Professional Documents
Culture Documents
PENGANTAR PAJAK
Diklat Teknis Substantif Dasar ( DTSD)
Kepabeanan dan Cukai
Oleh :
Drs. Arif Surojo, M Hum
( Widyaiswara Pusdiklat Pajak)
DAFTAR ISI
Daftar Isi
PENGANTAR PAJAK
1.
2.
Pendahuluan ...
3.
2.2 Latihan 1
2.3 Rangkuman
10
13
17
3.2 Latihan 2
20
3.3 Rangkuman
20
4.
5.
22
A. Pajak ...
22
B. Retribusi..
24
C. Sumbangan ......
24
4.2 Latihan 3
25
4.3 Rangkuman
25
26
32
D. Asaa Finansial .
32
5.2 Latihan 4
33
5.3 Rangkuman
33
6.
Test Formatif ..
34
7.
36
8.
36
9.
Daftar Pustaka
37
ii
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
jawab
atas
kewajiban
pelaksanaan
pajak,
sebagai
melaksanakan
kewajiban
perpajakan
yang
diperlukan
untuk
tersebut,
sudah
melaksanakan
kewajiban
perpajakan
perpajakan,
sehingga
masyarakat
Wajib
Pajak
j.
MODUL I
PERKEMBANGAN PERPAJAKAN DI INDONESIA
HUKUM PAJAK MACAM-MACAM PUNGUTAN - ASAS-ASAS
PEMUNGUTAN PAJAK
A. PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
PERPAJAKAN
YANG
umumnya
peraturan-peraturan
perundang-undangan
hanya mengalami
Pajak-pajak negara lain yang tidak disebutkan dalam Undangundang No 4 Tahun 1952 diumumkan secara tersendiri seperti Pajak
Perseroan 1925 (Lembaran Negara 1952 No. 83). Dalam perkembangan
selanjutnya, sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan
ekonomi keuangan Negara, atas Undang-undang perpajakan tersebut
mengalami
berbagai
perubahan,
misalnya
dengan
penghapusan
Undang-undang
No.
12
Tahun
1956
tentang
hanya
untuk
menghimpun
dana
bagi
Pemerintah
Undang-undang
yang
berasal
Perpajakan
dari
setelah
Pemerintahan
Proklamasi
Hindia
Belanda
HUKUM PAJAK
yang
meliputi
wewenang
pemerintah,
untuk
HUKUM,
PAJAK
DALAM
SISTEM
HUKUM
DI
INDONESIA
Secara umum Hukum terbaggi atas Hukum Publik dan Hukum
Perdata. Hukum Publik mencakup Hukum Pidana dan Hukum Tantra
yang meliputi Hukum Tata Negara dan Hukum Tata Negara. Hukum
Perdata mencakup Hukum Perdata arti sempit (B.W. = Burgelijke
Wetboek) dan Hukum Dagang (W.v.K = Wetboek van Koophandel).
Hukum Publik ialah hukum yang mengatur hubungan Hukum
antara Pemerintah dengan warganya, sedangkan Hukum Perdata ialah
Hukum yang mengatur hubungan Hukum antara perorangan di dalam
masyarakat.
Hukum Tata Usaha Negara atau Hukum Administrasi Negara
ialah segenap peraturan hukum yang mengatur segala cara kerja dan
pelaksanaan wewenang yang langsung dari lembaga-lembaga negara
serta
aparaturnya
dalam
melaksanakan
tugasnya
masing-masing.
HUKUM
Hukum Perdata
(Arti Luas)
Hukum Publik
Hukum Pajak
Hukum Pidana
10
ini
memuat
cara-cara
pendaftaran
diri
untuk
atas
dasar
peristiwa (kematian,
11
Sebagian
Sarjana
mengatakan
bahwa
bukan
itu
yang
12
penafsiran yang harus dianut pertama kali adalah yang ada di ketentuan
yang khusus.
Ketentuan dalam Hukum Pajak mengenyampingkan ketentuan
dalam Hukum Perdata, antara lain :
Hak majikan memotong Pajak.
a. Di dalam Pasal 16025 B.W. menyatakan bahwa : Si majikan
diwajibkan membayar kepada si buruh upahnya pada waktu yang
telah ditentukan.
b. Di dalam Hukum Pajak diatur baik dalam Undang-undang Pajak lama
maupun yang baru.
Pasal 23 Ordonansi Pajak Upah dan Pasal 17a Ordomamsi PPd 1944
menyatakan bahwa majikan diberi hak untuk memotong lebih dahulu
Pajak Upaj/PPh Pasal 17a sebelumnya menerima gaji.
Di dalam Pasal 21 UU No. 7 Tahun 1983 dinyatakan pada ayat (1)
Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
dan penyetorannya ke Kas Negara, wajib dilakukan oleh :
a). Pemberi kerja yang membayar gaji, upah dan honorarium dengan
nama apapun, sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukan
oleh pegawai atau orang lain yang dilakukan di Indonesia.
b). Dan seterusnya.
Apabila mengamati ketentuan dalam B.W. dan Undang-undang
Pajak sepintas seperti bertentangan, B.W. menyatakan majikan
wajib membayar gaji kepada si buruh, padahal dalam Undangundang Pajak majikan diberi hak untuk memotong lebih dahulu
pajak Upah/PPh 17a sebelum diterimakan gaji, maka dalam hal ini
ketentuan dalam Undang-undang pajaknya yang dianut.
F. HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN HUKUM PIDANA.
1) Umum
Ancaman
Hukuman Pidana
tidak
saja terdapat
dalam
13
14
seseorang
yang
menyebabkan tidak
dipenuhinya
terhadap)
ha
tindak
pidana
sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) nya dilakukan atas
pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.
b. Pemalsuan Surat.
Pasal 263 KUHP.
(1). Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat
yang dapat menimbulkan suatu hak atau pembebasan hutang
atau yang diperuntukkan sebagai bukti dari pada sesuatu hal,
dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar atau tidak
dipalsukan,
diancam,
jika
pemakaian
tersebut
dapat
Dan seterusnya.
Sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
15
(2). Dapat
dijatuhi
hukuman
Pencabutan
hak-hak
tertentu
b. Menerima hadiah/pemberian.
Pasal 418 KUHP :
Pegawai negeri yang menerima hadiah atau perjanjian, sedang ia
tahu atau patut dapat menyangka, bahwa apa yang dihadiahkan
atau dijanjikan itu berhubungan dengan kekuasaan atau hak
karena jabatannya, atau yang menurut pkiran orang yang
menghadiahkan atau berjanji itu ada berhubungan dengan jabatan
itu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya enam
bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,(KUHP 35, 36, 92, 309, 419)
pasal ini dikategorikan Tindak Pidana Korupsi.
Pasal 419 KUHP :
Dengan hukuman selama-lamanya lima tahun dihukum pegawai
negeri :
16
(1). Yang
menerima
pemberian
atau
perjanjian,
sedang
dengan
dalam
apa
jabatannya
yang
yang
telah
dilakukan
berlawanan
atau
dengan
17
pada
waktu
membuat
undang-undang
itu,
Penafsiran ekstensip.
Penafsiran ekstensip ialah penafsiran dengan memperluas arti, katakata
dalam
peraturan
itu
sehingga
sesuatu
peristiwa
dapat
Penafsiran a contrario.
Penafsiran a contrario ialah suatu cara penafsiran undang-undang
yang didasarkan pada lawan dari ketentuan tersebut.
Contoh Pasal 34 BW yang menyatakan bahwa seorang perempuan
tidak diperkenankan menikah lagi sebelum lewat 300 hari setelah
perkawinannya terdahulu diputuskan.
Bagaimana hanya dengan laki-laki ? Tidak berlaku karena kata lakilaki tidak disebutkan.
Cara-cara penafsiran sebagaimana telah diuraikan terdahulu
pada umumnya berlaku dalam Hukum Pajak, namun penafsiran
18
sekali-kali
diperkenankan
memungut
pajak
selain
19
3.2. LATIHAN 2
a. Apakah yang dimaksud dengan Hukum Pajak Materil ?
hukum Pajak Material ialah hukum pajak yang memuat norma-norma
yang menerangkan keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa
hukum yang harus dikenakan pajak, berapa besarnya pajak atau dapat
pula dikatakan segala sesuatu tentang timbulnya. Besarnya dan
hapusnya utang pajak dan hubungan antara pemerintah dan Wajib Pajak.
b.
U.U. KUP.
U.U. PPSP.
Penafsiran eksensip.
g. Penafsiran restriktif.
h. Penafsiran analogis.
i.
Penafsiran a contrario.
3.3. RANGKUMAN.
1. Hukum Pajak adalah keselruh dari peraturan-peraturan yang meliputi
wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui Kas Negara,
sehingga ia merupakan bagian dari hukum Publik yang mengatur
hubungan hukum antara Negara dengan orang-orang atau badan hukum
yang berkewajiban membayar pajak.
2. Hukum Pajak termasuk bagian Hukum Publik dalam hal ini Hukum Tata
Usaha Negara (Hukum Administrasi Negara).
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
20
3. Hukum Pajak terbagi dalam Hukum Pajak Material dan Hukum Pajak
Formal.
4. Adanya hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Perdata karena sebagian
besar peristiwa, perbuatan atau keadaan yang menjadi dasar pengenaan
pajak diatur dalam Hukum Perdata.
5. Hubungan Hukum Pajak dan Hukum Pidana, karena di dalam Hukum
Pajak juga mengatur pelanggaran atau kejahatan yang diancam dengan
hukuman pidana.
6. Penafsiran hukum ialah ialah suatu upaya yang pada dasarnya
menerangkan, menjelaskan, menegaskan baik dalam arti memperluas
atau membatasi atau mempersempit pengertian hukum yang ada dalam
rangka penggunannya untuk memecahkan masalah atau persoalan yang
dihadapi.
7. Analogi tidak dipergunakan dalam penafsiran Undang-undang pajak.
21
A. PAJAK
1. Arti Pajak
Pengertian
pajak
ada
bermacam-macam,
yang
lain
22
kepada
Penguasa
(menurut
norma-norma
yang
23
mengatur
(Regulerend)
ialah
fungsi
pajak
yang
dengan
mengadakan
perubahan-perubahan
tarif,
nyata-nyata bahwa
atas
pembayaran-pembayaran
itu
si
C. SUMBANGAN
Menurut Santoso Brotodihadjo, S.H. (1982 : 6), sumbangan
mengandung pikiran, bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk prestasi
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
24
4.2. LATIHAN 3.
1. Apa yang dimaksud dengan pajak menurut Prof. DR. P.J.A. Adriani?
Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang
terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
2. Berikan contoh retribusi !
Contoh retribusi : retribusi pasar, retribusi parker dan lain-lain.
3. Apa saja Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Departemen Kehakiman ?
Penerimaan dari Departemen Kehakiman :
- Penerimaan dari pendaftaran ciptaan.
- Penerimaan dari permintaan hak paten.
4.3. RANGKUMAN.
1. Macam-macam pungutan yang termasuk pendapatan Negara antara lain
pajak, retribusi, sumbangan dan penerimaan Negara bukan pajak.
2. Pajak ialah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan undang-undang
(yang
dapat
dipaksakan)
dengan
tidak
mendapat
jasa
timbale
Instansi
Pemerintah
(Departemen
dan
Lembaga
Departemen).
25
Non-
keseimbangan
antara
kepentingan-kepentingan
yang
Wealthof
Nations)
melancarkan
ajarannya
sebagai
asas
26
g. Every tax ought to be so contrived as both to take out and to keep out of
the pockets of the people as little as possible over and above what it
brings into to public treasury of the state. Asas efisiensi ini menetapkan
bahwa pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-hematnya,
jangan sekali-kali biaya pemungutan melebihi pemasukkan pajaknya.
( Santoso Brrotodihardjo, S.H., 1982, hal 24-25 ).
