Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
1.
DESKRIPSI SINGKAT
hal 1
1)
2)
3)
4)
Tatacara Pelunasan dan Penagihan Barang Kena cukai (BKC) serta masa
kadaluwarsa
5)
6)
7)
8)
9)
2.
PRASYARAT KOMPETENSI
Untuk mempelajari modul ini idealnya anda telah ditunjuk sebagi Peserta DTSD
2)
3)
4)
5)
3.
Standar kompetensi.
Standar kompetensi yang ingin dicapai terhadap siswa yang mempelajari modul ini
adalah agar siswa mampu melaksanakan tatacara operasional di bidang Cukai
hal 2
Kompetensi Dasar.
Kompetensi dasar yang diharapkan setelah mempelajari modul ini adalah agar peserta
mampu melaksanakan ketentuan yang berkaitan dengan :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
4.
RELEVANSI MODUL
Relevansi modul terhadap tugas pekerjaan yang akan dijalankan peserta diklat adalah
sebagai berikut :
1)
Materi modul ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan yang
tepat mengenai tatacara teknis operasional di bidang cukai;
2)
hal 3
B. KEGIATAN BELAJAR
TATACARA PERIZINAN
DI BIDANG CUKAI
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu:
1) Melaksanakan ketentuan umum Penerbitan NPPBKC
2) Melaksanakan Tatacara Penerbitan NPPBKC
3) Melaksanakan ketentuan khusus Penerbitan NPPBKC di Bidang Cukai Etil Alkohol
4) Melaksanakan Ketentuan khusus Penerbitan NPPBKC di Bidang Cukai MMEA
5) Melaksanakan Ketentuan Khusus Penerbitan di Bidang Cukai Hasil Tembakau
a.
pengusaha
pabrik,
importir,
penyalur
dan
hal 4
b)
c)
memenuhi izin-izin dari instansi terkait lainnya berdasarkan lingkup tugas, fungsi dan
wewenangnya masing-masing, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sebagai contoh, untuk izin NPPBKC sebagai Penyalur atau Pengusaha Tempat
Penjualan Eceran MMEA maka Pengusaha diwajibkan pula untuk memiliki Surat Izin
Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP-MB) yang dikeluarkan oleh Departemen
Perdagangan dan juga rekomendasi dari Kepolisian setempat.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomo 39 Tahun 2007
hal 5
istilah-istilah yang
Pabrik adalah tempat tertentu termasuk bangunan, halaman, dan lapangan yang
merupakan bagian daripadanya, yang dipergunakan untuk menghasilkan barang
kena cukai dan/atau untuk mengemas barang kena cukai dalam kemasan untuk
penjualan eceran;
b)
Pengusaha Pabrik adalah orang yang mengusahakan pabrik barang kena cukai;
c)
d)
e)
f)
g)
Importir BKC adalah orang yang memasukkan barang kena cukai ke dalam daerah
pabean;
h)
i)
Penyalur adalah orang yang menyalurkan atau menjual barang kena cukai yang
sudah dilunasi cukainya yang semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen
hal 6
Tempat Penjualan Eceran (TPE) adalah tempat untuk menjual secara eceran barang
kena cukai berupa MMEA atau Etil Alkohol kepada konsumen akhir;
k)
Pengusaha TPE adalah orang yang mengusahakan TPE baik TPE MMEA atau TPE Etil
Alkohol.
dan
Pengusaha TPE hanya diwajibkan khusus terhadap BKC berupa etil alkohol dan MMEA.
Hal ini dengan pertimbangan bahwa karakteristik BKC tersebut memiliki tingkat
kerawanan yang tinggi dalam peredarnnya.
Orang (baik sebagai pribadi atau badan hukum) yang berkedudukan di Indonesia;
hal 7
Orang (baik sebagai pribadi atau badan hukum) yang secara sah mewakili badan
hukum atau orang pribadi yang berkedudukan di luar Indonesia.
Dalam hal pemegang izin NPPBKC adalah orang pribadi, apabila yang bersangkutan
meninggal dunia, maka izin NPPBKC dapat dipergunakan selama dua belas bulan sejak
tanggal meninggalnya yang bersangkutan oleh ahli waris atau yang dikuasakan dan
setelah lewat jangka waktu tersebut izin wajib diperbaharui.
Orang yang membuat tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di
Indonesia yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk
penjualan eceran dengan bahan pengemas tradisional yang lazim dipergunakan,
apabila :
- Dalam pembuatannya tidak dicampur atau ditambah dengan tembakau yang
berasal dari luar negeri atau bahan lain yang lazim dipergunakan dalam
pembuatan hasil tembakau;
- Pada pengemas atau tembakau irisnya tidak dibubuhi atau dilekati atau
dicantumkan cap, merek dagang, etiket, atau sejenis dengan itu.
2)
Orang yang membuat minuman mengandung etil alkohol yang diperoleh dari hasil
peragian atau penyulingan, apabila :
- Dibuat oleh rakyat Indonesia;
- Pembuatannya dilakukan secara sederhana;
- Produksi tidak melebihi 25 (dua puluh lima) liter setiap hari;
- Tidak dikemas dalam kemasan penjualan eceran.
3)
hal 8
Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol yang jumlah penjualannya dalam
sehari maksimal 30 (tiga puluh) liter
5)
Pengusaha Tempata Penjualan Eceran MMEA dengan kadar paling tinggi 5% (lima
persen)
Persyaratan Lokasi
Secara umum lokasi/bangunan/tempat usaha yang dimintakan izin NPPBKC,
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Untuk Pabrik:
1)
2)
harus berbatasan langsung dengan jalan umum dan dapat dimasuki dari jalan
umum;
3)
memiliki luas lokasi, bangunan, atau tempat usaha dalam batas luas tertentu.
2)
harus berbatasan langsung dengan jalan umum dan dapat dimasuki dari jalan
umum;
3)
memiliki luas lokasi, bangunan, atau tempat usaha dalam batas luas tertentu.
4)
hal 9
memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok, dengan ketinggian paling
rendah 2 (dua) meter yang merupakan batas pemisah yang jelas, kecuali diatur lain
oleh pemerintah daerah; dan
6)
2)
barang kena cukai berupa MMEA dilarang menggunakan tempat penimbunan BKC
yang berdekatan dengan tempat ibadah umum, sekolah, atau rumah sakit
3)
2)
barang kena cukai berupa MMEA dilarang menggunakan tempat penimbunan BKC
yang berdekatan dengan tempat ibadah umum, sekolah, atau rumah sakit
3)
berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang berada
dalam Kawasan Perdagangan
2)
barang kena cukai berupa MMEA dilarang menggunakan tempat penimbunan BKC
yang berdekatan dengan tempat ibadah umum, sekolah, atau rumah sakit
3)
berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang berada
dalam Kawasan Perdagangan
hal 10
Laporan Kejadian
Barang bukti
hal 11
Pemegang izin NPPBKC tidak lagi mewakili kepentingan Badan Hukum atau
orang pribadi yang berkedudukan di luar Indonesia
Persyaratan Fisik lokasi bangunan atau tempat usaha tidak lagi dipenuhi
2)
3)
4)
pemegang izin tidak lagi secara sah mewakili badan hukum atau orang pribadi yang
berkedudukan di luar Indonesia ;
5)
6)
7)
8)
9)
dilunasi cukainya yang masih berada di dalam Pabrik atau Tempat Penyimpanan harus
dilunasi cukainya dan dikeluarkan dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan dalam waktu
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya surat keputusan pencabutan izin. Dalam hal
ketentuan tersebut tidak dipenuhi, maka barang kena cukai yang bersangkutan
dimusnahkan atau diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan. Barang kena
cukai yang telah dilunasi cukainya dan berada di tempat usaha importir barang kena
cukai, penyalur, dan pengusaha tempat penjualan eceran, yang izinnya telah dicabut,
hal 12
Perubahan NPPBKC
Perubahan nama perusahaan, kepemilikan perusahaan, lokasi/bangunan/tempat
usaha yang tercantum dalam NPPBKC, hanya dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya atas
nama Menteri Keuangan. Untuk hal tersebut, Subyek pemegang NPPBKC yang akan
melakukan perubahan nama perusahaan, kepemilikan perusahaan, lokasi/bangunan
Pabrik atau Tempat Penyimpanan, harus mengajukan permohonan perubahan NPPBKC
kepada Menteri Keuangan c.q. Kepala Kantor Pelayanan dilampiri dengan bukti
dokumen perubahan terdiri dari :
1)
2)
hal 13
Dalam hal permohonan diterima secara lengkap dan benar, Direktur Jenderal Bea
dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan dalam jangka
waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak permohonan diterima, menetapkan
Keputusan Perubahan NPPBKC dengan menggunakan format standar.
Dalam hal
permohonan diterima secara tidak lengkap atau tidak benar, Direktur Jenderal Bea dan
Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya memberitahukan secara tertulis kepada pemohon
untuk melengkapi kekurangan persyaratan atau memperbaiki data permohonan dalam
jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari.
Apabila dalam jangka waktu tersebut, Pemohon tidak melengkapi kekurangan
persyaratan atau memperbaiki data permohonan, Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau
Pejabat yang ditunjuknya mengeluarkan surat pemberitahuan penolakan yang memuat
alasan penolakan. Keputusan perubahan NPPBKC atau surat pemberitahuan penolakan
disampaikan kepada pemilik NPPBKC bersangkutan dan salinannya disampaikan kepada
Direktur Cukai dan Kepala Kantor Wilayah.
Penomoran NPPBKC
Untuk memberikan keseragaman dalam hal identifikasi data pemegang NPPBKC
maka penomoran NPPBKC ditetapkan secara standar dengan mengacu kepada ketentuan
Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : SE-03/BC/2009. Adapun sistem
penomoran yang harus digunakan dalam pemberian izin NPPBKC adalah sebagai berikut :
1)
hal 14
4 (empat) digit keempat merupakan nomor urut NPPBKC sesuai dengan nomor
urut pemberian di masing-masing Kantor Bea dan Cukai.
2)
Dalam rangka tertib administrasi dan menghindari duplikasi, pemberian nomor urut
NPPBKC baru maupun pembaharuan, untuk 4 (empat) digit keempat
dimulai
Angka 0706 adalah kode Kantor Penerbit NPPBKC untuk KPPBC Tipe Madya
Cukai Malang
Angka 1001 adalah nomor urut yang diberikan untuk pabrik MMEA PT A
(urutan ke-1 atas NPPBKC yang diterbitkan oleh KPPBC Tipe Madya Cukai
Malang)
0603.4.2. 0205 berada di wilayah pengawasan KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus.
Sesuai ketentuan, maka NPPBKC wajib diperbaharui oleh pemegang NPPBKC
dengan mengajukan permohonan dan wajib memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sesuai PMK Nomor 201/PMK.04/2008. Setelah dilakukan proses
penelitian administratif dan pemeriksaan lokasi sesuai ketentuan yang berlaku
hal 15
Angka 0603 adalah kode Kantor penerbit NPPBKC untuk KPPBC Tipe
Madya Cukai Kudus
Angka 1001 adalah nomor urut yang diberikan untuk TPE MMEA PT. B
Untuk mendapatkan izin NPPBKC sebagai Pengusaha Barang Kena Cukai maka
Pengusaha wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Bea dan Cukai
setempat. Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Cukai, pemberian izin NPPBKC
merupakan wewenang yang dimiliki oleh Menteri Keuangan, akan tetapi dalam
pelaksanaan operasionalnya wewenang ini telah didelegasikan hingga pada level Kepala
Kantor Bea dan Cukai. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memberi kemudahan kepada
para pengusaha yang ingin mendapatkan izin ukegiatan di bidang cukai.
Secara umum proses pemberian izin NPPBKC kepada subyek NPPBKC dapat kami
rangkum dalam gambar 1.1 berikut. Mekanisme pengajuan NPPBKC ini kami rangkum
dari tiga Peraturan Menteri Keuangan yang berkaitan dengan NPPBKC sebagaimana
telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
hal 16
Penjelasan :
1) Proses pengajuan izin NPPBKC secara umum dilaksanakan dalam dua tahapan.
Tahapan pertama adalah permohonan pemeriksaan lokasi, yaitu permntaan
untuk dilakukannya pemeriksaan lokasi atas bangunan atau tempat usaha yang
akan dijadikan lokasi kegiatan di bidang cukai.
2) Permohonan pemeriksaan lokasi atas bangunan atau tempat usaha minimal
harus dilampiri dengan :
-
3) Atas permohonan yang diajukan tersebut, Kantor Pelayanan Bea dan Cukai akan
melakukan wawancara terhadap pemohon. Tujuan wawancara adalah untuk
memeriksa kebenaran data pemohon selaku penanggung jawab dan juga
hal 17
hal 18
c.
b)
c)
Berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang
lokasinya dalam kawasan industri;
d)
e)
f)
Memiliki bangunan, ruangan dan tempat yang dipakai untuk membuat etil
alkohol;
g)
h)
i)
j)
hal 19
l)
Memiliki ruangan yang memadai bagi pejabat bea dan cukai dalam melakukan
pekerjaan atau pengawasan; dan
b)
c)
Berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang
lokasinya dalam kawasan industri;
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
Memiliki ruangan yang memadai bagi pejabat bea dan cukai dalam melakukan
pekerjaan atau pengawasan.
hal 20
b)
Memiliki jarak lebih dari 100 (seratus) meter dengan tempat ibadah umum,
sekolah atau rumah sakit;
c)
Berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang berada
di kawasan perdagangan;
d)
e)
f)
Memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok dengan ketinggian paling
rendah 2 (dua) meter yang merupakan batas pemisah yang jelas, kecuali sisi
bagian depan disesuaikan dengan aturan pemerintah daerah setempat.
4)
Dilarang berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau tempattempat lain yang bukan bagian dari TPE yang dimintakan izin, kecuali yang
berada di kawasan industri atau kawasan perdagangan;
b)
Berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang
berada di kawasan perdagangan;
c)
Persyaratan Administrasi
Untuk mendapatkan NPPBKC terhadap kegiatan yang berkaitan dengan BKC etil
alkohol maka pengusaha harus memenuhi persyaratan administrasi sebagai berikut:
1) Pabrik Etil Alkohol dan Tempat Penyimpanan Etil Alkohol
a)
b)
c)
Izin Usaha Industri dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Perindustrian dan/atau Perdagangan;
hal 21
Izin Usaha Perdagangan dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Perindustrian dan/atau Perdagangan;
e)
Khusus untuk Pengusaha Pabrik Etil Alkohol, dilengkapi dengan izin atau
rekomendasi dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Kesehatan;
f)
Khusus untuk Pengusaha Pabrik Etil Alkohol, dilengkapi dengan izin atau
rekomendasi dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang Tenaga
Kerja;
g)
h)
i)
j)
k)
l)
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lokasi dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
setempat.
1)
Izin sebagai importir dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidanng perdagangan;
2)
b)
c)
d)
e)
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lokasi dari Kantor Bea dan Cukai setempat.
b)
c)
Izin usaha perdagangan dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Perdagangan;
d)
Izin atau rekomendasi dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang tenaga kerja;
hal 22
f)
g)
h)
i)
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lokasi dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
setempat.
j)
b)
c)
d)
e)
Memiliki bangunan, ruangan dan tempat yang dipakai untuk membuat MMEA;
f)
Memiliki bangunan, ruangan, tempat, dan tangki atau wadah lainnya untuk
menimbun MMEA yang selesai dibuat;
g)
Memiliki bangunan, ruangan, tempat, dan tangki atau wadah lainnya untuk
menimbun MMEA yang cukainya sudah dibayar atau dilunasi;
hal 23
Memiliki bangunan, ruangan, tempat, dan tangki atau wadah lainnya untuk
menimbun MMEA yang selesai dibuat;
i)
j)
k)
Memiliki ruangan yang memadai bagi pejabat bea dan cukai dalam melakukan
pekerjaan atau pengawasan; dan
l)
2)
b)
Memiliki jarak lebih dari 100 (seratus) meter dengan tempat ibadah umum,
sekolah atau rumah sakit;
c)
Berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang berada
di kawasan perdagangan;
d)
e)
f)
Memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok dengan ketinggian paling
rendah 2 (dua) meter yang merupakan batas pemisah yang jelas, kecuali sisi
bagian depan disesuaikan dengan aturan pemerintah daerah setempat.
3)
b)
Memiliki jarak lebih dari 100 (seratus) meter dengan tempat ibadah umum,
sekolah atau rumah sakit;
hal 24
Berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang berada
di kawasan perdagangan;
d)
e)
f)
g)
h)
Memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok dengan ketinggian paling
rendah 2 (dua) meter yang merupakan batas pemisah yang jelas, kecuali sisi
bagian depan disesuaikan dengan aturan pemerintah daerah setempat.
4)
Dilarang berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau tempattempat lain yang bukan bagian dari TPE yang dimintakan izin, kecuali yang
berada dikawasan industri atau kawasan perdagangan;
b)
Berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang berada
di kawasan perdagangan;
c)
Memiliki jarak lebih dari 100 (seratus) meter dengan tempat ibadah umum,
sekolah dan rumah sakit, kecuali tempat ibadah umum yang disediakan oleh
pengusaha hotel, restoran, atau tempat hiburan ;
d)
e)
Persyaratan Administrasi
Untuk mendapatkan NPPBKC terhadap kegiatan yang berkaitan dengan BKC
MMEA maka pengusaha minimal harus memenuhi persyaratan administrasi sebagai
berikut:
1) Pabrik MMEA
a)
b)
hal 25
Izin Usaha Industri dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Perindustrian dan/atau Perdagangan;
d)
Izin Usaha Perdagangan dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Perindustrian dan/atau Perdagangan;
e)
izin atau rekomendasi dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Kesehatan;
f)
izin atau rekomendasi dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Tenaga Kerja;
g)
h)
i)
j)
k)
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lokasi dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
setempat.
l)
2)
terbatas, artinya bahwa hanya importir terdaftar (IT) tertentu saja yang
mendapat izin khusus dari Menteri Perdagangan yang boleh mengimpor MMEA.
Untuk saat ini, hanya PT. Sarinah yang mendapat izin khusus untuk mengimpor
MMEA;
b) Nomor Pokok Wajib Pajak ;
c) Akta Pendirian Usaha, apabila pemohon merupakan Badan Hukum; dan
d) Nomor Identitas Kepabeanan
e) Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lokasi dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
setempat.
3)
hal 26
c)
Izin usaha perdagangan dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Perdagangan. Dalam hal ini ada dua izin yang harus dimiliki, yaitu Surat
izin usaha Perdagangan (SIUP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman
Beralkohol (SIUPMB);
d)
Izin atau rekomendasi dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang tenaga kerja;
e)
f)
g)
h)
i)
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lokasi dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
setempat.
j)
4)
b)
c)
Izin usaha perdagangan dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Perdagangan. Dalam hal ini ada dua izin yang harus dimiliki, yaitu Surat
izin usaha Perdagangan (SIUP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman
Beralkohol (SIUPMB);
d)
Izin atau rekomendasi dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang tenaga kerja;
e)
f)
g)
h)
hal 27
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lokasi dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
setempat.
j)
berkaitan dengan mekanisme pemberian izin NPPBKC yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, diatur pula hal-hal yang bersifat khusus terhadap proses pemberian izin
NPPBKC untuk jenis BKC berupa Hasil Tembakau. Berikut ini akan kami jelaskan
beberapa ketentuan khusus yang harus dipenuhi dalam proses pemberian izin dalam
kegiatan cukai Hasil Tembakau.
2)
b)
c)
d)
e)
b)
hal 28
Persyaratan Administrasi
Untuk mendapatkan NPPBKC terhadap kegiatan yang berkaitan dengan BKC Hasil
Tembakau maka pengusaha minimal harus memenuhi persyaratan administrasi sebagai
berikut:
1) Pabrik Hasil Tembakau
a)
b)
c)
Izin Usaha Industri dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Perindustrian dan/atau Perdagangan;
d)
Izin Usaha Perdagangan dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Perindustrian dan/atau Perdagangan;
e)
izin atau rekomendasi dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Tenaga Kerja;
f)
g)
h)
i)
j)
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lokasi dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
setempat;
k)
l)
2)
hal 29
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lokasi dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
setempat.
1.2 Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi bahasan pada kegiatan belajar 1 ini, coba
kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1.
Jelaskan siapa saja yang wajib memiliki izin NPPBKC dan juga yang dikecualikan
untuk memiliki izin NPPBKC ?
2.
Jelaskan persyaratan fisik minimal yang berkaitan dengan luas lokasi tempat
usaha yang harus dimiliki oleh pengusaha dalam melakukan kegiatan di bidang
cukai ?
3.
4.
5.
1.3 Rangkuman
1)
2)
Subyek yang wajib memiliki NPPBKC adalah : Pengusaha Pabrik BKC, Pengusaha
tempat Penyimpanan etil alkohol, Penyalur MMEA dan etil alkohol, Importir BKC,
Pengusaha Tempat penjualan Eceran MMEA dan Etil alkohol;
3)
Pada prinsipnya izin NPPBKC dikeluarkan oleh Menteri Keuangan, namun dalam
praktek operasionanlnya izin tersebut didelegasikan kewenangannya kepada
Kepala Kantor Bea dan Cukai setempat;
4)
Jangka waktu berlakunya izin NPPBKC adalah: khusus izin NPPBKC bagi Pengusaha
Pabrik/ Pengusaha Tempat Penyimpanan/ Importir adalah selama pengusaha
hal 30
b.
adanya bukti yang cukup sehingga persyaratan perizinan tidak lagi dipenuhi;
c.
6)
b)
c)
d)
pemegang izin tidak lagi secara sah mewakili badan hukum atau orang
pribadi yang berkedudukan di luar Indonesia ;
e)
f)
g)
h)
i)
Berikut ini adalah subyek cukai yang wajib memiliki NPPBKC, kecuali
a. Pengusaha Pabrik Etil Alkohol
b. Pengusaha Penyalur Hasil Tembakau
c. Pengusaha Tempat Penjualan Eceran MMEA
d. Importir BKC
2.
Persyaratan minimal untuk luas lokasi pabrik hasil tembakau yang memenuhi
kelayakan untuk diterbitkan NPPBKC adalah
hal 31
Persyaratan minimal untuk luas lokasi pabrik etil alkohol yang memenuhi
kelayakan untuk diterbitkan NPPBKC adalah
a. 300 M2
b. 5000 M2
c. 200 M2
d. 7.000 M2
4.
5.
6.
7.
8.
a.
300 meter
b.
200 meter
c.
100 meter
d.
250 meter
Untuk melakukan kegiatan impor MMEA dari luar negeri kewajiban perizinan
yang harus dimiliki adalah
a. Izin NPPBKC, Registrasi Importir dan Penunjukan dari Dep. Perdagangan
hal 32
Dalam hal izin NPPBKC pabrik atau tempat penyimpanan dicabut, tindakan apa
yang harus segera dilakukan terhadap BKC yang belum dilunasi cukainya yang
masih berada di dalam pabrik/tempat penyimpanan tersebut :
a.
Harus dilunasi cukainya dan dikeluarkan pada hari yang sama dengan
keputusan NPPBKC
b.
c.
