You are on page 1of 18

ACARA V

KARBOHIDRAT
A. Tujuan
Tujuan dari Praktikum Acara V Karbohidrat adalah:
1. Mengetahui prinsip analisis kadar gula reduksi menggunakan metode
Nelson-Somogyi.
2. Menganalisis kadar gula reduksi pada sampel dengan menggunakan
Metode Nelson Somogyi.
3. Mengetahui cara penentuan kurva standar.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Karbohidrat merupakan komponen esensial semua organisme dan
zat yang paling banyak penyusun sel. Fungsi karbohidrat adalah sebagai
sumber energi (glukosa, pati, glikogen), membentuk struktur sel
(glikoprotein), struktur penunjang tanaman (selulosa), penyusun cangkang
crustacea (kitin), komponen asam nukleat. Glukosa merupakan sumber
utama dalam metabolisme penghasil energi sel. Karbon yang terdapat
dalam karbohidrat terutama glukosa dapat digunakan sebagai penyusun
molekul organik meliputi karbohidrat, protein, asam amino, lipid dan
nukleotida (Wulandari dkk, 2012).
Fungsi utama karbohidrat (pati, gula) adalah sebagai sumber
energi. Karbohidrat juga merupakan sumber energi yang paling murah.
Glukosa adalah sumber energi utama bagi jaringan syaraf dan paru-paru.
Glukosa yang terdapat dalam darah berasal dari hasil pemecahan glikogen,
dari pangan yang dikonsumsi atau sebagai hasil pemecahan karbohidrat
lain yang lebih kompleks. Kadar gula darah dalam keadaan normal adalah
sekitar 80-100 mg per 100 ml darah. Kadar ini bisa meningkat setelah
makan, kemudian akan menurun secara perlahan mencapai kadar pada
waktu puasa yang ditandai dengan rasa lapar (Muchtadi, 2014).
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton dan
meliputi kondensat polimer-polimernya yang terbentuk. Nama karbohidrat

dipergunakan

pada

senyawa

tersebut,

mengingat

rumus

empiris

karbohidrat yang berupa CnH2nOn yaitu karbon mengalami hidratasi.


Namun demikian nama ini kurang tepat karena hidrat yang melekat pada
gugus karbon bukanlah sebagai hidrat yang sebenarnya
(Sudarmadji dkk, 1996).
Absorbansi adalah perbandingan intensitas sinar yang diserap
dengan intensitas sinar datang. Nilai absorbansi ini akan bergantung pada
kadar zat yang terkandung di dalamnya, semakin banyak kadar zat yang
terkandung dalam suatu sampel maka semakin banyak molekul yang
akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu sehingga nilai
absorbansi semakin besar atau dengan kata lain nilai absorbansi akan
berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang terkandung didalam suatu
sampel (Neldawati, 2013).
Kurva standar dibuat dengan mengukur absorbansi larutan glukosa
standar pada panjang gelombang maksimum. Panjang gelombang
maksimum ditentukan dengan mengukur serapan larutan standar 60 ppm
pada panjang gelombang 500 800 nm. Penentuan gula invert dengan
metode Nelson Somogyi merupakan analisis spektrofotometri metode
kurva kalibrasi, sehingga tahapan awal dimulai dengan pembuatan kurva
standar yang dibuat dengan mengukur absorbansi larutan standar pada
panjang gelombang maksimum 740 (Razak, 2012).
Metode Nelson Somogyi digunakan untuk mengukur kadar gula
reduksi dengan menggunakan pereaksi tembaga arsenomolibdat. Prinsip
kerja pengujian ini adalah mereaksikan sampel dengan reagensia Nelson
kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama beberapa menit. Setelah
itu, larutan didinginkan dengan air mengalir. Larutan ditambahkan reagen
arsenomolibdat dan dikocok hingga homogen. Larutan ditambahkan
akuades lalu divortex. Selanjutnya, larutan diabsorbansi pada panjang
gelombang 540 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Mula-mula,
kupri direduksi menjadi bentuk kupro dengan adanya pemanasan.
Selanjutnya, kupro yang terbentuk dilarutkan dengan arsenomolibdat
menjadi molybdenum berwarna biru. Pada glukosa standar, semakin besar

