You are on page 1of 52

NOVEMBER, 2008 Rp 16.

000,-

ACEHKINI November 2008 www. acehkini.co.id1


2
No. 03/II/November 2008

Saleuem
Surat
06 Kolom | Azhari

Wali Nanggroe di Simpang Jalan 08


Akhir Diari Sang ‘Wali’ 12
Cerita dari Dua Masa 15
Reuni Kapten dan Penyerang 18
Pesta Kecil MEnyambut Cut Abang 20
22 Kolom | Aboeprijadi Santoso
Berbagi Anggur Pengawal ‘Wali’ 23
Galeri Foto 24
Ekonomi & Bisnis 26 Bagai Ayam Menemukan Induk
Foto Sampul;
Fauzan Ijazah
Hukum & Politik 29 Pedang di Jalan Berlubang
Lompat Pagar Para Aktivis
Penerbit PT. ACEHKINI
Dewan Redaksi Yuswardi AS,

39
Nurdin Hasan, Irfan Sofni,
Adi Warsidi
Redaktur Fakhrurradzie Gade
Redaktur Foto Fauzan Ijazah
Pelesir Sauna di Kaki Bukit
Koordinator Liputan
Maimun Saleh
Wartawan Mismail
Laweueng, Dedek Parta,
Daspriani Y Zamzami, Riza
Nanggroe 41 Kisah Usang Rompak Tanggung
Oz, Jamaluddin (Banda Aceh),
Imran MA (Lhokseumawe),

45
Halim Mubary (Bireuen),
Fotografer Hasbi Azhar,
Chaideer Mahyuddin
Gaya Hidup Demam Juan Carlos di Seutui
Keuangan Abdul Munar
Penata Letak Khairul Umami

47
Ombudsman Stanley
Kolumnis Azhari
Distribusi Muhammad Yusuf, Sains_Buku Pengakuan bandit
Alamat Jl. Angsa No 23
Batoh, Banda Aceh
Telepon 0651.7458793
website www.acehkini.co.id
e-mail redaksi@acehkini.co.id 49 Figura
Surat

Orangutan
Dua pegawai Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA-NAD) mengobati anak Orang-
utan sitaan di kandang penampungan kantor BKSDA NAD Banda Aceh. Perburuan liar
dan kerusakan hutan menjadi ancaman utama populasi Orangutan Sumatera (Pongo
abelii) yang diperkirakan kurang dari 6000 ekor yang masih tersisa di habitat aslinya.
[Hasbi Azhar]

Menyelamatkan Hutan Aceh Banjir tentu tak datang andaikan Genangan air di mana-mana jika musim
Menyimak berbagai informasi tentang bumi Aceh masih tertutup hutan, karena hujan tiba, seperti di Jln Pante Kulu, yang
perkembangan hutan di Aceh, hati saya salah satu fungsi hutan adalah sebagai berdampingan dengan Masjid Raya Baitur-
jadi trenyuh. Bagaimana tidak, Aceh yang pengendalian banjir kala musim penghu- rahman. Itu ialah salah satu jalan yang
dikatakan oleh pakar kehutanan masih jan tiba. Akibat banjir, masyarakat yang sangat jorok dengan tumpukan sampah dan
memiliki hutan terbaik di pulau Sumatera, tidak berdosa ikut merasakan dampaknya, genangan air. 
ternyata dari hari ke hari nasib hutan Aceh padahal mereka tidak ada sangkut pautnya Saluran yang ada tak berfungsi dan
semakin menghilang dan luasnyapun terus dengan kerusakan hutan. Kerugian moril banyak tersumbat sampah. Kesadaran
berkurang. dan materil tak terelakkan. Itu baru satu masyarakat sendiri masih kurang terhadap
Padahal kita belum tahu seutuhnya dampak yang muncul, belum lagi dampak kebersihan. Padahal, pasar Aceh berdamp-
potensi hutan yang kita miliki. Hal ini lain, seperti kemarau panjang. ingan dengan Masjid Raya Baiturrahman
mengacu pada data yang ada, yakni tentang Itu pula alasan mengapa hutan harus yang banyak dikunjungi oleh tamu-tamu
luasan hutan Aceh tahun 2007 seluas 5. tetap dilestarikan. Kita tahu gubernur Aceh dari luar Aceh dan wisatawan asing.
356. 557 Ha. Dari luas itu, 1. 526. 800 Ha, sudah mengeluarkan moratorium logging, Kenyamanan berbelanja di pasar Aceh
teridentifikasi kritis dengan rincian dalam tapi aturan hanya tinggal aturan, peker- sangat tidak ada dengan kondisi jorok dan
kawasan hutan 788.600 Ha, dan di luar jaan ilegal menebang hutan tetap berjalan. genangan air di mana-mana. Bagaimana
kawasan 738.200 Ha. Dari data itu, jelas Saya bukan pesimis, hanya saja khawatir kita mau menciptakan kota yang “beriman”
terlihat kerusakan dalam hutan jauh lebih karena sampai sekarang belum ada satu (bersih, indah dan nyaman jika) Pasar Aceh
besar dibanding kawasan luar kawasan lembagapun yang mampu menyelamatkan yang merupakan pasar terbesar di Banda
hutan. hutan Aceh.  Aceh dan terletak di jantung kota tidak
Dapat dibayangkan apa yang terjadi Saya malah jadi bertanya siapa sebe- bisa kita jaga kebersihannya. Kepada pihak
kalau penyusutan demi penyusutan terus narnya yang mampu menyelamatkan hutan terkait, tolong memperhatikan masalah ini
terjadi. Lihatlah air bah yang menghantam Aceh? Dinas Kehutanankah yang merupa- agar Pasar Aceh bebas dari sampah dan
kawasan Samahani dan Leupung, hari kan lembaga pemerintah di bidang hutan, genangan air. Terimakasih.
Minggu, 19 Oktober 2008. Dan yang paling polisikah, LSMkah atau masyarakat biasa Munandar, Banda Aceh
hangat lagi, peristiwa banjir yang melanda yang bermukim di sekitar kawasan hutan.
tiga kabupaten di Aceh, yakni Aceh Jaya, Wassalam. Jangan Berjanji
Aceh Barat dan Nagan Raya. Ruskhanidar, Staf pengajar Menanggapi pihak-pihak yang secara
Bencana yang terjadi hampir sepekan di STIK Pante Kulu, Banda Aceh tegas menyatakan menolak keberadaan UU
lamanya membuat ribuan warga harus Pornografi, Wapres Jusuf Kalla mempersi-
mengungsi, meninggalkan rumahnya ke Pasar Aceh Jorok lakan mereka melakukan uji materi terh-
tempat lain yang lebih aman, karena ket- Saat kita melintasi dan singgah di pasar adap undang-undang yang telah disahkan
inggian air mencapai satu meter lebih. Aceh, kesan pertama terekam adalah jorok. DPR itu, ke Mahkamah Konstitusi.

4
Saleuem

Wali
Jusuf Kalla menilai, sebagian besar “Apa lagi yang harus kita tulis? kapten tim sepakbolanya di tulisan: Reuni
masyarakat tidak melihat UU Pornografi Semua angle telah ditulis koran,” celetuk Kapten dan Penyerang.
secara utuh. Akibatnya, UU itu sering kali Yuswardi, sambil menyeruput kopi. Empat Malam deadline tiba. “Innalillahi
dikaitkan dengan masalah agama. Padahal hari menjelang deadline, dia masih uring- wainnailaihi rajiun, ayahanda Radzie me­
UU Pornografi sangat  dibutuhkan untuk uringan memilih arah laporannya. “Tak ninggal,” ujar Nurdin Hasan, anggota dewan
melindungi generasi muda. mungkin habis. Tak terbatas sudut pandang redaksi, usai menerima telepon dari jurnalis
Bahkan, Amerika Serikat (AS) yang sebuah peristiwa,” ujar koordinator liputan ACEHKINI yang baru beberapa menit
dikenal sebagai negara yang paling bebas memberi semangat, sambil menyalakan meninggalkan markas redaksi. Radzie yang
masih menjunjung tinggi masalah moral. rokok. Dialog itu berlangsung di warung dimaksud, Fakhrurradzie Gade, redaktur
Hal ini terbukti, 48 dari 50 negara bagian kopi, bukan forum rapat.  senior. Kabar itu masuk, hanya sekitar
di AS memiliki UU Pornografi. Yuswardi wajar pusing, dia satu- 15 menit menjelang rencana besuk awak
Selama ini, peraturan perundangan satunya jurnalis ACEHKINI yang memiliki redaksi ke Rumah Sakit Fakinah, Banda
yang ada di Indonesia, seperti Kitab press card bertulis “Delegasi Wali”. Kartu Aceh. 
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), identitas jurnalis itu, dikeluarkan panitia Semua awak ikut mengantarkan jenazah
UU Penyiaran, dan UU Pers, belum bisa penyambutan Hasan Tiro, khusus bagi almarhum ke Keumala, Pidie. Dini hari,
menjadi payung hukum yang memadai jurnalis yang meliput sejak dari Malaysia. usai mengirim doa dan mengaji untuk
dalam upaya pemberantasan pornografi Selain majalah ini, hanya dua media lokal ayahanda, Radzie mendatangi awak redaksi
karena terlalu umum dan sumir. Demikian lain yang memiliki kesempatan serupa, satu di perkarangan rumah. “Maaf saya tak bisa
juga dengan undang-undang lain. pesawat dengan Hasan Tiro. melanjutkan tugas,” ujarnya dengan mata
Aturan perundangan yang ada juga Sebagai majalah yang terbit bulanan, masih berkaca. Esoknya, usai pemakaman,
belum memuat ketentuan tentang tindak tentulah koran lebih cepat menyajikan in- Radzie memberi flashdisk ke salah seorang
pidana bagi korporasi yang memproduksi formasi ke hadapan anda. Bagi ACEHKINI awak redaksi. Isinya laporan setengah jadi
dan menyebarluaskan materi pornografi. itulah tantangannya, mengendus informasi soal kunjungan Hasan Tiro ke Pidie. Jatah
Oleh karena itu, seyogyanya pihak-pihak menarik, komplit dan tentunya tak ‘tercium’ Radzie diselesaikan awak redaksi lain.
yang menolak UU Pornografi betul-betul media lain. Sudah menjadi komitmen kami, Di luar laporan utama, ada kisah sepak
memahami tujuan dibuatnya UU tersebut. kepuasan pembaca tetap nomor satu. Ihwal terjang “pasukan pedang” yang penuh
Jangan terlalu mendramatisasi UU kunjungan sumber paling diburu kuli tinta sensasi di Aceh Utara. Lewat dua tulisan,
Pornografi seolah-olah keberadaannya itu di negeri jiran, silakan anda baca: A­k hir kami kisahkan pada anda riwayat lahirnya
akan mengakibatkan disintegrasi bangsa. Diari Sang Wali. Tulisan itu me­nemani tu- kelompok yang terkenal dengan berbagai
Sebab UU Pornografi sama sekali tak lisan utama ber­­ aksi kriminal ini. Selain itu, kondisi terakhir
bermaksud memasung keragaman suku tajuk: Wali Nang­ Sawang dan usaha yang dilakukan pihak
bangsa, budaya dan agama. Juga tidak groe di Simpang kepolisian membangun rasa aman.
untuk mematikan kreativitas para seniman Jalan. Sebagai bentuk keprihatinan terhadap
selama karya-karyanya tak dimaksudkan Bak me­nyu­ kondisi nelayan, sebuah potret kehidupan
untuk merusak moral bangsa. sun ‘angkatan pemburu hiu kami sajikan. Simaklah lika-
Pandanglah UU Pornografi dengan perang’, rapat liku nelayan Aceh dari lautan hingga jeruji
pandangan lebih luas. Jangan melihatnya edi­si ini sengit. besi di negeri jiran. Miris. Demi sirip hiu,
memakai kacamata kuda. Kita butuh UU Pembagian pos nanggroe ini dikenal rumah para rompak.
ini untuk melindungi generasi muda dari liputan, te­rasa Di rubrik politik dan hukum, kami per-
upaya pihak-pihak tertentu yang ingin sulit dengan lihatkan fakta hiruk-pikuk politik di Aceh,
merusak moral bangsa. jum­­lah jurnalis ternyata seram juga. Sesama bangsa Aceh,
Rendy Kameswara, terbatas. Setelah saling ancam terjadi. Di lain sisi, Aceh ber-
Perum Pojok Salak Blok 18/27, sukses ‘menem- tarung dengan Jakarta berebut kuasa mer-
Jonggol-Bogor bus’ Malaysia, tibalah saat mengejar ‘wali’ ekrut Panwas. Apa jadinya Pemilu di Aceh
ke Pidie. Sehari sebelum Hasan Tiro ke Cot bila wasitnya hadir di saat waktu hendak
Mali, Dusun Tanjung Bungong, Kecamatan berakhir.
Bakti, Pidie, tiga jurnalis dan seorang fo- Politik memang rumit. Sebab itu, ACEH-
tografer majalah ini sudah patroli keliling KINI menurunkan laporan pemandian pa-
kampung melihat persiapan warga. nas Weh Pesam di Bener Meriah, agar anda
Tim yang dipimpin Fakhrurradzie ini tidak lupa berwisata itu penting. Di rubrik
surat/foto untuk redaksi harap dialamatkan ke: sukses. ‘Sagoe Pidie’ menurunkan laporan lifestyle ada kabar gembira, kebiasaan Juan
Jl. Angsa No. 23, Batoh sisi lain tingkah polah mantan pasukan elit Carlos, pelatih sepak bola asal Argentina itu,
Lueng Bata, Banda Aceh GAM saat bertugas, ditulis dalam laporan: kini bisa dinikmati di Banda Aceh. Selamat
atau Berbagi Anggur Pengawal ‘Wali’. Ada pula membaca! [a]
redaksi@acehkini.co.id keharuan pertemuan Hasan Tiro dengan

ACEHKINI November 2008 5


Kolom

Warisan
A Z H A R I
azhari.aiyub@ymail.com
Kehampaan
Bagai seorang tukang sulap dia telah
melenyapkan hasil karya lebih dari seorang tukang
sulap yang lain – mereka yang menebarkan ilusi un-
tuk meyakinkan warga negara-bangsa bekas koloni
Hindia Belanda ini bahwa keindonesian bukanlah
sebuah kebetulan sejarah melainkan sesuatu yang
tumbuh dari akar yang sama.
Dalam pernyataan-pernyataan politiknya ke-
mudian baik untuk menemukan dasar bagi gerak­
an perlawanan yang dia letupkan maupun untuk
mempertebal keyakinan di tengah-tengah massa
yang mendukung gagasannya, kita lihat dia telah
menempatkan Aceh jauh di seberang cakrawala
keindonesian yang hiruk-pikuk, membuat Aceh
kian sepi dan terasing – bagaikan bayangan di-
rinya sendiri.
Tapi adakah yang cacat dengan sepi dan keter­
kita tidak asingan? Sama sekali tidak, karena lebih baik men-
erima takdir sebagai terasing dan sepi daripada
pernah tahu mengikuti satu karnaval yang hiruk-pikuk tapi tak
kurang menyedihkan.
Dan bukankah oleh sepi dan pengasingan yang
apakah tujuan tak terpermanai   ini pula, Aceh bertemu kembali
dengan sebuah identitas (saya tak suka istilah ini,
kepulangannya tapi apakah yang lebih tepat dari itu?) lama yang
datang dari masasilam dan terkubur ke dalam
untuk mengubur masasilam pula.
Cerita-cerita tentang kejayaan unifikasi Aceh
yang terbentang dari pantai barat Sumatera hingga
imajinasi yang ke semenanjung Malaya; kisah-kisah penaklukan
yang gemilang; lasykar gajah dan kiriman upeti;
pernah dia berkelindan bersama kisah yang datangnya pada
abad lain yang lebih baru, ketika Aceh menolak
kreasikan itu, takluk kepada Hindia Belanda, sementara di saat
yang sama mungkin orang Aceh melihat cacat yang
lain, yakni ketika negeri koloni itu bukan hanya su-
atau justru dah menjinakkan tapi sekaligus membuat birokra-
si kolonial dapat berjalan dengan rapi atas hampir
untuk kian seluruh kepulauan di Nusantara.
Masasilam itu bagai mesin waktu yang canggih
mengukuhkannya. dan hadir dalam imajinasi orang Aceh masakini,
dan pengaruhnya mungkin bagai kafein dalam
segelas kopi yang pekat, yang menggetarkan saraf
tidur yang hendak tunduk karena kantuk.
Itu sebabnya, di tengah keterasingan dan ke­
sepian itu, masalalu cenderung lebih dekat dengan
Mifta Sugesti @ Miras Creative
6
masadepan dalam kepala hampir sebagian besar hal itu ternyata lebih baik daripada eksis dalam
orang Aceh. Bagi orang Aceh tak ada yang lebih sebuah masadepan yang menyedihkan seperti apa
akbar selain kisah kemuliaan dan kegemilangan yang terhampar atau tersedia dalam horison kein-
Iskandar Muda. Tapi kita juga tahu, masa kegemi- donesian. Atau sebuah kemungkinan lain yang
langan itu bukan tak penuh dengan aib dan cela di sama tragisnya: pada akhirnya atas kuasa waktu
tengah-tengah legenda keadilannya yang terpuji pula, kepercayaan itu juga takluk pada keterbatasan
itu. Marcel Proust, seorang penulis Perancis, yang imajinasi sendiri dan menerima segenap hal yang
meminati tema seberang-ruang dan lintas-waktu, menyedihkan itu dengan hati yang ikhlas.
mungkin akan terpana tapi mungkin juga sekali- Di sinilah saya kira pada saat yang sama dia da-
gus takjub, oleh karena dia percaya bahwa men- tang dengan gagasannya, yaitu Nasionalisme Aceh,
cari masasilam itu sungguhlah sebuah kerja yang dan berjumpa dengan kenyataan tersebut –  sebuah
sia-sia, tapi lihatlah di Aceh, orang bahkan sudah waktu-lampau yang tak mau bergerak. Perpaduan
menemukan waktu-balik atau masasilamnya dan ini, telah memungkinkan masasilam yang penuh
sudah pada tahap untuk memutuskan, kalau boleh kegemilangan itu, yang selama ini hanya citra yang
memilih,  bahwa masadepan sekurang-kurangnya buram, untuk dapat diraba dan dilihat, sehingga
haruslah tak jauh berbeda dengan masalalunya. masadepan terpampang dengan lebih jelas.
Datang dari manakah citra yang demikian hampa Dia kini pulang, dia yang telah sekian lama
seperti itu? Kalau bukan atas sebuah waktu yang dari kejauhan dan ketaktersentuhan mengirim-
berhenti pada lintasannya, waktu yang menolak kan badai imajinasi dalam pikiran orang Aceh.
untuk bergerak,  masalalu yang berkilau dan punya Dan terhadap Aceh siapakah kiranya yang dapat
harga seperti permata. membantah bahwa imajinasi yang dia kirimkan
Sebelum dia menghembuskan imajinasi itu itu tidak memporak-porandakan sebuah pangkal­
dari kejauhan, warisan masasilam itu berada pada an kesadaran lama hasil khayalan Soekarno dan
sebuah ruang hampa, di mana orang Aceh akan teman-temannya tiga perempat abad silam. De­
terus hidup dalam cangkang masalalunya, sebab ngan imajinasi baru yang dia kirimkan itulah, dari
kejauhan dan ketaktersentuhan, dia bukan hanya
dapat menjaga sebuah jarak dengan kampung
halamannya tapi sekaligus menghidupkan sebuah
masa lampau.
Kini dia pulang, demikian dekat, berhadap-
hadapan, dia bahkan dapat disentuh oleh massa
yang tersihir oleh imajinasinya. Dia disambut oleh
rakyatnya dalam kelimun  imajinasi yang dia cip-
takan sendiri. Tapi kita tidak pernah tahu apakah
tujuan kepulangannya untuk mengubur imajinasi
yang pernah dia kreasikan itu, atau justru untuk
kian mengukuhkannya. Di sini kita bertanya akan
bernasib seperti apakah imajinasi yang telah di-
hembuskannya itu? Saya tidak yakin, walaupun
dia menginginkannya, bahwa imajinasi itu akan
bisa tercerabut begitu saja dalam kesadaran mas-
sa, oleh karena dia sendiri telah meletakkan dasar
yang teramat kokoh atas hal itu. Imajinasi memang
akan terpelihara dengan lebih baik dalam asuhan
orang yang melahirkannya, tapi bukan berarti tan-
pa ibu-kandungnya imajinasi itu tidak dapat mem-
pertahankan dirinya.
Kita sekarang sedang menanti masa depan dari
imajinasi itu, apakah waktu akan melenyapkan-
nya bagai dulu dia melenyapkan sebuah imajinasi
yang lain, atau terus tumbuh tanpa bisa dicegah.
Tapi benarkah bahwa warisan masasilam itu akan
bebas dari kehampaannya dan tetap berada pada
sentrum gravitasinya? Oleh karena Nasionalisme
Aceh adalah sebuah temuan baru, nasionalisme
yang mungkin masih samar-samar, bentuknya be-
lum tercetak jelas hingga hari ini. Perang memang
telah usai, tapi apakah imajinasi telah selesai? [a]

ACEHKINI November 2008 7


Wali Nanggroe
Magrib hampir menjelang saat
telepon genggam Mukhlis Mukhtar berde-
ring, Rabu, 22 Oktober lalu. Di ujung tele-
pon, Yahya Muaz, sekretaris Partai Aceh,
mengabarkan berita gembira, ”Wali berse-
dia bertemu.” Yang dimaksud wali adalah
Tengku Hasan Muhammad di Tiro yang di
kalangan aktifis Gerakan Aceh Merdeka Kepulangan Hasan Tiro ke
(GAM) dinobatkan sebagai wali nanggroe.
Mukhlis girang tak kepalang. Sebab, dua
Aceh tak memberi solusi
jam sebelumnya, Ibrahim Syamsuddin, juru bagi qanun wali nanggroe.
bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) — or-
ganisasi yang memayungi bekas tentara Tarik menarik kepentingan
GAM — mengatakan, Hasan Tiro tak punya
waktu untuk membahas qanun. Bahkan, ke-
kian kentara.
pada ACEHKINI yang menghubunginya se-
belum pertemuan itu, dengan nada murung
Mukhlis berucap, ”pintu untuk kami sudah
oleh YUSWARDI ALI SUUD
tertutup.” Padahal, sebelumnya Ibrahim FOTO: YUSWARDI ALI SUUD
berjanji akan mengusahakan. Mukhlis pun
patah arang.
September lalu, jauh-jauh terbang ke
Swedia, dia dan timnya tak berhasil me­
nemui Hasan Tiro. Saat Hasan Tiro pulang
ke Aceh, eh, nasib apes belum beranjak.
Mereka gagal bertemu deklarator Aceh
merdeka itu. Padahal, itu adalah hari ke-11
Hasan Tiro berada di Aceh.
Sebenarnya, aksi lobi sudah dilancar-
kan jauh-jauh hari. Selain lewat jalur GAM,
beberapa hari sebelum Hasan Tiro tiba di
Aceh, Mukhlis mengunjungi Wakil Guber-
nur Aceh, Muhammad Nazar di kediaman-
nya. Tujuannya, ya itu tadi, merintis jalan
supaya menggenggam ‘tiket’ bertemu Hasan
Tiro. “Apalagi eksekutif juga punya kepen­
tingan di sini,” ujar Mukhlis. Nazar berjanji
akan berusaha memfasilitasi.
Ketika pintu dibuka kembali oleh Yahya
Muaz, kesempatan itu tak disia-siakan.
Kabar itu ibarat tiupan angin sejuk. Bersa-
ma sejumlah koleganya, ketua tim penyusun
qanun wali nanggroe itu meluncur ke sebu-
ah rumah di kawasan Geuceu, Banda Aceh,
tempat Hasan Tiro diinapkan sepulang
melawat ke pesisir timur Aceh. Ketua DPR
Aceh, Sayed Fuad Zakaria ikut serta. Sepan-
jang jalan, Mukhlis telah membayang­kan
akan berdiskusi dengan Hasan Tiro. Tiga
pertanyaan sudah dikantongi, siap diajukan
pada ‘sang wali.’
Singkat kata, rombongan tiba di ru-
mah Hasan Tiro diinapkan. Di sana, telah
berkumpul banyak orang. Sebagian besar
adalah pengurus Partai Aceh. Orang-orang
silih berganti menyalami atau sekedar foto
bersama Hasan Tiro.
Giliran rombongan dewan akhirnya da-
tang juga. Satu persatu, mereka menyalami
Hasan Tiro. Mukhlis Muhktar sempat ber-
bisik ke telinga pria 83 tahun, yang telah
menjadi warga negara Swedia itu, dalam
bahasa Aceh, ”Wali, kamoe dari parlemen
Aceh, meuneuk musyawarah.”
Menurut Mukhlis, sambil tersenyum,
Hasan Tiro menjawab, ”jeuet, jeuet, bah seu-