Harus dilunasi cukainya dan dikeluarkan paling lama 30 hari sejak tanggal
keputusan pencabutan NPPBKC
d.
10.
11.
12.
Dalam hal pemegang NPPBKC meninggal dunia maka tindakan yang dilakukan
ahli waris
a. Meneruskan kepemilikan NPPBKC tanpa permohonan perubahan
b. Mengajukan permohonan perubahan kepemilikan
c. Cukup memberitahukan pergantian kepemilikan
d. Mengajukan permohonan baru NPPBKC
13.
Dalam hal pemegang NPPBKC tidak lagi berada di suatu Perusahaan, karena
alasan telah terjadinya pergantian kepemilikan
a.
hal 33
14.
b.
c.
d.
Berikut ini adalah subyek yang wajib memiliki izin NPPBKC, kecuali
a. Pengecer etil alkohol yang jumlahnya dalam sehari 50 liter
b. Pengecer MMEA dengan kadar etil alkohol 4%
c. Penyalur MMEA skala kecil
d. Importir etil alkohol
15. Pabrik MMEA PT. A diberikan NPPBKC dengan nomor 0706.1.2. 1001 , berikut
adalah pernyataan yang benar, kecuali
a. Angka 0706 adalah kode Kantor Penerbit NPPBKC
b. Angka 1 adalah kode untuk pabrik Barang Kena Cukai
c. Angka 2 adalah kode untuk jenis BKC berupa etil alkohol
d. Angka 1001 adalah nomor urut
hal 34
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan
cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci
sebagaimana rumus dibawah ini.
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,99 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60,99 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. Jika belum mencapai angka 81%, kami
menyarankan agar anda mengulang kembali materi kegiatan belajar ini.
hal 35
pengetahuan
mengenai
konsep
tarif
cukai
mengenai konsep tarif cukai, akan memudahkan anda dalam melaksanakan tugas-tugas
yang berkaitan dengan penetapan tarif cukai di tempat kerja masing-masing.
hal 36
Barang kena cukai berupa hasil tembakau, dikenakan cukai berdasarkan tarif paling
tinggi :
a. Untuk yang dibuat di Indonesia :
275% (dua ratus tujuh puluh lima persen) dari harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik(HJP) ; atau
57% (lima puluh tujuh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran (HJE).
275% (dua ratus tujuh puluh lima persen) dari harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bea masuk ; atau
57% (lima puluh tujuh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran.
(2) Barang kena cukai lainnya dikenakan cukai berdasarkan tarif paling tinggi :
a. Untuk yang dibuat di Indonesia :
1.150% (seribu seratus lima puluh persen) dari harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik ; atau
80% (delapan puluh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran.
1.150% (seribu seratus lima puluh persen) dari harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bea masuk ; atau
80% (delapan puluh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran.
hal 37
Kenyataan riil yang ada di pasar menunjukkan bahwa HJE yang ditetapkan
pemerintah (official price) selalu lebih tinggi dibandingkan dengan harga
transaksi di tingkat konsumen (demand price). Hal ini terjadi karena adanya
mekanisme pasar yang terbentuk terhadap konsumsi barang kena cukai
tersebut.
Adanya disparitas harga yang cukup tinggi antara HJE penetapan pemerintah
(official price) dengan harga transaksi pasar (demand price) membuat
produsen rokok membayar cukai lebih besar dari yang seharusnya. Dampaknya
adalah timbulnya upaya-upaya penghindaran cukai dalam berbagai bentuk,
antara lain: penggunaan pita cukai palsu, rokok tanpa pita cukai (rokok polos),
penggunaan pita cukai yang bukan haknya, dan lain sebagainya. Pemerintah
khususnya DJBC dengan jumlah sumber daya yang terbatas akan kesulitan
hal 38
Sistem tarif cukai spesifik sudah lebih dahulu diterapkan terhadap BKC
berupa etil alkohol dan MMEA sejak awal pemberlakukan Undang-undang Nomor
11 Tahun 1995 tentang Cukai, dan bahkan sejak masa penerapan Ordonansi Cukai
Bir dan Cukai Alkohol Sulingan. Sejak penerapan Peraturan Menteri Keuangan
nomor 203/PMK.04/2008 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau pada tanggal 1
Februari 2009, pemungutan cukai hasil tembakau secara resmi menggunakan
sistem tarif spesifik.
Keuntungan dan kerugian sistem tarif spesifik ini merupakan kebalikan dari
sistem tarif advalorum. Dari sisi keuntungan, sistem tarif spesifik relatif akan
memudahkan aparatur DJBC dalam pengawasan terhadap peredaran BKC di
pasaran. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sistem tarif advalorum cenderung
membuat disparitas harga jual BKC menjadi semakin besar. Hal ini tidak terjadi
pada sistem tarif spesifik, oleh karena kebijakan kenaikan cukai cenderung
menggunakan
hal 39
Harga Dasar
Istilah harga dasar dalam konsep pemungutan cukai muncul bersama-sama
dengan ketentuan tarif cukai dalam Pasal 5 Undang-undang Cukai. Selanjutnya di dalam
pasal 6 Undang-undang Cukai, ketentuan mengenai harga dasar dipertegas kembali
sebagaimana bunyi pasal berikut :
1)
Harga dasar yang digunakan untuk perhitungan cukai atas BKC yang dibuat di
Indonesia adalah harga jual pabrik atau harga jual eceran.
2)
Harga dasar yang digunakan untuk perhitungan cukai atas BKC yang diimpor
adalah nilai pabean ditambah bea masuk atau harga jual eceran.
Berdasarkan ketentuan pasal 5 dan pasal 6 Undang-undang Cukai dapat
disimpulkan bahwa harga dasar yang dapat digunakan dalam rangka penghitungan
sistem tarif cukai advalorum adalah :
hal 40
Harga Jual Eceran, pengertiannya adalah harga yang ditetapkan oleh Pemerintah
sebagai dasar penghitungan besarnya tarif cukai. Oleh karena penetapan HJE Hasil
tembakau dilakukan oleh Pemerintah, maka Mark (2003) mengistilahkan harga
jual eceran tersebut sebagai official price. Akan tetapi ketika Dalam konteks
sistem pemungutan cukai MMEA istilah Harga Jual Eceran cenderung lebih
mengarah kepada Harga Pemberitahuan.
b)
Bila kita
meninjau definisi yang diberikan dalam penjelasan pasal 6 ayat (1) Undangundang Cukai dapat disebutkan bahwa istilah harga jual pabrik similar dengan
istilah harga pokok penjualan (HPP).
penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang
dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual. Ada dua manfaat dari harga
pokok penjualan, yaitu: (i) Sebagai patokan untuk menentukan harga jual, dan (ii)
untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar
dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila
harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.
Untuk lebih jelasnya, anda dapat membandingkan komponen harga jual pabrik
dan harga jual eceran dalam dokumen CK-21 A berikut ini. Dokumen CK-21A
merupakan dokumen mengenai kalkulasi harga jual eceran yang wajib
diberitahukan oleh Pengusaha Hasil Tembakau pada saat mengajukan
permohonan penetapan tarif dan harga jual eceran hasil tembakau atas merekmerek baru yang akan dipasarkan.
hal 41
Gambar 2.1
Kalkulasi Harga Jual Eceran Hasil Tembakau
hal 42
Nilai Pabean + Bea Masuk, merupakan harga dasar yang dapat digunakan
Pemerintah sebagai patokan dalam rangka penghitungan tarif cukai khususnya
tarif cukai atas BKC yang diimpor. Istilah nilai pabean dan bea masuk adalah istilah
yang diatur di dalam Undang-undang Kepabeanan. Sebagai tambahan penjelasan,
untuk penentuan harga dasar dalam penghitungan nilai cukai atas BKC yang
diimpor maka Pemerintah lebih memilih untuk menggunakan patokan harga dasar
berupa Harga Jual Eceran yang ditetapkan oleh pemerintah (official price).
cukai
hasil
tembakau
adalah
Peraturan
menteri
Keuangan
nomor
2)
3)
Batasan HJE, artinya adalah batas HJE minimum yang boleh diajukan Pengusaha
dalam rangka penetapan Tarif cukai; dan
4)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau
hal 43
hasil
tembakau
yang
diakomodasikan
dalam
PMK
nomor
Sigaret Putih Mesin (SPM), adalah sigaret yang dalam pembuatannya tanpa
dicampuri dengan cengkih, kelembak, atau kemenyan yang
dalam pembuatannya mulai dari pelintingan, pemasangan
filter, pengemasannya dalam kemasan untuk penjualan
eceran, sampai dengan pelekatan pita cukai, seluruhnya,
atau sebagian menggunakan mesin.
3)
Sigaret Kretek Tangan (SKT) adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur
dengan cengkih, atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa memperhatikan
jumlahnya yang dalam proses pembuatannya mulai dari pelintingan, pengemasan
dalam kemasan untuk penjualan eceran, sampai dengan pelekatan pita cukai,
tanpa menggunakan mesin.
Sigaret Putih Tangan (SPT) adalah sigaret yang dalam pembuatannya tanpa
dicampuri dengan cengkih, kelembak, atau kemenyan yang dalam proses
pembuatannya mulai dari pelintingan, pemasangan filter, pengemasan dalam
hal 44
Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF) adalah sigaret yang dalam pembuatannya
dicampur dengan cengkih, atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa
memperhatikan jumlahnya yang dalam proses pembuatannya mulai dari
pelintingan, pemasangan filter, pengemasan dalam kemasan untuk penjualan
eceran, sampai dengan pelekatan pita cukai, tanpa menggunakan mesin.
Sigaret Putih Tangan Filter (SPTF) adalah sigaret yang dalam pembuatannya tanpa
dicampuri dengan cengkih, kelembak atau kemenyan yang dalam proses
pembuatannya mulai dari pelintingan, pemasangan filter, pengemasan dalam
kemasan untuk penjualan eceran, sampai dengan pelekatan pita cukai, tanpa
menggunakan mesin.
5)
7)
Rokok Daun atau Klobot (KLB) adalah hasil tembakau yang dibuat dengan daun
nipah, daun jagung (klobot), atau sejenisnya, dengan cara dilinting, untuk dipakai,
tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan
dalam pembuatannya.
8)
Tembakau Iris (TIS) adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau yang
dirajang, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan
pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
9)
Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL) adalah hasil tembakau yang dibuat
dari daun tembakau selain yang disebut dalam angka 1 sampai dengan angka 8
yang dibuat secara lain sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera
hal 45
No.
URUT
JENIS
HASIL TEMBAKAU
1.
SKM
2.
SPM
3.
4.
5.
TIS
hal 46
GOLONGAN
PENGUSAHA
PABRIK
BATASAN PRODUKSI
(per tahun takwin)
I
II
I
II
I
II
III
I
II
Tanpa Gol.
Tanpa Gol.
Tanpa Gol.
Tanpa Gol.
Apabila jumlah produksi suatu pabrikan hasil tembakau telah melampaui batasan
jumlah produksi untuk golongan diatasnya, maka pengusaha yang bersangkutan wajib
mengajukan penyesuian kenaikan golongan. Pengajuan ini tetap harus dilakukan oleh
yang bersangkutan meskipun belum genap satu tahun takwim atau masih dalam periode
satu tahun takwim berjalan. Penyesuaian tarif cukai atas kenaikan golongan ini akan
mulai berlaku setelah 6 (enam) bulan sejak tanggal keputusan mengenai penyesuaian
golongan Pengusaha Pabrik hasil tembakau, dan tidak melebihi tahun takwim berjalan.
Contoh (diambil dari sumber SE-27/BC/2009):
1)
b)
2)
b)
Dalam hal hasil produksi selama satu tahun takwim ternyata kurang dari batasan
jumlah produksi pabrik yang berlaku bagi golongan yang telah ditetapkan, maka
Pengusaha Pabrik hasil tembakau yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan
untuk penurunan golongan. Permohonan penurunan golongan diajukan paling lambat
hal 47
Harga jual eceran yang tercantum dalam penetapan tarif cukai yang masih berlaku
berdasarkan PMK nomor 203/PMK.011/2008;
2)
Harga jual eceran yang diberitahukan oleh Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau,
khusus untuk pengajuan merek baru
3)
Harga jual eceran yang menjadi dasar acuan sebagaimana tersebut diatas, harus dalam
kelipatan Rp. 25,00 .
Harga jual eceran per batang atau gram untuk setiap jenis hasil tembakau untuk
tujuan ekspor harus ditetapkan sama dengan HJE per batang atau gram untuk setiap
jenis hasil tembakau dari jenis dan merek hasil tembakau yang sama yang ditujukan
untuk pemasaran di dalam negeri. Penetapan HJE atas produk hasil tembakau yang
diekspor tetap diperlukan untuk pencatatan administrasi, meskipun untuk produk hasil
hal 48
HJE sebesar Rp. 8.050,- bila dibagi 12 batang hasilnya adalah Rp. 670,83
Untuk HJE atas merek A : Rp.10.650,- dibagi 16 hasilnya adalah Rp. 665,63
Untuk HJE atas merek B : Rp. 13.375,- dibagi 20 hasilnya adalah Rp. 668,75
Oleh karena HJE atas merek C telah melebihi batas minimal HJE terendah yang
dimilikinya (merek A), maka pengajuan HJE atas merek C dapat disetujui oleh KPPBC
setempat. Selanjutnya perhitungan penetapan tarif cukai atas merek C dapat
merujuk pada ketentuan Lampiran II PMK nomor 181/PMK.011/2009, yaitu berada
dalam batasan harga jual eceran per batang atau gram golongan I layer 1 dengan
rentang harga jual eceran lebih dari Rp 660 per batang, maka penetapan tarif
cukainya adalah Rp 310 per batang.
2)
Pabrik XYZ merupakan pabrik yang sudah lama berdiri, termasuk Pengusaha
Pabrik jenis SPM golongan II, mengajukan penetapan tarif cukai atas merek C
dengan HJE diberitahukan adalah Rp 6.000 isi 20 batang. Untuk pengajuan
hal 49
HJE Merek C sebesar Rp. 6.000,- bila dibagi dengan isi 20 batang hasilnya
adalah Rp. 300,00
Untuk HJE atas merek A : Rp.6.025,- dibagi 20 hasilnya adalah Rp. 301,25
Untuk HJE atas merek B : Rp. 6.200,- dibagi 20 hasilnya adalah Rp. 310,00
Oleh karena HJE atas merek C masih dibawah batas minimal HJE terendah yang
dimilikinya (merek A), maka pengajuan HJE atas merek C harus ditolak oleh KPPBC
setempat. HJE minimal yang boleh diajukan atas merek C adalah Rp. 6.025,- dengan
penetapan tarif cukai sebesar Rp. 200 per batang.
2)
hal 50
Batasan harga jual eceran per batang ata gram, yang ditetapkan oleh Menteri
Tarif cukai hasil tembakau untuk masing-masing Pengusaha Pabrik atau Importir
ditetapkan oleh kepala Kantor dengan menerbitkan keputusan mengenai tarif cukai hasil
tembakau. Tarif cukai hasil tembakau ditetapkan dengan menggunakan jumlah dalam
rupiah untuk setiap satuan batang atau gram hasil tembakau. Mekanisme pengajuan
penetapan tarif cukai dapat kami jelaskan dalam gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2
Alur Proses Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau
atas Merek-Merek Baru
Penjelasan :
1)
2)
hal 51
Batasan minimal
4)
5)
Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal
penetapan, Kepala Kantor wajib mengirimkan lembar tembusan keputusan
penetapan hasil tembakau disertai berkas lampiran kepada Kepala Kantor Wilayah
dan Direktur Cukai.
Keputusan tentang Penetapan Harga Jual Eceran yang dikeluarkan oleh Kepala
Kantor Bea dan Cukai dinyatakan tidak berlaku, apabila selama lebih dari enam bulan
berturut-turut Pengusaha Pabrik atau Importir yang bersangkutan :
1)
2)
Untuk dapat menggunakan kembali Harga Jual Eceran atas merek hasil tembakau yang
dinyatakan tidak berlaku, Pengusaha Pabrik atau Importir harus mengajukan kembali
Permohonan Penetapan Harga Jual Eceran sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang
berlaku. Dalam hal penetapan kembali, maka tarif cukai atas merek tersebut tidak boleh
hal 52
Dalam hal harga transaksi pasar atas suatu merek hasil tembakau telah melampaui
batasan HJE per batang atau gram diatasnya, maka pengusaha pabrik atau importir
wajib mengajukan penyesuaian tarif cukai. Contoh :
- Merek A, SKM, Gol.I, isi @ 16 batang, HJE penetapan adalah Rp. 10.550,- dengan
tarif cukai Rp. 300 per batang. Pemantauan HJE oleh pejabat bea dan cukai
dalam suatu wilayah dan dalam periode pemantauan tertentu menunjukkan
bahwa harga transaksi pasar untuk merek A tersebut sudah mencapai Rp.
10.600,-.
- Dalam kondisi perbedaan harga ini Direktur Cukai atas nama Direktur Jenderal
akan segera memberitahukan kepada Pengusaha yang bersangkutan untuk
segera mengajukan penyesuaian tarif cukai.
sebesar Rp. 10.600,- per kemasan atau Rp. 662,5 per batang telah melampaui
batasan layer ke-2 Golongan I untuk produk SKM. Atas merek A tersebut wajib
disesuaikan tarif cukai dan HJE nya menjadi Rp. 10.600, - (layer 1) dengan tarif
cukai spesifik sebesar Rp. 310,- per batang.
2)
Dalam hal harga transaksi pasar atas suatu merek yang penetapan tarif cukainya
berada pada posisi batasan HJE per batang atau gram tertinggi (layer 1) untuk
masing-masing golongan pengusaha pabrik hasil tembakau, telah melampaui 5%
(lima persen) dari HJE yang berlaku atau harga yang tercantum dalam pita cukai
maka pengusaha pabrik atau importir hasil tembakau wajib mengajukan
permohonan penyesuian kenaikan HJE sebagai dasar perhitungan PPN Hasil
Tembakau. Dalam hal ini tarif cukai untuk merek hasil tembakau tersebut tidak
akan mengalami kenaikan karena sudah pada level tertinggi
di golongannya
masing-masing. Contoh :
hal 53
HJE merek B sebesar Rp. 11.125,- per kemasan atau Rp. 695,31 per batang telah
melampaui 5% dari HJE penetapannya .
Tabel 2.2
Tarif Cukai dan Batasan Minimal HJE
Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri
No.
Urut
1.
Golongan
I
SKM
II
2.
SPM
3.
II
I
SKT
atau
SPT
II
III
4.
SKTF
atau
SPTF
II
5.
TIS
hal 54
Tanpa Gol.
Tarif Cukai
per batang
Rp.310
Rp.300
Rp.280
Rp.230
Rp.195
Rp.155
Rp.310
Rp.275
Rp.225
Rp.200
Rp.165
Rp.105
Rp.215
Rp.165
Rp.145
Rp.105
Rp.95
Rp.90
Rp.65
Rp.310
Rp.300
Rp.280
Rp.230
Rp.195
Rp.155
Rp.21
Rp.19
6.
KLB
Tanpa Gol.
7.
8.
KLM
CRT
Tanpa Gol.
Tanpa Gol.
9.
HPTL
Tanpa Gol.
Rp.5
Rp.25
Rp.18
Rp.17
Rp.100.000
Rp.20.000
Rp.10.000
Rp.1.200
Rp.250
Rp.100
c.
hal 55
2)
3)
62/PMK.011/2010
Tarif cukai etil alkohol yang berlaku saat ini adalah tarif flat sebesar Rp. 20.000,- per liter
tanpa membedakan jenis dan kadar etil alkohol yang terkandung didalamnya.
Apabila kita meninjau kebijakan tarif yang diterapkan terhadap cukai MMEA ,
maka kebijakan tarif cukai MMEA sejak awal pemberlakuan Undang-undang Nomor 11
tahun 1995 tentang Cukai pada tahun 1996, tercatat telah mengalami beberapa kali
perubahan, yaitu :
1)
2)
3)
4)
Tarif
cukai
MMEA
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
90/KMK.04/2006
5)
Tarif
cukai
MMEA
62/PMK.011/2010
Dalam sistem tarif cukai spesifik atas pemungutan cukai MMEA maka pungutan
cukai ditentukan berdasarkan komponen-komponen sebagai berikut :
1)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.011/2010 tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, MMEA dan
Konsentrat Mengandung Etil Alkohol
hal 56
3)
berlaku saat ini adalah sesuai yang ditetapkan dalam PMK nomor 62/PMK.011/2010
yang mulai berlaku sejak tanggal 1 April 2010, sebagaimana terlihat pada Tabel dibawah
ini. Istilah konsentrat dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut mengacu pada
pengertian pekatan dalam konsentrasi yang tinggi (istilah awamnya adalah biang)
yang mengandung etil alkohol dalam kadar yang sangat tinggi.
Tabel 2.3
Tarif Cukai Etil Alkohol, MMEA dan Konsentrat Yang Mengandung Etil Alkohol
GOLONGAN
PENGUSAHA
KADAR
(%)
TARIF CUKAI
DALAM NEGERI
Rp/ltr
A
B
C
Etil Alkohol
Konsentrat Mengandung
Etil Alkohol *)
.s/d 5
> 5 s/d 20
> 20
Dari semua jenis dan
kadar Etil Alkohol
Dari semua jenis,
kadar, golongan
sebagai bahan baku
atau penolong
IMPOR
Rp/ltr
11.000,30.000,75.000,20.000,-
11.000,40.000,130.000,20.000,-
100.000,-
100.000,-
hal 57
Kantor Bea dan Cukai akan mengetahui produk-produk MMEA mana saja yang
beredar di pasar secara legal. Produk legal mengandung pengertian bahwa produk
yang telah ditetapkan HJE nya oleh KPBC setempat. Apabila di pasaran diketahui
adanya produk MMEA yang tidak tercatat dalam penetapanpemberitahuan HJEnya,
maka sudah dapat dipastikan produk MMEA tersebut adalah produk ilegal.
2)
Kantor Bea dan Cukai dapat memiliki data pembanding mengenai jenis, merek dan
kadar MMEA untuk setiap produk MMEA yang diajukan pemberitahuan HJEnya,
sehingga pada saat pencacahan atau pemantauan di lapangan ditemukan adanya
MMEA yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diajukan maka hal ini dapat
ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku
Pengusaha Pabrik atau Importir MMEA wajib memberitahukan Harga Jual
Eceran dari MMEA yang diproduksi atau diimpor untuk setiap jenis dan merek minuman
mengandung etil alkohol kepada Kepala Kantor Bea dan Cukai yang mengawasi, dengan
tembusan kepada Direktur Cukai dan Kepala Kantor Wilayah. Pemberitahuan Harga Jual
Eceran tersebut diajukan sesuai format CK-18 dengan dilampiri :
a.
kalkulasi Harga Jual Eceran untuk masing-masing jenis dan merek sesuai dengan
format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III dan IV P-17/BC/2006
b.
c.
untuk MMEA produksi dalam negeri: seluruh biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Cukai (Harga Pokok,
keuntungan pengusaha, Cukai, PPN, PPnBM, keuntungan penyalur dan pengecer).
b.
untuk MMEA impor: Nilai Pabean, Bea Masuk, Cukai, PPN Impor, PPnBM, biaya
lain-lain, keuntungan importir, keuntungan penyalur dan pengecer.
hal 58
2.2 Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi kegiatan belajar 2 ini, coba kerjakan latihanlatihan berikut ini.