konsentrasinya maka warna larutan yang terbentuk semakin hijau kebiruan


pekat (Nurcahyani, 2015).
2. Tinjauan Alat dan Bahan
Arsenomolibdat merupakan reagen yang telah dikembangkan oleh
Nelson pada tahun 1944, dan masih banyak digunakan sebagai
kromogenik yang reagen ini digunakan untuk penentuan kuantitatif kadar
gula oleh Metode Nelson Somoghy. Penggunaan ekstensif Nelson
arsenomolibdat mungkin bahwa reagen ini, dibandingkan dengan
fosfomolibdat lainnya, menghasilkan warna yang lebih stabil dan
direproduksi dengan kombinasikan dengan basa tembaga Somogyi.
Namun, reagen Nelson mengandung arsenik yang tinggi oksisitasnya
(Hatanaka, 1980).
Aquadest/Aquabidest merupakan bahan yang mutlak diperlukan
dalam sebuah laboratorium sebagai pelarut dan pembilas. Banyak
aquadest/aquabidest yang dipasarkan tidak sesuai dengan kebutuhan di
laboratorium. Aquadest/aquabidest sebaiknya diuji sterilisasinya. Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan hasil mutu pemeriksaan yang dilakukan di
laboratorium. Beberapa garam mineral yang terkandung dalam larutan
tersebut, tidak diinginkan untuk beberapa test tertentu (Girsang, 1998).
Energen sereal mengandung nutrisi 4 sehat 5 sempurna yaitu
karbohidrat, vitamin, serat, protein dan susu. Energen sereal memiliki
berbagai macam rasa seperti: rasa coklat, rasa vanilla, rasa kacang ijo dan
rasa jahe. Kandungan dalam energen sereal adalah seluruh nutrisi esensial
atau gizi utama yang dibutuhkan tubuh, susu full cream dengan segala
manfaat dan nutrisi susu yang baik untuk pertumbuhan anak dan
kesehatan, gandum pilihan yang berkualitas yang memberikan energi,
sereal yang mengandung serat, gizi dan energi serta kacang hijau alami
yang memiliki banyak nutrisi (Yulian, 2011).
Formulasi bubur bayi instan tidak ada persyaratan mengenai
kisaran kandungan karbohidrat dalam spesifikasi MP-ASI (Makanan
Pendukung-ASI). Akan tetapi, kadar karbohidrat yang dihasilkan pada

bubur bayi instan komersial adalah sekitar 66,8 - 70,8 g/100 g. Kadar
karbohidrat sangat dipengaruhi oleh kandungan zat gizi lain seperti air,
abu, serat, protein, dan lemak (Tampubolon, 2014).
Oat merupakan salah satu sumber terkaya dari makanan yang
menyediakan serat larut beta-glukan, 5,0 gr (oatmeal) 7,2 gr (oat bran) per
100 gr takaran saji. Keduanya juga merupakan sumber dari jumlah serat
makanan, yang berkisar antara 9,9 - 14,9 gr per 100 gr takaran saji. Oat
juga mengandung lipid yang lebih banyak (5-9%) dibandingkan sereal
lainnya yang kaya lemak tak jenuh, termasuk penting pula lemak asam
linoleat. Oat mengandung antioksidan yang unik disebut avenanthramides,
serta vitamin E seperti senyawa tokotrienol dan tokoferol (Katz, 2001).
Spektrofotometer UV-Visible adalah alat yang umum digunakan di
labortorium kimia. Alat ini biasanya digunakan untuk analisa kimia
kuantitatif, namun dapat juga digunakan untuk analisa kimia semi
kualitatif. Prinsip kerja spektrofotometer didasarkan pada fenomena
penyerapan sinar oleh spesi kimia tertentu di daerah ultra lembayung (ultra
violet) dan sinar tampak (visible). Analisa dengan spektrofotometri sinar
tampak memiliki kepekaan yang cukup tinggi dan relatif mudah dilakukan
(Huda, 2001).
C. Metodologi
1. Alat
a) Gelas Beker 500 ml
b) Kertas Saring
c) Labu Takar 100 ml
d) Mortar
e) Neraca Analitik
f) Penangas Air
g) Penjepit
h) Pipet Ukur 1 ml dan 10 ml
i) Propipet
j) Spektrofotometer
k) Tabung Reaksi
l) Vortex
2. Bahan
a) Aquadest
b) Cerelac

