Professional Documents
Culture Documents
MODUL
Oleh :
Adang Karyana
Syahbana, S.ST
(Widyaiswara Madya
Pada Pusdiklat Bea dan Cukai)
MODUL
Oleh :
Adang Karyana
Syahbana, S.ST
(Widyaiswara Madya
Pada Pusdiklat Bea dan Cukai)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR KEPALA PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
i
4. Relevansi Modul.
ETIKA
Indikator Keberhasilan ...
10
5. Integritas ..............................................................
12
6. Etiket ....................................................................
14
b. Latihan 1 .....
16
c. Rangkuman..
17
d. Tes formatif 1 .
17
20
21
21
21
21
2. Tujuan ......
22
23
25
26
6. Sanksi ...................................................................
26
b. Latihan 2 ...
27
c. Rangkuman..
27
d. Tes Formatif 2 .
28
31
32
32
32
1. Deklarasi Arusha ..
32
2. Korupsi .................. ..
34
37
38
39
6. Gratifikasi .............................................................
40
40
b. Latihan 3
43
c. Rangkuman
43
d. Tes Formatif 3 .
43
47
PENUTUP... 48
TES SUMATIF... 49
KUNCI JAWABAN (TES FORMATIF DAN TES SUMATIF)... 55
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN ........................................................................................
59
A
PENDAHULUAN
MODUL
ETIKA KERJA PEGAWAI
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
1. Deskripsi Singkat
pelayanan
dan
kepada
dalam
publik,
batas-batas
meningkatnya
tertentu
dapat
cost
pada
mengganggu
banyaknya
2. Prasarat Kompetensi
Peserta
yang
akan
10
pelaksana
pada
Standar Kompetensi
11
Kompetensi Dasar
4. Relevansi Modul
12
13
B
KEGIATAN
BELAJAR
ETIKA
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu :
1. Peserta mampu menjelaskan definisi etika
2. Peserta mampu menerapkan kode etik
3. Peserta mampu menerapkan etika kerja
4. Peserta mampu menjelaskan etika kesuksesan
5. Peserta mampu menerapkan integritas
6. Peserta mampu menjelaskan dan menerapkan etiket di tempat kerja
14
atau
timbul
dari
kebiasaan.
Etika
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
15
16
pengertian
ini
lebih
banyak
terfokus
kepada
2. Kode Etik
17
3. Etika Kerja
mencurahkan
segenap
tenaga
dan
pikirannya
untuk
18
guna
memberikan
hasil
kerja
terbaik
dengan
Memanfaatkan
waktu
yang
tersedia
secara
efisien
untuk
yang
tinggi.
-
19
Dengan
mengawasi.
c. Etika Kerja Profesional
Bekerja trampil, tepat waktu dan berdasarkan ketentuan yang
berlaku dengan hasil yang optimal. Bekerja dengan mengedepankan
inovasi, akurasi dan
4. Etika Kesuksesan
20
dengan
sukses
yang
a. Menjaga Integritas
Integritas pada intinya adalah keutuhan. Tetapi kata ini mencakup
arti yang luas, yaitu kejujuran, ketulusan, dapat dipercaya, keutuhan
antara tindakan dan perkataan, konsistensi, tanggung jawab, kesetiaan
dan disiplin. Integritas adalah apa yang Anda lakukan ketika tidak ada
seorangpun yang melihat. Integritas merupakan kunci sukses karena
integritas menciptakan kepercayaan, dan kepercayaan meluaskan
pengaruh/kepemimpinan Anda. Bagaimana menjaga integritas Anda?
Fokuskan kehidupan Anda untuk membangun karakter dan kemurnian
hidup, bukan pada sukses dan prestasi.
b. Meraih keunggulan
Lakukan semua dengan keunggulan. Ada suatu kaidah yang
berbunyi, Bila Anda menjadi penyapu jalanan, sapulah jalanan seperti
Michaelangelo melukis, seperti Beethoven membuat musik. Sapulah
jalanan dengan sedemikian baik. Seolah alam mengetahui bahwa ia
hidup sebagai penyapu jalanan yang luar biasa, yang melakukan
pekerjaannya dengan baik.
c. Bekerja dengan rajin.
