Professional Documents
Culture Documents
A
PENDAHULUAN
MODUL
TEKNIK KEPABEANAN
1. Deskripsi Singkat
Untuk dapat mempelajari modul ini dengan baik peserta Diklat harus sudah
menguasai teknik pabean dasar (DTSD Tingkat Dasar), lulusan Prodip I STAN,
dan sekurang-kurangnya telah lulus Sekolah Menegah Umum atau sederajat.
Teknik Kepabeanan
pengangkut,
pembongkaran
barang
dan
dokumen ekspor.
2) Memahami prosedur ekspor.
3) Memahami pelaksanaan pemungutan bea keluar.
c. Pemahaman
pemberian
fasilitas
pembebasan,
keringanan
dan
tatacara
pemberian
fasilitas
pembebasan
atau
4. Relevansi Modul
Modul ini berguna bagi peserta diklat Teknis Substantif Dasar tingkat
lanjutan untuk bekal dalam bekerja dilapangan.
pegawai bea dan cukai yaitu memberikan pelayanan dan pengawasan atas lalu
lintas barang impor dan ekspor dan penyelesaian kewajiban pabean oleh importir
atau eksportir. Modul ini juga berguna bagi peserta diklat dalam mempelajari
modul atau mata pelajaran lainnya yang terkait, seperti Modul Tarif dan
Klasifikasi Barang, dan Modul Nilai Pabean, Modul Perbendaharaan Penerimaan
dan sebagainya.
Teknik Kepabeanan
B
KEGIATAN
BELAJAR
1. Kegiatan Belajar (KB) 1
A.
Kedatangan
sarana
pengangkut,
pembongkaran
dan
Teknik Kepabeanan
kawasan pabean dan penimbunan barang impor di Tempat Penimbunan
Sementara.
1) Rencana
Kedatangan
Sarana
Pengangkut
(RKSP)
dan
Jadwal
Pengangkut adalah orang, kuasanya, atau yang bertanggung jawab atas pengoperasian sarana
pengangkut yang nyata-nyata mengangkut barang atau orang.
2 Saat kedatangan sarana pengangkut adalah :
a. untuk sarana pengangkut melalui laut pada saat sarana pengangkut tersebut lego jangkar di perairan
pelabuhan.
b. untuk sarana pengangkut melalui udara pada saat sarana pengangkut tersebut mendarat di
landasan bandar udara.
c. untuk sarana pengangkut melalui darat pada saat sarana pengangkut tersebut tiba di Kantor Pabean
tempat pemasukan.
1
Pejabat adalah Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan Undangundang Kepabeanan .
5 Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal tempat dipenuhinya kewajiban pabean
sesuai dengan Undang-Undang Kepabeanan, yaitu :
a. Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat dengan KPU BC;
b. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Madya yang selanjutnya disingkat dengan KPPBC
Madya; atau
c. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat dengan KPPBC.
4
Teknik Kepabeanan
-
Sarana
Pengangkut,
Pengangkut
wajib
menyerahkan
stowage plan atau bay plan untuk sarana pengangkut melalaui laut ;
Pabean,
apabila
sarana
pengangkutnya
tidak
mengangkut
barang
Teknik Kepabeanan
Untuk sarana pengangkut yang diimpor untuk dipakai, Pengangkut
wajib mencantumkan sarana pengangkut tersebut dalam Inward Manifest.
Inward Manifest yang telah diterima dan mendapat nomor pendaftaran di
Kantor Pabean merupakan Pemberitahuan Pabean BC 1.1 dan berlaku
sebagai persetujuan pembongkaran barang.
pejabat
yang
persetujuan
ditunjuknya
sebagaimana
dapat
menangguhkan
dimaksud
dalam
hal
atau
membatalkan
terdapat
larangan
Rencana
Kedatangan
Sarana
Pengangkut,
Manifes
Teknik Kepabeanan
3) Pembongkaran dan penimbunan barang impor
Pembongkaran barang impor dilaksanakan di :
-
Tempat lain setelah mendapat ijin dari Kepala Bidang Penindakan dan
Penyidikan atau pejabat yang ditunjukknya .
Paling lama 12 (dua belas) jam setelah selesai pembongkaran barang
atau melalui media elektronik. Pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan
pengawasan atas pembongkaran barang impor dimaksud.
Pengangkut yang tidak dapat mempertanggungjawabkan terjadinya
kekurangan bongkar atas jumlah kemasan atau peti kemas atau barang
curah yang diberitahukan, diwajibkan untuk melunasi Bea Masuk, Cukai dan
PDRI yang seharusnya dibayar berikut sanksi administrasi berupa denda.
Sebaliknya
kelebihan bongkar atau jumlah kemasan atau peti kemas atau barang curah
yang diberitahukan , dikenai sanksi adminstrasi berupa denda.
Penimbunan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban
pabeannya dapat dilaksanakan di :
- Tempat Penimbunan Sementara (TPS)8 ; atau
- Gudang atau lapangan penimbunan milik importir setelah mendapat
persetujuan dari Kepala Kantor Pabean yang mengawasi tempat tersebut.
Pengusaha
Tempat
Penimbunan
yang
tidak
dapat
Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, Bandar udara, atau
tempat lain yang ditetapkan untuk lalau lintas barang yang sepenuhnya dibawah pengawasan Direktorat
jenderal Bea dan Cukai .
8 Tempat Penimbunan Sementara (TPS) adalah bangunan dan/atau lapangan penimbunan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk menimbun barang sementara menunggu pemuatan
atau pengeluarannya.
7
Teknik Kepabeanan
tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.
17 Tahun 2006.
yang
berikut :
i)
Pemberitahuan Impor Barang yang selanjutnya disingkat dengan PIB adalah Pemberitahuan Pabean untuk
pengeluaran barang yang diimpor untuk dipakai.
10 Barang Impor adalah barang yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean .
11 Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau
tempat lain yang ditetapkan untuk lalau lintas barang yang sepenuhnya berada dibawah pengawasan
Direktorat jenderal bead an Cukai.
12 Impor untuk dipakai (ps. 10B ay.1 UU No. 10/1995 yo UU No. 17 /2006 adalah :
a. memasukkan barang ke dalam Daerah pabean dengan tujuan untuk dipakai ; atau
b. memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean untuk dimiliki atau dikuasai oleh Orang yang
berdomisili di Indonesia
13 Kantor Pabean kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban
pabean sesuai dengan Undang-undang Kepabeanan, yaitu :
a. Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat dengan KPU BC ;
b. Kantar Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Madya yang selanjutnya disingkat KPPBC
Madya ;
c. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat KPPBC.
9
Teknik Kepabeanan
- barang impor tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai;
ii) dengan menggunakan Customs
Declaration untuk
impor
barang
penumpang ;
iii) dengan menggunakan Pencacahan dan Pembeaan Kiriman Pos (PPKP)
untuk barang kiriman melalui PT (Persero) Pos dan Indonesia;
iv) dengan menggunakan Buku Pas Barang Lintas Batas (BPBLB) untuk
barang impor pelintas batas.
Importir dapat melakukan perubahan atas kesalahan data PIB dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pabean.
Importir wajib melakukan pembayaran PNBP atas pelayanan PIB
melalui bank devisa persepsi, pos persepsi, atau Kantor Pabean paling
lambat pada saat penyampaian PIB.
Pejabat
yang
menangani
penelitian
barang
larangan
dan/atau
pembatasan.
PIB dilayani setelah Importir memenuhi ketentuan larangan dan/atau
pembatasan .
Cara Penyampaian PIB
Penyampaian
PIB
ke
Kantor
Pabean
dilakukan
untuk
setiap
Teknik Kepabeanan
Pemberitahuan Pabean mengenai barang yang diangkutnya (BC.1.1), kecuali
bagi Importir yang diberikan izin untuk menyampaikan pemberitahuan
pendahuluan (prenotification).
PIB disampaikan :
dalam bentuk data elektronik15 , disampaikan melalui sistem
PDE16
Merah
3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPPB untuk jalur hijau, dan
5 (lima) hari kerja setelah tanggal SPPB untuk jalur MITA Prioritas dan
jalur MITA Non Prioritas.
Data Elektronik adalah informasi atau rangkaian informasi yang disusun dan/atau dihimpun untuk
kegunaan khusus yang diterima, direkam, dikirim, disimpan, diproses, diambil kembali, atau diproduksi
secara elektronik dengan menggunakan komputer atau perangkat pengolah data elektronik, optikal, atau
cara lain yang sejenis.
16 Pertukaran Data Elektronik yang selanjutnya disingkat PDE adalah alir informasi bisnis antar aplikasi dan
organisasi secara elektronik, yang terintegrasi dengan standar yang disepakati bersama.
17 Media Penyimpan Data Elektronik adalah media yang dapat menyimpan data elektronik seperti diket,
compact disk, flash disk, dan sejenisnya .
18 Pajak Dalam Rangka Impor yang selanjutnya disingkat PDRI adalah pajak yang dipungut oleh Direktorat
oleh Direktorat Jenderal atas impor barang yang terdiri dari Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah, dan Pajak Penghasilan.
15
10
Teknik Kepabeanan
Dikecualikan dari penyampaian hasil cetak PIB dan bukti pelunasan
bea masuk, cukai, PDRI, PNBP, dan dokumen pemesanan pita cukai
terhadap MITA Prioritas19 dan MITA Non Prioritas20.
Apabila ketentuan dimaksud diatas tidak dipenuhi, penyampaian PIB
berikutnya
oleh
Importir
yang
bersangkutan
tidak
dilayani
sampai
pembayaran berkala.
Pembayaran berkala dapat dilakukan oleh MITA Prioritas dan Importir
terhubung
Kepabeanan.
Pembayaran dilakukan dengan menggunakan SSPCP. SSPCP yang
disampaikan ke Kantor Pabean harus mencantumkan Nomor Transaksi
Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP) dan/atau Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN). NTB/NTP dan/atau NTPN dimaksud atas PIB
yang didaftarkan di Kantor Pabean yang telah menerapkan sistem PDE
Kepabeanan disampaikan secara elektronik oleh Bank Devisa Persepsi atau
Pos Persepsi ke Kantor Pabean.
MITA Prioritas adalah Importir yang penetapannya dilakukan oleh Direktur Tehnis Kepabeanan atas nama
Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk mendapatkan kemudahan pelayanan kepabeanan.
20 MITA Non Prioritas Importir yang penetapannya dilakukan oleh Direktur Tehnis Kepabeanan atas nama
Direktur Jenderal berdasarkan usulan Kepala Kantor Pabean untuk mendapatkan kemudahan pelayanan
kepabeanan.
19
11
Teknik Kepabeanan
Nilai Pabean, NDPBM, Penetapan Tarif dan Perhitungan Bea Masuk.
Nilai Pabean
Nilai Pabean untuk penghitungan bea masuk dan PDRI adalah nilai
transaksi dari barang yang bersangkutan.
(CIF).
Ketentuan nilai pabean unrtuk penghitungan Bea Masuk akan dibahas
pada Modul tersendiri.
Penetapan NDPBM
Untuk penghitungan bea masuk, cukai untuk impor etil alkohol, dan PDRI,
dipergunakan NDPBM yang berlaku pada saat:
-
diserahkan jaminan sebesar bea masuk, cukai, dan PDRI, dalam hal
PIB dengan penyerahan jaminan; atau
12
Teknik Kepabeanan
Klasifikasi dan Pembebanan Barang Impor.
Klasifikasi dan pembebanan barang impor untuk penghitungan bea
masuk dan PDRI berpedoman pada Buku Tarif Bea Masuk Indonesia
(BTBMI).
PPN, PPnBM, dan PPh yang seharusnya dibayar dihitung dengan cara
sebagai berikut:
-
ditetapkan jalur
13
Teknik Kepabeanan
-
Jalur Merah21;
Jalur Kuning22;
Jalur Hijau23;
pemeriksaan
laboratorium,
Importir
wajib
menyiapkan
. Jalur Kuning adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran Barang Impor dengan tidak
dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB.
22
Jalur Hijau Jalur Hijau adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran Barang Impor dengan tidak
dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB).
23
Jalur MITA Non Prioritas yaitu proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor oleh
importir dengan langsung diterbitkan SPPB tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen ,
kecuali dalam hal :
24
14
Teknik Kepabeanan
-
pelaksanaan
pemeriksaan
fisik
sebagaimana
dimaksud,
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik barang harus dimulai paling lambat 3 (tiga) hari kerja
setelah tanggal SPJM atau SPPF. Importir atau kuasanya menyampaikan
kesiapan dimulainya pemeriksaan fisik barang kepada Pejabat Pabean.
Untuk Kantor Pabean yang mengoperasikan pemindai peti kemas,
pemeriksaan fisik barang dapat dilakukan dengan menggunakan
pemindai peti kemas. Pemeriksaan dengan menggunakan pemindai peti
kemas dilakukan terhadap:
-
15
Teknik Kepabeanan
-
dokumen
dapat
memerintahkan
untuk
dilakukan
uji
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PIB.
Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud
mengakibatkan
Keberatan
Orang dapat mengajukan keberatan secara tertulis atas penetapan yang
dilakukan oleh Pejabat mengenai:
16
Teknik Kepabeanan
-
Direktur
Jenderal
u.p.
Direktur
Penerimaan
dan
Peraturan
dimaksud
wajib menyerahkan
keberatan
mendapat
keputusan,
sepanjang
terhadap
Ketentuan Lainnya.
i) Barang Impor Eksep
Apabila pada saat pengeluaran barang impor dari kawasan pabean
terdapat selisih kurang dari jumlah yang diberitahukan dalam PIB (eksep),
penyelesaian atas barang yang kurang tersebut dilakukan dengan
menggunakan PIB semula paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung
sejak tanggal SPPB.
ii) Impor Barang Kena Cukai (BKC)
Importir yang mengimpor BKC wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha
Barang Kena Cukai (NPPBKC). Barang Impor berupa BKC wajib dilunasi
17
Teknik Kepabeanan
cukainya sebelum diterbitkan SPPB. Dikecualikan dari ketentuan
pelunasan cukai dimaksud terhadap Barang Impor berupa BKC yang
mendapat :
-
bersangkutan
dapat
diizinkan
untuk
diberikan
persetujuan
salah kirim yaitu data PIB dikirim ke Kantor Pabean lain dari Kantor
Pabean tempat pengeluaran barang;dan/atau
penyampaian data PIB dari importasi yang sama dilakukan lebih dari
satu kali.
18
Teknik Kepabeanan
C. Tata Kerja Penyelesaian Barang Impor.
Dalam materi ini dibahas mengenai tata kerja penyelesaian barang impor
untuk dipakai dengan PIB yang disampaikan melalui sistem PDE, melalui disket,
maupun melalui cara manual..
1)
PIB
YANG
DISAMPAIKAN
MELALUI
SISTEM
PDE
KEPABEANAN
i) PENDAFTARAN PIB
sistem
PDE
Kepabeanan,
kecuali
untuk
Importir
yang
terkena
ketentuan
larangan/pembatasan
dan
19
Teknik Kepabeanan
4. Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi mengirim credit advice secara
elektronik ke SKP di Kantor Pabean.
5. SKP di Kantor Pabean menerima data PIB dan melakukan penelitian ada
atau tidaknya pemblokiran Importir dan PPJK.26
6. Dalam
hal
hasil
penelitian
menunjukkan
Importir
diblokir,
SKP
f.
kode dan nilai tukar valuta asing ada dalam data NDPBM;
j.
20
Teknik Kepabeanan
7.3. Dalam hal pengisian data PIB sebagaimana dimaksud pada butir 7.1.
telah sesuai, SKP meneruskan data PIB yang memerlukan penelitian
lebih lanjut terkait dengan ketentuan larangan/pembatasan kepada
Pejabat yang menangani penelitian barang larangan/pembatasan
untuk dilakukan penelitian.
i. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan barang impor tidak
terkena
ketentuan
larangan/pembatasan
atau
ketentuan
respons
Nota
Pemberitahuan
Barang
21
Teknik Kepabeanan
4. Pejabat yang menangani penelitian barang larangan /
pembatasan melakukan penelitian terhadap dokumen yang
dipersyaratkan.
a. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan dokumen yang
dipersyaratkan telah sesuai, Pejabat yang menangani
penelitian barang larangan/pembatasan merekam hasil
penelitian dan dokumen yang dipersyaratkan ke dalam
SKP untuk diterbitkan nomor pendaftaran PIB dan
dilakukan penjaluran pelayanan impor.
b. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan dokumen yang
dipersyaratkan belum sesuai, Pejabat yang menangani
penelitian barang larangan/pembatasan memberitahukan
kembali kepada Importir melalui SKP.
5. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal
penerbitan NPBL Importir tidak menyerahkan dokumen yang
dipersyaratkan maka SKP menerbitkan respons penolakan.
mengirim
respons
SPPB
atau
Surat
Pemberitahuan
22
Teknik Kepabeanan
3. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur Hijau:
3.1. SKP mengirim respons SPPB kepada Importir.
3.2. Importir
menerima
respons
SPPB
dan
mencetaknya
untuk
dan
menyampaikannya
kepada
Importir
untuk
Pemindai Peti Kemas (container scanner) adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan fisik
barang dalam peti kemas atau kemasan dengan menggunakan teknologi sinar X (X-Ray) atau sinar gamma
(Gamma Ray).
27
23
Teknik Kepabeanan
ii. Pejabat pemeriksa barang menerima instruksi pemeriksaan,
LHAT, hasil cetak pemindaian peti kemas, dan SPPB bertanda
pemindai peti kemas (container scanner).
iii. Pejabat pemeriksa barang melakukan pemeriksaan fisik,
membuat Berita Acara Pemeriksaan Fisik (BAP Fisik), serta
membuat dan merekam Laporan Hasil Pemeriksaan Fisik
Barang (LHP).
iv. Pejabat pemeriksa barang mengirimkan SPPB bertanda
pemindai peti kemas (container scanner), LHAT, hasil cetak
pemindaian, LHP, dan BAP Fisik kepada Pejabat yang
menangani pelayanan pabean.
v. Dalam hal hasil penelitian menunjukan sesuai, Pejabat yang
menangani pelayanan pabean memberikan catatan SETUJU
KELUAR pada SPPB bertanda pemindai peti kemas
(container scanner).
vi. Dalam hal hasil penelitian menunjukan tidak sesuai, Pejabat
yang menangani pelayanan pabean meneruskan berkas PIB
kepada unit pengawasan.
1. Unit pengawasan melakukan penelitian mengenai ada
tidaknya dugaan tindak pidana dan melakukan proses
lebih lanjut apabila terdapat dugaan tindak pidana.
2. Dalam hal tidak terdapat dugaan tindak pidana :
- Unit pengawasan meneruskan berkas PIB kepada
Pejabat pemeriksa dokumen.
- Pejabat pemeriksa dokumen menetapkan tarif dan nilai
pabean serta mengenakan sanksi administrasi.
- Pejabat
pemeriksa
dokumen
menerbitkan
Surat
pada Bank
Devisa
Persepsi/Pos
24
Teknik Kepabeanan
- Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi mengirim credit
advice ke Kantor Pabean.
- Pejabat pemeriksa dokumen menerima dan meneliti
kesesuaian credit advice dari Bank Devisa Persepsi/Pos
Persepsi, dan memberikan catatan SETUJU KELUAR
pada SPPB bertanda pemindai peti kemas (container
scanner).
4. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur Kuning:
4.1. SKP mengirim respons Surat Pemberitahuan Jalur Kuning (SPJK)
kepada Importir serta meminta hasil cetak PIB, dokumen pelengkap
pabean, dan dokumen pemesanan pita cukai untuk BKC yang
pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita cukai.
4.2. Importir menerima respons SPJK dan menyerahkan hasil cetak
PIB,dokumen pelengkap pabean, dan dokumen pemesanan pita cukai
untuk BKC yang pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita
cukai kepada Pejabat pemeriksa dokumen melalui Pejabat penerima
dokumen.
4.3. Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian terhadap hasil
cetak PIB dan/atau dokumen pelengkap pabean.
4.4. Pejabat pemeriksa dokumen dapat mengirim respons melalui SKP
berupa permintaan tambahan keterangan dalam rangka penelitian
tarif dan nilai pabean, dan pemberitahuan agar Importir menyiapkan
barangnya untuk pengambilan contoh barang dalam hal diperlukan.
4.5. Pejabat pemeriksa dokumen mengambil contoh barang dengan
memerintahkan petugas yang ditunjuk.
4.6. Dalam hal hasil penelitian menemukan indikasi adanya perbedaan
jumlah, jenis dan/atau pelanggaran, Pejabat pemeriksa dokumen
memberitahukan hal tersebut kepada unit pengawasan melalui SKP
untuk dilakukan pemeriksaan fisik melalui mekanisme NHI28.
a. Dalam hal diterbitkan NHI dan ditemukan dugaan tindak pidana,
unit pengawasan melakukan proses lebih lanjut.
Nota Hasil Intelijen yang selanjutnya disingkat dengan NHI adalah produk dari kegiatan intelijen yang
menunjukkan indikasi mengenai adanya pelanggaran di bidang kepabeanan dan/atau cukai.
28
25
Teknik Kepabeanan
b. Apabila unit pengawasan dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja
setelah tanggal pemberitahuan dari Pejabat pemeriksa dokumen
tidak menerbitkan NHI atau diterbitkan NHI dengan hasil tidak
ditemukan pelanggaran pidana:
i.
ii. Dalam hal hasil penetapan tarif dan nilai pabean tidak
mengakibatkan kekurangan pembayaran, Pejabat pemeriksa
dokumen menerbitkan SPPB.
iii. Dalam
hal
hasil
penetapan
tarif
dan
nilai
pabean
pemeriksa
dokumen
menerima
dan
meneliti
26
Teknik Kepabeanan
cukai kepada Pejabat pemeriksa dokumen melalui Pejabat penerima
dokumen paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPJM.
5.3. Apabila Importir tidak menyerahkan hasil cetak PIB dan dokumen
pelengkap pabean dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah
tanggal SPJM, Pejabat yang menangani pelayanan pabean dapat
menerbitkan Instruksi Pemeriksaan dan menunjuk Pejabat pemeriksa
barang, dengan tembusan kepada pengusaha TPS.
5.4. Pengusaha TPS menerima tembusan instruksi pemeriksaan barang
dan menyiapkan barang untuk diperiksa.
5.5. Importir dapat mengajukan permohonan perpanjangan batas waktu
penetapan pemeriksaan dimaksud disertai alasan.
5.6. Dalam hal hasil cetak PIB dan dokumen pelengkap pabean telah
diterima, dilakukan langkah sebagai berikut:
a. Dalam
hal
Importir
dan
Pejabat
pemeriksa
barang
telah
27
Teknik Kepabeanan
f.
mengirim
respons
permintaan
pembayaran
PNBP
atas
larangan/pembatasan
telah
dipenuhi,
Pejabat
Dalam hal hasil penelitian menunjukan tidak sesuai dan tidak ada
tindak lanjut dari unit pengawasan sebagaimana dimaksud pada butir
6.6., Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian tarif dan nilai
pabean, serta pemenuhan ketentuan tentang larangan/pembatasan.
hal
ditemukan
barang
yang
terkena
ketentuan
ketentuan
larangan/pembatasan,
kemudian
melakukan
Nota Pemberitahuan Barang Larangan/Pembatasan yang selanjutnya disingkat dengan NPBL adalah nota
yang dibuat oleh Pejabat kepada Importir agar memenuhi ketentuan larangan dan/atau pembatasan impor.
29
28
Teknik Kepabeanan
5.12. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB setelah melakukan
penelitian tentang pelunasan pembayaran BM, Cukai, PDRI, dan
sanksi
administrasi
serta
pemenuhan
ketentuan
larangan/pembatasan.
5.13. Dalam hal Pejabat yang menangani pelayanan pabean memutuskan
untuk dilakukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan pemindai
peti kemas atas barang-barang dalam butir 6.2., dilakukan kegiatan
sebagai berikut:
a. Pejabat yang menangani pelayanan pabean menerbitkan Instruksi
Pemeriksaan Fisik melalui Pemindai Peti Kemas.
b. Importir menyiapkan peti kemas untuk dilakukan pemeriksaan fisik
melalui pemindai peti kemas.
c. Pejabat pemindai peti kemas melakukan pemindaian Barang
Impor dan melakukan penelitian hasil cetak pemindaian.
d. Pejabat pemindai peti kemas menuliskan kesimpulan pada LHAT
dan merekamnya ke dalam SKP, kemudian menyampaikannya
kepada Pejabat yang menangani pelayanan pabean.
e. Dalam hal Pejabat pemindai peti kemas menyimpulkan untuk
dilakukan pemeriksaan fisik barang, Pejabat yang menangani
pelayanan pabean menunjuk Pejabat pemeriksa barang dan
menerbitkan Instruksi Pemeriksaan.
i.
29
Teknik Kepabeanan
pabean meneruskan PIB dan dokumen pelengkap pabean, dan
LHAT kepada Pejabat pemeriksa dokumen untuk dilakukan
penelitian dan penetapan tarif dan nilai pabean.
i.
Dalam
hal
ditetapkan
sesuai
pemberitahuan,
Pejabat
pemeriksa
dokumen
menerbitkan
SPPB
setelah
1. Importir
menyerahkan
SPPB
kepada
Pejabat
yang
mengawasi
pengeluaran barang.
2. Pejabat mengawasi pengeluaran barang dari Kawasan Pabean atau TPS
oleh Importir berdasarkan SPPB atau berdasarkan SPPF untuk MITA Non
Prioritas.
3. Importir menerima SPPB atau SPPF yang diberikan catatan oleh Pejabat
yang mengawasi pengeluaran barang.
4. Importir mengeluarkan Barang Impor dari Kawasan Pabean.
30
Teknik Kepabeanan
telah on-line dengan PDE Kepabeanan dengan mencantumkan
nomor aju dan nomor PIB pada SSPCP.
1.2. Menyerahkan
rekapitulasi
Impor
yang
mendapatkan
fasilitas
31
Teknik Kepabeanan
v) FORMULIR
Pada hasil cetak SPPB, SPPF, SPJK, SPJM, dan NPBL dicantumkan
keterangan Formulir ini dicetak secara otomatis oleh sistem komputer dan
tidak memerlukan nama, tanda tangan pejabat, dan cap dinas.
2)
PIB
YANG
DISAMPAIKAN
MENGGUNAKAN
MEDIA
i) PENDAFTARAN PIB
1. Importir menyiapkan PIB dengan menggunakan program aplikasi PIB,
dengan mendasarkan pada data dan informasi dari dokumen pelengkap
pabean.
2. Importir melakukan pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI, dan PNBP
melalui Bank Devisa
cukainya
dengan
cara
pelekatan
pita
cukai,
dan
32
Teknik Kepabeanan
7. SKP menerima data PIB dan melakukan penelitian sebagai berikut:
7.1. kelengkapan pengisian data PIB;
7.2. nomor dan tanggal B/L, AWB atau nomor pengajuan tidak berulang;
7.3. kesesuaian PIB dengan BC 1.1. meliputi:
-
nomor dan tanggal BC 1.1., pos/sub pos BC 1.1., host B/L, jumlah
container, nomor container, dan ukuran container untuk impor
melalui pelabuhan laut;
nomor dan tanggal BC 1.1., pos/sub pos BC 1.1. dan host AWB
untuk impor melalui bandara;
7.4. kode dan nilai tukar valuta asing ada dalam data NDPBM;
7.5. pos tarif tercantum dalam BTBMI;
7.6. Importir memiliki Nomor Induk Kepabeanan (NIK), selain importasi
pertama atau Importir yang dikecualikan dari NIK;
7.7. bukti penerimaan jaminan, dalam hal importasi memerlukan jaminan;
7.8. PPJK memiliki Nomor Pokok PPJK (NP PPJK); dan
7.9. jumlah jaminan yang dipertaruhkan oleh PPJK.
8. Dalam hal hasil penelitian Pejabat penerima dokumen sebagaimana
dimaksud pada butir 6 dan pengisian data PIB sebagaimana dimaksud
pada butir 7 tidak sesuai :
8.1. Pejabat
penerima
dokumen
menerbitkan
Nota
Pemberitahuan
larangan/pembatasan
atau
ketentuan
33
Teknik Kepabeanan
meneruskan data PIB kepada Pejabat yang menangani penelitian
barang larangan/pembatasan untuk dilakukan penelitian.
a. Dalam
hal
hasil
penelitian
menunjukkan
ketentuan
telah
sesuai,
Pejabat
yang
menangani
barang
larangan/pembatasan
memberitahukan
34
Teknik Kepabeanan
ii) PENETAPAN JALUR PELAYANAN IMPOR
35
Teknik Kepabeanan
4.6. Dalam hal hasil penelitian ditemukan dugaan adanya perbedaan
jumlah, jenis dan/atau pelanggaran, Pejabat pemeriksa dokumen
menyamapaikan pemberitahuan tertulis kepada unit pengawasan
untuk dilakukan pemeriksaan fisik melalui mekanisme NHI.
a. Dalam hal diterbitkan NHI dan ditemukan dugaan tindak pidana,
unit pengawasan melakukan proses lebih lanjut.
b. Apabila unit pengawasan dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja
setelah tanggal pemberitahuan dari Pejabat pemeriksa dokumen
tidak menerbitkan NHI atau diterbitkan NHI dengan hasil tidak
ditemukan tindak pidana:
i.
ii. Dalam hal hasil penetapan tarif dan nilai pabean tidak
mengakibatkan kekurangan pembayaran, Pejabat pemeriksa
dokumen menerbitkan SPPB.
iii. Dalam
hal
hasil
penetapan
tarif
dan
nilai
pabean
menyerahkan
SSPCP
yang
telah
diberikan
pemeriksa
dokumen
menerima
dan
meneliti
pemeriksa
dokumen
menerbitkan
SPJM
serta
36
Teknik Kepabeanan
5.2. Importir menyampaikan pemberitahuan kesiapan pemeriksaan fisik
kepada Pejabat Pemeriksa Dokumen dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPJM.
a. Apabila Importir dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah
tanggal SPJM tidak memberitahukan kesiapan pemeriksaan fisik,
Pejabat yang menangani pelayanan pabean dapat menerbitkan
instruksi
pemeriksaan
barang,
dengan
tembusan
kepada
pengusaha TPS.
b. Pengusaha TPS menerima tembusan instruksi pemeriksaan
barang dan membantu jalannya pemeriksaan barang dimaksud.
c. Importir dapat mengajukan permohonan perpanjangan batas
waktu penetapan pemeriksaan dimaksud disertai alasan.
5.3. Pejabat Pemeriksa Dokumen menerbitkan Instruksi Pemeriksaan dan
menunjuk Pejabat pemeriksa barang melalui SKP.
5.4. Pejabat pemeriksa barang menerima invoice/packing list dan instruksi
pemeriksaan dari Pejabat yang menangani pelayanan pabean.
5.5. Pejabat pemeriksa barang melakukan pemeriksaan fisik barang dan
mengambil contoh barang jika diminta, membuat Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) dan membuat Berita Acara Pemeriksaan Fisik
(BAP Fisik).
5.6. Pejabat pemeriksa barang merekam LHP ke dalam SKP dengan
tembusan kepada unit pengawasan, kemudian mengirim LHP dan
BAP Fisik kepada Pejabat Pemeriksa Dokumen.
5.7. Dalam hal diperlukan, unit pengawasan segera berkoordinasi dengan
Pejabat pemeriksa dokumen.
5.8. Pejabat Pemeriksa Dokumen menerima LHP dan BAP Fisik, untuk
dilakukan penelitian.
5.9. Dalam hal diperlukan uji laboratorium, Pejabat pemeriksa dokumen
mengirimkan contoh barang dan invoice/packing list ke laboratorium.
5.10. Dalam hal hasil pemeriksaan fisik dan hasil uji laboratorium serta
penelitian tarif dan nilai pabean menunjukkan kesesuaian dengan
pemberitahuan, dan :
a. bea
masuk,
cukai,
PDRI,
dan
sanksi
administrasi
telah
dilunasi;dan
37
Teknik Kepabeanan
b. ketentuan larangan dan pembatasan telah dipenuhi, Pejabat
pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB.
5.11. Dalam hal hasil penelitian menunjukan tidak sesuai dan tidak ada
tindak lanjut dari unit pengawasan sebagaimana dimaksud pada butir
7, Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian tarif dan nilai
pabean, serta pemenuhan ketentuan tentang larangan/pembatasan.
5.12. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada butir 11:
a. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPTNP kepada Importir
dalam hal terdapat kekurangan pembayaran bea masuk, cukai,
dan PDRI, dengan tembusan kepada Pejabat yang menangani
penagihan.
b. Dalam
hal
ditemukan
barang
yang
terkena
ketentuan
ketentuan
larangan/pembatasan,
kemudian
melakukan
sanksi
administrasi
larangan/pembatasan.
serta
(Dalam
hal
pemenuhan
fungsi
penelitian
ketentuan
dokumen
1. Importir
menyerahkan
SPPB
kepada
Pejabat
yang
mengawasi
pengeluaran barang.
2. Pejabat mengawasi pengeluaran barang dari Kawasan Pabean atau TPS
oleh Importir berdasarkan SPPB atau berdasarkan SPPF untuk MITA Non
Prioritas.
38
Teknik Kepabeanan
3. Importir menerima SPPB atau SPPF yang diberikan catatan oleh Pejabat
yang mengawasi pengeluaran barang.
4. Importir mengeluarkan Barang Impor dari Kawasan Pabean.
iv)
39
Teknik Kepabeanan
3)
i)
PENDAFTARAN PIB
1. Importir menyiapkan PIB dengan mengisi formulir secara lengkap, dengan
mendasarkan pada data dan informasi dari dokumen pelengkap pabean.
2. Importir melakukan pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI, dan PNBP
melalui Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi, kecuali untuk yang
menggunakan fasilitas pembayaran berkala.
3. Importir menyampaikan PIB, dokumen pelengkap pabean, SSPCP atau
surat keputusan pembebasan/keringanan bea masuk dan/atau PDRI, bukti
pembayaran PNBP, dokumen pemesanan pita cukai untuk BKC yang
pelunasan
cukainya
dengan
cara
pelekatan
pita
cukai,
dan
nomor dan tanggal B/L, AWB atau nomor pengajuan tidak berulang;
nomor dan tanggal BC 1.1., pos/sub pos BC 1.1., host BL, jumlah
container, nomor container, dan ukuran container untuk impor
melalui pelabuhan laut;
nomor dan tanggal BC 1.1., pos/sub pos BC 1.1. dan host AWB
untuk impor melalui bandara;
h.
kode dan nilai tukar valuta asing ada dalam data NDPBM;
i.
j.
40
Teknik Kepabeanan
m. jumlah jaminan yang dipertaruhkan oleh PPJK.
5. Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada butir 4 tidak
sesuai, Pejabat penerima dokumen menerbitkan Nota Pemberitahuan
Penolakan (NPP).
6. Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada butir 4 telah
sesuai dengan yang tertera pada PIB maka Pejabat penerima dokumen
meneruskan berkas PIB kepada Pejabat yang menangani penelitian
barang
larangan/
pembatasan
untuk
dilakukan
penelitian
barang
larangan/pembatasan.
7. Pejabat yang menangani penelitian larangan/pembatasan melakukan
penelitian barang larangan/pembatasan.
7.1. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan Barang Impor tidak terkena
ketentuan larangan/pembatasan, meneruskan berkas PIB kepada
Pejabat penerima dokumen untuk :
a. diberikan nomor pendaftaran;
b. diberitahukan kepada Pejabat yang menangani manifes untuk
penutupan pos BC 1.1. setelah diberikan nomor pendaftaran; dan
c. diteruskan kepada Pejabat pemeriksa dokumen dalam rangka
penetapan jalur pelayanan impor.
7.2. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan Barang Impor terkena
ketentuan larangan/pembatasan, dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Dalam
hal
hasil
penelitian
menunjukkan
dokumen
yang
41
Teknik Kepabeanan
Barang Larangan/Pembatasan (NPBL) dengan tembusan kepada
unit pengawasan.
i.
hasil
cetak
NPBL
kepada
Pejabat
pemeriksa
penelitian
barang
dokumen.
iii. Pejabat
yang
menangani
yang
menangani
penelitian
barang
kepada
Pejabat
yang
menangani
42
Teknik Kepabeanan
2. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur MITA NonPrioritas:
2.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB atau SPPF kepada
Importir.
2.2. Importir menerima:
a. SPPB untuk pengeluaran barang dari kawasan pabean; atau
b. SPPF sebagai izin pengeluaran barang dari Kawasan Pabean
untuk dilakukan pemeriksaan fisik di tempat Importir.
3. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur Hijau:
3.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB dan mengirimkannya
kepada Importir.
3.2. Importir menerima SPPB untuk pengeluaran barang dari kawasan
pabean.
4. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur Kuning:
4.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan Surat Pemberitahuan Jalur
Kuning (SPJK) kepada Importir.
4.2. Importir menerima SPJK dari Pejabat pemeriksa dokumen melalui
Pejabat penerima dokumen.
4.3. Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian terhadap berkas
PIB.
4.4. Pejabat pemeriksa dokumen dapat meminta tambahan keterangan
terkait uraian barang dan/atau nilai pabean, dan memberitahukan
agar Importir menyiapkan barangnya untuk pengambilan contoh
barang dalam hal diperlukan.
4.5. Pejabat pemeriksa dokumen mengambil contoh barang dengan
memerintahkan petugas yang ditunjuk.
4.6. Dalam hal hasil penelitian menemukan indikasi adanya perbedaan
jumlah, jenis dan/atau pelanggaran, Pejabat pemeriksa dokumen
menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada unit pengawasan untuk
dilakukan pemeriksaan fisik melalui mekanisme NHI.
a. Dalam hal diterbitkan NHI dan ditemukan dugaan tindak pidana,
unit pengawasan melakukan proses lebih lanjut.
b. Apabila unit pengawasan dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja
setelah tanggal pemberitahuan tertulis dari Pejabat pemeriksa
43
Teknik Kepabeanan
dokumen tidak menerbitkan NHI atau diterbitkan NHI dengan hasil
tidak ditemukan tindak pidana:
i.
ii. Dalam hal hasil penetapan tarif dan nilai pabean tidak
mengakibatkan kekurangan pembayaran, Pejabat pemeriksa
dokumen menerbitkan SPPB.
iii. Dalam
hal
hasil
penetapan
tarif
dan
nilai
pabean
membayar
kekurangan
pembayaran
sesuai
yang
telah diberikan
pemeriksa
dokumen
menerbitkan
SPJM
serta
44
Teknik Kepabeanan
c. Importir dapat mengajukan permohonan perpanjangan batas
waktu penetapan pemeriksaan dimaksud disertai alasan.
5.3. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan Instruksi Pemeriksaan dan
menunjuk pejabat pemeriksa barang.
5.4. Pejabat Pemeriksa Barang menerima invoice/packing list dan instruksi
pemeriksaan dari Pejabat pemeriksa dokumen.
5.5. Pejabat pemeriksa barang melakukan pemeriksaan fisik barang dan
mengambil contoh barang jika diminta, membuat Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) dan membuat Berita Acara Pemeriksaan Fisik
(BAP Fisik) dengan tembusan kepada unit pengawasan, kemudian
mengirim LHP dan BAP Fisik kepada Pejabat pemeriksa dokumen.
5.6. Dalam hal diperlukan, unit pengawasan segera berkoordinasi dengan
Pejabat pemeriksa dokumen.
5.7. Pejabat pemeriksa dokumen menerima LHP dan BAP Fisik, untuk
dilakukan penelitian.
5.8. Dalam hal diperlukan uji laboratorium, Pejabat pemeriksa dokumen
mengirimkan contoh barang dan invoice/packing list ke laboratorium.
5.9. Dalam hal hasil pemeriksaan fisik dan hasil uji laboratorium serta
penelitian tarif dan nilai pabean menunjukkan kesesuaian dengan
pemberitahuan, dan :
a. bea masuk, cukai, PDRI, dan sanksi administrasi telah dilunasi,
dan
b. ketentuan larangan dan pembatasan telah dipenuhi, Pejabat
pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB.
5.10. Dalam hal hasil penelitian menunjukan tidak sesuai dan tidak ada
tindak lanjut dari unit pengawasan sebagaimana dimaksud pada butir
6, Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian tarif dan nilai
pabean, serta pemenuhan ketentuan tentang larangan/pembatasan.
5.11. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada butir 10:
a. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPTNP kepada Importir
dalam hal terdapat kekurangan pembayaran bea masuk, cukai,
dan PDRI, dengan tembusan kepada Pejabat yang menangani
urusan penagihan.
45
Teknik Kepabeanan
b. Dalam hal ditemukan barang yang terkena ketentuan larangan/
pembatasan, Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan NPBL.
5.12. Importir menerima respons SPTNP dan NPBL untuk barang yang
terkena
ketentuan
larangan/pembatasan,
kemudian
melakukan
sanksi
administrasi
larangan/pembatasan.
serta
(Dalam
hal
pemenuhan
fungsi
penelitian
ketentuan
dokumen
iii)
Importir
menyerahkan
SPPB
kepada
Pejabat
yang
mengawasi
pengeluaran barang.
2. Pejabat mengawasi pengeluaran barang dari Kawasan Pabean atau TPS
oleh Importir berdasarkan SPPB atau berdasarkan SPPF untuk MITA Non
Prioritas.
3. Importir menerima SPPB atau SPJM yang diberikan catatan oleh Pejabat
yang mengawasi pengeluaran barang.
4. Importir mengeluarkan Barang Impor dari kawasan pabean.
iv)
46
Teknik Kepabeanan
2.1. Pejabat pemeriksa dokumen meneliti uraian barang dalam PIB, dan
meminta tambahan keterangan terkait uraian barang dan/atau
permintaan informasi tentang nilai pabean kepada Importir dalam hal
diperlukan.
2.2. Importir menyampaikan bukti-bukti kebenaran nilai pabean kepada
Pejabat pemeriksa dokumen dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja
setelah tanggal permintaan informasi nilai pabean dan/atau tambahan
keterangan terkait uraian barang.
2.3. Pejabat pemeriksa dokumen meneliti dan menetapkan tarif dan nilai
pabean dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
pendaftaran PIB dan menerbitkan SPTNP, atau menerbitkan
rekomendasi audit kepabeanan dalam hal menemukan kekurangan
pembayaran bea masuk, cukai, dan PDRI setelah melebihi jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PIB.
2.4. Importir menerima SPTNP untuk selanjutnya dilunasi dalam jangka
waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal SPTNP, dan
menyerahkan SSPCP kepada pejabat yang menangani penagihan.
3. Pejabat yang mengelola manifes melakukan penutupan Pos BC 1.1 atas
PIB yang telah diselesaikan.
4)
1. Setelah
mendapatkan nomor
pendaftaran PIB,
Importir
mengajukan
Fotokopi PIB,
47
Teknik Kepabeanan
3. Kepala Kantor Pabean atau Pejabat yang ditunjuk memberikan persetujuan
atau menolak permohonan pengeluaran Barang Impor eksep.
4. Dalam hal Kepala Kantor Pabean memberikan persetujuan, Importir
menyampaikan persetujuan Kepala Kantor Pabean dan SPPB kepada
Pejabat yang menangani pelayanan pabean.
5. Pejabat yang menangani pelayanan pabean memberikan persetujuan
pengeluaran sebagian dengan memberikan catatan pada SPPB.
6. Terhadap Barang Impor eksep yang merupakan sisa dari barang yang
dikeluarkan sebagian sebagaimana dimaksud pada butir 5, dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
6.1. Pejabat yang menangani pelayanan pabean menerbitkan :
a. instruksi pemeriksaan fisik melalui pemindai peti kemas dalam hal
ditetapkan jalur MITA prioritas, jalur MITA non prioritas, jalur hijau,
dan jalur kuning; atau
b. instruksi pemeriksaan fisik, dalam hal tidak tersedia pemindai peti
kemas atau ditetapkan jalur merah.
6.2. Importir menyiapkan barang untuk diperiksa fisik atau dilakukan
pemindaian.
a. Dalam
hal
menunjukkan
hasil
pemeriksaan
kesesuaian
fisik
dengan
atau
PIB,
hasil
pemindaian
Pejabat
pemeriksa
Pejabat
pemeriksa barang/Pejabat
kemudian
meneruskannya
kepada
Pejabat
yang
48
Teknik Kepabeanan
iii. Unit pengawasan melakukan penelitian mendalam, kemudian
mengembalikan berkas PIB dan SPPB kepada Pejabat yang
menangani pelayanan pabean dalam hal tidak ditemukan
dugaan tindak pidana untuk diberikan catatan SETUJU
KELUAR setelah kekurangan pembayaran bea masuk, PDRI
dan sanksi administrasi berupa denda dilunasi.
iv. Dalam hal ditemukan dugaan tindak pidana, unit pengawasan
melakukan proses lebih lanjut.
c. Pejabat yang mengawasi pengeluaran barang mencocokkan SPPB
dengan nomor, merek, ukuran, jumlah dan jenis kemasan/peti
kemas yang bersangkutan:
i.
49
Teknik Kepabeanan
iii. Unit pengawasan melakukan penelitian mendalam, kemudian
mengembalikan berkas PIB dan SPPB kepada Pejabat yang
menangani pelayanan pabean dalam hal tidak ditemukan
dugaan tindak pidana untuk diberikan catatan SETUJU
KELUAR
setelah
kekurangan
pembayaran
dan
sanksi
50
Teknik Kepabeanan
D.
pabean
sarana pengangkut dan barang kiriman. Disini juga dibahas pengeluaran barang
dari kawasan pabean untuk diimpor sementara, direekspor, diangkut ke TPB,
diangkut ke TPS lain, diangkut terus atau diangkut lanjut.
1)
sebagai berikut :
-
barang pindahan;
Dokumen Pelengkap Pabean diajukan kepada Pejabat Bea dan Cukai secara
manual. Pejabat Bea dan Cukai kemudian melakukan pemeriksaan
fisik,menetapkan tarif, nilai pabean dan menghitung bea masuk, cukai dan
pajak dalam rangka impor. Barang impor baru dapat dikeluarkan dari tempat
Penimbunan Sementara jika Bea Masuk, Cukai dan Pajak dalam rangka
import telah dibayar.
2)
32
51
Teknik Kepabeanan
-
ii. paling lama 15 (lima belas) hari setelah penumpang tiba untuk
penumpang yang menggunakan sarana pengangkut udara.
Barang sebagaimana dimaksud harus dapat dibuktikan kepemilikannya
dengan mengg unakan paspor dan boarding pass yang bersangkutan.
Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud diatas dilewati, terhadap
barang yang tidak tiba bersama penumpang tidak mendapatkan fasilitas
pembebasan bea masuk dan dipungut pajak dalam rangka impor.
Terhadap barang pribadi penumpang yang tiba bersama penumpang
dengan nilai pabean paling banyak FOB USD 250.00 (dua ratus lima
puluh US dollar) per orang atau FOB USD 1,000.00 (seribu US dollar) per
keluarga untuk setiap perjalanan, diberikan pembebasan bea masuk dan
tidak dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku.
Dalam hal barang pribadi penumpang melebihi batas nilai pabean
sebagaimana tersebut diatas , maka atas kelebihan tersebut dipungut bea
masuk dan pajak dalam rangka impor.
Barang awak sarana pengangkut adalah barang yang dibawa oleh setiap orang yang karena sifat
pekerjaannya harus berada dalam sarana pengangkut dan datang bersama sarana pengangkutnya.
31
32
Barang pelintas batas adalah barang yang dibawa oleh pelintas batas.
Barang kiriman adalah barang impor yang dikirim oleh pengirim tertentu di luar negeri kepada penerima
tertentu di dalam negeri.
33
52
Teknik Kepabeanan
Selain pembebasan bea masuk terhadap barang sebagaimana dimaksud,
terhadap barang pribadi penumpang yang merupakan barang kena cukai
juga diberikan pembebasan cukai untuk setiap orang dewasa paling
banyak:
i.
200 (dua ratus) batang sigaret, 25 (dua puluh lima) batang cerutu,
atau 100 (seratus) gram tembakau iris/hasil tembakau lainnya; dan
ii.
iii.
berupa
narkotika,
psikotropika,
obat-obatan,
senjata
v.
Customs Declaration yang selanjutnya disingkat CD adalah pemberitahuan atas barang impor yang
dibawa penumpang atau awak sarana pengangkut.
34
53
Teknik Kepabeanan
2).
memberikan
persetujuan
pengeluaran
barang,
dalam
hal
2).
3).
4).
54
Teknik Kepabeanan
terkait, pejabat bea dan cukai memberikan persetujuan pengeluaran
barang tersebut.
Penumpang wajib membayar bea masuk dan pajak dalam rangka
impor berdasarkan penetapan pejabat bea dan cukai dan diberikan bukti
pembayaran.
2).
sesuai
dengan
ketentuan
perundangundangan
di
bidang
55
Teknik Kepabeanan
1).
2).
harus
harus
diisi
dengan
lengkap
dan
benar
serta
ii.
iii.
iv.
v.
35
Jalur merah adalah jalur pengeluaran barang impor dengan dilakukan pemeriksaan fisik barang.
56
Teknik Kepabeanan
2).
2).
melakukan
pemeriksaan
fisik,
untuk
barang
awak
sarana
2).
3).
4).
Jalur hijau adalah jalur pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik barang.
57
Teknik Kepabeanan
hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan barang larangan dan/atau
pembatasan, kecuali memenuhi persyaratan dari instansi terkait, pejabat
bea dan cukai memberikan persetujuan pengeluaran barang tersebut.
Awak sarana pengangkut wajib membayar bea masuk dan pajak dalam
rangka impor berdasarkan penetapan pejbat bea dan cukai dan diberikan
bukti pembayaran.
58
Teknik Kepabeanan
4) Indonesia dengan Timor Leste paling banyak FOB USD 50.00 (lima
puluh US dollar) per orang per hari.
Dalam hal barang pelintas batas melebihi batas nilai pabean dimaksud
butir a,b, c dan d diatas , maka atas kelebihan barang tersebut dipungut
bea masuk dan pajak dalam rangka impor.
Setiap pelintas batas yang membawa barang wajib memiliki KILB38. KILB
dikeluarkan oleh kepala kantor pabean yang mengawasi PPLB39 atas
permohonan pelintas batas yang diajukan kepada kepala kantor pabean
dengan dilampiri fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan fotokopi
PLB40 yang ditandasahkan oleh pejabat imigrasi setempat. Dalam hal
permohonan
dimaksud
daerah
pabean
dengan
membawa
barang
bawaan
wajib
Kartu Identitas Lintas Batas yang selanjutnya disingkat KILB adalah kartu yang dikeluarkan oleh kantor
pabean yang membawahi Pos Pengawas Lintas Batas yang diberikan kepada pelintas batas setelah
dipenuhi persyaratan tertentu.
38
Pos Pengawas Lintas Batas yang selanjutnya disingkat PPLB adalah tempat yang ditunjuk pada
perbatasan wilayah negara untuk memberitahukan dan menyelesaikan kewajiban pabean terhadap barang
pelintas batas.
39
Pas Lintas Batas yang selanjutnya disingkat PLB adalah kartu yang dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi yang
diberikan kepada pelintas batas.
40
Buku Pas Barang Lintas Batas yang selanjutnya disingkat BPBLB adalah buku yang dipakai oleh pejabat
bea dan cukai untuk mencatat jumlah, jenis, dan nilai pabean atas barang yang dibawa oleh pelintas batas
dari luar daerah pabean.
41
59
Teknik Kepabeanan
2).
3).
4).
5).
memberikan
persetujuan
pengeluaran
barang,
dalam
hal
hal
ditemukan
adanya
penyalahgunaan
fasilitas
pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor
atas barang pelintas batas, maka fasilitas tersebut dicabut.
d. Barang Kiriman
Terhadap barang kiriman diberikan pembebasan bea masuk dan tidak
dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan perundangundangan di bidang perpajakan yang berlaku, dengan nilai pabean paling
banyak FOB USD 50.00 (lima puluh US dollar) untuk setiap orang per
kiriman.
Dalam hal nilai pabean barang kiriman melebihi batas pembebasan bea
masuk, barang kiriman dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka
impor dengan dasar nilai pabean penuh dikurangi dengan nilai pabean
yang mendapatkan pembebasan bea masuk.
60
Teknik Kepabeanan
Impor barang kiriman dilakukan melalui pos atau PJT42 dan dilakukan
pemeriksaan pabean oleh pejabat bea dan cukai
dokumen dan pemeriksaan fisik barang.
meliputi penelitian
barang kiriman melalui pos setelah bea masuk dan pajak dalam
rangka impor dilunasi. Penyelesaian impor barang kiriman melalui pos
dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) dan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai, meliputi penanganan kantung pos, pelalubeaan serta
pengawasannya.
2). Barang Kiriman Melalui Perusahaan Jasa Titipan
PJT yang akan melaksanakan kegiatan impor barang kiriman harus
mengajukan permohonan kepada Kepala kantor pabean sesuai
contoh format yang ditentukan. Atas permohonan dimaksud kepala
kantor pabean memberikan persetujuan sesuai contoh format yang
ditentukan . PJT dapat melaksanakan kegiatan impor barang kiriman
setelah menyerahkan mempertaruhkan jaminan tunai, jaminan bank,
atau
pabean.
Penetapan jaminan
dimaksud
dilakukan
dengan
Perusahaan Jasa Titipan yang selanjutnya disingkat PJT adalah perusahaan yang memperoleh ijin usaha
jasa titipan dari instansi terkait serta memperoleh persetujuan untuk melaksanakan kegiatan kepabeanan
dari Kepala kantor pabean.
42
61
Teknik Kepabeanan
Barang kiriman melalui PJT harus memenuhi ketentuan paling berat
100 (seratus) kilogram untuk setiap House Airway Bill (AwB).
Pengecualian dapat diberikan terhadap :
i. barang kiriman untuk tujuan tempat penimbunan berikat; atau
ii. barang kiriman lainnya yang memperoleh izin dari Direktur
Jenderal.
Atas barang kiriman melalui PJT yang melebihi berat yang ditentukan
dan/atau tidak dikecualikan diberlakukan ketentuan umum di bidang
impor.
Pengeluaran barang kiriman melalui PJT dilaksanakan setelah
diajukan
Pemberitahuan
Impor
Barang
Tertentu
(PIBT)
yang
berikat
berlaku
ketentuan
mengenai
prosedur
Pejabat bea dan cukai menetapkan tarif bea masuk atas impor barang
pribadi penumpang, barang awak sarana pengangkut, barang pelintas batas
dan barang kiriman didasarkan pada tarif bea masuk dari jenis barang
bersangkutan. Dalam hal barang impor sebagaimana dimaksud lebih dari 3
(tiga) jenis barang, pejabat bea dan cukai menetapkan hanya satu tarif bea
masuk berdasarkan tarif barang tertinggi.
62
Teknik Kepabeanan
3)
Impor sementara
Impor sementara adalah pemasukan barang impor ke dalam daerah
pabean yang benar-benar dimaksudkan untuk diekspor kembali dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
Barang impor dapat disetujui untuk dikeluarkan sebagai barang impor
sementara apabila pada waktu impornya memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. tidak akan habis dipakai;
b. identitas barang tersebut jelas;
c. dalam jangka waktu impor sementara tidak mengalami perubahan bentuk
secara hakiki kecuali aus karena penggunaan; dan
d. terdapat dokumen pendukung bahwa barang tersebut akan diekspor
kembali.
Terhadap barang impor sementara dapat diberikan pembebasan atau
keringanan bea masuk.
yang diberikan
j.
kendaraan atau sarana pengangkut yang masuk melalui lintas batas dan
penggunaannya tidak bersifat regular;
63
Teknik Kepabeanan
l.
binatang
hidup
perlombaan,
untuk
pelatihan,
keperluan
pejantan,
pertunjukan
dan
umum,
olahraga,
penanggulangan
gangguan
keamanan;
m. peralatan khusus yang digunakan untuk penanggulangan bencana alam,
kebakaran, dan gangguan keamanan;
n. kapal niaga yang diimpor oleh perusahaan pelayaran niaga nasional;
o. pesawat dan mesin pesawat yang diimpor oleh perusahaan penerbangan
nasional;
p. barang yang dibawa oleh penumpang dan akan dibawa kembali ke luar
negeri; dan/atau
q. barang pendukung proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman
dari luar negeri.
Barang impor sementara yang dapat diberikan keringanan bea masuk
adalah mesin dan peralatan untuk kepentingan produksi atau pengerjaan
proyek infrastruktur.
Untuk mendapatkan fasilitas impor sementara , importir mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal melalui Kepala Kantor. Dalam hal
tertentu permohonan dimaksud dapat diajukan kepada Direktur Jenderal.
Kewajiban pengajuan permohonan
64
Teknik Kepabeanan
impor sementara untuk penghitungan bea masuk dan pajak dalam rangka
impor sebagai dasar penerbitan izin impor sementara.
Dalam hal permohonan fasilitas impor sementara disetujui, Kepala
Kantor atas nama Menteri menerbitkan izin impor sementara.
Dalam hal
pemenuhan
kewajiban
pabean
atas
impor
sementara,
65
Teknik Kepabeanan
dokumen pelengkap pabean dan/atau izin impor sementara. Pemberitahuan
pabean impor
bulan sejak tanggal izin impor sementara, disertai tanda terima pembayaran
dan/atau jaminan. Apabila pemberitahuan pabean impor tidak disampaikan
dalam jangka waktu tersebut maka izin impor sementara yang telah diberikan
dinyatakan tidak berlaku.
Jangka
waktu
izin
impor
sementara
diberikan
berdasarkan
berada
dalam
pengawasan
kantor
pabean
lain,
importir
dicabut. Pencabutan izin impor sementara dilakukan oleh kepala kantor atau
Direktur Jenderal dengan surat pencabutan. Terhadap barang impor
sementara yang telah dicabut izin impor sementaranya dilakukan penyegelan
pada kesempatan pertama. Dalam hal izin impor sementara dicabut, barang
impor sementara tersebut diperlakukan sebagai barang impor sementara
yang tidak diekspor kembali dan importir wajib membayar bea masuk yang
terutang dan sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari bea
masuk yang seharusnya dibayar.
Dalam hal barang impor sementara yang telah dicabut izin impor
sementaranya tidak diekspor dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
66
Teknik Kepabeanan
sejak pendaftaran pemberitahuan pabean, maka barang impor tersebut
diperlakukan sebagai barang impor sementara yang tidak diekspor kembali.
Setelah jangka waktu impor sementara berakhir dan dalam hal tidak
dilakukan perpanjangan izin impor sementara, sambil menunggu proses
realisasi ekspor, terhadap barang impor sementara dilakukan penyegelan
pada kesempatan pertama. Penyegelan dibuka kembali pada saat barang
akan dimuat ke sarana pengangkut dalam rangka realisasi ekspornya.
Dalam hal terjadi kerusakan berat atau musnah karena keadaan
memaksa (force majeure), importir dapat dibebaskan dari kewajiban untuk
mengekspor kembali barang impor sementara dimaksud serta dibebaskan
dari kewajiban melunasi kekurangan bea masuk dan sanksi administrasi
berdasarkan persetujuan Kepala Kantor atau Direktur Jenderal.
Keadaan
67
Teknik Kepabeanan
jangka waktu antara 30 hari setelah tanggal jatuh tempo impor sementara
sampai dengan 60 hari setelah tanggal jatuh tempo impor sementara.
Orang yang tidak mengekspor kembali barang impor sementara dalam
jangka waktu yang diizinkan wajib membayar bea masuk dan dikenai sanksi
administrasi berupa denda 100% (seratus persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar.
Pengeluaran ke Tempat Penimbunan Berikat (TPB)43
4)
Pengeluaran
barang
impor
dari
Kawasan
Pabean
dan
berdasarkan :
a. BC 2.3 yang telah didaftarkan;
b. SPPB TPB; dan/atau
c. Daftar Rekapitulasi BC 2.3 dalam hal menggunakan media penyimpan
data elektronik.
Penutupan pos BC 1.1. dilakukan dengan mencocokkan beberapa elemen
data, yaitu :
a. nomor, tanggal BC 1.1 dan nomor posnya;
b. nomor dan tanggal B/L atau AWB;
c. nomor petikemas (dalam hal menggunakan petikemas);
d. jumlah petikemas atau kemasan;
e. nama sarana pengangkut dan nomor voyage atau flight; dan
f.
nama consignee.
Dalam hal elemen data dimaksud butir (2) ada yang tidak cocok maka
terhadap BC 2.3 dan pemberitahuan pabean BC 1.1. dilakukan penelitian
lebih lanjut sesuai ketentuan perundang-undangan.
Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan
tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan
penangguhan bea masuk.
43
68
Teknik Kepabeanan
5)
Persetujuan
wajib mendapat
berupa manifest
6)
Pengusaha
tempat
penimbunan
sementara
yang
akan
69
Teknik Kepabeanan
Pengangkutan barang impor atau ekspor dari kawasan pabean untuk
diangkut terus atau diangkut lanjut, dilakukan di bawah pengawasan pabean.
Pengangkutan barang impor dari kawasan pabean di suatu kantor pabean ke
tempat penimbunan sementara di kawasan pabean lainnya, dilakukan di
bawah pengawasan pabean.
7)
E.
70
Teknik Kepabeanan
1) MITRA UTAMA
perlu
menyerahkan
hardcopy
PIB/PEB,
kecuali
dilakukan
44Kantor
Pelayanan Utama yang selanjutnya dalam peraturan ini disebut KPU adalah Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
JenderalBea dan Cukai
45 Client Coordinator adalah pejabat bea dan cukai yang ditunjuk oleh Kepala Kantoruntuk menjadi
penghubung antara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan orang
71
Teknik Kepabeanan
d). memiliki rekam jejak keakuratan pemberitahuan pabean dan/atau cukai
yang baik;
e). telah diaudit oleh kantor akuntan publik yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian untuk
2 (dua) tahun terakhir; dan
f). selalu dapat memenuhi ketentuan perizinan dan persyaratan impor dan
ekspor dari instansi teknis terkait.
Dalam hal perusahaan mendapatkan fasilitas pembebasan, keringanan,
dan/atau penangguhan bea masuk, persyaratan sebagaimana dimaksud
diatas ditambah dengan melakukan penatausahaan dan pengelolaan sediaan
barang yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diketahui jenis,
spesifikasi, jumlah pemasukan dan pengeluaran sediaan barang yang
berkaitan dengan fasilitas kepabeanan yang diperoleh dan/atau digunakan.
Untuk menjadi MITA, perusahaan mengajukan permohonan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Utama, dimana kegiatan impornya paling banyak
dilakukan. Permohonan dimaksud dilampiri dengan:
a). laporan keuangan periode 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh
kantor akuntan publik;
b). standard operating procedure (SOP) pembelian dan pembayaran impor,
dan/atau penjualan dan penerimaan kas ekspor;
c). standard operating procedure (SOP) pembuatan, pembayaran, dan
penyerahan (transfer) PIB dan/atau PEB yang selama ini dimiliki dan
dijalankan oleh perusahaan;
d). surat pernyataan sesuai contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
II Peraturan Direktur Jenderal ini; dan
e). keterangan lain yang dapat memberikan gambaran positif perusahaan,
misalnya terdaftar sebagai wajib pajak patuh pada Direktorat Jenderal
Pajak, company profile, sertifikat ISO, dan sertifikat ahli kepabeanan.
Dalam hal perusahaan menggunakan PPJK, permohonan dimaksud dilampiri
daftar nama PPJK yang diberi kuasa dan identitas modul PPJK yang diberi
kuasa.
Kepala
Kantor
Pelayanan
Utama
melakukan
pemeriksaan
terhadap
72
Teknik Kepabeanan
a). penelitian dan penilaian data intern Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
dan
b). penelitian dan penilaian data yang diajukan perusahaan.
Pemeriksaan dimaksud diatas dapat meliputi pemeriksaan lapangan.
Kepala Kantor Pelayanan Utama memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja
terhitung sejak diterimanya permohonan dengan lengkap.
Dalam hal permohonan
membuat
surat
penolakan
dengan
ditolak,
menyebutkan
Kepala
alasannya.
nama
pegawai
perusahaan
yang
ditunjuk
untuk
73
Teknik Kepabeanan
2) PEMBERTAHUAN PENDAHULUAN (PRENOTIFICATION)
Importir
dapat
menyampaikan
pemberitahuan
pendahuluan
dengan
mengajukan PIB:
a). sebelum dilakukan pembongkaran barang impor bagi Importir MITA
Prioritas tanpa harus mengajukan permohonan ;
b). paling cepat 3 (tiga) hari kerja sebelum dilakukan pembongkaran barang
impor bagi importir lainnya setelah mendapatkan persetujuan Kepala
Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai atau pejabat yang
ditunjuknya;
Pelayanan PIB dilaksanakan menurut ketentuan penyelesaian barang impor
untuk dipakai sesuai tatakerja penyelesaian barang impor yang berlaku .
Dalam hal PIB ditetapkan jalur merah dan pemeriksaan fisik barang tidak
dapat dilakukan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPJM dengan
alasan barang impor belum bongkar, dilakukan pemblokiran terhadap importir
yang bersangkutan.
3) PELAYANAN SEGERA
74
Teknik Kepabeanan
Penyampaian Dokumen Pelengkap Pabean atau PIBK dimaksud
dapat
menyelesaikan
importasi
dengan
pelayanan
segera
dengan
4) PENGELUARAN
BARANG
IMPOR
UNTUK
DIPAKAI
DENGAN
Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor untuk dipakai dari
Kawasan Pabean, Tempat Penimbunan Sementara (TPS), atau tempat lain
yang diperlakukan sama dengan TPS, setelah dokumen pelengkap pabean
dan jaminan diserahkan ke kantor pabean. Pengeluaran barang impor
tersebut
75
Teknik Kepabeanan
tersebut. Terhadap barang impor untuk keperluan penanggulangan bencana
alam dapat dikeluarkan sebelum pengajuan permohonan .
Dalam hal barang impor merupakan barang larangan atau pembatasan,
barang impor tersebut dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean, TPS, atau
tempat lain yang diperlakukan sama dengan TPS, sepanjang telah dipenuhi
ketentuan impor barang larangan atau pembatasan sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku.
Jaminan yang diserahkan atas pengeluaran barang impor dimaksud
sebesar bea masuk, bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau
cukai yang terutang.
Jaminan yang diserahkan dapat berbentuk :
a). uang tunai;
b). jaminan bank;
c). jaminan dari perusahaan asuransi (Customs Bond); atau
d). jaminan lainnya.
Untuk mendapatkan persetujuan pengeluaran, importir mengajukan
surat permohonan kepada kepala kantor pabean dengan menyebutkan
alasannya. Kepala kantor pabean memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan tersebut.
Dalam hal permohonan disetujui, kepala kantor pabean menerbitkan
surat keputusan tentang persetujuan pengeluaran barang impor untuk dipakai
dengan menggunakan jaminan. Dalam hal permohonan ditolak, kepala kantor
pabean memberikan surat penolakan dengan menyebutkan alasannya.
Pemberitahuan pabean impor disampaikan dalam jangka waktu paling
lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diserahkannya dokumen
pelengkap pabean. Jangka waktu dimaksud dapat diberikan perpanjangan
paling lama 30 (tiga puluh) hari oleh kepala kantor pabean. Dalam hal jangka
waktu dimaksud masih diperlukan perpanjangan, importir wajib mengajukan
permohonan kepada Direktur
Jenderal
atau
pejabat
yang
ditunjuk.
Perpanjangan jangka waktu diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari dan
tidak dapat diperpanjang lagi.
Bea masuk, bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai
yang terutang wajib dibayar paling lama pada tanggal pendaftaran
pemberitahuan pabean. Importir yang tidak menyelesaikan kewajiban berupa
76
Teknik Kepabeanan
menyampaikan pemberitahuan pabean dan membayar bea masuk, bea
masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai, sesuai dengan jangka
waktu yang diizinkan , wajib membayar :
a). bea masuk, bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai
yang terutang;
b)
BARANG
IMPOR
DI
GUDANG
ATAU
LAPANGAN
77
Teknik Kepabeanan
merupakan izin untuk menimbun barang impor di gudang atau lapangan
penimbunan milik Importir yang bersangkutan.
Penyelesaian
pemeriksaan
barang
impor
dilakukan
sesuai
tatakerja
mendapatkan
persetujuan
pemeriksaan
pendahuluan
dan
mengimpor barang:
a). yang diimpor dalam frekuensi impor yang tinggi serta perlu segera
digunakan;
b). yang diimpor melalui saluran pipa atau jaringan transmisi; atau
c). yang berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal dapat diberikan
kemudahan PIB Berkala.
Importir wajib menyerahkan PIB Berkala dan bukti pembayaran bea
masuk, cukai, dan pajak dalam rangka impor atas seluruh importasi pada
periode bersangkutan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung
sejak tanggal jatuh tempo.
78
Teknik Kepabeanan
Dalam hal kewajiban dimaksud tidak dipenuhi:
a). jaminan dicairkan;
b). importir dikenai sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10B ayat (6) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006; dan
c). kemudahan pemberitahuan impor berkala untuk dan atas nama Importir
yang bersangkutan hanya dapat diberikan lagi setelah 6 (enam) bulan
sejak importir menyelesaikan kewajibannya.
9) PENGEMAS
YANG
DIPAKAI
BERULANGKALI
(RETURNABLE
PACKAGE)
yang dipakai berulangkali ke dan dari daerah pabean diberikan oleh Kepala
Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya
dan berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan setiap tahunnya dapat
diperpanjang atas permohonan importir.