1)
2)
Jelaskan instrumen apa saja yang berpengaruh terhadap pungutan cukai hasil
tembakau !
3)
Jelaskan mekanisme pengajuan penetapan tarif cukai hasil tembakau atas merekmerek baru yang dimiliki pengusaha pabrik !
4)
Dalam kondisi yang seperti apa timbulnya kewajiban Pengusaha atau importir
hasil tembakau untuk mengajukan penyesuaian tarif dan/atau HJE yang
dimilikinya ? Jelaskan.
hal 59
Melihat komposisi tarif cukai dan harga dasar cukai hasil tembakau dibanding
barang kena cukai lainnya (Etil Alkohol dan MMEA), terlihat adanya perbedaan
kebijakan yang cukup mencolok. Apa sebabnya demikian ? Jelaskan.
2.3 Rangkuman
1)
2)
hal 60
Dalam sistem tarif cukai hasil tembakau setidaknya ada empat besaran pokok yang
mempengaruhi nilai cukai hasil tembakau, yaitu :
a.
b.
c.
Batasan HJE, artinya adalah batas HJE minimum yang boleh diajukan
Pengusaha dalam rangka penetapan Tarif cukai; dan
d.
4)
5)
6)
Pengusaha Pabrik atau Importir MMEA wajib memberitahukan Harga Jual Eceran
dari minuman mengandung etil alkohol yang diproduksi atau diimpor untuk setiap
jenis dan merek minuman mengandung etil alkohol kepada Kepala Kantor Bea dan
Cukai yang mengawasi.
hal 61
Salah satu ciri dan sekaligus keuntungan dari penerapan sistem tarif cukai
advalorum
a. Sulit mengikuti perkembangan harga pasar
b. Mudah mengikuti perkembangan harga pasar
c. Sangat mudah pengawasan di lapangan
d. Menguntungkan pengusaha
3.
Salah satu ciri khas dan sekaligus kerugian dari penerapan sistem tarif cukai
spesifik
4.
a.
b.
c.
d.
Merugikan pengusaha
5.
hal 62
Pabrik SKT dengan jumlah produksi dalam satu tahun takwim sebanyak 500
juta batang tergolong pabrikan
a. Golongan III
b. Golongan I
c. Golongan II
d. Golongan IIIB
7.
8.
Pabrik HT PT. Gunung Garam memproduksi dua jenis HT yaitu jenis SKT dan
jenis SKM dengan total produksi dalam 1 (satu) tahun 2009 adalah sebagai
berikut:
a.
b.
Pabrik PR. Gedung Ragam merupakan pabrik yang sudah lama berdiri,
termasuk Pengusaha Pabrik jenis SKM golongan I, mengajukan penetapan tarif
cukai atas merek baru C. Berikut adalah pernyataan yang berkaitan dengan
pengajuan merek baru hasil tembakau adalah sebagai berikut, .
a. Tidak boleh lebih rendah dari HJE rata-rata yang masih berlaku yang
dimilikinya
b. Boleh lebih rendah dari HJE yang masih berlaku yang dimilikinya
c. Tidak boleh lebih rendah dari HJE yang masih berlaku yang dimilikinya
hal 63
11.
12.
13. Tarif cukai etil alkohol yang diberlakukan sesuai PMK Nomor 89/PMK.04/2007
adalah ...
a.
b.
hal 64
d.
14. Produsen X memproduksi MMEA dengan kadar etil alcohol sebesar 15,5% , isi
per botol adalah 620 ml. Maka pungutan cukai yang terhutang atas produksi
yang bersangkutan dalam satu kemasan adalah...
a. Rp. 3.100,- per kemasan
b. Rp. 2.170,- per kemasan
c. Rp. 3.100,- per kemasan
d. Rp. 6.200,- per kemasan
15.
Dalam sistem tarif cukai spesifik atas pemungutan cukai MMEA maka
pungutan cukai ditentukan berdasarkan komponen-komponen sebagai
berikut, kecuali
a.
b.
c.
d.
Jenis MMEA
hal 65
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan
cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci
sebagaimana rumus dibawah ini.
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,99 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60,99 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. Jika belum mencapai angka 81%, kami
menyarankan agar anda mengulang kembali materi kegiatan belajar ini.
hal 66
a.
Gambaran Umum
Sebelum
kita
membahas
materi
pelajaran
hal 67
2)
3)
Alur proses penyediaan dan pemesanan pita cukai hasil tembakau, kami tampilkan
dalam suatu flowchart sederhana sesuai Gambar 3.1 berikut ini.
Gambar 3.1
Alur Proses Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau
hal 68
Pengusaha yang akan memproduksi atau menjual hasil tembakau untuk penjualan
eceran, wajib mengajukan merek-merek yang akan diproduksi kepada KPPBC
setempat untuk mendapatkan penetapan tarif cukai hasil tembakau;
2)
3)
4)
Atas permohonan penyediaan pita cukai (P3C) akan dilakukan penelitian sesuai
mekanisme yang berlaku, dan akan diteruskan kepada Direktorat Cukai KPDJBC
baik menggunakan Sistem Aplikasi Cukai maupun secara manual menggunakan
saluran komunikasi yang tersedia.
5)
Data pemesanan pita cukai oleh masing-masing pengusaha akan dicatat dan akan
dibuatkan Order Bea dan Cukai (OBC) kepada perusahaan percetakan yang
ditunjuk (PERURI).
6)
Pita cukai yang selesai dicetak akan didistribusikan melalui gudang pita cukai
KPDJBC. Dalam hal ini stock persediaan pita cukai dapat disimpan di Gudang Pita
Cukai KPDJBC atau di masing-masing KPPBC, hal ini diatur dalam mekanisme
standar.
7)
Apabila pita cukai untuk seorang pengusaha pabrik disediakan di KPPBC, maka
stock pita cukai akan dikirim kepada Bendaharawan KPPBC.
8)
Pengusaha yang pita cukainya telah tersedia baik di KPPBC atau di Kantor Pusat
wajib mengajukan pemesanan pita cukai dengan menggunakan dokumen
pemesanan CK-1
9)
Apabila proses administrasi CK-1 telah diselesaikan, pita cukai diserahkan kepada
pengusaha untuk dilekatkan pada BKC yang akan diproduksi untuk penjualan
eceran.
hal 69
Seri I berjumlah 120 keping per lembar dengan ukuran setiap keping 0,8 x 11,4 cm;
2)
Seri II berjumlah 56 keping per lembar dengan ukuran setiap keping 1,3 cm x 17,5
cm;
3)
Seri III berjumlah 150 keping per lembar dengan ukuran setiap keping 1,9 cm x 4,5
cm .
Adanya perbedaan ukuran ini dimaksudkan agar pita cukai yang digunakan dapat sesuai
atau seimbang dengan ukuran kemasan hasil tembakau yang digunakan oleh setiap
produk hasil tembakau. Sebagai contoh, untuk kemasan SPM isi @ 20 batang (ukuran
standar), maka produsen lebih cocok menggunakan pita cukai seri I atau seri III. Pilihan
terhadap seri pita cukai mana yang akan digunakan oleh Pengusaha diserahkan
sepenuhnya kepada pengusaha yang bersangkutan.
Secara umum desain pita cukai hasil tembakau antara laian adalah sebagai
berikut:
1)
Pada setiap keping pita cukai terdapat foil hologram dengan ukuran tertentu;
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
tembakau tertentu (Golongan II : jenis produk SKM, SPM, SFTF dan SPTF, Golongan
II dan III : jenis produk SKT dan SPT)
hal 70
2)
3)
Warna biru dominan dikombinasi warna kuning, digunakan untuk hasil tembakau
dari jenis SKT dan SPT yang diproduksi oleh Pengusaha Pabrik Golongan III;
4)
Warna hijau dominan dikombinasi warna merah digunakan untuk hasil tembakau
dari jenis Tembakau Iris (TIS), Rokok Daun atau Klobot (KLB), Sigaret Kelembak
Menyan (KLM), Cerutu (CRT), dan Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL); dan
5)
hal 71
Gambar 3.4
Contoh Pita Cukai Hasil Tembakau Seri III Tahun 2010
hal 72
b)
c)
d)
e)
P3C pengajuan awal hanya dapat diakukan 1 kali dalam 1 periode persediaan untuk
setiap jenis pita cukai.
hal 73
Paling banyak 100 % dari rata-rata perbulan jumlah pita cukai yang dipesan dengan
CK-1 dalam kurun waktu tiga bulan terakhir sebelum P3C pengajuan awal, dengan
memperhatikan batasan produksi golongan pengusaha pabrik ; atau
Contoh : Data CK-1 atas PT XX pada bulan Maret = 500 lbr, April = 1.000 lbr, dan
Mei=600 lbr, Juni = belum ada (bulan Juni baru sampai tanggal 10). Maka pengajuan
P3C PT XX untuk kebutuhan bulan Juli 2010 adalah :
P3C = 100% X 1/3 (Realisasi CK-1 Maret+April+Mei)
= 100% X 1/3 (500+1000+600) = 700 lembar
b)
Dalam hal data rata-rata perbulan jumlah yang dipesan dengan CK-1 dalam kurun
waktu tiga bulan terakhir sebelum P3C pengajuan awal untuk jenis pita cukai yang
diajukan tidak tersedia, jumlah pita cukai yang dapat diajukan sesuai kebutuhan
perbulan dengan memperhatikan batasan produksi golongan pengusaha pabrik.
Contoh . PT. AA adalah Produsen SPM Golongan II, belum pernah mengajukan CK1 atas merek yang telah mendapat penetapan tarif cukainya. Maka untuk
pengajuan awal yang bersangkutan dapat mengajukan P3C sesuai kebutuhan
awalnya dan tidak boleh melewati batasan maksimal di Golongan II, yaitu untuk
kebutuhan 2 milyar batang dibagi 12 bulan atau sekitar 166,67 juta batang.
Dalam hal pita cukai yang disediakan berdasarkan P3C pengajuan awal tidak
hal 74
b.
c.
Pengecualian dari kegiatan penelitian diberikan kepada pengusaha yang beresiko rendah
berdasarkan profil pengusaha. Atas kegiatan pemeriksaan tersebut Kepala Kantor
membuat Laporan Hasil Pemeriksaan.
Apabila hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa P3C pengajuan tambahan izin
Direktur Jenderal layak untuk diteruskan, Kepala Kantor segera meneruskan berkas
tersebut ke Kantor Pusat DJBC dengan disertai Surat Rekomendasi, yang sekurangkurangnya berisi :
a) Hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap berkas dokumen P3CT izin Direktur
Jenderal;
b) Sisa persediaan pita cukai yang belum direalisasikan dengan CK-1, dalam hal
penyediaan pita cukainya di KPPBC;
c) Data rata-rata perbulan CK-1 dalam 6 bulan terakhir untuk setiap jenis pita cukai; dan
hal 75
permohonan.
Pengajuan P3C dari Kantor Bea dan Cukai kepada Kantor Pusat DJBC bagi Kantorkantor yang telah menerapkan Sistem Aplikasi Cukai (SAC), dilakukan secara elektronik
melalui Sistem Aplikasi Cukai Sentralisasi. Untuk Kantor yang tidak menerapkan Sistem
Aplikasi Cukai Sentralisasi, Kepala Kantor menyampaikan P3C pengajuan dan P3C
pengajuan tambahan ke Kantor Pusat DJBC paling lambat pada hari kerja berikutnya
dengan cara dikirim melalui faksimili atau media komunikasi lainnya. Contoh format P3C
dapat anda lihat pada halaman lampiran Modul ini.
b.
hal 76
Gambar 3.5
Alur Proses Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau
Penjelasan :
1)
hal 77
3)
hal 78
h)
dalam hal CK-1 tunai, menyerahkan CK-1 lembar ketiga kepada pengusaha
untuk dilakukan pembayaran cukai dan pungutan negara lainnya melalui
Bank Persepsi/Pos Persepsi;
dalam hal CK-1 kredit, menyerahkan CK-1 lembar ketiga kepada pengusaha
untuk pembuatan jaminan; dan memberikan nota pembatalan CK-1 kepada
pengusaha dalam hal:
tanggal SSPCP melebihi tanggal CK-1;
SSPCP tidak diserahkan paling lambat pada hari kerja berikutnya; atau
jaminan tidak diserahkan dalam waktu 5 hari kerja.
4)
5)
hal 79
Kepala Seksi Penyimpanan dan Pendistribusian Pita Cukai dan Tanda Pelunasan
Cukai Lainnya:
a) mencetak hard copy CK-1 rangkap 1 (satu) untuk Subdirektorat Pita Cukai dan
Tanda Pelunasan Cukai Lainnya;
b) menyetujui pengeluaran pita cukai untuk diserahkan kepada pengusaha
dengan membuat tanda terima pita cukai;
c) menyerahkan pita cukai dengan jenis dan jumlah pita cukai sesuai CK-1 kepada
pengusaha;
d) menandatangani CK-1 halaman kedua pada carik II; dan mengarsipkan hard
copy CK-1 beserta tanda terima pita cukainya.
7)
hal 80
c)
d)
Dalam hal serah terima pita cukai telah dilakukan antara pengusaha dan Kepala
Seksi yang membawahi kegiatan perbendaharaan atau Kepala Seksi Penyimpanan dan
Pendistribusian Pita Cukai dan Tanda Pelunasan Cukai Lainnya yang dibuktikan dengan
ditandatanganinya Tanda Terima Pita Cukai, pengusaha tidak dapat mengajukan
keberatan atas kekurangan maupun kelebihan jumlah pita cukai yang telah
diserahterimakan tersebut.
b)
Kasubdit Pita Cukai atas nama Direktur, untuk sisa persediaan pita cukai di KPDJBC.
hal 81
2)
3)
Direktur
dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya SPPBP. Dalam hal
biaya pengganti penyediaan pita cukai tidak dilunasi sesuai tanggal jatuh tempo yang
diperkenankan, maka terhadap pengajuan P3C dan CK-1 berikutnya dari pengusaha yang
bersangkutan tidak dilayani.
Dikecualikan dari ketentuan pengenaan biaya pengganti, dalam hal terjadi
perubahan atau kesalahan yang bukan disebabkan oleh pengusaha, antara lain adalah:
1)
2)
c.
hal 82
Penjelasan :
Tahap 1 : Pemberitahuan HJE MMEA
Pengusaha yang akan memproduksi atau mengimpor MMEA untuk penjualan
eceran, wajib mengajukan permohonan penetapan tarif MMEA sebelum memproduksi
produk-produk MMEA mereka. Untuk mendapatkan penetapan tersebut, yang
bersangkutan harus melampirkan dokumen berupa:
1) Contoh label/etiket produk yang akan diproduksi
2) Contoh fisik barang, kecuali untuk produk yang pernah diajukan sebelumnya
3) Fotocopi hasil uji kadar alkohol yang telah dilakukan oleh instansi berwenang
4) Fotocopi sertifikat telah terdaftar sebagai produk yang layak dikonsumsi dari
instansi/lembaga yang mengawasi peredaran makanan/minuman
5) Perhitungan harga jual eceran
Mekanisme penetapan tarif MMEA telah kita bahas bersama pada materi kegiatan
belajar yang lalu (KB-2).
hal 83
b)
c)
d)
Dalam hal P3C MMEA pengajuan awal tidak mencukupi kebutuhan pabrik atau importir,
pengusaha pabrik atau importir dapat mengajukan 1 (satu) kali P3C MMEA tambahan
sampai dengan tanggal 20 bulan P3C MMEA pengajuan awal
P3C pengajuan awal hanya dapat diakukan 1 kali dalam 1 periode persediaan
untuk setiap jenis pita cukai. Jumlah pita cukai yang diajukan dalam P3C MMEA paling
sedikit 10 (sepuluh) lembar untuk setiap jenis pita cukai. Pembulatan jumlah pita cukai
yang diajukan dengan P3C dilakukan dengan cara membulatkan jumlah ke bawah dan
harus dalam kelipatan 10 (sepuluh) lembar. Dalam hal jumlah pita cukai yang dapat
diajukan dengan P3C kurang dari 10 lembar, maka jumlah pengajuan pita cukai dalam
P3C adalah 10 lembar.
Tahap 3 : Permohonan Pemesanan Pita Cukai MMEA
Pengusaha yang telah mengajukan P3C dan telah mendapatkan konfirmasi bahwa
pita cukainya telah selesai dicetak, dapat mengajukan CK-1A kepada Kepala Kantor
untuk mendapatkan pita cukai perntukannya. Jumlah pita cukai yang dapat dipesan
dengan CK-1A harus disesuaikan dengan jumlah persediaan pita cukai yang ada di Kantor
Bea dan Cukai atau Kantor Pusat DJBC. Pemesanaan pita cukai dengan CK-1A tidak
dapat diajukan oleh pengusaha dalam hal-hal sebagai berikut:
1)
hal 84
Memiliki utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan cukai,
dan/atau sanksi admnistrasi berupa denda yang belum dibayar sampai dengan
jatuh tempo ;
3)
4)
Diduga mealkukan pelanggaran di bidang cukai berdasarkan bukti awal yang cukup.
Secara umum alur proses pemesanan CK-1A digambarkan dalam skema
sederhana sesuai Gambar 3.5 berikut. Alur proses yang digambarkan disini adalah
mekanisme penyampaian CK-1 secara elektronik melalui Sistem Aplikasi Cukai
tersentralisasi sesuai panduan yang diberikan dalam Peraturan Direktur Jenderal nomor
P-29/BC/2009. Khusus Kantor-kantor pelayanan yang belum menggunakan SAC, maka
apabila pita cukai penyediaannya di Kantor Pusat DJBC, setelah proses administrasi
selesai di KPPBC, lembar ketiga CK-1 diserahkan kepada pengusaha untuk mengurus
pengambilan pita cukainya di Kantor Pusat DJBC.
Pabrik yang memproduksi lebih dari 100.000 (seratus ribu) liter MMEA dengan
kadar lebih dari 5% (lima persen) dalam 1 (satu) tahun takwim sebelumnya,
disediakan di Kantor Pusat DJBC;
b)
Pabrik yang memproduksi sampai dengan 100.000 (seratus ribu) liter MMEA
dengan kadar lebih dari 5% (lima persen) dalam 1 (satu) tahun takwim sebelumnya,
disediakan di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai;
c)
Khusus pita cukai MMEA untuk Importir disediakan di Kantor Pusat DJBC.
Dalam hal-hal tertentu pita cukai MMEA pada butir b diatas, dapat disediakan di Kantor
Pusat DJBC atas pemberitahuan tertulis dari pengusaha yang bersangkutan kepada
Kepala Kantor
hal 85
b)
c)
d)
e)
volume/isi kemasan;
f)
g)
h)
teks BCBC.
Setiap tahunnya desain dan warna pita cukai selalu dilakukan peninjauan dan
pergantian, terutama terhadap warna dasar pita cukai. Tujuannya adalah untuk menjaga
agar pita cukai tidak dipalsukan. Untuk pita cukai MMEA tahun edar 2010 telah
ditetapkan cetakan dasar masing-masing warna sebagai berikut :
1) Pita cukai MMEA yang dibuat di Indonesia memiliki cetakan dasar yang terdiri dari:
a)
b)
warna merah dominan dikombinasi warna kuning, digunakan untuk MMEA asal
impor Golongan C dengan kadar alkohol lebih dari 20%;
2) Pita cukai MMEA yang diimpor untuk dipakai di dalam daerah pabean memiliki
cetakan dasar yang terdiri dari:
a)
b)
c)
hal 86
Gambar 3.8
Contoh Pita Cukai MMEA Dalam Negeri Tahun 2010
hal 87
b)
Kasubdit Pita Cukai atas nama Direktur, untuk sisa persediaan pita cukai di KPDJBC.
Hasil pencacahan pita cukai yang tidak direalisasikan dengan CK-1A tersebut
b)
c)
Sisa pita cukai bersama-sama dengan Berita Acara Pencacahan dikirim ke Kantor Pusat
DJBC paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah dilakukan pencacahan. Terhadap sisa pita
cukai yang tidak terrealisasikan CK-1Anya tersebut akan dilakukan pemusnahan oleh
Kantor Pusat DJBC sesuai ketentuan yang berlaku.
hal 88
dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya SPPBP. Dalam hal
biaya pengganti penyediaan pita cukai tidak dilunasi sesuai tanggal jatuh tempo yang
diperkenankan, maka terhadap pengajuan P3C dan CK-1A berikutnya dari pengusaha
yang bersangkutan tidak dilayani.
3.2
Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 3 ini, coba kerjakan
latihan-latihan berikut ini.
1)
Sebelum hasil tembakau diproduksi dan dijual secara eceran, pengusaha pabrik
harus memiliki persediaan pita cukai terlebih dahulu. Jelaskan secara singkat dan
gunakan flowchart sederhana bagaimana prosesnya pita cukai dapat sampai ke
tempat pengusaha pabrik !
2)
Mengapa pita cukai untuk hasil tembakau disediakan dalam tuga seri yang
berbeda ! Jelaskan alasannya menurut anda.
3)
4)
5)
Apa konsekuensi yang harus ditanggung pengusaha, apabila pita cukai yang telah
dimohonkan penyediaannya ternya ta tidak seluruhnya diajukan CK-1 atau CK-1A !
Jelaskan.
3.3.
1)
Rangkuman
Dalam sistem pemungutan cuka hasil tembakau yang pelunasannya dilakukan
dengan pelekatan pita cukai, ada tahapan yang harus dilalui pengusaha atau
importir BKC sebelum memperoleh pita cukai yaitu :
a.
b.
c.
hal 89
Pita cukai yang diperuntukan sebagai tanda pelunasan cukai hasil tembakau
berbentuk lembaran dalam tiga seri, yaitu seri I, seri II dan seri III. Ukuran masingmasing pita cukai, yaitu :
a. Seri I berjumlah 120 keping per lembar dengan ukuran 0,8 x 11,4 cm;
b. Seri II berjumlah 56 keping per lembar dengan ukuran 1,3 cm x 17,5 cm;
c. Seri III berjumlah 150 keping per lembar dengan ukuran 1,9 cm x 4,5 cm .
3)
Lokasi penyediaan pita cukai hasil tembakau untuk pengusaha pabrik dan importir
ditentukan di dua tempat, yaitu :
a. Pabrik dengan total produksi semua jeni hasil tembakau dalam 1 tahun takwim
sebelumnya sampai dengan 100.000.000 ( seratus juta ) batang dan/atau gram,
pita cukainya disediakan di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.
b. Pabrik dengan total produksi semua jenis hasil tembakau dalam 1 tahun takwim
sebelumnya lebih dari 100.000.000 ( seratus juta ) batang dan/atau gram, pita
cukainya disediakan di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
c. Khusus pita cukai hasil tembakau untuk Importir disediakan di Kantor Pusat
DJBC.
