You are on page 1of 329

Teknik Kepabeanan

A
PENDAHULUAN

MODUL
TEKNIK KEPABEANAN
1. Deskripsi Singkat

Pelajaran dalam modul ini pada garis besarnya membahas mengenai


pengetahuan teknis kepabeanan baik teknis kepabeanan dibidang impor maupun
teknis kepabeanan dibidang ekspor secara lengkap. Materi teknis pabean impor
meliputi penyelesaian kewajiban pabean sejak kedatangan sarana pengangkut,
pembongkaran dan penimbunan barang impor serta pengeluaran barang dari
kawasan pabean. Sedangkan materi teknis pabean ekspor meliputi penyelesaian
kewajiban pengajuan dokumen ekspor dan pelunasan bea keluar, pemuatan
barang ke sarana pengangkut dan keberangkatan sarana pengangkut. Materi
dalam modul ini juga membahas mengenai fasilitas pembebasan bea masuk,
pembebasan atau keringanan bea masuk dan penangguhan bea masuk.
Pembahasan mengenai penangguhan bea masuk meliputi lembaga Tempat
Penimbunan Berikat
2. Prasyarat Kompetensi

Untuk dapat mempelajari modul ini dengan baik peserta Diklat harus sudah
menguasai teknik pabean dasar (DTSD Tingkat Dasar), lulusan Prodip I STAN,
dan sekurang-kurangnya telah lulus Sekolah Menegah Umum atau sederajat.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

Teknik Kepabeanan

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


a. Pemahaman tatalaksana kepabeanan dibidang impor.
1) Memahami
kedatangan

tatalaksana penyelesaian kewajiban pabean atas


sarana

pengangkut,

pembongkaran

barang

dan

penimbunan barang impor di kawasan pabean.


2) Memahami tatalaksana pengeluaran barang impor untuk dipakai.
3) Memahami tatakerja penyelesaian barang impor.
4) Memahami tatalaksana pengeluaran barang impor lainnya.
5) Memahami pemberian kemudahan dibidang pelayanan impor.
6) Memahami jenis pungutan impor, perhitungan dan pembayarannya.
b. Pemahaman tata laksana kepabeanan dibidang ekspor.
1) Memahami

tata laksana kewajiban pabean dalam penyampaian

dokumen ekspor.
2) Memahami prosedur ekspor.
3) Memahami pelaksanaan pemungutan bea keluar.
c. Pemahaman

pemberian

fasilitas

pembebasan,

keringanan

dan

penangguhan bea masuk.


1) Memahami tatacara pemberian fasilitas pembebasan bea masuk.
2) Memahami

tatacara

pemberian

fasilitas

pembebasan

atau

keringanan bea masuk.


3) Memahami pemberian fasilitas atas Tempat Penimbunan Berikat.

4. Relevansi Modul

Modul ini berguna bagi peserta diklat Teknis Substantif Dasar tingkat
lanjutan untuk bekal dalam bekerja dilapangan.

Hal ini berkaitan dengan tugas

pegawai bea dan cukai yaitu memberikan pelayanan dan pengawasan atas lalu
lintas barang impor dan ekspor dan penyelesaian kewajiban pabean oleh importir
atau eksportir. Modul ini juga berguna bagi peserta diklat dalam mempelajari
modul atau mata pelajaran lainnya yang terkait, seperti Modul Tarif dan
Klasifikasi Barang, dan Modul Nilai Pabean, Modul Perbendaharaan Penerimaan
dan sebagainya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

Teknik Kepabeanan

B
KEGIATAN
BELAJAR
1. Kegiatan Belajar (KB) 1

TATA LAKSANA KEPABEANAN


DIBIDANG IMPOR
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi modul ini peserta diharapkan :
1) Menjelaskan tatalaksana penyelesaian kewajiban pabean atas
kedatangan sarana pengangkut, pembongkaran barang dan penimbunan
barang impor di kawasan pabean.
2) Menjelaskan tatalaksana pengeluaran barang impor untuk dipakai.
3) Menjelaskan tatakerja penyelesaian barang impor.
4) Menjelaskan tatalaksana pengeluaran barang impor lainnya.
5) Menjelaskan pemberian kemudahan dibidang pelayanan impor.
6) Menjelaskan jenis pungutan impor, perhitungan dan pembayarannya.
7) Menjawab pertanyaan tentang tatalaksana kepabeanan dibidang impor.

1.1. Uraian Materi dan Contoh

A.

Kedatangan

sarana

pengangkut,

pembongkaran

dan

penimbunan barang impor.


Dalam materi ini dibahas mengenai tatalaksana penyelesaian kewajiban
pabean atas kedatangan sarana pengangkut, pembongkaran barang impor di

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

Teknik Kepabeanan
kawasan pabean dan penimbunan barang impor di Tempat Penimbunan
Sementara.
1) Rencana

Kedatangan

Sarana

Pengangkut

(RKSP)

dan

Jadwal

Kedatangan Sarana Pengangkut (JKSP)


Pengangkut1 yang sarana pengangkutnya akan datang2 dari :
-

luar Daerah Pabean ; atau

dalam Daerah Pabean yang mengangkut barang impor3, barang ekspor


dan / atau barang barang asal Daerah pabean yang diangkut ke dalam
Daerah pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean ,

wajib menyerahkan pemberitahuan berupa Rencana Kedatangan Sarana


Pengangkut (RKSP) kepada kepada Pejabat4 di setiap Kantor Pabean5 yang
akan disinggahi. RKSP wajib disampaikan sebelum kedatangan sarana
pengangkut darat , kecuali sarana pengangkut darat. Pejabat Bea dan Cukai
dapat melakukan pemeriksaan sarana pengangkut yang datang dari luar
Daerah.

2) Kedatangan sarana pengangkut


Pengangkut yang sarana pengangkutnya datang dari :
-

luar Daerah Pabean ; atau

Pengangkut adalah orang, kuasanya, atau yang bertanggung jawab atas pengoperasian sarana
pengangkut yang nyata-nyata mengangkut barang atau orang.
2 Saat kedatangan sarana pengangkut adalah :
a. untuk sarana pengangkut melalui laut pada saat sarana pengangkut tersebut lego jangkar di perairan
pelabuhan.
b. untuk sarana pengangkut melalui udara pada saat sarana pengangkut tersebut mendarat di
landasan bandar udara.
c. untuk sarana pengangkut melalui darat pada saat sarana pengangkut tersebut tiba di Kantor Pabean
tempat pemasukan.
1

Barang impor adalah barang yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean.

Pejabat adalah Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan Undangundang Kepabeanan .
5 Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal tempat dipenuhinya kewajiban pabean
sesuai dengan Undang-Undang Kepabeanan, yaitu :
a. Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat dengan KPU BC;
b. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Madya yang selanjutnya disingkat dengan KPPBC
Madya; atau
c. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat dengan KPPBC.
4

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

Teknik Kepabeanan
-

dalam Daerah Pabean dengan mengangkut barang impor, barang ekspor


dan/atau barang asal Daerah Pabean yang diangkut ke dalam Daerah
Pabean lainnya melalaui luar Daerah Pabean,

wajib menyerahkan pemberitahuan berupa Inward Manifest6 dalam bahasa


Indonesia atau bahasa Inggris kepada Pejabat di Kantor Pabean sebelum
melakukan pembongkaran.
Dalam hal tidak segera dilakukan pembongkaran, penyampaian inswar
manifest dilaksanakan:
-

paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sejak kedatangan sarana


pengangkut, untuk sarana pengangkut yang melalui laut;

paling lambat 8 (delapan) jam sejak kedatangan sarana pengangkut,


untuk sarana pengangkut yang melalui udara; atau

pada saat kedatangan sarana pengangkut, untuk sarana pengangkut


yang melalui darat.

Kewajiban sebagaimana penyerahan inward manifest dikecualikan bagi


pengangkut yang berlabuh paling lama 24 (dua puluh empat) jam dan tidak
melakukan pembongkaran barang.
Selain Inward Manifest, dalam waktu paling lama pada saat
kedatangan

Sarana

Pengangkut,

Pengangkut

pemberitahuan dalam bahasa Indonesia

wajib

menyerahkan

atau bahasa Inggris secara

elektronik atau manual kepada Pejabat di Kantor Pabean , berupa :


-

daftar penumpang dan atau awak sarana pengangkut,

daftar bekal sarana pengangkut ,

daftar perlengkapan/inventaris sarana pengangkut ,

stowage plan atau bay plan untuk sarana pengangkut melalaui laut ;

daftar senjata api dan amunisi , dan

daftar obat-obatan termasuk narkotika yang digunakan untuk kepentingan


pengobatan.
Pengangkut yang sarana pengangkutnya datang dari luar Daerah

Pabean,

apabila

sarana

pengangkutnya

tidak

mengangkut

barang

sebagaimana dimaksud diatas , wajib menyerahkan pemberitahuan nihil.


Inward Manifest (Manifest Kedatangan Sarana Pengangkut ) adalah daftar barang niaga yang diangkut oleh
sarana pengangkut melalaui laut, udara dan darat pada saat memasuki Kawasan Pabean.
6

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

Teknik Kepabeanan
Untuk sarana pengangkut yang diimpor untuk dipakai, Pengangkut
wajib mencantumkan sarana pengangkut tersebut dalam Inward Manifest.
Inward Manifest yang telah diterima dan mendapat nomor pendaftaran di
Kantor Pabean merupakan Pemberitahuan Pabean BC 1.1 dan berlaku
sebagai persetujuan pembongkaran barang.
pejabat

yang

persetujuan

ditunjuknya

sebagaimana

dapat

Kepala Kantor Pabean atau

menangguhkan

dimaksud

dalam

hal

atau

membatalkan

terdapat

larangan

pemasukan barang impor dari instansi teknis.


Sepanjang dapat dibuktikan dengan dokumen pendukung, pengangkut
atau pihak-pihak lain yang bertanggungjawab atas barang dapat mengajukan
perbaikan terhadap BC 1.1
dalam hal:
-

terdapat kesalahan mengenai nomor, merek, ukuran dan jenis kemasan


dan/atau petikemas;

terdapat kesalahan mengenai jumlah kemasan dan/atau petikemas serta


jumlah barang curah;

terdapat kesalahan nama consignee dan/atau notify party pada Manifes;

diperlukan penggabungan beberapa pos menjadi satu pos, dengan


syarat:
1) pos BC 1.1 yang akan digabungkan berasal dari BC 1.1 yang
sama;
2) nama dan alamat shipper/supplier, consignee, notify address/notify
party, dan pelabuhan pemuatan harus sama untuk masing-masing
pos yang akan digabungkan;
3) telah diterbitkan revisi Bill of Lading/Airway Bill;

terdapat kesalahan data lainnya atau perubahan pos manifes.


Tatalaksana Penyerahan dan Penatausahaan Rencana Kedatangan

Sarana Pengangkut , Pemberitahuan Pabean berupa Inward Manifest, dan


perbaikan terhadap BC 1.1 sebagaimana , dilaksanakan sesuai Peraturan
Direktur Jenderal tentang Tata Cara Penyerahan Dan Penatausahaan
Pemberitahuan

Rencana

Kedatangan

Sarana

Pengangkut,

Manifes

Kedatangan Sarana Pengangkut, Dan Manifes Keberangkatan Sarana


Pengangkut.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

Teknik Kepabeanan
3) Pembongkaran dan penimbunan barang impor
Pembongkaran barang impor dilaksanakan di :
-

Kawasan Pabean 7; atau

Tempat lain setelah mendapat ijin dari Kepala Bidang Penindakan dan
Penyidikan atau pejabat yang ditunjukknya .
Paling lama 12 (dua belas) jam setelah selesai pembongkaran barang

impor, Pengangkut wajib menyampaikan daftar kemasan atau peti kemas


atau jumlah barang curah yang telah dibongkar kepada Pejabat di Kantor
Pabean. penyerahan pemberitahuan

dimaksud dilakukan secara manual

atau melalui media elektronik. Pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan
pengawasan atas pembongkaran barang impor dimaksud.
Pengangkut yang tidak dapat mempertanggungjawabkan terjadinya
kekurangan bongkar atas jumlah kemasan atau peti kemas atau barang
curah yang diberitahukan, diwajibkan untuk melunasi Bea Masuk, Cukai dan
PDRI yang seharusnya dibayar berikut sanksi administrasi berupa denda.
Sebaliknya

pengangkut yang tidak dapat mempertanggungjawabkan

kelebihan bongkar atau jumlah kemasan atau peti kemas atau barang curah
yang diberitahukan , dikenai sanksi adminstrasi berupa denda.
Penimbunan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban
pabeannya dapat dilaksanakan di :
- Tempat Penimbunan Sementara (TPS)8 ; atau
- Gudang atau lapangan penimbunan milik importir setelah mendapat
persetujuan dari Kepala Kantor Pabean yang mengawasi tempat tersebut.
Pengusaha

Tempat

Penimbunan

yang

tidak

dapat

mempertanggungjawabkan barang yang seharusnya berada di tempat


penimbunannya wajib melunasi Bea Masuk, Cukai, dan Pajak dalam rangka
impor yang seharusnya dibayar berikut sanksi administrasi berupa denda
sebagaimana diatur dalam pasal 43 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995

Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, Bandar udara, atau
tempat lain yang ditetapkan untuk lalau lintas barang yang sepenuhnya dibawah pengawasan Direktorat
jenderal Bea dan Cukai .
8 Tempat Penimbunan Sementara (TPS) adalah bangunan dan/atau lapangan penimbunan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk menimbun barang sementara menunggu pemuatan
atau pengeluarannya.
7

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

Teknik Kepabeanan
tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.
17 Tahun 2006.

B. Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai.


Dalam materi ini dibahas mengenai tatalaksana penyelesaian kewajiban
pabean atas penyampaian dokumen pemberitahuan impor barang, proses bisnis,
pemeriksaan pabean dan pengeluaran barang impor untuk dipakai.
1) Pemberitahuan Impor Barang
Penyampaian PIB9
Pengeluaran Barang Impor10 dari Kawasan Pabean11, atau tempat lain
yang diperlakukan sama dengan TPS dengan tujuan diimpor untuk dipakai12
wajib diberitahukan dengan Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

yang

disampaikan ke Kantor Pabean13.


Dikecualikan

dengan penggunaan dokumen selain PIB adalah sebagai

berikut :
i)

dengan menggunakan dokumen Pembritahuan Impor Barang Khusus


(PIBK) , yaitu untuk impor
- barang pindahan ;
- barang impor sementara yang dibawa penumpang;
- barang impor melalaui jasa titipan;

Pemberitahuan Impor Barang yang selanjutnya disingkat dengan PIB adalah Pemberitahuan Pabean untuk
pengeluaran barang yang diimpor untuk dipakai.
10 Barang Impor adalah barang yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean .
11 Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau
tempat lain yang ditetapkan untuk lalau lintas barang yang sepenuhnya berada dibawah pengawasan
Direktorat jenderal bead an Cukai.
12 Impor untuk dipakai (ps. 10B ay.1 UU No. 10/1995 yo UU No. 17 /2006 adalah :
a. memasukkan barang ke dalam Daerah pabean dengan tujuan untuk dipakai ; atau
b. memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean untuk dimiliki atau dikuasai oleh Orang yang
berdomisili di Indonesia
13 Kantor Pabean kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban
pabean sesuai dengan Undang-undang Kepabeanan, yaitu :
a. Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat dengan KPU BC ;
b. Kantar Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Madya yang selanjutnya disingkat KPPBC
Madya ;
c. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat KPPBC.
9

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

Teknik Kepabeanan
- barang impor tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai;
ii) dengan menggunakan Customs

Declaration untuk

impor

barang

penumpang ;
iii) dengan menggunakan Pencacahan dan Pembeaan Kiriman Pos (PPKP)
untuk barang kiriman melalui PT (Persero) Pos dan Indonesia;
iv) dengan menggunakan Buku Pas Barang Lintas Batas (BPBLB) untuk
barang impor pelintas batas.
Importir dapat melakukan perubahan atas kesalahan data PIB dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pabean.
Importir wajib melakukan pembayaran PNBP atas pelayanan PIB
melalui bank devisa persepsi, pos persepsi, atau Kantor Pabean paling
lambat pada saat penyampaian PIB.

Ketentuan mengenai tarif, tata cara

pengenaan, dan pembayaran PNBP dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan dibidang PNBP.

PIB dibuat oleh Importir berdasarkan dokumen pelengkap pabean dan


dokumen pemesanan pita cukai dengan menghitung sendiri bea masuk,
cukai, dan PDRI yang seharusnya dibayar. Dalam hal pengurusan PIB
dimaksud tidak dilakukan sendiri, Importir menguasakannya kepada PPJK14.
Importir wajib memenuhi ketentuan larangan dan/atau pembatasan
impor yang ditetapkan oleh instansi teknis. Penelitian pemenuhan ketentuan
larangan dan/atau pembatasan dimaksud dilakukan oleh:
-

portal Indonesia National Single Window (INSW); atau

Pejabat

yang

menangani

penelitian

barang

larangan

dan/atau

pembatasan.
PIB dilayani setelah Importir memenuhi ketentuan larangan dan/atau
pembatasan .
Cara Penyampaian PIB
Penyampaian

PIB

ke

Kantor

Pabean

dilakukan

untuk

setiap

pengimporan atau secara berkala setelah pengangkut menyampaikan


Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan yang selanjutnya disingkat PPJK adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pengurusan pemenuhan kewajiban pabean untuk dan atas nama importer.
14

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

Teknik Kepabeanan
Pemberitahuan Pabean mengenai barang yang diangkutnya (BC.1.1), kecuali
bagi Importir yang diberikan izin untuk menyampaikan pemberitahuan
pendahuluan (prenotification).
PIB disampaikan :
dalam bentuk data elektronik15 , disampaikan melalui sistem

PDE16

Kepabeanan (untuk Kantor Pabean yang telah menerapkan system


tersebut) atau menggunakan media penyimpan data elektronik17 ; atau
tulisan diatas formulir.
PIB, dokumen pelengkap pabean dan bukti pembayaran bea masuk,
cukai dan PDRI18 disampaikan kepada Pejabat di Kantor Pabean tempat
pengeluaran barang. Dalam hal barang impor berupa Barang Kena Cukai
(BKC) yang pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita cukai, selain
bukti pembayaran bea masuk, PPnBM, PPh, dan PNBP, dokumen
pemesanan pita cukai disampaikan kepada Pejabat d Kantor Pabean tempat
pengeluaran barang.
Untuk PIB yang disampaikan melalui sistem PDE Kepabeanan, PIB,
dokumen pelengkap pabean, dan bukti pelunasan bea masuk, cukai, PDRI,
PNBP, dan dokumen pemesanan pita cukai harus disampaikan kepada
Pejabat di Kantor Pabean tempat pengeluaran barang dalam jangka waktu :
-

3 (tiga) hari kerja setelah tanggal Surat Pemberitahuan Jalur

Merah

(SPJM) untuk jalur merah,


-

3 (tiga) hari kerja setelah tanggal Surat Pemberitahuan Jalur Kuning


(SPJK) untuk jalur kuning,

3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPPB untuk jalur hijau, dan

5 (lima) hari kerja setelah tanggal SPPB untuk jalur MITA Prioritas dan
jalur MITA Non Prioritas.

Data Elektronik adalah informasi atau rangkaian informasi yang disusun dan/atau dihimpun untuk
kegunaan khusus yang diterima, direkam, dikirim, disimpan, diproses, diambil kembali, atau diproduksi
secara elektronik dengan menggunakan komputer atau perangkat pengolah data elektronik, optikal, atau
cara lain yang sejenis.
16 Pertukaran Data Elektronik yang selanjutnya disingkat PDE adalah alir informasi bisnis antar aplikasi dan
organisasi secara elektronik, yang terintegrasi dengan standar yang disepakati bersama.
17 Media Penyimpan Data Elektronik adalah media yang dapat menyimpan data elektronik seperti diket,
compact disk, flash disk, dan sejenisnya .
18 Pajak Dalam Rangka Impor yang selanjutnya disingkat PDRI adalah pajak yang dipungut oleh Direktorat
oleh Direktorat Jenderal atas impor barang yang terdiri dari Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah, dan Pajak Penghasilan.
15

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

10

Teknik Kepabeanan
Dikecualikan dari penyampaian hasil cetak PIB dan bukti pelunasan
bea masuk, cukai, PDRI, PNBP, dan dokumen pemesanan pita cukai
terhadap MITA Prioritas19 dan MITA Non Prioritas20.
Apabila ketentuan dimaksud diatas tidak dipenuhi, penyampaian PIB
berikutnya

oleh

Importir

yang

bersangkutan

tidak

dilayani

sampai

dipenuhinya ketentuan dimaksud .


Pembayaran Bea Masuk, Cukai dan PDRI
Pembayaran bea masuk dan PDRI dilakukan dengan cara:
-

pembayaran tunai; atau

pembayaran berkala.
Pembayaran berkala dapat dilakukan oleh MITA Prioritas dan Importir

yang diberikan kemudahan PIB berkala. Dalam hal pembayaran dilakukan


secara tunai, Importir melakukan pembayaran bea masuk, cukai untuk impor
etil alkohol, dan PDRI, sebelum menyampaikan PIB ke Kantor Pabean dna
dilakukan dilakukan di Bank Devisa Persepsi atau Pos Persepsi.
Khusus terhadap importasi di Kantor Pabean yang telah menerapkan
sistem PDE Kepabeanan, pembayaran bea masuk, cukai untuk impor etil
alkohol, dan PDRI sebagaimana dimaksud
Persepsi atau Pos Persepsi yang

dilakukan di Bank Devisa

terhubung

dengan sistem PDE

Kepabeanan.
Pembayaran dilakukan dengan menggunakan SSPCP. SSPCP yang
disampaikan ke Kantor Pabean harus mencantumkan Nomor Transaksi
Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP) dan/atau Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN). NTB/NTP dan/atau NTPN dimaksud atas PIB
yang didaftarkan di Kantor Pabean yang telah menerapkan sistem PDE
Kepabeanan disampaikan secara elektronik oleh Bank Devisa Persepsi atau
Pos Persepsi ke Kantor Pabean.

MITA Prioritas adalah Importir yang penetapannya dilakukan oleh Direktur Tehnis Kepabeanan atas nama
Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk mendapatkan kemudahan pelayanan kepabeanan.
20 MITA Non Prioritas Importir yang penetapannya dilakukan oleh Direktur Tehnis Kepabeanan atas nama
Direktur Jenderal berdasarkan usulan Kepala Kantor Pabean untuk mendapatkan kemudahan pelayanan
kepabeanan.
19

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

11

Teknik Kepabeanan
Nilai Pabean, NDPBM, Penetapan Tarif dan Perhitungan Bea Masuk.

Nilai Pabean
Nilai Pabean untuk penghitungan bea masuk dan PDRI adalah nilai
transaksi dari barang yang bersangkutan.

Dalam hal Nilai Pabean

sebagaimana dimaksud tidak dapat ditentukan berdasarkan nilai


transaksi, nilai pabean ditentukan secara hierarki berdasarkan nilai
transaksi barang identik, nilai transaksi barang serupa, metode deduksi,
metode komputasi atau tata cara yang wajar dan konsisten. Nilai Pabean
sebagaimana dimaksud

dihitung berdasarkan Cost Insurance Freight

(CIF).
Ketentuan nilai pabean unrtuk penghitungan Bea Masuk akan dibahas
pada Modul tersendiri.

Penetapan NDPBM
Untuk penghitungan bea masuk, cukai untuk impor etil alkohol, dan PDRI,
dipergunakan NDPBM yang berlaku pada saat:
-

dilakukannya pembayaran bea masuk, cukai untuk impor etil alkohol,


dan PDRI, dalam hal PIB dengan pembayaran bea masuk, PIB
berkala atau PIB penyelesaian atas barangbarang yang mendapat
fasilitas pembebasan;

diserahkan jaminan sebesar bea masuk, cukai, dan PDRI, dalam hal
PIB dengan penyerahan jaminan; atau

PIB mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean, dalam hal PIB


dengan mendapatkan pembebasan bea masuk atau PIB dengan
pembayaran berkala.

Nilai tukar mata uang yang dipergunakan sebagai NDPBM sebagaimana


dimaksud ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan yang
diterbitkan secara berkala. Dalam hal nilai tukar mata uang yang
dipergunakan sebagai NDPBM tidak tercantum dalam keputusan Menteri
Keuangan dimaksud , nilai tukar yang dipergunakan sebagai NDPBM
adalah nilai tukar spot harian valuta asing yang bersangkutan di pasar
internasional terhadap dolar Amerika Serikat yang berlaku pada
penutupan hari kerja sebelumnya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

12

Teknik Kepabeanan
Klasifikasi dan Pembebanan Barang Impor.
Klasifikasi dan pembebanan barang impor untuk penghitungan bea
masuk dan PDRI berpedoman pada Buku Tarif Bea Masuk Indonesia
(BTBMI).

Dalam hal terjadi perubahan ketentuan di bidang impor yang

berakibat pembebanan yang berbeda dengan BTBMI maka berlaku


ketentuan perubahan dimaksud.
Klasifikasi dan pembebanan barang impor berlaku ketentuan pada saat
PIB mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean.

Penghitungan Bea Masuk, Cukai, dan PDRI


Bea masuk yang harus dibayar dihitung dengan cara sebagai berikut:
-

Untuk tarif advalorum, bea masuk = nilai pabean X NDPBM X


pembebanan bea masuk; atau

Untuk tarif spesifik, bea masuk = jumlah satuan barang X


pembebanan bea masuk per- satuan barang.

PPN, PPnBM, dan PPh yang seharusnya dibayar dihitung dengan cara
sebagai berikut:
-

PPN = % PPN x (nilai pabean + bea masuk + cukai);

PPnBM = % PPnBM x (nilai pabean + bea masuk + cukai); dan

PPh = % PPh x (nilai pabean + bea masuk + cukai)


Bea Masuk

dimaksud diatas adalah bea masuk yang dibayar,

ditangguhkan dan/atau ditanggung pemerintah dan dihitung untuk setiap


jenis barang impor yang tercantum dalam PIB dan dibulatkan dalam
ribuan Rupiah penuh untuk satu PIB.
Pemeriksaan Pabean dan Penetapan Jalur

Pemeriksaan Pabean Secara Selektif


Terhadap Barang Impor yang telah diajukan PIB dilakukan pemeriksaan
pabean secara selektif berdasarkan manajemen risiko, meliputi penelitian
dokumen dan pemeriksaan fisik barang.
Dalam rangka pemeriksaan pabean secara selektif

ditetapkan jalur

pengeluaran, sebagai berikut:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

13

Teknik Kepabeanan
-

Jalur Merah21;

Jalur Kuning22;

Jalur Hijau23;

Jalur MITA Non-Prioritas24; dan

Jalur MITA Prioritas25.

Terhadap Barang Impor yang merupakan:


-

barang ekspor yang diimpor kembali;

barang yang terkena pemeriksaan acak; atau

barang impor sementara;

yang pengeluarannya ditetapkan melalui jalur MITA Non Prioritas,


diterbitkan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Fisik (SPPF) yang
merupakan izin untuk dilakukan pemeriksaan fisik di tempat Importir.
Dalam hal jalur pengeluaran Barang Impor ditetapkan Jalur Kuning dan
diperlukan

pemeriksaan

laboratorium,

Importir

wajib

menyiapkan

barangnya untuk pengambilan contoh.


Untuk importyasi yang ditetapkan

Jalur Kuning, dapat dilakukan

pemeriksaan fisik melalui mekanisme NHI berdasarkan informasi dari


Pejabat pemeriksa dokumen.
Importir yang barang impornya ditetapkan jalur merah wajib :
Jalur Merah adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran Barang Impor dengan dilakukan
pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB .
21

. Jalur Kuning adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran Barang Impor dengan tidak
dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB.
22

Jalur Hijau Jalur Hijau adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran Barang Impor dengan tidak
dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB).
23

Jalur MITA Non Prioritas yaitu proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor oleh
importir dengan langsung diterbitkan SPPB tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen ,
kecuali dalam hal :
24

barang ekspor yang diimpor kembali ;


barang yang terkena pemeriksaan acak;
barang impor sementara.

maka diterbitkan SPPB setelah selesainya penelitian dokumen/pemeriksaan fisik barang.


Jalur MITA Prioritas , yaitu proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor oleh Importir
Jalur Prioritas dengan langsung diterbitkan SPPB tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen.
25

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

14

Teknik Kepabeanan
-

menyerahkan hardcopy PIB, dokumen pelengkap pabean, dan


SSPCP, dalam hal PIB disampaikan dengan menggunakan sistem
PDE Kepabeanan;

menyiapkan barang untuk diperiksa; dan

hadir dalam pemeriksaan fisik, dalam jangka waktu paling lama 3


(tiga) hari kerja setelah tanggal Surat Pemberitahuan Jalur Merah
(SPJM).

Dalam hal Importir tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud


diatas maka dapat dilakukan pemeriksaan fisik oleh Pejabat atas risiko
dan biaya Importir. Atas permintaan Importir atau kuasanya, jangka waktu
dimaksud dapat diberikan perpanjangan apabila yang bersangkutan
dapat memberikan alasan tentang penyebab tidak bisa dilakukannya
pemeriksaan fisik.
Untuk

pelaksanaan

pemeriksaan

fisik

sebagaimana

dimaksud,

pengusaha TPS wajib memberikan bantuan teknis yang diperlukan atas


beban biaya Importir.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik barang harus dimulai paling lambat 3 (tiga) hari kerja
setelah tanggal SPJM atau SPPF. Importir atau kuasanya menyampaikan
kesiapan dimulainya pemeriksaan fisik barang kepada Pejabat Pabean.
Untuk Kantor Pabean yang mengoperasikan pemindai peti kemas,
pemeriksaan fisik barang dapat dilakukan dengan menggunakan
pemindai peti kemas. Pemeriksaan dengan menggunakan pemindai peti
kemas dilakukan terhadap:
-

barang yang pengeluarannya ditetapkan jalur hijau dan terkena


pemeriksaan acak melalui pemindai peti kemas;

barang yang pengeluarannya ditetapkan jalur merah namun hanya


terdiri dari satu jenis (satu pos tarif);

barang impor dalam refrigerated container yang berdasarkan


pertimbangan dari Pejabat yang menangani pelayanan pabean dapat
diperiksa dengan pemindai;

barang yang berisiko tinggi berdasarkan hasil analisis intelijen;

barang peka udara; atau

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

15

Teknik Kepabeanan
-

barang lainnya yang berdasarkan pertimbangan Kepala Kantor


Pabean atau Pejabat yang ditunjuk dapat dilakukan pemeriksaan
melalui pemindai peti kemas.

Dikecualikan dari pemeriksaan melalui pemindai peti kemas dimaksud,


terhadap:
-

barang impor peka cahaya;

barang impor yang mengandung zat radioaktif; atau

barang impor lainnya yang karena sifatnya dapat menjadi rusak


apabila dilakukan pemindaian.

Untuk mendapatkan keakuratan identifikasi Barang Impor, Pejabat


pemeriksa

dokumen

dapat

memerintahkan

untuk

dilakukan

uji

laboratorium. Terhadap uji laboratorium dimaksud pada yang dilakukan


di Balai Pengujian dan Identifikasi Barang dikenakan PNBP.

Penelitian Tarif dan Nilai Pabean


Untuk pemenuhan hak keuangan negara dan ketentuan impor yang
berlaku, Pejabat melakukan penelitian terhadap tarif dan nilai pabean
yang diberitahukan.

Penelitian dimaksud diselesaikan dalam jangka

waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PIB.
Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud

mengakibatkan

kekurangan pembayaran bea masuk, cukai, dan PDRI, Pejabat


menerbitkan Surat Penetapan Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPTNP).
Terhadap SPTNP yang terbit atas PIB yang ditetapkan jalur merah atau
jalur kuning, Pejabat menerbitkan SPPB setelah:
-

Importir melunasi kekurangan bea masuk, cukai, PDRI, dan/atau


sanksi administrasi berupa denda; atau

Importir menyerahkan jaminan sebesar bea masuk, cukai, PDRI,


dan/atau sanksi administrasi berupa denda dalam hal diajukan
keberatan.

Keberatan
Orang dapat mengajukan keberatan secara tertulis atas penetapan yang
dilakukan oleh Pejabat mengenai:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

16

Teknik Kepabeanan
-

tarif dan/atau nilai pabean untuk penghitungan bea masuk yang


mengakibatkan kekurangan pembayaran bea masuk, cukai, dan
PDRI;

pengenaan sanksi administrasi berupa denda;

kekurangan pembayaran bea masuk, cukai, dan PDRI selain karena


tarif dan/atau nilai pabean; dan/atau

penetapan pabean lainnya yang tidak mengakibatkan kekurangan


pembayaran.

Keberatan sebagaimana dimaksud diajukan kepada :


-

Direktur Jenderal u.p. Kepala KPU BC dalam hal keberatan diajukan


di KPU BC;

Direktur

Jenderal

u.p.

Direktur

Penerimaan

dan

Peraturan

Kepabeanan dan Cukai melalui Kepala KPPBC Tipe Madya atau


Kepala KPPBC lainnya dalam hal keberatan diajukan di KPPBC Tipe
Madya atau di KPPBC lainnya.
Orang yang mengajukan keberatan

dimaksud

wajib menyerahkan

jaminan sebesar tagihan kepada negara, kecuali:


-

Barang Impor belum dikeluarkan dari kawasan pabean sampai


dengan

keberatan

mendapat

keputusan,

sepanjang

terhadap

importasi barang tersebut belum diterbitkan persetujuan pengeluaran


oleh Pejabat;
-

tagihan telah dilunasi; atau

penetapan Pejabat tidak menimbulkan kekurangan pembayaran.

Ketentuan Lainnya.
i) Barang Impor Eksep
Apabila pada saat pengeluaran barang impor dari kawasan pabean
terdapat selisih kurang dari jumlah yang diberitahukan dalam PIB (eksep),
penyelesaian atas barang yang kurang tersebut dilakukan dengan
menggunakan PIB semula paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung
sejak tanggal SPPB.
ii) Impor Barang Kena Cukai (BKC)
Importir yang mengimpor BKC wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha
Barang Kena Cukai (NPPBKC). Barang Impor berupa BKC wajib dilunasi

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

17

Teknik Kepabeanan
cukainya sebelum diterbitkan SPPB. Dikecualikan dari ketentuan
pelunasan cukai dimaksud terhadap Barang Impor berupa BKC yang
mendapat :
-

pembebasan cukai; atau

fasilitas cukai tidak dipungut.

Barang Larangan dan/atau Pembatasan

Dalam hal terdapat Barang Impor yang terkena ketentuan larangan


dan/atau pembatasan diberitahukan dengan benar dalam dokumen PIB
tetapi belum memenuhi persyaratan impor, maka terhadap barang lainnya
yang tidak terkena ketentuan larangan dan/atau pembatasan dalam PIB
yang

bersangkutan

dapat

diizinkan

untuk

diberikan

persetujuan

pengeluaran barang setelah dilakukan penelitian mendalam.


iii) Pembatalan PIB
PIB yang diajukan di Kantor Pabean yang telah menerapkan sistem PDE
Kepabeanan hanya dapat dibatalkan dalam hal:
-

salah kirim yaitu data PIB dikirim ke Kantor Pabean lain dari Kantor
Pabean tempat pengeluaran barang;dan/atau

penyampaian data PIB dari importasi yang sama dilakukan lebih dari
satu kali.

Pembatalan PIB dilakukan dengan persetujuan Kepala Kantor Pabean


atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan permohonan Importir.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

18

Teknik Kepabeanan
C. Tata Kerja Penyelesaian Barang Impor.

Dalam materi ini dibahas mengenai tata kerja penyelesaian barang impor
untuk dipakai dengan PIB yang disampaikan melalui sistem PDE, melalui disket,
maupun melalui cara manual..
1)

TATA KERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI


DENGAN

PIB

YANG

DISAMPAIKAN

MELALUI

SISTEM

PDE

KEPABEANAN

i) PENDAFTARAN PIB

1. Importir mengisi PIB secara lengkap dengan menggunakan program


aplikasi PIB, dengan mendasarkan pada data dan informasi dari dokumen
pelengkap pabean.
2. Importir melakukan pembayaran bea masuk (BM), cukai, PDRI, dan
PNBP melalui Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi yang telah terhubung
dengan

sistem

PDE

Kepabeanan,

kecuali

untuk

Importir

yang

menggunakan fasilitas pembayaran berkala.


3. Importir mengirim data PIB secara elektronik ke Sistem Komputer
Pelayanan (SKP) di Kantor Pabenan melalui portal INSW.
3.1. Portal INSW melakukan penelitian tentang pemenuhan ketentuan
larangan/pembatasan atas Barang Impor yang diberitahukan.
3.2. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan Barang Impor yang
diberitahukan

terkena

ketentuan

larangan/pembatasan

dan

persyaratannya belum dipenuhi, portal INSW mengembalikan data


PIB kepada Importir untuk diajukan kembali setelah dipenuhi.
3.3. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan barang yang diimpor :
i. tidak terkena ketentuan larangan / pembatasan atau ketentuan
larangan/pembatasannya telah dipenuhi, portal INSW meneruskan
data PIB ke SKP di Kantor Pabean untuk diproses lebih lanjut.
ii. perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan ketentuan larangan/
pembatasan, portal INSW meneruskan data PIB ke SKP di Kantor
Pabean untuk diproses lebih lanjut.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

19

Teknik Kepabeanan
4. Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi mengirim credit advice secara
elektronik ke SKP di Kantor Pabean.
5. SKP di Kantor Pabean menerima data PIB dan melakukan penelitian ada
atau tidaknya pemblokiran Importir dan PPJK.26
6. Dalam

hal

hasil

penelitian

menunjukkan

Importir

diblokir,

SKP

menerbitkan respons penolakan.


7. Dalam hal hasil penelitian menunjukan Importir tidak diblokir:
7.1. SKP melakukan penelitan data PIB meliputi:
a. kelengkapan pengisian data PIB;
b. pembayaran BM, cukai, dan PDRI;
c. pembayaran PNBP;
d. nomor dan tanggal B/L, AWB atau nomor pengajuan tidak
berulang;
e. kesesuaian PIB dengan BC 1.1. meliputi:
-

nomor dan tanggal BC 1.1., pos/sub pos BC 1.1., host B/L,


jumlah container, nomor container, dan ukuran container untuk
impor melalui pelabuhan laut;

nomor dan tanggal BC 1.1., pos/sub pos BC 1.1. dan host


AWB untuk impor melalui bandara;

f.

kode dan nilai tukar valuta asing ada dalam data NDPBM;

g. pos tarif tercantum dalam BTBMI;


h. Importir memiliki Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) untuk selain
importasi pertama atau Importir yang dikecualikan dari NIK;
i.

bukti penerimaan jaminan, dalam hal importasi memerlukan


jaminan;

j.

PPJK memiliki Nomor Pokok PPJK (NP PPJK); dan

k. jumlah jaminan yang dipertaruhkan oleh PPJK.


7.2. Dalam hal pengisian data PIB sebagaimana dimaksud pada butir 7.1.
tidak sesuai:
i. SKP mengirim respons penolakan.
ii. Importir melakukan perbaikan data PIB sesuai respons penolakan
dan mengirimkan kembali data PIB yang telah diperbaiki.
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan yang selanjutnya disingkat dengan PPJK adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pengurusan pemenuhan kewajiban pabean untuk dan atas nama Importir.
26

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

20

Teknik Kepabeanan
7.3. Dalam hal pengisian data PIB sebagaimana dimaksud pada butir 7.1.
telah sesuai, SKP meneruskan data PIB yang memerlukan penelitian
lebih lanjut terkait dengan ketentuan larangan/pembatasan kepada
Pejabat yang menangani penelitian barang larangan/pembatasan
untuk dilakukan penelitian.
i. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan barang impor tidak
terkena

ketentuan

larangan/pembatasan

atau

ketentuan

larangan/pembatasan telah dipenuhi, Pejabat yang menangani


penelitian barang larangan/pembatasan merekam hasil penelitian
ke dalam SKP untuk selanjutnya SKP memberikan nomor
pendaftaran PIB dan dilakukan penetapan jalur pelayanan impor.
ii. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan barang impor terkena
ketentuan larangan/pembatasan, dan persyaratannya belum
dipenuhi:
1. Pejabat yang menangani penelitian barang larangan /
pembatasan merekam hasil penelitiannya ke dalam SKP untuk
diterbitkan

respons

Nota

Pemberitahuan

Barang

Larangan/Pembatasan (NPBL) dengan tembusan kepada unit


pengawasan.
2. Dalam hal impor dilakukan oleh MITA Prioritas dan MITA Non
Prioritas yang memperoleh kemudahan tidak menyerahkan
hasil cetak PIB, Pejabat yang menangani penelitian barang
larangan/pembatasan merekam hasil penelitiannya ke dalam
SKP.
a. SKP menerbitkan respons NPBL dengan tembusan
kepada unit pengawasan;
b. SKP memberikan nomor pendaftaran PIB dan melakukan
penetapan jalur pelayanan impor.
3. Importir menerima respons NPBL, kemudian menyerahkan
dokumen yang dipersyaratkan dilampiri dengan hasil cetak
NPBL kepada Pejabat yang menangani penelitian barang
larangan/pembatasan melalui Pejabat penerima dokumen.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

21

Teknik Kepabeanan
4. Pejabat yang menangani penelitian barang larangan /
pembatasan melakukan penelitian terhadap dokumen yang
dipersyaratkan.
a. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan dokumen yang
dipersyaratkan telah sesuai, Pejabat yang menangani
penelitian barang larangan/pembatasan merekam hasil
penelitian dan dokumen yang dipersyaratkan ke dalam
SKP untuk diterbitkan nomor pendaftaran PIB dan
dilakukan penjaluran pelayanan impor.
b. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan dokumen yang
dipersyaratkan belum sesuai, Pejabat yang menangani
penelitian barang larangan/pembatasan memberitahukan
kembali kepada Importir melalui SKP.
5. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal
penerbitan NPBL Importir tidak menyerahkan dokumen yang
dipersyaratkan maka SKP menerbitkan respons penolakan.

ii) PENETAPAN JALUR PELAYANAN IMPOR

1. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur MITA Prioritas:


1.1. SKP mengirim respons Surat Pemberitahuan Pengeluaran Barang
(SPPB) kepada Importir.
1.2. Importir menerima respons SPPB dan mencetak SPPB untuk
pengeluaran barang dari Kawasan Pabean.
2. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur MITA NonPrioritas:
2.1. SKP

mengirim

respons

SPPB

atau

Surat

Pemberitahuan

Pemeriksaan Fisik (SPPF) kepada Importir.


2.2. Importir menerima respons berupa:
a. SPPB dan mencetaknya untuk pengeluaran barang dari Kawasan
Pabean; atau
b. SPPF dan mencetaknya sebagai izin pengeluaran barang dari
Kawasan Pabean untuk dilakukan pemeriksaan fisik di tempat
Importir.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

22

Teknik Kepabeanan
3. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur Hijau:
3.1. SKP mengirim respons SPPB kepada Importir.
3.2. Importir

menerima

respons

SPPB

dan

mencetaknya

untuk

pengeluaran barang dari Kawasan Pabean.


3.3. Dalam hal pengeluaran barang impor ditetapkan melalui Jalur Hijau
setelah melalui pemindai peti kemas (container scanner)27:
a. SKP mengirim respons SPPB bertanda pemindai peti kemas
(container scanner) kepada Importir.
b. Importir menerima respons SPPB bertanda pemindai peti kemas
(container scanner) dan mencetaknya.
c. Importir menyiapkan peti kemas untuk dilakukan pemeriksaan fisik
melalui pemindai peti kemas.
d. Pejabat pemindai peti kemas melakukan pemindaian terhadap
Barang Impor dan melakukan penelitian terhadap tampilan hasil
pemindaian.
e. Pejabat pemindai peti kemas menulis keputusan pada Laporan
Hasil Analisis Tampilan (LHAT), merekamnya ke dalam SKP, serta
menyampaikan kembali PIB, LHAT, dan SPPB bertanda pemindai
peti kemas (container scanner) kepada Pejabat yang menangani
pelayanan pabean.
f.

Apabila kesimpulan dalam LHAT menunjukkan sesuai, Pejabat


yang menangani pelayanan pabean memberikan tanda SETUJU
KELUAR pada SPPB bertanda pemindai peti kemas (container
scanner),

dan

menyampaikannya

kepada

Importir

untuk

pengeluaran barang dari Kawasan Pabean.


g. Apabila kesimpulan LHAT menunjukkan perlu pemeriksaan fisik
barang:
i.

Pejabat yang menangani pelayanan pabean menerbitkan


instruksi pemeriksaan kepada Pejabat pemeriksa barang.

Pemindai Peti Kemas (container scanner) adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan fisik
barang dalam peti kemas atau kemasan dengan menggunakan teknologi sinar X (X-Ray) atau sinar gamma
(Gamma Ray).
27

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

23

Teknik Kepabeanan
ii. Pejabat pemeriksa barang menerima instruksi pemeriksaan,
LHAT, hasil cetak pemindaian peti kemas, dan SPPB bertanda
pemindai peti kemas (container scanner).
iii. Pejabat pemeriksa barang melakukan pemeriksaan fisik,
membuat Berita Acara Pemeriksaan Fisik (BAP Fisik), serta
membuat dan merekam Laporan Hasil Pemeriksaan Fisik
Barang (LHP).
iv. Pejabat pemeriksa barang mengirimkan SPPB bertanda
pemindai peti kemas (container scanner), LHAT, hasil cetak
pemindaian, LHP, dan BAP Fisik kepada Pejabat yang
menangani pelayanan pabean.
v. Dalam hal hasil penelitian menunjukan sesuai, Pejabat yang
menangani pelayanan pabean memberikan catatan SETUJU
KELUAR pada SPPB bertanda pemindai peti kemas
(container scanner).
vi. Dalam hal hasil penelitian menunjukan tidak sesuai, Pejabat
yang menangani pelayanan pabean meneruskan berkas PIB
kepada unit pengawasan.
1. Unit pengawasan melakukan penelitian mengenai ada
tidaknya dugaan tindak pidana dan melakukan proses
lebih lanjut apabila terdapat dugaan tindak pidana.
2. Dalam hal tidak terdapat dugaan tindak pidana :
- Unit pengawasan meneruskan berkas PIB kepada
Pejabat pemeriksa dokumen.
- Pejabat pemeriksa dokumen menetapkan tarif dan nilai
pabean serta mengenakan sanksi administrasi.
- Pejabat

pemeriksa

dokumen

menerbitkan

Surat

Penetapan Tarif dan Nilai Pabean (SPTNP) dan


mengirimkan respons SPTNP kepada Importir, dengan
tembusan kepada Pejabat yang menangani penagihan.
- Importir membayar kekurangan pembayaran sesuai
dengan SPTNP

pada Bank

Devisa

Persepsi/Pos

Persepsi yang telah terhubung dengan sistem PDE


Kepabeanan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

24

Teknik Kepabeanan
- Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi mengirim credit
advice ke Kantor Pabean.
- Pejabat pemeriksa dokumen menerima dan meneliti
kesesuaian credit advice dari Bank Devisa Persepsi/Pos
Persepsi, dan memberikan catatan SETUJU KELUAR
pada SPPB bertanda pemindai peti kemas (container
scanner).
4. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur Kuning:
4.1. SKP mengirim respons Surat Pemberitahuan Jalur Kuning (SPJK)
kepada Importir serta meminta hasil cetak PIB, dokumen pelengkap
pabean, dan dokumen pemesanan pita cukai untuk BKC yang
pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita cukai.
4.2. Importir menerima respons SPJK dan menyerahkan hasil cetak
PIB,dokumen pelengkap pabean, dan dokumen pemesanan pita cukai
untuk BKC yang pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita
cukai kepada Pejabat pemeriksa dokumen melalui Pejabat penerima
dokumen.
4.3. Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian terhadap hasil
cetak PIB dan/atau dokumen pelengkap pabean.
4.4. Pejabat pemeriksa dokumen dapat mengirim respons melalui SKP
berupa permintaan tambahan keterangan dalam rangka penelitian
tarif dan nilai pabean, dan pemberitahuan agar Importir menyiapkan
barangnya untuk pengambilan contoh barang dalam hal diperlukan.
4.5. Pejabat pemeriksa dokumen mengambil contoh barang dengan
memerintahkan petugas yang ditunjuk.
4.6. Dalam hal hasil penelitian menemukan indikasi adanya perbedaan
jumlah, jenis dan/atau pelanggaran, Pejabat pemeriksa dokumen
memberitahukan hal tersebut kepada unit pengawasan melalui SKP
untuk dilakukan pemeriksaan fisik melalui mekanisme NHI28.
a. Dalam hal diterbitkan NHI dan ditemukan dugaan tindak pidana,
unit pengawasan melakukan proses lebih lanjut.

Nota Hasil Intelijen yang selanjutnya disingkat dengan NHI adalah produk dari kegiatan intelijen yang
menunjukkan indikasi mengenai adanya pelanggaran di bidang kepabeanan dan/atau cukai.
28

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

25

Teknik Kepabeanan
b. Apabila unit pengawasan dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja
setelah tanggal pemberitahuan dari Pejabat pemeriksa dokumen
tidak menerbitkan NHI atau diterbitkan NHI dengan hasil tidak
ditemukan pelanggaran pidana:
i.

Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penetapan tarif dan


nilai pabean.

ii. Dalam hal hasil penetapan tarif dan nilai pabean tidak
mengakibatkan kekurangan pembayaran, Pejabat pemeriksa
dokumen menerbitkan SPPB.
iii. Dalam

hal

hasil

penetapan

tarif

dan

nilai

pabean

mengakibatkan kekurangan pembayaran:


1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPTNP dan
mengirimkan respons SPTNP kepada Importir, dengan
tembusan kepada Pejabat yang menangani penagihan.
2. Importir membayar kekurangan pembayaran sesuai dengan
SPTNP pada Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi yang
telah terhubung dengan sistem PDE Kepabeanan.
3. Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi mengirim credit advice
ke Kantor Pabean.
4. Pejabat

pemeriksa

dokumen

menerima

dan

meneliti

kesesuaian credit advice dari Bank Devisa Persepsi/Pos


Persepsi, dan dalam hal telah sesuai diterbitkan SPPB.
4.7. Dalam hal tidak ditemukan indikasi adanya perbedaan jumlah, jenis
dan/atau pelanggaran, dilakukan langkah-langkah sesuai dengan butir
i. s.d 4.
5. Pengeluaran barang impor yang ditetapkan melalui Jalur Merah:
5.1. SKP mengirim respons Surat Pemberitahuan Jalur Merah (SPJM)
kepada Importir serta meminta hasil cetak PIB, dokumen pelengkap
pabean, dan dokumen pemesanan pita cukai untuk BKC yang
pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita cukai.
5.2. Importir menerima respons SPJM dan menyerahkan hasil cetak PIB,
dokumen pelengkap pabean, dan dokumen pemesanan pita cukai
untuk BKC yang pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

26

Teknik Kepabeanan
cukai kepada Pejabat pemeriksa dokumen melalui Pejabat penerima
dokumen paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPJM.
5.3. Apabila Importir tidak menyerahkan hasil cetak PIB dan dokumen
pelengkap pabean dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah
tanggal SPJM, Pejabat yang menangani pelayanan pabean dapat
menerbitkan Instruksi Pemeriksaan dan menunjuk Pejabat pemeriksa
barang, dengan tembusan kepada pengusaha TPS.
5.4. Pengusaha TPS menerima tembusan instruksi pemeriksaan barang
dan menyiapkan barang untuk diperiksa.
5.5. Importir dapat mengajukan permohonan perpanjangan batas waktu
penetapan pemeriksaan dimaksud disertai alasan.
5.6. Dalam hal hasil cetak PIB dan dokumen pelengkap pabean telah
diterima, dilakukan langkah sebagai berikut:
a. Dalam

hal

Importir

dan

Pejabat

pemeriksa

barang

telah

menyatakan kesiapannya untuk proses pemeriksaan fisik barang,


SKP menunjuk Pejabat pemeriksa barang dan menerbitkan
Instruksi Pemeriksaan.
b. Berdasarkan pertimbangan Pejabat yang menangani pelayanan
pabean, pemeriksaan fisik dapat melalui pemindai peti kemas
dalam hal :
i.

barang sejenis yang terdiri dari satu pos dalam PIB;

ii. barang yang dimuat dalam refrigerated container; atau


iii. barang peka udara, sesuai tata cara sebagaimana dimaksud
pada butir 13.1. s.d. 13.8.
c. Pejabat pemeriksa barang menerima invoice/packing list dari
Pejabat pemeriksa dokumen.
d. Pejabat pemeriksa barang melakukan pemeriksaan fisik barang
dan mengambil contoh barang jika diminta, membuat Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) dan membuat Berita Acara Pemeriksaan
Fisik (BAP Fisik).
e. Pejabat pemeriksa barang merekam LHP ke dalam SKP dengan
tembusan kepada unit pengawasan, kemudian mengirim LHP dan
BAP Fisik kepada Pejabat pemeriksa dokumen.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

27

Teknik Kepabeanan
f.

Dalam hal diperlukan, unit pengawasan segera berkoordinasi


dengan Pejabat pemeriksa dokumen.

g. Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian PIB, dokumen


pelengkap pabean, LHP dan BAP Fisik.
5.7. Dalam hal diperlukan uji laboratorium, Pejabat pemeriksa dokumen
mengirim contoh barang dan invoice/packing list ke laboratorium,
serta

mengirim

respons

permintaan

pembayaran

PNBP

atas

pelayanan uji laboratorium di BPIB kepada Importir.


5.8. Dalam hal hasil pemeriksaan fisik dan hasil uji laboratorium (jika
dilakukan uji laboratorium) serta penelitian tarif dan nilai pabean
menunjukkan kesesuaian dengan pemberitahuan, dan :
a. BM, cukai, PDRI, dan sanksi administrasi telah dilunasi; dan
b. ketentuan

larangan/pembatasan

telah

dipenuhi,

Pejabat

pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB.


5.9.

Dalam hal hasil penelitian menunjukan tidak sesuai dan tidak ada
tindak lanjut dari unit pengawasan sebagaimana dimaksud pada butir
6.6., Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian tarif dan nilai
pabean, serta pemenuhan ketentuan tentang larangan/pembatasan.

5.10. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada butir 9 :


a. SKP mengirimkan respons SPTNP kepada Importir dalam hal
terdapat kekurangan pembayaran BM, cukai, dan PDRI, dengan
tembusan kepada Pejabat yang menangani urusan penagihan.
b. Dalam

hal

ditemukan

barang

yang

terkena

ketentuan

larangan/pembatasan, Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan


NPBL29.
5.11. Importir menerima respons SPTNP dan NPBL untuk barang yang
terkena

ketentuan

larangan/pembatasan,

kemudian

melakukan

pelunasan pembayaran BM, cukai, PDRI, dan sanksi administrasi


serta menyerahkan persyaratan yang terkait dengan ketentuan
larangan/pembatasan.

Nota Pemberitahuan Barang Larangan/Pembatasan yang selanjutnya disingkat dengan NPBL adalah nota
yang dibuat oleh Pejabat kepada Importir agar memenuhi ketentuan larangan dan/atau pembatasan impor.
29

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

28

Teknik Kepabeanan
5.12. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB setelah melakukan
penelitian tentang pelunasan pembayaran BM, Cukai, PDRI, dan
sanksi

administrasi

serta

pemenuhan

ketentuan

larangan/pembatasan.
5.13. Dalam hal Pejabat yang menangani pelayanan pabean memutuskan
untuk dilakukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan pemindai
peti kemas atas barang-barang dalam butir 6.2., dilakukan kegiatan
sebagai berikut:
a. Pejabat yang menangani pelayanan pabean menerbitkan Instruksi
Pemeriksaan Fisik melalui Pemindai Peti Kemas.
b. Importir menyiapkan peti kemas untuk dilakukan pemeriksaan fisik
melalui pemindai peti kemas.
c. Pejabat pemindai peti kemas melakukan pemindaian Barang
Impor dan melakukan penelitian hasil cetak pemindaian.
d. Pejabat pemindai peti kemas menuliskan kesimpulan pada LHAT
dan merekamnya ke dalam SKP, kemudian menyampaikannya
kepada Pejabat yang menangani pelayanan pabean.
e. Dalam hal Pejabat pemindai peti kemas menyimpulkan untuk
dilakukan pemeriksaan fisik barang, Pejabat yang menangani
pelayanan pabean menunjuk Pejabat pemeriksa barang dan
menerbitkan Instruksi Pemeriksaan.
i.

Pejabat pemeriksa barang menerima Instruksi Pemeriksaan,


invoice/ packing list, LHAT, dan hasil cetak pemindaian dari
Pejabat yang menangani pelayanan pabean.

ii. Pejabat pemeriksa barang melakukan pemeriksaan fisik


barang dan mengambil contoh barang jika diminta, kemudian
membuat LHP dan BAP Fisik.
iii. Pejabat pemeriksa barang menyampaikan LHP dan BAP Fisik
kepada Pejabat yang menangani pelayanan pabean untuk
disatukan dengan berkas PIB untuk diteruskan kepada
Pejabat pemeriksa dokumen. (selanjutnya dilakukan tahapan
sebagaimana dimaksud pada butir 7 s.d. 12).
f. Dalam hal Pejabat pemindai peti kemas menyimpulkan tidak perlu
pemeriksaan fisik barang, Pejabat yang menangani pelayanan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

29

Teknik Kepabeanan
pabean meneruskan PIB dan dokumen pelengkap pabean, dan
LHAT kepada Pejabat pemeriksa dokumen untuk dilakukan
penelitian dan penetapan tarif dan nilai pabean.
i.

Dalam

hal

ditetapkan

sesuai

pemberitahuan,

Pejabat

pemeriksa dokumen menerbitkan menerbitkan SPPB.


ii. Dalam hal hasil penelitian tarif dan nilai pabean menunjukkan
terdapat kekurangan pembayaran BM dan PDRI, Pejabat
pemeriksa dokumen mengirimkan respons SPTNP kepada
Importir, dengan tembusan kepada Pejabat yang menangani
penagihan.
g. Importir menerima respons SPTNP dan melakukan pelunasan BM,
Cukai, dan PDRI.
h. Pejabat

pemeriksa

dokumen

menerbitkan

SPPB

setelah

melakukan penelitian tentang pelunasan BM, Cukai, dan PDRI.

iii) PENGELUARAN BARANG IMPOR

1. Importir

menyerahkan

SPPB

kepada

Pejabat

yang

mengawasi

pengeluaran barang.
2. Pejabat mengawasi pengeluaran barang dari Kawasan Pabean atau TPS
oleh Importir berdasarkan SPPB atau berdasarkan SPPF untuk MITA Non
Prioritas.
3. Importir menerima SPPB atau SPPF yang diberikan catatan oleh Pejabat
yang mengawasi pengeluaran barang.
4. Importir mengeluarkan Barang Impor dari Kawasan Pabean.

iv) PASCA PERSETUJUAN PENGELUARAN BARANG

1. Dalam hal pengeluaran barang impor ditetapkan melalui Jalur MITA


Prioritas dan Jalur MITA Non Prioritas, Importir melakukan kegiatan
sebagai berikut:
1.1. Dalam hal memanfaatkan fasilitas pembayaran berkala, MITA
Prioritas dan MITA Non Prioritas melakukan pelunasan bea masuk,
cukai, dan PDRI melalui Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi yang

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

30

Teknik Kepabeanan
telah on-line dengan PDE Kepabeanan dengan mencantumkan
nomor aju dan nomor PIB pada SSPCP.
1.2. Menyerahkan

rekapitulasi

Impor

yang

mendapatkan

fasilitas

pembebasan atau keringanan BM beserta softcopy-nya dalam bentuk


yang telah ditetapkan kepada client coordinator.
1.3. Menyerahkan izin/rekomendasi pemenuhan persyaratan Impor dari
instansi terkait untuk PIB-PIB atas Impor barang yang terkena aturan
pembatasan pada bulan sebelumnya paling lambat pada tanggal 10
bulan berikutnya kepada client coordinator, dalam hal instansi teknis
terkait atau Kantor Pabean belum terhubung dengan INSW.
1.4. Menyampaikan laporan Impor secara periodik setiap 6 (enam) bulan
sekali kepada client coordinator dalam bentuk softcopy.
2. Dalam hal pengeluaran barang impor ditetapkan melalui Jalur Hijau:
2.1. Pejabat pemeriksa dokumen meneliti uraian barang dalam PIB, dan
mengirimkan respons kepada Importir berupa permintaan tambahan
keterangan terkait uraian barang dan/atau permintaan informasi
tentang nilai pabean dalam hal diperlukan uraian tambahan dan/atau
diperlukan informasi tentang nilai pabean.
2.2. Importir menyampaikan bukti-bukti kebenaran nilai pabean kepada
pejabat pemeriksa dokumen dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah
tanggal permintaan informasi nilai pabean dan/atau tambahan uraian
barang.
2.3. Pejabat pemeriksa dokumen meneliti dan menetapkan tarif dan nilai
pabean dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal pendaftaran PIB, dan menerbitkan SPTNP atau menerbitkan
rekomendasi audit kepabeanan dalam hal menemukan kekurangan
pembayaran BM dan PDRI setelah melebihi 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal pendaftaran PIB.
2.4. Importir menerima respons SPTNP, mencetak dan melunasinya
dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
SPTNP, dan menyerahkan SSPCP kepada pejabat yang menangani
penagihan.
3. Pejabat yang mengelola manifes melakukan penutupan Pos BC 1.1 atas
PIB yang telah diselesaikan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

31

Teknik Kepabeanan
v) FORMULIR

Pada hasil cetak SPPB, SPPF, SPJK, SPJM, dan NPBL dicantumkan
keterangan Formulir ini dicetak secara otomatis oleh sistem komputer dan
tidak memerlukan nama, tanda tangan pejabat, dan cap dinas.

2)

TATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI


DENGAN

PIB

YANG

DISAMPAIKAN

MENGGUNAKAN

MEDIA

PENYIMPAN DATA ELEKTRONIK

i) PENDAFTARAN PIB
1. Importir menyiapkan PIB dengan menggunakan program aplikasi PIB,
dengan mendasarkan pada data dan informasi dari dokumen pelengkap
pabean.
2. Importir melakukan pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI, dan PNBP
melalui Bank Devisa

Persepsi/Pos Persepsi, kecuali untuk yang

menggunakan fasilitas pembayaran berkala.


3. Importir menyampaikan ke Kantor Pabean PIB dalam rangkap 3 (tiga),
media penyimpan data elektronik, dokumen pelengkap pabean, SSPCP
dan/atau surat keputusan pembebasan/keringanan BM dan/atau PDRI,
bukti pembayaran PNBP, dokumen pemesanan pita cukai untuk BKC yang
pelunasan

cukainya

dengan

cara

pelekatan

pita

cukai,

dan

izin/rekomendasi dari instansi teknis.


4. Pejabat penerima dokumen pada Kantor Pabean menerima berkas PIB,
lalu memeriksa kesesuaian hasil cetak PIB dengan data dalam media
penyimpan data elektronik.
5. Pejabat penerima dokumen mengunggah (upload) data dari media
penyimpan data ke SKP Kantor Pabean, kemudian mengembalikan media
penyimpan data elektronik kepada Importir.
6. Pejabat penerima dokumen melakukan penelitian ada atau tidaknya
pemblokiran terhadap Importir dan PPJK, meneliti pencantuman NTB/NTP
dan/atau NTPN dalam SSPCP serta mencocokkan bukti pembayaran Bea
Masuk, Cukai, PDRI dan PNBP, lalu merekam hasil penelitiannya ke
dalam SKP.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

32

Teknik Kepabeanan
7. SKP menerima data PIB dan melakukan penelitian sebagai berikut:
7.1. kelengkapan pengisian data PIB;
7.2. nomor dan tanggal B/L, AWB atau nomor pengajuan tidak berulang;
7.3. kesesuaian PIB dengan BC 1.1. meliputi:
-

nomor dan tanggal BC 1.1., pos/sub pos BC 1.1., host B/L, jumlah
container, nomor container, dan ukuran container untuk impor
melalui pelabuhan laut;

nomor dan tanggal BC 1.1., pos/sub pos BC 1.1. dan host AWB
untuk impor melalui bandara;

7.4. kode dan nilai tukar valuta asing ada dalam data NDPBM;
7.5. pos tarif tercantum dalam BTBMI;
7.6. Importir memiliki Nomor Induk Kepabeanan (NIK), selain importasi
pertama atau Importir yang dikecualikan dari NIK;
7.7. bukti penerimaan jaminan, dalam hal importasi memerlukan jaminan;
7.8. PPJK memiliki Nomor Pokok PPJK (NP PPJK); dan
7.9. jumlah jaminan yang dipertaruhkan oleh PPJK.
8. Dalam hal hasil penelitian Pejabat penerima dokumen sebagaimana
dimaksud pada butir 6 dan pengisian data PIB sebagaimana dimaksud
pada butir 7 tidak sesuai :
8.1. Pejabat

penerima

dokumen

menerbitkan

Nota

Pemberitahuan

Penolakan (NPP) dengan menggunakan SKP;


8.2. Importir melakukan perbaikan data PIB dan melengkapi kekurangan
persyaratan sesuai NPP, lalu menyampaikan kembali ke Kantor
Pabean.
9. Dalam hal pengisian data PIB telah sesuai dan/atau pencocokkan bukti
pembayaran bea masuk, cukai, PDRI dan PNBP telah sesuai, SKP
melakukan penelitian tentang pemenuhan ketentuan larangan/pembatasan
berdasarkan data PIB.
9.1. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan Barang Impor tidak terkena
ketentuan

larangan/pembatasan

atau

ketentuan

larangan/pembatasan telah dipenuhi, SKP memberikan nomor


pendaftaran PIB dan melakukan penjaluran pelayanan impor.
9.2. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan Barang Impor perlu penelitian
lebih lanjut terkait dengan ketentuan larangan/pembatasan, SKP

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

33

Teknik Kepabeanan
meneruskan data PIB kepada Pejabat yang menangani penelitian
barang larangan/pembatasan untuk dilakukan penelitian.
a. Dalam

hal

hasil

penelitian

menunjukkan

ketentuan

larangan/pembatasan telah dipenuhi, Pejabat yang menangani


penelitian barang larangan/pembatasan merekam hasil penelitian
untuk selanjutnya SKP menerbitkan nomor pendaftaran PIB.
b. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan ketentuan larangan dan
pembatasan belum dipenuhi, Pejabat yang menangani penelitian
barang larangan/pembatasan merekam hasil penelitian untuk
selanjutnya SKP menerbitkan Nota Pemberitahuan Barang
Larangan/Pembatasan (NPBL) dengan tembusan kepada unit
pengawasan.
c. Importir menerima NPBL.
d. Importir menyerahkan dokumen yang dipersyaratkan dilampiri
dengan NPBL kepada Pejabat yang menangani penelitian barang
larangan/pembatasan.
e. Pejabat yang menangani penelitian barang larangan/pembatasan
melakukan penelitian dokumen yang dipersyaratkan.
i.

Dalam hal hasil penelitian menunjukkan dokumen yang


dipersyaratkan

telah

sesuai,

Pejabat

yang

menangani

penelitian barang larangan/pembatasan merekam dokumen


yang dipersyaratkan ke dalam SKP untuk diterbitkan nomor
pendaftaran PIB dan dilakukan penetapan jalur pelayanan
impor.
ii. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan dokumen yang
dipersyaratkan belum sesuai, Pejabat yang menangani
penelitian

barang

larangan/pembatasan

memberitahukan

kepada Importir melalui pejabat penerima dokumen.


f. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal
penerbitan NPBL Importir tidak menyerahkan dokumen yang
dipersyaratkan maka pejabat penerima dokumen menerbitkan
NPP dengan menggunakan SKP.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

34

Teknik Kepabeanan
ii) PENETAPAN JALUR PELAYANAN IMPOR

1. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur MITA Prioritas:


1.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB dan mengirimkannya
kepada Importir.
1.2. Importir menerima SPPB untuk pengeluaran barang dari Kawasan
Pabean.
2. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur MITA NonPrioritas:
2.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB atau SPPF kepada
Importir.
2.2. Importir menerima:
a.

SPPB untuk pengeluaran barang dari Kawasan Pabean; atau

b. SPPF sebagai izin pengeluaran barang dari Kawasan Pabean


untuk dilakukan pemeriksaan fisik di tempat Importir.
3. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur Hijau:
3.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB dan mengirimkannya
kepada Importir.
3.2. Importir menerima SPPB untuk pengeluaran barang dari Kawasan
Pabean.
4. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur Kuning:
4.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan Surat Pemberitahuan Jalur
Kuning (SPJK) kepada Importir.
4.2. Importir menerima SPJK dari Pejabat pemeriksa dokumen melalui
Pejabat penerima dokumen.
4.3. Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian terhadap berkas
PIB.
4.4. Pejabat pemeriksa dokumen dapat meminta tambahan keterangan
terkait uraian barang dan/atau nilai pabean, dan memberitahukan
agar Importir menyiapkan barangnya untuk pengambilan contoh
barang dalam hal diperlukan.
4.5. Pejabat pemeriksa dokumen mengambil contoh barang dengan
memerintahkan petugas yang ditunjuk.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

35

Teknik Kepabeanan
4.6. Dalam hal hasil penelitian ditemukan dugaan adanya perbedaan
jumlah, jenis dan/atau pelanggaran, Pejabat pemeriksa dokumen
menyamapaikan pemberitahuan tertulis kepada unit pengawasan
untuk dilakukan pemeriksaan fisik melalui mekanisme NHI.
a. Dalam hal diterbitkan NHI dan ditemukan dugaan tindak pidana,
unit pengawasan melakukan proses lebih lanjut.
b. Apabila unit pengawasan dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja
setelah tanggal pemberitahuan dari Pejabat pemeriksa dokumen
tidak menerbitkan NHI atau diterbitkan NHI dengan hasil tidak
ditemukan tindak pidana:
i.

Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penetapan tarif dan


nilai pabean.

ii. Dalam hal hasil penetapan tarif dan nilai pabean tidak
mengakibatkan kekurangan pembayaran, Pejabat pemeriksa
dokumen menerbitkan SPPB.
iii. Dalam

hal

hasil

penetapan

tarif

dan

nilai

pabean

mengakibatkan kekurangan pembayaran:


1. Pejabat Pemeriksa Dokumen menerbitkan SPTNP.
2. Importir membayar kekurangan pembayaran sesuai dengan
SPTNP pada Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi.
3. Importir

menyerahkan

SSPCP

yang

telah

diberikan

NTB/NTP dan/atau NTPN kepada Pejabat Pemeriksa


Dokumen.
4. Pejabat

pemeriksa

dokumen

menerima

dan

meneliti

kesesuaian SSPCP dan SPTNP, dan dalam hal telah sesuai


diterbitkan SPPB.
4.7. Dalam hal tidak ditemukan indikasi adanya perbedaan jumlah, jenis
dan/atau pelanggaran, dilakukan langkah-langkah sesuai dengan butir
4.6 s.d 4.
5. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui jalur merah:
5.1. Pejabat

pemeriksa

dokumen

menerbitkan

SPJM

serta

mengirimkannya kepada Importir.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

36

Teknik Kepabeanan
5.2. Importir menyampaikan pemberitahuan kesiapan pemeriksaan fisik
kepada Pejabat Pemeriksa Dokumen dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPJM.
a. Apabila Importir dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah
tanggal SPJM tidak memberitahukan kesiapan pemeriksaan fisik,
Pejabat yang menangani pelayanan pabean dapat menerbitkan
instruksi

pemeriksaan

barang,

dengan

tembusan

kepada

pengusaha TPS.
b. Pengusaha TPS menerima tembusan instruksi pemeriksaan
barang dan membantu jalannya pemeriksaan barang dimaksud.
c. Importir dapat mengajukan permohonan perpanjangan batas
waktu penetapan pemeriksaan dimaksud disertai alasan.
5.3. Pejabat Pemeriksa Dokumen menerbitkan Instruksi Pemeriksaan dan
menunjuk Pejabat pemeriksa barang melalui SKP.
5.4. Pejabat pemeriksa barang menerima invoice/packing list dan instruksi
pemeriksaan dari Pejabat yang menangani pelayanan pabean.
5.5. Pejabat pemeriksa barang melakukan pemeriksaan fisik barang dan
mengambil contoh barang jika diminta, membuat Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) dan membuat Berita Acara Pemeriksaan Fisik
(BAP Fisik).
5.6. Pejabat pemeriksa barang merekam LHP ke dalam SKP dengan
tembusan kepada unit pengawasan, kemudian mengirim LHP dan
BAP Fisik kepada Pejabat Pemeriksa Dokumen.
5.7. Dalam hal diperlukan, unit pengawasan segera berkoordinasi dengan
Pejabat pemeriksa dokumen.
5.8. Pejabat Pemeriksa Dokumen menerima LHP dan BAP Fisik, untuk
dilakukan penelitian.
5.9. Dalam hal diperlukan uji laboratorium, Pejabat pemeriksa dokumen
mengirimkan contoh barang dan invoice/packing list ke laboratorium.
5.10. Dalam hal hasil pemeriksaan fisik dan hasil uji laboratorium serta
penelitian tarif dan nilai pabean menunjukkan kesesuaian dengan
pemberitahuan, dan :
a. bea

masuk,

cukai,

PDRI,

dan

sanksi

administrasi

telah

dilunasi;dan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

37

Teknik Kepabeanan
b. ketentuan larangan dan pembatasan telah dipenuhi, Pejabat
pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB.
5.11. Dalam hal hasil penelitian menunjukan tidak sesuai dan tidak ada
tindak lanjut dari unit pengawasan sebagaimana dimaksud pada butir
7, Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian tarif dan nilai
pabean, serta pemenuhan ketentuan tentang larangan/pembatasan.
5.12. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada butir 11:
a. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPTNP kepada Importir
dalam hal terdapat kekurangan pembayaran bea masuk, cukai,
dan PDRI, dengan tembusan kepada Pejabat yang menangani
penagihan.
b. Dalam

hal

ditemukan

barang

yang

terkena

ketentuan

larangan/pembatasan, Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan


NPBL.
5.13. Importir menerima respons SPTNP dan NPBL untuk barang yang
terkena

ketentuan

larangan/pembatasan,

kemudian

melakukan

pelunasan pembayaran bea masuk, cukai, PDRI, dan sanksi


administrasi serta menyerahkan persyaratan yang terkait dengan
ketentuan larangan/pembatasan.
5.14. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB setelah melakukan
penelitian tentang pelunasan pembayaran bea masuk, cukai, PDRI,
dan

sanksi

administrasi

larangan/pembatasan.

serta

(Dalam

hal

pemenuhan
fungsi

penelitian

ketentuan
dokumen

dilakukan oleh Pejabat yang menangani pelayanan pabean, maka


uraian yang menyebutkan Pejabat pemeriksa dokumen diganti
dengan Pejabat yang menangani pelayanan pabean).

iii) PENGELUARAN BARANG IMPOR

1. Importir

menyerahkan

SPPB

kepada

Pejabat

yang

mengawasi

pengeluaran barang.
2. Pejabat mengawasi pengeluaran barang dari Kawasan Pabean atau TPS
oleh Importir berdasarkan SPPB atau berdasarkan SPPF untuk MITA Non
Prioritas.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

38

Teknik Kepabeanan
3. Importir menerima SPPB atau SPPF yang diberikan catatan oleh Pejabat
yang mengawasi pengeluaran barang.
4. Importir mengeluarkan Barang Impor dari Kawasan Pabean.
iv)

PASCA PERSETUJUAN PENGELUARAN BARANG


1. Dalam hal memanfaatkan fasilitas pembayaran berkala, MITA Prioritas dan
MITA Non Prioritas melakukan pelunasan bea masuk, cukai, dan PDRI
melalui Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi yang telah terhubung dengan
PDE Kepabeanan dengan mencantumkan nomor aju dan nomor PIB pada
SSPCP;
2. Dalam hal pengeluaran Barang Impor ditetapkan melalui Jalur Hijau:
2.1. Pejabat pemeriksa dokumen meneliti uraian barang dalam PIB, dan
meminta tambahan keterangan terkait uraian barang dan/atau
permintaan informasi tentang nilai pabean kepada importir dalam hal
diperlukan;
2.2. Importir menyampaikan bukti-bukti kebenaran nilai pabean kepada
pejabat pemeriksa dokumen dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja
setelah tanggal permintaan informasi nilai pabean dan/atau tambahan
keterangan terkait uraian barang;
2.3. Pejabat pemeriksa dokumen meneliti dan menetapkan tarif dan
nilaipabean dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal pendaftaran PIB dan menerbitkan SPTNP, atau menerbitkan
rekomendasi audit kepabeanan dalam hal menemukan kekurangan
pembayaran bea masuk, cukai, dan PDRI setelah melebihi 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PIB;
2.4. Importir menerima SPTNP untuk dilunasi dalam jangka waktu paling
lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal SPTNP, dan menyerahkan
SSPCP kepada pejabat yang menangani penagihan.
3. Pejabat yang mengelola manifes melakukan penutupan Pos BC 1.1 atas
PIB yang telah diselesaikan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

39

Teknik Kepabeanan
3)

TATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI


DENGAN PIB YANG DISAMPAIKAN MENGGUNAKAN FORMULIR

i)

PENDAFTARAN PIB
1. Importir menyiapkan PIB dengan mengisi formulir secara lengkap, dengan
mendasarkan pada data dan informasi dari dokumen pelengkap pabean.
2. Importir melakukan pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI, dan PNBP
melalui Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi, kecuali untuk yang
menggunakan fasilitas pembayaran berkala.
3. Importir menyampaikan PIB, dokumen pelengkap pabean, SSPCP atau
surat keputusan pembebasan/keringanan bea masuk dan/atau PDRI, bukti
pembayaran PNBP, dokumen pemesanan pita cukai untuk BKC yang
pelunasan

cukainya

dengan

cara

pelekatan

pita

cukai,

dan

izin/rekomendasi dari instansi terkait ke Kantor Pabean.


4. Pejabat penerima dokumen menerima berkas PIB kemudian melakukan
penelitian sebagai berikut :
a. ada atau tidaknya pemblokiran Importir;
b. kelengkapan pengisian data PIB;
c. pencantuman NTB/NTP dan/atau NTPN dalam SSPCP;
d. pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI;
e. pembayaran PNBP;
f.

nomor dan tanggal B/L, AWB atau nomor pengajuan tidak berulang;

g. kesesuaian PIB dengan BC 1.1. meliputi:


-

nomor dan tanggal BC 1.1., pos/sub pos BC 1.1., host BL, jumlah
container, nomor container, dan ukuran container untuk impor
melalui pelabuhan laut;

nomor dan tanggal BC 1.1., pos/sub pos BC 1.1. dan host AWB
untuk impor melalui bandara;

h.

kode dan nilai tukar valuta asing ada dalam data NDPBM;

i.

pos tarif tercantum dalam BTBMI;

j.

Importir memiliki Nomor Induk Kepabeanan (NIK), selain importasi


pertama atau Importir yang dikecualikan dari NIK;

k. bukti penerimaan jaminan, dalam hal importasi memerlukan jaminan;


l.