Terhadap pengemas dimaksud
79
Teknik Kepabeanan
F. Pungutan Dalam Rangka Impor.
Dalam materi ini dibahas mengenai pungutan impor berupa bea masuk,
bea masuk tambahan, cukai, sanksi administrasi dan pajak dalam rangka impor.
1) BEA MASUK
dengan UU No. 17 Tahun 2006 yang dikenakan terhadap barang impor 46.
Terdapat 2 (dua ) cara menghitung Bea Masuk , sebagai berikut :
i) Tarif Spesifik .
Yaitu penghitungan Bea Masuk dengan cara mengkalikan jumlah satuan
barang dengan tariff pembebanan Bea Masuk . Jenis barang impor yang
dikenakan tariff spesifik
terdapat dua jenis barang yang ditetapkan tariff spesifik yaitu beras ( Pos
tariff BTBMI : 10.06 ) dan Gula (Pos tarif BTBMI : 17.01).
Contoh :
Gula pasir (refined sugar) sebanyak 10.000 kg . Pos tariff BTBMI :
1701.99.11.00 ( BM : Rp. 700,-/kg)
BM wajib dibayaar adalah:
Bea Masuk.
ii) barang impor yang termasuk dalam daftar ekslusif Skedul XXI-Indonesia
pada Persetujuan Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan; dan
iii) barang impor sebagai berikut :
46
47
Pasal 1 butir 13 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Pasal 12 dan 13 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
80
Teknik Kepabeanan
yang dikenakan tariff Bea Masuk berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan internasional;
barang bawaaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas
batas, atau barang kiriman melalaui pos atau jasa titipan; atau
barang impor yang berasal dari Negara yang memperlakukan barang
ekspor Indonesia secara diskriminatif.
Dasar penghitungan
Harga CIF adalah nilai yang dijadikan dasar untuk menghitung Bea Masuk,
Cukai dan Pajak dalam rangka impor.
besarnya
freight.
Untuk
itu
importer
diwajibkan
81
Teknik Kepabeanan
tiap jenis barang dengan harga keseluruhan barang dikalikan jumlah
keseluruhan biaya transportasi.
v) Insurance.
Insurance adalah biaya asuransi pengangkutan dari pelabuhan muat di
luar negeri sampai dengan pelabuhan bongkar di
Indonesia . Biaya
yang
82
Teknik Kepabeanan
2941.10.20.00, besar tariff Bea Masuk : 10 % , NDPBM yang berlaku adalah
USD 1.- = Rp. 9.000,-.
Bea Masuk = 10 % x 10.000 x Rp. 9.000,- = Rp. 9.000.000,2) BEA MASUK IMBALAN
Dasar hukum dari pengenaan Bea Masuk Imbalan adalah pasalk 21 dan
22 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan. Bea Masuk Imbalan dikenakan terhadap barang impor dalam
hal :
ditemukan adanya subsidi50 yang diberikan di Negara pengekspor
i.
Subsidi adalah :
a. setiap bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah atau badan-badan pemerintah langsung
maupun tidak langsung kepada perusahaan, industri, kelompok industri atau eksportir;
b. setiap bentuk dukungan terhadap pendapatan atau harga yang diberikan secara langsung atau tidak
langsung untuk meningkatkan ekspor atau menurunkan impor dari atau ke Negara yang
bersangkutan.
51 Industri dalam negeri adalah :
- produsen barang sejenis secara keseluruhan, atau
- para produsen barang sejenis yang produksinya mewakili sebagain besar dari keseluruhan produksi
barang yang bersangkutan.
83
Teknik Kepabeanan
Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan dan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No. 261/MPP/Kep/9/1996 tentang Tatacara
dan Persyaratan Permohonan Penyelidikan Ats Barang Dumping dan/atau
Barang Mengandung Subsidi . Dewasa ini belaum ada keputusan pemerintah
tentang pengenaan Bea Masuk Imbalan terhadap barang impor.
Dasar hukum pengenaan Bea Masuk Anti Dumping adalah pasal 18 dan
19 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan . Bea Masuk Anti Dumping dikenakan terhadap barang impor
dalam hal :
i.
harga ekspor52 dari barang tersebut lebih rendah nilai normalnya53 , dan
ii.
kerugian
terhadap
industri
dalam
negeri
yang
Harga Ekspor adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang yang diekspor ke
Daerah Pabean.
53 Nilai Normal adalah harga sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk
barang sejenis dalam
perdagangan pada umumnya di pasar domestik Negara pengekspor dengan tujuan konsumsi.
52
84
Teknik Kepabeanan
jenis barang impor yang menurut keputusan Menteri Keuangan dikenakan
Bea Masuk Anti Dumpin, misalnya :
i.
ii.
iii.
(ex HS
Carbon Black
dan Perusahaan
ex
85
Teknik Kepabeanan
Bea Masuk Anti Dumping = 11 % x 50.000 x Rp. 9.000,- = Rp. 49.500.000,4) BEA MASUK TINDAKAN PENGAMAN .
Tahun I ( tanggal 4 Januari 2009 s/d 3 Januari 2010 : Rp. 1.200,00 / per
kg.
Tahun II ( tanggal 4 Januari 2010 s/d 3 Januari 2011 : Rp. 1.150,00/ per
kg
Tahun III ( tanggal 4 Januari 2011 s/d 3 Januari 2012 : Rp. 1.100,00/ per
kg.
Bea Masuk Tindakan Pengamanan sebagaimana dimaksud diatas
Nama negara
No.
Nama negara
1.
Albania
49.
Madagascar
2.
Angola
50.
Malawi
3.
51.
Malaysia
4.
Argentina
52.
Maldives
5.
Bahrain
53.
Mali
6.
Bangladesh
54.
Malta
7.
Barbados
55.
Mauritius
8.
Belize
56.
Mexico
86
Teknik Kepabeanan
9.
Benin
57.
Mongolia
10.
Bolivia
58.
Morocco
11.
Botswana
59.
Mozambique
12
Brunei Darussalam
60.
Myanmar
13.
Burkina Faso
61.
Namibia
14.
Burundi
62.
Niger
15.
Cameroon
63.
Nigeria
16
64.
Nicaragua
17.
Colombia
65.
Oman
18.
Congo
66.
Pakistan
19.
Costa Rica
67.
Panama
20.
Cote dIvoire
68.
21.
Croatia
69.
Paraguay
22.
Cyprus
70.
Peru
23.
71.
Philiphines
24.
Djibouti
72.
Qatar
25.
Dominica
73.
Rwanda
26.
Dominican Republic
74.
27.
Ecuador
75.
Saint Lucia
28.
Egypt
76.
29.
El Salvador
77.
Senegal
30.
Fiji
78.
Sierra Leone
31.
Gabon
79.
Solomon Islands
32.
Ghana
80.
South Africa
33.
Genada
81.
Sri Lanka
34.
Guatemala
82.
Suriname
35.
Guyana
83.
Swaziland
36.
Guinea
84.
Taiwan
37.
Guinea-Bissau
85.
Tanzania
38.
Haiti
86.
Thailand
39.
Honduras
87.
The Gambia
40.
Hongkong
88.
Togo
41.
Chile
89.
87
Teknik Kepabeanan
42.
India
90.
Tunisia
43.
Jamaica
91.
44.
Jordan
92.
Uganda
45.
Kenya
93.
Uruguay
46.
Kuwait
94.
Venezuela
47.
Kyrgyz Republic
95.
Zambia
48.
Lesotho
96.
Zimbabwe
5) CUKAI
dari harga
dasar menjadi jumlah dalam rupiah untuk setiap satuan barang kena cukai
atau sebaliknya atau pengabungan dari keduanya (pasal 5 ayat 3).
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 203/PMK.011/2008
tentang Penetapan
yang berlaku
mulai 1
Februari 2009, terhadap impor hasil tembakau dikenai tarif spesifik yang
didasarkan pada jenis hasil tembakau, batasan Harga Jual Eceran dan Tarif
Cukai per batang atau per gram sebagai berikut :
No. Jenis Hasil Tembakau
Urut
------------------------------------------------------------------------------------------------1.
SKM
Rp. 661,-
Rp. 290,-
2.
SPM
Rp. 601,-
Rp. 290,-
3.
Rp. 591,-
Rp. 200,-
88
Teknik Kepabeanan
4.
Rp. 661,-
Rp. 290,-
5.
TIS
Rp. 251,-
Rp. 21,-
6.
KLB
Rp. 251,-
Rp. 25,-
7.
KLM
Rp. 180,-
Rp. 17,-
8.
CRT
Rp. 100.000,-
Rp. 100.000,-
9.
HPTL
Rp. 275,-
Rp. 100,-
Peraturan
Oktober 2006 , tarif cukai minuman mengandung etil alkohol asal impor ,
didasarkan pada kadar kandungan etil alcohol sebagai berikut:
Golongan
Kadar
Tarif Cukai
AI
s/d 1 %
A2
> 1 % s/d 5 %
B1
> 5 % s/d 15 %
B2
> 15 % s/d 20 %
> 20 %
sedangkan
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
89
Teknik Kepabeanan
6) PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
= Rp. 90.000.000,00
BM
15 % x Rp. 90.000.000,-
= Rp. 13.500.000,00
PPN
Besarnya Tarif
Keuangan .
= Rp. 90.000.000,00
BM
15 % x Rp. 90.000.000,-
=Rp. 13.500.000,00
90
Teknik Kepabeanan
8) PAJAK PENGHASILAN (PPh ) PASAL 22
untuk Importir yang mempunyai Angka Pengenal Impor (API) adalah 2,5
% x Nilai Impor ;
untuk Importir yang tidak mempunyai API adalah 7,5 % x Nilai Impor.
Yang dimaksud dengan nilai impor adalah hasil penjumlahan antara CIF
BM
15 % x Rp. 90.000.000,-
= Rp. 90.000.000,00
= Rp. 13.500.000,00
91
Teknik Kepabeanan
11A ayat (6), pasal 45 ayat (3), pasal 52 ayat (1) dan ayat (2), pasal 81 ayat
(3), pasal 82 ayat (3) huruf b, pasal 86 ayat (2), pasal 89 ayat (4), pasal 90
ayat (4), dan Pasal 91 ayat (4) Undang-Undang.
Besarnya denda yang dinyatakan dalam nilai rupiah minimum sampai
dengan maksimum berlaku untuk pasal 7A ayat (7), pasal 7A ayat (8), pasal
8A ayat (2) dan ayat (3), Pasal 8C ayat (3) dan ayat (4), pasal 9A ayat (3), dan
pasal 10A ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Kepabeanan.
Besarnya
lebih dari 6 (enam) kali pelanggaran, dikenai denda sebesar 1 (satu) kali
denda maksimum.
Contoh :
Pada tanggal 15 Juli, pengangkut barang impor melakukan pelanggaran
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
8A
ayat
(2)
Undang-Undang
Kepabeanan , yaitu jumlah barang impor yang dibongkar kurang dari yang
diberitahukan dalam pemberitahuan pabean, sehingga berdasarkan UndangUndang Kepabeanan dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit
Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Untuk mengenakan sanksi
administrasi berupa denda terhadap pengangkut tersebut di atas terlebih
dahulu harus dilihat jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh pengangkut
tersebut dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir dihitung sejak tanggal
terjadinya pelanggaran terakhir di satu Kantor Pabean tempat dilakukan
pemenuhan kewajiban pabean. Dalam kasus ini, kurun waktu 6 (enam) bulan
terakhir adalah waktu antara 16 Januari sampai dengan 15 Juli. Apabila dalam
kurun waktu tersebut, pengangkut misalnya melakukan 3 (tiga) kali
92
Teknik Kepabeanan
pelanggaran, maka dikenai denda 5 (lima) kali dari denda minimum, yaitu
sebesar Rp 125.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta rupiah).
Besarnya denda yang dinyatakan dalam persentase tertentu dari bea masuk
yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud
93
Teknik Kepabeanan
berlaku untuk d Pasal 16 ayat (4), Pasal 17 ayat (4), Pasal 82 ayat (5) dan
ayat (6), dan Pasal 86A Undang-Undang. Besarnya sanksi adminatrasu
berupa denda ditetapkan secara berjenjang berdasarkan perbandingan antara
kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar dengan bea masuk atau
bea keluar yang telah dibayar dengan ketentuan apabila kekurangan
pembayaran bea masuk atau bea keluar:
-
sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) dari bea masuk atau bea
keluar yang telah dibayar, dikenai denda sebesar 100% (seratus persen)
dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar;
diatas 25% (dua puluh lima persen) sampai dengan 50% (lima puluh
persen) dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda
sebesar 200% (dua ratus persen) dari kekurangan pembayaran bea masuk
atau bea keluar;
diatas 50% (lima puluh persen) sampai dengan 75% (tujuh puluh lima
persen) dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda
sebesar 400% (empat ratus persen) dari kekurangan pembayaran bea
masuk atau bea keluar;
diatas 75% (tujuh puluh lima persen) sampai dengan 100% (seratus
persen) dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda
sebesar 700% (tujuh ratus persen) dari kekurangan pembayaran bea
masuk atau bea keluar; atau
diatas 100% (seratus persen) dari bea masuk atau bea keluar yang telah
dibayar, dikenai denda sebesar 1000% (seribu persen) dari kekurangan
pembayaran bea masuk atau bea keluar.
Contoh :
Dalam pemberitahuan pabean atas impor barang, importir membayar bea
masuk atas barang yang diimpornya sebesar Rp l.000.000,00 (satu juta
rupiah) berdasarkan tarif bea masuk sebesar 10% (sepuluh persen) dan nilai
pabean atas barang impor tersebut sebesar Rp l0.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah). Dari hasil penelitian Pejabat Bea dan Cukai ternyata nilai transaksi
dari barang bersangkutan adalah sebesar Rp 12.500.000,00 (dua belas juta
lima ratus ribu rupiah) sehingga bea masuk yang seharusnya dibayar adalah
sebesar Rp 1.250.000,00 (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) sehingga
importir kurang membayar bea masuk sebesar Rp 250.000,00 (dua ratus lima
94
Teknik Kepabeanan
puluh ribu rupiah) atau sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari bea masuk
yang telah dibayar atau Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
dibagi Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). Berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam Pasal 16 ayat (4) Undang-Undang Kepabeanan , atas kesalahan
memberitahukan nilai pabean yang mengakibatkan kekurangan pembayaran
bea masuk importir dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit
100% (seratus persen) dari bea masuk yang kurang dibayar dan paling banyak
1000% (seribu persen) dari bea masuk yang kurang dibayar. Dalam kasus di
atas kekurangan pembayaran bea masuk adalah sebesar 25% (dua puluh lima
persen) dari bea masuk yang telah dibayar sehingga sanksi administrasi
berupa denda yang dikenai terhadap importir adalah l00% (seratus persen)
dari kekurangan pembayaran bea masuk yaitu sebesar Rp 250.000,00 (dua
ratus lima puluh ribu rupiah).
Besarnya denda yang dinyatakan dalam persentase minimum sampai dengan
maksimum dari bea masuk yang seharusnya dibayar berlaku untuk Pasal 25
ayat (4) dan Pasal 26 ayat (4) Undang-Undang Kepabeanan daan ditetapkan
secara berjenjang berdasarkan perbandingan antara bea masuk atas fasilitas
yang disalahgunakan dengan total bea masuk yang mendapat fasilitas dengan
ketentuan apabila kekurangan pembayaran bea masuk :
-
sampai dengan 20% (dua puluh persen), dikenai denda sebesar 100%
(seratus persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar;
diatas 20% (dua puluh persen) sampai dengan 40% (empat puluh persen),
dikenai denda sebesar 200% (dua ratus persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar;
diatas 40% (empat puluh persen) sampai dengan 60% (enam puluh
persen), dikenai denda sebesar 300% (tiga ratus persen) dari bea masuk
yang seharusnya dibayar;
diatas 60% (enam puluh persen) sampai dengan 80% (delapan puluh
persen), dikenai denda sebesar 400% (empat ratus persen) dari bea
masuk yang seharusnya dibayar; atau
diatas 80% (delapan puluh persen) sampai dengan 100% (seratus persen),
dikenai denda sebesar 500% (lima ratus persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar.
95
Teknik Kepabeanan
Contoh :
Dalam pemberitahuan pabean atas impor barang, importir mengimpor 15 (lima
belas) unit barang Z dengan harga CIF USD 20,00 per unit. Terhadap barang
Z tersebut dikenai bea masuk sebesar 15% (lima belas persen). Importir
mengajukan
permohonan
keringanan
bea
masuk
dan
mendapatkan
keringanan bea masuk sehingga tarif akhir menjadi 5% (lima persen). Dari
hasil penelitian Pejabat Bea dan Cukai ternyata importir memperjualbelikan 5
(lima) unit barang Z tersebut. Pada saat importasi, nilai dasar perhitungan
bea masuk (NDPBM) USD 1,00 = Rp 10.000,00. Adapun perhitungan sanksi
administrasi berupa denda adalah sebagai berikut :
Impor 15 unit @ CIF USD 20,00 = CIF USD 300,00 NDPBM USD 1,00 = Rp
10.000,00
Nilai pabean = 15 x USD 20,00 x Rp 10.000,00 = Rp 3.000.000,00
BM tanpa fasilitas = 15% x Rp 3.000.000,00 = Rp 450.000,00
BM mendapat fasilitas keringanan menjadi 5% =
5% x Rp 3.000.000,00 = Rp 150.000,00
Total BM yg mendapat fasilitas keringanan BM =
Rp 450.000,00 Rp 150.000,00 = Rp 300.000,00
300.000
Perhitungan denda :
PID berada pada kisaran di atas 20% s.d. 40% sehingga dikenai denda
sebesar 200% dari BMSDB.
Denda = 200% x BMSDB = 200% x Rp 100.000,00 = Rp 200.000,00
96
Teknik Kepabeanan
Jadi importir dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
Rp 200.000,00. (dua ratus ribu rupiah)
1.2. Latihan 1
penumpang.
97
Teknik Kepabeanan
9. Barang impor belum diajukan dokumen PIB pihak importir mendapat fax
dari pemasok agar barang di kembalikan karena salah spesifikasi barang.
Jelaskan tatalaksana re-ekspor barang dimaksud.
10. Apa yang dimaksud dengan pelayanan segera (rush handling). Jelaskan
jenis-jenis barang impor yang dapat diberikan kemudahan Pelayanan
Segera.
11. Apa yang dimaksud dengan vooruitslag. Jelaskan alasan-alasan yang
dapat diberikan atas kemudahan pengeluaran barang impor terlebih
dahulu dengan penangguhan pembayaran Bea Masuk (voouitslag).
12. Apa yang dimaksud dengan prenotification. Dalam hal apa prenotification
diperlukan.
Jelaskan
kewajibankewajiban
bagi
Importir
yang
98
Teknik Kepabeanan
berdasarkan dokumen pelengkap pabean dan menghitung sendiri Bea
Masuk, Cukai, dan PDRI yang harus dibayar.
5. Pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI dapat dilakukan di Bank
Devisa Persepsi atau Kantor Pabean, dengan cara pembayaran
biasa
Pemberitahuan
Penggunaan
PIBK antara lain pada impor barang pindahan dan barang kiriman melalui
perusahaan jasa titipan.
8. Untuk kepentingan pembangunan dan peningkatan industri, atas impor
yang akan digunakan sementara waktu di Indonesia dan kemudian akan
diekspor kembali diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea
masuk.
9. Dalam kondisi dan persyaratan tertentu atas barang impor yang diekspor
kembali ke luar negeri tidak dipungut bea masuk dan PDRI.
10. Jalur MITA adalah fasilitas yang diberikan kepada importir yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk mendapatkan pelayanan
khusus, sehingga penyelesaian importasinya dapat dilakukan dengan
lebih sederhana dan cepat.
11. Salah satu kemudahan yang diberikan pada Importir Jalur MITA adalah
tidak dilakukan penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang
sebagaimana dilakukan terhadap Jalur Merah dan Jalur Hijau.
12. Pemberitahuan
Pendahuluan
(Pre-Notification)
adalah
kemudahan
99
Teknik Kepabeanan
14. Cara pemungutan Bea Masuk didasarkan pada tarif spesifik dan tarif
advalorum. Berdasarkan tarif spesifik Bea Masuk didasarkan pada tariff
per satuan atau takaran tertentu.
besarnya Bea
100
Teknik Kepabeanan
1.4. Test formatif 1
Pilih dan berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada
jawaban yang paling tepat!
1.
2.
a.
Importir.
b.
Pengangkut
c.
Pengirim barang.
d.
b.
Gudang importir.
c.
d.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
5.
a.
b.
c.
d.
Respon Bank Devisa dalam sistem PDE mengenai pembayaran bea masuk dan
PDRI adalah:
a.
Customs respond.
101
Teknik Kepabeanan
6.
b.
Bank Respond.
c.
Credit Advice.
d.
SSPCP.
Barang impor yang telah mendapatkan SPPB dan sudah keluar dari
Kawasan Pabean dapat ditegah oleh Bea dan Cukai dalam hal:
7.
a.
b.
c.
Ada NHI.
d.
Permintaan Irjen.
8.
a.
b.
c.
d.
9.
10.
a.
b.
c.
d.
Bea Masuk.
b.
c.
d.
b.
c.
102
Teknik Kepabeanan
d.
11.
12.
13.
14.
b.
c.
d.
BC 1.2
b.
BC 2.0
c.
BC 2.3
d.
BC 3.0
BC 2.0
b.
BC 2.1
c.
BC 3.0
d.
BC 3.1
15.
a.
BC 2.3
b.
BC 2.5
c.
BC 2.4
d.
BC 4.0
16.
a.
BC 1.3
b.
BC 3.0
c.
BC 2.3
d.
BC 3.2
Importir
b.
PPJK
103
Teknik Kepabeanan
17.
c.
Pengusaha TPS
d.
18.
a.
BC 1.0
b.
BC 1.1
c.
BC 1.2
d.
BC 1.3
19.
a.
General cargo
b.
Electronic goods
c.
Sundry goods
d.
20.
a.
b.
c.
d.
21.
a.
20 April 2009
b.
30 April 2009
c.
20 Mei 2009
d.
31 Mei 2009
104
Teknik Kepabeanan
b.
22.
c.
d.
23.
a.
b.
c.
d.
b.
c.
Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Kuning, Jalur Prioritas, Jalur MITA.
d.
Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Biru, Jalur Kuning, Jalur Prioritas,
Jalur MITA.
24.
25.
a.
Jalur hijau
b.
Jalur kuning
c.
Jalur merah
d.
Jalur prioritas
Importir
b.
PPJK
c.
Pengusaha TPS
d.
105
Teknik Kepabeanan
1.5. Umpan balik dan tindak lanjut
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul
ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
TP =
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 %
s.d
100 %
Amat Baik
81 %
s.d.
90,00 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
106
Teknik Kepabeanan
2. Kegiatan Belajar (KB) 2
A. PROSEDUR EKSPOR
Dalam materi ini dibahas mengenai tatalaksana penyelesaian kewajiban
pabean dibidang ekspor, meliputi dokumen pemberitahuan ekspor, pemeriksaan
ekspor dan pungutan ekspor.
1) Pengertian ekspor
54
Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara diatasnya , serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
kontinen yang didalmnya berlaku undang-undang ini.
55
UU No. 10 tahun 1995 tentanag Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17
tahun 2006.
107
Teknik Kepabeanan
Secara harfiah barang dikatakan telah diekspor jika barang tersebut
telah diangkut keluar melalui batas daerah pabean untuk dibawa ke luar
daerah pabean. Jadi secara nyata , ekspor terjadi pada saat barang ekspor
melintasi daerah pabean, namun mengingat dari segi pelayanan dan
pengamanan tidak mungkin menempatkan pejabat bea dan cukai di
sepanjang garis perbatsan untuk memberikan pelayanan dan melakukan
pengawasan barang ekspor. Maka timbulah anggapan didalam hukum (fiksi)
dimana dinyatakan bahwa barang yang telah dimuat di sarana pengangkut
untuk dikeluarkan dari daerah pabean dianggap telah diekspor dan
diperlakukan sebagai barang ekspor (pasal 2 ayat 2 UU Kepabeanan).
Barang dimaksud bukan merupakan barang ekspor dalam hal dapat
dibuktikan bahwa barang tersebut ditujukan untuk dibongkar di suatu tempat
dalam daerah pabean (pasal 2 ayat 3 UU Kepabeanan).
Yang dimaksud dengan sarana pengangkut disini adalah setiap
kendaraan, peawat udara, kapal laut, atau sarana lain yang digunakan untuk
mengangkut barang ekspor. Sedangkan yang dimaksud dimuat yaitu
dimasukkannya barang ke dalam sarana pengangkut dan telah diajukan
pemberitahuan pabean termasuk dipenuhinya bea keluar.
Jadi walaupun barang tersebut telah dimuat di sarana pengangkut
yang akan berangkat ke luar daerah pabean, jika dapat dibuktikan barang
tersebut akan dibongkar
i.
dikuasakan
kepada
Pengusaha
Pengurusan
jasa
56
Pemberitahuan Pabean Ekspor adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka
melaksanakan Kewajiban Pabean Ekspor dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Kepabeanan.
108
Teknik Kepabeanan
Kepabeanan (PPJK),
Kantor Pabean;
Data Elektronik adalah informasi atau rangkaian informasi yang disusun dan/atau dihimpun
untuk kegunaan khusus yang diterima, direkam, dikirim, disimpan, diproses, diambil kembali, atau
diproduksi secara elektronik dengan menggunakan komputer atau perangkat pengolah data
elektronik, optikal atau cara lain yang sejenis.
109
Teknik Kepabeanan
- penyebutan uraian jenis barang ekspor yang ada padanan katanya
dalam Bahasa Indonesia, tetapi perlu menyebutkan istilah teknis dalam
Bahasa Inggris terkait dengan istilah yang dikenal secara internasional.
Bentuk, isi, dan petunjuk pengisian Pemberitahuan Ekspor Barang
sebagaimana terlampir didalam modul ini .
PEB tidak wajib atas ekspor :
Barang pribadi penumpang ;
Barang awak sarana pengangkut;
Barang pelintas batas;
Barang kiriman melalui PT Pos Indonesia dengan berat tidak melebihi
100 (seratus) kilogram.
Dalam hal ekspor barang melalaui PJT58, PJT dapat membertitahukan
dalam satu PEB untuk beberapa pengirim barang dengan ketentuan :
Harus berstatus sebagai PPJK;
Bertindak sebagai eksportir;
Wajib menyerahkan ke kantor pabean pemuatan lembar lanjutan PEB
yang telah dilengkapi dengan nomor pos tariff paling lama 7 (tujuh) hari
setelah PEB mendapat nomor dan tanggal pendaftaran.
PJT yang tidak menyerahkan lembar lanjutan PEB , maka atas PEB
berikutnya
tidak
dilayanai
sampai
dengan
PJT
menyelesaikan
kewajibannya.
Dalam hal pemberitahuan ekspor barang atas barang yang mendapat
fasilitas KITE atau berasal dari TPB yang diberitahukan oleh PJT dan
dikuasakan kepada PJT, maka ekspor tersebut tidak diperlakukan sebagai
barang ekspor yang mendapat KITE atau berasal dari TPB.
Atas ekspor barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya,
Eksportir wajib mencantumkan nomor dan tanggal dokumen pelindung
pengangkutan dari pabrik atau tempat penyimpanan ke pelabuhan
pemuatan (CK-8) pada PEB.
Eksportir menyampaikan PEB ke kantor pabean pemuatan paling
cepat 7 (tujuh) hari sebelum tanggal perkiraan ekspor dan paling lambat
58
Perusahaan Jasa Titipan yang selanjutnya disingkat PJT adalah perusahaan yang memperoleh
izin usaha jasa titipan dari instnasi yang berwenang serta memperoleh persetujuan untuk
melaksanakan kegiatan kepabeanan dari Kepala Kantor Pabean.
110
Teknik Kepabeanan
sebelum dimasukkan ke Kawasan pabean. PEB atas barang curah yang
dimuat ke sarana pengangkut, dapat disampaikan oleh eksportir ke kantor
pabean pemuatan sebelum keberangkatan sarana pengangkut. PEB atas
ekspor tenaga listrik, barang cair atau gas melalui transmisi atau saluran
pipa disampaikan oleh eksportir ke kantor pabean pemuatan secara
periodik, paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pemeriksaan jumlah
pengiriman barang ekspor pada alat ukur yang ditetapkan di daerah
pabean.
PEB disampaikan dalam bentuk data elektronik atau dalam bentuk
tulisan diatas formulir. Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system
pelayanan kepabeanannya menggunakan system PDE59 kepabeanan,
eksportir
menyampaikan
PEB
dengan
menggunakan
sistem
PDE
kepabeanan.
Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system pelayanan
kepabeannya tidak menggunakan system PDE kepabeanan, eksportir
menyampaikan PEB dengan menggunakan Media Penyimpanan Data
Elektronik60 atau tulisan diatas formulir.
PEB atas barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE61, disampaikan
oleh eksportir ke kantor pabean pemuatan dengan menggunakan system
PDE kepabeanan atau media penyimpan data elektronik.
PEB atas Barang Ekspor Khusus meliputi :
-
Barang kiriman;
Barang pindahan;
59
Pertukaran Data Elektronik yang selanjutnya disingkat dengan PDE adalah pertukaran data
elektronik melalaui komunikasi antar aplikasi danantar organisasi yang terintregasi dengan
menggunakan perangkat system komunikasi data.
60
Media Penyimpan data Elektronik adalah media yang dapat menyimpan data elektronik seperti
disket, compact disc, flash disk, dan sejenisnya.
61
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor yang selanjutnya disingkat KITE adalah pemberian
pembebasan dan/atau pengembalian bea masukdan/atau cukai serta Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut atas impor barang dan/atau bahan untuk
diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
111
Teknik Kepabeanan
-
tidak dapat
ii.
terdiri dari satu lembar pemberitahuan dan dibuat dalam satu rangkap
untuk Kantor Pabean.
Pemberitahuan Pembawaan Uang Tunai huruf b harus diisi secara
62
Uang Tunai adalah uang kertas maupun uang logam, baik berupa uang rupiah maupun mata
uang asing yang dikeluarkan oleh suatu otoritas tertentu yang berlaku sebagai alat pembayaran
yang sah.
112
Teknik Kepabeanan
3) Pembayaran Pungutan Negara Bukan Pajak dan Bea Keluar.
dengan karakteristik
tertentu64
eksportir
dapat
melakukan
pembayaran bea keluar paling lam 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
keberangkatan sarana pengangkut. Tatacara pengenaan dan pembayaran
bea keluar akan disampaikan di bagian lain dari modul ini.
4) Pemeriksaan Pabean.
i.
Penelitian dokumen .
Terhadap barang ekspor yang diberitahukan dalam PEB dilakukan
penelitian dokumen setelah PEB disampaikan, sebagai berikut :
63
Bea Keluar adalah pungutan Negara berdasarkan Undang-undang Kepabeanan yang dikenakan
terhadap b arang ekspor.
64
Barang ekspor dengan karakterisitik tertentu adalah barang ekspor yang jumlah dan/atau
spesifikasinya baru dapat diketahui setelah sampai di Negara tujuan ekspor.
65
Sistem Komputer Pelayanan adalah system computer yang digunakan oleh Kantor Pabean
dalam rangka pengawasan dan pelayanan kepabeanan.
113
Teknik Kepabeanan
-
114
Teknik Kepabeanan
Pejabat bea dan cukai yang menangani penelitian barang larangan
dan
pembatasan
terhadap
kelengkapan
dokumen
yang
Dokumen
tercantum
dalam
NPPD
wajib
diserahkanoleh
66
115
Teknik Kepabeanan
116
Teknik Kepabeanan
Dalam hal perhitungan Bea Keluar kedapatan tidak benar dan terhadap
barang ekspor dilakukan pemeriksaan fisik, maka Pejabat Pemeriksa
Dokumen Ekspor melakukan penetapan perhitungan Bea Keluar dengan
menerbitkan SPPBK dalam waktu :
-
Paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PEB, dalam
hal hasil pemeriksaan fisik menunjukkan jumlah dan/atu jenis barang
sesuai; atau
ii.
70
Eksportir Tertentu ditetapkan oleh Direktur Penindakan dan Penyidikan . Dipersamakan dengan
itu adalah eksportir yang berstatus sebagai importir jalur prioritas. Penetapan eksportir tertentu
dengan memperhatikan reputasi eksportir yang meliputi :
a. Tidak pernah melanggar ketentuan kepabeanan dan cukai yang dikenai sanksi admisntrasi
dalam kurun 1 (satu) tahun terakhir;
b. Tidak mempunyai tunggakan hutang bea masuk, bea keluar, cukai dan pajak;
c. Telah menyelenggarakan pembukuan berdasarkan rekomendasi Direktur Audit; dan/atau
d. Telah memperoleh rekomendasi dari Direktorat Jenderal Pajak sebagai wajib pajak yang
patuh.
117
Teknik Kepabeanan
Pemeriksaan fisik atas barang ekspor dapat dilaksanakan di :
-
Dalam hal
118
Teknik Kepabeanan
Dalam hal hasil pemeriksaan fisik barang kedapatan jumlah dan/atau jenis
barang tidak sesuai, maka terhadap :
i. Barang ekspor yang akan diimpor kembali , Pejabat Pemeriksa
Dokumen menerbitkan Nota Pembetulan. NPE akan diterbitkan oleh
Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor setelah dilakukan pembetulan
PEB ;
ii. Barang ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diekspor
kembali, Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor menerbitkan Nota
Pembetulan dan menyerahkan dokumen ekspor yang didalamnya
sudah dicantumkan
Pembetulan
kepada
bea
dan
cukai
yang
menangani
sudah
119
Teknik Kepabeanan
diterbitkan oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor setelah dipenuhi
kewajiban pabean dan ketentuan sanksi admisnistrasi sepanjang tidak
terbukti adanya indikasi tindak pidana ;
Untuk mendapatkan keakuratan identifikasi barang ekspor, Pejabat
Pemeriksa
Dokumen
dapat
memerintahkan
untuk
dilakukan
uji
i.
barang
ekspor
dapat
dilakukan
konsolidasi,
yaitu
memberitahukan
71
120
Teknik Kepabeanan
Pihak
yang
memberitahukan
melakukan
konsolidasi
barang
ekspor
wajib
pengawasan
stuffing
oleh
Petugas
pengawasan
Stuffing
berdasarkan PKBE .
ii.
72
121
Teknik Kepabeanan
Atas permintaan pembeli di luar negeri yang dibuktikan dengan adanya
perjanjian jual beli antara pembeli di luar negeri dengan perusahaan
penerima73 dan perusahaan pengirim barang 74; dan
Barang ekspor yang digabungkan dengan tidak menjadi satu kesatuan
unit75.