c) Ceremix
d) Energen
e) Larutan Glukosa Standar 2,7 mg/10 ml
f) Milna
g) Oatmeal
h) Promina
i) Reagen Arsenomolibdat
j) Reagen Nelson
k) Sun
3. Cara Kerja
a. Preparasi Sampel

b. Pembuatan Kurva Standar

c. Penentuan Kadar Gula Reduksi Sampel

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 5.1 Absorbansi Larutan Glukosa Standar 2,7 mg/10 ml Glukosa
Larutan Glukosa
Gula Reduksi
Aquades (ml)
Standar (ml)
Terlarut (mg)
0
1
0
0,2
0,8
0,054
0,4
0,6
0,108
0,6
0,4
0,162
0,8
0,2
0,216
1
0
0,270
Sumber: Laporan Sementara
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton atau

0,045
0,419
0,670
0,916
1,330
1,691
senyawa

yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisa. Nama karbohidrat


berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan sebyawa dari golongan ini
mempunyai rumus empiris, yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut
adalah karbon hidrat, dan memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen
terhadap oksigen sebagai 1:2:1. Sebagai contoh, rumus empiris D-glukosa
adalah C6H12O6, yang dapat ditulis sebagai (CH2O)6 atau C6(H2O)6. Terdapat
tiga golongan utama karbohidrat, yaitu: monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida (Lehninger, 1982).
Gula reduksi adalah gula yang dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi
lembut, seperti reagensia Tollens, karena zat pengoksidasi anorganik
direduksi dalam reaksi tersebut. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau
bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Bentukbentuk hemisetal siklik dari semua aldosa mudah dioksidasi karena mereka
berada dalam kesetimbangn dengan bentuk aldehida rantai terbuka
(Fessenden, 1986). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa,
galaktosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Sifat pereduksi dari suatu
gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif.
Metode Nelson - Somogyi digunakan untuk mengukur kadar gula
reduksi dengan menggunakan pereaksi tembaga Arsenomolibdat. Prinsip
kerja pengujian ini adalah mereaksikan sampel dengan reagensia Nelson
kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama beberapa menit. Setelah itu,
larutan didinginkan dengan air mengalir. Larutan ditambahkan reagen

Arsenomolibdat dan dikocok hingga homogen. Larutan ditambahkan akuades


lalu divortex. Selanjutnya, larutan diabsorbansi pada panjang gelombang 540
nm menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Mula-mula, kupri direduksi
menjadi bentuk kupro dengan adanya pemanasan. Selanjutnya, kupro yang
terbentuk dilarutkan dengan Arsenomolibdat menjadi Molybdenum berwarna
biru (Nurcahyani, 2015).
Reagen Nelson Somogyi berfungsi sebagai oksidator antara
kuprooksida yang bereaksi dengan gula reduksi membentuk endapan merah
bata (Tyanjani, 2015). Kalium Na-Tartrat yang terkandung dalam reagen
Nelson berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kuprioksida.
Dengan membandingkannya terhadap larutan standar, konsentrasi gula dalam
sampel dapat ditentukan. Penambahan reagen Arsenomolibdat bertujuan agar
bisa bereaksi dengan endapan kuprooksida. Pada peristiwa ini kuprooksida
akan mereduksi kembali Arsenomolibdat menjadi molibdenum (Lang, 2004).
Tujuan dari pemanasan campuran sampel adalah untuk mempercepat
proses reduksi kuprioksida menjadi kuprooksida kemudian didinginkan
supaya reaksi berjalan stabil, karena apabila terlalu panas
dimungkinkan akan ada komponen senyawa yang rusak atau
habis menguap dan hal ini juga bertujuan agar sampel tersebut
melakukan reaksi yang stabil pada suhu kamar. Ketika dalam keadaan panas,
sampel tidak bekerja dengan baik karena suhu yang digunakan tinggi. Dalam
keadaan panas juga, komponen-komponen penyusun sampel ada yang
inactive, karena hanya bekerja pada suhu tertentu saja.
Panjang gelombang yang digunakan untuk menera sampel yaitu
sebesar 540 nm. Karena pada panjang gelombang 540 nm ini
menurut Wiriya (2009), terjadi serapan maksimum dari larutan
yang