PPJK memiliki Nomor Pokok PPJK (NP PPJK); dan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

40

Teknik Kepabeanan
m. jumlah jaminan yang dipertaruhkan oleh PPJK.
5. Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada butir 4 tidak
sesuai, Pejabat penerima dokumen menerbitkan Nota Pemberitahuan
Penolakan (NPP).
6. Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada butir 4 telah
sesuai dengan yang tertera pada PIB maka Pejabat penerima dokumen
meneruskan berkas PIB kepada Pejabat yang menangani penelitian
barang

larangan/

pembatasan

untuk

dilakukan

penelitian

barang

larangan/pembatasan.
7. Pejabat yang menangani penelitian larangan/pembatasan melakukan
penelitian barang larangan/pembatasan.
7.1. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan Barang Impor tidak terkena
ketentuan larangan/pembatasan, meneruskan berkas PIB kepada
Pejabat penerima dokumen untuk :
a. diberikan nomor pendaftaran;
b. diberitahukan kepada Pejabat yang menangani manifes untuk
penutupan pos BC 1.1. setelah diberikan nomor pendaftaran; dan
c. diteruskan kepada Pejabat pemeriksa dokumen dalam rangka
penetapan jalur pelayanan impor.
7.2. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan Barang Impor terkena
ketentuan larangan/pembatasan, dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Dalam

hal

hasil

penelitian

menunjukkan

dokumen

yang

dipersyaratkan telah dipenuhi, Pejabat yang menangani penelitian


barang larangan/pembatasan meneruskan berkas PIB kepada
Pejabat penerima dokumen untuk :
i.

diberikan memberikan nomor pendaftaran PIB;

ii. diberitahukan kepada Pejabat yang menangani manifest untuk


penutupan pos BC 1.1.; dan
iii. diteruskan kepada Pejabat pemeriksa dokumen dalam rangka
penetapan jalur pelayanan impor.
b. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan ketentuan larangan/
pembatasan belum dipenuhi, Pejabat yang menangani penelitian
barang larangan/pembatasan menerbitkan Nota Pemberitahuan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

41

Teknik Kepabeanan
Barang Larangan/Pembatasan (NPBL) dengan tembusan kepada
unit pengawasan.
i.

Importir menerima NPBL.

ii. Importir menyerahkan dokumen yang dipersyaratkan dilampiri


dengan

hasil

cetak

NPBL

kepada

Pejabat

pemeriksa

penelitian

barang

dokumen.
iii. Pejabat

yang

menangani

larangan/pembatasan melakukan penelitian dokumen yang


dipersyaratkan.
1. Dalam hal ketentuan larangan/pembatasan telah dipenuhi,
Pejabat

yang

menangani

penelitian

barang

larangan/pembatasan meneruskan berkas PIB kepada


Pejabat penerima dokumen untuk:
a. diberikan nomor pendaftaran;
b. diberitahukan

kepada

Pejabat

yang

menangani

manifes untuk penutupan pos BC 1.1. setelah diberikan


nomor pendaftaran; dan
c. diteruskan kepada Pejabat pemeriksa dokumen untuk
dilakukan penetapan jalur pelayanan impor.
2. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan dokumen yang
dipersyaratkan belum sesuai, Pejabat yang menangani
penelitian barang larangan/pembatasan memberitahukan
kepada Importir melalui Pejabat penerima dokumen.
c. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal
penerbitan NPBL Importir tidak menyerahkan dokumen yang
dipersyaratkan maka Pejabat penerima dokumen menerbitkan
NPP.
ii)

PENETAPAN JALUR PELAYANAN IMPOR


1. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur MITA Prioritas:
1.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB dan mengirimkannya
kepada Importir.
1.2. Importir menerima SPPB untuk pengeluaran barang dari kawasan
pabean.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

42

Teknik Kepabeanan
2. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur MITA NonPrioritas:
2.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB atau SPPF kepada
Importir.
2.2. Importir menerima:
a. SPPB untuk pengeluaran barang dari kawasan pabean; atau
b. SPPF sebagai izin pengeluaran barang dari Kawasan Pabean
untuk dilakukan pemeriksaan fisik di tempat Importir.
3. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur Hijau:
3.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB dan mengirimkannya
kepada Importir.
3.2. Importir menerima SPPB untuk pengeluaran barang dari kawasan
pabean.
4. Pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur Kuning:
4.1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan Surat Pemberitahuan Jalur
Kuning (SPJK) kepada Importir.
4.2. Importir menerima SPJK dari Pejabat pemeriksa dokumen melalui
Pejabat penerima dokumen.
4.3. Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian terhadap berkas
PIB.
4.4. Pejabat pemeriksa dokumen dapat meminta tambahan keterangan
terkait uraian barang dan/atau nilai pabean, dan memberitahukan
agar Importir menyiapkan barangnya untuk pengambilan contoh
barang dalam hal diperlukan.
4.5. Pejabat pemeriksa dokumen mengambil contoh barang dengan
memerintahkan petugas yang ditunjuk.
4.6. Dalam hal hasil penelitian menemukan indikasi adanya perbedaan
jumlah, jenis dan/atau pelanggaran, Pejabat pemeriksa dokumen
menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada unit pengawasan untuk
dilakukan pemeriksaan fisik melalui mekanisme NHI.
a. Dalam hal diterbitkan NHI dan ditemukan dugaan tindak pidana,
unit pengawasan melakukan proses lebih lanjut.
b. Apabila unit pengawasan dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja
setelah tanggal pemberitahuan tertulis dari Pejabat pemeriksa

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

43

Teknik Kepabeanan
dokumen tidak menerbitkan NHI atau diterbitkan NHI dengan hasil
tidak ditemukan tindak pidana:
i.

Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penetapan tarif dan


nilai pabean.

ii. Dalam hal hasil penetapan tarif dan nilai pabean tidak
mengakibatkan kekurangan pembayaran, Pejabat pemeriksa
dokumen menerbitkan SPPB.
iii. Dalam

hal

hasil

penetapan

tarif

dan

nilai

pabean

mengakibatkan kekurangan pembayaran:


1. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPTNP.
2. Importir

membayar

kekurangan

pembayaran

sesuai

dengan SPTNP pada Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi.


3. Importir menyerahkan SSPCP

yang

telah diberikan

NTB/NTP dan/atau NTPN kepada Pejabat pemeriksa


dokumen.
4. Pejabat pemeriksa dokumen menerima dan meneliti
kesesuaian SSPCP dengan SPTNP, dan dalam hal telah
sesuai diterbitkan SPPB.
4.7. Dalam hal tidak ditemukan indikasi adanya perbedaan jumlah, jenis
dan/atau pelanggaran, dilakukan langkah-langkah sesuai dengan butir
i. s.d 4.
5. Dalam hal pengeluaran Barang Impor yang ditetapkan melalui Jalur
Merah:
5.1. Pejabat

pemeriksa

dokumen

menerbitkan

SPJM

serta

mengirimkannya kepada Importir.


5.2. Importir menyampaikan pemberitahuan kesiapan pemeriksaan fisik
kepada Pejabat pemeriksa dokumen dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPJM.
a. Apabila Importir dalam jangka waktu 3 (tiga) hari setelah tanggal
SPJM tidak memberitahukan kesiapan pemeriksaan fisik, Pejabat
yang menangani pelayanan pabean dapat menerbitkan instruksi
pemeriksaan barang, dengan tembusan kepada pengusaha TPS.
b. Pengusaha TPS menerima tembusan instruksi pemeriksaan
barang dan membantu jalannya pemeriksaan barang dimaksud.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

44

Teknik Kepabeanan
c. Importir dapat mengajukan permohonan perpanjangan batas
waktu penetapan pemeriksaan dimaksud disertai alasan.
5.3. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan Instruksi Pemeriksaan dan
menunjuk pejabat pemeriksa barang.
5.4. Pejabat Pemeriksa Barang menerima invoice/packing list dan instruksi
pemeriksaan dari Pejabat pemeriksa dokumen.
5.5. Pejabat pemeriksa barang melakukan pemeriksaan fisik barang dan
mengambil contoh barang jika diminta, membuat Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) dan membuat Berita Acara Pemeriksaan Fisik
(BAP Fisik) dengan tembusan kepada unit pengawasan, kemudian
mengirim LHP dan BAP Fisik kepada Pejabat pemeriksa dokumen.
5.6. Dalam hal diperlukan, unit pengawasan segera berkoordinasi dengan
Pejabat pemeriksa dokumen.
5.7. Pejabat pemeriksa dokumen menerima LHP dan BAP Fisik, untuk
dilakukan penelitian.
5.8. Dalam hal diperlukan uji laboratorium, Pejabat pemeriksa dokumen
mengirimkan contoh barang dan invoice/packing list ke laboratorium.
5.9. Dalam hal hasil pemeriksaan fisik dan hasil uji laboratorium serta
penelitian tarif dan nilai pabean menunjukkan kesesuaian dengan
pemberitahuan, dan :
a. bea masuk, cukai, PDRI, dan sanksi administrasi telah dilunasi,
dan
b. ketentuan larangan dan pembatasan telah dipenuhi, Pejabat
pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB.
5.10. Dalam hal hasil penelitian menunjukan tidak sesuai dan tidak ada
tindak lanjut dari unit pengawasan sebagaimana dimaksud pada butir
6, Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian tarif dan nilai
pabean, serta pemenuhan ketentuan tentang larangan/pembatasan.
5.11. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada butir 10:
a. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPTNP kepada Importir
dalam hal terdapat kekurangan pembayaran bea masuk, cukai,
dan PDRI, dengan tembusan kepada Pejabat yang menangani
urusan penagihan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

45

Teknik Kepabeanan
b. Dalam hal ditemukan barang yang terkena ketentuan larangan/
pembatasan, Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan NPBL.
5.12. Importir menerima respons SPTNP dan NPBL untuk barang yang
terkena

ketentuan

larangan/pembatasan,

kemudian

melakukan

pelunasan pembayaran bea masuk, cukai, PDRI, dan sanksi


administrasi serta menyerahkan persyaratan yang terkait dengan
ketentuan larangan/pembatasan.
5.13. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan SPPB setelah melakukan
penelitian tentang pelunasan pembayaran bea masuk, cukai, PDRI,
dan

sanksi

administrasi

larangan/pembatasan.

serta

(Dalam

hal

pemenuhan
fungsi

penelitian

ketentuan
dokumen

dilakukan oleh Pejabat yang menangani pelayanan pabean, maka


uraian yang menyebutkan Pejabat pemeriksa dokumen diganti
dengan Pejabat yang menangani pelayanan pabean).

iii)

PENGELUARAN BARANG IMPOR


1.

Importir

menyerahkan

SPPB

kepada

Pejabat

yang

mengawasi

pengeluaran barang.
2. Pejabat mengawasi pengeluaran barang dari Kawasan Pabean atau TPS
oleh Importir berdasarkan SPPB atau berdasarkan SPPF untuk MITA Non
Prioritas.
3. Importir menerima SPPB atau SPJM yang diberikan catatan oleh Pejabat
yang mengawasi pengeluaran barang.
4. Importir mengeluarkan Barang Impor dari kawasan pabean.
iv)

PASCA PERSETUJUAN PENGELUARAN BARANG


1. Dalam hal pengeluaran Barang Impor oleh MITA Prioritas dan MITA Non
Prioritas yang memanfaatkan fasilitas pembayaran berkala, MITA Prioritas
dan MITA Non Prioritas melakukan pelunasan bea masuk, cukai, PDRI,
dan PNBP melalui Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi yang telah
terhubung dengan PDE Kepabeanan dengan mencantumkan nomor aju
dan nomor PIB pada SSPCP.
2. Dalam hal pengeluaran Barang Impor ditetapkan melalui Jalur Hijau:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

46

Teknik Kepabeanan
2.1. Pejabat pemeriksa dokumen meneliti uraian barang dalam PIB, dan
meminta tambahan keterangan terkait uraian barang dan/atau
permintaan informasi tentang nilai pabean kepada Importir dalam hal
diperlukan.
2.2. Importir menyampaikan bukti-bukti kebenaran nilai pabean kepada
Pejabat pemeriksa dokumen dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja
setelah tanggal permintaan informasi nilai pabean dan/atau tambahan
keterangan terkait uraian barang.
2.3. Pejabat pemeriksa dokumen meneliti dan menetapkan tarif dan nilai
pabean dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
pendaftaran PIB dan menerbitkan SPTNP, atau menerbitkan
rekomendasi audit kepabeanan dalam hal menemukan kekurangan
pembayaran bea masuk, cukai, dan PDRI setelah melebihi jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PIB.
2.4. Importir menerima SPTNP untuk selanjutnya dilunasi dalam jangka
waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal SPTNP, dan
menyerahkan SSPCP kepada pejabat yang menangani penagihan.
3. Pejabat yang mengelola manifes melakukan penutupan Pos BC 1.1 atas
PIB yang telah diselesaikan.
4)

TATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR EKSEP

1. Setelah

mendapatkan nomor

pendaftaran PIB,

Importir

mengajukan

permohonan untuk mendapatkan persetujuan pengeluaran Barang Impor


eksep kepada Kepala Kantor Pabean atau Pejabat yang ditunjuk sebelum :
a.

Pengeluaran Barang Impor untuk yang ditetapkan jalur MITA prioritas,


jalur MITA non prioritas, jalur hijau, dan jalur kuning; atau

b. Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik untuk yang ditetapkan jalur merah.


2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilengkapi dengan :
a.

Fotokopi PIB,

b. Dokumen pelengkap pabean, dan


c. Dokumen yang menerangkan penyebab terjadinya pengeluaran Barang
Impor eksep.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

47

Teknik Kepabeanan
3. Kepala Kantor Pabean atau Pejabat yang ditunjuk memberikan persetujuan
atau menolak permohonan pengeluaran Barang Impor eksep.
4. Dalam hal Kepala Kantor Pabean memberikan persetujuan, Importir
menyampaikan persetujuan Kepala Kantor Pabean dan SPPB kepada
Pejabat yang menangani pelayanan pabean.
5. Pejabat yang menangani pelayanan pabean memberikan persetujuan
pengeluaran sebagian dengan memberikan catatan pada SPPB.
6. Terhadap Barang Impor eksep yang merupakan sisa dari barang yang
dikeluarkan sebagian sebagaimana dimaksud pada butir 5, dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
6.1. Pejabat yang menangani pelayanan pabean menerbitkan :
a. instruksi pemeriksaan fisik melalui pemindai peti kemas dalam hal
ditetapkan jalur MITA prioritas, jalur MITA non prioritas, jalur hijau,
dan jalur kuning; atau
b. instruksi pemeriksaan fisik, dalam hal tidak tersedia pemindai peti
kemas atau ditetapkan jalur merah.
6.2. Importir menyiapkan barang untuk diperiksa fisik atau dilakukan
pemindaian.
a. Dalam

hal

menunjukkan

hasil

pemeriksaan

kesesuaian

fisik

dengan

atau
PIB,

hasil

pemindaian

Pejabat

pemeriksa

barang/Pejabat pemindai peti kemas memberikan catatan SESUAI


PEMBERITAHUAN pada SPPB, kemudian meneruskannya kepada
Pejabat yang menangani pelayanan pabean untuk diberikan catatan
SETUJU KELUAR.
b. Dalam hal hasil pemeriksaan fisik/pemindaian menunjukkan hasil
tidak sesuai dengan PIB :
i.

Pejabat

pemeriksa barang/Pejabat

pemindai peti kemas

memberikan catatan TIDAK SESUAI PEMBERITAHUAN pada


SPPB,

kemudian

meneruskannya

kepada

Pejabat

yang

menangani pelayanan pabean.


ii. Pejabat yang menangani pelayanan pabean meneruskan
berkas PIB atas Barang Impor eksep dan SPPB kepada unit
pengawasan untuk dilakukan penelitian ada tidaknya dugaan
tindak pidana.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

48

Teknik Kepabeanan
iii. Unit pengawasan melakukan penelitian mendalam, kemudian
mengembalikan berkas PIB dan SPPB kepada Pejabat yang
menangani pelayanan pabean dalam hal tidak ditemukan
dugaan tindak pidana untuk diberikan catatan SETUJU
KELUAR setelah kekurangan pembayaran bea masuk, PDRI
dan sanksi administrasi berupa denda dilunasi.
iv. Dalam hal ditemukan dugaan tindak pidana, unit pengawasan
melakukan proses lebih lanjut.
c. Pejabat yang mengawasi pengeluaran barang mencocokkan SPPB
dengan nomor, merek, ukuran, jumlah dan jenis kemasan/peti
kemas yang bersangkutan:
i.

Dalam hal ditemukan sesuai, Barang Impor dapat dikeluarkan


dengan diberikan catatan TELAH DIKELUARKAN pada
SPPB.

ii. Dalam hal ditemukan tidak sesuai, Pejabat yang mengawasi


pengeluaran barang mencegah pengeluaran barang, dan
memberikan catatan TIDAK SESUAI pada SPPB serta
melaporkannya kepada Pejabat yang menangani pelayanan
pabean.
d. Pejabat yang menangani pelayanan pabean meneruskan berkas PIB
kepada unit pengawasan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut;
e. Unit pengawasan melakukan penelitian mendalam, kemudian
mengembalikan berkas PIB dan SPPB kepada Pejabat yang
menangani pelayanan pabean dalam hal tidak ditemukan dugaan
tindak pidana.
f. Pejabat yang menangani pelayanan pabean menerbitkan instruksi
pemeriksaan fisik:
i.

Dalam hal hasil pemeriksaan fisik menunjukkan sesuai, Pejabat


yang menangani pelayanan pabean memberikan catatan
SETUJU KELUAR.

ii. Dalam hal hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tidak sesuai,


Pejabat yang menangani pelayanan pabean meneruskan
berkas PIB dan SPPB kepada unit pengawasan untuk dilakukan
penelitian ada tidaknya dugaan tindak pidana.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

49

Teknik Kepabeanan
iii. Unit pengawasan melakukan penelitian mendalam, kemudian
mengembalikan berkas PIB dan SPPB kepada Pejabat yang
menangani pelayanan pabean dalam hal tidak ditemukan
dugaan tindak pidana untuk diberikan catatan SETUJU
KELUAR

setelah

kekurangan

pembayaran

dan

sanksi

administrasi berupa denda dilunasi.


iv. Dalam hal ditemukan dugaan tindak pidana, unit pengawasan
melakukan proses lebih lanjut.
g. Dalam hal ditemukan sesuai, Barang Impor dapat dikeluarkan
dengan diberikan catatan TELAH DIKELUARKAN pada SPPB oleh
Pejabat yang mengawasi pengeluaran barang.
6.3. Importir menerima SPPB yang telah diberi catatan oleh Pejabat yang
mengawasi pengeluaran barang.
6.4. Dalam hal Barang Impor eksep tidak akan didatangkan atau tidak akan
datang dalam batas waktu yang ditetapkan yaitu 60 (enam puluh) hari
sejak tanggal penerbitan SPPB, Importir melakukan kegiatan sebagai
berikut :
a. mengajukan surat pemberitahuan kepada Kepala Kantor Pabean;
b. mengajukan permohonan pengembalian bea masuk kepada Kepala
Kantor Pabean;
c. mengajukan PIB baru dengan membayar bea masuk, cukai dan
PDRI.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

50

Teknik Kepabeanan
D.

Pengeluaran Barang Impor Lainnya.


Dalam materi ini dibahas mengenai tatalaksana penyelesaian kewajiban

pabean

atas pengeluaran barang impor lainnya, barang penumpang, awak

sarana pengangkut dan barang kiriman. Disini juga dibahas pengeluaran barang
dari kawasan pabean untuk diimpor sementara, direekspor, diangkut ke TPB,
diangkut ke TPS lain, diangkut terus atau diangkut lanjut.

1)

Pengeluaran barang impor dengan menggunakan Pemberitahuan


Impor Barang Khusus (PIBK / BC 2.1) .
PIBK adalah merupakan pemberitahuan impor untuk dipakai yang
sederhana. PIBK dapat digunakan

untuk memberitahukan impor barang

sebagai berikut :
-

barang pindahan;

barang impor sementara yang dibawa penumpang;

sarana angkutan laut dan udara;

barang impor melalaui jasa titipan

barang lain ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.


PIBT (BC 2.1) dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dilampirai dengan

Dokumen Pelengkap Pabean diajukan kepada Pejabat Bea dan Cukai secara
manual. Pejabat Bea dan Cukai kemudian melakukan pemeriksaan
fisik,menetapkan tarif, nilai pabean dan menghitung bea masuk, cukai dan
pajak dalam rangka impor. Barang impor baru dapat dikeluarkan dari tempat
Penimbunan Sementara jika Bea Masuk, Cukai dan Pajak dalam rangka
import telah dibayar.

2)

Impor barang pribadi penumpang, awak sarana pengankut, pelintas


batas dan barang kiriman.
Terhadap barang pribadi penumpang30 , awak sarana pengangkut31 ,
pelintas batas

32

, dan barang kiriman33 sampai batas nilai pabean dan/atau

jumlah tertentu diberikan :


Barang pribadi penumpang adalah barang yang dibawa oleh setiap orang yang melintasi perbatasan
wilayah negara dengan menggunakan sarana pengangkut, tidak termasuk barang yang
dibawa awak sarana pengangkut atau pelintas batas.
30

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

51

Teknik Kepabeanan
-

pembebasan bea masuk; dan

tidak dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan


perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku.

a. Barang Pribadi Penumpang


Barang pribadi penumpang dimaksud merupakan barang yang tiba
bersama penumpang. Barang pribadi penumpang yang tiba sebelum atau
setelah kedatangan penumpang dianggap sebagai barang yang tiba
bersama penumpang yang bersangkutan , sepanjang memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
i.

paling lama 60 (enam puluh) hari setelah kedatangan penumpang


untuk penumpang yang menggunakan sarana pengangkut laut; atau

ii. paling lama 15 (lima belas) hari setelah penumpang tiba untuk
penumpang yang menggunakan sarana pengangkut udara.
Barang sebagaimana dimaksud harus dapat dibuktikan kepemilikannya
dengan mengg unakan paspor dan boarding pass yang bersangkutan.
Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud diatas dilewati, terhadap
barang yang tidak tiba bersama penumpang tidak mendapatkan fasilitas
pembebasan bea masuk dan dipungut pajak dalam rangka impor.
Terhadap barang pribadi penumpang yang tiba bersama penumpang
dengan nilai pabean paling banyak FOB USD 250.00 (dua ratus lima
puluh US dollar) per orang atau FOB USD 1,000.00 (seribu US dollar) per
keluarga untuk setiap perjalanan, diberikan pembebasan bea masuk dan
tidak dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku.
Dalam hal barang pribadi penumpang melebihi batas nilai pabean
sebagaimana tersebut diatas , maka atas kelebihan tersebut dipungut bea
masuk dan pajak dalam rangka impor.

Barang awak sarana pengangkut adalah barang yang dibawa oleh setiap orang yang karena sifat
pekerjaannya harus berada dalam sarana pengangkut dan datang bersama sarana pengangkutnya.
31

32

Barang pelintas batas adalah barang yang dibawa oleh pelintas batas.

Barang kiriman adalah barang impor yang dikirim oleh pengirim tertentu di luar negeri kepada penerima
tertentu di dalam negeri.
33

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

52

Teknik Kepabeanan
Selain pembebasan bea masuk terhadap barang sebagaimana dimaksud,
terhadap barang pribadi penumpang yang merupakan barang kena cukai
juga diberikan pembebasan cukai untuk setiap orang dewasa paling
banyak:
i.

200 (dua ratus) batang sigaret, 25 (dua puluh lima) batang cerutu,
atau 100 (seratus) gram tembakau iris/hasil tembakau lainnya; dan

ii. 1 (satu) liter rninuman mengandung etil alkohol.


Dalam hal hasil tembakau sebagaimana dimaksud lebih dari satu jenis,
pembebasan cukai diberikan setara dengan perbandingan jumlah per
jenis hasil tembakau tersebut.
Atas kelebihan barang kena cukai , langsung dimusnahkan dengan atau
tanpa disaksikan penumpang yang bersangkutan.
Atas barang pribadi penumpang yang tiba bersama penumpang, wajib
diberitahukan kepada pejabat bea dan cukai dengan menggunakan CD34
yang wajib diisi dengan lengkap dan benar. Pemberitahuan dimaksud
dapat dilakukan secara lisan, pada tempat-tempat tertentu yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Berdasarkan pemberitahuan

dimaksud penumpang dapat memilih

mengeluarkan barang impor melalui :


1).

jalur merah, dalam hal penumpang membawa barang impor:


i.

dengan nilai pabean melebihi batas pembebasan bea masuk


yang diberikan dan/atau jumlah barang kena cukai melebihi
ketentuan pembebasan cukai;

ii.

berupa hewan, ikan, dan tumbuhan termasuk produk yang


berasal dari hewan, ikan, dan tumbuhan;

iii.

berupa

narkotika,

psikotropika,

obat-obatan,

senjata

api,senjata angin, senjata tajam, amunisi, bahan peledak,


benda/publikasi pornografi;
iv.

berupa film sinematografi, pita video berisi rekaman, video


laser disc atau piringan hitam; atau

v.

berupa uang dalam Rupiah atau dalam mata uang asing


senilai Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih.

Customs Declaration yang selanjutnya disingkat CD adalah pemberitahuan atas barang impor yang
dibawa penumpang atau awak sarana pengangkut.
34

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

53

Teknik Kepabeanan
2).

jalur hijau, dalam hal penumpang tidak membawa barang impor


sebagaimana dimaksud pada huruf a.

Setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud, pejabat bea


dan cukai;
1).

memberikan

persetujuan

pengeluaran

barang,

dalam

hal

penumpang melalui jalur hijau; atau


2).

melakukan pemeriksaan fisik, dalam hal penumpang melalui jalur


merah.

Dalam hal terdapat kecurigaan, pejabat bea dan cukai berwenang


melakukan pemeriksaan fisik atas barang penumpang yang melalui jalur
hijau.
Apabila dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan :
1).

kelebihan barang kena cukai dari jumlah yang ditentukan, terhadap


kelebihan barang kena cukai tersebut langsung dimusnahkan
dengan atau tanpa disaksikan penumpang yang bersangkutan.

2).

barang yang terkena larangan atau pembatasan impor, pejabat bea


dan cukai melakukan penindakan sesuai ketentuan yang berlaku.

3).

barang pribadi penumpang dengan nilai pabean tidak melebihi


batas pembebasan bea masuk, maka terhadap barang pribadi
penumpang tersebut diberikan pembebasan bea masuk dan tidak
dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku.

4).

barang pribadi penumpang dengan nilai pabean melebihi batas


pembebasan bea masuk, maka atas kelebihan nilai pabean barang
pribadi penumpang tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam
rangka impor dengan dasar nilai pabean penuh dikurangi dengan
nilai pabean yang mendapatkan pembebasan bea masuk.
Pejabat bea dan cukai melakukan pencatatan terhadap barang

penumpang yang dilakukan pemeriksaan fisik

dan berdasarkan hasil

pemeriksaan fisik tersebut pejabat bea dan cukai menetapkan nilai


pabean dan tarif serta menghitung bea masuk dan pajak dalam rangka
impor pada lembar CD. Dalam hal dari hasil pemeriksaan fisik tidak
ditemukan barang pribadi penumpang yang terkena ketentuan larangan
atau pembatasan, kecuali telah memenuhi persyaratan impor dari instansi

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

54

Teknik Kepabeanan
terkait, pejabat bea dan cukai memberikan persetujuan pengeluaran
barang tersebut.
Penumpang wajib membayar bea masuk dan pajak dalam rangka
impor berdasarkan penetapan pejabat bea dan cukai dan diberikan bukti
pembayaran.

Setelah menerima pembayaran, pejabat bea dan cukai

harus membukukan data barang pribadi penumpang yang dikenakan


pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor sebagaimana
tercantum dalam CD ke dalam buku catatan pabean.
Persetujuan pengeluaran atas barang pribadi penumpang yang
dikenai bea masuk dan pajak dlm rangka impor diberikan oleh pejabat
bea dan cukai setelah penumpang melunasi bea masuk dan pajak dalam
rangka impor. Persetujuan pengeluaran barang penumpang yang akan
digunakan selama berada di daerah pabean dan dibawa kembali pada
saat meninggalkan daerah pabean berlaku ketentuan mengenai impor
sementara.
Pengeluaran barang pribadi penumpang yang tiba sebelum atau sesudah
kedatangannya yang :
1).

terdaftar di dalam manifes, diselesaikan dengan Pemberitahuan


Impor Barang Tertentu (PIBT);

2).

terdaftar sebagai barang "Lost and Found", diselesaikan dengan


CD.

b. Barang Awak Sarana Pengangkut


Barang awak sarana pengangkut dengan nilai pabean tidak melebihi FOB
USD 50.00 (lima puluh US dollar) per orang untuk setiap kedatangan
diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka
impor

sesuai

dengan

ketentuan

perundangundangan

di

bidang

perpajakan yang berlaku. Dalam hal barang awak sarana pengangkut


melebihi batas nilai pabean tersebut , maka atas kelebihan tersebut
dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor.
Selain diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam
rangka impor sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang berlaku, terhadap barang awk sarana pengangkut yang
merupakan barang kena cukai diberikan pembebasan cukai, dengan
ketentuan :

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

55

Teknik Kepabeanan
1).

paling banyak 40 (empat puluh) batang sigaret, 10 (sepuluh) batang


cerutu, atau 40 (empat puluh) gram tembakau iris/ hasil tembakau
lainnya; dan

2).

paling banyak 350 (tiga ratus lima puluh) mililiter minuman


mengandung etil alkohol.

Dalam hal hasil tembakau

lebih dari satu jenis, pembebasan cukai

diberikan setara dengan perbandingan jumlah per jenis hasil tembakau


tersebut.

Dalam hal barng ken cukai

melebihi jumlah sebagaimana

dimaksud, atas kelebihan barang tersebut langsung dimusnahkan dengan


atau tanpa disaksikan awak sarana pengangkut yang bersangkutan.
Barang awak sarana pengangkut yang tiba dari luar daerah pabean, wajib
diberitahukan kepada pejabat bea dan cukai dengan menggunakan CD ,
yang

harus

harus

diisi

dengan

lengkap

dan

benar

serta

menyampaikannya kepada pejabat bea dan cukai. Pemberitahuan dapat


dilakukan secara lisan, pada tempat-tempat tertentu yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal.
Berdasarkan pemberitahuan,

awak sarana pengangkut dapat memilih

mengeluarkan barang impor melalui :


1).

jalur merah35, dalam hal awak sarana pengangkut membawa barang


impor:
i.

dengan nilai pabean melebihi batas pembebasan bea masuk


yang diberikan dan/atau jumlah barang kena cukai melebihi
ketentuan pembebasan cukai;

ii.

berupa hewan, ikan, dan tumbuhan termasuk produk yang


berasal dari hewan, ikan, dan tumbuhan;

iii.

berupa narkotika, psikotropika, obat-obatan, senjata api,


senjata angin, senjata tajam, amunisi, bahan peledak,
benda/publikasi pornografi;

iv.

berupa film sinematografi, pita video berisi rekaman, video


laser disc atau piringan hitam; atau

v.

berupa uang dalam Rupiah atau dalam mata uang asing


senilai Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih.

35

Jalur merah adalah jalur pengeluaran barang impor dengan dilakukan pemeriksaan fisik barang.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

56

Teknik Kepabeanan
2).

jalur hijau36, dalam hal awak sarana pengangkut tidak membawa


barang impor sebagaimana dimaksud pada huruf a.

Setelah menerima pemberitahuan dimaksud , pejabat bea dan cukai :


1).

memberikan persetujuan pengeluaran barang, untuk barang awak


sarana pengangkut yang melalui jalur hijau; atau

2).

melakukan

pemeriksaan

fisik,

untuk

barang

awak

sarana

pengangkut yang melalui jalur merah.


Dalam hal terdapat kecurigaan, pejabat bea dan cukai berwenang
melakukan pemeriksaan fisik atas barang awak sarana pengangkut yang
melalui jalur hijau.
Apabila dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan :
1).

kelebihan barang kena cukai dari jumlah yang ditentukan, terhadap


kelebihan barang kena cukai tersebut langsung dimusnahkan
dengan atau tanpa disaksikan awak sarana pengangkut yang
bersangkutan;

2).

barang yang terkena larangan atau pembatasan impor, pejabat bea


dan cukai melakukan penindakan sesuai ketentuan yang berlaku;

3).

barang awak sarana pengangkut dengan nilai pabean tidak melebihi


batas pembebasan bea masuk, maka terhadap barang awak sarana
pengangkut tersebut diberikan pembebasan bea masuk dan tidak
dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku;

4).

barang awak sarana pengangkut dengan nilai pabean melebihi


batas pembebasan bea masuk, maka atas kelebihan nilai pabean
barang awak sarana pengangkut tersebut dipungut bea masuk dan
pajak dalam rangka impor dengan dasar nilai pabean penuh tanpa
dikurangi dengan nilai pabean yang mendapatkan pembebasan bea
masuk.

Pejabat bea dan cukai melakukan pencatatan terhadap hasil pemeriksaan


fisik diimaksud dan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tersebut pejabat
bea dan cukai menetapkan nilai pabean dan tarif serta menghitung bea
masuk dan pajak dalam rangka impor pada lembar CD. Dalam hal dari
36

Jalur hijau adalah jalur pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik barang.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

57

Teknik Kepabeanan
hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan barang larangan dan/atau
pembatasan, kecuali memenuhi persyaratan dari instansi terkait, pejabat
bea dan cukai memberikan persetujuan pengeluaran barang tersebut.
Awak sarana pengangkut wajib membayar bea masuk dan pajak dalam
rangka impor berdasarkan penetapan pejbat bea dan cukai dan diberikan
bukti pembayaran.

Setelah menerima pembayaran, pejabat bea dan

cukai harus membukukan data barang awak sarana pengangkut yang


dikenakan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor
sebagaimana tercantum dalam CD ke dalam buku catatan pabean.
Pejabat bea dan cukai memberikan persetujuan pengeluaran barang
awak sarana pengangkut setelah awak sarana pengangkut melunasi bea
masuk dan pajak dalam rangka impor atau berdasarkan pemeriksaan
fisik barang tersebut telah sesuai dengan batasan nilai yang ditentukan .

c. Barang Pelintas Batas


Barang pelintas batas37 diberikan pembebasan bea masuk dan tidak
dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan perundangundangan di bidang perpajakan yang berlaku, dengan ketentuan nilai
pabean sebagai berikut :
1) Indonesia dengan Papua New Guinea paling banyak FOB USD
300.00 (tiga ratus US dollar) per orang untuk jangka waktu satu bulan;
2) Indonesia dengan Malaysia :
i. paling banyak FOB MYR 600.00 (enam ratus ringgit Malaysia) per
orang untuk jangka waktu satu bulan, apabila melewati batas
daratan;
ii. paling banyak FOB MYR 600.00 (enam ratus ringgit Malaysia)
setiap perahu untuk setiap trip, apabila melalui batas lautan (sea
border);
3) Indonesia dengan Filipina paling banyak FOB USD 250.00 (dua ratus
lima puluh US dollar) per orang untuk jangka waktu satu bulan.
Pelintas batas adalah penduduk yang berdiam atau bertempat tinggal dalam wilayah perbatasan negara
serta memiliki kartu identitas yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan yang melakukan
perjalanarn lintas batas di daerah perbatasan melalui pos
pengawas lintas batas.
37

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

58

Teknik Kepabeanan
4) Indonesia dengan Timor Leste paling banyak FOB USD 50.00 (lima
puluh US dollar) per orang per hari.
Dalam hal barang pelintas batas melebihi batas nilai pabean dimaksud
butir a,b, c dan d diatas , maka atas kelebihan barang tersebut dipungut
bea masuk dan pajak dalam rangka impor.
Setiap pelintas batas yang membawa barang wajib memiliki KILB38. KILB
dikeluarkan oleh kepala kantor pabean yang mengawasi PPLB39 atas
permohonan pelintas batas yang diajukan kepada kepala kantor pabean
dengan dilampiri fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan fotokopi
PLB40 yang ditandasahkan oleh pejabat imigrasi setempat. Dalam hal
permohonan

dimaksud

telah memenuhi persyaratan , kepala kantor

pabean memberikan KILB kepada pelintas batas tersebut dan dibuatkan


BPBLB41 sesuai format yang ditentukan . Pelintas batas yang tiba dari
luar

daerah

pabean

dengan

membawa

barang

bawaan

wajib

menunjukkan KILB dan memberitahukan barang bawaannya kepada


pejabat bea dan cukai di PPLB.

Pelintas batas yang tidak dapat

menunjukkan KILB tidak diberikan fasilitas berupa pembebasan bea


masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor.
Setelah menerima KILB, pejabat bea dan cukai di PPLB :
1).

melakukan pemeriksaan fisik dan menuangkan hasil pemeriksaan


fisik tersebut ke dalam Nota Pemeriksaan sesuai format yang
ditentukan .

Kartu Identitas Lintas Batas yang selanjutnya disingkat KILB adalah kartu yang dikeluarkan oleh kantor
pabean yang membawahi Pos Pengawas Lintas Batas yang diberikan kepada pelintas batas setelah
dipenuhi persyaratan tertentu.
38

Pos Pengawas Lintas Batas yang selanjutnya disingkat PPLB adalah tempat yang ditunjuk pada
perbatasan wilayah negara untuk memberitahukan dan menyelesaikan kewajiban pabean terhadap barang
pelintas batas.
39

Pas Lintas Batas yang selanjutnya disingkat PLB adalah kartu yang dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi yang
diberikan kepada pelintas batas.
40

Buku Pas Barang Lintas Batas yang selanjutnya disingkat BPBLB adalah buku yang dipakai oleh pejabat
bea dan cukai untuk mencatat jumlah, jenis, dan nilai pabean atas barang yang dibawa oleh pelintas batas
dari luar daerah pabean.
41

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

59

Teknik Kepabeanan
2).

melakukan penindakan sesuai ketentuan yang berlaku dalam hal


berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ditemukan bahwa barang
tersebut terkena larangan atau pembatasan impor;

3).

menetapkan nilai pabean dan tarif barang yang bersangkutan


sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

4).

menetapkan besarnya bea masuk dan pajak dalam rangka impor


yang harus dipungut dengan dasar nilai pabean penuh dikurangi
dengan nilai pabean yang mendapatkan pembebasan bea masuk,
dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan kedapatan nilai pabean
barang melebihi ketentuan .

5).

memberikan

persetujuan

pengeluaran

barang,

dalam

hal

berdasarkan hasil pemeriksaan kedapatan nilai pabean barang tidak


melebihi ketentuan.
Pelintas batas wajib membayar bea masuk dan pajak dalam
rangka impor berdasarkan penetapan pejabat bea dan cukai di kantor
pabean dan diberikan bukti pembayaran. Pejabat bea dan cukai
memberikan persetujuan pengeluaran barang setelah bea masuk dan
pajak dalam rangka impor dimaksud dilunasi.
Dalam

hal

ditemukan

adanya

penyalahgunaan

fasilitas

pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor
atas barang pelintas batas, maka fasilitas tersebut dicabut.
d. Barang Kiriman
Terhadap barang kiriman diberikan pembebasan bea masuk dan tidak
dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan perundangundangan di bidang perpajakan yang berlaku, dengan nilai pabean paling
banyak FOB USD 50.00 (lima puluh US dollar) untuk setiap orang per
kiriman.
Dalam hal nilai pabean barang kiriman melebihi batas pembebasan bea
masuk, barang kiriman dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka
impor dengan dasar nilai pabean penuh dikurangi dengan nilai pabean
yang mendapatkan pembebasan bea masuk.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

60

Teknik Kepabeanan
Impor barang kiriman dilakukan melalui pos atau PJT42 dan dilakukan
pemeriksaan pabean oleh pejabat bea dan cukai
dokumen dan pemeriksaan fisik barang.

meliputi penelitian

Pemeriksaan fisik barang

dilakukan secara selektif. Dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik barang,


pemeriksaan fisik tersebut disaksikan oleh petugas pos atau petugas
PJT.
Barang kiriman dimaksud dapat dikeluarkan setelah dipenuhi kewajiban
pabean dan mendapat persetujuan dari pejabat bea dan cukai.
1). Barang Kiriman Melalui Pos
Pejabat bea dan cukai menetapkan tarif dan nilai pabean serta
menghitung bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang wajib
dilunasi atas barang kiriman melalui pos. Barang kiriman melalui pos
yang telah ditetapkan tarif dan nilai,

diserahkan kepada penerima

barang kiriman melalui pos setelah bea masuk dan pajak dalam
rangka impor dilunasi. Penyelesaian impor barang kiriman melalui pos
dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) dan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai, meliputi penanganan kantung pos, pelalubeaan serta
pengawasannya.
2). Barang Kiriman Melalui Perusahaan Jasa Titipan
PJT yang akan melaksanakan kegiatan impor barang kiriman harus
mengajukan permohonan kepada Kepala kantor pabean sesuai
contoh format yang ditentukan. Atas permohonan dimaksud kepala
kantor pabean memberikan persetujuan sesuai contoh format yang
ditentukan . PJT dapat melaksanakan kegiatan impor barang kiriman
setelah menyerahkan mempertaruhkan jaminan tunai, jaminan bank,
atau

customs bond yang besarnya ditetapkan oleh kepala kantor

pabean.

Penetapan jaminan

dimaksud

dilakukan

dengan

memperhatikan jumlah bea masuk dan pajak dalam rangka impor


dalam periode penangguhan pembayaran tertentu atas barang
kiriman yang diberitahukan oleh PJT.

Perusahaan Jasa Titipan yang selanjutnya disingkat PJT adalah perusahaan yang memperoleh ijin usaha
jasa titipan dari instansi terkait serta memperoleh persetujuan untuk melaksanakan kegiatan kepabeanan
dari Kepala kantor pabean.
42

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

61

Teknik Kepabeanan
Barang kiriman melalui PJT harus memenuhi ketentuan paling berat
100 (seratus) kilogram untuk setiap House Airway Bill (AwB).
Pengecualian dapat diberikan terhadap :
i. barang kiriman untuk tujuan tempat penimbunan berikat; atau
ii. barang kiriman lainnya yang memperoleh izin dari Direktur
Jenderal.
Atas barang kiriman melalui PJT yang melebihi berat yang ditentukan
dan/atau tidak dikecualikan diberlakukan ketentuan umum di bidang
impor.
Pengeluaran barang kiriman melalui PJT dilaksanakan setelah
diajukan

Pemberitahuan

Impor

Barang

Tertentu

(PIBT)

yang

disampaikan ke kantor pabean melalui media elektronik atau secara


manual. Pejabat bea dan cukai menetapkan tarif dan nilai pabean
serta menghitung bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang
wajib dilunasi atas barang kiriman melalui PJT. Bea masuk dan pajak
dalam rangka impor yang terutang wajib dilunasi dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah diterbitkannya persetujuan
pengeluaran barang.
Pengeluaran barang kiriman melalui PJT untuk tujuan tempat
penimbunan

berikat

berlaku

ketentuan

mengenai

prosedur

pemasukan barang ke tempat penimbunan berikat. Pengeluaran


barang kiriman melalui PJT yang terkena ketentuan pembatasan
impor, dapat disetujui setelah semua persyaratan impornya dipenuhi.

Pejabat bea dan cukai menetapkan tarif bea masuk atas impor barang
pribadi penumpang, barang awak sarana pengangkut, barang pelintas batas
dan barang kiriman didasarkan pada tarif bea masuk dari jenis barang
bersangkutan. Dalam hal barang impor sebagaimana dimaksud lebih dari 3
(tiga) jenis barang, pejabat bea dan cukai menetapkan hanya satu tarif bea
masuk berdasarkan tarif barang tertinggi.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

62

Teknik Kepabeanan
3)

Impor sementara
Impor sementara adalah pemasukan barang impor ke dalam daerah
pabean yang benar-benar dimaksudkan untuk diekspor kembali dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
Barang impor dapat disetujui untuk dikeluarkan sebagai barang impor
sementara apabila pada waktu impornya memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. tidak akan habis dipakai;
b. identitas barang tersebut jelas;
c. dalam jangka waktu impor sementara tidak mengalami perubahan bentuk
secara hakiki kecuali aus karena penggunaan; dan
d. terdapat dokumen pendukung bahwa barang tersebut akan diekspor
kembali.
Terhadap barang impor sementara dapat diberikan pembebasan atau
keringanan bea masuk.

Barang impor sementara

yang diberikan

pembebasan bea masuk adalah:


a. barang untuk keperluan pameran yang dipamerkan di tempat lain dari
tempat penyelenggaraan pameran berikat;
b. barang untuk keperluan seminar atau kegiatan semacam itu;
c. barang untuk keperluan peragaan atau demonstrasi;
d. barang untuk keperluan tenaga ahli;
e. barang untuk keperluan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan;
f.

barang yang diimpor untuk keperluan perlombaan dibidang olahraga;

g. kemasan yang digunakan untuk pengangkutan barang impor atau ekspor


secara berulang-ulang;
h. barang keperluan contoh atau model;
i.

kendaraan atau sarana pengangkut yang digunakan sendiri oleh


wisatawan manca negara;

j.

kendaraan atau sarana pengangkut yang masuk melalui lintas batas dan
penggunaannya tidak bersifat regular;

k. barang untuk diperbaiki, direkondisi, diuji, dan dikalibrasi;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

63

Teknik Kepabeanan
l.

binatang

hidup

perlombaan,

untuk

pelatihan,

keperluan
pejantan,

pertunjukan
dan

umum,

olahraga,

penanggulangan

gangguan

keamanan;
m. peralatan khusus yang digunakan untuk penanggulangan bencana alam,
kebakaran, dan gangguan keamanan;
n. kapal niaga yang diimpor oleh perusahaan pelayaran niaga nasional;
o. pesawat dan mesin pesawat yang diimpor oleh perusahaan penerbangan
nasional;
p. barang yang dibawa oleh penumpang dan akan dibawa kembali ke luar
negeri; dan/atau
q. barang pendukung proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman
dari luar negeri.
Barang impor sementara yang dapat diberikan keringanan bea masuk
adalah mesin dan peralatan untuk kepentingan produksi atau pengerjaan
proyek infrastruktur.
Untuk mendapatkan fasilitas impor sementara , importir mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal melalui Kepala Kantor. Dalam hal
tertentu permohonan dimaksud dapat diajukan kepada Direktur Jenderal.
Kewajiban pengajuan permohonan

dikecualikan terhadap barang impor

sementara yang dibawa oleh penumpang .


Permohonan paling sedikit memuat:
a. rincian jenis, jumlah, spesifikasi, identitas, dan perkiraan nilai pabean
barang impor sementara;
b. pelabuhan tempat pemasukan barang impor sementara;
c. tujuan penggunaan barang impor sementara;
d. lokasi penggunaan barang impor sementara; dan
e. jangka waktu impor sementara.
Permohonan dimaksud paling sedikit dilampiri dengan :
a. dokumen pendukung yang menerangkan bahwa barang tersebut akan
diekspor kembali; dan
b. dokumen identitas pemohon seperti NPWP, surat izin usaha, dan
API/APIT.
Atas permohonan yangbersangkutan Kepala Kantor melakukan
penelitian dan penetapan nilai pabean serta klasifikasi barang atas barang

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

64

Teknik Kepabeanan
impor sementara untuk penghitungan bea masuk dan pajak dalam rangka
impor sebagai dasar penerbitan izin impor sementara.
Dalam hal permohonan fasilitas impor sementara disetujui, Kepala
Kantor atas nama Menteri menerbitkan izin impor sementara.

Dalam hal

permohonan fasilitas impor sementara tidak disetujui, Kepala Kantor


membuat surat pemberitahuan penolakan permohonan dengan menyebutkan
alas an penolakan.
Terhadap barang impor sementara yang diberikan pembebasan bea
masuk, importir wajib menyerahkan jaminan kepada Kepala Kantor.
Kewajiban menyerahkan jaminan dapat dikecualikan untuk impor sementara
yang dibawa oleh penumpang berdasarkan pertimbangan dari Kepala Kantor.
Jumlah jaminan adalah sebesar bea masuk dan pajak dalam rangka
impor yang terutang atau yang seharusnya dibayar atas barang impor yang
bersangkutan.
Terhadap barang impor sementara yang diberikan keringanan bea masuk ,
importir wajib membayar :
a. Bea Masuk sebesar 2% (dua persen) untuk setiap bulan atau bagian dari
bulan, dikalikan jumlah bulan jangka waktu impor sementara, dikalikan
jumlah bea masuk yang seharusnya dibayar atas barang impor
sementara bersangkutan; dan
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau PPN dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM). Dikecualikan dari kewajiban pembayaran PPN
atau PPN dan PPnBM sebagaimana

dalam hal atas barang impor

sementara tersebut diberikan fasilitas perpajakan berdasarkan ketentuan


di bidang perpajakan yang berlaku. Selain kewajiban untuk membayar
bea masuk, PPN atau PPN dan PPnBM, importir wajib menyerahkan
jaminan sebesar selisih antara bea masuk yang seharusnya dibayar
dengan yang telah dibayar ditambah dengan Pajak Penghasilan Pasal 22.
Terhadap barang impor sementara yang mendapatkan fasilitas
keringanan dalam kondisi bukan baru dan/atau yang diatur tata niaga
impornya wajib mendapat persetujuan impor dari instansi yang berwenang
sebelum barang tersebut keluar dari kawasan pabean.
Untuk

pemenuhan

kewajiban

pabean

atas

impor

sementara,

disampaikan pemberitahuan pabean impor yang dibuat berdasarkan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

65

Teknik Kepabeanan
dokumen pelengkap pabean dan/atau izin impor sementara. Pemberitahuan
pabean impor

disampaikan kepada kepala kantor paling lambat 3 (tiga)

bulan sejak tanggal izin impor sementara, disertai tanda terima pembayaran
dan/atau jaminan. Apabila pemberitahuan pabean impor tidak disampaikan
dalam jangka waktu tersebut maka izin impor sementara yang telah diberikan
dinyatakan tidak berlaku.
Jangka

waktu

izin

impor

sementara

diberikan

berdasarkan

permohonan sesuai dengan tujuan penggunaannya untuk jangka waktu


paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal pendaftaran pemberitahuan
pabean impor sementara. Dalam hal jangka waktu impor sementara dari 3
(tiga) tahun, jangka waktu izin impor sementara tersebut dapat diperpanjang
lebih dari 1 (satu) kali berdasarkan permohonan, sepanjang jangka waktu izin
impor sementara secara keseluruhan tidak lebih dari 3 (tiga) tahun terhitung
sejak tanggal pendaftaran pemberitahuan pabean impor sementara.
Selama berlakunya izin impor sementara, barang impor sementara
dapat dipindahlokasikan atau digunakan untuk tujuan lain setelah mendapat
persetujuan dari kepala kantor atau Direktur Jenderal. Untuk mendapatkan
persetujuan tersebut

importir mengajukan permohonan kepada kepala

kantor yang menerbitkan izin impor sementara atau Direktur Jenderal.


Dalam hal barang impor sementara dipindahlokasikan ke tempat lain
yang

berada

dalam

pengawasan

kantor

pabean

lain,

importir

memberitahukan hal tersebut kepada kepala kantor tujuan.


Dalam hal barang impor sementara dipindahlokasikan atau digunakan
untuk tujuan lain tanpa mendapat persetujuan ,

izin impor sementara

dicabut. Pencabutan izin impor sementara dilakukan oleh kepala kantor atau
Direktur Jenderal dengan surat pencabutan. Terhadap barang impor
sementara yang telah dicabut izin impor sementaranya dilakukan penyegelan
pada kesempatan pertama. Dalam hal izin impor sementara dicabut, barang
impor sementara tersebut diperlakukan sebagai barang impor sementara
yang tidak diekspor kembali dan importir wajib membayar bea masuk yang
terutang dan sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari bea
masuk yang seharusnya dibayar.
Dalam hal barang impor sementara yang telah dicabut izin impor
sementaranya tidak diekspor dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

66

Teknik Kepabeanan
sejak pendaftaran pemberitahuan pabean, maka barang impor tersebut
diperlakukan sebagai barang impor sementara yang tidak diekspor kembali.
Setelah jangka waktu impor sementara berakhir dan dalam hal tidak
dilakukan perpanjangan izin impor sementara, sambil menunggu proses
realisasi ekspor, terhadap barang impor sementara dilakukan penyegelan
pada kesempatan pertama. Penyegelan dibuka kembali pada saat barang
akan dimuat ke sarana pengangkut dalam rangka realisasi ekspornya.
Dalam hal terjadi kerusakan berat atau musnah karena keadaan
memaksa (force majeure), importir dapat dibebaskan dari kewajiban untuk
mengekspor kembali barang impor sementara dimaksud serta dibebaskan
dari kewajiban melunasi kekurangan bea masuk dan sanksi administrasi
berdasarkan persetujuan Kepala Kantor atau Direktur Jenderal.

Keadaan

memaksa (force majeure) harus didukung dengan pernyataan dari instansi


yang berwenang.

Terhadap keadaan memaksa (force majeure), pejabat

membuat laporan kejadian dan berita acara.


Terhadap barang impor sementara dalam kondisi bukan baru dan/atau
barang yang terkena peraturan pembatasan yang tidak diekspor kembali,
sebelum dilakukan pelunasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor,
wajib mendapat persetujuan impor dari instansi teknis terkait.
Terhadap impor sementara yang mendapat keringanan, pemenuhan
persyaratan impor dilakukan pada saat mengajukan impor sementara.
Orang yang terlambat mengekspor kembali barang impor sementara
melebihi jangka waktu yang diizinkan, dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar 100% (seratus persen) dari bea masuk yang seharusnya
dibayar.
Yang dimaksud dengan terlambat mengekspor kembali adalah
pelaksanaan ekspor kembali barang impor sementara yang :
a. pengurusan administrasi kepabeanan dilakukan setelah tanggal jatuh
tempo impor sementara sampai dengan 60 hari setelah tanggal jatuh
tempo impor sementara dan realisasi ekspornya dilakukan dalam kurun
waktu yang sama; atau
b. pengurusan administrasi kepabeanan dilakukan sampai dengan tanggal
jatuh tempo impor sementara dan realisasi ekspornya dilakukan dalam

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

67

Teknik Kepabeanan
jangka waktu antara 30 hari setelah tanggal jatuh tempo impor sementara
sampai dengan 60 hari setelah tanggal jatuh tempo impor sementara.
Orang yang tidak mengekspor kembali barang impor sementara dalam
jangka waktu yang diizinkan wajib membayar bea masuk dan dikenai sanksi
administrasi berupa denda 100% (seratus persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar.
Pengeluaran ke Tempat Penimbunan Berikat (TPB)43

4)

Pengeluaran

barang

impor

dari

Kawasan

Pabean

dan

pengangkutannya ke TPB dilakukan dengan menggunakan SPPB TPB atau


SPPB-TPB Merah. Pengangkutan barang impor dari Kawasan Pabean
dilakukan penyegelan oleh Pejabat bea dan cukai.
Pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean dilakukan setelah pos BC
1.1. ditutup oleh Pejabat bea dan cukai

yang mengelola Manifes

berdasarkan :
a. BC 2.3 yang telah didaftarkan;
b. SPPB TPB; dan/atau
c. Daftar Rekapitulasi BC 2.3 dalam hal menggunakan media penyimpan
data elektronik.
Penutupan pos BC 1.1. dilakukan dengan mencocokkan beberapa elemen
data, yaitu :
a. nomor, tanggal BC 1.1 dan nomor posnya;
b. nomor dan tanggal B/L atau AWB;
c. nomor petikemas (dalam hal menggunakan petikemas);
d. jumlah petikemas atau kemasan;
e. nama sarana pengangkut dan nomor voyage atau flight; dan
f.

nama consignee.

Dalam hal elemen data dimaksud butir (2) ada yang tidak cocok maka
terhadap BC 2.3 dan pemberitahuan pabean BC 1.1. dilakukan penelitian
lebih lanjut sesuai ketentuan perundang-undangan.

Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan
tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan
penangguhan bea masuk.
43

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

68

Teknik Kepabeanan
5)

Pengeluaran Barang Impor Untuk Diangkut Terus atau Diangkut


Lanjut.
Barang impor atau ekspor dapat dikeluarkan dari kawasan pabean
untuk diangkut terus atau diangkut lanjut dan wajib diberitahukan dengan
pemberitahuan pabean . Pemberitahuan pabean dimaksud berupa manifes
keberangkatan sarana pengangkut (outward manifest). Pengeluaran barang
impor atau ekspor dari kawasan pabean untuk diangkut terus atau diangkut
lanjut dapat dilakukan setelah disampaikan pemberitahuan pabean berupa
manifest keberangkatan sarana pengangkut (outward manifest), yang
disampaikan ke kantor pabean sebelum keberangkatan sarana pengangkut.
Pengeluaran barang sebagaimana dimaksud
persetujuan pejabat bea dan cukai.

Persetujuan

wajib mendapat
berupa manifest

keberangkatan sarana pengangkut (outward manifest) yang telah mendapat


nomor dan tanggal pendaftaran.

6)

Pengeluaran Barang Impor dari Kawasan Pabean untuk Diangkut ke


Tempat Penimbun Sementara di Kawasan Pabean Lainnya
Pengeluaran barang impor dari kawasan pabean dari suatu kantor
pabean dengan tujuan untuk diangkut ke tempat penimbunan sementara di
kawasan pabean di kantor pabean lainnya dilakukan oleh pengusaha tempat
penimbunan sementara di kawasan pabean asal berdasarkan permintaan
importir.

Pengusaha

tempat

penimbunan

sementara

yang

akan

mengeluarkan barang impor, wajib menyerahkan pemberitahuan pabean


pada kantor pabean yang mengawasi kawasan pabean asal.
Barang impor sebagaimana dimaksud

dapat dikeluarkan setelah

pemberitahuan pabean ditandasahkan atau diberikan persetujuan keluar oleh


pejabat bea dan cukai di kantor pabean yang mengawasi kawasan pabean
asal.
Terhadap barang impor atau ekspor untuk diangkut terus atau diangkut
lanjut atau barang impor untuk diangkut ke tempat penimbunan sementara di
kawasan pabean lainnya, wajib diinformasikan oleh pejabat bea dan cukai di
kantor pabean keberangkatan kepada pejabat bea dan cukai di kantor
pabean tujuan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

69

Teknik Kepabeanan
Pengangkutan barang impor atau ekspor dari kawasan pabean untuk
diangkut terus atau diangkut lanjut, dilakukan di bawah pengawasan pabean.
Pengangkutan barang impor dari kawasan pabean di suatu kantor pabean ke
tempat penimbunan sementara di kawasan pabean lainnya, dilakukan di
bawah pengawasan pabean.

7)

Pengeluaran Barang Impor Untuk Diekspor Kembali


Terhadap barang impor yang masih berada di dalam Kawasan Pabean
dapat diekspor kembali apabila:
a. tidak sesuai pesanan;
b. tidak boleh diimpor karena adanya perubahan peraturan;
c. salah kirim;
d. rusak; atau
e. tidak dapat memenuhi persyaratan impor dari instansi teknis.
Ketentuan sebagaimana dimaksud diatas tidak berlaku apabila untuk
barang tersebut telah diajukan PIB dan telah dilakukan pemeriksaan fisik
barang dengan hasil kedapatan jumlah dan atau jenis barang tidak sesuai.
Importir yang menghendaki barangnya diekspor kembali mengajukan
permohonan reekspor kepada Kepala Kantor Pabean dengan menyebutkan
alasan tersebut diatas . Berdasarkan persetujuan Kepala Kantor Pabean,
Importir atau Pengangkut mengisi dan menyerahkan Pemberitahuan Ekspor
Barang (BC 3.0) kepada Pejabat di Kantor Pabean tempat pemuatan.
Persetujuan pengeluaran dan atau pemuatan barang diberikan oleh
Pejabat , apabila jumlah, jenis, nomor, merek serta ukuran kemasan atau peti
kemas yang tercantum dalam BC 3.0 dengan kemasan atau peti kemas yang
bersangkutan kedapatan sesuai.

E.

Kemudahan Dibidang Pelayanan Impor.

Dalam materi ini dibahas mengenai kemudahan pelayanan kepabeanan


dibidang impor berupa pelayanan MITA, vooruitslag, prenotification, returnable
packages, pelayanan segera.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

70

Teknik Kepabeanan
1) MITRA UTAMA

Mitra Utama yang selanjutnya disebut MITA adalah:


a) Importir Jalur Prioritas, yang penetapannya dilakukan oleh Direktur Teknis
Kepabeanan atas nama Direktur Jenderal sebagaimana diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal tentang Jalur Prioritas;
b) Orang yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan sebagai Mitra Utama
oleh Kepala Kantor Pelayanan Utama atas nama Direktur Jenderal
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal tersebut.
MITA mendapat kemudahan di KPU44 berupa:
a). tidak dilakukan penelitian dokumen dan/atau pemeriksaan fisik barang,
kecuali terhadap:
-

barang Impor Sementara (non Prioritas);

barang Re-impor (non Prioritas);

barang yang terkena Nota Hasil Intelijen (NHI); dan

terkena pemeriksaan random (non Prioritas).

b). pemeriksaan fisik terhadap barang sebagaimana dimaksud pada huruf a


butir 1 dan butir 2 dapat dilakukan di gudang importir tanpa pengajuan
surat permohonan;
c). tidak

perlu

menyerahkan

hardcopy

PIB/PEB,

kecuali

dilakukan

pemeriksaan fisik dan/atau pemeriksaan dokumen ;


d). mendapatkan akses pelayanan client coordinator45 ; dan
e). pemuktahiran data registrasi importir.
MITA ditetapkan berdasarkan persyaratan:
a). dapat berhubungan dengan sistem jaringan elektronik Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai;
b). mempunyai pola bisnis yang jelas;
c). memiliki sistem pengendalian yang memadai untuk menjamin keakuratan
data yang disajikan;

44Kantor

Pelayanan Utama yang selanjutnya dalam peraturan ini disebut KPU adalah Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
JenderalBea dan Cukai
45 Client Coordinator adalah pejabat bea dan cukai yang ditunjuk oleh Kepala Kantoruntuk menjadi
penghubung antara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan orang

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

71

Teknik Kepabeanan
d). memiliki rekam jejak keakuratan pemberitahuan pabean dan/atau cukai
yang baik;
e). telah diaudit oleh kantor akuntan publik yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian untuk
2 (dua) tahun terakhir; dan
f). selalu dapat memenuhi ketentuan perizinan dan persyaratan impor dan
ekspor dari instansi teknis terkait.
Dalam hal perusahaan mendapatkan fasilitas pembebasan, keringanan,
dan/atau penangguhan bea masuk, persyaratan sebagaimana dimaksud
diatas ditambah dengan melakukan penatausahaan dan pengelolaan sediaan
barang yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diketahui jenis,
spesifikasi, jumlah pemasukan dan pengeluaran sediaan barang yang
berkaitan dengan fasilitas kepabeanan yang diperoleh dan/atau digunakan.
Untuk menjadi MITA, perusahaan mengajukan permohonan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Utama, dimana kegiatan impornya paling banyak
dilakukan. Permohonan dimaksud dilampiri dengan:
a). laporan keuangan periode 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh
kantor akuntan publik;
b). standard operating procedure (SOP) pembelian dan pembayaran impor,
dan/atau penjualan dan penerimaan kas ekspor;
c). standard operating procedure (SOP) pembuatan, pembayaran, dan
penyerahan (transfer) PIB dan/atau PEB yang selama ini dimiliki dan
dijalankan oleh perusahaan;
d). surat pernyataan sesuai contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
II Peraturan Direktur Jenderal ini; dan
e). keterangan lain yang dapat memberikan gambaran positif perusahaan,
misalnya terdaftar sebagai wajib pajak patuh pada Direktorat Jenderal
Pajak, company profile, sertifikat ISO, dan sertifikat ahli kepabeanan.
Dalam hal perusahaan menggunakan PPJK, permohonan dimaksud dilampiri
daftar nama PPJK yang diberi kuasa dan identitas modul PPJK yang diberi
kuasa.
Kepala

Kantor

Pelayanan

Utama

melakukan

pemeriksaan

terhadap

permohonan yang bersangkutan berupa:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

72

Teknik Kepabeanan
a). penelitian dan penilaian data intern Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
dan
b). penelitian dan penilaian data yang diajukan perusahaan.
Pemeriksaan dimaksud diatas dapat meliputi pemeriksaan lapangan.
Kepala Kantor Pelayanan Utama memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja
terhitung sejak diterimanya permohonan dengan lengkap.
Dalam hal permohonan

disetujui, Kepala Kantor Pelayanan Utama

menerbitkan surat penetapan.


Kantor

membuat

surat

Dalam hal permohonan

penolakan

dengan

ditolak,

menyebutkan

Kepala

alasannya.

Permohonan yang ditolak , dapat diajukan kembali setelah perusahaan


memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam alasan penolakan.
Kepala Kantor Pelayanan Utama atas nama Direktur Jenderal berwenang
secara jabatan menetapkan status perusahaan sebagai MITA tanpa
permohonan dari perusahaan tersebut sepanjang memenuhi persyaratan
tersebut diatas.
MITA wajib:
a). menyampaikan pemberitahuan pabean impor atau ekspor secara
elektronik;
b). tidak memberikan dan/atau meminjamkan modul importir kepada
pihak/perusahaan lain;
c). melaporkan kehilangan dan/atau penyalahgunaan modul importir pada
kesempatan pertama;
d). memberitahukan perubahan nama-nama PPJK yang diberi kuasa
kepada kepala kantor; dan
e). menyampaikan

nama

pegawai

perusahaan

yang

ditunjuk

untuk

berhubungan dengan Client Coordinator.


MITA wajib memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh instansi teknis terkait
sebelum menyampaikan PIB.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

73

Teknik Kepabeanan
2) PEMBERTAHUAN PENDAHULUAN (PRENOTIFICATION)

Importir

dapat

menyampaikan

pemberitahuan

pendahuluan

dengan

mengajukan PIB:
a). sebelum dilakukan pembongkaran barang impor bagi Importir MITA
Prioritas tanpa harus mengajukan permohonan ;
b). paling cepat 3 (tiga) hari kerja sebelum dilakukan pembongkaran barang
impor bagi importir lainnya setelah mendapatkan persetujuan Kepala
Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai atau pejabat yang
ditunjuknya;
Pelayanan PIB dilaksanakan menurut ketentuan penyelesaian barang impor
untuk dipakai sesuai tatakerja penyelesaian barang impor yang berlaku .
Dalam hal PIB ditetapkan jalur merah dan pemeriksaan fisik barang tidak
dapat dilakukan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPJM dengan
alasan barang impor belum bongkar, dilakukan pemblokiran terhadap importir
yang bersangkutan.

3) PELAYANAN SEGERA

Untuk mendapatkan pelayanan segera, Importir mengajukan:


a). Dokumen Pelengkap Pabean dan jaminan sebesar Bea Masuk, Cukai,
dan PDRI.
b). PIBK dilampiri Dokumen Pelengkap Pabean dan bukti pembayaran atau
jaminan sebesar Bea Masuk, Cukai, dan PDRI, sepanjang importasi
dilakukan oleh orangperorangan dan tidak untuk diperdagangkan.
Pelayanan segera dimaksud hanya dapat diberikan terhadap importasi:
a). organ tubuh manusia antara lain ginjal, kornea mata, atau darah;
b). jenazah dan abu jenazah;
c). barang yang dapat merusak lingkungan antara lain bahan yang
mengandung radiasi;
d). binatang hidup;
e). tumbuhan hidup;
f). surat kabar, majalah yang peka waktu;
g). barang berupa dokumen;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

74

Teknik Kepabeanan
Penyampaian Dokumen Pelengkap Pabean atau PIBK dimaksud

dapat

dilakukan secara elektronik atau secara manual. Terhadap importir yang


mempunyai frekuensi impor dengan pelayanan segera relatif tinggi dapat
menaruh jaminan yang besarnya tidak kurang dari seluruh BM, Cukai, dan
PDRI yang terutang atas barang impor yang dikeluarkan dengan beberapa
Dokumen Pelengkap Pabean atau PIBK pada periode tertentu.
Untuk

menyelesaikan

importasi

dengan

pelayanan

segera

dengan

menggunakan Dokumen Pelengkap Pabean, Importir wajib mengajukan PIB


definitif sesuai tatakerja penyelesaian barang impor yang berlaku dengan
mendapatkan penetapan Jalur Hijau tanpa diterbitkan Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB), dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
sejak tanggal pengeluaran barang impor.
Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud diatas tidak dipenuhi:
a. jaminan dicairkan;
b. importir dikenai sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10B ayat (6) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006; dan
c. kemudahan pelayanan segera untuk dan atas nama Importir yang
bersangkutan hanya dapat diberikan lagi setelah importir menyelesaikan
kewajibannya.
Pelayanan segera terhadap barang impor berupa

barang yang dapat

merusak lingkungan, tumbuhan hidup dan tumbuhan hidup, hanya dapat


diberikan apabila telah mendapatkan izin dari instansi teknis.

4) PENGELUARAN

BARANG

IMPOR

UNTUK

DIPAKAI

DENGAN

MENGGUNAKAN JAMINAN (VOORUITSLAG)

Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor untuk dipakai dari
Kawasan Pabean, Tempat Penimbunan Sementara (TPS), atau tempat lain
yang diperlakukan sama dengan TPS, setelah dokumen pelengkap pabean
dan jaminan diserahkan ke kantor pabean. Pengeluaran barang impor
tersebut

diberikan terhadap importir yang telah mengajukan permohonan

untuk memperoleh fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk, bea


masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai, dan atas permohonan
dimaksud belum diterbitkan keputusan mengenai pemberian fasilitas

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

75

Teknik Kepabeanan
tersebut. Terhadap barang impor untuk keperluan penanggulangan bencana
alam dapat dikeluarkan sebelum pengajuan permohonan .
Dalam hal barang impor merupakan barang larangan atau pembatasan,
barang impor tersebut dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean, TPS, atau
tempat lain yang diperlakukan sama dengan TPS, sepanjang telah dipenuhi
ketentuan impor barang larangan atau pembatasan sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku.
Jaminan yang diserahkan atas pengeluaran barang impor dimaksud
sebesar bea masuk, bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau
cukai yang terutang.
Jaminan yang diserahkan dapat berbentuk :
a). uang tunai;
b). jaminan bank;
c). jaminan dari perusahaan asuransi (Customs Bond); atau
d). jaminan lainnya.
Untuk mendapatkan persetujuan pengeluaran, importir mengajukan
surat permohonan kepada kepala kantor pabean dengan menyebutkan
alasannya. Kepala kantor pabean memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan tersebut.
Dalam hal permohonan disetujui, kepala kantor pabean menerbitkan
surat keputusan tentang persetujuan pengeluaran barang impor untuk dipakai
dengan menggunakan jaminan. Dalam hal permohonan ditolak, kepala kantor
pabean memberikan surat penolakan dengan menyebutkan alasannya.
Pemberitahuan pabean impor disampaikan dalam jangka waktu paling
lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diserahkannya dokumen
pelengkap pabean. Jangka waktu dimaksud dapat diberikan perpanjangan
paling lama 30 (tiga puluh) hari oleh kepala kantor pabean. Dalam hal jangka
waktu dimaksud masih diperlukan perpanjangan, importir wajib mengajukan
permohonan kepada Direktur

Jenderal

atau

pejabat

yang

ditunjuk.

Perpanjangan jangka waktu diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari dan
tidak dapat diperpanjang lagi.
Bea masuk, bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai
yang terutang wajib dibayar paling lama pada tanggal pendaftaran
pemberitahuan pabean. Importir yang tidak menyelesaikan kewajiban berupa

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

76

Teknik Kepabeanan
menyampaikan pemberitahuan pabean dan membayar bea masuk, bea
masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai, sesuai dengan jangka
waktu yang diizinkan , wajib membayar :
a). bea masuk, bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai
yang terutang;
b)

sanksi administrasi berupa denda sebesar 10% (sepuluh persen) dari


bea masuk yang wajib dilunasi dan bunga sebesar 2% (dua persen)
perbulan dari pajak dalam rangka impor yang wajib dilunasi.
Terhadap pengeluaran barang impor yang permohonan pembebasan

atau keringanannya ditolak dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) per


bulan dari bea masuk dan cukai yang wajib dilunasi yang dihitung sejak
tanggal penyerahan dokumen pelengkap pabean.
5) PENIMBUNAN

BARANG

IMPOR

DI

GUDANG

ATAU

LAPANGAN

IMPORTIR DI LUAR KAWASAN PABEAN

Penimbunan barang impor dapat dilakukan di gudang atau lapangan importir


di luar Kawasan Pabean setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor
Pabean atau pejabat yang ditunjuknya, dalam hal :
a). keadaan darurat (force majeur);
b). sifat barang yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga tidak dapat
ditimbun di TPS di Kawasan Pabean;
c). kongesti yang dinyatakan secara tertulis oleh pihak terkait/berwenang;
dan/atau
d). alasan lainnya berdasarkan pertimbangan Kepala Bidang Pelayanan
Pabean dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya, dan tempat tersebut
memenuhi syarat untuk dilakukan penimbunan.
6) PEMERIKSAAN BARANG IMPOR DI GUDANG ATAU LAPANGAN
PENIMBUNAN MILIK IMPORTIR

Pemeriksaan barang impor di gudang atau lapangan penimbunan milik


Importir dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor
Pabean atau pejabat yang ditunjuknya. Persetujuan dimaksud sekaligus

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

77

Teknik Kepabeanan
merupakan izin untuk menimbun barang impor di gudang atau lapangan
penimbunan milik Importir yang bersangkutan.
Penyelesaian

pemeriksaan

barang

impor

dilakukan

sesuai

tatakerja

penyelesaiaan barang impor pada umumnya.

7) PEMERIKSAAN PENDAHULUAN DAN PENGAMBILAN CONTOH UNTUK


PEMBUATAN PEMBERITAHUAN IMPOR BARANG

Pemeriksaan pendahuluan dan pengambilan contoh untuk pembuatan PIB


dapat dilakukan dalam hal importir tidak dapat menetapkan sendiri tarif
dan/atau penghitungan nilai pabean sebagai dasar untuk penghitungan Bea
Masuk, Cukai, dan PDRI, karena uraian barang dan/atau rincian nilai pabean
yang tercantum dalam dokumen pelengkap pabean tidak jelas.
Untuk

mendapatkan

persetujuan

pemeriksaan

pendahuluan

dan

pengambilan contoh, importir mengajukan permohonan kepada Kepala


Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya.

8) PEMBERITAHUAN IMPOR BARANG BERKALA

Kepala Kantor Pabean atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan


kemudahan dengan PIB Berkala untuk penyelesaian barang impor yang telah
dikeluarkan terlebih dahulu dengan menggunakan Dokumen Pelengkap
Pabean dan jaminan dalam periode paling lama 30 (tiga puluh) hari.
Kemudahan sebagaimana dimaksud

diberikan kepada Importir yang

mengimpor barang:
a). yang diimpor dalam frekuensi impor yang tinggi serta perlu segera
digunakan;
b). yang diimpor melalui saluran pipa atau jaringan transmisi; atau
c). yang berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal dapat diberikan
kemudahan PIB Berkala.
Importir wajib menyerahkan PIB Berkala dan bukti pembayaran bea
masuk, cukai, dan pajak dalam rangka impor atas seluruh importasi pada
periode bersangkutan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung
sejak tanggal jatuh tempo.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

78

Teknik Kepabeanan
Dalam hal kewajiban dimaksud tidak dipenuhi:
a). jaminan dicairkan;
b). importir dikenai sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10B ayat (6) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006; dan
c). kemudahan pemberitahuan impor berkala untuk dan atas nama Importir
yang bersangkutan hanya dapat diberikan lagi setelah 6 (enam) bulan
sejak importir menyelesaikan kewajibannya.

9) PENGEMAS

YANG

DIPAKAI

BERULANGKALI

(RETURNABLE

PACKAGE)

Importir dapat mempergunakan pengemas yang dipakai berulangkali dalam


pelaksanaan importasinya.

Izin pemasukan dan pengeluaran pengemas

yang dipakai berulangkali ke dan dari daerah pabean diberikan oleh Kepala
Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya
dan berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan setiap tahunnya dapat
diperpanjang atas permohonan importir.
Terhadap pengemas dimaksud

yang berasal dari impor yang tidak

dipergunakan sesuai dengan izin yang diberikan, importir wajib mengekspor


dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal teguran
dari Kepala Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai atau pejabat yang
ditunjuknya. Importir yang tidak melaksanakan ketentuan dimaksud wajib
membayar Bea masuk dan PDRI serta dikenakan sanksi administrasi berupa
denda sebesar 100% (seratus persen) dari Bea Masuk yang seharusnya
dibayar.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

79

Teknik Kepabeanan
F. Pungutan Dalam Rangka Impor.
Dalam materi ini dibahas mengenai pungutan impor berupa bea masuk,
bea masuk tambahan, cukai, sanksi administrasi dan pajak dalam rangka impor.
1) BEA MASUK

Bea Masuk adalah pungutan Negara berdasarkan Undang-undang No. 10


Tahun 1995 tentang Kepabeanan

sebagaimana telah diubah atau ditambah

dengan UU No. 17 Tahun 2006 yang dikenakan terhadap barang impor 46.
Terdapat 2 (dua ) cara menghitung Bea Masuk , sebagai berikut :
i) Tarif Spesifik .
Yaitu penghitungan Bea Masuk dengan cara mengkalikan jumlah satuan
barang dengan tariff pembebanan Bea Masuk . Jenis barang impor yang
dikenakan tariff spesifik

ditetapkan oleh Menteri Keuangan . Dewasa ini

terdapat dua jenis barang yang ditetapkan tariff spesifik yaitu beras ( Pos
tariff BTBMI : 10.06 ) dan Gula (Pos tarif BTBMI : 17.01).
Contoh :
Gula pasir (refined sugar) sebanyak 10.000 kg . Pos tariff BTBMI :
1701.99.11.00 ( BM : Rp. 700,-/kg)
BM wajib dibayaar adalah:

10.000 x Rp. 700,- = Rp. 7.000.000,-

ii) Tarif Advalorum.


Barang impor dipungut Bea Masuk berdasarkan tariff setinggi-tingginya
empat puluh persen dari nilai pabean untuk penghitungan

Bea Masuk.

Dikecualikan dari ketentuan dimaksud adalah 47 :


i)

barang impor hasil pertanian tertentu;

ii) barang impor yang termasuk dalam daftar ekslusif Skedul XXI-Indonesia
pada Persetujuan Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan; dan
iii) barang impor sebagai berikut :

46
47

Pasal 1 butir 13 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Pasal 12 dan 13 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

80

Teknik Kepabeanan
yang dikenakan tariff Bea Masuk berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan internasional;
barang bawaaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas
batas, atau barang kiriman melalaui pos atau jasa titipan; atau
barang impor yang berasal dari Negara yang memperlakukan barang
ekspor Indonesia secara diskriminatif.
Dasar penghitungan

Bea Masuk (termasuk Cukai dan Pajak dalam

rangka impor ) dinyatakan dalam rupiah sebagai hasil perkalian antara


NDPBM48 dengan nilai CIF49 dalam valuta asing. Dasar penghitungan Bea
Masuk ini sering disebut Nilai Pabean yang dibulatkan menjadi rupiah penuh
dengan cara menghilangkan bagian dari satuan rupiah. Tatacara penelitian
dan penetapan nilai pabean akan dibahas tersendiri didalam Modul Sistem
Nilai Pabean.
Cara penentuan nilai CIF adalah sebagai berikut :
i)

Harga CIF adalah nilai yang dijadikan dasar untuk menghitung Bea Masuk,
Cukai dan Pajak dalam rangka impor.

ii) Unsur harga CIF adalah FOB + Freight + Insurance.


iii) Harga FOB adalah harga barang impor sampai dengan barang dimuat
diatas kapal di pelabuhan muat. Harga FOB biasanya tertera didalam
Invoice atau Faktur.
iv) Freight adalah biaya pengangkutan dari pelabuhan muat di luar negeri
sampai pelabuhan bongkar di Indonesia. Besarnya freight biasanya
teretera didalam dokumen pengapalan yaitu Bill of Lading (B/L) atau
Airway Bill (AWB). Namun demikian banyak B/L atau AWB yang tidak
mencantumkan

besarnya

freight.