Kemalasan bukan hanya berarti duduk-duduk sepanjang hari tanpa
melakukan sesuatu, melainkan dapat pula seseorang malas walaupun
kelihatannya ia bekerja keras tanpa henti. Kemalasan adalah tidak
melakukan sesuatu hal yang perlu dilakukan pada saat hal itu harus
21
5. Integritas
22
Knowledge : pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab yang diperoleh dari
pendidikan-pendidikan formal.
Skill : keterampilan dan keahlian yang dimiliki pegawai yang diperoleh
berdasarkan peltihan dilapangan dan pengalaman.
Behaviour : tingkah laku yang baik dalam melayani masyarakat yang dilakukan
berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
Tentunya ditengah segala kondisi dan keterbatasan yang ada di
23
Nomor:
63/KEP/M.PAN/7/2003
tentang
Pedoman
Umum
6. Etiket
Etiket berasal dari kata etiquette (bahasa Perancis) yang berarti
label atau tanda pengenal seperti pada etiket buku atau label pada
barang.
Kemudian
pengertian
ini
berkembang
menjadi
semacam
24
kehidupan-sehari-hari
penampilan
yang
Tidak menggunakan jam kerja untuk hal yang tidak terkait dengan
pekerjaan
Tepatilah janji
25
Etika Pergaulan
-
Bersikap
sopan
santun
dan
ramah
-
Toleransi
dan
rasa
ingin
membantu
-
Etika berbicara
-
26
b. Latihan 1
27
c. Rangkuman
1. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu
istiadat atau kebiasaan. Etika itu wujud dalam diri seseorang itu
dengan adanya disiplin dan kekuatan diri individu itu sendiri maupun
organisasi untuk melakukan kerja yang baik dengan nilai integritas
tinggi.
2. Kode etik terkait erat dengan efektifitas pemberlakuan kode etik ini
adalah disatu sisi terdapatnya iklim bekerja yang kondusif dan sistem
kesejahteraan yang memadai, sedang di sisi lain terdapat ancaman
sanksi yang berat dan diterapkan secara konsisten terhadap pelaku
pelanggaran
3. Etika kerja adalah aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan
prinsip moral yang merupakan pedoman bagi pegawai dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya. Agregasi dari perilaku pegawai
yang beretika kerja merupakan gambaran etika kerja pegawai dalam
suatu unit organisasi.
4. Pegawai secara normatif memang harus bekerja keras, jujur,
bertanggung jawab menyelesaikan dengan sebaik-baiknya semua
tugas dan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, mencurahkan
segenap
tenaga
dan
pikirannya
untuk
kelangsungan
dan
d. Test Formatif 1
28
01. B - S
02
B-S
03. B - S
04
B-S
05. B - S
Integritas
adalah
tingkah
laku
posistif
yang
dapat
29
06 Aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang
merupakan pedoman bagi pegawai dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya dalam organisasi, adalah :
a. etika kerja.
b. integritas.
c. profesionalisme.
d. etika.
30
31
91 %
s.d
100 %
Amat Baik
81 %
s.d.