Perusahaan pengirim barang wajib memberitahukan barang yang
akan diserahkannya kepada perusahaan penerima barang
76
menggunakan SSTB
dengan
73
Perusahaan Penerima Barang adalah perusahaan di dalam negeri yang mendapat fasilitas KITE
yang menerima barang hasil produksi perusahaan pengirim barang barang untuk digabung
menjadi barang ekspor.
74
Perusahaan Pengirim Barang adalah perusahaan didalam negeri yang mengirim barang hasil
produksinya ke perusahaan penerima barang untuk digabung menjadi Barang Ekspor Gabungan.
75
Tidak menjadi satu kesatuan unit adalah yaitu barang yang digabung menjadi satu kesatuan
yang utuh tetapi masing-masing barang masih dapat dipisahkan, antara lain lampu senter yang
berisikan batu baterai dan pupuk yang dikemas dalam karung.
76
Surat Serah Terima Barang yang selanjutnya disingkat SSTB adalah bukti telah diserahkan dan
diterimanya suatu barang antara perusahaan pengirim barang dan perusahaan penerima barang
yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan diketahui oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen
Ekspor di kantor pabean terdekat.
77
Barang Ekspor Gabungan adalah barang ekspor dengan mendapat fasilitas KITE yang digabung
tidak menjadi satu kesatuan unit dengan barang lain yang mendapat atau tidak mendapat fasilitas
KITE.
122
Teknik Kepabeanan
jumlah dan jenis satuan barang, nomor HS, nilai FOB, nomor dan
tanggal SSTB.
Berdasarkan PEB dimaksud , kantor pabean pemuatan menerbitkan
LPE untuk masing-masing perusahaan yang mendapat fasilitas KITE yang
hasil produksinya digabungkan untuk diekspor sebagai Barang Ekspor
Gabungan.
6) Ekspor Bahan Baku Asal Impor Yang Mendapat Fasilitas KITE
Ekspor bahan baku asal impor yang mendapat fasilitas KITE tanpa
melalui proses pengolahan, dapat dilakukan setelah Eksportir mendapatkan
persetujuan dari Kepala kantor pabean pemuatan dan dilaksanakan dengan
menggunakan PEB dan diterbitkan LPE. Barang Ekspor dimaksud tidak
diperlakukan sebagai barang yang mendapat fasilitas KITE dan tidak
diterbitkan LPE.
Persetujuan dapat diperoleh Eksportir dengan mengajukan permohonan yang
memuat alasan dilakukannya ekspor dan disertai keterangan mengenai :
a.
b.
c.
Jumlah dan jenis barang serta nomor pos tariff barang yang diekspor.
Permohonan harus dilampiri dengan dokumen impor berupa copy PIB
123
Teknik Kepabeanan
7) Pemasukan Barang Ekspor Ke Kawasan Pabean Di Pelabuhan Muat .
NPE ;
NPE ;
catatan persetujuan muat oleh kepala kantor pabean pemuatan, dalam hal
barang ekspor merupakan barang curah dan PEB belum disampaikan ke
kantor pabean.
124
Teknik Kepabeanan
NPE, PKBE atau permohonan pemuatan barang ekspor curah yang
telah diberikan catatan persetujuan muat oleh kepala kantor pabean
pemuatan disampaikan eksportir kepada pengangkut sebagai pemberitahuan
bahwa pemuatan barang ekspor ke atas sarana pengangkut telah mendapat
persetujuan
pabean.
Pemuatan barang ekspor ke sarana pengangkut dilakukan di Kawasan
Pabean, atau dalam keadaan tertentu dapat dilakukan ditempat lain atas
persetujuan kepala kantor pabean pemuatan. Persetujuan dimaksud dapat
ditangguhkan pelaksanaannya dalam hal barang ekspor terkena NHI.
Terhadap PEB yang telah disampaikan ke kantor pabean pemuatan
dilakukan rekonsiliasi dengan outward manifest yang telah didaftarkan di
kantor pabean pemuatan dan dilakukan dengan mencocokkan beberapa
elemen data, yaitu :
Nomor dan jumlah peti kemas atau kemasan dalam hal menggunakan
peti kemas atau kemasan .
Dalam hal PEB dengan fasilitas KITE, kegiatan rekonsiliasi dimaksud
dan
125
Teknik Kepabeanan
9) Pembatalan Ekspor dan Pembetulan Data PEB
i. Pembatalan Ekspor
Barang
yang
telah
diberitahukan
untuk
diekspor
dan
telah
barang
yang
dibatalkan
ekspornya
tidak
dilakukan
Kesalahan
penerapan
aturan
berupa
ketidak
tahuan
adanya
perubahan peraturan.
Pembetulan data PEB diberitahukan oleh eksportir ke kantor pabean
pemuatan dengan menggunakan Pemberitahuan Pembetulan PEB (PPPEB) dan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari kepala kantor
pabean pemuatan atau Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor. Terhadap
barang ekspor yang dilakukan pembetulan data PEB tidak dilakukan
126
Teknik Kepabeanan
pemeriksaan fisik, kecuali atas barang ekspor tersebut diterbitkan NHI.
Dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik dan kedapatan jumalh dan/atau jenis
barang :
Pembetulan data PEB mengenai jenis barang, nomor peti kemas, jenis
valuta dan / atau nilai FOB barang dapat dilayani sebelum barang masuk
ke Kawasan Pabean, kecuali dalam hal :
-
Barang Ekspor dengan karakteristik tertentu adalah barang ekspor yang jumlah dan/atau
spesifikasinya baru dapat diketahui setelah barang sampai di Negara tujuan.
127
Teknik Kepabeanan
voyage/flight, tanggal perkiraan ekspor, short shipment), dapat dilayani
paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak PEB mendapat nomor
pendaftaran.
Terhadap kesalahan data PEB mengenai jenis/kategori ekspor79 , jenis
fasilitas yang diminta, dan/atau kantor pabean pemuatan, tidak dapat
dilakukan pembetulan data PEB. Atas kesalahan tersebut dapat dilakukan
pembatalan PEB sepanjang barang ekspor belum dimuat di sarana
pengangkut, dengan persetujuan kepala kantor pabean berdasarkan
permohonan pembatalan PEB yang diajukan oleh eksportir.
Terhadap
79
128
Teknik Kepabeanan
seluruh peti kemas atau kemasan barang sehingga perlu dilakukan
penggantian atas seluruh peti kemas atau kemasan barang, maka :
- dilakukan pembatalan PEB dan harus diberitahukan kepada Pejabat
Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pemuatan;
- terhadap barang ekspor yang bersangkutan harus dilakukan
pemeriksaan
fisik
terlebih
dahulu
sebelum
barang
ekspor
ii.
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang Ekspor (SPPBE) adalah surat persetujuan pengeluaran
barang ekspor ekspor dari Kawasan Pabean pelabuhan muat ke daerah pabean. SPPBE dicetak
sesuai peruntukkannya masing-masing bagi eksportir, pengusaha TPS dan kantor pabean
pemuatan.
129
Teknik Kepabeanan
elemen data kecuali identitas pihak yang melakukan konsolidasi dan kode
kantor pabean pemuatan. Terhadap kesalahan data mengenai identitas
pihak yang melakukan konslidasi dan
Adanya
keputusan
pengusaha
TPS
yang
mengakibatkan
PKBE
dapat
disampaikan
dengan
sitem
PDE
11) Barang
Yang
Pengangkut
Akan
Laut
Diekspor
Dan/Atau
Yang
Udara
Diangkut
Dalam
Dengan
Negeri
Yang
Sarana
Bukan
81
Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda
angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak pengangkutan yang menggunakan dokumen
angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh operator angkutan multimoda ke
suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang tersebut.
130
Teknik Kepabeanan
diperiksa fisik dilakukan penyegelan oleh kantor pabean pemuatan atau
Kantor Pabean Pemeriksaan di Pelabuhan Muat.
Kepala
kantor
pabean
pemuatan
di
pelabuhan
muat
asal
i. Penerbitan LPE
Terhadap barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE diterbitkan
LPE oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pabean pemuatan.
LPE diterbitkan setelah elemen data yang dicocokkan pada proses
rekonsiliasi kedapatan sesuai. Dalam hal terdapat sebagain elemen data
yang dicocokkan pada proses rekonsiliasi dimaksud kedapatan tidak
sesuai, LPE diterbitkan setelah Eksportir menyerahkan dokumen :
-
82
Laporan Pemeriksaan Ekspor yang selanjutnya disingkat LPE adalah laporan hasil pemeriksaan
pabean barang ekspor dengan fasilitas KITE yang diterbitkan oleh kantor pabean pemuatan setelah
dilakukan rekonsiliasi. LPE dicetak sesuai peruntukannya sebagai berikut :
a. Satu lembar untuk eksportir;
b. Satu lembar untuk kantor pabean pemuatan.
131
Teknik Kepabeanan
132
Teknik Kepabeanan
-
Patroli.
Atas kegiatan dimaksud , pejabat yang bertanggung jawab di bidang
mengatur
133
Teknik Kepabeanan
B. BEA KELUAR
1) Pengenaan dan Perhitungan Bea Keluar.
i. Pengenaan Bea Keluar83
Dasar hukum pengenaan Bea Keluar adalah pasal
2 A Undang-
dengan
Undang-undang
No.
17
Tahun
2006.
Ketentuan
barang
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Tarif Bea Keluar ditetapkan paling tinggi :
a) 60 % dari Harga Ekspor, dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan
berdasarkan persentase dari Harga Ekspor (advalorum)
b) Nominal tertentu yang besarnya equivalent dengan 60 % (enam puluh
persen) sebagaimana dimaksud pada hurufa diatas, dalam hal Tarif
Bea Keluar ditetapkan secara spesifik .
Tarif Bea Keluar ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah
mendapat
pertimbangan
tanggungjawabnya
lembaga
dan/usul
menteri
yang
tugas
dan
pemerintah non
departemen/kepala
badan
tehnis
terkait.
Bea Keluar adalah pungutan Negara berdasarkan undang-undang mengenai kepabeanan yang
dikenakan terhadap bea keluar.
134
Teknik Kepabeanan
Menteri Keuangan sesuai harga patokan ekspor yang ditetapkan secara
periodik oleh Pejabat Negara tersebut . Dalam hal Harga Ekspor untuk
periode berikutnya belum ditetapkan oleh Menteri Keuangan, berlaku
ketentuan Harga Ekspor periode sebelumnya.
Eksportir bertanggung jawab terhadap atas Bea Keluar, yang dihitung
berdasarkan Tarif Bea Keluar dan/atau Harga Ekspor yang berlaku pada
tanggal pemberitahuan pabean Ekspor disampaikan ke Kantor Pabean.
Bea Keluar harus dibayar dalam mata uang rupiah. Nilai tukar yang
digunakan untuk perhitungan dan pembayaran Bea Keluar adalah nilai
tukar mata uang yangberlaku pada saat pembayaran.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 223/PMK.011/2008
tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif
Bea Keluar , Barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar adalah barang
ekspor berupa Rotan, Kulit, Kayu, Kelapa Sawit, CPO dan produk
turunannya.
Khusus terhadap penetapan dan pengenaan tarif Bea Keluar
terhadap barang ekspor berupa Kepala Sawit, CPO
dan produk
terdapat pada
Peraturan Menteri
84
Harga Referensi adalah harga rata-rata internasional yang berpedoman pada harga rata-rata CPO
CIF Rotterdam untuk penetapan tariff Bea Keluar terhadap barang ekspor berupa Kelapa Sawit,
CPO , dan produk turunannya
135
Teknik Kepabeanan
136
Teknik Kepabeanan
137
Teknik Kepabeanan
138
Teknik Kepabeanan
f.
Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 901 per ton
sampai dengan USD 950 per ton , tarif
Bea Keluar
Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 1,051 per
ton
Bea Keluar
Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 1,101 per
ton
Bea Keluar
Bea Keluar
Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 1,201 per
ton
Bea Keluar
139
Teknik Kepabeanan
140
Teknik Kepabeanan
141
Teknik Kepabeanan
142
Teknik Kepabeanan
ii. Perhitungan Bea Keluar
Tarif
Tarif Bea Keluar X Harga Ekspor X Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar
Mata Uang86
Dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan secara spesifik, Bea Keluar
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
Bea Keluar (spesifik) :
Tarif Bea Keluar Per Satuan Barang Dalam Satuan Mata Uang Tertentu
x Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang.
Tarif Bea Keluar dan Harga Ekspor yang digunakan untuk
penghitungan Bea Keluar adalah Tarif Bea Keluar dan Harga Ekspor yang
berlaku pada tanggal pemberitahuan pabean ekspor didaftarkan di Kantor
Pabean.
85
Harga Ekspor adalah harga yang digunakan untuk penghitungan Bea Keluar yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
86
Nilai Tukar Mata Uang adalah harga mata uang rupiah terhadap mata uang asing untuk
penghitungan dan pembayaran Bea Keluar yang ditetapkan oleh Menteri.
87
Barang Ekspor Dengan Karakteristik Tertentu adalah barang ekspor yang jumlah dan/atau
spesifikasinya baru dapat diketahui setelah sampai di Negara tujuan.
143
Teknik Kepabeanan
iii. Pengecualian Atas Pengenaan Bea Keluar
Barang ekspor berikut ini dikecualikan dari pengenaan Bea Keluar
sebagai berikut :
barang perwakilan Negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan azas timbale balik;
a) barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain
semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi
alam;
b) barang
untuk
keperluan
penelitian
dan
pengembangan
ilmu
pengetahuan;
c) barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan;
d) barang pindahan;
e) barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas,
dan barang kiriman sampai batas nilai pabean ekspor dan/jumlah
tertentu , apabila Nilai Pabean Ekspor88 tidak melebihi
Rp.
Barang pelintas Batas untuk tiap oaring untuk jangka waktu 1 (satu)
bulan.
Barang Pribadi Penumpang, Awak Sarana pengangkut, Pelintas
Batas dan Barang Kiriman dengan Nilai Pabean Ekspor melebihi batas
88
Nilai Pabean Ekspor adalah nilai barang ekspor yang dihitung berdasarkan rumus : Harga
Ekspor x Nilai Tukar Mata Uang x Jumalh Satuan Barang.
144
Teknik Kepabeanan
pengecualian pengenaan Bea Keluar , atas kelebihan Nilai Pabean Ekspor
tersebut dipungut Bea Keluar.
iv.
dalam
Lampiran
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
214/PMK.04/2008 .
Dalam hal terjadi kesalahan data pemberitahuan pabean ekspor yang
telah didaftarkan, Eksportir dapat melakukan pembetulan terhadap
kesalahan data tersebut setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor
Pabeanatau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk.
Pembetulan
89
Perkiraan Ekspor untuk barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar, hanya
dapat dilakukan dalam hal barang ekspor tersebut telah dimasukkan ke
kawasan pabean. Pemasukan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar
ke kawasan pabean harus dilakukan paling lambat pada Tanggal Perkiraan
Ekspor . Pengajuan pembetulan terhadap Tanggal Perkiraan Ekspor hanya
dapat dilayani dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal pemberitahuan pabean ekspor didaftarkan ke Kantor Pabean.
Pembetulan terhadap Tanggal Perkiraan Ekspor untuk barang ekspor
yang dikenakan Bea Keluar yang ditimbun ditempat atau dimuat di tempat
lain selain di kawasan pabean , hanya dapat dilakukan dalam hal Tanggal
Perkiraan Ekspor yang diajukan pembetulan tidak melampui Tanggal
Perkiraan Ekspor yang dibetulkan.
89
Tanggal Perkiraan Ekspor adalah tanggal perkiraan keberangkatan sarana pengangkut yang akan
menunju keluar daerah pabean sebagaimana diberitahukan dalam pemberitahuan pabean ekspor.
145
Teknik Kepabeanan
Eksportir wajib mengajukan pembatalan pemberitahuan pabean ekspor
dalam hal :
-
ditemukan
dan
pengurusan
pemberitahuan
pabean
ekspor
dikuasakan kepada PPJK, tanggung jawab atas Bea Keluar beralih kepada
PPJK.
Bea Keluar harus dibayar paling lambat pada saat pemberitahuan
pabean ekspor didaftarkan ke Kantor Pabean. Batas waktu pembayaran
Bea Keluar dapat dikecualikan untuk Barang Ekspor dengan Karasteristik
Tertentu, yang dapat dilakukan paling lama 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal keberangkatan sarana pengangkut .
Pemberitahuan pabean ekspor Barang Eksppr Dengan Karasteristik
Tertentu yang dikenakan bea keluar disampaikan dengan menyerahkan
jaminan
sebesar
perkiraan
Bea
Keluar
yang
tercantum
dalam
146
Teknik Kepabeanan
vi. Penetapan dan Penetapan Kembali Perhitungan Bea Keluar
Pejabat Bea dan Cukai dapat menetapkan kembali perhitungan Bea
Keluar dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pemberitahuan
pabean ekspor mendapatkan nomor pendaftaran. Dalam hal dilakukan
penetapan kembali dimaksud, Nilai Tukar Mata Uang yang digunakan
adalah nilai tukar yangberlaku pada saat pembayaran Bea Keluar untuk
penyampaian pemberitahuan pabean ekspor.
Dalam
kekurangan
hak
hasil
penetapan
dimaksud
menunjukkan
terjadi
Pemberitahuan; dan
perbedaan
perhitungan
Bea
Keluar
atas
Barang
Ekspor
Dengan
147
Teknik Kepabeanan
Nilai Tukar Mata Uang yang digunakan adalah Nilai Tukar Mata Uang
yang berlaku pada saat pembayaran Bea Keluar untuk penyampaian
pemberitahuan pabean ekspor.
Apabila pemberitahuan pabean ekspor tidak dapat diidentifikasi pada
saat penetapan kembali, maka Tarif Bea Keluar, Harga Ekspor dan Nilai
Tukar Mata Uang yang digunakan adalah :
Tanggal penetapan kembali , dalam hal dilakukan penelitian ulang ;
atau
Tanggal akhir periode audit, dalam hal dilakukan audit kepabeanan.
Penetapan kembali dituangkan didalam Surat Penetapan Kembali
Perhitungan Bea Keluar (SPKBK) sesuai format yang ditetapkan dan
berfungsi sebagai :
-
pemberiathuan; dan
dan/atau sanksi admistrasi berupa denda dalam jangka waktu paling lama
60 (enam puluh) hari sejak tanggal penetapan dan penetapan kembali serta
memberitahukan pelunasannya kepada Kepala Kntor Pabean atau Pejabat
Bea dan Cukai yang menangani penagihan di Kantor Pabean tempat
penyelesaian kewajiban pabean.
Dalam hal Eksportir tidak melunasi sampai dengan batas waktu
dimaksud, Eksportir dikenai bunga sebesar 2 % setiap bulan dari jumlah
yang terutang untuk paling lama 24 bulan dan bagian bulan dihitung 1
(satu) bulan sejak tanggal jatuh tempo pelunasan.
Setiap pelunasan kekeurangan pembayaran Bea Keluar dan/atau
saksi administrasi berupa denda atas penetapan kembali , Kepala Kantor
Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang menangani penagihan
menyampaikan laporan kepada pihak yang menerbitkan Surat Penetapan
Kembali Perhitungan Bea Keluar (SPKBK) pada hari kerja berikutnya.
148
Teknik Kepabeanan
Apabila sampai dengan batas waktu
surat
penyerahan
tagihan
kepada
Direktorat
jenderal
pengunduran
jangka
waktu
pembayaran
tagihan
kekurangan
berikut :
Eksportir mengalami kesulitan likuiditas namun mampu untuk melunasi
kekurangan pembayaran ; dan
Eksportir memiliki kredibilitas yang baik.
Penundaan diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan terhitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran tagihan. Atas
penundaan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua) persen per bulan, bagian
149
Teknik Kepabeanan
bulan dihitung satu bulan penuh, terhitung sejak tanggal jatuh tempo
pembayaran tagihan dengan perhitungan yang didasarkan pada :
-
mendapatkan penundaan,
Eksportir
harus
mengajukan
diwajibkan
untuk
membuat
laporan
keuangan
berdasarkan
dapat
150
Teknik Kepabeanan
Apabila dalam waktu tujuh 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkan
surat peringatan Eksportir belum melunasi kewajibannya, Kepala Kantor
Pabean datau pejabat Bea dan Cukai yang menangani penagihan
menerbitkan surat penyerahan tagihan kepada Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara untuk proses penyelesaian lebih lanjut.
berupa
denda dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak :
-
tanggal keberatan
mendapatkan
pengembalian
Bea
Keluar
Eksportir
Pabean
penyelesaian
tempat
kewajiban
penyelesaian
pabean.
kewajiban
Dikecualikan
pabean
dari
tempat
kewajiban
151
Teknik Kepabeanan
Permohonan pengembalian Bea Keluar dibuat dengan format
yang
dengan
akun
penerimaan
setoran
Bea
Keluar.
SPMKBK
152
Teknik Kepabeanan
jangka waktu pengembalian Bea Keluar dan/atau sanksi adminstrasi90 ,
secara langsung oleh Pejabat Bea dan Cukai. (Catatan: paling lama 30 har
sejak tanggal diterbitkanya SKPBK, tanggal keberatan dikabulkan atau
dianggap dikabulkan
Pengadilan Pajak).
2.2. Latihan 2
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
90
Berdasatkan pasal 29 ayat (3) , jangka waktu pengembalian paling lama 30 har sejak tanggal
diterbitkanya SKPBK, tanggal keberatan dikabulkan atau dianggap dikabulkan atau tanggal
diterimanya salinan penetapan Pengadilan Pajak .
153
Teknik Kepabeanan
2.3. Rangkuman
154
Teknik Kepabeanan
g) Pemeriksaan fisik barang dilakukan oleh Pemeriksa terhadap barang
ekspor yang akan diimpor kembali , barang diekspor kembali, barang
ekspor yang telah mendapat Persetujuan Ekspor yang terkena NHI.
Pemeriksaan fisik barang juga dapat dilakukan dalam hal barang yang
diekspor adalah barang ekspor yang terkena PE dan STBS yang nomor
dan tanggalnya tercantum dalam PEB belum diserahkan eksportir
kepada Pejabat dan barang yang
ekspornya dan izin dari instansi terkait yang tercantum dalam PEB
belum diserahkan eksportir kepada Pejabat;
h) Stuffing
barang
ekspor
konsolidasi
wajib
diawasi
oleh
Petugas
155
Teknik Kepabeanan
d. Test formatif 2
Pilih dan
pada
ekspor
yang
mendapat
fasilitas
KITE dg
skema
156
Teknik Kepabeanan
c. Dibatasi ekspornya.
d. Bebas diekspor.
6. Tujuan pengaturan barang yang diawasi ekspornya adalah:
a. Melindungi industri dalam negeri.
b. Menjaga mutu produk ekspor.
c. Menjaga ketersediaan stock nasional.
d. Melindungi flora dan fauna. dari kepunahan
7. Dalam hal
wajib diserahkan
sebelum atau
pada
saat
ekspor
8. Pemberitahuan oleh pihak pabean kepada eksportir bahwa barang ekspor
akan dilakukan pemeriksaan fisik adalah
a. Nota Pemberitahuan
b. PPB
c. SPJM
d. Instruksi Pemeriksaan
9. Salah satu kriteria pemeriksaan fisik terhadap barang yang akan diekspor
adalah:
a. Reputasi eksportir buruk.
b. Komoditi ekspor termasuk golongan high risk.
c. Komoditi ekspor termasuk barang lartas
d. Ada NHI.
10. Dalam hal pemeriksaan fisik barang ekspor akan dilakukan di gudang
eksportir, maka PEB wajib didaftarkan paling lambat:
157
Teknik Kepabeanan
a. Sebelum pemeriksaan fisik.
b. 12 jam sebelum pemeriksaan fisik
c. 24 jam sebelum pemeriksaan fisik.
d. 2 hari sebelum pemeriksaan fisik
11. Tingkat pemeriksaan fisik barang ekspor adalah sebesar
a. 10%, 30% dan 100%.
b. 10%, 50% dan 100%.
c. 10% dan 100%.
d. 100%.
12. Dalam hal pengajuan PEB dengan system disket, pemasukan barang
ekspor ke kawasan pabean dilakukan dengan menggunakan dokumen:
a. NPE.
b. PEB yang telah mendapat nomor pendaftaran.
c. SPBE.
d. SPPB.
13. Sarana pengangkut yang meninggalkan kawasan pabean pelabuhan
Makassar menuju pelabuhan Tg.Perak dengan muatan barang ekspor,
wajib memberitahukan barang ekspor yang diangkutnya dalam dokumen:
a. PEB.
b. PKBE.
c. Manifest.
d. DPBE.
14. Terhadap barang ekspor yang tidak jadi diekspor dan eksportir tidak
melaporkan pembatalan ekspor setelah melewati jangka waktu yang
ditentukan, maka:
a. Dikenai sanksi administrasi/denda.
b. Dilakukan pemblokiran
c. Dilakukan penyelidikan oleh unit P2.
d. Tidak dikenai sanksi karena tidak ada kerugian negara
15. Pengeluaran barang ekspor yang dibatalkan ekspornya dari kawasan
pabean menggunakan dokumen :
a. SPKBE.
b. PKBE.
c. PEB.
158
Teknik Kepabeanan
d. NPE.
16. Pembetulan PEB yang menyangkut jumlah, jenis dan harga barang dapat
dilayani:
a. Sebelum atau sesudah barang dimuat kesarana pengangkut
b. Sebelum barang dimuat kesarana pengangkut
c. Sesudah barang dimuat kesarana pengangkut.
d. Sesudah PEB mendapat nomor pendaftaran
17. Untuk barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE oleh perusahaan yang
berlokasi di Bekasi akan diekspor melalui pelabuhan Tg.Priok, PEB
didaftarkan di
a. Kantor Bea dan Cukai Tg.Priok
b. Kantor Bea dan Cukai Bekasi
c. Kantor Wilayah DJBC Jakarta
d. Kantor Pusat DJBC Jakarta
18. Barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE adalah barang ekspor yang:
a. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan atau keringanan BM, cukai dan PDRI tidak dipungut
atas Impor barang/bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain dengan tujuan untuk diekspor.
b. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan atau keringanan BM, cukai dan PDRI tidak dipungut
atas Impor barang/bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain dengan tujuan untuk diekspor atau diimpor untuk
dipakai.
c. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan atau pengembalian
159
Teknik Kepabeanan
d. Berdasarkan informasi
TP =
s.d
100 %
Amat Baik
81 %
s.d.
90,00 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
160
Teknik Kepabeanan
3. Kegiatan Belajar (KB) 3
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan peserta dapat :
1. Menjelaskan tatacara pemberian fasilitas pembebasan bea masuk.
2. Menjelaskan
tatacara pemberian fasilitas pembebasan atau
keringanan bea masuk.
3. Menjelaskan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah.
4. Menjelaskan fasilitas preferensi tariff bea masuk.
5. Menjelaskan pemberian fasilitas atas Tempat Penimbunan Berikat.
6. Menjawab pertanyaan tentang pemberian fasilitas pembebasan,
keringanan dan penangguhan bea masuk.
Pengertian
Fasilitas Kepabeanan yang dikaitkan dengan pungutan Bea Masuk diatur
161
Teknik Kepabeanan
Pada dasarnya barang di luar daerah Pabean sejak memasuki (melintasi
batas daerah Pabean) sudah terutang Bea Masuk, tetapi dalam hal barang
yang dimasukkan tersebut tidak di impor untuk dipakai, barang tersebut
tidak di pungut Bea Masuk.
Tidak di pungut Bea Masuk mengandung pengertian bahwa sama
sekali tidak di pungut Bea Masuk tanpa syarat apapun.
ii) Fasilitas pembebasan Bea Masuk diatur dalam pasal 25 Undangundang No. 17 tahun 2006.
Pembebasan Bea Masuk adalah peniadaan pembayaran Bea Masuk
yang diwajibkan. Pembebasan Bea Masuk yang diberikan dalam pasal ini
adalah pembebasan yang bersifat mutlak, artinya jika persyaratan yang
diatur dalam pasal tersebut di atas dipenuhi, barang yang diimpor tersebut
diberi pembebasan Bea Masuk.
kebudayaan
atau
untuk
kepentingan
penanggulangan
bencana alam;
-
162
Teknik Kepabeanan
-
Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
Barang pindahan;
Obat-obatan
yang
diimpor
dengan
menggunakan
anggaran
Bahan
terapi
manusia,
pengelompokan
darah,
dan
bahan
penjenisan jaringan.
163
Teknik Kepabeanan
Fasilitas pembebasan atau keringanan ini erat kaitannya dengan
kebijakan pemerintah saat itu (dalam periode tertentu) untuk mendorong
pertumbuhan industri dalam negeri, perdagangan dan ekonomi pada
umumnya.
Pembebasan
atau
keringanan
Bea
Masuk
yang
diberikan
Barang
dan
bahan
dalam
rangka
pembangunan
dan
Barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang
lain dengan tujuan untuk diekspor.
Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,
164
Teknik Kepabeanan
Keuangan, dan dalam hal tertentu Menteri Keuangan memberikan delegasi
wewenang kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
2)
berdasarkan
asas
timbal
balik
diberikan
fasilitas
semua
barang-barang
rumah
tangga,
termasuk
kendaraan bermotor;
165
Teknik Kepabeanan
Barang yang dipakai untuk keperluan sendiri termasuk pemakaian
anggota keluarga dari pejabat perwakilan negara asing.
Atas pemasukan barang-barang pindahan dan barang yang
dipakai untuk keperluan sehari-hari tersebut di atas diberikan
pembebasan Bea Masuk dan Cukai dengan ketentuan :
Pejabat perwakilan negara asing tersebut tidak menjalankan
pekerjaan lain diluar tugasnya di Indonesia, semata-mata hanya
bertugas pada perwakilan negara asing tersebut;
Prosedur pengangkatannya tidak berlaku di Indonesia, tapi
ditunjukkan
dan
diangkat
oleh
pemerintah
negara
yang
dengan
importasi
barang-barang
keperluan
166
Teknik Kepabeanan
Namun baik jumlah maupun jenis kendaraan yang diberikan fasilitas
pembebasan Bea Masuk di sesuaikan dengan kebutuhan perwakilan
berdasarkan azaz timbal balik, artinya tidak tertutup kemungkinan
jumlahnya ditambah atau mengimpor kendaraan bermotor selain roda
empat.
Khusus untuk pembebasan Bea Masuk atas impor kendaraan
bermotor untuk kantor perwakilan negara asing beserta pejabatnya
diberikan dengan ketentuan :
-
Untuk
keperluan
kantor
perwakilan
diplomatik,
diberikan
Berdasarkan asas timbal balik selain jumlah tersebut butir i dan ii,
pembebasan Bea Masuk dapat pula diberikan atas impor atau
pembelian kendaraan bermotor dalam keadaan jadi (CBU=
Completely Build Up) dalam jumlah yang sama dengan jumlah
yang diperoleh perwakilan Indonesia di negara tersebut; misalnya
jika
perwakilan
Indonesia
di
negara
tersebut
diberikan
167
Teknik Kepabeanan
-
selain
jenis
roda
empat,
dapat
pula
diberikan
Fasilitas
pembebasan
tersebut
diperhitungkan
sebagai
168
Teknik Kepabeanan
pemasukan kendaraan bermotor sebagai barang pindahan dengan
memperhatikan kewajaran tipe paling banyak 1 (satu) unit. Kewajaran
tipe dan jenis kendaraan bermotor jenjang kepangkatan/gelar
diplomatik dan kebutuhan pejabat yang bersangkutan dalam rangka
menunjang pekerjaan dan misi diplomatik di Indonesia.
Selama bertugas di Indonesia staf administrasi dan teknik
perwakilan negara asing yang memiliki paspor dinas dapat pula
memperoleh fasilitas pembebasan Bea Masuk atas pembelian
kendaraan bermotor yang di produksi / dirakit di dalam negeri (CKD)
paling banyak 1 (satu) unit.
Keputusan pembebasan Bea Masuk dan Cukai diberikan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas permohonan kepala
perwakilan asing atau pejabat yang ditunjuk setelah mendapat
persetujuan dari Departemen Luar Negeri.
Kepala
perwakilan
diplomatik,
konsuler
atau
lembaga
169
Teknik Kepabeanan
Bea dan Cukai, dalam hal ini oleh Direktur Teknis Kepabeanan, atas
nama Menteri Keuangan.
Penjualan Kendaraan bermotor eks fasilitas perwakilan negara
asing
Kendaraan bermotor yang telah diimpor oleh kantor perwakilan
negara asing maupun oleh pejabatnya dapat dipindah tangankan
atau dijual kepada pihak lain di Indonesia. Oleh karena pada
pemasukan awalnya ke Indonesia kendaraan bermotor dimaksud
tidak dibayar Bea Masuk dan pajak dalam rangka impornya, maka
penjualan kendaraan bermotor kepada pihak lain harus dibayar Bea
Masuk serta pungutan impor lainnya (PPN, PPnBM, PPh pasal 22).
Kendaraan bermotor untuk keperluan kantor perwakilan
negara
asing
dan
perwakilan
konsuler
dapat
dijual
atau
perwakilan
negara
asing,
hanya
dapat
dijual
atau
bermotor
tersebut
telah
digunakan
sekurang-
170
Teknik Kepabeanan
Masa tugas yang bersangkutan di Indonesia berakhir sebelum 2
(dua)
tahun,
sehingga
pejabat
yang
bersangkutan
harus
menerbitkan
surat
keputusan
pemberian
ijin
penjualan
171
Teknik Kepabeanan
penghapusbukuan atas kendaraan bermotor tersebut dan pemberian
pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor.
Hal seperti ini dapat terjadi karena beberapa sebab, bisa jadi
karena kendaraan sudah berusia tua, atau terbakar, bertabrakan,
masuk jurang dan sebagainya. Dalam kasus tertentu mobil yang
hilang juga dapat dihapus dengan bukti-bukti yang mendukung
penghapusan untuk dapat mengimpor kendaraan penggantinya
dengan mendapat fasilitas pembebasan Bea Masuk.
ii)
serta
lembaga
internasional
lainnya
yang
bertempat
172
Teknik Kepabeanan
bertugas di Indonesia tercantum dalam Daftar Badan Internasional
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia meliputi antara lain :
-
Kerja sama bilateral, antara lain: kerja sama Rusia RI, Jerman
RI, Belanda RI, USAID, kerjasama teknik dengan Prancis,
Swiss, Italia, Belgia, Malaysia, Singapura;
173
Teknik Kepabeanan
bermotor) dalam rangka membantu peningkatan ekonomi, sosial
dan kebudayaan, termasuk bantuan darurat kepada Indonesia
yang alokasi dana / rincian barang tidak tertuang dalam perjanjian
kerja sama teknik antara badan internasional dan pemerintah
Indonesia, artinya tidak tercantum dalam APBN.