4)
Ketentuan mengenai biaya pengganti yang harus dikenakan terhadap pita cukai
yang tidak direalisasikan dengan CK-1 atau CK-1A adalah :
a. Untuk pita cukai hasil tembakau seri I adalah Rp. 25,- per keping;
b. Untuk pita cukai hasil tembakau seri II adalah Rp. 40,- per keping;
c. Untuk pita cukai hasil tembakau seri I adalah Rp. 25,- per keping;
d. Untuk pita cukai MMEA adalah Rp. 300,- perkeping;
5)
6)
Pita cukai untuk MMEA disediakan dalam satu seri, dengan ukuran tiap keping
adalah 1,5 cm x 7 cm
7)
Lokasi penyediaan pita cukai MMEA untuk pengusaha pabrik dan importir
ditentukan di dua tempat, yaitu :
hal 90
Berikut ini adalah tahapan yang harus ditempuh untuk mendapatkan pita cukai
oleh seorang pengusaha BKC hasil tembakau yang sistem pelunasannya
menggunakan pita cukai, kecuali
a. Pengajuan penetapan tarif cukai hasil tembakau
b. Permohonan penyediaan pita cukai (P3C)
c. Permohonan pencetakan pita cukai
d. Permohonan pemesanan pita cukai (CK-1)
2.
Dalam mekanisme penyediaan pita cukai hasil tembakau, P3C pengajuan awal
diajukan paling lambat
a. Tanggal 5 setiap awal bulan untuk kebutuhan satu bulan berikutnya
b. Tanggal 10 setiap awal bulan untuk kebutuhan satu bulan berikutnya
c. Tanggal 5 setiap awal bulan untuk kebutuhan bulan yang berjalan
d. Tanggal 10 setiap awal bulan untuk kebutuhan bulan yang berjalan
3.
Jumlah pita cukai yang dapat diajukan oleh pengusaha pada P3C pengajuan awal
untuk setiap jenis pita cukai ...
a. Paling banyak 50 % dari rata-rata perbulan jumlah pita cukai yang dipesan
dengan CK-1 dalam kurun waktu tiga bulan terakhir sebelum P3C pengajuan
awal Membuat disparitas harga semakin lebar
b. Paling banyak 100 % dari rata-rata perbulan jumlah pita cukai yang dipesan
dengan CK-1 dalam kurun waktu tiga bulan terakhir sebelum P3C pengajuan
awal
c. Paling banyak 100 % dari rata-rata perbulan jumlah pita cukai yang dipesan
dengan CK-1 dalam satu tahun terakhir
hal 91
4.
Data CK-1 atas PT XX pada bulan Februari = 750 lbr, Maret = 500 lbr, April = 1.000
lbr, dan Mei=600 lbr, Juni = belum ada (bulan Juni baru sampai tanggal 10). Maka
pengajuan P3C PT XX untuk kebutuhan bulan Juli adalah :
a. 700 lembar
b. 1.400 lembar
c. 530 lembar
d. 500 lembar
5.
6.
Terhadap pita cukai yang telah disediakan berdasarkan P3C akan dikenakan biaya
pengganti pita cukai apabila:
a. Pita cukai tersebut tidak direalisasikan seluruhnya dengan CK-1 oleh karena
adanya kebijakan kenaikan HJE oleh pemerintah
b. Pita cukai tersebut tidak direalisasikan seluruhnya dengan CK-1 oleh karena
adanya kesalahan administratif (salah hitung atau salah tulis) oleh pejabat
bea dan cukai
c. Pita cukai tersebut tidak direalisasikan seluruhnya dengan CK-1 oleh karena
adanya kesalahan perhitungan administratif oleh pengusaha yang
bersangkutan
d. Jawaban a dan b, benar
7.
Pada akhir masa pelekatan pita cukai edisi tahun 2010, diketahui bahwa PT. DEF
sebagai pabrikan HT jenis SKM Golongan II, masih memiliki stock persediaan pita
cukai seri II sebanyak 500 lembar. Apabila PT DEF ingin mengajukan pengembalian
cukai, berapa biaya pengganti yang harus dikenakan terhadap sisa pita cukai
tersebut...
a. Rp. 1.000.000,c. Rp. 1.120.000,b. Rp. 1.500.000,d. Rp. 1.150.000,-
8.
Pabrik SKT dengan jumlah produksi dalam satu tahun takwim sebanyak 500 juta
batang tergolong pabrikan
a. Golongan III
c. Golongan I
b. Golongan II
d. Golongan IIIB
hal 92
10.
Jumlah pita cukai yang diajukan oleh pengusaha dalam P3C pengajuan tambahan:
a. 100% dari jumlah pengfajuan P3C pengajuan awal
b. 100% dari jumlah rata-rata CK-1 dalam tiga bulan terakhir
c. 50% dari jumlah pengajuan P3C pengajuan awal
d. 50% dari jumlah rata-rata CK-1 dalam tiga bulan terakhir
11.
Berikut ini adalah persyaratan yang harus dipenuhi apabila pengusaha ingin
mengajukan CK-1A, kecuali...
a. NPPBKC yang bersangkutan tidak dalam keadaan dibekukan ;
b. Tidak memiliki utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya,
c. Telah melunasi biaya pengganti penyediaan pita cukai
d. Importir belum mengajukan P3C pada bulan sebelumnya
12.
Pencacahan atas pita cukai yang tidak direalisasikan dengan CK-1 dilakuan paling
lama...
a. 60 hari setelah berakhirnya tahun anggaran dan/atau berlakunya kebijakan
baru di bidang cukai
b. 30 hari setelah berakhirnya tahun anggaran dan/aatau berlakunya kebijakan
baru di bidang cukai
c. 90 hari setelah berakhirnya tahun anggaran dan/aatau berlakunya kebijakan
baru di bidang cukai
d. Jawaban b dan c benar
13.
Tanggung jawab untuk melakukan pencacahan atas sisa pita cukai yang berada di
Bendaharawan KPPBC dilksanakan oleh...
a. Direktur Cukai
c. Kepala Kanwil DJBC
b. Kepala Kantor
d. Kepala seksi cukai
14.
15.
Warna dasar pita cukai hasil tembakau tahun 2010 untuk pengusaha golongan I
jenis produk SKM:
a. Warna merah dominan dikombinasi kunig=
b. Warna biru dominan kombinasi kuning
c. Warna hijau dominan kombinasi merah
d. Warna abu-abu dominan kombinasi warna jingga
hal 93
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan
cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci
sebagaimana rumus dibawah ini.
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,99 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60,99 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. Jika belum mencapai angka 81%, kami
menyarankan agar anda mengulang kembali materi kegiatan belajar ini.
hal 94
a.
pelunasan cukai tentunya dengan sudut pandang yang lebih operasional. Artinya bahwa,
pelajaran mengenai konsep-konsep dasar tentang pelunasan cukai yang anda peroleh
hal 95
cukai adalah pemahaman mengenai saat terutang cukai. Dalam pasal 3 ayat (1) Undangundang Cukai dinyatakan bahwa :
a)
BKC yang dibuat di Indonesia terutang cukai pada saat selesai dibuat menjadi BKC ;
b)
BKC yang berasal dari impor terutang cukai pada saat pemasukannya ke dalam
Daerah Pebean Indonesia.
Pengertian yang dapat kita pahami untuk point (1) dari bunyi pasal tersebut
adalah konsep waktu mengenai saat timbulnya hutang cukai atas BKC yang dibuat di
Indonesia. Untuk BKC yang dibuat di Indonesia, terutang cukai pada saat selesai dibuat.
Istilah selesai dibuatdalam penjelasan pasal ditafsirkan sebagai saat proses
pembuatan BKC itu selesai dengan tujuan untuk dipakai.
Bila pengertian tersebut kita kaitkan dengan masing-masimg BKC maka kita dapat
memahami istilah selesai dibuat tersebut sebagai berikut :
a)
Pengertian selesai dibuat untuk BKC etil alkohol adalah saat proses produksi telah
menghasilkan etil alkohol (C2H5OH) atau dalam konsep sederhananya adalah saat
etil alkohol tersebut menetes dari tangki-tangki produksi untuk ditempatkan
kedalam wadah penampungan atau tangki penyimpanan barang jadi.
b)
Pengertian selesai dibuat untuk produk BKC MMEA adalah pada saat MMEA
tersebut keluar dari keran-keran produksi untuk ditempatkan ke dalam wadah
penampungan atau langsung ke dalam kemasan penjualan eceran.
c)
Pengertian selesai dibuat untuk produk hasil tembakau adalah pada saat proses
produksi hasil tembakau telah menghasilkan produk hasil tembakau yang siap
untuk dikonsumsi. Sebagai contoh: untuk sigaret, saat selesai dibuat adalah saat
proses pelintingan dan pemotongan telah selesai sehingga sigaret tersebut sudah
berbentuk batang demi batang.
Dalam hal BKC yang telah selesai dibuat yang masih berada di dalam pabrik
ternyata telah dikonsumsi sebelum dikeluarkan dari pabrik, maka terhadap BKC tersebut
dianggap telah dikeluarkan. Oleh karenanya, Pengusaha Pabrik wajib melunasi hutang
cukai yang timbul atas BKC yang selesai dibuat tersebut. Dalam hal ini, petugas Bea dan
hal 96
Untuk BKC yang dibuat di Indonesia, pelunasan cukainya dilakukan pada saat
pengeluaran BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan.
b)
Untuk BKC yang di impor, pelunasan cukainya dilakukan pada saat BKC tersebut
dikeluarkan dari Kawasan Pabean atas impor untuk dipakai.
Pasal 7 ayat (1) dan (2) ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi masih diikuti dengan
ayat (3) yang mengatur mengenai cara pelunasan cukai. Pelunasan cukai atas kedua BKC
diatas dilaksanakan dengan cara :
a)
pembayaran ;
b)
c)
pemerintah sesuai dengan bunyai pasal 7 ayat (1) dan (2) tersebut adalah pada saat
dikeluarkan dari pabrik atau kawasan pabeanterjadi ketika BKC akan dikeluarkan dari
pabrik tempat diproduksi . Hal ini mengandung pengertian bahwa, pengusaha harus
memastikan bahwa seluruh BKC yang akan dikeluarkan dari pabrik untuk dipakai harus
telah dilunasi cukainya. Ketika pejabat Bea dan Cukai menemukan adanya pengeluaran
BKC tanpa dokumen yang jelas yang ternyata belum dilunasi cukainya, maka tindakan
tersebut dianggap suatu pelanggaran (baik pelanggaran sesuai pasal 52 atau pasal 25
ayat 4).
hal 97
Cukai
sebagaimana
telah
nomor
159/PMK.04/2009, pelunasan cukai dengan cara pembayaran dilakukan atas BKC berupa
:
a.
MMEA yang dibuat di Indonesia dengan kadar etil alkohol sampai dengan 5% (lima
persen); dan
b.
Etil alkohol.
Pelunasan cukai dengan cara pembayaran, dilakukan dengan membayar cukai
a)
b)
hal 98
MMEA yang dibuat di Indonesia dengan kadar etil alkohol lebih dari 5% (lima
persen).
Pelekatan pita cukai oleh Pengusaha Pabrik dilakukan dengan cara melekatkan
pita cukai yang seharusnya dan dilekatkan sesuai ketentuan yang berlaku di bidang
cukai, sebelum hasil tembakau atau MMEA dikeluarkan dari pabrik. Pelekatan pita cukai
oleh importirdilakukan dengan melekatkan pita cukai yang seharusnya dilekatkan sesuai
ketentuan yang berlaku di bidang cukai, sebelum diterbitkannya Surat Perintah
Pengeluaran Barang.
2)
BKC eks. Impor, harus dilakukan di dalam suatu tempat yang mendapat pengawasan Bea
dan Cukai. Lokasi pelekatan pita cukai dapat dilaksanakan di tempat-tempat sebagai
berikut :
a) Untuk pelekatan pita cukai hasil tembakau dan MMEA yang dibuat di dalam negeri
harus dilakukan di dalam pabrik yang bersangkutan;
b) Untuk hasil tembakau dan MMEA asal impor, dapat dilakukan di negara asal barang,
di tempat penimbunan sementara, dan/atau di tempat penimbunan berikat;
3)
dari impor dan yang dibuat di Indonesia dengan kadar alkohol lebih dari 5%, harus
memenuhi ketentuan :
a)
sesuai dengan Tarif Cukai dan Kadar etil alkohol pada isi kemasan ;
b)
merupakan hak Importir barang kena cukai atau Pengusaha Pabrik yang
bersangkutan dan sesuai dengan peruntukannya ;
c)
d)
e)
dilekatkan pada kemasan yang tertutup dan menutup tempat pembuka kemasan
yang tersedia sehigga pita cukai akan rusak apabila tutup kemasan dibuka ;
f)
harus menggunakan bahan perekat yang kuat sehingga tidak mudah dilepaskan dari
kemasan, dalam keadaan utuh;
g)
dilekatkan tidak melebihi batas waktu pelekatan pita cukai yang ditetapkan.
hal 99
sesuai dengan Tarif Cukai dan Kadar etil alkohol pada isi kemasan ;
c)
merupakan hak pengusaha pabrik atau Importir barang kena cukai yang
bersangkutan dan sesuai dengan peruntukannya ;
d)
e)
f)
dilekatkan pada kemasan yang tertutup dan menutup tempat pembuka kemasan
yang tersedia;
g)
harus menggunakan bahan perekat yang kuat sehingga tidak mudah dilepaskan dari
kemasan, dalam keadaan utuh;
h)
dilekatkan tidak melebihi batas waktu pelekatan pita cukai yang ditetapkan.
Dalam hal pita cukai yang dilekatkan tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud diatas, cukainya dianggap tidak dilunasi. Disamping hal tersebut,
pelekatan pita cukai oleh Pengusaha Pabrik atau importir juga harus memenuhi
ketentuan waktu pelekatan, sebagai berikut:
a.
dalam hal pergantian tahun anggaran dan/atau desain : pelekatan pita cukai
harus dilakukan paling lambat tanggal 1 (satu) bulan berikutnya setelah pergantian
tahun anggaran dan/atau desain yang baru;
b.
dalam hal terdapat perubahan kebijakan di bidang tarif dan/atau Harga Jual
Eceran (HJE), atas pita cukai yang dipesan sebelum berlakunya perubahan,
pelekatan pita cukai harus harus dilakukan paling lambat tanggal 1 (satu) bulan
berikutnya setelah diberlakukan perubahan.
c.
Dalam hal pelekatan pita cukai dilakukan di luar negeri, importasi paling lambat
dilakukan pada tanggal 1 (satu) bulan berikutnya setelah pergantian tahun
anggaran dan/atau desain yang baru, yang dibuktikan dengan tanggal manifest
kedatangan sarana pengangkut (inward manifest BC 1.1).
hal 100
b.
hal 101
2)
Contoh Penghitungan:
1)
2)
Importir ACW mengimpor barang kena cukai berupa etil alkohol dari luar negeri
dengan rincian data sebagai berikut :
- Jumlah etil alkohol yang diimpor sebanyak 14.000 liter
- Harga barang tersebut sesuai invoice adalah C& F USD 0.5 per liter
- Biaya insurance yang dikeluarkan importir adalah USD 1,000.00
- NDPBM diasumsikan Rp. 10.000 per 1 USD
- Pos Tarif dan pembebanan sesuai HS adalah :
Pos Tarif : 2207.10.00.00 (BM 30%, PPN 10%, PPh. Psl. 22 2,5%)
Pertanyaan : Hitung pungutan yang harus dilunasi Importir sebelum barangnya
dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean.
Jawab :
- Pungutan Cukai = 14.000 liter x Rp. 20.000,- = Rp. 280.000.000,-
hal 102
= Rp. 24.000.000,-
= Rp. 384.000.000,-
= Rp. 38.400.000,-
= Rp. 9.600.000,-
diimpor dan MMEA produksi dalam negeri dengan kadar lebih dari 5%, cara pelunasan
cukainya dilakukan dengan pelekatan pita cukai. Untuk MMEA produksi dalam negeri
yang kadarnya kurang dari 5%, cara pelunasannya tetap dengan cara pembayaran.
Berbeda dengan cara penghitungan cukai etil alkohol, dalam menghitung
pungutan cukai MMEA, variabel yang menentukan besaran nilai cukai yang harus
dipungut lebih banyak, yaitu :
b.
c.
d.
Golongan barang kena cukai yang dibedakan berdasarkan kadar etil alkohol yang
terkandung di dalamnya.
hal 103
Pabrik MB sebagai produsen bir merek BB isi per botol 330 ml dengan kadar
alkohol 3%, mengajukan permohonan pengeluaran BKC dengan pelunasan cukai
(CK-5) sebanyak 1.000 krat isi @ 12 botol. HJE per kemasan @ Rp 8.900,Pertanyaan, berapa cukai yang harus dilunasi sebelum pengeluaran dari Pabrik ?
Jawab :
Tarif cukai untuk MMEA kadar 3% (Golongan A) ; Rp. 11.000,- / liter
Cukai = 1.000 x 12 x 0,33 = 3.960 liter
= Rp. 11.000,- x 3.960 = Rp. 43.560.000,-
2)
No.
Merk
Kemasan
Isi
Gol. Tarif
Lembar
1.
CLB Vodka
Botol Kaca
250 ml
300
2.
CLB Whisky
Botol Kaca
620 ml
100
Pertanyaan :
Berapa nilai cukai yang harus dibayar untuk pemesanan CK1A tersebut ?
Jawab :
Pertama kali yang harus kita ingat bahwa pita cukai MMEA diterbitkan dalam satu seri
saja, dengan jumlah keping pita cukai per lembarnya sebanyak 60 keping.
Perhitungan cukai untuk merk CLB Vodka :
Jumlah Liter
Cukai
= 100 x 60 x 0,620
= 3.720 liter
Cukai
= Rp. 111.600.000,-
hal 104
Seri pita cukai; untuk pita cukai hasil tembakau dibedakan menjadi tiga seri: seri I
= 120 keping per lembar, seri II =56 keping per lembar dan seri III = 150 keping per
lembar.
b)
Isi per bungkus; penghitungan cukai hasil tembakau menggunakan satuan per
batang, sehingga jumlah batang dalam satu bungkus
c)
Harga Jual Eceran; komponen ini menentukan tingkat tarif spesifik yang harus
dikenakan (apakah berada di layer 1, layer 2 atau layer 3) dan juga komponen
yang harus diperhatikan dalam penghitungan PPN hasil tembakau;
d)
Jumlah lembar; pengertiannya adalah jumlah lembar pita cukai yang dipesan
Hal lain yang harus diperhatikan dalam perhitungan cukai hasil tembakau adalah
PPN atas hasil tembakau dipungut oleh pabrikan hasil tembakau buatan dalam
negeri dan disetor pada Bank Persepsi bersamaan dengan saat pembelian pita cukai
dengan pembayaran tunai atau saat pelunasan hutang cukai tembakau atas pita
cukai yang telah dipesan.
hal 105
c.
Terhadap hasil tembakau impor maka PPN yang dipungut adalah PPN Dalam Negeri
dan PPN impor. Dalam hal ini, penghitungan jumlah PPN Dalam Negeri yang harus
disetor yaitu sebesar tarif efektif x Harga Jual Eceran dikurangi Pajak Pertambahan
Nilai Impor.
d. Harga Jual Eceran hasil tembakau yang diberikan secara cumacuma kepada
karyawan Pabrik adalah 50% dari Harga Jual Eceran hasil tembakau untuk jenis dan
merek yang sama, yang dijual untuk umum;
e.
Harga Jual Eceran hasil tembakau yang diberikan secara cumacuma kepada pihak
ketiga adalah sebesar 75% dari Harga Jual Eceran hasil tembakau untuk jenis dan
merek yang sama, yang dijual untuk umum;
HJE total
hal 106
No
Gol
Merek
Isi/Bks
HJE/ Bungkus
SERI III
Jumlah
(Lbr)
1.000
1.
II
12 Btg
Rp. 4.550,-
2.
II
SERI I
500
20 Btg
Rp.7.625,-
= Rp. 279.000.000,-
PPN terhutang
= Rp. 57.330.000,-
= Rp. 234.000.000,-
PPN terhutang
= Rp. 38.430.000,-
Total Cukai terhutang : Rp. 279.000.000 + Rp. 234.000.000 = Rp. 513.000.000,Total PPN terhutang : Rp. 57.330.000 + 38.430.000
= Rp. 95.760.000,-
hal 107
Importir PT Yong Chun mengimpor hasil tembakau merk ZZZ jenis SPM dari
Korea sebanyak 100 karton isi @ 300 bungkus (isi per bungkus @ 20 batang). Datadata lain yang diketahui adalah sebagai berikut :
-
Harga barang sesuai invoice adalah Nilai pabean atas barang tersebut adalah
C& F USD 12,500.00. Polis asuransi tidak terlampir.
HJE penetapan untuk merk ZZZ adalah Rp. 12.025,- dengan tarif cukai Rp.
310 per batang.
Pita cukai seri III sebanyak 200 lembar telah dipesan dengan dokumen CK-1.
Berdasarkan data-data tersebut, hitung pungutan impor dan cukai yang harus
dikenakan terhadap produk impor tersebut ?
Jawab :
Nilai Pabean : CIF , dalam hal ini Insurance = 0,5% x C&F
(CIF)
Rp. 125.625.000,-
BM
Cukai
= Rp. 18.843.750,-
= Rp. 186.000.000,-
PPN DN
hal 108
c.
Penagihan
Berdasarkan ketentuan pasal 10 Undang-undang Cukai diatur kewajiban DJBC
untuk melakukan penagihan terhadap utang-utang cukai, yaitu :
a)
b)
c)
b)
Penundaan pembayaran;
diberikan kepada subyek cukai yang cara pelunasannya dengan pelekatan pita
cukai. Bentuknya adalah penangguhan pembayaran tanpa dikenakan bunga atas
kewajiban pembayaran cukai, dan wajib diselesaikan paling lambat antara 1(satu)
sampai 3(tiga) bulan, tergantung kategori subyek cukaiUtang cukai akibat
kemudahan yang diberikan dalam bentuk kemudahan penundaan pembayaran
cukai.
Yang dimaksud dengan kekurangan cukai, adalah kewajiban cukai yang timbul
sebagai akibat adanya temuan dalam penelitian dokumen, dan hasil pengecekan lainnya,
antara lain:
a)
hal 109
Kekurangan cukai akibat hasil pencacahan fisik terhadap BKC berupa etil alkohol
dan MMEA
Pengangsuran
Berkaitan dengan penagihan utang cukai yang tidak dilunasi pada waktunya,
kekurangan cukai; dan/atau sanksi administrasi berupa denda, lebih lanjut Menteri
Keuangan mengatur secara teknis penyelesaian dengan cara pengangsuran. Beberapa
poin pokok dalam aturan PMK Nomor 116/PMK.04/2008 dapat kami jelaskan sebagai
berikut4. :
1)
hal 110
Pengangsuran
keuangan atau dalam keadaan kahar (force majeur), yang mempunyai itikad baik
untuk menyelesaikan kewajiban terhadap utang cukai yang tidak dibayar pada
waktunya, kekurangan cukai, dan/atau sanksi administrasi berupa denda di bidang
cukai ;
3)
4)
telah terbukti terjadi kahar (force majeur) berdasarkan surat keterangan dari
instansi terkait; dan
b)
telah dibuatkan berita acara pemeriksaan lapangan oleh Pegawai Bea dan
Cukai.
