa besar HCl murni yang
terkandung (Day dan Underwood, 1998).
Indikator pH merupakan substansi pelarut yang merubah warna saat
pH berubah. Disebut juga indikator asam-basa. Berbagai macam indikator
digunakan dalam titrasi asam-basa, seperti dalam tabel berikut :
Tabel 1.1 Trayek pH terhadap Perubahan Warna Indikator

Name
Methyl Violet
Thymol Blue
Methyl Orange
Bromocresol
greens
Methyl red
Litmus
Bromothymol

Acid
Color
Yellow
Red
Red
Yellow
Red
Red
Yellow
Yellow
Colorles

pH Range
of Color
Change
0.0-1.6
1.2-2.8
3.2-4.4
3.8-5.4
4.8-6.0
5.0-8.0
6.0-7.6
8.0-9.6
8.2-10.0

Base
Color
Blue
Yellow
Yellow
Blue
Yellow
Blue
Blue
Blue
Pink

blue
Thymol blue
Phenolphthalein
Thymolphthalein
Alizarin yellow

s
Colorles
s
Yellow

9.4-10.6
10.1-12.0

Blue
Red

R
(Khan et al., 2011).
Metil merah rentang transisi antara 4,4 sampai dengan 6,2 dan tidak
adanya warna kuning dibawa pH 6,2. Metil merah yang baik menggambarkan
gradien pH diantara asam menengah sampai agak netral. Indikator ini dapat
mengalami perubahan warna dari warna merah menjadi kuning (Erban dan
Hubert, 2009).
C. Metodologi
1. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Pipet
Erlenmeyer
Buret
Gelas Beker
Statif
Pipet tetes
Neraca Analitik
Labu takar
pH meter

2. Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Asam oksalat {(COOH)2 2H2O}


Indikator PP
Yogurt
Susu UHT
NaOH
HCl
Soda abu (Na2CO3)
Kaustik soda (NaOH)
Indikator metil merah
Aquades

3. Cara Kerja (Flow Chart)


a.

Standarisasi NaOH dengan larutan baku primer (COOH)2.2H2O


(COOH)2.2H2O 0,1 gr

25 ml aquades

Pengenceran dalam labu takar

Pengambilan 25 ml

Indikator pp 1% 3
tetes

Penambahan ke dalam erlenmeyer


Larutan NaOH

Penyiapan larutan NaOH dalam buret

Penitrasian dengan NaOH dari buret hingga berubah warna

Perhitungan normalitas NaOH

b.

Penentuan kadar asam laktat pada susu UHT dan yogurt


5 ml Susu UHT atau
yogurt

Pemasukan 5 ml ke dalam erlenmeyer

Penyampuran dengan 5ml aquades


3 tetes
indikator PP
Penambahan indikator pp 1% 3 tetes

Larutan NaOH

Penitrasian dengan larutan NaOH

Penggambaran kurva titrasi

Perhitungan kadar asam laktat


c.

Standarisasi HCl dengan larutan NaOH yang distandarisasi


Larutan NaOH 10ml

Pemasukan ke dalam erlenmeyer

Metil merah 3 tetes

Penambahan ke dalam erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl sehingga terjadi perubahan warna


d. Penentuan kadar basa pada soda abu dan kaustik soda
Soda abu atau kausik soda

Penimbangan sebanyak 1,25 gram

Pemasukan ke dalam labu takar 100 ml


Pengenceran dengan aquades sampai tanda tera

Pemasukan 10 ml larutan bahan ke dalam


erlenmeyer
3 tetes
indikator MM

Penambahan 3 tetes metil merah

Pengukuran pH titrasi dengan pH meter


setiap interval volume HCl yang ditentukan

Larutan HCl

Penitrasian dengan HCl

Pencatatan volume ketika terjadi perubahan


warna dan perubahan warna apa yang terjadi

Pembuatan kurva titrasi dan dihitung kadar basa


D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.2 Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer Asam Oksalat
(COOH)2.2H2O
N asam .