8
di Simpang Jalan

ACEHKINI November 2008 9


leusoe nyoe dilee.” Maksudnya, diskusi bisa legislatif sebagai wujud pembagian kekua-
dilakukan kalau sudah ada waktu luang. saan. ”Kok sekarang diminta wali bisa mem-
Klop, janji temu sudah dikantongi, langsung bubarkan parlemen. Itu tidak masuk akal.
dari mulut Hasan Tiro. Pertemuan itu tak Bagaimana wali bisa memecat gubernur,
lebih dari lima menit. Sembari menunggu sementara peresiden saja tidak berwenang,”
waktu luang, rombongan dewan membu- ujar Mukhlis.
nuh waktu dengan ngopi bareng di sebuah Soal wali nanggroe, dalam MoU Helsinki
kios kecil, tak jauh dari rumah itu. Oh ya, disebut pada poin 1.1.7. Bunyinya, ”Lembaga
sebelum pamitan, mereka tak lupa jepret wali nanggroe akan dibentuk dengan segala
sana, jepret sini: foto bareng sang calon wali perangkat upacara dan gelarnya.” Tidak ada
nanggroe pertama. penjelasan lebih detil tentang keberadaan
Lama dinanti, kabar itu datang juga. wali nanggroe, selain hanya satu kalimat
Namun, kali ini bukan lagi angin sejuk, me- itu.
lainkan, ”mohon maaf, wali tak ada waktu.” Informasi lebih detil terdapat di UUPA
Mukhlis Mukhtar tak lupa menyeruput kopi pasal 1 ayat 17 yang berbunyi, ”Lembaga
terakhir sebelum akhirnya angkat kaki dari wali nanggroe adalah lembaga kepemimpi-
warung kecil itu. Walhasil, pertanyaan yang nan adat sebagai pemersatu masyarakat dan
sudah dipersiapkan, terpaksa disimpan ra- pelestarian kehidupan adat dan budaya.”
pat-rapat. Dalam UUPA, bab XII yang berisi pasal 96
Padahal dia optimis, jika tiga pertanyaan dan 97, khusus mengupas tentang lembaga
itu terjawab, lempanglah jalan merumuskan wali nanggroe.
qanun. Simaklah pertanyaan yang disiap­ Pasal 96 berbunyi, ”(1) Lembaga wali
kan. Pertama, apa pendapat Hasan Tiro nanggroe merupakan kepemimpinan adat
soal permintaan GAM agar kedudukan wali sebagai pemersatu masyarakat yang in-
nanggroe di atas gubernur dan berwenang dependen, berwibawa, dan berwenang
memberhentikan gubernur serta membu­ membina dan mengawasi penyelenggara-
barkan parlemen. Kedua, bersediakah Ha- an kehidupan lembaga-lembaga adat, adat
san Tiro menjadi wali nanggroe pertama. istiadat, dan pemberian gelar/derajat dan
Terakhir, kapan waktu paling tepat menye- upacara-upacara adat lainnya. (2) Lemba-
lesaikan qanun itu: sekarang, atau menung- ga wali nang­groe sebagaimana dimaksud
gu setelah pemilu 2009. pada ayat (1) bukan merupakan lembaga
“Kami ingin mendengar langsung jawa- politik dan lembaga pemerintahan di Aceh.
ban dari mulut beliau,” ujar Mukhlis. Se- (3) Lembaga wali nanggroe sebagaimana
bab, kata dia, secara etika politik tak elok dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seo- secara legal sistem, eksekutif dan legisla-
menunjuk seseorang menduduki sebuah rang wali nanggroe yang bersifat personal tif harus menindaklanjuti qanun tersebut.
jabatan, tanpa menanyai kesediaan yang dan independen. (4) Ketentuan lebih lanjut ”Mau tidak mau eksekutif harus menin-
bersang­kutan. “Jika itu tidak terjawab, kami mengenai syarat-syarat calon, tata cara pe- daklanjuti. Masalah ada kontroversi atau
tak mungkin bisa menuntaskan qanun,” milihan, peserta pemilihan, masa jabatan, tidak itu soal lain,” ujar Nazar.
ujarnya. kedudukan protokoler, keuangan, dan ke- Nazar mengaku sudah memberi masu-
Tiga pertanyaan itu berdasarkan tun- tentuan lain yang menyangkut wali nang- kan kepada GAM lewat juru bicara KPA,
tutan pihak GAM. Namun, Mukhlis tam- groe diatur dengan qanun Aceh.” Ibrahim KBS. Berkali-kali ia coba berkomu-
paknya ragu keinginan GAM adalah repre- Sementara pasal 97 bunyinya, “Wali nikasi dengan Malik Mahmud lewat telepon
sentasi keinginan Hasan Tiro. nanggroe berhak memberikan gelar kehor- genggam, namun tak nyambung. Menurut
Juru bicara KPA Ibrahim Syamsuddin matan atau derajat adat kepada perseorang­ Nazar, Hasan Tiro perlu dipertemukan de­
pernah berkata, pihaknya mengharapkan an atau lembaga, baik dalam maupun luar ngan DPRA.
qanun wali nanggroe mengadopsi sistem negeri yang kriteria dan tatacaranya diatur Apalagi, kata dia, istilah wali nanggroe
yang ada di negeri jiran Malaysia, yakni dengan qanun Aceh.” cuma dikenal di kalangan GAM. Itu sebab-
Yang Dipertuan Negeri – yang bisa mem- Dalam keterangan sebelumnya, Ibrahim nya, perlu konfirmasi eksekutif dan legislatif
posisikan diri sebagai pemersatu berbagai KBS juga menyatakan, bahwa pihak KPA Aceh secara langsung. ”Memang perlu ber-
kepentingan etnis. “Kalau sultan, kan tak ingin agar qanun wali nanggroe dibahas temu, meskipun wali tidak bisa merincikan
cocok lagi kalau kita buat di Aceh, karena setelah parlemen baru terbentuk. Kenapa langsung tapi bisa diwakili oleh orang dekat
sudah lama tidak ada sultan. Makanya kita harus menunggu usai Pemilu 2009? “Masa wali,” ujarnya kepada ACEHKINI.
sarankan menganut seperti Yang Dipertuan kerja DPR sekarang hanya tinggal sebentar Nazar setuju DPR jalan terus meski tak
Negeri,” ujar Ibrahim KBS. (baca ACEHKI- lagi,” sambung Ibrahim KBS. Begitukah? bertemu Hasan Tiro. ”Saya kira pimpinan
NI, edisi Oktober 2008). Sumber ACEHKINI di parlemen punya GAM mengerti dan tidak memperlakukan
Permintaan GAM itu menggelitik pendapat lain. Kata dia, itu lebih kepada wali secara eksklusif karena akan mengecil-
Mukhlis dan kawan-kawannya di gedung hitung-hitungan politis. “Pada 2009, di­ kan peran wali sendiri. Itu tidak mantap, ”
parlemen. Baginya, itu tak masuk akal ka- perkirakan anggota GAM yang naik lewat ujarnya.
rena tidak sesuai dengan Memorandum of Partai Aceh akan mendominasi parlemen. Nazar sendiri sempat merasakan
Understanding (MoU) Helsinki dan Un- Jadi mereka punya kewenangan untuk sulitnya mendekati Hasan Tiro. Di bandara
dang-undang Nomor 11 tentang Pemerinta- menentukan hitam putihnya qanun itu,” Sultan Iskandar Muda, saat Hasan Tiro tiba
han Aceh (UUPA). ujar sumber yang menolak namanya ditulis di Aceh, Nazar sempat dihadang pengawal.
Mukhlis mencontohkan soal kedudukan itu. Padahal, dari tangga pesawat, Gubernur
dan kewenangan. Dalam MoU, kata dia, Wakil Gubernur Muhammad Nazar tak Irwandi Yusuf, yang ikut rombongan Hasan
pemerintah Indonesia dan GAM telah ber- sepakat jika penyelesaian qanun wali nang- Tiro, sudah melambaikan tangannya agar
sepakat adanya pemisahan eksekutif dan groe harus menunggu usai pemilu. Sebab, Nazar diizinkan merapat. Namun, teriakan

10
Menurutnya, tak bertemu Hasan Tiro tidak
bisa dijadikan alasan menunda penyelesaian
qanun. ”Kalau sudah diusahakan dengan
berbagai jalan, tapi tidak bertemu, ya harus
diselesaikan,” ujar Dekan Fakultas Hukum,
Unsyiah, ini.
Apalagi, kata dia, secara hukum, ke-
wenangan wali nanggroe seperti dituntut
pihak GAM tidak mungkin diatur dalam
qanun. Sebab, kata dia, UUPA hanya me-
nyebut wali nanggroe adalah lembaga ke-
pemimpinan adat, bukan lembaga politik.
”Kalau keinginan itu mau diwujudkan, ha-
rus mengajukan revisi UU Nomor 11 Tahun
2006,” ujarnya.
Mawardi meminta, meski DPRA harus
menampung aspirasi, tapi jangan dikenda-
likan orang luar. ”DPR harus punya kepu-
tusan sendiri. Dengan kata lain, mendengar
aspirasi, tapi tidak dikendalikan,” ujarnya.
Itu sebabnya, Mawardi meminta DPRA tak
menunda pembahasan qanun wali nang-
groe.
Kalangan aktivis masyarakat sipil pun
sepakat, DPR Aceh harus segera meram-
pungkan qanun wali nanggroe. TAF Haikal,
mantan direktur eksekutif Forum Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) Aceh khawatir,
jika dibahas oleh parlemen hasil pemilihan
umum 2009, maka qanun itu akan kehilang­
an rohnya. Apalagi, qanun wali nanggroe
sudah masuk dalam program legislasi Aceh
(Prolega) 2008.
Gubernur Irwandi Yusuf menunjuk tangan ke arah penjemput Hasan Tiro. ”Anggota dewan hari ini adalah mereka
Foto: YO FAUZAN—ACEHKINI yang terlibat langsung dalam penyusunan
Undang-Undang Pemerintahan Aceh. Ja­
Irwandi tak digubris. Walhasil, wakil sentral yang bisa mempersatukan semua ngan sampai qanun itu kehilangan rohnya,”
gubernur hanya bisa menatap dari jarak elemen, dan tidak hanya mementingkan ke- ujar calon anggota legislatif yang membidik
empat meter. lompok sendiri. ”Kalau ego sektoral ini se- Senayan dalam pemilu tahun depan ini.
Ditanya soal ini, Nazar memilih bung- makin besar, ke depan kita akan berkelahi Menurut Haikal, qanun itu sarat nuansa
kam. Namun, sumber ACEHKINI di Par- sesama kita lagi,” ujar Mukhlis. politis karena dilahirkan untuk mengako-
tai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) Menurut dia, pihaknya tetap menghor- modir komponen yang sudah turun gunung
menyebut, insiden itu kemungkinan terkait mati MoU Helsinki untuk menjadikan Ha- dan sepakat menerima perjanjian damai.
”luka lama” saat Pemilihan Kepala Daerah san Tiro sebagai wali nanggroe pertama. Itu sebabnya, dia menilai, qanun wali nang-
(Pilkada), Desember 2006 lalu. Pasangan ”Kami tunduk dan menghormati itu, tapi groe adalah salah satu cara menjaga perda-
Irwandi-Nazar dianggap mbalelo karena kalau GAM tidak menghormati kami mau maian Aceh.
bersaing dengan pasangan Humam Ha- bagaimana lagi,” ujarnya. Terkait kegundahan DPR Aceh karena
mid-Hasbi Abdullah yang mendapat restu Meski Hasan Tiro masih warga negara tak bertemu Hasan Tiro, Haikal menyaran-
pimpin­an GAM Swedia. Swedia, bukan batu sandungan untuk men- kan parlemen untuk jalan terus. ”Yang pen-
Saat dikonfirmasi, Nazar berujar, ”Itu jadi wali nanggroe. Sebab, kata Mukhlis, ting komunikasi telah dibangun. Kalau ada
biasa dalam kompetisi demokrasi. Aroma MoU Helsinki memberi ruang pada Hasan pihak yang menutup diri, secara prosedur
kalah menang sudah tidak perlu lagi. Seka- Tiro. “Tapi, bagaimana kita bisa menjadikan formal, DPR sudah menjalankan hal itu.”
rang perlu disusun kesadaran bersama un- beliau wali nanggroe yang pertama sedang- Tampaknya, langkah inilah yang akan
tuk mengejar target bersama, untuk mela- kan kita tidak pernah mendengar persetu- ditempuh parlemen. “Kalau tetap tidak ber-
kukan perubahan fundamental di Aceh,” juan beliau,” ujarnya. temu, kami akan terus jalan. Menurut draf
ujar Ketua Majelis Tinggi Partai SIRA itu. Ruang yang dimaksud Mukhlis adalah yang telah disusun, wali nanggroe akan
poin 3.2.2 MoU Helsinki. Bunyinya, ”Orang- dipilih oleh sebuah majelis. Kita sudah se-
*** orang yang selama konflik telah menanggal- pakat bahwa ke depan harus demokratis,
kan kewarganegaraan Republik Indonesia bukan monarki,” ujar Mukhlis.
Bagi Mukhlis Mukhtar, qanun berhak untuk mendapatkan kembali kewar- Mukhlis boleh tak puas. Apalagi 26
wali nanggroe itu harus secepatnya dise- ganegaraan mereka.” Oktober lalu, Hasan Tiro telah terbang
lesaikan. Sebab, mengacu pada Undang- Pemerhati hukum Universitas Syiah kembali ke Swedia. Sementara tim penyusun
Undang Pemerintahan Aceh, qanun itu Kuala, Mawardi Ismail membenarkan qanun harus berpuas diri bisa foto bareng
harusnya selesai paling telat dua tahun, se- langkah yang ditempuh DPR Aceh. Dia calon wali. Kalau di Swedia, mereka foto di
jak undang-undang itu disahkan. Dari sisi bahkan mendesak tim panitia khusus depan apartemen, maka di Aceh dapat foto
politik, kata dia, Aceh saat ini butuh tokoh DPRA menyelesaikan qanun wali nanggroe. bersama. [a]

ACEHKINI November 2008 11


Akhir Diari
Sang ‘Wali’
Kepulangan Hasan Tiro ke Aceh masih
menyimpan tanya. Berikut catatan
wartawan ACEHKINI, Yuswardi Ali Suud,
yang menyertainya dari Malaysia
hingga Banda Aceh.

Genggaman tangannya terasa Semua mencium tangannya penuh takzim.


menyengat. Setidaknya, itulah yang terjadi Kepada setiap orang yang disalaminya, Tiro
saat kami bersalaman pada sebuah sore awal selalu berujar, “Thank you, thank you very
Oktober lalu. Mendung yang menggayut di much.”
langit Selangor, Shah Alam, Malaysia, sama Muzakir Hamid yang duduk diapit DEDEK PARTA-ACEHKINI
sekali tak berpengaruh pada suasana perte- Zaini Abdullah dan Ibrahim KBS memper-
muan. Senyum tak henti mengembang dari kenalkan kami satu per satu. Tiro kembali
bibirnya. Sesekali ia tertawa lepas. Mata tua mengangguk sembari mengucap, “thank san Tiro buka suara. Dengan suara serak
itu berbinar-binar. you.” Kata itu pula yang terlontar berkali- dan terputus-putus ia meminta rakyat Aceh
”Hari ini saya sangat senang. Keinginan kali ketika Muzakir menunjukkan majalah melek sejarah. Suaranya tak lagi segarang
saya untuk bertemu akhirnya terwujud,” ACEHKINI edisi Oktober yang bersampul dulu. “Rakyat Aceh mesti tahu sejarah, se-
ujarku dalam bahasa Inggris saat tangan dirinya. bab tanpa itu tidak mungkin membina hu-
kami masih saling menggenggam. Hasan Usai perkenalan, giliran Zaini angkat bi- bungan dengan negara-negara lain seperti
Tiro, lelaki tua itu, tertawa lebar. Saking le- cara. Menteri Luar Negeri GAM itu mewan- yang terjadi sekarang ini,” ujarnya dalam
barnya, kedua sudut matanya menyipit. ti-wanti orang Aceh agar merawat perda- bahasa gado-gado, Aceh bercampur Inggris.
Di kamar tempat ia menginap, di lantai maian yang telah dirajut. Ia mengibaratkan Saat berbicara, matanya menatap tajam la-
15 Hotel Concorde Selangor, sekitar 45 kilo- perdamaian adalah seperti bunga yang ha- wan bicara.
meter dari Kuala Lumpur, ia menerima se- rus senantiasa disiram. “Tapi jangan sampai “He had done anything that happened.
tiap tamu yang mengunjunginya. Kamar itu melewati batas sehingga menjadi takabur,” People ini Papua..lebih banyak yang mere­
cukup luas. Maklum, ini kamar kelas atas: ujarnya. ka usaha sekarang bahwa ber..berju..ang..
president suite. Di dalamnya, ada ruang Zaini juga menyentil mantan anggota itu penting sekali. Saya dengar orang Aceh
tamu dengan empat sofa warna coklat. Di GAM yang terlibat tindak kriminal. Ia tam- banyak sekali di Jakarta sekarang berjuang
atas meja, tergeletak dua buku tebal tentang paknya resah dengan masih adanya bekas untuk Aceh. Dan semua orang, semuanya
sejarah Aceh. Di luar, menara mesjid biru petempur GAM yang berbuat onar. “Kita mau seperti..”
Selangor menjulang menusuk langit. semua harus bisa menjaga diri dan memeli- Suaranya terhenti. Muzakir Hamid
Kamar tidur yang berhadapan dengan hara perdamaian agar abadi, sehingga cita- menimpali,”semuanya ingin seperti Aceh.”
ruang tamu masih tertutup dan baru ter- cita kita tercapai,” serunya. Hasan Tiro mengiyakan. Melihat Hasan
buka semenit kemudian. Dari dalam, lelaki Hasan Tiro tak banyak bicara. Ia ha- Tiro mulai susah bicara, Syarif Usman
itu keluar dengan senyum mengembang. Di nya mengangguk-angguk mendengar Zaini yang duduk di kursi belakang menghen-
usia senja, ia masih tampil necis: menge­ bicara. Satu jam sebelum bertemu, kami tikan perbincangan. “Sudah cukup, wali
nakan jas, kemeja putih dan dasi merah sudah diwanti-wanti untuk tidak bertanya. masih kelelahan,” ujarnya. Syarif adalah
marun. “Mau diterima saja sudah syukur,” ujar seo- salah satu anggota GAM yang kini bermu-
“Anybody here from Aceh?” Ia bertanya rang pengawal Hasan Tiro. kim di Swedia.
kepada tujuh orang yang berbaris menyam- Untungnya, di akhir pertemuan selama Walhasil, hanya satu pernyataan yang
ping, memberi jalan menuju sofa. Yang di- 24 menit itu, Zaini membuka peluang ber- terlontar. Tampaknya, stroke yang pernah
tanya hanya tersenyum. Ketujuh orang itu tanya. mendera membuatnya tak lagi bisa bicara
adalah anggota GAM alumni Libya yang “Apa pesan wali (Hasan Tiro) untuk ma- panjang lebar. Apalagi, usianya kian senja.
mengawalnya selama di Malaysia. syarakat Aceh?” seorang rekan menyambar Pada 4 September lalu, ia genap 83 tahun.
“Ya, semua orang Aceh, Pak Cik,” sahut kesempatan itu. Ditanya begitu, Tiro men- Ditanya soal ini, Muzakir Hamid yang juga
Muzakir Abdul Hamid, lelaki yang men- gernyitkan dahi. Zaini yang duduk di sofa adik ipar Zaini Abdullah hanya menjawab
dampinginya dalam bahasa Aceh. sebelah kirinya menerjemahkan pertanya­ singkat: faktor usia. Saat kami berlalu, sem-
“Good, very good.” an itu dalam bahasa Inggris. pat kulirik ia melambaikan tangannya.
Hasan Tiro, lantas menyalami mereka. Hening. Sesaat kemudian, barulah Ha- Kami menemuinya pada hari kedua ia di
12
tah Indonesia Hamid Awaluddin datang
keesokan harinya. Rombongan ulama Aceh
yang dipimpin Profesor Teungku Muhibu-
din Waly tiba hari yang sama bersama Gu-
bernur Irwandi Yusuf.
Kehadiran Irwandi seolah membantah
selentingan hubungannya dengan petinggi
GAM tak lagi mesra. Sudah menjadi rahasia
umum, petinggi GAM sempat murka ketika
Irwandi maju sebagai kandidat gubernur
dan mengalahkan pasangan Human Ha-
mid-Hasbi Abdullah yang disokong petinggi
GAM. ”Itu sudah tak ada lagi. Hari pertama
setelah pengumuman, Mentroe Malek lang­
sung menelpon saya mengucapkan selamat,”
ujar Irwandi.
Namun, bagi mantan Menteri Pertahan­
an GAM Zakaria Saman, ”Irwandi itu ibarat
seorang anak nakal. Kita maki pun dia te-
tap cari kita,”ujarnya ketika kami bertemu
di lobi hotel. Dua tahun memerintah Aceh,
kata Zakaria, Irwandi belum menunjukkan
prestasi menonjol.
Hari itu, di hadapan Hasan Tiro dan Ma-
lik Mahmud, Irwandi menjelaskan sejumlah
program yang sedang dilaksanakan. Tiro
tak banyak bicara. Tiba-tiba ia mengambil
sebuah buku. ”Aceh harus dibangun seperti
ini,” ujarnya sambil menunjuk ke foto-foto
bangunan yang pernah dikerjakannya ke-
Malaysia. Sebelumnya, kami sempat pesi- Di lobi hotel, kesibukan sangat kentara. Se- tika menjadi pengusaha di Amerika lewat
mis. Bayangkan, dua hari di sana, jangankan lama sepekan, lobi hotel bintang empat yang perusahaannya Doral International Ltd. Ir-
bertemu, bayangannya pun tak terlihat. Zai- memiliki 381 kamar dan empat kamar suite wandi manggut-manggut.
ni Abdullah, menteri luar negeri GAM yang dipenuhi lalu lalang orang Aceh. Sembilan Hasan Tiro laksana legenda hidup yang
kami temui saat sarapan di restoran hotel sofa warna coklat hampir tak pernah ko- menyihir. Lantang menyuarakan perlawan­
mengatakan Hasan Tiro tak menginap di song. Orang-orang datang silih berganti. an terhadap pemerintah Indonesia, lelaki
hotel itu. “Wali menginap di rumah kerabat Yang satu pulang, datang rombongan lain. yang pernah 25 tahun menetap di Ame-
dekatnya,” ujarnya. Sejumlah bekas tentara GAM silih berganti rika itu menggagas ide nasionalisme Aceh.
Selain Zaini, di sudut lain duduk Amir mengamati setiap tamu yang datang. Untuk mewujudkan ide itu Hasan Tiro
Rasyid Mahmud, Menteri Perdagangan Di Malaysia, penyambutan dipersiapkan meninggalkan istrinya Dora, anak semata
GAM. Meski jalannya sudah membungkuk, oleh Majelis Nasional Aceh se-Malaysia. Ini wayangnya Karim Tiro, dan perusahaannya
di usia 84 tahun, abang Malik Mahmud yang adalah istilah untuk anggota GAM di Ma- di New York. Ia memilih naik gunung dan
menetap di Singapura itu tak henti menyem- laysia. Di bawah koordinator Saaduddin bin mendeklarasikan Aceh Merdeka pada 1976.
burkan asap rokok. Di depannya, duduk Abdullah yang mengetuai kawasan Rantau Keluar masuk hutan sejak kurun 4 Septem-
Sya­rif Usman. Dialah yang mengurus semua Panjang-Klang, mereka juga mengurus se- ber 1976, ia memilih hengkang ke Malaysia
keperluan Tiro di Swedia bersama Muzakir gala tetek bengek administrasi hingga urus­ pada 29 Maret 1979. Sempat singgah di se-
Hamid. Semua tutup mulut. an sewa menyewa pesawat yang dipakai un- jumlah negara, ia mendapat suaka politik di
Di tengah ketidakpastian itu, di ujung tuk menerbangkan Tiro ke Aceh. Kamar 910 Swedia. Pengalaman tiga tahun di belantara
telepon, juru bicara Komite Peralihan Aceh disulap menjadi semacam kantor kecil. “Ke- Aceh dituangkannya dalam buku catatan
Ibrahim KBS membawa kabar gembira: pulangan bersejarah ini harus dipersiapkan harian berjudul The Price of Freedom: The
kami akan dipertemukan dengan Hasan sebaik mungkin,” ujar Saaduddin. Unfinish­ed Diary of Hasan Tiro.
Tiro pukul lima sore. Kabar itu datang saat Tak semua mendapat ‘tiket’ bertemu Sejak itu, Hasan Tiro menjalankan ’pe-
matahari baru saja melewati melewati ubun- Hasan Tiro. Apalagi, siang hari tamu tak merintahan’ di pengasingan. Mengangkat
ubun. Tempatnya? ”Siap-siap saja, lokasi di- diperkenankan meluncur ke lantai 15. Saat diri sebagai Presiden ASNLF (Aceh Sumatra
beritahukan kemudian,” ujar Ibrahim. itu dimanfaatkan Hasan Tiro untuk beris- National Liberation Front), ia melanjutkan
Ketika waktu yang dijanjikan tiba, dari tirahat. Pintu baru dibuka kembali pukul ’remote control’ dari luar negeri. Sayangnya,
lobi hotel, kami dibawa ke lantai 15. Ya, 17.00. Muzakir Hamid bolak-balik turun tak ada lagi catatannya yang dipublikasi se-
Hasan Tiro menginap di kamar 1504. Di naik dari lantai 15 ke lobi hotel. Pria berkulit telah The Price of Freedom. Kegiatannya
pintu kamar, dua pengawal berjaga-jaga. putih yang akrab disapa ustad itu bertugas yang paling menonjol setelah itu: mengirim
Mengenakan jas lengkap, mereka bertugas menyusun jadwal pertemuan. generasi penerus GAM latihan militer di Li-
mengawasi setiap tamu yang datang. Hari ketiga gelombang tamu kian deras. bya.
Ada yang dari Aceh, ada pula yang mewakili Alumni Libya ini sebagian pulang ke
*** pemerintah Indonesia seperti Zainal Arifin Aceh, sebagian lain menetap di Malaysia.
dari Forum Komunikasi dan Koordinasi Teungku Abdurrahman masuk dalam baris­
Hasan Tiro bagai magnet yang (FKK) Desk Aceh. Mantan Menteri Hukum an kedua. Lelaki berkepala plontos ini kini
menyedot orang berdatangan ke Concorde. dan HAM yang juga juru runding pemerin- berusia 58 tahun. Berangkat dari Malaysia