5)
Pengangsuran diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
terhitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran sebagaimana tercantum dalam
surat tagihan. Atas pengangsuran tersebut, pengusaha dikenai bunga sebesar 2 %
(dua persen) setiap bulan, bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh, terhitung
sejak tanggal jatuh tempo pembayaran sebagaimana tercantum dalam surat
tagihan.
6)
laporan keuangan tahun terakhir atau surat keterangan dari instansi terkait
tentang terjadinya kahar (force majeur); dan
b)
menyerahkan jaminan sebesar 25 % (dua puluh lima persen) dari tagihan utang
cukai yang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan cukai, dan/atau sanksi
administrasi berupa denda ditambah dengan bunga.
c)
hal 111
8)
b)
c)
4.2
Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 4 ini, coba kerjakan
latihan-latihan berikut ini.
1)
2)
hal 112
4)
Menurut pandangan anda mana yang lebih efektif, sistem pelunasan cukai
dengan pembayaran atau pelekatan pita cukai ! Jelaskan.
5)
- 450 drum isi @ 200 liter, etil alkohol kadar 95%. Pertanyaan, Berapa nilai cukai
yang harus dibayar Pengusaha sebelum BKC dikeluarkan dari Pabrik ?
4.3
a.
Rangkuman
Sistem pelunasan cukai yang diatur dalam ketentuan Undang-undang cukai terdiri
atas tiga cara yaitu:
b.
c.
a.
Sistem pembayaran
b.
c.
Barang kena cukai yang cara pelunasannya dengan cara pembayaran adalah :
a.
b.
c.
Barang kea cukai yang cara pelunasannya dilakukan dengan pelekatan pita cukai
adalah:
d.
a.
b.
c.
d.
hal 113
f.
HJE total : HJE per kemasan x Jumlah lembar PC x Jumlah Keping Seri
4.4
Tes Formatif
Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 4 ini, coba Anda kerjakan tes formatif
berikut ini, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar.
1.
2.
hal 114
Pelunasan Cukai denga cara pembayaran dilakukan atas barang kena cukai, antara
lain ...
a. MMEA dengan kadar lebih dari 50%
b. MMEA eks impor
c. Hasil tembakau
d. MMEA dalam negeri dengan kadar etil alkohol tidak lebih dari 5%
4.
Pelunasan cukai dengan cara pelekatan pita cukai dilakukan atas BKC
a.
b.
c.
d.
5.
Lokasi pelekatan pita cukai MMEA yang berasal dari impor dapat dilakukan di
lokasi sebagai berikut, kecuali...
a. Negara asal barang
b. Tempat penimbunan sementara
c. Tempat penimbunan berikat
d. Pabrik MMEA dalam negeri
6.
Ketentuan pita cukai yang dilekatkan pada kemasan penjualan eceran MMEA
adalah sebagai berikut, kecuali...
a. Harus sesuai dengan tarif cukai dan kadar etil alkohol
b. Merupakan hak importir dan sesuai peruntukkannya
c. Dilekatkan pada pada bagian leher kemasan dengan perekat yang kuat
d. Utuh, tidak rusak dan/atau bukan bekas pakai
7.
Besarnya biaya pengganti yang dikenakan terhadap importir MMEA yang tidak
menyelesaikan persediaan pita cukai yang dipesannya pada kahir tahun
anggaran...
a. Rp. 40,- per keping
c. Rp. 300,- per keping
b. Rp. 200,- per keping
d. Rp. 25,- per keping
8.
Berapa nilai Cukai yg harus Dibayar Untuk MMEA lokal berupa : 1.000 krat @ 12
Botol Bir, Kadar 3%, isi per botol @ 1,5 liter (Tarif A: Rp.11.000,-)
a. Rp. 145 juta
c. Rp. 198 juta
b. Rp. 90 juta
d. Rp. 150 juta
9.
10.
Pembayaran cukai atas pemesanan pita cukai (CK-1/CK-1A) dilakukan melalui ...
a. Bank Devisa persepsi
c. Bendaharawan
b. Bank Persepsi
d. Semua salah
hal 115
Besarnya pungutan cukai yang harus dilunasi atas pengajuan PMBKC etil alkohol
sebanyak 40 drum @ 200 liter adalah...
a. 80 juta
c. 140 juta
b. 75 juta
d. 160 juta
12.
13.
Warna dasar pita cukai hasil tembakau tahun 2010 untuk pengusaha golongan II
jenis produk SKM/SPM/SPTF/SKTF:
a. Warna merah dominan dikombinasi kuning
b. Warna biru dominan kombinasi kuning
c. Warna hijau dominan kombinasi merah
d. Warna abu-abu dominan kombinasi warna jingga
14.
Terhadap BKC berupa Hasil tembakau yang diimpor akan dikenakan pungutan :
a. BM, Cukai, PPN impor, PPh. Psl 22, PPN HT DN
b. BM, Cukai, PPN impor, PPh. Psl 22,
c. BM, PPN impor, PPh. Psl 22
d. BM, Cukai, PPN HT DN, PPh. Psl 22
15.
Berapa nilai cukai yang terutang atas pemesanan pita cukai dalam CK-1, seri- III,
Pengusaha Golongan II, jumlah permintaan 100 lembar, SPM (isi@ 20), HJE Rp.
6.200,-, tarif cukai Rp.200,-) ...
a. Rp. 30 juta
c. Rp. 60 juta
b. Rp. 90 juta
d. Rp. 49,5 juta
hal 116
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan
cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci
sebagaimana rumus dibawah ini.
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,99 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60,99 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. Jika belum mencapai angka 81%, kami
menyarankan agar anda mengulang kembali materi kegiatan belajar ini.
hal 117
a.
Pengertian Umum
Dalam rangka meningkatkan pengawasan atas
produksi, peredaran dan pemakaian atas barang kena
cukai, maka terhadap para pengusaha barang kena
cukai dan Pejabat Bea dan Cukai diwajibkan untuk
memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 19
Undang-Undang
hal 118
Kewajiban penyelenggaraan
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi dan
mempengaruhi keadaan harta, utang, modal, pendapatan, dan biaya yang secara khusus
menggambarkan jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
kemudian diikhtisarkan dalam laporan keuangan. 5 Pembukuan yang diselenggarakan
oleh pengusaha harus berdasarkan sistem yang lazim digunakan di Indonesia yaitu
pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi Indonesia, kecuali Peraturan Perundangundangan Cukai menentukan lain. Pelaksanaan pembukuan dapat diselenggarakan
secara tertulis maupun dalam bentuk data elektronik.
Pengertian pencatatan di bidang cukai adalah suatu proses pengumpulan dan
penulisan data secara teratur tentang pemasukan, produksi, dan pengeluaran barang
kena cukai, dan penerimaan, pemakaian, dan pengembalian pita cukai atau tanda
pelunasan cukai lainnya. 6
hal 119
2)
Penyalur etil alkohol atau MMEA berskala kecil, yang wajib memiliki NPPBKC;
3)
Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol atau MMEA, yang wajib memiliki
NPPBKC.
Kategori Pengusaha berskala kecil mengacu kepada ketentuan perpajakan, yaitu orang
pribadi yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
b.
Pembukuan atas kegiatan usaha di bidang cukai wajib diselenggarakan dengan baik
yang mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya dan sekurangkurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, pendapatan,
biaya, dan arus keluar masuknya barang kena cukai.
hal 120
3)
4)
5)
6)
Buku, catatan, dokumen dan surat dalam bentuk data elektronik yang disusun
dalam rangka penyelenggaraan pembukuan wajib dijaga atau dijamin keandalan
sistem pengolahan datanya supaya dapat dibuka, dibaca, atau diambil kembali
setiap waktu.
7)
Asli dari laporan keuangan, buku, catatan, dokumen, dan surat sebagaimana
dimaksud dalam butir 6, dapat dialihkan ke dalam bentuk data elektronik. Namun
demikian, bukti asli dari laporan keuangan, buku, catatan, dokumen, dan surat
tersebut yang mempunyai kekuatan pembuktian otentik dan masih mengandung
kepentingan hukum tertentu, wajib tetap disimpan.
8)
Setiap pengalihan laporan keuangan, buku, catatan, dokumen, dan surat wajib
dilegalisasi oleh pimpinan atau orang yang ditunjuk di lingkungan badan hukum
yang bersangkutan, dengan dibuatkan berita acara. Berita acara sebagaimana
dimaksud paling sedikit memuat :
a) keterangan tempat, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukannya legalisasi;
b) keterangan bahwa pengalihan laporan keuangan, buku, catatan, dokumen, dan
surat yang dibuat di atas kertas ke dalam disket, compact disk, tape backup,
hard disk atau media lainnya telah dilakukan sesuai dengan aslinya; dan
c) tanda tangan dan nama jelas orang bersangkutan.
9)
Laporan keuangan, buku, catatan, dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, serta surat
hal 121
Pencatatan yang diselenggaran pengusaha skala kecil wajib dibuat secara lengkap
yang mencerminkan:
a)
b)
2)
Khusus terhadap pengusaha pabrik BKC skala kecil yang pelunasannya dengan
pelekatan pita cukai, berlaku ketentuan kewajiban pembuatan pencatatan secara
lengkap yang mencerminkan penerimaan, pemakaian dan pengembalian pita cukai
yang sebenarnya.
3)
sesuai dengan
hal 122
5)
Contoh tampilan Buku Catatan sediaan BKC sebagaimana dimaksud di atas dapat
anda lihat pada lembar lampiran PMK nomor 110/PMK.04/2008.
6)
Berkaitan
dengan
penyelenggaraan
pencatatan,
pengusaha
yang
b)
c)
Pemberitahuan barang kena cukai yang selesai dibuat, disusun sesuai format yang
disediakan untuk masing-masing pabrik BKC.
hal 123
hal 124
Gambar 5.2
Pemberitahuan barang kena cukai yang selesai dibuat untuk Pengusaha Pabrik
Hasil Tembakau dibuat setiap 14 harian, dengan menggunakan dokumen Pemberitahuan
Hasil Tembakau Yang Selesai Dibuat (CK-4C). Pemberitahuan barang kena cukai yang
selesai dibuat sebagaimana dimaksud, wajib diserahkan oleh pengusaha pabrik hasil
tembakau kepada kepala kantor yang mengawasi pada :
hal 125
setiap tanggal 1 untuk periode pembuatan barang kena cukai hasil tembakau dari
tanggal 15 sampai dengan akhir bulan sebelumnya; dan
b)
setiap tanggal 15 untuk periode pembuatan barang kena cukai hasil tembakau dari
tanggal 1 sampai dengan tanggal 14 pada bulan yang sama.
c)
Dalam hal tanggal 1 dan tanggal 15 merupakan hari libur, kewajiban penyerahan
sebagaimana dimaksud, dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Gambar 5.3
hal 126
buku rekening barang kena cukai untuk etil alkohol yang masih terutang cukai dan
masih berada di pabrik diselenggarakan untuk setiap pengusaha pabrik etil alkohol
sesuai format BRCK-1;
2)
buku rekening barang kena cukai untuk etil alkohol yang masih terutang cukai dan
masih berada di tempat penyimpanan diselenggarakan untuk setiap pengusaha
tempat penyimpanan sesuai format BRCK-1; atau
3)
buku rekening barang kena cukai untuk MMEA yang masih terutang cukai dan
masih berada di pabrik diselenggarakan untuk setiap pengusaha pabrik MMEA
sesuai format BRCK-2.
Berkaitan dengan pencatatan dalam Buku Rekening Kredit Pejabat bea dan
2) buku rekening kredit untuk setiap importir barang kena cukai yang mendapatkan
penundaan pembayaran cukai sesuai format BRCK-3.
1)
Buku rekening kredit (BRCK-3) digunakan untuk mencatat jumlah cukai yang
diberikan penundaan pembayaran atau mendapat kemudahan pembayaran secara
berkala serta penyelesaiannya.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.04/2008 tentang Penyelenggaraan Buku Rekening Barang
Kena Cukai dan Buku Rekening Kredit
hal 127
Buku Rekening Barang Kena Cukai (BRCK-1 dan BRCK-2) digunakan untuk mencatat
jumlah barang kena cukai berupa etil alkohol atau minuman yang mengandung etil
alkohol yang dibuat, dimasukkan, dikeluarkan, potongan, kekurangan, dan
kelebihan hasil pencacahan, yang masih terutang cukai dan berada di Pabrik atau
Tempat Penyimpanan.
3)
Buku Rekening kredit dan Buku Rekening BKC harus diselenggarakan secara
terpisah untuk masing-masing subyek cukai yang diawasi oleh Pejabat Bea dan
Cukai
Contoh :
a.
b.
Maka Penyelenggaraan Buku Rekening Kredit akan terdiri dari : BRCK-3 untuk
PT X, PT Y, dan PT Z, sedangkan penyelenggaraan Buku rekening BKC
akan terdiri dari: BRCK-1 untuk PT PS, PT MA, dan PT PH.
4)
Buku rekening barang kena cukai ditutup dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
a)
setiap akhir tahun kalender ; hal ini berkaitan dengan akhir tahun buku atau
akhir tahun anggaran dari pihak pemerintah.
b)
c)
5)
Penutupan buku rekening barang kena cukai, dilakukan dengan cara membuat garis
horisontal dengan tinta merah dan ditandatangani oleh Pejabat Bea dan Cukai.
Penutupan buku rekening barang kena cukai tersebut harus diberitahukan kepada
Pengusaha Pabrik atau Pengusaha Tempat Penyimpanan yang bersangkutan
dengan Surat Pemberitahuan Penutupan Buku Rekening Barang Kena Cukai.
6)
Penyelenggaraan buku rekening barang kena cukai dan buku rekening kredit dapat
dilakukan dengan media elektronik.
hal 128
hal 129
c.
pengawasan baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat refresif. Kegiatan
pengawasan yang bersifat preventif secara aktif di bidang cukai dilaksanakan baik secara
reguler maupun insidentil oleh Kantor Bea dan Cukai. Salah satu bentuk pengawasan
secara aktif tersebut adalah kegiatan pencacahan yang dilaksanakan terhadap pabrik
dan tempat penyimpanan etil alkohol dan pabrik MMEA. Kegiatan pencacahan tersebut
secara khusus diatur dalam pasal 20 sampai dengan pasal 23 Undang-Undang Cukai.
Pelaksanaan lebih anjut mengenai kegiatan pencacahan diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan. 8
Konsep Pencacahan
Berdasarkan pengertian yang dijelaskan dalam Undang-undang Cukai, pengertian
Pencacahan adalah kegiatan untuk mengetahui jumlah, jenis, mutu, dan keadaan barang
kena cukai. Pencacahan dilakukan terhadap :
d.
Etil Alkohol yang masih terutang cukai yang berada di dalam Pabrik atau Tempat
Penyimpanan; dan/atau
e.
Minuman Mengandung Etil Alkohol yang masih terutang cukai yang berada di
dalam pabrik.
Kegiatan pencacahan dilaksanakan dalam rangka pengawasan secara aktif untuk
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.04/2008 tentang Pencacahan dan Potongan Atas Etil
Alkohol dan Minuman Yang Mengandung Etil Alkohol
hal 130
2)
3)
setiap saat apabila ada dugaan kuat terjadinya pelanggaran atas ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Cukai; atau
4)
2)
3)
Jumlah fisik hasil pencacahan, kedapatan sama dibandingkan dengan jumlah yang
tercantum dalam buku rekening barang kena cukai.
hal 131
Pengusaha pabrik MMEA , akan dikenakan tagihan cukai atas jumlah kekurangan
cukai yang terjadi. Untuk hal tersebut Kepala Kantor akan menerbitkan penetapan
dalam bentuk surat tagihan cukai (STCK).
b)
Pengusaha Pabrik atau Tempat Penyimpanan etil alkohol, akan dikenakan tagihan
cukai atas kekurangan yang terjadi. Perhitungan atas kekurangan jumlah etil alkohol
yang ada terlebih dahulu harus diperhitungkan dengan potongan yang dapat
diberikan.
Pengertian potongan adalah keringanan yang diberikan kepada pengusaha pabrik
atau pengusaha tempat penyimpanan atas kekurangan barang kena cukai yang didapat
pada waktu pencacahan. Potongan hanya diberikan khusus untuk selisih kurang yang
terjadi pada BKC berupa etil alkohol. Dasar pemikiran pemberian potongan adalah
pertimbangan bahwa kekurangan yang terjadi pada etil alkohol dapat terjadi karena
sebab-sebab alamiah seperti penguapan atau penyusutan.
Dalam PMK nomor 115/PMK.04/2008 diatur bahwa besarnya potongan yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut :
b)
0,5 % (setengah persen) setiap bulan dari jumlah etil alkohol yang ada pada
waktu pencacahan terakhir; dan
0,5 % (setengah persen) dari jumlah etil alkohol yang dibuat dan dimasukkan
sejak pencacahan terakhir;
b)
0,5 % (setengah persen) setiap bulan dari jumlah etil alkohol yang ada pada
waktu pencacahan terakhir;
0,5 % (setengah persen) dari jumlah etil alkohol yang dimasukkan sejak
pencacahan terakhir; dan
1 % (satu persen) dari jumlah selisih antara jumlah etil alkohol hasil
pencacahan sebelum pemuatan ke kapal dan sesudah pemuatan ke kapal.
hal 132
...............................
150.000
liter
-
Pengeluaran ......
...
80.000
liter
100.000
liter
10.000
liter
140.000
liter
130.000
liter
10.000
liter
1.200
liter
8.800`
liter
Apakah dalam kasus kekurangan ini akan dikenakan sanksi administrasi denda ? Kita
lihat perhitungan batas kelonggarannya sebagai berikut :
Batas kelonggaran : 3 x potongan = 3 x 1.200 liter = 3.600 liter
Oleh karena jumlah kekurangan setelah potongan (8.800 liter) lebih besar daripada
batas kelonggaran (3.600) liter, maka terhadap PT. PS akan dikenakan sanksi
administrasi denda.
hal 133
...............................
40.000
liter
-
50.000
liter
Pengeluaran ......
45.000
liter
45.000
liter
47.000
liter
2.000
liter
Kelebihan sebesar 2.000 liter akan ditambahakan pada saldo buku sehingga saldo
buku untuk penutupan BRCK-1 menjadi :
liter
47.000
liter
Dalam kasus kelebihan BKC ini kita analisa terlebih dahulu, apakah melebihi batas
kelonggarannya atau tidak :
-
Oleh karena jumlah kelebihan BKC (2.000 liter) lebih besar daripada batas
kelonggaran (450 liter), maka terhadap PT. MA akan dikenakan sanksi administrasi
denda.
hal 134
5.2
Latihan
Untuk menguji pemahaman anda terhadap materi kegiatan belajar 5, silahkan
2)
3)
Jelaskan pencatatan yang wajib diselenggarakan oleh pejabat bea dan cukai
berkaitan dengan BKC yang diawasi !
4)
melakukan
Jelaskan tindakan apa saja yang mungkin dilakukan sehubungan dengan hasil
temuan pencacahan !
5.3
Rangkuman
Konsep Pembukuan di bidang cukai adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi dan
mempengaruhi keadaan harta, utang, modal, pendapatan, dan biaya yang secara
hal 135
3)
4)
5)
6)
Untuk melakukan pengawasan secara aktif, pejabata Bea dan Cukai wajib
melaksanakan kegitan pencacahan baiak secara reguler maupun insidentil.
Pengertian Pencacahan adalah kegiatan untuk mengetahui jumlah, jenis, mutu, dan
keadaan barang kena cukai. Pencacahan dilakukan terhadap :
a. Etil Alkohol yang masih terutang cukai yang berada di dalam Pabrik atau Tempat
Penyimpanan; dan/atau
b. Minuman Mengandung Etil Alkohol yang masih terutang cukai yang berada di
dalam pabrik.
hal 136
5.4
Tes Formatif
Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 5 ini, coba Anda kerjakan tes
formatif berikut ini, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang Anda
anggap benar.
1.
2.
3.
Pencacahan etil alkohol adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat Bea dan cukai
untuk mengetahui:
a. jumlah dan jenis BKC
b. jumlah, jenis dan keadaan BKC
c. jumlah, mutu dan kedaan BKC
d. jumlah, jenis, mutu dan keadaan BKC
4.
a.
Buku Rekening Barang Kena Cukai yang diselenggarakan Pejabat Bea dan Cukai
untuk mengawasi MMEA yang masih terhutang yang berada di dalam pabrik...
a. BRCK-1
c. BRCK-2
b. BRCK-3
d. BRCK-4
hal 137
Buku catatan sediaan yang dikelola oleh pengusaha skala kecils ebelum digunakan
wajib mendapat pengesahan dari...
a. Direktur Cukai
b. Kepala Seksi Pabean & Cukai
c. Petugas Bea dan Cukai yang menjaga pabrik
d. Kepala Kantor atau pejabat yang ditunjuknya
7.
Pengusaha skala kecil wajib mencatat segala transaksi yang berkaitan dengan BKC
hasil tembakau yang diproduksinya pada...
8.
9.
a. CSCK-1
c.CSCK-2
b. CSCK-3
d. BRCK-1
Pencatatan sediaan MMEA yang wajib diselenggarakan oleh pengusaha skala kecil...
a. CSCK-1
c.CSCK-2
b. CSCK-3
d. CSCK-5
10. Keringanan yang diberikan kepada pengusaha pabrik atau pengusaha tempat
penyimpanan atas kekurangan barang kena cukai yang didapat pada waktu
pencacahan disebut...
a.
Kelonggaran
c. Potongan
b.
Discount
d. keringanan
11. Dalam hal jumlah hasil pencacahan kedapatan lebih besar daripada jumlah yang
tercantum dalam buku rekening barang kena cukai, maka tindakan terhadap BKC
tersebut...
a.
b.
c.
d.
Dilakukan wawancara
12. Buku Rekening Barang Kena Cukai yang diselenggarakan Pejabat Bea dan Cukai
untuk mengawasi etil alkohol yang masih terhutang yang berada di dalam pabrik...
a. BRCK-1
c. BRCK-2
b. BRCK-3
d. BRCK-4
hal 138
CSCK-1
c. CSCK-3
b.
CSCK-4
d. CSCK-6
14. Batas kelonggaran yang diberikan terhadap kasus kelebihan dalam pencacahan
setinggi-tingginya...
a. 0,5% dari jumlah yang seharusnya ada
potongan
b. 1% dari jumlah yang seharusnya ada
potongan
15. Pemberitahuan barang kena cukai yang selesai dibuat untuk Pengusaha Pabrik
MMEA...
a.
CK-5
c. CK-4A
b.
CK-4B
d. CK-4C
hal 139
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan
cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci
sebagaimana rumus dibawah ini.
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,99 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60,99 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. Jika belum mencapai angka 81%, kami
menyarankan agar anda mengulang kembali materi kegiatan belajar ini.
hal 140
6.1
a.