Dalam
modul
ini
akan
diuraikan
tentang
macam-macam
asas
premi,
seperti
halnya
perjanjian
asuransi
27
sebagai
ukuran,
sejak
dahulu
belum
ada
alat
28
selalu
menginsafinya
sebagai
kewajiban
asli
untuk
29
sangat
diperlukan
untuk
kehidupan,
harus
tidak
dimasukkan uang kepada Negara barulah ada, jika kebutuhankebutuhan primer sudah tersedia untuk hidup. Maka hak
pertama bagi setiap manusia yang dinamakan hak asas
minimum kehidupan ini harus pertama-tama diperhatikan,
seperti memang ternyata dengan pajak-pajak atas pendapatan
dan kekayaan di hampir semua Negara.
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
30
31
dalam
32
5.2. LATIHAN 4
1. Apakah tujuan hukum menurut Aristoteles ?
Tujuan hukum menurut Aristoteles ialah untuk menegakkan keadilan.
2. Sebutkan asas-asas menurut falsafah hukum ?
Asas-asas menurut falsafah hukum mencakup teori-teori :
a. Asuransi.
b. Kepentingan.
c. Kewajiban pajak mutlak.
d. Asas haya beli.
e. Asas gaya pikul.
5.3. RANGKUMAN.
1. Menurut Aristoteles dalam bukunya Rhetorica menyatakan bahwa tujuan
hukum adalah untuk menegakkan keadilan.
2. Adam Smith (1723 1790) melancarkan ajarannya sebagai asas
pemungutan pajak dengan nama The Four Maxims.
3. Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa asas antara lain asas falsafah
hukum yang terdiri dari beberapa teori yang melandasi mengapa Negara
memungut pajak, yaitu :
a. Teori asuransi
b. Teori kepentingan
c. Teori kewajiban pajak mutlak.
d. Teori asas gaya beli.
e. Teori asas gaya pikul.
33
6. TES FORMATIF
Nyatakan B (Benar), kalau pernyataan di bawah ini benar, dan nyatakan S
(Salah), kalau pernyataan ini salah.
a.
B -
No.
Tahun
1952
antara
lain
Undang-undang
Darurat
dan
B -
Perundang-undangan
Perpajakan
Nasional
harus
yang
didalamnya
tertuang
ketentuan
yang
B -
d.
B -
dari
lembaga-lembaga
Negara
serta
aparaturnya dalam melaksanakan tugasnya masingmasing. (Hukum Tata Usaha Negara Materil).
e.
B -
f.
B -
dan
peristiwa-peristiwa
hukum
34
B -
h.
B -
peristiwa
(kematian,
kelahiran),
keadaan
B -
ialah
suatu
upaya
yang
pada
dasarnya
atau
membatasi
pengertian
hukum
yang
penggunaannya untuk
atau
ada
mempersempit
dalam
rangka
B -
35
7.
KUNCI JAWABAN
TES FORMATIF
X 100%
10
Baik sekali
80% - 89%
Baik
70% - 79%
Cukup
69%
Kurang
36
a.
b.
. ,
Hukum
Pajak
Indonesia
Internasional
Perkembangan
pengaruhnya,
PT
dan
Eresco,
Bandung 1977.
c.
. ,
Peradilan
Hukum
Administrasi
Pajak
di
dalam
Indonesia,
PT Eresco, 1976.
d.
. ,
e.
. ,
f.
. ,
g.
. ,
. ,
i.
. ,
j.
Pengantar
Ilmu
Hukum,
pengukuhan
GB,
Bandung, 1981.
l.
. ,
m.
37
DAFTAR ISI
Daftar Isi
MODUL 2
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
PENGGOLONGAN PAJAK
TARIF PAJAK
1.
2.
Pendahuluan ...
3.
2.2 Latihan 1
2.3 Rangkuman
4.
3.2 Latihan 2
3.3 Rangkuman
8
i
5.
4.2 Latihan 3
4.3 Rangkuman
10
10
10
16
18
5.3 Rangkuman
18
6.
Test Formatif ..
20
7.
22
8.
22
9.
Daftar Pustaka
23
ii
MODUL 2
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
PENGGOLONGAN PAJAK
TARIF PAJAK
1.
PENDAHULUAN
I.
2.
B. OFFICIAL ASSESSMENT
Official assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak,
diaman aparatur pajak menetapkan jumlah pajak yang terhutang dan
wajib pajak.
D. STELSEL RIIL
Stelsel Riil / stelsel nyata (Rieele stelsel) ialah suatu sistem
pengenaan
pajak,
yang
didasarkan
pada
penghasilan
yang
E. STELSEL FIKTIF
Stelsel Fiktif (Fictieve Stelsel) ialah suatu sistem pengenaan pajak
yang didasarkan pada suatu fiktif / anggapan. Bunyi suatu fiksi tergantung
dari ketentuan undang-undang perpajakan yang bersangkutan.
Contoh :
F.
STELSEL CAMPURAN
Stelsel campuran ialah suatu sistem pengenaan pajak yang
didasarkan baik pada stelsel riil maupun stelsel fiktif. Pada awal tahun
pajak menganut stelsel fiktif dan setelah akhir tahun pajak menganut
stetsel riil.
Contoh : Pajak Penghasilan.
2.2. LATIHAN 1
1. Apakah yang dimaksud dengan witholding sistem?
Witholding
sistem
penghitungan,
ialah
suatu
pemotongan,
sistem
pemungutan
penyebaran
dan
pajak
dimana
pelaporan
pajak
2.3. RANGKUMAN
Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa macam sistem, sistem
mana
yang
dipergunakan
tergantung
kepada
politik
negara
yang
3.
Rp. 2.880.000,-
b.
Rp. 1.440.000,-
c.
Tambahan
pekerjaan
yang
tidak
ada
dan
semenda
dalam
garis
(B) Pajak Daerah / Pajak Lokal, ialah pajak yang dipungut oleh daerah
Tingkat I, daerah Tingkat II (Kodya, Kabupaten)
Yang termasuk Pajak Daerah seperti, PKB, PRO, PBA, Pajak
Tontonan, Pajak Reklame dan lain-lain.
3.2. LATIHAN 2
1.
- Pajak Penghasilan
- PPN dan PPn BM
- PBB
- Bea Meterai
2.
3.