Kendaraan bermotor yang di impor dapat berupa kendaraan untuk
keperluan kantor, pejabat dan untuk keperluan proyek. Untuk
kendaraan proyek tidak dibatasi jumlah dan jenisnya tergantung
kebutuhan di lapangan.
Pembebasan Bea Masuk atas kendaraan bermotor
Untuk
keperluan
kantor
badan
internasional
kendaraan
174
Teknik Kepabeanan
internasional atau pejabatnya yang ditunjuk setelah mendapat
persetujuan dari Sekretariat Negara RI.
setelah
mendapat
persetujuan
Sekretariat
Negara
RI.
pejabat
yang
memiliki
atau
kuasanya
berdasarkan
175
Teknik Kepabeanan
persetujuan dari Sekretariat Negara RI dengan menyebutkan alasan
pemindah tanganan.
Atas penjualan atau pemindahtangan kendaraan bermotor
dimaksud, Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor yang terutang
harus dilunasi dengan menggunakan tariff pembebanan dan nilai
Pabean yang berlaku pada saat kendaraan bermotor dimaksud dijual
atau dipindahtangankan.
Pelaksanaan dan penyelesaian pemindahtanganan kendaraan
bermotor eks fasilitas badan internasional sama dengan penyelesaian
kendaraan bermotor eks perwakilan negara asing.
Pemusnahan
kendaraan
bermotor
eks
fasilitas
Badan
Internasional
Kendaraan bermotor yang diimpor oleh badan internasional
atau pejabatnya yang karena sesuatu hal tidak dapat dipergunakan
lagi dapat dilakukan pemusnahan setelah memperoleh izin Direktur
Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan persetujuan Sekretariat Negara
Republik Indonesia.
Laporan
Pemusnahan
kendaraan
bermotor
dimaksud
176
Teknik Kepabeanan
Pembebasan Bea Masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari
departemen
terkait
terhadap
buku-buku
yang
bertujuan
untuk
buku ilmu
Jenderal
Bea
dan
cukai
menerbitkan
Keputusan
diberikannya
keputusan
pembebasan
Bea
Masuk
177
Teknik Kepabeanan
iv) Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial
atau kebudayaan
Lembaga atau badan di Indonesia yang memperoleh bantuan dari
lembaga sosial dan kebudayaan di luar negeri, dengan tujuan untuk
dibagikan atau untuk keperluan masyarakat yang diberikan dengan cumacuma dapat diberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam
rangka impor. Barang tersebut di dapat dengan cuma-cuma tanpa
mengeluarkan devisa dan peruntukkannya di Indonesia bukan untuk
mencari keuntungan.
Pemasukan barang-barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah
umum, amal, sosial dan kebudayaan yang dapat diberikan pembebasan
Bea Masuk, cukai dan pungutan impor lainnya dapat berupa barangbarang sebagai berikut :
-
Barang
yang
diperlukan
untuk
mendirikan
atau
memperbaiki
Barang
yang
diperlukan
untuk
ibadah
umum,
seperti
tikar
untuk
meningkatkan kecerdasan
masyarakat.
Barang-barang tersebut juga meliputi makanan, obat-obatan dan
pakaian untuk diberikan dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang
memerlukan termasuk bantuan bencana alam. Barang peralatan belajar
mengajar untuk lembaga pengerjaan dan diberikan dengan cuma-cuma
untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat.
178
Teknik Kepabeanan
Semua badan atau lembaga yang bergerak di bidang ibadah umum,
amal, sosial dan kebudayaan yang mendapatkan pembebasan ditetapkan
oleh Menteri Keuangan. Sedangkan bagi lembaga yang belum ditetapkan
dapat mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan untuk
ditetapkan sebagai lembaga penerima hibah dari luar negeri.
Untuk impor barang oleh badan atau lembaga yang telah di tetapkan,
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai dengan dilampiri :
Rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan Bea
Masuk nilai Pabeannya.
Surat keterangan dari pemberi hadiah di luar negeri (gift certificate)
yang menyatakan bahwa barang tersebut adalah kiriman hadiah dan
dalam pengadaannya tidak menggunakan devisa Indonesia.
Rekomendasi dari departemen teknis terkait, bahwa lembaga maupun
barang yang diimpor benar dan sesuai peruntukkan impornya.
Surat Keputusan Pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka
impor diterbitkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri
Keuangan.
Untuk badan atau lembaga yang belum ditetapkan sebagai badan
penerima hibah oleh Menteri Keuangan, permohonan ditujukan kepada
Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Menteri
Keuangan kemudian mengeluarkan Surat Keputusan pembebasan.
Selanjutnya barang dapat dikeluarkan dari kawasan Pabean dengan
memenuhi ketentuan tata laksana impor, yaitu dengan pengajuan
dokumen PIB dan dokumen pelengkapnya serta surat keputusan
pembebasan Bea Masuk. Barang-barang tersebut wajib disalurkan sesuai
tujuan semula dan tidak boleh dijual.
Dalam hal institusi Pabean mendapati barang-barang dimaksud
ternyata tidak sesuai tujuan semula, maka fasilitas yang diberikan menjadi
batal, dan bea masuk dan pungutan imporlainnya akan ditagih beserta
denda 100% dari besar bea masuk.
Ketentuan ini perlu dipahami agar bantuan atau hibah yang diberikan
dari luar negeri tidak disalah gunakan dan dapat bermanfaat bagi
179
Teknik Kepabeanan
masyarakat
sebagaimana
maksud
lembaga
sosial
memberikan
bantuannya
v)
mendapatkan
pembebasan
atas
barang-barang
impor
180
Teknik Kepabeanan
langsung dikeluarkan dengan mengajukan dokumen impor (PIB dan
dokumen pelengkapnya) selanjutnya barang digunakan sesuai tujuannya.
vi) Barang
untuk
keperluan
penelitian
dan pengembangan
ilmu
pengetahuan
Ilmu pengetahuan hal yang sangat dibutuhkan dalam upaya
mencerdaskan bangsa, oleh karena itu barang keperluan penelitian perlu
diberikan insentif.
Barang
untuk
pengetahuan
memajukan
keperluan
adalah
ilmu
barang
penelitian
yang
pengetahuan
dan
pengembangan
benar-benar
termasuk
digunakan
untuk
ilmu
untuk
penyelenggaraan
objek
untuk
menyelenggarakan
penelitian,
penelitian
seperti
juga
barang-barang
peralatan
laboratorium
untuk
atau
lembaga
dan
badan
yang
telah
ditetapkan,
Perguruan
mengajukan
Rekomendasi
dari
departemen
teknis
terkait,
misalnya
dari
181
Teknik Kepabeanan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
mengeluarkan surat keputusan pembebasan. Untuk Perguruan Tinggi,
Lembaga dan Badan yang belum ditetapkan juga dapat diberikan
pembebasan, hanya surat keputusan pembebasan ditandatangani oleh
Menteri Keuangan sendiri, atau dapat juga didelegasikan ke Direktur
Jenderal Bea dan Cukai.
Setelah mendapatkan surat penetapan pembebasan Bea Masuk dan
Pajak dalam rangka impor, importir (lembaga peneliti, Perguruan Tinggi)
mengajukan
dokumen
penyelesaian
barang
impor
(PIB)
dengan
182
Teknik Kepabeanan
Untuk
mendapatkan
pembebasan
atas
barang-barang
impor
Jenderal
Bea
dan
Cukai
memberikan
keputusan
yang
diperuntukkan
bagi
keperluan
pertahanan
suku
dan
keamanan negara
Negara sangat berkepentingan memiliki tentara dan polisi yang kuat
untuk melindungi negara dan masyarakat. Barang-barang keperluan
Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik Indonesia selain berasal
dari produk sendiri (produksi dalam negeri) sebagian besar masih perlu di
impor (didatangkan dari luar negeri).
Barang-barang tersebut bukan hanya terdiri dari persenjataan dan
amunisi namun juga barang dan perlengkapan lain yang dapat
mendukung tugas-tugas TNI dan Polri.
Barang yang diberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk dan pajak
dalam rangka impor, meliputi barang-barang berupa:
-
183
Teknik Kepabeanan
dalam rangka pelaksanaan kegiatan dan operasi TNI, termasuk
kendaraan bermotor.
-
Negara,
dalam
hal
diimpor
oleh
Lembaga
Kepresidenan;
Dirjen Material Fasilitas dan Jasa; atau Direktur Pengadaan,
dalam hal diimpor oleh Departemen Pertahanan Keamanan;
Asisten Logistik atau Wakil Asisten Logistik, Kasum TNI,, dalam
hal diimpor oleh Mabes TNI;
184
Teknik Kepabeanan
Deputi Kapolri Bidang Logistik, dalam hal diimpor oleh Mabes
Polri;
Sekretaris Umum atau Direktur Logistik Ka.BIN, dalam hal diimpor
oleh Badan Intelijen Negara;
Sekretariat Utama Lembaga Sandi Negara, dalam hal diimpor oleh
Lembaga Sandi Negara.
Surat permohonan harus mencantumkan uraian barang. Atas
permohonan tersebut Kepala kantor Pabean atas nama Menteri
Keuangan memberikan keputusan pembebasan bea masuk.
Dalam hal barang yang akan diimpor dan dimintakan pembebasan
bea masuk tidak tercantum dalam daftar lampiran Peraturan Menteri
Keuangan
Nomor
29/PMK.04/2008,
yang
bersangkutan
harus
impor
barang
dan
bahan
yang
dipergunakan
untuk
dan
perbaikan
alat
utama
dan
alat
pendukungnya,
prinsipnya
untuk
kelancaran
pengeluaran
barang
dari
persenjataan
dan
amunisi
dan
barang
pendukungnya
185
Teknik Kepabeanan
1) Surat Pernyataan Barang Impor Dephankam/TNI (SP-1, SP-2, SP3, SP-4, atau SP-5) untuk barang-barang keperluan Dephankam/
TNI, Polri, BIN dan LSN; yang ditandatangani oleh Pejabat yang
ditunjuk tersebut diatas.
Apabila barang-barang yang diimpor tersebut termasuk dalam
daftar barang persenjataan dan amunisi, maka selanjutnya Kepala
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai tempat
pemasukan barang memberikan keputusan tentang pembebasan
Bea Masuk dengan mencantumkan dasar hukum pembebasannya
pada lembar SP-1/SP-2/SP-3/SP-4 atau SP-5 yang diajukan.
2). Dokumen pelengkap pabean lainnya.
Terhadap barang-barang yang tidak tercantum dalam daftar barang
yang diberi pembebasan, pembebasan Bea Masuk diberikan oleh
Menteri Keuangan setelah diajukan permohonan melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai.
Pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk keperluan
pertahanan dan keamanan negara.
Untuk mendapatkan pembebasan Bea Masuk atas impor barangbarang berupa bahan sebagaimana dimaksud di atas, produsen industri
strategis yang ditetapkan oleh pemerintah mengajukan permohonan
kepada Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai,
dengan melampirkan rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan
pembebasan Bea Masuk beserta nilai Pabeannya; serta Surat Kontrak
Kerja Pengadaan Barang.
Pengimporannya
tetap
menggunakan
PIB
disertai
dokumen
prinsipnya
barang
yang
diimpor
untuk
dipakai
pada
186
Teknik Kepabeanan
Namun bagi barang contoh diberikan fasilitas pembebasan Bea
Masuk dan pungutan lainnya mengingat bahwa barang tersebut di impor
sebagai contoh barang dan bukan untuk dikonsumsi, selain itu barang
contoh tersebut akan digunakan sebagai contoh untuk membuat barang
yang akan diproduksi di dalam negeri.
Hal tersebut dapat dimaklumi bagi kepentingan pertumbuhan industri
dalam negeri mengingat selera konsumen (dalam maupun luar negeri)
yang selalu berubah.
Barang contoh adalah semua barang yang diimpor secara khusus
sebagai contoh bagi pembuatan hasil produksi dengan tujuan untuk di
ekspor atau untuk tujuan pemasaran dalam negeri. Barang contoh tidak
boleh diperdagangkan. Oleh karena itu barang impor yang akan
digunakan
sebagai
contoh
harus
memenuhi
beberapa
kriteria.
dari
departemen
teknis
terkait,
misalnya
dari
Departemen Perindustrian.
187
Teknik Kepabeanan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya
menerbitkan keputusan pembebasan Bea Masuk dan cukai atas nama
Menteri Keuangan, untuk penyelesaian impornya, diajukan PIB dan
dokumen pelengkap Pabean lainnya.
Barang contoh wajib disimpan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
sejak tanggal realisasi impor, dan dalam rentang waktu tersebut barang
contoh tidak boleh dijual atau dipindahtangankan.
Barang contoh yang telah digunakan sesuai peruntukkannya dan
telah disimpan lebih dari 2 (dua) tahun, dibebaskan dari kewajiban
terhadap negara.
Hal tersebut untuk kepastian pengawasannya, dan lagi pula barang
contoh yang telah disimpan lebih dari dua tahun sudah tidak dapat dipakai
lagi (out of date).
x)
Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah
Dalam pembuatan suatu peraturan, pemerintah memperhatikan
berbagai aspek, antara lain aspek kemanusiaan. Dimasa tidak layak
diperlakukan terhadap jenazah manusia jika pada saat pemasukkannya
ke dalam negeri dipungut Bea Masuk dan pajak lainnya. Oleh karena itu
terhadap jenazah atau jenazah perlu diberikan pembebasan Bea Masuk
dan pajak dalam rangka impor, termasuk juga yang mendapat fasilitas
alat/benda pembungkus jenazah tersebut yang lazim digunakan sebagai
pembungkus jenazah / abu jenazah, seperti peti, kendi/tempayan atau
kemasan lain.
Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah dan abu jenazah adalah
peti atau kemasan dengan tidak memandang jenis atau komposisi yang
digunakan untuk menyimpan jenazah atau abu jenazah bagi keperluan
pengangkutan.
Atas pemasukan barang tersebut di atas, diberikan pembebasan Bea
Masuk dan pajak dalam rangka impor dengan ketentuan sebagai berikut :
-
Peti atau kemasan lain tersebut hanya memiliki nilai guna dan lazim
dipergunakan untuk menyimpan dan/atau mengangkut jenazah atau
abu jenazah;
188
Teknik Kepabeanan
-
189
Teknik Kepabeanan
Tidak termasuk persediaan barang dagangan dan barang larangan
serta kendaraan bermotor; mobil maupun sepeda motor;
Barang tersebut tiba bersama-sama pemilik yang bersangkutan atau
paling lama 3 (tiga) bulan sesudah atau sebelum pemilik barang yang
bersangkutan tiba di Indonesia.
Pada prinsipnya semua jenis barang yang dipakai sehari-hari oleh
anggota keluarga dapat dimasukkan ke Indonesia sebagai barang
pindahan, kecuali barang yang dilarang diimpor. Barang yang dilarang di
impor seperti obat-obat terlarang, senjata api, barang-barang pornografi,
dan sebagainya.
Demikian juga tidak boleh di bawa dengan fasilitas barang pindahan
adalah barang dagangan, karena yang dapat diberikan fasilitas
pembebasan adalah barang pindahan sebagai inventaris rumah tangga.
Terhadap kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor) tidak boleh di impor,
selain karena kendaraan bermotor bekas tidak boleh di impor, juga
importasi kendaraan bermotor harus memenuhi spesifikasi khusus yang
ditetapkan oleh Departemen Perindustrian.
Dikecualikan dari larangan membawa kendaraan bermotor adalah
Duta Besar Indonesia yang telah habis masa tugasnya di luar negeri,
dengan rekomendasi Departemen Luar negeri dan Dept. Perindustrian.
Pembebasan Bea Masuk dan pungutan impor atas pemasukan
barang pindahan yang dibawa oleh :
-
Pelajar/mahasiswa/orang yang belajar di luar negeri sekurangkurangnya selama 1 (satu) tahun yang dibuktikan dengan surat
keterangan dan rincian barang yang telah ditandasahkan oleh
perwakilan Republik Indonesia di Indonesia negara tempat belajar.
190
Teknik Kepabeanan
-
Pabean
Indonesia
bersama
keluarganya
setelah
191
Teknik Kepabeanan
xii) Barang pribadi Penumpang; awak sarana pengangkut, pelintas
batas, dan barang kiriman.
Pengeluaran barang impor yang dilakukan Penumpang atau Awak
Sarana Pengangkut
Barang-barang penumpang dalam jumlah tertentu dapat diberikan
fasilitas pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor.
Barang penumpang adalah barang impor milik penumpang yang tiba
bersama penumpang, baik sebelum maupun setelah kedatangan
penumpang yang dapat berupa :
-
Barang
bawaan
penumpang
yaitu
barang
yang
bukan
192
Teknik Kepabeanan
Pejabat Pabean dapat melakukan pemeriksaan terhadap barang
Penumpang atau awak sarana pengangkut yang memilih jalur hijau.
Pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor diberikan
terhadap barang penumpang sebagai berikut :
-
pada
keberangkatannya
keluar
negeri
wajib
FOB USD 250,- untuk satu orang atau FOB USD 1,000,- untuk satu
keluarga, atau FOB USD 50,- untuk awak sarana pengangkut, pejabat
Pabean memberikan persetujuan pengeluaran barang.
Dalam hal
193
Teknik Kepabeanan
Pengeluaran barang pelintas batas
Dalam
rangka
berbatasan
mengakomodasi
dengan
negara
lain,
kebutuhan
pemerintah
penduduk
telah
yang
membuat
dengan
Papua
Nugini,
yang
jenisnya
telah
194
Teknik Kepabeanan
dalam perjanjian antara kedua negara yang nilainya tidak
melebihi FOB USD 250,- (dua ratus lima puluh US Dollar) tiap
orang untuk jangka waktu satu bulan.
(4). Barang bawaan pelintas batas antara Indonesia dengan Papua
New Guinea
dan
memperhatikan
kesepakatan
ketentuan
dalam
internasional,
negeri,
namun
termasuk
tetap
ketentuan
195
Teknik Kepabeanan
Barang kiriman pos yang telah ditetapkan Bea Masuk dan Pajak
dalam rangka impor, diserahkan oleh petugas pos kepada si penerima
setelah Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor dilunasi. Terhadap
kiriman melalui pos yang nilainya tidak melebihi FOB USD 50,- (lima
puluh US Dollar) untuk setiap orang kiriman, diberikan pembebasan
Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor.
Barang yang dikirim melalui pos tetap harus memenuhi ketentuan
impor,
termasuk
ketentuan
terhadap
barang
larangan
atau
pembatasan impor.
Pengeluaran barang kiriman melalui Perusahaan Jasa Titipan
(PJT)
Masa sekarang ini jasa pengiriman barang tidak lagi di dominasi
pos, sudah banyak PJT yang beroperasi secara internasional seperti
DHL, FEDEX, dan sebagainya.
Pengusaha Jasa titipan wajib memberitahukan barang impor yang
dikirim melalui perusahaan jasa titipan kepada pejabat bea dan cukai
untuk dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan dokumen PIBK,
untuk pemenuhan formalitas Pabean.
Barang kiriman adalah barang yang dikirim oleh pengirim tertentu
di luar negeri kepada penerima tertentu di dalam negeri sebagaimana
tercantum dalam House AWB (Air Way Bill) dan beratnya tidak
melebihi 100 kilogram netto. Barang kiriman untuk tujuan TPB (Tempat
Penimbunan Berikat) tidak dibatasi berat dan nilainya.
Atas barang impor yang dikirim melalui perusahaan jasa titipan
yang tidak melebihi FOB USD 50,- (lima puluh US Dollar) untuk setiap
kiriman, diberikan pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka
impor. Dalam hal nilai barang melebihi tersebut di atas, sisanya
diperhitungkan Bea Masuk dan Pajak impor yang harus di bayar.
Pelunasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor yang
terutang atas barang impor, dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
setelah pengeluaran barang.
Fasilitas yang diberikan oleh Pabean tersebut diharapkan dapat
menunjang industri dan perdagangan internasional. Bahkan kini sudah
196
Teknik Kepabeanan
ada perusahaan jasa titipan yang memberikan pelayanan cepat one
night service tanpa terkendala oleh formalitas Pabean.
Hal yang lazim di dunia internasional bahwa atas barang kiriman
dengan nilai minimal tertentu diberikan fasilitas pembebasan Bea
Masuk dan pajak dalam rangka impor. Oleh karena itu untuk
mendapatkan fasilitas sebagai barang kiriman harus memenuhi kriteria
tertentu sebagaimana tersebut di atas.
Barang kiriman juga harus tetap memperhatikan ketentuan
larangan / pembatasan impor, dan pembatasan atas barang kena
cukai dalam jumlah tertentu.
xiii) Pembebasan bea masuk atas impor obat-obatan yang dibiayai
anggaran pemerintah.
Atas impor obat yang dibiayai dengan menggunakan anggaran
pemerintah dapat diberikan pembebasan bea masuk.
Fasilitas
ketiga
berdasarkan
perjanjian/kontrak
kerja
antara
importir
harus
dengan:
197
Teknik Kepabeanan
- Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau yang disamakan.
- Rekomendasi dari instansi teknis terkait.
- Perjanjian/kontrak kerja dengan pihak ketiga yang ditunjuk sebagai
pelaksana impor dalam hal dilakukan oleh pihak ketiga.
- Rincian jumlah, jenis dan perkiraan nilai pabean obat yang akan
diimpor, serta pelabuhan bongkar.
Dalam hal permohonan pembebasan bea masuk disetujui, Direktur
Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan menerbitkan
keputusan pembebasan bea masuk.
yang
tercantum
dalam
keputusan
pembebasan,
atas
tersebut tidak sesuai dengan tujuan maka bea masuk wajib dibayar dan
dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
tanpa
mengalami
suatu
proses
pengerjaan
atau
198
Teknik Kepabeanan
penyempurnaan
apapun
seperti
barang
yang
dibawa
oleh
yang
telah
diekspor
untuk
perbaikan
adalah
penanganan barang yang rusak, usang atau tua di luar negeri dengan
mengembalikan pada keadaan semula tanpa mengubah sifat
hakikinya.
Pengerjaan
adalah
penanganan
barang
yang
yang
telah
diekspor
untuk
pengujian
adalah
199
Teknik Kepabeanan
ditunjuknya disertai rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan
pembebasan bea masuk dan cukai beserta nilai Pabeannya.
Pengenaan bea masuk dihitung berdasarkan tariff dari barang dalam
keadaan jadi dan nilai pabean sesuai dengan penetapan nilai pabean.
Untuk mendapatkan pembebasan bea masuk importir mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor disertai rincian jumlah , jenis barang,
dengan melampirkan:
- Fotocopy PEB, NPE, LHP, atau Laporan Surveyor, atau bukti ekspor
bagi yang tidak wajib PEB;
- Invoice yang mencantumkan harga part/pengganti dan biaya
perbaikan;
- B/L, Sea Way Bill, atau AWB pada saat ekspor dan impor;
- Surat Keterangan dari pihak terkait luar negeri
mengenai alasan
keluar
negeri,
misalnya
untuk
perbaikan/reparasi
dan
terapi
manusia,
pengelompokkan
darah
dan
bahan
penjernihan jaringan
Bahan atau bagian-bagian organ manusia untuk kepentingan
pengobatan terapi dan kesehatan yang diimpor dari luar negeri dapat
diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk. Demikian
juga terhadap bahan pengelompokkan darah dan bahan penjenisan
jaringan, baik untuk kepentingan kesehatan maupun penelitian.
Kornea mata dan ginjal termasuk bahan terapi manusia yang kerap
didatangkan dari luar negeri untuk pengobatan pasien di rumah sakit di
200
Teknik Kepabeanan
dalam negeri. Untuk itu selain pemberian fasilitas pembebasan Bea
Masuk atas impornya juga diberikan fasilitas pelayanan yang cepat
(pelayanan segera).
Barang-barang yang diberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk
adalah :
-
bahan terapi yang berasal dari manusia yaitu darah manusia serta
derivatifnya seperti darah, plasma kering, albumin, gamma globulin,
fitringen serta organ tubuh.
3)
201
Teknik Kepabeanan
bagi industri yang selama ini sudah beroperasi yang akan memperluas
kapasitas produksinya dan pengembangan industri yang telah ada,
termasuk bagi industri jasa.
Kebijakan yang diambil pemerintah dalam pemberian fasilitas ini
bersifat temporer dan bervariatif. Suatu waktu atas impor mesin, barang
dan bahan diberikan pembebasan Bea Masuk, namun pada waktu
tertentu dengan pertimbangan efektifitas pemberian fasilitas Bea Masuk
dengan
tetap
memperhatikan
kepentingan
penerimaan
negara,
termasuk
kegiatan
rancang
bangun
dan
perekayasaan industri.
Industri jasa adalah perusahaan yang memiliki izin usaha yang
kegiatannya di bidang jasa sebagai berikut :
-
agribisnis / pertanian
transportasi / perhubungan
pelayanan kesehatan
telekomunikasi
202
Teknik Kepabeanan
-
pertambangan
pekerjaan umum
informasi
kehutanan
konstruksi
pengimporan
2 (dua)
tahun
sejak tanggal
keputusan
203
Teknik Kepabeanan
waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal
keputusan keringanan Bea Masuk atas barang dan bahan. Dalam hal
tarif Bea Masuk yang tercantum dalam BTBMI 5% atau kurang maka
yang berlaku adalah tarif Bea Masuk dalam BTBMI (buku tarif Bea
Masuk Indonesia).
-
surveyor
PT.
Sucofindo,
sebagai
lembaga
yang
204
Teknik Kepabeanan
ii). Direktur Jenderal Bea dan Cukai terhadap mesin, barang dan bahan
untuk keperluan pembangunan bagi perusahaan non PMA/PMDN.
Persyaratan yang dilampirkan antara lain:
-
NPWP/SIU;
205
Teknik Kepabeanan
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk
kegiatan rancang bangun dan rekayasa industri.
Yang dimaksud dengan pembangunan industri adalah pendirian baru
industri yang menghasilkan barang/jasa.
Sedangkan pengembangan
diberikan meliputi:
-
bila menggunakan mesin lokal maka yang diberi fasilitas barang dan
bahannya.sesuai kapasitas terpasang .
Barang-barang yang akan diimpor diverifikasi oleh BKPM bagi PMA
dan PMDN;
NPWP/SIU;
206
Teknik Kepabeanan
-
NPWP/SIU;
sebesar 100% sampai dengan 500% dari bea masuk yang terhutang,
disamping pelunasan bea masuk dan pungutan impor lainnya.
iii) Pembebasan/keringanan bea masuk atas barang dan bahan dalam
rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka
waktu tertentu.
Pembebasan bea masuk diberikan terhadap barang dan bahan bagi
keperluan industri/industri jasa.
waktu terbatas yang akan diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.
Ketentuan dan persyaratan untuk mendapatkan fasilitas pembebasan
atau keringanan bea masuk pada prinsipnya sama dengan ketentuan
pada butir a dan b diatas.
yang
usaha
yang
mendapatkan
fasilitas
dimaksud
wajib
207
Teknik Kepabeanan
iv) Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran
lingkungan
Pemerintah sangat berkepentingan untuk melindungi lingkungan dari
kerusakan-kerusakan lingkungan antara lain dapat ditimbulkan dari
limbah buangan industri, oleh karena itu perlu diberi insentif bagi industri
maupun pengusaha pengolah limbah yang akan mengimpor peralatan,
barang dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk mencegah
pencemaran lingkungan.
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran
lingkungan meliputi peralatan pengolahan limbah yang digunakan untuk
pengendalian pencemaran lingkungan dan bahan yang digunakan untuk
mencegah pencemaran lingkungan. Barang-barang tersebut dapat
berupa peralatan permesinan maupun bahan-bahan pembersih limbah.
Untuk keperluan pemberian fasilitas pembebasaan bea masuk,
pengertian peralatan adalah instalasi, mesin dan permesinan serta
perlengkapan dan bagiannya yang semata-mata digunakan untuk
memproses limbah agar pada saat pembuangannya tidak mencemari dan
merusak lingkungan.
Akta
Pendirian
Perusahaan
dan
Surat
Izin
Industri
dari
208
Teknik Kepabeanan
o
Rincian jumlah dan jenis peralatan dan bahan yang diimpor serta
nilai Pabeannya.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
penyalahgunaan
pembatalan
dan
pemberian fasilitas
pengenaan
perundang-undangan kepabeanan.
denda
tersebut
sesuai
dapat
ketentuan
telah digunakan selama lebih dari 2 (dua) tahun sejak tanggal PIB, dapat
dipindahtangankan atau digunakan untuk tujuan lain dengan ijin Direktur
Jenderal Bea dan Cukai dengan tidak dikenai pungutan bea masuk.
v)
perikanan
tidak
hanya
harus
ditingkatkan
untuk
dapat
untuk
dikembangbiakkan
lebih
lanjut
dalam
rangka
peternakan
dan
perikanan
yang
melakukan
209
Teknik Kepabeanan
pembebasan atau keringanan Bea Masuk atas impor bibit dan benih, jika
memenuhi persyaratan yang ditentukan baik peraturan Pabean maupun
peraturan dari instansi terkait.
Impor bibit dan benih untuk kepentingan penelitian hanya dapat
diberikan pembebasan atau keringanan Bea Masuk apabila dilakukan
oleh lembaga penelitian atau lembaga lain yang telah memperoleh
persetujuan dari Menteri tehnis terkait, misalnya departemen pertanian,
departemen pendidikan nasional, dan sebagainya.
Permohonan fasilitas pembebasan atau keringanan Bea Masuk
diajukan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan
Cukai, dengan dilampiri :
departemen
teknis
terkait
(departemen
pertanian)
harus
210
Teknik Kepabeanan
vi) Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkap yang telah
mendapat izin.
Mengingat perundang-undangan kepabeanan yang menetapkan
pengertian impor dan pemasukan barang ke dalam daerah Pabean maka
terhadap hasil laut yang ditangkap dan diambil dari zona ekonomi
eksklusif di berikan pembebasan atau keringanan Bea Masuk.
Hasil laut adalah semua jenis tumbuhan laut, ikan dan hewan laut
yang layak untuk dimakan seperti udang, kerang dan kepiting yang belum
atau sudah diolah dalam diolah dalam sarana penangkapan yang
bersangkutan. Termasuk dalam kategori ini adalah hasil laut.
Sarana pelengkap adalah satu atau kelompok kapal berbendera
Indonesia atau asing yang mempunyai peralatan untuk menangkap atau
mengambil hasil laut termasuk juga yang didalamnya mempunyai
peralatan pengolah hasil laut serta telah mendapat izin dari pemerintah
Indonesia untuk melakukan penangkapan atau pengambilan hasil laut.
Atas impor hasil laut yang ditangkap dan diambil dengan sarana
penangkap dari ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia (dua ratus mil
laut dari garis pangkal laut wilayah Indonesia), diberikan pembebasan bea
masuk.
mendapat ijin usaha perikanan dan ijin penangkapan hasil laut di ZEE.
Sarana penangkap yang telah mendapat ijin adalah sarana
penangkap yang berbendera Indonesia atau berbendera asing yang telah
memperoleh
ijin
dari
pemerintah
Indonesia
untuk
melakukan
211
Teknik Kepabeanan
memberitahukan secara tertulis kepada kepala kantor Pabean
disamping pemberitahuan Pabean yang harus dipenuhi oleh sarana
pengangkut
sebagaimana
ditetapkan
dalam
Undang-undang
dipergunakan
dalam
penangkapan
ikan
berdasarkan
Pabean
terhadap
kekurangan
peralatan
dan
umpan
mendapatkan
fasilitas
dimaksud,
Importir
mengajukan
hasil
tangkapan
dengan
melampirkan :
Surat Izin Usaha dari Departemen Perindustrian (API dan izin usaha
perikanan.
Rincian jumlah dan perkiraan nilai pabean hasil laut yang akan
diimpor serta pelabuhan tempat bongkar.
Persetujuan pembebasan Bea Masuk diberikan oleh Kepala Kantor
Pabean atas nama Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dengan dilampiri
daftar rincian jumlah, jenis dan nilai Pabean dari hasil laut yang diberikan
pembebasan
Bea
Masuk
serta
penunjukkan
pelabuhan
tempat
pembongkaran.
212
Teknik Kepabeanan
Atas
pemberian
pembebasan
tersebut
apabila
pada
saat
pengamanan
hak
keuangan
negara
dan
dipenuhinya
Pabean
yang
mengalami
kerusakan,
penurunan
mutu,
213
Teknik Kepabeanan
Terjadi antara waktu pengangkutan dan diberikan persetujuan impor
untuk dipakai.
Untuk mendapatkan pembebasan atau keringanan bea masuk atas
barang-barang impor tersebut di atas, yang bersangkutan mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang
ditunjuknya disertai bukti-bukti dan rincian jumlah dan jenis barang yang
dimintakan pembebasan atau keringanan bea masuk dan cukai beserta
nilai Pabeannya.
Untuk
pengeluaran
barang
importir
wajib
menyerahkan
barang
merupakan
pembelian
yang
dibiayai
dengan
Hibah adalah
214
Teknik Kepabeanan
pemberian barang secara cuma-cuma tanpa syarat, dari pengirim di luar
negeri kepada pemerintah, dan tidak menggunakan devisa Indonesia.
Permohonan
pembebasan
Bea
Masuk
dapat
diajukan
oleh
ix)
215
Teknik Kepabeanan
program kegiatan yang ditetapkan oleh KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia).
Persyaratan untuk mendapatkan fasilitas tersebut induk organisasi
olah raga nasional mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan
melalui DJBC disertai lampiran berupa rekomendasi dari KONI atau
instansi teknis terkait; dan rincian jumlah, jenis/spek barang serta
perkiraan nilai pabean dan pelabuhan bongkar. Penyalahgunaan fasilitas
dapat mengakibatkan dicabutnya fasilitas dan pengenaan denda.
Atas permohonan tersebut Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas
nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan.
Jika dalam importasinya tidak sesuai dengan Surat Keputusan
Pembebasan, atas perbedaannya dipungut bea masuk.
Jika impor
tersebut tidak sesuai dengan tujuannya, dipungut bea masuk dan sanksi
administrasi.
x)
Barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang
lain dengan tujuan untuk diekspor
Dalam Undang-undang kepabeanan di Indonesia atas barang
yang melintasi masuk ke dalam daerah Pabean terhutang Bea Masuk.
Ketentuan ini merupakan dasar yuridis bagi instansi bea cukai untuk
melakukan pengawasan atas barang tersebut. Namun sebenarnya Bea
Masuk menjadi wajib jika barang tersebut di impor untuk dipakai atau di
konsumsi di dalam negeri.
Pada prinsipnya barang yang masuk ke dalam daerah Pabean tidak
untuk di konsumsi, melainkan untuk di ekspor kembali, tidak diwajibkan
membayar Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor.