Adanya sifat dan karakteristik yang khusus tersebut mendorong pemerintah untuk
melakukan pengawasan atas kegiatan penimbunan, pemasukan, pengeluaran dan
pengangkutan BKC terutama terhadap BKC berupa etil alkohol dan MMEA. Kedua jenis
BKC tersebut secara spesifik memiliki tingkat kerawanan yang jauh lebih tinggi dibanding
BKC hasil tembakau.
hal 141
hal 142
menempatkan sedemikian rupa barang kena cukai dan hasil produksinya di dalam
tempat atau ruangan sehingga dapat diketahui jenis dan jumlah barang kena cukai
yang belum dilunasi cukainya yang dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan
penolong;
3)
4)
Pabrik yang telah ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (non skala kecil),
mempunyai kewajiban:
1)
2)
menempatkan sedemikian rupa barang kena cukai tersebut dan hasil produksinya
di dalam tempat atau ruangan sehingga dapat diketahui jenis dan jumlah barang
kena cukai yang belum dilunasi cukainya yang dipergunakan sebagai bahan baku
atau bahan penolong;
3)
4)
hal 143
pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai berupa etil alkohol ke atau dari
Pabrik atau Tempat Penyimpanan;
2)
pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai berupa MMEA dengan kadar
berapapun ke atau dari Pabrik yang produksi minuman mengandung etil alkoholnya
dalam satu tahun melebihi 50.000 (lima puluh ribu) liter; dan/atau
3)
penempatan petugas bea dan cukai di lokasi pabrik atau tempat penyimpanan yang
menjadi obyek pengawasan. Pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang
kena cukai dilakukan berdasarkan perintah kepala Kantor yang mengawasi Pabrik atau
Tempat Penyimpanan. Dalam hal pemasukan atau pengeluaran barang kena cukai
dilakukan di bawah pengawasan pejabat bea dan cukai, yang menjadi dasar untuk
membukukan dalam Buku Rekening Barang Kena Cukai adalah yang didapati oleh
pejabat bea dan cukai yang bersangkutan.
Secara khusus pemasukan dan pengeluaran BKC mencakup kegiatan sebagai
berikut :
1)
2)
hal 144
keperluan
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai untuk keperluan
perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;
g) pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai untuk tujuan sosial;
h) pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai untuk dikonsumsi oleh
penumpang dan awak sarana pengangkut yang berangkat langsung ke luar
Daerah Pabean;
i)
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Kawasan
Pabean, Tempat Penimbunan Sementara, atau Tempat Penimbunan Berikat
dengan fasilitas pembebasan cukai untuk keperluan perwakilan negara asing
beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal
balik;
j)
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Kawasan
Pabean, Tempat Penimbunan Sementara, atau Tempat Penimbunan Berikat
hal 145
Pabrik
dengan
tujuan
untuk
dimusnahkan
untuk
mendapatkan
pengembalian cukai;
c) pengeluaran barang kena cukai berupa etil alkohol atau minuman mengandung
etil alkohol, yang sudah dilunasi cukainya baik dengan cara pembayaran maupun
dengan cara pelekatan pita cukai, dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan;
d) pengeluaran barang kena cukai berupa etil alkohol atau minuman mengandung
etil alkohol, yang sudah dilunasi cukainya baik dengan cara pembayaran maupun
dengan cara pelekatan pita cukai, dari Tempat Penimbunan Sementara atau
Tempat Penimbunan Berikat;
hal 146
tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di Indonesia yang tidak
dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan eceran dengan
bahan
pengemas
tradisional
yang
lazim
dipergunakan,
apabila
dalam
pembuatannya tidak dicampur atau ditambah dengan tembakau yang berasal dari
luar negeri atau bahan lain yang lazim dipergunakan dalam pembuatan hasil
tembakau dan/atau pada kemasannya ataupun tembakau irisnya tidak dibubuhi
merek dagang, etiket, atau yang sejenis itu; dan
2)
minuman yang mengandung etil alkohol hasil peragian atau penyulingan yang
dibuat oleh rakyat di Indonesia secara sederhana, semata-mata untuk mata
pencaharian dan tidak dikemas untuk penjualan eceran.
Pengangkutan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya, dari suatu
2)
minuman mengandung etil alkohol dengan kadar lebih dari 5% (lima persen) dalam
jumlah lebih dari 6 (enam) liter, wajib dilindungi dengan Dokumen Cukai.
Pengangkutan barang kena cukai tersebut wajib dilaporkan kepada kepala Kantor yang
mengawasi penyalur atau tempat penjualan eceran, setiap bulan dalam jangka waktu
paling lama pada hari kesepuluh bulan berikutnya dengan menggunakan formulir
laporan pengangkutan etil alkohol/MMEA yang sudah dilunasi cukainya di peredaran
bebas.
b.
hal 147
2)
3)
4)
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
nomor
235/PMK.04/2009
tentang
hal 148
hal 149
hal 150
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan tujuan untuk dimasukkan ke Pabrik atau Tempat
Penyimpanan lainnya dengan fasilitas tidak dipungut cukai;
b)
pemasukan barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya ke Pabrik atau Tempat
Penyimpanan yang berasal dari Kawasan Pabean, Tempat Penimbunan Sementara,
atau Tempat Penimbunan Berikat dengan fasilitas tidak dipungut cukai;
c)
pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai berupa hasil tembakau yang belum
dilunasi cukainya dari tempat pembuatan di luar Pabrik ke dalam Pabrik dan
sebaliknya;
d)
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan tujuan untuk diekspor dengan fasilitas tidak dipungut
cukai;
e)
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan ke Tempat Penimbunan Berikat dengan fasilitas pembebasan
cukai;
f)
pengeluaran etil alkohol yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau Tempat
Penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai untuk digunakan sebagai bahan
baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan
merupakan barang kena cukai;
g)
pengeluaran etil alkohol yang belum dilunasi cukainya dari Tempat Penimbunan
Sementara atau Tempat Penimbunan Berikat dengan fasilitas pembebasan cukai
untuk digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan
barang hasil akhir yang bukan merupakan barang kena cukai;
h)
pengeluaran etil alkohol yang telah dirusak sehingga tidak baik untuk diminum dari
Pabrik atau Tempat Penyimpanan;
i)
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai untuk
keperluan
hal 151
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai untuk keperluan
perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;
k)
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai untuk tujuan sosial;
l)
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai untuk dikonsumsi oleh
penumpang dan awak sarana pengangkut yang berangkat langsung ke luar Daerah
Pabean;
m) pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Kawasan Pabean,
Tempat Penimbunan Sementara, atau Tempat Penimbunan Berikat dengan fasilitas
pembebasan cukai untuk keperluan perwakilan negara asing beserta para
pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
n)
pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Kawasan Pabean,
Tempat Penimbunan Sementara, atau Tempat Penimbunan Berikat dengan fasilitas
pembebasan cukai untuk dikonsumsi oleh penumpang dan awak sarana
pengangkut yang berangkat langsung ke luar Daerah Pabean.
o)
pemasukan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya ke Pabrik dengan
tujuan untuk dimusnahkan atau diolah kembali;
p)
pemasukan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya ke tempat lain di luar
Pabrik dengan tujuan untuk dimusnahkan untuk mendapatkan pengembalian cukai;
q)
pengeluaran barang kena cukai berupa etil alkohol atau minuman mengandung etil
alkohol, yang sudah dilunasi cukainya baik dengan cara pembayaran maupun
dengan cara pelekatan pita cukai, dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan;
r)
pengeluaran barang kena cukai berupa etil alkohol atau minuman mengandung etil
alkohol, yang sudah dilunasi cukainya baik dengan cara pembayaran maupun
dengan cara pelekatan pita cukai, dari Tempat Penimbunan Sementara atau
Tempat Penimbunan Berikat;
Dokumen Pengangkutan
Ketentuan pasal 27 ayat (1) Undang-undang Cukai mengatur mengenai
kewajiban penggunaan dokumen pengangkutan BKC sebagai berikut: Pengangkutan
hal 152
PT. GM sebagai pabrik hasil tembakau jenis SKT membeli bahan baku pembuatan
hasil tembakau berupa tembakau iris yang dikemas dalam bentuk bundel/bal dari
suatu tempat di luar pabrik, maka atas pengangkutan dan pemasukan BKC tersebut
ke dalam pabrik wajib dilindungi dokumen cukai PMBKC.
Pabrik etil alkohol PT XY memasok etil alkohol untuk kebutuhan pabrik MMEA PT
ZZ, maka atas pengeluaran, pengangkutan dan pemasukan BKC berupa etil alkohol
tersebut ke dalam pabrik ZZ wajib dilindungi dengan dokumen PMBKC.
tertentu yang sudah dilunasi di peredaran bebas dilindungi dokumen CK-6. Kategori BKC
tertentu yang wajib dilindungi dokumen CK-6 adalah sebagai berikut :
b)
c)
minuman mengandung etil alkohol dengan kadar lebih dari 5% (lima persen) dalam
jumlah lebih dari 6 (enam) liter, wajib dilindungi dengan Dokumen Cukai.
hal 153
Gambar 6.3
Contoh Format Baru CK-6
hal 154
c.
Pengertian pabrik skala kecil mengacu kepada Pengusaha Pabrik yang merupakan orang
pribadi yang tidak memiliki Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha pabrik skala kecil wajib menempatkan sedemikian rupa BKC dan hasil
produksinya di dalam tempat atau ruangan terpisah. Tujuan pemisahan tersebut adalah
agar
dapat diketahui jenis dan jumlah BKC yang belum dilunasi cukainya yang
dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong. Atas pengelolaan Buku catatan
sediaan CSCK-7, pengusaha wajib membuat laporan bulanan penggunaan atau
persediaan dengan format LACK-1.
Gambar 6.4
Catatan Sediaan BKC CSCK-7
hal 155
kegiatan produksi tiap awal tahun. Rencana produksi dibuat untuk periode kegiatan
selama satu tahun ke depan.
hal 156
hal 157
hal 158
pengangkutan atas bKC tertentu tersebut adalah Pengusaha Penyalur dan Pengusaha
TPE .
Kepala Kantor Bea dan Cukai setempat setiap bulan dalam jangka waktu paling lama hari
kesepuluh bulan berikutnya. Pelaporan atas kegiatan pengangkutan BKC tertentu
menggunakan format formulir laporan pengangkutan etil alkohol/MMEA yang sudah
dilunasi cukainya di peredaran bebas.
Gambar 6.6
Laporan Pengangkutan BKC Tertentu
hal 159
Latihan
Untuk menguji pemahaman anda dalam materi kegiatan belajar 6, silahkan anda
kerjakan soal-soalihan berikut :
1)
Jelaskan pengertian mutasi barang kena cukai dan untuk apa DJBC mengawasi
pergerakan BKC !
2)
3)
4)
Jelaskan
konsep
dokumen
pemasukan/pengeluaran
dan
dokumen
pengangkutan !
5)
Mengapa dalam pergerakan BKC etil alkohol dan MMEA tertentu wajib
dilindungi dengan dokumen CK-6 ? Jelaskan.
6.3
Rangkuman
Sebagai rangkuman materi kegiatan belajar 6 dapat disampaikan sebagai berikut:
1)
2)
6)
7)
hal 160
9)
6.4
Tes Formatif
Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 6 ini, coba Anda kerjakan tes
formatif berikut ini, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang Anda
anggap benar.
1.
Berikut ini adalah kegiatan di bidang cukai yang termasuk kategori mutasi barang
kena cukai, kecuali...
2.
a. Penimbunan BKC
c. Pengeluaran BKC
b. Pemasukan BKC
d. Penjualan BKC
3.
hal 161
kegiatan menimbun barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya, baik yang
berasal dari impor maupun yang dibuat di dalam negeri di TPS atau TPB
b.
kegiatan menimbun barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya yang
berasal dari impor di TPS atau TPB
c.
kegiatan menimbun barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya, yang
dibuat di dalam negeri di TPS atau TPB
d.
kegiatan menimbun barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya, yang
dibuat di dalam negeri di TPS atau TPB
6.
Atas pergerakan BKC tertentu yang sudah dilunasi cukainya di peredaran bebas,
dilindungi dengan dokumen cukai...
7.
a. CK-16
c. CK-1
b. CK-6
d. CK-5
Dokumen pelaporan yang wajib dibuat oleh pengusaha pabrik yang menggunakan
BKC sebagai bahan baku atau bahan penolong untuk menghasilkan BKC lainnya
adalah...
8.
a. LACK-1
c. LACK-3
b. LACK-2
d. LACK-4
9.
a. CK-6
c. LACK-6
b. Laporan Pengangkutan
d. PMBKC
Pengusaha pabrik yang akan menggunakan BKC sebagai bahan baku produksi atau
bahan penolong, sebelum masuknya tahun takwim baru wajib mengajukan
dokumen...
a. LACK-1
hal 162
c. PMCK-1
d. PBCK-1
10. Jenis dokumen yang digunakan sebagai pelindung pemasukan dan pengeluaran BKC
baik yang telah dilunasi maupun belum dilunasi cukainya...
a. LACK-1
c. PMBKC
b. LACK-2
d. PBCK-1
11. Yang berkewajiban untuk menandasahkan dokumen CK-6 yang akan digunakan
pengusaha untuk pengangkutan BKC tertentu...
a. Pengusaha
c. Importir
b. Direktur cukai
12. Batas kelonggaran yang diberikan terhadap jumlah kekurangan yang ditemukan
pada saat pencacahan etil alkohol adalah :
a. Maksimal 3 kali jumlah potongan
b. Maksimal 10% dari jumlah kekurangan
c. Maksimal 2 kali jumlah potongan
d. Maksimal 1% dari jumlah yang seharusnya ada
13. Dalam Buku Rekening Kredit (BRCK-3) dibukukan :
a. BKC yang mendapatkan penundaan pembayaran cukai.
b. BKC yang mendapatkan fasilitas tidak dipungut cukai.
c. BKC yang telah dirusak sehingga tidak baik untuk diminuk
d.
14. Berikut ini yang tidak termasuk fungsi dari dokumen PMBKC adalah...
a.
Pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan tujuan untuk dimasukkan ke Pabrik atau Tempat
Penyimpanan lainnya dengan fasilitas tidak dipungut cukai;
b. Pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan dengan tujuan untuk diekspor dengan fasilitas tidak
dipungut cukai
c. Pemasukan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya ke Pabrik dengan
tujuan untuk dimusnahkan atau diolah kembali;
d. Pengeluaran barang kena cukai berupa hasil tembakau atau minuman
mengandung etil alkohol, yang sudah dilunasi cukainya baik dengan cara
pembayaran maupun dengan cara pelekatan pita cukai, dari Pabrik atau Tempat
Penyimpanan;
15. Dokumen yang digunakan untuk melindungi pengeluaran hasil tembakau yang
sudah dilunasi cukainya dan pungutan impor lainnya dari tempat penimbunan
sementara ke peredaran bebas...
a. PMBKC
c. CK-5
b. SPPB
d. CK-11
hal 163
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan
cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci
sebagaimana rumus dibawah ini.
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,99 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60,99 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. Jika belum mencapai angka 81%, kami
menyarankan agar anda mengulang kembali materi kegiatan belajar ini.
hal 164
a.
Gambaran Umum
Pengertian pengolahan kembali BKC adalah kegiatan
menarik kembali BKC yang sudah dilunasi cukainya dari
peredaran bebas ke dalam pabrik untuk dilakukan
pengolahan kembali. Umumnya produk BKC yang dapat
diolah
kembali
adalah
produk-produk
yang
belum
hal 165
oleh
Menteri
Keuangan
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
10
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P-19/BC/2008 tanggal 26 September 2008 tentang
Pengembalian atas BKC yang diolah kembali atau dimusnahkan
hal 166
Kepala Kantor Bea dan Cukai yang mengawasi pabrik membentuk Tim
Pengawas yang beranggotakan Pejabat Bea dan Cukai dari Kantor setempat. Khusus
permohonan pengolahan kembali atau pemusnahan yang nilainya melebihi Rp.
500.000.000,- Tim Pengawas beranggotakan pejabat dari Kantor Wilayah dan Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai setempat.
Pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai yang dimasukkan ke
dalam pabrik yang berasal dari peredaran bebas dapat dilakukan paling banyak 2 (dua)
kali dalam satu tahun anggaran. Apabila pengusaha pabrik bermaksud melakukan
kegiatan pemusnahan atau pengolahan lebih dari dua kali, maka yang bersangkutan
harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah.
Atas pengajuan pengolahan kembali di pabrik atau pemusnahan BKC dengan
mendapatkan pengembalian cukai terhadap BKC yang cara pelunasannya dengan
pembayaran akan dikenakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai ketentuan
yang berlaku. Pengembalian cukai atas pengolahan kembali atau pemusnahan BKC
terlebih dahulu diperhitungkan dengan utang cukai. Dalam hal pengusaha pabrik tidak
memiliki utang cukai, pengembalian cukai atas permintaannya dikembalikan kepada
pengusaha pabrik sesuai ketentuan yang berlaku.
hal 167
setempat Pemusnahan BKC yang dilakukan di luar pabrik hanya diberikan untuk BKC
dengan nilai cukai sampai dengan Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Atas
permohonan tertulis pengusaha pabrik,
Kegiatan pemusnahan BKC di luar pabrik hanya dapat dilakukan paling banyak 2 (dua)
kali dalam satu tahun anggaran. Dalam hal pemusnahan BKC dilakukan di beberapa
tempat pemusnahan secara bersamaan, maka kegiatan tersebut dihitung sama dengan
satu kali pemberian persetujuan pemusnahan di luar pabrik.
Kegiatan pengolahan kembali BKC dari peredaran bebas ke dalam pabrik
dilakukan dengan cara : BKC dipindahkan ke dalam kemasan penjualan eceran yang baru
atau diproduksi ulang untuk menjadi barang kena cukai baru.
Untuk kegiatan
b.
hal 168
Kepala KPPBC Tipe A1 ke bawah yang mengawasi pabrik, dalam hal nilai cukai
yang dimintakan pengembalian tidak melebihi Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah);
2)
Kepala KPPPBC Tipe Madya, dalam hal nilai cukai yang dimintakan pengembalian
tidak melebihi Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
3)
Kepala Kantor wilayah atau Kepala KPU Bea dan Cukai dalam hal nilai cukai
melebihi batasan poin a dan b diatas.
Pemusnahan atau pengolahan kembali atas Barang Kena Cukai yang telah dilunasi
cukainya hanya dapat dilakukan oleh Pengusaha Pabrik dan pelaksanaannya dibawah
pengawasan Pejabat Bea dan Cukai setempat. Untuk melaksanakan tugas pengawasan
tersebut,
Kepala Kantor Bea dan Cukai yang mengawasi pabrik membentuk Tim
Pengawas yang beranggotakan Pejabat Bea dan Cukai dari Kantor setempat. Khusus
permohonan pengolahan kembali atau pemusnahan yang nilainya melebihi Rp.
500.000.000,- Tim Pengawas beranggotakan pejabat dari Kantor Wilayah dan Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai setempat.
Pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai yang telah dilekati pita
cukainya yang masih berada di dalam pabrik hanya dapat dilakukan paling banyak 2
(dua) kali dalam satu bulan. Apabila pengusaha pabrik bermaksud melakukan kegiatan
pemusnahan atau pengolahan lebih dari dua kali dalam satu bulan, maka yang
bersangkutan harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala Kantor Wilayah.
Pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai yang telah dilekati pita
cukainya yang berasal dari peredaran bebas hanya dapat dilakukan paling banyak 4
(empat)
melakukan kegiatan pemusnahan atau pengolahan lebih dari empat kali dalam satu
hal 169
Biaya pengganti penyediaan pita cukai sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
yaitu:
Rp. 25,- per keping untuk pita cukai hasil tembakau seri I
Rp. 40,- per keping untuk pita cukai hasil tembakau Seri II
Rp. 25,- per keping untuk pita cukai hasil tembakau Seri III
Rp. 300,- per keping untuk pita cukai MMEA
2)
dahulu diperhitungkan dengan utang cukai. Dalam hal pengusaha pabrik tidak memiliki
utang cukai, pengembalian cukai atas permintaannya, dapat:
1)
2)
hal 170
Kegiatan pemusnahan BKC di luar pabrik hanya dapat dilakukan paling banyak 2 (dua)
kali dalam satu tahun anggaran. Dalam hal pemusnahan BKC dilakukan di beberapa
tempat pemusnahan secara bersamaan, maka kegiatan tersebut dihitung sama dengan
satu kali pemberian persetujuan pemusnahan di luar pabrik.
Gambaran Umum
Pengertian pita cukai yang rusak adalah pita cukai yang kurang sempurna
cetakannya dan belum dilekatkan pada barang kena cukai. Hal ini terjadi oleh karena
adanya kesalahan dalam proses pembuatan pita cukai oleh pihak percetakan. Untuk
mendapat hak pengembalian cukai, maka kondisi pita cukai yang rusak hendaknya masih
dalam bentuk lembaran disertai dengan label pengawasan pencetak pita cukai. Apabila
pita cukai yang kondisinya rusak bukan karena proses pencetakan atau dalam kondisi
yang tidak lagi dalam bentuk lembaran, maka pita cukai yang rusak tersebut tidak
memenuhi persyaratan untuk mendapatkan pengembalian. Proses pengajuan
pengembalian pita cukai tersebut menggunakan format dokumen PBCK-4.
Pengertian pita cukai yang tidak dipakai adalah pita cukai yang kondisinya masih
baik, belum dilekatkan pada kemasan BKC dan dalam bentuk lembaran sesuai yang
dikirim dari pihak percetakan pita cukai. Pita cukai yang kondisinya masih utuh, menjadi
tidak terpakai lagi oleh karena kondisi-kondisi sebagai berikut:
1) adanya perubahan harga jual eceran, tarif cukai, dan/atau desain pita cukai baik
akibat kebijakan pemerintah maupun atas inisiatif/permintaan pengusaha pabrik
atau importir;
2) batas waktu pelekatannya sudah berakhir sesuai ketentuan yang berlaku;
3) pengusaha pabrik tidak lagi memproduksi barang kena cukai untuk pemasaran
dalam negeri;
hal 171
Gambar 7.1
Alur Proses Pengembalian Pita Cukai
Penjelasan :
1) Pengusaha Pabrik atau Importir yang ingin mendapatkan pengembalian cukai
atas pita cukai yang rusak atau tidak terpakai mengajukan dokumen PBCK-4,
dengan disertai:
hal 172
b)
hal 173
hal 174
7.2
Latihan
Untuk menguji pemahaman anda dalam materi kegiatan belajar 7, silahkan anda
kerjakan soal-soal latihan berikut :
1.
Jelaskan konsep pengolahan kembali dan pemusnahan, dan jelaskan mengapa atas
kegiatanntersebut diberikan pengembalian cukai !
2.
3.
Jelaskan mekanisme pengolahan kembali BKC hasil tembakau yang dapat diberikan
pengembalian cukai !
4.
Jelaskan mekanisme pengembalian pita cukai yang rusak atau tidak terpakai !
5.
7.3
Rangkuman
Pengertian pengolahan kembali BKC adalah kegiatan menarik kembali BKC yang
sudah dilunasi cukainya dari peredaran bebas ke dalam pabrik untuk dilakukan
pengolahan kembali . Pengertian pemusnahan BKC adalah kegiatan penarikan BKC
yang sudah dilunasi cukainya dari peredararan bebas untuk dilakukan pemusnahan
di dalam pabrik atau di tempat-tempat lainnya dibawah pengawasan DJBC.
Pengolahan kembali atau pemusnahan barang kena cukai yang dilakukan oleh
pengusaha Pabrik bertujuan untuk pengembalian cukai.
2)
Pengembalian cukai atas kegiatan pengolahan kembali atau pemusnahan BKC yang
dibuat di Indonesia yang pelunasannya dengan cara pembayaran hanya diberikan
kepada Pengusaha Pabrik.