V asam

Oksalat

oksalat

(N)
0,0635

(ml)
25

N NaOH

V NaOH

(N)

(ml)

0,019

14,6

Perubahan Warna
Bening-ungu muda

0,0635
0,0635

25
25
Rata-rata

0,0979
0,1118

16,2
14,2
0,106

Bening-merah muda
Bening-merah muda

Sumber : Laporan sementara

Prinsip alkalimetri adalah berdasarkan pada reaksi netralisasi, yaitu


reaksi antara ion hidrogen (berasal dari asam) dengan ion hidroksida (berasal
dari basa) yang membentuk molekul air. Sehingga alkalimetri dapat
didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu bahan
dengan mnggunakan larutan basa yang sesuai (Andari, 2013).
NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida
dari udara bebas. NaOH juga sangat larut dalam air dan akan melepaskan kalor
ketika dilarutkan dalam air (Prasetya, 2012). Dari sifat yang disebutkan secara
tidak langsung menunjukkan bahwa larutan NaOH bukan larutan baku primer
sehingga standarisasi harus dilakukan karena sifat NaOH yang higroskopis dan
mudah menyerap CO2 dari udara. Larutan NaOH distandarisasi dengan asam
oksalat (COOH)2.2H2O dengan reaksi :
(COOH)2 + 2NaOH Na2C2O4 + 4H2O
(Prasetya, 2012)
Standardisasi
mengetahui

merupakan

normalitas

suatu

suatu

metode

yang

digunakan

larutan

secara

tepat

dengan

untuk

menitrasi

menggunakan larutan lain yang sudah diketahui normalitasnya. Sedangkan


normalitas sendiri adalah banyaknya ekivalen zat terlarut per liter larutan (Day,
1986). Pada percobaan Tabel 1.1 standardisasi larutan NaOH dengan asam
oksalat.dilakukan dengan menggunakan titran asam oksalat normalitasnya
yaitu sebesar 0,063 N. Kemudian diberi zat indikator PP 1 % yang mempunyai
range pH8,3-10,0 dalam asam tidak memberikan warna sedangkan dalam basa
akan berwarna merah (Harjadi, 1986). Setelah itu dilakukan titrasi dengan
NaOH hingga terjadi perubahan warna menuju warna merah yang
menunjukkan titik ekuivalen telah dicapai. Kemudian dari volume yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan nilai normalitas NaOH
menggunakan rumus :
(V.N)Asam Oksalat = (V.N)NaOH (Masterton, 1977).

Sehingga didapatkan nilai normalitas yaitu 0,019 N pada volume 14,6 dan
0,0979 N pada volume 16,2 serta 0,1118 N pada volume 14,2 sehingga
didapatkan nilai normalitas rata-rata sebesar 0,106 N. Dari hasil tersebut,
ternyata tidak sesuai dengan teori perhitungan nilai normalitas bahwa (V.N)Asam
Oksalat

= (V.N)NaOH. Dapat dikatakan hasilnya mengalami sedikit penyimpangan.

Hal ini dapat terjadi karena kesalahan penafsiran volume pada saat titrasi
berlangsung.
Tabel 1.3 Penentuan Kadar Asam Laktat pada sampel Susu dan Susu Asam
Bahan

Shift

ml

uji
Yogurt

bahan
10

(ml)
3,9

Susu

NaOH N NaOH

Perubahan warna

Kadar

0,106

Putih-Merah

(%)
0,372
0,391

10

4,1

0,106

Muda
Putih-Merah

10

0,8

0,106

Muda
Putih-Merah

0,076

10

0,6

0,106

Muda
Putih-Merah

0,057

UHT

Muda
Sumber : Laporan sementara
Pada tabel 1.2 Penentuan kadar asam laktat pada sampel susu dan susu
asam digunakan dua sampel produk yaitu yoghurt dan susu UHT yang diberi
indikator PP 1 %. Indikator PP atau fenol ftalein ini mempunyai range pH8,310,0 dalam asam tidak memberikan warna sedangkan dalam basa akan
berwarna merah (Basset, 1994). Selanjutnya dititrasi dengan NaOH yang
sebelumnya telah distandardisasi. Reaksi yang terjadi pada saat proses titrasi
NaOH dengan asam laktat adalah sebagai berikut :
C3H6O3 + NaOH NaC3H5O3 + H2O asam laktat (Harjiyanti, 2013).
Setelah melakukan titrasi maka dapat diketahui nilai kadar asam laktat
dengan rumus:
Kadar Asam Laktat =