Impor barang untuk diolah, dirakit atau di pasang pada barang lain
dengan tujuan untuk di ekspor, diberikan fasilitas pembebasan dan
pengembalian Bea Masuk (jika sudah dibayar) dan atau Cukai serta Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak
dipungut, terlebih lagi fasilitas ini diharapkan dapat merangsang investasi,
penambahan tenaga kerja dan perolehan devisa.
216
Teknik Kepabeanan
Fasilitas ini
217
Teknik Kepabeanan
Wilayah DJBC melakukan penelitian administratif dan lapangan terhadap
kebenaran data yang diajukan dengan cara meneliti dokumen DIPER,
mengadakan wawancara dan peninjauan pabrik.
Hasil penelitian administratif dan lapangan selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya data DIPER.
Dalam hal lokasi obyek pemeriksaan ada diluar wilayah pengawasan
kantor wilayah bersangkutan, peninjauan pabrik dapat didelegasikan ke
kantor Pabean yang mengawasi lokasi obyek pemeriksaan. Hasil
penelitian administratif dan penjualan pabrik dituangkan dalam Berita
Acara Kesimpulan Hasil Survey.
Kepala Kantor Wilayah DJBC atau pejabat yang ditunjuk melakukan
penelitian kebenaran data dalam DIPER dan dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya
Berita Acara Kesimpulan Hasil Survey, hasil penelitian dikirimkan secara
elektronik kepada perusahaan berupa :
- Penerbitan NIPER dalam hal memenuhi persyaratan; atau
- Penolakan dalam hal tidak memenuhi persyaratan.
Setelah NIPER diterbitkan oleh Kepala Kantor Wilayah, maka
selanjutnya perusahaan yang telah disetujui permohonan NIPERnya
wajib:
NIPER
NIPER yang telah dimiliki oleh perusahaan dapat dicabut oleh kepala
kantor wilayah dalam hal :
218
Teknik Kepabeanan
hal
perusahaan
penerima
Pembebasan
dan/atau
atau
penolakan
kepala
kantor
wilayah
DJBC
219
Teknik Kepabeanan
Ekspor barang hasil produksi dilaksanakan dengan mempergunakan
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), sebagaimana dimaksud diajukan
oleh :
-
Bea Masuk dan/atau Cukai dibebaskan serta PPN dan PPnBM tidak
dipungut.
Penyerahan barang hasil produksi ke Kawasan Berikat harus
220
Teknik Kepabeanan
terutang.
sebagaimana
dimaksud
diperlukan
juga
terhadap
221
Teknik Kepabeanan
- Membayar PPN dan PPnBM sesuai nilai pada saat impor, di tambah
sanksi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan sejak saat impor paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
Dalam hal Penjualan ke DPIL tidak memenuhi ketentuan sepanjang
barang hasil produksi masih berada dalam persediaan, perusahaan wajib:
Membayar Bea Masuk dan/atau Cukai berdasarkan tarif barang jadi
dan nilai Pabean berdasarkan nilai bahan baku pada saat diimpor
ditambah bunga sebesar 2% setiap bulan paling lama
24 bulan
222
Teknik Kepabeanan
-
Membayar Bea Masuk dan/atau Cukai sesuai tarif pada saat Impor
ditambah bunga sebesar 2% dari setiap bulan sejak tanggal
pendaftaran PIB; dan
223
Teknik Kepabeanan
Copy SPPB
Copy STTJ
Copy dokumen CK-9 (khusus Barang Kena Cukai)
Bukti kontrak penjualan / penyerahan hak ke perusahaan di dalam
Kawasan Berikat (PKDB)
Dokumen penyerahan ke Kawasan Berikat yang telah disahkan oleh
pejabat (BC 2.4); dan
Disket hasil transfer data formulir BCL. KT01
Laporan sebagaimana dimaksud yang disampaikan oleh perusahaan
disetujui apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Diajukan oleh perusahaan yang mengimpor barang dan/atau bahan
dan mengekspor hasil produksinya ke kawasan berikat untuk diolah,
dirakit atau dipasang pada barang lain;
Barang dan/atau bahan yang diimpor untuk diolah, dirakit atau
dipasang pada barang lain yang telah diekspor atau telah diserahkan
ke Kawasan Berikat;
Realisasi ekspor harus terlaksana dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan terhitung sejak tanggal pengimporan, kecuali oleh
kepala kantor wilayah atas nama Menteri Keuangan;
Penyerahan ke kawasan berikat harus terlaksana dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pendaftaran PIB sampai
dengan tanggal penyerahan barang ke kawasan Berikat;
Laporan
telah
dilengkapi
dengan
dokumen
yang
telah
di
persyaratkan.
Laporan ditolak dalam hal tidak memenuhi persyaratan atau dalam
hal:
-
224
Teknik Kepabeanan
-
Nilai bahan baku asal impor dari barang yang di ekspor atau
yang diserahkan ke Kawasan Berikat lebih besar dari nilai bahan
baku pada saat impor;
terhadap
impor
sementara.
Pertama
masalah
impor
225
Teknik Kepabeanan
sementara telah ditetapkan dalam konvensi kepabeanan internasional.
Dalam hal ini tujuan pengaturan impor sementara adalah untuk
pemberian kemudahan atas pemasukan barang dengan tujuan tertentu
seperti barang pameran, barang perlombaan, kendaraan yang dibawa
oleh wisatawan, peralatan penelitian dana peralatan yang dibawah oleh
teknisi, wartawan dan tenaga ahli untuk digunakan sementara waktu dan
selanjutnya akan di ekspor kembali keluar negeri.
Pada hakekatnya
impor sementara ini tidak dapat dianggap sebagai barang yang diimpor
untuk dipakai, karena akan diekspor kembali (dalam konvensi Istanbul
disebut
sebagai
Temporary
Admission
dan
bukan
Temporary
Importation).
Hal kedua berkaitan dengan kebutuhan pembangunan di dalam
negeri. Dalam rangka membangun pemerintah perlu memberikan insentif
kepada investor dengan cara memberikan fasilitas keringanan bea masuk
bagi barang / mesin untuk kebutuhan proyek dalam negeri seperti
permesinan, alat-alat berat yang digunakan mengerjakan proyek dan
setelah selesai diekspor kembali. Barang seperti ini walaupun di impor
sementara tetapi digunakan / dikonsumsi di dalam negeri.
Impor sementara adalah pemasukan barang ke dalam daerah
Pabean yang nyata-nyata akan diekspor kembali dalam jangka waktu
tertentu. Ijin impor sementara diberikan paling lama 3 tahun. Barang
impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sementara apabila pada
waktu impornya dipenuhi persyaratan:
-
Jelas identitasnya.
impor
sementara
dapat
diberikan
pembebasan
atau
226
Teknik Kepabeanan
-
(mould);
Kendaraan atau sarana pengangkut yang digunakan sendiri oleh
wisatawan
mancanegara;
dan
barang
pribadi
keperluan
wisatawan
Kendaraan yang masuk melalui lintas batas dan penggunaannya
khusus
yang
digunakan
untuk
penanggulangan
barang
impor
sementara
yang
di
berikan
227
Teknik Kepabeanan
Bea Masuk yang seharusnya dikenakan atas barang impor yang
bersangkutan.
Jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak penjualan
atas barang mewah (PPnBM) harus dilunasi sepenuhnya. Sedangkan
pajak penghasilan dalam rangka impor (PPh. Pasal 22) ditangguhkan.
Selain kewajiban untuk membayar Bea Masuk dan Pajak dalam
rangka impor (PPN dan PPnBM) importir wajib menyerahkan jaminan
sebesar selisih antara Bea Masuk yang seharusnya dikenakan atas
barang impor bersangkutan dengan Bea Masuk yang telah dibayar
ditambah jaminan PPh. Pasal 22 yang terutang. Selanjutnya barang
dapat dikeluarkan dari kawasan Pabean dengan memenuhi kewajiban
Pabean.
Untuk pemenuhan kewajiban Pabean atas impor sementara
diajukan pemberitahuan Impor barang yang dibuat berdasarkan
dokumen pelengkap Pabean dan izin impor sementara. Realisasi
impor barang paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
tanggal izin impor sementara, disertai tanda terima pembayaran
dan/atau jaminan. Apabila pemberitahuan Impor barang tidak diajukan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud maka izin impor
sementara yang telah diberikan dinyatakan tidak berlaku.
Terhadap barang impor sementara dalam kondisi bukan baru
dan/atau barang yang diatur tata niaga impornya wajib mendapat
persetujuan impor dari instansi yang berwenang terlebih dahulu
(Departemen Perdagangan). Pada saat pemberian izin impor
sementara, Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang
ditunjuknya wajib melakukan penelitian dan penetapan nilai Pabean
serta klasifikasi barang atas barang impor sementara sebagai dasar
perhitungan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka Impor.
Barang impor sementara walaupun sudah berada di peredaran
bebas belum sepenuhnya memenuhi formalitas Pabean, oleh karena
itu barang impor sementara yang telah diberikan izin pengeluaran
berada
dibawah
pengawasan
Pabean
sampai
dengan
penyelesaiannya.
228
Teknik Kepabeanan
Berkaitan dengan hal tersebut, maka barang yang telah
mendapatkan
izin
sementara
sewaktu-waktu
dapat
dilakukan
denda
telah dilunasi;
atau
yang
bersangkutan telah
229
Teknik Kepabeanan
xii) Pembebasan Bea Masuk atas impor barang untuk kegiatan usaha
hulu minyak dan gas bumi serta panas bumi.
Fasilitas pembebasan Bea Masuk atas impor barang untuk kegiatan
usaha hulu minyak dan gas bumi serta panas bumi ini diberikan
berdasarkan pasal 26 ayat (1) huruf a, b dan c Undang-undang Nomor 17
Tahun 2006. Peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan nomor 177 dan nomor 178/PMK.011/2007.
Atas impor barang yang digunakan untuk kegiatan usaha hulu
minyak dan gas serta panas bumi diberikan pembebasan bea masuk,
dengan memenuhi persyaratan:
-
PT. Pertamina.
Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum, bekerja
kepada Dirjen Bea dan Cukai, dilampiri RIB (Rencana Impor Barang)
untuk kebutuhan 12 bulan yang telah disetujui Dirjen Migas, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral.
230
Teknik Kepabeanan
Permohonan untuk usaha panas bumi perlu persetujuan dari Dirjen
Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi, Departemen Energi dan SDM.
Permohonan dilampiri:
-
Copy NPWP;
Copy kontrak;
Dirjen
membatasi
barang-barang
yang
mendapatkan
fasilitas
tertentu,
maka
231
Teknik Kepabeanan
iii. Barang dan bahan oleh industri pengolahan susu.
iv. Barang dan bahan guna perbaikan dan pemeliharaan pesawat terbang.
v. Barang dan bahan guna pembuatan komponen elektronik.
vi. Barang dan bahan guna pembuatan Cold Rolled Coil (CRC) oleh industri
baja nasional.
vii. Barang dan bahan oleh industri pembuatan sorbitol.
viii. Barang dan bahan guna pembuatan botol infus.
ix. Barang dan Bahan guna pembuatan komponen untuk pembangkit listrik
tenaga uap.
x. Barang dan bahan guna pembuatan komponen kendaraan bermotor.
xi. Barang dan bahan guna pembuatan bagian tertentu alat besar dan/atau
perakitan alat besar oleh industri alat besar.
Pemberian fasilitas Bea Masuk dan juga PPN impor ditanggung
pemerintah bersifat temporer, biasanya diberikan dalam periode satu tahun.
5)
232
Teknik Kepabeanan
Skema ini terus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia, antara lain
yang telah dilakukan adalah kesepakatan perdagangan dengan China,
Korea, Jepang dan berikutnya dengan negara lain, seperti India dan
seterusnya.
Dengan
adanya
kesepakatan
preferensi
tarif
tersebut
bea
pembahasan
masuk.
mengenai
Berikut
ini
fasilitas
pembebasan
disampaikan
materi
dan
fasilitas
1)
233
Teknik Kepabeanan
pelaksanaannya belum ada sehingga masih menggunakan ketentuan yang
lama sampai diterbitkannya ketentuan TPB yang baru.
Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan
yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun
barang dengan
masuk.
Tujuan menimbun barang di TPB adalah untuk diolah, ditimbun guna
diimpor untuk dipakai, dipamerkan, dijual kepada orang tertentu, dilelang,
atau didaur ulang. Barang-barang yang ditimbun di TPB diberikan perlakuan
khusus di bidang kepabeanan, cukai dan perpajakan. TPB dapat berbentuk
Kawasan Berikat, Gudang Berikat, Entrepot Untuk Tujuan Pameran, dan
Toko Bebas Bea, serta bentuk TPB lainnya untuk keperluan lelang dan daur
ulang.
Mengingat
hal-hal tersebut
di
Tempat
ini jenis-jenis
berupa:
Kawasan Berikat;
Gudang Berikat;
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat;
Toko Bebas Bea
Tempat Pelelangan Berikat;
Tempat Daur Ulang Berikat.
234
Teknik Kepabeanan
Pada prakteknya pemberian fasilitas di bidang kepabeanan, cukai dan
perpajakan tersebut di atas dilaksanakan dengan membentuk lembaga
Tempat
Penimbunan
Berikat
yang
sepenuhnya
berada
di
bawah
2)
langsung
dengan
kegiatan
produksi
serta
peralatan
Namun jika
235
Teknik Kepabeanan
Dalam hal TPB berada di bawah Kantor Pengawasan yang telah
memiliki sistem PDE BC 2.3, Pengusaha TPB wajib menyampaikan BC 2.3
ke Kantor Pengawasan dengan menggunakan sistem PDE.
Atas penyampaian BC 2.3 sebagaimana dimaksud pihak Pengusaha
TPB wajib membayar PNBP sesuai ketentuan perundang-undangan.
Atas BC 2.3 sebagaimana dimaksud dilakukan penelitian dokumen yang
meliputi :
kelengkapan dan kebenaran pengisian data BC 2.3;dan
kelengkapan dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan.
Dokumen pelengkap pabean sebagaimana dimaksud berupa :
-
Invoice;
penyimpan data elektronik, penelitian dilakukan oleh Pejabat bea dan cukai
yang mengawasi TPB.
Namun jika
236
Teknik Kepabeanan
Dalam hal hasil penelitian dokumen dengan system PDE tidak lengkap
dan/atau tidak benar, BC 2.3 dikembalikan kepada Pengusaha TPB dengan
disertai Nota Pemberitahuan Penolakan (NPP).
Dalam hal hasil penelitian dokumen dengan system PDE memerlukan
perizinan dari instansi terkait dan diperlukan dokumen pelengkap pabean
lainnya yang diwajibkan, diterbitkan Nota Pemberitahuan Persyaratan
Dokumen (NPPD). Berdasarkan NPPD sebagaimana dimaksud, Pengusaha
TPB diberikan waktu untuk menyerahkan dokumen pelengkap pabean
lainnya yang dipersyaratkan kepada Pejabat bea dan cukai paling lama 3
(tiga) hari kerja sejak diterbitkan NPPD. Dalam hal pengusaha TPB tidak
menyerahkan dokumen pelengkap pabean sebagaimana dimaksud sampai
dengan jangka waktu 3 hari, BC 2.3 dikembalikan kepada pengusaha TPB
dengan disertai NPP.
3)
Penerbitan SPPB-TPB
Pejabat
237
Teknik Kepabeanan
lembar kedua untuk Kantor Pengawasan;
lembar ketiga untuk Kantor Pembongkaran.
4)
berdasarkan :
a. BC 2.3 yang telah didaftarkan;
b. SPPB TPB; dan/atau
c. Daftar Rekapitulasi BC 2.3 dalam hal menggunakan media penyimpan
data elektronik.
Penutupan pos BC 1.1. tersebut
nama consignee.
Dalam hal elemen data sebagaimana dimaksud ada yang tidak cocok
dilakukan
238
Teknik Kepabeanan
respon SPPB TPB Merah sebagaimana dimaksud dilakukan pemeriksaan
fisik barang di TPB.
Atas hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud diterbitkan Surat
Persetujuan Penyelesaian Dokumen (SPPD).
fisik terdapat perbedaan jumlah dan jenis barang, Pejabat bea dan cukai
menerbitkan
nota
pembetulan
berdasarkan
rekomendasi
dari
unit
pengawasan.
5)
Sedangkan untuk
239
Teknik Kepabeanan
6)
pembayaran PNBP;
Pendaftaran BC
2.3 didasarkan pada ketentuan tentang tata kerja pengeluaran barang impor
dari kawasan pabean untuk ditimbun di tempat penimbunan berikat dilakukan
dengan menggunakan media penyimpan data elektronik.
7)
i) Kawasan Berikat
Kawasan Berikat adalah suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan
batas-batas tertentu di kawasan industri atau tempat lain yang ditunjuk untuk
240
Teknik Kepabeanan
itu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan, barang
dan bahan dan kegiatan lainnya yang dapat berupa kegiatan rancang
bangun, perekayasaan, re-kondisi, pernyortiran dan/atau pemeriksaan awal,
pemeriksaan akhir dan/atau pengepakan atas barang dan bahan asal impor
atau barang dan bahan dari dalam daerah Pabean dari dalam daerah Pabean
Indonesia Lainnya (DPIL), yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
Untuk mendapatkan fasilitas maka bangunan Kawasan Berikat harus
memenuhi persyaratan fisik meliputi :
- Lokasi Kawasan Berikat dapat langsung dimasuki dari jalan umum dan
dapat dilalui oleh kendaraan pengangkut barang;
- Lokasi Kawasan Berikat tidak boleh berhubungan langsung dengan
bangunan lain;
- Lokasi Kawasan Berikat mempunyai fasilitas sistem satu pintu utama
untuk pemasukan dan pengeluaran barang ke/dari Kawasan Berikat;
- Lokasi Kawasan Berikat mempunyai pagar keliling dengan ketinggian
vertical sekurang-kurangnya 2,5 meter.
- Menyediakan ruangan yang memadai bagi petugas bea dan cukai dalam
melakukan pekerjaan di Kawasan Berikat dan pos penjagaan di pintu
utama.
- Memasang papan nama yang dapat dibaca dan tampak jelas di depan
perusahaan.
Penetapan suatu kawasan atau tempat sebagai Kawasan Berikat
dilakukan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Perusahaan yang dapat
diberikan persetujuan sebagai Penyelenggaraan Kawasan Berikat adalah
perusahaan yang berstatus PMA/PMDN, non PMA/PMDN, Koperasi atau
Yayasan.
Untuk
dapat
persetujuan
Penyelenggaraan
Kawasan
Berikat,
241
Teknik Kepabeanan
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai. Kawasan Berikat yang penyelenggaraaannya
dilakukan oleh Penyelenggaraan Kawasan Berikat dapat diperuntukkan bagi
satu perusahaan atau lebih yang melakukan kegiatan industri pengolahan.
Pengusaha yang akan melakukan kegiatan usaha industri di Kawasan
Berikat dalam waktu 14 hari sebelum memulai kegiatannya wajib melaporkan
pd Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya.
Tata
cara
permohonan
pemberian
persetujuan
sebagai
cara
permohonan
pemberian
persetujuan
sebagai
sebagai
Kawasan
Berikat
dan
persetujuan
sebagai
242
Teknik Kepabeanan
PKB segera menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor setempat
dengan melampirkan saldo awal atas barang modal, peralatan pabrik
dan/atau peralatan perkantoran yang berada di lokasi KB.
Dalam hal PKB sebagai PDKB segera menyampaikan laporan kepada
Kepala Kantor setempat dengan melampirkan:
saldo awal atas barang modal, peralatan pabrik dan/atau
peralatan perkantoran yang berada di lokasi KB;
saldo awal persediaan bahan baku;
saldo awal persediaan bahan dalam proses;
saldo awal persediaan barang jadi.
Kepala kantor setempat setelah menerima laporan sebagaimana
dimaksud, menunjuk Petugas Bea dan cukai yang akan ditempatkan di
KB yang bersangkutan dan untuk selanjutnya PKB dapat memulai
melakukan pekerjaan operasional KB.
Penolakan penetapan lokasi sebagai PKB dan persetujuan sebagai
PKB diberikan oleh Menteri berdasarkan pendapat dari Direktur Jenderal
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh Menteri.
Tata Cara Memperoleh Persetujuan PDKB
Pengusaha yang akan melakukan kegiatan usaha industri di KB (PDKB)
dalam waktu 14 hari sebelum memulai kegiatan wajib melaporkan kepada
Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk melalui PKB dengan
melampirkan antara lain:
Foto copy Bukti Kepemilikan/ penguasaan lokasi perusahaan industri
di KB dilampiri surat rekomendasi PKB; serta ijin usaha lainnya;
Peta lokasi/tempat yang akan dijadikan PDKB;
Saldo awal bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi, barang
modal dan peralatan pabrik.
PKB
sebelum
memberikan
rekomendasi
berkewajiban
untuk
243
Teknik Kepabeanan
Terhadap pemberitahuan sebagaimana dimaksud di atas Direktur
Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya melakukan penelitian terhadap
kelengkapan dan kebenaran dokumen.
Apabila ternyata persyaratan yang diajukan kurang lengkap/ tidak
benar, Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk
memberitahukan
kepada
pemohon.
Dalam
hal
pemberitahuan
dalam
diberikan
244
Teknik Kepabeanan
- Atas pengeluaran barang dan/atau bahan dari PDKB ke perusahaan
industri di DPIL lainnya dalam rangka sub kontrak, tidak dipungut PPN
dan PPnBM;
- Atas penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan sub kontrak oleh
Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB lainnya kepada
Pengusaha Kena Pajak PDKB asal, tidak dipungut PPN dan PPnBM;
- Atas peminjaman mesin dan/atau peralatan pabrik dalam rangka Sub
kontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL atau PDKB
lainnya dan Pengembaliannya ke PDKB asal tidak dipungut PPN dan
PPnBM;
- Atas pemasukan Barang Kena Cukai (BKC) dari DPIL ke PDKB untuk
diolah lebih lanjut, diberikan pembebasan Cukai;
- Penyerahan barang hasil olahan produsen pengguna fasilitas KITE
untuk diolah lebih lanjut oleh PDKB diberikan perlakuan perpajakan
yang sama dengan perlakuan terhadap barang yang diekspor.
- Pengeluaran barang dari KB yang ditujukan kepada orang yang
memperoleh fasilitas pembebasan atau penangguhan BM, Cukai dan
Pajak dalam rangka impor diberikan pembebasan atau penangguhan
BM, pembebasan Cukai, tidak dipungut PPN, PPnBM dan pasal 22
impor.
- Atas pemasukan alat pengemas (packing material) dan alat bantu
pengemas dari DPIL ke KB untuk menjadi satu kesatuan denan
barang hasil olahan PDKB, tidak di pungut PPN dan PPnBM.
Selain fasilitas kepabeanan dan perpajakan tersebut, perusahaan di
kawasan Berikat juga mendapat kemudahan dan keuntungan antara lain :
- Kelancaran arus barang dan dokumen
Pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke Kawasan Berikat
tidak dilakukan pemeriksaan fisik (kecuali untuk pengeluaran barang
ke sub kontrak di DPIL, pengeluaran ke DPIL, Reparasi mesin dan
peminjaman mesin perusahaan di DPIL) dan melalui proses
administrasi yang singkat.
- Memperbesar Working Capital dan berkurangnya Opportunity Cost.
- Efisiensi
245
Teknik Kepabeanan
Disamping
dapat
menghemat
biaya
penyimpanan
barang
di
dan
melaksanakan
kewajibannya.
PKB
(Penyelenggara
246
Teknik Kepabeanan
dan
tanggung
jawab
atas
fasilitas
yang
diterima
PDKB
untuk
dengan baik pada tempat usahanya buku dan catatan serta dokumen
yang berkaitan dengan kegiatan usahanya dalam kurun waktu 10 tahun.
PKB dan PDKB juga diwajibkan menyediakan ruangan dan sarana kerja
untuk pejabat Bea dan Cukai serta wajib menyerahkan dokumen yang
berkaitan dengan kegiatan KB apabila dilakukan audit oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai dan/atau Direktorat Jenderal Pajak.
PKB dan PDKB bertanggung jawab terhadap BM, Cukai, PPN,
PPnBM dan PPh pasal 22 yang terutang atas barang yang dimasukkan
atau dikeluarkan dari KB. Tanggung jawab tersebut dibebaskan dalam hal
barang yang ada di KB :
musnah tanpa sengaja;
telah diekspor, di re-ekspor, atau di impor untuk dipakai;
247
Teknik Kepabeanan
dimasukkan ke KB lainnya.
Disamping kewajiban tersebut, PKB dilarang barang modal atau
peralatan dan peralatan perkantoran tanpa persetujuan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk PDKB dilarang memindahkan
barang modal atau peralatan pabrik yang dipergunakan secara langsung
dalam proses produksi PDKB serta barang dan/atau bahan tanpa
persetujuan Direktur Jenderal atau pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk.
Barang yang dilarang di impor tidak diperbolehkan untuk dimasukkan ke
KB.
Pemasukan Barang dari TPS Ke Kawasan Berikat.
Barang yang datang dari luar negeri ditimbun di Tempat Penimbunan
Sementara (TPS) di pelabuhan bongkar. Dari TPS barang diangkut ke
Kawasan Berikat.
Pemasukan barang dan/atau bahan asal impor oleh PDKB dari TPS
ke KB dilakukan dengan mengajukan formulir BC 2.3 dilampiri dengan Bill
of Lading atau Airway bill, Invoice, packing list dan dokumen pendukung
lainnya.
Dalam hal pengajuan BC 2.3 di terima, diterbitkan surat persetujuan
pengeluaran barang untuk pengeluaran dari kawasan Pabean berupa
SPPB-TPB
Langkah-langkah penyelesaian
di Kantor
248
Teknik Kepabeanan
Pejabat bea dan cukai yang mengelola BC 2.3 menyerahkan hasil
cetak BC 2.3 dan SPPB TPB atau SPPB TPB Merah kepada
Pejabat bea dan cukai yang mengelola administrasi manifes untuk
penutupan pos BC 1.1.
Pejabat bea dan cukai yang mengelola administrasi manifes pada
Kantor pembongkaran mencocokan beberapa elemen data BC 2.3
dan SPPB TPB atau SPPB TPB Merah, dengan data pada BC 1.1
yaitu :
-
nama consignee.
249
Teknik Kepabeanan
Dalam hal data pada hasil cetak BC 2.3, SPPB TPB atau SPPB
TPB Merah, dan konfirmasi data BC 2.3 menunjukan tidak sesuai;
Unit
pengawas
pada
Kantor
Pengawasan
memberikan
atau
mencocokan
nomor
petikemas
dalam
hal
yang
mengawasi
pengeluaran
barang
pada
Kantor
pembongkaran:
250
Teknik Kepabeanan
-
melakukan
penyegelan
dan
mencatat
identitas
sarana
pengangkut, nomor, dan jenis segel pada SPPB TPB atau SPPB
TPB Merah.
-
barang
modal
dan
peralatan
untuk
keperluan
barang
modal
dan/atau
peralatan
untuk
keperluan
251
Teknik Kepabeanan
permohonan penanggungan Bea Masuk kepada Direktur Jenderal Bea
dan Cukai up. Direktur Fasilitas Kepabeanan.
Permohonan harus
memuat sekurang-kurangnya :
- Nomor dan tanggal pemberian persetujuan PKB atau PKB merangkap
PDKB;
- Daftar rincian barang yang dibutuhkan meliputi jumlah, jenis/ tipe dan
nilai Pabean.
Atas permohonan yang disetujui oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai diterbitkan surat keputusan penangguhan Bea Masuk, tidak
dipungut PPN, PPnBM, dan PPh pasal 22 Impor. Pelaksanaan
pengeluaran
barang
impor
dimaksud
diberlakukan
tata
laksana
252
Teknik Kepabeanan
Dokumen pengeluaran barang dari gudang berikat ke Kawasan
Berikat menggunakan formulir khusus (BC 2.7) digunakan untuk
melindungi pemindahan / pengangkutan barang dari Gudang Berikat ke
Kawasan Berikat.
Barang dimuat ke dalam petikemas dengan pengawasan Pabean
dan kemudian disegel. Dalam hal barang tiba di Kawasan Berikat pejabat
Pabean di Kawasan Berikat meneliti dokumen BC 2.7 dan kemasan
barang dan segelnya. Dokumen tersebut dikirim ke pejabat Pabean yang
mengawasi Gudang Berikat untuk dilakukan rekonsiliasi bahwa barang
tersebut telah tiba di Kawasan Berikat dengan baik. Rekonsiliasi ini
berguna untuk pengawasan tujuan pengeluaran barang dari Gudang
Berikat tidak di salahgunakan.
Pemasukan barang dari KB lainnya ke KB
Selain pemasukan barang dari TPS dan Gudang Berikat barang yang
akan diolah di Kawasan Berikat dapat berasal dari Kawasan Berikat lain.
Pemasukan barang dari Kawasan Berikat lainnya ke Kawasan Berikat
dilakukan dengan menggunakan formulir BC 2.7 dilampiri dengan
kontrak.
Pengangkutan barang dimaksud dilakukan dengan penyegelan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Atas pemasukannya ke Kawasan
Berikat tidak dilakukan pemeriksaan fisik kecuali terhadap hasil intelijen
tentang adanya pelanggaran ketentuan kepabeanan yang dinyatakan
dalam surat perintah tertulis dari Direktur Jenderal.
Pemasukan barang modal atau peralatan pabrik dari Kawasan
Berikat lainnya ke Kawasan Berikat hanya dapat dilakukan dengan
syarat:
253
Teknik Kepabeanan
-
pengiriman
tersebut
merupakan
realisasi
yang
dilakukan
berdasarkan kontrak.
Formulir BC 2.7 yang telah diisi secara lengkap dan benar oleh
PDKB asal, diajukan kepada Pejabat Bea dan Cukai dan di Kawasan
Berikat asal. Dalam hal pemindahan barang menggunakan lebih dari satu
sarana pengangkut, maka diperlukan copy lembar ke-1 formulir BC 2.7
yang telah ditandasahkan oleh Pejabat Bea dan Cukai di Kawasan
Berikat asal guna melindungi setiap sarana pengangkut.
Pejabat Pabean di Kawasan Berikat tujuan meneliti dokumen BC 2.7
dan segel kemasan. Selanjutnya mengirim kembali dokumen pelindung
pengangkut tersebut ke pejabat Pabean di Kawasan Berikat asal untuk
kepentingan rekonsiliasi dengan dokumen / data yang ada yang
membuktikan bahwa barang telah diangkut sesuai tujuan.
Pemasukan barang modal, peralatan pabrik, barang/bahan dari DPIL
Barang-barang atau bahan baku yang akan diolah menjadi barang jadi di
Kawasan Berikat bukan hanya yang berasal dari luar negeri. Barang yang
akan diolah atau dimasukkan ke Kawasan Berikat boleh juga barangbarang dari dalam negeri atau DPIL (Daerah Pabean Indonesia Lainnya).
Barang-barang tersebut diolah/digabung dengan barang-barang asal
impor, sudah tentu barang yang berasal dari dalam daerah Pabean tidak
terhutang dan tidak perlu dipungut bea masuk, namun tidak demikian
dengan PPN, karena setiap transaksi Barang Kena Pajak di dalam negeri
terhutang PPN.
Oleh karena Barang Kena Pajak tersebut akan diolah tujuannya
untuk diekspor maka atas pemasukan barang tersebut, tidak dipungut
PPN. Apabila PPNnya telah dibayar dapat diberikan restitusi atau
kompensasi.
Pemasukan barang modal, peralatan pabrik, barang/bahan dari DIL
ke Kawasan Berikat dengan menggunakan BC 4.0 dilampiri dengan faktur
pajak dan dokumen pendukung lainnya. Formulir BC 4.0 diajukan oleh
PDKB atau kuasanya kepada Pejabat Bea dan Cukai di Kawasan Berikat.
254
Teknik Kepabeanan
Atas
pemasukannya
ke
Kawasan
Berikat
tidak
dilakukan
Bea
pemberitahuan
dan
ekspor
Cukai
di
dimaksud
Kawasan
melakukan
Berikat
berdasarkan
pengawasan
dan
255
Teknik Kepabeanan
Setelah barang masuk ke Kawasan Pabean/pelabuhan maka
berdasarkan dokumen PEB dan dokumen pelengkap pabean, pejabat
Pabean di pelabuhan muat mengisi nomor dan tanggal manifest (Outward
manifest) pada dokumen PEB (crosscheck manifest kapal dengan
muatan kapal).
Pengeluaran barang hasil olahan PDKB untuk tujuan pameran di
ETP
Barang-barang hasil produksi Industri di kawasan Berikat juga dapat di
pamerkan kepada masyarakat untuk kepentingan promosi, pengenalan
produk dan pemasaran. Namun pameran hanya dapat dilakukan di
Entrepot untuk tujuan pameran. Hal ini dimungkinkan karena ETP ini juga
termasuk dalam tempat penimbunan Berikat.
Pengeluaran barang hasil olahan PDKB untuk tujuan pameran di
ETP dilakukan dengan menggunakan formulir BC 2.7 dilampiri kontrak.
Pengusaha di Kawasan Berikat mengajukan dokumen BC 2.7
kepada pejabat Pabean di Kawasan Berikat. Pejabat Pabean di KB
memberi persetujuan keluar pada dokumen BC 2.7. Petugas Pabean di
pintu keluar mencocokan peti kemas barang/alat angkut dengan dokumen
BC 2.7 dan selanjutnya menyerahkan B.C.2.7 kepada PDKB untuk
melindungi pengangkutan barang ke TPPB/Entrepot tujuan pameran.
Pejabat Pabean di KB melakukan rekonsiliasi dokumen BC 2.7, yang
diterima dari pejabat Pabean di TPPB/ETP, yang berarti barang telah tiba
di TPPB/ETP dengan baik.
Pengangkut barang dimaksud dilakukan dengan penyegelan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Barang dimaksud harus dikembalikan
ke KB asal dalam jangka waktu selambat-lambatnya satu bulan setelah
pameran selesai.
Pemasukan kembali barang dimaksud ke PDKB asal setelah selesai
pameran dari TPPB/ETP ke KB asal dilakukan dengan menggunakan
formulir BC 2.7 asal barang.
Atas pemasukan barang dimaksud dari TPPB/ETP dilakukan
pemeriksaan fisik barang oleh Pejabat Bea dan Cukai di KB. Selanjutnya
Pejabat Pabean di TPPB/ETP melakukan rekonsiliasi dokumen BC 2.7
256
Teknik Kepabeanan
yang diterima dari Pejabat Pabean di KB, bahwa barang telah
dimasukkan kembali ke KB dengan baik.