Untuk

itu

importer

diwajibkan

memberitahukan besarnya freight berdasarkan bukti nyata . Jika importer


tidak dapat menunjukkan bukti nyata dimaksud, ada kemungkinan Pejabat
Pabean akan menetapkan nilai pabean tidak berdasarkan nilai transaksi
(Metode I) . Dalam hal terdapat lebih lebih dari satu jenis barang yang
tergolong dalam klasifikasi tariff yang berbeda dalam satu PIB , besarnya
freight untuk tiap jenis barang dihitung berdasarkan perbandingan harga
NDPBM (Nilai Dasar Penghitungan Bea Masuk) adalah kurs mata uang asing yang digunakan untuk
penghitungan Pajak yang dewasa ini ditetapkan Menteri Keuangan setiap minggu.
49 CIF (Cost Insurance and Freight) adalah hasil penjumlahan antara nilai FOB, Freight dan Insurance.
48

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

81

Teknik Kepabeanan
tiap jenis barang dengan harga keseluruhan barang dikalikan jumlah
keseluruhan biaya transportasi.
v) Insurance.
Insurance adalah biaya asuransi pengangkutan dari pelabuhan muat di
luar negeri sampai dengan pelabuhan bongkar di

Indonesia . Biaya

asuransi yang digunakan sebagai komponen dasar untuk menghitung Bea


Masuk

dan Pajak dalam rangka impor adalah sebagaimana

yang

tercantum dalam polis asuransi. Apabila asuransi ditutup di dalam negeri,


maka nilai rupiah dari premi asuransi yang digunakan untuk menetapkan
nilai pabean dianggap nihil, dengan syarat importer wajib menyerahkan
polis asuransi.
Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis barang yang tergolong dalam
klasifikasi tariff yang berbeda dalam satu PIB, besarnya biaya asuransi
untuk tiap-tiap jenis barang dihitung berdasarkan perbandingan harga tiap
jenis barang dengan harga keseluruhan barang dikalikan jumlah
keseluruhan biaya asuransi.

Untuk penghitungan Bea Masuk digunakan NDPBM yang berlaku :


i). dalam hal PIB bayar atau jaminan, NDPBM yang berlaku adalah pada saat
dilakukannya pembayaran atau diserahkan jaminan bea masuk, cukai dan
pajak dalam rangka impor;
ii) dalam hal PIB bebas , NDPBM yang berlaku adalah pada saat PIB
mendapatkan nomor pendaftaran di Kantor Pabean;
iii) dalam hal Pembayaran Berkala, NDPBM yang berlaku adalah pada saat
PIB mendapatkan nomor pendaftaran di Kantor Pabean.
Dalam hal jenis valuta asing tidak diatur didalam Keputusan Menteri Keuangan
tentang kurs pajak, NDPBM yang digunakan adalah nilai tukar yang berlaku
pada Bank Indonesia .
Bea Masuk yang dibayar adalah hasil perkalian antarea nilai pabean dengan
persentase (%) tariff pembebanan bea masuk sebagaimana tertera didalam
Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI).
Contoh penghitungan Bea Masuk :
Bahan baku obat berupa : ampicilin tryhidrate , dengan nilai CIF USD 10,000.diimpor dari India . Pos tarif dan pembebananan menurut BTBMI adalah :

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

82

Teknik Kepabeanan
2941.10.20.00, besar tariff Bea Masuk : 10 % , NDPBM yang berlaku adalah
USD 1.- = Rp. 9.000,-.
Bea Masuk = 10 % x 10.000 x Rp. 9.000,- = Rp. 9.000.000,2) BEA MASUK IMBALAN

Dasar hukum dari pengenaan Bea Masuk Imbalan adalah pasalk 21 dan
22 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan. Bea Masuk Imbalan dikenakan terhadap barang impor dalam
hal :
ditemukan adanya subsidi50 yang diberikan di Negara pengekspor

i.

terhadap barang impor yang bersangkutan, dan


ii.

impor barang tersebut :


1) menyebabkan

kerugian terhadap industri dalam negeri51 yang

memproduksi barangs ejenis dengan barang tersebut ;


2) mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang
memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut, atau
3) menghalangi pengembangan industru barang sejenis di dalam negeri .
Bea Masuk Imbalan adalah merupakan tambahan dari Bea Masuk. Besarnya
Bea Masuk Imbalan yang dikenakan adalah setingi-tingginya sebesar selisih
antara subsidi dengan :
-

biaya permohonan, tanggungan atau pungutan laian yang dikeluarkan


untuk memperoleh subsidi; dan/atau

pungutan yang dikenakan pada saat ekspor

untuk pengganti subsidi

yang diberikan kepada barang ekspor tersebut .


Persyaratan dan tatacara pengenaan Bea Masuk Imbalan serta penangannya
telah diatur didalam Peraturan pemerintah No. 34 Tahun 1996 tentang Bea
50

Subsidi adalah :
a. setiap bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah atau badan-badan pemerintah langsung
maupun tidak langsung kepada perusahaan, industri, kelompok industri atau eksportir;
b. setiap bentuk dukungan terhadap pendapatan atau harga yang diberikan secara langsung atau tidak
langsung untuk meningkatkan ekspor atau menurunkan impor dari atau ke Negara yang
bersangkutan.
51 Industri dalam negeri adalah :
- produsen barang sejenis secara keseluruhan, atau
- para produsen barang sejenis yang produksinya mewakili sebagain besar dari keseluruhan produksi
barang yang bersangkutan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

83

Teknik Kepabeanan
Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan dan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No. 261/MPP/Kep/9/1996 tentang Tatacara
dan Persyaratan Permohonan Penyelidikan Ats Barang Dumping dan/atau
Barang Mengandung Subsidi . Dewasa ini belaum ada keputusan pemerintah
tentang pengenaan Bea Masuk Imbalan terhadap barang impor.

3) BEA MASUK ANTI DUMPING

Dasar hukum pengenaan Bea Masuk Anti Dumping adalah pasal 18 dan
19 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan . Bea Masuk Anti Dumping dikenakan terhadap barang impor
dalam hal :
i.

harga ekspor52 dari barang tersebut lebih rendah nilai normalnya53 , dan

ii.

impor barang tersebut :


- menyebabkan

kerugian

terhadap

industri

dalam

negeri

yang

memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut;


- mengancam terjadinya kerugian terhadap industri barang sejenis
dengan barang tersebut; atau
- menghalangi pengembangan industri barang sejenis didalam negeri.
Bea Masuk Anti Dumping dikenakan terhadap barang impor setinggitingginya sebesar selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari barang
tersebut. Bea Masuk Anti Dumping merupakan tambahan dari Bea Masuk
yang dipungut berdasarkan pasal 12 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan.
Persyaratan dan tatacara

pengenaan Bea Masuk Imbalan serta

penangannya telah diatur didalam Peraturan pemerintah No. 34 Tahun 1996


tentang Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan dan Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 261/MPP/Kep/9/1996 tentang
Tatacara dan Persyaratan Permohonan Penyelidikan Ats Barang Dumping
dan/atau Barang Mengandung Subsidi. Dewasa ini sudah terdapat beberapa

Harga Ekspor adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang yang diekspor ke
Daerah Pabean.
53 Nilai Normal adalah harga sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk
barang sejenis dalam
perdagangan pada umumnya di pasar domestik Negara pengekspor dengan tujuan konsumsi.
52

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

84

Teknik Kepabeanan
jenis barang impor yang menurut keputusan Menteri Keuangan dikenakan
Bea Masuk Anti Dumpin, misalnya :
i.

Tin Plate (ex HS 7210.12.100 dan 7210.12.900) :

ex Australia , produsen BHP Steel dan perusahaan lainnya , dikenai


Bea Masuk Anti Dumping sebesar 28 % ;

ex Japan, produsen : semua perusahaan , dikenai Bea Masuk Anti


Dumping sebesar 68 %;

ex Korea Selatan , produsen Dong Bu dan Dong Yang, dikenai Bea


Masuk Anti Dumping sebesar 5 %, sedangkan produsen Posco Steel
dan perusahaan lainnya , dikenai Bea Masuk Anti Dumping sebesar
9 %;

ex Taiwan, produsen semua perusahaan, dikenai Bea Masuk Anti


Dumping sebesar 41%.

ii.

Ampicillin trihydrate ( ex. HS 2841.10.200) dan Amoxcillin trihydrate ( ex


HS 2941.10.300) , ex India , produsen : semua perusahaan, dikenai Bea
Masuk Anti Dumping sebesar 14 %.

iii.

Ferro Mangan ( ex HS 7202.11.000 ) dan Silicon Mangan ( ex HS


7202.30.000) , serta barang-barang terbuat dari padanya

(ex HS

8111.000.000, ex China, produsen : semua perusahaan, dikenai Bea


Masuk Anti Dumping sebesar 28 %.
iv.

Carbon Black

(HS 2803.00.10.00 dan 2803.00.30.00) dikenakan Bea

Masuk Anti Dumping sebagai berikut :


-

ex Korea Selatan , perusahaan : Korea Steel Chemical (KOSCO) ,


Columbian Chemical Korea (CCK), Korean Carbon Black (KCB dan
Perusahaan lainnya , dikenai Bea Masuk Anti Dumping sebesar ,
10%, 7% , 9% dan 10 %.

ex. India , perusahaan

Philips Carbon Black

dan Perusahaan

lainnya, dikenai Bea Masuk Anti Dumping sebesar : 11 %


-

ex

Malaysia, perusahaan : Thai Carbon Black dan perusahaan

lainnya, dikenai Bea Masuk Anti Dumping sebesar 17 % .


Contoh perhitungan :
Carbon Black dengan nilai CIF USD 50,000.- , ex India . Besarnya tariff Bea
Masuk Anti Dumping adalah 11 % . NDPBM yang berlaku : USD 1.- = Rp.
9.000,-.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

85

Teknik Kepabeanan
Bea Masuk Anti Dumping = 11 % x 50.000 x Rp. 9.000,- = Rp. 49.500.000,4) BEA MASUK TINDAKAN PENGAMAN .

Dasar hukum pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengaman adalah pasal


23A dan 23B UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan yang kemudian diatur didalam Keputusan Presiden
Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri dalam Negeri
Dari Akibat Lonjakan Impor, terhadap impor produk keramik tableware dengan
pos tarif 6911.10.00.00 pos tarif 6911.90.00.00 dan pos tarif 6912.00.00.00
kecuali produk peralatan toilet, dikenakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan
(safeguard) yang berupa tarif spesifik. Ketentuan pelaksanaan terdapat
didalam Peraturan Menteri Keuangan No. 237/PMK.011/2008 yo. Peraturan
Direktur jenderal Bea dan Cukai tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan
Bea Masuk Tindakan Pengaman Terhadap Impor Produk Keramik Tableware
sebagai berikut :
-

Tahun I ( tanggal 4 Januari 2009 s/d 3 Januari 2010 : Rp. 1.200,00 / per
kg.

Tahun II ( tanggal 4 Januari 2010 s/d 3 Januari 2011 : Rp. 1.150,00/ per
kg

Tahun III ( tanggal 4 Januari 2011 s/d 3 Januari 2012 : Rp. 1.100,00/ per
kg.
Bea Masuk Tindakan Pengamanan sebagaimana dimaksud diatas

dikenakan terhadap importasi dari semua negara, kecuali negara negara


sebagaimana berikut ini :
No.

Nama negara

No.

Nama negara

1.

Albania

49.

Madagascar

2.

Angola

50.

Malawi

3.

Antigua and Barbuda

51.

Malaysia

4.

Argentina

52.

Maldives

5.

Bahrain

53.

Mali

6.

Bangladesh

54.

Malta

7.

Barbados

55.

Mauritius

8.

Belize

56.

Mexico

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

86

Teknik Kepabeanan
9.

Benin

57.

Mongolia

10.

Bolivia

58.

Morocco

11.

Botswana

59.

Mozambique

12

Brunei Darussalam

60.

Myanmar

13.

Burkina Faso

61.

Namibia

14.

Burundi

62.

Niger

15.

Cameroon

63.

Nigeria

16

Central African Republic

64.

Nicaragua

17.

Colombia

65.

Oman

18.

Congo

66.

Pakistan

19.

Costa Rica

67.

Panama

20.

Cote dIvoire

68.

Papua New Guinea

21.

Croatia

69.

Paraguay

22.

Cyprus

70.

Peru

23.

Democratic Republic of Congo

71.

Philiphines

24.

Djibouti

72.

Qatar

25.

Dominica

73.

Rwanda

26.

Dominican Republic

74.

Saint Kitts and Nevis

27.

Ecuador

75.

Saint Lucia

28.

Egypt

76.

Saint Vincent and the


Grenadines

29.

El Salvador

77.

Senegal

30.

Fiji

78.

Sierra Leone

31.

Gabon

79.

Solomon Islands

32.

Ghana

80.

South Africa

33.

Genada

81.

Sri Lanka

34.

Guatemala

82.

Suriname

35.

Guyana

83.

Swaziland

36.

Guinea

84.

Taiwan

37.

Guinea-Bissau

85.

Tanzania

38.

Haiti

86.

Thailand

39.

Honduras

87.

The Gambia

40.

Hongkong

88.

Togo

41.

Chile

89.

Trinidad and Tobago

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

87

Teknik Kepabeanan
42.

India

90.

Tunisia

43.

Jamaica

91.

United Arab Emirates

44.

Jordan

92.

Uganda

45.

Kenya

93.

Uruguay

46.

Kuwait

94.

Venezuela

47.

Kyrgyz Republic

95.

Zambia

48.

Lesotho

96.

Zimbabwe

5) CUKAI

Berdasarkan UU No. 39 Tahun 2007 tentang perubahan UU No. 11


Tahun 1995 tentang Cukai, barang kena cukai adalah hasil tembakau, etil
alcohol atau etanol, minuman mengandung etil alcohol dan konsentrat
mengandung etil alcohol. Barang Kena Cukai yang diimpor selaian dikenai
Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor , juga dikenai Cukai.
Berdasarkan pasal 5 ayat (2) Undang-undang Cukai tersebut diatas ,
besarnya tariff untuk barang kena cukai yang diimpor adalah paling tinggi
275% x harga dasar , apabila harga dasar adalah Nilai Pabean ditambah Bea
Masuk, atau paling tinggi 57 % x harga dasar, apabila harga dasar adalah
harga jual eceran.
Tarif cukai tersebut diatas dapat diubah dari prosentase

dari harga

dasar menjadi jumlah dalam rupiah untuk setiap satuan barang kena cukai
atau sebaliknya atau pengabungan dari keduanya (pasal 5 ayat 3).
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 203/PMK.011/2008
tentang Penetapan

Tarif Cukai Hasil Tembakau

yang berlaku

mulai 1

Februari 2009, terhadap impor hasil tembakau dikenai tarif spesifik yang
didasarkan pada jenis hasil tembakau, batasan Harga Jual Eceran dan Tarif
Cukai per batang atau per gram sebagai berikut :
No. Jenis Hasil Tembakau
Urut

Batasan HJE terendah

Tarif Cukai per btg

Per batang atau gram

atau per gram

------------------------------------------------------------------------------------------------1.

SKM

Rp. 661,-

Rp. 290,-

2.

SPM

Rp. 601,-

Rp. 290,-

3.

SKT atau SPT

Rp. 591,-

Rp. 200,-

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

88

Teknik Kepabeanan
4.

SKTF atau SPTF

Rp. 661,-

Rp. 290,-

5.

TIS

Rp. 251,-

Rp. 21,-

6.

KLB

Rp. 251,-

Rp. 25,-

7.

KLM

Rp. 180,-

Rp. 17,-

8.

CRT

Rp. 100.000,-

Rp. 100.000,-

9.

HPTL

Rp. 275,-

Rp. 100,-

Besarnya Tarif Cukai ditetapkan pleh Kepala kantor Pabean berdasarkan


permohonan dari Importir Hasil Tembakau , yaitu :
permohonan Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau untuk merek baru;
atau
permohonan Penetapan Penyesuaian Tarif Cukai Hasil Tembakau untuk
merek lama.
Keputusan Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau dari Kepala Kantor Pabean
akan memuat besarnya tarif cukai per batang atau per gram sekaligus besaran
HJE terendah yang penghiungannya didasarkan pada pemberitahuan HJE dari
Importir.
Sesuai

Peraturan

Menteri Keuangan RI No. 90/PMK.04/2006 tanggal 13

Oktober 2006 , tarif cukai minuman mengandung etil alkohol asal impor ,
didasarkan pada kadar kandungan etil alcohol sebagai berikut:
Golongan

Kadar

Tarif Cukai

AI

s/d 1 %

Rp. 2.500,- / liter

A2

> 1 % s/d 5 %

Rp. 5.000,- / liter

B1

> 5 % s/d 15 %

Rp. 20.000,- / liter

B2

> 15 % s/d 20 %

Rp. 30.000,- / liter

> 20 %

Rp. 50.000,- / liter

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersebut diatas tarif konsentrat


mengandung etil alkohol , ditetapkan secara spesifik sebesar Rp. 50.000,/liter,

sedangkan

berdasarkan

Peraturan

Menteri

Keuangan

No.

89/PMK.04/2006 tanggal 13 Oktober 2006, tarif etil alkohol adalah Rp.


10.000,-/liter.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

89

Teknik Kepabeanan
6) PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Dasar hukum pengenaan adalah UU No. 8 / 1983 yo. UU No. 11 / 1994


yo. UU No. 18 / 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai . Tarif PPN adalah 10
% dikalikan dengan hasil penjumlahan antara nilai pabean (CIF) ditambah
Bea Masuk dan Cukai.
Contoh penghitungan :
PT A di Jakarta mengimpor dari Jepang , 100 sets , Air Conditioner , merek :
X, yang digunakan pada kendaraan bermotor

dengan harga CIF USD

10,000.- Pos tariff BTBMI : 8415.20.00.00 (BM : 15 % , PPN : 10 % dan


PPnBM 20 % ) NDPBM USD 1.- = Rp. 9.000,- .
Nilai CIF :

10.000 x Rp. 9.000,00

= Rp. 90.000.000,00

BM

15 % x Rp. 90.000.000,-

= Rp. 13.500.000,00

PPN

10 % x ( Rp 90.000.000 + Rp. 13.500.000,00)


= Rp.10.350.000,00

7) PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)

Dasar hukum pengenaan adalah UU No. 8 / 1983 yo. UU No. 11 / 1994


yo. UU No. 18 / 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai .
PPnBM

Besarnya Tarif

adalah 10 % , 20 % atau 35 % tergantung penetapan Menteri

Keuangan .

PPnBM yang harus dibayar importer adalah hasil perkalian

prosentase ( % ) tariff PPnBM dengan penjumlahan antara Nilai Pabean (CIF)


dan Bea Masuk serta Cukai yang benar-benar dibayar.
Contoh perhitungan :
PT A di Jakarta mengimpor dari Jepang , 100 sets , Air Conditioner , merek :
X, yang digunakan pada kendaraan bermotor

dengan harga CIF USD

10,000.- Pos tariff BTBMI : 8415.20.00.00 ( BM : 15 % , PPN : 10 % dan


PPnBM 20 % ) NDPBM USD 1.- = Rp. 9.000,- .
Nilai CIF :

10.000 x Rp. 9.000,00

= Rp. 90.000.000,00

BM

15 % x Rp. 90.000.000,-

=Rp. 13.500.000,00

PPnBM :20 % x ( Rp 90.000.000 + Rp. 13.500.000,00) = Rp. 20.700.000,-

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

90

Teknik Kepabeanan
8) PAJAK PENGHASILAN (PPh ) PASAL 22

Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan atas impor barang adalah


UU No. 7 / 1983 yo UU No. 10 / 1994 yo. UU No. 17 / 2000 tentang Pajak
Penghasilan. Besarnya tariff PPh pasal 22 adalah sebagai berikut :
-

untuk Importir yang mempunyai Angka Pengenal Impor (API) adalah 2,5
% x Nilai Impor ;

untuk Importir yang tidak mempunyai API adalah 7,5 % x Nilai Impor.
Yang dimaksud dengan nilai impor adalah hasil penjumlahan antara CIF

dengan pungutan pabean dan cukai.


Contoh perhitungan :
PT A ( API No. 58979/IU/97) di Jakarta mengimpor dari Jepang , 100 sets ,
Air Conditioner , merek : X, yang digunakan pada kendaraan bermotor
dengan harga CIF USD 10,000.- , Pos tariff BTBMI : 8415.20.00.00 ( BM : 15
% , PPN : 10 % dan PPnBM 20 % ) , NDPBM USD 1.- = Rp. 9.000,- .
Nilai CIF:

10.000 x Rp. 9.000,00

BM

15 % x Rp. 90.000.000,-

= Rp. 90.000.000,00
= Rp. 13.500.000,00

PPh : 2,5 % x ( Rp 90.000.000 + Rp. 13.500.000,00) = Rp. 2.587.500,00


9) Sanksi Adminstrasi Berupa Denda .

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun tentang Pengenaan


Sanksi Admintrasi Berupa Denda Di Bidang Kepabeanan , sanksi administrasi
berupa denda dikenakan hanya terhadap pelanggaran yang diatur dalam
Undang-Undang Kepabeanan yang besarnya dinyatakan dalam :
-

nilai rupiah tertentu;

nilai rupiah minimum sampai dengan maksimum;

persentase tertentu dari bea masuk yang seharusnya dibayar;

persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari kekurangan


pembayaran bea masuk atau bea keluar; atau

persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari bea masuk


yang seharusnya dibayar.

Besarnya denda yang dinyatakan dalam nilai rupiah tertentu dilaksanakan


sesuai dengan Undang-Undang Kepabeanan untuk pasal 10A ayat (8), pasal

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

91

Teknik Kepabeanan
11A ayat (6), pasal 45 ayat (3), pasal 52 ayat (1) dan ayat (2), pasal 81 ayat
(3), pasal 82 ayat (3) huruf b, pasal 86 ayat (2), pasal 89 ayat (4), pasal 90
ayat (4), dan Pasal 91 ayat (4) Undang-Undang.
Besarnya denda yang dinyatakan dalam nilai rupiah minimum sampai
dengan maksimum berlaku untuk pasal 7A ayat (7), pasal 7A ayat (8), pasal
8A ayat (2) dan ayat (3), Pasal 8C ayat (3) dan ayat (4), pasal 9A ayat (3), dan
pasal 10A ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Kepabeanan.

Besarnya

sanksi administrasi ditentukan secara berjenjang berdasarkan frekuensi jumlah


pelanggaran selama rentang 6 (enam) bulan terakhir sebagai berikut :
-

1 (satu) kali pelanggaran, dikenai denda sebesar 1 (satu) kali denda


minimum;

2 (dua) kali pelanggaran, dikenai denda sebesar 2 (dua) kali denda


minimum;

3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) kali pelanggaran, dikenai denda sebesar


5 (lima) kali denda minimum;

5 (lima) sampai 6 (enam) kali pelanggaran, dikenai denda sebesar 7 (tujuh)


kali denda minimum;

lebih dari 6 (enam) kali pelanggaran, dikenai denda sebesar 1 (satu) kali
denda maksimum.

Contoh :
Pada tanggal 15 Juli, pengangkut barang impor melakukan pelanggaran
sebagaimana

dimaksud

dalam

Pasal

8A

ayat

(2)

Undang-Undang

Kepabeanan , yaitu jumlah barang impor yang dibongkar kurang dari yang
diberitahukan dalam pemberitahuan pabean, sehingga berdasarkan UndangUndang Kepabeanan dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit
Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Untuk mengenakan sanksi
administrasi berupa denda terhadap pengangkut tersebut di atas terlebih
dahulu harus dilihat jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh pengangkut
tersebut dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir dihitung sejak tanggal
terjadinya pelanggaran terakhir di satu Kantor Pabean tempat dilakukan
pemenuhan kewajiban pabean. Dalam kasus ini, kurun waktu 6 (enam) bulan
terakhir adalah waktu antara 16 Januari sampai dengan 15 Juli. Apabila dalam
kurun waktu tersebut, pengangkut misalnya melakukan 3 (tiga) kali

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

92

Teknik Kepabeanan
pelanggaran, maka dikenai denda 5 (lima) kali dari denda minimum, yaitu
sebesar Rp 125.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta rupiah).
Besarnya denda yang dinyatakan dalam persentase tertentu dari bea masuk
yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud

diperoleh dari hasil

perkalian persentase tertentu dengan bea masuk yang seharusnya dibayar


dan berlaku untuk pasal 10B ayat (6), pasal 10D ayat (5) dan ayat (6), pasal
43 ayat (3), dan Pasal 45 ayat (4) Undang-Undang Kepabeanan.
Contoh :
Dalam pelaksanaan pengenaan sanksi administrasi berupa denda atas
pelanggaran terhadap Pasal 10D ayat (5) dan ayat (6) Undang-Undang
Kepabeanan, yaitu impor sementara yang mendapat keringanan bea masuk,
maka besarnya denda dihitung berdasarkan bea masuk yang seharusnya
dibayar atas barang yang disalahgunakan, Misalnya : Dalam pemberitahuan
pabean atas impor barang, tarif bea masuk sebesar 10% (sepuluh persen) dan
nilai pabean sebesar Rp l0.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Atas barang
tersebut mendapat keringanan bea masuk dalam rangka impor sementara
sehingga harus membayar bea masuk 2% (dua persen) perbulan dari bea
masuk yang seharusnya dibayar, dengan jangka waktu impor sementara 1
(satu) tahun (dua belas bulan). Importir melakukan pelanggaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10D ayat (5) Undang-Undang, yaitu terlambat
mengekspor kembali barang impor sementara dalam jangka waktu yang
diizinkan, sehingga dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100 %
(seratus persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Atas importasi
tersebut importir dikenai pembayaran bea masuk per bulan sebesar 2% x Rp
1.000.000,00 = Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah), sehingga dalam 1 (satu)
tahun importir membayar Rp 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) x 12 = Rp
240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah). Bea masuk yang seharusnya
dibayar apabila importir tidak mendapat keringanan bea masuk adalah Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah), sehingga atas pelanggaran terhadap impor
sementara tersebut dikenai denda sebesar 100% (seratus persen) dari bea
masuk yang seharusnya dibayar yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah).
Besarnya denda yang dinyatakan dalam persentase tertentu minimum sampai
dengan maksimum dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar,

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

93

Teknik Kepabeanan
berlaku untuk d Pasal 16 ayat (4), Pasal 17 ayat (4), Pasal 82 ayat (5) dan
ayat (6), dan Pasal 86A Undang-Undang. Besarnya sanksi adminatrasu
berupa denda ditetapkan secara berjenjang berdasarkan perbandingan antara
kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar dengan bea masuk atau
bea keluar yang telah dibayar dengan ketentuan apabila kekurangan
pembayaran bea masuk atau bea keluar:
-

sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) dari bea masuk atau bea
keluar yang telah dibayar, dikenai denda sebesar 100% (seratus persen)
dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar;

diatas 25% (dua puluh lima persen) sampai dengan 50% (lima puluh
persen) dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda
sebesar 200% (dua ratus persen) dari kekurangan pembayaran bea masuk
atau bea keluar;

diatas 50% (lima puluh persen) sampai dengan 75% (tujuh puluh lima
persen) dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda
sebesar 400% (empat ratus persen) dari kekurangan pembayaran bea
masuk atau bea keluar;

diatas 75% (tujuh puluh lima persen) sampai dengan 100% (seratus
persen) dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda
sebesar 700% (tujuh ratus persen) dari kekurangan pembayaran bea
masuk atau bea keluar; atau

diatas 100% (seratus persen) dari bea masuk atau bea keluar yang telah
dibayar, dikenai denda sebesar 1000% (seribu persen) dari kekurangan
pembayaran bea masuk atau bea keluar.

Contoh :
Dalam pemberitahuan pabean atas impor barang, importir membayar bea
masuk atas barang yang diimpornya sebesar Rp l.000.000,00 (satu juta
rupiah) berdasarkan tarif bea masuk sebesar 10% (sepuluh persen) dan nilai
pabean atas barang impor tersebut sebesar Rp l0.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah). Dari hasil penelitian Pejabat Bea dan Cukai ternyata nilai transaksi
dari barang bersangkutan adalah sebesar Rp 12.500.000,00 (dua belas juta
lima ratus ribu rupiah) sehingga bea masuk yang seharusnya dibayar adalah
sebesar Rp 1.250.000,00 (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) sehingga
importir kurang membayar bea masuk sebesar Rp 250.000,00 (dua ratus lima

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

94

Teknik Kepabeanan
puluh ribu rupiah) atau sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari bea masuk
yang telah dibayar atau Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
dibagi Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). Berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam Pasal 16 ayat (4) Undang-Undang Kepabeanan , atas kesalahan
memberitahukan nilai pabean yang mengakibatkan kekurangan pembayaran
bea masuk importir dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit
100% (seratus persen) dari bea masuk yang kurang dibayar dan paling banyak
1000% (seribu persen) dari bea masuk yang kurang dibayar. Dalam kasus di
atas kekurangan pembayaran bea masuk adalah sebesar 25% (dua puluh lima
persen) dari bea masuk yang telah dibayar sehingga sanksi administrasi
berupa denda yang dikenai terhadap importir adalah l00% (seratus persen)
dari kekurangan pembayaran bea masuk yaitu sebesar Rp 250.000,00 (dua
ratus lima puluh ribu rupiah).
Besarnya denda yang dinyatakan dalam persentase minimum sampai dengan
maksimum dari bea masuk yang seharusnya dibayar berlaku untuk Pasal 25
ayat (4) dan Pasal 26 ayat (4) Undang-Undang Kepabeanan daan ditetapkan
secara berjenjang berdasarkan perbandingan antara bea masuk atas fasilitas
yang disalahgunakan dengan total bea masuk yang mendapat fasilitas dengan
ketentuan apabila kekurangan pembayaran bea masuk :
-

sampai dengan 20% (dua puluh persen), dikenai denda sebesar 100%
(seratus persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar;

diatas 20% (dua puluh persen) sampai dengan 40% (empat puluh persen),
dikenai denda sebesar 200% (dua ratus persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar;

diatas 40% (empat puluh persen) sampai dengan 60% (enam puluh
persen), dikenai denda sebesar 300% (tiga ratus persen) dari bea masuk
yang seharusnya dibayar;

diatas 60% (enam puluh persen) sampai dengan 80% (delapan puluh
persen), dikenai denda sebesar 400% (empat ratus persen) dari bea
masuk yang seharusnya dibayar; atau

diatas 80% (delapan puluh persen) sampai dengan 100% (seratus persen),
dikenai denda sebesar 500% (lima ratus persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

95

Teknik Kepabeanan
Contoh :
Dalam pemberitahuan pabean atas impor barang, importir mengimpor 15 (lima
belas) unit barang Z dengan harga CIF USD 20,00 per unit. Terhadap barang
Z tersebut dikenai bea masuk sebesar 15% (lima belas persen). Importir
mengajukan

permohonan

keringanan

bea

masuk

dan

mendapatkan

keringanan bea masuk sehingga tarif akhir menjadi 5% (lima persen). Dari
hasil penelitian Pejabat Bea dan Cukai ternyata importir memperjualbelikan 5
(lima) unit barang Z tersebut. Pada saat importasi, nilai dasar perhitungan
bea masuk (NDPBM) USD 1,00 = Rp 10.000,00. Adapun perhitungan sanksi
administrasi berupa denda adalah sebagai berikut :
Impor 15 unit @ CIF USD 20,00 = CIF USD 300,00 NDPBM USD 1,00 = Rp
10.000,00
Nilai pabean = 15 x USD 20,00 x Rp 10.000,00 = Rp 3.000.000,00
BM tanpa fasilitas = 15% x Rp 3.000.000,00 = Rp 450.000,00
BM mendapat fasilitas keringanan menjadi 5% =
5% x Rp 3.000.000,00 = Rp 150.000,00
Total BM yg mendapat fasilitas keringanan BM =
Rp 450.000,00 Rp 150.000,00 = Rp 300.000,00

Terjadi penyalahgunaan 5 unit @ CIF USD 20,00 =


CIF USD 100 = Rp 1.000.000,00
BM tanpa fasilitas = 15% x Rp 1.000.000,00 = Rp 150.000,00
BM mendapat fasilitas keringanan menjadi 5% =
5% x Rp 1.000.000,00 = Rp 50.000,00
Total BM yg mendapat fasilitas keringanan BM =
Rp 150.000,00 Rp 50.000,00 = Rp 100.000,00

Perhitungan Interval Denda (PID) :


BM fasilitas yg disalahgunakan x 100% = 100.000 x 100 % = 33,33%
Total BM yg mendapat fasilitas

300.000

Perhitungan denda :
PID berada pada kisaran di atas 20% s.d. 40% sehingga dikenai denda
sebesar 200% dari BMSDB.
Denda = 200% x BMSDB = 200% x Rp 100.000,00 = Rp 200.000,00

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

96

Teknik Kepabeanan
Jadi importir dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
Rp 200.000,00. (dua ratus ribu rupiah)
1.2. Latihan 1

Kerjakan soal latihan berikut ini didalam kertas jawaban !

1. Sarana Pengangkut datang dari Singapore mengangkut 3.000 container


yang akan dibongkar di Tanjung Priok dan sebagian dibongkar di
Surabaya. Jelaskan kewajiban Sarana Pengangkut menjelang dan pada
saat kedatangannya di Kantor Pabean di Tanjung Priok dan di Tanjung
Perak.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan RKSP dan JKSP, apa perbedaaan
antara RKSP dan JKSP? Jelaskan jangka waktu pengajuannya kepada
Kantor Pabean yang disinggahi.
3. Jelaskan pengertian impor untuk dipakai dan apa persyaratan untuk
dapat mengeluarakan barang impor untuk dipakai.
4. Sebutkan jenis-jenis dokumen pemberitahuan impor untuk dipakai dan
kegunaannya dari masing-masing dokumen tersebut.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penetapan jalur MITA, jalur hijau,
jalur kuning dan jalur merah.
6. Jelaskan proses bisnis penyelesaian pemberitahuan impor barang, sejak
dokumen disampaikan sampai diterbitkan surat persetujuan pengeluaran
barang.
7. Seorang mahasiswa selesai tugas belajar ke USA selama 3 tahun, dan
pada saat kembali ke Indonesia membawa barang-barang pindahannya.
Fasilitas apa yang dapat diberikan atas barang tersebut. Jelaskan
tatacara penyelesaian barang pindahan tersebut.
8. Jika seorang penumpang dari luar negeri pada kedatangannya membawa
5 set kemeja seharga USD 100,- . Berapa jumlah pungutan yang harus
dibayar oleh penumpang tersebut.

Jelaskan ketentuan impor barang

penumpang.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

97

Teknik Kepabeanan
9. Barang impor belum diajukan dokumen PIB pihak importir mendapat fax
dari pemasok agar barang di kembalikan karena salah spesifikasi barang.
Jelaskan tatalaksana re-ekspor barang dimaksud.
10. Apa yang dimaksud dengan pelayanan segera (rush handling). Jelaskan
jenis-jenis barang impor yang dapat diberikan kemudahan Pelayanan
Segera.
11. Apa yang dimaksud dengan vooruitslag. Jelaskan alasan-alasan yang
dapat diberikan atas kemudahan pengeluaran barang impor terlebih
dahulu dengan penangguhan pembayaran Bea Masuk (voouitslag).
12. Apa yang dimaksud dengan prenotification. Dalam hal apa prenotification
diperlukan.

Jelaskan

kewajibankewajiban

bagi

Importir

yang

mendapatkan kemudahan Pemberitahuan Pendahuluan (Pre-notification).


13. Jelaskan unsur-unsur perhitungan bea masuk, dan jelaskan perbedaan
cara penghitungan Bea Masuk berdasarkan tarif spesifik dan tarif
advalorum.
14. Apa yang dimaksud dengan Bea Masuk Imbalan dan Bea Masuk Anti
Dumping. Jelaskan alasan pengenaan Bea Masuk Imbalan dan Bea
Masuk Anti Dumping.
1.3. Rangkuman

1. RKSP wajib disampaikan kepada Pejabat di setiap Kantor Pabean yang


akan disinggahi

paling lambat 24 jam sebelum kedatangan Sarana

Pengangkut dan JKSP wajib disampaikan paling lambat 24 jam sebelum


kedatangan yang pertama dalam jadwal tertentu.
2. Inward Manifest yang telah diserahkan Pengangkut dan telah diberikan
nomor pendaftaran di Kantor Pabean merupakan Pemberitahuan Pabean
BC 1.1 dan berlaku sebagai persetujuan pembongkaran.
3. Pembongkaran barang impor dilaksanakan di Kawasan Pabean atau
tempat lain setelah mendapat ijin dari Kepala Kantor Pabean yang
mengawasi tempat tersebut.
4. Terhadap barang impor yang akan dikeluarkan dari Kawasan Pabean
dengan tujuan diimpor untuk dipakai, Importir / PPJK menyiapkan PIB

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

98

Teknik Kepabeanan
berdasarkan dokumen pelengkap pabean dan menghitung sendiri Bea
Masuk, Cukai, dan PDRI yang harus dibayar.
5. Pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI dapat dilakukan di Bank
Devisa Persepsi atau Kantor Pabean, dengan cara pembayaran

biasa

atau pembayaran berkala.


6. Terdapat 5 (lima) jalur pengeluaran barang impor, yaitu Jalur Merah, Jalur
Kuning, Jalur Hijau dan Jalur Mitra Utama Prioritas dan non prioritas.
7. Terhadap barang impor yang dikategorikan sebagai barang impor khusus
pada penyelesaiannya menggunakan dokumen PIBK.

Pemberitahuan

PIBK dapat diajukan ke Kantor Pabean secara manual.

Penggunaan

PIBK antara lain pada impor barang pindahan dan barang kiriman melalui
perusahaan jasa titipan.
8. Untuk kepentingan pembangunan dan peningkatan industri, atas impor
yang akan digunakan sementara waktu di Indonesia dan kemudian akan
diekspor kembali diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea
masuk.
9. Dalam kondisi dan persyaratan tertentu atas barang impor yang diekspor
kembali ke luar negeri tidak dipungut bea masuk dan PDRI.
10. Jalur MITA adalah fasilitas yang diberikan kepada importir yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk mendapatkan pelayanan
khusus, sehingga penyelesaian importasinya dapat dilakukan dengan
lebih sederhana dan cepat.
11. Salah satu kemudahan yang diberikan pada Importir Jalur MITA adalah
tidak dilakukan penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang
sebagaimana dilakukan terhadap Jalur Merah dan Jalur Hijau.
12. Pemberitahuan

Pendahuluan

(Pre-Notification)

adalah

kemudahan

pengajukan PIB sebelum dilakukan pembongkaran barang impor bagi


Importir Jalur Prioritas

atau paling cepat 3 (tiga) hari kerja sebelum

dilakukan pembongkaran barang impor , bagi importir lainnya .


13. Kemudahan Pelayanan Segera hanya diberikan kepada barang tertentu
yang mempunyai sifat-sifat khusus dan akan segera dipakai. Importir
cukup menyerahkan Dokumen Pelengkap Pabean ditambah dengan
jaminan sebagai persyarataan pengeluaran barang dari Kawasan
Pabean.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

99

Teknik Kepabeanan
14. Cara pemungutan Bea Masuk didasarkan pada tarif spesifik dan tarif
advalorum. Berdasarkan tarif spesifik Bea Masuk didasarkan pada tariff
per satuan atau takaran tertentu.

Sedangkan berdasarkan tarif

advalorum Bea Masuk didasarkan pada prosentase tertentu dari harga


barang.
15. Pungutan yang dipungut berdasarkan tariff advalorum
Masuk didasarkan pada besarnya tarif

besarnya Bea

BTBMI dikalikan dengan Nilai

Pabean . Sedangkan Nilai Pabean adalah penjumlahan dari harga FOB


ditambah Freight dan Asuransi .
16. Alasan pengenaan Bea Masuk Imbalan adalah adanya subsidi di negara
pengekspor, sedangkan alasan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping
adalah apabila harga ekspor barang lebih rendah dari nilai normal.
17. Bea Masuk Tindakan Pengaman dikenakan terhadap barang impor
dengan alasan perlindungan industri didalam negeri sebagai akibat
lonjakan impor. Saat ini Bea Masuk Tindakan Pengaman hanya
dikenakan terhadap impor produk keramik tableware dengan pos tarif
6911.10.00.00 pos tarif 6911.90.00.00 dan pos tarif 6912.00.00.00 kecuali
produk peralatan toilet,
18. Cukai juga dikenakan terhadap importasi

Barang Kena Cukai (BKC)

berupa hasil tembakau, etil alkohol dan minuman mengandung etil


alkohol.
19. PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 Impor dihitung berdasarkan prosentase
tarif tertentu dikalikan dengan Nilai Impor . Yang dimaksud dengan Nilai
Impor adalah nilai CIF ditambah pungutan Pabean berupa Bea Masuk,
Bea Masuk Anti Dumping, Bea Masuk Imbalan, Bea Masuk Tindakan
Pengaman dan Cukai.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

100

Teknik Kepabeanan
1.4. Test formatif 1

Pilih dan berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada
jawaban yang paling tepat!

1.

Kewajiban menghitung bea masuk dan pajak dalam rangka impor


dalam dokumen pemberitahuan impor barang dilakukan oleh:

2.

a.

Importir.

b.

Pengangkut

c.

Pengirim barang.

d.

Pejabat Bea dan Cukai

Selain di Kantor Pabean, pemenuhan kewajiban pabean dapat


dilakukan di:
a.

Pos Pengawasan Pabean.

b.

Gudang importir.

c.

Tempat lain dengan persyaratan tertentu dan izin Kepala Kantor


Pabean

d.
3.

Semua jawaban tersebut benar.

Pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor di Kantor


Pabean dapat dilakukan dalam hal:

4.

a.

Bank Devisa/Persepsi sudah tutup.

b.

Kantor Pos Persepsi sudah tutup.

c.

Impor barang penumpang, asp, pelintas batas.

d.

Impor barang pemerintah.

Barang impor dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean setelah


dipenuhinya kewajiban pabean untuk:

5.

a.

Diimpor untuk dipakai

b.

Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat.

c.

Diekspor kembali ke luar daerah pabean.

d.

Semua jawaban tersebut benar.

Respon Bank Devisa dalam sistem PDE mengenai pembayaran bea masuk dan
PDRI adalah:
a.

Customs respond.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

101

Teknik Kepabeanan

6.

b.

Bank Respond.

c.

Credit Advice.

d.

SSPCP.

Barang impor yang telah mendapatkan SPPB dan sudah keluar dari
Kawasan Pabean dapat ditegah oleh Bea dan Cukai dalam hal:

7.

a.

Kecurigaan Bea dan Cukai.

b.

Invoice barang palsu.

c.

Ada NHI.

d.

Permintaan Irjen.

Barang pribadi penumpang yang datang dari luar negeri diberikan


pembebasan bea masuk atas jumlah barang yang nilainya tidak
melebihi:

8.

a.

FOB US $ 50,- per orang.

b.

FOB US $ 100,- per orang.

c.

FOB US $ 200,- per orang.

d.

FOB US $ 250,- per orang.

Pungutan impor yang dapat diberikan pengembalian/restitusi oleh


DJBC adalah:

9.

10.

a.

Bea Masuk, PPN, PPn.BM dan PPh psl.22

b.

Bea Masuk, PPN, PPn.BM.

c.

Bea Masuk, PPN dan PPh psl.22

d.

Bea Masuk.

Yang dimaksud dengan dokumen pelengkap pabean adalah:


a.

PIB, invoice, packing list.

b.

PIB, B/L, manifest.

c.

PIB, PEB, BC 1.2

d.

Invoice, packing list, B/L, manifest.

Contoh pemberitahuan pabean adalah:


a.

Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai ( PIB ).

b.

Pemberitahuan kedatangan sarana pengangkut.

c.

Pemberitahuan pemindahan barang dari Kawasan Pabean ke


Tempat Penimbunan Berikat.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

102

Teknik Kepabeanan
d.
11.

12.

13.

14.

Semua jawaban tersebut benar.

Importir bertanggungjawab terhadap bea masuk yang terutang sejak:


a.

Sarana Pengangkut memasuki daerah pabean.

b.

Pembongkaran barang impor di pelabuhan.

c.

Pengajuan dokumen pemberitahuan pabean atas impor.

d.

Pengeluaran barang dari pelabuhan.

Pemberitahuan impor barang untuk dipakai menggunakan dokumen:


a.

BC 1.2

b.

BC 2.0

c.

BC 2.3

d.

BC 3.0

Pemberitahuan ekspor barang tertentu menggunakan dokumen:


a.

BC 2.0

b.

BC 2.1

c.

BC 3.0

d.

BC 3.1

Pemberitahuan pemasukan barang asal daerah pabean ke Kawasan


Berikat menggunakan dokumen:

15.

a.

BC 2.3

b.

BC 2.5

c.

BC 2.4

d.

BC 4.0

Pemberitahuan pembawaan mata uang tunai keluar daerah pabean


menggunakan dokumen:

16.

a.

BC 1.3

b.

BC 3.0

c.

BC 2.3

d.

BC 3.2

Barang yang berada di TPS di Kawasan Pabean kedapatan


jumlahnya berkurang. Tanggung jawab bea masuk atas kekurangan
tersebut dilimpahkan pada:
a.

Importir

b.

PPJK

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

103

Teknik Kepabeanan

17.

c.

Pengusaha TPS

d.

Petugas jaga pintu

Barang impor yang diangkut lanjut atau diangkut terus oleh


pengangkut (Agen Pelayaran) diberitahukan kepada Bea dan Cukai
dengan dokumen:

18.

a.

BC 1.0

b.

BC 1.1

c.

BC 1.2

d.

BC 1.3

Dalam satu party barang terdiri dari berbagai barang elektronik.


Dalam pemberitahuan berupa manifest uraian barang dicantumkan
sebagai:

19.

a.

General cargo

b.

Electronic goods

c.

Sundry goods

d.

Uraian masing-masing jenis barang.

Pembayaran bea masuk dan PDRI pada Kantor Pabean diberikan


tanda terima berupa:

20.

a.

SSPCP (Surat Setoran Pabean Cukai dan Pajak)

b.

SSBC (Surat Setoran Bea dan Cukai)

c.

BPPCP (Bukti Pembayaran Pabean Cukai dan Pajak)

d.

STBS (Surat Tanda Bukti Setor)

Importir Jalur Prioritas yang mendapat fasilitas pembayaran berkala


mengajukan dokumen impor pada tanggal 20 April 2009. Pelunasan
bea masuk dan PDRI dilakukan pada tanggal :

21.

a.

20 April 2009

b.

30 April 2009

c.

20 Mei 2009

d.

31 Mei 2009

Terhadap penyelesaian pemberitahuan impor barang dengan


mendapat jalur MITA:
a.

Dilakukan pemeriksaan dokumen setelah barang dikeluarkan


(SPPB).

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

104

Teknik Kepabeanan
b.

Dilakukan pemeriksaan dokumen sebelum barang dikeluarkan


(SPPB).

22.

c.

Tidak dilakukan pemeriksaan pabean.

d.

Dilakukan pemeriksaan pabean 5 hari setelah tgl SPPB.

Terhadap penyelesaian pemberitahuan impor barang dengan


mendapat jalur kuning, SPPB diterbitkan:

23.

a.

Sebelum PIB dan dokumen pelengkap pabean diajukan.

b.

Setelah PIB dan dokumen pelengkap pabean diajukan.

c.

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik.

d.

Setelah mendapat persetujuan Client Coordinator.

Pada Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Palembang


dapat diterapkan pelayanan penyelesaian impor dengan sistem
penjaluran:
a.

Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Prioritas.

b.

Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Kuning, Jalur Prioritas.

c.

Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Kuning, Jalur Prioritas, Jalur MITA.

d.

Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Biru, Jalur Kuning, Jalur Prioritas,
Jalur MITA.

24.

Industri makanan yang mengimpor gula (barang yang ditetapkan oleh


pemerintah) akan terkena jalur merah. Jika importir ditetapkan
kedalam golongan MITA non Prioritas maka aplikasi akan
menetapkan :

25.

a.

Jalur hijau

b.

Jalur kuning

c.

Jalur merah

d.

Jalur prioritas

Barang yang berada di TPS di Kawasan Pabean kedapatan


jumlahnya berkurang. Tanggung jawab bea masuk atas kekurangan
tersebut dilimpahkan pada:
a.

Importir

b.

PPJK

c.

Pengusaha TPS

d.

Petugas jaga pintu

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

105

Teknik Kepabeanan
1.5. Umpan balik dan tindak lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul
ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.

TP =

Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%

Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 %

s.d

100 %

Amat Baik

81 %

s.d.

90,00 %

Baik

71 %

s.d.

80,99 %

Cukup

61 %

s.d.

70,99 %

Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 75 % ke atas (kategori Cukup), maka


disarankan mengulangi materi. Silakan nilai kemampuan Anda sendiri secara
jujur.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

106

Teknik Kepabeanan
2. Kegiatan Belajar (KB) 2

TATA LAKSANA KEPABEANAN


DIBIDANG EKSPOR
Indikator Keberhasilan :
Peserta dapat menjelaskan konsep dasar komunikasi
1) Menjelaskan tata laksana penyelesaian kewajiban pabean dalam
penyampaian dokumen ekspor.
2) Menjelaskan prosedur ekspor.
3) Menjelaskan pelaksanaan pemungutan bea keluar.
4) Menjawab pertanyaan tentang tatalaksana kepabeanan dibidang
ekspor

2.1. Uraian Materi dan Contoh

A. PROSEDUR EKSPOR
Dalam materi ini dibahas mengenai tatalaksana penyelesaian kewajiban
pabean dibidang ekspor, meliputi dokumen pemberitahuan ekspor, pemeriksaan
ekspor dan pungutan ekspor.

1) Pengertian ekspor

Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean

54

(pasal 1 butir 14 UU Kepabeanan55). Barang ekspor adalah barang yang


dikeluarkan dari dari daerah pabean. Sedangkan eksportir adalah orang
perseorangan atau badan hukum yang mengeluarkan barang dari daerah
pabean.
54

Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara diatasnya , serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
kontinen yang didalmnya berlaku undang-undang ini.
55
UU No. 10 tahun 1995 tentanag Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17
tahun 2006.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

107

Teknik Kepabeanan
Secara harfiah barang dikatakan telah diekspor jika barang tersebut
telah diangkut keluar melalui batas daerah pabean untuk dibawa ke luar
daerah pabean. Jadi secara nyata , ekspor terjadi pada saat barang ekspor
melintasi daerah pabean, namun mengingat dari segi pelayanan dan
pengamanan tidak mungkin menempatkan pejabat bea dan cukai di
sepanjang garis perbatsan untuk memberikan pelayanan dan melakukan
pengawasan barang ekspor. Maka timbulah anggapan didalam hukum (fiksi)
dimana dinyatakan bahwa barang yang telah dimuat di sarana pengangkut
untuk dikeluarkan dari daerah pabean dianggap telah diekspor dan
diperlakukan sebagai barang ekspor (pasal 2 ayat 2 UU Kepabeanan).
Barang dimaksud bukan merupakan barang ekspor dalam hal dapat
dibuktikan bahwa barang tersebut ditujukan untuk dibongkar di suatu tempat
dalam daerah pabean (pasal 2 ayat 3 UU Kepabeanan).
Yang dimaksud dengan sarana pengangkut disini adalah setiap
kendaraan, peawat udara, kapal laut, atau sarana lain yang digunakan untuk
mengangkut barang ekspor. Sedangkan yang dimaksud dimuat yaitu
dimasukkannya barang ke dalam sarana pengangkut dan telah diajukan
pemberitahuan pabean termasuk dipenuhinya bea keluar.
Jadi walaupun barang tersebut telah dimuat di sarana pengangkut
yang akan berangkat ke luar daerah pabean, jika dapat dibuktikan barang
tersebut akan dibongkar

di dalam daerah pabean dengan menyerahkan

suatu pemberitahuan pabean, barang tersebut tidak dianggap sebagai


barang ekspor.
2) Pemberitahuan Pabean Ekspor56

i.

Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).


Eksportir wajib memberitahukan barang yang akan diekspor ke kantor
pabean pemuatan dengan menggunakan Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB).
eksportir

Pengurusan PEB di kantor pabean dapat dilakukan sendiri oleh


atau

dikuasakan

kepada

Pengusaha

Pengurusan

jasa

56

Pemberitahuan Pabean Ekspor adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka
melaksanakan Kewajiban Pabean Ekspor dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Kepabeanan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

108

Teknik Kepabeanan
Kepabeanan (PPJK),

yaitu badan usaha yang melakukan kegiatan

pengurusan pemenuhan kewajiban pabean untuk dan atas kuasa importir


atau eksportir.
PEB ditetapkan dengan kode BC 3.0 dan dapat disampaikan dalam
bentuk tulisan di atas formulir atau dalam bentuk data elektronik57 . PEB
dibuat dengan ketentuan :
- Menggunakan kertas berukuran A4 (210 x 297 mm);
- Terdiri atas satu lembar pemberitahuan dan dapat disertai lembar
lanjutan serta lembar lampiran, yang terdiri atas:
i). lembar lanjutan, merupakan lembar yang digunakan dalam hal
pemberitahuan ekspor barang berisi lebih dari satu pos tarif dan/atau
lebih dari satu uraian jenis barang;
ii). lembar lanjutan peti kemas, merupakan lembar lampiran data peti
kemas yang hanya dipergunakan dalam hal jumlah peti kemas yang
diberitahukan lebih dari satu;
iii). lembar lanjutan dokumen pelengkap pabean;
iv). lembar lampiran untuk barang ekspor yang mendapat kemudahan
impor tujuan ekspor yang digabung dengan barang lain;
- Dalam 3 (tiga) rangkap dengan peruntukan:
i).

Kantor Pabean;

ii). Badan Pusat Statistik (BPS);


iii). Bank Indonesia (BI);
Pemberitahuan Ekspor Barang

harus diisi secara lengkap dengan

menggunakan Bahasa Indonesia, huruf latin, dan angka arab. Pengisian


Pemberitahuan Ekspor Barang dapat menggunakan Bahasa Inggris dalam
hal :
- penyebutan nama tempat atau alamat;
- penyebutan nama orang atau badan hukum;
- penyebutan uraian jenis barang ekspor yang tidak ada padanan katanya
dalam Bahasa Indonesia;
57

Data Elektronik adalah informasi atau rangkaian informasi yang disusun dan/atau dihimpun
untuk kegunaan khusus yang diterima, direkam, dikirim, disimpan, diproses, diambil kembali, atau
diproduksi secara elektronik dengan menggunakan komputer atau perangkat pengolah data
elektronik, optikal atau cara lain yang sejenis.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

109

Teknik Kepabeanan
- penyebutan uraian jenis barang ekspor yang ada padanan katanya
dalam Bahasa Indonesia, tetapi perlu menyebutkan istilah teknis dalam
Bahasa Inggris terkait dengan istilah yang dikenal secara internasional.
Bentuk, isi, dan petunjuk pengisian Pemberitahuan Ekspor Barang
sebagaimana terlampir didalam modul ini .
PEB tidak wajib atas ekspor :
Barang pribadi penumpang ;
Barang awak sarana pengangkut;
Barang pelintas batas;
Barang kiriman melalui PT Pos Indonesia dengan berat tidak melebihi
100 (seratus) kilogram.
Dalam hal ekspor barang melalaui PJT58, PJT dapat membertitahukan
dalam satu PEB untuk beberapa pengirim barang dengan ketentuan :
Harus berstatus sebagai PPJK;
Bertindak sebagai eksportir;
Wajib menyerahkan ke kantor pabean pemuatan lembar lanjutan PEB
yang telah dilengkapi dengan nomor pos tariff paling lama 7 (tujuh) hari
setelah PEB mendapat nomor dan tanggal pendaftaran.
PJT yang tidak menyerahkan lembar lanjutan PEB , maka atas PEB
berikutnya

tidak

dilayanai

sampai

dengan

PJT

menyelesaikan

kewajibannya.
Dalam hal pemberitahuan ekspor barang atas barang yang mendapat
fasilitas KITE atau berasal dari TPB yang diberitahukan oleh PJT dan
dikuasakan kepada PJT, maka ekspor tersebut tidak diperlakukan sebagai
barang ekspor yang mendapat KITE atau berasal dari TPB.
Atas ekspor barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya,
Eksportir wajib mencantumkan nomor dan tanggal dokumen pelindung
pengangkutan dari pabrik atau tempat penyimpanan ke pelabuhan
pemuatan (CK-8) pada PEB.
Eksportir menyampaikan PEB ke kantor pabean pemuatan paling
cepat 7 (tujuh) hari sebelum tanggal perkiraan ekspor dan paling lambat
58

Perusahaan Jasa Titipan yang selanjutnya disingkat PJT adalah perusahaan yang memperoleh
izin usaha jasa titipan dari instnasi yang berwenang serta memperoleh persetujuan untuk
melaksanakan kegiatan kepabeanan dari Kepala Kantor Pabean.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

110

Teknik Kepabeanan
sebelum dimasukkan ke Kawasan pabean. PEB atas barang curah yang
dimuat ke sarana pengangkut, dapat disampaikan oleh eksportir ke kantor
pabean pemuatan sebelum keberangkatan sarana pengangkut. PEB atas
ekspor tenaga listrik, barang cair atau gas melalui transmisi atau saluran
pipa disampaikan oleh eksportir ke kantor pabean pemuatan secara
periodik, paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pemeriksaan jumlah
pengiriman barang ekspor pada alat ukur yang ditetapkan di daerah
pabean.
PEB disampaikan dalam bentuk data elektronik atau dalam bentuk
tulisan diatas formulir. Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system
pelayanan kepabeanannya menggunakan system PDE59 kepabeanan,
eksportir

menyampaikan

PEB

dengan

menggunakan

sistem

PDE

kepabeanan.
Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system pelayanan
kepabeannya tidak menggunakan system PDE kepabeanan, eksportir
menyampaikan PEB dengan menggunakan Media Penyimpanan Data
Elektronik60 atau tulisan diatas formulir.
PEB atas barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE61, disampaikan
oleh eksportir ke kantor pabean pemuatan dengan menggunakan system
PDE kepabeanan atau media penyimpan data elektronik.
PEB atas Barang Ekspor Khusus meliputi :
-

Barang kiriman;

Barang pindahan;

Barang perwkilan Negara asing atau badan internasional;

Barang untuk keperluan ibadah untuk umum, social , pendidikan,


kebuadayaan atau olah raga.

Barang cendera mata ;

Barang contoh : dan

59

Pertukaran Data Elektronik yang selanjutnya disingkat dengan PDE adalah pertukaran data
elektronik melalaui komunikasi antar aplikasi danantar organisasi yang terintregasi dengan
menggunakan perangkat system komunikasi data.
60
Media Penyimpan data Elektronik adalah media yang dapat menyimpan data elektronik seperti
disket, compact disc, flash disk, dan sejenisnya.
61
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor yang selanjutnya disingkat KITE adalah pemberian
pembebasan dan/atau pengembalian bea masukdan/atau cukai serta Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut atas impor barang dan/atau bahan untuk
diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

111

Teknik Kepabeanan
-

Barang keperluan penelitian.


PEB untuk Barang Ekspor Khusus sebagaimana butir b dampai

dengan g diatas dapat disampaikan oleh eksportir dengan menggunakan


tulisan diatas formulir.
Dalam hal penyampaian PEB melalui sistem PDE kepabeanan, hasil
cetak PEB yang telah mendapat nomor pendaftaran, NPE, PPB dan LPE
diberlakukan sebagai dokumen yang sah.
Dalam hal komputer di Kantor Pabean yang menggunakan system
PDE Kepabeanan atau Media Penyimpan Data Elektronik

tidak dapat

dioperasikan dalam waktu paling lama 4 (empat) jam, penyampaian PEB


dilakukan dengan menggunakan tulisan diatas formulir dan dilakukan
perekaman data PEB yang dilakukan oleh pejabat bea dan cukai yang
melayani data ekspor setelah PEB diberi momor pendaftaran.

ii.

Pemberitahuan Pembawaan Uang Tunai62 Ke Luar Daerah Pabean.


Formulir Pemberitahuan Pembawaan Uang Tunai Ke Luar Daerah
Pabean ditetapkan dengan kode BC 3.2 disampaikan dalam bentuk tulisan
di atas formulir.
Formulir pemberitahuan dimaksud dibuat dengan ketentuan :
-

menggunakan kertas berukuran A4 (210 x 297 mm); dan

terdiri dari satu lembar pemberitahuan dan dibuat dalam satu rangkap
untuk Kantor Pabean.
Pemberitahuan Pembawaan Uang Tunai huruf b harus diisi secara

lengkap dengan menggunakan Bahasa Indonesia, huruf latin, dan angka


arab. Pengisian dapat menggunakan Bahasa Inggris.
Bentuk, dan isi Pemberitahuan Pembawaan Uang Tunai terlampir
didalam modul ini.

62

Uang Tunai adalah uang kertas maupun uang logam, baik berupa uang rupiah maupun mata
uang asing yang dikeluarkan oleh suatu otoritas tertentu yang berlaku sebagai alat pembayaran
yang sah.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

112

Teknik Kepabeanan
3) Pembayaran Pungutan Negara Bukan Pajak dan Bea Keluar.

Eksportir wajib melakukan pembayaran PNBP atas pelayanan PEB


melalaui bank devisa pesepsi , pos persepsi atau kantor paben pemuatan
paling lambat pada saat penyampaian PEB. Dalam hal pembayaran PNBP
secara berkala, pembayaran dapat dilakukan setelah penyampaian PEB.
Tarif dan tatacara pengenaan dan pembayaran PNBP akan disampaikan di
bagian lain dari modul ini.
Terhadap barang ekspor yang dikenai Bea Keluar63 , eksportir wajib
melakukan pembayaran bea keluar paling lambat pada saat penyampaian
PEB. Dalam hal barang ekspor yang dikenai bea keluar merupakan Barang
Ekspor

dengan karakteristik

tertentu64

eksportir

dapat

melakukan

pembayaran bea keluar paling lam 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
keberangkatan sarana pengangkut. Tatacara pengenaan dan pembayaran
bea keluar akan disampaikan di bagian lain dari modul ini.
4) Pemeriksaan Pabean.

i.

Penelitian dokumen .
Terhadap barang ekspor yang diberitahukan dalam PEB dilakukan
penelitian dokumen setelah PEB disampaikan, sebagai berikut :

Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system pelayanan


kepabeanannya menggunakan sistem PDE kepabeanan, dilakukan :
-

Penelitian oleh Sistem Komputer Pelayanan65 , meliputi :


Ada atau tidaknya pemblokiran Eksportir/PPJK;
Kelengkapan pengisian data PEB;
Pembayaran PNBP; dan/atau
Pembayaran Bea Keluar, dalam hal barang ekspor dikenai bea
keluar.

63

Bea Keluar adalah pungutan Negara berdasarkan Undang-undang Kepabeanan yang dikenakan
terhadap b arang ekspor.
64
Barang ekspor dengan karakterisitik tertentu adalah barang ekspor yang jumlah dan/atau
spesifikasinya baru dapat diketahui setelah sampai di Negara tujuan ekspor.
65
Sistem Komputer Pelayanan adalah system computer yang digunakan oleh Kantor Pabean
dalam rangka pengawasan dan pelayanan kepabeanan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

113

Teknik Kepabeanan
-

Penelitian dokumen oleh pejabat bea dan cukai yang menangani


penelitian barang larangan dan pembatasan meliputi kelengkapan
dokumen yang dipersyaratkan oleh instansi terkait.

Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system pelayanan


kepabeanannya melayani PEB dalam bentuk Media Penyimpan Data
Elektronik, dilakukan :
-

Penelitian oleh pejabat penerima dokumen meliputi :


Ada atau tidaknya pemblokiran Eksportir/PPJK;
Kelengkapan dokumen pelengkap pabean berupa invoice dan
packinglist;
Kesesuaian antara pengisian PIB dengan :
Dokumen pelengkap pabean berupa invoice dan packinglist;
Bukti pembayaran PNBP; dan
Bukti pembayaran Bea Keluar, dalam hal barang ekspor
dikenai Bea Keluar.

Penelitian oleh Sistem Komputer Pelayanan terhadap kelengkapan


pengisian data PEB;

Penelitian oleh pejabat bea dan cukai yang menangani penelitian


barang larangan dan pembatasan terhadap kelengkapan dokumen
yang dipersyaratkan oleh instansi terkait.

Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system pelayanan


kepabeannya melayani PEB dalam bentuk tulisan diatas formulir,
penelitian dokumen dilakukan oleh :
Pejabat penerima dokumen meliputi :
-

Ada atau tidaknya pemblokiran Eksportir/PPJK;

Kelengkapan dokumen pelengkap pabean berupa invoice dan


packinglist; dan/atau

Keseuaian antara pengisiandata PEB dengan :


Dokumen pelengkap pabean berupa invoice dan packinglist;
Pembayaran PNBP; dan
Pembayaran Bea Keluar, dalam hal barang ekspor dikenai Bea
Keluar.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

114

Teknik Kepabeanan
Pejabat bea dan cukai yang menangani penelitian barang larangan
dan

pembatasan

terhadap

kelengkapan

dokumen

yang

dipersyaratkan oleh instansi terkait.

Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system pelayanan


kepabeanannya menggunakan system PDE kepabeanan, dalam hal
hasil penelitian atas pengisian data PEB menunjukkan :
-

Tidak lengkap dan/atau tidak sesuai, diterbitkan respons NPP66 ;

Lengkap dan sesuai tetapi termasuk barang yang dilarang atau


dibatasi ekspornya, diterbitkan respons NPPD67.

Dokumen

pelengkap pabean yang dipersyaratkan oleh instansi terkait


sebagaimana

tercantum

dalam

NPPD

wajib

diserahkanoleh

Eksportir kepada Pejabat Bea dan Cukai yang menangani ketentuan


mengenai barang larangan dan pembatasan sebelum barang
ekspor dimasukkan ke kawasan pabean ;
-

Lengkap dan sesuai, serta tidak termasuk barang yang dilarang


atau dibatasi ekspornya dan barang ekspor tidak dilakukan
pemeriksaan fisik, PEB diberi nomor dan tanggal pendaftaran dan
diterbitkan respons NPE68; atau

Lengkap dan sesuai, serta tidak termasuk

barang yang dilarang

atau dibatasi ekspornya tetapi harus dilakukan pemeriksaan fisik,


PEB diberi nomor dan tanggal pendaftaran dan diterbitkan respons
PPB69.

66

Nota Pemberitahuan Penolakan selanjutnya disingkat NPP adalah pemberitahuan kepada


eksportir oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor atau Sistem Komputer Pelayanan di kantor
pabean pemuatan yang memberitahukan bahwa PEB ditolak karena pengisian data PEB dan
dokumen pelengkap pabean tidak lengkap dan/atau tidak sesuai.
67
Nota Pemberitahuan Persyaratan Dokumen yang selanjutnya disingkat NPPD adalah
pemberitahuan kepada Eksportir oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor atau Sistem Komputer
Pelayanan di Kantor Pabean Pemuatan untuk menyerahkan dokumen yang dipersyaratkan oleh
instansi terkait.
68
Nota Pelayanan Ekspor yang selanjutnya disingkat dengan NPE adalah nota yang diterbitkan
oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor atau Sistem Komputer Pelayanan atas PEB yang
disampaikan , untuk melindungi pemasukan barang yang akan diekspor ke Kawasan Pabean
dan/atau pemuatannya ke sarana pengangkut.
69
Pemberitahuan Pemeriksaan Barang yang selanjutnya disingkat PPB adalah pemberitahuan
kepada Eksportir oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor atau Sistem Komputer Pelayanan di
kantor pabean pemuatan untuk dilakukan pemeriksaan fisik terhadap barang ekspor .

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

115

Teknik Kepabeanan

Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system pelayanan


kepabeaanannya melayani PEB dalam bentuk Media penyimpanan
Data Elektronik atau tulisan diatas formulir, dalam hal hasil penelitian
atas pengisian data PEB menunjukkan :
-

Tidak lengkap dan/atau tidak sesuai, PEB dikembalikan kepada


eksportir disertai NPP;

Lengkap dan sesuai tetapi termasuk barang yang dilarang atau


dibatasi ekspornya, diterbitkan NPPD. Dokumen pelengkap pabean
yang dipersyaratkan oleh instansi terkait sebagaimana tercantum
dalam NPPD wajib diserahkanoleh Eksportir kepada Pejabat Bea
dan Cukai yang menangani ketentuan mengenai barang larangan
dan pembatasan sebelum barang ekspor dimasukkan ke kawasan
pabean ;

Lengkap dan sesuai, serta tidak termasuk barang yang dilarang


atau dibatasi ekspornya dan barang ekspor tidak dilakukan
pemeriksaan fisik, PEB diberi nomor dan tanggal pendaftaran dan
diterbitkan NPE; atau

Lengkap dan sesuai, serta tidak termasuk barang yang dilarang


atau dibatasi ekspornya tetapi harus dilakukan pemeriksaan fisik,
PEB diberi nomor dan tanggal pendaftaran dan diterbitkan PPB.

Penelitian ketentuan larangan dan pembatasan dilakukan oleh :


Portal Indonesian National Single Window (INSW).
Pejabat bea dan cukai yang menangani penelitian mengenai barang
larangan dan/atau pembatasan.
NPE dicetak sesuai peruntukkannya sebagai berikut :
Satu lembar untuk eksportir ;
Satu lembar untuk pengusaha TPS;
Satu lembar untuk pengangkut ; dan
Satu lembar untuk kantor pabean.
Dalam hal perhitungan Bea Keluar kedapatan tidak benar dan terhadap
barang ekspor tidak dilakukan pemeriksaan fisik, maka Pejabat Pemeriksa
Dokumen Ekspor melakukan penetapan perhitungan Bea Keluar dengan
menerbitkan SPPBK dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal pendaftaran PEB.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

116

Teknik Kepabeanan
Dalam hal perhitungan Bea Keluar kedapatan tidak benar dan terhadap
barang ekspor dilakukan pemeriksaan fisik, maka Pejabat Pemeriksa
Dokumen Ekspor melakukan penetapan perhitungan Bea Keluar dengan
menerbitkan SPPBK dalam waktu :
-

Paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PEB, dalam
hal hasil pemeriksaan fisik menunjukkan jumlah dan/atu jenis barang
sesuai; atau

Paling lambat sebelum keberangkatan sarana pengangkut, dalam hal


hasil pemeriksaan fisik menunjukkan jumlah dan/atau jenis barang tidak
sesuai.

ii.

Pemeriksaan Fisik Barang


Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap barang ekspor yang :
Akan diimpor kembali;
Pada saat impornya ditujukan untuk diekspor kembali;
Mendapat fasilitas KITE;
Dikenai Bea Keluar;
Berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak ; atau
Berdasarkan hasil analisis informasi dari Unit Pengawasan terdapat
indikasi yang kuat akan terjadi pelanggaran atau telah terjadi
pelanggaran ketentuan perundang-undangan.
Pemeriksaan fisik dikecualikan terhadap Eksportir Tertentu70, kecuali dalam
hal terjadi indikasi yang kuat akan atau telah terjadi pelanggaraan
ketentuan perundang-undangan, yang atas barang ekspornya :
-

Mendapat fasilitas KITE dengan pembebasan bea masuk dan/atau


cukai; atau

Dikenai Bea Keluar.

70

Eksportir Tertentu ditetapkan oleh Direktur Penindakan dan Penyidikan . Dipersamakan dengan
itu adalah eksportir yang berstatus sebagai importir jalur prioritas. Penetapan eksportir tertentu
dengan memperhatikan reputasi eksportir yang meliputi :
a. Tidak pernah melanggar ketentuan kepabeanan dan cukai yang dikenai sanksi admisntrasi
dalam kurun 1 (satu) tahun terakhir;
b. Tidak mempunyai tunggakan hutang bea masuk, bea keluar, cukai dan pajak;
c. Telah menyelenggarakan pembukuan berdasarkan rekomendasi Direktur Audit; dan/atau
d. Telah memperoleh rekomendasi dari Direktorat Jenderal Pajak sebagai wajib pajak yang
patuh.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

117

Teknik Kepabeanan
Pemeriksaan fisik atas barang ekspor dapat dilaksanakan di :
-

Kawasan Pabean pelabuhan muat;

gudang eksportir; atau

tempat lain yang digunakan oleh eksportir untuk menyimpan barang


setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor Pabean.

Dalam hal

terhadap barang ekspor dilakukan pemeriksaan fisik di luar

Kawasan Pabean, PEB disampaikan ke kantor pabean pemuatan paling


lambat 2 (dua) hari sebelum dimulainya pemeriksaan fisik barang.
Pemeriksaan fisik barang dilakukan atas seluruh party barang (tingkat
pemeriksaan 100 %) kecuali terhadap barang ekspor yang mendapat
fasilitas KITE dilakukan tingkat pemeriksaan fisik secara acak dari seluruh
party barang dan sekurang-kurangnya 2 (dua) kemasan.
Dalam hal parti barang terdiri atas 1 (satu) kemasan, pemeriksaan fisik
dilakukan terhadap seluruh party barang. Pemeriksaan fisik ditingkatkan
menjadi 100 % dalam hal:

Jumlah dan/atau jenis kemasan yang diperiksa kedapatan tidak sesuai


dengan packing list;

Jumlah dan/atau jenis barang yang diperiksa kedpatan tidak sesuai


dengan packinglist.

Untuk mengetahui jumlah barang ekspor yang pemuatannya ke sarana


pengangkut melalaui pipa, dilakukan pemeriksaan pada saat pemuatan
berdasarkan hasil pengukuran alat ukur dibawah pengawasan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai. Dalam hal saluran pipa atau jaringan transmisi
langsung menuju luar daerah pabean, pemeriksaan fisik barang ekspor
didasarkan pada hasil pengukuran terakhir didalam daerah pabean.
Terhadap barang ekspor yang pemeriksaan fisiknya dilakukan di luar
kawasan pabean pelabuhan muat, harus dilakukan pengawasan stuffing
dan penyegelan pada peti kemas atau kemasan barang.
Dalam hal hasil pemeriksaan fisik barang kedapatn jumlah/atau jenis
barang sesuai :
-

pemeriksa menerbitkan NPE; dan

Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor melakukan penelitian perhitungan


Bea Keluar, dalam hal barang ekspor dikenai Bea Keluar.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

118

Teknik Kepabeanan
Dalam hal hasil pemeriksaan fisik barang kedapatan jumlah dan/atau jenis
barang tidak sesuai, maka terhadap :
i. Barang ekspor yang akan diimpor kembali , Pejabat Pemeriksa
Dokumen menerbitkan Nota Pembetulan. NPE akan diterbitkan oleh
Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor setelah dilakukan pembetulan
PEB ;
ii. Barang ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diekspor
kembali, Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor menerbitkan Nota
Pembetulan dan menyerahkan dokumen ekspor yang didalamnya
sudah dicantumkan
Pembetulan

kepada

hasil pemeriksaan fisik dengan dilampiri Nota


pejabat

bea

dan

cukai

yang

menangani

admisntrasi impor sementara untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.


NPE akan diterbitkan oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor setelah
dipenuhi kewajiban pabean dan ketentuan sanksi admisnistrasi
sepanjang tidak terbukti adanya indikasi tindak pidana ;
iii. Barang ekspor mendapat fasilitas KITE, Pejabat Pemeriksa Dokumen
Ekspor menerbitkan Nota Pembetulan dan menyerahkan dokumen
ekspor yang didalamnya sudah dicantumkan hasil pemeriksaan fisik
dengan dilampiri Nota Pembetulan kepada Unit Pengawasan untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut . NPE akan diterbitkan oleh Pejabat
Pemeriksa Dokumen Ekspor setelah dipenuhi kewajiban pabean dan
ketentuan sanksi admisnistrasi sepanjang tidak terbukti adanya indikasi
tindak pidana ;
iv. Barang ekspor yang dikenai Bea Keluar, Pejabat Pemeriksa Dokumen
Ekspor menyerahkan dokumen ekspor yang didalamnya

sudah

dicantumkan hasil pemeriksaan fisik kepada Unit Pengawasan untuk


dilakukan penelitian lebih lanjut. NPE akan diterbitkan oleh Pejabat
Pemeriksa Dokumen Ekspor setelah dipenuhi kewajiban pabean dan
ketentuan sanksi admisnistrasi sepanjang tidak terbukti adanya indikasi
tindak pidana ; dan/atau
v. Barang ekspor termasuk barang yang dilarang atau dibatasi, Pejabat
Pemeriksa Dokumen Ekspor menyerahkan dokumen ekspor yang
didalamnya sudah dicantumkan hasil pemeriksaan fisik kepada Unit
Pengawasan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. NPE akan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

119

Teknik Kepabeanan
diterbitkan oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor setelah dipenuhi
kewajiban pabean dan ketentuan sanksi admisnistrasi sepanjang tidak
terbukti adanya indikasi tindak pidana ;
Untuk mendapatkan keakuratan identifikasi barang ekspor, Pejabat
Pemeriksa

Dokumen

dapat

memerintahkan

untuk

dilakukan

uji

laboratorium. NPE diterbitakn setelah terbit hasil uji laboratorium.


5) Konsolidasi dan Penggabungan Barang Ekspor

i.

Konsolidasi Barang Ekspor .


Terhadap

barang

ekspor

dapat

dilakukan

konsolidasi,

yaitu

mengumpulkan barang ekspor dalam dua atau lebih PEB dengan


menggunakan satu peti kemas sebelum barang ekspor tersebut dimasukkan
ke kawasan pabean untuk dimuat ke atas sarana pengangkut. Pihak yang
melakukan konsolidasi terdiri dari :
Konsolidator71 yang merupakan badan usaha yang telah mendapt
persetujuan sebagai pihak yang melakukan konsolidasi barang ekspor
dari kepala kantor pabean;
Eksportir yang melakukan sendiri konsolidasi barang ekspornya;
Eksportir dalam satu kelompok perusahaan (holding company).
Untuk melakukan konsolidasi barang ekspor dalam satu kelompok
perusahaan, harus ditunjuk eksportir yang bertanggung jawab atas
konsolidasi barang ekspor dari kelompok perusahaan yang melakukan
konsolidasi barang eksporekspornya ,yang diwajibkan

memberitahukan

kepada kantor pabean pemuatan, tentang Perusahaan-perusahaan yang


barang ekspornya akan dikonsolidasikan dan perubahannya , dengan
format yang ditentukan.

71

Untuk mendapatkan persetujuan sebagai konsolidator barang ekspor pengusaha mengajukan


permohonan kepada kepala kantor pabean sepanjang telah memenuhi pesyarata sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pembukuan dan bersedia diaudit oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai;
b. Menyediakan ruang kerja untuk pemeriksaan dan petugas dinas luar;
c. Mempunyai pegawai yang bersertifikat ahli kepabeanan yang diterbitkan Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) ; dan
d. Mempunyai tempat untuk kegiatan stuffing.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

120

Teknik Kepabeanan
Pihak

yang

memberitahukan

melakukan

konsolidasi

barang

ekspor

wajib

konsolidasi barang ekspornya dalam PKBE72 dan

menyampaikannya ke kantor pabean pemuatan. Dalam hal system


pelayanan pabean menggunakan system PDE Kepabeanan , penyampaian
PKBE dimaksud dengan menggunakan system PDE. Dalam hal sistem
pelayanan pabean

tidak menggunakan system PDE kepabeanan,

penyampaian PKBE dimaksud dengan menggunakan tulisan diatas formulir.


PKBE dicetak sesuai peruntukannya sebagai berikut :
satu lembar untuk masing-masing eksportir;
satu lembar untuk pihak yang melakukan konsolidasi;
satu lembar untuk pengusaha Tempat Penimbunan Sementara (TPS) ;
satu lembar untuk pengangkut;
satu lembar untuk kantor pabean pemuatan.
Barang ekspor konsolidasi yang akan dilakukan stuffing harus sudah
dilengkapi dengan PEB dan NPE . Terhadap konsolidasi barang ekspor
dilakukan

pengawasan

stuffing

oleh

Petugas

pengawasan

Stuffing

berdasarkan PKBE .

ii.