V 1 xNxB
V 2 x 1000

x 100%

Pada sampel yoghurt shift 1 didapatkan nilai kadar asam laktat yaitu
0,372 dengan volume NaOH sebesar 3,9 ml dan shift 2 didapatkan nilai kadar

asam laktat yaitu 0,391 dengan volume NaOH sebesar 4,1 ml. Pada sampel
susu UHT didapatkan nilai kadar asam laktat yaitu 0,076 dengan volume
NaOH sebesar 0,8 ml dan shift 2 didapatkan nilai kadar asam laktat yaitu 0,057
dengan volume NaOH sebesar 0,8 ml. Dari percobaan diketahui bahwa nilai
kadar asam laktat yang terkandung didalam yoghurt lebih besar dari pada susu
UHT, hal ini sesuai dengan teori Askar dan Sugiarto (2005), nilai kadar asam
laktat pada yoghurt lebih besar dari kadar asam laktat pada susu UHT, karena
pada saat pengolahan yoghurt susu difermentasi menggunakan biakam
Lactobacillus bulgaricusdan Streptococcus thermophilus kedua starter tersebut
akan membentuk asam laktat dan menyebabkan Ph turun sampai 4,6 yang
menyebabkan protein tidak stabil dan susu yang telah difermentasi dengan
BAL (Bakteri Asam Laktat) contohnya yoghurt akan mengandung lebih banyak
asam laktat karena pengaruh adanya BAL yang memproduksi asam laktat.
Faktor yang mempengaruhi besarnya kadar asam laktat pada sampel susu
dalam praktikum ini yaitu volume NaOH, normalitas NaOH, berat molekul
asam laktat, volume sampel yang digunakan dan jenis sampel. Faktor lain yang
menentukan besarnya kadar asam laktat secara tak langsung yaitu faktor BAL.
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah
karbohidrat menjadi asam laktat. Efek bakterisidal dari asam laktat berkaitan
dengan penurunan pH lingkungan menjadi 3 sampai 4,5 sehingga pertumbuhan
bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat (Delfahedah, 2013).
Hasil praktikum kadar asam laktat ini sudah sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh Delfahedah yang disampaikan pada tahun 2013, yaitu kadar
asam laktat pada yogurt lebih besar daripada kadar asam laktat susu UHT. Hal
ini karena pada yogurt terdapat BAL yang mampu menurunkan pH menjadi
lebih asam dan terfermentasikan. Namun keakuratan angka masih kurang
karena kekurangan praktikkan dalam membaca angka dalam buret.
Tabel 1.4 Kurva titrasi Bahan Uji Yogurt dengan NaOH
ml Titran (x)
0
2
X=4

pH (y)
2,79
4,93
8,44

6
9,94
10
10,285
Sumber : Laporan sementara
Pada praktikum ini dilakukan titrasi yogurt dengan NaOH. Pengukuran
pH pada volume 0 ml; 2 ml; 4 ml; 6 ml; 10 ml; dan X ml. Dimana X ml
merupakan ml titran saat titik ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi saat volume ml
titran sebesar 4 ml. Dari hasil praktikum didapatkan pH 2,79 saat 0 ml titran;
pH 4,93 saat 2 ml titran; pH 8,44 saat 4 ml titran dan terjadi titik ekuivalen;
pH 9,94 saat 6 ml; pH 10,29 saat 10 ml titran.