berwarna

pada

daerah

warna

yang

berlawanan

sehingga pembacaan absorbansi dapat berjalan dengan baik,


misalnya larutan merah akan menyerap radiasi maksimum
pada daerah warna hijau. Karena merah adalah warna
komplementer dari warna hijau.

Kurva standar merupakan kurva yang dibuat dari sederetan larutan


standar yang masih dalam batas linieritasnya sehingga dapat diregresi
linierkan. Penentuan kurva standart gula reduksi ini bertujuan untuk
menentukan persamaan yang nantinya akan digunakan untuk menghitung
konsentrasi gula reduksi yang terbentuk dari hasil hidrolisis sukrosa dengan
mudah melalui kurva standar (Awwalurrizki, 2008). Kurva standar
menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan (sumbu x) dengan
absorbansi larutan (sumbu y). Dari kurva standar akan dihasilkan suatu
persamaan, yaitu persamaan y = a + bx. Besar nilai dinyatakan sebagai
nilai y, sedangkan besar nilai gula reduksi terlarut dinyatakan sebagai nilai x.
Hasil dari perhitungan regresi linier larutan Glukosa Standar 2,7 mg/10 ml
yaitu sebesar y = 0,0445 + 5,931x. Dari hubungan tersebut dari diketahui
semakin tinggi konsentrasi larutan gula standar, semakin tinggi pula nilai
absorbansinya. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi larutan gula standar
berbanding lurus dengan milai absorbansi.

Kurva Standar 2,7 mg/10 ml Glukosa


2
1.5
Absorbansi

f(x) = 5.93x + 0.04


R = 0.99

1
0.5
0
0

0.05

0.1

0.15

0.2

mg Gula Reduksi Terlarut

0.25

0.3

Tabel 5.2 Kadar Gula Reduksi


Kelompok

Sampel

1
Cerelax
2
Ceremix
3
Energen
4
Milna
5
Oatmeal
6
Promina
7
Sun
8
Cerelax
9
Ceremix
10
Energen
11
Milna
12
Oatmeal
13
Promina
14
Sun
Sumber: Laporan Sementara

0,529
0,269
0,203
0,208
0,114
0,208
0,610
0,813
0,128
0,069
0,221
0,084
0,239
0,818

Gula Reduksi
Terlarut (mg)
0,082
0,038
0,027
0,027
0,012
0,027
0,095
0,130
0,014
0,004
0,003
0,007
0,033
0,130

Kadar Gula
Reduksi (%)
0,816
18,900
13,300
13,750
0,117
13,750
0,953
1,296
7,050
2,050
14,850
0,066
16,400
1,304

Berdasarkan praktikum analisis kadar gula reduksi pada sampel,


digunakan berbagai macam bubur bayi dan sereal antara lain: cerelac,
ceremix, energen, milna, oatmeal, promina, dan sun. Berbagai macam sampel
tersebut dilarutkan dengan aquadest, lalu larutan sampel diambil 1 ml dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian diberi reagen Nelson dan
dilakukan

pemanasan.

Arsenomolibdat

dan

Setelah
diukur

itu,

sebelum

absorbansinya

direaksikan
dengan

dengan

menggunakan

spektrofotometer larutan tersebut harus di dinginkan terlebih dahulu hingga


suhu

ruang.