ACEHKINI November 2008 13


tahun 1988, ia satu angkatan dengan Muza- Berhenti di depan masjid Putra Jaya, menerobos hujan menuju mobil BMW yang
kir Manaf. Setahun ditempa pendidikan mi- seorang pengawal memegang tangan Hasan menunggunya. Ia memegang sendiri gagang
liter ala gurun pasir, ia balik kanan, kembali Tiro saat turun dari mobil. Puas melihat- payung.
ke Malaysia yang sudah ditempatinya sejak lihat gedung-gedung jangkung yang diba­ Di meja tempat ia duduk, di tepian Ta-
1984. ngun pemerintah Malaysia, rombongan sik Putra Jaya, setengah gelas Coca cola dan
Mendengar kabar Hasan Tiro sing- menuruni dua eskalator, menuju Selera Pu- sebiji kue kasui masih tersisa.
gah di Malaysia, ia girang bukan kepalang. tra, sebuah food court di sisi kanan masjid.
Maklum, sepulang dari Libya, mereka tak Di luar, terhampar Tasik Putra Jaya, danau ***
pernah lagi bersua. Walhasil, hotel Con- buatan yang membelah kota itu. Di atas da-
corde menjadi ajang reuni. Saat bertemu nau, melintang jembatan raksasa berbentuk Hari yang dinanti datang juga,
Hasan Tiro, Abdurrahman berusaha keras menyerupai kerucut. Di  kiri kanan jem- 11 Oktober. Pagi-pagi, orang-orang berge-
mendongkrak ingatan sang wali. Tak sia-sia, batan, tiang-tiang penyangga yang melebar gas, berkejaran dengan waktu. Pukul 07.30,
Hasan Tiro masih mengenalnya. ”Elite, eli- ke bawah terpacak ke bumi. Hasan Tiro lebih seratus orang meninggalkan Concorde
te. Good, very good,” ujar Hasan Tiro. Elite mengagumi jembatan itu. Dalam perjalan- menuju bandara Subang Jaya. Dengan bad-
adalah julukan yang ditabalkan Tiro untuk an pulang, ia sempat meminta mobil dihen- ge bertuliskan ”Delegasi Wali” melingkar
alumni Libya sebagai pasukan elite. tikan saat melintas jembatan. di leher, mereka mengenakan jas lengkap
Pada pertemuan 10 menit itu, tak ada Hasan Tiro duduk menghadap ke danau dengan dasinya.
petuah bijak atau nasehat Hasan Tiro seper- yang dibatasi dinding kaca. Di sisi kirinya, ’Delegasi Wali’ dibagi dua pesawat yang
ti ketika berlatih di Libya 20 tahun silam. Muzakir Manaf membisikkan sesuatu. Di dicarter khusus. Saya bersama lima warta-
Tak ada pula pidato berapi-api yang men- kanan, Zakaria Saman, sang mantan Men- wan lain satu pesawat dengan Hasan Tiro.
gobarkan perlawanan terhadap pemerintah teri Pertahanan GAM duduk tenang. Di de- Meski wartawan, kami diwajibkan berjas
Indonesia. ”Kami hanya bersalaman dan pannya, duduk Ridwan Abubakar alias Nek ria. Untunglah, bersama kedua rekan, saya
foto bersama,” ujar Abdurrahman. Tu, Muzakir Hamid dan Zaini Abdullah. sempat membeli jas seharga 60 ringgit atau
Lupakah Hasan Tiro akan cita-citanya Tiro lantas memesan sekaleng Coca sekitar 180 ribu rupiah di pasar murah dua
menuntut kemerdekaan Aceh? Entahlah. Cola. Yang lain, minum teh tarik dan kopi. hari sebelumnya.
Setelah pertemuan di kamar 1504, praktis Kepada Hasan Tiro, pelayan menyodorkan Di ruang VIP bandara Subang, Hasan
tak ada lagi waktu untuk bertanya. empat potong kue: dua kue lapis ketan war- Tiro terlihat tak sabar. Berkali-kali ia meli-
Sepekan di Concorde, Tiro praktis ha- na hijau dan dua kue coklat bertabur kelapa rik jam Rolex yang melingkar di lengan ki-
nya menghabiskan waktu di kamar hotel. yang disebut kue kasui. Muzakir Hamid rinya. Waktu keberangkatan memang ber-
Bila jam makan tiba, ada saja yang mengan- menuang Coca Cola ke gelas, lalu menyodor- geser. Dari rencana bertolak pukul 09.30,
tar makanan dalam rantang. Sehari menje- kan sendok dan garpu. Hasan Tiro tampak pesawat baru terbang satu jam kemudian.
lang terbang ke Aceh, ia dibawa jalan-jalan menikmati kue dan minuman yang disaji- Di atas pesawat, Tiro memangku sebuah
ke Putra Jaya, kota pusat pemerintahan kan. Di sampingnya, Muzakir Manaf men- koper hitam. Kata Muzakir Hamid, tas itu
Malaysia yang berjarak 30 kilometer dari comot sepotong black forest. berisi dokumen-dokumen keluarga dan bu-
Selangor. Saat Hasan Tiro makan, Muzakir Hamid ku-buku perjuangan Aceh. Tas itulah yang
Seperti biasa, ia tampil dengan se­ melarang wartawan memotret. “Kasep, sering diperlihatkan Tiro jika ada yang me-
telan jas hitam dan  kemeja putih. Di dasi­ kasep. Lon peugah kaseb, kasep (cukup, nemuinya.
nya, bertengger sebuah pin bendera GAM. cukup. Saya bilang cukup, cukup),” ujar pria Saat pesawat Firefly ATR 72-500 men-
Sesekali ia tersenyum saat kamera menga- yang bertindak sebagai ajudan Hasan Tiro jejakkan roda di Bandara Sultan Iskandar
rah ke wajahnya. Di luar, mobil BMW biru itu dengan nada tinggi. Muda, darahku berdesir. Di landasan pacu,
tua bernomor plat WMT 5901 milik Sulai- Jarum jam sudah bergeser ke angka di atas truk-truk yang parkir di luar pagar
man Aziz telah siaga menunggu. Sulaiman 16.26 ketika Hasan Tiro dan rombongan bandara, orang-orang melambaikan ta­
adalah salah satu anggota GAM Malaysia ber­anjak dari Selera Putra. Di luar, hujan ngan. Dari tempatku duduk di bangku 8A,
yang memiliki enam gerai toko swalayan di mulai turun. Namun, bermodal sebuah kulihat Tiro membalas lambaian dari jen-
sana. payung, Hasan Tiro diapit dua pengawal dala tempat duduknya di kursi 1A.
Saat hendak meninggalkan pesawat,
sempat kulirik ia menyusupkan jari ke balik
kacamatanya. Entah apa yang berkelindan
di kepalanya. Yang jelas, lima belas menit
sebelum pesawat mendarat, ia sempat bang-
kit dari tempat duduknya dan memeluk
Amir Mahmud, yang duduk di kursi 8D.
“Lon meusyen. Aku rindu,” bisiknya di
telinga Amir.
Bisa jadi ia terkenang pada sebaris
kata yang ditulisnya di The Price of
Freedom,”hanya orang gila dan dungu yang
percaya aku tak akan kembali lagi”
Hari itu, Tiro membuktikan janjinya.
Setelah kembali ke apartemennya di Nors-
borg, dalam balutan salju yang menggigil-
kan tulang, siapa tahu ia menuntaskan buku
catatan harian yang belum selesai itu. Jika
dulu bercerita tentang harga sebuah ke-
merdekaan, mungkin ia akan berkisah ih-
DEDEK PARTA-ACEHKINI wal harga perdamaian. Ya, siapa tahu…[a]

14
Cerita
dari
Dua
Masa

32 tahun silam, dia pulang


mengobarkan api perang.
Setelah hampir tiga dekade
di pengasingan, ia kembali
untuk memupuk benih
perdamaian.

oleh NURDIN HASAN


FOTO: YO FAUZAN-ACEHKINI

Langkah lelaki tua itu terhenti


sejenak di pintu pesawat. Dua bola mata
dari balik kacamata tebal menatap tajam,
menyapu sekeliling. Antara bahagia dan
sedih yang menggelayut di rona berkerut,
memancarkan keharuan mendalam,
melambaikan tangan kanannya sejenak.
Dialah Tengku Hasan Muhammad
di Tiro atau biasa dipanggil Hasan Tiro,
83 tahun. Siang itu, 11 Oktober lalu, sang
deklarator Aceh merdeka mengunjungi
tanah kelahirannya, setelah hampir 30
tahun ditinggalkan. Satu per satu anak
tangga pesawat komersil milik maskapai
penerbangan Firefly ATR 72-500, yang
khusus dicarter di Malaysia dituruninya,

ACEHKINI November 2008 15


dengan iringan lantunan suara azan.
Jumlah anak tangga pesawat itu, hanya
lima. Tapi, tiga orang tetap memapah tubuh
renta yang dibalut jas hitam itu, hingga
ia menginjak tanah, bersamaan dengan
berakhirnya lantunan azan. Suasana
tenang, tiba-tiba berubah gaduh. Orang-
orang merangsek, coba mendekat.
Dua lembar sajadah telah disiapkan
dekat tangga pesawat. Dibantu seseorang,
yang memegang bagian belakang bawah
ketiaknya, Hasan Tiro bersimpuh di atas
sajadah, melaksanakan sujud syukur.
Jidatnya menyentuh ujung sajadah warna
merah marun.
Ratusan pengikut setianya serta
sejumlah pejabat dari berbagai daerah Aceh,
sejak pagi mulai berdatangan ke Bandara
Sultan Iskandar Muda di kawasan Blang
Bintang, Kabupaten Aceh Besar. Di seputar
pagar bandara yang sedang dibangun
itu, ribuan warga rela berdiri dalam terik YO FAUZAN-ACEHKINI
mentari, yang membakar kulit.
Sekitar 80 menit sebelumnya, satu
pesawat sejenis mendarat. Para wartawan mewah Land Rover, seri Free Lander 2, serak, Hasan Tiro berujar, “Lon katrok
bersiap-siap, mengabadikan momen yang bernomor polisi BK 20 SD. Suara rapa’i Pase teuka u Aceh.”   Ia hanya melambaikan
sekian jam ditunggu. Tapi jurnalis kecele, yang ditabuh puluhan orang di atas dua tangan ke arah massa, yang menyemut
karena turun dari pesawat bukan orang truk interkuler, memeriahkan iring-iringan di halaman masjid. Hanya itu kalimat
yang dinanti. Mereka hanyalah bagian dari perjalanan rombongan dari bandara menuju keluar dari mulutnya. Kalimat serupa juga
delegasi Hasan Tiro. Beberapa di antaranya pusat kota Banda Aceh. diucapnya ketika bertandang ke beberapa
menenteng spanduk, isinya tentang ucapan   daerah di Aceh. Selain faktor usia yang
selamat datang atas kepulangan Hasan Tiro, *** telah memasuki senja, Hasan Tiro pernah
yang telah menjadi warga negara Swedia.   diserang penyakit stroke, sehingga sulit
Usai sujud syukur, dua perempuan Di pendopo gubernur Aceh, berkomunikasi dengan lancar dan jelas.
dituntun merapat ke hadapan Hasan Tiro. seratusan orang menanti. Gubernur Selanjutnya mantan Perdana Menteri
Yang satu adalah Siti Aisyah, adik tiri Hasan Irwandi Yusuf dan wakilnya Muhammad GAM Malik Mahmud, membaca amanat
Tiro, dan seorang lagi Pocut Sari, istri Nazar, berbaur bersama pejabat pemerintah Hasan Tiro, dalam bahasa Indonesia. Isinya,
almarhum Teungku Muhammad Usman Aceh, bekas gerilyawan GAM, dan jurnalis. perdamaian yang telah dirasakan selama
Lampoh Awe –mantan menteri keuangan Sedangkan, warga bergerombol di luar tiga tahun lebih merupakan rahmat dari
Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Aisyah pagar. Menurut jadwal, Hasan Tiro dan Allah. “Belum pernah terjadi dalam sejarah
memeluk tubuh Hasan Tiro. Airmata rombongan langsung ke tempat itu, untuk Aceh selama berada dalam penjajahan
bening membasahi kelopak mata kedua dipeusijuek. Beberapa mantan tokoh GAM, dan pendudukan bangsa asing, rakyat
kakak beradik itu. Sementara Pocut Sari seperti halnya Irwandi, yang satu pesawat mendapatkan kebebasan dan perdamaian
mengalungkan bunga ke leher Hasan Tiro. dengan Hasan Tiro, telah lebih dulu tiba di menyeluruh seperti sekarang,” ujarnya.
Bersamaan dengan “momen reuni bangunan bekas istana kerajaan Aceh masa Dia juga menyeru semua komponen
keluarga” itu, saling dorong antara sesama silam. masyarakat, untuk menjaga perdamaian,
penjemput tak terelakkan lagi. Mereka Namun yang ditunggu tak juga muncul. yang disepakati dengan Pemerintah
ingin bersalaman dengan tokoh, yang oleh Ternyata di tengah perjalanan, mobil Indonesia, di Helsinki, tiga tahun silam.
gerilyawan GAM disapa wali nanggroe itu. yang membawa Hasan Tiro memutuskan Memelihara perdamaian, kata dia, jauh lebih
Terdengar teriakan entah dari mulut siapa, belok arah, langsung menuju Masjid Raya mahal daripada biaya perang. “Peliharalah
“Hoi! bek meutulak-tulak. Malee teuh Baiturrahman, tempat ratusan ribu massa kedamaian ini untuk kesejahteraan kita
geukalon le wali.” Ada juga teriakan, “Bek telah membludak, sejak pagi. Ribuan semua,” kata Hasan Tiro, dalam pidato yang
ilee salaman ngon wali, buka jalan keu wali bendera Partai Aceh berkibar di antara dibacakan Malik Mahmud.
nak geujak.” massa. Ada juga bendera besar ditancap Beberapa pria bertengger di jendela
Keadaan tetap gaduh, seperti tak ter­ pada tembok tengah halaman masjid dan masjid, untuk sekadar bisa melihat
kendali. Para pengawal khusus bersafari hi- crane di jalan luar masjid. Hasan Tiro. Menjelang pidato usai, dalam
tam dipadu selempang warna merah, putih, Mobil Land Rover masuk ke halaman masjid ada kesibukan. Sejumlah panitia
hitam, yang sebelumnya sigap mengatur masjid, dan parkir dekat panggung yang membentang hamdal dari pintu depan
keamanan, terkesan tak berdaya. Aisyah telah disiapkan. Kursi plastik terjejer di hingga dekat mimbar, karena menurut
yang renta sempat terjepit. Untung, ada se- atas panggung. Hasan Tiro dan para bekas informasi yang mereka dapat, Hasan Tiro
orang pemuda berbadan tegap mengangkat petinggi GAM duduk di situ. Beda dengan akan masuk ke dalam masjid. Tapi hingga
tubuh ringkihnya, membawa keluar dari tempat lain yang dikunjungi, terkesan acara usai, dia tak masuk ke masjid, tapi
kerumunan massa. Dewi Mutia – istri wakil panggung itu tak ditata dengan baik dan langsung dibawa ke pendopo.
gubernur Muhammad Nazar, sigap menun- rapi. Massa bersorak-sorai, mengacungkan Pesan damai juga diucap saat Hasan
tun tubuh Aisyah, 81 tahun, yang limbung. tangan ke angkasa. Tiro berkunjung ke Pidie, Lhokseumawe,
Hasan Tiro segera dimasukkan ke mobil Usai mengucap salam, dengan suara Peureulak, dan Meulaboh, bahkan Jakarta

16
NURDIN HASAN-ACEHKINI

saat bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla. sejarah di Kuala Tari. Kala itu, dia bertemu Hasan Tiro setuju. Mereka baru
Selama 15 hari Hasan Tiro berada di Aceh, Muhammad Amin, seorang lelaki renta, berangkat menjelang senja. Boat berisi
tak ada insiden kekerasan terjadi. Massa yang tak ingat persis usianya. Tapi warga orang-orang bermata sipit, langsung putar
yang sempat tumpah ke Banda Aceh, sejak setempat memperkirakan, dia telah berumur haluan begitu Hasan Tiro meloncat ke
dua hari sebelum Hasan Tiro tiba, kembali 90 tahun. Nama Amin tidak tercatat dalam boat kecil milik menantu Amin. Pukul
pulang begitu acara di masjid bubar. buku harian Hasan Tiro. “Tak disebut pun enam sore, boat berlabuh di Kuala Tari.
  tidak apa. Saya memang sudah  tua, tapi Dia lalu mengirim utusan untuk mencari
*** saya tak bisa melupakan peristiwa itu,” kata Daud Paneuk dan Imum Wahab, dua orang
Amin. kepercayaan Hasan Tiro. Tugas Amin hari
Sabtu pagi, 30 Oktober 1976, sebuah Kepada Yuswardi, dia lalu memutar itu selesai.
boat merapat di pantai desa nelayan Pasi kembali kisah silam. Amin bercerita: pagi Pertemuan Amin dan Hasan Tiro tak
Lhok, Kecamatan Kembang Tanjong, itu di jalanan, ia bertemu sekelompok berhenti di situ. Dia mengaku pernah
Kabupaten Pidie. Satu di antara 28 orang pemuda yang mengabarkan kedatangan beberapa kali dipanggil ke Tiro. Ada
di atas geladak boat itu adalah Hasan Tiro, Hasan Tiro. Mereka mengaku diutus untuk pengalaman lucu yang masih dikenang
yang pulang ke Aceh untuk mengobarkan api menjemputnya. Terang saja, Amin kaget Amin. Suatu hari, ketika sedang makan nasi
perlawanan terhadap pemerintah Jakarta. mendengar kabar itu. Setelah menggantikan memakai tangan, nasi itu tidak masuk ke
Dalam buku “The Price of Freedom”, celana, ia mengajak empat rekannya, lalu mulut Hasan Tiro, melainkan berlumuran
cacatan hariannya selama hampir 3,5 tahun menuju ke tengah laut, memakai boat ikan di wajahnya. ”Mungkin karena beliau sudah
bergerilya di Aceh, Hasan Tiro menulis, milik menantunya. terbiasa makan roti di Amerika sana,” ujar
karena orang yang dicari tidak berada di Satu jam perjalanan, tiga mil dari Amin sambil terkekeh, menampakkan gusi
tempat, dia memerintahkan kapten boat, daratan, Amin melihat sebuah boat besar tak bergigi.
menjauh dari bibir pantai. Orang yang di tengah laut. Di kapal, kata Amin, ia Amin bukan pemain baru dalam perang
dicarinya itu adalah Muhammad Daud lihat delapan pria bermata sipit: sebagian gerilya. Sejak melawan Jepang, dia mengaku
Husin alias Daud Paneuk, panglima perang berjaga-jaga, sebagian lagi sedang memasak. pernah berhasil merebut senjata tentara
GAM pertama. Ia telah meninggal dunia di Salah satu dari mereka berlari ke dalam Nippon. Masa DI/TII, ia ikut berjibaku di
Swedia, 26 Maret 2003. memanggil Hasan Tiro. ”Mereka orang medan laga. Saat GAM muncul, ia beberapa
Di tengah laut Selat Malaka, menjelang Muangthai,” terang Amin. kali harus keluar masuk penjara, ditangkap
senja, Hasan Tiro naik ke sebuah boat Ia ingat benar, Hasan Tiro muncul tentara pemerintah.
nelayan berukuran kecil. Akhirnya dia memakai jas dan sebuah koper di tangan. Di usia senja, Amin tak lagi bergerilya.
berlabuh di Kuala Tari, tidak jauh dari Pasi Hasan juga membawa senjata: dua senjata Sehari-hari, ia menghabiskan waktu di
Lhok. Di bibir pantai telah menunggu Daud panjang dan tiga pistol. Mereka berjabat bawah rumah panggungnya yang reot di
Paneuk, bersama sejumlah anak buahnya. tangan dan berbasa-basi sejenak. Hari Pasi Lhok. ”Pahit atau manis, sejarah tetap
“Inilah malam pertama aku berada di tanah masih pukul 10.00 pagi. Saat itu, Hasan sejarah,” ujar Amin. Ketika pemerintah dan
leluhur setelah 25 tahun mengasingkan diri Tiro ingin secepatnya mendarat. Namun, GAM sepakat berdamai, dia menyambut
di Amerika Serikat,” tulis Hasan Tiro. Amin mencegah. ”Saya bilang, kalau dingin. Amin tak bisa reuni dengan Hasan
Februari 2006, jurnalis ACEHKINI mau mendarat harus sabar dulu. Siang, Tiro, karena ajal telah lebih dulu datang
Yuswardi A Suud pernah menelusuri jejak keamanan tak terjamin,” kata Amin. menjemputnya.  [a]

ACEHKINI November 2008 17


UTAMA | WALI NANGROE

Reuni
Kapten
dan
Penyerang
Hasan Tiro mahir
menggiring si kulit bundar.
Tendangannya kerap
membobol gawang lawan.

oleh FAKHRURRADZIE GADE


dan JAMALUDDIN ( pidie )
FOTO: JAMALUDDIN—ACEHKINI

“I can’t speak English,” kata Azhari di Blang Paseh, kedua sahabat karib itu tak Tiro yang di kalangan aktifis GAM dikenal
saat Hasan Muhammad di Tiro menanyakan pernah lagi bertemu.  sebagai wali nanggroe akan pulang ke Aceh,
namanya.  Tapi, jarak yang memisahkan keduanya Azhari telah mempersiapkan diri. Kabar itu
Pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tak lantas membuat mereka saling ditulisnya di secarik kertas dan ditempel
itu lantas bertanya dalam bahasa Arab. melupakan. Azhari selalu mengikuti di pintu rumah, dekat ranjangnya. Saban
“Man ismuka?”  perkembangan Hasan Tiro melalui surat hari, dia membaca kabar itu, menanti hari
“Ismi Azhari,” jawabnya.  kabar. Begitu pula, saat kabar Hasan Tiro kepulangan Hasan Tiro tiba.
“Azhari...?” Raut wajah Hasan Tiro pulang kampung, 11 Oktober silam. “Saya Ahad, 12 Oktober, sehari setelah Hasan
berubah. Ia terlihat menebar senyum. selalu berdoa agar Allah memanjangkan Tiro menjejakkan kakinya kembali di Aceh,
Azhari lalu dipersilakan duduk di sisi umur saya dan bisa bertemu Hasan Tiro,” Azhari bersiap diri. Pagi-pagi sekali, saat
kirinya. Keduanya lantas melepaskan kata Azhari. matahari masih belia, dia telah datang di
kerinduan yang sudah lama terpendam. Doa itu dilafalkannya setiap usai rumah Siti Aisyah, adik tiri Hasan Tiro.
Azhari berkali-kali meraba tangan kiri menunaikan salat lima waktu. Doa itu Pagi itu, Azhari mengenakan jas tua, yang
Hasan Tiro, mencubit kecil tangan kerutnya pula yang disampaikan Azhari saat bersua dibelinya bersama Hasan Tiro dulu. 
yang sudah renta.  dengan Hasan Tiro, di rumah adiknya di Jas hitam itu lusuh sudah. Warnanya
“Kita sudah tua,” katanya, masih dalam Dusun Tanjong Bungong, Desa Mali Cot, telah pudar. Lama sekali jas itu disimpan di
bahasa Arab. Hasan Tiro mengangguk.  Kecamatan Sakti, Pidie, 14 Oktober silam. lemarinya. “Saya tidak pernah memakainya
Azhari dan Hasan Tiro berteman sejak “Sekarang, doa saya terkabulkan. Kita lagi,” kata Azhari. 
kecil. Dulu, mereka satu sekolah di Madrasah telah bertemu sekarang,” kata Azhari. Pagi itu, jas tua sengaja dipakainya,
Diniyah Islamiyah Blang Paseh, Sigli. Hasan Hasan Tiro hanya mengangguk. Keduanya dipadu kemeja tua berwarna merah. “Saya
Tiro merupakan adik kelas Azhari. Tapi, terdiam. Tak berapa lama, reuni dua sahabat pakai jas, biar sama dengan Hasan Tiro.
“dia terlalu pandai,” kenang pria berusia 85 itu berakhir karena Hasan Tiro harus Apalagi saya lihat dia memakai dasi merah.
tahun itu. “Dia sering loncat kelas, sehingga bersantap makan siang. Saya pikir itu warna bajunya,” kata Azhari,
saya tertinggal di belakang.”    tersenyum memperlihatkan gusi yang tak
Tak mengherankan, Hasan Tiro dengan *** bergigi.
mudah bisa merampungkan pendidikan di   Namun, penantian itu tak membuahkan
sekolah yang diasuh Teungku Muhammad PERTEMUAN lima belas menit itu hasil. Hasan Tiro yang ditunggui, tak
Daud Beureu-eh itu. Dia lantas bersekolah di sangat berarti bagi Azhari. Ini merupakan kunjung datang. Jelang siang, dengan
Al Muslim Peusangan, Matang Geulumpang pertemuan yang dinanti semasa hayatnya. sepeda mininya, dia kembali ke rumah.
Dua, Bireuen. Sejak menamatkan sekolah Begitu koran-koran mengabarkan Hasan Jas yang dipakainya, dilipat dan kembali

18
Tgk Azhari sahabat masa kecil Hasan Tiro d antara
kerumunan massa di Pidie.
Foto Atas: JAMALUDDIN—ACEHKINI

Menurut Azhari, saat masih di Blang


Paseh, Hasan Tiro nyambi sebagai tenaga
pengajar di balai pengajian yang didirikan
ayahnya, Muhammad di Tiro, di Tanjong
Bungong. Di balai itu, Hasan Tiro berduet
dengan Azhari mengajar anak-anak
sekampungnya belajar ilmu agama dan
umum. Balai pengajian itu kemudian jadi
cikal-bakal lahirnya Madrasah Ibtidaiyah
Negeri (MIN) Tanjong Bungong, Desa Mali
Cot. “Di sana, saya dan Hasan Tiro mengajar,
ganti-gantian. Ada dua guru lagi, tapi saya
tidak ingat lagi nama mereka,” kata Azhari. 
Tak hanya pandai di bangku sekolah,
Hasan Tiro kecil juga menjadi bintang di
lapangan hijau. Dia pandai mengolah si
kulit bundar. Azhari bilang, hampir saban
hari usai sekolah atau mengaji, mereka
menjejal kemampuan sepak bola. Tapi
jangan membayangkan si kulit bundar yang
mereka mainkan itu terbuat dari bahan
kulit atau plastik. “Kami main bola boh
giri,” kenang Azhari.
Boh giri adalah jeruk bali. Saban hendak
main bola, Hasan Tiro memetik jeruk bali di
kebun neneknya. Tak jarang, Hasan Tiro
harus main kucing-kucingan dengan sang
disimpan di lemari. Rindu Azhari benar-benar tertunaikan, nenek. “Dia dilarang main bola, karena
Besoknya, Azhari kembali mendatangi meski ia harus rela sandal kesayangannya tidak baik kata neneknya,” ujar Azhari.
rumah Aisyah, yang berjarak sekitar 400 raib entah kemana. Memang, usai bertemu Karena Hasan Tiro sangat kepingin
meter dari rumahnya. Azhari lagi-lagi teman masa kecilnya itu, dia harus rela main bola, larangan itu tak dihiraukan. Dia
harus memendam kecewa. Hasan Tiro yang sandal Mirado coklat miliknya hilang. “Tapi rela saat harus “mencuri” jeruk bali di kebun
ditungguinya tak jua datang. Sialnya, ban tidak apa-apa, saya senang bisa bertemu neneknya untuk bisa menggiring si bundar
sepeda bututnya bocor saat pulang dari teman saya,” ujarnya. di lapangan hijau. Azhari dan Hasan Tiro
rumah adik Hasan Tiro. Baru pada Rabu, Azhari lega. Usai duduk bersanding selalu berduet. Hasan Tiro sering bertindak
penantian itu membuahkan hasil. Itu pun, dengan Hasan Tiro, dengan sepeda bututnya, sebagai penyerang kanan. Sedangkan
setelah bersusah payah menunggu sejak Azhari kembali ke rumah. Kemeja hitam Azhari di posisi kapten. 
pagi. bermotif bunga dilepasnya. Dia langsung “Kalau bola sudah di kaki Hasan Tiro,
Hampir saja Azhari tak bisa bertemu merebahkan diri di peraduan. “Saya pasti masuk. Tendangannya keras sekali,”
dengan teman sekaligus idolanya. Pasalnya, senang sekali. Makanya, begitu pulang saya kenang Azhari. 
pengawalan Hasan Tiro sangat ketat. Azhari langsung tidur,” ujarnya. “Njoe teungeut- Mereka kerap memenangkan permainan.
yang semula hanya mau bersalaman saja, teungeut ka mangat.” Bahkan, saat berlaga di kampung tetangga,
tidak bisa. Hasan Tiro keburu digiring ke   duet Hasan Tiro-Azhari selalu membuat
rumah sang adik.  *** kesebelasan Tanjong Bungong keluar sebagai
“Saya didorong-dorong tidak boleh   pemenang. Tarkam alias permainan sepak
bertemu. Padahal saya hanya ingin salaman AZHARI ingat betul masa kecilnya bola antarkampung menjadi favorit mereka.
saja,” kata dia.  bersama Hasan Tiro. Di mata Azhari, Jika sudah berlaga di arena tarkam, Tanjong
Untung saja, beberapa pengawal Hasan Hasan Tiro kecil, sosok yang cerdas. Saat Bungong selalu unggul. Azhari masih ingat
Tiro dikabari bahwa Azhari merupakan bersekolah di Blang Paseh dulu, Hasan Tiro saat mereka mengalahkan kesebelasan
teman sepermainan bos mereka sewaktu sangat menyukai pelajaran berhitung dan Titeue, Beureunuen, dan Lamlo. Dalam
kecil. Tak berapa lama, Azhari pun digiring mengaji. Tak mengherankan jika kemudian ajang tarkam itu, Hasan Tiro selalu berhasil
ke dalam rumah dan dipertemukan dengan Teungku Daud Beureu-eh, pejuang Darul menjaring boh giri ke jaring lawan. 
Hasan Tiro. Islam, merekomendasikan Hasan Tiro Tentu, reuni singkat antara kapten dan
“Saya senang bisa bertemu Tengku melanjutkan pendidikan di Al Muslim penyerang itu tak hendak menjejal lagi
Hasan Tiro. Sudah lama sekali kami tidak Bireuen. Usai di Al Muslim, Hasan Tiro kemampuan mengolah si kulit bundar.
berjumpa,” kata Azhari pada ACEHKINI mengambil jurusan Hukum Internasional Keduanya, kini telah renta dimakan usia.
usai melepas kerinduannya.  di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.  [a]

ACEHKINI November 2008 19


Menjelang
Cut Bang
Pulang
Sang adik mempersiapkan segalanya, demi menyambut
kepulangan Hasan Tiro. Bersama warga desa
pedalaman itu, dia menata semuanya, bagaikan pesta,
hingga makanan kesukaan cut abang disiapkan.

oleh FAKHRURRADZIE GADE


dan JAMALUDDIN ( pidie )

Matahari baru sepenggalah, saat menyapu daun sawo yang berguguran.