90,00 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
Indikator Keberhasilan :
1. Peserta mampu menjelaskan latar belakang perlunya kode etik
Indikator
Keberhasilan
:
2. Peserta
mampu
menjelaskan
tujuan kode etik pegawai Direktorat
Setelah Bea
mengikuti
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
Jenderal
dan Cukai
melaksanakan
dalamnorma
pembuatan
perkara,
mampu
3. Peserta
mampupersiapan
menerapkan
dasar berkas
pribadi dan
standar
pembuatan
resume
hasil
penyidikan
untuk
berkas
perkara,
mampu
menyusun
perilaku organisasi
kesimpulan resume hasil penyidikan untuk berkas perkara
4. Peserta mampu menerapkan prinsip standar perilaku pegawai
5. Peserta mampu menjelaskan larangan pegawai
6. Peserta mampu menjelaskan sanksi
32
1. Latar Belakang
Bea dan
33
yang
bersih
dan
perilaku
meningkatkan
integritas
pegawai
transparansi
pegawai
untuk
dan
Direktorat
negara
yang
bertugas
sebagai
abdi
masyarakat
yang
34
mengeluarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
pegawai
Direktorat
Jenderal
Bea
dan
Cukai
dalam
35
yaitu
selalu
meningkatkan
dan
mengembangkan
Setiap Pegawai wajib mengikuti, menjalankan, dan menjaga prinsipprinsip standar perilaku organisasi sebagai berikut :
1. Kepastian hukum, yaitu mendasarkan pada peraturan perundangundangan dalam menjalankan tugas, wewenang, dan kebijakan
organisasi.
36
37
1. Bersikap
diskriminatif
dalam
melaksanakan
tugas
memberikan
38
6. Sanksi :
1. Segala bentuk ucapan, tulisan, sikap,
perilaku, dan atau tindakan pegawai
yang
melanggar
ketentuan
moral
berupa
perintah/kewajiban
untuk
mengajukan
b. Latihan 2
39
c. Rangkuman
etika
kerja
untuk
dengan
mengawal
dengan
tingkah
kehidupan
laku
positif
manusia
untuk
40
02. B - S
03
B-S
04. B - S
hanya
dalam
pergaulan
hidup
sehari-hari
di
masyarakat.
05
B-S
Salah satu tujuan kode etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, adalah :
a. meningkatkan kesopanan pegawai
b. menjamin terpeliharanya hubungan antar kepala bidang.
c. menjamin kelancaran pelaksanaan pengawalan barang.
41
3.
Salah satu larangan bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
adalah :
a. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas pelayanan.
b. memajukan profesional kerja dalam pelayanan
c. menyatu dengan sesama pegawai
d. memiliki kebebasan dalam bekerja
4.
5.
Salah satu kaidah dalam perilaku standar sesuai kode etik Pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah :
a. menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat yang
dianut oleh diri sendiri dan orang lain.
b. memperhatikan dan mempergunakan waktu dan sumber daya
lainnya
seoptimal mungkin dalam menyelesaikan tugas.
c. mendahulukan kepentingan bersama dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, dan selektif.
d. menjadi anggota dan/atau pengurus dan/atau simpatisan partai
42
perbuatan
terpuji
tidak
bertentangan
dengan
norma
kesusilaan.
d. menyalahgunakan wewenang yang dimiliki untuk kepentingan
di luar
kedinasan.
7
dengan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku
pengertian dari :
a. berdaya guna.
b. berhasil guna.
c. akuntabilitas.
d. konsisten.
8
Dalam
melaksanakan
tugas
harus
memperhatikan
dan
43
s.d
100 %
Amat Baik
81 %
s.d.
90,00 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
44
1. Deklarasi Arusha
45
peningkatan
integritas
dan
pengendalian
tindak
korupsi.
46
Teams
yang
melibatkan
pegawai-pegawai
dalam
rangka
2. Korupsi
oleh
masyarakat
Indonesia,
terutama
setelah
Indonesia
dinyatakan negara terkorup di dunia. Tiada hari tanpa berita tentang hal
tersebut. Dengan
banyaknya
47
dilakukan
mengantisipasi
semata-mata
perubahan
institusi
pemungut
berbagai
layanan
dalam
rangka
arus
barang,
membahayakan
moral
dan
kesehatan masyarakat.