Setelah

dingin

larutan

sampel

direaksikan

dengan

Arsenomolibdat dan diberi aquadest. Kemudian dilakukan pemvortexan, lalu


ditera absorbansinya dengan spektrofotometer. Sehingga dengan absorbansi
tersebut kita dapat mengetahui kadar gula reduksinya. Hasil praktikum
analisis kadar gula reduksi (dalam gram) pada kelas A, untuk kadar gula
reduksi pada sampel cerelac didapatkan hasil sebesar 0, 816 % sedangkan
klaim pada kemasan tertulis sebesar 11 gram per 50 gr takaran saji, hal ini
kurang sesuai dengan apa yang ada. Pada sampel ceremix tertulis pada
kemasan kandungan gula sebesar 5 gram per 30 gr takaran saji sedangkan
didapatkan hasil praktikum sebesar 18,900 %. Pada sampel energen tertulis

pada kemasan kandungan gula sebesar 10 gram per 29 gr takaran saji,


sedangkan didapatkan hasil praktikum sebesar 13,300 %. Pada sampel milna
tertulis di kemasan kandungan gula sebesar 0,5 gram per 40 gr takaran saji,
sedangkan didapatkan hasil praktikum sebesar 13,750 %. Pada sampel
oatmeal tertulis di kemasan kandungan gula sebesar 14 gr per 40 gr takaran
saji, sedangkan didapatkan hasil praktikum sebesar 0,117 %. Pada sampel
promina tertulis di kemasan kandungan gula sebesar 1 gr per 25 gr takaran
saji, sedangkan didapatkan hasil praktikum sebesar 13,750 %. Pada sampel
sun tertulis di kemasan kandungan gula sebesar 8 gr per 40 gr takaran saji,
sedangkan didapatkan hasil praktikum sebesar 0,953 %. Hubungan
absorbansi dengan kadar gula reduksi, yaitu berbading lurus. Sehingga
keduanya saling berkaitan, dan nilai absorbansi sebagai patokannya untuk
mencari kadar gula reduksi (%).
Dari hasil praktikum tersebut dapat diketahui bahwa, faktor yang
mempengaruhi hasil analisis salah satunya adalah pengenceran sampel.
Karena pada saat sampel yang terlalu pekat direaksikan dengan reagen
Nelson kemudian dipanaskan akan terjadi perubahan warna menjadi kuning
keruh sampai kehijauan yang seharusnya sampel tidak berubah warna secara
signifikan atau tetap berwarna biru. Pada sampel yang terlalu pekat juga akan
menyebabkan sulit terdeteksi oleh spektrofotometer. Apabila larutan sampel
tersebut terlalu pekat maka perlu dilakukan pengenceran ulang dari hasil
pengenceran sebelumnya. Selain itu ketelitian praktikum pada saat
penimbangan sampel juga berpengaruh pada hasil tersebut, dan juga
perbedaan jenis metode analisis kadar gula reduksi yang digunakan
perusahaan (lebih modern) dengan yang dipraktikan berpengaruh pula
terhadap hasilnya.
Mengetahui kadar gula pada bahan makanan sangat penting terutama
dibidang kesehatan, karena dengan mengukur jumlah dari senyawa
pengoksidasi yang tereduksi oleh suatu larutan gula tertentu, dapat dilakukan
pendugaan konsentrasi gula. Sehingga bagi seseorang yang menderita
diabetes mellitus harus selalu menjaga kadar gula pada setiap makanan yang

dimakan agar gula darahnya tidak naik. Karena memang penyakit ini
menunjukkan tingkat gula darah yang tinggi secara abnormal, dan
pengeluaran pada air seni yang berlebih (Lehninger, 1982).