- Pajak Reklame
- Pajak Kendaraan Bermotor
- Pajak Hotel dan Restoran
- Pajak Hiburan
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
3.3. RANGKUMAN
Di dalam Hukum Pajak, Pajak-pajak dapat dibagi dalam beberapa
golongan menjadi :
1.
2.
3.
4.
yang
sepadan
ialah
tarif
pajak
dengan
persentase
Tarif
10%
15%
30%
pajak
yang
menurun
ialah
tarif
pajak
yang
besar
Pajak
10%
9%
8.5%
8%
5.
10
Pemberitahuan
tidak
disampaikan
dalam
jangka
waktu
tentang
Ketentuan
Umum
dan
Tata
cara
leh
Wajib
Pajak
tidak
memenuhi
kewajiban
pajak
untuk
selama-lamanya
24
bulan,
terhitung
sejak
saat
terutangmya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
11
berdasarkan
hasil
pemeriksaan
ternyata
tidak
seharusnya
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan menurut
ketentuan pasal 28 atau pada saat diperiksa tidak memenuhi permintaan
menurut pasal 29, sehingga tidak dapat dihitung jumlah pajak yang
seharusnya terutang, maka Surat Ketetatapan Pajak Kurang Bayar yang
ditertibkan ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
:
a. 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar.
b. 100% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan.
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
12
c. 100% dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dari Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
13
C. Penerbitan
Surat
Ketetapan
Pajak
Kurang
Bayar
Tambahan
(SKPKBT)
Surat Ketetapan Pajak Tambahan adalah surat keputusan yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Dengan
demikian maka Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan baru
ditertibkan ketetapan pajak dan merupakan koreksi atas ketetapan pajak
sebelumnya. Jadi, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu
berguna untuk :
a. Menampung kemungkinan terjadinya suatu Ketetapan Pajak Kurang
Bayar yang menyatakan telah ditetapkan lebih rendah, atau
b. Telah
dilakukan
pengembalian
pajak
yang
tidak
seharusnya
yang
belum
dilaporkan
oleh
Wajib
Pajak
dalam
Surat
belum
terungkap
antara
lain
adalah
sumbangan
yang
14
sebelumnya
dilakukan
pemeriksaan
terhadap Wajib
Pajak
15
pembayaran pajak
(restitusi),
maka
wajib
mengajukan
permohonan tertulis.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata pajak yang lebih dibayar
jumlahnya lebih besar dari kelebihan pembayaran pajak yang telah
ditetapkan.
F.
16
17
5.3. RANGKUMAN
a. Jenis surat ketetapan pajak.
Terdapat beberapa jenis surat ketetapan pajak, yaitu :
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
18
dilakukan
pengembalian
pajak
yang
tidak
seharusnya
19
6.
TES FORMATIF
Nyatakan B (Benar), kalau pernyataan di bawah ini benar, dan nyatakan S
(Salah), kalau pernyataan ini salah.
a.
B -
b.
B -
dimana
perhitungan
pemotongan
dan
c.
B -
pengenaan
pajak,
yang
didasarkan
pada
B -
Pembedaan
berdasarkan
sifat-sifat
tertentu
yang
B -
Pembagian
didasarkan
atas
ditemukannya
ciri-ciri
bersamaan
dimasukkan
dalam
satu
f.
B -
1.
2.
3.
Pajak
subyektif
ialah
pajak
yang
tidak
perlu
20
B -
pada
waktu
tertentu
(periodik)
B -
i.
B -
j.
B -
pengenaannya
menaik
semakin
besar
21
7.
KUNCI JAWABAN
TES FORMATIF
X 100%
10
Baik sekali
80% - 89%
Baik
70% - 79%
Cukup
- 69%
Kurang
22
a.
b.
. ,
Hukum
Pajak
Indonesia
Internasional
Perkembangan
pengaruhnya,
PT
dan
Eresco,
Bandung 1977.
c.
. ,
Peradilan
Hukum
Administrasi
Pajak
di
dalam
Indonesia,
PT Eresco, 1976.
d.
. ,
e.
. ,
f.
. ,
g.
. ,
. ,
i.
. ,
j.
Pengantar
Ilmu
Hukum,
pengukuhan
GB,
Bandung, 1981.
l.
. ,
m.
23
DAFTAR ISI
Daftar Isi
MODUL 3
TIMBULNYA DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK
KEBERATAN DAN BANDING
1.
2.
Pendahuluan ...
3.
2.2 Latihan 1
2.3 Rangkuman
11
4.
Test Formatif ..
37
5.
39
6.
39
7.
Daftar Pustaka
40
MODUL 3
TIMBULNYA DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK
KEBERATAN DAN BANDING
1.
PENDAHULUAN
I.
2.
3.
Surat
Pemotongan
Pemungutan
Sesuai Pasal 25 ayat (3) UU KUP kecuali apabila Wajib Pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan diluar kekuasaannya.
b. Materi Surat Keberatan
Persyaratan formal mengenai materi surat keberatan adalah :
-
Masalah lain yang sering dijumpai dalam praktek adalah bahwa Wajib
Pajak dalam surat keberatannya tidak menyebutkan jumlah pajak yang
seharusnya terhutang secara jelas menurut perhitungan Wajib Pajak,
tetapi hanya menunjuk jumlah pajak terhutang menurut SPT Tahunan
yang telah dimasukkan.
Dasar penetapan
Hitungan semula
f.
per jenis pajak dan per tahun pajak (tidak boleh digabungkan menjadi
satu). Jadi setiap Surat Pengantar Pengiriman Berkas Keberatan hanya
digunakan untuk satu keberatan atau untuk satu jenis pajak dan satu
tahun pajak.
Contoh :
-
memberi
kepastian
hukum.
Kalau
bagian
akhir
dari
SE-
ditanggapi
dan
tidak
akan
dikeluarkan
keputusan
(tidak
dipertimbangkan).
Sesuai dengan Pasal 14 KUP, pengeluaran STP adalah untuk
menagih jumlah kekurangan pembayaran pajak dan pengenaan sanksi
administrasi sebagai akibat dari kelalaian Wajib Pajak (salah tulis
dan/atau salah hitung) yang jumlahnya sudah pasti dan tidak menyangkut
penagihan jumlah pajak yang berkenaan dengan juridis material,
sehingga dengan demikian atas STP tidak dapat diajukan keberatan.