Penggabungan Barang Ekspor Yang Mendapat Fasilitas KITE


Eksportir yang mendapat KITE dapat melakukan ekspor barang
gabungan dengan cara menggabungkan barang hasil produksinya dengan
barang hasil produksi dari perusahaan lain yang mendapat fasilitas KITE
atau tidak mendapat fasilitas KITE. Barang Ekspor yang digabung tersebut
tidak menjadi satu kesatuan unit, artinya barang yang digabung dalam satu
kesatuan yang utuh tetapi masing-masing masing-masing barang masih
dapat dipisahkan , antara lain lampu senter yang berisikan batu baterai dan
pupuk yang dikemas dalam karung.
Penggabungan dilaksanakan dengan ketentuan :

72

Pemberitahuan Konsolidasi Barang Ekspor yang selanjutnya disingkat PKBE adalah


pemberitahuan yang dibuat oleh pihak yang melakukan konsolidasi yang berisi daftar seluruh PEB
dan Nota Pelayanan Ekspor yang ada dalam satu peti kemas.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

121

Teknik Kepabeanan
Atas permintaan pembeli di luar negeri yang dibuktikan dengan adanya
perjanjian jual beli antara pembeli di luar negeri dengan perusahaan
penerima73 dan perusahaan pengirim barang 74; dan
Barang ekspor yang digabungkan dengan tidak menjadi satu kesatuan
unit75.
Perusahaan pengirim barang wajib memberitahukan barang yang
akan diserahkannya kepada perusahaan penerima barang
76

menggunakan SSTB

dengan

ke kantor pabean yang terdekat dengan lokasi

pengiriman barang. Perusahaan penerima barang wajib memberitahukan ke


kantor pabean yang mengawasinya pada saat menerima barang yang akan
digabungkan.
SSTB dibuat dalam rangkap 4 (empat) yang peruntukannya sebai berikut :

Satu lembar untuk perusahaan penerima barang;

Satu lembar untuk perusahaan pengirim barang;

Satu lembar untuk kantor pabean tempat penyampaian SSTB ;

Satu lembar untuk kantor pabean yang wilayah kerjanya meliputi


perusahaan penerima barang .

Barang ekspor gabungan77 diberitahukan dalam satu PEB sebagai barang


ekspor dengan ketentuan dalam lembar PEB harus diisi data mengenai :

Perusahaan yang mendapat fasilitas KITE yang hasil produksinya


digabungkan, meliputi nama dan alamat perusahaan, NPWP dan
NIPER; dan

Barang yang berasal dari masing-masing perusahaan pengirim


barang yang mendapat fasilitas KITE yang digabungkan melipti

73

Perusahaan Penerima Barang adalah perusahaan di dalam negeri yang mendapat fasilitas KITE
yang menerima barang hasil produksi perusahaan pengirim barang barang untuk digabung
menjadi barang ekspor.
74
Perusahaan Pengirim Barang adalah perusahaan didalam negeri yang mengirim barang hasil
produksinya ke perusahaan penerima barang untuk digabung menjadi Barang Ekspor Gabungan.
75
Tidak menjadi satu kesatuan unit adalah yaitu barang yang digabung menjadi satu kesatuan
yang utuh tetapi masing-masing barang masih dapat dipisahkan, antara lain lampu senter yang
berisikan batu baterai dan pupuk yang dikemas dalam karung.
76
Surat Serah Terima Barang yang selanjutnya disingkat SSTB adalah bukti telah diserahkan dan
diterimanya suatu barang antara perusahaan pengirim barang dan perusahaan penerima barang
yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan diketahui oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen
Ekspor di kantor pabean terdekat.
77
Barang Ekspor Gabungan adalah barang ekspor dengan mendapat fasilitas KITE yang digabung
tidak menjadi satu kesatuan unit dengan barang lain yang mendapat atau tidak mendapat fasilitas
KITE.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

122

Teknik Kepabeanan
jumlah dan jenis satuan barang, nomor HS, nilai FOB, nomor dan
tanggal SSTB.
Berdasarkan PEB dimaksud , kantor pabean pemuatan menerbitkan
LPE untuk masing-masing perusahaan yang mendapat fasilitas KITE yang
hasil produksinya digabungkan untuk diekspor sebagai Barang Ekspor
Gabungan.
6) Ekspor Bahan Baku Asal Impor Yang Mendapat Fasilitas KITE

Ekspor bahan baku asal impor yang mendapat fasilitas KITE tanpa
melalui proses pengolahan, dapat dilakukan setelah Eksportir mendapatkan
persetujuan dari Kepala kantor pabean pemuatan dan dilaksanakan dengan
menggunakan PEB dan diterbitkan LPE. Barang Ekspor dimaksud tidak
diperlakukan sebagai barang yang mendapat fasilitas KITE dan tidak
diterbitkan LPE.
Persetujuan dapat diperoleh Eksportir dengan mengajukan permohonan yang
memuat alasan dilakukannya ekspor dan disertai keterangan mengenai :
a.

Nama, alamat penerima/pembeli dan Negara tujuan;

b.

Nomor dan tanggal Pemebritahuan Impor Barang (PIB);

c.

Jumlah dan jenis barang serta nomor pos tariff barang yang diekspor.
Permohonan harus dilampiri dengan dokumen impor berupa copy PIB

yang ditandasahkan oleh pejabat bead an cukai yang menangani distribusi


dokumen, invoice, packing list, dan Surat Tanda Terima Jaminan (STTJ)
serta bukti-bukti lain antara lain surat pembatalan order dari pembeli barang
jadi di luar negeri, sales contract.
Terhadap barang dimaksud wajib dilakukan pemeriksaan fisik barang.
Dalam hal hasil pemeriksaan fisik barang yang diekspor berbeda dengan
barang yang diberitahukan pada PEB dan/atau PIB, Pejabat Pemeriksa
Dokumen Ekspor menyerahkan kepada Unit Penmgawasan di kantor pabean
pemuatan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

123

Teknik Kepabeanan
7) Pemasukan Barang Ekspor Ke Kawasan Pabean Di Pelabuhan Muat .

Pemasukan barang ekspor ke Kawasan Pabean di pelabuhan muat


dilakukan dengan menggunakan :

NPE ;

PEB dan PPB dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik barang di


kawasan pabean;

PKBE, dalam hal barang ekspor merupakan barang konsolidasi ; atau

Permohonan pemuatan barang ekspor curah yang telah diberikan


catatan persetujuan muat oleh Kepala Kantor Pabean pemuatan ,
dalam hal barang ekspor merupakan barang curah dan PEB belum
disampaikan ke kantor pabean pemuatan.
Dalam hal barang ekspor ditimbun di TPS, NPE, PEB dan PPB atau

PKBE disampaikan oleh eksportir atau pihak yang melakukan konsolidasi


kepada pengusaha TPS sebagai pemebritahuan bahwa penimbunan barang
ekspor di TPS telah mendapat persetujuan Pejabat Pemeriksa Dokumen
Ekspor di kantor pabean pemuatan. Pengusaha TPS wajib menyampaikan
realisasi penimbunan barang ekspor dimaksud kepada kepala kantor pabean
pemuatan.
Dalam hal barang ekspor berasal dari TPB, Pejabat Pemeriksa
Dokumen Ekspor di kantor pabean pemuatan menyampaikan fotokopi NPE
yang sudah ditandatangani Petugas Dinas Luar di pintu masuk kawasan
pabean ke Kantor Pabean yang mengawasi TPB.

8) Pemuatan Barang Ekspor dan Rekonsiliasi.

Pemuatan barang ekspor ke atas sarana pengangkut dilakukan setelah


mendapat persetujuan ekspor, dengan menggunakan :

NPE ;

PKBE , dalam hal barang ekspor merupakan barang konsolidasi;


Permohonan pemuatan barang ekspor curah yang telah diberikan

catatan persetujuan muat oleh kepala kantor pabean pemuatan, dalam hal
barang ekspor merupakan barang curah dan PEB belum disampaikan ke
kantor pabean.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

124

Teknik Kepabeanan
NPE, PKBE atau permohonan pemuatan barang ekspor curah yang
telah diberikan catatan persetujuan muat oleh kepala kantor pabean
pemuatan disampaikan eksportir kepada pengangkut sebagai pemberitahuan
bahwa pemuatan barang ekspor ke atas sarana pengangkut telah mendapat
persetujuan

Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor atau kepala kantor

pabean.
Pemuatan barang ekspor ke sarana pengangkut dilakukan di Kawasan
Pabean, atau dalam keadaan tertentu dapat dilakukan ditempat lain atas
persetujuan kepala kantor pabean pemuatan. Persetujuan dimaksud dapat
ditangguhkan pelaksanaannya dalam hal barang ekspor terkena NHI.
Terhadap PEB yang telah disampaikan ke kantor pabean pemuatan
dilakukan rekonsiliasi dengan outward manifest yang telah didaftarkan di
kantor pabean pemuatan dan dilakukan dengan mencocokkan beberapa
elemen data, yaitu :

Nomor dan tanggal PEB;

Nomor dan jumlah peti kemas atau kemasan dalam hal menggunakan
peti kemas atau kemasan .
Dalam hal PEB dengan fasilitas KITE, kegiatan rekonsiliasi dimaksud

dilengkapi dengan mencocokan elemen data :

Nama sarana pengangkut dan nomor voyage atau flight; dan

Identitas eksportir / shipper.


Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system computer

pelayanan kepabeanannya menggunakan system PDE kepabeanan atau


Media Penyimpan Data Elektronik untuk pelayanan ekspor dan manifest,
kegiatan rekonsiliasi dilakukan oleh Pejabat bead an cukai yang menangani
manifest dengan menggunakan Sistem Komputer Pelayanan. Pada kantor
pabean pemuatan yang dalam system computer pelayanan ekspor
manifest

dan

menggunakan tulisan diatas formulir, rekonsiliasi dilakukan pleh

pejabat bead an cukai yang menangani manifest.


Dalam hal rekonsiliasi terdapat elemen data yang tidak cocok, pejabat
bea dan cukai yang menangani manifest melakukan penelitian lebih lanjut.
Dalam hal barang ekspor berasal dari TPB, pejabat bead an cukai yang
menangani manifest di kantor pabeaan pemuatan menyampaikan hasil
rekonsiliasi ke kantor pabean yang mengawasi TPB.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

125

Teknik Kepabeanan
9) Pembatalan Ekspor dan Pembetulan Data PEB

i. Pembatalan Ekspor
Barang

yang

telah

diberitahukan

untuk

diekspor

dan

telah

mendapatkan nomor pendaftaran PEB, dapat dibatalkan ekspornya.


Eksportir wajib melaporkan pembatalan ekspor dimaksud secara tertulis
kepada Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pabean pemuatan
paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak keberangkatan sarana
pengangkut yang tercantum dalam PEB.
Eksportir yang tidak melaporkan pembatalan ekspor atas barang yang
telah diberitahukan dalam PEB atau melaporkan setelah melewati jangka
waktu yang ditentukan , dikenai sanksi administrasi berupa denda sesuai
ketentuan yang berlaku.
Terhadap

barang

yang

dibatalkan

ekspornya

tidak

dilakukan

pemeriksaan fisik, keculi atas barang ekspor tersebut diterbitkan NHI.


Dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik dimaksud dan kedapatan jumlah
dan/atau jenis barang :
sesuai, pembatalan ekspor disetujui;
tidak sesuai , dilakukan penelitian lebih lanjut oleh unit pengawasan.
ii. Pembetulan Data PEB.
Eksportir dapat melakukan pembetulan data PEB yang telah
disampaikan ke kantor pabean pemuatan dalam hal terjadi kesalahan data
PEB . Dalam hal barang ekspor dikenai Bea Keluar, eksportir dapat
melakukan pembetulan data PEB sepanjang kesalahan tersebut terjadi
karena kekhilafan yang nyata, seperti:
-

Kesalahan hitung berupa kesalahan perhitungan bea kelauar; atau

Kesalahan

penerapan

aturan

berupa

ketidak

tahuan

adanya

perubahan peraturan.
Pembetulan data PEB diberitahukan oleh eksportir ke kantor pabean
pemuatan dengan menggunakan Pemberitahuan Pembetulan PEB (PPPEB) dan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari kepala kantor
pabean pemuatan atau Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor. Terhadap
barang ekspor yang dilakukan pembetulan data PEB tidak dilakukan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

126

Teknik Kepabeanan
pemeriksaan fisik, kecuali atas barang ekspor tersebut diterbitkan NHI.
Dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik dan kedapatan jumalh dan/atau jenis
barang :

sesuai, maka pembetulan data PEB disetujui;

tidak disetujui, dilakukan penelitian lebih lanjut oleh Unit Pengawasan.

Pembetulan data PEB mengenai jenis barang, nomor peti kemas, jenis
valuta dan / atau nilai FOB barang dapat dilayani sebelum barang masuk
ke Kawasan Pabean, kecuali dalam hal :
-

tidak keseluruhan barang ekspor terangkut (short shipment) atau


ekspor barang curah , paling lama 3 (tiga) hari sejak keberangkatan
sarana pengangkut;

Ekspor barang dengan karakteristik tertentu78, paling lama 60 (enam


puluh) hari sejak keberangkatan sarana pengangkut.

Pembetulan data PEB mengenai nama sarana pengangkut , nomor


voyage/flight, tanggal perkiraan ekspor yang disebabkab short shipment,
dapat dilayani paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak keberangkatan
sarana pengangkut semula. Pembetulan data dimaksud atas PEB dari
barang ekspor yang dikenai bea keluar , tidak dapat dilayani apabila :
-

Kesalahan tersebut merupakan temuan Pejabat Pemeriksa Dokumen


Ekspor; atau

Telah mendapatkan penetapan Pejabat pemeriksa Dokumen Ekspor.

Pembetulan data PEB mengenai tanggal perkiraan ekspor atas barang


ekspor yang dikenai bea keluar dapat dilayani dengan ketentuan :
Barang ekspor telah dimasukkan ke kawasan pabean;
Diajukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal pendaftaran PEB, dalam hal barang ekspor telah dimasukkan
ke kawasan pabean; atau
Tanggal perkiraan ekspor yang baru tidak melampaui tanggal perkiraan
ekspor yang dibetulkan , dalam hal barang ekspor ditimbun atau dimuat
ditempat lain di luar kawasan pabean.
Pembetulan data PEB lainnya (selain

jenis dan jumlah barang,no peti

kemas/kemasan, jenis valuta, nilai FOB, nama sarana pengangkut, nomor


78

Barang Ekspor dengan karakteristik tertentu adalah barang ekspor yang jumlah dan/atau
spesifikasinya baru dapat diketahui setelah barang sampai di Negara tujuan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

127

Teknik Kepabeanan
voyage/flight, tanggal perkiraan ekspor, short shipment), dapat dilayani
paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak PEB mendapat nomor
pendaftaran.
Terhadap kesalahan data PEB mengenai jenis/kategori ekspor79 , jenis
fasilitas yang diminta, dan/atau kantor pabean pemuatan, tidak dapat
dilakukan pembetulan data PEB. Atas kesalahan tersebut dapat dilakukan
pembatalan PEB sepanjang barang ekspor belum dimuat di sarana
pengangkut, dengan persetujuan kepala kantor pabean berdasarkan
permohonan pembatalan PEB yang diajukan oleh eksportir.

Terhadap

barang ekspor yang telah dilakukan pembatalan PEB dimaksud, eksportir


menyampaikan PEB baru sepanjang barang ekspor belum dimuat di sarana
pengangkut.
Dalam hal barang ekspor dikenai bea keluar, eksportir wajib mengajukan
pembatalan PEB terhadap :
-

barang ekspor yang belum dimasukkan ke kawasan pabean paling


lambat sampai dengan tanggal perkiraan ekspor;

pengajuan pembetulan tanggal perkiraan ekspor melewati jangka waktu


30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PEB, dalam hal barang
ekspor telah dimasukkan ke kawasan pabeaan; atau

pembetulan tanggal perkiraan ekspor dimana tanggal perkiraan ekspor


yang baru melampaui tanggal perkiraan ekspor yang dibetulkan, dalam
hal barang ekspor ditimbun atau dimuat di tempat lain di luar kawasan
pabean.

Dalam hal eksportir


diatas tidak

barang ekspor yang dikenai bea keluar dimaksud

mengajukan pembatalan Pemberitahuan Pabean Ekspor,

pelayanan ekspor terhadap eksportir tersebut tidak dilayani.


Dalam hal barang ekspor telah dimasukkan ke kawasan pabean terjadi
kerusakan pada :

79

Jenis / kategori ekspor :


a. Umum;
b. Mendapat fasilitas KITE;
c. Khusus;
d. TPB;
e. Akan diimpor kembali; atau
f. Reekspor.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

128

Teknik Kepabeanan
seluruh peti kemas atau kemasan barang sehingga perlu dilakukan
penggantian atas seluruh peti kemas atau kemasan barang, maka :
- dilakukan pembatalan PEB dan harus diberitahukan kepada Pejabat
Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pemuatan;
- terhadap barang ekspor yang bersangkutan harus dilakukan
pemeriksaan

fisik

terlebih

dahulu

sebelum

barang

ekspor

dikeluarkan dari kawasan pabean.


Sebagian peti kemas atau kemasan barang sehingga perlu dilakukan
penggantian peti kemas atau kemasan barang, maka :
- Dilakukan pembetulan data PEB dan harus diberitahukan kepada
Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pabean pemuatan;
- Terhadap barang ekspor yang peti kemas atau kemasan barangnya
akan diganti harus dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu
sebelum barang ekspor dikeluarkan dari kawasan pabean.
Pengeluaran barang ekspor dari kawasan pabean dimaksud dilakukan
dengan menggunakan SPPBE80.

10) Pembatalan dan Pembetulan Data PKBE

i. Pembatalan Data PKBE


PKBE yang telah disampaikan dapat dilakukan pembatalan oleh
pihak yang melakukan konsolidasi setelah mendapat persetujuan dari
Kepala kantor pabean pemuatan atau Pejabat Pemeriksa Dokumen
Ekspor. Persetujuan pembatalan dapat diberikan sebelum barang ekspor
dimuat di sarana pengangkut.

ii.

Pembetulan Data PKBE


PKBE yang telah disampaikan dapat dilakukan pembetulan yang

diajukan oleh pihak yang melakukan konsolidasi dengan menggunakan


Pemberitahuan Pembetulan PKBE (PP-PKBE) sebelum barang ekspor
masuk ke kawasan pabean. Pembetulan dapat dilakukan terhadap semua
80

Surat Persetujuan Pengeluaran Barang Ekspor (SPPBE) adalah surat persetujuan pengeluaran
barang ekspor ekspor dari Kawasan Pabean pelabuhan muat ke daerah pabean. SPPBE dicetak
sesuai peruntukkannya masing-masing bagi eksportir, pengusaha TPS dan kantor pabean
pemuatan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

129

Teknik Kepabeanan
elemen data kecuali identitas pihak yang melakukan konsolidasi dan kode
kantor pabean pemuatan. Terhadap kesalahan data mengenai identitas
pihak yang melakukan konslidasi dan

kode kantor pabean pemuatan

dilakukan pembatalan PEB.


Dalam hal barang ekspor telah masuk ke kawasan pabean tetapi
belum dimuat ke sarana pengangkut, pembetulan data PKBE dapat
dilakukan dengan ketentuan :

Adanya

keputusan

pengusaha

TPS

yang

mengakibatkan

pengurangan jumlah barang ekspor dari dalam peti kemas dan


berkurangnya jumlah dokumen PEB yang tercantum dalam PKBE;

Pembetulan hanya dapat dilakukan terhadap data jumlah dokumen,


nomor dan tanggal PEB; dan

Mendapat persetujuan Kepala Kantor Pabean pemuatan atau Pejabat


Pemeriksa Dokumen Ekspor.
Pembetulan

PKBE

dapat

disampaikan

dengan

sitem

PDE

kepabeanan atau tulisan diatas formulir. Dalam hal PKBE disampaikan


dengan system PDE kepabeanan, maka pembetulan dapat dilakukan
dengan ketentuan :
-

Pembetulan pertama dapat disampaikan dengan system PDE


kepabeanan atau tulisan diatas formulir; dan

Pembetulan selanjutnya hanya dapat dilakukan dengan tulisan diatas


formulir.

11) Barang

Yang

Pengangkut

Akan

Laut

Diekspor

Dan/Atau

Yang

Udara

Diangkut

Dalam

Dengan

Negeri

Yang

Sarana
Bukan

Merupakan Bagian Dari Angkutan Multimoda.

Terhadap barang yang akan diekspor yang diangkut dengan sarana


pengangkut laut atau udara dalam negeri yang bukan merupakan bagian
dari angkutan multimoda81 , PEB dapat disampaikan di kantor pabean
pemuatan di Pelabuhan Muat Asal.

Terhadap barang tersebut yang

81

Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda
angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak pengangkutan yang menggunakan dokumen
angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh operator angkutan multimoda ke
suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang tersebut.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

130

Teknik Kepabeanan
diperiksa fisik dilakukan penyegelan oleh kantor pabean pemuatan atau
Kantor Pabean Pemeriksaan di Pelabuhan Muat.
Kepala

kantor

pabean

pemuatan

di

pelabuhan

muat

asal

memberitahukan barang dimaksud kepada kepala kantor pabean pemuatan


di pelabuhan muat ekspor paling lambat pada hari kerja berikutnya sejak
keberangkatan sarana pengangkut.

Kantor pabean di Pelabuhan Muat

Ekspor melakukan pengawasan pemuatan barang ke sarana pengangkut


yang akan berangkat menuju ke luar daerah pabean.
Kepala kantor pabean pemuatan di Pelabuhan Muat Ekspor
memberitahukan kepada kepala kantor pabean pemuatan di Pelabuhan
Muat Asal hasil rekonsiliasi NPE dengan outward manifest atas barang
ekspor dimaksud

paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak penyerahan

outward manifest, dengan mengunakan contoh yang ditentukan.


12) Penerbitan dan Pembetulan LPE82.

i. Penerbitan LPE
Terhadap barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE diterbitkan
LPE oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pabean pemuatan.
LPE diterbitkan setelah elemen data yang dicocokkan pada proses
rekonsiliasi kedapatan sesuai. Dalam hal terdapat sebagain elemen data
yang dicocokkan pada proses rekonsiliasi dimaksud kedapatan tidak
sesuai, LPE diterbitkan setelah Eksportir menyerahkan dokumen :
-

Hasil cetak PEB, invoice, packing list;

PEB pembetulan dalam hal dilakukan pembetulan PEB;

NPE yang ditandatangani oleh Petugas Dinas Luar di pintu masuk


Kawasan Pabean, atau Petugas Dinas Luar yang mengawasi
pemuatan, dalam hal barang ekspor dimuat di tempat lain diluar
kawasan pabean; dan

Copy B/L atau AWB.

82

Laporan Pemeriksaan Ekspor yang selanjutnya disingkat LPE adalah laporan hasil pemeriksaan
pabean barang ekspor dengan fasilitas KITE yang diterbitkan oleh kantor pabean pemuatan setelah
dilakukan rekonsiliasi. LPE dicetak sesuai peruntukannya sebagai berikut :
a. Satu lembar untuk eksportir;
b. Satu lembar untuk kantor pabean pemuatan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

131

Teknik Kepabeanan

Eksportir wajib menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada


Pejabat Pemeriksa Dokumen di kantor pabean pemuatan dalam jangka
waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal pendaftaran PEB.
Dalam hal Eksportir menyerahkan dokumen dimaksud diserahkan melebihi
jangka waktu tersebut, maka LPE tidak diterbitkan.
ii. Pembetulan LPE
Terhadap LPE yang telah diterbitkan dapat dilakukan pembetulan
oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pabean pemuatan
tempat diterbitkannya LPE dalam hal :
Terdapat pemebtulan data PEB; atau
Karena kesalahan adminstratif atas penerbitan LPE.

13) Penatausahaan PEB

Dalam hal penyampaian PEB dilakukan dengan menggunakan


tulisan diatas formulir, pejabat bea dan cukai yang menangani data ekspor
melakukan perekaman data PEB dan penatausahaan PEB. Data PEB
disimpan secara elektronik pada kantor wilayah dan Direktorat Informasi
Kepabeanan dan Cukai.
Eksportir wajib menyimpan PEB

yang telah mendapat nomor

pendaftaran dan dokumen pelengkap pabean selama jangka waktu 10


(sepuluh) tahun pada tempat usahanya.
14) Pengawasan Di Bidang Ekspor

Untuk keperluan pengawasan, unit pengawasan pada Kantor Pabean


melakukan kegiatan intelijen di bidang ekspor. Didalam melakukan
pengawasan, Unit Pengawasan dapat menggunakan scanning dengan
menggunakan mesin pemindai container Gamma Ray.
Atas hasil kegiatan intelijen di bidang ekspor dimaksud, pejabat bead
an cukai yang bertanggung jawab di bidanag penindakan pada Kantor
Pabean dapat melakukan kegiatan :

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

132

Teknik Kepabeanan
-

Penerbitan NHI dalam hal terdapat indikasi mengenai akan adanya


pelanggaran kepabeanan di bidang ekspor;

Penindakan di bidang kepabeanan berdasarkan bukti permulaan yang


cukup telah terjadi pelanggaran di bidang ekspor;

Patroli.
Atas kegiatan dimaksud , pejabat yang bertanggung jawab di bidang

penindakan membuat laporan kepada kepala kantor pabean.

15) Jam Kerja Pelayanan

Kantor Pabean memberikan pelayanan selama 24 (dua puluh empat)


jam setiap hari terhadap kegiatan :
-

Penerimaan pengajuan PEB oleh Eksportir;

Pemeriksaan fisik barang sesuai permintaan eksportir;

Pemasukan barang ekspor yang telah mendapat persetujuan ekspor


ke Kawasan Pabean;

Pelayanan pabean lain dibidang ekspor.


Untuk pelayanan dimaksud Kepala Kantor Pabean

mengatur

penempatan petugas yang melayani kegiatan-kegiatan tersebut.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

133

Teknik Kepabeanan
B. BEA KELUAR
1) Pengenaan dan Perhitungan Bea Keluar.
i. Pengenaan Bea Keluar83
Dasar hukum pengenaan Bea Keluar adalah pasal

2 A Undang-

undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah


diubah

dengan

Undang-undang

No.

17

Tahun

2006.

Ketentuan

pelaksanaan dari pasal ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun


2008 tentang Bea Keluar.
Terhadap barang ekspor dapat dikenakan Bea Keluar . Penetapan
Bea Keluar ditujukan untuk :
-

Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri ;

Melindungi kelestarian sumber daya alam;

Menganrisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor


tertentu di pasaran internasional ; atau

Menjaga stabilitas harga komditi tertentu di dalam negeri.


Bea Keluar dikenakan berdasarkan Tarif Bea Keluar. Untuk

penetapan Bea Keluar, barang ekspor dikelompokkan berdasarkan sitem


klasifikasi

barang

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-

undangan.
Tarif Bea Keluar ditetapkan paling tinggi :
a) 60 % dari Harga Ekspor, dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan
berdasarkan persentase dari Harga Ekspor (advalorum)
b) Nominal tertentu yang besarnya equivalent dengan 60 % (enam puluh
persen) sebagaimana dimaksud pada hurufa diatas, dalam hal Tarif
Bea Keluar ditetapkan secara spesifik .
Tarif Bea Keluar ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah
mendapat

pertimbangan

tanggungjawabnya
lembaga

dan/usul

menteri

yang

tugas

dan

di bidang perdagangan dan/atau menteri/kepala

pemerintah non

departemen/kepala

badan

tehnis

terkait.

Sedangkan Harga Ekspor untuk penghitungan Bea Keluar ditetapkan oleh


83

Bea Keluar adalah pungutan Negara berdasarkan undang-undang mengenai kepabeanan yang
dikenakan terhadap bea keluar.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

134

Teknik Kepabeanan
Menteri Keuangan sesuai harga patokan ekspor yang ditetapkan secara
periodik oleh Pejabat Negara tersebut . Dalam hal Harga Ekspor untuk
periode berikutnya belum ditetapkan oleh Menteri Keuangan, berlaku
ketentuan Harga Ekspor periode sebelumnya.
Eksportir bertanggung jawab terhadap atas Bea Keluar, yang dihitung
berdasarkan Tarif Bea Keluar dan/atau Harga Ekspor yang berlaku pada
tanggal pemberitahuan pabean Ekspor disampaikan ke Kantor Pabean.
Bea Keluar harus dibayar dalam mata uang rupiah. Nilai tukar yang
digunakan untuk perhitungan dan pembayaran Bea Keluar adalah nilai
tukar mata uang yangberlaku pada saat pembayaran.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 223/PMK.011/2008
tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif
Bea Keluar , Barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar adalah barang
ekspor berupa Rotan, Kulit, Kayu, Kelapa Sawit, CPO dan produk
turunannya.
Khusus terhadap penetapan dan pengenaan tarif Bea Keluar
terhadap barang ekspor berupa Kepala Sawit, CPO

dan produk

turunannya berlaku ketentuan 13 (tiga) belas jenis harga referensi, dimana


besarnya Bea Keluar didasarkan berdasarkan tarif Bea Keluar yang
berbeda-beda tergantung pada harga referensi84 yang ditetapkan .
Rincian daftar barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar dan tarif
Bea Keluar serta harga referensi

terdapat pada

Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 223/PMK.011/2208 adalah sebagai berikut :

84

Harga Referensi adalah harga rata-rata internasional yang berpedoman pada harga rata-rata CPO
CIF Rotterdam untuk penetapan tariff Bea Keluar terhadap barang ekspor berupa Kelapa Sawit,
CPO , dan produk turunannya

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

135

Teknik Kepabeanan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

136

Teknik Kepabeanan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

137

Teknik Kepabeanan

Pengenaan tariff Bea Keluar terhadap barang ekspor berupa Kelapa


Sawit, CPO dan produk turunannya , berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk Harga Referensi sampai dengan USD 700 per ton, tarif Bea
Keluar ditetapkan sebagaimana kolom 1 Tabel dibawah ini.
b. Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 701 per ton
sampai dengan USD 750 per ton , tarif

Bea Keluar sebagaimana

ditetapkan dalam kolom 2 Tabel dibawah ini.


c. Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 751 per ton
sampai dengan USD 800 per ton , tarif

Bea Keluar sebagaimana

ditetapkan dalam kolom 3 Tabel berikut ini.


d. Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 801 per ton
sampai dengan USD 850 per ton , tarif

Bea Keluar sebagaimana

ditetapkan dalam kolom 4 Tabel dibawah ini.


e. Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 851 per ton
sampai dengan USD 900 per ton , tarif

Bea Keluar sebagaimana

ditetapkan dalam kolom 5 Tabel dibawah ini.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

138

Teknik Kepabeanan
f.

Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 901 per ton
sampai dengan USD 950 per ton , tarif

Bea Keluar sebagaimana

ditetapkan dalam kolom 6 Tabel dibawah ini.


g. Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 951 per ton
sampai dengan USD 1,000 per ton , tarif Bea Keluar sebagaimana
ditetapkan dalam kolom 7 Tabel dibawah ini.
h. Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 1,001 per
ton

sampai dengan USD 1,050

per ton , tarif

Bea Keluar

sebagaimana ditetapkan dalam kolom 8 Tabel dibawah ini.


i.

Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 1,051 per
ton

sampai dengan USD 1,100

per ton , tarif

Bea Keluar

sebagaimana ditetapkan dalam kolom 9 Tabel dibawah ini.


j.

Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 1,101 per
ton

sampai dengan USD 1,150 per ton , tarif

Bea Keluar

sebagaimana ditetapkan dalam kolom 10 Tabel dibawah ini.


k. Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 1,151 per
ton

sampai dengan USD 1,200

per ton , tarif

Bea Keluar

sebagaimana ditetapkan dalam kolom 11 Tabel dibawah ini.


l.

Untuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 1,201 per
ton

sampai dengan USD 1,250 per ton , tarif

Bea Keluar

sebagaimana ditetapkan dalam kolom 12 Tabel dibawah ini.


m. mUntuk Harga Referensi lebih dari atau sama dengan USD 1,251 per
ton, tarif Bea Keluar sebagaimana ditetapkan dalam kolom 13 Tabel
dibawah ini.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

139

Teknik Kepabeanan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

140

Teknik Kepabeanan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

141

Teknik Kepabeanan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

142

Teknik Kepabeanan
ii. Perhitungan Bea Keluar
Tarif

Bea Keluar dapat ditetapkan berdasarkan persentase dari

Harga Ekspor (advalorum) atau secara spesifik.


Dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan berdasarkan persentase dari
Harga Ekspor85 (advalorum), Bea Keluar dihitung berdasarkan rumus
sebagai berikut :
Bea Keluar (advalorum)

Tarif Bea Keluar X Harga Ekspor X Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar
Mata Uang86
Dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan secara spesifik, Bea Keluar
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
Bea Keluar (spesifik) :
Tarif Bea Keluar Per Satuan Barang Dalam Satuan Mata Uang Tertentu
x Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang.
Tarif Bea Keluar dan Harga Ekspor yang digunakan untuk
penghitungan Bea Keluar adalah Tarif Bea Keluar dan Harga Ekspor yang
berlaku pada tanggal pemberitahuan pabean ekspor didaftarkan di Kantor
Pabean.

Dalam hal Harga Ekspor untuk periode berikutnya belum

ditetapkan, berlaku ketentuan Harga Ekspor periode sebelumnya.


Nilai Tukar yang digunakan untuk penghitungan dan pembayaran
Bea Keluar adalah Nilai Tukar Mata Uang yang berlaku pada saat
pembayaran.
Dalam hal Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar adalah Barang
Ekspor Dengan Karakteristik Tertentu87, Nilai Tukar Mata Uang yang
digunakan untuk penghitungan dan pembayaran Bea Keluar adalah Nilai
Tukar Mata Uang yang berlaku pada tanggal pemberitahuan pabean
ekspor didaftarkan ke Kantor Pabean.

85

Harga Ekspor adalah harga yang digunakan untuk penghitungan Bea Keluar yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
86
Nilai Tukar Mata Uang adalah harga mata uang rupiah terhadap mata uang asing untuk
penghitungan dan pembayaran Bea Keluar yang ditetapkan oleh Menteri.
87
Barang Ekspor Dengan Karakteristik Tertentu adalah barang ekspor yang jumlah dan/atau
spesifikasinya baru dapat diketahui setelah sampai di Negara tujuan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

143

Teknik Kepabeanan
iii. Pengecualian Atas Pengenaan Bea Keluar
Barang ekspor berikut ini dikecualikan dari pengenaan Bea Keluar
sebagai berikut :
barang perwakilan Negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan azas timbale balik;
a) barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain
semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi
alam;
b) barang

untuk

keperluan

penelitian

dan

pengembangan

ilmu

pengetahuan;
c) barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan;
d) barang pindahan;
e) barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas,
dan barang kiriman sampai batas nilai pabean ekspor dan/jumlah
tertentu , apabila Nilai Pabean Ekspor88 tidak melebihi

Rp.

2,500,000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).


f)

barang asal impor yang kemudian diekspor kembali; atau

g) barang ekspor yang akan diimpor kembali.


Untuk mendapat pengecualian atas pengenaan Bea Keluar
sebagaimana huruf a), b), c), d) dan huruf e) diatas, Eksportir harus
memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pabean. Untuk
mendapat pengecualian atas pengenaan Bea Keluar sebagaimana
dimaksud huruf g) dan h), Eksportir harus mengajukan permohonan kepada
Kepala Kantor Pabean dengan melampirkan bukti-bukti pendukung.
Batas Nilai Pabean Ekspor diberlakukan bagi :
-

Barang pribadi Penumpang dan awak sarana pengangkut untuk tiap


orang per keberangkatan;

Barang Kiriman untuk tiap orang per pengitiman; atau

Barang pelintas Batas untuk tiap oaring untuk jangka waktu 1 (satu)
bulan.
Barang Pribadi Penumpang, Awak Sarana pengangkut, Pelintas

Batas dan Barang Kiriman dengan Nilai Pabean Ekspor melebihi batas
88

Nilai Pabean Ekspor adalah nilai barang ekspor yang dihitung berdasarkan rumus : Harga
Ekspor x Nilai Tukar Mata Uang x Jumalh Satuan Barang.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

144

Teknik Kepabeanan
pengecualian pengenaan Bea Keluar , atas kelebihan Nilai Pabean Ekspor
tersebut dipungut Bea Keluar.
iv.

Pemberitahuan Pabean Ekspor, Pembetulan, Pembatalan dan


Pemeriksaan Fisik .
Barang ekspor yang dikenakan bea keluar wajib diberitahukan
dengan pemberitahuan pabean ekspor. Dalam hal pemberitahuan pabean
tidak diperlukan, misalnya untuk, barang pribadi penumpang, barang awak
sarana pengangkut, barang pelintas batas , atau barang kiriman melalui
PT Pos Indonesia dengan berat tidak melebihi 100 (seratus) kilogram,
Eksportir menyampaikan pemberitahuan kepada Pejabat Bea dan Cukai
dengan menggunakan formulir sesuai dengan format sebagaimana
ditetapkan

dalam

Lampiran

Peraturan

Menteri

Keuangan

No.

214/PMK.04/2008 .
Dalam hal terjadi kesalahan data pemberitahuan pabean ekspor yang
telah didaftarkan, Eksportir dapat melakukan pembetulan terhadap
kesalahan data tersebut setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor
Pabeanatau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk.
Pembetulan

data pemberitahuan ekspor mengenai Tanggal

89

Perkiraan Ekspor untuk barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar, hanya
dapat dilakukan dalam hal barang ekspor tersebut telah dimasukkan ke
kawasan pabean. Pemasukan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar
ke kawasan pabean harus dilakukan paling lambat pada Tanggal Perkiraan
Ekspor . Pengajuan pembetulan terhadap Tanggal Perkiraan Ekspor hanya
dapat dilayani dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal pemberitahuan pabean ekspor didaftarkan ke Kantor Pabean.
Pembetulan terhadap Tanggal Perkiraan Ekspor untuk barang ekspor
yang dikenakan Bea Keluar yang ditimbun ditempat atau dimuat di tempat
lain selain di kawasan pabean , hanya dapat dilakukan dalam hal Tanggal
Perkiraan Ekspor yang diajukan pembetulan tidak melampui Tanggal
Perkiraan Ekspor yang dibetulkan.

89

Tanggal Perkiraan Ekspor adalah tanggal perkiraan keberangkatan sarana pengangkut yang akan
menunju keluar daerah pabean sebagaimana diberitahukan dalam pemberitahuan pabean ekspor.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

145

Teknik Kepabeanan
Eksportir wajib mengajukan pembatalan pemberitahuan pabean ekspor
dalam hal :
-

Pemasukan barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar ke kawasan


pabean dilakukan setelah Tanggal Perkiraan Ekspor;

Pengajuan pembetulan Tanggal Perkiraan Ekspor melampaui jangka


waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemberitahuan pabean ekspor
didaftarkan ke Kantor Pabean; atau

Tanggal Perkiraan Ekspor

yang diajukan pembetulan untuk Barang

Ekspor yang ditimbun atau dimuat di tempat lain selain di kawasan


pabean,melampaui Tanggal Perkiraan Ekspor.
Dalam hal Eksportir tidak mengajukan pembatalan pemberitahuan
pabean dimaksud, terhadap Eksportir tersebut tidak diberikan pelayanan
ekspor.
Terhadap Barang Ekspor yang dikenai Bea Keluar dilakukan
pemeriksaan fisik. Dikecualikan dari pemeriksaan fisik adalah barang yang
diekspor oleh eksportir tertentu, sebagaimana diatur didalam ketentuan
kepabeanan dibidang ekspor.

v. Tanggung Jawab dan Pembayaran Bea Keluar


Eksportir bertanggung jawab atas Bea Keluar. Dalam hal Eksportir
tidak

ditemukan

dan

pengurusan

pemberitahuan

pabean

ekspor

dikuasakan kepada PPJK, tanggung jawab atas Bea Keluar beralih kepada
PPJK.
Bea Keluar harus dibayar paling lambat pada saat pemberitahuan
pabean ekspor didaftarkan ke Kantor Pabean. Batas waktu pembayaran
Bea Keluar dapat dikecualikan untuk Barang Ekspor dengan Karasteristik
Tertentu, yang dapat dilakukan paling lama 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal keberangkatan sarana pengangkut .
Pemberitahuan pabean ekspor Barang Eksppr Dengan Karasteristik
Tertentu yang dikenakan bea keluar disampaikan dengan menyerahkan
jaminan

sebesar

perkiraan

Bea

Keluar

pemberitahuan pabean ekspor. Jaminan

yang

tercantum

dalam

dikembalikan apabila telah

dipenuhinua kewajiban pelunasan pembayaran Bea Keluar.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

146

Teknik Kepabeanan
vi. Penetapan dan Penetapan Kembali Perhitungan Bea Keluar
Pejabat Bea dan Cukai dapat menetapkan kembali perhitungan Bea
Keluar dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pemberitahuan
pabean ekspor mendapatkan nomor pendaftaran. Dalam hal dilakukan
penetapan kembali dimaksud, Nilai Tukar Mata Uang yang digunakan
adalah nilai tukar yangberlaku pada saat pembayaran Bea Keluar untuk
penyampaian pemberitahuan pabean ekspor.
Dalam
kekurangan

hak

hasil

penetapan

dimaksud

menunjukkan

terjadi

pembayaran Bea Keluar yang disebabkan oleh kesalahan

jumlah dan/atau jenis barang, Eksportir dikenakan sanksi adminstrasi


berupa denda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kepabeanan. Penetapan dimaksud dituangkan dalam Surat
Penetapan Perhitungan Bea Keluar (SPPBK) sesuai format yang
ditetapkan, yang berfungsi sebagai :
-

Penetapan Pejabat Bea dan Cukai;

Pemberitahuan; dan

Penagihan kepada Eksportir.


Terhadap kesalahan jumlah dan /atau jenis yang mengakibatkan

perbedaan

perhitungan

Bea

Keluar

atas

Barang

Ekspor

Dengan

Karakteristik Tertentu , Eksportir tidak dikenakan sanksi adminstrasi berupa


denda.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai menetapkan kembali perhitungan
Bea Keluar dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak
pemberitahuan pabean ekspor mendapat nomor pendaftaran, dalam hal
ditemukan adanya kekurangan dan/atau kelebihan pembayaran Bea Keluar
yang disebabkan oleh perbedaan Tarif Bea Keluar, Harga Ekspor, jenis
dan/atau jumlah barang ekspor berdasarkan :
-

hasil penelitian ulang atas pemberitahuan pabean ekspor;

hasil audit kepabeanan.


Terhadap penetapan kembali perhitungan Bea Keluar tersebut diatas,

berlaku ketentuan sebagai berikut :


Tarif Bea Keluar dan Harga Ekspor yang digunakan adalah Tarif Bea
Keluar dan Harga Ekspor yang berlaku pada tanggal pemberitahuan
pabean ekspor didaftarkan ke Kantor Pabean; dan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

147

Teknik Kepabeanan
Nilai Tukar Mata Uang yang digunakan adalah Nilai Tukar Mata Uang
yang berlaku pada saat pembayaran Bea Keluar untuk penyampaian
pemberitahuan pabean ekspor.
Apabila pemberitahuan pabean ekspor tidak dapat diidentifikasi pada
saat penetapan kembali, maka Tarif Bea Keluar, Harga Ekspor dan Nilai
Tukar Mata Uang yang digunakan adalah :
Tanggal penetapan kembali , dalam hal dilakukan penelitian ulang ;
atau
Tanggal akhir periode audit, dalam hal dilakukan audit kepabeanan.
Penetapan kembali dituangkan didalam Surat Penetapan Kembali
Perhitungan Bea Keluar (SPKBK) sesuai format yang ditetapkan dan
berfungsi sebagai :
-

penetapan Direktur Jenderal;

pemberiathuan; dan

penagihan kepada Eksportir.

2) Penagihan, Penundaan dan Pengembalian Bea Keluar .

i. Penagihan Bea Keluar


Eksportir

wajib melunasi kekurangan pembayaran Bea Keluar

dan/atau sanksi admistrasi berupa denda dalam jangka waktu paling lama
60 (enam puluh) hari sejak tanggal penetapan dan penetapan kembali serta
memberitahukan pelunasannya kepada Kepala Kntor Pabean atau Pejabat
Bea dan Cukai yang menangani penagihan di Kantor Pabean tempat
penyelesaian kewajiban pabean.
Dalam hal Eksportir tidak melunasi sampai dengan batas waktu
dimaksud, Eksportir dikenai bunga sebesar 2 % setiap bulan dari jumlah
yang terutang untuk paling lama 24 bulan dan bagian bulan dihitung 1
(satu) bulan sejak tanggal jatuh tempo pelunasan.
Setiap pelunasan kekeurangan pembayaran Bea Keluar dan/atau
saksi administrasi berupa denda atas penetapan kembali , Kepala Kantor
Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang menangani penagihan
menyampaikan laporan kepada pihak yang menerbitkan Surat Penetapan
Kembali Perhitungan Bea Keluar (SPKBK) pada hari kerja berikutnya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

148

Teknik Kepabeanan
Apabila sampai dengan batas waktu

jatuh tempo pelunasan ,

Eksportir belum melunasi kewaajibannya, Kepala Kantor Pabean atau


Pejabat Bea dan Cukai yang menangani penagihan melakukan :
-

pemblokiran kegiatan dibidang kepabeanan terhadap Eksportir tersebut;


dan

menerbitkan surat peringatan yang berisi perintah pelunasan dan


pemberitahuan pemblokiran kepada Eskportir tersebut.
Apabila dalam waktu tujuh 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkan

surat peringatan, Eksportir belum melunasi kewajibannya , Kepala Kantor


Pebaen datau pejabat Bea dan Cukai yang menangani penagihan
menerbitkan

surat

penyerahan

tagihan

kepada

Direktorat

jenderal

Kekayaan Negara untuk proses penyelesaian lebih lanjut.


ii. Penundaan Pembayaran Bea Keluar
Eksportir dapat

diberikan penundan pembayaran atas tagihan

kekurangan pembayaran Bea Keluar dan/atau sanksi admisntrasi berupa


denda sebagai berikut :
-

penetapan Pejabat Bea dan Cukai ;

penetapan kembali oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai; atau

keputusan Direktur Jenderal atas keberatan.

Penundaan dimaksud dapat berupa :


-

pengunduran

jangka

waktu

pembayaran

tagihan

kekurangan

pembayaran Bea Keluar dan/atau sanksi adminstrasi berupa denda.


-

Pembayaran secara bertahap tagihan kekurangan pembayaran Bea


Keluar dan/atau sanksi administrasi berupa denda.
Penundaan diberikan dalam hal Eksportir meemnuhi criteria sebagai

berikut :
Eksportir mengalami kesulitan likuiditas namun mampu untuk melunasi
kekurangan pembayaran ; dan
Eksportir memiliki kredibilitas yang baik.
Penundaan diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan terhitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran tagihan. Atas
penundaan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua) persen per bulan, bagian

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

149

Teknik Kepabeanan
bulan dihitung satu bulan penuh, terhitung sejak tanggal jatuh tempo
pembayaran tagihan dengan perhitungan yang didasarkan pada :
-

pokok utang dalam hal pengunduran jangka waktu pembayaran ; atau

sisa utang dalam hal pembayaran secara bertahap.


Untuk

mendapatkan penundaan,

Eksportir

harus

mengajukan

mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal, dalam


jangka waktu paling lama 40 (empat puluh) hari sebelum tanggal jatuh
tempo penetapan dan keputusan, dengan melampirkan laporan keuangan
tahun terakhir. Berdasarkan laporan keuangan dimaksud, Direktur Jenderal
menetapkan jenis jaminan yang harus diserahkan. Dalam hal Eksportir
belum

diwajibkan

untuk

membuat

laporan

keuangan

berdasarkan

perundang-undangan yang berlaku, jaminan yang diserahkan harus berupa


bank garansi. Besar jaminan adalah sebesar kekurangan pembayaran Bea
Keluar dan/atau sanksi adminstrasi berupa denda.
Atas permohonan penundaan pembayaran Bea Keluar ,

dapat

mengabulkan atau menolak permohonan yang bersangkutam dengan


menerbitkan surat keputusan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
permohonan diterima secara lengkap. Dalam hal permohonan dikabulkan,
keputusan Direktur Jenderal dimaksud termasuk menetapkan jaminan yang
harus diserahkan oleh Eksportir.
Keputusan pemberian penundaan akan dicabut dalam hal Eksportir :
tidak membayar angsuran sesuai dengan jumlah atau waktu yang telah
ditetapkan; atau
dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga.
Apabila keputusan penundaan dicabut, maka :
jaminan dicairkan untuk membayar kekurangan Bea Keluar dan/atau
sanksi adminstrasi berupa denda; atau
dilakukan penagihan sesuai prosedur sbb :
-

pemblokiran kegiatan dibidang kepabeanan terhadap Eksportir


tersebut; dan

menerbitkan surat peringatan yang berisi perintah pelunasan dan


pemberitahuan pemblokiran kepada Eskportir tersebut.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

150

Teknik Kepabeanan
Apabila dalam waktu tujuh 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkan
surat peringatan Eksportir belum melunasi kewajibannya, Kepala Kantor
Pabean datau pejabat Bea dan Cukai yang menangani penagihan
menerbitkan surat penyerahan tagihan kepada Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara untuk proses penyelesaian lebih lanjut.

iii. Pengembalian Bea Keluar


Pengembalian Bea Keluar dapat diberikan terhadap seluruh atau
sebagian Bea Keluar dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang telah
dibayar , dalam hal :
-

barang dibatalkan ekspornya atau tidak jadi diekspor;

kesalahan tatausaha berupa kesalahan tulis, kesalahan hitung, atau


kesalahan pencantuman tariff Bea Keluar dan/atau Harga Ekspor;

kelebihan pembayaran akibat penetapan Pejabat bead an Cukai;

kelebihan pembayaran akibat penetapan kembali Direktur Jenderal Bea


dan Cukai;

kelebihan pembayaran akibat keputusan keberatan; atau

kelebihan pembayaran akibat putusan Pengadilan Pajak.


Pengembalian Bea Keluar dan/atau sanksi adminstrasi

berupa

denda dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak :
-

tanggal diterbitkan Suarat Keputusan Pengembalian Bea Keluar


(SKPBK) ;

tanggal keberatan

dikabulkan atau dianggap dikabulkan dalam hal

pengembalian karena keberatan; atau


-

tanggal diterimanya salinan putusan atau salinan penetapan Pengadilan


Pajak oleh Kepala Kantor Pabean dari Pengadilan Pajak dalam hal
pengembalian karena keputusan banding.
Untuk

mendapatkan

pengembalian

Bea

Keluar

Eksportir

mengajukan permohonan pengembalian kepada Kepala Kantor Pabean di


Kantor

Pabean

penyelesaian

tempat

kewajiban

penyelesaian
pabean.

kewajiban
Dikecualikan

pabean
dari

tempat

kewajiban

menyerahkan permohonan adalah pengembalian Bea Keluar karena


keputusan keberatan atau banding.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

151

Teknik Kepabeanan
Permohonan pengembalian Bea Keluar dibuat dengan format

yang

ditetapkan dengan dilampiri :


asli bukti pembayaran;
dokumen-dokumen yang menjadi dasar permohonan tersebut.
Permohonan pengembalian

dapat diproses apabila setoran Bea

Keluar, setoarn atas kekurangan Bea Keluar dan/atau sanksi admisntrasi


berupa denda yang dimintakan telah diterima dan dibukukan di Kas
Negara. Atas permohonan pengembalian tersebut, Kepala Kantor Pabean
atau Pejabat Bea dan Cukai yang diberi wewenang atas nama Menteri,
memberikan keputusan persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak permohonan diterima secara
lengkap.
Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang diberi
wewenang atas nama Menteri menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian
Bea Keluar (SKPBK) paling lambat 4 (empat) hari kerja sebelum jangka
waktu pengembalian berakhir .
Apabila permohonan pengembalian ditolak, Kepala Kantor Pabean
atau Pejabat Bea dan Cukai yang diberi wewenang , menerbitkan surat
penolakan yang disertai dengan alas an penolakan.
Berdasarkan Surat Keputusan Pengembalian Bea Keluar (SKPBK) ,
Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang diberi wewenang
atas nama Menteri menerbitkan Surat Perintah Membayar Kembali Bea
Keluar (SPMKBK) sesuai format yang ditetapkan dalam rangkap 4 (empat)
dengan peruntukan sebagai berikut:
lembar ke-1 dan 2 untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN);
lembar-3 untuk Ekspotir;
lembar-4 untuk Kantor Pabean
SPMKBK dibebankan pada akun pengembalian pendapatan setoran
Bea Keluar tahun anggaran berjalan, yaitu pada akun yang sama atau
sejenis

dengan

akun

penerimaan

setoran

Bea

Keluar.

SPMKBK

disampaikan ke KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum berakhirnya

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

152

Teknik Kepabeanan
jangka waktu pengembalian Bea Keluar dan/atau sanksi adminstrasi90 ,
secara langsung oleh Pejabat Bea dan Cukai. (Catatan: paling lama 30 har
sejak tanggal diterbitkanya SKPBK, tanggal keberatan dikabulkan atau
dianggap dikabulkan

atau tanggal diterimanya salinan penetapan

Pengadilan Pajak).

2.2. Latihan 2

Kerjakan soal latihan berikut ini didalam kertas jawaban !

1)

Jelaskan pengertian ekspor !

2)

Jelaskan pengolongan jenis-jenis barang ekspor berdasarkan ketentuan


Departemen Perdagangan dan sebutkan beberapa jenis barang
berdasarkan masing-masing penggolongan !

3)

Jelaskan siapa yang berwenang melakukan ekspor !

4)

Sebutkan jenis-jenis barang yang dikenakan Pungutan Ekspor dan


besarnya tarif Pungutan Ekspor !

5)

Jelaskan cara penghitungan Pajak Ekspor !

6)

Jelaskan jenis jenis eksportasi yang diwajibkan menggunakan dokumen


PEB dan yang tidak diwajibkan menggunakan dokumen PEB!

7)

Jelaskan kriteria pemeriksaan fisik terhadap barang ekspor !

8)

Apa yang dimaksud dengan konsolidasi barang ekspor ? Apakah setiap


kegiatan konsolidasi barang ekspor wajib diawasi oleh Pejabat Bea dan
Cukai ? Jelaskan !

9)

Jelaskan dokumen yang wajib disertakan pada saat pemasukan barang


ekspor ke Kawasan Pabean !

10)

Jelaskan kewajiban kewajiban Pengangkut pada saat sarana


pengangkut berangkat dari Kawasan Pabean !

90

Berdasatkan pasal 29 ayat (3) , jangka waktu pengembalian paling lama 30 har sejak tanggal
diterbitkanya SKPBK, tanggal keberatan dikabulkan atau dianggap dikabulkan atau tanggal
diterimanya salinan penetapan Pengadilan Pajak .

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

153

Teknik Kepabeanan
2.3. Rangkuman

a). Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean .


Barang yang telah dimuat atau akan dimuat ke dalam sarana
pengangkut untuk tujuan ekspor , dianggap telah diekspor.
b). Sesuai ketentuan Departemen Perdagangan, barang ekspor dibagi
menjadi 3 (tiga) golongan yaitu Barang Yang Diatur Ekspornya, Barang
Yang Diawasi Ekspornya dan Barang Yang Dilarang Ekspornya.
Penggolongan barang ekspor didalam 3 Golongan tersebut telah
ditetapkan secara limitatif.
c). Untuk dapat melaksanakan kegiatan ekspor maka setiap perusahaan
atau perorangan harus memiliki SIUP (Surat Izin Usaha perdagangan),
Izin Usaha dari Departemen Tehnis / Lembaga Pemerintah Non
Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) . Disamping persyaratan tersebut
diatas, khusus untuk mengekspor barang yang diatur tataniaga
ekspornya, perusahaan atau perorangan tersebut harus memenuhi
persyaratan

tambahan yaitu , telah mendapat pengakuan sebagai

Eksportir Terdaftar dari Menteri Perdagangan, dalam hal ini Direktur


Jenderal Perdagangan Internasional.
d). Terdapat 6 (enam) kelompok jenis barang yang dikenakan Pungutan
Ekspor

yaitu , kayu, rotan, pasir alam, CPO dan produk turunanya,

batubara dan kulit .


e). Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan oleh eksportir/kuasanya
dengan menggunakan PEB. Eksportir /kuasanya wajib mengisi PEB
dengan lengkap dan benar dan bertanggung jawab atas kebenaran halhal yang diberitahukan dalam PEB.
f) Terhadap PEB dilakukan penelitian dokumen, meliputi kelengkapan dan
kebenaran pengisian data PEB, kebenaran perhitungan dan pelunasan
PE dalam hal barang ekspor terkena PE, kelengkapan dokumen
pelengkap pabean yang diwajibkan, dan kelengkapan dokumen
pelengkap pabean lainnya yang diwajibkan dalam rangka pemenuhan
ketentuan kepabeanan di bidang ekspor.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

154

Teknik Kepabeanan
g) Pemeriksaan fisik barang dilakukan oleh Pemeriksa terhadap barang
ekspor yang akan diimpor kembali , barang diekspor kembali, barang
ekspor yang telah mendapat Persetujuan Ekspor yang terkena NHI.
Pemeriksaan fisik barang juga dapat dilakukan dalam hal barang yang
diekspor adalah barang ekspor yang terkena PE dan STBS yang nomor
dan tanggalnya tercantum dalam PEB belum diserahkan eksportir
kepada Pejabat dan barang yang

diatur , diawasi dan dilarang

ekspornya dan izin dari instansi terkait yang tercantum dalam PEB
belum diserahkan eksportir kepada Pejabat;
h) Stuffing

barang

ekspor

konsolidasi

wajib

diawasi

oleh

Petugas

Pengawasan Stuffing dalam hal barang ekspor yang mendapat KITE,


digabung dengan barang lain yang tidak mendapat KITE, barang ekspor
yang dilakukan pemeriksaan fisik barang, digabung atau tidak dengan
barang lain yang tidak dilakukan pemeriksaan fisik barang, barang
ekspor yang berasal dari TPB, digabung atau tidak dengan barang yang
bukan berasal dari TPB.
i) Pemasukan barang ekspor ke Kawasan Pabean dilakukan dengan
menggunakan Persetujuan Ekspor yang telah ditandatangani Pejabat.
Pemasukan barang ekspor yang akan dilakukan pemeriksaan fisik
barang di Kawasan Pabean dengan menggunakan PEB dan PPB.
Dalam hal Pendaftaran PEB di Kantor Pemuatan dengan menggunakan
formulir, pemasukan barang ekspor ke Kawasan Pabean dilakukan
dengan menggunakan copy PEB.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

155

Teknik Kepabeanan
d. Test formatif 2

Pilih dan

berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d

pada

jawaban yang paling tepat di bawah ini!

1. Barang ekspor yang PEB-nya telah didaftarkan dan telah mendapat


persetujuan ekspor serta sudah berada di kawasan pabean:
a. Diperlakukan sebagai barang ekspor.
b. Belum diperlakukan sebagai barang ekspor
c. Diperlakukan sebagai barang antar pulau.
d. Diperlakukan sebagai barang impor.
2. Setiap barang yang akan diekspor wajib menyerahkan pemberitahuan
berupa PEB kepada pihak pabean, kecuali:
a. Ekspor barang oleh pelintas batas.
b. Setiap barang kiriman melalui PT.Pos.
c. Barang pribadi penumpang.
d. Semua jawaban diatas benar
3. Dalam hal tertentu pejabat bea dan cukai melakukan pemeriksaan fisik
atas barang ekspor. Pemeriksaan fisik selalu dilakukan terhadap:
a. Barang ekspor yang akan diimpor kembali
b. Barang

ekspor

yang

mendapat

fasilitas

KITE dg

skema

pembebasan bea masuk


c. Barang ekspor yang dikenai bea keluar
d. Semua jawaban diatas benar.
4. Atas ekspor barang curah pemberitahuan pabean dapat disampaikan
paling lambat :
a. 7 hari sebelum tanggal perkiraan ekspor
b. 3 hari sebelum tanggal perkiraan ekspor
c. Sebelum dimasukkan ke kawasan pabean.
d. Sebelum keberangkatan sarana pengangkut
5. Tekstil dan produk tekstil yang diekspor dengan tujuan USA adalah
barang yang .:
a. Diatur ekspornya
b. Diawasi ekspornya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

156

Teknik Kepabeanan
c. Dibatasi ekspornya.
d. Bebas diekspor.
6. Tujuan pengaturan barang yang diawasi ekspornya adalah:
a. Melindungi industri dalam negeri.
b. Menjaga mutu produk ekspor.
c. Menjaga ketersediaan stock nasional.
d. Melindungi flora dan fauna. dari kepunahan
7. Dalam hal

menggunakan system PDE jika hasil penelitian dokumen

pengisian PEB lengkap dan benar tetapi diperlukan dokumen pelengkap


pabean lainnya, maka:
a. PEB tetap diberikan no dan tgl pendaftaran, dengan catatan
dokumen tsb

wajib diserahkan

sebelum atau

pada

saat

pemasukan barang ke Kawasan Pabean


b. PEB tetap diberikan no dan tgl pendaftaran, dengan catatan
dokumen tsb wajib diserahkan sebelum pemuatan barang ekspor
c. PEB diberikan no dan tgl pendaftaran, setelah eksportir
melengkapi persyaratan yang diwajibkan
d. PEB tetap diberikan persetujuan ekspor, dengan catatan dokumen
tsb wajib diserahkan segera

setelah selesai pemuatan barang

ekspor
8. Pemberitahuan oleh pihak pabean kepada eksportir bahwa barang ekspor
akan dilakukan pemeriksaan fisik adalah
a. Nota Pemberitahuan
b. PPB
c. SPJM
d. Instruksi Pemeriksaan
9. Salah satu kriteria pemeriksaan fisik terhadap barang yang akan diekspor
adalah:
a. Reputasi eksportir buruk.
b. Komoditi ekspor termasuk golongan high risk.
c. Komoditi ekspor termasuk barang lartas
d. Ada NHI.
10. Dalam hal pemeriksaan fisik barang ekspor akan dilakukan di gudang
eksportir, maka PEB wajib didaftarkan paling lambat:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

157

Teknik Kepabeanan
a. Sebelum pemeriksaan fisik.
b. 12 jam sebelum pemeriksaan fisik
c. 24 jam sebelum pemeriksaan fisik.
d. 2 hari sebelum pemeriksaan fisik
11. Tingkat pemeriksaan fisik barang ekspor adalah sebesar
a. 10%, 30% dan 100%.
b. 10%, 50% dan 100%.
c. 10% dan 100%.
d. 100%.
12. Dalam hal pengajuan PEB dengan system disket, pemasukan barang
ekspor ke kawasan pabean dilakukan dengan menggunakan dokumen:
a. NPE.
b. PEB yang telah mendapat nomor pendaftaran.
c. SPBE.
d. SPPB.
13. Sarana pengangkut yang meninggalkan kawasan pabean pelabuhan
Makassar menuju pelabuhan Tg.Perak dengan muatan barang ekspor,
wajib memberitahukan barang ekspor yang diangkutnya dalam dokumen:
a. PEB.
b. PKBE.
c. Manifest.
d. DPBE.
14. Terhadap barang ekspor yang tidak jadi diekspor dan eksportir tidak
melaporkan pembatalan ekspor setelah melewati jangka waktu yang
ditentukan, maka:
a. Dikenai sanksi administrasi/denda.
b. Dilakukan pemblokiran
c. Dilakukan penyelidikan oleh unit P2.
d. Tidak dikenai sanksi karena tidak ada kerugian negara
15. Pengeluaran barang ekspor yang dibatalkan ekspornya dari kawasan
pabean menggunakan dokumen :
a. SPKBE.
b. PKBE.
c. PEB.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

158

Teknik Kepabeanan
d. NPE.
16. Pembetulan PEB yang menyangkut jumlah, jenis dan harga barang dapat
dilayani:
a. Sebelum atau sesudah barang dimuat kesarana pengangkut
b. Sebelum barang dimuat kesarana pengangkut
c. Sesudah barang dimuat kesarana pengangkut.
d. Sesudah PEB mendapat nomor pendaftaran
17. Untuk barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE oleh perusahaan yang
berlokasi di Bekasi akan diekspor melalui pelabuhan Tg.Priok, PEB
didaftarkan di
a. Kantor Bea dan Cukai Tg.Priok
b. Kantor Bea dan Cukai Bekasi
c. Kantor Wilayah DJBC Jakarta
d. Kantor Pusat DJBC Jakarta
18. Barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE adalah barang ekspor yang:
a. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan atau keringanan BM, cukai dan PDRI tidak dipungut
atas Impor barang/bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain dengan tujuan untuk diekspor.
b. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan atau keringanan BM, cukai dan PDRI tidak dipungut
atas Impor barang/bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain dengan tujuan untuk diekspor atau diimpor untuk
dipakai.
c. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan atau pengembalian

BM, cukai dan PDRI tidak

dipungut atas Impor barang/bahan untuk diolah, dirakit atau


dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor.
d. Barang ekspor yang berasal dari Kawasan Berikat.
19. Pemeriksaan fisik barang dilakukan secara selektif terhadap:
a. Barang ekspor yang akan diimpor kembali.
b. Barang ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diekspor
kembali.
c. Barang ekspor yang dikenai bea keluar.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

159

Teknik Kepabeanan
d. Berdasarkan informasi

DJP atau informasi lainnya terdapat

indikasi pelanggaran ketentuan perundang-undangan.


20. Yang termasuk dalam kategori penyelundupan ekspor adalah:
a. Mengekspor barang tanpa menyerahkan pemberitahuan pabean..
b. Dengan sengaja memberitahukan jumlah/jenis barang dalam
pemberitahuan pabean secara salah.
c. Memuat barang ekspor diluar kawasan pabean; atau membongkar
barang ekspor di dalam kawasan pabean.
d. Jawaban tersebut diatas benar semua.

2.4. Umpan balik dan tindak lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang


modul ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.

TP =

Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah


dipelajari mencapai
91 %

s.d

100 %

Amat Baik

81 %

s.d.

90,00 %

Baik

71 %

s.d.

80,99 %

Cukup

61 %

s.d.

70,99 %

Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 75 % ke atas (kategori Cukup),


maka disarankan mengulangi materi. Silakan nilai kemampuan Anda sendiri
secara jujur.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

160

Teknik Kepabeanan
3. Kegiatan Belajar (KB) 3

FASILITAS PEMBEBASAN DAN


KERINGANAN BEA MASUK, FASILITAS
TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT

Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan peserta dapat :
1. Menjelaskan tatacara pemberian fasilitas pembebasan bea masuk.
2. Menjelaskan
tatacara pemberian fasilitas pembebasan atau
keringanan bea masuk.
3. Menjelaskan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah.
4. Menjelaskan fasilitas preferensi tariff bea masuk.
5. Menjelaskan pemberian fasilitas atas Tempat Penimbunan Berikat.
6. Menjawab pertanyaan tentang pemberian fasilitas pembebasan,
keringanan dan penangguhan bea masuk.

3.1. Uraian Materi dan Contoh

A. FASILITAS PEMBEBASAN DAN KERINGANAN BEA MASUK

Dalam materi ini dibahas mengenai tatacara dan persyaratan pemberian


fasilitas pembebasan dan keringanan bea masuk, termasuk fasilitas bea masuk
ditanggung pemerintah, dan fasilitas preferensi tarif bea masuk.
1)

Pengertian
Fasilitas Kepabeanan yang dikaitkan dengan pungutan Bea Masuk diatur

dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1995 yang telah direvisi dengan UU


Nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan, adalah sebagai berikut.
i) Tidak dipungut Bea Masuk.
Dalam pasal 24 Undang-Undang No. 17 tahun 2006 disebutkan bahwa
barang yang dimasukkan ke dalam daerah Pabean untuk diangkut terus
atau diangkut lanjut ke luar daerah Pabean, tidak di pungut Bea Masuk.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

161

Teknik Kepabeanan
Pada dasarnya barang di luar daerah Pabean sejak memasuki (melintasi
batas daerah Pabean) sudah terutang Bea Masuk, tetapi dalam hal barang
yang dimasukkan tersebut tidak di impor untuk dipakai, barang tersebut
tidak di pungut Bea Masuk.
Tidak di pungut Bea Masuk mengandung pengertian bahwa sama
sekali tidak di pungut Bea Masuk tanpa syarat apapun.
ii) Fasilitas pembebasan Bea Masuk diatur dalam pasal 25 Undangundang No. 17 tahun 2006.
Pembebasan Bea Masuk adalah peniadaan pembayaran Bea Masuk
yang diwajibkan. Pembebasan Bea Masuk yang diberikan dalam pasal ini
adalah pembebasan yang bersifat mutlak, artinya jika persyaratan yang
diatur dalam pasal tersebut di atas dipenuhi, barang yang diimpor tersebut
diberi pembebasan Bea Masuk.

Pemberian fasilitas pembebasan Bea

Masuk ini, yang dimasukkan dalam perundang-undangan kepabeanan


Indonesia bersifat universal dan dilaksanakan dalam praktek kepabeanan
internasional.
Kriteria pemberian fasilitas pembebasan pungutan Bea Masuk telah
disusun sedemikian rupa sehingga sejalan dengan ketentuan nasional dan
perjanjian internasional. Barang-barang impor yang diberikan fasilitas
pembebasan Bea Masuk dalam Undang-undang Kepabeanan Indonesia
adalah :
-

Barang Perwakilan Negara Asing beserta para pejabatnya yang


bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;

Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya


yang bertugas di Indonesia;

Buku ilmu pengetahuan;

Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial


atau

kebudayaan

atau

untuk

kepentingan

penanggulangan

bencana alam;
-

Barang untuk keperluan museum, kebun binatang dan tempat lain


semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk
konservasi alam;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

162

Teknik Kepabeanan
-

Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu


pengetahuan;

Barang untuk keperluan kaum tunanetra dan penyandang cacat


lainnya;

Persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer, termasuk suku


cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan
keamanan negara;

Barang untuk keperluan yang di pergunakan untuk menghasilkan


barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

Barang contoh yang tidak untuk di perdagangkan;

Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;

Barang pindahan;

Barang pribadi Penumpang; awak sarana pengangkut, pelintas


batas, dan barang kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau
jumlah tertentu.

Obat-obatan

yang

diimpor

dengan

menggunakan

anggaran

pemerintah yang diperuntukan bagi kepentingan masyarakat;


-

Barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan,


pengujian;

Barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam


kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor;

Bahan

terapi

manusia,

pengelompokan

darah,

dan

bahan

penjenisan jaringan.

iii) Pembebasan atau keringanan Bea Masuk.


Fasilitas ini diatur dalam pasal 26 Undang-undang No. 17 tahun 2006,
yaitu pembebasan yang bersifat relatif, dalam arti bahwa pembebasan
yang diberikan didasarkan pada beberapa persyaratan dan tujuan tertentu,
sehingga terhadap barang impor dapat diberikan pembebasan atau
keringanan Bea Masuk.
Yang dimaksud dengan keringanan Bea Masuk adalah pengurangan
sebagian pembayaran Bea Masuk yang diwajibkan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Kepabeanan, dengan kata lain pembebasan
sebagian Bea Masuk.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

163

Teknik Kepabeanan
Fasilitas pembebasan atau keringanan ini erat kaitannya dengan
kebijakan pemerintah saat itu (dalam periode tertentu) untuk mendorong
pertumbuhan industri dalam negeri, perdagangan dan ekonomi pada
umumnya.
Pembebasan

atau

keringanan

Bea

Masuk

yang

diberikan

sebagaimana diatur dalam perundang-undangan kepabeanan Indonesia


atas impor adalah :
-

Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri


dalam rangka penanaman modal;

Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri;

Barang

dan

bahan

dalam

rangka

pembangunan

dan

pengembangan industri untuk jangka waktu tertentu;


-

Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran


lingkungan;

Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri


pertanian, peternakan dan perikanan;

Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkapan yang telah


mendapat izin;

Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan


atau penyusutan volume atau berat karena alamiah antara saat
diangkut ke dalam daerah Pabean dan saat diberikan persetujuan
impor untuk dipakai;

Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang


ditujukan untuk kepentingan umum;

Barang untuk keperluan olah raga yang diimpor oleh induk


organisasi olah raga nasional;

Barang untuk keperluan proyek pemerintah yang dibiayai dengan


pinjaman dan/atau hibah dari luar negeri;

Barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang
lain dengan tujuan untuk diekspor.
Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,

wewenang pemberian fasilitas pembebasan ataupun keringanan Bea


Masuk (dan pajak-pajak dalam rangka impor) berada pada Menteri

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

164

Teknik Kepabeanan
Keuangan, dan dalam hal tertentu Menteri Keuangan memberikan delegasi
wewenang kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
2)

Pembebasan Bea Masuk


i)

Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya


Perlakuan dan fasilitas yang diberikan terhadap perwakilan negara
asing di Indonesia sama dengan perlakuan yang diberikan terhadap
perwakilan negara Indonesia di negara yang bersangkutan, hal ini disebut
reciprocity (asas timbal balik). Asas timbal balik adalah asas perlakuan
yang sama mengenai hak istimewa dan kekebalan terhadap perwakilan
negara asing (diplomatik dan konsuler) beserta pejabatnya yang berstatus
diplomatik di Indonesia sebagaimana perlakuan terhadap perwakilan
Republik Indonesia (diplomatik dan konsuler) beserta pejabatnya yang
berstatus diplomatik di luar negeri.
Asas perlakuan yang sama mengenai hak istimewa terhadap
perwakilan negara asing berkaitan dengan kepabeanan adalah pemberian
fasilitas pembebasan pungutan Bea Masuk dan pungutan dalam rangka
impor lainnya terhadap semua barang-barang yang diimpornya, meliputi :
Pembebasan Bea Masuk dan Cukai
Impor barang milik perwakilan negara asing beserta para pejabatnya
dalam upaya menunjang tugas/fasilitas diplomatik perwakilan asing di
Indonesia

berdasarkan

asas

timbal

balik

diberikan

fasilitas

pembebasan Bea Masuk dan Cukai yang meliputi :


Barang yang dipakai untuk keperluan resmi, seperti keperluan
kantor, simbol-simbol, bendera kebangsaan, dan sebagainya,
serta barang-barang lain yang digunakan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari;
Barang yang digunakan untuk pendirian dan/atau perbaikan
gedung yang ditempati oleh perwakilan diplomatik, konsuler dan
dagang, termasuk juga furniture dan kelengkapan di dalamnya;
Barang pindahan milik pejabat perwakilan negara asing yang
meliputi

semua

barang-barang

rumah

tangga,

termasuk

kendaraan bermotor;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

165

Teknik Kepabeanan
Barang yang dipakai untuk keperluan sendiri termasuk pemakaian
anggota keluarga dari pejabat perwakilan negara asing.
Atas pemasukan barang-barang pindahan dan barang yang
dipakai untuk keperluan sehari-hari tersebut di atas diberikan
pembebasan Bea Masuk dan Cukai dengan ketentuan :
Pejabat perwakilan negara asing tersebut tidak menjalankan
pekerjaan lain diluar tugasnya di Indonesia, semata-mata hanya
bertugas pada perwakilan negara asing tersebut;
Prosedur pengangkatannya tidak berlaku di Indonesia, tapi
ditunjukkan

dan

diangkat

oleh

pemerintah

negara

yang

bersangkutan di luar negeri;


Pejabat perwakilan negara asing merupakan warga negara asing.
Dengan demikian warga negara Indonesia yang di angkat sebagai
staff pada perwakilan negara asing tidak mendapat fasilitas
kepabeanan.
Atas pemasukan barang tersebut dari luar negeri, tetap diajukan
formalitas Pabean (Dokumen Pemberitahuan Impor Barang)
namun tanpa membayar pungutan Bea Masuk dan Pajak Dalam
Rangka Impor (PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 impor) sesuai
ketentuan perundang-undangan perpajakan. Termasuk juga yang
diberikan fasilitas pembebasan pungutan Cukai atas impor barang
kena cukai seperti hasil tembakau (rokok, sigaret, curutu) dan
minuman mengandung etil alkohol.
Pembebasan Bea Masuk terhadap kendaraan bermotor
Berbeda

dengan

importasi

barang-barang

keperluan

perwakilan negara asing tersebut di atas yang mendapatkan fasilitas


pembebasan Bea Masuk dan pungutan impor lainnya tanpa batas
jumlah tertentu, maka importasi kendaraan bermotor oleh perwakilan
negara asing dibatasi jumlahnya sesuai dengan keperluan yang wajar
bagi aktifitas kantor perwakilan negara asing dan keperluan pejabat
perwakilan negara asing tersebut.
Demikian juga batasan pengertian kendaraan bermotor yang
boleh di impor adalah kendaraan bermotor roda empat yang
digunakan dalam rangka pelaksanaan tugas perwakilan diplomatik.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

166

Teknik Kepabeanan
Namun baik jumlah maupun jenis kendaraan yang diberikan fasilitas
pembebasan Bea Masuk di sesuaikan dengan kebutuhan perwakilan
berdasarkan azaz timbal balik, artinya tidak tertutup kemungkinan
jumlahnya ditambah atau mengimpor kendaraan bermotor selain roda
empat.
Khusus untuk pembebasan Bea Masuk atas impor kendaraan
bermotor untuk kantor perwakilan negara asing beserta pejabatnya
diberikan dengan ketentuan :
-

Untuk

keperluan

kantor

perwakilan

diplomatik,

diberikan

pembebasan Bea Masuk atas impor atau pembelian kendaraan


bermotor dalam keadaan jadi CBU (Completely Built Up) paling
banyak 16 (enam belas) unit untuk kantor dengan pejabat senior
lebih dari 10 (sepuluh) orang dan 10 (sepuluh) unit untuk kantor
dengan pejabat senior 1 (sepuluh) orang atau kurang;
-

Untuk keperluan kantor perwakilan konsuler dan kantor perwakilan


organisasi internasional (dalam hal ini ASEAN Secretary dan
ASEAN Foundation) atas impor atau pembelian kendaraan
bermotor dalam keadaan jadi (CBU) paling banyak 6 (enam) unit
untuk kantor dengan pejabat senior lebih dari 5 (lima) dan 5 (lima)
unit untuk kantor dengan pejabat senior 5 (lima) orang atau
kurang.