Siti Aisyah keluar dari rumahnya. Dia Seketika, tanah kosong itu bersih.
bergegas menuju kios yang ada di depan Kesibukan tak hanya di luar pagar
rumah. Di sana, dia bertemu sejumlah rumah. Di pekarangan, tiga helai daun pisang
warga yang menunggu kepulangan Hasan muda dijemur. “Nyan on keu timphan,” kata
Tiro, abang kandungnya dari ibu yang Aisyah, sembari mempersilakan ACEHKINI
berbeda. duduk di bangku yang ada di sisi kanan
“Nyak Liah, tolong petik kelapa beberapa tangga rumah Aceh.
butir, ya,” kata Aisyah kepada Ilyas, yang Rumah Aisyah berada di Desa Mali Cot,
berdiri di sampingnya. Ilyas mengangguk. Dusun Tanjong Bungong, Kecamatan Kota
“Bereh njan. Buet peue yang hana bereh Bakti, Pidie. Dua puluh lima meter sebelah
meunye ngon lon (Beres, pekerjaan apa kanan rumah, sebuah jembatan gantung
yang tidak beres kalau saya yang kerjakan),” yang menghubungkan Desa Pande dan
timpal Ilyas, setengah bercanda. Aisyah Tanjong Bungong, berdiri tegak. Air sungai
tersenyum. “Teungku, kapan Cut Abang Tiro mengalir jernih di bawahnya.
pulang?” tanya Ilyas. Teungku adalah Beberapa pria berkumpul. Sebagian
panggilan masyarakat setempat pada sibuk menimbun pasir pada setiap lubang
Aisyah. Dia hanya menggeleng. “Tidak tahu. becek di halaman rumah. Ada juga yang
Kita hanya menunggu, saya tidak berani sibuk memasang kain berwarna merah
tanya,” jawabnya. bergaris hitam di sepanjang jalan menuju
Aisyah meninggalkan kios. Ilyas rumah. Banyak pula yang hanya duduk di
menyusulnya. Tiba-tiba, di bawah pohon depan sebuah kios, tak jauh dari jembatan.
sawo, kaki Aisyah berhenti. Matanya melihat Rumah Aisyah seketika berganti rupa.
ke bawah. “Nyak Liah, nyoe pat mantong Di dalam rumah, para wanita berkumpul.
cot anoe jih, teusireuk watei tagidong Seperti ada pesta besar. Mereka sibuk
(Ilyas, ini masih ada gundukan pasir. Tolong mempersiapkan makanan khas Aceh,
ratakan),” ujar Aisyah. seperti timphan, ketan, dan kuah pliek u.
Ilyas manggut-manggut. Di depan Nyak Aisyah juga tak mau ketinggalan. Dia
Aisyah, dua perempuan terlihat sibuk ikut memasak bersama puluhan perempuan

20
Menjelang kepulangan Hasan Tiro, dayah
tempat pengajian inipun turut dipermak.
Halamannya ditaburi pasir, tempat
wudhuk yang dulunya bocor sudah ditambal.
Selang beberapa meter dari dayah, ada
tempat pemakamam. Makam itu juga telah
bersih dari rumput dan daun-daun yang
berguguran. “Di sini kuburan orang tua dan
abang kandungnya ‘wali’, sejak seminggu
lalu sudah dibersihkan,” ungkap Waled,
seorang warga sekitar. Dia juga mantan
kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Dua hari menjelang Tiro pulang kam-
pung, Wakil Bupati Pidie, Nazir Adam,
sempat mengunjungi rumah Aisyah, me­
lihat persiapan. Dia menyumbangkan se­
jumlah pasir untuk ditimbun di halaman
balai. Sedangkan camat setempat juga ikut
membantu pompa air untuk da­yah. Urusan
kebersihan bagian warga, yang bergotong
royong mengecat dayah, menimbun jalan
sampai memasang pompa air.
Dua hari kemudian, penantian Aisyah
dan warga untuk melihat raut muka Hasan
Tiro terwujud. Dari sebuah mobil mewah
bernomor polisi BK 20 SD, kaki deklarator
GAM, kembali manapaki menginjak rumah
tempat ia dibesarkan. Aisyah tak mampu
berkata-kata. Dari matanya yang penuh
kedutan, bulir air mulai mengalir. Sesekali
pandangannya dikaburkan oleh ramainya
warga yang saling berebutan menyapa,
“wali”.
Persiapan menyambut Hasan Tiro di Tanjong Di pelukan sang abang, prosesi
Bungong, Pidie (atas); Siti Aisyah melepas rindu sipreuk breuh pade dilakukan, pertanda
dengan Cut Bang (bawah). permohonan berkah dari Yang Maha Kuasa.
Foto: JAMALUDDIN dan FAKHRURRADZIE GADE—ACEHKINI Ucapan syukur terus meluncur dari bibir
tua Asiyah yang tak pernah tersentuh lipstik
di dapur rumahnya. Meski usianya sudah itu. “Alhamdulillah…” ucapnya bergetar.
mencapai 81 tahun, namun Aisyah masih Beberapa pria renta berjejer di bawah
gesit. Ia ingin menyajikan masakan khusus tangga rumah. Mereka kawan sepermainan
untuk Cut Bang Hasan Tiro, langsung dari Hasan Tiro kecil. Sama seperti warga
tangannya sendiri. Tanjong Bungong lain, mereka mencuri
“Gobnyan deumpeue makanan galak, mata untuk melihat sosok yang selama ini
hana meuceh-meuceh, kuah pliek gobnyan jauh dan hanya didengar nama. Pandangan
pih galak syit (Abang suka makan apa mereka kerap terusik dengan tubuh kekar
saja, tak pilih-pilih, tapi yang paling para pasukan pengawal. Mereka hanya
digemari adalah kuah pliek)”, ujar Aisyah melihat ‘wali’ dari celah sempit tubuh tim
dalam bahasa Aceh, sembari memanggil apet yang menjaganya masuk ke rumah.
keponakan agar menyediakan minuman Di dalam rumah, dia disanding di
bagi tamu yang datang. kasur pelaminan yang telah dipersiapkan.
Kisahnya, semenjak kepergian Hasan Hasan Tiro tersenyum dan selalu ber­
Tiro menuntut ilmu ke Bireuen dan tanya nama kepada setiap kerabat yang
kemudian ke luar negeri, dia nyaris tak menyalaminya, termasuk pada adiknya
pernah lagi menginjakkan kaki di rumah Nyak Aisyah. Padahal saat penjemputan
tempatnya dilahirkan dulu. “Cut bang di bandara, Aisyah pernah bertemu muka
pernah pulang sekali tahun 1971, namun dan berangkulan. Malik Mahmud, setia
hanya sebentar,” lanjut Aisyah. menyegarkan ingatan Hasan Tiro.
Dia bercerita, Hasan Tiro muda pernah   “Thank you, thank you…” Kata itu tak
mengajar pendidikan agama pada sejumlah pernah lupa dia ucapkan. Pada kerumunan
anak-anak desa, di balai belakang rumah. keluarga di dalam rumah, seorang cicitnya
Kini, tempat itu telah menjadi sebuah dayah. membalas, “I miss you, Abu chik”. [a]

ACEHKINI November 2008 21


Kolom

“Jalan Apa Saja...”


Aboeprijadi Santoso
koresponden Radio Nederland di Jakarta.

Masih segar dalam ingatan saya, “berkedok Indonesia”, katanya bernada Teungku Hasan di Tiro berupaya
April 1989, dengan rasa pingin tahu, saya marah. “Kemerdekaan harus kita mengembalikan sejarah Aceh kepada Aceh
bergegas naik kereta api dari Amsterdam pertahankan sendiri, atau rebut sendiri dengan meredefinisikan perjuangan Aceh
menuju Den Haag, Belanda. Di sana, di ... Untuk perkara ini, saya mengharapkan dari jalur politik-religius (Darul Islam
sebuah rumah di lantai II, Bazaarstraat no. banyak dari saya sendiri, dari bangsa Abu Daud Beureu’eh) ke jalur kebangsaan.
50, yang menjadi kantor Republik Maluku Aceh sendiri, dan dari bangsa bangsa lain. (Wawancara mantan kurir Daud Beureu’eh
Selatan, telah menanti Presiden RMS (alm) ... Tiap tiap perjuangan mengharapkan Suheluddin Sanusi Juangga Batubara,
Ir. Johannes Manusama dan tamunya, kemenangan, lekas atau tidak”. Melalui Radio Nederland 19 Des. 2003; Lihat
Teungku Chik Hasan Muhammad di Tiro. cara apa, Teungku, tanyaku. Jawabnya: juga studi Nezar Patria 2006). Kita boleh
Aha, ini dia Teungku Hasan yang “Dengan jalan apa saja.” setuju atau pun tidak, tapi di situ redefinisi
namanya tenar di mata pers asing dan Kita tahu, Jakarta, dalam hal ini Aceh berimplikasi menuntut redefinisi
cemar di mata Jakarta. Pak Manusama tentara, juga memilih jalan yang sama - Indonesia.
saya kenal, banyak senyum. Sementara “jalan apa saja” - menuju kemenangan. Tapi kita juga tahu, pendiri GAM itu
Teungku Hasan berwajah serius, tapi Juga dengan kekejaman. Dan, kita pun tidak mendapatkan faktor ketiga yang
santai. Suasana itu cukup cairlah buat tahu, dua dasawarsa kemudian, akibatnya disebutnya tadi, yaitu dukungan dunia.
seorang wartawan Indonesia - asal Jawa menyengsarakan semua pihak, terutama Kita pun tahu, Jakarta tidak memperoleh
pula - untuk bertemu dua tokoh separatis derita nestapa masyarakat setempat. semua hal, misalnya parpol yang serba
yang beranggapan bahwa negeri mereka nasional dan terpusat. Tapi meja runding
sedang dijajah oleh sebuah negara yang FOTO: CHAIDEER MAHYUDDIN—ACEHKINI Helsinki 2005 itu menghasilkan apa
dikuasai orang Jawa. yang paling diinginkan rakyat Aceh:
Percakapan dalam bahasa Inggris perdamaian.
segera meluncur tentang Gerakan Sejarah Aceh menunjukkan, bangsa
Aceh Merdeka, GAM. Teungku Hasan Aceh tak hanya mampu berperang, tapi
dengan bangga memperlihatkan sebuah juga mampu berdamai di kala sudah terikat
majalah Arab berbahasa Inggris yang perjanjian damai, begitu cerita pengamat
memuat foto-foto sejumlah pemuda Asia sejarah Pak Ramli Daly. Dan perdamaian
berlatih perang di Libya. Inti ceritanya: itulah yang diserukan Teungku Hasan
GAM tetap berjuang menyiapkan Aceh sepanjang muhibah saweue gampongnya
merdeka. Celakanya, mingguan berita pertengahan Oktober lalu.
yang menerima usulku dan menugasi Pantas, rakyat Aceh menyambut
mewawancarai bos GAM ini, melakukan Teungku Hasan di Tiro dengan hangat
sensor berat, bahkan memutarbalikkan dan meriah. Di situ tersirat bahwa
cerita (majalah itu kini sudah tiada). dinamika sejarah mutakhir Aceh telah
Enam tahun kemudian, 1995, saya mengubah peran dan citranya, dari
temui lagi Teungku Hasan di sela sela sekadar pemberontak dan deklarator
sebuah konperensi internasional di Den “Aceh Merdeka”, menjadi pemersatu.
Haag. Saya minta maaf atas publikasi 1989 Dengan begitu, gelar Wali Nanggroe yang
yang memalukan tadi. Toh Teungku Hasan disandangnya seharusnya menjadi simbol
bersedia diwawancarai, bahkan dalam Aceh yang bersatu.
bahasa Indonesia, namun kali ini untuk Apa pun, penderitaan rakyat berkat
Radio Nederland. Wajahnya angker, tegar, konflik dan tsunami itu pada dasarnya
tapi berbicara jelas. telah melandasi tuntutan perdamaian,
Bagi Teungku Hasan, setiap perjuangan sekaligus memungkinkannya. Karena itu,
harus bertumpu pada kekuatan sendiri. perdamaian harus terjaga. Dengan jalan
Aceh adalah korban agresi Jawa yang apa saja.

22
Berbagi
adalah pengawal inti yang selalu berada di
sisi Hasan Tiro. Mereka menempel ketat
kemanapun Hasan Tiro bergerak, walau ke
kamar tidur sekalipun.

Anggur
Mungkin karena punya latar belakang
militer, raut wajah mereka terlihat keras,
berkulit hitam, dan ogah senyum. Tak ja-
rang mereka harus berteriak menghalau

Pengawal
massa yang ingin mendekati Hasan Tiro. Ya,
namanya juga pengawal khusus.
Meski begitu, kadang mereka ke­
colongan. Seperti terjadi di rumah adik

‘Wali’
Hasan Tiro di Tanjong Bungong, Pidie. Mes-
ki Paswalwal sudah membuat pagar betis
untuk menghalangi kerumunan orang yang
berniat menyalami Hasan Tiro, tapi warga
terus mendesak, merangsek, mendekat to-
koh yang di kalangan GAM dipanggil wali
nanggroe itu.
Seorang lelaki tua yang berhasil men­
dekat, langsung mendaratkan dua kecupan
di kedua pipi Hasan Tiro, persis seorang
pria sedang kasmaran mencium wajah
kekasihnya. Walhasil, wajah peng­awal mer-
ah padam, sembari berteriak dengan baha-
sa Aceh yang kental, ”Jangan ada lagi yang
mendekat, tak boleh ada yang bersalam­an.”
Sang kakek yang kabarnya sahabat kecil
Hasan Tiro tersenyum puas dan berlalu dari
kerumunan, tanpa memperdulikan kemara-
han pengawal.
Kali lain, saat Hasan Tiro hendak ber­
ziarah ke makam keluarganya, pengawal
malah menghilang. Usut punya usut, ternya-
ta para pengawal sedang menyantap makan­
an yang disediakan di halaman rumah. “Ayo
kita makan dulu, soalnya dari tadi belum
makan nasi,” ujar seorang pengawal. Reka-
nnya menghampiri, lalu menawarkan tiga
butir anggur yang ada di genggaman.
“Ayo makanlah, anggur ini enak kok
rasanya,” ujarnya, sambil menyerahkan tiga
butir anggur kepada temannya. Tapi tiba-tiba
si pengawal mengambil lagi sebutir anggur
itu, sambil berkata, “Eh, yang satu buat aku
saja, aku juga ingin makan anggur.”
Di balik wajah beringas pengawal Hasan Tiro, Sedang asyik-asyiknya berbagi anggur,
eh, tiba-tiba ada teriakan, ”Pengawal! mana
tersimpan cerita menggelitik. pengawal, ayo mana pengawal!” Teriakan
itu ternyata datang dari seorang pengawal
lain yang sudah berada di halaman rumah
bersama Hasan Tiro. Sontak kegaduhan
oleh DASPRIANI Y ZAMZAMI pun terjadi. Mereka berlarian menuju arah
FOTO: YO FAUZAN—ACEHKINI
Hasan Tiro, bersiap bertugas lagi, meski
makanan di piring belum habis. Mereka pun
Berpakaian serba hitam, dengan Sultan Iskandar Muda, Paswalwal sudah berlari kecil di samping mobil menuju areal
selempang kain merah-putih-hitam, ke­ unjuk gigi. Ketika Hasan Tiro sudah masuk pemakaman. 
enam pria itu selalu menempel di sisi Hasan ke mobil Land Rover BK 20 SD, mereka ber- Cerita lain adalah seorang pengawal
Tiro. Ya, mereka adalah pengawal khusus larian di sisi mobil sampai keluar landasan tanpa uniform hitam-hitam. Dia bertugas
‘sang wali.’ Jika Presiden Susilo Bambang pacu. menjaga makanan. Setiap makanan yang
Yudhoyono punya Paspampres atau pasu- Inilah tim yang dipilih karena dinilai disaji buat Hasan Tiro, pasti dicicipinya ter-
kan pengamanan presiden, maka Hasan punya ketajaman dan kewaspadaan khu­ lebih dulu. “Nyoe kuah, jeut wali,” ucap sang
Tiro punya pasukan pengawal wali. Di ka- sus. Diseleksi dari bekas tentara GAM. pengawal setiap waktu makan tiba. Setelah
langan beberapa wartawan, mereka disebut Konon, mereka pernah mendapat pelatihan memastikan makanan aman, barulah ‘sang
Paswalwal. perang di Libya. Dari 360 personil wali’ makan.
Saat Hasan Tiro mendarat di Bandara pasukan dikerahkan, 30 di antaranya  Yah, pengawal juga manusia. [a]

ACEHKINI November 2008 23


Galeri Foto

DEDEK PARTA—ACEHKINI

CHAIDEER MAHYUDDIN—ACEHKINI
FAKHRURRADZIE GADE—ACEHKINI

24
DEDEK PARTA—ACEHKINI

CHAIDEER MAHYUDDIN—ACEHKINI

YUSWARDI ALI SUUD—ACEHKINI

DEDEK PARTA—ACEHKINI

ACEHKINI November 2008 25


DEDEK PARTA—ACEHKINI
Ekonomi &
Bisnis

MICROFINANCE

Bagai Ayam Menemukan Induk


oleh DASPRIANI Y ZAMZAMI rempah milik pamannya sendiri. hamdulillah, nilai terakhir 10 juta,” ka-
FOTO: HASBI AZHAR—ACEHKINI Toko itu pula yang dikelolanya sekarang. tanya. Kini semua dana bergulir itu sudah
Di antara bau rempah-rempah Empat tahun silam, air laut sempat melu- dilunasinya.
menyengat, Ilhamnir, 42 tahun, menyeka mat segala isi toko, tanpa sisa. Ilhamnir mu- Kisah berbeda dialami T Ismail, 73 ta-
keringat sambil menghitung karung yang lai menghidupi kembali usaha peninggalan hun. Mantan karyawan perusahaan raksasa
‘hilir mudik’ di tokonya, di kawasan jalan T pamannya itu dari nol. “Modal awal saya minyak, Mobil Oil di Lhokseumawe, ini jus-
Cut Ali, Banda Aceh. Hari itu, dia memuat hanya dua setengah juta,” jelasnya. Dana itu tru sempat menikmati masa jaya. Sambil
sejumlah barang ke mobil pick up untuk dipinjamnya dari Baitul Qiradh Bina Insan bekerja, dia meluangkan waktu mengem-
dikirim ke Medan. Madani (BIMA). bangkan usaha angkutan umum L 300.
Ilhamnir bukan pedagang besar. Dia ha­ Dia mengembalikan pinjamannya tepat “Tapi semuanya ludes, karena kami bang-
nya penjual rempah. Itupun dilakoninya usai waktu. Walhasil, lembaga perkreditan itu krut, pas ketika saya pensiun dari pekerjaan
gelombang raya melanda Aceh. Sebelumnya, memercayainya untuk meminjam modal saya di Mobil Oil,” kenang Ismail.
dia hanya seorang kuli angkut ba­rang di toko lebih besar, bahkan hingga tiga kali. “Al- Frustasi sempat mencekik, bahkan

26
stroke mengerogoti tubuhnya. Walau be- usaha. Batas tertinggi mencapai Rp 10 juta. pinjam di baitul qiradh satu, lalu sedot lagi
gitu, semangat untuk bangkit belum padam. Tak ada bantuan bagi yang tidak punya usa- di lembaga lain. Kondisi ini membuat per-
Sembuh sakit, ia beranikan diri mengadu ha. Mufti pantas cemas, sebab umur baitul putaran uang tak meluas.
nasib di Banda Aceh. “Kami menumpang qiradh sangat bergantung pada pengem- “Jadi seperti anak ayam kehilangan in-
sama anak. Tapi tidak mungkin selamanya,” balian modal dari nasabah. duk, yang besar ya tumbuh besar, yang ko-
kata Cut Aisyah, sang istri. “Kami memu- Riwayat kritis pernah dialami Lembaga laps ya kolaps ndak ada yang bantu,” jelas
tuskan untuk berjualan pecal.”   Keuangan Mikro (LKM) di Banda Aceh, se- Nora. “Tidak ada pengawasan eksternal kon­
Kini, Ismail dan istrinya melabuh hidup lepas dilumat gelombang raya. Dana yang trol, dan kondisi ini sungguh disayangkan.”
puluhan meter dari kantor lurah Peuniti, telah beredar di masyarakat, sulit dijaring Sewaktu AMF diluncurkan, pengelola
Kecamatan Baiturahman. Harapan Aisyah kembali. LKM berharap AMF benar-benar menjadi
tercapai. Pasangan ini akhirnya berjualan Baitul Qiradh Baiturrahman, salah satu lembaga sekundernya koperasi. Namun di
pecal untuk memenuhi kebutuhan sehari- yang megap-megap di masa sulit itu. Bahkan tengah jalan, harapan itu mulai pudar. Lem-
hari. ”Usaha kami ini kecil saja, alhamdu- nyaris tinggal nama. Untunglah, kedeputian baga itu, kini jarang memantau operasinal
lillah modal awalnya kami dapat dari Baitul ekonomi Badan Rehabilitasi dan Rekon- baitul qiradh. Mufti berharap, tak hanya
Qiradh BIMA,” jelasnya. struksi (BRR) Aceh-Nias, punya siasat jitu dana yang disuplai AMF, tapi juga member-
Keluarga ini juga tak sekali menerima memperpanjang nafas LKM di Aceh. Caran- dayakan kinerja.
asupan modal. BIMA sudah mengucurkan ya, membentuk Aceh Micro Finance (AMF), “Peran AMF terasa makin kendur, saya
dana hingga tiga kali. Menurut Mufti Al- lembaga payung yang menyuplai dana dan tak tahu pasti apa alasannya, seharusnya ini
Mahfudz, manager pembiayaan BIMA, na- membimbing LKM.  perlu terus ditingkatkan,” jelas Mufti. “Aki-
sabahnya ini selalu menepati janji melunasi BIMA dan Baiturrahman mendapat batnya banyak LKM, yang awalnya segar,
kredit. Jadi saban dibutuhkan, pinjaman nikmat kehadiran AMF. Kedua lembaga ini tapi kemudian kembali loyo karena keha-
modal pasti turun kembali. masing-masing meraup pinjaman Rp 900 bisan dana.”
Tak semua nasabah BIMA mengemba- juta. Sekarang dana itu telah dilunasi. Kelak Nora juga berpendapat demikian. Hara-
likan uang tepat waktu. Bahkan ada yang setelah BRR tamat, konon AMF ini akan pannya bisa menyampaikan uneg-uneg,
mangkir. Mufti menilai, masyarakat masih dikelola 11 LKM yang ada saat ini. menimba ilmu dan mencari solusi untuk
menganggap pinjaman baitul qiradh ada- Bagi Nora Faulina, direkur Baitul Qiradh mengembangkan baitul qiradh pupus.
lah dana dari pemerintah. Padahal, dana Baiturrahman, AMF adalah kerinduan la- Menurutnya, tak adanya lembaga payung
bergulir. ”Prinsip dana pemerintah tidak manya. ”Dari dulu kita tidak ada wadah membuat baitul qiradh seakan melata. ”Su-
perlu dikembalikan, masih kuat mengalir di yang memantau dan membina,” katanya. dah 20 tahun keberadaan LKM, tapi belum
masyarakat,” kata Mufti. Tanpa AMF, menurut Nora, tak ada rasa ada prestasi,” keluh Nora. [a]
Padahal, jelasnya, untuk mendapatkan peduli sesama baitul qiradh. Semuanya
pinjaman cukup mudah; hanya ajukan per- bergerak sendiri-sendiri. Kondisi ini pula Baitul Qiradh Bina Insan Mandiri.
mohonan dan bukti calon nasabah punya yang dimanfaatkan ‘nasabah nakal’. Sehabis Foto: DEDEK PARTA—ACEHKINI

ACEHKINI November 2008 27


MICROFINANCE

Carut Marut
Kredit
Nanggroe.
Kredit peumakmu
nanggroe, mengancam
nanggroe tak jadi
makmur.