48
besarnya
biaya
pengurusan
kepabeanan
yang
disebabkan banyaknya cost, baik yang resmi maupun tidak resmi yang
harus dikeluarkan;
- Ketidakpastian waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan prosedur
kepabeanan;
- Kegagalan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai dalam memberantas
penyelundupan
dan
mengatasi
pelanggaran
pabean
lainnya
di
pelabuhan ;
- Bocornya penerimaan negara.
Terlepas dari masalah apakah tuduhan tersebut lebih banyak
dilatarbelakangi oleh vested interest (kepentingan tertentu) sekelompok
orang ataukah memang merupakan cerminan dari performance Direktorat
Jenderal
Bea dan
(karena
sedemikian
hebat
daya
rusaknya). Ibarat
cendawan dimusim hujan, korupsi dapat tumbuh disemua lini dan sektor
suatu organisasi bilamana iklim organisasi tersebut dan negara dimana
organisasi itu berada mendukung pertumbuhan dan penyebarannya.
Korupsi dengan segala macam bentuknya (suap, pungli, mark-up,
manipulasi dan sebagainya) seringkali terjadi tanpa dapat dibatasi oleh
batasan wilayah suatu negara, ekonomi maupun politik. Meskipun dapat
muncul dalam berbagai bentuk, namun sudah diketahui sejak lama bahwa
49
Namun
demikian
pada
dasarnya
di
lingkungan
institusi
50
3. Definisi Korupsi
yang
disesuaikan
dengan
tingkat
peradaban
dan
yang
dapat
merugikan
keuangan
negara
atau
perekonomian negara.
Sedangkan definisi korupsi menurut sumber referensi internasional
adalah :
Penyalahgunaan kewenangan dan sumber daya untuk kepentingan
pribadi;
(sumber : Deklarasi Lima 1997; Deklarasi Colombus 1994)
51
Penyebab
korupsi
khususnya
di
lingkungan
administrasi
kepabeanan adalah :
-
52
Direktorat
Jenderal
Bea
Dan
Cukai
dan
mengurangi
Timbulnya
hambatan
dalam
perdagangan
internasional
yang
Jawaban dari
53
mudah
dijawab
tetapi
sangat
sulit
memahami
besarnya
6. Gratifikasi
dianggap
pemberian
suap,
apabila
berhubungan
dengan
pelaksanaan
dianggap
pemberian
suap,
apabila
berhubungan
dengan
54
Undang-undang
yang
berkaitan
55
b. Gratifikasi
Dalam Undang-undang yang berkaitan
dengan tindak pidana korupsi terdapat pada :
pasal
12B
jo,
dan
Pasal
12C.
Isinya
negeri
atau
bagi
pegawai
(dua
ratus
juta
rupiah) dan
paling
banyak
Rp.
56
b. Latihan 3
57
1. Kolusi berarti bekerja sama dengan pihak lain, baik secara sendirisendiri atau bersama-sama, untuk mengambil keuntungan dengan
melakukan perbuatan yang menyebabkan
negara mengalami
kerugian.
2. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
3. Menjadi pejabat negara seyogyanya tidak menerima hadiah yang
berkaitan dengan tugas negara, karena akan dikenakan pasal
pidana korupsi. Pemberi maupun gratifikasi juga akan terkena
proses hukum pidana korupsi.
d. Test Formatif 3
02
B-S
58
atau
keuntungan
bersama-sama,
dengan
untuk
melakukan
mengambil
perbuatan
yang
B-S
Keberadaan
korupsi
di
institusi
kepabeanan
dapat
dan
mengurangi
kemampuannya
dalam
meningkatkan
integritas
pegawai
kepabeanan
59
dan Deklarasi
lain
atau
suatu
korporasi,
menyalahgunakan
60
10 Gratifikasi adalah:
a. pemberian hadiah.
61
91 %
s.d
100 %
Amat Baik
81 %
s.d.
