You are on page 1of 3

ALUR PROSES PEMBUATAN LAPORAN PAJAK

Mengapa perlu diketahui ?


Dengan memahami alur proses pembuatan laporan pajak :
1). Akan mempermudah dalam proses pembuatan laporan itu sendiri.
2). Dapat mengenali bahkan membuat laporan pajak dengan tingkat kesesuaian (persisi?)
yang lebih sempurna dan well matched antara satu lembar laporan dengan lembar laporan
lain dalam satu jenis laporan pajak.
3). Laporan yang memiliki tingkat kesesuaian yang sempurna akan membuat proses
pelaporan di kantor pajak menjadi cepat dan lancar.
4). Akan dapat mengarsipkan dokumen perpajakan dengan lebih sistematis, sehingga akan
mempermudah dalam proses pemeriksaan.

Navigasi Laporan Pajak


Pada masing-masing satu jenis laporan pajak, misalnya. SPM PPn, jika kita perhatikan satu
set blanko kosong yang diterima dari DJP, maka susunan isinya akan sebagai berikut :
Laporan Utama : akan selalu berada di halaman paling muka. Semakin kebelakang jenis
laporannya akan semakin spesifik. Membutuhkan data-data yang semakin terperinci pula.
Dan di halaman-halaman akhir laporan disertai oleh lampiran-lampiran khusus.

Alur Proses Pembuatan Laporan


Deangan melihat navigasi laporan pajak diatas, obviously alur proses pembuatan laporan
pajak :
Dimulai dari menyiapkan laporan-laporan pendukung yang paling rinci.
Misalnya :
PPh Pasal 21 : Daftar Gaji dan perhitungan pph-nya, Bukti-bukti pemotongan
PPh Pasal23: Dattar pembagian deviden, deposito, atau persewaan-nya, bukti

pemotongannya
PPn : Daftar (Buku) Penjualan dan Faktur Pajak Keluarannya, Daftar (buku) Pembelian dan
Faktur Pajak Masukannya, PPn Import dan bukti pemotongan dari Ditjen Bea Cukai.
Dan lain sebagainya

Jumlah (Total Nilai) dari masing-masing daftar, buku, dan bukti-bukti potong diatas,
dipindahkan ke blanko- blanko (forms) yang ada di lembar-lembar terakhir pada set laporan.
Selanjutnya, Total Nilai dari masing-masing halaman laporan (pada halaman-halaman
terakhir), dipindahkan ke halaman yang lebih di depannya, tentu saja tidak selalu ke halaman
yang persis di didepannya, bisa jadi jumping ke halaman paling depan (halaman utama). Ada
petunjuk-petunjuk kecil yang menginstruksikan nilai tersebut harus dibawa ke nlanko
halaman berapa, baris ke berapa, kolom ke berapa.
Demikian seterusnya hingga sampai kelaporan utama.
Secara singkat, laporan pajak itu di mulai dari halaman yang paling belakang, trus semakin
ke depan, hingga ke halaman utama. Dengan mengikuti alur ini, asalkan dikerjakan dengan
hati-hati, saya yakin anda akan dapat menghasilkan laporan pajak yang memiliki tingkat

perisi dan kesesu


aian yang
sempurna.
Laporan yang memiliki tingkat kesesuaian (well matched) antar halaman laporan pajak
adalah penting untuk menghindari penolakan dari pihak kantor pajak saat pelaporan, akan
membuat laporan menjadi lolos masuk tanpa revisi-revisi yang bolak balik.
Alur Proses Pembuatan Laporan dan Pengarsipan
Walaupun topik ini bukan membahas mengenai cara mengarispkan laporan pajak, tidak ada
salahnya untuk diketahuai, bahwa cara pengarsipan yang benar susunan-nya seharusnya
terurut dari paling depan (atas) sampai ke lembar yang paling dibelakang (bawah) sebagai
berikut :
1). Bukti penerimaan laporan (kertas kecil yang ujungnya kuning-kuning :P )
2). Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke-1, yang merupakan bukti pembayaran atas : uang
muka pajak, surat tagihan pajak (STP) yang sudah divalidasi oleh Bank Pembayar atau
Kantor Post.
3). Slip setoran ke bank (Kantor Pajak) atas pembayaran pajak yang sesuai
4). Laporan Pajak (SPM PPn, SPT PPh 21 Masa, SPT PPh Pasal 29, SPT PPh Pasal 23, SPT
PPh Pasal 4 (2), dan lain sebagainya).

5). Bukti Pemotongan ( Untuk jenis pajak yang bertype with holding : PPh Pasal 21, 23, 26,
PPn).
6). Daftar-Daftar atau buku pembantu (Daftar aktiva & penyusutannya, daftar Piutang
Dagang, daftar Utang Dagang, Daftar Uang Muka ).
7). Laporan Keuangan atau laporan aktivitas tertentu dari perusahaan sehubungan dengan
pajak yang dilaporkan.

You might also like