Dalam hal kantor perwakilan negara asing memerlukan kendaraan


bermotor melebihi jumlah yang ditentukan, dapat pula diberikan
pembebasan Bea Masuk atas pembelian kendaraan bermotor
yang di produksi / dirakit di Indonesia (CKD = Completely Knock
Down);

Berdasarkan asas timbal balik selain jumlah tersebut butir i dan ii,
pembebasan Bea Masuk dapat pula diberikan atas impor atau
pembelian kendaraan bermotor dalam keadaan jadi (CBU=
Completely Build Up) dalam jumlah yang sama dengan jumlah
yang diperoleh perwakilan Indonesia di negara tersebut; misalnya
jika

perwakilan

Indonesia

di

negara

tersebut

diberikan

pembebasan Bea Masuk lebih dari 16 unit, maka perwakilan


negara asing tersebut juga mendapat jumlah yang sama;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

167

Teknik Kepabeanan
-

Dalam hal kantor perwakilan negara asing memerlukan kendaraan


bermotor

selain

jenis

roda

empat,

dapat

pula

diberikan

pembebasan Bea Masuk berdasarkan asas timbal balik, misalnya


perwakilan negara asing memerlukan sepeda motor, bus, atau
kendaraan bermotor lainnya, sepanjang telah mendapatkan
rekomendasi dari instansi terkait. Mengenai kendaraan bermotor
roda dua harus memenuhi persyaratan:

Kendaraan bermotor roda dua dapat diimpor dalam kondisi


CKD;

Fasilitas

pembebasan

tersebut

diperhitungkan

sebagai

pengganti fasilitas kendaraan bermotor roda empat;

Kendaraan tersebut wajib diekspor kembali jika pejabat


perwakilan negara asing dimaksud telah mengakhiri tugasnya
di Indonesia.
Disamping pemberian pembebasan Bea Masuk atas kendaraan

bermotor untuk keperluan kantor, fasilitas pembebasan juga diberikan


terhadap pejabat pada perwakilan negara asing.
Pembebasan Bea Masuk yang diberikan atas impor atau
pembelian kendaraan bermotor dalam keadaan jadi (CBU) oleh
pejabat perwakilan negara asing adalah sebagai berikut :
-

Untuk Duta Besar, paling banyak 1 (satu) unit selama bertugas di


Indonesia;

Untuk kepala perwakilan asing yang bukan duta besar, pejabat


perwakilan negara asing yang berstatus diplomatik serta pejabat
dari organisasi internasional paling banyak 1 (satu) unit selama
bertugas di Indonesia;

Dalam hal pejabat perwakilan asing pada butir a dan b


memerlukan lebih dari 1 (satu) unit kendaraan bermotor, yang
bersangkutan dapat pula diberikan pembebasan Bea Masuk atas
pembelian paling banyak 1 (satu) unit kendaraan bermotor yang di
produksi / dirakit di dalam negeri (CKD).
Untuk keperluan staf administrasi dan teknik perwakilan

negara asing yang memiliki paspor diplomatik selama bertugas di


Indonesia, diberikan pembebasan Bea Masuk atas impor atau

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

168

Teknik Kepabeanan
pemasukan kendaraan bermotor sebagai barang pindahan dengan
memperhatikan kewajaran tipe paling banyak 1 (satu) unit. Kewajaran
tipe dan jenis kendaraan bermotor jenjang kepangkatan/gelar
diplomatik dan kebutuhan pejabat yang bersangkutan dalam rangka
menunjang pekerjaan dan misi diplomatik di Indonesia.
Selama bertugas di Indonesia staf administrasi dan teknik
perwakilan negara asing yang memiliki paspor dinas dapat pula
memperoleh fasilitas pembebasan Bea Masuk atas pembelian
kendaraan bermotor yang di produksi / dirakit di dalam negeri (CKD)
paling banyak 1 (satu) unit.
Keputusan pembebasan Bea Masuk dan Cukai diberikan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas permohonan kepala
perwakilan asing atau pejabat yang ditunjuk setelah mendapat
persetujuan dari Departemen Luar Negeri.
Kepala

perwakilan

diplomatik,

konsuler

atau

lembaga

internasional (Asean Secretary dan Asean Foundation) mengajukan


surat permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai mengenai
jumlah, jenis barang yang akan diimpornya untuk mendapatkan
fasilitas pembebasan Bea Masuk. Surat permohonan tersebut terlebih
dahulu harus disetujui oleh Departemen Luar Negeri, dalam hal ini
Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler.
Selanjutnya Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama
Menteri Keuangan memberikan keputusan pembebasan Bea Masuk,
PPn dan PPnBM serta PPh pasal 22 tidak di pungut, sesuai ketentuan
yang berlaku.
Dalam praktek untuk kelancaran pelayanan terhadap barangbarang impor keperluan perwakilan negara asing selain kendaraan
bermotor, pemberian persetujuan izin impor dengan pembebasan Bea
Masuk dan pajak dalam rangka impor diberikan langsung oleh Kepala
Kantor Pabean setempat.
Pelimpahan wewenang tersebut diberikan terhadap importasi
selain kendaraan bermotor, sedangkan atas impor kendaraan
bermotor pemberian pembebasan diberikan oleh Direktur Jenderal

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

169

Teknik Kepabeanan
Bea dan Cukai, dalam hal ini oleh Direktur Teknis Kepabeanan, atas
nama Menteri Keuangan.
Penjualan Kendaraan bermotor eks fasilitas perwakilan negara
asing
Kendaraan bermotor yang telah diimpor oleh kantor perwakilan
negara asing maupun oleh pejabatnya dapat dipindah tangankan
atau dijual kepada pihak lain di Indonesia. Oleh karena pada
pemasukan awalnya ke Indonesia kendaraan bermotor dimaksud
tidak dibayar Bea Masuk dan pajak dalam rangka impornya, maka
penjualan kendaraan bermotor kepada pihak lain harus dibayar Bea
Masuk serta pungutan impor lainnya (PPN, PPnBM, PPh pasal 22).
Kendaraan bermotor untuk keperluan kantor perwakilan
negara

asing

dan

perwakilan

konsuler

dapat

dijual

atau

dipindahtangankan dengan ketentuan :


telah digunakan selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal keputusan
pemberian pembebasan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai;
kendaraan bermotor tersebut secara meyakinkan terbukti tidak
dapat dipergunakan lagi sebelum jangka waktu 3 (tiga) tahun
tersebut di atas terlampaui, antara lain disebabkan rusak berat,
musnah terbakar dan sebagainya.
Keputusan pemberian ijin penjualan atau pemindah tangan
kendaraan bermotor tersebut diberikan oleh Direktur Jenderal Bea
dan Cukai setelah mendapat persetujuan Departemen Luar Negeri.
Pembelian atau pengimporan baru oleh dan untuk kantor perwakilan
negara asing sebagai pengganti kendaraan bermotor yang telah dijual
atau dipindah tangankan, dapat dilakukan setelah BM dan Pajak
dalam rangka impor atas kendaraan bermotor yang dijual atau
dipindahtangankan dilunasi.
Demikian juga pemindahtanganan kendaraan bermotor oleh
pejabat

perwakilan

negara

asing,

hanya

dapat

dijual

atau

dipindahtangankan kepada pihak lain, dengan ketentuan :


Kendaraan

bermotor

tersebut

telah

digunakan

sekurang-

kurangnya selama 2 (dua) tahun sejak tanggal keputusan Direktur


Jenderal Bea dan Cukai; atau

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

170

Teknik Kepabeanan
Masa tugas yang bersangkutan di Indonesia berakhir sebelum 2
(dua)

tahun,

sehingga

pejabat

yang

bersangkutan

harus

meninggalkan Indonesia, dan tidak membawa serta kendaraan


bermotornya; atau
Kendaraan bermotor tersebut secara meyakinkan terbukti tidak
dapat/tidak layak dipergunakan lagi dalam melaksanakan tugas
sebelum 2 (dua) tahun, misalnya rusak berat.
Permohonan pemindah tanganan / penjualan kendaraan
bermotor diajukan oleh pejabat perwakilan negara asing kepada
Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dengan mendapat persetujuan
Departemen Luar Negeri, dengan dilampiri foto copy dokumen terkait
seperti dokumen kendaraan yang akan dipindah tangankan termasuk
formulir B (Surat Keterangan tentang Pemasukan Kendaraan
bermotor yang Bea Masuk dan pungutan impornya belum dilunasi),
alasan penjualan, dan identitas pejabat perwakilan negara asing serta
identitas pembeli kendaraan dimaksud di dalam negeri.
Direktur Jenderal dalam hal ini Direktur Teknik Kepabeanan
akan

menerbitkan

surat

keputusan

pemberian

ijin

penjualan

kendaraan bermotor dan menetapkan tarif dan nilai Pabean sebagai


dasar perhitungan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor.
Sebagai formalitas Pabean dibuat PIB (Pemberitahuan Impor Barang)
untuk pembayaran pungutan impornya.
Atas penjualan atau pemindahtanganan kendaraan bermotor
dimaksud, Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor yang terutang
harus dilunasi.

Atas pelunasannya diterbitkan Form C yang akan

digunakan untuk pengurusan dokumen kendaraan.


Pemusnahan kendaraan bermotor eks fasilitas perwakilan negara
asing
Kendaraan bermotor yang di impor oleh kantor perwakilan
negara asing atau pejabatnya yang karena sesuatu hal tidak dapat
dipergunakan lagi dapat dilakukan pemusnahan setelah mendapat
izin Direktur Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan persetujuan
Departemen Luar Negeri. Laporan Pemusnahan kendaraan bermotor
disampaikan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai sebagai dasar

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

171

Teknik Kepabeanan
penghapusbukuan atas kendaraan bermotor tersebut dan pemberian
pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor.
Hal seperti ini dapat terjadi karena beberapa sebab, bisa jadi
karena kendaraan sudah berusia tua, atau terbakar, bertabrakan,
masuk jurang dan sebagainya. Dalam kasus tertentu mobil yang
hilang juga dapat dihapus dengan bukti-bukti yang mendukung
penghapusan untuk dapat mengimpor kendaraan penggantinya
dengan mendapat fasilitas pembebasan Bea Masuk.

ii)

Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya


yang bertugas di Indonesia
Seperti halnya barang keperluan perwakilan negara asing, terhadap
pemasukan barang-barang untuk keperluan badan internasional baik
untuk keperluan resmi / kantor maupun para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia diberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam
rangka impor.
Badan internasional adalah perwakilan negara asing, perwakilan
organisasi internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
organisasi

serta

lembaga

internasional

lainnya

yang

bertempat

kedudukan di Indonesia atas penunjukkan induk badan internasional yang


bersangkutan, yang memberikan bantuan teknis dalam bidang ekonomi,
sosial dan kebudayaan kepada Indonesia.
Fasilitas pembebasan Bea Masuk meliputi barang yang dikirim untuk
keperluan kantor perwakilan badan internasional, termasuk barang untuk
keperluan proyek dan non proyek dalam rangka kerjasama teknik, oleh
karena kerja sama ini merupakan kerja sama antara badan internasional
dan pemerintah Indonesia yang sebagian atau seluruhnya di biaya dari
dana hibah luar negeri.
Pembebasan Bea Masuk, PDRI, Cukai atas barang-barang yang
diimpor oleh Badan Internasional.
Fasilitas pembebasan Bea Masuk diberikan oleh Menteri
Keuangan. Pembebasan Bea Masuk yang diberikan atas impor
barang keperluan badan internasional beserta para pejabatnya yang

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

172

Teknik Kepabeanan
bertugas di Indonesia tercantum dalam Daftar Badan Internasional
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia meliputi antara lain :
-

Perwakilan Organisasi internasional di bawah PBB antara lain :


UNDP, IBRD, UNHCR, World Bank, ADB, IDA, IFC, IMF, FAO,
UNICEF, WHO, UNESCO, MEE;

Kerja sama bilateral, antara lain: kerja sama Rusia RI, Jerman
RI, Belanda RI, USAID, kerjasama teknik dengan Prancis,
Swiss, Italia, Belgia, Malaysia, Singapura;

Colombo plan, antara lain : Colombo plan Australia, Colombo plan


Jepang yang meliputi JICA dan JIBC, Colombo Plan Inggris,
Canada, India, New Zealand, Pakistan;

Kerja sama kebudayaan, antara lain : kerja sama kebudayaan


Jepang RI, Mesir dan Austria;

Kerja sama internasional lainnya, antara lain: SEMEO, NORAD,


ACE, NORAD, TETO;

Organisasi swasta internasional, antara lain : the British Council,


Ford Foundation, WCS, Asian Foundation.
Seperti disebutkan di atas barang yang di impor untuk

keperluan Badan Internasional beserta pejabatnya yang mendapat


pembebasan Bea Masuk dan Cukai meliputi :
Barang untuk keperluan kantor badan internasional di Indonesia;
Barang keperluan pribadi dan barang yang digunakan untuk
keperluan keahlian (professional equipment) termasuk barang
untuk keperluan anggota keluarga dari pejabat yang bekerja untuk
badan internasional di Indonesia;
Barang untuk keperluan proyek dan non proyek dalam rangka
kerja sama teknik yang dikirim melalui badan internasional.
Barang proyek dalam rangka kerja sama teknik merupakan
barang yang diperlukan (termasuk kendaraan bermotor) untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan proyek yang alokasi dana atau
rincian barang-barang tersebut tertuang dalam perjanjian kerja
sama teknik atau badan internasional dan pemerintah Indonesia.
Barang non proyek dalam rangka kerja sama teknik, yaitu barang
yang dikirimkan oleh badan internasional (termasuk kendaraan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

173

Teknik Kepabeanan
bermotor) dalam rangka membantu peningkatan ekonomi, sosial
dan kebudayaan, termasuk bantuan darurat kepada Indonesia
yang alokasi dana / rincian barang tidak tertuang dalam perjanjian
kerja sama teknik antara badan internasional dan pemerintah
Indonesia, artinya tidak tercantum dalam APBN.
Kendaraan bermotor yang di impor dapat berupa kendaraan untuk
keperluan kantor, pejabat dan untuk keperluan proyek. Untuk
kendaraan proyek tidak dibatasi jumlah dan jenisnya tergantung
kebutuhan di lapangan.
Pembebasan Bea Masuk atas kendaraan bermotor
Untuk

keperluan

kantor

badan

internasional

kendaraan

bermotor dapat di impor dengan pembebasan Bea Masuk dan pajak


dalam rangka impor.

Pembebasan Bea Masuk atas pembelian

kendaraan bermotor yang di produksi di dalam negeri (CKD =


Completely Knock Down) diberikan dalam jumlah yang wajar paling
banyak 6 (enam) unit bagi kantor yang memiliki pejabat lebih dari 5
(lima) orang. Bagi kantor yang memiliki pejabat 5 (lima) orang atau
kurang paling banyak sejumlah pejabatnya.
Dalam hal Badan Internasional memerlukan kendaraan
bermotor dalam keadaan jadi (CBU = Completely Built Up), fasilitas
pembebasan Bea Masuk dapat diberikan untuk kendaraan yang
diimpor atau dibeli dalam keadaan jadi (CBU) dengan ketentuan untuk
kantor perwakilan organisasi internasional di bawah Perserikatan
Bangsa-Bangsa paling banyak 2 (dua) unit, dan untuk Badan
Internasional lainnya paling banyak 1 (satu) unit.
Kendaraan bermotor untuk keperluan proyek dan non proyek
dalam rangka kerja sama teknik dapat diberikan pembebasan Bea
Masuk atas pembelian produksi dalam negeri (CKD) sesuai
kebutuhan. Dalam hal dibutuhkan kendaraan dalam keadaan jadi
(CBU) sesuai dengan spesifikasi teknis yang sangat diperlukan dalam
pelaksanaan proyek, dapat diberikan pembebasan Bea Masuk sesuai
kebutuhan.
Keputusan pembebasan Bea Masuk dan Cukai diberikan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas permohonan kepala badan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

174

Teknik Kepabeanan
internasional atau pejabatnya yang ditunjuk setelah mendapat
persetujuan dari Sekretariat Negara RI.

Penjualan kendaraan bermotor eks fasilitas Badan Internasional


Kendaraan bermotor untuk keperluan badan internasional
dapat dijual atau dipindahtangankan dengan ketentuan :
Telah digunakan selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal keputusan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai;
Kendaraan bermotor tersebut secara meyakinkan terbukti tidak
dapat dipergunakan lagi sebelum jangka waktu 3 (tiga) tahun.
Keputusan pemberian ijin penjualan atau pemindah tangan
kendaraan bermotor tersebut diberikan oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai

setelah

mendapat

persetujuan

Sekretariat

Negara

RI.

Pembelian atau pengimporan baru oleh dan untuk kantor perwakilan


negara asing sebagai pengganti kendaraan bermotor yang telah dijual
atau dipindahtangankan, dapat dilakukan setelah Bea Masuk dan
Pajak dalam rangka impor atas kendaraan bermotor yang dijual atau
dipindahtangankan dilunasi.
Kendaraan bermotor untuk pejabat dari badan internasional,
hanya dapat dijual atau dipindahtangankan kepada pihak lain dengan
ketentuan :
Telah digunakan sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun sejak
tanggal keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai; atau
Masa tugas yang bersangkutan di Indonesia berakhir sebelum 2
(dua) tahun; atau
Kendaraan bermotor tersebut secara meyakinkan terbukti tidak
dapat dipergunakan lagi dalam melaksanakan tugas sebelum 2
(dua) tahun.
Kendaraan bermotor yang digunakan untuk pelaksanaan proyek
/ non proyek juga dapat dijual atau dipindahtangankan oleh kepala
badan internasional, setelah berakhirnya masa pelaksanaan kegiatan
proyek atau non proyek dimaksud.
Permohonan penjualan atau pemindah tanganan kendaraan
bermotor diajukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai oleh
pemilik

pejabat

yang

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

memiliki

atau

kuasanya

berdasarkan

175

Teknik Kepabeanan
persetujuan dari Sekretariat Negara RI dengan menyebutkan alasan
pemindah tanganan.
Atas penjualan atau pemindahtangan kendaraan bermotor
dimaksud, Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor yang terutang
harus dilunasi dengan menggunakan tariff pembebanan dan nilai
Pabean yang berlaku pada saat kendaraan bermotor dimaksud dijual
atau dipindahtangankan.
Pelaksanaan dan penyelesaian pemindahtanganan kendaraan
bermotor eks fasilitas badan internasional sama dengan penyelesaian
kendaraan bermotor eks perwakilan negara asing.

Pemusnahan

kendaraan

bermotor

eks

fasilitas

Badan

Internasional
Kendaraan bermotor yang diimpor oleh badan internasional
atau pejabatnya yang karena sesuatu hal tidak dapat dipergunakan
lagi dapat dilakukan pemusnahan setelah memperoleh izin Direktur
Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan persetujuan Sekretariat Negara
Republik Indonesia.
Laporan

Pemusnahan

kendaraan

bermotor

dimaksud

disampaikan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai sebagai dasar


penghapusbukuan atas kendaraan bermotor tersebut dan pemberian
pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor.
Prosedur ini sama seperti pada kendaraan bermotor eks
fasilitas perwakilan negara asing. Kendaraan yang masuk jurang,
rusak berat dapat di hapus bukukan tanpa melunasi Bea Masuk.
Namun kendaraan bermotor yang dijual walaupun dalam keadaan
rusak berat harus dibayar Bea Masuk dan Pajak impornya.
Pelaksanaan dan penyelesaian pemindahtanganan kendaraan
bermotor eks fasilitas badan internasional sama dengan penyelesaian
kendaraan bermotor eks perwakilan negara asing.
iii)

Buku ilmu pengetahuan


Dalam rangka menunjang kemajuan ilmu pengetahuan, pemerintah
memberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka
impor.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

176

Teknik Kepabeanan
Pembebasan Bea Masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari
departemen

terkait

terhadap

buku-buku

yang

bertujuan

untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan dalam rangka mencerdaskan kehidupan


bangsa.
Rekomendasi dari departemen pendidikan nasional diperlukan
berkaitan dengan kebenaran tujuan dari importasi buku yang diimpor.
Fasilitas bea masuk hanya diberikan terhadap impor

buku ilmu

pengetahuan. Fasilitas bea masuk tidak diberikan terhadap buku cerita


atau komik, buku roman populer/novel, majalah, horoskop,horor,
karikatur, buku sulap, buku iklan, buku promosi/katalog, buku reproduksi
lukisan dan buku hiburan lainnya.
Yang dimaksud buku ilmu pengetahuan adalah buku-buku yang
dapat digunakan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Buku dimaksud meliputi : buku ilmu

pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran umum, kitab suci, buku


pelajaran agama dan buku ilmu pengetahuan lainnya.
Pembebasan Bea Masuk atas impor buku ilmu pengetahuan
diberikan atas buku-buku yang menggunakan bahasa asing, dengan
ketentuan :
Importir yang akan menggunakan fasilitas pembebasan Bea
Masuk, mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan
melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Permohonan dilampiri
dengan daftar jumlah, jenis, judul dan perkiraan nialai pabean.
Permohonan juga dilampiri dengan rekomendasi dari Departemen
Teknis terkait (misalnya: Depdiknas atau Departemen Agama).
Direktur

Jenderal

Bea

dan

cukai

menerbitkan

Keputusan

pembebasan Bea Masuk atas nama Menteri Keuangan yang


memuat daftar rincian buku dan pelabuhan bongkar.
Dengan

diberikannya

keputusan

pembebasan

Bea

Masuk

selanjutnya pengeluaran barang impor (buku-buku) dilakukan sesuai


prosedur yang berlaku.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

177

Teknik Kepabeanan
iv) Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial
atau kebudayaan
Lembaga atau badan di Indonesia yang memperoleh bantuan dari
lembaga sosial dan kebudayaan di luar negeri, dengan tujuan untuk
dibagikan atau untuk keperluan masyarakat yang diberikan dengan cumacuma dapat diberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam
rangka impor. Barang tersebut di dapat dengan cuma-cuma tanpa
mengeluarkan devisa dan peruntukkannya di Indonesia bukan untuk
mencari keuntungan.
Pemasukan barang-barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah
umum, amal, sosial dan kebudayaan yang dapat diberikan pembebasan
Bea Masuk, cukai dan pungutan impor lainnya dapat berupa barangbarang sebagai berikut :
-

Barang

yang

diperlukan

untuk

mendirikan

atau

memperbaiki

bangunan ibadah, rumah sakit, poliklinik dan sekolah atau barang


yang akan merupakan inventaris tetapnya.
-

Mobil klinik sarana pengangkut orang sakit, sarana pengangkut


petugas ibadah umum, sarana pengangkut petugas kesehatan.

Barang yang diperlukan pemakaian tetap oleh perkumpulan dan


badan-badan untuk tujuan kebudayaan.

Barang

yang

diperlukan

untuk

ibadah

umum,

seperti

tikar

sembahyang, permadani atau piala-piala untuk jamuan perjamuan


suci
-

Peralatan operasi, perkakas pengobatan dan bahan pembalut yang


digunakan untuk badan-badan sosial

Barang peralatan belajar-mengajar untuk lembaga pengajaran dan


diberikan secara cuma-cuma

untuk

meningkatkan kecerdasan

masyarakat.
Barang-barang tersebut juga meliputi makanan, obat-obatan dan
pakaian untuk diberikan dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang
memerlukan termasuk bantuan bencana alam. Barang peralatan belajar
mengajar untuk lembaga pengerjaan dan diberikan dengan cuma-cuma
untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

178

Teknik Kepabeanan
Semua badan atau lembaga yang bergerak di bidang ibadah umum,
amal, sosial dan kebudayaan yang mendapatkan pembebasan ditetapkan
oleh Menteri Keuangan. Sedangkan bagi lembaga yang belum ditetapkan
dapat mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan untuk
ditetapkan sebagai lembaga penerima hibah dari luar negeri.
Untuk impor barang oleh badan atau lembaga yang telah di tetapkan,
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai dengan dilampiri :
Rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan Bea
Masuk nilai Pabeannya.
Surat keterangan dari pemberi hadiah di luar negeri (gift certificate)
yang menyatakan bahwa barang tersebut adalah kiriman hadiah dan
dalam pengadaannya tidak menggunakan devisa Indonesia.
Rekomendasi dari departemen teknis terkait, bahwa lembaga maupun
barang yang diimpor benar dan sesuai peruntukkan impornya.
Surat Keputusan Pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka
impor diterbitkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri
Keuangan.
Untuk badan atau lembaga yang belum ditetapkan sebagai badan
penerima hibah oleh Menteri Keuangan, permohonan ditujukan kepada
Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Menteri
Keuangan kemudian mengeluarkan Surat Keputusan pembebasan.
Selanjutnya barang dapat dikeluarkan dari kawasan Pabean dengan
memenuhi ketentuan tata laksana impor, yaitu dengan pengajuan
dokumen PIB dan dokumen pelengkapnya serta surat keputusan
pembebasan Bea Masuk. Barang-barang tersebut wajib disalurkan sesuai
tujuan semula dan tidak boleh dijual.
Dalam hal institusi Pabean mendapati barang-barang dimaksud
ternyata tidak sesuai tujuan semula, maka fasilitas yang diberikan menjadi
batal, dan bea masuk dan pungutan imporlainnya akan ditagih beserta
denda 100% dari besar bea masuk.
Ketentuan ini perlu dipahami agar bantuan atau hibah yang diberikan
dari luar negeri tidak disalah gunakan dan dapat bermanfaat bagi

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

179

Teknik Kepabeanan
masyarakat

sebagaimana

maksud

lembaga

sosial

memberikan

bantuannya
v)

Barang untuk keperluan museum, kebun binatang dan tempat lain


semacam itu yang terbuka untuk umum
Tempat-tempat umum yang bermanfaat bagi masyarakat sebagai
sarana-sarana rekreasi dan peningkatan pengetahuan perlu di dukung
keberadaannya. Tempat-tempat seperti museum, kebun binatang, taman
safari, taman lindung, taman kota dan tempat-tempat lain semacam itu
dimana masyarakat dapat memperoleh manfaat, dapat diberikan fasilitas
pembebasan Bea Masuk dan pungutan impor lainnya terhadap barang
maupun binatang yang diimpornya.
Barang keperluan museum, kebun binatang dan tempat lain yang
semacam itu yang terbuka umum adalah barang dan/atau hewan
disimpan atau dipelihara di dalam museum, kebun binatang dan tempat
lain semacam itu yang terbuka untuk umum. Termasuk dalam barang
yang mendapat fasilitas pembebasan adalah peralatan dan makanan bagi
binatang.
Untuk

mendapatkan

pembebasan

atas

barang-barang

impor

tersebut, penanggung jawab museum, kebun binatang atau tempat lain


semacam itu yang terbuka untuk umum mengajukan permohonan kepada
Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dengan
dilampiri :

Rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan Bea


Masuk beserta nilai Pabeannya;

Rekomendasi dari departemen teknis terkait


Dalam hal permohonan memenuhi syarat Direktur Jenderal Bea dan

Cukai atas nama Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan


Pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor.
Taman safari Indonesia misalnya, secara rutin mengimpor daging
Kangguru dari Australian untuk keperluan makanan hewan di dalam
Taman Safari.

Sebelum barang impor tiba di pelabuhan Indonesia,

sebaiknya pengurusan surat izin dan surat keputusan pembebasan Bea


Masuknya sudah dilakukan, begitu barang tiba di Indonesia, barang dapat

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

180

Teknik Kepabeanan
langsung dikeluarkan dengan mengajukan dokumen impor (PIB dan
dokumen pelengkapnya) selanjutnya barang digunakan sesuai tujuannya.
vi) Barang

untuk

keperluan

penelitian

dan pengembangan

ilmu

pengetahuan
Ilmu pengetahuan hal yang sangat dibutuhkan dalam upaya
mencerdaskan bangsa, oleh karena itu barang keperluan penelitian perlu
diberikan insentif.
Barang

untuk

pengetahuan
memajukan

keperluan

adalah
ilmu

barang

penelitian
yang

pengetahuan

dan

pengembangan

benar-benar

termasuk

digunakan

untuk

ilmu
untuk

penyelenggaraan

penelitian dengan tujuan mempertinggi tingkat ilmu pengetahuan yang


ada. Barang-barang tersebut bukan hanya berupa buku-buku, namun
meliputi juga segala jenis barang untuk keperluan penelitian maupun
pengembangan ilmu pengetahuan, baik berupa barang atau bahan
sebagai

objek

untuk

menyelenggarakan

penelitian,

penelitian

seperti

juga

barang-barang

peralatan

laboratorium

untuk
atau

peralatan khusus lainnya yang digunakan untuk penelitian.


Atas pemasukan barang yang digunakan untuk kepentingan
penelitian diberikan pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka
impor.
Perguruan tinggi, lembaga dan badan yang diberikan pembebasan
Bea Masuk dan Cukai, ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
tinggi,

lembaga

dan

badan

yang

telah

ditetapkan,

Perguruan
mengajukan

permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea


dan Cukai, dengan dilampiri:

Daftar rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan


Bea Masuk beserta nilai Pabeannya yang telah disahkan oleh
Pimpinan Perguruan Tinggi, Lembaga dan Badan yang terkait dengan
penelitian.

Rekomendasi

dari

departemen

teknis

terkait,

misalnya

dari

Depdiknas, Badan Tenaga Atom Nasional, Departemen Pertanian


dan sebagainya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

181

Teknik Kepabeanan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
mengeluarkan surat keputusan pembebasan. Untuk Perguruan Tinggi,
Lembaga dan Badan yang belum ditetapkan juga dapat diberikan
pembebasan, hanya surat keputusan pembebasan ditandatangani oleh
Menteri Keuangan sendiri, atau dapat juga didelegasikan ke Direktur
Jenderal Bea dan Cukai.
Setelah mendapatkan surat penetapan pembebasan Bea Masuk dan
Pajak dalam rangka impor, importir (lembaga peneliti, Perguruan Tinggi)
mengajukan

dokumen

penyelesaian

barang

impor

(PIB)

dengan

dilengkapi invoice, packing list, copy B/L, rekomendasi dari instansi


terkait, dan surat penetapan pemberian pembebasan Bea Masuk.
Selanjutnya barang dikeluarkan dari pelabuhan untuk digunakan
melakukan penelitian. Barang-barang tersebut tidak boleh dijual kepada
pihak lain, jadi semata-mata digunakan untuk keperluan penelitian oleh
lembaga tersebut.
vii) Barang untuk keperluan kaum tunanetra dan penyandang cacat
lainnya
Terhadap kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya pemerintah
berkewajiban melindungi dan memberikan bantuan, oleh karena itu
terhadap barang keperluan mereka yang pengadaannya harus di impor
dari luar negeri diberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk dan pajak
dalam rangka impor (PPN, PPnBM, PPh pasal 22).
Barang-barang yang dapat diimpor dengan mendapat pembebasan
Bea Masuk dan pungutan impor lainnya meliputi peralatan khusus yang
diperlukan seperti kursi roda, buku dengan huruf Braille atau mesin cetak
Braille, tongkat jalan dan sebagainya.
Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang
cacat lainnya adalah barang atau peralatan yang hanya digunakan untuk
membantu kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya. Barang
tersebut diberikan pembebasan Bea Masuk dan Cukai, serta Pajak dalam
rangka impor. Namun tidak boleh dilakukan sendiri-sendiri oleh si
penyandang cacat, tapi harus diimpor melalui badan/lembaga sosial yang
mengurus mereka.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

182

Teknik Kepabeanan
Untuk

mendapatkan

pembebasan

atas

barang-barang

impor

sebagaimana tersebut, badan-badan sosial yang mengurus kaum


tunanetra dan penyandang cacat lainnya mengajukan permohonan
kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai,
dengan dilampiri :
Daftar rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan
Bea Masuk beserta nilai Pabeannya/ harganya
Rekomendasi dari departemen teknis terkait, bahwa benar lembaga
tersebut sebagai pengurus orang cacat, dan patut mendapatkan
fasilitas pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor
lainnya.
Direktur

Jenderal

Bea

dan

Cukai

memberikan

keputusan

pembebasan Bea Masuk dan Cukai atas nama Menteri Keuangan.


Selanjutnya barang dapat diimpor atau dikeluarkan dari pelabuhan
dengan mengajukan dokumen impor beserta dokumen pelengkap lainnya.
viii) Persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer, termasuk
cadang

yang

diperuntukkan

bagi

keperluan

pertahanan

suku
dan

keamanan negara
Negara sangat berkepentingan memiliki tentara dan polisi yang kuat
untuk melindungi negara dan masyarakat. Barang-barang keperluan
Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik Indonesia selain berasal
dari produk sendiri (produksi dalam negeri) sebagian besar masih perlu di
impor (didatangkan dari luar negeri).
Barang-barang tersebut bukan hanya terdiri dari persenjataan dan
amunisi namun juga barang dan perlengkapan lain yang dapat
mendukung tugas-tugas TNI dan Polri.
Barang yang diberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk dan pajak
dalam rangka impor, meliputi barang-barang berupa:
-

Persenjataan dan amunisi adalah alat utama TNI termasuk suku


cadang dan perlengkapan militer yang diperuntukkan bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara untuk melaksanakan kegiatan dan
operasi dalam rangka pelaksanaan tugas pokok TNI, serta alat
pendukung yang dipergunakan dalam pengoperasian alat utama

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

183

Teknik Kepabeanan
dalam rangka pelaksanaan kegiatan dan operasi TNI, termasuk
kendaraan bermotor.
-

Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang


bagi keperluan pertahanan dan keamanan adalah termasuk juga suku
cadang yang dipergunakan untuk pemeliharaan; perawatan dan
perbaikan alat utama dan alat pendukungnya, termasuk bahan kain,
bijih plastik, bahan untuk membuat bahan peledak, dan sebagainya.

Daftar barang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Peraturan


Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.04/2008.

Barang-barang impor yang mendapat fasilitas tersebut merupakan barang


yang digunakan oleh:
Lembaga Kepresidenan;
Departemen Pertahanan Keamanan;
Mabes TNI;
Mabes Polri;
Badan Intelijen Negara;
Lembaga Sandi Negara.
Untuk penyelesaian importasinya dapat dilaksanakan oleh pihak ke-3
berdasarkan perjanjian kerja sama.

Untuk mendapatkan fasilitas

pembebasan bea masuk yang bersangkutan mengajukan permohonan


kepada Kepala Kantor Pabean (format SP-1, SP-2, SP-3, SP-4, atau SP5) dengan dilampiri:

Dokumen pelengkap pabean (invoice, packing list, B/L dsb)

Surat Kontrak Kerja Pengadaan Barang, dalam hal diimpor oleh


pihak ke-3; yang menyebutkan bahwa harga dalam kontrak kerja
tidak meliputi pembayaran bea masuk dan PDRI .

Surat permohonan ditandatangani oleh:


Sekretariat

Negara,

dalam

hal

diimpor

oleh

Lembaga

Kepresidenan;
Dirjen Material Fasilitas dan Jasa; atau Direktur Pengadaan,
dalam hal diimpor oleh Departemen Pertahanan Keamanan;
Asisten Logistik atau Wakil Asisten Logistik, Kasum TNI,, dalam
hal diimpor oleh Mabes TNI;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

184

Teknik Kepabeanan
Deputi Kapolri Bidang Logistik, dalam hal diimpor oleh Mabes
Polri;
Sekretaris Umum atau Direktur Logistik Ka.BIN, dalam hal diimpor
oleh Badan Intelijen Negara;
Sekretariat Utama Lembaga Sandi Negara, dalam hal diimpor oleh
Lembaga Sandi Negara.
Surat permohonan harus mencantumkan uraian barang. Atas
permohonan tersebut Kepala kantor Pabean atas nama Menteri
Keuangan memberikan keputusan pembebasan bea masuk.
Dalam hal barang yang akan diimpor dan dimintakan pembebasan
bea masuk tidak tercantum dalam daftar lampiran Peraturan Menteri
Keuangan

Nomor

29/PMK.04/2008,

yang

bersangkutan

harus

mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur


Jenderal Bea dan Cukai. Selanjutnya Dirjen Bea dan Cukai a.n Menteri
Keuangan akan menerbitkan Surat Keputusan setentangnya.
Untuk

impor

barang

dan

bahan

yang

dipergunakan

untuk

menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan adalah


termasuk juga suku cadang yang dipergunakan untuk pemeliharaan,
perawatan

dan

perbaikan

alat

utama

dan

alat

pendukungnya,

permohonan diajukan oleh Produsen yang termasuk dalam industri


strategis yang ditetapkan pemerintah.
Pada

prinsipnya

untuk

kelancaran

pengeluaran

barang

dari

pelabuhan, pemberian keputusan pembebasan Bea Masuk dan pajak


dalam rangka impor diberikan oleh kepala kantor pelayanan Bea Cukai
setempat atas nama Menteri Keuangan, kecuali terhadap barang-barang
yang tidak tercantum dalam daftar lampiran Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 29/PMK.04/2008
Untuk mendapatkan pembebasan Bea Masuk atas impor barangbarang

persenjataan

dan

amunisi

dan

barang

pendukungnya

sebagaimana dimaksud di atas, prosedurnya sebagai berikut :


Yang bersangkutan dapat langsung mengajukan Pemberitahuan Impor
Barang (PIB) dan dokumen pelengkap Pabean lainnya kepada Kantor
Pengawasan dan

Pelayanan Bea dan Cukai tempat pemasukan

barang dengan melampirkan :

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

185

Teknik Kepabeanan
1) Surat Pernyataan Barang Impor Dephankam/TNI (SP-1, SP-2, SP3, SP-4, atau SP-5) untuk barang-barang keperluan Dephankam/
TNI, Polri, BIN dan LSN; yang ditandatangani oleh Pejabat yang
ditunjuk tersebut diatas.
Apabila barang-barang yang diimpor tersebut termasuk dalam
daftar barang persenjataan dan amunisi, maka selanjutnya Kepala
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai tempat
pemasukan barang memberikan keputusan tentang pembebasan
Bea Masuk dengan mencantumkan dasar hukum pembebasannya
pada lembar SP-1/SP-2/SP-3/SP-4 atau SP-5 yang diajukan.
2). Dokumen pelengkap pabean lainnya.
Terhadap barang-barang yang tidak tercantum dalam daftar barang
yang diberi pembebasan, pembebasan Bea Masuk diberikan oleh
Menteri Keuangan setelah diajukan permohonan melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai.
Pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk keperluan
pertahanan dan keamanan negara.
Untuk mendapatkan pembebasan Bea Masuk atas impor barangbarang berupa bahan sebagaimana dimaksud di atas, produsen industri
strategis yang ditetapkan oleh pemerintah mengajukan permohonan
kepada Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai,
dengan melampirkan rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan
pembebasan Bea Masuk beserta nilai Pabeannya; serta Surat Kontrak
Kerja Pengadaan Barang.
Pengimporannya

tetap

menggunakan

PIB

disertai

dokumen

pelengkap pabeannya, termasuk Surat Keputusan Pembebasannya


sesuai perundang-undangan yang berlaku.
ix) Barang Contoh
Pada

prinsipnya

barang

yang

diimpor

untuk

dipakai

pada

pengeluarannya dari Kawasan Pabean (pelabuhan laut, udara atau darat)


ke peredaran bebas wajib mengajukan Pemberitahuan Impor Barang
(PIB) dan membayar Bea Masuk.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

186

Teknik Kepabeanan
Namun bagi barang contoh diberikan fasilitas pembebasan Bea
Masuk dan pungutan lainnya mengingat bahwa barang tersebut di impor
sebagai contoh barang dan bukan untuk dikonsumsi, selain itu barang
contoh tersebut akan digunakan sebagai contoh untuk membuat barang
yang akan diproduksi di dalam negeri.
Hal tersebut dapat dimaklumi bagi kepentingan pertumbuhan industri
dalam negeri mengingat selera konsumen (dalam maupun luar negeri)
yang selalu berubah.
Barang contoh adalah semua barang yang diimpor secara khusus
sebagai contoh bagi pembuatan hasil produksi dengan tujuan untuk di
ekspor atau untuk tujuan pemasaran dalam negeri. Barang contoh tidak
boleh diperdagangkan. Oleh karena itu barang impor yang akan
digunakan

sebagai

contoh

harus

memenuhi

beberapa

kriteria.

Persyaratan barang contoh adalah sebagai berikut :


Semata-mata diperuntukkan bagi pengenalan hasil produksi atau
produk baru.
Pengimporannya hanya 3 (tiga) barang untuk 1 (satu) jenis
merk/model/type.
Bukan sebagai barang yang tujuannya untuk diolah lebih lanjut
kecuali untuk penelitian dan pengembangan kualitas.
Tidak untuk dipindahtangankan, dijual atau dikonsumsi di dalam
negeri.
Tidak termasuk kendaraan bermotor termasuk alat berat dalam jenis
dan/atau kondisi apapun.
Atas pemasukan barang contoh dengan persyaratan di atas diberikan
pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor sesuai ketentuan
yang berlaku.
Permohonan pembebasan diajukan kepada Direktur Jenderal Bea
dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya dengan dilampiri :
Rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan Bea
Masuk beserta nilai Pabeannya;
Rekomendasi

dari

departemen

teknis

terkait,

misalnya

dari

Departemen Perindustrian.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

187

Teknik Kepabeanan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya
menerbitkan keputusan pembebasan Bea Masuk dan cukai atas nama
Menteri Keuangan, untuk penyelesaian impornya, diajukan PIB dan
dokumen pelengkap Pabean lainnya.
Barang contoh wajib disimpan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
sejak tanggal realisasi impor, dan dalam rentang waktu tersebut barang
contoh tidak boleh dijual atau dipindahtangankan.
Barang contoh yang telah digunakan sesuai peruntukkannya dan
telah disimpan lebih dari 2 (dua) tahun, dibebaskan dari kewajiban
terhadap negara.
Hal tersebut untuk kepastian pengawasannya, dan lagi pula barang
contoh yang telah disimpan lebih dari dua tahun sudah tidak dapat dipakai
lagi (out of date).

x)

Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah
Dalam pembuatan suatu peraturan, pemerintah memperhatikan
berbagai aspek, antara lain aspek kemanusiaan. Dimasa tidak layak
diperlakukan terhadap jenazah manusia jika pada saat pemasukkannya
ke dalam negeri dipungut Bea Masuk dan pajak lainnya. Oleh karena itu
terhadap jenazah atau jenazah perlu diberikan pembebasan Bea Masuk
dan pajak dalam rangka impor, termasuk juga yang mendapat fasilitas
alat/benda pembungkus jenazah tersebut yang lazim digunakan sebagai
pembungkus jenazah / abu jenazah, seperti peti, kendi/tempayan atau
kemasan lain.
Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah dan abu jenazah adalah
peti atau kemasan dengan tidak memandang jenis atau komposisi yang
digunakan untuk menyimpan jenazah atau abu jenazah bagi keperluan
pengangkutan.
Atas pemasukan barang tersebut di atas, diberikan pembebasan Bea
Masuk dan pajak dalam rangka impor dengan ketentuan sebagai berikut :
-

Peti atau kemasan lain tersebut hanya memiliki nilai guna dan lazim
dipergunakan untuk menyimpan dan/atau mengangkut jenazah atau
abu jenazah;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

188

Teknik Kepabeanan
-

Bentuk dan ruangan peti atau kemasan sebagaimana dimaksud,


harus memenuhi kewajaran untuk diisi satu jenazah atau satu jenazah
yang diperabukan.
Peti atau kemasan lain yang diperuntukkan untuk menyimpan

jenazah, namun pada sat di impor tidak beserta jenazahnya di diberikan


fasilitas pembebasan Bea Masuk. Pada saat kedatangan di dalam daerah
Pabean wajib diserahkan keterangan sebagai berikut :
Untuk peti atau kemasan lain yang berisi jenazah, surat keterangan
kematian dari dokter di negara tempat jenazah berasal.
Untuk peti atau kemasan lain yang berisi abu jenazah, dilampirkan
surat keterangan dari Balai Perabuan Jenazah di negara tempat
jenazah diperabukan.
PIB diajukan beserta dokumen pelengkap dan dokumen tersebut di
atas.

xi) Barang pindahan


Manusia banyak memerlukan fasilitas dalam menjalankan hidupnya,
kebutuhan makanan dan tempat tinggal beserta kelengkapannya.
Dimanapun mereka berada, orang menetap di luar negeri kemudian
karena perlu membawa segala fasilitas kebutuhan hidupnya yang selama
ini digunakan di luar negeri, apakah tinggal di Indonesia sendiri atau
bahkan membawa serta keluarganya, istri / suami dan anak-anaknya,
terhadap barang-barang yang dibawa serta pada saat kepindahannya
dapat diberikan pembebasan Bea Masuk sebagai barang pindahan.
Barang pindahan adalah barang-barang keperluan rumah tangga
milik orang yang semula berdomisili di luar negeri. Kemudian dibawa
pindah ke dalam negeri
Dengan demikian barang dikategorikan sebagai barang pindahan jika
memenuhi ketentuan :
Barang-barang yang karena kepindahan pemiliknya ke Indonesia
dimasukkan ke dalam daerah Pabean Indonesia, yang terdiri dari
barang-barang rumah tangga yang diperuntukkan akan tetap sebagai
bagian rumah tangganya; seperti tempat tidur, meja kursi, pesawat
televisi, radio, kulkas, buku-buku dan sebagainya;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

189

Teknik Kepabeanan
Tidak termasuk persediaan barang dagangan dan barang larangan
serta kendaraan bermotor; mobil maupun sepeda motor;
Barang tersebut tiba bersama-sama pemilik yang bersangkutan atau
paling lama 3 (tiga) bulan sesudah atau sebelum pemilik barang yang
bersangkutan tiba di Indonesia.
Pada prinsipnya semua jenis barang yang dipakai sehari-hari oleh
anggota keluarga dapat dimasukkan ke Indonesia sebagai barang
pindahan, kecuali barang yang dilarang diimpor. Barang yang dilarang di
impor seperti obat-obat terlarang, senjata api, barang-barang pornografi,
dan sebagainya.
Demikian juga tidak boleh di bawa dengan fasilitas barang pindahan
adalah barang dagangan, karena yang dapat diberikan fasilitas
pembebasan adalah barang pindahan sebagai inventaris rumah tangga.
Terhadap kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor) tidak boleh di impor,
selain karena kendaraan bermotor bekas tidak boleh di impor, juga
importasi kendaraan bermotor harus memenuhi spesifikasi khusus yang
ditetapkan oleh Departemen Perindustrian.
Dikecualikan dari larangan membawa kendaraan bermotor adalah
Duta Besar Indonesia yang telah habis masa tugasnya di luar negeri,
dengan rekomendasi Departemen Luar negeri dan Dept. Perindustrian.
Pembebasan Bea Masuk dan pungutan impor atas pemasukan
barang pindahan yang dibawa oleh :
-

Pegawai negeri/anggota TNI/Polri yang karena tugasnya ditempatkan


di luar negeri dan Surat Keputusan penarikan kembali ke Indonesia
dari departemen yang bersangkutan.

Pegawai negeri/anggota TNI/Polri yang menjalankan tugas belajar di


luar negeri sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun baik disertai
keluarganya atau tidak yang dibuktikan dengan Surat Keterangan
tugas belajar di luar negeri dari departemen yang bersangkutan.

Pelajar/mahasiswa/orang yang belajar di luar negeri sekurangkurangnya selama 1 (satu) tahun yang dibuktikan dengan surat
keterangan dan rincian barang yang telah ditandasahkan oleh
perwakilan Republik Indonesia di Indonesia negara tempat belajar.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

190

Teknik Kepabeanan
-

Tenaga kerja Indonesia yang ditempatkan pada perwakilan Indonesia


di luar negeri sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun secara terus
menerus berdasarkan perjanjian kerja dengan departemen luar negeri
yang dibuktikan dengan surat keterangan dari perwakilan Republik
Indonesia tempat bekerja dan surat perjanjian kerja dengan
departemen luar negeri

Warga negara Indonesia yang karena pekerjaannya pindah dan


berdiam di luar negeri secara terus menerus selama paling kurang 1
(satu) tahun yang dibuktikan dengan surat keterangan pindah dan
rincian barang yang telah ditandasahkan oleh perwakilan Republik
Indonesia di negara yang bersangkutan.

Warga negara asing yang karena pekerjaannya pindah ke dalam


daerah

Pabean

Indonesia

bersama

keluarganya

setelah

mendapatkan izin menetap dari Direktorat Jenderal Imigrasi dan izin


kerja tenaga asing dari departemen tenaga kerja sekurang-kurangnya
1 (satu) tahun yang dibuktikan dengan Kartu Izin Menetap Sementara
dan Izin Kerja Tenaga Asing Sementara sekurang-kurangnya selama
1 (satu) tahun.
Dalam hal memenuhi syarat sebagaimana tersebut di atas, terhadap
barang pindahan diberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk dan Pajak
dalam rangka impor.
Untuk pengeluaran barang pindahan, pemilik barang mengajukan
Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK) kepada Kepala Kantor
Pabean dengan melampirkan :
-

Rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan Bea


Masuk beserta nilai Pabeannya, yang telah ditandasahkan;

Surat keterangan yang diperlukan;

Foto copy paspor.


Dengan demikian yang bersangkutan tidak perlu mengajukan PIB

tapi hanya dengan PIBK (Official Assessment) dan dokumen pelengkap


lainnya yang diperlukan dan mendukung sebagai barang pindahan.
Sudah selayaknya barang pindahan yang selama ini sudah menjadi
bagian dalam keluarga dalam kepindahannya ke Indonesia tidak di
pungut Bea Masuk dan pungutan impor lainnya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

191

Teknik Kepabeanan
xii) Barang pribadi Penumpang; awak sarana pengangkut, pelintas
batas, dan barang kiriman.
Pengeluaran barang impor yang dilakukan Penumpang atau Awak
Sarana Pengangkut
Barang-barang penumpang dalam jumlah tertentu dapat diberikan
fasilitas pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor.
Barang penumpang adalah barang impor milik penumpang yang tiba
bersama penumpang, baik sebelum maupun setelah kedatangan
penumpang yang dapat berupa :
-

Barang keperluan diri dan sisa bekal penumpang yaitu barang


baik dalam keadaan baru maupun bekas pakai yang wajar.

Barang

bawaan

penumpang

yaitu

barang

yang

bukan

merupakan barang keperluan diri dan sisa bekal penumpang.


Penumpang atau awak sarana pengangkut yang tiba dari luar
negeri wajib memberitahukan barang bawaannya kepada pejabat bea
dan cukai di pelabuhan kedatangan. Penumpang/ awak sarana
pengangkut tetap harus mematuhi ketentuan impor larangan /
pembatasan dan pembawaan mata uang rupiah.
Penumpang atau awak sarana pengangkut wajib mengisi
pemberitahuan impor barang penumpang/awak sarana pengangkut
berupa Customs Declaration tentang jumlah, jenis, merk, serta nilai
Pabean barang impor yang dibawany, dan menyerahkan kepada
pejabat Pabean.
Barang Penumpang yang tiba tidak bersama penumpang harus
dapat dibuktikan dengan paspor, bagagage claims tag (tanda bukti
barang Penumpang) dan tiket yang bersangkutan, barang tersebut jika
terdaftar dalam manifest di selesaikan dengan PIBK (Pemberitahuan
Impor Barang Khusus). Jika terdaftar sebagai barang lost and found
diselesaikan dengan CD.
Penumpang atau awak sarana pengangkut dapat memilih jalur
hijau, apabila barang impor yang dibawanya tidak diperlukan
pembayaran Bea Masuk, Cukai dan Pajak dalam rangka impor lainnya,
atau jalur merah jika diperlukan pembayaran Bea Masuk, Cukai dan
Pajak dalam rangka impor lainnya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

192

Teknik Kepabeanan
Pejabat Pabean dapat melakukan pemeriksaan terhadap barang
Penumpang atau awak sarana pengangkut yang memilih jalur hijau.
Pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor diberikan
terhadap barang penumpang sebagai berikut :
-

barang keperluan diri dan sisa bekal

barang bawaan penumpang yang nilainya tidak lebih FOB USD.


250,- per barang atau FOB USD 1000,- per keluarga

barang bawaan awak sarana pengangkut yang nilainya tidak lebih


FOB USD 50,- per orang.

barang penumpang bukan penduduk Indonesia seperti : camera,


radio, teropong, Laptop, telpon genggam dan sebagainya.

barang tersebut yang dibawa oleh Penumpang Indonesia dengan


syarat

pada

keberangkatannya

keluar

negeri

wajib

memberitahukan kepada Pabean


-

barang kena cukai berupa : 200 batang sigaret, atau 50 batang


cerutu atau 200 gram tembakau iris.

satu liter minuman mengandung etil alkohol


Dalam hal nilai barang yang dibawa penumpang tidak lebih dari

FOB USD 250,- untuk satu orang atau FOB USD 1,000,- untuk satu
keluarga, atau FOB USD 50,- untuk awak sarana pengangkut, pejabat
Pabean memberikan persetujuan pengeluaran barang.

Dalam hal

nilai barang bawaan penumpang atau awak sarana pengangkut


melebihi ketentuan, pejabat Pabean menetapkan jumlah Bea Masuk
dan Pajak dalam rangka impor atas selisih tersebut dalam customs
declaration.
Barang kena cukai yang boleh dibawa penumpang tidak boleh
melebihi 200 batang sigaret atau 25 batang cerutu atau 100 gram
tembakau iris dan 1 (satu) liter minuman mengandung etil alkohol.
Sedangkan yang boleh dibawa oleh awak sarana pengangkut (ASP)
tidak melebihi 40 batang sigaret atau 10 batang cerutu atau 40 gram
tembakau iris dan 350 mililiter minuman mengandung etil alkohol.
Barang kena cukai yang melebihi ketentuan tersebut dimusnahkan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

193

Teknik Kepabeanan
Pengeluaran barang pelintas batas
Dalam

rangka

berbatasan

mengakomodasi

dengan

negara

lain,

kebutuhan
pemerintah

penduduk
telah

yang

membuat

kesepakatan dengan negara tetangga mengenai pemberian fasilitas


pembebasan Bea Masuk.
Setiap pelintas batas yang tiba dari luar daerah Pabean wajib
memberitahukan barang bawaannya kepada pejabat bea dan cukai di
pos lintas batas secara lisan dengan menunjukkan Kartu Identitas
Lintas Batas.
Setiap pelintas batas mempunyai KILB yang dikeluarkan oleh Bea
Cukai setempat atas permohonan yang bersangkutan, dengan
dilampiri foto copy KTP dan pos lintas batas yang ditandasahkan oleh
Imigrasi setempat. Kesepakatan pemerintah mengenai masalah ini
telah dilakukan dengan negara tetangga, yaitu Malaysia, Philipina,
Papua Nugini dan Timor Leste.
Pemberian pembebasan tetap memenuhi ketentuan impor dan
atas jumlah tertentu terhadap barang bawaan pelintas batas diberikan
pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor, apabila :
(1). Barang yang diperdagangkan secara lintas batas antara
Indonesia

dengan

Papua

Nugini,

yang

jenisnya

telah

disepakati sebagaimana diatur dalam perjanjian antara kedua


negara yang nilainya tidak melebihi FOB USD 300 (tiga ratus
USD) tiap orang untuk jangka waktu satu bulan.
(2). Barang bawaan pelintas batas antara Indonesia dan Malaysia,
yang jenisnya telah disepakati sebagaimana diatur dalam
perjanjian antara kedua negara yang nilainya:
-

tidak melebihi FOB Mal. $ 600,- (enam ratus ringgit


Malayasia) tiap orang untuk jangka waktu satu bulan
apabila melewati batas daratan.

tidak melebihi FOB Mal. $ 600,- (enam ratus ringgit


Malaysia) setiap perahu untuk setiap trip, apabila melalui
batas lautan (sea border)

(3). Barang bawaan pelintas batas antara Indonesia dengan


Filipina yang jenisnya telah disepakati sebagaimana diatur

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

194

Teknik Kepabeanan
dalam perjanjian antara kedua negara yang nilainya tidak
melebihi FOB USD 250,- (dua ratus lima puluh US Dollar) tiap
orang untuk jangka waktu satu bulan.
(4). Barang bawaan pelintas batas antara Indonesia dengan Papua
New Guinea

yang jenisnya telah disepakati sebagaimana

diatur dalam perjanjian antara kedua negara yang nilainya


tidak melebihi FOB USD 300,- (tiga ratus US Dollar) tiap orang
untuk jangka waktu satu bulan.
(5). Barang bawaan pelintas batas antara Indonesia dengan Timor
Leste

yang jenisnya telah disepakati sebagaimana diatur

dalam perjanjian antara kedua negara yang nilainya tidak


melebihi FOB USD 50,- (lima puluh US Dollar) tiap orang
perhari.
Bagi orang yang tiba dari luar negeri melalui pos perbatasan lintas
batas yang tidak dapat menunjukkan KILB, atas barang bawaannya
dianggap sebagai barang bawaan penumpang dan berlaku ketentuan
barang penumpang. Dimasa yang akan datang kemungkinan terbuka
pos-pos lintas batas lainnya dengan negara tetangga.
Pengeluaran barang kiriman pos
Dalam hal pelayanan kiriman pos, Indonesia memperhatikan
kelaziman

dan

memperhatikan

kesepakatan
ketentuan

dalam

internasional,
negeri,

namun

termasuk

tetap

ketentuan

kepabeanan yang berlaku. Oleh karena itu untuk meningkatkan


pelayanan kiriman pos, Pabean menempatkan pegawainya di kantor
pos lalu bea yang melayani kiriman pos internasional.
Terhadap barang impor yang dikirim melalui pos dilakukan
pemeriksaan Pabean oleh pejabat Bea dan Cukai dengan disaksikan
petugas pos. Petugas bea cukai tidak berwenang membuka paket
kiriman yang disegel oleh pos.
Hasil pemeriksaan fisik dituangkan dalam dokumen Pencacahan
dan Pembeaan Kiriman Pos (PPKP) yang ditandatangani bersama
oleh pejabat Bea dan Cukai dengan Petugas Pos. dalam hal barang
kiriman pos harus dipungut bea masuk, besarnya ditetapkan oleh
pegawai bea cukai.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

195

Teknik Kepabeanan
Barang kiriman pos yang telah ditetapkan Bea Masuk dan Pajak
dalam rangka impor, diserahkan oleh petugas pos kepada si penerima
setelah Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor dilunasi. Terhadap
kiriman melalui pos yang nilainya tidak melebihi FOB USD 50,- (lima
puluh US Dollar) untuk setiap orang kiriman, diberikan pembebasan
Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor.
Barang yang dikirim melalui pos tetap harus memenuhi ketentuan
impor,

termasuk

ketentuan

terhadap

barang

larangan

atau

pembatasan impor.
Pengeluaran barang kiriman melalui Perusahaan Jasa Titipan
(PJT)
Masa sekarang ini jasa pengiriman barang tidak lagi di dominasi
pos, sudah banyak PJT yang beroperasi secara internasional seperti
DHL, FEDEX, dan sebagainya.
Pengusaha Jasa titipan wajib memberitahukan barang impor yang
dikirim melalui perusahaan jasa titipan kepada pejabat bea dan cukai
untuk dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan dokumen PIBK,
untuk pemenuhan formalitas Pabean.
Barang kiriman adalah barang yang dikirim oleh pengirim tertentu
di luar negeri kepada penerima tertentu di dalam negeri sebagaimana
tercantum dalam House AWB (Air Way Bill) dan beratnya tidak
melebihi 100 kilogram netto. Barang kiriman untuk tujuan TPB (Tempat
Penimbunan Berikat) tidak dibatasi berat dan nilainya.
Atas barang impor yang dikirim melalui perusahaan jasa titipan
yang tidak melebihi FOB USD 50,- (lima puluh US Dollar) untuk setiap
kiriman, diberikan pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka
impor. Dalam hal nilai barang melebihi tersebut di atas, sisanya
diperhitungkan Bea Masuk dan Pajak impor yang harus di bayar.
Pelunasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor yang
terutang atas barang impor, dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
setelah pengeluaran barang.
Fasilitas yang diberikan oleh Pabean tersebut diharapkan dapat
menunjang industri dan perdagangan internasional. Bahkan kini sudah

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

196

Teknik Kepabeanan
ada perusahaan jasa titipan yang memberikan pelayanan cepat one
night service tanpa terkendala oleh formalitas Pabean.
Hal yang lazim di dunia internasional bahwa atas barang kiriman
dengan nilai minimal tertentu diberikan fasilitas pembebasan Bea
Masuk dan pajak dalam rangka impor. Oleh karena itu untuk
mendapatkan fasilitas sebagai barang kiriman harus memenuhi kriteria
tertentu sebagaimana tersebut di atas.
Barang kiriman juga harus tetap memperhatikan ketentuan
larangan / pembatasan impor, dan pembatasan atas barang kena
cukai dalam jumlah tertentu.
xiii) Pembebasan bea masuk atas impor obat-obatan yang dibiayai
anggaran pemerintah.
Atas impor obat yang dibiayai dengan menggunakan anggaran
pemerintah dapat diberikan pembebasan bea masuk.

Fasilitas

pembebasan bea masuk ini diperlukan bagi kepentingan masyarakat.


Yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau paduan bahan
yang digunakan untuk menetapkan diagnose, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah pada manusia dan hewan.
Impor obat-obatan dengan fasilitas pembebasan bea masuk
dilakukan oleh:
- Departemen/lembaga pemerintah non departemen yang terkait
dengan penanganan program kesehatan.
- Dinas yang menangani bidang kesehatan.
- Rumah sakit; atau
- Pihak

ketiga

berdasarkan

perjanjian/kontrak

kerja

antara

departemen/lembaga pemerintah non departemen/dinas dengan


pihak ketiga. Perjanjian/kontrak kerja harus menyatakan bahwa nilai
kontraknya tidak termasuk pembayaran bea masuk.
Untuk

mendapatkan pembebasan bea masuk

importir

harus

mengajukan permohanan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur


Jenderal Bea dan Cukai.

Permohonan pembebsan tersebut dilampiri

dengan:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

197

Teknik Kepabeanan
- Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau yang disamakan.
- Rekomendasi dari instansi teknis terkait.
- Perjanjian/kontrak kerja dengan pihak ketiga yang ditunjuk sebagai
pelaksana impor dalam hal dilakukan oleh pihak ketiga.
- Rincian jumlah, jenis dan perkiraan nilai pabean obat yang akan
diimpor, serta pelabuhan bongkar.
Dalam hal permohonan pembebasan bea masuk disetujui, Direktur
Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan menerbitkan
keputusan pembebasan bea masuk.

Jika ditolak diterbitkan surat

pemberitahuan penolakan dengan menyebut alasannya.


Apabila barang yang diimpor tidak sesuai dengan jumlah, jenis, spek
barang

yang

tercantum

dalam

perbedaannya dipungut bea masuk.

keputusan

pembebasan,

atas

Begitu juga importasi obat-obatan

tersebut tidak sesuai dengan tujuan maka bea masuk wajib dibayar dan
dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.

xiv) Impor kembali barang yang telah di ekspor


Adakalanya barang yang berasal dari dalam negeri setelah
dikeluarkan atau diekspor ke luar negeri karena sesuatu hal harus
dimasukkan kembali atau diimpor kembali (re-impor) ke Indonesia.
Berkaitan dengan Undang-undang Kepabeanan bahwa barang yang
dimasukkan ke dalam daerah Pabean terhutang bea masuk. Oleh karena
itu terhadap barang yang bersangkutan diberikan fasilitas pembebasan
Bea Masuk.
Impor kembali adalah impor yang meliputi :
- barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam
kualitas yang sama
- barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan
- barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan pengerjaan
- barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan pengujian
Penjelasan kriteria barang impor kembali adalah sebagai berikut :
barang-barang yang diimpor kembali dalam kualitas yang sama,
adalah

tanpa

mengalami

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

suatu

proses

pengerjaan

atau

198

Teknik Kepabeanan
penyempurnaan

apapun

seperti

barang

yang

dibawa

oleh

Penumpang ke luar negeri, barang keperluan pameran, pertunjukkan,


perlombaan, pengerjaan proyek di luar negeri, atau barang ekspor
yang karena sesuatu hal diimpor kembali.
barang-barang

yang

telah

diekspor

untuk

perbaikan

adalah

penanganan barang yang rusak, usang atau tua di luar negeri dengan
mengembalikan pada keadaan semula tanpa mengubah sifat
hakikinya.

Pengerjaan

adalah

penanganan

barang

yang

mengakibatkan peningkatan harga barang dari segi ekonomis tanpa


mengubah sifat hakikinya.
barang-barang

yang

telah

diekspor

untuk

pengujian

adalah

penanganan barang di luar negeri yang meliputi pemeriksaan dari


segi teknis dan menyangkut mutu serta kapasitasnya sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
Atas pemasukan barang-barang yang telah diekspor kemudian di
impor kembali dalam kualitas yang sama, dalam hal barang :
-

Yang pada ekspornya tidak memperoleh fasilitas pembebasan atau


pengembalian bea masuk dan cukai, diberikan Pembebasan Bea
Masuk dan Cukai,

Yang pada saat ekspor telah memperoleh fasilitas pembebasan atau


pengembalian Bea Masuk dan Cukai, dikenakan Bea Masuk dan
Cukai sebesar fasilitas yang telah diperoleh importir.

Yang berasal dari Kawasan Berikat diberikan pembebasan Bea


Masuk dan Cukai sepanjang dimasukkan kembali ke Kawasan
Berikat.
Atas pemasukan barang-barang untuk perbaikan atau pengerjaan di

luar negeri, dikenakan Bea Masuk dan Cukai terhadap bagian-bagian


yang diganti atau ditambah serta biaya perbaikannya termasuk ongkos
angkutan dan asuransi (dalam hal asuransi di tutup di luar negeri).
Atas pemasukan barang-barang untuk keperluan pengujian diberikan
pembebasan Bea Masuk dan Cukai.
Untuk mendapatkan pembebasan atau keringanan atas barangbarang impor sebagai dimaksud yang bersangkutan mengajukan
permohonan kepada direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat yang

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

199

Teknik Kepabeanan
ditunjuknya disertai rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan
pembebasan bea masuk dan cukai beserta nilai Pabeannya.
Pengenaan bea masuk dihitung berdasarkan tariff dari barang dalam
keadaan jadi dan nilai pabean sesuai dengan penetapan nilai pabean.
Untuk mendapatkan pembebasan bea masuk importir mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor disertai rincian jumlah , jenis barang,
dengan melampirkan:
- Fotocopy PEB, NPE, LHP, atau Laporan Surveyor, atau bukti ekspor
bagi yang tidak wajib PEB;
- Invoice yang mencantumkan harga part/pengganti dan biaya
perbaikan;
- B/L, Sea Way Bill, atau AWB pada saat ekspor dan impor;
- Surat Keterangan dari pihak terkait luar negeri

mengenai alasan

pengembalian, atau keterangan hasil pengujian.


Untuk pengeluaran barang-barang dimaksud, pihak importir wajib
menyerahkan pemberitahuan Pabean berupa PIB yang dilampiri dengan
Surat Keputusan pembebasan dan dokumen pendukung lainnya, seperti
invoice, packing list, copy B/L dan dokumen ekspor (PEB) terdahulu atas
barang tersebut (pada saat diekspor).
Pada saat ekspor barang harus jelas tujuan dari pengirim barang
tersebut

keluar

negeri,

misalnya

untuk

perbaikan/reparasi

dan

sebagainya. Pada saat ekspornya dilakukan pemeriksaan fisik barang;


dan pada saaat kembali (reimpornya) juga dilakukan pemeriksaan fisik
barang.
xv) Bahan

terapi

manusia,

pengelompokkan

darah

dan

bahan

penjernihan jaringan
Bahan atau bagian-bagian organ manusia untuk kepentingan
pengobatan terapi dan kesehatan yang diimpor dari luar negeri dapat
diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk. Demikian
juga terhadap bahan pengelompokkan darah dan bahan penjenisan
jaringan, baik untuk kepentingan kesehatan maupun penelitian.
Kornea mata dan ginjal termasuk bahan terapi manusia yang kerap
didatangkan dari luar negeri untuk pengobatan pasien di rumah sakit di

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

200

Teknik Kepabeanan
dalam negeri. Untuk itu selain pemberian fasilitas pembebasan Bea
Masuk atas impornya juga diberikan fasilitas pelayanan yang cepat
(pelayanan segera).
Barang-barang yang diberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk
adalah :
-

bahan terapi yang berasal dari manusia yaitu darah manusia serta
derivatifnya seperti darah, plasma kering, albumin, gamma globulin,
fitringen serta organ tubuh.

bahan pengelompokan darah adalah bahan pengelompokan darah


yang berasal dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan atau sumber
lainnya.

Bahan penjenisan jaringan adalah bahan penjenisan jaringan yang


berasal dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan atau sumber lain.
Atas pemasukan barang tersebut di atas, diberikan pembebasan atau

keringanan Bea Masuk dan Cukai.


Permohonan pembebasan atau keringanan Bea Masuk dan Cukai
ditujukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat yang
ditunjuk, disertai :
-

rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan atau


keringanan Bea Masuk dan Cukai beserta nilai pabeannya

rekomendasi dari departemen teknis terkait (Departemen Kesehatan,


Departemen Pertanian, dan sebagainya)
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuk

mengeluarkan keputusan pembebasan atau keringanan Bea Masuk dan


Cukai. Fasilitas ini mendukung kebijakan pemerintah di bidang kesehatan
masyarakat untuk meningkatkan mutu hidup masyarakat.

3)

Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk


i)

Mesin, barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan


pengembangan industri
Dalam rangka upaya pemerintah untuk mendorong industri dan
efisiensi nasional dianggap perlu untuk diberikan kemudahan bagi industri
berupa keringanan Bea Masuk atas impor mesin, barang dan bahan bagi
industri baru yang akan menanamkan modalnya di Indonesia, dan juga

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

201

Teknik Kepabeanan
bagi industri yang selama ini sudah beroperasi yang akan memperluas
kapasitas produksinya dan pengembangan industri yang telah ada,
termasuk bagi industri jasa.
Kebijakan yang diambil pemerintah dalam pemberian fasilitas ini
bersifat temporer dan bervariatif. Suatu waktu atas impor mesin, barang
dan bahan diberikan pembebasan Bea Masuk, namun pada waktu
tertentu dengan pertimbangan efektifitas pemberian fasilitas Bea Masuk
dengan

tetap

memperhatikan

kepentingan

penerimaan

negara,

pemberian fasilitas pembebasan Bea Masuk dapat diganti dengan


fasilitas pembebasan sebagian / keringanan Bea Masuk.
Saat ini atas impor mesin, barang dan bahan dalam rangka
pembangunan pengembangan industri diberikan fasilitas keringanan Bea
Masuk, sehingga tarif akhir barang-barang yang diimpor menjadi 5% (lima
persen).
Pengertian dan Persyaratan Pemberian Fasilitas, sebagai berikut:
Mesin, adalah setiap mesin, permesinan, alat perlengkapan, instalasi
pabrik, peralatan atau perkakas, yang digunakan untuk pembangunan
industri / industri jasa.
Barang dan bahan adalah semua barang atau bahan tidak melihat
jenis dan komposisinya yang digunakan sebagai bahan atau
komponen untuk menghasilkan barang jadi.
Industri adalah perusahaan yang telah memiliki izin usaha untuk
mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi dan/atau
barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya

termasuk

kegiatan

rancang

bangun

dan

perekayasaan industri.
Industri jasa adalah perusahaan yang memiliki izin usaha yang
kegiatannya di bidang jasa sebagai berikut :
-

Pariwisata, kecuali golf

agribisnis / pertanian

transportasi / perhubungan

pelayanan kesehatan

telekomunikasi

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

202

Teknik Kepabeanan
-

pusat pertokoan, super market, departemen store terbatas pada


PMDN dan Non PMDN

pertambangan

pekerjaan umum

informasi

pendidikan / penelitian dan pengembangan (Litbang)

kehutanan

konstruksi

Pengembangan adalah perluasan (diversifikasi hasil produksi) dan


restrukturisasi (modernisasi dan rehabilitasi) mesin, peralatan pabrik
dan peralatan lainnya beserta komponen-komponennya untuk tujuan
peningkatan kapasitas produksi, mutu, jenis produksi, efisiensi.
Fasilitas keringanan Bea Masuk diberikan terhadap:
-

Atas impor mesin dalam rangka pembangunan/ pengembangan


industri jasa diberikan keringanan Bea Masuk sehingga tarif Bea
Masuknya menjadi 5% (lima persen). Dalam tarif Bea Masuk yang
tercantum dalam BTBMI 5% atau kurang maka yang berlaku adalah
tariff Bea Masuk dalam BTBMI. Keringanan Bea Masuk berlaku untuk
pengimporan selama 2 tahun terhitung sejak tanggal Keputusan
keringanan Bea Masuk.

Terhadap industri yang telah mendapatkan keringanan bea masuk


atas impor mesin, dapat diberikan pembebasan Bea Masuk atas
impor barang dan bahan dalam rangka pembangunan untuk
keperluan 2 (dua) tahun sesuai kapasitas terpasang dengan jangka
waktu

pengimporan

2 (dua)

tahun

sejak tanggal

keputusan

pembebasan Bea Masuk. Pembebasan juga dapat diberikan kepada


industri yang melakukan pembangunan dengan mesin produksi dalam
negeri.
-

Terhadap industri yang telah mendapat keringanan bea masuk,


kecuali industri jasa, dalam rangka pengembangan dapat diberikan
keringanan bea masuk atas barang dan bahan untuk keperluan
tambahan produksi 2 (dua) tahun sehingga tariff akhir Bea Masuknya
menjadi 5% apabila pengembangan menambah kapasitas sekurangkurangnya 30% dari besarnya kapasitas terpasang dengan jangka

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

203

Teknik Kepabeanan
waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal
keputusan keringanan Bea Masuk atas barang dan bahan. Dalam hal
tarif Bea Masuk yang tercantum dalam BTBMI 5% atau kurang maka
yang berlaku adalah tarif Bea Masuk dalam BTBMI (buku tarif Bea
Masuk Indonesia).
-

Terhadap industri yang melakukan pembangunan/ pengembangan


dengan menggunakan mesin produksi dalam negeri, dapat diberikan
keringanan Bea Masuk atas impor barang dan bahan, untuk
keperluan produksi selama 4 (empat) tahun, dengan jangka waktu
pengimporan bertahap selama 4 tahun.
Untuk mengetahui apakah suatu mesin atau barang lainnya cocok

dan sesuai dengan kebutuhan industri tersebut (termasuk rangkaian


mesin dan kapasitas produksi), daftar barang yang akan diimpor atau
lazim disebut sebagai Master list terlebih dahulu akan diteliti atau
diverifikasi oleh instansi yang berwenang.

Kebutuhan suku cadang

komponen serta barang dan bahan diverifikasi oleh: :


Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bagi perusahaan PMA
(Penanaman Modal Asing) atau PMDN (Penanaman Modal Dalam
Negeri)
Departemen Perindustrian dan atau instansi terkait bagi perusahaan
non-PMA atau Non PMDN.
Dalam melakukan verifikasi badan atau departemen tersebut
menggunakan

surveyor

PT.

Sucofindo,

sebagai

lembaga

yang

berkompeten dan dipercaya. Terhadap impor mesin bukan dalam


keadaan baru, harus disertai sertifikat dari surveyor yang menyatakan
bahwa mesin tersebut masih baik dan bukan scrap atau besi tua.
Karena pemerintah menginginkan tumbuhnya industri yang baik dan
efisien dan dapat berlangsung dalam tempo yang cukup memadai.
Permohonan untuk memperoleh kekurangan Bea Masuk disampaikan
kepada:
i). Ketua BKPM dan pembinaan BUMN atau pejabat yang ditunjuknya
terhadap mesin, barang dan bahan untuk keperluan pembangunan
bagi perusahaan PMA/PMDN

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

204

Teknik Kepabeanan
ii). Direktur Jenderal Bea dan Cukai terhadap mesin, barang dan bahan
untuk keperluan pembangunan bagi perusahaan non PMA/PMDN.
Persyaratan yang dilampirkan antara lain:
-

NPWP/SIU;

Hasil verifikasi surveyor terhadap kebutuhan barang dan bahan atau


tambahan barang dan bahan;

Izin perluasan industri bagi perluasan kapasitas minimal 30% dari


kapasitas terpasang.
Dalam hal persyaratan dipenuhi dan barang yang diimpor sesuai

dengan peruntukan industri yang bersangkutan, diberikan keringanan Bea


Masuk. Pemberian keringanan Bea Masuk diberikan oleh :
-

Ketua BKPM dan Pembinaan BUMN untuk fasilitas pembangunan


bagi perusahaan PMA / PMDN

Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk fasilitas pembangunan bagi


perusahaan Non PMA / PMDN
Keputusan keringanan Bea Masuk dilampiri Daftar mesin atau barang

dan bahan yang diberikan keringanan Bea Masuk serta penunjukkan


pelabuhan dimana barang akan dibongkar.
Fasilitas ini seperti ini (pembebasan maupun keringanan Bea Masuk)
tidak berlaku untuk industri perakitan kendaraan bermotor (kecuali industri
komponen kendaraan bermotor) dan industri-industri lain yang telah
mendapatkan fasilitas pembebasan/ keringanan seperti bahan baku
pembuatan komponen elektronik, alat-alat besar/berat, peralatan dan
jaringan telekomunikasi, dan sebagainya.
Berkaitan dengan pungutan impor lainnya seperti : PPN, PPnBM dan
PPh pasal 22, harus dimintakan tersendiri kepada Direktorat Jenderal
Pajak. Dalam hal ketentuan

perpajakan tidak dimungkinkan diberikan

fasilitas perpajakan, pajak impor tetap dipungut.


ii)

Pembebasan/keringanan bea masuk atas impor mesin dalam rangka


pembangunan dan pengembangan industri.
Industri adalah perusahaan yang memiliki izin usaha untuk mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi/barang jadi menjadi

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

205

Teknik Kepabeanan
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk
kegiatan rancang bangun dan rekayasa industri.
Yang dimaksud dengan pembangunan industri adalah pendirian baru
industri yang menghasilkan barang/jasa.

Sedangkan pengembangan

industri adalah perluasan/diversifikasi hasil produksi dan restrukturisasi


(modernisasi, rehabilitasi) mesin, peralatan pabrik dan peralatan lainnya
beserta komponennya, untuk tujuan peningkatan kapasitas produksi,
mutu, jenis produksi, efisiensi dari industri yang sudah ada.
Pembebasan bea masuk dalam rangka pembangunan yang diberikan
meliputi:
-

mesin yang terkait langsung dengan kegiatan industri;

suku cadang/komponen mesin dalam jumlah tidak melebihi 5% dari


harga mesin;

barang dan bahan untuk keperluan 2 tahun sesuai kapasitas


terpasang dengan jangka waktu pengimporan 2 tahun sejak tanggal
keputusan.
Pembebasan bea masuk dalam rangka pengembangan industri yang

diberikan meliputi:
-

mesin yang terkait langsung dengan kegiatan industri;

suku cadang/komponen mesin dalam jumlah tidak melebihi 5% dari


harga mesin;

peningkatan kapasitas minimal 30% dari kapasitas terpasang (yang


sudah ada);

bila menggunakan mesin lokal maka yang diberi fasilitas barang dan
bahannya.sesuai kapasitas terpasang .
Barang-barang yang akan diimpor diverifikasi oleh BKPM bagi PMA

dan PMDN;

dan Departemen Perindustrian bagi non PMA/PMDN.

Pelaksanaannya dilakukan oleh surveyor (PT Sucofindo).


Permohonan pembebasan disampaikan kepada Ketua BKPM atas
perusahaan PMA dan PMDN; dan kepada Direktur Jenderal Bea dan
Cukai atas perusahaan non PMA/PMDN.

Lampiran yang disampaikan

pada permohonan atas impor mesin adalah:


-

NPWP/SIU;

Hasil verifikasi surveyor terhadap kebutuhan mesin/tambahan mesin;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

206

Teknik Kepabeanan
-

Uraian ringkas proses produksi (industri barang) atau uraian kegiatan


usaha (industri jasa).

Lampiran yang disampaikan pada permohonan atas impor barang dan


bahan adalah:
-

NPWP/SIU;

Hasil verifikasi surveyor terhadap kebutuhan barang dan bahan;

Izin perluasan industri bagi peningkatan kapasitas minimal 30%

Terhadap industri yang telah mendapat fasilitas dimaksud wajib:


-

menyelenggarakan pembukuan pengimporan mesin, barang dan


bahan untuk keperluan audit;

menyimpan dokumen terkait sekurang-kurangnya 2 tahun;

menyerahkan laporan realisasi impor.


Penyalahgunaan fasilitas dimaksud dapat dikenai sanksi administrasi

sebesar 100% sampai dengan 500% dari bea masuk yang terhutang,
disamping pelunasan bea masuk dan pungutan impor lainnya.
iii) Pembebasan/keringanan bea masuk atas barang dan bahan dalam
rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka
waktu tertentu.
Pembebasan bea masuk diberikan terhadap barang dan bahan bagi
keperluan industri/industri jasa.

Pemberian fasilitas pembebasan atau

keringanan bersifat temporer, hanya diberikan untuk periode/jangka waktu


tertentu.

Yang dimaksud dengan jangka waktu tertentu.adalah jangka

waktu terbatas yang akan diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.
Ketentuan dan persyaratan untuk mendapatkan fasilitas pembebasan
atau keringanan bea masuk pada prinsipnya sama dengan ketentuan
pada butir a dan b diatas.

Demikian juga pengertian-pengertian terkait

dengan pemberian pembebasan atau keringanan bea masuk.