90,00 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
62
PENUTUP
Administrasi dilingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai rawan
terhadap praktek penyimpangan prosedur, korupsi dan sejenisnya. Oleh
sebab itu sesuai dengan amanat reformasi Departemen Keuangan dan
dilingkungan Direktorat Jenderal Bea Cukai sendiri perlu suatu pedoman
etika kerja yang berkaitan dengan bagaimana bekerja sesua norma dan
etika sehingga tujuan organisasi tercapai.
Tujuan Kode Etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
adalah meningkatkan disiplin pegawai, menjamin terpeliharanya tata tertib,
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas, menciptakan dan memelihara
kondisi kerja, menciptakan perilaku yang profesional dan meningkatkan
citra dan kinerja Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Menjadi pegawai pemerintah seyogyanya tidak menyimpang dari
prosedur kerja atau ketentuan tentang kode etik pegawai dan tidak
menerima hadiah yang berupa apapun yang patut diduga berkaitan
dengan tugas negara dan bertentangan dengan wewenang tersebut,
karena akan dikenakan sanksi baik ditinjau dari pelanggaran kode etik
maupun pasal-pasal pidana korupsi.
63
TEST SUMATIF
Pilih satu jawaban yang paling tepat!
1
Tata kelola pemerintahan yang baik, adalah suatu proses dan struktur
yang digunakan untuk :
a.
pendidikan.
b. meningkatkan keberhasilan pemerintahan dan akuntabilitas
c. memperbaiki tingkah laku yang baik dalam melayani masyarakat.
d. melayani pelanggan dengan pamrih.
2
64
oleh
pihak-pihak
yang
mempunyai
otoritas
untuk
65
66
67
banyaknya
masalah .
a. kepastian waktu pengeluaran barang
b. profesionalisme pemberantasan penyelunduan.
c. kelebihan penerimaan keuangan negara melalu Direktorat Jenderal
Bea
dan Cukai.
d. ketidakjelasan besarnya biaya pengurusan kepabeanan.
21 Korupsi dapat diibaratkan sebagai penyakit menular yang perlahanlahan dapat menggerogoti kesehatan penderitanya. Korupsi
a. mudah diberantas.
b. mudah diditeksi
c. mudah ditahan penyebarannya
d. mudah berjangkitnya
68
law
enforcement
(penegakan
hukum)
yang
69
70
KUNCI JAWABAN
(TEST FORMATIF DAN TEST SUMATIF)
Betul Salah
No. Tes
formatif
Tes formatif 2
Tes formatif 3
1
1
Pilihan Ganda
No. Tes
formatif
Tes formatif 2
Tes formatif 3
1
1
10
10 D
10
71
11
21 D
12
22 D
13
23 A
14
24 A
15
25 C
16
17
18
19
10
20
72
DAFTAR PUSTAKA
Ucok Sarimah. 2008. Etika Profesi Departemen Keuangan. Jakarta :
Sekolah Tinggi Akuntasi Negara, Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan, Departemen Keuangan.
Majlis
Permusyawaratan
Rakyat.
No.
XI/MPR/1998
Tentang
73
Pokok-pokok
Kepegawaian.
Keputusan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor:
74
75
LAMPIRAN
Teks lengkap Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang kemudian diperbarui
dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang berkaitan dengan penyuapan dan gratifikisasi .
a. Suap Menyuap (Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b, ayat (2), Pasal 6 ayat
(1) huruf a dan b, ayat (2), Pasal 11, Pasal 12 huruf a, b, c, dan d,
Pasal 13) yang isinya sebagai berikut :
Pasal 5
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang :
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawa negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau,
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 6
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
76
menghadiri
sidang
pengadilan
dengan
maksud
untuk
77
bahwa
hadiah
atau
janji
tersebut
diberikan
untuk
b. Gratifikasi (Pasal 12B jo, dan Pasal 12C) yang isinya adalah sebagai
berikut :
78
79
dalam
ayat
(2)
dan
penentuan
status
gratifikasi
80
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI
dan
pelaksanaan
diklat
yang
meliputi
revisi
pengembangan / editing modul diklat pada Pusdiklat Bea dan Cukai pada
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2009,
maka kepada Saudara Mohamad Jafar, SE, Ssos telah ditugaskan
merevisi / mengembangkan / mengedit modul Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk Diklat Teknis Substantif Dasar
Kepabeanan dan Cukai di Pusdiklat Bea dan Cukai.