oleh MISMAIL LAWEUENG lapangan secara perorangan. Hasilnya, kata Suasana transaksi dan pelayanan di kantor
FOTO: DEDEK PARTA—ACEHKINI dia, nasabah yang memperoleh bantuan pusat Bank BPD Aceh. Kredit peumakmu
Gara-gara kredit peumakmu telah memenuhi syarat perbankan. nanggroe yang diluncurkan pertengahan tahun
nanggroe, Aminullah Usman, nyaris Kemudahan itulah yang dimanfaatkan lalu disalurkan melalui bank ini.
Foto: DEDEK PARTA—ACEHKINI
tak lelap tidur. Direktur Utama Bank ‘nasabah nakal’. Menurut Aminullah, kredit
Pembangunan Daerah (BPD) Aceh itu, macet mencapai 9,5 persen dari total yang
bingung bagaimana cara menagih utang tersalur sudah melampaui batas toleransi. gagal. Alasannya, pengalaman silam,
pada 2.180 orang. Tak sedikit pundi-pundi Apalagi Bank Indonesia menetapkan batas kredit-kredit sejenis yang disalurkan BPD
rupiah brankas bank yang belum kembali, kemacetan kredit hanya lima persen. Tak Aceh hanya bisa dikutip kembali 12 persen.
jumlahnya mencapai Rp 8,8 miliar. mau pusing terus berlanjut, akhirnya Lagi pula kesalahan serupa pernah terjadi
Sebenarnya, kredit yang diluncurkan ia putuskan menghentikan peumakmu saat penyaluran Pemberdayaan Ekonomi
Mei tahun lalu itu, bertujuan mempercepat nanggroe. "Karena macet, kita stop salurkan Rakyat (PER) saat era Gubernur Abdullah
program pemberdayaan ekonomi bagi kredit ini," tukasnya. Puteh. "Sejauh mana antisipasi BPD perlu di
pengusaha kecil ekonomi lemah. Hingga Dalam kalut, Aminullah berharap cek," katanya.
akhir Agustus lalu, nasabah yang menerima nasabah segera melunasi cicilannya. Jika Surya menilai kredit konsumtif justru
kredit tersebut tercatat 16.857 orang. Untuk tidak, program ‘dana bergulir’ – yang lebih menguntungkan daripada modal kerja
perorangan batas pinjaman mencapai Rp 15 diluncurkan Gubernur Irwandi Yusuf ini— dan investasi, seperti peumakmu nanggroe.
juta. akan tamat di tengah jalan. Dampak lain, Ia memberi contoh kredit yang dikucurkan
Sementara untuk kelompok dengan jadi beban bagi peforma BPD Aceh tahun untuk pegawai negeri sipil. Periode 2006-
jumlah lima hingga sepuluh orang, BPD 2008. "Jadi ini penting, semua tergantung 2007, 86 persen kredit di BPD Aceh
memberi dana maksimal Rp 100 juta. dari kejujuran penerima kredit," katanya. diberikan untuk pegawai negeri.
Tenggat pelunasan juga terbilang longgar. Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Surya tak menyalahkan BPD soal
Nasabah yang meminjam untuk modal Rakyat Aceh (DPRA), Hamdani Hamid, juga kemacetan itu. Semua berjalan sesuai
usaha, batas akhir pelunasan dua tahun. berharap nasabah penerima kredit segera prosedur. Sebagai pemegang utama saham,
Sedangkan, untuk kredit investasi tiga melunasi tunggakan. "Jika kondisinya Pemerintah Aceh berhak memerintahkan
tahun. seperti ini, penyaluran kredit selanjutnya bank yang sudah berusia 35 tahun itu.
Selain waktu pengembalian yang pasti akan ditunda. Jadi, masyarakat juga Namun ada mekanisme perbankan yang
menguntungkan, bunga tak mencekik, yang rugi," ujarnya. sedikit rapuh dalam proses penyaluran.
hanya lima persen dari pinjaman. Terang Teuku Surya Darma, anggota Komisi “Kalau tidak dilakukan secara profesional,
saja jumlah peminatnya ramai. "Uang yang C DPRA, khawatir peumakmu nanggroe ini akan hancur dan otomatis merugikan
tersalur sampai sekarang mencapai Rp 44,6 bank itu sendiri,” katanya.
miliar," ujar Aminullah, akhir bulan lalu.   Menurut dia, BPD harus menanggung
Kemudahan lain, bagi pengusaha “kelas resiko akibat macetnya kredit peumakmu
jelata” yang memohon kredit di bawah Rp 5 karena macet, nanggroe tersebut. "BPD harus mampu
juta, BPD membebaskan agunan. Syaratnya
hanya surat keterangan tempat usaha dari
kita stop salurkan meminimalisir kemacetan. Bagaimana
caranya, ini harus koordinasi dengan
kepala desa. “Yang lima juta lebih baru kredit ini. pemerintah Aceh," saran Surya.
dikenakan agunan,” jelasnya. Sesuai nama, kredit ini patut diacungi
Soal prosedur penyaluran, BPD — aMINULLAH USMAN jempol. Tapi seiring berjalannya program,
menjamin itu sudah sesuai mekanisme. Dirut PT BANK BPD Aceh alamat rakyat tak bisa makmur karena
Bahkan agar akurat, data pemohon dicek ke kredit distop di tengah jalan. [a]

28
Hukum &
Politik
Jalan Menuju 2009
Para aktivis lompat pagar
jadi Caleg... hal. 35

HUKUM POLITIK KRIMINAL

IMRAN MA—ACEHKINI

KRIMINAL

Pedang di Jalan Berlubang. Gesekan dua kelompok


bekas pejuang meruncing, ‘Pentagon Sawang’ terbelah. Kala konflik
berstatus zona hitam, kini jadi ‘daerah yang perlu diperhatikan’.
ACEHKINI November 2008 29
oleh IMRAN MA dan MAIMUN SALEH karena tidak ada undang-undang yang
melarang,” kata Zulkifli. “Yang dilarang itu Biar saja bendera itu
Masjid Krueng Haji, Kecamatan kan bendera GAM dan bendera Bintang
Sawang, Aceh Utara, tampak meriah. Di Kejora.” berkibar. Anggap saja
gerbang, bendera warna hijau bergambar Walau mengaku tak tahu siapa yang bendera bola...
bulan bintang dengan tulisan, “Allahu mengibarkan, Zulkifli menduga itu milik
Akbar” di bawahnya, dan diapit sebilah ‘pasukan pedang’, kelompok yang kesohor — AKBP Zulkifli
pedang, berkibar sejak malam. “Nggak ada dengan berbagai aksi kriminal. Tapi, polisi Kapolres Lhokseumawe
yang berani turunkan!” kata seorang warga, tak akan tinggal diam bila kelompok itu
bulan lalu. kemudian mendeklarasikan ingin me­mi­ Zulkifli merasa tak cukup satu APR untuk
Jalan penuh lubang dan kerikil di sahkan Aceh dari Indonesia. “Kami pasukan menghalau pasukan pedang. Ia bahkan
kawasan Sawang, Agustus silam, juga sempat pedang, kami mau merdeka, itu baru berharap pemerintah setempat membangun
hijau. Di antara barisan bendera merah dilarang,” jelas Kapolres memberi contoh. asrama polisi di Sawang. Dengan 18 personil
putih, ada sebuah spanduk bertuliskan, Bendera memang tak dilarang. Tapi polisi saat ini dinilainya masih kurang.
“Wajib Berbusana Muslim” disanding dua polisi cukup awas dengan pasukan pedang. ”Anggota setelah tugas, pulang. Yang jaga
bendera hijau di kiri dan kanan, turut Sejak tiga bulan lalu, aparat polisi sektor tiga orang. Kasihan anggota di sana,  kalau
meramaikan bulan kelahiran republik ini. (Polsek) Sawang sering patroli pakai diserang, korban anggota,” urai Zulkifli.
Polisi tak ambil pusing keberadaan mobil panser Angkutan Personil Ringan Polisi pantas cemas. Apalagi kecamatan
bendera-bendera itu. Sama sekali tak ada (APR). Mobil perang buatan Pindad ini, yang berada di perbukitan sekitar 43 kilo­
larangan. Menurut Kepala Polisi Resort diharapkan mampu melindungi polisi dari meter selatan Lhokseumawe itu, di zaman
(Kapolres) Lhokseumawe, Ajun Komisaris amuk pasukan pedang. “Berfungsi untuk perang merupakan daerah basis gerilyawan,
Besar Polisi Zulkifli, tak ada alasan hukum kendaraan evakuasi dan patroli, karena bahkan sempat dijuluki “Pentagon GAM
bagi polisi menurunkan. “Biar saja bendera Sawang berada jauh dari pusat kota,” kata Sawang.” Saat dalam status darurat militer
itu berkibar. Anggap saja bendera bola, Zulkifli. diberlakukan di Aceh, camatnya harus
di­ganti dengan perwira angkatan laut
berpangkat letnan satu.  
Bila di era konflik status wilayah
These Ogoni (a Nigerian minority group) penghasil coklat, pinang dan durian ini
protesters marched in Washington, DC on ‘daerah hitam’, kini polisi menyebutnya;
November 10, 2006, the anniversary of the ‘daerah yang perlu diperhatikan.’ Selain
hanging of Ken Saro-Wiwa. daerah yang perbatasan dengan kabupaten
Foto: Grundlepuck/flicker.com/peacecouncil.net Aceh Tengah itu, Nisam dan Meurah Mulia
di Aceh Utara juga termasuk kecamatan
yang berstatus sama.
 
***
 
Riwayat pasukan pedang sendiri
tak bisa lepas dari gerilyawan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM). Tengku Badruddin
alias Gondrong atau Baron, mantan tentara
GAM. Ia pernah menjabat kadi, tugasnya
melantik anggota yang baru bergabung.
Warga Pante Jaloeh, Sawang, itu
ber­seberang pendapat dengan Komite
Peralihan Aceh (KPA), organisasi tempat
bernaung mantan tentara GAM setelah
perjanjian damai ditoreh. Bagi Badruddin,
perdamaian cacat sumpah saat masuk GAM
yang bertujuan merdeka.
Seorang sumber ACEHKINI menyatakan,
Badruddin juga kesal dengan pengurus
KPA, yang dianggap leluasa dan mudah
mendapat proyek setelah Memorandum of
Understanding Helsinki diteken. Sementara
ia dan pengikutnya, diacuhkan.
Dongkol Badruddin kian menjadi-jadi
ke pengurus KPA, karena memasukkan
namanya dalam daftar korban konflik
untuk mendapat dana integrasi dari Badan
Reintegrasi Damai Aceh (BRA).
Sebenarnya dia berharap, dimasukkan

Bendera Pasukan peudeueng berkibar


kecamatan Sawang.
Foto: IMRAN MA—ACEHKINI

30
sebagai mantan kombatan. Sebab jumlah senilai Rp 60 juta. KRIMINAL

Kepak
bantuannya mencapai Rp 25 juta, lebih Langkah pria berusia 34 tahun itu ter­
besar dari jatah korban konflik. Amarah henti sejenak, awal Juni tahun lalu, ketika
Badruddin kian meluap, ia mengobrak-abrik timah panas bersarang di pahanya. Peluru

Sayap
kantor KPA dan menghancurkan komputer. yang disinyalir banyak pihak dari senjata
“Sejak itu dia (Badruddin-red) menyatakan kelompok ‘musuhnya’ itu merenggut nya-
dirinya bukan KPA,” ujar sumber itu. wa Alfianurrahmah, empat tahun, anak
Lalu, Badruddin mengobarkan per­la­ Badruddin. Serangan sporadis di Desa Paya
wan­an pada KPA. Ia mengorganisir mantan
kombatan yang senasib dengannya. “GAM
telah melanggar sumpah, menerima status
Leubu, Kecamatan Makmur, Kabupaten Bi-
reuen itu, juga mencederai Ainul Mardhiah,
25 tahun, istrinya. Peluru menyambar dagu
Kumbang
masih dalam NKRI!” kata Badruddin, se­
perti diulang sumber yang tak ingin disebut
namanya. Propaganda itu, berhasil menarik
Ainul hingga tembus leher. Ia kritis.
Suami istri ini sempat dirawat di Rumah
Sakit Umum (RSU) dr Fauziah, Bireuen.
Sawang.
simpati 50-an mantan gerilyawan, mayoritas
berpangkat rendah, mantan simpatisan
Lalu, menjalankan operasi di RSU Cut
Meutia, Lhokseumawe, dengan pengawalan
Dalam perawatan
dan pengangguran dari beberapa desa di
Sawang.
ketat belasan anak buahnya. Jurnalis
hanya diizinkan mendekat, namun haram
medis, ia sempat
Gondrong juga menentang mantan
gerilyawan yang menceburkan diri dalam
wawancara. Tak sampai sehari pria yang
juga dijuluki Baron itu inap di RSU Cut
membisik siapa
politik. Ketika pemilihan kepala daerah
(Pilkada) 2006 lalu, dimana Ilyas Pasee
Meutia, ‘pasukannya’ membawa lari kembali
ke RSU dr Fauziah.
penembaknya. Para
dan Syarifuddin mencalonkan diri menjadi
bupati dan wakil bupati Aceh Utara,
Tiga hari berselang, polisi menetapkan
Badrudddin sebagai buron atas aksi
pengikut berang,
Badruddin justru mengimbau warga untuk penyanderaan mobil Cardi dan perampokan dendam membuncah.
tidak mendukung pasangan dari jalur sales rokok. Sehari berselang, polisi me­
independen itu. nangkapnya saat dalam perawatan. 18 warga Polisi tak henti
Lamat-lamat kelompok Badruddin yang yang sedang membesuk juga digelandang ke
tak kebagian proyek ini, memilih jalan markas polisi. memburu, satu
pintas. Aksi pertama mereka, merampas Dari dalam jeruji, keberadaan mobil
sepeda motor GL Pro milik pengelola double cabin Cardi ketahuan rimbanya, per satu kelompok
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) semak-semak di kawasan Buket Kubang
awal tahun lalu. Alasannya, pengurus Ngom, Desa Punteut, Sawang. Saat men­ pasukan pedang
lembaga itu melakukan korupsi. Waktu itu, jemput mobil, polisi juga menemukan
PPK menyalurkan dana konflik dari BRA lubang baru bekas penyembunyian senjata. dicokok.
sejumlah Rp 170 juta untuk Sawang. Sepekan kemudian, setelah sempat di­
Saat bersamaan, Husaini dan Muk­ tahan, 12 pembesuk Badruddin dibe­bas­ oleh IMRAN MA dan MAIMUN SALEH
taruddin, anggota KPA Sawang, dikabarkan kan. Sementara enam lainnya, ting­­gal di
kebanjiran proyek, termasuk ekplorasi sel. Aparat keamanan juga memindahkan Pagi itu, Cut Meutia kedatangan
batu koral dan batu mangga di Krueng ‘si Gondrong’ ke Klinik Polisi di Lhok­ tamu ‘kelas berat’, pria bersimbah darah
Sawang. Mobil dan sepeda motor baru seumawe. dengan peluru bersarang di paha. Di sekitar
yang sering parkir di pekarangan KPA, Empat hari menjelang perayaan HUT ruang perawatannya, belasan pria kumal
membuat cemburu Badruddin memuncah, kemerdekaan RI tahun lalu, Kejaksaan menatap awas setiap pengunjung rumah
sebab kelompoknya membeli rokok saja Negeri Lhoksukon, menyatakan berkas sakit umum Lhokseumawe itu. Pria-pria
sulit. “Sandal swallow saja ada yang putus acara pemeriksaan Badruddin komplit. bersandal jepit ini, melarang wartawan
dan terpaksa mereka sambung. Kek gitulah Awal September tahun lalu, dia disidangkan. bertanya apapun pada atasannya yang baru
kondisi mereka,” ujar sumber itu.   Minggu pertama November tahun lalu, saja ditembak sekelompok orang di Desa
Gesekan kedua kelompok kian me­r un­ majelis hakim yang dipimpin Mina Paya Leubu, Kecamatan Makmur, Bireuen.
cing. ‘Pentagon Sawang’ akhirnya terbelah. Nurahman menjatuhkan hukuman tujuh Pria cedera itu, Badruddin, 34 tahun,
Masyarakat yang dekat dengan KPA men­ bulan 15 hari potong masa tahanan. buronan polisi atas kasus penyanderaan
dukung organisasi pimpinan Muzakkir Sebulan kemudian, pihak Lem­baga mobil Cardi, satu LSM asing yang
Manaf, mantan panglima GAM itu. Semen­ Pemasyarakatan Lhoksukon membe­ri­ menjalankan misi kemanusian di Aceh.
tara dukungan terhadap Badruddin juga kan­­­nya “dispensasi cuti bersyarat.” Hari Selain itu, ia diburu polisi juga sebab
terus mengalir. Namun, istilah pasukan gembira itu hanya berlangsung sekejab. merampok sales rokok, Mei tahun lalu.
pedang belum muncul waktu itu. Malam Jumat, 27 Desember lalu, delapan Pada salah seorang pengikut, dia beberkan
Dalam kondisi yang tak harmonis pria bersenjata mengepung rumahnya di yang menembak dirinya kelompok Husaini
antarbekas kombatan itu, Badruddin terus Desa Pante Jaloh, Sawang. “Hai Gondrong, dan Muktaruddin. Kedua pria dimaksud,
melancarkan aksinya. 13 Mei tahun lalu, keluar!” teriak para penyerang, sebelum mantan ulee sagoe Gerakan Aceh Merdeka
di Desa Alue Garut,  Sawang, sales rokok timah panas berhamburan dan merenggut (GAM) yang telah bergabung ke Komite
dirampok kelompok bersenjata. Peristiwa nyawa Badruddin. Peralihan Aceh (KPA) di Sawang setelah
yang merugikan sales Rp 15 juta itu, diduga Sekian bulan berlalu. Anak buah Bad­ perjanjian damai.
dilakukan “pasukan” Badruddin. Aksi ber­ ruddin bagai kehilangan sang induk. Tetapi, Pengikut Badruddin lalu menyimpan
lanjut, sepuluh hari kemudian. Giliran mo­ mereka tetap melancarkan aksinya, sambil kedua nama itu dalam target balas den­
bil Cardi, sebuah NGO asing, disandera. terus memburu penyerang Gondrong. dam. Namun sebelum berhasil mencari
Lembaga itu, sebelumnya menolak mem­ Namun hingga akhir hayatnya, bendera ‘musuhnya’ itu, polisi lebih dahulu men­
berikan permintaan kelompok Badruddin pedang tak berkibar di jalan berlubang. [a] cekok Badruddin saat dirawat di rumah

ACEHKINI November 2008 31


Ramadhan alias Madan yang diduga anggota pasu-
kan pedang ditembak polisi.
Foto: IMRAN MA—ACEHKINI

disebutkan namanya.
Sumber itu juga menyebutkan, kelompok
ini mulanya hanya beranggotakan 50 orang.
Anggotanya, tak hanya warga Sawang, tapi
berbagai kecamatan di Timur Aceh. Namun
mereka tak solid.
Setelah meninggalnya Badruddin, jum-
lahnya menciut. “Ada yang pulang ke kam-
pung, ada yang pergi merantau dan banyak
yang memilih tidak peduli,” kata sumber
yang terus mengamati kelompok ini.
Begitupun, kelompok ini masih eksis.
Sejumlah warga menyebut, pemimpinnya
sudah berganti. Saat ini, dipimpin trio
berinisial Brimob, Zack dan Kumbang. Di
Sawang, nama-nama ini tak asing. Mereka
kerap berkumpul dan mondar-mandir di
kedai-kedai desa. Tak jarang juga membekali
diri dengan senjata parang. ”Berani–berani
orang itu,” ujar seorang warga Punteut,
Sawang.
Di bawah kendali trio ini, tiga bulan
lalu, sejumlah bendera hijau berlambang
bintang bulan diapit pedang di bawahnya
bertuliskan, “Allahu Akbar” berkibar di
beberapa tempat di Sawang. Pengikut
Badruddin, kini sering terlihat membawa
parang hilir-mudik di kampung. “Karena
itulah warga menyebutnya pasukan pedang,”
ujar seorang warga. 
sakit. Dendam kesumat para pengikutnya paru. Tapi keluarga, tak sepenuhnya percaya, Brimob, seorang pentolan ‘pasukan
memuncah, setelah Badruddin, untuk sebab, ada sejumlah bekas penganiayaan di pedang’ ini telah dicokok polisi. Dia terlibat
kedua kalinya mendapat serangan. Kali tubuh korban. penculikan seorang pengusaha di Juli,
terakhir, akhir Desember tahun lalu, peluru Sementara para pengikut Badruddin, Bireuen. Dia ditangkap polisi Bireuen.
mengambil nyawanya. (baca: Pedang di tak luruh dendamnya walau polisi telah Darinya, ditemukan sepucuk senjata laras
Jalan Berlubang) menetapkan Husaini tersangka. “Itulah pendek.
Beberapa hari berselang, pengikut anehnya, mereka tak yakin kalau Husaini Sementara Zack dan Kumbang, yang
Badruddin menemukan Muktaruddin, yang membunuh,” ujar seorang staf lembaga diduga terlibat penculikan Andrian Moreer,
35 tahun, di Meunasah Pulo, Kecamatan pemantau perdamaian yang tidak mau warga Perancis, September lalu, masih
Sawang, sedang melayat di rumah seorang
warga yang meninggal. Mantan kombatan
itu disiksa, hingga luka gores di sekujur
tubuhnya. Hafid, anggota KPA, juga
mendapat siksa serupa.
KPA tak tinggal diam. Sejumlah pengikut
Badruddin ditangkap dan diserahkan
ke polisi. Tuduhannya, mereka terlibat
penganiayaan Muktaruddin. Tapi, polisi
melepaskan kembali. Dalih polisi, mereka
yang diserahkan, tak cukup bukti.
Berbekal keterangan Badruddin sebelum
ajal menjemputnya, polisi menangkap
Husaini di Geurugok, Kecamatan Ganda­
pura, Bireuen. Zikri, pemilik rumah, saat
penggerebekan juga digelandang ke Polres
Lhokseumawe malam itu. Dugaannya,
Husaini yang menembak Badruddin.
Hanya tiga hari berada di sel polisi,
Husaini menghembus nafas terakhir. Polisi
sebelumnya, sempat membawa tahanan
ke rumah sakit TNI AD Lhokseumawe.
Alasannya, Husaini menderita sakit paru-

32
buron. Konsultan World Bank itu, diculik HUKUM

Sengketa Antara Dua Kitab.


tujuh anggota pasukan pedang di Desa
Punteut, Kecamatan Sawang. Andrian
dan supirnya sempat disekap semalam
di semak pedalaman Sawang. Selain
menguras seluruh barang berharga milik
Delapan caleg dari tiga partai nasional mengugat
korban, pelaku minta tebusan Rp 5 miliar.
Permintaan tebusan tidak dilayani korban.
KIP ke pengadilan. Ricuh politik, setelah qanun
Singkat cerita, mereka dibebaskan
setelah uang tunai U$ 3.300, satu unit
dan undang-undang tabrakan.
laptop, dua handphone, satu jam tangan,
dan ATM Bank BCA milik Andrian, serta
mobil Innova BK 1920 HN yang digunakan dari Daerah Pemilihan IV dan I, bernasib
korban, digasak pelaku.  Polisi menemukan
oleh NURDIN HASAN
sama pula.
mobil korban di kawasan Lhoksukon, Aceh Delapan politisi rembuk serius, KIP juga memvonis Miryadi Amir, caleg
Utara, Oktober lalu. sambil menikmati kopi dan pisang gore- nomor urut satu Partai Demokrat dari Daer-
Saat ditemukan, nomor polisinya mobil ng. Peserta pertemuan selain tiga orang ah Pemilihan I, tidak bisa mengaji. Selain
silver itu sudah diganti menjadi B 1720 HS. dari Partai Patriot, juga dua politisi Partai politisi yang kini anggota Dewan Perwaki-
Selain itu, Surat Tanda Nomor Kendaraan Demokrat dan tiga dari PDIP. Saifuddin lan Rakyat Aceh (DPRA) itu, caleg nomor
(STNK) juga dipalsukan. Edy Sofyan, 18 Gani, seorang advokat senior di Banda Aceh, urut dua Partai Demorakrat dari Daerah
tahun, seorang pelaku juga ditangkap turut serta dalam pertemuan itu. Pemilihan VII, Faisal Mukti, juga tak lulus.
polisi. Ramadhan alias Madan, yang Rapat di kantor Dewan Pimpinan Naas juga melanda partai pimpinan
bertugas menyembunyikan mobil pun telah Daerah (DPD) Partai Patriot, pada suatu Megawati Sukarnoputri di Aceh. Dua Wakil
diringkus. sore pertengahan Oktober lalu itu, tidak Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia
Tertangkapnya Madan membuat Kum- membahas cara mendulang suara dalam Perjuangan (PDIP), Azfilli Ishak dan Rizal
bang mengamuk. Ia meminta polisi untuk pemilu tahun depan. Melainkan perkara tak Fahlefi, dari Daerah Pemilihan IV dan VII,
membebaskan anak buahnya. Bila tidak, masuknya petinggi-petinggi partai itu da- dinyatakan tak bisa baca kitab suci. Salmi
pasukan pedang akan menyerang. “Ancam­ lam daftar calon legislatif sementara (DCS), HC Banta dari Daerah Pilihan III, juga din-
an ini membuat kami semakin melancarkan yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan In- yatakan gugur. Ketiga caleg PDIP itu, men-
upaya memburu komplotan itu,” kata Ka- dependen (KIP) Aceh. empati nomor urut satu.
polres Lhokseumawe, AKBP Zulkifli. Akhir September silam, KIP juga men- “Jalan masih terbuka,” kata Saifuddin,
Sebelumnya, kata dia, melalui sam­ gumumkan 139 calon anggota legislatif (ca- memberi semangat pada para bakal calon
bungan telepon Si Kubang telah menyatakan leg) untuk Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, wakil rakyat provinsi Aceh itu. “Gugat ke
akan menyerahkan diri bila semua media gugur uji baca Quran, karena tak hadir. De- PTUN dengan acara cepat.” Pernyataan ad-
massa mau meliput. “Setelah kita tunggu- lapan politisi itu, masuk dalam kelompok vokat yang sering disapa Acun itu, disambut
tunggu, ternyata mereka tidak menyerahkan 83 caleg yang tidak lulus tes membaca kitab riang para politisi.
diri,” katanya. suci umat Islam. Pembenaran hukumnya, KIP dianggap
Jelas bukan karena gentar, kini pihak Politisi Patriot pantas jengkel. T.M. telah melampaui kewenangannya selaku
polisi menambah kekuatan. “Kita diback up Roem, sang ketua DPD partai, dinyatakan pe­­­­­nye­lenggara pemilu. Lembaga itu dinilai
Brimob Ki-4 dan Densus 88 Polda Aceh terus tak lulus tes baca al-quran. Selain caleg no-
memburu kelompok itu. Sampai kapanpun mor urut satu dari Daerah Pemilihan I itu, Tes Al-Quran, salah satu syarat menjadi anggota
dan kemanapun akan kami kejar,” kata Swandris Zetha dan Fauzan Ridha, yang sa- Calon Anggota Legislatif.
AKBP Zulkifli. ma-sama bernomor urut dua Partai Patriot Foto: CHAIDEER MAHYUDDIN—ACEHKINI

Seorang warga di Sawang menyatakan,


mulanya Badruddin memprogandakan
pengikutnya untuk tak mengikuti jejak
KPA yang menguasai basis ekonomi secara
masif.   Namun secara perlahan kelompok
itu sudah mengarah ke pelaku kriminal.
“Mereka ini tidak jelas lagi, maksud dan
tujuannya,” ujar sumber itu.
Soal tak menguasai ekonomi secara
masif, warga setuju saja. Namun, mereka
enggan bergabung dengan pasukan pedang,
apalagi setuju aksi kriminal yang dilakukan
selama ini. Warga juga mengaku takut
dengan kelompok yang dihuni mantan GAM
ini.
Juru bicara KPA, Ibrahim Syamsuddin
tidak mau berkomentar panjang tentang
ini. “Semuanya, kalau kegiatannya sudah
melanggar hukum, itu tugasnya polisi.
KPA tidak punya kapasitas apa-apa untuk
itu,” ujarnya. Kalau menertibkan bekas
kombatan, tugas siapa? Tentu bukan
Kumbang. [a]