Pengeluaran barang yang telah diolah oleh PDKB ke DPIL
Barang hasil olahan oleh Industri di kawasan Berikat pada prinsipnya
tujuan utama untuk diekspor. Dengan kondisi tertentu barang tersebut
dapat juga dijual ke dalam negeri (DPIL). Peluang ini memang harus
diberikan karena tidak semua barang hasil produksi KB dapat di ekspor,
antara lain misalnya : jenis barang yang di produksi tidak sesuai pesanan
sehingga ditolak oleh pembeli luar negeri, pemasaran barang keluar
negeri terbatas atau terhambat faktor musim, perluasan pemasaran ke
dalam negeri karena barang tersebut diminati konsumen dalam negeri,
dan sebagainya.
Pengeluaran barang yang telah diolah dari PDKB ke DPIL dengan
menggunakan BC.2.5 sesuai Tatalaksana di bidang impor dengan
ketentuan sebagai barikut :
- Sebanyak-banyaknya 50% dari jumlah nilai hasil produksi tahun
berjalan untuk barang yang tidak memerlukan proses lebih lanjut.
- Sebanyak-banyaknya 60% dari jumlah hasil nilai produksi berjalan,
untuk barang selain tersebut di atas.
- Sebanyk-banyaknya 75% dari jumlah nilai hasil produksi berjalan,
untuk PDKB yang mensuplai perusahaan pertambangan, minyak dan
gas, serta PDKB yang bergerak dalam industri perminyakan, gas,
perkapalan didalam negeri dan industri oleo chemical.
Atas pengeluaran barang yang telah diolah oleh PDKB ke PDIL
dikenakan bea masuk, cukai, PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 impor
sepanjang terhadap pengeluaran tersebut tidak ditujukan kepada pihak
yang memperoleh fasilitas pembebasan atau penangguhan bea masuk,
cukai dan pajak dalam rangka impor.
Dasar perhitungan pungutan negara adalah sebagai berikut :
- BM berdasarkan tarif bahan baku dengan pembebanan dan kurs
valuta asing yang berlaku pada saat dikeluarkan dari PDKB dan nilai
pabean bahan baku pada saat diimpor ke PDKB.
257
Teknik Kepabeanan
- Apabila pembebanan tarif bea masuk untuk bahan baku lebih tinggi
dari pembebanan tarif bea masuk untuk barang hasil olahan, bea
masuk didasarkan pada pembebanan tarif bea masuk barang hasil
olahan yang berlaku pada saat dikeluarkan dari PDKB.
- Cukai berdasarkan ketentuan perundang-undangan cukai yang
berlaku.
- PPN, PPnBM berdasarkan harga penyerahan.
- PPh pasal 22 Impor berdasarkan harga penyerahan hasil olahan yang
bahan baku seluruhnya berasal dari impor.
- PPh pasal 22 Impor terhadap pengeluaran barang hasil olahan yang
berasal dari bahan baku impor dan bahan baku lokal, berdasarkan
tarif dikalikan dengan prosentase kandungan bahan baku impor
dikalikan penyerahan.
Dengan demikian jelas bahwa barang yang semula diberikan
penangguhan bea masuk pada saat dimasukkan ke KB. Karena
tujuannya untuk dikeluarkan kembali ke luar negeri (diekspor dalam
bentuk barang jadi), ketika barang tersebut dikeluarkan dari KB ke DPIL
untuk dikonsumsi maka bea masuk dan pajak yang terhutang harus
dilunasi. Hal ini telah mencakup azaz keadilan, dimana semua barang
yang di konsumsi di dalam negeri dipungut bea masuk dan pajak.
Terhadap barang/bahan asal DPIL yang dimasukkan ke KB kemudian
dikeluarkan lagi ke DPIL digunakan form BC 4.1.
Pengeluaran barang asal impor yang tidak diolah di KB untuk tujuan
diekspor kembali.
Terhadap barang asal impor yang berada di KB yang diekspor kembali ke
luar negeri tidak wajib dilunasi bea masuk dan pajak impor.
Pengeluaran barang asal impor yang tidak diolah di KB untuk tujuan
diekspor kembali dilakukan dengan menggunakan form BC 3.0 (PEB)
dilampiri dokumen pelengkap pabean.
Pejabat
Pabean di
dan
dimuat.
258
Teknik Kepabeanan
Sub kontrak
Dalam suatu industri sudah lumrah bahwa tidak semua tahap proses
produksi di kerjakan oleh satu perusahaan, adakalanya beberapa bagian
pekerjaan dilakukan oleh pihak lain. Hal yang demikian disebut sebagai
sub kontrak.
PDKB dapat mensubkontrakkan sebagian kegiatan pengolahannya
kepada PDKB lain atau perusahaan industri di DPIL, Pekerjaan sub
kontrak meliputi seluruh jenis produksi dan harus diselesaikan selambatlambatnya 60 (enam puluh) hari sejak dikeluarkan barang dan/atau bahan
dari KB, dan harus dilakukan berdasarkan perjanjian sub kontrak yang
sekurang-kurangnya memuat uraian pekerjaan yang dilakukan, jangka
waktu, jumlah barang dan/atau bahan yang diterima dari PDKB dan
jumlah hasil pekerjaan yang dikembalikan kepada PDKB termasuk
barang sisa atau potongan. Penyerahan pekerjaan sub kontrak kepada
perusahaan industri yang berada di DPIL harus disertai surat pernyataan
dari pelaksana sub kontrak tentang kesediaan untuk dilakukan audit oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan jaminan yang diserahkan kepada
Bendaharawan Bea dan Cukai
Penyerahan barang dan/atau bahan dalam rangka sub kontrak
kepada PDKB lainnya atau DPIL dilakukan dengan menggunakan formulir
BC 2.6.1.
259
Teknik Kepabeanan
dari KB ke DPIL, dan dengan demikian di perhitungkan dalam jumlah
barang yang dikeluarkan ke DPIL. Pihak Pabean akan mencarikan
jaminan atau melakukan penagihan bea masuk dan pajak dalam rangka
impor barang-barang yang harus dimasukkan kembali ke KB termasuk
juga sisa-sisa produksi atau scrap dari pekerjaan tersebut.
Disamping itu pengusaha di KB (PDKB) dapat menerima pekerjaan
Sub Kontrak dari DPIL. Untuk dapat melakukan pekerjaan sub kontrak
PDKB harus mendapat persetujuan dari Kepala Kantor Pabean.
Pengeluaran mesin dan/atau peralatan pabrik dari Kawasan Berikat
untuk Peminjaman dan Reparasi/perbaikan
Semua barang yang berada dalam kawasan Berikat berada dalam
pengawasan Pabean, baik berupa bahan baku produksi, mesin-mesin
maupun barang modal lainnya. Semua barang yang berada dalam
kawasan
Berikat
pengeluarannya
harus
sepengetahuan
Pabean.
mesin
dan
peralatan
lain
dari
KB
untuk
tujuan
diperbaiki/Reparasi.
Mesin dan/atau peralatan pabrik yang akan dipergunakan untuk
mengerjakan pekerjaan sub kontrak dapat dipinjamkan oleh PDKB
kepada PDKB lainnya atau pelaksana sub kontrak di DPIL untuk jangka
waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dan dapat diperpanjang untuk
paling lama 2 (dua) kali 12 (dua belas) bulan. Pengeluaran mesin
dan/atau peralatan pabrik dimaksud dengan menggunakan formulir BC
2.6.1. untuk penyerahannya kepada pelaksana sub kontrak di DPIL wajib
dipertaruhkan jaminan kepada Bendaharawan Bea dan Cukai atau
Pejabat yang ditunjuknya.
PDKB juga dapat mengeluarkan mesin dan/atau peralatan pabrik ke
DPIL
di
reparasi atau
diperbaiki
dengan
260
Teknik Kepabeanan
lama 12 (dua belas) bulan sejak mesin dan/atau peralatan pabrik
dikeluarkan dari KB.
Pengeluaran mesin atau peralatan pabrik dari kawasan Berikat untuk
tujuan di Reparasi dapat dilakukan di luar negeri (luar daerah Pabean)
dan di dalam negeri (DPIL). Pengeluaran mesin dan/atau peralatan pabrik
dari KB ke luar negeri dengan tujuan Reparasi/perbaikan dilakukan
dengan menggunakan PEB.
Pejabat Pabean di KB melakukan pemeriksaan peti kemas mesin
yang akan di Reparasi dan memberikan persetujuan keluar/persetujuan
muat, dan barang diangkut ke pelabuhan muat (kawasan Pabean).
Proses selanjutnya sama dengan pengeluaran barang yang akan di
ekspor kembali dari KB yang telah dibahas sebelumnya.
Pemasukan kembali mesin tersebut ke KB digunakan dokumen BC
2.6.2 dilampiri dokumen asal waktu pengeksporan. Sedangkan jika
Reparasi mesin dilakukan di dalam negeri (DPIL) dilakukan pemeriksaan
fisik barang oleh Pabean di KB, dan dokumen di cap REPARASI DPIL.
Pemasukan kembali mesin/peralatan yang telah di Reparasi ke
dalam KB dengan menggunakan dokumen BC 2.6.2 dilampiri dokumen
asal (saat keluar KB). Atas barang tersebut dilakukan pemeriksaan fisik
dan dicocokkan data barang dengan dokumen yang bersangkutan.
Mesin atau peralatan pabrik yang digunakan secara langsung dalam
proses produksi di kawasan Berikat dapat diganti dengan mesin atau
peralatan yang baru. Sedangkan mesin dan peralatan lam harus di
ekspor kembali atau dipindahkan ke kawasan Berikat lain. Boleh juga
mesin tersebut di keluarkan ke peredaran bebas (DPIL) dengan
membayar bea masuk PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 dengan
memenuhi ketentuan di bidang impor, atau mesin dan peralatan tersebut
di musnahkan di bawah pengawasan Pabean.
Atas barang modal dan peralatan pabrik asal impor milik PKB /
PDKB apabila telah melampai jangka waktu 2 tahun sejak dimasukkan di
Kawasan Berikat dapat dipindahtangankan ke DPIL
tanpa kewajiban
261
Teknik Kepabeanan
Bea Masuk berdasarkan nilai pabean barang modal dan perlatan
pabrik pada saat dimasukkan ke KB ; dan
Bunga sebesar 2% perbulan dari Bea Masuk yang seharusnya
dibayar yang dihitung sejak bulan diajukan permohonan pengeluaran
dari KB sampai dengan genap 2 tahun sejak dimasukkan ke KB.
Pemeriksaan Pembukuan
Sebagaimana ketentuan yang diatur dalam undang-undang kepabeanan
bahwa semua orang atau badan yang terkait dengan kegiatan impor dan
ekspor, termasuk pengusaha tempat penimbunan Berikat, diwajibkan
menyelenggarakan pembukuan dan menyimpan catatan serta surat
menyurat yang berkaitan dengan impor dan ekspor. Hal ini diperlukan
untuk pelaksanaan audit di bidang kepabeanan sebagai konsekuensi di
berlakukannya sistem Self Assessment dan pemeriksaan barang secara
selektif dalam pemberian fasilitas di kawasan Berikat.
Untuk
pengamanan
hak
keuangan
negara
dan
menjamin
262
Teknik Kepabeanan
Pembekuan dan pencabutan persetujuan PKB
Sebagai penyelenggara kawasan Berikat yang bersangkutan
harus memenuhi segala ketentuan dan persyaratan tertentu.
Persetujuan PKB dapat dibekukan dalam hal :
-
dalam
waktu
12
bulan
berturut-turut
selama
berlakunya
diekspor kembali,
263
Teknik Kepabeanan
Dalam hal PKB tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan
dimaksud dalam jangka waktu yang ditentukan, maka barang yang
bersangkutan dinyatakan sebagai barang tidak dikuasai, dan pada
saatnya dapat dilakukan pelelangan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pencabutan Persetujuan PDKB
Sebagai
pengusaha
pada
kawasan
Berikat
yang
telah
yang
berlaku,
yang
dapat
berakibat
pencabutan
dalam
waktu
12
bulan
berturut-turut
selama
berlakunya
diekspor kembali,
264
Teknik Kepabeanan
-
dan
pengeluaran
petikemas
kosong
dengan
265
Teknik Kepabeanan
terlambat karena tidak ada bahan yang akan di proses, buruh
menganggur dengan tetap mendapatkan upah, jadwal pengiriman barang
jadi tertunda dengan segala konsekuensi karena menyimpang dari
kontrak. Keterlambatan bahan baku mungkin dapat kompensasi dengan
kerja lembur malam hari dengan tambahan cost, dan pengiriman barang
ke pembeli mungkin dapat dialihkan dengan angkutan udara, yang
kesemuanya menimbulkan ketidak efisienan dan menimbulkan biaya
tinggi.
Fasilitas Gudang Berikat diharapkan dapat menanggulangi atau
paling tidak dapat mengurangi resiko tersebut di atas. Disamping itu
fasilitas Bonded Warehouse memang sudah lazim di dunia perdagangan
internasional.
Gudang Berikat (GB) adalah suatu bangunan atau tempat dengan
batas-batas tertentu di dalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan,
pengemasan,
penyortiran,
pengepakan,
pemberian
label/merk,
266
Teknik Kepabeanan
usaha, dan sebagainya) dan persyaratan fisik Gudang Berikat (dapat
dimasuki jalan umum, mempunyai sarana dan prasarana untuk
melakukan kegiatan di Gb dan sebagainya).
Sebelum Gudang Berikat dibangun, yang bersangkutan dapat
memperoleh persetujuan prinsip pendirian. Dengan demikian semua
barang-barang, konstruksi Gudang Berikat/ instalasi untuk keperluan
pendirian GB dapat diimpor dengan mendapatkan fasilitas penangguhan
Bea masuk dan pajak-pajak impor tidak di pungut.
Perusahaan yang telah mendapat izin prinsip pendirian GB harus
melalui pembangunan GB dalam waktu 6 (enam) bulan dan harus
mengajukan izin PGB selambat-lambatnya dua tahun sejak izin prinsip
diberikan.
Barang impor yang dicabut izin prinsipnya diselesaikan dengan cara
di Re-ekspor atau dimasukkan ke KB atau GB. Disamping itu jika barang
tersebut di impor untuk dipakai, maka bea masuk dan pajak impornya
harus dibayar.
Fasilitas yang diberikan terhadap barang impor yang dimasukkan ke
Gudang Berikat dapat berupa :
Barang dan peralatan yang digunakan dalam rangka pembangunan
dan kegiatan di Gudang Berikat (GB) yang diimpor oleh PGB
diberikan penangguhan Bea Masuk, tidak di pungut PPN, PPnBM,
dan PPh Pasal 22 Impor. Barang tersebut seutuhnya konsekuensi
bangunan, peralatan administrasi kantor, dan sebagainya.
Barang dan bahan asal impor yang dimasukkan ke GB oleh PGB
diberikan fasilitas berupa penangguhan Bea Masuk, pembebasan
Cukai, tidak dipungut PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22 Impor. Barang
ini merupakan barang-barang impor yang ditimbun. Barang dan
bahan asal impor yang dimasukkan ke GB untuk di konsumsi di dalam
GB dikenakan Bea Masuk dan Pajak Impor.
267
Teknik Kepabeanan
Kewajiban dan larangan bagi PGB dan PPGB
Kewajiban PGB, Penyelenggara Gudang Berikat baik yang merangkap
sebagai PPGB maupun yang membawahi beberapa PPGB berkewajiban
untuk:
-
Memberikan
rekomendasi
kepada
pengusaha
yang
akan
Pada
Gudang
Berikat
(PPGB)
yang
melakukan
268
Teknik Kepabeanan
menerbitkan
invoice
dimaksud
harus
membuat
sekurang-
kurangnya data:
Negara asal ;
dan
PGB
yang
bertindak
sebagai
PPGB
wajib
Jaminan tidak
269
Teknik Kepabeanan
Pemasukan Barang Ke Gudang Berikat.
Pada prinsipnya semua barang dapat ditimbun di Gudang Berikat karena
fungsinya sebagai tempat menimbun barang. Namun terhadap barang
yang dilarang di impor, tidak boleh ditimbun di Gudang Berikat.
Begitu pula terhadap barang impor yang diatur tata niaganya atau
diawasi importasinya, hanya boleh dikeluarkan dari Gudang Berikat untuk
tujuan impor untuk dipakai jika telah mendapatkan persetujuan/ izin dari
instansi terkait. (misalnya: Departemen Perindustrian, atau Departemen
Perdagangan) dan dengan memenuhi formalitas Pabean, pengajuan
dokumen impor dan membayar bea masuk dan PDRI.
Berkaitan dengan fasilitas Gudang Berikat, ada dua kategori barang
yang dimasukkan ke Gudang Berikat. Pertama barang yang di impor
untuk keperluan mendirikan GB dan peralatan serta kelengkapan sarana
dan prasarananya. Kedua, barang yang semata-mata ditimbun untuk
kemudian di keluarkan dengan tujuan untuk di pakai.
Barang-barang yang berada di Gudang Berikat wajib dilunasi bea
masuknya jika di keluarkan dari Gudang Berikat ke DPIL.
Ketentuan pemasukan barang ke Gudang Berikat adalah sebagai
berikut:
Pemasukan Barang atau peralatan oleh PGB dan pemasukan bahan
makanan dan minuman yang akan dikonsumsi di GB.
PGB yang telah mendapatkan persetujuan prinsip pendirian GB
dapat
memasukkan
barang
atau
peralatan
dalam
rangka
270
Teknik Kepabeanan
Masuk hanya barang untuk sarana / prasarana GB yang tetap berada
dalam GB, dan barang impor yang ditimbun di GB.
Pemasukan Barang Impor oleh PPGB
Barang impor yang akan dimasukkan ke Gudang Berikat,
langsung diangkut dari TPS di Kawasan Pabean menuju ke Gudang
Berikat dengan dilindungi Dokumen BC.2.3.
Barang impor yang dimasukkan ke GB harus tercantum jelas
nama GB tujuan pada LC/RIB, Invoice, B/L atau AWB.
Pemasukan barang impor dari pelabuhan bongkar/ TPS ke GB
dilakukan dengan menggunakan formulir BC.2.3 dengan dilampiri
BL/AWB, Invoice, dan Packing List. Tata kerja penyelesaian BC 2.3
sama dengan prosedur pemasukan dari TPS ke TPB.
Atas barang impor yang akan di masukkan ke GB pencocokan
nomor peti kemas /kemasa dan dilakukan peneraan segel atau tanda
pengaman pada peti kemas/ kemasa serta diberikan persetujuan
pengeluaran oleh Pejabat Bea dan Cukai Pelabuhan Bongkar.
Petugas Bea dan Cukai di GB mlakukan pembukaan segel atau
tanda pengaman serta melakukan pengawasan atas barang yang
dimasukkan ke dalam GB. Barang impor yang dimasukkan oleh
PPGB ke GB tidak dilakukan pemeriksaan fisik, kecuali :
- Segel yang diberikan oleh Bea dan Cukai Pelabuhan Bongkar/
TPS dalam keadaan rusak atau keadaan segel peti kemas/
kemasan berbeda, dan/ atau ;
- Adanya Nota Intelejensi kecurigaan akan atau telah terjadinya
pelanggaran.
Rekonsiliasi BC.2.3 perlu dilakukan untuk memastikan barang
telah diangkut dari TPS ke GB dengan baik dan benar. Bentuk
pengawasan ini dilakukan mengingat atas barang tersebut belum
selesai formalitas Pabeannya.
Pengeluaran Barang Dari Gudang Berikat
Pengeluaran barang impor yang ditimbun di Gudang Berikat dapat
ditujukan untuk di impor untuk di pakai (dikeluarkan ke DPIL) dengan
271
Teknik Kepabeanan
membayar Bea Masuk dan Pajak Impor. Bahkan dalam hal tertentu jika
barang impor tersebut dimasukkan ke Kawasan Berikat (sebagai bahan
baku industri) diberikan fasilitas penangguhan Bea Masuk dan PDRI tidak
dipungut. Selain itu barang yang berada di GB dapat di re-ekspor atau
dikeluarkan / dikirim kembali ke luar negeri (tidak dipungut Bea Masuk).
Pengeluaran barang dari GB dengan tujuan diimpor untuk di pakai
Pengeluaran barang impor dari GB ke DPIL dengan tujuan di
pakai dilakukan oleh PPGB dengan menggunakan PIB sesuai dengan
tatalaksana Kepabeanan di bidang impor dan cukai dan dilakukan
pemeriksaan Pabean.
Dasar perhitungan pemungutan negara adalah :
- BM berdasarkan nilai Pabean dan tarif BM yang berlaku pada saat
pendaftaran PIB di Kantor Pabean yang mengawasi GB.
- PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22 Impor berdasarkan nilai impor
dan tarif yang berlaku pada saat pendaftaran PIB di Kantor
Pabean yang mengawasi GB
- Cukai berdasarkan harga dasar dan tarif cukai yang berlaku pada
saat pendaftaran PIB di Kantor yang mengawasi GB.
Atas pengeluaran barang dimaksud PPGB dapat menerbitkan
invoice dan Packing List. Karena pengeluaran barang impor secara
bertahap atau sebagian-sebagian, tergantung pembeliannya.
Pengeluaran barang dari GB dengan tujuan diimpor untuk dipakai
dengan fasilitas pembebasan atau keringanan Bea Masuk.
Fasilitas pembebasan atau keringanan Bea Masuk diberlakukan terhadap
pihak yang mendapat fasilitas di maksud, sebagaimana impor barang
biasa tanpa melalui GB. Pemberian fasilitas Pembebasan/keringanan
tersebut
harus
dibuktikan
dengan
Surat
Keputusan
272
Teknik Kepabeanan
dilampiri invoice dan Packing List yang dikeluarkan oleh PDKB serta
Kontrak antara PPGB dan PDKB.
Terhadap pengeluaran barang dimaksud dilakukan pengawasan
pemuatan barang (stuffing) ke Peti kemas/ kemasan barang dilakukan
peneraan segel atau tanda pengaman pada peti kemas/ kemasan barang
oleh Pejabat Bea dan Cukai yang mengawasi GB, dengan mencatat
nomor/ jenis segel atau tanda pengaman pada formulir BC. 2.7. PDKB
melalui PPGB wajib menyerahkan BC. 2.7 lembar ke-1 yang telah ada
bukti penerimaan dari Kepala Kantor yang mengawasi PDKB kepada
Kepala Kantor yang mengawasi GB selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
setelah barang sampai ke PDKB. Semua pengeluaran barang dari GB
harus dengan sepengetahuan Pabean.
Pengeluaran dengan tujuan untuk di ekspor kembali.
Barang yang ditimbun di Gudang Berikat dalam hal tertentu harus di
ekspor kembali ke luar negeri, misalnya karena tidak laku di jual di dalam
negeri, rusak, atau ada pembeli lain di luar negeri.
Pengeluaran barang impor dari GB yang akan di ekspor kembali
melalui pelabuhan Muat/ TPS dilakukan dengan menggunakan formulir
PEB dengan menunjuk BC. 2.3 pemasukan (dokumen asal barang.
Pengeluaran barang dimaksud dari GB dilakukan pemeriksaan
Pabean, pengawasan Stuffing ke peti kemas/ kemasan barang dan
dilakukan peneraan segel atau tanda pengaman pada peti kemas/
kemasan barang oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Pemeriksaan pembukuan
Untuk pengamanan hak keuangan negara dan menjamin dipenuhinya
ketentuan-ketentuan Kepabeanan dan cukai yang berlaku, Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas pembukuan, catatan dan
dokumen PGB dan PPGB yang berkaitan dengan pemasukan dan
pengeluaran barang ke dan dari GB, pemindahan barang dalam GB serta
pencacahan sediaan barang. Dalam hal berdasarkan hasil audit
kedapatan selisih kurang jumlah dan/ atau jenis barang, PPGB
bertanggung jawab atas pelunasan BM, Cukai, PPN, PPnBM, PPh Pasal
273
Teknik Kepabeanan
22 Impor yang terhutang dan sanksi berupa denda sebesar 100 persen
dari pungutan negara yang seharusnya. Apabila hasil pemeriksaan
dimaksud terdapat selisih lebih jumlah dan/ atau jenis barang maka
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Pembekuan dan Pencabutan Izin
Pembekuan Sementara Persetujuan PPGB
Kepala Kantor yang mengawasi GB dapat membekukan untuk
sementara waktu persetujuan PPGB, dalam hal :
- Berdasarkan
pemberitahuan
dilakukannya
penyidikan
atas
pelanggaran Kepabeanan ;
- Sekurang-kurangnya telah diterbitkan sebanyak-banyaknya 3
(tiga)
kali
peringatan
tertulis
kepada
PPGB
yang
tidak
Jenderal
atas
nama
Menteri
Keuangan
mencabut
pemasukan
pembayaran
dan
sepanjang
nilai
Pabean
memenuhi
pada
waktu
ketentuan
dilakukan
tatalaksanaan
yang
telah
dicabut
persetujuannya
dibebaskan
dari
274
Teknik Kepabeanan
- Diekspor kembali ;
- Dimusnahkan dengan persetujuan Kepala Kantor Pabean yang
mengawasi GB.
Pencabutan Persetujuan PPGB
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
mencabut Persetujuan PPGB dalam hal :
- PPGB melakukan pelanggaran ketentuan di bidang Kepabeanan,
cukai dan perpajakan yang diancam dengan hukuman penjara
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun ;
- Dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut slam
berlakunya persetujuan, PPGB tidak melakukan kegiatan ;
- PPGB dinyatakan pailit oleh pengadilan ;
- Atas permohonan PPGB yang bersangkutan.
Dalam hal persetujuan PPGB dicabut, Kepala Kantor Pabean
yang mengawasi GB segera melakukan mengadakan pencacah atas
barang yang masih tersisa pada GB yang bersangkutan dan PPGB
dapat :
- Memindahkan /menyerahkan barang tersebut kepada PPGB atau
PDKB;
- Mengekspor kembali ;
- Memusnahkan
barang
tersebut
dengan
persetujuan
dan
275
Teknik Kepabeanan
iii) Toko Bebas Bea
Pengertian
Toko Bebas Bea (Duty Free Shop) merupakan salah satu jenis Tempat
Penimbunan Berikat. Berbeda dengan jenis tempat penimbunan Berikat
lainnya, atas Toko Bebas Bea diberikan fasilitas kepabeanan bukan
dalam rangka upaya mendorong industri atau pembangunan ekonomi luar
negeri. Fasilitas TBB diberikan berkaitan dengan perlakuan yang lazim
ada dalam hubungan atau pergaulan Internasional, karena alasan
hubungan timbal balik dengan negara sahabat (Korps Diplomatik) dan
kebiasaan Internasional lainnya.
Dilihat dari namanya Toko Bebas Bea, merupakan toko tempat
menjual barang dengan pembebasan bea masuk, Cukai dan Pajak. Toko
Bebas Bea hanya dapat menjual barang kepada orang-orang tertentu
yang lazim di berikan pembebasan bea masuk seperti anggota Korps
Diplomatik. Tenaga ahli bangsa asing, turis asing atau warga negara
asing yang bekerja pada PMA/PDMN, orang yang bepergian ke luar
negeri dan orang yang baru tiba dari luar negeri.
Barang-barang yang berada dan akan dijual di TBB berasal dari impor
dan juga boleh barang yang berasal dari dalam negeri. Dengan demikian
TBB didefinisikan sebagai berikut :
Toko Bebas Bea (TBB) adalah bangunan dengan batas-batas tertentu
yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan usaha menjual barang asal
impor dan atau barang asal daerah Pabean kepada warga negara asing
tertentu yang bertugas di Indonesia, orang yang berangkat ke luar negeri
atau orang yang tiba dari luar negeri dengan mendapatkan pembebasan
BM, Cukai dan Pajak.
Untuk dapat melayani orang-orang tertentu tersebut, maka pendirian
TBB boleh berada pada lokasi sebagai berikut :
-
Terminal
keberangkatan
Bandara
Internasional/Pelabuhan
Laut
Terminal
kedatangan
Bandara
Internasional/Pelabuhan
Laut
276
Teknik Kepabeanan
-
277
Teknik Kepabeanan
badan hukum, setelah diajukan permohonan oleh pengusaha dengan
melampirkan keterangan/ dokumen sebagai berikut :
Foto copy izin Usaha dan izin lain yang diperlukan dari instansi tehnis
terkait.
Foto copy Akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh pejabat
yang berwenang.
Foto copy NPWP dan penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP) serta foto copy SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan tahun
terakhir bagi perusahaan yang sudah wajib menyerahkan SPT.
Foto copy Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC)
dalam hal perusahaan menjual barang kena cukai (BKC).
Foto copy bukti pemilikan atau penguasaan suatu bangunan.
Peta lokasi/tempat yang akan dijadikan TPB.
Peta letak gudang penimbuan, ruang pemeriksaan, ruang penjualan,
ruang pamer dan ruang penyerahan.
Daftar jenis barang yang akan dijual.
Berita Acara Pemeriksaan Lokasi yang dibuat Kepala Kantor Bea dan
Cukai.
Dari data tersebut di atas dapat dilihat apakah pengusaha yang
bersangkutan sudah memenuhi syarat sebagai TBB. Persetujuan atau
penolakan permohonan dimaksud diberikan selambat-lambatnya dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima secara
lengkap dan benar oleh Direktur Jenderal dengan memperhatikan
kebutuhan Toko Bebas Bea di suatu daerah.
Hal ini penting agar jangan sampai izin yang diberikan sia-sia karena
ada pembelinya, mengingat pembeli di Toko Bebas Bea terbatas pada
orang-orang tertentu saja. Disamping itu jangan sampai pemberian
fasilitas TBB menjadi bocor atau tidak sesuai fungsi semula, yang dapat
berakibat kerugian negara dari penerimaan bea masuk, Cukai dan Pajak.
Fasilitas Kepabeanan dan Cukai
Seperti halnya barang yang dimasukkan ke tempat penimbunan Berikat
lainnya, barang yang di masukkan ke Toko Bebas Bea belum dibayar bea
masuknya, begitu pula dengan pajak lainnya. Dalam hal barang yang
278
Teknik Kepabeanan
berada di TBB dibeli oleh orang yang mendapat pembebasan pajak,
seperti anggota korps diplomatik, maka bea masuk dan pajak atas barang
tersebut tidak perlu dibayar.
Namun tidak semua barang untuk TBB tidak dipungut bea
masuk/pajak. Terhadap barang untuk keperluan mendirikan Toko Bebas
Bea dan perlengkapan toko bebas bea harus dibayar bea masuk dan
pajak lainnya. Hal itu mengingat bahwa fungsi TBB tidak ada
hubungannya dengan fasilitas perdagangan dan ekonomi. Jadi berbeda
dengan gudang Berikat atau kawasan Berikat.
Fasilitas Kepabeanan dan Cukai yang diberikan kepada PTBB adalah
sebagai berikut :
-
cukai,
misalnya
terhadap
rokok
atau
minuman
279
Teknik Kepabeanan
Orang yang baru tiba dari luar negeri yang membeli barang di TBB
kedatangan diberlakukan sesuai ketentuan barang penumpang,
kecuali untuk BKC diberikan sebanyak-banyaknya :
280
Teknik Kepabeanan
Transaksi penjualan oleh turis asing tersebut cukup dengan
menunjukkan paspor atau KITAS (kartu izin menetap sementara), atau
IKTA (izin kerja tenaga asing). Selanjutnya pengusaha toko bebas bea
menyelesaikan formalitas Kepabeanannya dengan membuat PB/PIB
berkala sesuai tata laksana Kepabeanan di bidang impor.
Dalam hal turis atau pemegang KITAS tersebut di atas membeli
barang asal daerah Pabean (misalnya rokok gudang garam), maka atas
pembelian barang asal dalam negeri tersebut dikenakan Cukai, PPN dan
PPnBM.
Penjualan
barang
asal
daerah
Pabean
tidak
dibatasi
nilainya/jumlahnya.
Bagi anggota korps Diplomatik beserta keluarganya yang membeli
barang di TBB, dengan cara menunjukkan kartu tanda pengenal
Diplomatik. Sedangkan terhadap tenaga ahli bangsa asing beserta
keluarganya yang membeli barang di TBB, harus menggunakan kartu
kuning (yellow card) dan paspor yang bersangkutan.
Terhadap barang yang dibeli di TBB dalam kota tersebut, pengusaha
TBB membuat faktur pembelian. Selanjutnya pejabat Pabean yang
mengawasi TBB melakukan pencatatan pengeluaran berdasarkan faktur
pembelian tersebut yang diterima dari pengusaha TBB.
Bagi tenaga ahli bangsa asing untuk memperoleh kartu kuning
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai
dengan melampirkan surat keterangan penempatan kerja dari sekretariat
Kabinet RI, yang dilegalisir oleh lembaga atau organisasi Internasional
yang bersangkutan dan Foto copy paspor yang bersangkutan.
Terhadap Penumpang yang akan keluar negeri dapat membeli barang
di TBB keberangkatan dengan menunjukkan paspor dan tanda bukti
Penumpang (Boarding Pass). Ia juga boleh melakukan transaksi
pembelian di ruang pamer hanya dengan menunjukkan paspor. Dan
selanjutnya dapat mengambil barang di ruang penyerahan dengan
menunjukkan paspor dan Boarding Pass. Atas pembelian tersebut
pengusaha TBB membuat faktur pembelian.
Demikian juga terhadap orang yang baru tiba dari luar negeri, dapat
membeli barang di TBB dengan menunjukkan paspor dan Boarding Pass.
281
Teknik Kepabeanan
Pemasukan dan Pengeluaran ke/dari TBB
Barang yang ditimbun dan akan dijual di Toko Bebas Bea bisa berasal
dari impor maupun dari dalam negeri. Pemasukan barang impor ke TBB
dapat dilakukan dari tempat Penimbunan. Sementara, Gudang Berikat
atau TBB lainnya dengan menggunakan dokumen pemberitahuan
pemasukkan barang dari DPIL ke TBB (bentuk formulir PPB-1). Terhadap
barang-barang yang dimasukkan ke TBB yang berasal dari barang impor
dilakukan pemeriksaan Pabean.
Pengeluaran barang impor yang berasal dari TBB selain untuk tujuan
penjualan kepada orang yang berhak, dapat dilakukan untuk tujuan :
-
Cukai
yang
mengawasi
dengan
dokumen
pemberitahuan
282
Teknik Kepabeanan
Pengawasan
Pengawasan merupakan upaya terhadap penerima fasilitas untuk patuh
pada ketentuan Pabean. Untuk pengamanan hak keuangan negara dan
menjamin dipenuhinya ketentuan-ketentuan Kepabeanan dan cukai yang
berlaku, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas
pembukuan, catatan, dan dokumen PTBB serta pencacahan sediaan
barang.
PTBB bertanggung jawab atas pelunasan BM, Cukai dan Pajak dalam
rangka impor yang terutang dan sanksi administrasi berupa denda
sebesar 100% dari bea masuk yang terutang apabila dari hasil audit
ditemukan adanya selisih kurang atas jenis dan/atau jumlah barang yang
seharusnya ada atau ditemukan adanya ketidak sesuaian dengan tujuan
penggunaan.