Upaya yang dapat ditempuh oleh Wajib Pajak sehubungan
dengan pengeluaran STP ini adalah mengajukan permohonan peninjauan
kembali jumlah ketetapan pajak dan sanksi administrasi yang tercantum
dalam STP. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 36 ayat (1) luruh a
KUP dan Keputusan Menteri Keuangan No. 542/KMK.04/2000, Dirjen
Pajak
dapat
mengurangkan
menerbitkan
atau
keputusan
membatalkan
peninjauan
ketetapan
kembali
pajak
dengan
dan
sanksi
mengambil
keputusan
badan
peradilan
pajak
10
yang disebabkan
yang
berwenang
sebagai
akibat
dikeluarkannya
11
Gugatan
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
Uraian
Banding
adalah
surat
terbanding
kepada
12
pemecahan/pemekaran
usaha,
atau
likuidasi
dimaksud.
(D) PENCABUTAN BANDING
(1) Terhadap Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan
kepada Pengadilan Pajak.
(2) Banding yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan :
a. penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan
diajukan sebelum sidang dilaksanakan;
b. putusan Majelis / Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam
hal surat pernyataan pencabutan diajukan dalam sidang atas
persetujuan terbanding.
(3) Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan
dimaksud, tidak dapat diajukan kembali.
(E) GUGATAN
(1) Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada
Pengadilan Pajak.
(2) Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan
penagihan Pajak adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal
pelaksanaan penagihan.
(3) Jangka waktu untuk mengajukan Gugutan terhadap Keputusan
selama Gugatan dimaksud pada angka (2) adalah 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal diterima Keputusan yang digugat.
(4) Jangka waktu tersebut tidak mengikat apabila jangka waktu
dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan
penggugat.
13
jelas,
mencantumkan
tanggal
diterima,
pelaksanaan
selama
proses
Gugatan,
penggugat
melakukan
14
15
Ketua
untuk
hadir
dalam
persidangan
guna
16
C. HARI SIDANG
(1) Ketua menunjuk Majelis yang terdiri dari 3 (tiga) orang Hakim
atau
Hakim
Tunggal untuk
memeriksa
dan
memutus
Sengketa Pajak.
(2) Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Majelis, Ketua
menunjuk salah seorang Hakim sebagai Hakim Ketua yang
memimpin pemeriksaan Sengketa Pajak.
(3) Majelis atau Hakim Tunggal bersidang pada hari yang
ditentukan dan memberitahukan hari sidang dimaksud kepada
pihak yang bersengketa.
(4) Majelis / Hakim Tunggal dimaksud diatas sudah mulai
bersidang dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal
diterimanya Surat Banding.
(5) Dalam hal Gugatan, Majelis / Hakim Tunggal sudah memulai
sidang dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
diterima Surat Gugatan.
D. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA
(1) Pemeriksaan dengan secara biasa dilakukan oleh Majelis
(2) Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua membuka sidang
dan menyatakan terbuka untuk umum.
(3) Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Majelis
melakukan pemeriksaan mengenai kelengkapan dan/atau
kejelasan Banding atau Gugatan.
(4) Apabila Banding atau Gugatan tidak lengkap dan/atau tidak
jelas sepanjang bukan merupakan persyaratan :
17
pemohon
Banding
atau
penggugat
untuk
hal
pemohon
Banding
atau
penggugat
menanyakan
kepada
terbanding
atau
tergugat
memberikan
keterangan
yang
diperlukan
dalam
persidangan,
pemeriksaan
dilanjutkan
pada
hari
tanpa
alasan
yang
dapat
18
Ketua,
Hakim
Anggota,
atau
Panitera
wajib
Ketua,
Hakim
Anggota,
atau
Panitera
wajib
19
memerintahkan
sengketa
dimaksud
segera
20
keterangan ahli;
pengetahuan Hakim
seorang
pejabat
umum,
yang
menurut
c.
d.
2. (1) Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan dibawah sumpah dalam persidangan tentang hal yang
ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya.
(2) Seorang yang tidak boleh didengar sebagai saksi tidak
boleh memberikan keterangan ahli.
(3) Atas permintaan kedua belah pihak atau salah satu pihak
atau karena jabatannya, Hakim Ketua atau Hakim Tunggal
dapat menunjuk seorang atau beberapa orang ahli.
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
21
(4) Seorang
ahli
dalam
persidangan
harus
memberi
menentukan
apa
yang
harus
dibuktikan,
beban
hadir
dan
didengar
keterangannya
dalam
persidangan.
(2)
(3)
(4)
22
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
sedarah
atau
semenda
menurut
garis
segala
sesuatu
sehubungan
dengan
(14)
23
(15)
(16)
(17)
sebagai
ahli
alih
bahasa
dalam
sengketa
dimaksud.
(18)
(19)
(20)
dapat
memerintahkan
Panitera
menuliskan
Saksi
diambil
sumpah
atau
janji
dan
didengar
(23)
24
membatalkan
25
pertimbangan
hukum
bukan
merupakan
26
putusan
yang
berbunyi
DEMI
KEADILAN
g. pokok sengketa
h. alasan hukum yang menjadi dasar putusan
i.
j.
(2) Tidak
dipenuhinya
salah
satu
ketentuan
diatas
27
Hakim
menyidangkan
Ketua
atau
berhalangan
Hakim
Tunggal
menandatangani,
yang
putusan
Hakim
Anggota
ditandatangani
berhalangan
oleh
Hakim
menandatangani,
Ketua
dengan
Berita
Acara Sidang yang memuat segala sesuatu yang terjadi
dalam persidangan.
(2) Berita Acara Sidang ditandatangani oleh Hakim Ketua atau
Hakim Tunggal dan Panitera dan apabila salah seorang dari
mereka berhalangan, alasan berhalangannya itu dinyatakan
dalam Berita Acara Sidang.