3)
hal 175
Kepala KPPBC Tipe A1 ke bawah yang mengawasi pabrik, dalam hal nilai cukai
yang dimintakan pengembalian tidak melebihi Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah);
b.
Kepala KPPPBC Tipe Madya, dalam hal nilai cukai yang dimintakan
pengembalian tidak melebihi Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
c.
Kepala Kantor wilayah atau Kepala KPU Bea dan Cukai dalam hal nilai cukai
melebihi batasan poin a dan b diatas.
5)
Pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai yang cara pelunasannya
dengan pembayaran, yang dimasukkan ke dalam pabrik dan berasal dari peredaran
bebas dapat dilakukan paling banyak 2 (dua) kali dalam satu tahun anggaran.
6)
Pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai yang telah dilekati pita
cukainya yang masih berada di dalam pabrik hanya dapat dilakukan paling banyak 2
(dua) kali dalam satu bulan.
7)
Pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai yang telah dilekati pita
cukainya yang berasal dari peredaran bebas hanya dapat dilakukan paling banyak 4
(empat) kali dalam satu tahun anggaran.
7.4
Tes Formatif
Sebagai tolak ukur keberhasilan belajar anda dalam kegiatan belajar-7 ini, silahkan
anda kerjakan soal-soal pilihan berganda berikut ini dengan cara meberikan tanda silang
( X ) pada jawaban yang benar.
1.
ke
dalam
pabrik
untuk
dimusnahkan,
dengan
mendapatkan
pengembalian cukai
hal 176
3.
Pengembalian cukai atas kegiatan pengolahan kembali atau pemusnahan BKC yang
dibuat di Indonesia hanya diberikan kepada...
4.
c. Importir
d. Pengusaha Pabrik
5.
Terhadap BKC berupa etil alkohol dan MMEA sejenis bir, maka frekuensi kegiatan
pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai yang dimasukkan ke
dalam pabrik yang berasal dari peredaran bebas dalam satu tahun anggaran dapat
dilakukan paling banyak...
6.
a. 3 (tiga) kali
c. 4 (empat) kali
b. 2 (dua) kali
d. 5 (lima) kali
b.
hal 177
7.
c.
d.
Direktorat cukai
Dokumen cukai yang digunakan untuk melindungi pemasukan BKC yang akan diolah
kembali atau dimusnahkan ke dalam pabrik adalah...
8.
a.
PMBKC
c. P2BKC
b.
CK-13
d. CK-6
Jangka waktu yang diberikan terhadap pemasukan kembali barang kena cukai dari
peredaran bebas ke dalam pabrik untuk diolah kembali atau dimusnahkan...
9.
a.
b.
c.
d.
Pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai yang telah dilekati pita
cukainya yang masih berada di dalam pabrik hanya dapat dilakukan paling
banyak...
a.
b.
c.
d.
10. Pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai yang telah dilekati pita
cukainya yang berasal dari peredaran bebas hanya dapat dilakukan paling banyak...
a.
b.
c.
d.
11. Atas pemusnahan atau pengolahan kembali BKC yang dilekati pita cukai, maka pita
cukai yang dirusakan akan dikenaknan biaya pengganti sebesar...
a. Rp. 40,- untuk pita cukai MMEA
b. Rp. 25,- untuk pita cukai Hasil tembakau seri- II
c. Rp. 300,- untuk pita cukai MMEA
d. Rp. 25, untuk seluruh pita cukai Hasil Tembakau
12. Pada prinsipnya pengembalian cukai atas pengolahan kembali atau pemusnahan
BKC terlebih dahulu diperhitungkan dengan utang cukai. Dalam hal pengusaha
pabrik tidak memiliki utang cukai, maka...
a.
b.
c.
hal 178
13. Pemusnahan BKC yang dilakukan di luar pabrik hanya diberikan untuk BKC dengan
nilai cukai...
a.
b.
c.
d.
pita cukai yang kurang sempurna cetakannya dan belum dilekatkan pada
barang kena cukai.
b.
Pita cukai yang mengalami kerusakan pada saat proses pelekatan di kemasan
BKC
c.
d.
pita cukai yang kondisinya sudah rusak setelah dilepas dari pengemas BKC yang
ditarik dari peredaran bebas
b.
pita cukai yang kondisinya masih baik, belum dilekatkan pada kemasan BKC
dan dalam bentuk lembaran sesuai yang dikirim dari pihak percetakan pita
cukai .
c.
Pita cukai yang telah dilekatkan pada kemasan BKC namun tidak jadi digunakan
sebelum dikeluarkan dari pabrik
d.
hal 179
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan
cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci
sebagaimana rumus dibawah ini.
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,99 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60,99 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. Jika belum mencapai angka 81%, kami
menyarankan agar anda mengulang kembali materi kegiatan belajar ini.
hal 180
8.1
a.
adanya
pengecualian
dari
kewajiban
hal 181
mempertimbangkan bahwa obyek dan subyek cukai tersebut tidak memenuhi azas
domisili.
12
hal 182
pada kemasannya ataupun tembakau irisnya tidak dibubuhi merk dagang, etiket
atau yang sejenis itu.
2)
MMEA tradisional
Cukai tidak dipungut atas MMEA yang diperoleh dari hasil peragian atau
penyulingan, apabila :
a)
b)
c)
d)
Pada dasarnya pengecualian pungutan cukai terhadap tembakau iris tradisional maupun
MMEA tradisional adalah untuk memberikan keringanan kepada masyarakat di
beberapa daerah yang secara historis telah memanfaatkan kedua produk tersebut
sebagai sumber mata pencahariannya. Contoh:
- Di beberapa daerah di Jawa sudah menjadi kelaziman bagi masyarakat pribumi
untuk menjual tembakau iris secara sederhana dan dalam jumlah yang terbatas
dalam suatu kemasan tradisionil semacam: besek dari kulit bambu, daun jati, dan
sebagainya.
- Masyarakat Bali telah mengenal arak sebagai minuman tradisional yang biasa
dikonsumsi dalam upacara-upacara adat.
- Masyarakat di beberapa daerah di Jawa Timur atau di daerah Sumatera utara biasa
mengkonsumsi minuman tuak yang beralkohol cukup tinggi yang diproduksi secara
sederhana.
3)
diangkut terus atau diangkut lanjut dengan tujuan luar Daerah Pabean. Konsep barang
yang diangkut terus dalam pengertian ini sama halnya dengan konsep diangkut terus
dalam pengertian Undang-undang kepabeanan. Konsep pengenaan cukai dan bea masuk
pada dasarnya menerapkan azas domisili, sehingga hal ini mengandung konsekuensi
bahwa terhadap subyek pajak atas barang yang diangkut terus adalah bukan subyek
hal 183
4)
yang berasal dari pabrik atau tempat penyimpanan. Sebelum pelaksanaan ekspor barang
kena cukai tersebut, atas pengeluaran BKC dari pabrik/tempat penyimpanan wajib
dilindungi dokumen PMBKC (CK-5). Selanjutnya untuk mengekspor barang yang
bersangkutan, pengusaha tetap mengajukan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang
sesuai mekanisme aturan kepabeanan. Dalam hal ekspor BKC merupakan barang yang
telah dilunasi cukainya yang berasal dari peredaran bebas, maka fasilitas tidak dipungut
cukai tetap diperlakukan (dilakukan pengembalian cukai) sepanjang eksportir adalah
pengusaha pabrik yang memiliki NPPBKC.
5)
6)
BKC yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan
barang yang hasil akhirnya merupakan Barang Kena Cukai.
Cukai tidak dipungut atas barang kena cukai yang berasal dari Pabrik atau yang
berasal dari Impor apabila dimasukkan ke dalam Pabrik lainnya untuk digunakan sebagai
bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang merupakan
hal 184
7)
BKC yang telah musnah atau rusak sebelum dikeluarkan dari Pabrik atau Tempat
Penyimpanan atau sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai.
Untuk BKC yang telah musnah atau rusak sebelum dikeluarkan dari pabrik atau
tempat penyimpanan atau sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai, diatur
sebagai berikut :
a)
harus memberitahukan kepada Kepala Kantor Bea dan Cukai yang mengawasi
dengan menyebutkan sebab-sebab kemusnahan atau kerusakan barang;
b)
dilakukan pemeriksaan fisik atas BKC tersebut yang hasilnya dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan (BACK-1) ;
c)
BACK-1 digunakan sebagai dasar pencatatan dalam Buku Rekening BKC dan Buku
Persediaan BKC ;
d)
yang melanggar ketentuan tentang tidak dipungutnya cukai dikenai sanksi administrasi
berupa denda paling banyak Sepuluh kali Nilai Cukai dan paling sedikit Dua kali Nilai
Cukai yang seharusnya dibayar. Yang dimaksud dengan pelanggaran disini adalah bila
Barang Kena Cukai didapati menyimpang dari tujuan pemberian fasilitas. Contoh:
misalnya BKC yang diekspor tidak dapat dibuktikan bahwa BKC yang bersangkutan telah
benar-benar diekspor.
hal 185
b.
Pengertian pembebasan cukai adalah suatu bentuk fasilitas yang diberikan kepada
Pengusaha Pabrik, Pengusaha tempat penyimpanan, Pengusaha Tempat Penyimpanan
khusus pencampuaran, atau Importir untuk tidak membayar cukai yang terutang13. Bila
kita melihat dari sisi subyek dan obyek cukai maka secara prinsip konsep pembebasan
cukai berbeda dengan konsep tidak dipungut cukai. Seperti dijelaskan sebelumnya
bahwa tidak pungut cukai mengandung pengertian bahwa obyek cukai dikecualikan dari
kategori barang kena cukai atau subyek cukai bukan termasuk sebagai subyek yang
harus menanggung beban cukai dengan alasan penghindaran cukai berganda, azas
domisili dalam pungutan cukai dan juga akibat adanya kemusnahan atau kerusakan BKC.
Dalam konsep pembebasan cukai, obyek cukai pada dasarnya adalah BKC yang
terutang cukai, hanya saja karena adanya kebijakan-kebijakan tertentu dari pemerintah
maka subyek cukai dapat dikecualikan dari kewajiban membayar cukai yang terutang.
Salah satu dasar pertimbangan pemberian fasilitas pembebasan cukai adalah adanya
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim
Investasi, serta Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Bila kita melihat
karakteristik BKC khususnya BKC berupa etil alkohol, maka penggunaan BKC tersebut
tidak semata-mata untuk memproduksi MMEA. Cukup banyak industri-industri
manufacturing seperti: farmasi, kosmetik, bahan bangunan, Bio etanol dan lain
sebagainya yang menggunakan etil alkohol sebagai bahan baku atau bahan penmolong
untuk memproduksi barang-barang non BKC.
13
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.04/2007 tentang Pembebasan Cukai atas Barang Kena
Cukai.
hal 186
Pabrik Farmasi
Pabrik Kosmetika
dll
hal 187
Penjelasan:
1) Pengusaha Pabrik mengajukan permohonan pembebasan etil alkohol yang akan
digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong untuk pembuatan BHA
menggunakan format PMCK-1 (untuk proses produksi terpadu) atau PMCK-2
(non
terpadu).
Permohonan
sebagaimana
dimaksud
diatas,
diajukan
hal 188
b.
c.
sisa etil alkohol yang belum digunakan yang masih ada dalam perusahaan pada
akhir bulan; dan
d.
jenis dan jumlah Barang Hasil Akhir yang menggunakan etil alkohol yang
diproduksi selama satu bulan, dengan menggunakan contoh format LACK-4 .
2)
hal 189
b.
c.
Jumlah etil alkohol yang belum digunakan yang masih ada pada akhir bulan,
dengan menggunakan contoh format LACK-5 .
3)
cukai
sebagaimana
diatas,
yang
bersangkutan
mengajukan
hal 190
maksimal 500 (lima ratus) gram; untuk setiap orang dewasa setiap bulan atau
dalam hal lebih dari satu jenis hasil tembakau, setara dengan perbandingan
jumlah setiap jenis hasil tembakau tersebut.
Barang kena cukai yang diberikan pembebasan cukai untuk keperluan pejabat
dan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau organisasi internasional
di Indonesia, hanya dapat diperoleh pada Toko Bebas Bea sesuai ketentuan yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan kepabeanan yang berlaku.
4) Barang Bawaan Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Atau Kiriman Dari Luar
Negeri
Pembebasan cukai dapat diberikan atas minuman yang mengandung etil
alkohol dan hasil tembakau yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut,
atau kiriman dari luar negeri. Jumlah barang kena cukai yang mendapatkan
pembebasan cukai sebagaimana diatur dalam PMK nomor 89/PMK.04/2007 adalah
dalam jumlah setingi-tingginya sebagai berikut:
a) untuk penumpang yang datang dari luar negeri, paling tinggi:
- MMEA maksimal : 1 (satu) liter setiap orang dewasa.
- Hasil tembakau : Sigaret: 200 (dua ratus) batang ; atau Cerutu: 25 (dua puluh
lima) batang ; atau Tembakau iris/hasil tembakau lainnya : 100 (seratus) gram
untuk setiap orang dewasa atau dalam hal lebih dari satu jenis hasil tembakau,
setara dengan perbandingan jumlah setiap jenis hasil tembakau tersebut.
b) untuk awak sarana pengangkut, paling tinggi :
- MMEA maksimal : 350 (tiga ratus lima puluh) mililiter setiap orang dewasa.
- Hasil tembakau : Sigaret: 40 (empat puluh) batang ; atau Cerutu: 10 (sepuluh)
batang ; atau Tembakau iris/hasil tembakau lainnya : 40 (empat puluh) gram
hal 191
5)
kadar paling rendah 85 % (delapan puluh lima persen) yang digunakan untuk tujuan
sosial. Yang dimaksud dengan tujuan sosial adalah untuk keperluan rumah sakit.
Untuk memperoleh pembebasan sebagaimana dimaksud diatas, Pengusaha Pabrik,
Pengusaha Tempat Penyimpanan, Pengusaha Tempat Penyimpanan khusus
pencampuran, atau Importir mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal melalui Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan, dengan
menggunakan contoh format PMCK-3. Permohonan sebagaimana dimaksud diatas,
diajukan berdasarkan pesanan rumah sakit dengan mencantumkan rincian jumlah etil
alkohol yang dimintakan pembebasan cukai dan tujuan pemakaiannya.
Jika permohonan diterima secara lengkap dan benar, Direktur Jenderal Bea
dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan dalam waktu
paling lama 10 (sepuluh) hari sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar,
menetapkan keputusan atas permohonan yang diajukan, dan kepada rumah sakit
bersangkutan
diberikan
NPP.
Keputusan
pembebasan
ataupun
penolakan
hal 192
6)
dalam negeri atau luar negeri yang dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat.
Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan atau Pengusaha Tempat
Penyimpanan Khusus Pencampuran, sebelum mengeluarkan barang kena cukai dari
Pabrik, Tempat Penyimpanan atau Tempat Penyimpanan khusus pencampuran untuk
dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat, wajib memberitahukan kepada Kepala
Kantor Pelayanan dengan menggunakan contoh format PMBKC. Dalam hal barang
kena cukai yang akan dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat berasal dari
Kawasan Pabean, pelaksanaannya mengikuti tata laksana yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan Kepabeanan.
Selanjutnya barang kena cukai yang memperoleh pembebasan cukai
sebagaimana dimaksud diatas, digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong
pada pembuatan barang kena cukai yang dijual atau diserahkan di dalam negeri,
maka terhadap barang kena cukai dimaksud wajib dilunasi cukainya. Dalam hal
barang kena cukai yang berasal dari Tempat Penimbunan Berikat yang dimasukkan ke
Toko Bebas Bea, dijual kepada pembeli yang berhak sesuai ketentuan yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan kepabeanan yang berlaku.
7)
a) Ketentuan Pembebasan
Pembebasan cukai dapat diberikan atas etil alkohol yang dirusak/didenaturasi
menjadi spiritus bakar sehingga tidak baik untuk diminum. Perusakan etil alkohol
menjadi spiritus bakar hanya diizinkan kepada Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat
hal 193
14
Tata cara perusakan Etil Alkohol menjadi spiritus bakar diatur sebagai berikut :
-
14
Peraturan DJBC Nomor P-14/BC/2007 tentang Tata Cara Pencampuran dan Perusakan Etil Alkohol yang
Mendapat Pembebasan Cukai.
hal 194
Perusakan Etil Alkohol dilakukan dengan cara mencampur Etil Alkohol dengan
bahan perusak dengan rumus Pencampuran:
Perbandingan 80 liter Etil Alkohol dengan kadar 50 % dicampur 1,4 liter bahan
pencampur.
Bahan perusakan dimaksud butir 3 diatas, diperoleh dari pencampuran bahanbahan dengan perbandingan :
a) 400 liter metanol tidak berwarna dicampur dengan 96 gram bahan warna
biru kering ( methylen blue) atau bahan warna violet ( methylen violet) ;
b) 400 liter hasil pencampuran tersebut, dicampur dengan 160 liter kerosen
(minyak tanah) sehingga menjadi 560 liter bahan pencampur.
Contoh Kasus :
PT PS sebagai pabrik etil alkohol
pembuatan brand spiritus. Jumlah etil alkohol yang diajukan pembebasan adalah
1000 liter kadar 90%. Hitung jumlah bahan pencampur, jumlah spiritus bakar yang
duhasilkan dan bahan-bahan pencampur yang dibutuhkan.
Jawab :
- Jumlah Bahan Pencampur
Jumlah Kerosin
hal 195
8)
hal 196
c.
Gambaran Umum
Istilah Penundaan yang dimaksudkan dalam konteks materi belajar ini adalah
suatu bentuk kemudahan pembayaran berupa penangguhan pembayaran cukai selama
jangka waktu tertentu (antara satu hingga tiga bulan) tanpa dikenakan bunga yang
diberikan kepada Pengusaha Pabrik atau Importir BKC. Penundaan dapat diberikan
kepada pengusaha pabrik atau importir atas pemesanan pita cukai bagi yang
melaksanakan pelunasan dengan cara pelekatan pita cukai.
Filosofi dasar pemberian penundaan pembayaran adalah untuk memberikan
keringanan finansil kepada Pengusaha Pabrik atau importir atas pemesanan pita cukai
yang harus dipesan terlebih dahulu sebelum produknya siap untuk dijual. Logika
berfikirnya dapat kami jelaskan berikut ini :
Ketentuan dasar cukai mengatur bahwa saat pelunasan cukai (paling lambat) adalah
ketika produk BKC dikeluarkan dari pabrik atau tempat penimbunan sementara
(khusus BKC impor).
Atas BKC yang pelunasannya dengan cara pelekatan pita cukai maka sebelum BKC
diproduksi, Pengusaha Pabrik terlebih dahulu harus memiliki pita cukai dengan cara
mengikuti mekanisme yang berlaku (P3C dan pengajuan CK-1). Untuk menjaga agar
hal 197
Berdasar filosofi inilah dapat kita ambil kesimpulan bahwa penundaan pembayaran
adalah sangat wajar diberikan kepada pengusaha pabrik atau importir.
Perlu anda ingat bahwa pemesanan pita cukai dengan pengajuan dokumen CK-1
yang dibayar secara tunai bukanlah suatu bentuk pelunasan cukai. Pelunasan cukai
atas BKC hasil tembakau dan MMEA tertentu terjadi pada saat pita cukai dilekatklan
pada kemasan penjualan eceran yang bersangkutan.
Ketentuan mengenai penundaan pembayaran cukai diatur dalam pasal 7A ayat (2)
Undang-undang Cukai, dan sebagai aturan pelaksanaannya telah diterbitkan dalam
suatu Peraturan menteri Keuangan 15 .
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.04/2009 tentang Penundaan Pembayaran Cukai untuk
Pengusaha Pabrik atau Importir Barang Kena Cukai yang Melaksanakan Pelunasan Dengan Cara
Pelekatan Pita Cukai
hal 198
untuk pengusaha pabrik, sebanyak 2 (dua) kali dari nilai cukai ratarata per bulan
yang paling tinggi, yang dihitung dari pemesanan pita cukai dalam kurun waktu 6
(enam) bulan terakhir atau dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan terakhir;
2)
untuk importir, sebanyak 1 (satu) kali dari nilai cukai ratarata per bulan yang paling
tinggi, yang dihitung dari pemesanan pita cukai dalam kurun waktu 6 (enam) bulan
terakhir atau dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan terakhir.
3)
Nilai cukai yang dapat diberikan penundaan sebagaimana dimaksud pada poin (1)
dapat ditambah paling banyak 50% (lima puluh persen) dari hasil perhitungan
dengan mempertimbangkan kinerja keuangan perusahaan.
4)
2)
hal 199
2)
3)
4)
tidak mempunyai tunggakan utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya,
kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau bunga di bidang
cukai, kecuali sedang diajukan keberatan;
5)
6)
memiliki laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik
dengan opini wajar tanpa pengecualian selama 2 (dua) tahun terakhir; dan
7)
3) tidak mempunyai tunggakan utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya,
kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau bunga di bidang
cukai, kecuali sedang diajukan keberatan;
5)
memiliki laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik
dengan opini wajar tanpa pengecualian selama 1 (satu) tahun terakhir; dan
2)
3)
tidak mempunyai tunggakan utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya,
kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau bunga di bidang
cukai, kecuali sedang diajukan keberatan;
hal 200
memiliki laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik
dengan opini wajar tanpa pengecualian selama 2 (dua) tahun terakhir; dan
5)
untuk
permohonan
penundaan
dengan
nilai
cukai
sampai
dengan
Rp
untuk
permohonan
penundaan
dengan
nilai
cukai
sampai
dengan
Rp
untuk permohonan penundaan melalui Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai,
ditetapkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai atas nama Menteri
Keuangan.
4)
penundaan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) untuk
permohonan
penundaan
dengan
nilai
cukai
lebih
dari
permohonan
penundaan
dengan
nilai
cukai
lebih
dari
d.
Pembayaran Berkala
Gambaran Umum
Pengertian pembayaran berkala adalah pemberian kemudahan pembayaran
berupa penangguhan pembayaran hutang-hutang cukai yang timbul atas pengeluaran
BKC dari pabrik, dan wajib dilunasi paling lambat pada setiap tanggal 5 bulan berikutnya,
hal 201
yang memenuhi
2)
memiliki volume produksi barang kena cukai dalam negeri paling sedikit 10
(sepuluh) juta liter pertahun;
3)
tidak mempunyai utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan
cukai, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau bunga di bidang cukai kecuali
sedang diajukan keberatan;
4)
5)
6)
memiliki laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik
dengan opini wajar tanpa pengecualian dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
7)
Peraturan Menteri Keuangan nomor 70/PMK.04/2009, tentang Pembayaran Cukai Secara Berkala untuk
Pengusaha Pabrik yang Melaksanakan Pelunasan dengan Cara Pembayaran
hal 202
2)
Rekapitulasi produksi setiap bulan dan rekapitulasi pembayaran cukai setiap bulan,
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir; dan
3)
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir.