ACEHKINI November 2008 33


kelewatan, menambah dua syarat yang tak kan Saifuddin dan Syamsul Rizal dari kon- caleg itu menempuh jalur hukum daripada
diatur dalam undang-undang, yakni per­nya­ sultan hukum SSBS & Partners. Sedangkan melancarkan demo. “Sebagai penyeleng-
taan sanggup menjalankan syariat Islam se- pengacara KIP: Afridar Darmi, Ratna Dewi gara pemilu, kami tentu merasa apa yang
cara kaffah dan mampu membaca al-Quran. dan Kamaruddin dari ARK Lawfirm. Keti- kami lakukan sudah benar,” katanya, saat
“Kita jelaskan posisi hukum. Memang KIP ganya selama ini dikenal aktif di Lembaga di wawancarai ACEHKINI akhir Oktober
melakukan kesalahan,” ujar Saifuddin pada Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh. silam.
ACEHKINI akhir bulan lalu. Pada pengadilan pertama, sidang ter- Bila kelak PTUN memutuskan KIP ber-
Saifuddin dan timnya kerja ekstra sela- paksa diundurkan hingga tiga hari, sebab salah, Salam akan menyatakan banding ke
ma sepekan, menyiapkan gugatan. Mereka para penasihat hukum KIP tidak menyele- Mahkamah Agung. Tapi itupun tak mem-
putar otak, mencari dalil-dalil hukum dan saikan berkas jawaban. Sidang kedua pada buat KIP menunda pengumuman DCT. Lagi
segepok bukti untuk menguatkan argumen- 29 Oktober, para pihak hanya diwakili mas- pula, tambahnya, pengumuman itu agenda
tasi di pengadilan. Hasilnya, materi gugatan ing-masing seorang pengacara. nasional yang berlaku di seluruh Indonesia.
setebal enam halaman. Isinya, minta penga- Kamaruddin membaca jawaban KIP Salam Poroh mengaku pihaknya me-
dilan menangguhkan berlakunya pengumu- yang intinya menolak seluruh dalil yang nambah dua syarat seleksi. Namun, katanya,
man KIP tentang DCS. diajukan pengugat. Dalam jawaban set- itu tak melanggar hukum. KIP melakukan
Selain itu, materi gugatan juga menegas- ebal sembilan halaman itu, ia menyatakan, tindakan itu, sesuai qanun nomor 3 tahun
kan ketiga partai penggugat merupakan par- PTUN tak berwenang mengadili perkara, 2008 tentang partai politik lokal. “Itu ada
tai politik peserta pemilu 2009 yang berba- karena gugatan itu belum menempuh upaya pasal-pasal di sana yang mewajibkan un-
sis nasional, seperti diatur Undang-undang admistratif dan condong sebagai judicial tuk menambah syarat membaca al-Quran,”
nomor 2 tahun 2008 tentang partai politik review terhadap pasal 36 qanun nomor 3 tegasnya. “Dasar hukum yang kami pegang
serta Undang-undang nomor 10 tahun 2008 tahun 2008, menyangkut syarat baca quran kuat.”
tentang pemilu DPR, DPD dan DPRD. bagi caleg partai politik berbasis nasional. Dia menambahkan, dua syarat tamba-
Penggugat juga memperjelas, pasal 13 Menyangkut permintaan penangguhan han telah dikabarkan kepada partai mas-
ayat 1 qanun nomor 3 tahun 2008 tentang keputusan KIP soal DCS ditanggapi sebagai ing-masing penggugat. KIP juga telah me-
partai politik lokal, hanya mengatur soal permohonan yang absurd. Alasannya, kepu- manggil pimpinan partai untuk membahas
persyaratan bakal calon anggota DPRA dan tusan itu dikeluarkan pada 29 September ketentuan. Bahkan, saat disahkan, sebagian
DPRK dari partai lokal. Sementara caleg dan sudah berjalan sebulan. “Bahkan kepu- anggota DPRA memilih walk out.
dari partai nasional tak terkait aturan sang- tusan itu akan segera berganti keputusan KIP juga, katanya, berhak menaikkan ca-
gup menjalankan syariat Islam secara kaf- baru,” ujar Kamaruddin. leg nomor urut dua ke nomor urut satu, bila
fah dan dapat membaca al-qur’an, seperti KIP juga menolak menunda pengumu- caleg pertama tak lolos. Itu dilakukan bila
tertera pada poin c pasal tersebut. man daftar calon tetap seperti diminta partai bersangkutan tetap memilih men-
Tepat 20 Oktober, berkas gugatan dis- para penggugat. Alasannya, melawan ke- gusulkan caleg yang gagal di nomor satu.
erahkan ke Pengadilan Tata Usaha Negara pentingan umum dan dapat merusak jad- “Ada ketentuan seperti itu. Tidak mungkin
(PTUN) Banda Aceh, untuk pemeriksaan wal pemilu di Aceh. Juga terbuka peluang nomor urut satu kosong,” tegas mantan sek-
acara cepat. Pengadilan menetapkan sidang terjadinya kecurangan dalam pemilu. Lagi retaris DPRD provinsi Aceh ini.
perdana pada 27 Oktober. Sidang digelar pula, menurut Kamaruddin, jika ditunda, Tetapi, Saifuddin membantah semua
dengan hakim tunggal, Indra Kesuma Nu- merugikan hak 1.073 caleg DPRA lain dan penjelasan hukum ketua KIP. Kedua syarat
santara. Dia menjelaskan bahwa proses pemilih di Aceh yang mencapai lebih dari yang ditambah KIP itu, tegasnya, tidak ada
jawaban KIP sampai masa pembuktian har- 3,1 juta orang. dalam undang-undang. Menurutnya, bila
us dituntaskan selama 14 hari. Abdul Salam Poroh, ketua KIP Aceh, tahapan pengumuman DCT tidak diundur-
Tak seorang pun politisi yang meng- bersikukuh mengumumkan daftar calon kan, maka konsekwensinya adalah hasil
gugat dan anggota KIP muncul saat sidang tetap pada tanggal 31 Oktober sesuai jad- akhir pemilu di Aceh, batal. Sebab KIP di-
digelar. Mereka hanya diwakili pengacara wal tahapan pemilu. Walau dalam posisi anggap telah melanggar hukum, dan bisa
masing-masing. Kedelapan politisi diwakil- tergugat, dia mengaku gembira kedelapan jadi komisi akan mendulang gugatan.
Tindakan KIP mengganti nomor urut
caleg, dinilai pengacara delapan penggu-
gat, juga melanggar hukum. Saifuddin ber-
pendapat, yang berhak mengotak-atik no-
mor urut hanya partai, dan KIP sama sekali
tak berwenang.
Bila gugatan kliennya menang, Saifud-
din berharap KIP mengulangi tahapan
seleksi. Dan tentunya, nama delapan caleg
penggugat harus dicantumkan dalam DCT.
Apalagi, masih banyak yang meradang pada
tindakan KIP karena menambah syarat baca
al-Quran. “Mungkin akan kita buat gugatan
intervensi,” katanya.
Terlepas dari silang pendapat dan berb-
agai argumen pembenaran hukum, KIP dan
para caleg tentu paham: hanya waktu yang
tak bisa dihentikan. [a]

Saifuddin dan Syamsul Rizal mewakili delapan


politisi yang menggugat KIP Aceh.
Foto: CHAIDEER MAHYUDDIN—ACEHKINI

34
JALAN MENUJU 2009

Lompat Pagar Para Aktivis. Di musim pinang caleg,


partai nasional ikut melirik aktivis. ’Jualan’ untuk menjegal partai lokal?
oleh MAIMUN SALEH Presiden Indonesia juga menjadi alasannya. bahwa beberapa kadernya telah berseber-
Kalla dinilai ‘pahlawan perdamaian’ Aceh. ang jalan, bahkan masuk partai lain.
Telepon itu menjerit di tengah Saking terkagumnya, ia bahkan menghafal
kegaduhan Pasar Aceh. Risman A. Rahman, ucapan Kalla di sebuah kesempatan, “saya ***
sang pemilik telepon, sedang berbelanja pilih jalan damai untuk Aceh.’ Lain dari itu,
kebutuhan lebaran, pengujung September Golkar menganut suara terbanyak. Menjelang pemilu 2009, ramai
lalu. “Man, kemari dulu. Hasil rapat sema- Bagi Risman, bekalnya ke DPRA ha­ aktivis geser haluan ke parlemen. Par-
lam, anda diputuskan jadi caleg!” kata Tau- nya pengalaman selama delapan tahun di tai politik lokal menjadi rumah baru bagi
fik, tim perekrutan caleg Golkar, di ujung dunia LSM. Di sana ia belajar memahami kaum kritis itu. Partai nasional juga melirik
telpon. masyarakat. Untuk urusan birokrasi, dia aktivis,namun, sedikit yang terangkul.
Sepulang dari pasar, Risman langsung belajar di BRR. “Itukan universitas juga. Azwar Abubakar, Ketua Partai Amanat
meminta pendapat istrinya. Restupun dida- Pengetahuan yang cukup berharga untuk Nasional Aceh, membantah partainya ber­
pat. Kabar gembira itu langsung dikirim diabadikan,” jelas Risman. usaha merangkul aktivis. “Kita terbuka
ke sejumlah petinggi partai. ”Bismillah. Sebenarnya, Golkar bagi Risman bu- saja. Ada tokoh pemuda, tokoh masyarakat,
Saya masuk Golkar. Soal nomor urut itu kan partai pertama. Sebelumnya ia sempat bekas pejabat, artis juga ada. Ya sama saja,
kebijakan partai,” begitu bunyi SMS Ris- menduduki posisi penting di Partai Rakyat tidak ada itu perhatian khusus terhadap ak-
man yang dikirim ke sejumlah kolega sebe- Aceh (PRA), jabatannya anggota Majelis tivis,” ujar mantan gubernur Aceh itu.
lum Idul Fitri lalu. Malamnya, ia langsung Pertimbangan Partai (MPP). Namun ia ti- TAF Haikal, mantan Direktur Forum
bertandang ke kantor Golkar Aceh. dak aktif. Ia terlibat saat masih cikal bakal. LSM Aceh, aktivis yang dilirik partai na-
Sebulan sebelumnya, mantan Deputi Status PRA waktu itu masih komite persiap­ sional selain Risman. Tak hanya satu partai
Di­rektur Walhi Aceh itu memang sudah an pembentukan partai. “Waktu itu ramai yang mengincarnya, yang pertama memi-
ber­teduh di partai pohon beringin itu. Ia aktivis yang menjadi inisiator PRA,” kata nang Partai Bulan Bintang (PBB), selanjut-
ditempatkan di unit advokasi dalam badan Risman. nya Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai
pemenangan pemilu. Namun saat dilantik, Thamrin Ananda, Sekretaris jendral Keadilan Sejahtera (PKS) bahkan Golkar
Risman tak hadir. Pekerjaannya di Badan PRA, membenarkan Risman sempat di juga menawarinya masuk bursa Caleg.
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh menyi­ PRA. Bahkan, ia pernah dijagokan par- Walau sudah berniat turut menambat
ta waktu. tai anak muda itu menjadi caleg bernomor nama di daftar calon legislatif, Haikal me-
Seperti dugaannya, rekannya sesama tinggi. Syarat menjadi caleg dari partai no nanggapi dingin tawaran-tawaran petinggi
aktivis pasti ada yang tak merestui dirinya 38 itu juga telah disampaikan. “Tidak bo- partai itu. Namun berbeda saat Azwar
ke partai kuning, bahkan mencemoohnya. leh poligami dan bila telah menjadi anggota Abubakar melamarnya empat bulan lalu,
Ada pula yang meminta Risman menarik dewan 50 persen gaji harus setor ke partai,” ia menyatakan bersedia bergabung dengan
berkas caleg. “Saya menganggap itu canda kata Nanda. Itulah akhir, pembicaraan se- partai berlambang matahari itu. “Juga do­
politik,” jelasnya. Lagi pula, itu usulan ak- rius Nanda dan Risman tentang PRA. rongan kerabat yang sudah lebih dulu men-
tivis yang sudah menjadi caleg dari partai Menurut Nanda, PRA tak goyah walau jadi kader PAN,” jelas Jubir Kaukus Pantai
lain. Menurut Risman, aktivis yang tidak Risman telah memadu keyakinan. Mantan Barat-Selatan (KPBS) itu.
berpartai, justru menyatakan mendukung- aktivis Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat Bukan itu saja yang membuatnya jatuh
nya di Golkar. (SMUR) angkatan 1998 ini, juga mengakui hati pada partai biru. Alasan lain, sosok
Golkar bukan satu-satunya partai yang
meminang Risman, sebelumnya, Partai Bin-
tang Reformasi (PBR) lebih dulu mendekati­
nya. Yusuf Lakaseng, Ketua DPP PBR yang
langsung meminangnya.
“Posisi yang ditawarkan wakil ketua
DPW Aceh. Setelah berpikir-pikir, lalu saya
jawab ini bukan tempat saya,” kisah Risman
ihwal ajakan Yusuf usai menjadi pemateri di
salah satu LSM di Banda Aceh. “Memang di
Golkar akan dihadapkan dengan tantangan-
tantangan, misalnya soal citra masa lalu.”
Caleg bernomor urut delapan untuk
daerah pemilihan tiga ini punya banyak
alasan memilih Golkar. Salah satunya, agar
kepentingan Aceh di nasional ada yang
memperjuangkan. Menurutnya partai lokal
bakal menyedot banyak orang. “Agar ada ke-
seimbangan parlemen dan demokrasi tidak
terancam,” kata Risman. Risman A Rahman Foto: NURDIN HASAN—ACEHKINI
Bukan hanya itu, Yusuf Kalla, Wakil

ACEHKINI November 2008 35


JALAN MENUJU 2009

Petaka Usai
Rebutan
Merekrut.
Pemilu hanya tinggal
lima bulan, laga
undang-undang masih
berlangsung antara
TAF Haikal Foto: NURDIN HASAN—ACEHKINI Aceh dan Jakarta.
Di lapangan, daftar
Amin Rais masih bersinar di hatinya. Mak- nyatakan tak akan pernah membentuk tim
lum, jamaknya aktivis reformasi, Amin sukses, “tapi saya akan buat tim cs-cs (te- pelanggaran kian
dinobatkan sebagai ‘bapak’. “Hari ini saya man-red) saja,” jelas mantan anggota PRA
simpati karena dia getol memperjuangkan selama tiga bulan itu. panjang.
revisi Undang-undang tambang dan migas Haikal sadar, 13 tahun menjadi aktivis
Indonesia.” tidak cukup melapangkan jalannya menuju
Menurutnya, Azwar tak menjanjikan senayan. Isi saku turut menunjang. Ia mem-
apapun saat meminang. Metode suara perkirakan, setidaknya ‘harga tiket’ ke ge-
terbanyak di PAN juga membuatnya ke­ dung dewan Rp 200 juta. Itupun, termurah
pincut. Terakhir yang membuat Haikal dan hanya cukup untuk belanja keperluan
terkesima, metode partai merekrut calon kampanye. oleh MAIMUN SALEH dan MISMAIL LAWEUENG
wakil rakyat secara terbuka. “Selain PRA Untungnya, sudah ada rekan yang me­ FOTO: DEDEK PARTA—ACEHKINI

(Partai Rakyat Aceh-red), setahu saya yang nyatakan akan bersedekah. “Ada yang bilang Deru sepeda motor yang
berani mengajak masyarakat mengajukan mau cetak baju tiga lembar, ada yang komit dikendarai dua pemuda, memecahkan
calonnya, ya PAN,” kata aktivis yang sempat mau sumbang spanduk tiga lembar juga ada sepinya jalan Banda Aceh-Medan, menjelang
ditangkap aparat keamanan di salah satu yang bantu baliho lima lembar,” kata aktifis shalat Jum’at, 24 Oktober silam. Matahari
kamp pengungsian di Aceh Selatan pada LSM angkatan 1997 ini. “Pokoknya bantuan tepat berada di atas kepala, ketika Erna,
tahun 1999. dari teman-temanlah.” katanya. 21 tahun, warga desa Geulanggang Rayek,
Sebagai ‘anak baru’, tentu Haikal tak pu- Amannya lagi, PAN juga tidak mewa- Kecamatan Kutablang, Bireuen, berteduh
nya kuasa atas keputusan partai. Termasuk jibkan dirinya setor uang untuk biaya kam- di halte sambil menunggu angkutan umum
soal nomor urut, ia hanya bisa pasrah. panye. Bahkan, ia sama sekali tak pernah sepulang kuliah.
Apalagi ia telah setuju ‘suara terbanyak’. diberitahukan para elit partai soal setor Sebelum dihampiri, ia tak curiga gelagat
Tapi ia gregetan juga begitu tahu namanya menyetor. Di DPP juga ia tak dimintai dana kedua pemuda itu. Apalagi seorang di
ada di urutan ke lima daftar Caleg PAN ke kampanye. antaranya cukup dikenal. “Si Dan, namanya
DPRI,”Saya sempat usul agar nama saya di Andai itu terjadi barulah ia pusing. Pa- warga kampung Dayah Masjid,” jelas Erna.
nomor urut dua,”jelasnya. salnya, Haikal mengklaim dirinya Caleg “Yakin 100 persen dia KPA, Erna kenal dia
Walau tak mengabulkan, Azwar sedikit berkocek tipis. Tak ada yang bisa dijualnya dari dulu.” KPA adalah Komite Peralihan
lunak. Nama Haikal memang tak menanjak untuk modal. “Ada tanah sepetak di daerah Aceh –organisasi tempat bernaung para
ke urutan dua. Alasannya, itu nomor urut tsunami, sampai sekarang belum dibangun mantan tentara Gerakan Aceh Merdeka
untuk calon yang pada pemilu lalu berada di BRR. Apanya mau dijual? Saya tinggal di ru- (GAM).
nomor urut tiga. “Kayaknya berat!” kata Az- mah kredit yang belum lunas,” paparnya. Bekas kombatan itu, tiba-tiba meng­
war seperti diulang Haikal. “Saya bilang se- Ia membidik senayan bukan tanpa ala- ancam Erna agar menurunkan bendera
cara psikologis nomor itu penting,” timpal­ san. Menurutnya, kinerja 13 anggota legis- Partai Keadilan Sejatera (PKS), yang
nya mengenang percakapan dengan Azwar. latif Aceh yang serius memperjuangkan dikibarkan di perkarangan rumahnya, se­
Tapi kini, Haikal bisa menghela nafas lega. kepentingan rakyat bisa dihitung jari. Lain jak bulan Ramadhan lalu. Bila tidak, caleg
Ia mendengar kabar dirinya bertengger di itu, ia menduga gelanggang politik lokal nomor tujuh untuk Daerah Pemilihan IV
urutan tiga. kian sempit. “Persaingan di lokal justru ke- Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten
Ada beberapa alasan usul Haikal diper- tat, apalagi bersaing dengan teman dan sau- (DPRK) Bireuen itu, akan diceburkan ke
hatikan partai, salah satunya jaringan per- dara. Itu pertimbangannya.” sungai. Peristiwa terjadi memang tak jauh
gaulannya yang luas. Menurutnya, itu juga Haikal bukannya tak sadar ihwal bu­ dari jembatan.
alasan kenapa ia dipinang selain gaung ruknya citra politikus di negeri ini. Namun, Mahasiswi Al-Muslim itu tak ciut
kaukus yang meluas. tekad sudah bulat. ”Selama ini saya berada nyali. “Kampanye hak semua orang, kalau
Soal bidak yang dipilih untuk ke gedung di posisi yang mengkritik, ingin juga mera- kalian mau protes, silakan ke KIP (Komisi
dewan, Haikal menutup rapat. Ia hanya me- sakan dikritik.” [a] Independen Pemilihan, red), jangan dengan

36
pedoman seleksi calon anggota Panwaslu.
Tapi, DPRA juga tak sembarang kirim
nama. Para politisi Aceh berpedoman
pada Undang-undang nomor 11 tahun
2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA),
serta Qanun nomor 7 tahun 2007 tentang
penyelenggaraan pemilu di Aceh. Dalam
kitab itu memang disebutkan jumlah
anggota Panwas lima orang, berusia 30
tahun dan legislatif berwenang melakukan
seleksi.
Mawardi Ismail, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Syiah Kuala, tak habis pikir
melihat kenyataan ini. Untuk meluruskan
perkara, DPRA dan Bawaslu justru saling
menyurati, bukan melalui aturan hukum.
Surat menyurat dimaksud, surat peno­
lakan yang dikirim Bawaslu ke DPR Aceh.
Kemudian giliran legislatif Aceh membalas.
KPU juga melayangkan surat bernomor
2620/15/IX/2008 ke KIP Aceh, awal
September lalu. Isinya, perintah segera
membentuk Panwaslu.
Ilham Syahputra, Wakil Ketua KIP Aceh,
punya cerita menarik. Menurutnya, DPRA
saya,” jawab Erna dengan nada tinggi, ikut pemilu. Belum lagi sejumlah bendera dan KIP sempat duduk semeja dengan
sambil berlalu menuju angkutan yang partai ini hilang di berbagai kota. “Kami Bawaslu. Mulanya, DPRA tetap kukuh
mengantarnya pulang.  harap, semua partai bisa fair play,” keluh yang harus dijalankan UUPA dan qanun.
Ancaman berlanjut keesokan hari. Nasrul. Sementara Bawaslu kukuh hanya undang-
Sepulang dari pengajian, ia berpas-pasan Sebenarnya, PKS tak puas sekadar undang pemilu dan peraturan KPU yang
dengan seorang pria yang kemudian ber­ melapor polisi. Sebab pihak kepolisian harus ditaati.
balik arah membututinya. Di lorong me­ memasukkan ancaman itu sebagai tindak Untuk melerai silang pendapat, KIP
nuju rumahnya, pria yang kemudian kriminal, bukan ‘kejahatan pemilu.’ Menu­ tak hilang akal. Lembaga yang dipimpin
diketahui Erna sebagai anggota Partai Aceh, rut Nasrul, tak ada pilihan lain. KIP tak Abdul Salam Poroh itu, berkoordinasi
menggertaknya. “Kenapa kamu pasang punya kuasa untuk mengawasi kecurangan- dengan Muhammad Nazar, wakil gubernur
bendera partai Indonesia itu di rumahmu?” kecurangan pemilu. “Minimal kita telah Aceh. Lembaga ini mengusulkan anggota
tiru Erna. menempuh jalur hukum,” jelasnya. Panwaslu tetap tiga orang, sesuai Undang-
Selanjutnya, pria itu mengintimidasi Ia berharap Panitia Pengawas Pemilu undang pemilu.
akan menghabisi Erna, keluarga serta (Panwaslu) segera bisa bekerja di Aceh. Apalagi, dua anggota Panwas hasil
membakar rumahnya. “Sudah dua kali Perkaranya, persaingan tak sehat mulai seleksi DPRA di bawah 35 tahun. Juga
wali pulang, kamu masih tidak tahu diri,” mekar di Aceh. Tanpa juri dari Panwas, telah disepakati, KIP akan mengirim enam
hardik pria itu, saat azan Magrib sedang “amburadul begini, pemilu serba tak jelas. nama ke Bawaslu untuk fit and proper test,
berkumandang dari masjid. “Saya tak takut Ini mengancam deklarasi pemilu damai,” selanjutnya dipilih tiga orang. “Tapi tiba-tiba
dengan ancaman kamu, yang saya takut keluh Nasrul. ada surat dari gubernur ke Wapres minta
hanyalah Allah,” sahut Erna.   agar Bawaslu melantik anggota Panwas,”
Amarah pria itu mendidih. Spontan *** jelas Ilham.
ia menarik pin PKS di jilbab mahasiswi   Kesal tingkah gubernur, membuat
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sebenarnya pada 5 Juni lalu, Bawaslu kembali bersikeras bahwa mereka
(FKIP) jurusan Matematika, Al-Muslim Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) tidak mau melantik pilihan DPRA. KIP Aceh
itu. Dia menghalau hingga rambutnya telah mengukuhkan lima anggota panitia juga akan memilih berpaling dari DPRA.
tersingkap. “Bang saya mau shalat Magrib,” Panwas yakni Nyak Arief Fadhillah, “Kalau sampai awal November ngak ada
ujar Erna tenang. Rasyidin Hamin, Radhiana, Yusra Jamali kepastian soal itu, kami akan melaksanakan
Tiga hari berselang, Erna didampingi dan Asqalani. Daftar nama tersebut telah aturan KPU,” tegas Ilham. “Dengan aturan
sejumlah pengurus Dewan Pimpinan Daerah pula dikirim ke Badan Pengawas Pemilu KPU, kami akan rekrut ulang.”
(DPD) PKS Bireuen melaporkan peristiwa (Bawaslu) di Jakarta. Tujuannya agar segera  
itu ke polisi resort setempat. Selain sebagai dilantik. ***
upaya penegakan hukum, Nasrul Wahdi, Namun, Bawaslu menolak. Alasannya,  
Wakil Sekretaris Umum Dewan Pimpinan seharusnya jumlah anggota Panwas tiga Berlarutn ya pembentukan
Wilayah (DPW) PKS Aceh, menyatakan agar orang, baik di propinsi maupun kabupaten/ Panwaslu di Aceh akibat adanya penafsiran
peristiwa serupa tidak lagi terjadi. Terlepas kota. Lalu, usianya minimal harus 35 tahun. yang berbeda antara pusat dan daerah.
siapapun pelakunya. Terakhir, yang berhak menyeleksi KIP “Daerah menafsirkan Panwaslu termasuk
Tak hanya itu ancaman mendera PKS. Aceh, bukan DPRA. Bawaslu tak asal tolak, melaksanakan pemilu legislatif dan pre­
Di Pidie dan Lhokseumawe, beberapa alasannya sesuai Undang-undang nomor siden. Sedangkan pusat, berpikir Panwas
waktu lalu, sejumlah calon anggota legislatif 22 tahun 2007 tentang penyelenggaraan yang diatur dalam Undang-undang pe­
(caleg) PKS diperintahkan anggota salah pemilu dan peraturan Komisi Pemilihan merintahan Aceh tidak ikut mengawasi ini,”
satu partai lokal untuk membatalkan niat Umum (KPU) nomor 14 tahun 2008 tentang jelas Mawardi.