(3) Apabila Hakim Ketua atau Hakim Tunggal dan Panitera
berhalangan
menandatangani,
Berita
Acara
Sidang
seluruh
Banding,
kelebihan
pembayaran
Pajak
28
dan
dalam
hal
sudah
dicabut
permohonan
acara
yang
berlaku
pada
pemeriksaan
C. ALASAN PK
Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan
berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :
29
(tiga)
bulan
terhitung
sejak
diketahuinya
30
dilegalisir :
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
31
menjadi
Kuasa
Hukum
yang
bukan
Pengacara:
1) Warga Negara Indonesia (WNI)
2) Sebagai ahli pajak
3) Memiliki NPWP atau SPT PPh Pasal 21 Pemberi Kerja
(Formulir 1721 A1)
b. Tata Cara Mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar
Sebagai Kuasa Hukum yang bukan Pengacara
1) Mengajukan
permohonan
secara
tertulis
kepada
dilegalisir :
-
3. Pengecualian
Persyaratan untuk menjadi Kuasa Hukum tidak diperlukan
dalam hal yang mendampingi atau mewakili apemohon banding
atau penggugat adalah keluarga sedarah atau semenda sampai
dengan derajat kedua, pengurus, pegawai atau pengampu. Di
samping
itu,
untuk
seseorang
yang
baru
pertama
kali
32
4. Lain-lain
a. Kuasa Hukum yang hadir dipersidangan diwajibkan :
-
33
34
(4) Jangka waktu tersebut tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud
tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan penggugat.
(5) Perpanjangan jangka waktu pada angka (4) adalah 14 (empat belas)
hari terhitung sehjak berakhirnya keadaan di luar kekuasaan
penggugat.
(6) Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan
diajukan 1 (satu) Surat Gugatan.
c. Persiapan Persidangan di Pengadilan Pajak sebagai berikut :
(1) Pengadilan Pajak meminta Surat Uraian Banding atau Surat
Tanggapan atas Surat Banding atau Surat Gugatan kepada
terbanding atau tergugat dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterima Surat Banding atau Surat Gugatan.
(2) Dalam hal pemohon Banding mengirimkan surat atau dokumen
susulan kepada Pengadilan Pajak (Pasal 38) jangka waktu 14 (empat
belas) hari diatas dihitung sejak tanggal diterima surat atau dokumen
susulan dimaksud.
(3) Terbanding atau tergugat menyerahkan Surat Uraian Banding atau
Surat Tanggapan dalam jangka waktu :
a. 3 (tiga) bulan sejak yanggal dikirim permintaan Surat Uraian
Banding; atau
b. 1 (satu) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat Tanggapan.
(4) Salinan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan dimaksud oleh
Pengadilan Pajak dikirim kepada pemohon Banding atau penggugat
dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterima.
(5) Pemohon Banding atau penggugat dapat menyerahkan Surat
Bantahan kepada Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal diterima salinan Surat Uraian Banding atau
Surat Tanggapan.
(6) Salinan Surat Bantahan dikirimkan kepada terbanding atau tergugat,
dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterima Surat
Bantahan.
(7) Apabila terbanding atau tergugat, atau pemohon Banding atau
penggugat tidak memenuhinya, Pengadilan Pajak tetap melanjutkan
pemeriksaan Banding atau Gugatan.
35
36
DAFTAR ISI
Daftar Isi
MODUL 4
PERJANJIAN PERPAJAKAN
PENAGIHAN PAJAK
1.
2.
Pendahuluan ...
3.
2.2 Latihan 1
2.3 Rangkuman
13
C. Surat Paksa ..
14
D. Penyitaan .....................
17
25
F. Gugatan ...
30
3.2 Latihan 2
31
3.3 Rangkuman
32
4.
Test Formatif ..
34
5.
36
6.
36
7.
Daftar Pustaka
37
MODUL 4
PERJANJIAN PERPAJAKAN
PENAGIHAN PAJAK
1.
PENDAHULUAN
1.1. DESKRIPSI SINGKAT / RELEVANSI / PENGANTAR
Tiap-tiap
negar
amempunyai
ketentuan
perundang-undangna
negara
memungut
pajak
didasarkan
pada
asas
PERJANJIAN PERPAJAKAN
A. Subyek yang sama dikenalan pajak yang ada di beberapa negara, karena
:
a. Domisili rangkap
Wajib Pajak dianggap mempunyai domisili di masing-masing
negara, ini juga disebut conflict of resident rules.
Contoh: Wajib Pajak X dari negara A, berada 16 bulan di negara B.
Jika menurut peraturan negara A, Wajib Pajak yang meninggalkan
negara A tidak lebih dari 18 bulan masih dianggap sebagai wajib pajak
dalam negari, sedangkan negara B menganggap lebih dari 12 bulan di
negaranya sebagai wajib pajak negara B, maka X oleh dua negara a
dan B akan dikenakan pajak baik di negara A, maupun di negara B
untuk seluruh pendapatannya. (unbescrancnkter Steuerplicht).
b. Kewarganegaraan rangkap
Contoh: X oleh negara A dapat dianggap sebagai warga
negaranya karena ia dilahirkan dari seorang warga negara A (ius
sanguinis), sedangkan oleh negara B ia dianggap juga sebagai warga
negara B karena dilahirkan di wilayah negara B (ius soli).
c. Bentrokan asas domisili dengan asas kebangsaan
Contoh: X karena bertempat tinggal di negara A, yang
menganut asas domisili, dikenakan pajak oleh negara A untuk seluruh
pendapatanny yang diperoleh di mana saja (world wide income),
berdasarkan kewajiban pajak tak terbatas, sedangkan oleh negara B
yang menganut asas kewarganegaraan juga dikenakan pajak untuk
seluruh pendapatannya, karena X adalah warga negara di negara B.
diatur dalam
Undang-undang
Pembebasan
Cara pembebasan meliputi dua, yaitu:
1) Pembebasan penuh.
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
Rp. 80.000.000,-
Rp. 20.000.000,-
menurut
tarip
pasal
17
PPH
sebesar
Rp.