Terima kasih kami ucapkan kepada penyusun dan semua pihak
yang telah membantu penyelesaian materi modul tersebut.
Demikian
kata
pengantar
ini
dibuat
untuk
dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta,
Januari 2010
Kepala Pusat
Endang Tata
NIP 195208171975101001
81
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Halaman
i
......................................................................................
DAFTAR ISI
Ii
....................................................................................................
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...
iv
MODUL
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
A. Pendahuluan
1
3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasasr ....................................
2
4 Relevansi Modul .......... .....
2
B. KEGIATAN BELAJAR ........................................................................
6
1.2 Latihan 1 ......
17
1.3 Rangkuman ..
17
18
82
22
23
23
23
23
26
29
2.3 Rangkuman .
29
30
33
34
34
34
34
39
C. BPIB ........
41
42
3.3 Rangkuman .
43
43
47
PENUTUP
48
..
TES SUMATIF
49
............................................................
KUNCI JAWABAN ( TES FORMATIF DAN TES SUMATIF )
55
DAFTAR PUSTAKA
56
.
LAMPIRAN
83
84
PETA KONSEP
ORGANISASI DAN
TATA KERJA DJBC
A. PENDAHULUAN
1. DESKRIPSI SINGKAT
dan
mempelajari
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor:
85
Peserta yang akan ditunjuk untuk mengikuti Diklat Teknis Substantif Dasar
adalah pegawai dengan pangkat minimal II.b. Para pegawai yang akan mengikuti
diklat ini juga harus sehat jasmani dan rohani serta memiliki motivasi yang tinggi
untuk mengikuti diklat dari awal hingga akhir.
86
4. RELEVANSI MODUL
Memahami
tugas
dan
fungsi
suatu
organisasi
merupakan
suatu
keniscayaan bagi setiap anggota organisasi, tidak terkecuali bagi insan Bea dan
Cukai yang bekerja pada posisi apapun di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC), baik sebagai pimpinan maupun sebagai pelaksana. Pemahaman
tentang tugas dan fungsi akan memberikan gambaran ruang lingkup kerja yang
harus dilaksanakan sesuai dengan amanah yang telah diberikan oleh Pemerintah
melalui induk organisasi yaitu Departemen Keuangan.
Selain hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi, pegawai juga mesti
memahami struktur organisasi yang ditetapkan sebagai pelaksana tugas dan
fungsi tersebut. Pemahaman tentang struktur organisasi merupakan hal yang
sangat penting bagi seluruh pegawai karena struktur organisasi pada dasarnya
adalah sarana untuk pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dengan memahami tugas dan fungsi beserta struktur organisasinya
masing-masing, pegawai akan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
ruang lingkup kerjanya serta sebagai pedoman untuk pelaksanaan koordinasi
antar unit dalam organisasi.
87
B. KEGIATAN BELAJAR
88
pelaksanaan
tugas
tersebut,
Departemen
Keuangan
menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis
di bidang keuangan dan kekayaan negara,
b. pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan
negara,
c. pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara yang menjadi tanggung
jawabnya,
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang keuangan dan kekayaan
negara,
e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang
keuangan dan kekayaan negara kepada Presiden.