12
10
8

pH

6
4
2
0

mL titran

Gambar 1.1 Kurva Uji Alkalimetri Yoghurt dengan NaOH


Kurva titrasi merupakan kurva hubungan antara ml titran sebagai sumbu
X dan pH sebagai sumbu Y. Berdasarkan kurva titrasi Uji Yoghurt pada
gambar 1.1 diperoleh titik ekivalen saat 4 ml titran pH 8,44. Hasil
menunjukkan bahwa semakin besar volume titran akan menghasilkan pH
semakin besar.
Tabel 1.5 Kurva titrasi Bahan Uji Susu UHT dengan NaOH
ml Titran (x)
0

pH (y)
6.02

X=0,7
8.875
2
11,56
4
12,77
6
13,25
10
13,695
Sumber: Laporan Sementara
Pada praktikum ini dilakukan titrasi susu UHT dengan NaOH. Dilakukan
pengukuran pH pada volume 0ml ; 2ml ; 6 ml ; 10 ml dan Xml. Titik ekivalen
terjadi saat volume ml titran sebesar 0,7 ml. Dari hasil praktikum didapatkan
pH 6,02 saat 0ml titran ; pH 8,875 saat terjadi titik ekivalen dengan
volume0,7ml titran ; pH 11,56 saat 2ml titran ; pH 12,77 saat 4 ml titran ; pH
13,25 saat 6 ml titran ; pH 13,695 saat 10ml titran.
16
14
12
10

pH

8
6
4
2
0

10

12

mL titran

Ga
mbar 1.2 Kurva Uji Alkalimetri Susu UHT dengan NaOH
Berdasarkan gambar 1.2 kurva uji alkalimetri pada susu UHT titik
ekivalen saat 0,7 ml titran pH 8,875. Kurva titrasi menunjukkan hasil yang
semakin naik. Namun, dibandingkan dengan kurva titrasi pada yoghurt, kurva
titrasi pada susu UHT menunjukkan hasil kurva yang semakin basa. Hal
tersebut dikarenakan yoghurt mengandung asam laktat yang menyebabkan
kurva lebih asam.

Gambar 1.3 Kurva Alkalimetri Berdasarkan Teori


Menurut Masterton (1977), gambar titrasi asam dengan titran NaOH
yang merupakan larutan basa kuat, akan menghasilkan gambar yang terus naik
karena pH nya yang semakin besar. Pada awal penambahan NaOH akan terjadi
peningkatan pH yang signifikan, namun saat mendekati titik ekivalen terjadi
sedikit perubahan, semakin menjauhi titik ekivalen perubahan pH semakin
sedikit. Dalam gambar terdapat satu titik ekivalen, dimana saat titik itu
menunjukkan tepat sampel mengalami perubahan warna. Dari hasil percobaan
telah sesuai dengan teori dimana grafiknya terus mengalami kenaikan/
Tabel 1.6 Standarisasi HCl dengan Larutan Baku Primer NaOH
N NaOH
V NaOH
(N)
(ml)
0.106
10
0.106
10
0.106
10
0.106
10
Rata-rata

N HCl
(N)
0.101
0.102
0.103
0.104

V HCl
(ml)
10.5
10.4
10.3
10.2
0.1025

Perubahan
Warna
Kuning-merah
Kuning-merah
Kuning-merah
Kuning-merah

Sumber : Laporan Sementara

Prinsip asidimetri, menurut Widodo (2009), yaitu proses yang meliputi


titrasi basa bebas atau yang berasal dari hidrolisis garam-garam basa lemah
dengan suatu larutan standar asam (asidimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan
penggabungan ion-ion hidrogen dengan hidroksida membentuk air. Percobaan