Rp. 80.000.000,-
Luar Negeri
Rp. 20.000.000,-
Rp. 80.000.000,-
Luar Negeri
Rp. 20.000.000,-
(Tarip 40%)
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
Contoh:
Pajak yang terutang atas seluruh penghasilan dalam dan luar
negeri menurut Pasal 17 Undang-undang PPh atas jumlah Rp.
100.000.000,adalah sebesar
Rp. 29.000.000,-
Rp. 8.000.000,=
Rp. 21.000.000,-
penghasilan
di
Luar
Negeri
terhadap
seluruh
Rp. 80.000.000,-
Luar Negeri
Rp. 20.000.000,-
(Tarip 40%)
Pajak terhutang menurut tarip pasal 17 Undang-undang PPh
atas seluruh penghasilan Rp. 100.000.000,- adalah sebesar
Rp. 29.000.000,Yang dapat dikreditkan hanya :
20 / 100 x Rp. 29.000.000,- adalah Rp.5.800.000,Yang masih harus dibayar Rp. 23.200.000,2.2. LATIHAN 1
1) Mengapa terjadi pajak berganda?
-
2.3. RANGKUMAN
a. Terjadinya pajak berganda karena conflict of jurisdiction, perbedaan
wewenang pemajakan, misalnya:
Pembebasan penuh
2) Metode kredit
-
Kredit Penuh
3.
PENAGIHAN PAJAK
adalah
pejabat
yang
berwenang
mengangkat
dan
j.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak;
adalah
larangan
yang
bersifat
sementara
terhadap
berdasarkan
alasan
tertentu
sesuai
dengan
peraturan
Penyandraan
adalah
pengekangan
sementara
waktu
kebebasan
t.
u. Barang adalah tiap benda atau hak yang dapat dijadikan obyek sita;
v. Kepala Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota;
w. Pemerintah Daerah adalah pemerintah daerah yang wilayah hukumnya
meliputi tempat tindakan penagihan pajak dilaksanakan;
x. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
A. PEJABAT DAN JURUSITA PAJAK
PEJABAT
a. Pengertian Pejabat
Pengertian mengenai pejabat diatur dalam Pasal 1 angka 5 UU No. 19
Tahun 1997, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.
19 Tahun 2000.
Pejabat
adalah
pejabat
yang
berwenang
memberhentikan
Jurusita
Pajak,
mengangkat
menerbitkan
Surat
dan
Perintah
Kantor
Pelayanan
Pajak,
sebagai
pejabat
untuk
penagihan:
a) Pajak Penghasilan;
b) Pajak Pertambahan nilai;
c) Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2) Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, sebagai
pejabat untuk penagihan:
a) Pajak Bumi dan Bangunan;
b) Bea Perolehan Hak atas tanah dan bangunan.
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
c. Wewenang Pejabat
Wewenang Pejabat tersebut adalah:
1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan Kepala Kantor Pelayanan
Pajak
Bumi
dan
Bangunan
berwenang
mengangkat
dan
Kantor
Pelayanan
Pajak
melaksanakan
tindakan
Kantor
Pelayanan
Pajak
Bumi
dan
Bangunan
10
11
a) Melaksanakan
Surat
Perintah
Penagihan
Seketika
dan
Sekaligus.
b) Memberitahukan Surat Paksa (dilaksanakan dengan cara
membacakan isi Surat Paksa dan kedua belah pihak
menandatangani Berita Acara sebagai pernyataan bahwa
Surat Paksa sudah diberitahukan dan selanjutnya salinan
Surat Paksa diserahkan kepada Penanggung Pajak dan asli
Surat Paksa disimpan di kantor Pejabat.
c) Melaksanakan
penyitaan
berdasarkan
Surat
Perintah
12
13
e. Apabila utang pajak dan biaya pengihan yang masih harus dibayar
tidak dilunasi oleh Penanggungan Pajak setelah lewat waktu 14
(empat belas) hari sejak tanggal pengumuman lelang, Pejabat segera
melakukan penjualan barang sitaan Penanggung Pajak melalui Kantor
Lelang.
f.
14
di
tempat
usaha
Penanggung
Pajak,
apabila
15
bersangkutan
apabila-jurusita
Pajak
tidak
dapat
khusus
untuk
menjalankan
hak
dan
kewajiban
tempat
tinggalnya,
tempat
usaha,
atau
tempat
16
kedudukan
Penanggung
Pajak
atau
wakilnya
dan
menerima
Surat
Paksa,
dan
Paksa dianggap
telah
diberitahukan.
D. PENYITAAN
Pengertian Penyitaan
Pengertian penyitaan dicantumlan dalam Pasal 1 angka Undang-undang
No. 19 Tahun 1997, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
No. 19 Tahun 2000 :
Tahun 2000 :
Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang
Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang Pajak
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Proses Penyitaan barang milik Penanggung Pajak
Proses penyitaan barang milik Penanggung Pajak dilaksanakan sebagai
berikut :
a. Penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak dilaksanakan
oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak /
PBB.
b. Penyitaan dilakukan dalam jangka waktu 2 x 24 Jam sejak tanggal SP
diberitahukan bila utang pajak tidak dilunasi.
c. Pelaksanaan dilakukan oleh Jurusita Pajak dengan 2 orang saksi
(dewasa, penduduk Indonesia, dikenal dan dapat dipercaya).
d. Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus terlebih dahulu :
1) Memperkenalkan diri
2) Memerlihatkan Kartu Pengenal Jurusita
3) Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Pernyitaan
4) Memberitahukan maksud dan tujuan penyitaan
e. Barang yang dapat disita terlebih dahulu adalah barang bergerak, bila
tidak mencukupi baru disita barang tidak bergerak kecuali apabila
tidak ada obyek sita untuk barang bergerak langsung barang tidak
bergerak. Barang yang dapat disita adalah barang yang berada di
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
17
dan deposito
dan
tempat
tidur
beserta
perlengkapannya
yang
rupiah), dan
6) Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung
Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
h. Jurusita harus membuat Berita Acara P\elaksanaan Sita yang ditanda
tangani oleh Jurusita, Penanggung Pajak dan Saksi-saksi.
i.
j.
Sekalipun
Penanggung
Pajak
tidak
hadir,
penyitaan
dapat
18
dan
biaya
penagihan.