E. Kesimpulan
Dari Praktikum Acara V Karbohidrat ini dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Prinsip kerja pada metode Nelson-Somogyi adalah gula reduksi akan
mereduksi kuprioksida menjadi kuprooksida. Kuprooksida yang terbentuk
direaksikan dengan arsenomolibdat sehingga terbentuk molybdenum yang
berwarna biru. Intensitasnya diukur dengan pengukuran absorbansi
menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 540 nm.
2. Hasil dari perhitungan regresi linier larutan Glukosa Standar 2,7 mg/10 ml
yaitu sebesar y = 0,0445 + 5,931x.
3. Didapatkan hasil gula reduksi terlarut (mg) pada sampel cerelac, ceremix,
energen, milna, oatmeal, promina, dan sun (Kelas A) secara berurutan
adalah 0,082; 0,0378; 0,0267; 0,0275; 0,0117; 0,0275; 0,0953. Untuk
(Kelas B) dengan sampel sama secara berurutan adalah 0,130; 0,014;
0,004; 0,003; 0,007; 0,033; 0,130.
4. Didapatkan hasil kadar gula reduksi pada sampel cerelac, ceremix,
energen, milna, oatmeal, promina, dan sun (Kelas A) secara berurutan
adalah 0,816%; 18,9%; 13,3%; 13,75%; 0,117%; 13,75%; 0,953%. Untuk
(Kelas B) dengan sampel sama secara berurutan adalah 1,296; 7,050;
2,050; 14,850; 0,066; 16,400; 1,304.

DAFTAR PUSTAKA

Aguirre-Valderrama, Alonso; and A. Dobado, Jose. 2006. Conformational


Analysis of Thiosugars: Theoretical NMR Chemical Shifts and 3JH,H
Coupling Constants of 5-Thio-Pyranose Monosaccharides. Journal of
Carbohydrate Chemistry, Vol. 25, No. 7, Hal. 558
Awwalurrizki, Nuzula; dan Surya Rosa Putra. 2008. Hidrolisis Sukrosa dengan
Enzim Invertase Untuk Produksi Etanol Menggunkan Zymomonas Mobilis.
Prosiding KIMIA FMIPA-ITS.
Fessenden, Ralp K; dan Joan S. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Girsang, Merryani. 1998. Kendali Mutu Laboratorium Kesehatan dalam Upaya
Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jurnal Media Litbangsit, Vol.
8, No. 02, Hal. 17-18.
Hatanaka, Chitoshi; Yoshiaki Kobara. 1980. Determination of Glucose by a
Modification of Somogyi-Nelson Method. Agric. Biol. Chem, Vol. 44, No.
12, Hal. 2943-2949.
Huda, Nurul. 2001. Pemeriksaan Kinerja Spektrofotometer UV-Vis. GBC 991A
Menggunakan Pewarna Tartrazine CL 19140. Sigma Epsilon 0853-9013,
Vol. 1, No. 20-21.
Katz, David L. 2001. A Scientific Review of the Health Benefits of Oats. The
Quakers of Company, Hal. 1-11.
Lang, A.T.P. 2004. Physico-chemichal Properties of Starch in Sago
Palm at Different Growth Stages. University Sains.
Malaysia.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Muchtadi, Deddy. 2014. Pengantar Ilmu Gizi. Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Neldawati; Ratnawulan; dan Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Pillar Of Physics, Vol. 2, Hal. 76-83.
Nurcahyani, Karina A; dan Budi Utami. 2015. Pengolahan Limbah Cair Industri
Alkohol Bekonang Menggunakan Fermentasi (Industrial Wastewater
Treatment Using the Process of Fermentation Alcohol Bekonang).
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH-FKI
UNS, Hal. 112-114.