asidimetri ini dilakukan dengan melakukan standarisasi HCl dengan larutan


baku primer yaitu NaOH, karena HCl memiliki kelemahan yaitu mudah
dipengaruhi oleh kandungan karbondioksida dalam udara (Day dan
Underwood, 1998), sehingga harus dilakukan standarisasi terlebih dahulu agar
dalam penggunaannya dapat diketahui kemurniaanya.
Standarisasi HCl dilakukan dengan menitrasi larutan NaOH 0,106 N
sebanyak 10 ml. Larutan NaOH yang digunakan merupakan hasil dari
standarisasi NaOH. Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan pada percobaan
pertama diperoleh normalitas HCl sebesar 0,101 N dengan volume sebanyak
10,5 ml. Percobaan kedua diperoleh normalitas HCl sebesar 0,102 N dengan
volume sebanyak 10,4 ml. Percobaan ketiga diperoleh normalitas HCl sebesar
0,103 N dengan volume sebanyak 10,3 ml. Terakhir pada percobaan keempat
diperoleh normalitas HCl sebesar 0,104 N dengan volume sebanyak 10,2 ml.
Menurut Day (1998), standarisasi dilakukan untuk mengetahui
kandungan perbandingan dari zat-zat yang terlarut di dalam suatu bahan kimia.
HCl perlu distandarisasi karena bukan merupakan larutan baku primer
sehingga mudah meyerap air dan mudah bereaksi dengan CO2. Tujuan dari
standarisasi adalah untuk memurnikan larutan yang mudah bereaksi dengan zat
lain sehingga kemurniannya menurun. Jika tidak distandarikan, ketika
ditimbang dalam jumlah tertentu akan sulit untuk menentukan seberapa besar
HCl murni yang terkandung. Dalam standarisasi HCl dapat digunakan boraks.
Namun, pada praktikum ini digunakan standarisasi HCl dengan menggunakan
NaOH 0,106 N hasil dari standarisasi NaOH. Setelah dilakukan standarisasi
larutan, maka dapat diketahui normalitas suatu larutan yang distandarkan
dengan cara normalitas titrat dikalikan dengan jumlah titrat kemudian dibagi
dengan volume larutan yang akan distandarisasi. Persamaan rumusnya adalah
sebagai berikut :
NHCl = (NxV)NaOH / VHCl
Standarisasi HCl dilakukan dengan menambahkan indikator metil merah.
Pemilihan indikator disesuaikan dengan pH pada titik ekuivalen. Trayek pH
metil merah berkisar 4,2-6,3. Perubahan warna terjadi ketika mencapai titik
ekuivalen yaitu dari kuning menjadi merah. Hal ini disebabkan karena ion H+

pada HCl akan bereaksi dengan metil merah yang menyebabkan warna menjadi
merah. Sebelum dilakukan standarisasi HCl, larutan NaOH ditetesi dengan
menggunakan metil merah sebanyak tiga tetes selanjutnya dititrasi dengan
menggunakan HCl sehingga membentuk reaksi :
NaOH + HCL NaCl + H2O
Titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan warna pada NaOH dari bening
menjadi merah. Dalam praktikum diperoleh normalitas rata-rata sebesar 0,1025
N. Hasil praktikum ini dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
normalitas HCl yang didapat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
standarisasi HCl yang mempengaruhi normalitas HCl adalah volume HCl,
volume NaOH, dan normalitas NaOH sedangkan untuk normalitas NaOH
dipengaruhi oleh massa NaOH dan volume larutan. Normalitas HCl berbanding
lurus dengan normalitas NaOH. Terlihat pada tabel 1.5 bahwa semakin besar
volume HCl yang dititrasi maka hasil normalitas HCl akan semakin kecil. Hal
tersebut membuktikan persamaan rumus NHCl = (NxV)NaOH / VHCl.
Tabel 1.7 Penentuan Kadar Basa pada Berbagai Soda
Bahan
Shift
ml
V HCl
N HCl
Perubahan
uji
bahan
(ml)
(N)
warna
Soda
1
10
6
0.1025 Kuning-merah
2
10
5.5
0.1025 Kuning-merah
Abu
Soda
1
10
7.45
0.1025 Kuning-merah
2
10
6.4
0.1025 Kuning-merah
Kaustik