Importir

yang

bersangkutan mengajukan permohonan disertai

NPWP/SIUP dan hasil verifikasi surveyor. Permohonan diajukan kepada


Menteri keuangan melalui DJBC.
Badan

usaha

yang

mendapatkan

fasilitas

dimaksud

wajib

menyampaikan laporan realisasi impor kepada DJBC.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

207

Teknik Kepabeanan
iv) Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran
lingkungan
Pemerintah sangat berkepentingan untuk melindungi lingkungan dari
kerusakan-kerusakan lingkungan antara lain dapat ditimbulkan dari
limbah buangan industri, oleh karena itu perlu diberi insentif bagi industri
maupun pengusaha pengolah limbah yang akan mengimpor peralatan,
barang dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk mencegah
pencemaran lingkungan.
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran
lingkungan meliputi peralatan pengolahan limbah yang digunakan untuk
pengendalian pencemaran lingkungan dan bahan yang digunakan untuk
mencegah pencemaran lingkungan. Barang-barang tersebut dapat
berupa peralatan permesinan maupun bahan-bahan pembersih limbah.
Untuk keperluan pemberian fasilitas pembebasaan bea masuk,
pengertian peralatan adalah instalasi, mesin dan permesinan serta
perlengkapan dan bagiannya yang semata-mata digunakan untuk
memproses limbah agar pada saat pembuangannya tidak mencemari dan
merusak lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan bahan adalah

semua bahan biologi/kimia semata-mata digunakan untuk memproses


limbah agar pada saat pembuangannya tidak mencemari dan merusak
lingkungan.
Impor barang dan bahan dimaksud dilaksanakan oleh pengusaha
industri atau pengusaha pengolah limbah dapat diberikan pembebasan
atau keringanan Bea Masuk dan Cukai. Dalam hal ini berkaitan dengan
alasan tujuan pengimporan barang, pemerintah memberikan pembebasan
Bea Masuk (Pajak impor dimintakan kepada Ditjen Pajak). Pengusaha
industri atau pengusaha pengolah limbah mengajukan permohonan
kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai yang
dilampiri dengan :
o

Akta

Pendirian

Perusahaan

dan

Surat

Izin

Industri

dari

Departemen Perindustrian dan Perdagangan


o

NPWP dan PKP, SPT.

Rekomendasi dari Menteri Negara urusan Lingkungan Hidup/


Ketua Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

208

Teknik Kepabeanan
o

Rincian jumlah dan jenis peralatan dan bahan yang diimpor serta
nilai Pabeannya.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan

menerbitkan keputusan pembebasan Bea Masuk dan Cukai dengan


dilampiri daftar rincian jumlah, jenis dan nilai Pabeannya, serta
penunjukkan pelabuhan tempat pembongkaran.
Terhadap
berakibat

penyalahgunaan

pembatalan

dan

pemberian fasilitas

pengenaan

perundang-undangan kepabeanan.

denda

tersebut

sesuai

dapat

ketentuan

Namun atas barang-barang yang

telah digunakan selama lebih dari 2 (dua) tahun sejak tanggal PIB, dapat
dipindahtangankan atau digunakan untuk tujuan lain dengan ijin Direktur
Jenderal Bea dan Cukai dengan tidak dikenai pungutan bea masuk.
v)

Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri


pertanian, peternakan atau perikanan
Indonesia sebagai negara agraris dan sebagian besar penduduknya
berada di pedesaan sebagai petani tentu sangat membutuhkan benih
dalam jumlah yang besar. Apalagi pemerintah berniat mengembangkan
agro bisnis dan agro industri. Hasil produk pertanian / perkebunan
maupun

perikanan

tidak

hanya

harus

ditingkatkan

untuk

dapat

meningkatkan produksi, pemasaran dan perdagangan.


Untuk itu diperlukan bibit unggul yang jika perlu didatangkan dari
pasar benih luar negeri. Namun perlu juga diperhatikan oleh pemerintah
jika pembenihan dalam negeri tidak berkembang akan mengakibatkan
ketergantungan dengan luar negeri.
Bibit dan benih adalah segala jenis tumbuhan atau hewan yang
nyata-nyata

untuk

dikembangbiakkan

lebih

lanjut

dalam

rangka

pembangunan dan pengembangan bidang pertanian, perkebunan,


kehutanan, peternakan dan perikanan, yang ditetapkan oleh instansi
teknis terkait.

Orang yang berusaha di bidang tersebut dan ingin

mengimpor bibit dan benih disebut sebagai importir.


Importir yang memiliki usaha di bidang pertanian, perkebunan,
kehutanan,

peternakan

dan

perikanan

yang

melakukan

pengembangbiakan dalam rangka pengembangannya dapat diberikan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

209

Teknik Kepabeanan
pembebasan atau keringanan Bea Masuk atas impor bibit dan benih, jika
memenuhi persyaratan yang ditentukan baik peraturan Pabean maupun
peraturan dari instansi terkait.
Impor bibit dan benih untuk kepentingan penelitian hanya dapat
diberikan pembebasan atau keringanan Bea Masuk apabila dilakukan
oleh lembaga penelitian atau lembaga lain yang telah memperoleh
persetujuan dari Menteri tehnis terkait, misalnya departemen pertanian,
departemen pendidikan nasional, dan sebagainya.
Permohonan fasilitas pembebasan atau keringanan Bea Masuk
diajukan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan
Cukai, dengan dilampiri :

Akta Pendirian Perusahaan dan Surat Izin Industri dari Departemen


Perindustrian dan Perdagangan/ instansi terkait.

NPWP dan NPPKP

Penetapan barang impor sebagai bibit dan benih; dan/atau


rekomendasi dari departemen/instansi teknis terkait

Sertifikat kesehatan tumbuhan dan hewan dari negara asal;

Rincian jumlah dan jenis, perkiraan nilai pabean bibit/benih


peralatan dan bahan yang diimpor serta pelabuhan bongkar.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan

menerbitkan keputusan pembebasan Bea Masuk dan Cukai dengan


dilampiri daftar rincian jumlah, jenis dan nilai Pabeannya, serta
penunjukkan pelabuhan tempat pembongkaran.
Mengingat pentingnya pengawasan atas impor benih dari luar negeri,
walaupun sudah dimasukkan ke Indonesia (membawa penyakit atau bisa
merusak tanaman / perikanan dalam negeri), benih yang diimpor tanpa
izin

departemen

teknis

terkait

(departemen

pertanian)

harus

dimusnahkan, bahkan walaupun sudah ditanam harus dicabut. Hal


tersebut dilakukan karena benih bisa membahayakan makhluk hidup.
Oleh karena itu sebelum benih disebarluaskan, harus di uji coba,
minimal dua musim tanam, izin impor benih sesuai ketentuan departemen
pertanian diberikan paling lama dua tahun, dan setelah itu benih harus
diproduksi di dalam negeri. Hal ini dilakukan agar produksi pangan
Indonesia tidak tergantung pada benih yang diimpor dari luar negeri.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

210

Teknik Kepabeanan
vi) Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkap yang telah
mendapat izin.
Mengingat perundang-undangan kepabeanan yang menetapkan
pengertian impor dan pemasukan barang ke dalam daerah Pabean maka
terhadap hasil laut yang ditangkap dan diambil dari zona ekonomi
eksklusif di berikan pembebasan atau keringanan Bea Masuk.
Hasil laut adalah semua jenis tumbuhan laut, ikan dan hewan laut
yang layak untuk dimakan seperti udang, kerang dan kepiting yang belum
atau sudah diolah dalam diolah dalam sarana penangkapan yang
bersangkutan. Termasuk dalam kategori ini adalah hasil laut.
Sarana pelengkap adalah satu atau kelompok kapal berbendera
Indonesia atau asing yang mempunyai peralatan untuk menangkap atau
mengambil hasil laut termasuk juga yang didalamnya mempunyai
peralatan pengolah hasil laut serta telah mendapat izin dari pemerintah
Indonesia untuk melakukan penangkapan atau pengambilan hasil laut.
Atas impor hasil laut yang ditangkap dan diambil dengan sarana
penangkap dari ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia (dua ratus mil
laut dari garis pangkal laut wilayah Indonesia), diberikan pembebasan bea
masuk.

Pembebasan bea masuk diberikan kepada importir yang telah

mendapat ijin usaha perikanan dan ijin penangkapan hasil laut di ZEE.
Sarana penangkap yang telah mendapat ijin adalah sarana
penangkap yang berbendera Indonesia atau berbendera asing yang telah
memperoleh

ijin

dari

pemerintah

Indonesia

penangkapan atau pengambilan hasil laut.

untuk

melakukan

Sarana penangkap yang

digunakan oleh importir yang mendapat pembebasan bea masuk baik


sarana pengangkut yang berbendera Indonesia maupun asing wajib
dilengkapi dengan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI).
Pemberian fasilitas atas hasil laut yang ditangkap di Zona Ekonomi
Ekslusif diatur sebagai berikut :
Hasil laut yang ditangkap di ZEE oleh sarana penangkap dianggap
sebagai hasil atau produk dalam Daerah Pabean dan diberikan
Pembebasan Bea Masuk.
Atas peralatan dan umpan yang didatangkan dari Luar Daerah
Pabean yang akan digunakan oleh sarana penangkap wajib

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

211

Teknik Kepabeanan
memberitahukan secara tertulis kepada kepala kantor Pabean
disamping pemberitahuan Pabean yang harus dipenuhi oleh sarana
pengangkut

sebagaimana

ditetapkan

dalam

Undang-undang

Kepabeanan seperti cargo manifest (BC 1.1) dan lain-lain.


Sarana penangkap sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
operasinya wajib memberitahukan secara tertulis kepada kepala
kantor Pabean yang mengawasi daerah penangkapan, peralatan dan
umpan yang dipergunakan untuk penangkapan ikan serta hasil laut
tangkapannya.
Kepala kantor Pabean melaksanakan pengawasan dan pengamanan
pembongkaran hasil laut tangkapannya berikut peralatan dan umpan
yang

dipergunakan

dalam

penangkapan

ikan

berdasarkan

pemberitahuan sarana penangkap sebagaimana tersebut di atas.


Apabila sarana penangkap yang bersangkutan akan meninggalkan
daerah

Pabean

terhadap

kekurangan

peralatan

dan

umpan

sebagaimana dimaksud di atas harus dilunasi Bea Masuk dan Pajak


dalam rangka impor sesuai ketentuan impor yang berlaku.
Untuk

mendapatkan

fasilitas

dimaksud,

Importir

mengajukan

permohonan kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi tempat


pemasukan/penimbunan/pembongkaran

hasil

tangkapan

dengan

melampirkan :

Surat Izin Usaha dari Departemen Perindustrian (API dan izin usaha
perikanan.

NPWP dan NPPKP (pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak).

Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dari instansi terkait.

Daftar sarana penangkap yang digunakan untuk usaha menangkap


hasil laut

Rincian jumlah dan perkiraan nilai pabean hasil laut yang akan
diimpor serta pelabuhan tempat bongkar.
Persetujuan pembebasan Bea Masuk diberikan oleh Kepala Kantor

Pabean atas nama Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dengan dilampiri
daftar rincian jumlah, jenis dan nilai Pabean dari hasil laut yang diberikan
pembebasan

Bea

Masuk

serta

penunjukkan

pelabuhan

tempat

pembongkaran.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

212

Teknik Kepabeanan
Atas

pemberian

pembebasan

tersebut

apabila

pada

saat

pengimporan tidak sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam


Keputusan Pembebasan Bea Masuk, atas perbedaannya dipungut bea
masuk.
Untuk

pengamanan

hak

keuangan

negara

dan

dipenuhinya

ketentuan kepabeanan yang berlaku, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


dapat melakukan audit atas pembukuan, catatan dan dokumen importir
yang berkaitan dengan pemasukan, penggunaan, pengeluaran dan
sediaan barang.
vii) Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan
atau penyusutan volume atau berat
Barang yang datang dari luar negeri begitu memasuki batas daerah
Pabean Indonesia sudah terhutang bea masuk. Namun pembayaran bea
masuknya baru wajib dilunasi jika barang tersebut dikeluarkan dari
kawasan Pabean (pelabuhan bongkar) untuk diimpor untuk dipakai.
Dalam hal barang impor sebelum dikeluarkan dari kawasan Pabean
mengalami kebakaran, atau tenggelam di laut, atau menguap/tumpah dan
hilang sebagian, maka atas barang yang rusak, musnah atau hilang
sebagian tersebut dapat diberikan pembebasan atau keringanan bea
masuk.
Hal ini dapat dimengerti karena bea masuk yang wajib dibayar adalah
bea masuk atas barang dengan kondisi apa adanya pada saat ini diimpor
untuk dipakai.
Atas pemasukan barang impor yang sebelum dikeluarkan dari
kawasan

Pabean

yang

mengalami

kerusakan,

penurunan

mutu,

kemusnahan atau penyusutan volume atau berat dapat diberikan


pembebasan atau keringanan bea masuk dan cukai oleh Direktur
Jenderal Bea Dan Cukai.
Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk dan Cukai dapat diberikan
dengan syarat :
Kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan atau penyusutan volume
atau berat dimaksud oleh sebab alami dan,

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

213

Teknik Kepabeanan
Terjadi antara waktu pengangkutan dan diberikan persetujuan impor
untuk dipakai.
Untuk mendapatkan pembebasan atau keringanan bea masuk atas
barang-barang impor tersebut di atas, yang bersangkutan mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang
ditunjuknya disertai bukti-bukti dan rincian jumlah dan jenis barang yang
dimintakan pembebasan atau keringanan bea masuk dan cukai beserta
nilai Pabeannya.
Untuk

pengeluaran

barang

importir

wajib

menyerahkan

pemberitahuan Pabean yang dilampiri dengan keputusan Direktur


Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk. Penyalahgunaan
atau pelanggaran yang berkaitan dengan pemberian fasilitas dapat
mengakibatkan dicabutnya fasilitas dan pengenaan denda.

viii) Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang


ditujukan untuk kepentingan umum
Pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam
menjalankan roda pemerintahannya wajib menyediakan sarana dan
prasarana bagi kepentingan masyarakat kadang-kadang barang-barang
tersebut pengadaannya harus didatangkan dari luar negeri.
Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang
ditujukan untuk kepentingan umum, dapat diberikan pembebasan atau
keringanan Bea Masuk. Yang dimaksud dengan kepentingan umum
adalah kepentingan masyarakat yang tidak mengutamakan kepentingan
di bidang keuangan, misalnya proyek pemasangan lampu jalan umum,
kursi-kursi taman, dan sebagainya, bahkan impor kembang api (happy
crackers) dalam rangka ulang tahun kota (dengan izin dari Polri).
Impor dapat dilakukan oleh pihak ketiga berdasarkan kontrak kerja
antara pemerintah pusat/daerah dengan pihak ketiga. Dalam hal impor
dilakukan oleh pihak ke-3 kontrak kerja harus menyatakan nilai kontrak
tidak termasuk unsur bea masuk.
Impor

barang

merupakan

pembelian

yang

APBN/APBD; atau dari hibah/bantuan luar negeri.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

dibiayai

dengan

Hibah adalah

214

Teknik Kepabeanan
pemberian barang secara cuma-cuma tanpa syarat, dari pengirim di luar
negeri kepada pemerintah, dan tidak menggunakan devisa Indonesia.
Permohonan

pembebasan

Bea

Masuk

dapat

diajukan

oleh

pemerintah pusat/daerah atau pihak ketiga kepada Menteri Keuangan


melalui Direktur Jenderal Bea dan cukai, dengan dilampiri (dalam hal
dibiayai APBN/APBD):

Daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) atau dokumen sejenis;

Ijin instansi teknis terkait, dalam hal barang lartas;

Kontrak kerja dengan pihak ke-3 yang ditunjuk sebagai importir;

Rincian jumlah, jenis, nilai pabean, serta pelabuhan bongkar;

Surat Pernyataan Pejabat (minimal eselon II) bahwa pembiayaan


dalam DIPA tidak termasuk unsur bea masuk.

Dalam hal barang berasal dari hibah, perlu dilampirkan:


Gift certificate atau MoU dari pemberi hibah;
Ijin instansi teknis terkait, dalam hal barang lartas;
Kontrak kerja dengan pihak ke-3 yang ditunjuk sebagai importir.
Menteri Keuangan mengeluarkan suara keputusan pembebasan atau
keringanan Bea Masuk, sepanjang barang yang diimpor semata-mata
untuk kepentingan masyarakat umum. Oleh karena itu barang-barang
tersebut tidak boleh dijualbelikan, atau atas pengadaan sarana tersebut
tidak boleh dipungut pembayaran kepada masyarakat. Penyalahgunaan
fasilitas dapat mengakibatkan dicabutnya fasilitas dan pengenaan denda
sesuai Undang-undang Kepabeanan.

ix)

Barang yang diimpor untuk keperluan olah raga nasional.


Barang untu keperluan olah raga adalah barang yang semata-mata
berkaitan langsung dengan pembunaan, pengembangan, pemusatan
latihan nasional (training centre), penyelenggaraan Pekan Olah Raga
Nasional (PON) dan penyelenggaraan kegiatan olah raga yang bersifat
internasional. Impor barang untuk keperluan olah raga oleh induk
organisasi olah raga nasional (induk masing-masing cabang olah raga
yang terdaftar pada KONI) diberikan pembebasan bea masuk.
Barag impor yang mendapatkan pembebasan bea masuk hanya
dipergunakan oleh induk organisasi olah raga nasional berdasarkan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

215

Teknik Kepabeanan
program kegiatan yang ditetapkan oleh KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia).
Persyaratan untuk mendapatkan fasilitas tersebut induk organisasi
olah raga nasional mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan
melalui DJBC disertai lampiran berupa rekomendasi dari KONI atau
instansi teknis terkait; dan rincian jumlah, jenis/spek barang serta
perkiraan nilai pabean dan pelabuhan bongkar. Penyalahgunaan fasilitas
dapat mengakibatkan dicabutnya fasilitas dan pengenaan denda.
Atas permohonan tersebut Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas
nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan.
Jika dalam importasinya tidak sesuai dengan Surat Keputusan
Pembebasan, atas perbedaannya dipungut bea masuk.

Jika impor

tersebut tidak sesuai dengan tujuannya, dipungut bea masuk dan sanksi
administrasi.

x)

Barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang
lain dengan tujuan untuk diekspor
Dalam Undang-undang kepabeanan di Indonesia atas barang
yang melintasi masuk ke dalam daerah Pabean terhutang Bea Masuk.
Ketentuan ini merupakan dasar yuridis bagi instansi bea cukai untuk
melakukan pengawasan atas barang tersebut. Namun sebenarnya Bea
Masuk menjadi wajib jika barang tersebut di impor untuk dipakai atau di
konsumsi di dalam negeri.
Pada prinsipnya barang yang masuk ke dalam daerah Pabean tidak
untuk di konsumsi, melainkan untuk di ekspor kembali, tidak diwajibkan
membayar Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor.
Impor barang untuk diolah, dirakit atau di pasang pada barang lain
dengan tujuan untuk di ekspor, diberikan fasilitas pembebasan dan
pengembalian Bea Masuk (jika sudah dibayar) dan atau Cukai serta Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak
dipungut, terlebih lagi fasilitas ini diharapkan dapat merangsang investasi,
penambahan tenaga kerja dan perolehan devisa.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

216

Teknik Kepabeanan
Fasilitas ini

dikenal dengan terminologi KITE (Kemudahan Impor

Untuk Tujuan Ekspor). Pemberian fasilitas ini ditangani Kepala Kantor


Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Fasilitas yang diberikan adalah :
Terhadap barang atau bahan asal impor untuk diolah, dirakit dan atau
dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk di ekspor dapat
diberikan fasilitas pembebasan Bea Masuk, Cukai dan PPN serta
PPnBM tidak dipungut;
Terhadap barang dan atau bahan asal impor untuk diolah, dirakit dan
atau dipasang pada barang lain yang telah dibayar Bea Masuk dan
atau Cukainya dan telah diekspor dapat diberikan pengembalian;
Terhadap barang hasil olahan yang bahan bakunya berasal dari impor
yang diserahkan ke Kawasan Berikat dapat diberikan pembebasan
Bea Masuk, PPN dan PPnBM tidak dipungut dan pengembalian;
Terhadap hasil produksi sampingan, sisa hasil produksi, barang jadi
yang rusak dan bahan rusak yang bahan bakunya berasal dari impor
dapat dijual ke dalam Daerah Pabean Indonesia lainnya (DPIL)
dengan membayar Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan
PPnBM.
Terhadap hasil produksi dari

perusahaan yang bahan bakunya

berasal dari impor, dapat dijual ke DPIL sebanyak-banyaknya 25%


dari jumlah realisasi ekspor dan/atau jumlah yang diserahkan ke
Kawasan Berikat dengan membayar Bea Masuk dan/atau Cukai serta
Pajak dalam rangka impor.
Dalam hal produk sampingan atau sisa hasil produksi atau barang /
bahan yang rusak akan dimusnahkan, tidak perlu dibayar Bea Masuknya,
namun pemusnahannya dengan persetujuan dan pengawasan Bea dan
Cukai.
Perusahaan yang menggunakan fasilitas ini harus mempunyai Nomor
Induk Perusahaan (NIPER) yang diterbitkan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Untuk mendapatkan NIPER, perusahaan harus mengajukan data
induk perusahaan (DIPER) secara lengkap dan benar kepada kepala
kantor wilayah DJBC setempat. Berdasarkan pengajuan DIPER, Kantor

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

217

Teknik Kepabeanan
Wilayah DJBC melakukan penelitian administratif dan lapangan terhadap
kebenaran data yang diajukan dengan cara meneliti dokumen DIPER,
mengadakan wawancara dan peninjauan pabrik.
Hasil penelitian administratif dan lapangan selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya data DIPER.
Dalam hal lokasi obyek pemeriksaan ada diluar wilayah pengawasan
kantor wilayah bersangkutan, peninjauan pabrik dapat didelegasikan ke
kantor Pabean yang mengawasi lokasi obyek pemeriksaan. Hasil
penelitian administratif dan penjualan pabrik dituangkan dalam Berita
Acara Kesimpulan Hasil Survey.
Kepala Kantor Wilayah DJBC atau pejabat yang ditunjuk melakukan
penelitian kebenaran data dalam DIPER dan dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya
Berita Acara Kesimpulan Hasil Survey, hasil penelitian dikirimkan secara
elektronik kepada perusahaan berupa :
- Penerbitan NIPER dalam hal memenuhi persyaratan; atau
- Penolakan dalam hal tidak memenuhi persyaratan.
Setelah NIPER diterbitkan oleh Kepala Kantor Wilayah, maka
selanjutnya perusahaan yang telah disetujui permohonan NIPERnya
wajib:

memasang papan nama di lokasi perusahaannya dengan tulisan :


Nama Perusahaan

NIPER

memberitahukan secara tertulis kepada kepala kantor wilayah


setiap perubahan data yang dapat dalam NIPER

NIPER yang telah dimiliki oleh perusahaan dapat dicabut oleh kepala
kantor wilayah dalam hal :

Perusahaan tidak melakukan kegiatan impor barang dan/atau


bahan untuk memproduksi barang ekspor dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan berturut-turut terhitung sejak :
-

NIPER diterbitkan; atau

Tanggal realisasi ekspor dan/atau penyerahan ke Kawasan


Berikat terakhir.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

218

Teknik Kepabeanan

Perusahaan tidak memberitahukan perubahan data dalam DIPER


dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak perubahan terjadi;

Atas permintaan yang bersangkutan, setelah dilakukan audit atas


pembebasan dan/atau pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak
dipungut yang telah diperolehnya.
Dalam

hal

perusahaan

penerima

Pembebasan

dan/atau

pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut NIPER-nya dicabut,


Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan PPnBM yang terutang serta
sanksi wajib dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah
tanggal pencabutan.
Untuk memperoleh fasilitas pembebasan Bea Masuk serta PPN dan
PPnBM tidak dipungut perusahaan mengajukan permohonan kepada
Kepala Kantor Wilayah DJBC dengan dilampiri keterangan yang berisi
rencana impor dan ekspor serta rincian kebutuhan barang dan/atau
bahan baku impor dan hasil produksi selama 12 bulan serta kantor
Pabean tempat pengeluaran barang.
Persetujuan

atau

penolakan

kepala

kantor

wilayah

DJBC

menerbitkan Surat Keputusan pembebasan Bea Masuk an/atau Cukai


serta PPN dan PPnBM tidak dipungut. Selanjutnya perusahaan
mempertaruhkan jaminan sebesar nilai Bea Masuk dan/atau Cukai serta
PPN dan PPnBM, sebelum barang / bahan di impor. Setelah menerima
jaminan kepala kantor wilayah DJBC menerbitkan STTJ (Surat Tanda
Terima Jaminan). Selanjutnya perusahaan mengurus pengeluaran barang
dari kawasan Pabean sesuai ketentuan tata laksana kepabeanan di
bidang impor, yaitu dengan menyerahkan pemberitahuan impor barang
beserta dokumen pelengkapnya, termasuk surat keputusan pembebasan
Bea Masuk dan STTJ.
Selanjutnya dengan menggunakan barang dan bahan yang telah di
impor tersebut perusahaan melakukan pengolahan menjadi barang hasil
produksi. Ekspor barang hasil produksi harus terlaksana dalam jangka
waktu 12 bulan terhitung sejak tanggal pendaftaran PIB, kecuali terhadap
perusahaan yang memiliki masa produksi lebih dari 12 bulan dapat
dikecualikan oleh kepala kantor wilayah DJBC atas nama Menteri
Keuangan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

219

Teknik Kepabeanan
Ekspor barang hasil produksi dilaksanakan dengan mempergunakan
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), sebagaimana dimaksud diajukan
oleh :
-

Perusahaan pemegang NIPER yang mengekspor sendiri barang


hasil produksinya; atau

Perusahaan lain baik pemegang NIPER ataupun bukan pemegang


NIPER, yang barangnya digabungkan dengan barang hasil produksi
dari perusahaan pemegang NIPER.
Ekspor barang hasil produksi harus terlaksana dalam jangka waktu

12 bulan terhitung sejak tanggal pendaftaran POB, kecuali terhadap


perusahaan yang memiliki masa produksi lebih dari 12 bulan dapat
diberikan pengecualian oleh Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri
Keuangan.
Terhadap PEB yang mendapat KITE yang barangnya telah diekspor,
Kantor Pabean Pemuatan menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP);
Tata kerja pengajuan PEB yang mendapat KITE dilaksanakan sesuai
dengan keputusan Direktur Jenderal tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata
Laksana Kepabeanan di bidang Ekspor untuk barang ekspor yang
mendapat Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (lihat Bahan Ajar Teknis
Pabean II)
Hasil produksi yang bahan bakunya berasal dari impor dapat
diserahkan oleh perusahaan pemegang NIPER ke Kawasan Berikat untuk
di proses lebih lanjut, dengan ketentuan :
-

mengajukan BC 2.4 kepada kepala kantor Pabean yang mengawasi


wilayah pemohon;

dilakukan pemeriksaan Pabean oleh pejabat ; dan

Bea Masuk dan/atau Cukai dibebaskan serta PPN dan PPnBM tidak
dipungut.
Penyerahan barang hasil produksi ke Kawasan Berikat harus

terlaksana dalam jangka waktu 12 bulan terhitung sejak tanggal


pendaftaran PIB.
Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud di atas tidak terpenuhi,
pengusaha wajib membayar Bea Masuk, Cukai, PPN, PPnBM yang

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

220

Teknik Kepabeanan
terutang.

Kewajiban sebagaimana dimaksud ditambah dengan bunga

2% (dua persen) dari pungutan yang seharusnya dibayar setiap bulan


selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak tanggal
pendaftaran PIB, sepanjang barang dan/atau bahan masih berada dalam
persediaan perusahaan.
Kewajiban

sebagaimana

dimaksud

diperlukan

juga

terhadap

perusahaan yang dicabut NIPER-nya, yang telah mengimpor barang


dan/atau bahan yang mendapat pembebasan dan PPN dan PPnBM tidak
dipungut tetapi belum direalisasikan ekspornya.
Hasil produksi KITE yang bahan bakunya berasal dari impor dan/atau
hasil produksi dari Kawasan Berikat dapat dijual ke DPIL setelah ada
realisasi ekspor dan/atau penyerahan ke Kawasan Berikat oleh
perusahaan pemegang NIPER, dengan ketentuan :
Mengajukan BC 2.4 kepada Kantor Pabean yang mengawasi wilayah
pemohon;
Barang yang akan dijual ke DPIL sebanyak-banyaknya berjumlah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah realisasi ekspor dan/atau
penyerahan ke Kawasan Berikat;
Dilakukan pemeriksaan Pabean oleh pejabat;
Membayar Bea Masuk dan/atau Cukai berdasarkan tarif barang jadi
dan nilai Pabean berdasarkan nilai bahan baku pada saat diimpor
ditambah bunga sebesar 2% setiap bulan sejak tanggal pendaftaran
PIB; dan
Membayar PPN dan PPnBM dengan dasar pengenaan pajak sebesar
nilai impor, ditambah sanksi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan
sejak saat impor paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
Penjualan ke DPIL harus terlaksana dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal pengimporan sampai dengan tanggal
penjualan barang ke DPIL.
Dalam hal penjualan hasil produksi ke DPIL melebihi ketentuan atas
kelebihannya :
- Dikenakan sanksi berupa denda 100% (seratus persen) dari Bea
Masuk dan/atau cukai yang seharusnya dibayar ditambah bunga
sebesar 2% setiap bulan sejak tanggal pendaftaran PIB;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

221

Teknik Kepabeanan
- Membayar PPN dan PPnBM sesuai nilai pada saat impor, di tambah
sanksi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan sejak saat impor paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
Dalam hal Penjualan ke DPIL tidak memenuhi ketentuan sepanjang
barang hasil produksi masih berada dalam persediaan, perusahaan wajib:
Membayar Bea Masuk dan/atau Cukai berdasarkan tarif barang jadi
dan nilai Pabean berdasarkan nilai bahan baku pada saat diimpor
ditambah bunga sebesar 2% setiap bulan paling lama

24 bulan

dihitung sejak tanggal pendaftaran PIB;


Membayar PPN dan PPnBM sesuai nilai pada saat impor, di tambah
sanksi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan sejak saat impor.
Penjualan ke DPIL hasil produksi sampingan, sisa hasil produksi,
hasil produksi yang rusak dan bahan baku yang rusak yang bahan
bakunya berasal dari impor dan/atau hasil produksi dari Kawasan Berikat
dapat dilakukan oleh perusahaan dengan ketentuan :
Mengajukan BC 2.4 kepada kantor Pabean yang mengawasi wilayah
pemohon;
Dilakukan pemeriksaan Pabean oleh pejabat;
Membayar Bea Masuk sebesar 5% dari harga jual;
Membayar Cukai sesuai ketentuan tarif yang berlaku;
Membayar PPn dan PPnBM sebesar nilai impor; dan
Pembayaran Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan PPnBM
dilakukan pada saat penyerahan barang ke DPIL.
Pemusnahan hasil produksi sampingan, sisa hasil produksi, hasil
produksi yang rusak dan bahan baku yang rusak yang bahan bakunya
berasal dari impor dan/atau hasil produksi dari Kawasan Berikat dapat
dilakukan oleh perusahaan dengan ketentuan :
-

Mengajukan BC 2.4 kepada kantor Pabean yang mengawasi wilayah


pemohon;

Dilakukan pemeriksaan Pabean oleh pejabat;

Dilakukan pengawasan Pemusnahan oleh pejabat;

Tidak dilakukan penagihan Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN


dan PPnBM tidak dipungut; dan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

222

Teknik Kepabeanan
-

Hasil Pemusnahan dituangkan dalam Berita Acara.


Bahan baku asal impor yang belum diselesaikan ekspornya dalam

jangka waktu dapat diselesaikan dengan ketentuan :

Mengajukan BC 2.4 kepada kantor Pabean yang mengawasi wilayah


pemohon;

Dilakukan pemeriksaan Pabean oleh pejabat;

Membayar Bea Masuk dan/atau Cukai sesuai tarif pada saat Impor
ditambah bunga sebesar 2% dari setiap bulan sejak tanggal
pendaftaran PIB; dan

Membayar PPn dan PPnBM sebesar nilai impor ditambah sanksi


berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan
Tata kerja pengajuan PEB yang mendapat KITE dilaksanakan sesuai

tatalaksana kepabeanan di bidang ekspor untuk barang ekspor yang


mendapat KITE, yang sudah dijelaskan di dalam Bab Formalitas Pabean
atas barang ekspor.
Perusahaan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan ekspor (LE)
ke kantor wilayah DJBC sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali
dengan menggunakan formulir Laporan Penggunaan Barang dan/atau
Bahan Asal Impor yang mendapat pembebasan Bea Masuk dan/atau
Cukai serta PPN dan PPnBM tidak dipungut, dengan dilampiri :
Copy PIB / PIBK / PPKP
Copy SPPB
Copy STTJ
LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) asli,
Copy dokumen CK-8 (khusus Barang Kena Cukai)
Copy PEB yang telah mendapat persetujuan ekspor
Copy B/L atau AWB
Disket hasil transfer
SSTB (Surat Serah Terima Barang) dalam hal ekspor gabungan
Bagi perusahaan yang menyerahkan hasil produksinya ke Kawasan
Berikat untuk diolah lebih lanjut, laporan disampaikan ke kantor wilayah
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali menggunakan formulir BCL.
KT01 dengan disertai:
Copy PIB / PIBK / PPKP

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

223

Teknik Kepabeanan
Copy SPPB
Copy STTJ
Copy dokumen CK-9 (khusus Barang Kena Cukai)
Bukti kontrak penjualan / penyerahan hak ke perusahaan di dalam
Kawasan Berikat (PKDB)
Dokumen penyerahan ke Kawasan Berikat yang telah disahkan oleh
pejabat (BC 2.4); dan
Disket hasil transfer data formulir BCL. KT01
Laporan sebagaimana dimaksud yang disampaikan oleh perusahaan
disetujui apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Diajukan oleh perusahaan yang mengimpor barang dan/atau bahan
dan mengekspor hasil produksinya ke kawasan berikat untuk diolah,
dirakit atau dipasang pada barang lain;
Barang dan/atau bahan yang diimpor untuk diolah, dirakit atau
dipasang pada barang lain yang telah diekspor atau telah diserahkan
ke Kawasan Berikat;
Realisasi ekspor harus terlaksana dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan terhitung sejak tanggal pengimporan, kecuali oleh
kepala kantor wilayah atas nama Menteri Keuangan;
Penyerahan ke kawasan berikat harus terlaksana dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pendaftaran PIB sampai
dengan tanggal penyerahan barang ke kawasan Berikat;
Laporan

telah

dilengkapi

dengan

dokumen

yang

telah

di

persyaratkan.
Laporan ditolak dalam hal tidak memenuhi persyaratan atau dalam
hal:
-

Nilai Bea Masuk/Cukai dan PPN/PPnBM bahan baku dalam


laporan lebih besar dari Nilai Bea Masuk/Cukai dan PPN/PPnBM
dalam PIB;

Jaminan atas barang dan/atau bahan yang diimpor berdasarkan


PIB bersangkutan sudah dikembalikan;

Pelaksanaan ekspor lebih dahulu dari pada impor;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

224

Teknik Kepabeanan
-

Nilai bahan baku asal impor dari barang yang di ekspor atau
yang diserahkan ke Kawasan Berikat lebih besar dari nilai bahan
baku pada saat impor;

Pengisian laporan tidak lengkap dan/atau tidak benar yang


meliputi:

Pos tarif/HS di laporan berbeda dengan pos tarif/HS dalam


LHP;

Pos tarif/HS di laporan berbeda dengan pos tarif/HS dalam


PIB;

Jumlah barang ekspor dalam laporan lebih besar dari jumlah


barang ekspor dalam LHP.

Dalam hal LE diterima, Kepala Kantor Wilayah DJBC menerbitkan


surat pemberitahuan penyesuaian jaminan yang menunjukkan jumlah Bea
Masuk dan/atau Cukai serta pajak dalam rangka impor yang sudah
selesai di pertanggung jawabkan dan/atau masih harus dijaminkan oleh
perusahaan. Terhadap Bea Masuk dan pungutan impor lainnya yang
sudah selesai dipertanggung jawabkan, jaminan dikembalikan kepada
yang bersangkutan.
xi)

Barang dengan tujuan untuk diimpor sementara.


Disamping fasilitas pembebasan dan/atau keringanan bea masuk
sebagaimana diatur dalam pasal 25 dan pasal 26 tersebut diatas, dalam
ketentuan perundang-undangan pabean juga diatur mengenai fasilitas
pemberian izin impor sementara. Fasilitas tersebut berupa pembebasan
dan keringanan bea masuk. Hal ini ditetapkan dalam pasal 10D Undangundang Nomor 17 tahun 2006.
Pada prinsipnya barang yang dimasukkan ke dalam daerah Pabean
Indonesia terhutang bea masuk, dan wajib dilunasi pada saat di impor
untuk dipakai di dalam daerah Pabean. Dalam perundang-undangan
kepabeanan Indonesia diatur bahwa barang impor dapat dikeluarkan
sebagai barang impor sementara jika pada waktu impornya nyata-nyata
dimasukkan untuk di ekspor kembali.
Ada dua hal yang mendasari pemberian pembebasan atau
keringanan

terhadap

impor

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

sementara.

Pertama

masalah

impor

225

Teknik Kepabeanan
sementara telah ditetapkan dalam konvensi kepabeanan internasional.
Dalam hal ini tujuan pengaturan impor sementara adalah untuk
pemberian kemudahan atas pemasukan barang dengan tujuan tertentu
seperti barang pameran, barang perlombaan, kendaraan yang dibawa
oleh wisatawan, peralatan penelitian dana peralatan yang dibawah oleh
teknisi, wartawan dan tenaga ahli untuk digunakan sementara waktu dan
selanjutnya akan di ekspor kembali keluar negeri.

Pada hakekatnya

impor sementara ini tidak dapat dianggap sebagai barang yang diimpor
untuk dipakai, karena akan diekspor kembali (dalam konvensi Istanbul
disebut

sebagai

Temporary

Admission

dan

bukan

Temporary

Importation).
Hal kedua berkaitan dengan kebutuhan pembangunan di dalam
negeri. Dalam rangka membangun pemerintah perlu memberikan insentif
kepada investor dengan cara memberikan fasilitas keringanan bea masuk
bagi barang / mesin untuk kebutuhan proyek dalam negeri seperti
permesinan, alat-alat berat yang digunakan mengerjakan proyek dan
setelah selesai diekspor kembali. Barang seperti ini walaupun di impor
sementara tetapi digunakan / dikonsumsi di dalam negeri.
Impor sementara adalah pemasukan barang ke dalam daerah
Pabean yang nyata-nyata akan diekspor kembali dalam jangka waktu
tertentu. Ijin impor sementara diberikan paling lama 3 tahun. Barang
impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sementara apabila pada
waktu impornya dipenuhi persyaratan:
-

Tidak akan habis dipakai dalam masa pengimporan.

Dalam masa pengimporan sementara tidak berubah bentuk secara


hakiki kecuali karena aus dalam penggunaan.

Jelas identitasnya.

Ada dokumen pendukung bahwa barang tersebut diekspor kembali.


Barang

impor

sementara

dapat

diberikan

pembebasan

atau

keringanan bea masuk sebagai berikut :


Barang impor sementara yang dapat diberikan pembebasan bea
masuk yaitu :
-

Barang untuk keperluan pameran;

Barang untuk keperluan seminar, atau kegiatan semacam itu;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

226

Teknik Kepabeanan
-

Barang untuk keperluan peragaan atau demonstrasi;

Barang untuk keperluan tenaga ahli, penelitian, pendidikan, ilmu


pengetahuan dan kebudayaan
Kemasan yang digunakan untuk pengangkutan barang impor atau

ekspor secara berulang-ulang;


Barang untuk keperluan contoh, model atau cetakan industri

(mould);
Kendaraan atau sarana pengangkut yang digunakan sendiri oleh

wisatawan

mancanegara;

dan

barang

pribadi

keperluan

wisatawan
Kendaraan yang masuk melalui lintas batas dan penggunaannya

tidak bersifat reguler.


Peralatan

khusus

yang

digunakan

untuk

penanggulangan

bencana alam, kebakaran dan gangguan keamanan;


-

Barang untuk diperbaiki, rekondisi, dan modifikasi;

Bintang hidup untuk keperluan pertunjukkan umum, pelatihan,


olahraga, perlombaan, pejantan atau kegiatan semacam itu;dan
penanggulangan gangguan keamanan.
-

Barang untuk keperluan angkutan laut dan udara dalam negeri.

Barang impor sementara yang dapat diberikan keringanan bea


masuk adalah mesin dan peralatan untuk keperluan proyek /
pembangunan dalam negeri.
Terhadap

barang

impor

sementara

yang

di

berikan

pembebasan bea masuk, importir wajib menyerahkan jaminan kepada


kepala kantor Pabean. yang besarnya adalah sebesar Bea masuk
dan pajak dalam rangka impor yang seharusnya dikenakan atas
barang impor yang bersangkutan.
Terhadap barang impor sementara yang diberikan keringanan
(barang proyek, produksi, pembangunan), importir wajib membayar
bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor yang ditetapkan, sebelum
diberikan persetujuan pengeluaran barang. Jumlah Bea Masuk adalah
sebesar 2% dari BM yang terhutang untuk setiap bulan atau bagian
dari bulan dari jangka waktu izin impor sementara dikalikan jumlah

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

227

Teknik Kepabeanan
Bea Masuk yang seharusnya dikenakan atas barang impor yang
bersangkutan.
Jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak penjualan
atas barang mewah (PPnBM) harus dilunasi sepenuhnya. Sedangkan
pajak penghasilan dalam rangka impor (PPh. Pasal 22) ditangguhkan.
Selain kewajiban untuk membayar Bea Masuk dan Pajak dalam
rangka impor (PPN dan PPnBM) importir wajib menyerahkan jaminan
sebesar selisih antara Bea Masuk yang seharusnya dikenakan atas
barang impor bersangkutan dengan Bea Masuk yang telah dibayar
ditambah jaminan PPh. Pasal 22 yang terutang. Selanjutnya barang
dapat dikeluarkan dari kawasan Pabean dengan memenuhi kewajiban
Pabean.
Untuk pemenuhan kewajiban Pabean atas impor sementara
diajukan pemberitahuan Impor barang yang dibuat berdasarkan
dokumen pelengkap Pabean dan izin impor sementara. Realisasi
impor barang paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
tanggal izin impor sementara, disertai tanda terima pembayaran
dan/atau jaminan. Apabila pemberitahuan Impor barang tidak diajukan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud maka izin impor
sementara yang telah diberikan dinyatakan tidak berlaku.
Terhadap barang impor sementara dalam kondisi bukan baru
dan/atau barang yang diatur tata niaga impornya wajib mendapat
persetujuan impor dari instansi yang berwenang terlebih dahulu
(Departemen Perdagangan). Pada saat pemberian izin impor
sementara, Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang
ditunjuknya wajib melakukan penelitian dan penetapan nilai Pabean
serta klasifikasi barang atas barang impor sementara sebagai dasar
perhitungan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka Impor.
Barang impor sementara walaupun sudah berada di peredaran
bebas belum sepenuhnya memenuhi formalitas Pabean, oleh karena
itu barang impor sementara yang telah diberikan izin pengeluaran
berada

dibawah

pengawasan

Pabean

sampai

dengan

penyelesaiannya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

228

Teknik Kepabeanan
Berkaitan dengan hal tersebut, maka barang yang telah
mendapatkan

izin

sementara

sewaktu-waktu

dapat

dilakukan

pemeriksaan untuk meyakinkan bahwa ketentuan dalam izin impor


sementara barang tersebut dipenuhi
Selama berlakunya izin import sementara, barang dapat
dipindah lokasikan ke tempat lain dengan persetujuan Pejabat
Pabean. Barang impor sementara wajib di ekspor kembali dalam
jangka waktu yang ditetapkan dalam izin impor sementara.
Apabila ketentuan ekspor kembali tidak dilaksanakan, maka
Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor yang masih terutang
sesuai Pemberitahuan Impor Barang harus dilunasi dan importir
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus
persen) dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar, sedangkan atas
pajak tidak dikenakan denda.
Dalam tertentu berupa kerusakan berat karena keadaan
memaksa (force majeur) atau musnah karena keadaan memaksa
(force majeur), importir dapat dibebaskan dari kewajiban untuk
mengekspor kembali barang impor sementara dimaksud serta
dibebaskan dari kewajiban melunasi kekurangan Bea Masuk dan
sanksi administrasi berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal.
Dalam hal barang telah diekspor atau diselesaikan, jaminan
yang diserahkan ke Bea Cukai dapat diambil kembali. Pengembalian
jaminan dilakukan oleh kepala kantor Pabean dalam hal yang
bersangkutan telah mengekspor kembali barang impor sementara dan
Bea Masuk, Pajak Dalam Rangka Impor dan sanksi administrasi
berupa

denda

telah dilunasi;

atau

yang

bersangkutan telah

menyerahkan keputusan pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam


Rangka Impor atas barang impor sementara yang mengalami
kerusakan berat karena keadaan memaksa (force majeur) atau
musnah karena keadaan memaksa (force majeur).

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

229

Teknik Kepabeanan
xii) Pembebasan Bea Masuk atas impor barang untuk kegiatan usaha
hulu minyak dan gas bumi serta panas bumi.
Fasilitas pembebasan Bea Masuk atas impor barang untuk kegiatan
usaha hulu minyak dan gas bumi serta panas bumi ini diberikan
berdasarkan pasal 26 ayat (1) huruf a, b dan c Undang-undang Nomor 17
Tahun 2006. Peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan nomor 177 dan nomor 178/PMK.011/2007.
Atas impor barang yang digunakan untuk kegiatan usaha hulu
minyak dan gas serta panas bumi diberikan pembebasan bea masuk,
dengan memenuhi persyaratan:
-

Barang tersebut belum diproduksi di dalam negeri;

Barang tersebut sudah diproduksi di dalam negeri namun belum


memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan;

Barang tersebut sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya


belum mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Pembebasan untuk kegiatan hulu minyak dan gas diberikan terhadap:


-

Badan Usaha/Bentuk Usaha Tetap yang membuat kontrak kerja


dengan Badan PelaksanaKegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi; dan

PT. Pertamina.
Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum, bekerja

dan berkedudukan di dalam wilayah RI; sedangkan Bentuk Usaha Tetap


adalah badan usaha yang didirikan di luar wilayah RI untuk melakukan
kegiatan di dalam wilayah RI.
Pembebasan untuk kegiatan usaha panas bumi diberikan terhadap:
-

Badan Usaha yang mendapat Wilayah Kerja Pertambangan, atau


penugasan survey pendahuluan, atau ijin usaha pertambangan
panas bumi; dan

PT. Pertamina, dan PT. Geo Dipa Energi.


Permohonan untuk usaha hulu minyak dan gas bumi diajukan

kepada Dirjen Bea dan Cukai, dilampiri RIB (Rencana Impor Barang)
untuk kebutuhan 12 bulan yang telah disetujui Dirjen Migas, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

230

Teknik Kepabeanan
Permohonan untuk usaha panas bumi perlu persetujuan dari Dirjen
Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi, Departemen Energi dan SDM.
Permohonan dilampiri:
-

Copy NPWP;

NIK (Nomor Induk Kepabeanan);

Copy kontrak;

Copy ijin usaha/penugasan survey.


Selanjutnya Dirjen BC atas nama Menteri Keuangan menerbitkan

keputusan pemberian pembebasan bea masuk.


Dalam rangka meningkatkan produksi nasional migas serta panas
bumi, pemerintah memberikan fasilitas fiskal berupa PPN ditanggung
pemerintah atas impor barang untuk kegiatan usaha eksplorasi minyak
dan gas bumi serta panas bumi.
Permohonan diajukan kepada Dirjen Bea dan Cukai bersamaan
dalam satu RIB dengan permohonan pembebasan bea masuk.

Dirjen

Bea dan Cukai membubuhkan PPN ditanggung Pemerintah pada PIB


dan SSPCP. Selanjutnya DJBC menyampaikan daftar jumlah pajak
ditanggung pemerintah setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Pajak.
4)

Fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah


Undang-undang Kepabeanan tidak mengatur adanya fasilitas Bea
Masuk di tanggung Pemerintah. Fasilitas ini timbul karena Undang-undang
Kepabeanan

membatasi

barang-barang

yang

mendapatkan

fasilitas

pembebasan (pasal 25 ayat1) dan fasilitas pembebasan atau keringanan


(pasal 26 ayat 1).

Oleh karena pemerintah masih menganggap perlu

adanya pemberian insentif

terhadap impor barang

tertentu,

maka

pemerintah (dalam hal ini Menteri Keuangan) memberikan subsidi bea


masuk dan PPN impor atas impor barang dimaksud.
Barang-barang yang diberikan fasilitas Bea Masuk ditanggung
pemerintah meliputi:
i. Barang dan bahan oleh industri perkapalan guna pembuatan dan/atau
perbaikan kapal.
ii. Barang dan bahan oleh industri jasa pelayaran guna perbaikan dan/atau
pemeliharaan kapal laut.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

231

Teknik Kepabeanan
iii. Barang dan bahan oleh industri pengolahan susu.
iv. Barang dan bahan guna perbaikan dan pemeliharaan pesawat terbang.
v. Barang dan bahan guna pembuatan komponen elektronik.
vi. Barang dan bahan guna pembuatan Cold Rolled Coil (CRC) oleh industri
baja nasional.
vii. Barang dan bahan oleh industri pembuatan sorbitol.
viii. Barang dan bahan guna pembuatan botol infus.
ix. Barang dan Bahan guna pembuatan komponen untuk pembangkit listrik
tenaga uap.
x. Barang dan bahan guna pembuatan komponen kendaraan bermotor.
xi. Barang dan bahan guna pembuatan bagian tertentu alat besar dan/atau
perakitan alat besar oleh industri alat besar.
Pemberian fasilitas Bea Masuk dan juga PPN impor ditanggung
pemerintah bersifat temporer, biasanya diberikan dalam periode satu tahun.

5)

Fasilitas GSP (General System of Preference)


Fasilitas GSP (General System of Preference) atau sistem preferensi
umum yaitu pengurangan tarif Bea Masuk berdasarkan kesepakatan
internasional/regional, contoh : Penurunan tarif Bea Masuk dalam rangka
ASEAN PTAS yang dikenal dengan CEPT for AFTA (Common Effective
Preferentional Tariff For Asean Free Trade Area)
Penetapan

tarif Bea Masuk tersebut dikenakan atas beberapa

komoditi barang yang diimpor dari negara-negara Asean. Besarnya


pungutan Bea Masuk dalam rangka CEPT tersebut lebih rendah dari tarif
Bea Masuk yang berlaku umum sebagaimana dalam Buku Tarif Bea Masuk
Indonesia (BTBMI/Harmonized System).
Tarif Bea Masuk tersebut hanya berlaku terhadap importasi barang
yang telah dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal atau Certificate of
Origin (misalnya: Form D dan Form E).
Barang-barang yang berasal dari negara tersebut jika dilengkapi
dengan CoO diberikan pengurangan tarif bea masuk hingga 0% sampai 5%.
Daftar barang dimaksud beserta pembebanan tarif bea masuknya dapat
dilihat pada BTBMI atau Surat Keputusan Menteri Keuangan terkait.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

232

Teknik Kepabeanan
Skema ini terus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia, antara lain
yang telah dilakukan adalah kesepakatan perdagangan dengan China,
Korea, Jepang dan berikutnya dengan negara lain, seperti India dan
seterusnya.

Dengan

adanya

kesepakatan

preferensi

tarif

tersebut

diharapkan perdagangan luar negeri akan semakin meningkat.


Saudara peserta Diklat.
Demikian
keringanan

bea

pembahasan
masuk.

mengenai
Berikut

ini

fasilitas

pembebasan

disampaikan

materi

dan

fasilitas

penangguhan bea masuk yang diberikan terhadap Tempat Penimbunan


Berikat.

B. FASILITAS TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT


Dalam materi ini dibahas mengenai tatacara dan persyaratan pemberian
fasilitas Tempat Penimbunan Berikat (TPB) dengan mendapat fasilitas
penangguhan bea masuk.

1)

Fungsi dan Tujuan TPB

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah senantiasa


berusaha untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui pemberian
fasilitas kepabeanan di samping fasilitas atau kebijakan lain di bidang
perdagangan.
Dalam rangka meningkatkan daya saing produk ekspor diperlukan
peningkatan efisiensi dengan mendekatkan persediaan bahan baku bagi
kebutuhan industri dalam negeri yang tepat waktu serta tersedianya sarana
promosi untuk mendukung pemasarannya, sehingga diperlukan suatu bentuk
peraturan yang dapat mengakomodasi dan memberikan kemudahan
kepabeanan cukai dan perpajakan.
Sehubungan dengan hal tersebut, telah dibentuk suatu lembaga
Tempat Penimbunan Berikat sebagaimana telah diatur dalam pasal 44
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 jo.Nomor 10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan; dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun
2009 tentang Tempat Penimbunan Berikat.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

Namum saat ini ketentuan

233

Teknik Kepabeanan
pelaksanaannya belum ada sehingga masih menggunakan ketentuan yang
lama sampai diterbitkannya ketentuan TPB yang baru.
Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan
yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun
barang dengan

tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan bea

masuk.
Tujuan menimbun barang di TPB adalah untuk diolah, ditimbun guna
diimpor untuk dipakai, dipamerkan, dijual kepada orang tertentu, dilelang,
atau didaur ulang. Barang-barang yang ditimbun di TPB diberikan perlakuan
khusus di bidang kepabeanan, cukai dan perpajakan. TPB dapat berbentuk
Kawasan Berikat, Gudang Berikat, Entrepot Untuk Tujuan Pameran, dan
Toko Bebas Bea, serta bentuk TPB lainnya untuk keperluan lelang dan daur
ulang.
Mengingat

hal-hal tersebut

di

atas maka dibentuknya

Tempat

Penimbunan Berikat antara lain bertujuan untuk :

Untuk memberikan kemudahan dan fasilitas kepabeanan, cukai dan


perpajakan kepada pengusaha berupa penagihan bea masuk dan tidak
dipungut PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22 impor;

Memberi kesempatan kepada pengusaha untuk dapat melakukan


kegiatan mengimpor, menyimpan, menimbun, memamerkan, menjual,
mengemas, mengemas kembali dan/atau mengolah barang yang
berasal dari luar daerah Pabean;

Menjamin kelancaran arus barang dan kegiatan impor dan ekspor;

Meningkatkan produksi dalam negeri dalam rangka pembangunan


pengembangan ekonomi nasional.
Sesuai dengan fungsi dan tujuannya sebagaimana tersebut di atas, saat

ini jenis-jenis

TPB yang ditetapkan dalam Undang-undang Kepabeanan

berupa:
Kawasan Berikat;
Gudang Berikat;
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat;
Toko Bebas Bea
Tempat Pelelangan Berikat;
Tempat Daur Ulang Berikat.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

234

Teknik Kepabeanan
Pada prakteknya pemberian fasilitas di bidang kepabeanan, cukai dan
perpajakan tersebut di atas dilaksanakan dengan membentuk lembaga
Tempat

Penimbunan

Berikat

yang

sepenuhnya

berada

di

bawah

pengawasan Pabean. Dalam pelaksanaannya Peraturan Pemerintah telah


mendefinisikan Tempat Penimbunan Berikat sebagaimana tersebut diatas.

2)

Pemberitahuan Pabean BC 2.3

Pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean untuk ditimbun di TPB


wajib diberitahukan oleh Pengusaha TPB dengan menggunakan BC 2.3.
Pengusaha TPB wajib mengisi BC 2.3 dengan lengkap dan bertanggung
jawab atas kebenaran data yang diisikan dalam BC 2.3.
BC 2.3 sebagaimana dimaksud tidak dapat dipergunakan untuk
mengeluarkan barang

impor berupa makanan dan/atau minuman dari

Kawasan Pabean, yang dimaksudkan untuk dikonsumsi di TPB.


Terhadap pengeluaran barang modal dan/atau peralatan yang tidak
berhubungan

langsung

dengan

kegiatan

produksi

serta

peralatan

perkantoran dari Kawasan Pabean untuk dimasukkan ke Kawasan Berikat


dapat diberikan penangguhan bea masuk dan tidak dipungut PPN, PPnBM,
dan PPh Pasal 22.
Untuk mendapatkan penangguhan sebagaimana dimaksud pengusaha
TPB mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal u.p. Direktur
Fasilitas Kepabeanan.

Dalam hal disetujui, Direktur Jenderal u.p. Direktur

Fasilitas Kepabeanan menerbitkan surat keputusan penangguhan bea masuk


dan tidak dipungut PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22.

Namun jika

permohonan ditolak, Direktur Jenderal u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan


menerbitkan surat penolakan.
Dalam pengajuan BC 2.3 nomor dan tanggal surat keputusan
penangguhan sebagaimana dimaksud wajib dicantumkan pada BC 2.3.
Dokumen BC 2.3 sebagaimana dimaksud disampaikan oleh Pengusaha TPB
kepada Pejabat bea dan cukai yang mengawasi TPB dengan menggunakan
media penyimpan data elektronik.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

235

Teknik Kepabeanan
Dalam hal TPB berada di bawah Kantor Pengawasan yang telah
memiliki sistem PDE BC 2.3, Pengusaha TPB wajib menyampaikan BC 2.3
ke Kantor Pengawasan dengan menggunakan sistem PDE.
Atas penyampaian BC 2.3 sebagaimana dimaksud pihak Pengusaha
TPB wajib membayar PNBP sesuai ketentuan perundang-undangan.
Atas BC 2.3 sebagaimana dimaksud dilakukan penelitian dokumen yang
meliputi :
kelengkapan dan kebenaran pengisian data BC 2.3;dan
kelengkapan dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan.
Dokumen pelengkap pabean sebagaimana dimaksud berupa :
-

B/L atau AWB;

Invoice;

packing list, dan

dokumen pelengkap pabean lainnya antara lain surat keputusan


penagguhan bea masuk (untuk barang yang tidak berhubungan
langsung) serta izin dari instansi terkait.
Dalam hal penyampaian BC 2.3 dengan menggunakan media

penyimpan data elektronik, penelitian dilakukan oleh Pejabat bea dan cukai
yang mengawasi TPB.

Namun jika

penyampaian BC 2.3 menggunakan

sistem PDE, penelitian sebagaimana dimaksud dilakukan oleh SKP (Sistem


Komputer Pelayanan) pada Kantor Pengawasan.
Dalam hal barang impor yang diberitahukan dengan menggunakan
media penyimpan data elektronik merupakan barang yang mendapat fasilitas
penagguhan bea masuk dan/atau barang yang memerlukan izin dari instansi
terkait, penelitian dilakukan oleh Pejabat bea dan cukai yang mengawasi
TPB. Jika barang impor diberitahukan dengan menggunakan sistem PDE,
penelitian dilakukan oleh Pejabat bea dan cukai pada Kantor Pengawasan.
Selanjutnya jika hasil penelitian dokumen oleh pejabat pabean atas BC
2.3 dengan menggunakan media penyimpanan data elektronik merupakan
barang yang memerlukan izin instansi terkait, tidak lengkap dan/atau tidak
benar, BC 2.3 dikembalikan kepada Pengusaha TPB dengan disertai catatan
pada hasil cetak BC 2.3.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

236

Teknik Kepabeanan
Dalam hal hasil penelitian dokumen dengan system PDE tidak lengkap
dan/atau tidak benar, BC 2.3 dikembalikan kepada Pengusaha TPB dengan
disertai Nota Pemberitahuan Penolakan (NPP).
Dalam hal hasil penelitian dokumen dengan system PDE memerlukan
perizinan dari instansi terkait dan diperlukan dokumen pelengkap pabean
lainnya yang diwajibkan, diterbitkan Nota Pemberitahuan Persyaratan
Dokumen (NPPD). Berdasarkan NPPD sebagaimana dimaksud, Pengusaha
TPB diberikan waktu untuk menyerahkan dokumen pelengkap pabean
lainnya yang dipersyaratkan kepada Pejabat bea dan cukai paling lama 3
(tiga) hari kerja sejak diterbitkan NPPD. Dalam hal pengusaha TPB tidak
menyerahkan dokumen pelengkap pabean sebagaimana dimaksud sampai
dengan jangka waktu 3 hari, BC 2.3 dikembalikan kepada pengusaha TPB
dengan disertai NPP.

3)

Penerbitan SPPB-TPB

Jika hasil penelitian dokumen menunjukan pengisian BC 2.3 lengkap


dan sesuai ketentuan perundang-undangan, BC 2.3 diberi nomor dan tanggal
pendaftaran.
Jika dari

hasil penelitian atas BC 2.3 yang telah diberi nomor dan

tanggal pendaftaran tersebut ditemukan barang impor :


-

merupakan barang yang diimpor kembali, barang contoh, barang modal


dan/atau peralatan yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
produksi serta peralatan perkantoran Kawasan Berikat, diterbitkan Surat
Persetujuan Pengeluaran Barang TPB (SPPB-TPB) Merah.

Bukan merupakan barang sebagaimana dimaksud pada huruf a,


diterbitkan SPPB-TPB.

Penerbitan SPPB-TPB sebagaimana dimaksud dilakukan oleh:


-

Pejabat

yang mengawasi TPB, dalam hal menggunakan media

penyimpan data elektronik; atau


-

Sistem komputer pelayanan, dalam hal menggunakan sistem PDE.

SPPB-TPB atau SPPB-TPB Merah diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga) dengan


peruntukannya sebagai berikut :
lembar pertama untuk Pengusaha TPB;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

237

Teknik Kepabeanan
lembar kedua untuk Kantor Pengawasan;
lembar ketiga untuk Kantor Pembongkaran.
4)

Penatausahaan Pengeluaran Barang Impor dengan Menggunakan


Media Penyimpan Data Elektronik

Kantor pengawas membuat Daftar Rekapitulasi BC 2.3 yang telah


diberikan nomor dan tanggal pendaftaran, dan selanjutnya .mengirimkan
Daftar Rekapitulasi BC 2.3 tersebut ke kantor pembongkaran dengan
menggunakan media faksimili, e-mail, atau media elektronika lainnya.
Pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean dilakukan setelah pos
BC 1.1. ditutup oleh Pejabat bea dan cukai

yang mengelola Manifes

berdasarkan :
a. BC 2.3 yang telah didaftarkan;
b. SPPB TPB; dan/atau
c. Daftar Rekapitulasi BC 2.3 dalam hal menggunakan media penyimpan
data elektronik.
Penutupan pos BC 1.1. tersebut

dilakukan dengan mencocokkan

beberapa elemen data, yaitu :


a. nomor, tanggal BC 1.1 dan nomor posnya;
b. nomor dan tanggal B/L atau AWB;
c. nomor petikemas (dalam hal menggunakan petikemas);
d. jumlah petikemas atau kemasan;
e. nama sarana pengangkut dan nomor voyage atau flight; dan
f.

nama consignee.
Dalam hal elemen data sebagaimana dimaksud ada yang tidak cocok

maka terhadap BC 2.3 dan pemberitahuan pabean BC 1.1.,

dilakukan

penelitian lebih lanjut sesuai ketentuan perundang-undangan.


Pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean dan pengangkutannya
ke TPB dilakukan dengan menggunakan SPPB TPB atau SPPB-TPB
Merah.

Pengangkutan barang impor dari Kawasan Pabean dilakukan

penyegelan oleh Pejabat bea dan cukai.


Pemasukan barang impor ke TPB dilakukan dengan menggunakan
SPPB TPB atau SPPB-TPB Merah. Atas form BC 2.3 yang mendapat

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

238

Teknik Kepabeanan
respon SPPB TPB Merah sebagaimana dimaksud dilakukan pemeriksaan
fisik barang di TPB.
Atas hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud diterbitkan Surat
Persetujuan Penyelesaian Dokumen (SPPD).

Dalam hal hasil pemeriksaan

fisik terdapat perbedaan jumlah dan jenis barang, Pejabat bea dan cukai
menerbitkan

nota

pembetulan

berdasarkan

rekomendasi

dari

unit

pengawasan.

5)

Perbaikan dan Pembatalan BC 2.3

BC 2.3 yang telah mendapat nomor dan tanggal pendaftaran dapat


dilakukan perbaikan.
Perbaikan sebagaimana dimaksud disampaikan oleh Pengusaha TPB
dengan menggunakan BC 2.3 perbaikan sebelum barang impor dikeluarkan
dari Kawasan Pabean.
Perbaikan BC 2.3 dapat dilakukan terhadap semua elemen data kecuali :
identitas Pengusaha TPB;
kode Kantor Pabean;
jenis barang.
Perbaikan BC 2.3 yang menggunakan media penyimpan data elektronik,
disampaikan dengan media penyimpan data elektronik.

Sedangkan untuk

BC 2.3 dengan Sistem PDE:


- perbaikan pertama dapat disampaikan dengan sistem PDE;
- untuk perbaikan selanjutnya disampaikan dengan media penyimpan data
elektronik.
Pengusaha TPB dapat melakukan pembatalan BC 2.3 yang telah
mendapat nomor dan tanggal pendaftaran. Pembatalan dilakukan dengan
menyampaikan permohonan kepada Kepala Kantor Pengawasan dengan
dilampiri alasan dan bukti-bukti pendukung.
Permohonan sebagaimana dimaksud disampaikan sebelum barang
impor dikeluarkan dari Kawasan Pabean. Berdasarkan permohonan tersebut
Kepala Kantor Pengawasan dapat memberikan persetujuan pembatalan
setelah dilakukan penelitian dengan menerbitkan surat persetujuan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

239

Teknik Kepabeanan
6)

Kewajiban Pengusaha TPB

Pengusaha TPB diwajibkan untuk :


menyediakan komputer dan/atau media komunikasi data elektronik yang
terhubung dengan SKP dalam rangka pelayanan kepabeanan;
mencetak dan menyimpan BC 2.3 yang telah mendapat nomor dan
tanggal pendaftaran dan respon serta dokumen pelengkap pabean
selama jangka waktu 10 (sepuluh) tahun pada tempat usahanya di
Indonesia;
mengisi uraian barang pada BC 2.3 secara jelas yang sekurangkurangnya meliputi jenis, merk, tipe, ukuran, kode barang dan/atau
spesifikasi lain yang mempengaruhi nilai pabean dan/atau klasifikasi.
Pengajuan BC 2.3 oleh Pengusaha TPB tidak dilayani dalam hal :
Pengusaha TPB masih mempunyai kewajiban yang belum diselesaikan
berupa :
-

pembayaran PNBP;

tidak mengisi uraian barang pada BC 2.3 secara jelas.

Izin TPB dibekukan.


Dalam hal SKP di Kantor Pengawasan yang menggunakan sistem PDE
tidak berfungsi (keadaan darurat/kahar), tata kerja pengeluaran barang impor
dari kawasan pabean untuk ditimbun di TPB dilakukan dengan menggunakan
media penyimpan data elektronik.
Dalam hal pendaftaran BC 2.3 dilakukan dengan menggunakan media
penyimpan data elektronik, perekaman data dilakukan oleh Pejabat bea dan
cukai setelah pemberian nomor dan tanggal pendaftaran.

Pendaftaran BC

2.3 didasarkan pada ketentuan tentang tata kerja pengeluaran barang impor
dari kawasan pabean untuk ditimbun di tempat penimbunan berikat dilakukan
dengan menggunakan media penyimpan data elektronik.
7)

Jenis-jenis Tempat Penimbunan Berikat

i) Kawasan Berikat
Kawasan Berikat adalah suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan
batas-batas tertentu di kawasan industri atau tempat lain yang ditunjuk untuk

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

240

Teknik Kepabeanan
itu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan, barang
dan bahan dan kegiatan lainnya yang dapat berupa kegiatan rancang
bangun, perekayasaan, re-kondisi, pernyortiran dan/atau pemeriksaan awal,
pemeriksaan akhir dan/atau pengepakan atas barang dan bahan asal impor
atau barang dan bahan dari dalam daerah Pabean dari dalam daerah Pabean
Indonesia Lainnya (DPIL), yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
Untuk mendapatkan fasilitas maka bangunan Kawasan Berikat harus
memenuhi persyaratan fisik meliputi :
- Lokasi Kawasan Berikat dapat langsung dimasuki dari jalan umum dan
dapat dilalui oleh kendaraan pengangkut barang;
- Lokasi Kawasan Berikat tidak boleh berhubungan langsung dengan
bangunan lain;
- Lokasi Kawasan Berikat mempunyai fasilitas sistem satu pintu utama
untuk pemasukan dan pengeluaran barang ke/dari Kawasan Berikat;
- Lokasi Kawasan Berikat mempunyai pagar keliling dengan ketinggian
vertical sekurang-kurangnya 2,5 meter.
- Menyediakan ruangan yang memadai bagi petugas bea dan cukai dalam
melakukan pekerjaan di Kawasan Berikat dan pos penjagaan di pintu
utama.
- Memasang papan nama yang dapat dibaca dan tampak jelas di depan
perusahaan.
Penetapan suatu kawasan atau tempat sebagai Kawasan Berikat
dilakukan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Perusahaan yang dapat
diberikan persetujuan sebagai Penyelenggaraan Kawasan Berikat adalah
perusahaan yang berstatus PMA/PMDN, non PMA/PMDN, Koperasi atau
Yayasan.
Untuk

dapat

persetujuan

Penyelenggaraan

Kawasan

Berikat,

perusahaan yang bersangkutan telah mempunyai kawasan yang berlokasi di


Kawasan Industri. Dalam hal kawasan yang dimiliki perusahaan tersebut
berada di dalam daerah yang tidak mempunyai kawasan industri, maka
kawasan tersebut harus termasuk di dalam kawasan industri yang ditetapkan
Pemerintah Daerah.
Permohonan persetujuan Penyelenggaraan Kawasan Berikat dapat
diajukan setelah fisik bangunan berdiri atau belum berdiri dengan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

241

Teknik Kepabeanan
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai. Kawasan Berikat yang penyelenggaraaannya
dilakukan oleh Penyelenggaraan Kawasan Berikat dapat diperuntukkan bagi
satu perusahaan atau lebih yang melakukan kegiatan industri pengolahan.
Pengusaha yang akan melakukan kegiatan usaha industri di Kawasan
Berikat dalam waktu 14 hari sebelum memulai kegiatannya wajib melaporkan
pd Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya.
Tata

cara

permohonan

pemberian

persetujuan

sebagai

Penyelenggaraan Kawasan Berikat dan PDKB baik setelah fisik bangunan


telah berdiri maupun belum, dan ketentuan KB lainnya sebagai berikut :
Tata

cara

permohonan

pemberian

persetujuan

sebagai

Penyelenggaraan Kawasan Berikat .


Pemohon atau kuasanya mengajukan permohonan untuk memperoleh
penetapan

sebagai

Kawasan

Berikat

dan

persetujuan

sebagai

Penyelenggaraan Kawasan Berikat atau PKB sekaligus sebagai PDKB


kepada Menteri Keuangan.
Permohonan sebagaimana dimaksud wajib dilengkapi dengan
pengisian daftar isian data perusahaan. pembuatan Berita Acara
Pemeriksaan dilakukan oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang
ditunjuknya apabila persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi oleh
pemohon.
Apabila pada waktu pemeriksaan di lokasi persyaratan fisik dan
persyaratan seperti tersebut di atas belum dipenuhi, diberitahukan
dengan surat kepada pemohon dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal dan Kepala Kantor Wilayah DJBC setempat.
Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan atau surat pemberitahuan
harus selesai selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan dari Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuknya.
Dalam hal permohonan telah lengkap dan benar, Direktur Jenderal
meneruskan permohonan kepada Menteri. Penetapan lokasi Kawasan
Berikat dan persetujuan PKB diberikan dengan menerbitkan keputusan.
Berdasarkan penetapan lokasi sebagai KB dan persetujuan PKB
sebagaimana dimaksud maka:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

242

Teknik Kepabeanan
PKB segera menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor setempat
dengan melampirkan saldo awal atas barang modal, peralatan pabrik
dan/atau peralatan perkantoran yang berada di lokasi KB.
Dalam hal PKB sebagai PDKB segera menyampaikan laporan kepada
Kepala Kantor setempat dengan melampirkan:
saldo awal atas barang modal, peralatan pabrik dan/atau
peralatan perkantoran yang berada di lokasi KB;
saldo awal persediaan bahan baku;
saldo awal persediaan bahan dalam proses;
saldo awal persediaan barang jadi.
Kepala kantor setempat setelah menerima laporan sebagaimana
dimaksud, menunjuk Petugas Bea dan cukai yang akan ditempatkan di
KB yang bersangkutan dan untuk selanjutnya PKB dapat memulai
melakukan pekerjaan operasional KB.
Penolakan penetapan lokasi sebagai PKB dan persetujuan sebagai
PKB diberikan oleh Menteri berdasarkan pendapat dari Direktur Jenderal
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh Menteri.
Tata Cara Memperoleh Persetujuan PDKB
Pengusaha yang akan melakukan kegiatan usaha industri di KB (PDKB)
dalam waktu 14 hari sebelum memulai kegiatan wajib melaporkan kepada
Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk melalui PKB dengan
melampirkan antara lain:
Foto copy Bukti Kepemilikan/ penguasaan lokasi perusahaan industri
di KB dilampiri surat rekomendasi PKB; serta ijin usaha lainnya;
Peta lokasi/tempat yang akan dijadikan PDKB;
Saldo awal bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi, barang
modal dan peralatan pabrik.
PKB

sebelum

memberikan

rekomendasi

berkewajiban

untuk

melakukan penelitian kelengkapan persyaratan yang diwajibkan kepada


PDKB yang akan melakukan kegiatan usaha industri di KB yang
diselenggarakannya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

243

Teknik Kepabeanan
Terhadap pemberitahuan sebagaimana dimaksud di atas Direktur
Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya melakukan penelitian terhadap
kelengkapan dan kebenaran dokumen.
Apabila ternyata persyaratan yang diajukan kurang lengkap/ tidak
benar, Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk
memberitahukan

kepada

pemohon.

Dalam

hal

pemberitahuan

sebagaimana dimaksud di atas telah lengkap dan benar, Direktur


Jenderal atau pejabat yang ditunjuk memberitahukan kepada kepala
kantor yang mengawasi Kawasan Berikat selambat-lambatnya dalam
jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak pemberitahuan diterima secara
lengkap dan benar.
Fasilitas yang diberikan kepada Kawasan Berikat.
Adapun fasilitas kepabeanan yang diberikan kepada perusahaan pemakai
fasilitas Kawasan Berikat sebagai berikut :
- Atas impor barang modal atau peralatan untuk pembangunan/
konstruksi dan peralatan perkantoran yang semata-mata dipakai oleh
PKB termasuk PKB merangkap PDKB diberikan penangguhan Bea
Masuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Penghasilan
(PPh) pasal 22 impor;
- Atas Impor barang modal dan peralatan pabrik yang dipergunakan
secara langsung

dalam

proses produksi di PDKB

diberikan

penangguhan BM, tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh Ps 22 Impor;


- Atas Impor barang dan/atau bahan asal impor untuk diolah di PDKB
diberikan penangguhan BM, pembebasan cukai, tidak dipungut PPN
dan PPh Ps 22 Impor;
- Atas pemasukan Barang Kena Pajak (BKP) DPIL ke PDKB untuk
diolah lebih lanjut atau mesin dan/atau peralatan pabrik yang
dipergunakan secara langsung dalam proses produksi di PDKB, tidak
dipungut PPN dan PPnBM;
- Atas pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk
diolah lebih lanjut tidak dipungut PPN dan PPnBM;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

244

Teknik Kepabeanan
- Atas pengeluaran barang dan/atau bahan dari PDKB ke perusahaan
industri di DPIL lainnya dalam rangka sub kontrak, tidak dipungut PPN
dan PPnBM;
- Atas penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan sub kontrak oleh
Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB lainnya kepada
Pengusaha Kena Pajak PDKB asal, tidak dipungut PPN dan PPnBM;
- Atas peminjaman mesin dan/atau peralatan pabrik dalam rangka Sub
kontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL atau PDKB
lainnya dan Pengembaliannya ke PDKB asal tidak dipungut PPN dan
PPnBM;
- Atas pemasukan Barang Kena Cukai (BKC) dari DPIL ke PDKB untuk
diolah lebih lanjut, diberikan pembebasan Cukai;
- Penyerahan barang hasil olahan produsen pengguna fasilitas KITE
untuk diolah lebih lanjut oleh PDKB diberikan perlakuan perpajakan
yang sama dengan perlakuan terhadap barang yang diekspor.
- Pengeluaran barang dari KB yang ditujukan kepada orang yang
memperoleh fasilitas pembebasan atau penangguhan BM, Cukai dan
Pajak dalam rangka impor diberikan pembebasan atau penangguhan
BM, pembebasan Cukai, tidak dipungut PPN, PPnBM dan pasal 22
impor.
- Atas pemasukan alat pengemas (packing material) dan alat bantu
pengemas dari DPIL ke KB untuk menjadi satu kesatuan denan
barang hasil olahan PDKB, tidak di pungut PPN dan PPnBM.
Selain fasilitas kepabeanan dan perpajakan tersebut, perusahaan di
kawasan Berikat juga mendapat kemudahan dan keuntungan antara lain :
- Kelancaran arus barang dan dokumen
Pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke Kawasan Berikat
tidak dilakukan pemeriksaan fisik (kecuali untuk pengeluaran barang
ke sub kontrak di DPIL, pengeluaran ke DPIL, Reparasi mesin dan
peminjaman mesin perusahaan di DPIL) dan melalui proses
administrasi yang singkat.
- Memperbesar Working Capital dan berkurangnya Opportunity Cost.
- Efisiensi

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

245

Teknik Kepabeanan
Disamping

dapat

menghemat

biaya

penyimpanan

barang

di

pelabuhan, Kawasan Berikat dapat lebih menjamin terjadinya bahan


baku sehingga proses produksi dan kelancaran ekspor barang akan
lebih terjamin.
- PDKB dapat mengeluarkan barang yang telah diolah dengan tujuan
ke DPIL dan dilakukan dengan menggunakan dokumen BC 2.5
(pemberitahuan impor barang dari TPB) dalam jumlah :
untuk barang yang tidak memerlukan proses lebih lanjut, dapat
berfungsi sendiri tanpa bantuan barang lainnya dan digunakan
oleh konsumen akhir sebanyak-banyaknya 50% dari jumlah nilai
hasil produksi tahun berjalan
barang selain dimaksud di atas sebanyaknya 60% dari nilai hasil
produksi tahun berjalan.
Kepada PDKB yang produksinya untuk mensuplai perusahaan
pertambangan, minyak dan gas; dan PDKB bidang industri
perminyakan dan gas, perkapalan dan industri oleo chemical
sebanyak-banyaknya 75% dari jumlah nilai hasil produksi tahun
berjalan.
- PDKB dapat memberikan pekerjaan sub kontrak kepada perusahaan
di DPIL dan PDKB lainnya.
- PDKB dapat menerima pekerjaan Sub Kontrak dari PDIL dengan izin
KPBC.
Kewajiban, Larangan dan tanggung jawab PKB dan PDKB
Pengusaha harus dapat mempertanggung jawabkan fasilitas yang telah
diberikan

dan

melaksanakan

kewajibannya.