Pengajuan
keberatan
tidak
untuk
memindahtangankan,
memindahkan
hak,
19
barang
yang
disita
telah
dikembalikan
kepada
Semua jenis barang yang telah disita oleh Pengadilan Negeri atau
instansi lain misalnya Panitia Urusan Piutang Negara tidak boleh
dilakukan penyitaan kembali oleh Jurusita Pajak.
Upaya Jurusita adalah :
1) Menyampaikan salinan Surat Paksa kepada Pengadilan Negeri
atau instansi yang berwenang.
2) Barang yang disita sebagai jaminan untuk pelunasan utang pajak.
3) Pengadilan Negeri atau Instansi lain yang berwenang menentukan
hak pembagian hasil penjualan barang tersebut berdasarkan hak
mendahulu.
4) Putusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan
hukum
tetap
disampaikan
kepada
Kantor
Lelang
untuk
20
PBB)
kepada
pimpinan
Bank
tempat
kekayaan
Bank
yang
bersangkutan
wajib
melaksanakan
Pajak
yang
meminta pemblokiran.
4) Penyitaan dilaksanakan :
a) Jurusita
setelah
menerima
berita
acara
pemblokiran,
21
Bank
yang
bersangkutan
untuk
Pajak
menyampaikan
salinan
BAPS
kepada
22
Rekening
Efek
pada
Kustodian
dilaksanakan
yang
melakukan
pemblokiran
dan
memberikan
Acara
Pemblokiran
dan
Berita
Acara
Pemberian
Keterangan.
Berita acara disampaikan :
a) Kepada Direktur Jenderal Pajak
b) Salinan diberikan kepada :
-
23
kepada
Penanggung
Pajak
dan
pihak
yang
24
dan
salinannya
disampaikan
kepada
perusahaan
tempat
penyertaan modal.
E. PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN
Pencegahan terhadap Penanggung Pajak
a. Arti Pencegahan
Arti pencegahan diatur dalam Pasal 1 angka 20 Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 1997, sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.
Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap
Penanggung Pajak tertentu untuk ke luar dari wilayah Negara
Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
b. Tata Cara Pencegahan
Tata cara pencegahan diatur dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 32
Undang-undang tersebut di atas.
Tata cara Pencegahan terhadap Penanggung Pajak dilaksanakan
sebagai berikut :
1) Tndakan
pencegahan
hanya
dapat
ddilakukan
terhadap
25
dilaksanakan
berdasarkan
Surat
Perintah
26
27
13) Penyanderaan
Penyanderaan
dilaksanakan
diterima
oleh
pada
saat
Surat
Penanggung
Perintah
Pajak
yang
bersangkutan.
14) Penyanderaan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi penduduk
Indonesia yang telah dewasa, dikenal oleh Jurusita Pajak yang
dapat dipercaya. Dalam melaksanakan penyanderaan Jurusita
Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian atau Kejaksaan.
15) Jurusita Pajak membuat Berita Acara Penyanderaan pada saat
Penanggung Pajak ditempatkan di tempat penyanderaan, dan
Berita Acara Penyanderaan ditanda tangani oleh Jurusita Pajak,
Kepala tempat penyanderaan dan saksi-saksi.
16) Berita Acara Penyanderaan sekurang-kurangnya memuat :
a) nomor dan tanggal Surat Perintah Penyanderaan
b) izin tertulis Menteri Keuangan atau Gubernur
c) identitas Penanggung Pajak
d) tempat penyanderaan
e) lamanya penyanderaan
f)
28
penyanderaan
kembali
adalah
sama
dengan
masa
terhadapnya
dengan
memperhitungkan
masa
hapusnya
utang
pajak
dan
terhentinya
rohaniwan
29
30
seketika
dan
sekaligus,
Pemberitahuan
Surat
Paksa,
31
3.3. RANGKUMAN
a. Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan oleh Pejabat apabila:
1) Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya atau berniat untuk itu.
2) Penangguhan Pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan
kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia,
ataupun memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasainya.
3) Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
badan usahanya dan berniat untuk itu.
4) Badan usaha akan dibubarkan oleh negara atau
5) Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga
atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
b. Pemberitahuan Surat Paksa kepada orang pribadi.
Surat paksa diberiahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
a) Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain
yang memungkinkan.
b) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja
di tempat usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang
bersangkutan tidak dapat dijumpai.
c) Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus
harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan
harta warisan belum dibagi, atau
d) Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta
warisan telah dibagi.
c. Pemberitahuan Surat Paksa kepada badan
Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
a) Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab,
pemilik modal baik di tempat keduduka badan yang bersangkutan, di
tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan
atau
Drs. Arif Surojo, M. Hum / PHP
32
33
4. TES NORMATIF
Nyatakan B(Benar), kalau pernyatan di bawah ini benar, dan nyatakan
S(Salah), kalau pernyataan ini salah.
a.
B -
b.
B -
c.
B -
tempat
kedudukan
atau
tempat
lain
termasuk
B -
e.
B -
f.
B -
34
meyampaikan
surat
paksa
dengan
dilampiri
surat
B -
h.
B -
Tindakan
pencegahan
hanya
dapat
dilakukan
terhadap
B -
yang
diterbitkan
oleh
Pejabat
setelah
B -
35
KUNCI JAWABAN
5.
TES FORMATIF
X 100%
10
Baik sekali
80% - 89%
Baik
70% - 79%
Cukup
Kurang
69%
36
a.
Dasar-Dasar
Pajak
Hukum
Pendapatan
Pajak
dan
1994,
P.Y.
. ,
Hukum
Pajak
Indonesia
Internasional
Perkembangan
dan
. ,
Peradilan
Hukum
Administrasi
Pajak
di
dalam
Indonesia,
PT Eresco, 1976.
d.
. ,
Asas
dan
Dasar
Perpajakan
I,
PT Eresco, 1992.
e.
. ,
f.
. ,
g.
. ,
. ,
Pajak
ditinjau
dari
segi
hukum
PT Eresco, 1990.
i.
. ,
Asas-asas
Hukum
Perpajakan,
Pengantar
Ilmu
Hukum,
l.
. ,
m.
37