Kadar Basa
(%)
0.652
0.598
0.641
0.551

Sumber : Laporan Sementara

Dalam buku Day (1998), asidimetri merupakan penentuan kadar basa


dari sampel bahan dengan menggunakan larutan baku standar asam dan
menggunakan indikator sesuai dengan trayek pH akhir titrasi (mencapai titik
ekuivalen). Ketika sudah tercapai titik ekuivalen maka dengan penambahan
sedikit asam perubahan pH akan sangat besar.
Pada percobaan penentuan kadar basa, berbagai macam soda dititrasi
menggunakan HCl. Soda yang digunakan antara lain soda abu dan soda
kaustik. Titrasi ini menggunakan HCl yang sudah distandarisasi sebelumnya
dengan normalitas sebesar 0,1025 N. Pertama dilakukan penimbangan sampel
dan dilarutkan dalam aquades, kemudian masing-masing sampel ditambahkan
indikator metil merah (MM) sebanyak tiga tetes. Langkah selanjutnya, masing-

masing sampel yang telah diberi indikator dititrasi menggunakan larutan HCl
sampai titik ekuivalen. Titik ekuivalen adalah titik dimana terjadi akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna indikator setelah penambahan titran, dari
percobaan terlihat perubahan warna dari kuning ke merah. Titrasi ini
menggunakan metil merah sebagai indikator pH, tujuan dari penggunaan metil
merah adalah karena metil merah memiliki pH sekitar 4.2-6.2 sehingga apabila
digunakan untuk mentitrasi HCl maka masih dapat ditera dan menghasilkan
titik ekuivalen.
Percobaan ini diperoleh kadar basa soda abu sebesar 0,652% pada shift
pertama dan 0,598% pada shift kedua. Sedangkan kadar basa soda kaustik
diperoleh pada shift pertama sebesar 0,641% dan pada shift kedua sebesar
0,551%. Sampel yang menunjukkan rata-rata kadar basa terendah adalah soda
kaustik yaitu sebesar 0,596 % dengan normalitas HCl 0,1025 N sedangkan
rata-rata kadar basa tertinggi adalah pada sampel soda abu yaitu sebesar 0,625
% dengan normalitas HCl 0,1025N. Soda kaustik memiliki kadar basa yang
lebih besar dibandingkan dengan soda abu, hal ini dikarenakan kaustik soda
merupakan basa kuat (Prasetya, 2012). Sehingga seharusnya mempunyai kadar
basa yang lebih besar dibandingkan dengan soda abu. Hasil percobaan
diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan teori, hal tersebut disebabkan karena
ketidaktelitian saat pembacaan skala volume titrasi sehingga volume HCl yang
menitrasi tidak akurat. Dalam persamaan rumus menurut Prasetya (2012),
faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kadar basa dari suatu sampel yaitu
normalitas HCl, volume HCl, BE sampel, serta massa beban. Sedangkan kadar
basa berbanding lurus dengan normalitas HCl, volume HCl dan BE sampel
serta berbanding terbalik dengan massa beban. Faktor-faktor ini didasarkan
atas persamaan rumus kadar basa yaitu
( N x Volume ) HCl x BM Basa x 0,1
Kadar basa = volume bahan

Tabel 1.8 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Abu dengan HCl
ml Titran (x)
0

pH (y)
11.115

2
4
5.75
6
10

9.75
6.795
5.77
4.26
1.93

Sumber : Laporan Sementara

Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Abu dengan HCl


12
10
8

pH

6
4
2
0

10

12

Volume Titran

Pada praktikum ini dilakukan titrasi soda abu dengan HCl. Dilakukan
pengukuran pH pada volume 0 ml ; 2 ml ; 4 ml ; 6 ml ; 10 ml ; dan X ml
dengan menggunakan alat pH meter. Dimana Xml merupakan ml titran saat
terjadi titik ekuivalen saat titrasi. Titik ekuivalen terjadi saat volume ml titran
sebesar 5,75 ml. Dari percobaan didapatkan pH 11,115 pada saat 0 ml titran ;
pH 9,75 pada saat 2 ml titran ; pH 6,795 saat 4 ml titran ; pH 5,77 saat terjadi
titik ekuivalen dengan volume titran 5,75 ml ; pH 4,26 pada saat 6ml titran ;
pH 1,93 pada saat 10 ml titran.
Gambar 1.4 Kurva Asidimetri pada Soda Abu dengan HCl
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sifat titran
sebelum titik ekuivalen cenderung basa. Penambahan volume titran setelah titik
ekuivalen menyebabkan titrat cenderung asam. Jika dibandingkan dengan
kurva titrasi asam kuat dan basa lemah (Harjadi, 1986), pH titik ekuivalen
berada dalam kondisi asam karena basa lemah habis bereaksi dengan asam kuat