PKB

(Penyelenggara

Kawasan Berikat) berkewajiban untuk melaksanakan ketentuan sebagai


berikut :

Membuat pembukuan atau catatan serta menyimpan dokumen impor


atas barang modal dan peralatan yang dimasukkan untuk keperluan
pembangunan/konstruksi dan peralatan perkantoran KB;

Menyelenggarakan pembukuan sesuai standar Akuntansi Keuangan;

Memberikan rekomendasi kepada PDKB yang akan melakukan


kegiatan usaha di KB;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

246

Teknik Kepabeanan

Memasang tanda nama perusahaan dan nomor /tanggal persetujuan


PKB yang dimiliki di tempat yang dapat dilihat umum dengan jelas;

Melaporkan kepada Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai apabila


terdapat PDKB yang tidak beroperasi.
Bagi Pengusaha Di Kawasan Berikat juga mempunyai kewajiban

dan

tanggung

jawab

atas

fasilitas

yang

diterima

PDKB

untuk

melaksanakan ketentuan sebagai berikut :

membuat pembukuan atau catatan serta menyimpan dokumen atas


pemasukan, pemindahan dan pengeluaran barang/bahan di Kawasan
Berikat;

menyelenggarakan pembukuan tentang pemasukan, pemindahan dan


pengeluaran barang dan/atau bahan ke dan dari Kawasan Berikat
Standar Akuntansi Keuangan;

memberi kode untuk setiap barang sesuai dengan system pembukuan


perusahaan secara konsisten;

memasukkan kembali barang sisa dan/atau potongan hasil pekerjaan


sub kontrak;

membuat laporan 3 (tiga) bulanan tentang persediaan bahan, baku


barang dalam proses, dan barang jadi yang dikirimkan kepada kepala
kantor pelayanan Bea dan Cukai selambat-lambatnya tanggal 10
pada bulan April, Juli, Oktober, dan Januari.
Baik PKB maupun PDKB berkewajiban menyimpan dan memelihara

dengan baik pada tempat usahanya buku dan catatan serta dokumen
yang berkaitan dengan kegiatan usahanya dalam kurun waktu 10 tahun.
PKB dan PDKB juga diwajibkan menyediakan ruangan dan sarana kerja
untuk pejabat Bea dan Cukai serta wajib menyerahkan dokumen yang
berkaitan dengan kegiatan KB apabila dilakukan audit oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai dan/atau Direktorat Jenderal Pajak.
PKB dan PDKB bertanggung jawab terhadap BM, Cukai, PPN,
PPnBM dan PPh pasal 22 yang terutang atas barang yang dimasukkan
atau dikeluarkan dari KB. Tanggung jawab tersebut dibebaskan dalam hal
barang yang ada di KB :
musnah tanpa sengaja;
telah diekspor, di re-ekspor, atau di impor untuk dipakai;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

247

Teknik Kepabeanan
dimasukkan ke KB lainnya.
Disamping kewajiban tersebut, PKB dilarang barang modal atau
peralatan dan peralatan perkantoran tanpa persetujuan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk PDKB dilarang memindahkan
barang modal atau peralatan pabrik yang dipergunakan secara langsung
dalam proses produksi PDKB serta barang dan/atau bahan tanpa
persetujuan Direktur Jenderal atau pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk.
Barang yang dilarang di impor tidak diperbolehkan untuk dimasukkan ke
KB.
Pemasukan Barang dari TPS Ke Kawasan Berikat.
Barang yang datang dari luar negeri ditimbun di Tempat Penimbunan
Sementara (TPS) di pelabuhan bongkar. Dari TPS barang diangkut ke
Kawasan Berikat.
Pemasukan barang dan/atau bahan asal impor oleh PDKB dari TPS
ke KB dilakukan dengan mengajukan formulir BC 2.3 dilampiri dengan Bill
of Lading atau Airway bill, Invoice, packing list dan dokumen pendukung
lainnya.
Dalam hal pengajuan BC 2.3 di terima, diterbitkan surat persetujuan
pengeluaran barang untuk pengeluaran dari kawasan Pabean berupa
SPPB-TPB

atau SPPB-TPB Merah.

Langkah-langkah penyelesaian

selanjutnya adalah sebagai berikut:


Pengusaha TPB menyerahkan hasil cetak BC 2.3 dan SPPB TPB
atau SPPB TPB Merah yang telah diberi nomor, tanggal, dan
pengesahan kepada Pejabat bea dan cukai yang mengelola BC 2.3 di
Kantor Pembongkaran.
Pejabat bea dan cukai yang mengelola BC 2.3

di Kantor

Pembongkaran menerima hasil cetak BC 2.3 dan SPPB TPB atau


SPPB TPB Merah yang telah diberi nomor, tanggal, dan pengesahan
oleh Pejabat bea dan cukai yang mengawasi TPB dari pengusaha
TPB, dan mencocokan dengan daftar rekapitulasi BC 2.3 dari unit
pengawasan pada Kantor Pengawasan.
Dalam hal data pada hasil cetak BC 2.3, SPPB TPB atau SPPB
TPB Merah, dan daftar rekapitulasi BC 2.3 menunjukan sesuai;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

248

Teknik Kepabeanan
Pejabat bea dan cukai yang mengelola BC 2.3 menyerahkan hasil
cetak BC 2.3 dan SPPB TPB atau SPPB TPB Merah kepada
Pejabat bea dan cukai yang mengelola administrasi manifes untuk
penutupan pos BC 1.1.
Pejabat bea dan cukai yang mengelola administrasi manifes pada
Kantor pembongkaran mencocokan beberapa elemen data BC 2.3
dan SPPB TPB atau SPPB TPB Merah, dengan data pada BC 1.1
yaitu :
-

nomor, tanggal BC 1.1 dan nomor posnya;

nomor dan tanggal B/L atau AWB;

nomor petikemas (dalam hal menggunakan petikemas);

jumlah petikemas atau kemasan;

nama sarana pengangkut dan nomor voyage atau flight; dan

nama consignee.

Dalam hal hasil pencocokan elemen data menunjukan sesuai::


-

Pejabat bea dan cukai yang mengelola administrasi manifes pada


Kantor pembongkaran menutup pos BC 1.1 dan menyerahkan
hasil cetak BC 2.3 dan SPPB-TPB atau SPPB-TPB Merah kepada
Pejabat bea dan cukai yang mengelola BC 2.3.

Pejabat bea dan cukai yang mengelola BC 2.3 memberikan


persetujuan pengeluaran barang pada BC 2.3 dan SPPB TPB
atau SPPB TPB Merah, serta menyerahkan SPPB TPB atau
SPPB TPB Merah yang telah diberikan persetujuan pengeluaran
kepada pengusaha TPB.

Pejabat bea dan cukai yang mengelola BC 2.3 mengirimkan 1

(satu) lembar SPPB TPB atau SPPB TPB Merah yang


telah diberikan persetujuan pengeluaran kepada Pejabat bea
dan cukai yang mengawasi pengeluaran barang di Kawasan
Pabean pada Kantor pembongkaran.
Dalam hal pencocokan elemen data menunjukan tidak sesuai,
Pejabat bea dan cukai yang mengelola administrasi manifes pada
Kantor pembongkaran melakukan penelitian lebih lanjut.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

249

Teknik Kepabeanan
Dalam hal data pada hasil cetak BC 2.3, SPPB TPB atau SPPB
TPB Merah, dan konfirmasi data BC 2.3 menunjukan tidak sesuai;

Pejabat bea dan cukai yang mengelola administrasi manifes pada


Kantor Pembongkaran memberitahukan kepada pengusaha TPB
dan unit pengawas pada Kantor Pengawasan serta unit pengawas
pada Kantor Pembongkaran.

Unit

pengawas

pada

Kantor

Pengawasan

memberikan

jawaban/respon kepada unit yang mengelola administrasi manifes


pada Kantor pembongkaran pada kesempatan pertama.

Pejabat bea dan cukai yang mengelola administrasi manifes pada


Kantor pembongkaran melakukan penelitian lebih lanjut atas
jawaban/respon dari unit pengawas pada kantor pengawasan.

Pengusaha TPB menerima SPPB TPB atau SPPB TPB Merah


yang telah diberikan persetujuan pengeluaran dari Pejabat bea dan
cukai yang mengelola BC 2.3.
Pengusaha TPB menyerahkan SPPB TPB atau SPPB TPB Merah
yang telah diberikan persetujuan pengeluaran dari Pejabat bea dan
cukai yang mengelola BC 2.3 pada Kantor pembongkaran kepada
Pejabat bea dan cukai

yang mengawasi pengeluaran barang di

Kawasan Pabean pada Kantor Pembongkaran.


Pejabat bea dan cukai yang mengawasi pengeluaran barang pada
Kantor pembongkaran menerima SPPB TPB atau SPPB TPB
Merah dari pengusaha TPB dan SPPB TPB atau SPPB TPB Merah
yang telah diberikan persetujuan pengeluaran dari Pejabat bea dan
cukai yang mengelola BC 2.3 pada Kantor pembongkaran.
Pejabat bea dan cukai yang mengawasi pengeluaran barang pada
Kantor pembongkaran melakukan pencocokan jumlah dan jenis
kemasan

atau

mencocokan

nomor

petikemas

dalam

hal

menggunakan petikemas dengan SPPB TPB atau SPPB TPB


Merah.
Dalam hal hasil pencocokan menunjukan sesuai, Pejabat bea dan
cukai

yang

mengawasi

pengeluaran

barang

pada

Kantor

pembongkaran:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

250

Teknik Kepabeanan
-

melakukan

penyegelan

dan

mencatat

identitas

sarana

pengangkut, nomor, dan jenis segel pada SPPB TPB atau SPPB
TPB Merah.
-

memberikan catatan pengeluaran barang dari Kawasan Pabean


dengan memberikan tanda tangan, tanggal dan jam pengeluaran
barang impor, serta hal-hal lain tentang pengeluaran barang pada
SPPB TPB atau SPPB TPB Merah.

Dalam hal hasil pencocokan menunjukan tidak sesuai, Pejabat bea


dan cukai yang mengawasi pengeluaran barang menyerahkan SPPB
TPB atau SPPB TPB Merah kepada unit pengawasan untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut dan barang impor tidak dapat
dikeluarkan dari kawasan pabean.
Pengangkutan barang dimaksud dari TPS ke KB dilakukan
penyegelan oleh petugas Bea dan Cukai. Pemeriksaan fisik pada saat
pemasukan barang tersebut ke KB tidak perlu dilakukan kecuali terdapat
hasil intelijen tentang adanya pelanggaran ketentuan kepabeanan yang
dinyatakan dalam surat perintah tertulis dari Direktur Jenderal.
Dokumen BC 2.3 yang telah disahkan tersebut diajukan kepada
pejabat di TPS untuk pengeluaran barang, pejabat Pabean di pelabuhan
bongkar (TPS) meneliti dokumen tersebut dan mencocokkan dengan
jumlah, jenis petikemas barang, kemudian menyegel dan mencatat dalam
dokumen BC 2.3. dokumen tersebut juga digunakan oleh Pabean untuk
mengcross check pos barang pada manifest kapal.
Setelah barang tiba di Kawasan Berikat dilakukan pengecekan peti
kemas dan segel dan barang dapat ditimbun di Kawasan Berikat untuk
diolah lebih lanjut menjadi produk yang siap di ekspor.
Pemasukan

barang

modal

dan

peralatan

untuk

keperluan

pembangunan dan peralatan perkantoran.


Pemasukan

barang

modal

dan/atau

peralatan

untuk

keperluan

pembangunan/konstruksi/perluasan dan peralatan perkantoran bagi


perusahaan yang telah mendapat persetujuan PKB atau PKB merangkap
PDKB dengan diberikan fasilitas penangguhan BM, tidak dipungut PPN,
PPnBM dan PPh pasal 22 Impor. PKB terlebih dahulu mengajukan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

251

Teknik Kepabeanan
permohonan penanggungan Bea Masuk kepada Direktur Jenderal Bea
dan Cukai up. Direktur Fasilitas Kepabeanan.

Permohonan harus

memuat sekurang-kurangnya :
- Nomor dan tanggal pemberian persetujuan PKB atau PKB merangkap
PDKB;
- Daftar rincian barang yang dibutuhkan meliputi jumlah, jenis/ tipe dan
nilai Pabean.
Atas permohonan yang disetujui oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai diterbitkan surat keputusan penangguhan Bea Masuk, tidak
dipungut PPN, PPnBM, dan PPh pasal 22 Impor. Pelaksanaan
pengeluaran

barang

impor

dimaksud

diberlakukan

tata

laksana

kepabeanan di bidang impor yang diselesaikan di kantor yang mengawasi


TPB, dengan menggunakan BC 2.3.
BC 2.3 diajukan ke kantor Pabean dilengkapi dokumen pelengkap
Pabeantermasuk surat keputusan fasilitas penangguhan tersebut diatas.
Barang tersebut harus tetap berada di Kawasan Berikat dan tidak boleh
dipindahtangankan tanpa izin Bea dan Cukai.
Pemasukan barang dari Gudang Berikat ke KB
Barang-barang yang akan diproduksi di KB, bahan bakunya bisa berasal
dari TPS dan juga Gudang Berikat (GB). Pemasukan barang dari Gudang
Berikat ke Kawasan Berikat dilakukan dengan menggunakan formulir BC
2.7 (pemberitahuan pengeluaran barang untuk diangkut dari TPB ke TPB
lainnya) dilampiri invoice, packing list dan dokumen pendukung lainnya.
Pengangkutan barang dimaksud dilakukan dengan penyegelan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Atas pemasukkannya ke Kawasan
Berikat tidak dilakukan pemeriksaan fisik kecuali terdapat hasil intelijen
tentang adanya pelanggaran ketentuan kepabeanan yang dinyatakan
dalam surat perintah tertulis dari Direktur Jenderal.
Gudang Berikat (GB) berfungsi sebagai tempat penimbunan barang
impor yang belum diselesaikan formalitas kepabeanannya, oleh karena
itu barang dari Gudang Berikat dapat dimasukkan ke peredaran bebas
dengan membayar bea masuk, dan juga dapat dimasukkan ke Kawasan
Berikat dengan mendapat fasilitas penangguhan bea masuk.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

252

Teknik Kepabeanan
Dokumen pengeluaran barang dari gudang berikat ke Kawasan
Berikat menggunakan formulir khusus (BC 2.7) digunakan untuk
melindungi pemindahan / pengangkutan barang dari Gudang Berikat ke
Kawasan Berikat.
Barang dimuat ke dalam petikemas dengan pengawasan Pabean
dan kemudian disegel. Dalam hal barang tiba di Kawasan Berikat pejabat
Pabean di Kawasan Berikat meneliti dokumen BC 2.7 dan kemasan
barang dan segelnya. Dokumen tersebut dikirim ke pejabat Pabean yang
mengawasi Gudang Berikat untuk dilakukan rekonsiliasi bahwa barang
tersebut telah tiba di Kawasan Berikat dengan baik. Rekonsiliasi ini
berguna untuk pengawasan tujuan pengeluaran barang dari Gudang
Berikat tidak di salahgunakan.
Pemasukan barang dari KB lainnya ke KB
Selain pemasukan barang dari TPS dan Gudang Berikat barang yang
akan diolah di Kawasan Berikat dapat berasal dari Kawasan Berikat lain.
Pemasukan barang dari Kawasan Berikat lainnya ke Kawasan Berikat
dilakukan dengan menggunakan formulir BC 2.7 dilampiri dengan
kontrak.
Pengangkutan barang dimaksud dilakukan dengan penyegelan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Atas pemasukannya ke Kawasan
Berikat tidak dilakukan pemeriksaan fisik kecuali terhadap hasil intelijen
tentang adanya pelanggaran ketentuan kepabeanan yang dinyatakan
dalam surat perintah tertulis dari Direktur Jenderal.
Pemasukan barang modal atau peralatan pabrik dari Kawasan
Berikat lainnya ke Kawasan Berikat hanya dapat dilakukan dengan
syarat:

Dalam rangka sub kontrak;

Pemindah tanganan barang modal atau peralatan pabrik yang telah


diganti;

Pemindah tanganan barang modal atau peralatan pabrik dalam hal


persetujuan Kawasan Berikat dicabut.
Atas pemasukan barang atau bahan dari Kawasan Berikat lainnya

ke Kawasan Berikat dapat dilakukan dengan syarat:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

253

Teknik Kepabeanan
-

untuk diolah lebih lanjut atau untuk pengemasan hasil produksi;

pengiriman

tersebut

merupakan

realisasi

yang

dilakukan

berdasarkan kontrak.
Formulir BC 2.7 yang telah diisi secara lengkap dan benar oleh
PDKB asal, diajukan kepada Pejabat Bea dan Cukai dan di Kawasan
Berikat asal. Dalam hal pemindahan barang menggunakan lebih dari satu
sarana pengangkut, maka diperlukan copy lembar ke-1 formulir BC 2.7
yang telah ditandasahkan oleh Pejabat Bea dan Cukai di Kawasan
Berikat asal guna melindungi setiap sarana pengangkut.
Pejabat Pabean di Kawasan Berikat tujuan meneliti dokumen BC 2.7
dan segel kemasan. Selanjutnya mengirim kembali dokumen pelindung
pengangkut tersebut ke pejabat Pabean di Kawasan Berikat asal untuk
kepentingan rekonsiliasi dengan dokumen / data yang ada yang
membuktikan bahwa barang telah diangkut sesuai tujuan.
Pemasukan barang modal, peralatan pabrik, barang/bahan dari DPIL
Barang-barang atau bahan baku yang akan diolah menjadi barang jadi di
Kawasan Berikat bukan hanya yang berasal dari luar negeri. Barang yang
akan diolah atau dimasukkan ke Kawasan Berikat boleh juga barangbarang dari dalam negeri atau DPIL (Daerah Pabean Indonesia Lainnya).
Barang-barang tersebut diolah/digabung dengan barang-barang asal
impor, sudah tentu barang yang berasal dari dalam daerah Pabean tidak
terhutang dan tidak perlu dipungut bea masuk, namun tidak demikian
dengan PPN, karena setiap transaksi Barang Kena Pajak di dalam negeri
terhutang PPN.
Oleh karena Barang Kena Pajak tersebut akan diolah tujuannya
untuk diekspor maka atas pemasukan barang tersebut, tidak dipungut
PPN. Apabila PPNnya telah dibayar dapat diberikan restitusi atau
kompensasi.
Pemasukan barang modal, peralatan pabrik, barang/bahan dari DIL
ke Kawasan Berikat dengan menggunakan BC 4.0 dilampiri dengan faktur
pajak dan dokumen pendukung lainnya. Formulir BC 4.0 diajukan oleh
PDKB atau kuasanya kepada Pejabat Bea dan Cukai di Kawasan Berikat.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

254

Teknik Kepabeanan
Atas

pemasukannya

ke

Kawasan

Berikat

tidak

dilakukan

pemeriksaan fisik kecuali terdapat hasil intelijen tentang adanya


pelanggaran ketentuan kepabeanan yang dinyatakan dalam surat
perintah tertulis dari Direktur Jenderal.
Fasilitas yang demikian tersebut diberikan dalam rangka pelayanan
yang lebih baik terhadap industri dan mendorong berkembangnya industri
dalam negeri.
Pengeluaran barang dari Kawasan Berikat
Barang-barang yang telah diolah dalam suatu Kawasan Berikat tidak
seluruhnya harus di ekspor. Barang-barang tersebut juga dapat
dikeluarkan ke tempat lain dengan persyaratan. Pengeluaran barang hasil
olahan PDKB dari suatu Kawasan Berikat dapat dilakukan dengan tujuan:
ekspor
Kawasan Berikat Lainnya
PDKB lainnya pada satu Kawasan Berikat
TPPB (Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat/Enterpot Tujuan
Pameran)
Peredaran bebas dalam negeri (DPIL)
Pengeluaran barang untuk tujuan ekspor
Tujuan utama pemberian fasilitas di Kawasan Berikat adalah untuk
mendorong ekspor, walaupun dibolehkan menjual ke dalam negeri.
Pengeluaran barang hasil olahan PDKB untuk tujuan ekspor
dilakukan dengan menggunakan Pemberitahuan Ekspor Barang
Pejabat

Bea

pemberitahuan

dan

ekspor

Cukai

di

dimaksud

Kawasan
melakukan

Berikat

berdasarkan

pengawasan

dan

pelaksanaan stuffing dan melakukan peneraan segel pada peti kemas


atau kemasan barang, mencatat nomor dan jenis segel pada formulir
NPE (Nota Pelayanan Ekspor) dan memberikan catatan dan tanggal BC
2.3 pada PEB. Persetujuan muat diberikan oleh pejabat Bea dan Cukai di
Kawasan Berikat. Pejabat Bea dan Cukai di pelabuhan muat/TPS
mencocokkan nomor peti kemas/kemasan barang dengan data yang
tercantum pada NPE.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

255

Teknik Kepabeanan
Setelah barang masuk ke Kawasan Pabean/pelabuhan maka
berdasarkan dokumen PEB dan dokumen pelengkap pabean, pejabat
Pabean di pelabuhan muat mengisi nomor dan tanggal manifest (Outward
manifest) pada dokumen PEB (crosscheck manifest kapal dengan
muatan kapal).
Pengeluaran barang hasil olahan PDKB untuk tujuan pameran di
ETP
Barang-barang hasil produksi Industri di kawasan Berikat juga dapat di
pamerkan kepada masyarakat untuk kepentingan promosi, pengenalan
produk dan pemasaran. Namun pameran hanya dapat dilakukan di
Entrepot untuk tujuan pameran. Hal ini dimungkinkan karena ETP ini juga
termasuk dalam tempat penimbunan Berikat.
Pengeluaran barang hasil olahan PDKB untuk tujuan pameran di
ETP dilakukan dengan menggunakan formulir BC 2.7 dilampiri kontrak.
Pengusaha di Kawasan Berikat mengajukan dokumen BC 2.7
kepada pejabat Pabean di Kawasan Berikat. Pejabat Pabean di KB
memberi persetujuan keluar pada dokumen BC 2.7. Petugas Pabean di
pintu keluar mencocokan peti kemas barang/alat angkut dengan dokumen
BC 2.7 dan selanjutnya menyerahkan B.C.2.7 kepada PDKB untuk
melindungi pengangkutan barang ke TPPB/Entrepot tujuan pameran.
Pejabat Pabean di KB melakukan rekonsiliasi dokumen BC 2.7, yang
diterima dari pejabat Pabean di TPPB/ETP, yang berarti barang telah tiba
di TPPB/ETP dengan baik.
Pengangkut barang dimaksud dilakukan dengan penyegelan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Barang dimaksud harus dikembalikan
ke KB asal dalam jangka waktu selambat-lambatnya satu bulan setelah
pameran selesai.
Pemasukan kembali barang dimaksud ke PDKB asal setelah selesai
pameran dari TPPB/ETP ke KB asal dilakukan dengan menggunakan
formulir BC 2.7 asal barang.
Atas pemasukan barang dimaksud dari TPPB/ETP dilakukan
pemeriksaan fisik barang oleh Pejabat Bea dan Cukai di KB. Selanjutnya
Pejabat Pabean di TPPB/ETP melakukan rekonsiliasi dokumen BC 2.7

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

256

Teknik Kepabeanan
yang diterima dari Pejabat Pabean di KB, bahwa barang telah
dimasukkan kembali ke KB dengan baik.
Pengeluaran barang yang telah diolah oleh PDKB ke DPIL
Barang hasil olahan oleh Industri di kawasan Berikat pada prinsipnya
tujuan utama untuk diekspor. Dengan kondisi tertentu barang tersebut
dapat juga dijual ke dalam negeri (DPIL). Peluang ini memang harus
diberikan karena tidak semua barang hasil produksi KB dapat di ekspor,
antara lain misalnya : jenis barang yang di produksi tidak sesuai pesanan
sehingga ditolak oleh pembeli luar negeri, pemasaran barang keluar
negeri terbatas atau terhambat faktor musim, perluasan pemasaran ke
dalam negeri karena barang tersebut diminati konsumen dalam negeri,
dan sebagainya.
Pengeluaran barang yang telah diolah dari PDKB ke DPIL dengan
menggunakan BC.2.5 sesuai Tatalaksana di bidang impor dengan
ketentuan sebagai barikut :
- Sebanyak-banyaknya 50% dari jumlah nilai hasil produksi tahun
berjalan untuk barang yang tidak memerlukan proses lebih lanjut.
- Sebanyak-banyaknya 60% dari jumlah hasil nilai produksi berjalan,
untuk barang selain tersebut di atas.
- Sebanyk-banyaknya 75% dari jumlah nilai hasil produksi berjalan,
untuk PDKB yang mensuplai perusahaan pertambangan, minyak dan
gas, serta PDKB yang bergerak dalam industri perminyakan, gas,
perkapalan didalam negeri dan industri oleo chemical.
Atas pengeluaran barang yang telah diolah oleh PDKB ke PDIL
dikenakan bea masuk, cukai, PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 impor
sepanjang terhadap pengeluaran tersebut tidak ditujukan kepada pihak
yang memperoleh fasilitas pembebasan atau penangguhan bea masuk,
cukai dan pajak dalam rangka impor.
Dasar perhitungan pungutan negara adalah sebagai berikut :
- BM berdasarkan tarif bahan baku dengan pembebanan dan kurs
valuta asing yang berlaku pada saat dikeluarkan dari PDKB dan nilai
pabean bahan baku pada saat diimpor ke PDKB.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

257

Teknik Kepabeanan
- Apabila pembebanan tarif bea masuk untuk bahan baku lebih tinggi
dari pembebanan tarif bea masuk untuk barang hasil olahan, bea
masuk didasarkan pada pembebanan tarif bea masuk barang hasil
olahan yang berlaku pada saat dikeluarkan dari PDKB.
- Cukai berdasarkan ketentuan perundang-undangan cukai yang
berlaku.
- PPN, PPnBM berdasarkan harga penyerahan.
- PPh pasal 22 Impor berdasarkan harga penyerahan hasil olahan yang
bahan baku seluruhnya berasal dari impor.
- PPh pasal 22 Impor terhadap pengeluaran barang hasil olahan yang
berasal dari bahan baku impor dan bahan baku lokal, berdasarkan
tarif dikalikan dengan prosentase kandungan bahan baku impor
dikalikan penyerahan.
Dengan demikian jelas bahwa barang yang semula diberikan
penangguhan bea masuk pada saat dimasukkan ke KB. Karena
tujuannya untuk dikeluarkan kembali ke luar negeri (diekspor dalam
bentuk barang jadi), ketika barang tersebut dikeluarkan dari KB ke DPIL
untuk dikonsumsi maka bea masuk dan pajak yang terhutang harus
dilunasi. Hal ini telah mencakup azaz keadilan, dimana semua barang
yang di konsumsi di dalam negeri dipungut bea masuk dan pajak.
Terhadap barang/bahan asal DPIL yang dimasukkan ke KB kemudian
dikeluarkan lagi ke DPIL digunakan form BC 4.1.
Pengeluaran barang asal impor yang tidak diolah di KB untuk tujuan
diekspor kembali.
Terhadap barang asal impor yang berada di KB yang diekspor kembali ke
luar negeri tidak wajib dilunasi bea masuk dan pajak impor.
Pengeluaran barang asal impor yang tidak diolah di KB untuk tujuan
diekspor kembali dilakukan dengan menggunakan form BC 3.0 (PEB)
dilampiri dokumen pelengkap pabean.
Pejabat

Pabean di

KB memberikan persetujuan muat

dan

melakukan pengawasan pemuatan barang kedalam peti kemas dan


penyegelan.

Selanjutnya barang dibawa ke kawasan pabean untuk

dimuat.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

258

Teknik Kepabeanan
Sub kontrak
Dalam suatu industri sudah lumrah bahwa tidak semua tahap proses
produksi di kerjakan oleh satu perusahaan, adakalanya beberapa bagian
pekerjaan dilakukan oleh pihak lain. Hal yang demikian disebut sebagai
sub kontrak.
PDKB dapat mensubkontrakkan sebagian kegiatan pengolahannya
kepada PDKB lain atau perusahaan industri di DPIL, Pekerjaan sub
kontrak meliputi seluruh jenis produksi dan harus diselesaikan selambatlambatnya 60 (enam puluh) hari sejak dikeluarkan barang dan/atau bahan
dari KB, dan harus dilakukan berdasarkan perjanjian sub kontrak yang
sekurang-kurangnya memuat uraian pekerjaan yang dilakukan, jangka
waktu, jumlah barang dan/atau bahan yang diterima dari PDKB dan
jumlah hasil pekerjaan yang dikembalikan kepada PDKB termasuk
barang sisa atau potongan. Penyerahan pekerjaan sub kontrak kepada
perusahaan industri yang berada di DPIL harus disertai surat pernyataan
dari pelaksana sub kontrak tentang kesediaan untuk dilakukan audit oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan jaminan yang diserahkan kepada
Bendaharawan Bea dan Cukai
Penyerahan barang dan/atau bahan dalam rangka sub kontrak
kepada PDKB lainnya atau DPIL dilakukan dengan menggunakan formulir
BC 2.6.1.

Pemeriksaan fisik hanya dilakukan terhadap penyerahan

barang dan/atau bahan kepada pelaksana sub kontrak di DPIL yang


dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai di KB.
Penyerahan kembali barang hasil pekerjaan sub kontrak kepada
PDKB asal (pemberi pekerjaan sub kontrak) juga dilakukan dengan
menggunakan dokumen BC 2.6.2, dan atas barang tersebut dilakukan
pemeriksaan fisik oleh pejabat Pabean di kawasan Berikat. PDKB
mengajukan dokumen BC 2.6.2 kepada pejabat Pabean di KB dilampiri
dokumen BC 2.6.1 yang digunakan untuk pengeluaran barang ke sub
kontrak.
Pejabat Pabean di KB meneliti hasil pemeriksaan fisik dan
mencocokkan dengan dokumen BC 2.6.1 pada waktu pengeluaran dan
BC 2.6.2 pada waktu pemasukan. Jumlah barang yang tidak di masukkan
kembali ke kawasan Berikat, dianggap sebagai barang yang di keluarkan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

259

Teknik Kepabeanan
dari KB ke DPIL, dan dengan demikian di perhitungkan dalam jumlah
barang yang dikeluarkan ke DPIL. Pihak Pabean akan mencarikan
jaminan atau melakukan penagihan bea masuk dan pajak dalam rangka
impor barang-barang yang harus dimasukkan kembali ke KB termasuk
juga sisa-sisa produksi atau scrap dari pekerjaan tersebut.
Disamping itu pengusaha di KB (PDKB) dapat menerima pekerjaan
Sub Kontrak dari DPIL. Untuk dapat melakukan pekerjaan sub kontrak
PDKB harus mendapat persetujuan dari Kepala Kantor Pabean.
Pengeluaran mesin dan/atau peralatan pabrik dari Kawasan Berikat
untuk Peminjaman dan Reparasi/perbaikan
Semua barang yang berada dalam kawasan Berikat berada dalam
pengawasan Pabean, baik berupa bahan baku produksi, mesin-mesin
maupun barang modal lainnya. Semua barang yang berada dalam
kawasan

Berikat

pengeluarannya

harus

sepengetahuan

Pabean.

Termasuk juga terhadap mesin ataupun peralatan lain yang akan


digunakan oleh pihak lain dalam rangka pekerjaan sub kontrak, dan
pengeluaran

mesin

dan

peralatan

lain

dari

KB

untuk

tujuan

diperbaiki/Reparasi.
Mesin dan/atau peralatan pabrik yang akan dipergunakan untuk
mengerjakan pekerjaan sub kontrak dapat dipinjamkan oleh PDKB
kepada PDKB lainnya atau pelaksana sub kontrak di DPIL untuk jangka
waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dan dapat diperpanjang untuk
paling lama 2 (dua) kali 12 (dua belas) bulan. Pengeluaran mesin
dan/atau peralatan pabrik dimaksud dengan menggunakan formulir BC
2.6.1. untuk penyerahannya kepada pelaksana sub kontrak di DPIL wajib
dipertaruhkan jaminan kepada Bendaharawan Bea dan Cukai atau
Pejabat yang ditunjuknya.
PDKB juga dapat mengeluarkan mesin dan/atau peralatan pabrik ke
DPIL

dengan tujuan untuk

di

reparasi atau

diperbaiki

dengan

menggunakan formulir BC 2.6.1 dan menyerahkan jaminan kepada


Bendaharawan Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya. Pekerjaan
Reparasi atau perbaikan tersebut diizinkan untuk jangka waktu paling

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

260

Teknik Kepabeanan
lama 12 (dua belas) bulan sejak mesin dan/atau peralatan pabrik
dikeluarkan dari KB.
Pengeluaran mesin atau peralatan pabrik dari kawasan Berikat untuk
tujuan di Reparasi dapat dilakukan di luar negeri (luar daerah Pabean)
dan di dalam negeri (DPIL). Pengeluaran mesin dan/atau peralatan pabrik
dari KB ke luar negeri dengan tujuan Reparasi/perbaikan dilakukan
dengan menggunakan PEB.
Pejabat Pabean di KB melakukan pemeriksaan peti kemas mesin
yang akan di Reparasi dan memberikan persetujuan keluar/persetujuan
muat, dan barang diangkut ke pelabuhan muat (kawasan Pabean).
Proses selanjutnya sama dengan pengeluaran barang yang akan di
ekspor kembali dari KB yang telah dibahas sebelumnya.
Pemasukan kembali mesin tersebut ke KB digunakan dokumen BC
2.6.2 dilampiri dokumen asal waktu pengeksporan. Sedangkan jika
Reparasi mesin dilakukan di dalam negeri (DPIL) dilakukan pemeriksaan
fisik barang oleh Pabean di KB, dan dokumen di cap REPARASI DPIL.
Pemasukan kembali mesin/peralatan yang telah di Reparasi ke
dalam KB dengan menggunakan dokumen BC 2.6.2 dilampiri dokumen
asal (saat keluar KB). Atas barang tersebut dilakukan pemeriksaan fisik
dan dicocokkan data barang dengan dokumen yang bersangkutan.
Mesin atau peralatan pabrik yang digunakan secara langsung dalam
proses produksi di kawasan Berikat dapat diganti dengan mesin atau
peralatan yang baru. Sedangkan mesin dan peralatan lam harus di
ekspor kembali atau dipindahkan ke kawasan Berikat lain. Boleh juga
mesin tersebut di keluarkan ke peredaran bebas (DPIL) dengan
membayar bea masuk PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 dengan
memenuhi ketentuan di bidang impor, atau mesin dan peralatan tersebut
di musnahkan di bawah pengawasan Pabean.
Atas barang modal dan peralatan pabrik asal impor milik PKB /
PDKB apabila telah melampai jangka waktu 2 tahun sejak dimasukkan di
Kawasan Berikat dapat dipindahtangankan ke DPIL

tanpa kewajiban

membayar bea masuk. Pemindahtanganan barang modal dan peralatan


pabrik sebelum jangka waktu 2 tahun sejak dimasukkan ke KB dikenakan:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

261

Teknik Kepabeanan
Bea Masuk berdasarkan nilai pabean barang modal dan perlatan
pabrik pada saat dimasukkan ke KB ; dan
Bunga sebesar 2% perbulan dari Bea Masuk yang seharusnya
dibayar yang dihitung sejak bulan diajukan permohonan pengeluaran
dari KB sampai dengan genap 2 tahun sejak dimasukkan ke KB.
Pemeriksaan Pembukuan
Sebagaimana ketentuan yang diatur dalam undang-undang kepabeanan
bahwa semua orang atau badan yang terkait dengan kegiatan impor dan
ekspor, termasuk pengusaha tempat penimbunan Berikat, diwajibkan
menyelenggarakan pembukuan dan menyimpan catatan serta surat
menyurat yang berkaitan dengan impor dan ekspor. Hal ini diperlukan
untuk pelaksanaan audit di bidang kepabeanan sebagai konsekuensi di
berlakukannya sistem Self Assessment dan pemeriksaan barang secara
selektif dalam pemberian fasilitas di kawasan Berikat.
Untuk

pengamanan

hak

keuangan

negara

dan

menjamin

dipenuhinya ketentuan-ketentuan dan cukai yang berlaku, Direktorat


Jenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas pembukuan, catatan dan
dokumen PKB dan PDKB yang berkaitan dengan pemasukan dan
pengeluaran barang ke dan dari KB. Pemindahan barang dalam KB serta
pencacahan sediaan barang. Jika berdasarkan hasil audit kedapatan
selisih kurang jumlah dan/atau jenis barang atau ditemui adanya
penggunaan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, PKB dan/atau
PDKB bertanggung jawab atas pelunasan BM, Cukai, PPN, PPnBM, PPh
pasal 22 Impor yang terutang dan sanksi administrasi berupa denda
sebesar 100% dari pungutan bea masuk yang terutang. Hal ini sebagai
konsekuensi pemberian fasilitas penangguhan bea masuk yang tidak
boleh di salah gunakan.
Pembekuan dan Pencabutan Persetujuan
Pemberian fasilitas menghendaki pemenuhan persyaratan. Dalam hal
persyaratan tidak terpenuhi dapat mengakibatkan pembekuan dan
bahkan pencabutan izin kawasan Berikat.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

262

Teknik Kepabeanan
Pembekuan dan pencabutan persetujuan PKB
Sebagai penyelenggara kawasan Berikat yang bersangkutan
harus memenuhi segala ketentuan dan persyaratan tertentu.
Persetujuan PKB dapat dibekukan dalam hal :
-

berdasarkan hasil audit ditemukan pelanggaran atas ketentuan


kepabeanan yang mengakibatkan kerugian negara.

menunjukkan ketidak mampuan dalam penyelenggaraan KB.


Pembekuan persetujuan dimaksud dapat diubah menjadi

pencabutan bilamana PKB :


-

tidak dapat melunasi utangnya dalam jangka waktu yang


ditetapkan, atau

tidak mampu lagi mengusahakan KB.


Jika PKB telah melunasi utangnya atau telah mampu kembali

mengusahakan KB, persetujuan tersebut dapat di berlakukan kembali.


Selain hal tersebut di atas, penyelenggaraan KB dapat dicabut izinnya
jika:
-

dalam

waktu

12

bulan

berturut-turut

selama

berlakunya

persetujuan PKB sama sekali tidak melakukan kegiatan,


-

persetujuan usaha industri tidak berlaku lagi,

PKB mengalami pailit berdasarkan keputusan pengadilan,

setelah proses pembekuan, tidak melaksanakan kewajiban yang


diharuskan,

atas permohonan PKB yang bersangkutan.


Dalam hal ini persetujuan PKB dicabut, barang modal atau

peralatan dan/atau peralatan perkantoran yang ada di KB dalam


waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pencabutan persetujuan,
harus :
-

diekspor kembali,

dipindah tangankan kepada PKB lain, dan/atau,

dikeluarkan dari DPIL dengan membayar BM, PPN, PPnBM dan


PPh pasal 22 Impor sepanjang telah memenuhi tata laksana di
bidang impor, dan/atau

dimusnahkan dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan


Cukai.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

263

Teknik Kepabeanan
Dalam hal PKB tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan
dimaksud dalam jangka waktu yang ditentukan, maka barang yang
bersangkutan dinyatakan sebagai barang tidak dikuasai, dan pada
saatnya dapat dilakukan pelelangan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pencabutan Persetujuan PDKB
Sebagai

pengusaha

pada

kawasan

Berikat

yang

telah

mendapatkan berbagai fasilitas, yang bersangkutan memenuhi segala


ketentuan

yang

berlaku,

yang

dapat

berakibat

pencabutan

persetujuan PDKB. Persetujuan PDKB dicabut dalam hal :


-

dalam

waktu

12

bulan

berturut-turut

selama

berlakunya

persetujuan PDKB sama sekali tidak melakukan kegiatan industri


untuk tujuan ekspor,
-

persetujuan usaha industri tidak berlaku lagi,

PDKB mengalami pailit berdasarkan keputusan pengadilan,

PDKB bertindak tidak jujur dalam usahanya,

persetujuan PKB dicabut,

atas permohonan PDKB yang bersangkutan.


Sebelum dilakukan pencabutan persetujuan PDKB, dilakukan

audit oleh Pabean. Pencabutan dapat di proses tanpa mengganggu


hasil audit dalam hal PDKB menyerahkan persyaratan di atas segel
yang ditanda tangani penanggung jawab perusahaan dan di ketahui
oleh penyelenggara KB (PKB) serta kepada kantor Pabean, yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan bertanggung jawab atas hasil
audit. Sejak adanya indikasi PDKB akan dicabut izinnya, kantor
Pabean melakukan pengawasan dan dapat mengambil tindakan yang
dianggap perlu.
Dalam hal ini persetujuan PDKB dicabut, barang modal dan
peralatan dan/atau barang dan/atau bahan baku yang terdapat di KB
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pencabutan
persetujuan, harus :
-

diekspor kembali,

dipindah tangankan kepada PDKB lain, dan/atau,

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

264

Teknik Kepabeanan
-

dikeluarkan dari DPIL dengan membayar BM, PPN, PPnBM dan


PPh pasal 22 Impor sepanjang telah memenuhi tata laksana di
bidang impor, dan/atau,

dimusnahkan dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan


Cukai.
Dalam hal PDKB tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan

dimaksud dalam jangka waktu yang ditentukan, maka barang yang


bersangkutan dinyatakan sebagai barang tidak dikuasai, dan
selanjutnya dapat dilakukan pelelangan sesuai ketentuan yang
berlaku.
Demikian fasilitas yang diberikan terhadap industri di Kawasan
Berikat yang diharapkan dapat mendorong tumbuhnya industri yang
berorientasi ekspor. Dengan fasilitas penangguhan bea masuk dan
pajak tidak di pungut tersebut, pihak Pabean berkepentingan
melakukan pengawasan terus menerus, terutama atas barang-barang
yang masuk dan keluar dari Kawasan Berikat, tidak terkecuali
terhadap petikemas kosong dan alat angkut barang tertutup.
Pemasukan

dan

pengeluaran

petikemas

kosong

dengan

menggunakan Surat Pemberitahuan Pemasukan dan Pengeluaran


Peti Kemas Kosong (SP3K), sedangkan terhadap alat angkut tertutup
cukup di cek oleh petugas Pabean di pintu masuk Kawasan Berikat.
ii) Gudang Berikat
Pengertian.
Gudang Berikat (Bonded Warehouse) merupakan salah satu jenis
Tempat Penimbunan Berikat: Fasilitas Gudang Berikat diharapkan dapat
mendukung kelancaran pedagang Internasional, mendekatkan bahan
baku industri dan menjamin kelancaran proses produksi, efisiensi waktu
dan biaya produksi.
Sebagai contoh akibat keterlambatan pemasokan bahan baku industri
(bisa disebabkan kedatangan kapal yang membawa barang tersebut
terlambat atau salah kirim, atau karena kongesti dan kemacetan di
pelabuhan, dan sebagainya) dapat mengakibatkan proses produksi

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

265

Teknik Kepabeanan
terlambat karena tidak ada bahan yang akan di proses, buruh
menganggur dengan tetap mendapatkan upah, jadwal pengiriman barang
jadi tertunda dengan segala konsekuensi karena menyimpang dari
kontrak. Keterlambatan bahan baku mungkin dapat kompensasi dengan
kerja lembur malam hari dengan tambahan cost, dan pengiriman barang
ke pembeli mungkin dapat dialihkan dengan angkutan udara, yang
kesemuanya menimbulkan ketidak efisienan dan menimbulkan biaya
tinggi.
Fasilitas Gudang Berikat diharapkan dapat menanggulangi atau
paling tidak dapat mengurangi resiko tersebut di atas. Disamping itu
fasilitas Bonded Warehouse memang sudah lazim di dunia perdagangan
internasional.
Gudang Berikat (GB) adalah suatu bangunan atau tempat dengan
batas-batas tertentu di dalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan,
pengemasan,

penyortiran,

pengepakan,

pemberian

label/merk,

pemotongan, atau kegiatan lain dalam rangka fungsinya sebagai pusat


distribusi barang-barang asal impor untuk tujuan dimasukkan ke Daerah
Pabean Indonesia lainnya, Kawasan Berikat, atau diekspor tanpa adanya
pengolahan.

Ketentuan yang baru menetapkan bahwa hanya

barang/bahan baku untuk keperluan proses produksiyang dapat ditimbun


di Gudang Berikat.
Penetapan suatu kawasan atau tempat sebagai GB kepada PGB
serta izin sebagai PPGB dilakukan dengan keputusan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan. Seperti halnya dalam
Kawasan Berikat, di dalam Gudang Berikat (PGB) dapat terdiri dari
beberapa Pengusaha Gudang Berikat (PPGB). Permohonan persetujuan
PGB dapat diajukan setelah fisik bangunan berdiri ataupun belum berdiri
dengan mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui
Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Perizinan.
Persetujuan Penyelenggaraan Gudang Berikat kepada Penyelenggara
Gudang Berikat (PGB) diberikan oleh Dirjen Bea dan Cukai (atas nama
Menteri Keuangan), dengan memenuhi persyaratan administrasi (izin

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

266

Teknik Kepabeanan
usaha, dan sebagainya) dan persyaratan fisik Gudang Berikat (dapat
dimasuki jalan umum, mempunyai sarana dan prasarana untuk
melakukan kegiatan di Gb dan sebagainya).
Sebelum Gudang Berikat dibangun, yang bersangkutan dapat
memperoleh persetujuan prinsip pendirian. Dengan demikian semua
barang-barang, konstruksi Gudang Berikat/ instalasi untuk keperluan
pendirian GB dapat diimpor dengan mendapatkan fasilitas penangguhan
Bea masuk dan pajak-pajak impor tidak di pungut.
Perusahaan yang telah mendapat izin prinsip pendirian GB harus
melalui pembangunan GB dalam waktu 6 (enam) bulan dan harus
mengajukan izin PGB selambat-lambatnya dua tahun sejak izin prinsip
diberikan.
Barang impor yang dicabut izin prinsipnya diselesaikan dengan cara
di Re-ekspor atau dimasukkan ke KB atau GB. Disamping itu jika barang
tersebut di impor untuk dipakai, maka bea masuk dan pajak impornya
harus dibayar.
Fasilitas yang diberikan terhadap barang impor yang dimasukkan ke
Gudang Berikat dapat berupa :
Barang dan peralatan yang digunakan dalam rangka pembangunan
dan kegiatan di Gudang Berikat (GB) yang diimpor oleh PGB
diberikan penangguhan Bea Masuk, tidak di pungut PPN, PPnBM,
dan PPh Pasal 22 Impor. Barang tersebut seutuhnya konsekuensi
bangunan, peralatan administrasi kantor, dan sebagainya.
Barang dan bahan asal impor yang dimasukkan ke GB oleh PGB
diberikan fasilitas berupa penangguhan Bea Masuk, pembebasan
Cukai, tidak dipungut PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22 Impor. Barang
ini merupakan barang-barang impor yang ditimbun. Barang dan
bahan asal impor yang dimasukkan ke GB untuk di konsumsi di dalam
GB dikenakan Bea Masuk dan Pajak Impor.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

267

Teknik Kepabeanan
Kewajiban dan larangan bagi PGB dan PPGB
Kewajiban PGB, Penyelenggara Gudang Berikat baik yang merangkap
sebagai PPGB maupun yang membawahi beberapa PPGB berkewajiban
untuk:
-

Menyelenggarakan pembukuan atau catatan serta menyimpan


dokumen impor atas barang dan peralatan yang dimasukkan untuk
keperluan pembangunan /konstruksi dan kegiatan GB.

Memberikan

rekomendasi

kepada

pengusaha

yang

akan

mengusahakan GB untuk pengurusan persetujuan PPGB


-

PGB bertanggung jawab terhadap Bea Masuk dan Pajak yang


terhutang atas barang yang dimasukkan atau dikeluarkan dari
perusahaannya.
Pengusaha

Pada

Gudang

Berikat

(PPGB)

yang

melakukan

penyimpanan barang di dalam Gudang yang dikelolanya berkewajiban


untuk :
-

Menyelenggarakan Pembukuan tentang pemasukan dan pengeluaran


barang ke dan dari PPGB sesuai Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia, yaitu Sistem Akuntansi yang lazim digunakan di Indonesia.

Menyimpan dan memelihara dengan baik pada tempat usahanya


buku dan catatan serta dokumen yang berkaitan dengan usahanya
dalam waktu Sepuluh tahun. Sebagaimana ditetapkan dalam Undangundang Kepabeanan.

Menyimpan, mengatur, dan menata usahakan barang secara tertib


dan baik, mengenai pemasukan, pengeluaran maupun yang ditimbun
di dalam GB.

Menyediakan ruangan dan sarana kerja yang memadai untuk Pejabat


BC. Hal ini untuk memudahkan dan mempercepat pelayanan Pabean.

Menyampaikan laporan setiap 2 (dua) bulan kepada Ka KPBC


mengenai barang yang ditimbun didalam GB, serta Pemasukan atau
pengeluaran barang selama dua bulan terakhir.

PPGB dilarang mempergunakan barang dan peralatan asal impor


untuk kegiatan di luar GB.

PPGB dilarang menimbun barang asal DPIL di dalam GB yang


dikelolanya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

268

Teknik Kepabeanan

PGB dalam melakukan kegiatannya harus berstatus importir dari


barang yang ditimbun di dalam GB yang dikelolanya. Undang-Undang
Kepabeanan telah menetapkan bahwa orang yang memasukkan barang
dari luar negerilah yang berstatus sebagai Importir.
Untuk pengeluaran barang impor dari Gudang Berikat (GB), PPGB
dapat

menerbitkan

invoice

dimaksud

harus

membuat

sekurang-

kurangnya data:

Jumlah Barang, jenis, dan spesifikasi tehnis barang;

Rincian harga barang yang setara dengan harga transaksi;

Nomor dan tanggal invoice induk;

Nomor dan tanggal BC 2.3 ;

Negara asal ;

Nama NPWP pembeli di DPIL


Dalam penerbitan invoice oleh PPGB tidak boleh menyimpang jauh

dari invoice asal/ induk.


Pada GB hanya boleh ditimbun barang yang diimpor oleh PPGB dan
belum dilunasi Bea Masuk, Cukai, PPN, PPnBM, PPh Pasal 22 Impor.
Pengeluaran barang dari GB dapat dilakukan secara sekaligus atau
sebagian-sebagian.
PPGB

dan

PGB

yang

bertindak

sebagai

PPGB

wajib

mempertaruhkan jaminan ke Bendahara Bea dan Cukai yang besarnya


didasarkan pada perhitungan BM, Cukai, PPN, PPnBM, PPh Pasal 22
Impor dari importasi yang akan dilakukan oleh PPGB selama 3 (tiga)
bulan jangka waktu jaminan yang di pertaruhkan selama 1 (satu) tahun
dan wajib diperbaharui setiap awal tahun takwin.

Jaminan tidak

diperlukan jika gudang dikunci oleh Bea dan Cukai.


Kewajiban penyerahan jaminan tersebut berkaitan dengan barang
impor yang ditimbun di Gudang Berikat. Dalam hal barangbarang
tersebut hilang/berkurang tanpa sepengetahuan Pabean, maka ada
jaminan pembayaran Bea Masuk dan Pungutan Impor lainnya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

269

Teknik Kepabeanan
Pemasukan Barang Ke Gudang Berikat.
Pada prinsipnya semua barang dapat ditimbun di Gudang Berikat karena
fungsinya sebagai tempat menimbun barang. Namun terhadap barang
yang dilarang di impor, tidak boleh ditimbun di Gudang Berikat.
Begitu pula terhadap barang impor yang diatur tata niaganya atau
diawasi importasinya, hanya boleh dikeluarkan dari Gudang Berikat untuk
tujuan impor untuk dipakai jika telah mendapatkan persetujuan/ izin dari
instansi terkait. (misalnya: Departemen Perindustrian, atau Departemen
Perdagangan) dan dengan memenuhi formalitas Pabean, pengajuan
dokumen impor dan membayar bea masuk dan PDRI.
Berkaitan dengan fasilitas Gudang Berikat, ada dua kategori barang
yang dimasukkan ke Gudang Berikat. Pertama barang yang di impor
untuk keperluan mendirikan GB dan peralatan serta kelengkapan sarana
dan prasarananya. Kedua, barang yang semata-mata ditimbun untuk
kemudian di keluarkan dengan tujuan untuk di pakai.
Barang-barang yang berada di Gudang Berikat wajib dilunasi bea
masuknya jika di keluarkan dari Gudang Berikat ke DPIL.
Ketentuan pemasukan barang ke Gudang Berikat adalah sebagai
berikut:
Pemasukan Barang atau peralatan oleh PGB dan pemasukan bahan
makanan dan minuman yang akan dikonsumsi di GB.
PGB yang telah mendapatkan persetujuan prinsip pendirian GB
dapat

memasukkan

barang

atau

peralatan

dalam

rangka

pembangunan / konstruksi GB dengan diberikan penangguhan BM,


tidak di pungut PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22 Impor dengan terlebih
dahulu mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan
Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.
Atas permohonan yang disetujui oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai akan diterbitkan keputusan penangguhan BM tidak dipungut,
PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22 Impor. Atas pemasukan barang
dimaksud berlaku ketentuan tata laksana di bidang impor.
Barang asal impor berupa makanan dan/atau minuman yang
dikonsumsi di dalam GB wajib dilunasi BM, Cukai, PPN, PPnBM, PPh
Pasal 220 Impor. Barang impor yang mendapat penangguhan Bea

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

270

Teknik Kepabeanan
Masuk hanya barang untuk sarana / prasarana GB yang tetap berada
dalam GB, dan barang impor yang ditimbun di GB.
Pemasukan Barang Impor oleh PPGB
Barang impor yang akan dimasukkan ke Gudang Berikat,
langsung diangkut dari TPS di Kawasan Pabean menuju ke Gudang
Berikat dengan dilindungi Dokumen BC.2.3.
Barang impor yang dimasukkan ke GB harus tercantum jelas
nama GB tujuan pada LC/RIB, Invoice, B/L atau AWB.
Pemasukan barang impor dari pelabuhan bongkar/ TPS ke GB
dilakukan dengan menggunakan formulir BC.2.3 dengan dilampiri
BL/AWB, Invoice, dan Packing List. Tata kerja penyelesaian BC 2.3
sama dengan prosedur pemasukan dari TPS ke TPB.
Atas barang impor yang akan di masukkan ke GB pencocokan
nomor peti kemas /kemasa dan dilakukan peneraan segel atau tanda
pengaman pada peti kemas/ kemasa serta diberikan persetujuan
pengeluaran oleh Pejabat Bea dan Cukai Pelabuhan Bongkar.
Petugas Bea dan Cukai di GB mlakukan pembukaan segel atau
tanda pengaman serta melakukan pengawasan atas barang yang
dimasukkan ke dalam GB. Barang impor yang dimasukkan oleh
PPGB ke GB tidak dilakukan pemeriksaan fisik, kecuali :
- Segel yang diberikan oleh Bea dan Cukai Pelabuhan Bongkar/
TPS dalam keadaan rusak atau keadaan segel peti kemas/
kemasan berbeda, dan/ atau ;
- Adanya Nota Intelejensi kecurigaan akan atau telah terjadinya
pelanggaran.
Rekonsiliasi BC.2.3 perlu dilakukan untuk memastikan barang
telah diangkut dari TPS ke GB dengan baik dan benar. Bentuk
pengawasan ini dilakukan mengingat atas barang tersebut belum
selesai formalitas Pabeannya.
Pengeluaran Barang Dari Gudang Berikat
Pengeluaran barang impor yang ditimbun di Gudang Berikat dapat
ditujukan untuk di impor untuk di pakai (dikeluarkan ke DPIL) dengan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

271

Teknik Kepabeanan
membayar Bea Masuk dan Pajak Impor. Bahkan dalam hal tertentu jika
barang impor tersebut dimasukkan ke Kawasan Berikat (sebagai bahan
baku industri) diberikan fasilitas penangguhan Bea Masuk dan PDRI tidak
dipungut. Selain itu barang yang berada di GB dapat di re-ekspor atau
dikeluarkan / dikirim kembali ke luar negeri (tidak dipungut Bea Masuk).
Pengeluaran barang dari GB dengan tujuan diimpor untuk di pakai
Pengeluaran barang impor dari GB ke DPIL dengan tujuan di
pakai dilakukan oleh PPGB dengan menggunakan PIB sesuai dengan
tatalaksana Kepabeanan di bidang impor dan cukai dan dilakukan
pemeriksaan Pabean.
Dasar perhitungan pemungutan negara adalah :
- BM berdasarkan nilai Pabean dan tarif BM yang berlaku pada saat
pendaftaran PIB di Kantor Pabean yang mengawasi GB.
- PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22 Impor berdasarkan nilai impor
dan tarif yang berlaku pada saat pendaftaran PIB di Kantor
Pabean yang mengawasi GB
- Cukai berdasarkan harga dasar dan tarif cukai yang berlaku pada
saat pendaftaran PIB di Kantor yang mengawasi GB.
Atas pengeluaran barang dimaksud PPGB dapat menerbitkan
invoice dan Packing List. Karena pengeluaran barang impor secara
bertahap atau sebagian-sebagian, tergantung pembeliannya.
Pengeluaran barang dari GB dengan tujuan diimpor untuk dipakai
dengan fasilitas pembebasan atau keringanan Bea Masuk.
Fasilitas pembebasan atau keringanan Bea Masuk diberlakukan terhadap
pihak yang mendapat fasilitas di maksud, sebagaimana impor barang
biasa tanpa melalui GB. Pemberian fasilitas Pembebasan/keringanan
tersebut

harus

dibuktikan

dengan

Surat

Keputusan

Pembebasan/Keringanan BM dari Menteri Keuangan.


Atas pengeluaran barang dimaksud PPGB dapat menerbitkan invoice
dan Packing List, sesuai dengan barang yang dikeluarkan.
Pengeluaran dari GB ke KB
Pengeluaran barang impor dari GB ke KB dilakukan PPGB dengan
menggunakan formulir BC. 2.7 yang telah diketahui PDKB dengan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

272

Teknik Kepabeanan
dilampiri invoice dan Packing List yang dikeluarkan oleh PDKB serta
Kontrak antara PPGB dan PDKB.
Terhadap pengeluaran barang dimaksud dilakukan pengawasan
pemuatan barang (stuffing) ke Peti kemas/ kemasan barang dilakukan
peneraan segel atau tanda pengaman pada peti kemas/ kemasan barang
oleh Pejabat Bea dan Cukai yang mengawasi GB, dengan mencatat
nomor/ jenis segel atau tanda pengaman pada formulir BC. 2.7. PDKB
melalui PPGB wajib menyerahkan BC. 2.7 lembar ke-1 yang telah ada
bukti penerimaan dari Kepala Kantor yang mengawasi PDKB kepada
Kepala Kantor yang mengawasi GB selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
setelah barang sampai ke PDKB. Semua pengeluaran barang dari GB
harus dengan sepengetahuan Pabean.
Pengeluaran dengan tujuan untuk di ekspor kembali.
Barang yang ditimbun di Gudang Berikat dalam hal tertentu harus di
ekspor kembali ke luar negeri, misalnya karena tidak laku di jual di dalam
negeri, rusak, atau ada pembeli lain di luar negeri.
Pengeluaran barang impor dari GB yang akan di ekspor kembali
melalui pelabuhan Muat/ TPS dilakukan dengan menggunakan formulir
PEB dengan menunjuk BC. 2.3 pemasukan (dokumen asal barang.
Pengeluaran barang dimaksud dari GB dilakukan pemeriksaan
Pabean, pengawasan Stuffing ke peti kemas/ kemasan barang dan
dilakukan peneraan segel atau tanda pengaman pada peti kemas/
kemasan barang oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Pemeriksaan pembukuan
Untuk pengamanan hak keuangan negara dan menjamin dipenuhinya
ketentuan-ketentuan Kepabeanan dan cukai yang berlaku, Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas pembukuan, catatan dan
dokumen PGB dan PPGB yang berkaitan dengan pemasukan dan
pengeluaran barang ke dan dari GB, pemindahan barang dalam GB serta
pencacahan sediaan barang. Dalam hal berdasarkan hasil audit
kedapatan selisih kurang jumlah dan/ atau jenis barang, PPGB
bertanggung jawab atas pelunasan BM, Cukai, PPN, PPnBM, PPh Pasal

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

273

Teknik Kepabeanan
22 Impor yang terhutang dan sanksi berupa denda sebesar 100 persen
dari pungutan negara yang seharusnya. Apabila hasil pemeriksaan
dimaksud terdapat selisih lebih jumlah dan/ atau jenis barang maka
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Pembekuan dan Pencabutan Izin
Pembekuan Sementara Persetujuan PPGB
Kepala Kantor yang mengawasi GB dapat membekukan untuk
sementara waktu persetujuan PPGB, dalam hal :
- Berdasarkan

pemberitahuan

dilakukannya

penyidikan

atas

pelanggaran Kepabeanan ;
- Sekurang-kurangnya telah diterbitkan sebanyak-banyaknya 3
(tiga)

kali

peringatan

tertulis

kepada

PPGB

yang

tidak

melaksanakan kewajiban-kewajiban yang harus ditaatinya.


Pencabutan Persetujuan PGB
Direktur

Jenderal

atas

nama

Menteri

Keuangan

mencabut

persetujuan PGB dalam hal :


- Dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut selama
berlakunya persetujuan, PGB tidak melakukan kegiatan ;
- Atas permohonan PGB yang bersangkutan ;
- Karena sebab lain seperti tindak Pidana dan lain-lain.
Dalam hal persetujuan PGB dicabut, Kepala Kantor Pabean
mengawasi GB segera memerintahkan PGB untuk membayar BM,
PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22 Impor atas barang dan peralatan
yang dimasukkan ke GB dengan tarif BM sesuai dengan tarif pada
waktu

pemasukan

pembayaran

dan

sepanjang

nilai

Pabean

memenuhi

pada

waktu

ketentuan

dilakukan

tatalaksanaan

Kepabeanan di bidang impor.


PGB

yang

telah

dicabut

persetujuannya

dibebaskan

dari

kewajiban, dalam hal barang dan peralatan yang telah diimpor


dengan penangguhan BM :
- Dipindahtangankan kepada pihak lain yang telah mendapat
persetujuan sebagai PGB atau penyelenggara KB ;

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

274

Teknik Kepabeanan
- Diekspor kembali ;
- Dimusnahkan dengan persetujuan Kepala Kantor Pabean yang
mengawasi GB.
Pencabutan Persetujuan PPGB
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
mencabut Persetujuan PPGB dalam hal :
- PPGB melakukan pelanggaran ketentuan di bidang Kepabeanan,
cukai dan perpajakan yang diancam dengan hukuman penjara
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun ;
- Dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut slam
berlakunya persetujuan, PPGB tidak melakukan kegiatan ;
- PPGB dinyatakan pailit oleh pengadilan ;
- Atas permohonan PPGB yang bersangkutan.
Dalam hal persetujuan PPGB dicabut, Kepala Kantor Pabean
yang mengawasi GB segera melakukan mengadakan pencacah atas
barang yang masih tersisa pada GB yang bersangkutan dan PPGB
dapat :
- Memindahkan /menyerahkan barang tersebut kepada PPGB atau
PDKB;
- Mengekspor kembali ;
- Memusnahkan

barang

tersebut

dengan

persetujuan

dan

pengawasan Kepala Kantor Pabean yang mengawasi GB dan


/atau ;
- Memasukkan ke DPIL sepanjang memenuhi ketentuan tata
laksana Kepabeanan di bidang impor dengan melunasi BM, Cukai
dan Pajak dalam rangka impor.
Keberadaan Gudang Berikat ini sangat membantu industri dalam
negeri, karena berfungsi mendekatkan barang kepada konsumen/
pemakai.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

275

Teknik Kepabeanan
iii) Toko Bebas Bea
Pengertian
Toko Bebas Bea (Duty Free Shop) merupakan salah satu jenis Tempat
Penimbunan Berikat. Berbeda dengan jenis tempat penimbunan Berikat
lainnya, atas Toko Bebas Bea diberikan fasilitas kepabeanan bukan
dalam rangka upaya mendorong industri atau pembangunan ekonomi luar
negeri. Fasilitas TBB diberikan berkaitan dengan perlakuan yang lazim
ada dalam hubungan atau pergaulan Internasional, karena alasan
hubungan timbal balik dengan negara sahabat (Korps Diplomatik) dan
kebiasaan Internasional lainnya.
Dilihat dari namanya Toko Bebas Bea, merupakan toko tempat
menjual barang dengan pembebasan bea masuk, Cukai dan Pajak. Toko
Bebas Bea hanya dapat menjual barang kepada orang-orang tertentu
yang lazim di berikan pembebasan bea masuk seperti anggota Korps
Diplomatik. Tenaga ahli bangsa asing, turis asing atau warga negara
asing yang bekerja pada PMA/PDMN, orang yang bepergian ke luar
negeri dan orang yang baru tiba dari luar negeri.
Barang-barang yang berada dan akan dijual di TBB berasal dari impor
dan juga boleh barang yang berasal dari dalam negeri. Dengan demikian
TBB didefinisikan sebagai berikut :
Toko Bebas Bea (TBB) adalah bangunan dengan batas-batas tertentu
yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan usaha menjual barang asal
impor dan atau barang asal daerah Pabean kepada warga negara asing
tertentu yang bertugas di Indonesia, orang yang berangkat ke luar negeri
atau orang yang tiba dari luar negeri dengan mendapatkan pembebasan
BM, Cukai dan Pajak.
Untuk dapat melayani orang-orang tertentu tersebut, maka pendirian
TBB boleh berada pada lokasi sebagai berikut :
-

Terminal

keberangkatan

Bandara

Internasional/Pelabuhan

Laut

(Outgoing duty free shop).


-

Terminal

kedatangan

Bandara

Internasional/Pelabuhan

Laut

(Incoming duty free shop). Dengan adanya ketentuan baru, TBB di


terminal kedatangan akan dihapus.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

276

Teknik Kepabeanan
-

Dalam kota (down town duty free shop).


Untuk mendapatkan ijin sebagai Toko Bebas Bea, persyaratan fisik

TBB harus mempunyai :


Gudang penimbunan, yaitu ruang yang memilik PTBB untuk
menyimpan atau menimbun barang baik barang asal impor maupun
barang asal Daerah Pabean.
Ruang Pemeriksaan, yaitu ruang yang dimiliki PTBB yang berada di
dalam Gudang Penimbunan untuk melakukan pemeriksaan barang.
Ruang Penjualan adalah ruang yang dimiliki PTBB untuk menjual
barang asal impor dan barang asal Daerah Pabean.
Pemisahan ruang tersebut disamping untuk kepentingan administrasi
pengelolaan TBB, juga untuk kepentingan pengawasan Pabean.
Disamping itu jika dikehendaki oleh yang bersangkutan, TBB yang
berlokasi di Terminal
Bandara Internasional/Pelabuhan Utama dapat memiliki Ruang
Pamerdan Ruang Penyerahan.
Ruang Pamer adalah ruang yang dimiliki PTBB Keberangkatan yang
berlokasi di luar area Bandara Internasional/Pelabuhan Utama yang
khusus digunakan untuk memamerkan barang.
Ruang Penyerahan adalah ruang yang dimiliki PTBB Keberangkatan
yang digunakan untuk menyerahkan barang yang telah dilakukan
transaksi pembelian di Ruang Pamer berdasarkan bukti pembelian yang
diserahkan.
Persetujuan TBB
Untuk dapat mendirikan Toko Bebas Bea tersebut di atas, pengusaha
yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Menteri
Keuangan (dalam hal ini Direktur Jenderal Bea dan Cukai), dengan
melampirkan keterangan yang di perlukan seperti Foto copy izin usaha,
NPWP, peta lokasi, daftar jenis barang yang akan dijual di TBB, dan
sebagainya. Termasuk juga berita acara pemeriksaan lokasi dari kantor
Pabean setempat.
Persetujuan pengusaha TBB diberikan oleh Direktur Jenderal Bea
dan Cukai atas nama Menteri Keuangan kepada perusahaan berbentuk

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

277

Teknik Kepabeanan
badan hukum, setelah diajukan permohonan oleh pengusaha dengan
melampirkan keterangan/ dokumen sebagai berikut :
Foto copy izin Usaha dan izin lain yang diperlukan dari instansi tehnis
terkait.
Foto copy Akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh pejabat
yang berwenang.
Foto copy NPWP dan penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP) serta foto copy SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan tahun
terakhir bagi perusahaan yang sudah wajib menyerahkan SPT.
Foto copy Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC)
dalam hal perusahaan menjual barang kena cukai (BKC).
Foto copy bukti pemilikan atau penguasaan suatu bangunan.
Peta lokasi/tempat yang akan dijadikan TPB.
Peta letak gudang penimbuan, ruang pemeriksaan, ruang penjualan,
ruang pamer dan ruang penyerahan.
Daftar jenis barang yang akan dijual.
Berita Acara Pemeriksaan Lokasi yang dibuat Kepala Kantor Bea dan
Cukai.
Dari data tersebut di atas dapat dilihat apakah pengusaha yang
bersangkutan sudah memenuhi syarat sebagai TBB. Persetujuan atau
penolakan permohonan dimaksud diberikan selambat-lambatnya dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima secara
lengkap dan benar oleh Direktur Jenderal dengan memperhatikan
kebutuhan Toko Bebas Bea di suatu daerah.
Hal ini penting agar jangan sampai izin yang diberikan sia-sia karena
ada pembelinya, mengingat pembeli di Toko Bebas Bea terbatas pada
orang-orang tertentu saja. Disamping itu jangan sampai pemberian
fasilitas TBB menjadi bocor atau tidak sesuai fungsi semula, yang dapat
berakibat kerugian negara dari penerimaan bea masuk, Cukai dan Pajak.
Fasilitas Kepabeanan dan Cukai
Seperti halnya barang yang dimasukkan ke tempat penimbunan Berikat
lainnya, barang yang di masukkan ke Toko Bebas Bea belum dibayar bea
masuknya, begitu pula dengan pajak lainnya. Dalam hal barang yang

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

278

Teknik Kepabeanan
berada di TBB dibeli oleh orang yang mendapat pembebasan pajak,
seperti anggota korps diplomatik, maka bea masuk dan pajak atas barang
tersebut tidak perlu dibayar.
Namun tidak semua barang untuk TBB tidak dipungut bea
masuk/pajak. Terhadap barang untuk keperluan mendirikan Toko Bebas
Bea dan perlengkapan toko bebas bea harus dibayar bea masuk dan
pajak lainnya. Hal itu mengingat bahwa fungsi TBB tidak ada
hubungannya dengan fasilitas perdagangan dan ekonomi. Jadi berbeda
dengan gudang Berikat atau kawasan Berikat.
Fasilitas Kepabeanan dan Cukai yang diberikan kepada PTBB adalah
sebagai berikut :
-

Barang impor yang dimasukkan ke TBB diberikan fasilitas berupa


penangguhan BM, pembebasan Cukai dan tidak dipungut PPN,
PPnBM dan PPh pasal 22 Impor, barang tersebut ditimbun di TBB
dengan tujuan untuk dijual kepada orang tertentu.

Atas penyerahan barang kena pajak (BKP) asal Daerah Pabean ke


TBB tidak dipungut PPN dan PPnBM, dengan demikian barang
berasal dalam negeri yang dimasukkan ke TBB tidak dipungut pajak.

Atas pemasukan BKC asal Daerah Pabean ke TBB diberikan


pembebasan

cukai,

misalnya

terhadap

rokok

atau

minuman

beralkohol buatan dalam negeri, tidak dipungut cukainya.


Barang yang berada di TBB dibebaskan BM, Cukai dan tidak dipungut
PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 Impor, kepada orang yang membeli
barang di TBB sebagai berikut :
-

Anggota Korps Diplomatik beserta keluarganya yang berdomisili tetap


di Indonesia yang membeli barang di TBB dalam kota dengan jumlah
pembelian tidak terbatas.

Tenaga Ahli bangsa asing beserta keluarganya yang berdomisili dan


bekerja di Indonesia pada lembaga-lembaga Internasional dana
organisasi lainnya yang telah menjalankan kerja sama dengan
Pemerintah Indonesia yang membeli barang di TBB dalam kota
dengan jumlah pembelian tidak terbatas, kecuali untuk BKC diberikan
sebanyak-banyaknya :

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

279

Teknik Kepabeanan

Minuman mengandung etil alkohol adalah 10 (sepuluh) liter per


orang dewasa per bulan.

Hasil tembakau adalah, sigaret 300 batang atau cerutu 100


batang atau tembakau iris/hasil tembakau lainnya 500 gram per
orang dewasa per bulan atau dalam hal lebih dari satu jenis hasil
tembakau, setara dengan perbandingan jumlah per jenis hasil
tembakau tersebut.

Orang yang bepergian ke luar negeri yang membeli barang di TBB


keberangkatan dengan jumlah pembelian tidak terbatas.

Orang yang bepergian ke luar negeri yang melakukan transaksi


barang di Ruang Pamer milik PTBB keberangkatan dengan jumlah
pembelian tidak dibatasi, yang barangnya diserahkan di Ruang
penyerahan keberangkatan.

Orang yang baru tiba dari luar negeri yang membeli barang di TBB
kedatangan diberlakukan sesuai ketentuan barang penumpang,
kecuali untuk BKC diberikan sebanyak-banyaknya :

Minuman mengandung etil alkohol 1 (satu) liter per orang


dewasa.

Hasil tembakau adalah sigaret 200 batang atau cerutu 50 batang


atau tembakau iris/hasil tembakau lainnya 200 gram per orang
dewasa atau dalam hal lebih dari satu jenis hasil tembakau,
setara dengan perbandingan jumlah per jenis hasil tembakau
tersebut.

Atas kelebihan BKC tersebut di atas harus dimusnahkan, mengingat


undang-undang Cukai mempersyaratkan izin khusus untuk mengimpor
BKC.
Disamping itu TBB dapat menjual barang kepada turis asing atau
warga negara asing yang bekerja di perusahaan Penanaman Modal
Asing/Penanaman Modal Dalam Negeri, dalam rangka kontrak kerja
sama dengan pemerintah atau prokect aid yang berdomosili di Indonesia
dengan ketentuan dikenakan BM, Cukai dan Pajak dalam rangka impor.
Penjualan dimaksud hanya diberikan sesuai kebutuhan/konsumsi turis
asing atau warga negara asing tersebut dengan batasan USD 250- per
orang per hari atau USD 1,000- per keluarga per hari.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

280

Teknik Kepabeanan
Transaksi penjualan oleh turis asing tersebut cukup dengan
menunjukkan paspor atau KITAS (kartu izin menetap sementara), atau
IKTA (izin kerja tenaga asing). Selanjutnya pengusaha toko bebas bea
menyelesaikan formalitas Kepabeanannya dengan membuat PB/PIB
berkala sesuai tata laksana Kepabeanan di bidang impor.
Dalam hal turis atau pemegang KITAS tersebut di atas membeli
barang asal daerah Pabean (misalnya rokok gudang garam), maka atas
pembelian barang asal dalam negeri tersebut dikenakan Cukai, PPN dan
PPnBM.

Penjualan

barang

asal

daerah

Pabean

tidak

dibatasi

nilainya/jumlahnya.
Bagi anggota korps Diplomatik beserta keluarganya yang membeli
barang di TBB, dengan cara menunjukkan kartu tanda pengenal
Diplomatik. Sedangkan terhadap tenaga ahli bangsa asing beserta
keluarganya yang membeli barang di TBB, harus menggunakan kartu
kuning (yellow card) dan paspor yang bersangkutan.
Terhadap barang yang dibeli di TBB dalam kota tersebut, pengusaha
TBB membuat faktur pembelian. Selanjutnya pejabat Pabean yang
mengawasi TBB melakukan pencatatan pengeluaran berdasarkan faktur
pembelian tersebut yang diterima dari pengusaha TBB.
Bagi tenaga ahli bangsa asing untuk memperoleh kartu kuning
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai
dengan melampirkan surat keterangan penempatan kerja dari sekretariat
Kabinet RI, yang dilegalisir oleh lembaga atau organisasi Internasional
yang bersangkutan dan Foto copy paspor yang bersangkutan.
Terhadap Penumpang yang akan keluar negeri dapat membeli barang
di TBB keberangkatan dengan menunjukkan paspor dan tanda bukti
Penumpang (Boarding Pass). Ia juga boleh melakukan transaksi
pembelian di ruang pamer hanya dengan menunjukkan paspor. Dan
selanjutnya dapat mengambil barang di ruang penyerahan dengan
menunjukkan paspor dan Boarding Pass. Atas pembelian tersebut
pengusaha TBB membuat faktur pembelian.
Demikian juga terhadap orang yang baru tiba dari luar negeri, dapat
membeli barang di TBB dengan menunjukkan paspor dan Boarding Pass.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

281

Teknik Kepabeanan
Pemasukan dan Pengeluaran ke/dari TBB
Barang yang ditimbun dan akan dijual di Toko Bebas Bea bisa berasal
dari impor maupun dari dalam negeri. Pemasukan barang impor ke TBB
dapat dilakukan dari tempat Penimbunan. Sementara, Gudang Berikat
atau TBB lainnya dengan menggunakan dokumen pemberitahuan
pemasukkan barang dari DPIL ke TBB (bentuk formulir PPB-1). Terhadap
barang-barang yang dimasukkan ke TBB yang berasal dari barang impor
dilakukan pemeriksaan Pabean.
Pengeluaran barang impor yang berasal dari TBB selain untuk tujuan
penjualan kepada orang yang berhak, dapat dilakukan untuk tujuan :
-

Ditimbun di TBB lainnya dengan menggunakan formulir BC 2.7,

Diekspor kembali dengan menggunakan Pemberitahuan Ekspor


Barang (PEB) dan harus diangkut langsung ke pelabuhan muat.
Pengeluaran BKP asal Daerah Pabean dari TBB ke DPIL dikenakan

PPN dan PPnBM dan dilakukan dengan pemberitahuan pengeluaran


barang dari TBB ke DPIL (formulir PPB-2)
Tata cara pemasukan dan pengeluaran BKC asal Daerah Pabean ke
dan dari TBB diberlakukan sesuai ketentuan di bidang cukai, mengingat
bahwa pengangkutan barang kena cukai (etil alkohol, minuman
mengandung etil alkohol dan hasil tembakau) harus dilindungi dengan
dokumen cukai.
Barang yang berada dalam Toko Bebas Bea, jika akan dilakukan
pemindahan dari satu ruangan ke ruangan lainnya harus diberitahukan ke
Bea

Cukai

yang

mengawasi

dengan

dokumen

pemberitahuan

pemindahan barang. Pemindahan barang yang harus diberitahukan


adalah :
-

Dari gudang pemindahan ke ruang penjualan/ruang pamer, dan


sebaliknya.

Dari ruang pamer ke ruang penyerahan atau sebaliknya.


Jika pemindahan barang berada dalam pengawasan kantor Pabean

yang berbeda, maka atas pengangkutannya dilakukan penyegelan atau


pengawalan oleh Pabean.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

282

Teknik Kepabeanan
Pengawasan
Pengawasan merupakan upaya terhadap penerima fasilitas untuk patuh
pada ketentuan Pabean. Untuk pengamanan hak keuangan negara dan
menjamin dipenuhinya ketentuan-ketentuan Kepabeanan dan cukai yang
berlaku, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas
pembukuan, catatan, dan dokumen PTBB serta pencacahan sediaan
barang.
PTBB bertanggung jawab atas pelunasan BM, Cukai dan Pajak dalam
rangka impor yang terutang dan sanksi administrasi berupa denda
sebesar 100% dari bea masuk yang terutang apabila dari hasil audit
ditemukan adanya selisih kurang atas jenis dan/atau jumlah barang yang
seharusnya ada atau ditemukan adanya ketidak sesuaian dengan tujuan
penggunaan.
Kewajiban dan larangan
Dalam mengusahakan TBB, pengusaha Toko Bebas Bea wajib
melakukan hal-hal sebagai berikut :
-

Menyimpan, mengatur dan menatausahakan barang yang ditimbun di


dalam TBB secara tertib.

Menyelenggarakan

pembukuan

mengenai

pemasukan

dan

pengeluaran barang ke dan dari TBB serta pemindahan barang dalam


TBB sesuai Standar Akuntansi Keuangan.
-

Menyimpan dan memelihara dengan baik pada tempat usahanya


buku, catatan serta dokumen yang berkaitan dengan kegiatan
usahanya dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun.

Membuat laporan bulanan tentang pemasukan barang, pemindahan


barang, pengeluaran barang dan persediaan barang di TBB dan
mengirimkannya kepada Kepala Kantor Pabean selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan berikutnya.

Menyerahkan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan TBB apabila


dilakukan audit oleh pejabat Bea dan Cukai.

Menyediakan ruang dan sarana kerja bagi petugas Bea dan Cukai.

Mencatat data pembelian barang di TBB.

Memasang papan nama perusahaan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

283

Teknik Kepabeanan
-

Memasang pemberitahuan di tempat yang dapat dilihat dan cukup


jelas mengenai pembebasan dalam nilai tertentu terhadap barang
yang dijual khusus di TBB Kedatangan/Keberangkatan.