ACEHKINI November 2008 37


Menurut dia, KPU dan Bawaslu
menganggap isi qanun yang diatur daerah
tidak benar, maka untuk mengoreksinya
harus ditempuh sesuai mekanisme. Caranya
desak presiden untuk membatalkan qanun
itu. “Kalau tidak bisa lewat Perpres karena
sudah lewat 60 hari, maka bisa ditempuh
lewat yudicial review,” sebut ahli hukum
tata negara ini.
Nah dengan demikian, ada kepastian
hukum terhadap setiap produk hukum.
Tapi, hal itu tidak dilakukan. “Perbaikan
atau koreksi terhadap putusan daerah tak
ditunjukkan dengan bentuk surat menyurat
(seperti dilakukan oleh Bawaslu, KPU dan
DPRA selama ini, red),” ujar Mawardi.
Ia juga menilai ketidaksetujuan KPU
dan Bawaslu tak subtansial, melainkan
pada mekanisme. Sebab persoalan jumlah
anggota Panwas, kedua lembaga itu bisa
melunak. Kesimpulan itu dilihat dari surat
Bawaslu ke DPRA dan Pemerintah Aceh,
mereka tidak menyebutkan tak boleh lima
orang. Yang disampaikan justru tiga diangkat
Bawaslu, sisanya diangkat daerah. “Kalau Juli 2008. Kandidat doktor Ilmu Hukum ini Pembakaran kantor partai digolongkan dalam
soal anggaran itu bisa dinegosiasikan," kata menambahkan, Bawaslu perlu memahami kasus kriminal atau pelanggaran pemilu?
Mawardi menafsir isi surat.   bahwa Aceh sebagai daerah "khusus" Foto: DOK—PARTAI SIRA

Sebagai pengamat, dia mengaku setuju dengan otonomi luas, berhak mengadopsi
Panwaslu Aceh dihuni lima personel. peraturan secara nasional seperti undang- menjadi sejarah baru di Aceh," katanya.  
Karena beban yang ditanggung KIP dan undang pemerintahan di Aceh.  Sejarah baru yang dimaksud Taqwaddin
Panwaslu di Aceh sangat berat, selain ada “Begitu juga dalam hal pembentukan ialah membentuk Panwas Independen, tanpa
partai nasional, juga ada partai lokal yang Panwaslu, harus dicarikan solusi secara arif campur tangan Jakarta. "Aceh sudah biasa
akan ikut mengutip suara dalam Pemilu agar pelaksanaan kampanye Pemilu 2009 membuat sejarah, sehingga tak masalah jika
2009 nanti. berjalan secara adil, jujur, demokratis dan pemerintah pusat tidak berkenan melantik
Tanpa Panwas, peran itu bisa diganti tanpa cacat," jelasnya. Panwaslu yang direkrut DPR Aceh," urai dia
polisi dan jaksa. “Kalau sudah masuk Ia sependapat dengan Mawardi. Bahkan, lagi.  
wilayah pidana, itu urusan polisi dan jaksa,” menurutnya, perbedaan tafsir antara Anggotanya, tentu saja calon anggota
kata Mawardi. Tapi tetap saja, seperti DPRA dan Bawaslu sudah bisa diakhiri. Panwaslu Aceh hasil rekrut DPRA yang
kata Nasrul, pengurus DPW PKS, “tak "Undang undang Pemerintahan Aceh itu hingga kini belum dilantik. Mereka dialihkan
memuaskan!” harus dipandang sebagai  lex superior menjadi Panwaslu Independen yang tidak
Saleh Sjafei, Manager Aceh Justice dan sekaligus lex spesialis untuk Aceh. Ini tunduk kepada Bawaslu dan KPU atau KIP.
Resource Center (AJRC), justru mence­ ketentuan khusus yang harus dijadikan "Kalau tidak ada aturan hukumnya, tinggal
maskan kedamaian Aceh. Para pihak acuan Bawaslu," paparnya lagi.    kita formulasikan kemudian, yang penting
diseru agar arif dan segera bisa membentuk TAF Haikal, aktifis masyarakat sipil di bentuk dulu," ujar Taqwaddin.  
Panwas. “Panwaslu harus segera dibentuk Aceh, menilai seharusnya Panwaslu sudah Tapi soal Panwas Independen itu,
untuk mengurangi ancaman keutuhan bekerja di Aceh, seperti daerah lain. "Harus Mawardi kurang sepakat. Sebab ia menilai
perdamaian Aceh," katanya singkat. segera ada kebaikan yang dilakukan karena tak ada aturan hukum yang mengakomodir
  Kerikil-kerikil yang dikhawatirkan eskalasi konflik pemilu akan terbuka lebar aspirasi itu.  
Sjafei itu, mulai terbukti saat Kasibun dengan adanya partai lokal di Aceh," sebut Sedangkan Dekan Fakultas Syariah
Daulay, Komandan Lapangan Brigade Haikal, yang jadi caleg DPR RI dari Partai Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry,
8 PKS Aceh, melihat bendera partainya Amanat Nasional ini.  A. Hamid Sarong, mengatakan, pusat hen­
dicomot simpatisan partai lain. Kasibun Jika Panwas tak ada, menurut dia, akan daknya menerima apa yang disodorkan
dan petinggi PKS pun mencak-mencak, tak membuat KIP tidak punya mitra dalam Aceh, apalagi sesuai dengan undang-
tahu harus menyeret kemana si pelaku.    melakukan tahapan-tahapan pemilu di undang. Kata dia, jika yang diajukan Aceh
Dia berharap, seluruh partai politik Aceh. "Juga dapat merugikan partai-partai, tak diakomodir, maka Bawaslu atau KPU
peserta pemilu yang sudah mendeklarasikan serta pengawasan sengketa pengawasan harus memberi solusi. "Kalau tak ada, maka
pemilu damai, dapat mengimplementasikan pemilu menjadi lebih rumit," tukas Haikal. yang diajukan orang Aceh harus ditoleransi,"
hingga ke tingkat bawah. Karena tak ada   katanya.
Panwaslu, ia hanya bisa berharap pihak *** Akhir cerita, kapan Panwas terben­
keamanan dapat bertindak lebih tegas   tuk? Berapa lama anggaran akan cair? Ka-
dalam mengamankan pemilu di Aceh ke Tarik-menarik masalah Panwas pan  lembaga itu akan mulai be­kerja? Bagai­
depan. ini mencuatkan ide lain. Untuk menghindari mana dengan perangkat kantor dan segala
Taqwadddin, dosen Fakultas Hukum mandeknya polemik tersebut, Taqwaddin macam urusan administrasi?  Jawabannya,
Unsyiah, mendesak Bawaslu tidak perlu menawarkan solusi lain: membentuk waktu kian sempit. Akankah Pemilu di Aceh
menunda pelantikan Panwaslu. Pasalnya, Panwaslu independen. Ini terpaksa dila­ sukses, tanpa petaka seperti dialami Erna?
kampanye terbatas telah dimulai sejak 12 kukan jika Panwaslu Aceh tak dilantik. "Ini [a]

38
Pelesir
WISATA PERJALANAN ANGIN SEGAR

WISATA

Sauna di
Kaki Bukit.
Ada pijat berjamaah
dalam dekapan
perbukitan Bener
Meriah.

menjadi ‘tradisi’ di kolam khusus buat kaum tempat pemandian umum, sekaligus objek
oleh DASPRIANI Y ZAMZAMI
adam itu. wisata andalan. Tak hanya itu, pemandian
dan CHAIDEER MAHYUDDIN “Selain menyembuhkan rasa letih, juga air panas di Desa Simpang Balik, 300 ratus
FOTO: CHAIDEER MAHYUDDIN—ACEHKINI
memberi kesegaran bagi tubuh,” ungkap meter dari Weh Pesam Atas juga ada sebuah
Kaki bukit gaduh jelang senja. Tarmizi, 45 tahun, seorang supir angkutan kolam air panas.
Puluhan perempuan berkemben berceng- umum antarkota. Dia rajin singgah ke ko- Warga menyebutnya Weh Pesam, tanpa
karama dalam kolam yang terus mengepul lam air panas Weh Pesam Atas ini. embel-embel Atas. Kolam yang tak jauh
asap. Di pinggir, sebagian memercikkan air Kolam di Desa Simpang Balik, Kecama- dari pasar itu, tak layak disebut lokasi wisa-
hangat ke tubuhnya, bersiap turut mence- tan Weh Pesam, sekitar delapan kilometer ta. Selain tidak terawat, airnya juga jorok.
burkan diri ke dalam kolam seluas 10 x 10 dari Redelong, ibukota Kabupaten Bener Wisatawan lokal lebih memilih lokasi Weh
meter. Meriah, diserbu pengunjung saban senja. Pesam Atas. Selain nyaman, airnya juga be-
Gelak tawa deras terdengar dari balik Maklum, itulah saat dingin mulai menem- ning.
tembok pembatas setinggi dua meter. Di bus kulit di dataran tinggi tersebut.   Manda, 19 tahun, warga Darussalam,
sana, bak gerbong kereta, puluhan pria ber- Pemerintah Kabupaten Bener Meriah Banda Aceh, mengaku setahun sekali pasti
baris sambil memegang bahu. Saling pijat memang menjadikan sumber air panas ini berkunjung ke Weh Pesam Atas. Ia memang

ACEHKINI November 2008 39


punya kerabat di Takengon, ibukota Kabu-
paten Aceh Tengah. Selain berwisata, Man-
da sangat menikmati hangatnya air kolam
sebagai ajang terapi.
“Kalau berkunjung ke tempat saudara di
Takengon, saya pasti datang ke sini untuk
mandi. Mandi di sini bisa menghilangkan
pegal di badan,” ujarnya. 
Satu lagi rahasia Manda, mengapa ia se-
lalu tertarik mandi dan berendam di Weh
Pesam. “Ini sekaligus sebagai tempat sauna
dan spa tradisional, yang sangat baik untuk
kebugaran tubuh,” sebut Manda setengah
berbisik. Ternyata tubuh molek Manda pu-
nya rahasia di Weh Pesam.
Tak jauh beda dengan Manda, para supir
angkutan umum juga bertujuan memanja-
kan tubuh ke Weh Pesam. Apalagi ada acara
‘mijit berjamaah’. Tak repot bagi para supir,
lokasinya terletak di bagian bawah areal ter-
minal antarkota di Simpang Balek. Tinggal
parkir kendaraan di terminal, selanjutnya
mandi ria untuk menghilangkan rasa penat,
sambil menikmati pijit.
Jika anda melakukan perjalanan ke
Takengon, maka lokasi pemandian ini tepat
berada di bagian bawah terminal Simpang
Balek. Dengan menuruni puluhan anak
tangga, anda akan sampai ke pinggir kolam.
Untuk masuk ke kolam, cukup merogoh ko-
cek sebesar Rp 2000.
Puas mandi dan berendam air hangat,
jajanan gorengan menanti di sepanjang
tangga menuju kolam. Dinas Budaya dan
Pariwisata Bener Meriah telah membuat
‘jambo-jambo’ jajanan gorengan yang bisa
dimanfaatkan para pedagang kecil.
“Pondok-pondok ini baru setahun
dibangun. Sebelumnya kondisinya tak se-
bagus ini, sekarang sudah dibangun lebih
baik oleh Pemda,” ujar Inen Suni, seorang
penjaja gorengan.
Kata Inem, sejak lokasi ini direhab, war-
ga yang berkunjung lebih ramai. Inen men-
jajakan pisang goreng, kopi, serta jagung
bakar. “Biasanya orang habis mandi lapar,
jadi bisa makan di sini,” katanya sambil me-
nawarkan dagangannya. 
Selain kolam pemandian Weh Pesam
Atas yang dikelola Pemerintah Kabupaten
Bener Meriah, ada juga kolam pemandian
air panas milik perorangan. Kolam ini terle-
tak tepat di lokasi persinggahan para awak
angkutan umum di tikungan Desa Simpang
Balek. Meski milik seorang warga Simpang
Balek, namun bisa dimanfaatkan oleh se-
luruh warga desa sebagai tempat peman-
dian mereka. Tapi sayang, kolam itu terlihat
kurang terawat.
Bener Meriah memang menawarkan
tempat wisata yang belum tergarap dengan
baik. Siapa sangka dalam dekapan perbuki-
YO FAUZAN —ACEHKINI

tan, ternyata menyimpan sumber air panas


yang bisa dinikmati layaknya mandi sauna.
[a]

40
Nanggroë

FEATURE

Kisah Usang Rompak Tanggung. Nelayan pemburu


hiu, kerap menembus tapal batas perairan asing. Perjanjian bilateral ditawar
sebagai solusi agar mereka tak ragu melaut.
oleh ADI WARSIDI dan JAMALUDDIN an panglima laot, organisasi tertinggi yang jeans tanpa baju, dia hendak mempersiap-
FOTO: HASBI AZHAR—ACEHKINI mengatur nelayan. Mereka patuh larangan kan keperluan melaut, keesokan harinya.
Seratusan kapal nelayan mang- turun temurun. Tiada heran, segala aktivi- “Besok, kami akan ke laut lagi,” ujarnya. 
kal di dermaga Lampulo, Banda Aceh, tas di laut berhenti dan semua merapat ke Ikan hiu, target utama mereka. Siripnya
Jumat pagi penghujung Oktober lalu. Be- dermaga.  bernilai jual tinggi. Menangkap satu hiu,
berapa nelayan mempersiapkan keperluan; Tak terkecuali Syukur, 36 tahun, nelayan akan mendapatkan delapan hingga sepuluh
jaring, pancing sampai persediaan air ber- yang kerap melanglang di samudera. Saat kilogram sirip. Sekilogram dihargai sekitar
sih, selama melaut. ACEHKINI menyapa, ia dan dua kawannya Rp 500 ribu. “Bayangkan jika sekali berla-
Sudah tradisi nelayan Aceh, Jumat ada- sedang santai, dalam sebuah kapal ukur­ yar bisa dapat 50 ekor hiu,” kata Syukur.
lah hari cuti. Aturan itu masuk dalam amar­ an sedang, sepanjang 10 meter.   Bercelana Karena itu, sejumlah nelayan Aceh lebih

ACEHKINI November 2008 41


memilih memburu hiu ketimbang ikan lain. kami diikat ke belakang, tapi kami tidak mencari hiu di luar Indonesia.
Masalahnya, di perairan Indonesia, jum- dipukul,” kenangnya.   
lah hiu sangat sedikit.   Lalu, mereka nekat Menjelang dini hari, mereka dibangunk- ***
memburu sampai perairan negara tetangga, an pasukan patroli India. Di dekat kapal itu,  
seperti Myanmar, India dan Thailand.  sebuah kapal lain nangkring. Gelap masih ADLI Abdullah, sekretaris
Ada dua jenis hiu yang sering didapat membuat pandangan mereka kabur untuk panglima laot Aceh, mengacungkan tangan-
di wilayah negara lain; hiu beton dan hiu tahu identitas kapal yang baru tiba. nya di depan forum Global Conference on
nawan. Hiu beton warnanya agak putih dan “Kami disuruh ke kapal yang berhen- Securing Rights of Small Scale Fisheries,
harga siripnya mahal, sementara hiu nawan ti itu, mulanya saya menolak dan minta yang diadakan di Bangkok, medio Oktober
warnanya agak hitam dan siripnya sedikit dilepaskan saja, karena kita curiga pasti lalu. Dia hadir sebagai anggota badan ke-
lebih murah. masuk penjara,” kisah Syukur. hormatan International Collective Support
“Bila dibandingkan dengan perairan In- Dia lalu coba bertanya dengan ba- of Fishworkers (ICSF) yang berpusat di
donesia, di perairan Myanmar lebih banyak hasa Inggris yang patah-patah bercampur Brussel, Belgia.
hiunya, kadang sekali pulang bisa mendap- isyarat.   “Indo, Andaman?” Lalu mereka Menggebu ia bicara nasib nelayan kecil
atkan uang dari dua puluh lima juta sampai menjawab, “no... no.... no, indo go.” Aceh yang kadung dianggap rompak, saat
empat puluh juta. Makanya kami nekat ke Syukur ketakutan, berpikir mereka tertangkap di perairan negara tetangga.
sana,” ujarnya. akan dibawa ke India. Awak patroli terus “Bagaimana supaya diusahakan adanya
Ini juga yang membuat Syukur pernah mendesak agar mereka meninggalkan ka- perlindungan hukum bagi nelayan kecil di
ditangkap polisi laut negeri Bollywood. Ken- pal. Syukur terkejut dan akhirnya merasa bagian negara manapun,” ujarnya, di hadap­
dati tak ditahan, dia takut dan trauma. Jera beruntung, kapal yang menunggu itu ber- an 323 peserta negara maju dan berkem-
membuatnya berhati-hati bila melaut, men- bendera Indonesia. bang, organisasi nelayan seluruh dunia, ser-
jaga agar tak melanggar batas negara. Usai “Rupanya kapal Angkatan Laut dari Sa- ta badan internasional lain yang menangani
tsunami Desember 2004 lalu, dia hanya bang, kami lalu dibawa ke Sabang. Di sana bidang perikanan.
memburu hiu dan ikan-ikan lain di perairan saya dan kawan-kawan ditahan satu  bulan Konferensi tiga hari itu membahas
Indonesia. “Dipenjara di negara sendiri aja untuk proses penyelidikan.” peng­akuan dan perlindungan terhadap hak
nggak tahan, apalagi di negara orang.” Sebelum tsunami menghancurkan ka- nelayan kecil di seluruh dunia. “Perlindung­
Syukur telah mulai memburu hiu, se- palnya, dalam satu bulan sebanyak tiga kali, an nelayan selama ini belum ada di Aceh,”
jak 1997. Trauma itu datang lima tahun Syukur mencari hiu. Lokasinya sering di kata Adli. Masalah nelayan Aceh sering
lalu. Peristiwa naas itu, ia bersama empat perairan India, Myanmar dan Thailand. tidak muncul di forum internasional. “Pe-
kawannya berangkat siang hari dari Lam- Pernah juga suatu hari pada medio merintah Indonesia sendiri lebih fokus pada
pulo. Esok siangnya, mereka sudah mengin- 2004 dia hampir tertangkap lagi. “Tanpa nelayan di wilayah timur,” ujarnya pada
tip hiu di perairan India. sadar kami sudah memasuki 100 mil ke ACEHKINI.
Belum sempat menebar pancing, dari ke- perairan India.” Tapi kemudian, dia berhasil Adli lebih banyak bicara Aceh di sana
jauhan mereka melihat titik putih terapung. mengelabui patroli dengan mengganti yang kerap bernasib sial di perairan In-
“Kami pikir busa yang dibawa air, ternyata bendera yang sudah disiapkan sejak awal. dia, Myanmar dan Thailand.   Hasilnya,
makin lama kelihatannya makin besar, ru- Dia lolos. konfe­rensi merekomendasi nelayan kecil
panya kapal patroli India,” sebutnya meng- “Sekarang hal itu sudah tidak mungkin dari belahan dunia manapun harus diberi
umbar senyum. lagi. Patroli laut negara lain sudah pengecualian, ada keringanan. Tak boleh
Spontan, mereka balik arah. Kapal menggunakan pesawat udara untuk disamakan dengan tahanan perang.
dipacu maksimal, namun kalah cepat mengawasi perairan mereka.”  Memburu Dalam kesempatan itu, Presiden World
laju kapal patroli. Mereka ditangkap dan hiu memang menggiurkan, tapi trauma Fishers Forum People, Saseegh Jaffer me-
diangkut ke kapal polisi India. “Tangan tertangkap lagi membuatnya berhenti nyerukan, agar digagas perjanjian baik bilat-
eral maupun multilateral guna melindung­i
para nelayan kecil pelintas batas di dunia.
“Nelayan kecil harus mendapat perlindung­
an dan lebih diutamakan dalam pengelolaan
sumber daya perikanan, karena mereka me-
laut bukan untuk memperkaya diri tetapi
mencari sesuap nasi untuk memberi makan
keluarga.”
Soal perjanjian bilateral tentang nelayan
antarnegara, Adli menyebut, terus memper-
juangkan nasib nelayan Aceh. Sekretariat
panglima laot juga telah meminta Pemerin-
tah Aceh menginisiasi perjanjian bilateral
antara Indonesia dengan India. Tujuannya,
melindungi nelayan kecil yang kerap ter-
dampar di Kepulauan Andaman dan Nico-
bar yang berbatas langsung dengan Aceh.
“Jika ini terwujud, maka nelayan Aceh yang
terdampar di Kepulauan Andaman dan
Nicobar tidak dihukum lagi,” sebutnya.
Ide itu berawal dari Andi Ghalib, duta
besar Indonesia untuk India yang pernah
minta Adli, agar mengusahakan pemerintah
daerah dapat mendorong pusat mengada-

42
kan perjanjian dengan India. “Pemerintah sekilas tampak, lalu semakin jauh. Mulyadi, FEATURE

Kabar Ayah
Aceh harus proaktif mendorong pemerintah pawang (nakhoda) boat tak menyangka, itu
pusat untuk membangun hubungan bilat- adalah awal buruk baginya dan awak kapal.
eral ini,” kata Andi Ghalib suatu ketika pada Mereka tak tahu lagi arah sebenarnya,

dari Laut.
Adli. dengan hanya bermodal kompas.
Hal itu sangat dimungkinkan, karena Sekitar pukul 17.30 Wib, tiba-tiba sebuah
tak ada sejarah konflik selama ini antara kapal patroli milik polisi Port Blair, India,
Aceh atau Indonesia dan India. Lembaga- mendekat. Mulyadi dan anak buahnya;
lembaga yang bergerak di bidang kelautan Suryadi, Adiyus, Supriadi dan Mul, memacu Dalam gendongan,
di India sudah memberi sinyal membantu boat untuk menjauh. Mereka kalah cepat
mendorong pemerintah mereka, untuk ker- dan tertangkap. Lalu tertuduhlah mereka Rafi merengek pada
jasama tersebut. 
Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Na­
sebagai rompak ikan di wilayah India, ne-
layan itu telah berada di sekitar Kepulauan ibu yang merindukan
zar memberi perhatian kepada nelayan dan
usulan panglima laot itu. Pihaknya telah
Andaman.
Pasukan bersenjata mengiring mereka
sang suami. Laut
diperjuangkan sejak akhir tahun lalu ke pe-
merintah pusat. Harapannya, nelayan Aceh
ke pulau, dalam boat ada 18 ekor hiu. Mul­
yadi dan rekan tak berkutik. “Saat ditang-
membawa pesan,
yang tertangkap di luar wilayah Indonesia,
tak lagi dipenjara. Tapi bisa dipulangkan se-
kap, kami tidak dipukuli, kami diperiksa
dan mereka meminta paspor dan surat izin.
Faisal yang berprofesi
cepatnya ke Aceh. Tapi kami tidak punya semua itu, sehingga sebagai pemburu hiu,
  kami ditangkap,” Mulyadi bercerita.
*** Tiga hari diperiksa di kantor imigrasi ditahan di Myanmar.
  Andaman, mereka dinyatakan bersalah.
DI India, Andi Ghalib juga terus Ikan dan boat menjadi barang bukti dan
mencari jalan. Ia banyak membantu nelayan disita aparat India. Enam bulan prose’s di
Aceh yang terperangkap di sana. Salah satu- pengadilan, mereka kemudian divonis. Mul­
nya, ikut menfasilitasi saat 10 nelayan Aceh yadi sebagai komandan boat diganjar dua
dibebaskan India akhir Agustus 2008. tahun. “Empat kawan saya hanya dihukum
“Kami juga diberi uang saku untuk beli satu tahun,” ujar Mulyadi, yang bebas tepat
baju, celana dan sepatu oleh Pak Andi. Jika 21 Agustus 2008.
tidak ada, maka dengan celana pendeklah Mulyadi, sampai saat ini, belum lagi
kami pulang,” sebut Fadhila Murpi, nelayan memulai aktivitas sebagai nelayan. “Saya
Aceh yang bebas kala itu.  “Ketika akan ter- masih trauma kalau mengingat bagaimana
bang ke Malaysia, Andi M Ghalib sengaja kami kehilangan arah di lautan. Ini harus
terbang dari New Delhi ke Chennal untuk jadi pengalaman bagi kawan-kawan nelayan
menjamu kami di sebuah restoran.”
 lain.”
Mulyadi, 24 tahun, warga Kampong Ia dan kawan-kawan, terus berharap
Jawa, salah seorang nelayan Aceh yang be- sebuah perjanjian bilateral antarnegara.
bas bersama Fadila mengisahkan awal pe­ Agar yang terjebak laut, tak lagi dicap seba-
nangkapannya, 20 Agustus 2006 silam, saat gai rompak tanggung yang berakhir dalam
memutuskan melaut mencari hiu. penjara. [a]
Esok harinya, awak Boat Hakiki itu te­r us
berputar-putar mengintip ikan, mene­bar Hiu tangkapan para nelayan Acehdi TPI Lampulo.
jaring. Pulau Sabang, paling barat Indonesia, Foto KIRI YO FAUZAN—ACEHKINI; BAWAH: HASBI AZHAR—ACEHKINI oleh ADI WARSIDI dan JAMALUDDIN
FOTO: JAMALUDDIN—ACEHKINI

Pandangannya lurus ke depan,


menembus jendela rumah. Sesekali ia ber­
paling, mengayunkan badan, menina-bobo­
kan bayi dalam gendongannya, menangis
dan diam terbuai hembusan angin laut
Lampulo, Banda Aceh. 
Pada kapal-kapal yang pulang, pernah
ia menaruh harapan, melihat suaminya
membawa hasil tangkapan. Tapi tiada yang
dirindukannya, sang suami hilang bagai
ditelan ombak dan sempat tak berkabar. 
Rifa Dewi, perempuan itu. Umurnya
masih 18 tahun. Seorang bayi di gendongan-
nya masih 2,5 bulan, diberi nama Rafi Maul-
ana. Suaminya adalah Faisal, 24 tahun, atau
sering disapa ‘gawat’ oleh rekan-rekannya.
Dia berjodoh dengan pemuda sekampung
dan menikah awal November tahun lalu. 
Syahdan, 15 hari setelah pesta seder-
hana di Lampulo, 19 November 2007. Saat
itulah kisah sedih Rifa bermula. Sang suami