Atas permohonan pebayaran berkala, kepala kantor atas nama Menteri Keuangan
menyetujui atau menolak permohonan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
terhitung sejak pengajuan permohonan diterima secara lengkap. Keputusan pemberian
pembayaran secara berkala sebagaimana dimaksud berlaku paling lama 1 (satu) tahun
terhitung sejak tanggal ditetapkan keputusan pemberian pembayaran secara berkala.
hal 203
jaminan baru yang diterbitkan oleh bank penjamin atau surety yang bersangkutan
tidak dilayani sampai dengan kewajiban pencairan jaminan dipenuhi; dan
2)
hal 204
2)
3)
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 ayat (4) tidak lagi
dipenuhi;
4)
pengusaha pabrik tidak melakukan pembayaran cukai sampai dengan jatuh tempo
pembayaran secara berkala;
5)
6)
pengusaha pabrik dijatuhi sanksi pidana di bidang cukai yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
Pengusaha pabrik yang dicabut keputusan pemberian pembayaran secara
pengeluaran barang kena cukai sebagai akibat dari pencabutan keputusan pemberian
pembayaran secara berkala, wajib dilunasi dengan cara tunai
hal 205
8.2 Latihan
Untuk menguji pemahaman anda dalam materi kegiatan belajar 6, silahkan anda
kerjakan soal-soal latiha berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan Fasilitas Tidak Dipungut Cukai dan apa persyaratan
yang harus dipenuhi terhadap BKC yang tidak dipungut cukainya, Jelaskan !.
2.
Apa yang dimaksud dengan Fasilitas Pembebasan Cukai dan apa persyaratan yang
harus dipenuhi terhadap BKC yang dapat dibebaskan cukainya, Jelaskan
3.
4.
5.
Terhadap BKC yang dibawa Penumpang, Awak Sarana Pengangkut dan Pelintas
Batas dalam jumlah tertentu diberikan pembebasan cukai. Jelaskan apa yang
harus dilakukan petugas Bea dan Cukai, ketika penumpanag atau awak sarana
pengangkut membawa BKC dalam jumlah yang lebih dan yang bersangkutan siap
membayar pungutan pajak berapapun mahalnya !
8.3
Rangkuman
2)
Jenis-jenis fasilitas tidak dipungut cukai yang diatur dalam Undang-undang Cukai
adalah:
a. Tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di Indonesia yang tidak
dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan ecaran dengan
bahan pengemas tradisional yang lazim dipergunakan;
hal 206
g. BKC yang telah musnah atau rusak sebelum dikeluarkan dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan atau sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai.
3)
Pembebasan cukai adalah suatu bentuk fasilitas yang diberikan kepada Pengusaha
Pabrik, Pengusaha tempat penyimpanan, Pengusaha Tempat Penyimpanan khusus
pencampuaran, atau Importir untuk tidak membayar cukai yang terutang.
4)
6)
hal 207
8.4
Tes Formatif
2.
b.
c.
d.
Penundaan pembayaran cukai untuk pengusaha BKC yang ekspornya lebih banyak
dari pemasaran lokalnya, dapat diberikan dalam waktu paling lama;.........
a.
90 hari sejak tanggal pemesanan pita cukai untuk BKC yang pelunasannya
dengan cara pelekatan cukai
b.
60 hari sejak tanggal pemesanan pita cukai untuk BKC yang pelunasannya
dengan cara pembayaran berkala
c.
45 hari sejak tanggal pengeluaran untuk BKC yang pelunasannya secara berkala
dan dikenai bunga 2% perbulan.
d.
3.
Untuk merusak etil alkohol sebanyak 80 liter, kadar 50 %, bahan perusak yang
dibutuhkan adalah....
4.
a.
2 liter
c. 2,8 liter
b.
3 liter
d. 1,4 liter
Jumlah spiritus bakar yang dihasilkan dari pencampuran sebanyak 1.000 liter etil
alkohol kadar 95% adalah sebanyak ?
5.
a.
1.033,25 liter
c. 133,25 liter
b.
5.033,15 liter
b.
c.
BKC yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong produk akhir
non BKC
d.
hal 208
Batasan jumlah BKC yang dibebaskan atas konsumsi oleh Pejabat Perwakilan
Negara Asing adalah.
7.
a.
50 ltr MMEA, 300 btg sigaret, 100 btg cerutu, dan 500 gram TIS
b.
10 ltr MMEA, 100 btg sigaret, 50 btg cerutu, dan 100 gram TIS
c.
d.
1 liter MMEA, 25 batang cerutu, 200 btg sigaret, 100 gram TIS
BKC untuk keperluan perwakilan negara asing dan tenaga ahli bangsa asing
b.
c.
BKC yang rusak atau musnah sebelum dikeluarkan dari pabrik atau tempat
penyimpanan
d.
8.
Persyaratan bagi MMEA tradisionil yang dapat dberikan fasilitas tidak dipungut
cukai adalah sebagai berikut, kecuali...
a.
b.
9.
c.
d.
Perbedaan pokok antara fasiltas tidak dipungut cukai dan fasilitas pembebasan
cukai, ditinjau dari sudut pandang obyek BKC adalah...
a.
b.
Tidak dipungut cukai obyek merupakan barang kena cukai, sedangkan pada
pembebasan cukai, obyek dikecualikan sebagai BKC
c.
Dalam hal fasilitas tidak dipungut cukai dan fasilitas cukai, obyek barang
esensinya tetap sebagai BKC yang terutang cukai.
d.
10. Dalam mekanisme permohonan pembebasan cukai terhadap BKC yang digunakan
untuk pembuatan obat-obatan dalam industri farmasi, maka subyek yang wajib
mengajukan permohonan...
a.
b.
c.
d.
hal 209
b.
12. Batasan jumlah BKC yang dibebaskan atas konsumsi oleh Tenaga Ahli Bangsa Asing
yang bekerja pada Badan Internasional adalah.
a.
10 ltr MMEA, 300 btg sigaret, 100 btg cerutu, dan 500 gram TIS setiap bulan
b.
10 ltr MMEA, 100 btg sigaret, 50 btg cerutu, dan 100 gram TIS
c.
1 liter MMEA, 25 batang cerutu, 200 btg sigaret, 100 gram TIS
d.
13. Batasan jumlah BKC yang dibebaskan atas BKC yang dibawa oleh penumpang dari
luar negeri adalah...
a.
1 ltr MMEA, 300 btg sigaret, 100 btg cerutu, dan 500 gram TIS
b.
10 ltr MMEA, 100 btg sigaret, 50 btg cerutu, dan 100 gram TIS
c.
d.
14. Lokasi yang diizinkan untuk kegiatan denaturasi etil alkohol menjadi spiritus bakar
adalah, kecuali...
a.
Tempat Penyimpanan
b.
c.
d.
15. Rumus pencampuran dalam proses denaturasi etil alkohol menjadi spiritus bakar
adalah...
a. 80 liter Etil alkohol kadar 50% dicampur dengan 1,4 liter bahan perusak
b . 90 liter Etil Alkohol kadar 50% dicampur dengan 3,14 liter bahan perusak
c. 50 liter Etil Alkohol kadar 80% dicampur dengan 1,4 liter bahan perusak
d. 90 liter Etil Alkohol kadar 80% dicampur dengan 3,14 liter bahan perusak
hal 210
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan
cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci
sebagaimana rumus dibawah ini.
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,99 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60,99 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. Jika belum mencapai angka 81%, kami
menyarankan agar anda mengulang kembali materi kegiatan belajar ini.
hal 211
9.1
a.
Gambaran Umum
Salah satu prinsip yang dianut di dalam Undang-undang
Nomor 11 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan
Undang Undang Nomor 39 Tahun 1995 tentang Cukai, adalah
prinsip keadilan dalam keseimbangan yang mengandung
makna bahwa kewajiban cukai hanya dibebankan kepada
orang-orang yang memang seharusnya diwajibkan untuk itu
dan semua pihak yang terkait diperlakukan dengan cara yang sama dalam hal dan
hal 212
17
hal 213
b)
Kepala KPU Bea dan Cukai untuk menandatangani keputusan keberatan yang
penyelesaian keberatannya dilakukan di KPU Bea dan Cukai;
c)
Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) di lingkungan
DJBC untuk menandatangani keputusan penolakan atas keberatan yang diajukan
melewati jangka waktu yang ditetapkan.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai harus memberikan keputusannya dalam jangka
hal 214
b.
Gambaran Umum
Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,
pengertian banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding, berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakaan yang berlaku. Pasal 43A Undang-undang
Cukai mengatur jenis putusan yang dapat diajukan banding ke pengadilan pajak, yaitu
keputusan Direktorat jenderal bea dan Cukai atas keberatan yang berkaitan dengan
penetapan pejabat bea dan cukai yang mengakibatkan kekurangan cukai dan/atau
sanksi administrasi berupa denda.
Pengertian gugatan sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 14 tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib
Pajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan gugatan,
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakaan yang berlaku. Pasal 43B
Undang-undang Cukai mengatur jenis putusan yang dapat diajukan gugatan adalah
keputusan pencabutan izin NPPBKC bukan atas kemauan sendiri. Lebih lanjut dapat
dirincikan jenis keputusan pencabutan izin NPPBKC yang dapat dilakukan sepihak, yaitu:
1) Pencabutan izin NPPBKC akibat persyaratan perizinan tidak lagi dipenuhi ;
2) Pencabutan izin NPPBKC pemegang izin tidak lagi secara sah mewakili badan hukum
hal 215
meninggal dunia;
5) Pencabutan izin NPPBKC pemegang izin dipidana berdasarkan keputusan hakim
hal 216
2)
3)
hal 217
9.2
Latihan
Untuk menguji pemahaman anda dalam materi kegiatan belajar 9, silahkan anda
kerjakan soal-soalihan berikut :
1. Jelaskan konsep keberatan dan mekanisme yang harus ditempuh oleh subyek cukai
yang berkeberatan !
2. Jelaskan konsep banding dan mekanisme yang harus ditempuh oleh subyek cukai
yang melakukan upaya banding !
3. Dalam mekanisme keberatan, subyek cukai diharuskan mempertaruhkan jaminan
sebesar 100% dari cukai yang terhutang, sedangkan dalam konsep banding,
jaminan yang dipertaruhkan cukup 50% saja. Bagaimana anda menyikapi hal ini,
jelaskan!
4. Apakah seorang yang mengajukan gugatan dapat langsung melakukan upaya
banding ? Jelaskan jawaban saudara !
hal 218
9.3
Rangkuman
Sebagai rangkuman materi kegiatan belajar 9 dapat disampaikan sebagai berikut:
1)
2)
Pengajuan keberatan atas putusan di bidang cukai diajukan dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya surat tagihan. Dalam hal selama kurun
waktu 30 hari tidak ada pengajuan keberatan, maka hak untuk mengajukan
keberatan setelah jangka waktu tersebut menjadi gugur.
3)
hal 219
9.4
Tes Formatif
Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mempelajari materi kegiatan belajar 9, coba
Anda kerjakan soal-soal berikut dengan cara memilih salah satu jawaban yang paling
benar
1.
2.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai memutuskan keberatan dalam jangka waktu...
a. 30 hari sejak diterimanya pengajuan keberatan
b. 60 hari sejak diterimanya pengajuankeberatan
c. 90 hari sejak diterimanya pengajuan keberatan
d. 15 hari sejak diterimanya pengajuan keberatan
hal 220
Orang yang keberatan atas pencabutan izin bukan atas kemauan sendiri
sebagaimana diatur dalam pasal 14 ayat (4) huruf b s/d i Undang-undang nomor 39
tahun 2007 perubahan atas undang-undang . nomor. 11 tahun 1995 dapat
mengajukan ...
a. keberatan ke Direktur Jenderal Bea dan Cukai
b. keberatan ke Pengadilan Pajak
c. banding ke pengadilan pajak
d. gugatan ke Pengadilan Pajak
4.
5.
Orang yang berkeberatan atas putusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai dapat
mengajukan banding ke Pengadilan Pajak dalam jangka waktu....
a. 90 hari sejak keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
b. 60 hari sejak keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
c. 30 hari sejak keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
d. 14 hari sejak keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
6.
Upaya hukum kepada Pengadilan Pajak yang dilakukan subyek cukai terhadap
putusan pejabat Bea dan Cukai yang mengakibatkan kekurangan cukai dan/atau
sanksi administrasi, disebut...
a. Gugatan
b. Keberatan
c. Banding
d. Kasasi
7.
8.
Jangka waktu bagi Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk memutus pengajuan
keberatan adalah...
a. 30 (tiga puluh) hari
c. 3 (tiga) bulan
b. 60 (enam puluh) hari
d. 1 (satu) bulan
9.
Berkaitan dengan upaya banding yang berkaitan dengan besarnya jumlah Pajak
yang terutang, banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang
dimaksud telah dibayar sebesar...
a. 50% (lima puluh persen)
c. 100% ditambah denda
hal 221
d.
75%
(tujuh
puluh
lima
10. Atas perkara banding yang dilakukan pencabutan berkas oleh subyek cukai sebelum
dilakukannya sidang maka penyelesaiannya...
a. dikeluarkan penetapan Ketua Pengadilan
b. dikeluarkan putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan
c. dikeluarkan putusan sela Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan
d. semua jawaban salah
11. Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak
adalah...
a. 14 (empat belas) hari
c. 3 (tiga) bulan
b. 60 (enam puluh) hari
d. 1 (satu) bulan
12. Besarnya jaminan yang wajib dipertaruhkan apabila wajib pajak akan melakukan
keberatan atas putusan Pejabat Bea dan Cukai...
a. 50% (lima puluh persen)
c. 100% ditambah denda
b. 100% (seratus persen)
d. 75% (tujuh puluh lima
persen)
13. Berikut ini adalah jenis keputusan di bidang cukai yang dapat diajukan gugatan,
kecuali...
hal 222
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan
cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci
dibawah rumus.
91 %
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,00 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan mengerjakan soal latihan sumatif.
hal 223
PENUTUP
Bila kita merefleksikan kembali tugas pokok yang harus diemban DJBC berkaitan
dengan penerimaan bea masuk dan cukai, maka hendaknya kita menyadari bahwa
kedua penerimaan tersebut memiliki arti yang strategis terhadap penerimaan pajak
secara keseluruhan. Sebagai aparatur DJBC anda dituntut untuk memiliki pengetahuan
dan ketrampilan yang seimbang baik dari sisi kepabeanan maupun cukai. Anda tidak
dapat menganggap bahwa pengetahuan cukai tidak perlu dikuasai secara serius dan
berasumsi bahwa anda tidak akan pernah terlibat dengan kegiatan administrasi cukai.
Suatu saat anda dapat ditempatkan di unit-unit cukai dan tentunya membutuhkan
pengetahuan dan ketrampilan teknis cukai.
Tanpa usaha yang sungguh-sungguh dan tekad yang kuat, saya yakin anda akan
sulit memahami dan memiliki ketrampilan teknis cukai dengan baik. Kata kunci yang
dapat saya berikan sebagai tips untuk memahami pelajaran teknis cukai secara efektif
adalah belajar secara menyeluruh. Jangan anda belajar hanya untuk keperluan praktis
saja, tapi pelajari secara menyeluruh konsep-konsep yang ada. Dengan mempelajarai
modul teknis cukai ini diharapkan pembaca mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai kegiatan-kegiatan yang ada di bidang cukai. Gambaran dan pemahaman yang
tepat mengenai tatalaksana teknis cukai
pelaksana pemeriksa yang profesional dan berkompeten dalam ruang lingkup tugas di
bidang cukai.
Akhirnya semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Diklat Teknis
Dasar Kepabeanan dan Cukai dan umumnya bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai di seluruh Indonesia. Ingatlah bahwa keberhasilan orang-orang hebat di bidang
apapun bukan semata-mata merupakan anugerah dari yang Maka Kuasa saja, namun
sukses dan kompetensi dibangun dari kemauan untuk belajar sepanjang masa, Longlife
Learning.
hal 224
TES SUMATIF
Setelah Anda mempelajari keseluruhan isi modul Teknis Cukai ini, selanjutnya untuk
menguji hasil belajar Anda secara keseluruhan, coba Anda kerjakan tes sumatif berikut
ini, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap benar.
1.
2.
3.
Berikut ini adalan subyek yang wajib untuk memiliki NPPBKC, kecuali :
a. Pengusaha Pabrik BKC
c. Penyalur Hasil Tembakau
b. Importir BKC
d. Pengusaha TPE etil alkohol
4.
5.
Salah satu ciri dan keuntungan dari penerapan sistem tarif cukai advalorum
6.
a.
b.
c.
d.
Menguntungkan pengusaha
Pencacahan etil alkohol adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat Bea dan cukai
untuk mengetahui:
a. jumlah dan jenis BKC
hal 225
7.
Dalam hal izin NPPBKC pabrik atau tempat penyimpanan dicabut, tindakan yang
harus segera dilakukan terhadap BKC yang belum dilunasi cukainya yang masih
berada di dalam pabrik/tempat penyimpanan tersebut :
a. Harus dilunasi cukainya dan dikeluarkan pada hari yang sama dengan
keputusan NPPBKC
b. Harus dilunasi cukainya dan dikeluarkan dalam waktu paling lama keesokan
harinya dari tanggal keputusan NPPBKC
c. Harus dilunasi cukainya dan dikeluarkan paling lama 30 hari sejak diterimanya
keputusan NPPBKC
d. Harus dilunasi cukainya dan dikeluarkan paling lama 15 hari sejak tanggal
keputusan NPPBKC
8.
9.
Dasar penetapan tarif cukai hasil tembakau buatan Dalam Negeri berdasarkan PMK
nomor 181/PMK.011/2009 adalah :
a. Golongan pengusaha pabrik
c. Harga jual pabrik
b. Batasan harga jual eceran per batang atau gram
d. Pilihan a dan b,
benar
10. Untuk merusak etil alkohol sebanyak 160 liter, kadar 96 %, bahan perusak yang
dibutuhkan sejumlah:
a. 5,38 liter
c. 2,8 liter
b. 3 liter
d. 3,3 liter
11. Untuk penggolongan dalam batasan harga jual eceran per kemasan, hasil akhir
perhitungan HJE per kemasan dilakukan pembulatan :
a. Ke atas dalam kelipatan Rp.25,00
b. Ke bawah dalam kelipatan Rp. 25,00
c. Ke atas dalam kelipatan Rp. 1,00
d. Ke bawah dalam kelipatan Rp. 1,00
12. Kewajiban Direktur Cukai untuk memberitahukan kepada pengusaha pabrik agar
segera menyesuaikan HJE dan tarif cukai yang berlaku atas suatu merek Hasil
tembakau, dilakukan atas kondisi-kondisi sebagai berikut :
hal 226
c.
d.
Dalam hal harga transaksi pasar telah melampaui batasan HJE per batang atau
gram diatasnya
Dalam hal harga transaksi pasar berada pada posisi batasan HJE atau gram
tertinggi pada masing-masing jenis HT dan telah melampaui 5% dari HJE yang
berlaku
Dalam hal harga transaksi pasar telah melampaui batasan HJE per kemasan
diatasnya
Jawaban a dan b, benar
13. Dokumen pengeluaran atas etil alkohol yang dirusak menjadi spiritus bakar adalah:
a. CK-9
c. CK-12
b. CK-10
d. CK-5
14. Penyediaan pita cukai HT untuk pengusaha pabrik disediakan di Kantor Pelayanan
terhadap :
a. Pabrik dengan total produksi masing-masing jenis HT dalam 1 (satu) tahun
takwim sebelumnya sampai dengan 100 juta batang dan/atau gram
b. Pabrik dengan total produksi semua jenis HT dalam 1 (satu) tahun takwim
sebelumnya sampai dengan 100 juta batang dan/atau gram
c. Pabrik dengan total produksi masing-masing jenis HT dalam 1 (satu) tahun
takwim sebelumnya sampai dengan 500 juta batang dan/atau gram
d. Pabrik dengan total produksi semua jenis HT dalam 1 (satu) tahun takwim
sebelumnya sampai dengan 500 juta batang dan/atau gram
15. Jumlah spiritus bakar yang dihasilkan dari pencampuran sebanyak 1000 liter etil
alkohol kadar 95% adalah sebanyak ?
a. 1.033,25 liter
c. 133,25 liter
b. 5.033,15 liter
d. Semua jawaban salah
16. Terhadap pita cukai yang telah disediakan berdasarkan P3C akan dikenakan biaya
pengganti pita cukai apabila:
a. Pita cukai tersebut tidak direalisasikan seluruhnya dengan CK-1 oleh karena
adanya kebijakan kenaikan HJE oleh pemerintah
b. Pita cukai tersebut tidak direalisasikan seluruhnya dengan CK-1 oleh karena
adanya kesalahan administratif oleh pejabat bea dan cukai
c. Pita cukai tersebut tidak direalisasikan seluruhnya dengan CK-1 oleh karena
adanya kesalahan perhitungan administratif oleh pengusaha yang
bersangkutan
d. Jawaban a dan b, benar
17. Pada akhir masa pelekatan pita cukai edisi tahun 2009, diketahui bahwa PT. DEF
sebagai pabrikan HT jenis SKM Golongan II, masih memiliki stock persediaan pita
cukai seri II sebanyak 500 lembar. Apabila PT DEF ingin mengajukan pengembalian
hal 227
hal 228
hal 229
KUNCI JAWABAN
KB-1
KB-2
KB-3
KB-4
KB-5
KB-6
1.
1.
1.
1.
1.
1.
2.
2.
2.
2.
2.
2.
3.
3.
3.
3.
3.
3.
4.
4.
4.
4.
4.
4.
5.
5.
5.
5.
5.
5.
6.
6.
6.
6.
6.
6.
7.
7.
7.
7.
7.
7.
8.
8.
8.
8.
8.
8.
9.
9.
9.
9.
9.
9.
10. c
10. b
10. c
10. b
10. c
10. c
11. c
11. d
11. d
11. d
11. b
11. d
12. b
12. b
12. a
12. b
12. a
12. a
13. c
13. c
13. b
13. a
13. c
13. a
14. b
14. d
14. b
14. a
14. b
14. d
15. c
15. d
15. d
15. c
15. b
15. b
hal 230
KB-7
KB-8
KB-9
TES SUMATIF
1. a
1. d
1. a
1. b
16. c
2. b
2. a
2. b
2. b
17. c
3. d
3. d
3. d
3. c
18. c
4. d
4. a
4. c
4. d
19. b
5. b
5. c
5. b
5. b
20. c
6. a
6. c
6. c
6. d
21. a
7. a
7. c
7. b
7. c
22. c
8. c
8. b
8. b
8. d
23. d
9. a
9. a
9. a
9. b
24. d
10. d
10. b
10. a
10. a
25. b
11. c
11. c
11. a
11. a
12. a
12. a
12. b
12. d
13. a
13. c
13. d
13. d
14. a
14. d
14. a
14. b
15. b
15. a
15. b
15. a
hal 231
Lampiran 1
Tarif dan Harga Jual Eceran Minimum
Hasil Tembakau Yang Diimpor
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
SKM
SPM
SKT atau SPT
SKTF atau SPTF
TIS
KLB
KLM
CRT
HPTL
hal 232
hal 233
hal 234
hal 235
Lampiran 5
Berita Acara Perusakan Etil Alkohol Menjadi Spiritus Bakar
hal 236
hal 237
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan:
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
dengaan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007
hal 238
tentang
Pedoman
hal 239