sehingga terbentuk garam dan air yang bersifat asam. Hasil menunjukkan pH
lebih asam pada kondisi ekuivalen, sehingga hasil sesuai dengan teori.
Tabel 1.9 Kurva Titrasi Bahan Uji Kaustik Soda dengan HCl
ml Titran (x)
0
2
4
6
6.925
10

pH (y)
11.07
11.9
11.67
8.155
5.735
1.925

Sumber : Laporan Sementara

Kurva Titrasi Bahan Uji Kaustik Soda dengan HCl


14
12
10
8

pH

6
4
2
0

10

12

Volume Titran

Pada praktikum ini dilakukan titrasi soda kaustik dengan HCl. Dilakukan
pengukuran pH pada volume 0ml ; 2ml ; 4ml ; 6ml ; 10ml ; dan Xml dengan
menggunakan alat pH meter. Dimana Xml merupakan ml titran saat terjadi titik
ekuivalen saat titrasi. Titik ekuivalen terjadi saat volume ml titran sebesar
6,925ml. Dari percobaan didapatkan pH 11,07 pada saat 0ml titran ; pH 11,9
pada saat 2ml titran ; pH 11,67 saat 4ml titran ; pH 8,155 pada saat 6ml titran ;
pH 5,735 saat terjadi titik ekuivalen dengan volume titran 6,925 ml ; pH 1,925
pada saat 10ml titran.
Gambar 1.5 Kurva Asidimetri pada Soda Kaustik dengan HCl
Gambar 1.6 Kurva Titrasi Basa Kuat NaOH dengan Asam Kuat HCl

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sifat titran


sebelum titik ekuivalen cenderung basa. Penambahan volume titran setelah titik
ekuivalen menyebabkan titrat cenderung asam. Jika dibandingkan dengan
kurva titrasi asam kuat dan basa kuat (Harjadi, 1986), seharusnya pH dalam
kondisi netral karena asam kuat habis bereaksi dengan basa kuat sehingga
terbentuk garam dan air yang bersifat netral. Namun hasil menunjukkan pH
lebih asam pada kondisi ekuivalen.

C. Kesimpulan
Dari percobaan acara I alkalimetri-asidimetri kimia analitik yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
1. Standarisasi NaOH dan HCl dengan Asam Oksalat dan NaOH terstandar
perlu dilakukan untuk mengetahui normalitas dari NaOH dan HCl
normalitas rata-rata 0,106 N dan 0,1025 N
2. Kadar asam laktat pada yakult yaitu 0,372% dan 0,391%. Sedangkan
pada susu 0,076% dan 0,057%. Kadar basa pada soda abu yaitu 0,652%
dan 0,598%. Sedangkan kadar basa pada soda kue yaitu 0,641% dan
0,551%.
3. Jumlah asam laktat tertinggi dari semua sampel terdapat dalam yakult.
Salah satu yang mempengaruhi banyaknya kadar asam laktat pada yakult
adalah banyaknya bakteri asam laktat (BAL) yang terdapat dalam yakult
lebih banyak dari bakteri asam laktat pada produk lain.
4. Kadar basa pada soda abu lebih tinggi dari pada soda kaustik, namun hal
ini tidak sesuai dengan teori.