BKC yang dijual di TBB wajib dilekati label Duty and Excise not paid
pada saat akan dikeluarkan dari gudang penimbunan. Desain,
penyediaan, pemesanan dan pelekatan label dimaksud ditetapkan
Direktur Cukai.
TBB dilarang menjual barang selain dari pada jenis barang yang

tercantum dalam persetujuan pengusaha TBB. Jika akan menjual jenis


barang lain maka hal tersebut harus dimintakan izin terlebih dahulu, tentu
saja TBB juga dilarang menjual barang kepada orang yang tidak berhak.
Barang rusak dan/atau busuk
Dalam hal barang impor yang berada dalam TBB rusak dan/atau busuk,
PTBB wajib mengekspor kembali dan/atau dimusnahkan dibawah
pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Disamping itu dapat juga
dengan dikenakan pungutan Bea masuk, PPN, PPnBM, Cukai dan PPh
pasal 22 sesuai harga penyerahan.
Dalam hal barang asal Daerah Pabean yang berada di TBB rusak
dan/atau busuk, PTBB wajib memusnahkannya dibawah pengawasan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atau dikeluarkan ke DPIL dengan
dikenakan PPN dan PPnBM sesuai harga penyerahan.
Pembekuan dan Pencabutan
Dalam hal hasil audit di bidang Kepabeanan dan cukai menunjukkan
adanya pelanggaran atas ketentuan Kepabeanan dan cukai yang
mengakibatkan kerugian hak keuangan negara, Direktur Jenderal Bea
dan Cukai atas nama Menteri Keuangan dapat membekukan persetujuan
PTBB. Pembekuan persetujuan juga dapat dilakukan dalam hal TBB :
Berada dibawah pengawasan curator sehubungan dengan utangnya,
atau
Menunjukkan ketidak mampuan dalam penyelenggaraan TBB.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

284

Teknik Kepabeanan
Pembekuan persetujuan TBB tersebut di atas dapat diubah menjadi
pencabutan bilamana PTBB :
Tidak mampu melunasi utangnya dalam jangka waktu yang ditetapkan,
atau
Tidak mampu mengusahakan TBB.
Persetujuan TBB yang dibekukan tersebut dapat diberlakukan
kembali apabila pengusaha TBB telah melunasi utang atau mampu
kembali mengusahakan TBB.
Persetujuan PTBB dapat dicabut oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai dalam hal PTBB :
- Dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut selama berlakunya izin
tidak melakukan kegiatan.
- Dinyatakan pailit oleh pengadilan.
- Bertindak tidak jujur dalam usahanya, atau
- Mengajukan permohonan pencabutan.
Barang impor yang masih tersisa pada TBB yang telah dicabut
persetujuan pengusahanya, dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak
tanggal pencabutannya harus :
- Diekspor kembali;
- Dipindahkan ke TBB lain;
- Dikeluarkan ke DPIL dengan membayar BM, Cukai dan Pajak dalam
rangka impor; atau
- Dimusnahkan dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
Barang asal Daerah Pabean yang masih tersisa pada TBB yang telah
dicabut persetujuan pengusahaannya, dalam jangka waktu 30 hari
terhitung sejak tanggal pencabutan harus ;
- Dipindahkan ke TBB lain;
- Dikeluarkan ke DPIL dengan membayar PPN an PPnBM; atau
- Dimusnahkan dibawah

pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai.
Dalam hal PTBB tidak memenuhi kewajibannya dalam waktu yang
ditetapkan, barang impor yang bersangkutan dinyatakan sebagai barang

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

285

Teknik Kepabeanan
tidak dikuasai, dan selanjutnya dapat dilelang sesuai ketentuan yang
berlaku.
Dalam hal barang impor dikeluarkan ke dalam daerah Pabean
(peredaran bebas) maka harus dibuat dokumen impor (PIB) dan di bayar
Bea masuk dan pajak impornya, Oleh karena barang impor yang ditimbun
di TBB ditangguhkan Bea masuknya dan jika dikeluarkan dari TBB harus
dibayar bea masuknya, namun tanpa harus dikenakan denda karena
tidak ada ketentuan fasilitas yang dilanggar.
Sedangkan

atas

barang

asal

dalam

negeri

yang

sewaktu

pemasukannya ke TBB tidak dipungut PPN dan PPnBM, maka pada


pengeluarannya ke peredaran bebas didalam negeri di pungut PPN/
PPnBM oleh karena pajak tersebut merupakan pajak tidak langsung yang
dikeluarkan terhadap pembeli didalam negeri.
Dalam

rangka

upaya

pemerintah

mendorong

pertumbuhan

perekonomian dan perdagangan, sektor industri non migas perlu


mendapat perhatian yang serius.

Pada era globalisasi perdagangan

dunia yang semakin terbuka persaingan untuk mendapatkan peluang


pasar menjadi amat ketat. Segala cara dan upaya dilakukan untuk dapat
menjual produk dalam negeri ke luar negeri agar dapat meningkatkan
ekspor. Tentu saja dengan cara-cara yang masih bisa di tolelir dalam
pergaulan / kesepakatan Internasional.
Untuk itu disamping efisiensi proses produksi, yang tidak kalah
pentingnya adalah tersedianya sarana promosi/pengenalan produk yang
memadai untuk mendukung pemasaran hasil-hasil produksi dalam negeri.
Saran

promosi

tersebut

antara

lain

dilakukan

dengan

cara

penyelenggaraan pameran dagang yang bersifat Internasional, dimana


dapat digunakan untuk pengenalan produk dan merintis
dagang atas produk
fasilitas

Entrepot

memperkenalkan
pemasaran.

hubungan

yang di pamerkan. Dengan demikian adanya


Untuk

produk

Disamping

tujuan
dalam

itu

juga

pameran
negeri

diharapkan

dapat

dan

dapat

mendukung

diharapkan

dapat

mendukung

perkembangan industri dalam negeri dengan cara efisiensi dan


produktivitas perusahaan dengan adanya mesin-mesin modern dari luar
negeri.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

286

Teknik Kepabeanan
iv) Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat.
Pengertian
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat yang juga dikenal sebagai
Entrepot Tujuan Pameran (ETP) adalah suatu bangunan atau kawasan
dengan batas-batas tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha
penyelenggaraan pameran barang hasil industri

asal impor dan/atau

barang hasil industri dari dalam Daerah Pabean yang penyelenggaranya


bersifat Internasional.
Penetapan suatu bangunan atau kawasan sebagai TPPB/ETP dan
persetujuan sebagai PETP diberikan oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai atas nama Menteri Keuangan kepada perusahaan berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) yang khusus dibentuk untuk itu atau koperasi.
Sebagai tempat yang digunakan untuk tujuan pameran,TPPB/ETP
harus mempunyai :
Tempat Penimbunan, yaitu gudang dan/atau lapangan penimbunan
di TPPB/ETP yang dipergunakan untuk menyimpan barang hasil
impor yang akan dipamerkan dan/atau yang akan diekspor kembali
setelah selesainya penyelenggaraan suatu pameran.
Tempat Pameran, yaitu tempat yang dimiliki Pengusaha TPPB/ETP
yang berlokasi didalam area TPPB/ETP yang khusus digunakan
untuk memamerkan barang.
Ruang Pemeriksaan, yaitu tempat yang dimiliki PETP yang berada
didalam tempat penimbunan untuk melakukan pemeriksaan barang.
Ruang kerja petugas Bea dan Cukai, yaitu ruangan yang disediakan
oleh PETP yang dipergunakan untuk pejabat Bea dan Cukai dalam
rangka pengawasan.
Selain

untuk

memudahkan

kegiatan

tempat

penyelenggaraan

pamearan dan melaksanakan fungsi pengawasan Pabean, maka atas


tempat penimbunan di ETP harus memenuhi persyaratan fisik :
-

Dapat langsung dimasuki dari jalan umum dan dapat dilalui oleh
kendaraan pengangkut barang.

Tidak boleh secara langsung berhubungan dengan bangunan lain.

Mempunyai fasilitas system satu pintu.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

287

Teknik Kepabeanan
-

Memasang papan nama yang dapat dibaca dan nampak jelas.


Penetapan suatu bangunan atau kawasan sebagai Entrepot yang

akan digunakan khusus untuk pameran Internasional dan persetujuan


sebagai penyelenggara Entrepot tersebut, diberikan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (atas nama Menteri Keuangan).
Permohonan persetujuan sebagai penyelenggara TPPB/ETP dapat
diajukan baik sebelum bangunan Entrepot berdiri maupun setelah fisik
bangunan berdiri, dengan melampirkan dokumen terkait, antara lain surat
bukti kepemilikan/penguasaan bangunan, izin usaha/akte pendirian
perusahaan, peta lokasi, rencana terletak bangunan. terhadap Entrepot
yang fisik bangunannya telah berdiri disertai berita acara pemeriksaan
lokasi yang dibuat oleh kepala kantor Pabean yang mengawasi Entrepot
dimaksud.
Persetujaun

atau

penolakan

izin

penyelenggaraan

TPPB/ETP

diberikan dalam jangka waktu tiga puluh hari. Jika permohonan disetujui
maka penyelenggara TPPB/ETP harus mempertaruhkan jaminan yang
jenis garansi (Bank Garansi, Customs Band atau jaminan tertulis) dan
besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Persetujuan Pemberian Fasilitas
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri memberikan
persetujuan pemberian fasilitas Pabean cukai dan perpajakan atas impor
barang untuk kepentingan penyelenggaraan pameran Internasional
kepada Penyelenggara TPPB/ETP untuk pameran-pameran yang akan
diselenggarakan dalam tahun yang bersangkutan. Untuk memperoleh
persetujuan

tersebut,

permohonan

kepada

Penyelenggara
Direktur

Jenderal

TPPB/ETP
Bea

dan

mengajukan
Cukai

dengan

melampirkan :

Foto kopi persetujuan TPBB/ETP;

Foto kopi rekomendasi berupa izin penyelenggaraan pameran


tahunan dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan;

Judul,

Jadwal

dan

Pelaksanaan

pameran

yang

akan

menyelenggarakan pameran dalam periode 1 Januari sampai


dengan 31 Desember.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

288

Teknik Kepabeanan
Dalam permohonan tersebut disampaikan juga peserta/calon peserta
yang akan ikut pameran dan daftar barang-barang yang akan
dipamerkan, termasuk juga barang-barang yang akan dimasukkan ke
Entrepot sebagai sarana/prasarana pameran. Barang-barang yang
dimintakan fasilitas tersebut berasal dari impor, sedangkan barang produk
dalam negeri tidak perlu diberi fasilitas bea masuk/pajak, karena memang
tidak terhitung bea masuk/pajak.
Penggolongan barang pameran
Barang-barang yang dimasukkan ke TPPB tidak semata-mata untuk
pameran saja, namun juga untuk keperluan lain yang ada kaitannya
dengan pameran.
Golongan A, barang pameran yang direncanakan akan diekspor
kembali; misalnya mesin, mobil, atau produk lainnya.
Golongan B, barang cetakan untuk keperluan promosi seperti
pamflet.
Golongan C, barang untuk keperluan stand pameran seperti
dekorasi,

poster

dan

photo,

untuk

dapat

memberikan

penjelasan/informasi kepada pengunjung pameran, serta untuk


menarik perhatian.
Golongan D, barang untuk keperluan reklame atau souvenir yang
diberikan secara cuma-cuma seperti fulpen, korek api, dompet yang
telah dibubuhi tulisan/logo dari pabrik pembuatnya atau peserta
pameran.
Golongan E, barang atau bahan yang habis dipakai untuk
melakukan peragaan, demonstrasi atau percobaan mesin-mesin;
misalnya ubi/kentang yang digunakan untuk demo mesin potong.
Golongan F, makanan dan minuman yang habis dipakai untuk
kegiatan pembukaan dan penutupan pameran, yang jumlahnya
sesuai kebutuhan.
Golongan G, barang pameran yang akan dijual. Penjualan barang
yang di pamerkan harus dengan izin/persetujuan dari Departemen
Perindustrian.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

289

Teknik Kepabeanan
Fasilitas
Terhadap barang yang dimasukkan di TPPB berdasarkan penggolongan
barang tersebut di atas, diberikan fasilitas Pabean.

Barang modal dan/atau peralatan untuk pembangunan konstruksi


TPPB/ETP dengan mendapat fasilitas penangguhan BM tidak
dipungut PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 Impor berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal atas nama Menteri. Disamping barang
untuk pembangunan Entrepot, juga peralatan dan sarananya seperti
meja kursi, AC, dan sebagainya.

Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat


yang ditunjuk, terhadap pemasukan barang impor untuk keperluan
pameran dapat diberikan fasilitas sebagai berikut :

Penangguhan BM pembebasan Cukai serta tidak dipungut PPN,


PPnBM dan PPh pasal 22 Impor untuk barang pameran golongan
A, barang ini harus di ekspor kembali.

Pembebasan BM, Cukai serta tidak dipungut PPN, PPnBM dan


PPh pasal 22 Impor untuk barang pameran golongan B, dengan
batas jumlah maksimum FOB USD 1,000- untuk setiap peserta
pameran, barang ini untuk keperluan promosi, seperti garasi,
leaflet.

Pembebasan BM, Cukai serta tidak dipungut PPN, PPnBM dan


PPh pasal 22 Impor untuk barang pameran golongan C, dengan
jumlah maksimum FOB USD 1,000- untuk setiap peserta
pameran, barang ini untuk dekorasi stand pameran masingmasing.

Pembebasan BM, Cukai serta tidak dipungut PPN, PPnBM dan


PPh pasal 22 Impor untuk barang pameran golongan D batas
jumlah:
- Untuk 1 (satu) peserta pameran maksimum FOB USD 5,000-,
- Untuk kolektif lebih dari 5 (lima) peserta maksimum FOB USD
25,000-

Barang ini digunakan untuk souvenir yang dibagikan secara gratis


kepada pengunjung pameran.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

290

Teknik Kepabeanan

Pembebasan BM, Cukai serta tidak dipungut PPN, PPnBM dan


PPh pasal 22 Impor untuk barang pameran golongan E, yaitu
barang

yang

habis

dipakai

untuk

di

konsumsi

(makanan/minuman).
Sedangkan barang pameran yang diizinkan di jual (barang pameran
golongan G) apabila terjual maka harus dibayar bea masuk dan pajak
dalam rangka impor, tetapi jika tidak terjual, atas barang tersebut harus di
re ekspor (di ekspor kembali ke luar negeri).
Untuk penyelenggaraan pameran yang diselenggarakan di luar
TPPB/ETP, sebelum pelaksanaan pameran wajib dipertaruhkan jaminan
yang dapat berupa jaminan tunai, jaminan Bank, customs bond, atau
Surat Sanggup Bayar(SSB).
Pada prinsipnya pameran yang diselenggarakan melalui fasilitas
Entrepot, tujuan pameran harus diselenggarakan pada Entrepot yang
telah mendapat izin. Namun jika diperlukan adanya pameran di tempat
atau di kota lain, mengingat peserta sudah jauh-jauh datang dari luar
negeri dan untuk kepentingan promosi produk dalam negeri, dapat
diizinkan di tempat lain.
Kewajiban dan Larangan
Dalam rangka pemberian fasilitas Entrepot untuk penyelenggaraan
pameran, pengusaha TPPB/ETP juga harus memenuhi ketentuan yang
dipersyaratkan. Kewajiban dimaksud meliputi:

Mempertaruhkan jaminan yang besarnya ditetapkan oleh Direktur


Jenderal Bea dan Cukai; dengan mempertimbangkan jumlah dan
jenis serta harga barang yang akan dipamerkan.

Menyediakan ruangan dan sarana kerja bagi petugas Bea dan Cukai;
hal ini untuk mempermudah pelayanan sekaligus pengawasan
Pabean bagi penyelenggaraan pameran.

Menyimpan, mengatur dan menatausahakan barang yang ditimbun


didalam tempat Penimbunan secara tertib.

Menyelenggarakan pembukuan tentang pemasukan dan pengeluaran


barang ke dan dari tempat Penimbunan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

291

Teknik Kepabeanan

Menyimpan dan memelihara dengan baik pada tempat usahanya


buku dan catatan serta dokumen yang berkaitan dengan kegiatan
usahanya dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun.

Menyerahkan

dokumen

berkaitan kegiatan TPPB/ETP apabila

dilakukan audit oleh Pejabat Bea dan Cukai.

Membuat laporan bulanan tentang pemasukan dan pengeluaran


barang serta sediaan barang di Tempat Penimbunan.

Memasang papan nama TPPB/ETP.

Memasukkan barang impor Golongan A dan Golongan G setelah


selesai dipamerkan ke Tempat Penimbunan.

Memasukkan barang impor Golongan C yang didatangkan untuk


diekspor kembali setelah selesai dipamerkan ke Tempat Penimbunan.

Mengekspor kembali barang-barang pameran setelah penutupan


pameran.
Bertanggung jawab terhadap BM, Cukai, PPN, PPnBM dan PPh pasal

22 Impor yang terutang atas barang impor keperluan pameran yang tidak
diekspor kembali.
Terlepas dari fungsi penggolongan barang yang ada dalam
TPPB/ETP, barang-barang yang dipamerkan digunakan sesuai tujuan.
Penyelenggara

dan/atau

Peserta

pameran

dilarang

melakukan

perubahan atas penggunaan barang impor untuk keperluan pameran


tanpa persetujuan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Terhadap barangbarang yang tujuannya untuk di pamerkan, tidak boleh digunakan untuk
tujuan lain.
Tanggung jawab Penyelenggara TPPB/ETP
Barang pameran yang harus di re ekspor tidak boleh dijual tanpa izin.
Penyalahgunakan

barang

pameran

berakibat

sangsi

administrasi.

Penyelenggara bertanggung jawab atas pelunasan BM, Cukai, PPN,


PPnBM, PPh pasal 22 impor yang terutang dan/atau denda administrasi
atas barang yang dimasukkan untuk keperluan pameran ke TPPB/ETP.
Pengusaha TPPB/ETP dibebaskan dari tanggung jawab tersebut dalam
hal barang yang berada di TPPB/ETP :

Musnah tanpa sengaja ; misalnya terjadi kebakaran dan sebagainya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

292

Teknik Kepabeanan

Telah di ekspor kembali ; dengan sepengetahuan Pabean.

Dimasukkan ke TPPB/ETP lainnya; yang akan digunakan untuk


penyelenggaraan pameran.

Dipindahkan ke tempat Penimbunan Pabean ; misalnya karena telah


lewat jangka waktu tertentu (30 hari) tidak diselesaikan oleh yang
bersangkutan dianggap sebagai barang tidak dikuasai.

Dimasukkan kembali ke KB, bagi barang yang berasal dari kawasan


Berikat.

Pemasukan barang ke TPPB/ETP


Untuk kepentingan penyelenggaraan pameran, barang impor terkait tidak
harus datang langsung dari luar negeri. Pemasukan barang impor ke
TPPB/TP, Golongan A sampai dengan Golongan G dapat dilakukan dari :

Tempat Penimbunan Sementara (TPS); yang biasanya berada di


kawasan Pabean (pelabuhan).

Gudang Berikat (GB); karena gudang Berikat tempat menimbun


barang impor.

Kawasan Berikat (KB), dengan catatan barang wajib dimasukkan


kembali ke KB asal setelah berakhirnya pelaksanaan pameran.

TPPB/ETP lainnya, misalnya karena barang eks pameran, akan


dipamerkan lagi di Entrepot lain.
Pemasukan barang-barang tersebut di atas dilakukan dengan

menyampaikan dokumen BC 2.3 dilampiri Bill of Lading/Airway Bill


dengan mencantumkan uraian jenis barang, jumlah harga dan golongan
barang berikut nilai Pabeannya secara rinci dan benar serta dilakukan
pemeriksaan

Pabean dan

penetapan golongan

barang

pameran

(exhibition goods, decoration material, souvenir, sales promotion goods,


advertising material). Hal ini berguna untuk penyelesaian barang setelah
pameran berakhir dan pertanggung jawabannya.
Pengeluaran barang dari TPPB/ETP
Barang pameran dimasukkan kedalam daerah Pabean semata-mata
untuk di pamerkan. Setelah selesai pameran, barang harus dikeluarkan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

293

Teknik Kepabeanan
dari TPPB/ETP. Pengeluaran barang impor keperluan pameran yang
telah selesai di pamerkan dapat dilaksanakan dengan menggunakan :

Formulir BC 2.7 apabila dikeluarkan dari TPPB ke KB atau TPPB


lainnya.

Menggunakan PIB dengan melunasi BM, Cukai, dan Pajak dalam


rangka

impor

sesuai

ketentuan

impor

yang

berlaku

setelah

mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal Bea dan Cukai, apabila


dikeluarkan dari TPPB untuk tujuan DPIL.

Menggunakan formulir BC 2.3 dan formulir PEB (BC 3.0) apabila


dikeluarkan dari TPPB/ETP untuk tujuan diekspor kembali.
Setelah selesai pameran, barang dimasukkan ke ruang penimbunan.

Atas

pengeluaran

barang-barang

tersebut

dilakukan

pemeriksaan

Pabean, pemeriksaan catatan maupun fisik barang.


Untuk barang asal impor yang tidak terjual atau tidak habis di pakai,
maka pengusaha TPPB/ETP wajib mengekspor kembali ke luar negeri.
Dalam hal ini dikeluarkan ke daerah Pabean Indonesia (peredaran bebas
di Indonesia), maka bila masuk Cukai dan Pajak impornya harus dilunasi,
sepanjang atas barang tersebut telah dipenuhi ketentuan tata laksana
Kepabeanan di bidang impor, dengan mengajukan permohonan ke
Pabean. Akan tetapi jika karena suatu hal barang eks pemeran tersebut
tidak akan di re ekspor dan tidak mendapat izin penjualan di dalam
negeri, barang tersebut dapat dimusnahkan dibawah pengawasan
Pabean.
Audit terhadap TPPB/ETP.
Audit adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan buku, catatan dan
dokumen serta sediaan barang dalam rangka pengawasan ketentuan
Pabean. Untuk pengamanan hak keuangan negara dan menjamin
dipenuhinya ketentuan-ketentuan Kepabeanan dan cukai yang berlaku,
Direktur Jenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas pembukuan,
catatan dan dokumen TPPB yang berkaitan dengan pemasukan dan
pengeluaran

barang

ke

dan

dari

TPPB/ETP,

pemindahan

dan

penggunaan barang dalam TPPB/ETP serta pemecahan sediaan barang.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

294

Teknik Kepabeanan
Apabila hasil audit kedapatan selisih lebih jumlah dan/atau jenis
barang maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai ketentuan yang
berlaku. Dalam hal hasil audit Kepabeanan menunjukkan terjadinya
pelanggaran atas ketentuan Kepabeanan sehingga mengakibatkan
kerugian hak keuangan negara, Direktur Jenderal dapat membekukan
persetujuan TPPB atas nama Menteri.
Sanksi terhadap Penyelenggara TPPB/ETP
Sanksi merupakan konsekuensi ketentuan yang dilanggar terhadap
barang pameran yang tidak diselesaikan dalam jangka waktu 30 hari
sejak pameran berakhir, dinyatakan sebagai barang tidak dikuasai. Jika
masih juga tidak diselesaikan dalam waktu 30 hari sejak dinyatakan
sebagai barang tidak dikuasai, maka barang tersebut dinyatakan dikuasai
oleh negara.
Apabila dari hasil audit ditemukan adanya selisih kurang jumlah
dan/atau jenis barang

yang

seharusnya

ada,

dikenakan sanksi

administrasi berupa denda sebesar 100% dari BM yang terutang,


disamping yang bersangkutan tetap wajib melunasi Bea masuk dan Pajak
impor atas barang yang telah dikeluarkan tersebut.
Kelebihan Jumlah Barang.
Terhadap barang impor golongan G (barang yang diizinkan dijual) yang
terjual dan atas kelebihan jumlah pembebasan yang diperuntukkan bagi
setiap barang Golongan B, C dan D, wajib dilunasi BM, Cukai dan Pajak
dalam rangka impor, atas kelebihan batas jumlah maksimum FOB USD
1,000- yang ditujukan untuk diekspor kembali.
Terhadap barang impor Golongan C yang nyata didatangkan untuk
diekspor kembali, tidak diberikan batasan jumlah maksimum, dengan
ketentuan harus di pertaruhkan jaminan berupa Surat Sanggup Bayar
(SBB).

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

295

Teknik Kepabeanan
Barang rusak dan/atau busuk
Kadang-kadang barang yang di pamerkan karena satu dan lain hal
menjadi rusak dan tidak di re ekspor. Dalam hal barang pameran rusak
atau busuk, Penyelenggara wajib :

Mengekspor kembali/mengirim kembali barang ke luar negeri.

Memusnahkan

dibawah

pengawasan

Kepala

Pabean

yang

mengawasi dan untuk itu dibuatkan berita acara pemusnahan sebagai


bukti antentik bahwa barang telah dimusnahkan, sehingga tanggung
jawab penyelenggara atas barang tersebut selesai.

Dikeluarkan ke DPIL berdasarkan harga penyerahan, dalam hal


barang tersebut laku dijual, oleh karena itu bea masuknya tetap harus
dibayar.
Atas barang pameran yang tidak rusak pada prinsipnya harus di re

ekspor atau dimasukkan ke TPPB/ETP lain atau dimasukkan kembali ke


kawasan Berikat, atau di keluarkan ke DPIL.
Dalam hal ini barang pameran tidak terjual dan/atau tidak habis
dipakai, Penyelenggara wajib :

Mengekspor kembali.

Memusnahkan dibawah pengawasan Kepala Kantor Pabean yang


mengawasi.

Dikeluarkan ke DPIL dengan melunasi BM, Cukai, PPN, PPnBM dan


PPh pasal 22 impor sepanjang telah memenuhi ketentuan tata
laksana.
Kepabeanan di bidang impor dan cukai dengan mengajukan

permohonan ke Direktur Jenderal Bea dan Cukai.


Pembekuan dan Pencabutan
Pencabutan izin penyelenggaraan TPPB/ETP merupakan salah satu
sanksi atas pelanggaran ketentuan yang di persyaratkan atau bisa juga
karena kondisi dan keadaan TPPB/ETP yang bersangkutan.
Pembekuan persetujuan TPPB/ETP dapat dilakukan karena :
o Hasil audit Kepabeanan menunjukkan terjadinya pelanggaran atas
ketentuan Kepabeanan sehingga mengakibatkan kerugian hak
keuangan negara.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

296

Teknik Kepabeanan
o TPPB berada dalam pengawasan ourator sehubungan dengan
utangnya.
o TPPB menunjukkan ketidak mampuan dalam penyelenggaraan
TPPB/ETP.
Pembekuan tersebut di atas dapat diubah menjadi pencabutan
bilamana Penyelenggara tidak mampu melunasi utangnya dalam jangka
waktu yang ditetapkan atau tidak mampu lagi mengusahakan TPPB/ETP.
Dalam hal hutang telah dilunasi atau yang bersangkutan sudah mampu
lagi menyelenggarakan TPPB/ETP, maka yang bersangkutan diizinkan
kembali beroperasi.
Persetujuan TPPB/ETP dapat dicabut oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai atas nama Menteri Keuangan, apabila TPPBETP :

Dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut selama berlakunya izin


tidak melakukan kegiatan.

Dinyatakan pailit oleh Pengadilan.

Bertindak tidak jujur dalam usahanya, atau

Mengajukan permohonan pencabutan.


Apabila Penyelenggara yang telah memiliki persetujuan prinsip

sebagai PETP namun selama 6 (enam) bulan belum memulai


pembangunan atau belum menyelesaikan fisik bangunan dalam jangka
waktu 24 bulan, Direktur Jenderal atas nama Menteri dapat mencabut
persetujuan PETP.
Barang impor yang masih tersisa pada TPPB/ETP yang telah dicabut
persetujuan usahanya, dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak
tanggal pencabutannya harus:

Diekspor kembali.

Dipindah tangankan kepada TPPB/ETP lain.

Dikeluarkan ke DPIL dengan membayar BM, Cukai, dan Pajak dalam


rangka impor atau,

Dimusnahkan dibawah pengawasan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.


Dalam hal PETP tidak memenuhi kewajibannya dalam waktu yang

ditetapkan, barang impor yang bersangkutan dinyatakan sebagai barang


tidak dikuasai dan selanjutnya dapat dilelang sesuai ketentuan yang
berlaku.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

297

Teknik Kepabeanan
Fasilitas yang diberikan pemerintah (dalam hal ini Direktur Jenderal
Bea dan Cukai) untuk membantu dan mendorong terselenggaranya
kegiatan pameran yang bersifat Internasional, antara lain dengan
pemberian fasilitas atas pemasukan (impor) barang pameran yang
bersifat Internasional berupa penangguhan dan pembebasan bea masuk,
Cukai dan Pajak impor tidak dipungut.
Pemberian fasilitas tersebut diberikan terhadap penyelenggara
pameran pada Entrepot tujuan pameran. Dengan demikian pada pameran
yang di datangi peserta dan pengunjung potensial dari luar negeri, barang
produksi Indonesia menjadi dikenal dan terbuka peluang pemasaran ke
luar negeri.
Di lain pihak pemberian fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak
atas barang impor yang di pamerkan tetap menganut asas keadilan,
karena barang tersebut hanya untuk di pamerkan dan kemudian akan di
ekspor kembali ke luar negeri.
Saudara peserta Diklat.
Demikian pembahasan mengenai Tempat Penimbunan Berikat.
Jenis-jenis TPB yang ada sekarang ini berupa KB, GB, TBB dan TPPB.
Sedangkan tempat penimbunan berikat lain seperti Tempat Pelelangan
Berikat dan Tempat Daur Ulang Berikat belum ada.

Peraturan

pelaksanaan tempat penimbunan berikat tersebut sedang dalam proses


pembahasan.

3.2. Latihan

1) Sebutkan dan jelaskan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk


yang diatur dalam pasal 26 Undang-undang nomor 10 tahun 1995.
2) Jelaskan prosedur dan persyaratan pemberian fasilitas pembebasan
maupun keringanan bea masuk terhadap:
a)

Barang kiriman hadiah untuk ibadah umum.

b)

Barang untuk keperluan pengembangan ilmu pengetahuan yang


diimpor oleh Universitas Indonesia.

c)

Barang untuk keperluan penyandang cacat.

d)

Barang contoh.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

298

Teknik Kepabeanan
e)

Barang pindahan.

f)

Peralatan dan bahan untuk mencegah pencemaran lingkungan.

g)

Bibit dan benih untuk industri pertanian.

h)

Mesin untuk pembangunan industri.

3) Jelaskan

pengertian impor sementara, dan syarat-syarat yang harus

dipenuhi untuk mendapatkan fasilitas impor sementara.


4) Seorang importir mengimpor mesin beserta kelengkapannya untuk
keperluan proyek untuk penggunaan sementara di Indonesia, dengan data
sbb.:
-

Harga CIF USD : 300.000,-

Jangka waktu izin impor sementara 12 bulan (tht.tgl. 12-03-2009 s.d.


11-04-2009)

BM : 5%, PPN : 10% , PPh.psl.22 : 2.5%

NDPBM : USD 1,- = Rp 11.000,-

Hitung besarnya bea masuk dan pajak dalam rangka impor serta besarnya
jaminan yang wajib di pertaruhkan.
5) Jelaskan

mengapa

pemerintah

memberikan

fasilitas

Bea

Masuk

ditanggung pemerintah. Apa dasar pemberian fasilitas tersebut.


6) Tempat

penimbunan

berikat

yang

diatur

dalam

Undang-undang

Kepabeanan merupakan bangunan, tempat atau kawasan yang digunakan


untuk menimbun, mengolah, memamerkan atau menyediakan barang
untuk dijual, dengan mendapatkan perlakuan khusus bidang kepabeanan,
cukai dan perpajakan.

Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis tempat

penimbunan berikat sesuai fungsinya.


7) Sebutkan dan jelaskan fasilitas kepabeanan dan perpajakan yang
diberikan kepada perusahaan pemakai fasilitas Kawasan Berikat.
8) Sebutkan dan jelaskan fasilitas kepabeanan dan perpajakan

yang

diberikan kepada perusahan pemakai fasilitas Gudang Berikat.


9) Dimana saja toko bebas bea ( duty free shop ) boleh didirikan ( jenis-jenis
toko bebas bea ), dan bagaimana tatacara pengajuan/persyaratan untuk
mendirikan toko bebas bea.
10) Barang-barang yang dimasukkan ke entrepot tujuan pameran tidak
semata-mata untuk tujuan pameran saja, namun juga untuk tujuan lain
yang ada kaitannya dengan pameran yang akan diselenggarakan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

299

Teknik Kepabeanan
Sebutkan dan jelaskan penggolongan barang yang dapat ditimbun di
TPPB/ETP.
3.3. Rangkuman

1) Pada prinsipnya barang yang datang dari luar daerah pabean sejak
memasuki batas daerah pabean sudah terhutang bea masuk. Dalam hal
barang dimaksud tidak diimpor untuk dipakai, maka atas barang tersebut
tidak dipungut bea masuk. Dalam pasal 24 Undang-undang Nomor 17
Tahun 2006 jo. Nomor 10 Tahun 1995 disebutkan bahwa barang yang
dimasukkan kedalam daerah pabean untuk diangkut terus atau diangkut
lanjut ke luar daerah pabean tidak dipungut bea masuk.
2) Fasilitas pembebasan bea masuk merupakan peniadaan pembayaran
bea masuk. Fasilitas keringanan bea masuk merupakan pengurangan
pembebasan bea masuk. Fasilitas pembebasan bea masuk yang diatur
dalam pasal 25 Undang-undang Kepabeanan bersifat mutlak, artinya
jika persyaratan yang diatur dalam pasal tersebut dipenuhi, barang
tersebut diberikan pembebasan bea masuk. Sebagai contoh terhadap
barang pindahan

dari luar negeri apabila importasinya memenuhi

kriteria sebagai barang pindahan, maka diberikan pembebasan bea


masuk.

Fasilitas pembebasan seperti ini bersifat universal dan

diperlakukan juga di negara lain.


3) Fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk sebagaimana diatur
dalam pasal 26 Undang-undang Kepabeanan bersifat relatif, artinya
pemberian pembebasan maupun keringanan bea masuk didasari pada
beberapa persyaratan dan tujuan tertentu sesuai kebijakan pemerintah
waktu itu. Sebagai contoh atas importasi mesin dan barang atau bahan
untuk industri baru diberikan keringanan bea masuk sehingga tarif
akhirnya menjadi 5%. Hal ini diberikan dalam rangka untuk mendorong
tumbuhnya industri di dalam negeri.

Pada prosedur pengajuan

dokumen impornya dilengkapi dengan bukti atau rekomendasi dari


instansi terkait disamping dokumen pelengkap pabean lainnya.
4) Barang-barang yang telah mendapat pemberian fasilitas pembebasan
atau keringanan bea masuk harus tetap digunakan sesuai tujuan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

300

Teknik Kepabeanan
pengimporannya.

Penyalahgunaan atas barang yang telah diberikan

pembebasan atau keringanan bea masuk jika mengakibatkan kerugian


pada penerimaam negara, dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar seratus prosen dari bea masuk yang seharusnya dibayar, dan
pemberian fasilitas tersebut menjadi batal.
5) Atas importasi barang impor sementara dapat diberikan
pembebasan atau keringanan bea masuk.

fasilitas

Pada prinsipnya barang

impor sementara mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk.


Barang impor sementara yang mendapat keringanan bea masuk hanya
terhadap mesin dan peralatan untuk pengerjaan proyek dan atas
importasinya dipungut bea masuk sebesar 2% per bulan dari bea masuk
yang terhutang, serta membayar penuh PPN impor. Atas impor
sementara wajib menyerahkan jaminan sebesar selisih bea masuk
terhutang dan yang telah dibayar, serta menyerahkan jaminan PPh
pasal 22 impor.
6) Tempat penimbunan berikat dalam implementasinya berbentuk sebagai
Kawasan Berikat, Gudang Berikat, Tempat Penyelenggaraan Pameran
Berikat, Toko Bebas Bea ( Duty Free Shops ), Tempat Daur Ulang
Berikat, dan Tempat Lelang Berikat.
7) Kawasan Berikat adalah suatu bangunan, tempat atau kawasan dengan
batas-batas tertentu di kawasan industri ( atau tempat lain yang ditunjuk
), yang di dalamnya dilakukan kegiatan industri pengolahan barang dan
bahan dan kegiatan lainnya
bangun,

perekayasaan,

yang dapat berupa kegiatan rancangrekondisi,

penyortiran,

pemeriksaan

awal/pemeriksaan akhir, pengepakan, atas barang dan bahan asal


impor atau barang dan bahan asaldalam daerah pabean

indonesia

lainnya, yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.


8) Atas

impor

barang

modal

berupa

peralatan

permesinan

dan

perkantoran, diberikan penangguhan bea masukdan tidak dipungut


PPN, PPn.BM dan PPh.pasal 22 impor. Atas impor barang dan bahan
yang akan diolah di KB

juga diberikan pengangguhan bea masuk,

pembebasan cukai, tidak dipungut PPN dan PPh impor. Apabila barang
yang telah diolah tersebut diekspor maka bea masuk dan pajak tidak
dipungut, namun apabila barang tersebut dijual ke dalam negeri ( DPIL )

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

301

Teknik Kepabeanan
maka bea masuk dan pajaknya harus dibayar. Demikian juga atas
pemasukan/penyerahan barang dari DPIL ke KB tidak dipungut PPN
dan PPn.BM dalam negeri.
9) Gudang Berikat merupakan suatu bangunan atau tempat dengan batasbatas tertentu, untuk tujuan penimbunan, pengemasan, pengepakan,
pelabelan, pemotongan, yang fungsinya sebagai pusat distribusi barangbarang asal impor. Dengan demikian di GB tidak boleh dilakukan
kegiatan pengolahan. Di dalam GB juga tidak boleh dimasukkan barang
asal DPIL.
10) Toko bebas bea merupakan salah satu jenis Tempat penimbunan
Berikat. TBB merupakan toko tempat menjual barang dengan mendapat
fasilitas pembebasan bea masuk, cukai dan pajak. TBB hanya dapat
menjual barang kepada orang-orang tertentu seperti anggota Korps
Diplomatik atau orang yang bepergian /orang yang baru tiba dari luar
negeri. Fasilitas TBB diberikan berkaitan denga perlakuan yang lazim
dalam pergaulan internasional.

Barang-barang yang dapat ditimbun di

TBB bukan hanya barang yang berasal dari impor, tetapi juga barang
yang berasal dari dalam negeri ( DPIL ) dapat ditimbun didalamnya.
11) Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat merupakan suatu tempat
untuk melakukan penyelenggaraan pameran barang asal impor dan asal
dalam

negeri

yang penyelenggaraannya bersifat

internasional.

Pemberian fasilitas TPPB/ETP dalam rangka memperkenalkan produk


dalam negeri dan mendukung pemasarannya di luar negeri. Disamping
itu juga dapat mendukung perkembangan industri dalam negeri dengan
cara

efisiensi

dan

produktifitas

perusahaan

mesin/peralatan modern dari luar negeri.

dengan

adanya

Barang-barang yang dapat

dimasukan ke TPPB/ETP terdiri dari tujuh golongan barang sesuai


fungsinya, yang berkaitan dengan penyelenggaraan pameran, seperti
barang pameran yang harus diekspor kembali setelah selesai pameran,
barang promosi seperti famplet, dekorasi, souvenir dan sebagainya yang
tidak perlu diekspor kembali.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

302

Teknik Kepabeanan
3.4. Test formatif 3

I.

Pilih dan berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada
jawaban yang paling tepat!

1.

2.

Kegiatan yang dapat dilakukan di Kawasan Berikat, adalah :


a.

Pameran yang bersifat internasional

b.

Penimbunan dan pengemasan

c.

Pengolahan barang dan bahan

d.

Penjualan

Sebelum memulai kegiatannya PDKB yang telah mendapatkan persetujuan


wajib memberitahukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau
Pejabat yang ditunjuk dalam waktu :

3.

a.

14 hari

b.

7 hari

c.

30 hari

d.

6 bulan

Pemasukan barang modal dan peraltan pabrik serta bahan baku yang akan
digunakan dalam proses produksi mendapatkan fasilitas :

4.

a.

Pembebasan bea masuk dan cukai

b.

Keringanan bea masuk dan cukai

c.

Tidak dipungut bea masuk dan pembebasan cukai

d.

Penangguhan pembayaran bea masuk dan pembebasan cukai

Pengeluaran barang hasil olahan PDKB yang masih memerlukan proses


lebih lanjut dari PDKB ke DPIL hanya dapat dilakukan paling banyak :

5.

a.

100% dari nilai realisasi ekspor atau pengeluaran ke PDKB lainnya

b.

25% dari nilai realisasi ekspor atau pengeluaran ke PDKB lainnya

c.

50% dari nilai realisasi ekspor atau pengeluaran ke PDKB lainnya

d.

75% dari nilai realisasi ekspor atau pengeluaran ke PDKB lainnya

Kegiatan yang dapat disubkontrakan oleh PDKB kepada perusahaan


industri yang berada di KB atau DPIL, adalah :
a.

Pengolahan

b.

Pengepakan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

303

Teknik Kepabeanan

6.

c.

Sortasi

d.

Pengolahan, pengepakan dan sortasi

Jaminan yang diserahkan oleh PDKB yang termasuk didalam daftar putih,
yang akan melakukan pengeluaran barang untuk tujuan sub-kontrak dapat
berupa :

7.

a.

Jaminan tertulis

b.

Customs Bond

c.

Jaminan Bank

d.

Surat Sanggup Bayar

Pekerjaan yang disubkontrakkan oleh PDKB kepada PDKB lain atau


perusahaan industri di DPIL harus deselesaikan dalam waktu selambatlambatnya :

8.

a.

30 hari

b.

12 bulan

c.

6 bulan

d.

60 hari

Mesin dan/atau peralatan pabrik yang akan yang dikeluarkan dari KB dan
akan dengan tujuan dipinjamkan untuk dipergunakan mengerjakan
pekerjaan subkontrak oleh PDKB lain atau perusahaan industri di DPIL,
hanya dapat dipinjamkan untuk jangka waktu selama-lamanya :
a.

60 (enam puluh) hari dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali 60 (enam


puluh) hari

9.

b.

12 bulan dan dapat diperpajang 2 (dua) kali 12 (dua belas) bulan

c.

6 (enam) bulan

d.

12 (dua belas) bulan

Atas pemasukan BKP untuk dioleh lebih lanjut dari DPIL ke PDKB diberikan
fasilitas :
a.

Penangguhan pembayaran Bea Masuk dan tidak dipungut PPN dan


PPnBM

10.

b.

Pembebasan Bea Masuk dan tidak dipungut PPN dan PPnBM

c.

Pembebasan PPN dan PPnBM

d.

Tidak dipungut PPN dan PPnBM

Dasar penghitungan Bea Masuk untuk barang hasil olahan PDKB yang

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

304

Teknik Kepabeanan
dikeluarkan ke PDIL adalah didasarkan pada :
a.

Tariff bahan baku dengan pembebanan yang berlaku pada saat impor
untuk dipakai dan nilai pabean yang terjadi pada saat barang-barang
dimasukkan ke KB

b.

Tariff bahan baku dengan pembebanan yang berlaku pada saat impor
untuk dipakai dan nilai pabean yang terjadi pada saat barang-barang
dikeluarkan dari KB

c.

Tariff barang jadi dengan pembebanan yang berlaku pada saat impor
untuk dipakai dan nilai pabean yang terjadi pada saat barang-barang
dimasukkan ke KB

d.

Tariff bahan baku dengan pembebanan yang berlaku pada saat


barang dimasukkan ke KB dan nilai pabean yang terjadi pada saat
barang-barang dimasukkan ke KB

11.

12.

Salah satu tujuan pembentukan Gudang Berikat adalah sebagai :


a.

Penimbunan barang asal impor

b.

Pengolahan barang asal impor dengan tujuan terutama untuk ekspor

c.

Pameran yang bersifat internasional

d.

Penjualan bang-barang asal impor maupun dari Daerah Pabean

Pemasukan barang impor dari pelabuhan bongkar ke GB dilakukan denan


menggunakan formulir :

13.

a.

PIB

b.

BC.2.3

c.

SPPB

d.

PIBT

Pengeluaran barang impor dari GB dengan tujuan impor untuk dipakai :


a.

Diberikan fasilitas penangguhan pembaaran BM, pembebasan cukai


dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor

b.

Dibebaska dan pembayaran BM, cukai dan pajak dalam rangka impor

c.

Diberikan fasilitas penangguhan pembayaran bea masuk,


pembebasan cukai dan PPN ditanggung pemerintah

d.
14.

Dikenakan bea masuk, cukai dan pajak dalam rangka impor

Dasar penghitungan bea masuk untuk pengeluaran barang dari GB dengan


tujuan untuk dipakai, adalah :

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

305

Teknik Kepabeanan
a.

Tariff BM dan Nilai Pabean yang berlaku pada saat pendaftaran PIB
di Kantor yang mengawasi GB

b.

Tariff BM dan pembebasan yang berlaku pada saat barang


dimasukkan ke GB dan Nilai Pabean berdasarkan transaksi.

c.

Tariff BM yang berlaku pada saat barang dimasukkan ke GB dan


pembebanan pada saat PIB diajukan serta Nilai Pabean pada saat
barang dimasukkan ke GB

d.

Tariff BM dan pembebanan yang berlaku pada saat barang


dimasukkan ke GB dan Nilai Pabean yang berlaku pada saat
pendaftaran PIB

15.

Fungsi Entrepot Tujuan Pameran adalah :


a.

Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran


barang hasil industri asal impor dan/atau barang hasil industri dari
dalam daerah pabean yang penyelenggaraannya bersifat intenasional

b.

Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran


barang hasil industri asal impor yang penyelenggaraannya bersifat
intenasional

c.

Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran


barang hasil industri asal impor dan/atau bahan asal impor untuk
dipamerkan dan penyelenggaraannya bersifat intenasional

d.

Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran


barang hasil industri asal impor dan/atau barang hasil industri dari
dalam daerah pabean yang penyelenggaraannya bersifat intenasional

16.

Entrepot Tujuan Pameran harus mempunyai ruangan-ruangan sebagai


berikut :
a.

Tempat Penimbunan, Tempat Pameran, Ruang pemeriksaan dan


Ruang Kerja Petugas Bea dan Cukai

b.

Tempat Penimbunan, Tempat Penjualan dan Ruang pemeriksaan


dan Ruang Kerja Petugas Bea dan Cukai

c.

Tempat Penimbunan, Tempat Pameran, Ruang penyerahan dan


Ruang Kerja Petugas Bea dan Cukai

d.
17.

Tempat Pameran dan Ruang Kerja Petugas Bea dan Cukai

Fasilitas Kepabeanan untuk ETP diberikan :

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

306

Teknik Kepabeanan
a.

Kepada PETP untuk setiap kali pengimporan

b.

Kepada pelaksana pameran untuk setiap kali pengimporan

c.

Kepada PETP untuk pameran-pameran yang akan diselenggarakan


dalam tahun bersangkutan

d.

Kepada pelaksana pameran untuk pameran-pameran yang akan


diselenggarakan dalam tahun bersangkutan.

18.

19.

Barang pameran Golongan A, adalah barang pameran :


a.

Yang akan dijual

b.

Untuk keperluan stand pameran, misalnya dekorasi, poster dll

c.

Yang habis dipakai akan diekspor kembali

d.

Yang direncanakan akan diekspor kembali

Barang pindahan milik pejabat perwakilan asing yang bertugas di


Indonesia, mendapat fasilitas :

20.

21.

a.

Pembebasan bea masuk

b.

Keringanan bea masuk

c.

Tidak dipungut bea masuk

d.

Penangguhan pembayaran bea masuk

Pejabat perwakilan asing yang bukan merupakan warga Negara asing :


a.

Dapat diberikan fasilitas kepabeanan

b.

Tidak dapat diberikan fasilitas kepabeanan

c.

Wajib diberikan fasilitas kepabeanan

d.

Seharusnya diberikan fasilitas kepabeanan

Kantor perwakilan diplomatic dengan pejabat senior lebih dari 10 orang


dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor kendaraan bermotor
dalam keadaan CBU, paling banyak :

22.

a.

10 unit

b.

5 unit

c.

16 unit

d.

6 unit

Untuk keperluan kantor perwakilan konsuler dengan pejabat lebih dari 5


orang dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor kendaraan
bermotor dalam keadaan CBU, paling banyak :
a.

10 unit

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

307

Teknik Kepabeanan

23.

b.

5 unit

c.

16 unit

d.

6 unit

Keputusan pembebasan bea masuk untuk keperluan kantor perwakilan


diplomatic / konsuler diberikan oleh :

24.

a.

Direktur jendeal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan

b.

Menteri Keuangan

c.

Menteri Luar Negeri

d.

Presiden RI

Permohonan pembebasan bea masuk untuk keperluan kantor perwakilan


diplomatic/konsuler :
a.

Diajukan oleh Departemen Luar Negeri

b.

Diajukan oleh Kepala perwakilan Negara asing atau pejabat yang


ditunjuk setelah mendpat persetujuan Departemen Luar Negeri

c.

Diajukan oleh Kepala Perwakilan asing atau pejabat yang ditunjuk


langsung kepada Menteri Keuangan RI

d.
25.

Secara otomatis diberikan tanpa permohonan

Kendaraan bermotor untuk keperluan kantor perwakilan Negara asing atau


perwakilan

konsuler

dapat

dijual

atau

dipindahtangankan

dengan

ketentuan, telah digunakan :

26.

a.

3 (tiga) tahun

b.

2 (dua) tahun

c.

1 (satu) tahun

d.

4 (empat) tahun

Kendaraan bermotor untuk keperluan Duta Besar atau Kepala Perwakilan


Negara Asing dapat diajual atau dipindahtangankan dengan ketentuan
telah digunakan :

27.

a.

3 (tiga) tahun

b.

2 (dua) tahun

c.

1 (satu) tahun

d.

4 (empat) tahun

Untuk keperluan Kantor Perwakilan Organisasi Internasional dibawah PBB,


diberikan pembebasan BM atas impor kendaraan dalam keadaan CBU

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

308

Teknik Kepabeanan
paling banyak :

28.

29.

a.

3 (tiga) tahun

b.

2 (dua) tahun

c.

1 (satu) tahun

d.

4 (empat) tahun

Nomor Induk Perusahaan (NIPER), diterbitkan oleh :


a.

Kepala BINTEK

b.

Direktur Fasilitas Kepabeanan

c.

Kepala Kantor Wilayah DJBC

d.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Pengguna Fasilitas KITE dapat menjual barang hasil peroduksi ke DPIL


dalam jumlah paling tinggi :

30.

a.

25% dari realisasi ekspor

b.

50% dari realisasi ekspor

c.

100% dari realisasi ekspor

d.

75% dari realisasi ekspor

Badan atau lembaga yang bergerak dibidang ibadah umum, amal, social
dan kebudayaan yang mendapat pembebasan bea masuk ditetapkan oleh :

31.

a.

Menteri Keuangan

b.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai

c.

Menteri Agama

d.

Menteri Sosial

Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengeahuan,


dapat diberikan fasilitas :

32.

a.

Pembebasan bea masuk

b.

Penangguhan pembayaran bea masuk

c.

Tidak dipungut bea masuk

d.

Pembebasan atau keringanan bea masuk

Syarat lama tinggal di luar negeri, bagi pelajar / mahasiswa / orang yang
belajar di luar negeri yang dapat mendapatkan fasilitas pembebasan bea
masuk atas barang pindahannya adalah :
a.

1 (satu) tahun

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

309

Teknik Kepabeanan

33.

34.

b.

2 (dua) tahun

c.

4 (empat) tahun

d.

Tidak ada ketentuan

Dokumen pemberitahuan impor atas barang pribadi penumpang adalah :


a.

Pemberitahuan Impor Barang

b.

Pemberitahuan Kedatangan Barang Impor

c.

Pemberitahuan Pabean

d.

Customs Declaration

Pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor untuk barang
penumpang diberikan dalam batas :
a.

Tidak lebih dari FOB USD 250,- / orang atau setinggi-tingginya tidak
lebih USD 1.000,-/keluarga

b.

Tidak lebih dari FOB USD 250,-

c.

Tidak leih dari USD 1.000,-

d.

Kurang dari FOB USD 250,- /orang atau setinggi-tingginya kurang


dari USD 1.000,-

35.

Dalam hal barang bawaan penumpang melebihi ketentuan ang ditetapkan,


maka Pejabat Bea dan Cukai menetapkan jumlah Bea Masuk dan pajak
dalam rangka impor berdasarkan :
a.

Seluruh nilai FOB dari barang bawaan

b.

Selisih antaa seluruh nilai FOB dengan nilai FOB yang merupakan
hak pembebasan bagi penumpang

c.

Sekurang-kurangnya FOB USD 250,-

d.

Sekurang-kurangnya FOB USD 1.000,-

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

310

Teknik Kepabeanan
3.5. Umpan balik dan tindak lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang


modul ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.

TP =

Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah


dipelajari mencapai
91 %

s.d

100 %

Amat Baik

81 %

s.d.

90,00 %

Baik

71 %

s.d.

80,99 %

Cukup

61 %

s.d.

70,99 %

Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 75 % ke atas (kategori Cukup),


maka disarankan mengulangi materi. Silakan nilai kemampuan Anda sendiri
secara jujur.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

311

Teknik Kepabeanan

PENUTUP

Saudara para peserta Diklat.

Saudara telah mempelajari seluruh kegiatan belajar yang meliputi KB-1


sampai dengan KB-3 dengan materi teknis kepabeanan. Materi tersebut meliputi
teknis kepabeanan dibidang impor, teknis kepabeanan dibidang ekspor, dan
pemberian fasilitas pembebasan, keringanan dan penangguhan bea masuk.
Materi tersebut harus benar-benar dipahami karena merupakan pedoman
pelaksanaan tugas kepabeanan.
Sebelum Saudara menyudahi mata pelajaran ini disarankan Saudara
mengerjakan test sumatif berikut ini.

Dengan selesainya pembelajaran modul

ini diharapkan Saudara akan lebih mudah dalam mempelajari modul-modul


berikutnya dalam Diklat DTSD.

Semoga sukses.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

312

Teknik Kepabeanan

TEST SUMATIF
PILIHAN GANDA
Coret dengan tanda ( X ) pada huruf a, b, c atau d, pada pernyataan yang
anda anggap benar

1. Barang impor

dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean setelah

dipenuhinya kewajiban pabean untuk:


a. Diimpor untuk dipakai
b. Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat.
c. Diekspor kembali ke luar daerah pabean.
d. Semua jawaban tersebut benar.
2. Yang dimaksud dengan dokumen pelengkap pabean adalah:
a. PIB, invoice, packing list.
b. PIB, B/L, manifest.
c. PIB, PEB, BC 1.2
d. Invoice, packing list, B/L, manifest.
3. Contoh pemberitahuan pabean adalah:
a. Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai ( PIB ).
b. Pemberitahuan kedatangan sarana pengangkut.
c. Pemberitahuan pemindahan barang dari Kawasan Pabean ke
Tempat Penimbunan Berikat.
d. Semua jawaban tersebut benar
4. Importir bertanggungjawab terhadap bea masuk yang terutang sejak:
a. Sarana Pengangkut memasuki daerah pabean.
b. Pembongkaran barang impor di pelabuhan.
c. Pengajuan dokumen pemberitahuan impor barang.
d. Pengeluaran barang dari pelabuhan.
5. Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Palembang
dapat

diterapkan

pelayanan

penyelesaian

impor

dengan

sistem

penjaluran:

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

313

Teknik Kepabeanan
a. Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Prioritas.
b. Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Kuning, Jalur Prioritas.
c. Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Kuning, Jalur MITA
d. Jalur Hijau, Jalur Merah, Jalur Biru, Jalur Kuning, Jalur Prioritas,
Jalur MITA.
6. Pada proses dokumen atas jalur MITA tidak ada intervensi pemeriksaan
pabean. Pengawasan terhadap proses pelayanan dokumen jalur MITA
adalah melalui:
a. Persyaratan perizinan jalur MITA
b. Aplikasi ProAct
c. NHI
d. Spotchek
7. Setiap barang yang akan diekspor wajib menyerahkan pemberitahuan
berupa PEB kepada pihak pabean, kecuali:
a. Ekspor barang oleh pelintas batas
b. Setiap barang kiriman melalui PT.Pos.
c. Barang pribadi penumpang
d. Semua jawaban diatas benar.
8. Dalam hal tertentu pejabat bea dan cukai melakukan pemeriksaan fisik
atas barang ekspor. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap:
a. Barang ekspor yang akan diimpor kembali.
b. Barang ekspor yang dikonsolidasikan
c. Barang

ekspor

yang

mendapat

fasilitas

KITE dg

skema

pembebasan bea masuk.


d. Barang ekspor yang dikenai bea keluar
9. Atas ekspor barang curah pemberitahuan pabean dapat disampaikan
paling lambat:
a. 7 hari sebelum tanggal perkiraan ekspor.
b. 3 hari sebelum tanggal perkiraan ekspor
c. Sebelum dimasukkan ke kawasan pabean.
d. Sebelum keberangkatan sarana pengangkut.
10. Tekstil dan produk tekstil yang diekspor adalah barang yang .:
a. Diatur ekspornya.
b. Diawasi ekspornya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

314

Teknik Kepabeanan
c. Dibatasi ekspornya
d. Bebas diekspor.
11. Tujuan pengaturan barang yang diawasi ekspornya adalah:
a. Melindungi industri dalam negeri
b. Menjaga mutu produk ekspor.
c. Menjaga ketersediaan stock nasional.
d. Melindungi flora dan fauna. dari kepunahan
12. Dalam hal

menggunakan system PDE jika hasil penelitian dokumen

pengisian PEB lengkap dan benar tetapi diperlukan dokumen pelengkap


pabean lainnya, maka:
a. PEB tetap diberikan no dan tgl pendaftaran, dengan catatan
dokumen tsb

wajib diserahkan

sebelum atau

pada

saat

pemasukan barang ke Kawasan Pabean.


b. PEB tetap diberikan no dan tgl pendaftaran, dengan catatan
dokumen tsb wajib diserahkan sebelum pemuatan barang ekspor.
c. PEB diberikan no dan tgl pendaftaran, setelah eksportir
melengkapi persyaratan yang diwajibkan.
d. PEB tetap diberikan persetujuan ekspor, dengan catatan dokumen
tsb wajib diserahkan segera

setelah selesai pemuatan barang

ekspor.
13. Untuk barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE oleh perusahaan yang
berlokasi di Bekasi akan diekspor melalui pelabuhan Tg.Priok, PEB
didaftarkan di:
a. Kantor Bea dan Cukai Tg.Priok.
b. Kantor Bea dan Cukai Bekasi.
c. Kantor Wilayah DJBC Jakarta.
d. Kantor Pusat DJBC.
14. Barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE adalah barang ekspor yang:
a. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan atau keringanan BM, cukai dan PDRI tidak dipungut
atas Impor barang/bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain dengan tujuan untuk diekspor.
b. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan atau keringanan BM, cukai dan PDRI tidak dipungut

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

315

Teknik Kepabeanan
atas Impor barang/bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain dengan tujuan untuk diekspor atau diimpor untuk
dipakai.
c. Seluruh atau sebagian berasal dari barang impor yang mendapat
pembebasan BM, cukai dan PDRI tidak dipungut atas Impor
barang/bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain
dengan tujuan untuk diekspor.
d. Barang ekspor yang berasal dari Kawasan Berikat.
15. Pemeriksaan fisik barang ekspor dilakukan secara selektif terhadap:
a. Barang ekspor yang akan diimpor kembali.
b. Barang ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diekspor
kembali
c. Barang ekspor yang dikenai bea keluar
d. Berdasarkan informasi

DJP atau informasi lainnya terdapat

indikasi pelanggaran ketentuan perundang-undangan


16. Yang termasuk dalam kategori penyelundupan ekspor adalah:
a. Mengekspor barang tanpa menyerahkan pemberitahuan pabean..
b. Dengan sengaja memberitahukan jumlah/jenis barang dalam
pemberitahuan pabean secara salah.
c. Memuat barang ekspor di kawasan pabean;
17. Pengeluaran barang hasil olahan PDKB yang masih memerlukan proses
lebih lanjut dari PDKB ke DPIL hanya dapat dilakukan paling banyak :
a. 75% dari nilai realisasi ekspor atau pengeluaran ke PDKB lainnya.
b. 60% dari hasil produksi.
c. 50% dari nilai realisasi ekspor atau pengeluaran ke PDKB lainnya.
d. 25% dari hasil produksi.
18. Kegiatan yang dapat disubkontrakan oleh PDKB kepada perusahaan
industri yang berada di KB atau DPIL, adalah :
a. Pengolahan
b. Pengepakan.
c. Sortasi.
d. Pengolahan, pengepakan dan sortasi.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

316

Teknik Kepabeanan
19. Jaminan yang diserahkan oleh PDKB yang termasuk didalam daftar putih,
yang akan melakukan pengeluaran barang

untuk tujuan sub-kontrak

dapat berupa :
a. Jaminan tunai
b. Garansi Bank.
c. Customs Bond.
d. Jaminan lainnya.
20. Pekerjaan yang disubkontrakkan oleh PDKB kepada PDKB lain atau
perusahaan industri di DPIL harus deselesaikan dalam waktu selambatlambatnya :
a. 30 hari.
b. 60 hari.
c. 6 bulan.
d. 12 bulan.
21. Mesin dan/atau peralatan pabrik yang akan yang dikeluarkan dari KB dan
akan dengan tujuan dipinjamkan untuk dipergunakan mengerjakan
pekerjaan subkontrak oleh PDKB lain atau perusahaan industri di DPIL,
hanya dapat dipinjamkan untuk jangka waktu selama-lamanya :
a. 60 (enam puluh) hari dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali 60
(enam puluh) hari.
b. 12 bulan dan dapat diperpajang 2 (dua) kali 12 (dua belas) bulan.
c. 6 (enam) bulan.
d. 12 (dua belas bulan) bulan.
22. Fungsi Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat adalah :
a. Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran
barang hasil industri asal impor dan/atau barang hasil industri dari
dalam daerah pabean.
b. Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran
barang hasil industri asal impor yang

penyelenggaraannya

bersifat intenasional
c. Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran
barang hasil industri asal impor dan/atau bahan asal impor untuk
dipamerkan dan penyelenggaraannya bersifat intenasional.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

317

Teknik Kepabeanan
d. Didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran
barang hasil industri asal impor dan/atau barang hasil industri dari
dalam

daerah

pabean

yang

penyelenggaraannya

bersifat

intenasional.
23. Di dalam TPPB barang digolongkan sesuai tujuannya. Barang pameran
Golongan A, adalah barang pameran :
a. Yang akan dijual.
b. Yang akan diekspor kembali
c. Untuk keperluan stand pameran, misalnya dekorasi, poster dll.
d. Yang habis dipakai akan diekspor kembali
24. Barang pindahan milik pejabat perwakilan asing yang bertugas di
Indonesia, mendapat fasilitas :
a. Pembebasan bea masuk.
b. Keringanan bea masuk.
c. Tidak dipungut bea masuk.
d. Penangguhan pembayaran bea masuk.
25. Pejabat perwakilan asing yang bukan merupakan warga negara asing :
a. Dapat diberikan fasilitas kepabeanan.
b. Tidak dapat diberikan fasilitas kepabeanan.
c. Wajib diberikan fasilitas kepabeanan.
d. Seharusnya diberikan fasilitas kepabeanan.
26. Kantor perwakilan diplomatik dengan pejabat senior lebih dari 10 orang
dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor kendaraan bermotor
dalam keadaan CBU, paling banyak :
a. 16 unit.
b. 10 unit.
c. 6 unit.
d. 5 unit.
27. Kendaraan bermotor untuk keperluan kantor perwakilan negara asing
atau perwakilan konsuler dapat dijual atau dipindahtangankan dengan
ketentuan, telah digunakan :
a. 4 tahun
b. 3 tahun.
c. 2 tahun

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

318

Teknik Kepabeanan
d. 1 tahun.
28. Nomor Induk Perusahaan (NIPER), diterbitkan oleh :
a. Kepala BINTEK.
b. Kepala KPPBC
c. Direktur Fasilitas Kepabeanan.
d. Kepala Kantor Wilayah DJBC.
29. Pengguna Fasilitas KITE dapat menjual barang hasil produksinya ke DPIL
dalam jumlah paling banyak :
a. 25 % dari realisasi ekspor.
b. 50 % dari realisasi ekspor
c. 75 % dari realisasi ekspor.
d. 100 % dari realisasi ekspor

II.

BENAR SALAH ( Bobot 20 )

Coret dengan tanda (X) pada huruf B jika benar; atau pada huruf S jika
salah.

1.

Daerah Pabean adalah seluruh wilayah RI yang meliputi


wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya serta di
Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di
dalamnya berlaku Undang-undang tentang Kepabeanan.

2.

Atas pembongkaran barang impor dalam keadaan darurat,


pengangkut menyerahkan daftar bongkar dalam jangka
waktu paling lambat 24 jam setelah pembongkaran.

3.

Tanda bukti pembayaran bea masuk dan PDRI adalah


SSCP .

4.

Container kosong yang diangkut oleh sarana pengangkut


dari luar negeri harus diberitahukan dalam pemberitahuan
manifest .

5.

Salah satu tujuan pengeluaran barang impor yang ditimbun


di TPS di Kawasan Pabean adalah untuk dire-ekspor .

6.

Barang pindahan milik pribadi pejabat perwakilan Negara


asing diberikan fasilitas keringanan BM.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

319

Teknik Kepabeanan
7.

Untuk keperluan kantor perwakilamn diplomatik dengan


pejabat senior lebih dari 10 (sepuluh) orang, diberikan
pembebasan BM atas impor dalam keadaan jadi (CBU)
kendaraan bermotor paling banyak 10 (sepuluh) unit.

8.

Terhadap hasil produksi dari perusahaan yang mendpat


KITE, dapat dijual ke DPIL sebanyak-banyaknya 50% dari
realisasi ekspor dalam hal barang ekspor adalah barang
jadi dan dapat berfungsi sendiri tanpa bantuan barang lain .

9.

Peti Jenazah, baik yang berisi jenazah maupun tidak,


mendapat fasilitas pembebasan BM .

10.

Syarat

lama

tinggal

di

luar

negeri

untuk

pelajar/mahasiswa/orang yang belajar diluar negeri agar


mendapat

fasilitas

pembebasan

BM

atas

barng

pindahannya adalah sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun .


11.

Pemasukan kembali barang yang telah diekspor untuk


tujuan perbaikan dikenakan Bea Masuk terhadap bagianbagian

yang

diganti

perbaikannya

termasuk

atau

ditambah

ongkos

serta

biaya

pengangkutan

dan

asuransi .
12.

Toko Bebas Bea adalah merupakan Tempat Penimbunan


Berikat .

13.

Kegiatan yang dapat disubkontrakan PDKB kepada pihak


lain

adalah

kegiatan

pengolahan,

rancang

bangun,

penyortiran dan pengepakan.


14.

Barang yang telah diajukan pemberitahuan ekspor (PEB)


telah dimasukan ke kawasan pabean dan segera akan
dimuat kesarana pengangkut yang akan berangkat ke luar
daerah pabean dianggap telah diekspor .

15.

Eksportir cacao di Sulawesi Selatan dapat mengajukan


pemberitahuan ekspor (PEB) pada KPPBC Tg.Perak,
Surabaya .

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

320

Teknik Kepabeanan

KUNCI JAWABAN
Test Formatif
Test Formatif 1

Test Formatif 2

Test Formatif 3

1.

16. c

1.

16. b

1. c

16. a

2.

17. b

2.

17. a

2. a

17. c

3.

18. d

3.

18. c

3. d

18. d

4.

19 a

4.

19. c

4. a

19 a

5.

20. d

5.

20. a

5. a

20. c

6.

21. c

6.

6. d

21. d

7.

22. b

7.

7. d

22. a

8.

23. c

8.

8. b

23. b

9.

24. d

9.

9. d

24. a

10. d

25. c

10. d

10. a

25. b

11. c

11. c

11. a

26. a

12. b

12. a

12. b

27. b

13. d

13. c

13. d

28. a

14. a

14. a

14. a

29. a

15. d

15. a

15. a

30. a

Test Sumatif
a. Jawaban test sumatif I

1.

6.

11.

16. a

21. b

26. b

2.

7.

12.

17. b

22. d

27. b

3.

8.

13.

18. a

23. b

28. d

4.

9.

14.

19. d

24. a

29. a

5.

10.

15.

20. b

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

25. b

30. d

321

Teknik Kepabeanan
b. Jawaban test sumatif II

1.

2. S

3.

4. B

5. B

6.

7. S

8.

9.

10. S

11.

12. S

13.

14. S

15. S

16.

17. B

18.

19. B

20. B

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

322

Teknik Kepabeanan

DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan .
Undang-undang No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai ;
UU No. 8 / 1983 yo. UU No. 11 / 1994 yo. UU No. 18 / 2000 tentang Pajak
Pertambahan Nilai .
UU No. 7 / 1983 yo UU No. 10 / 1994 yo. UU No. 17 / 2000 tentang Pajak
Penghasilan.
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk Anti Dumping
dan Bea Masuk Imbalan.
Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan
Industri dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008 tentang Pengenaan Sanksi
Admintrasi Berupa Denda Di Bidang Kepabeanan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2008 tentang Pengenaan Bea Keluar
Terhadap Barang Ekspor
Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 2009 tentang Tempat Penimbunan
Berikat
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
141/KMK.05/1997 tanggal 31 Maret 1997 tentang Pembebasan Bea
Masuk atas Barang keperluan Museum, Kebun Binatang, dan
Tempat Lain Semacam Itu yang Terbuka Untuk Umum.
Departemen Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No. 399/KMK.01/1996
tentang Gudang Berikat.
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
142/KMK.05/1997 tentang Pembebasan Bea Masuk Untuk Keperluan
Khusus Kaum Tuna Netra dan Penyandang Cacat Lainnya.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

323

Teknik Kepabeanan
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
140/KMK.05/1997 Tentang Pembebasan Bea Masuk Dan Cukai Atas
Impor Barang Contoh.
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No
138/KMK.05/1997 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor peti
Atau Kemasan Lain Yang Berisi Jenazah Atau Abu Jenazah
Departemen

Keuangan

RI,

Peraturan

Menteri

Keuangan

RI

No

132/KMK.05/1997 Tentang Pembebasan Atau keringanan Bea Masuk


dan

Cukai

Atas

Impor

Barang

Yang Mengalami

kerusakan,

Penurunan Mutu, Kemusnahan Atau Penyusutan Volume dan Berat.


Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
145/KMK.05/1997 Tentang Pembebasan Atau Keringanan Bea Masuk
Atas Impor Bahan terapi Manusia, Pengelompokan Darah dan bahan
Sejenisnya Jaringan.
Departemen

Keuangan

RI,

Surat

Keputusan

Menteri

Keuangan

RI

No.291/KMK.05/1997 Tentang Kawasan Berikat Sebagai Telah Diubah


Terakhir Dengan keputusan Menteri Keuangan No. 292/KMK.01/1998.
Departemen Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No. 128/KMK.05/2000
Tentang Toko Bebas Bea.
Departemen Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No. 123/KMK.05/2000
Tentang Entrepot Tujuan Pameran.
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Mnteri Keuangan RI No.
580/KMK.04/2003 tentang Tatalaksana Kemudahan Impor Tujuan
Ekspor dan Pengawasannya.
Departemen

Keuangan

RI,

Surat

Keputusan

Menteri

Keuangan

RI

No.12/PMK.04/2006 tentang Tata Cara Pemberian Pembebasan Bea


Masuk Dan Cukai Atas Impor Barang Untuk Keperluan Badan
Internasional Beserta para Pejabatnya Yang Bertugas di Indonesia.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan RI No. 39/PMK.04/2006
tentang

Tatalaksana

Penyerahan

Pemberitahuan

Rencana

Kedatangan Sarana Pengangkut, Manifest Kedatangan Sarana


pengangkut dan Manifest Keberangakatan Sarana Pengangkut
Departemen

Keuangan

RI,

Surat

Keputusan

Menteri

Keuangan

RI

.137/PMK.04/2007 tentang Tata Cara Pemberian Pembebasan Bea

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

324

Teknik Kepabeanan
Masuk Dan Cukai Atas Barang Perwakilan Negara Asing Dan Para
Pejabatnya.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 89/PMK.04/2007
tentang

Impor

Barang

Pribadi

Penumpang,

Awak

Sarana

Pengangkut, Pelintas Batas dan Barang Kiriman


Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.04/2007
tentang

Pengeluaran Barang Impor Atau Barang Ekspor Dari

Kawasan Pabean Untuk Diangkut Terus atau Diangkut lanjut dan


Pengeluaran Barang Impor Dari Kawasan Pabean Untuk Diangkut Ke
Tempat Penimbunan Sementara di Kawasan Pabean Lainnya .
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 139/PMK.04/2007
tentang Pemeriksaan Pabean Atas Barang Impor .
Departemen Keuangan RI, SKMK Nomor 144/PMK.04/2007, Pengeluaran
Barang Impor Untuk Dipakai.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Mentetri Keuangan No. 148/PMK.04/2007
tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan
Segera (Rush Handling) .
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 169/PMK.04/2007
tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Jaminan
(vooruitslag) .
Departemen

Keuangan

RI,

Peraturan

Menteri

Keuangan

RI

No.

103/PMK.04/2007 tentang Pembebasan Bea Masuk atas impor buku


Ilmu Pengetahuan.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan RI No89/PMK.04/2007
tentang Tatalaksana Impor Barang Penumpang, Awak Sarana
Pengangkut, Pelintas Batas, Kiriman Pos dan Kiriman Melalui
Perusahaan Jasa Titipan.
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
63/PMK.01/2007 tentang Keringanan Bea Masuk Atas Impor Mesin,
Barang dan Bahan Dalam Rangka Pembangunan/ Pengembangan
Industri.
Departemen

Keuangan

RI,

Peraturan

Menteri

Keuangan

RI

No.

101/PMK.04/2007 Tentang Pebebasan Atau Keringanan Bea Masuk

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

325

Teknik Kepabeanan
Atas Impor Peralatan dan Bahan Yang Digunakan Untuk Mencegah
Pencemaran Lingkungan.
Departemen

Keuangan

RI,

Peraturan

Menteri

Keuangan

RI

No.

113/PMK.04/2007 Tentang Pembebasan Atau Keringanan Bea Masuk


atas Impor Hasil Laut Yang Ditangkap Dengan Sarana Pengangkut
Yang Telah Mendapat Izin.
Departemen

Keuangan

RI,

Peraturan

Menteri

Keuangan

RI

No

106/PMK.04/2007 Tentang Pembebasan Bea Masuk dan Cukai Atas


Impor Kembali Barang Yang Telah Diekspor.
Departemen

Keuangan

RI,

Peraturan

Menteri

Keuangan

RI

No.

102/PMK.04/2007 tentang Pembebasan bea masuk atas impor obatobatan yang dibiayai dengan anggaran pemerintah.
Departemen

Keuangan

RI,

Peraturan

Menteri

Keuangan

RI

No.

104/PMK.04/2007 tentang Pembebasan atau keringanan bea masuk


atas impor barang untuk keperluan olah raga nasional.
Departemen

Keuangan

RI,

Peraturan

Menteri

Keuangan

RI

No.105/PMK.04/2007 tentang Pembebasan bea masuk atas impor bibit


dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri
pertanian, peternakan dan perikanan.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 145/PMK.04/2007
tentang Ketentuan Kepabeanan Di Bidang Ekspor
Departemen Keuangan RI, SKMK Nomor 155/PMK.04/2008, Pemberitahuan
Pabean
Departemen Keuangan RI, SKMK Nomor 213/PMK.04/2008, Tata Cara
Pembayaran Bea Masuk.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 203/PMK.0112008
tentang Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau impor
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
28/PMK.04/2008 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang
Pindahan.
Departemen Keuangan RI, Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
29/PMK.04/2008 Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor
Persenjataan, Amunisi, Termasuk Suku Cadang perlengkapan Militer
Serta Barang Dan Bahan Untuk Pertahanan dan Keamanan.

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

326

Teknik Kepabeanan
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 223/PMK.011/2008
tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar dan
Tarif Bea Keluar
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 213/PMK.04/2008
tentang Tatacara Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara
Dalam Rangka Impor, Penerimaan Negara Dalam Rangka Ekspor,
Penerimaan Negara Ats Barang kena Cukai, dan Penerimaan Negara
Yang Berasal Dari Pengenaan Denda Admintrasi Ats Pengangkutan
Barang Tertentu.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 214/PMK.04/2008
tentang Pemungutan Bea Keluar
Departemen Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No. 256/KM.4/2009
tentang Penetapan Harga Ekspor Untuk Penghitungan Bea Keluar .
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-06/BC/2006 tentang
Perubahan

Peraturan Dirketur

Jenderal

Bea

dan

Cukai

No.

11/BC/2005 tentang Jalur Prioritas


Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-10/BC/2006 tentang Tata Cara
Penyerahan

Pemberitahuan

Rencana

Kedatangan

Sarana

Pengangkut, Manifest Kedatangan Sarana pengangkut dan Manifest


Keberangakatan Sarana Pengangkut, yang telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-19/BC/2006.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan

Cukai No. P-06/BC/2007

tentang

Perubahan Keempat Atas Keputusan Direktur Jenderal Bea dan


Cukai

Nomor

Kep-07/BC/2003

tentang

Petunjuk

Tatalaksana

Kepabeanan di Bidang Impor .


Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-21/BC/2007 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor Pada Kantor
Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok , sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P25/BC/2007.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-24/BC/2007 tentang Mitra
Utama.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-29/BC/2007 tentang Nota
Hasil Intelijen

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

327

Teknik Kepabeanan
Peraturan Direktur Jen Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P39/BC/2008

tentang

Tatalaksana

Pembayaran

dan

Penyetoran

Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor, Penerimaan Negara Dalam


rangka Ekspor, Penerimaan Negara Atas Barang Kena Cukai, Dan
Penerimaan Negara Yang Berasal Dari Pengenaan Denda Admintrasi
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-40/BC/2008 tentang
Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Ekspor
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-41/BC/2008 tentang
Pemberitahuan Pabean Ekspor
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-42/BC/2008 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-04/BC/2008 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemeriksaan Mendadak Kepabeanan di Bidang Impor .
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-05/BC/2008 tentang
Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P26/BC/2007 tentang Tatalaksana Pindah Lokasi Penimbunan Barang
Impor Yang Belun Diselesaikan Kewajiban Kepabeanannya Dari Satu
Tempat Penimbunan Sementara ke Tempat Penimbunan Sementara
Lainnya.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-39/BC/2008 tentang
Tatalaksana Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Dalam
rangka

Impor,

penerimaan

Negara

Dalam

Rangka

Ekspor,

Penerimaan Negara Atas Barang kena Cukai, Dan Penerimaan


Negara Yang Berasal Sari Pengenaan Denda Adminstrasi Atas
pengangkutan Barang Tertentu.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-20/BC/2008 tentang
Tatalaksana Pengeluaran Barang Impor Dari Kawasan Pabean Untuk
Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-01/BC/2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemungutan Bea Masuk Tindakan pengaman Terhadap
Barang Impor Produk Keramik Tableware.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-05/BC/2009 tentang
Perubahan P-39/BC/2008 tentang Tatalaksana Pembayaran dan
Penyetoran Penerimaan Negara Dalam rangka Impor, penerimaan

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

328

Teknik Kepabeanan
Negara Dalam Rangka Ekspor, Penerimaan Negara Atas Barang
kena Cukai, Dan Penerimaan Negara Yang Berasal Sari Pengenaan
Denda Adminstrasi Atas pengangkutan Barang Tertentu.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-06/BC/2009 tentang
Perubahan . P-40/BC/2008 jo. P-30/BC/2009 tentang Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Ekspor
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-07/BC/2009 tentang
Perubahan P-41/BC/2008 tentang Pemberitahuan Pabean Ekspor
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-08/BC/2009 tentang
Perubahan P-42/BC/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran
Barang Impor Untuk Dipakai.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-22/BC/2009 tentang
Pemberitahuan Pabean Impor.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. P-30/BC/2009 tentang
Perubahan P-40/BC/2008 tentang Tatalaksana Kepabeanan di Bidang
Ekspor
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. SE-05/BC/2009 jo. P-01/BC/2007
jo. P-07/BC/2007 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Fisik Barang
Impor.
Departemen Keuangan RI, Agreement on Implementation of Article VII of the
GATT, 1994.
Departemen Keuangan RI, Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI), 2006

DTSD KEPABEANAN DAN CUKAI

329

You might also like