Kewajiban dan larangan
Dalam mengusahakan TBB, pengusaha Toko Bebas Bea wajib
melakukan hal-hal sebagai berikut :
-
Menyelenggarakan
pembukuan
mengenai
pemasukan
dan
Menyediakan ruang dan sarana kerja bagi petugas Bea dan Cukai.
283
Teknik Kepabeanan
-
BKC yang dijual di TBB wajib dilekati label Duty and Excise not paid
pada saat akan dikeluarkan dari gudang penimbunan. Desain,
penyediaan, pemesanan dan pelekatan label dimaksud ditetapkan
Direktur Cukai.
TBB dilarang menjual barang selain dari pada jenis barang yang
284
Teknik Kepabeanan
Pembekuan persetujuan TBB tersebut di atas dapat diubah menjadi
pencabutan bilamana PTBB :
Tidak mampu melunasi utangnya dalam jangka waktu yang ditetapkan,
atau
Tidak mampu mengusahakan TBB.
Persetujuan TBB yang dibekukan tersebut dapat diberlakukan
kembali apabila pengusaha TBB telah melunasi utang atau mampu
kembali mengusahakan TBB.
Persetujuan PTBB dapat dicabut oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai dalam hal PTBB :
- Dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut selama berlakunya izin
tidak melakukan kegiatan.
- Dinyatakan pailit oleh pengadilan.
- Bertindak tidak jujur dalam usahanya, atau
- Mengajukan permohonan pencabutan.
Barang impor yang masih tersisa pada TBB yang telah dicabut
persetujuan pengusahanya, dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak
tanggal pencabutannya harus :
- Diekspor kembali;
- Dipindahkan ke TBB lain;
- Dikeluarkan ke DPIL dengan membayar BM, Cukai dan Pajak dalam
rangka impor; atau
- Dimusnahkan dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
Barang asal Daerah Pabean yang masih tersisa pada TBB yang telah
dicabut persetujuan pengusahaannya, dalam jangka waktu 30 hari
terhitung sejak tanggal pencabutan harus ;
- Dipindahkan ke TBB lain;
- Dikeluarkan ke DPIL dengan membayar PPN an PPnBM; atau
- Dimusnahkan dibawah
Cukai.
Dalam hal PTBB tidak memenuhi kewajibannya dalam waktu yang
ditetapkan, barang impor yang bersangkutan dinyatakan sebagai barang
285
Teknik Kepabeanan
tidak dikuasai, dan selanjutnya dapat dilelang sesuai ketentuan yang
berlaku.
Dalam hal barang impor dikeluarkan ke dalam daerah Pabean
(peredaran bebas) maka harus dibuat dokumen impor (PIB) dan di bayar
Bea masuk dan pajak impornya, Oleh karena barang impor yang ditimbun
di TBB ditangguhkan Bea masuknya dan jika dikeluarkan dari TBB harus
dibayar bea masuknya, namun tanpa harus dikenakan denda karena
tidak ada ketentuan fasilitas yang dilanggar.
Sedangkan
atas
barang
asal
dalam
negeri
yang
sewaktu
rangka
upaya
pemerintah
mendorong
pertumbuhan
promosi
tersebut
antara
lain
dilakukan
dengan
cara
Entrepot
memperkenalkan
pemasaran.
hubungan
produk
Disamping
tujuan
dalam
itu
juga
pameran
negeri
diharapkan
dapat
dan
dapat
mendukung
diharapkan
dapat
mendukung
286
Teknik Kepabeanan
iv) Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat.
Pengertian
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat yang juga dikenal sebagai
Entrepot Tujuan Pameran (ETP) adalah suatu bangunan atau kawasan
dengan batas-batas tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha
penyelenggaraan pameran barang hasil industri
untuk
memudahkan
kegiatan
tempat
penyelenggaraan
Dapat langsung dimasuki dari jalan umum dan dapat dilalui oleh
kendaraan pengangkut barang.
287
Teknik Kepabeanan
-
atau
penolakan
izin
penyelenggaraan
TPPB/ETP
diberikan dalam jangka waktu tiga puluh hari. Jika permohonan disetujui
maka penyelenggara TPPB/ETP harus mempertaruhkan jaminan yang
jenis garansi (Bank Garansi, Customs Band atau jaminan tertulis) dan
besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Persetujuan Pemberian Fasilitas
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri memberikan
persetujuan pemberian fasilitas Pabean cukai dan perpajakan atas impor
barang untuk kepentingan penyelenggaraan pameran Internasional
kepada Penyelenggara TPPB/ETP untuk pameran-pameran yang akan
diselenggarakan dalam tahun yang bersangkutan. Untuk memperoleh
persetujuan
tersebut,
permohonan
kepada
Penyelenggara
Direktur
Jenderal
TPPB/ETP
Bea
dan
mengajukan
Cukai
dengan
melampirkan :
Judul,
Jadwal
dan
Pelaksanaan
pameran
yang
akan
288
Teknik Kepabeanan
Dalam permohonan tersebut disampaikan juga peserta/calon peserta
yang akan ikut pameran dan daftar barang-barang yang akan
dipamerkan, termasuk juga barang-barang yang akan dimasukkan ke
Entrepot sebagai sarana/prasarana pameran. Barang-barang yang
dimintakan fasilitas tersebut berasal dari impor, sedangkan barang produk
dalam negeri tidak perlu diberi fasilitas bea masuk/pajak, karena memang
tidak terhitung bea masuk/pajak.
Penggolongan barang pameran
Barang-barang yang dimasukkan ke TPPB tidak semata-mata untuk
pameran saja, namun juga untuk keperluan lain yang ada kaitannya
dengan pameran.
Golongan A, barang pameran yang direncanakan akan diekspor
kembali; misalnya mesin, mobil, atau produk lainnya.
Golongan B, barang cetakan untuk keperluan promosi seperti
pamflet.
Golongan C, barang untuk keperluan stand pameran seperti
dekorasi,
poster
dan
photo,
untuk
dapat
memberikan
289
Teknik Kepabeanan
Fasilitas
Terhadap barang yang dimasukkan di TPPB berdasarkan penggolongan
barang tersebut di atas, diberikan fasilitas Pabean.
290
Teknik Kepabeanan
yang
habis
dipakai
untuk
di
konsumsi
(makanan/minuman).
Sedangkan barang pameran yang diizinkan di jual (barang pameran
golongan G) apabila terjual maka harus dibayar bea masuk dan pajak
dalam rangka impor, tetapi jika tidak terjual, atas barang tersebut harus di
re ekspor (di ekspor kembali ke luar negeri).
Untuk penyelenggaraan pameran yang diselenggarakan di luar
TPPB/ETP, sebelum pelaksanaan pameran wajib dipertaruhkan jaminan
yang dapat berupa jaminan tunai, jaminan Bank, customs bond, atau
Surat Sanggup Bayar(SSB).
Pada prinsipnya pameran yang diselenggarakan melalui fasilitas
Entrepot, tujuan pameran harus diselenggarakan pada Entrepot yang
telah mendapat izin. Namun jika diperlukan adanya pameran di tempat
atau di kota lain, mengingat peserta sudah jauh-jauh datang dari luar
negeri dan untuk kepentingan promosi produk dalam negeri, dapat
diizinkan di tempat lain.
Kewajiban dan Larangan
Dalam rangka pemberian fasilitas Entrepot untuk penyelenggaraan
pameran, pengusaha TPPB/ETP juga harus memenuhi ketentuan yang
dipersyaratkan. Kewajiban dimaksud meliputi:
Menyediakan ruangan dan sarana kerja bagi petugas Bea dan Cukai;
hal ini untuk mempermudah pelayanan sekaligus pengawasan
Pabean bagi penyelenggaraan pameran.
291
Teknik Kepabeanan
Menyerahkan
dokumen
22 Impor yang terutang atas barang impor keperluan pameran yang tidak
diekspor kembali.
Terlepas dari fungsi penggolongan barang yang ada dalam
TPPB/ETP, barang-barang yang dipamerkan digunakan sesuai tujuan.
Penyelenggara
dan/atau
Peserta
pameran
dilarang
melakukan
barang
pameran
berakibat
sangsi
administrasi.
292
Teknik Kepabeanan
Pabean dan
penetapan golongan
barang
pameran
293
Teknik Kepabeanan
dari TPPB/ETP. Pengeluaran barang impor keperluan pameran yang
telah selesai di pamerkan dapat dilaksanakan dengan menggunakan :
impor
sesuai
ketentuan
impor
yang
berlaku
setelah
Atas
pengeluaran
barang-barang
tersebut
dilakukan
pemeriksaan
barang
ke
dan
dari
TPPB/ETP,
pemindahan
dan
294
Teknik Kepabeanan
Apabila hasil audit kedapatan selisih lebih jumlah dan/atau jenis
barang maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai ketentuan yang
berlaku. Dalam hal hasil audit Kepabeanan menunjukkan terjadinya
pelanggaran atas ketentuan Kepabeanan sehingga mengakibatkan
kerugian hak keuangan negara, Direktur Jenderal dapat membekukan
persetujuan TPPB atas nama Menteri.
Sanksi terhadap Penyelenggara TPPB/ETP
Sanksi merupakan konsekuensi ketentuan yang dilanggar terhadap
barang pameran yang tidak diselesaikan dalam jangka waktu 30 hari
sejak pameran berakhir, dinyatakan sebagai barang tidak dikuasai. Jika
masih juga tidak diselesaikan dalam waktu 30 hari sejak dinyatakan
sebagai barang tidak dikuasai, maka barang tersebut dinyatakan dikuasai
oleh negara.
Apabila dari hasil audit ditemukan adanya selisih kurang jumlah
dan/atau jenis barang
yang
seharusnya
ada,
dikenakan sanksi
295
Teknik Kepabeanan
Barang rusak dan/atau busuk
Kadang-kadang barang yang di pamerkan karena satu dan lain hal
menjadi rusak dan tidak di re ekspor. Dalam hal barang pameran rusak
atau busuk, Penyelenggara wajib :
Memusnahkan
dibawah
pengawasan
Kepala
Pabean
yang
Mengekspor kembali.
296
Teknik Kepabeanan
o TPPB berada dalam pengawasan ourator sehubungan dengan
utangnya.
o TPPB menunjukkan ketidak mampuan dalam penyelenggaraan
TPPB/ETP.
Pembekuan tersebut di atas dapat diubah menjadi pencabutan
bilamana Penyelenggara tidak mampu melunasi utangnya dalam jangka
waktu yang ditetapkan atau tidak mampu lagi mengusahakan TPPB/ETP.
Dalam hal hutang telah dilunasi atau yang bersangkutan sudah mampu
lagi menyelenggarakan TPPB/ETP, maka yang bersangkutan diizinkan
kembali beroperasi.
Persetujuan TPPB/ETP dapat dicabut oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai atas nama Menteri Keuangan, apabila TPPBETP :
Diekspor kembali.
297
Teknik Kepabeanan
Fasilitas yang diberikan pemerintah (dalam hal ini Direktur Jenderal
Bea dan Cukai) untuk membantu dan mendorong terselenggaranya
kegiatan pameran yang bersifat Internasional, antara lain dengan
pemberian fasilitas atas pemasukan (impor) barang pameran yang
bersifat Internasional berupa penangguhan dan pembebasan bea masuk,
Cukai dan Pajak impor tidak dipungut.
Pemberian fasilitas tersebut diberikan terhadap penyelenggara
pameran pada Entrepot tujuan pameran. Dengan demikian pada pameran
yang di datangi peserta dan pengunjung potensial dari luar negeri, barang
produksi Indonesia menjadi dikenal dan terbuka peluang pemasaran ke
luar negeri.
Di lain pihak pemberian fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak
atas barang impor yang di pamerkan tetap menganut asas keadilan,
karena barang tersebut hanya untuk di pamerkan dan kemudian akan di
ekspor kembali ke luar negeri.
Saudara peserta Diklat.
Demikian pembahasan mengenai Tempat Penimbunan Berikat.
Jenis-jenis TPB yang ada sekarang ini berupa KB, GB, TBB dan TPPB.
Sedangkan tempat penimbunan berikat lain seperti Tempat Pelelangan
Berikat dan Tempat Daur Ulang Berikat belum ada.
Peraturan
3.2. Latihan
b)
c)
d)
Barang contoh.
298
Teknik Kepabeanan
e)
Barang pindahan.
f)
g)
h)
3) Jelaskan
Hitung besarnya bea masuk dan pajak dalam rangka impor serta besarnya
jaminan yang wajib di pertaruhkan.
5) Jelaskan
mengapa
pemerintah
memberikan
fasilitas
Bea
Masuk
penimbunan
berikat
yang
diatur
dalam
Undang-undang
yang
299
Teknik Kepabeanan
Sebutkan dan jelaskan penggolongan barang yang dapat ditimbun di
TPPB/ETP.
3.3. Rangkuman
1) Pada prinsipnya barang yang datang dari luar daerah pabean sejak
memasuki batas daerah pabean sudah terhutang bea masuk. Dalam hal
barang dimaksud tidak diimpor untuk dipakai, maka atas barang tersebut
tidak dipungut bea masuk. Dalam pasal 24 Undang-undang Nomor 17
Tahun 2006 jo. Nomor 10 Tahun 1995 disebutkan bahwa barang yang
dimasukkan kedalam daerah pabean untuk diangkut terus atau diangkut
lanjut ke luar daerah pabean tidak dipungut bea masuk.
2) Fasilitas pembebasan bea masuk merupakan peniadaan pembayaran
bea masuk. Fasilitas keringanan bea masuk merupakan pengurangan
pembebasan bea masuk. Fasilitas pembebasan bea masuk yang diatur
dalam pasal 25 Undang-undang Kepabeanan bersifat mutlak, artinya
jika persyaratan yang diatur dalam pasal tersebut dipenuhi, barang
tersebut diberikan pembebasan bea masuk. Sebagai contoh terhadap
barang pindahan
300
Teknik Kepabeanan
pengimporannya.
fasilitas
perekayasaan,
penyortiran,
pemeriksaan
indonesia
impor
barang
modal
berupa
peralatan
permesinan
dan
pembebasan cukai, tidak dipungut PPN dan PPh impor. Apabila barang
yang telah diolah tersebut diekspor maka bea masuk dan pajak tidak
dipungut, namun apabila barang tersebut dijual ke dalam negeri ( DPIL )
301
Teknik Kepabeanan
maka bea masuk dan pajaknya harus dibayar. Demikian juga atas
pemasukan/penyerahan barang dari DPIL ke KB tidak dipungut PPN
dan PPn.BM dalam negeri.
9) Gudang Berikat merupakan suatu bangunan atau tempat dengan batasbatas tertentu, untuk tujuan penimbunan, pengemasan, pengepakan,
pelabelan, pemotongan, yang fungsinya sebagai pusat distribusi barangbarang asal impor. Dengan demikian di GB tidak boleh dilakukan
kegiatan pengolahan. Di dalam GB juga tidak boleh dimasukkan barang
asal DPIL.
10) Toko bebas bea merupakan salah satu jenis Tempat penimbunan
Berikat. TBB merupakan toko tempat menjual barang dengan mendapat
fasilitas pembebasan bea masuk, cukai dan pajak. TBB hanya dapat
menjual barang kepada orang-orang tertentu seperti anggota Korps
Diplomatik atau orang yang bepergian /orang yang baru tiba dari luar
negeri. Fasilitas TBB diberikan berkaitan denga perlakuan yang lazim
dalam pergaulan internasional.
TBB bukan hanya barang yang berasal dari impor, tetapi juga barang
yang berasal dari dalam negeri ( DPIL ) dapat ditimbun didalamnya.
11) Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat merupakan suatu tempat
untuk melakukan penyelenggaraan pameran barang asal impor dan asal
dalam
negeri
internasional.
efisiensi
dan
produktifitas
perusahaan
dengan
adanya
302
Teknik Kepabeanan
3.4. Test formatif 3
I.
Pilih dan berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada
jawaban yang paling tepat!
1.
2.
b.
c.
d.
Penjualan
3.
a.
14 hari
b.
7 hari
c.
30 hari
d.
6 bulan
Pemasukan barang modal dan peraltan pabrik serta bahan baku yang akan
digunakan dalam proses produksi mendapatkan fasilitas :
4.
a.
b.
c.
d.
5.
a.
b.
c.
d.
Pengolahan
b.
Pengepakan
303
Teknik Kepabeanan
6.
c.
Sortasi
d.
Jaminan yang diserahkan oleh PDKB yang termasuk didalam daftar putih,
yang akan melakukan pengeluaran barang untuk tujuan sub-kontrak dapat
berupa :
7.
a.
Jaminan tertulis
b.
Customs Bond
c.
Jaminan Bank
d.
8.
a.
30 hari
b.
12 bulan
c.
6 bulan
d.
60 hari
Mesin dan/atau peralatan pabrik yang akan yang dikeluarkan dari KB dan
akan dengan tujuan dipinjamkan untuk dipergunakan mengerjakan
pekerjaan subkontrak oleh PDKB lain atau perusahaan industri di DPIL,
hanya dapat dipinjamkan untuk jangka waktu selama-lamanya :
a.
9.
b.
c.
6 (enam) bulan
d.
Atas pemasukan BKP untuk dioleh lebih lanjut dari DPIL ke PDKB diberikan
fasilitas :
a.
10.
b.
c.
d.
Dasar penghitungan Bea Masuk untuk barang hasil olahan PDKB yang
304
Teknik Kepabeanan
dikeluarkan ke PDIL adalah didasarkan pada :
a.
Tariff bahan baku dengan pembebanan yang berlaku pada saat impor
untuk dipakai dan nilai pabean yang terjadi pada saat barang-barang
dimasukkan ke KB
b.
Tariff bahan baku dengan pembebanan yang berlaku pada saat impor
untuk dipakai dan nilai pabean yang terjadi pada saat barang-barang
dikeluarkan dari KB
c.
Tariff barang jadi dengan pembebanan yang berlaku pada saat impor
untuk dipakai dan nilai pabean yang terjadi pada saat barang-barang
dimasukkan ke KB
d.
11.
12.
b.
c.
d.
13.
a.
PIB
b.
BC.2.3
c.
SPPB
d.
PIBT
b.
Dibebaska dan pembayaran BM, cukai dan pajak dalam rangka impor
c.
d.
14.
305
Teknik Kepabeanan
a.
Tariff BM dan Nilai Pabean yang berlaku pada saat pendaftaran PIB
di Kantor yang mengawasi GB
b.
c.
d.
15.
b.
c.
d.
16.
b.
c.
d.
17.
306
Teknik Kepabeanan
a.
b.
c.
d.
18.
19.
b.
c.
d.
20.
21.
a.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
22.
a.
10 unit
b.
5 unit
c.
16 unit
d.
6 unit
10 unit
307
Teknik Kepabeanan
23.
b.
5 unit
c.
16 unit
d.
6 unit
24.
a.
b.
Menteri Keuangan
c.
d.
Presiden RI
b.
c.
d.
25.
konsuler
dapat
dijual
atau
dipindahtangankan
dengan
26.
a.
3 (tiga) tahun
b.
2 (dua) tahun
c.
1 (satu) tahun
d.
4 (empat) tahun
27.
a.
3 (tiga) tahun
b.
2 (dua) tahun
c.
1 (satu) tahun
d.
4 (empat) tahun
308
Teknik Kepabeanan
paling banyak :
28.
29.
a.
3 (tiga) tahun
b.
2 (dua) tahun
c.
1 (satu) tahun
d.
4 (empat) tahun
Kepala BINTEK
b.
c.
d.
30.
a.
b.
c.
d.
Badan atau lembaga yang bergerak dibidang ibadah umum, amal, social
dan kebudayaan yang mendapat pembebasan bea masuk ditetapkan oleh :
31.
a.
Menteri Keuangan
b.
c.
Menteri Agama
d.
Menteri Sosial
32.
a.
b.
c.
d.
Syarat lama tinggal di luar negeri, bagi pelajar / mahasiswa / orang yang
belajar di luar negeri yang dapat mendapatkan fasilitas pembebasan bea
masuk atas barang pindahannya adalah :
a.
1 (satu) tahun
309
Teknik Kepabeanan
33.
34.
b.
2 (dua) tahun
c.
4 (empat) tahun
d.
b.
c.
Pemberitahuan Pabean
d.
Customs Declaration
Pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor untuk barang
penumpang diberikan dalam batas :
a.
Tidak lebih dari FOB USD 250,- / orang atau setinggi-tingginya tidak
lebih USD 1.000,-/keluarga
b.
c.
d.
35.
b.
Selisih antaa seluruh nilai FOB dengan nilai FOB yang merupakan
hak pembebasan bagi penumpang
c.
d.
310
Teknik Kepabeanan
3.5. Umpan balik dan tindak lanjut
TP =
s.d
100 %
Amat Baik
81 %
s.d.
90,00 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
311
Teknik Kepabeanan
PENUTUP
Semoga sukses.
312
Teknik Kepabeanan
TEST SUMATIF
PILIHAN GANDA
Coret dengan tanda ( X ) pada huruf a, b, c atau d, pada pernyataan yang
anda anggap benar
1. Barang impor
diterapkan
pelayanan
penyelesaian
impor
dengan
sistem
penjaluran:
313
Teknik Kepabeanan
a. Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Prioritas.
b. Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Kuning, Jalur Prioritas.
c. Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Kuning, Jalur MITA
d. Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Biru, Jalur Kuning, Jalur Prioritas,
Jalur MITA.
6. Pada proses dokumen atas jalur MITA tidak ada intervensi pemeriksaan
pabean. Pengawasan terhadap proses pelayanan dokumen jalur MITA
adalah melalui:
a. Persyaratan perizinan jalur MITA
b. Aplikasi ProAct
c. NHI
d. Spotchek
7. Setiap barang yang akan diekspor wajib menyerahkan pemberitahuan
berupa PEB kepada pihak pabean, kecuali:
a. Ekspor barang oleh pelintas batas
b. Setiap barang kiriman melalui PT.Pos.
c. Barang pribadi penumpang
d. Semua jawaban diatas benar.
8. Dalam hal tertentu pejabat bea dan cukai melakukan pemeriksaan fisik
atas barang ekspor. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap:
a. Barang ekspor yang akan diimpor kembali.
b. Barang ekspor yang dikonsolidasikan
c. Barang
ekspor
yang
mendapat
fasilitas
KITE dg
skema
314
Teknik Kepabeanan
c. Dibatasi ekspornya
d. Bebas diekspor.
11. Tujuan pengaturan barang yang diawasi ekspornya adalah:
a. Melindungi industri dalam negeri
b. Menjaga mutu produk ekspor.
c. Menjaga ketersediaan stock nasional.
d. Melindungi flora dan fauna. dari kepunahan
12. Dalam hal
wajib diserahkan
sebelum atau
pada
saat
ekspor.
13. Untuk barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE oleh perusahaan yang
berlokasi di Bekasi akan diekspor melalui pelabuhan Tg.Priok, PEB
didaftarkan di:
a. Kantor Bea dan Cukai Tg.Priok.
b. Kantor Bea dan Cukai Bekasi.
c. Kantor Wilayah DJBC Jakarta.
d. Kantor Pusat DJBC.
14. Barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE adalah barang ekspor yang:
a. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan atau keringanan BM, cukai dan PDRI tidak dipungut
atas Impor barang/bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain dengan tujuan untuk diekspor.
b. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan atau keringanan BM, cukai dan PDRI tidak dipungut
315
Teknik Kepabeanan
atas Impor barang/bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain dengan tujuan untuk diekspor atau diimpor untuk
dipakai.
c. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan BM, cukai dan PDRI tidak dipungut atas Impor
barang/bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain
dengan tujuan untuk diekspor.
d. Barang ekspor yang berasal dari Kawasan Berikat.
15. Pemeriksaan fisik barang ekspor dilakukan secara selektif terhadap:
a. Barang ekspor yang akan diimpor kembali.
b. Barang ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diekspor
kembali
c. Barang ekspor yang dikenai bea keluar
d. Berdasarkan informasi
316
Teknik Kepabeanan
19. Jaminan yang diserahkan oleh PDKB yang termasuk didalam daftar putih,
yang akan melakukan pengeluaran barang
dapat berupa :
a. Jaminan tunai
b. Garansi Bank.
c. Customs Bond.
d. Jaminan lainnya.
20. Pekerjaan yang disubkontrakkan oleh PDKB kepada PDKB lain atau
perusahaan industri di DPIL harus deselesaikan dalam waktu selambatlambatnya :
a. 30 hari.
b. 60 hari.
c. 6 bulan.
d. 12 bulan.
21. Mesin dan/atau peralatan pabrik yang akan yang dikeluarkan dari KB dan
akan dengan tujuan dipinjamkan untuk dipergunakan mengerjakan
pekerjaan subkontrak oleh PDKB lain atau perusahaan industri di DPIL,
hanya dapat dipinjamkan untuk jangka waktu selama-lamanya :
a. 60 (enam puluh) hari dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali 60
(enam puluh) hari.
b. 12 bulan dan dapat diperpajang 2 (dua) kali 12 (dua belas) bulan.
c. 6 (enam) bulan.
d. 12 (dua belas bulan) bulan.
22. Fungsi Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat adalah :
a. Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran
barang hasil industri asal impor dan/atau barang hasil industri dari
dalam daerah pabean.
b. Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran
barang hasil industri asal impor yang
penyelenggaraannya
bersifat intenasional
c. Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran
barang hasil industri asal impor dan/atau bahan asal impor untuk
dipamerkan dan penyelenggaraannya bersifat intenasional.
317
Teknik Kepabeanan
d. Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran
barang hasil industri asal impor dan/atau barang hasil industri dari
dalam
daerah
pabean
yang
penyelenggaraannya
bersifat
intenasional.
23. Di dalam TPPB barang digolongkan sesuai tujuannya. Barang pameran
Golongan A, adalah barang pameran :
a. Yang akan dijual.
b. Yang akan diekspor kembali
c. Untuk keperluan stand pameran, misalnya dekorasi, poster dll.
d. Yang habis dipakai akan diekspor kembali
24. Barang pindahan milik pejabat perwakilan asing yang bertugas di
Indonesia, mendapat fasilitas :
a. Pembebasan bea masuk.
b. Keringanan bea masuk.
c. Tidak dipungut bea masuk.
d. Penangguhan pembayaran bea masuk.
25. Pejabat perwakilan asing yang bukan merupakan warga negara asing :
a. Dapat diberikan fasilitas kepabeanan.
b. Tidak dapat diberikan fasilitas kepabeanan.
c. Wajib diberikan fasilitas kepabeanan.
d. Seharusnya diberikan fasilitas kepabeanan.
26. Kantor perwakilan diplomatik dengan pejabat senior lebih dari 10 orang
dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor kendaraan bermotor
dalam keadaan CBU, paling banyak :
a. 16 unit.
b. 10 unit.
c. 6 unit.
d. 5 unit.
27. Kendaraan bermotor untuk keperluan kantor perwakilan negara asing
atau perwakilan konsuler dapat dijual atau dipindahtangankan dengan
ketentuan, telah digunakan :
a. 4 tahun
b. 3 tahun.
c. 2 tahun
318
Teknik Kepabeanan
d. 1 tahun.
28. Nomor Induk Perusahaan (NIPER), diterbitkan oleh :
a. Kepala BINTEK.
b. Kepala KPPBC
c. Direktur Fasilitas Kepabeanan.
d. Kepala Kantor Wilayah DJBC.
29. Pengguna Fasilitas KITE dapat menjual barang hasil produksinya ke DPIL
dalam jumlah paling banyak :
a. 25 % dari realisasi ekspor.
b. 50 % dari realisasi ekspor
c. 75 % dari realisasi ekspor.
d. 100 % dari realisasi ekspor
II.
Coret dengan tanda (X) pada huruf B jika benar; atau pada huruf S jika
salah.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
319
Teknik Kepabeanan
7.
8.
9.
10.
Syarat
lama
tinggal
di
luar
negeri
untuk
fasilitas
pembebasan
BM
atas
barng
yang
diganti
perbaikannya
termasuk
atau
ditambah
ongkos
serta
biaya
pengangkutan
dan
asuransi .
12.
13.
adalah
kegiatan
pengolahan,
rancang
bangun,
15.
320
Teknik Kepabeanan
KUNCI JAWABAN
Test Formatif
Test Formatif 1
Test Formatif 2
Test Formatif 3
1.
16. c
1.
16. b
1. c
16. a
2.
17. b
2.
17. a
2. a
17. c
3.
18. d
3.
18. c
3. d
18. d
4.
19 a
4.
19. c
4. a
19 a
5.
20. d
5.
20. a
5. a
20. c
6.
21. c
6.
6. d
21. d
7.
22. b
7.
7. d
22. a
8.
23. c
8.
8. b
23. b
9.
24. d
9.
9. d
24. a
10. d
25. c
10. d
10. a
25. b
11. c
11. c
11. a
26. a
12. b
12. a
12. b
27. b
13. d
13. c
13. d
28. a
14. a
14. a
14. a
29. a
15. d
15. a
15. a
30. a
Test Sumatif
a. Jawaban test sumatif I
1.
6.
11.
16. a
21. b
26. b
2.
7.
12.
17. b
22. d
27. b
3.
8.
13.
18. a
23. b
28. d
4.
9.
14.
19. d
24. a
29. a
5.
10.
15.
20. b
25. b
30. d
321
Teknik Kepabeanan
b. Jawaban test sumatif II
1.
2. S
3.
4. B
5. B
6.
7. S
8.
9.
10. S
11.
12. S
13.
14. S
15. S
16.
17. B
18.
19. B
20. B
322
Teknik Kepabeanan
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan .
Undang-undang No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai ;
UU No. 8 / 1983 yo. UU No. 11 / 1994 yo. UU No. 18 / 2000 tentang Pajak
Pertambahan Nilai .
UU No. 7 / 1983 yo UU No. 10 / 1994 yo. UU No. 17 / 2000 tentang Pajak
Penghasilan.
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk Anti Dumping
dan Bea Masuk Imbalan.
Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan
Industri dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008 tentang Pengenaan Sanksi
Admintrasi Berupa Denda Di Bidang Kepabeanan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2008 tentang Pengenaan Bea Keluar
Terhadap Barang Ekspor
Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 2009 tentang Tempat Penimbunan
Berikat
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
141/KMK.05/1997 tanggal 31 Maret 1997 tentang Pembebasan Bea
Masuk atas Barang keperluan Museum, Kebun Binatang, dan
Tempat Lain Semacam Itu yang Terbuka Untuk Umum.
Departemen Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No. 399/KMK.01/1996
tentang Gudang Berikat.
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
142/KMK.05/1997 tentang Pembebasan Bea Masuk Untuk Keperluan
Khusus Kaum Tuna Netra dan Penyandang Cacat Lainnya.
323
Teknik Kepabeanan
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
140/KMK.05/1997 Tentang Pembebasan Bea Masuk Dan Cukai Atas
Impor Barang Contoh.
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No
138/KMK.05/1997 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor peti
Atau Kemasan Lain Yang Berisi Jenazah Atau Abu Jenazah
Departemen
Keuangan
RI,
Peraturan
Menteri
Keuangan
RI
No
Cukai
Atas
Impor
Barang
Yang Mengalami
kerusakan,
Keuangan
RI,
Surat
Keputusan
Menteri
Keuangan
RI
Keuangan
RI,
Surat
Keputusan
Menteri
Keuangan
RI
Tatalaksana
Penyerahan
Pemberitahuan
Rencana
Keuangan
RI,
Surat
Keputusan
Menteri
Keuangan
RI
324
Teknik Kepabeanan
Masuk Dan Cukai Atas Barang Perwakilan Negara Asing Dan Para
Pejabatnya.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 89/PMK.04/2007
tentang
Impor
Barang
Pribadi
Penumpang,
Awak
Sarana
Keuangan
RI,
Peraturan
Menteri
Keuangan
RI
No.
Keuangan
RI,
Peraturan
Menteri
Keuangan
RI
No.
325
Teknik Kepabeanan
Atas Impor Peralatan dan Bahan Yang Digunakan Untuk Mencegah
Pencemaran Lingkungan.
Departemen
Keuangan
RI,
Peraturan
Menteri
Keuangan
RI
No.
Keuangan
RI,
Peraturan
Menteri
Keuangan
RI
No
Keuangan
RI,
Peraturan
Menteri
Keuangan
RI
No.
102/PMK.04/2007 tentang Pembebasan bea masuk atas impor obatobatan yang dibiayai dengan anggaran pemerintah.
Departemen
Keuangan
RI,
Peraturan
Menteri
Keuangan
RI
No.
Keuangan
RI,
Peraturan
Menteri
Keuangan
RI
326
Teknik Kepabeanan
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 223/PMK.011/2008
tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar dan
Tarif Bea Keluar
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 213/PMK.04/2008
tentang Tatacara Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara
Dalam Rangka Impor, Penerimaan Negara Dalam Rangka Ekspor,
Penerimaan Negara Ats Barang kena Cukai, dan Penerimaan Negara
Yang Berasal Dari Pengenaan Denda Admintrasi Ats Pengangkutan
Barang Tertentu.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 214/PMK.04/2008
tentang Pemungutan Bea Keluar
Departemen Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No. 256/KM.4/2009
tentang Penetapan Harga Ekspor Untuk Penghitungan Bea Keluar .
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-06/BC/2006 tentang
Perubahan
Peraturan Dirketur
Jenderal
Bea
dan
Cukai
No.
Pemberitahuan
Rencana
Kedatangan
Sarana
tentang
Nomor
Kep-07/BC/2003
tentang
Petunjuk
Tatalaksana
327
Teknik Kepabeanan
Peraturan Direktur Jen Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P39/BC/2008
tentang
Tatalaksana
Pembayaran
dan
Penyetoran
Impor,
penerimaan
Negara
Dalam
Rangka
Ekspor,
328
Teknik Kepabeanan
Negara Dalam Rangka Ekspor, Penerimaan Negara Atas Barang
kena Cukai, Dan Penerimaan Negara Yang Berasal Sari Pengenaan
Denda Adminstrasi Atas pengangkutan Barang Tertentu.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-06/BC/2009 tentang
Perubahan . P-40/BC/2008 jo. P-30/BC/2009 tentang Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Ekspor
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-07/BC/2009 tentang
Perubahan P-41/BC/2008 tentang Pemberitahuan Pabean Ekspor
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-08/BC/2009 tentang
Perubahan P-42/BC/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran
Barang Impor Untuk Dipakai.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-22/BC/2009 tentang
Pemberitahuan Pabean Impor.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-30/BC/2009 tentang
Perubahan P-40/BC/2008 tentang Tatalaksana Kepabeanan di Bidang
Ekspor
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. SE-05/BC/2009 jo. P-01/BC/2007
jo. P-07/BC/2007 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Fisik Barang
Impor.
Departemen Keuangan RI, Agreement on Implementation of Article VII of the
GATT, 1994.
Departemen Keuangan RI, Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI), 2006
329