DAFTAR PUSTAKA
Afriani. 2010. Pengaruh Penggunaan Starter Bakteri Asam Laktat Lactobacillus
plantarum dan Lactobacillus fermentum terhadap Total Bakteri Asam
Laktat, Kadar Asam dan Nilai pH Dadih Susu Sapi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan. Jambi. Vol. 13(6).
Andari, Susilowati. 2013. Perbandingan Penetapan Kadar Ketropofen Tablet
Secara Alkalimetri dengan Spektrofotometri-UV. Jurnal Eduhealth
Vol.3(2) : 116.
Askar, Surayah., dan Sugiarto. 2005. Uji Kimiawi dan Organoleptik sebagai Uji
Mutu Yoghurt. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional
Pertanian.
Day, R.A., dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.
Day, R.A., dan A.L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta.
Erban, Tomas dan Jan Hubert. 2009. Determination of pH Region of the Midguts
of Acaridid Mites. Journal of Insect Science, Vol. 10(42) : 6.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.
Khan, Pathan Mohd Arif, Mazahar Farooqii. 2011. Analytical Application of Plan
Extract as Natural Indicators : A Review. Journal of advanced Scientific
Research Vol. 2 (4): 22.
Kostick, Dennis S. 2011. Soda Ash. Geological Survey Minerals Yearbook.
Amerika Serikat
Masterton, William L., and Emil J. Slowinski. 1977. Chemical Principles Fourth
Edition. W.B. Saunders Company. London.
Pato, Usman. 2003. Potensi Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Dadih untuk
Menurunkan Resiko Penyakit Kanker. Jurnal Natur Indonesia (5) : 162166.
Prasetya, Andhika dkk. 2012. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Kandungan
Gas CO2 dalam Proses Purifkasi Biogas Sistem Continue. Jurnal Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang.
Widodo, W. 2002. Bioteknologi fermentasi susu. Media Bioteknologi, hal .1-29.
Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Jawa Timur

DOKUMENTASI

Gambar 1.7 Penitrasian Asam Oksalat


dengan NaOH

Gambar 1.8 Pelarutan asam oksalat

Gambar 1.9 Hasil Titrasi Asam Oksalat dengan NaOH


Menimbulkan Perubahan Warna

LAMPIRAN
1.1 Perhitungan Standarisasi NaOH
(V.N) (COOH)2.2H2O = (V.N) NaOH
a. V1 . N1 = V2 . N2
25 . 0,635 = 16,2 . N2
N2 = 0,0979
b. Rata rata N NaOH
0,0190 + 0,0979 + 0,1118 = 0,1060
3
1.2 Perhitungan Standarisasi HCl
(V.N) NaOH = (V.N) HCl
a. V1 . N1
= V2 . N2
10 . 0,106 = 10,5 . N2
N2 = 0,101
b. Rata-rata N HCl
0,101 + 0,102 + 0,103 + 0,104 = 0,1025
4
1.3 Perhitungan kadar asam laktat
% asam laktat = (N . ml ) NaOH x BE as.laktat x 1/10
ml sampel

Sampel yogurt
a. ml bahan = 10 ml
V NaOH = 3,9 ml
N NaOH = 0,106
% asam laktat = (N . ml ) NaOH x BE as.laktat x 1/10
ml sampel
(0,106 x 3,9) x 90/1 x 1/10 = 0,372 %
10

Sampel Susu UHT


ml bahan = 10 ml

V NaOH = 0,8 ml
N NaOH = 0,106
% asam laktat = (N . ml ) NaOH x BE as.laktat x 1/10
ml sampel
(0,106 x 0,8) x 90/1 x 1/10 = 0,076 %
10
1.4 Perhitungan kadar basa
% kadar basa = (N . ml ) HCl x BE basa x 1/10
ml bahan

Sampel Soda Abu


ml bahan = 10 ml
V HCl = 6 ml
N HCl = 0,1025
% kadar basa = (N . ml ) HCl x BE basa x 1/10
ml bahan
(0,1025 x 6) x 105,975/1 x 1/10 = 0,652 %
10
Sampel Kaustik Soda
ml bahan = 10 ml
V HCl = 7,45 ml
N HCl = 0,1025
% kadar basa = (N . ml ) HCl x BE basa x 1/10
ml bahan
(0,1025 x 7,45) x 39,988/1 x 1/10 = 0,641 %
10

You might also like