Razak, Abd Rahman, Ni Ketut Sumarni. Basuki Rahmat. 2012. Optimasi


Hidrolisis Sukrosa Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat.
Jurnal Nature Sains, Vol. 1, No. 1, Hal. 119-131.
Sudarmadji, Slamet; Bambang Haryono; Suhardi. 1996. Analisa
Bahan
Makanan
dan
Pertanian.
Penerbit
Liberty.
Yogyakarta.
Tampubolon, Nurita Lastri; dan Ridwansyah. 2014. Formulasi Bubur Bayi Instan
dengan Substitusi Tepung Tempe dan Tepung Labu Kuning Sebagai
Alternatif Makanan Pendamping ASI. Jurnal Rekayasa Pangan dan
Pertanian, Vol. 2, No. 2.
Tyanjani, Eka Febryanti; dan Yunianta. 2015. Pembuatan Dekstrin
dari Pati Sagu (Metroxylon Sagus Rottb) dengan Enzim
Amilase terhadap Sifat Fisiko Kimia. Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol.
3, No. 3, Hal. 1119-1127.
Wiriya; P Paiboon; dan Somchart. 2009. Effect of Drying Air Temperature and
Chemical Pretreatments on Quality of Dried Chili. International Food
Research Journal, Vol. 16, Hal. 441-454.
Wulandari, Endah; Tami Idiyanti; dan Ernwati Sinaga. 2012. Limbah Molas:
Pemanfaatan sebagai Sumber Karbohidrat untuk Perkembangbiakan
Mikroorgaisme. Jurnal Valensi, Vol. 2, No. 5, Hal. 565-572.
Yulian, Sonny. 2011. Pengaruh Promosi Terhadap Peningkatan Penjualan Produk
Energen Sereal di Daerah Tangerang. Jurnal Teknik Ekonomi, Vol. 1, No.
1.

LAMPIRAN

A. Perhitungan Gula Reduksi Terlarut


1. Analisa Perhitungan Larutan Glukosa 2,7 mg/10 ml Glukosa
Gula Reduksi Terlarut (mg)
Rumus = 2,7/10 x ml larutan glukosa standar
a. Kelompok 1 2,7/10 x 0 ml = 0 mg
b. Kelompok 2 2,7/10 x 0,2 ml = 0,054 mg
c. Kelompok 3 2,7/10 x 0,4 ml = 0,108 mg
d. Kelompok 4 2,7/10 x 0,6 ml = 0,162 mg
e. Kelompok 5 2,7/10 x 0,8 ml = 0,216 mg
f. Kelompok 6 2,7/10 x 1 ml = 0,270 mg
2. Persamaan Regresi Linier
Y = 0,0445 + 5,931x
B. Perhitungan Gula Reduksi Terlarut Sampel (mg)
a. Kelompok 1
Y = A + Bx
0,529 = 0,0445 + 5,931x
0,529 0,0445 = 5,931x
x = 0,0817 mg
b. Kelompok 2
Y = A + Bx
0,269 = 0,0445 + 5,931x
0,269 0,0445 = 5,931x
x = 0,0378 mg
c. Kelompok 3
Y = A + Bx
0,203 = 0,0445 + 5,931x
0,203 0,0445 = 5,931x
x = 0,0267 mg
d. Kelompok 4
Y = A + Bx
0,208 = 0,0445 + 5,931x
0,208 0,0445 = 5,931x
x = 0,0275 mg
e. Kelompok 5
Y = A + Bx
0,114 = 0,0445 + 5,931x
0,114 0,0445 = 5,931x
x = 0,0117 mg
f. Kelompok 6

Y = A + Bx
0,208 = 0,0445 + 5,931x
0,208 0,0445 = 5,931x
x = 0,0275 mg
g. Kelompok 7
Y = A + Bx
0,610 = 0,0445 + 5,931x
0,610 0,0445 = 5,931x
x = 0,0953 mg
C. Analisa Kadar Gula Reduksi Sampel (%)
Rumus = x . Fp
x 100%
mg sampel
a. Kelompok 1 0,0817 . 50 X 100 % = 0,817 %
500
b. Kelompok 2 0,0378 . 2500 X 100 % = 18,9 %
500
c. Kelompok 3 0,0267 . 2500 X 100 % = 13,3 %
500
d. Kelompok 4 0,0275 . 2500 X 100 % = 13,75 %
500
e. Kelompok 5 0,0117 . 50 X 100 % = 0,117 %
500
f. Kelompok 6 0,0275 . 2500 X 100 % = 13,75 %
500
g. Kelompok 7 0,0953 . 50 X 100 % = 0,953 %
500

You might also like