ACEHKINI November 2008 43


yang nelayan, izin melabuh harapan di laut
lepas. Rifa berat, karena masih dalam hi-
tungan bulan madu. “Tapi karena menjelang
lebaran haji, perlu  kebutuhan uang banyak,
saya izinkan dia melaut,” kisah Rifa pada
ACEHKINI, akhir bulan lalu. 
Berangkatlah Faisal memburu hiu yang
bersirip mahal, bersama Zakaria, Irwanto,
Mansur dan Hendra. Kapal Motor (KM)
Family yang membawa mereka perlahan
jauh dari pandangan. Rifa melambaikan
tangan, berharap suaminya kembali dengan
nafkah untuk melengkapi Hari Raya Idul
Adha. 
Biasanya, Faisal dan kawan-kawan
hanya delapan sampai sepuluh hari di
laut lepas. Setelah itu sudah di kampung.
Sampai tenggat waktu, yang diharapkan
kosong. Faisal dan kawannya tiada merapat
ke dermaga. 
Senang bercampur duka dirasakan Rifa,
saat ia tahu telah mengandung. “Saya tanya
selalu kepada nelayan lain, tidak ada yang
tahu pasti, ada yang bilang ditangkap di
India, ada yang bilang di Myanmar,” sebut-
nya.   Juni 2008, saat para nelayan yang ditahan
Hari berbilang minggu dan bulan, kabar mengirim surat untuk keluarganya di Lam-
tiada datang. Dalam kegalauannya, Rifa pulo. “Lalu kita selidiki keberadaan mereka
selalu berdoa, agar orang yang dicintainya dengan meminta bantuan KBRI di Yangon,
masih ada.  Myanmar,” ujarnya. 
Awal Januari 2008, sebuah kabar da- Kabar didapat. Ada sepuluh nelayan
tang dari kawannya, Nini Afriana, pacar Za- Aceh yang ditahan di Penjara Kota Myeik
karia. Nini mendapat telepon dari seseorang Tanintharyi Division, Uni Myanmar atau
di seberang. Pesannya, awak KM Family se- sekitar satu jam penerbangan ke arah teng-
lamat, tapi ditahan polisi Myanmar. Mereka gara dari kota Yangon. 
bersalah, melewati batas negara saat berla- Lima di antaranya adalah awak KM
yar. Family. Mereka ditangkap Angkatan Laut
Pelan, hatinya tenang. “Dari pacar Za- Myanmar, sekitar 50 mil dari pulau terluar
karia itu saya tahu, kalau suami saya di- Myanmar pada 22 November 2007, setelah
tahan, saya lega karena suami saya masih terombang-ambing di laut karena kerusa-
selamat,” kata Rifa. kan mesin. Mereka kemudian ditahan sela-
Keyakinan Rifa makin kuat setelah ma 3 malam di kantor polisi terdekat sebe-
beberapa media terbitan Aceh memuat lum akhirnya dijebloskan ke penjara Myeik,
foto suaminya yang ditahan di Myanmar, pada 28 November 2007. Semua nelayan itu
Agustus lalu. Bulan itu juga dia melahir- beralamat di Lorong Beringin, Desa Lam-
kan anaknya. “Saya sangat sedih, semenjak pulo, Banda Aceh. Kehidupan Nelayan di TPI Lampulo (atas) dan
saya hamil hingga sudah melahirkan, belum Sementara lima lainnya adalah mereka M Adli Abdullah (bawah).
sempat melihatnya (suami).”  yang terjerat belakangan, para awak KM Foto ATAS: YO FAUZAN—ACEHKINI; BAWAH: DOK-PRIBADI

Nini Afriana pada ACEHKINI menye- Rahmat yang terdiri dari Rasmal, Sukardi,
butkan, dia juga resah karena kekasihnya Hermansyah, Musliadi dan Defi Joni. Mere­ dan Konselor  dan seorang staf lokal KBRI
tak ada kabar sejak pergi melaut bersama ka berlayar pada 1 Februari 2008. Dalam Yangon telah bertemu dengan kesepuluh
Faisal. Dua bulan kemudian, dia menerima perjalanan pulang pada 8 Februari 2008 nelayan Aceh itu,” kata Adli. 
telepon dari luar negeri, meminta agar Nini atau sekitar 70 mil dari pantai Myanmar,  Kabarnya, mereka sedang diusahakan
mengabarkan kepada keluarga Zakaria, mereka ditangkap Angkatan Laut Myan- pengampunan agar tak   lama lagi harus
bahwa mereka ditahan di Myanmar karena mar. Kemudian dibawa ke kantor polisi dan mendekam di penjara negeri junta militer
melewati batas perairan. “Ketika saya tanya akhirnya ditahan di Penjara Myeik sejak 13 itu. KBRI di Yangon terus melobi pihak ber-
kapan dibebaskan, mereka bilang akan di- Februari 2008.  Konon, kesepuluh nelayan wenang Myanmar, agar para nelayan itu,
tahan dan diperiksa dulu di sana,” ujar Nini itu telah divonis pengadilan setempat ma­ dapat secepatnya kembali berkumpul ber-
menirukan penelepon. sing-masing lima tahun penjara. sama keluarganya di Aceh.
Kabar nelayan-nelayan itu sampai juga Panglima Laot Aceh terus berusaha Di Lampulo, Rifa dan anaknya terus
ke meja Sekretariat Panglima Laot Aceh, di mengupayakan pembebasan mereka de­ menunggu pulangnya sang belahan jiwa.
Banda Aceh. Panglima Laot adalah lembaga ngan meminta bantuan sepenuhnya dari Dia berharap pemerintah mau membantu-
adat yang mengurusi para nelayan Aceh.  KBRI. Awal September silam, kata Adli, nya, agar Faisal pulang secepatnya. “Kami
Adli Abdullah, sekretaris jenderal lem- pihak KBRI di Yangon, mengirimkan kabar was-was, takut akan ditahan lama di sana,”
baga itu mengakui keberadaan mereka di terbaru, sepuluh nelayan Aceh itu dalam kata Rifa, sambil berusaha mendiamkan
Myanmar. Berita itu sampai ke telinganya keadaan sehat. “Sekretaris Ketiga Protokol Rafi yang merengek dalam ayunan. [a]

44
Gaya
Hidup
MODE KULINER HOBI KESEHATAN KECANTIKAN

OLAHRAGA

Demam Juan Carlos di Seutui. Sepakbola ala


Amerika Latin hadir di Aceh. Diminati belia, mahasiswa hingga kalangan
eksekutif muda.
oleh RIZA OZ pemuda larut bermain futsal. bola biasa, luasnya hanya 15 x 25 meter. Be-
FOTO: YO FAUZAN—ACEHKINI Sejak sebulan silam, bekas terminal rat bolanya hanya 400 gram.
Malam kian usang, gerai L-300 jurusan barat dan selatan Aceh itu di Permainan juga tidak dilangsungkan di
makanan khas ala Italia di kawasan Setui sulap Dedi Sartika, warga Geuce Komplek, lapangan berumput, melainkan karpet sin-
telah tutup. Namun riuh masih terdengar Banda Aceh, menjadi lapangan sepak bola tetis dari tali rapia. Lebar gawang hanya tiga
persis di belakang gerai. Di sana, puluhan ala Amerika Latin. Jauh beda dengan sepak meter dan tinggi dua meter. Sekeliling la-

ACEHKINI November 2008 45


pangan dibatasi jaring. Jumlah pemainpun futsal miliknya sudah kategori standar. nya sore,” ungkap Hendri salah seorang ma-
hanya lima orang. Selain lapangan, lokasi itu juga dileng­ hasiswa di Banda Aceh.
Walau arena bermain kecil, jangan kira kapi kafetaria dan kamar mandi khusus Dedi berencana mengelar turnamen un-
futsal tidak bisa memeras keringat. Anda untuk para pemain. Ada juga loker, untuk tuk menambah peminat olahraga ini. Meski
tak akan sempat berdiri seperti bermain para anggota. ”Saya ingin membuat arena baru mulai dibuka secara resmi pada akhir
sepak bola. Futsal memaksa pemain terus ini menjadi sangat nyaman,” ungkapnya. Oktober, klub yang mengantri sudah menja-
bergerak. ”Pertama mikirnya nggak terlalu Dedi serius menggarap usahanya. Ia me- mur.
capek karena lapangannya kecil, ternyata rekrut sembilan karyawan untuk mengelola Futsal sendiri berasal dari bahasa Spa-
lumayan capek main futsal,” kata Ronny usaha yang dibuka dari pukul 10.00 sampai nyol, yaitu Futbol (sepak bola) dan Sala (ru-
Chandra, salah seorang eksekutif muda. 12.00 malam. Omsetnya pun tak tanggung- angan), yang jika digabung artinya menjadi
Tapi jangan khawatir, pergantian pe- tanggung: Rp 3 juta saban hari. ”Kebanyak­ Sepak Bola dalam Ruangan. Futsal mulai
main dalam futsal tak terbatas. Kapan saja an mereka mainnya malam, apalagi kalau dikenal sejak tahun 1930 di Montevideo,
pemain dapat masuk dan meninggalkan la- sabtu dan minggu, lumayanlah omsetnya” Uruguay.
pangan. Khusus penjaga gawang, hanya bo- katanya. Permainan ini diperkenalkan Juan Car-
leh diganti bila bola sedang tidak digiring, Walau Dedi telah membuat dua la- los Ceriani, seorang pelatih sepak bola asal
itupun atas persetujuan wasit. pangan, namun peminat tak langsung dapat Argentina. Hujan yang sering mengguyur
Hendri, salah seorang mahasiswa di main. Tak cukup sehari menunggu nama Montevideo membuatnya kesal. Tak jarang,
Banda Aceh, hafal benar peraturan per­ tim bisa tercantum di papan jadwal yang rencana yang ia susun jadi berantakan ka-
mainan ini. Menurutnya, jika bolanya kelu- ditempel dekat ruang ganti. ”Saya pesan rena lapangan tergenang air.
ar lapangan, maka bola itu harus ditendang, lapangan jauh-jauh hari, sebab peminatnya Lalu Ceriani memindahkan latihan ke
bukan malah dilempar. banyak,” kata Ronny. dalam ruangan. Pertama ia tetap meng-
Selain itu, pemain tak boleh membawa Ronny memilih bermain futsal di malam gunakan pemain 11 orang, layaknya sepak-
bola lebih dari empat detik tanpa dioper ke hari, karena jadwal kerjanya yang padat. bola biasa. Namun karena lapangan yang
pemain lain. ”Bila tidak, maka si pemain Apalagi setelah main futsal dia mengaku sempit, dia memutuskan mengurangi jum-
akan dikenakan hukuman pelanggaran,” bisa tidur pulas dan menghilangkan semua lah pemain menjadi 5 orang tiap tim, ter­
jelas Hendri. Waktu permainan dibagi dua beban kerja selama sepekan. masuk penjaga gawang.
babak, masing-masing 25 menit. ”Setiap akhir pekan kami selalu datang Ternyata latihan di dalam ruangan
Masalah perlengkapan, selain kaos sera- dan main futsal bersama di sini, habis main itu sangatlah efektif dan atraktif. Minat
gam agar dapat membedakan kawan dan kan capek tapi besok badan udah enakan, masyarakat Montevideo pun tumbuh. Lalu
lawan, futsal juga membutuhkan sepatu karena semua keringat keluar, Senin bisa banyak penggemar bola di kota itu yang
khusus. Tidak seperti sepatu bola biasa yang kerja lagi” akunya. mencoba permainan baru ini. Jadilah Futsal
memiliki grip, sepatu futsal terbuat dari ka- Tak hanya para eksekutif muda yang olahraga yang diminati masyarakat luas.
ret. ”Harganya mulai 200 ribu sampai ada mengandrungi permainan ini. Para remaja Di Indonesia, permainan ini baru men-
yang satu juta, tapi banyak juga yang pakai usia sekolah maupun mahasiswa juga ba- jamur sekitar tahun 1998 di beberapa kota
sepatu biasa, asal nyaman aja di kaki,” ung- nyak yang antri mencoba kepiawaiannya besar seperti Jakarta dan Bandung. ka-
kap Hendri. mengolah bola. Maklum, di Banda Aceh langan artislah yang lebih intens memper-
Melihat permainan itu mulai digan­ sendiri baru di tempat ini sajalah permaian kenalkan olahraga itu. Bahkan Luna Maya
drungi, setelah menamatkan pendidikan itu ditemukan. aktris kawakan Indonesia itu, juga kepincut
di Universitas Trisakti, Jakarta, Dedi Sar- ”Untuk sewa lapangan kami biasanya dengan olahraga ini.
tika kembali ke Aceh. Pemuda 26 tahun kumpul duit, karena harga sewa lapangan- Tak heran, Dedi pun mulai berpikir me­le­­
inilah yang memperkenalkan futsal perta- nya 150 ribu per jam. Tapi kalau malam barkan sayap. ”Rencananya saya akan be­­ker­
ma di Aceh. Ia membangun dua lapangan. susah bisa main karena udah banyak grup ja sama dengan sebuah perusahaan sepatu
Modalnya,mencapai lima milyar. Gedung yang boking duluan, jadi kadang kami main- untuk memasok sepatu futsal,” ujarnya. [a]

46
Sains
PENDIDIKAN INOVASI BUKU

BUKU

Pengakuan
Bandit
oleh ADI WARSIDI
Strategi yang dibuatnya jitu,
tujuannya hanya satu; menghancurkan
ekonomi dunia ketiga yang kaya sumber
alam. Lalu menundukkannya secara ekono-
mi. John Perkins muda bekerja pada peru-
sahaan konsultan MAIN bermarkas di Bos-
ton, Amerika Serikat. 
Tugas pertamanya ialah membuat lapo-
ran-laporan fiktif untuk International Mon-
etery Fund (IMF) dan Bank Dunia, agar
mengucurkan utang luar negeri ke negara-
negara sedang berkembang. Selanjutnya,
Perkins yang menyebut dirinya sebagai eco-
nomic hit man (bandit ekonomi), membang-
krutkan negeri penerima utang. 
Semua itu dilakukan demi korpora-
tokrasi – jaringan yang bertujuan memetik
laba melalui cara-cara korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN) dari negara-negara dunia
ketiga. Mereka memaksa negeri pengutang
menjual ladang-ladang minyaknya pada
multinational coorporation milik kaum
konglomerat Amerika. Tak terkecuali, Indo-
nesia juga ikut dijarah.
Perkins langsung terjun sendiri ber-
sama timnya, para bandit ekonomi, untuk

Judul asli:
The Secret History
of the American Empire
Penulis:
John Perkins
Penerbit:
Ufuk Press,
John Perkins Agustus 2008
FOTO: FREEWEBS.COM
xxviii + 465 halaman
ACEHKINI November 2008 47
menganalisa guna menemukan titik lemah. di benua hitam itu. Meski sebagian besar bandit itu menulis dengan baik, lengkap de-
Perkins menulisnya di halaman awal: “1971, dilakukan diam-diam, beberapa memakai tail sampai hal-hal kecil.
aku sudah siap memerkosa dan menjarah samaran eksekusi legal. Alur ceritanya pas dan tak bertele-tele.
Asia.” Mungkin yang paling terkenal di antara Perkins juga menyuguhkan dialog-dialog
Petualangannya laksana pahlawan. Di beberapa pembunuhan ‘legal’ adalah ter- yang membongkar berbagai sisi terkait usa-
mana pun ia menjual “kecap” untuk pe- bunuhnya Ken Saro-Wiwa, pejuang ling- hanya dalam melumpuhkan ekonomi nega-
nyelamatan ekonomi, padahal itu hanya kungan Nigeria dan warga suku Ogoni. Dia ra dunia ketiga. Inilah kisah dari balik layar
perangkap. Perkins memotret dan meme- dianggap berbahaya bagi misi korpora- yang dipaparkan secara memikat, bergulir
takan sumber daya, sampai memengaruhi tokrasi karena memimpin gerakan perlawa- laksana sebuah film sukses, dituturkan le-
petinggi negara. Simaklah satu kutipan nan terhadap eksploitasi tanah airnya oleh wat mata seorang pria yang pernah mem-
dalam bukunya: “suatu hari pada 1995, se- beberapa perusahaan minyak. bantu membentuk imperium itu.
orang petinggi Stone and Webster Engineer- Ken sempat ditahan dan diadili oleh pe- Buku ini tak hanya membeberkan kons­
ing Company (SWEC) menelepon untuk merintahan Jenderal Sani Abacha, diktator pirasi korupsi yang telah mengobarkan ke­
bertemu denganku. Sambil makan siang, ia di Nigeria yang pro-korporatokrasi, sep- tidakstabilan dan sikap anti-Amerika di
membahas proyek pembangunan komplek erti Soeharto di Indonesia. Pada November seluruh muka bumi, tetapi juga menawar-
pemrosesan bahan kimia di Indonesia...”  1995, Ken Saro-Wiwa digantung bersama kan berbagai solusi dan petunjuk praktis
Nilainya tak kurang dari US$1 mil- delapan rekannya. Begitulah sekilas bandit yang mudah dipahami untuk menghadapi
iar. Petinggi SWEC bertekad mewujudkan ekonomi memainkan peran. kejahat­an korporatokrasi. Perkins meng­ajak
proyek ini. Tapi dia tak bisa melakukannya Kejadian demi kejadian yang dialami warga dunia memerangi kejahatan korpo-
sebelum menemukan cara membayar se- dan dipraktikkan langsung oleh Perkins ratokrasi dengan berbagai jenis senjata am-
orang anggota keluarga Soeharto sebesar membuatnya merenung. Kemiskinan disak- puh, menyodorkan sebuah rencana simpatik
US$150 juta. Begitulah suap dilakukan, dan sikannya dan dia pun “tobat”, sampai akh- untuk mencitrakan kembali dunia kita.
Perkins ikut memainkan keahliannya.   irnya berhenti sebagai bandit ekonomi. Buku ini memang bukan ditulis untuk
Pada sisi lain contohnya, tentang tsu- Menyadarkan dunia dan mengubahnya, semua golongan. Ini adalah buku bagi para
nami Aceh yang dilirik para punggawa di dia menulis buku. The Secret History of The pemimpin, pemikir dan pelaku ekonomi
negara maju. Perkins menulisnya dalam American Empire adalah kelanjutan petu- serta negarawan dan mahasiswa yang se-
satu judul tersendiri: ‘Mendulang Emas dari alangannya di Indonesia dan negara dunia dang belajar. Membacanya seperti memba-
Tsunami.’  ketiga. Buku pertamanya berjudul: Confes- ca imperium Amerika dalam karakter tipu
Itu berkah tersendiri bagi Amerika. sions of An Economic Hit Man masuk best muslihat. [a]
Pemerintahan Bush tak sia-siakan waktu. seller dan telah diterjemahkan ke lebih dari
Sebulan setelah tsunami, Januari 2005, 30 bahasa.
Pemrotes dari Ogoni (kelompok minoritas di
Washington membalik kebijakan Pemerin- Buku ini bukan fiksi, tapi kenyataan Nigeria) berunjukrasa di Washington, 10 November
tahan Clinton pada 1999 yang memutuskan karena Perkins menulis petualangannya 2006, memperingati hukuman gantunf terhadap
hubungan militer dengan Indonesia karena membangkrutkan ekonomi negara-negara Ken Saro-Wiwa.
dianggap represif. Gedung Putih mengirim berkembang di balik dalih bantuan. Bekas Foto: Grundlepuck/flicker.com/peacecouncil.net

peralatan militer senilai US1 juta ke Jakarta.


Pada 7 Februari 2005, koran The New York
Times menulis, “Washingtom menyabet
kesempatan yang muncul pascatsunami.”
Belakangan, tulis Perkins, segera setelah
tsunami menghancurkan wilayah pesisir
Aceh, sejumlah perusahaan konstruksi dan
permesinan Amerika melobi Bank Dunia
dan lembaga bantuan lain untuk memban-
gun jalan raya, yang utamanya akan men-
guntungkan industri minyak dan kayu.
Tak hanya Indonesia. Pada belahan Asia
lain, Perkins juga memainkan peran dalam
menghancurkan ekonomi negara dunia ke-
tiga. Sebut saja Nepal, Tibet, Thailand dan
Filipina yang dikunjunginya dengan kedok
pahlawan ekonomi. 
Di luar Asia, dia mengembara ke bagian
benua lain. Amerika Latin, Timur Tengah
dan Afrika. Semua sepak terjangnya diceri-
takan dengan gamblang dibuku yang dalam
bahasa Indonesia berjudul: Pengakuan Ban-
dit Ekonomi ini, mulai dari membajak pesa-
wat sampai membunuh seorang presiden.
Bandit ekonomi ini, menggambarkan
bagaimana ia menghalalkan segala cara un-
tuk tujuan dan kepentingan korporatokrasi.
Bahkan pembunuhan menjadi ‘legal’ dalam
misinya. Di Afrika, kegagalan para bandit
ini banyak terjadi. Alhasil, pembunuhan
memainkan peran penting dalam politik
48
Figura TEUKU WISNU

Antara Jakarta - Sigli


oleh MISMAIL LAWEUENG FOTO: MISMAIL LAWEUENG—ACEHKINI
Kesohor sebagai pesinetron, tak membuat Teuku Wisnu
melupakan kampung halamannya. Buktinya, cuti empat hari dari pabrik
sinetron MD Entertainment saat lebaran kemarin, dimanfaatkan untuk
saweu gampong di Blok Bengkel, Kabupaten Pidie.
“Senang banget bisa lebaran di kampung, silaturrahmi dengan
keluarga dan teman-teman lama,” ujar pria kelahiran Jakarta, 4 Maret
1985, pada ACEHKINI baru-baru ini.
Selama ini, hati Wisnu terpaut antara Jakarta – Sigli. Maklum,
meski Wisnu tinggal di Jakarta, orang tuanya masih menetap di Blok
Bengkel, Sigli. Ayahnya, Teuku Yusar, adalah pegawai negeri di Pidie
Jaya.
Sebenarnya, bintang iklan rokok Djarum 76 ini ingin membujuk
kedua orang tuanya ikut menetap di Jakarta. Sayangnya, Wisnu
terpaksa harus menunggu sang ayah pensiun. “Kalau sekarang, papa
sama mama ngak mau. Masih dinas di Pidie Jaya,” sebut pemeran Erwin
dalam sinetron ‘Zahra’ ini.
Di kampungnya, pemeran Farrel dalam sinetron ‘Cinta Fitri’ ini,
berziarah dan bersilaturrahmi dengan kerabat. Aktor yang beken lewat
sinetron ‘Culunnya Pacarku’ itu juga mengadakan reuni kecil-kecilan
dengan teman-teman dekat ketika SMP. “Wisnu dulu
sekolah di SMP 1 Sigli, makanya nyempatin diri
ketemu teman-teman dekat SMP dulu,” tutur
aktor film ‘Gue Kapok Jatuh Cinta’ ini.
Mumpung di Aceh, penyuka
timphan dan mie caluek ini, juga
sempat nongkrong di warung kopi
Solong, Ulee Kareng. Tapi, dia lebih
suka makan timphan asoe kaya
ketimbang menyeruput kopi
sambil silaturrahmi. “Apalagi
pada momen lebaran,” timpal
mahasiswa Fakultas Ilmu Politik
Universitas Moestopo, Jakarta
ini.
Seusai melihat Aceh, Wisnu
berharap Serambi Mekkah bisa
lebih baik lagi. “Saya mau yang
terbaik untuk Aceh, jangan
ada konflik lagi, baik dengan
pemerintah maupun sesama
orang Aceh,” ujar lajang
yang enggan bicara soal
politik itu. [a]

ACEHKINI November 2008 49


THE VIRTUO

Melahirkan
Anak Pertama
oleh MAIMUN SALEH FOTO: YO FAUZAN—ACEHKINI
Usianya baru enam bulan. Walau begitu, Virtuo telah
‘melahirkan anak pertama’. VCD-nya beredar di pasar, September lalu.
Jangan salah, isinya bukan proses persalinan, melainkan clip musik.
“Judul albumnya primigravida, artinya melahirkan anak pertama.
FERA AMELIA Karena ini album pertama. Itu bahasa medis diambil dari bahasa Yunani,”

Tersandung Usia
jelas TM Fajri, manajer Virtuo. Maklum, Nadisyah --vokalis band ini--
seorang dokter di Rumah Sakit Harapan Bunda, Banda Aceh.
Walau terbilang band pendatang baru, tapi musisi di dalamnya ‘muka
oleh RIZA OZ FOTO: YO FAUZAN—ACEHKINI lama’. Selain Nadisyah, juga ada Deni Syukur pemetik gitar. Sementara Ulis
Mulanya hanya percakapan biasa, memainkan bass dan Eko penabuh drum. Mereka dikenal alot memainkan
lamat-lamat Fera Amalia terpincut politik juga. musik jazz.
Telah menjadi tabiatnya, kalau ia tak pernah Tak ayal, primigravida bercitarasa jazz. “Ini bisa disebut fusion,” ujar
mau berhenti mencoba. Meski merasa ragu, Deni Syukur. Namun tak seluruhnya, sebagian lain musik pop. Khususnya,
berkat dorongan orang terdekat, Fera akhirnya untuk tembang-tembang cinta. Uniknya, walau bertema cinta dengan iringan
setuju dilamar satu partai nasional. pop, lagu-lagunya Virtuo justru mengangkat keagungan perempuan.
“Fera sebenarnya nggak punya niatan buat Namun, instrumen lebih dominan. Dari 11 lagu, enam di antaranya
jadi caleg, apalagi pengetahuan Fera tentang instrumen. Bahkan diawali dan ditutup dengan musik tak berlirik.
politik juga masih cetek,” akunya. “Instrumen dan liriknya gampang dipahami dan nyaman di kuping kok,”
Tidak tanggung-tanggung, gadis kelahiran kata Ulis.
Banda Aceh, 21 November 1987 silam, Selain itu, ada pula lagu yang akrab di kuping pendengar musik etnik
ditempatkan di nomor urut kedua daftar calon Aceh. Virtuo merilis Beusare-sare, Huzat dan Bungong Jeumpa. Di lagu ini,
anggota legislatif (caleg) Kota Banda Aceh dari mereka tak hanya unjuk kebolehan meracik nada tapi juga kekuatan lirik.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Tak Huzat misalnya, disadur dari lafal para pemain debus. “Musiknya etnik tapi
hanya karena alasan parasnya yang cantik, Fera alatnya modern,” jelas Deni.
juga punya segudang pengalaman berhadapan Bagi Virtuo, merilis album taklah sulit. Mereka mengerjakannya di
dengan publik. studio sendiri. Selain hemat biaya juga ringkas waktu, primigravida sendiri
Berbekal suara renyahnya, Fera mengudara diselesaikan dalam waktu dua bulan. Kalau begitu, di nanti kelahiran
di gelombang radio 105,2 FM  Flamboyant selanjutnya! [a]
Banda Aceh. Profesi itu telah digelutinya
sejak setahun lalu. Dia juga dipercaya menjadi
produser berbagai acara khusus, di radio
gaminong itu.
Selain sebagai pramunada, Fera juga sering
wara-wiri di berbagai ajang pencari bakat
untuk jadi selebriti. Mulai finalis model majalah
remaja sampai peserta lomba menyanyi yang
digawangi sebuah televisi swasta. Terakhir
pertengahan Juli lalu, Fera ikut casting film
layar lebar yang diangkat dari sebuah novel
karya Habiburrahman El ShiRadzie bertajuk
‘Ketika Cinta Bertasbih’. Tapi, tak beruntung.
Keinginan untuk menjadi caleg masih harus
disimpannya. Sebab saat didaftar ke Komisi
Independen Pemilihan (KIP) Aceh, umur Fera
belum cukup menjadi calon wakil rakyat. Dia
tak kecewa. Malahan, dia mengaku masih perlu
banyak belajar untuk menambah wawasan
mengenai politik.
“Umur Fera belum genap 21 tahun,
jadi belum bisa mendaftar. Tapi syukurlah
karena Fera belum siap menggeluti dunia
politik,” ungkap mahasiswi jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian (SEP), Fakultas Pertanian,
Universitas Syiah Kuala. “Lagi pula, orang
tua berharap supaya Fera bisa menyelesaikan
pendidikan.” [a]

50
COMMERCIAL

Space for R ent

Pemasangan iklan, hubungi:


PT. ACEHKINI
Jl. Angsa No 23, Batoh Lueng Bata, Banda Aceh.
Telp. 0651.7458793
atau
Abdul Munar [081360039003]

ACEHKINI November 2008 51


52

You might also like