Nah, sekarang marilah kita belajar apa tugas dan fungsi DJBC. Sebagai
unit organisasi yang berada di bawah Departemen Keuangan tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah ditentukan secara jelas dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Keuangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut tugas DJBC adalah merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kepabeanan
dan cukai sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Nah, dalam rangka pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan DJBC
menyelenggarakan fungsi-fungsi yang meliputi :
a. penyiapan
perumusan
kebijakan
Departemen
Keuangan
di
bidang
Selain tugas dan fungsi yang telah dirumuskan dalam Peraturan Menteri
Keuangan tersebut, pada tataran global telah menjadi suatu konvensi
89
Selanjutnya, setelah belajar tugas dan fungsi DJBC Anda akan belajar
tugas dan eselon II pada Kantor Pusat DJBC beserta struktur inti pada masingmasing eselon II tersebut. Nah agar Anda memiliki pemahaman yang baik
tentang eksistensi DJBC, perhatikan keterkaitan antara tugas dan fungsi DJBC
dan dengan peran-peran Customs yang berlaku secara universal.
Dalam tataran praktis, tugas dan fungsi DJBC tentu saja dibreakdown
pada struktur DJBC utamanya yang berada di Kantor Pusat DJBC. Susunan
organisasi tingkat eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
terdiri dari :
1. Sekretariat Direktorat Jenderal
2. Direktorat Teknis Kepabeanan
3. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
4. Direktorat Cukai
5. Direktorat Penindakan dan Penyidikan
6. Direktorat Audit
7. Direktorat Kepabeanan Internasional
8. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
9. Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai
90
Dalam
melaksanakan tugas
tersebut,
Sekretariat
Direktorat
Jenderal
menyelenggarakan fungsi :
a. koordinasi kegiatan Direktorat Jenderal,
b. penyelenggaraan pengelolaan urusan organisasi dan ketatalaksanaan,
kepegawaian dan keuangan, dan pembinaan jabatan fungsional pada
Direktorat Jenderal,
c. koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan
akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal,
d. evaluasi kinerja seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal,
e. koordinasi dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat
pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat,
f.
91
Dalam
melaksanakan
tugas
tersebut,
Direktorat
Teknis
Kepabeanan
menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, dan evaluasi pelaksanaan di bidang impor dan ekspor,
b. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang identifikasi dan klasifikasi
barang, dan tarif bea masuk,
c. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang nilai pabean, profil komoditi,
dan data harga,
d. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
92
93
intelijen,
penindakan
pelanggaran
peraturan
perundang-
94
dan
penindakan
pelanggaran
peraturan
perundang-
95
evaluasi
dan
pelaksanaan
di
bidang
perencanaan
audit
Direktorat
Kepabeanan
Internasional
mempunyai
tugas
menyiapkan
96
penelitian
atas
keberatan
terhadap
penetapan
di
bidang
97
di
bidang
manajemen
risiko,
registrasi
kepabeanan,
evaluasi
dan
pelaksanaan
di
bidang
manajemen
risiko
98
evaluasi
pemeliharaan,
dan
pelaksanaan
pengendalian
dan
perencanaan,
pengoperasian
penyediaan,
sarana
otomasi
Direktorat Jenderal;
e. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan pengolahan data kepabeanan dan cukai
dalam rangka pelayanan informasi dan pelaporan kepabeanan dan cukai;
f.
Perlu Anda ketahui bahwa pada Kantor Pusat DJBC terdapat Pusat
Kepatuhan Internal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri dan yang karena sifat tugasnya secara teknis operasional dan
administratif bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Dasar Hukum pembentukan Pusat Kepatuhan Internal adalah Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009 tentang Perubahan Kedua atas
99
Nomor
100/PMK.01/2008
tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Departemen Keuangan.
j.
100
Latihan 1
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini, coba
kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1. Apakah tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?
2. Apakah tugas Direktorat Teknis Kepabeanan?
3. Sebutkan dua dari enam fungsi yang diselenggarakan Direktorat
Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai?
4. Sebutkan tiga dari lima subdirektorat yang ada pada Direktorat
Informasi Kepabeanan dan Cukai?
5. Sebutkan tiga dari lima subdirektorat yang ada pada Direktorat
Penindakan dan Penyidikan?
1.3
Rangkuman
101
1.4
Tes Formatif
Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 1 ini, coba Anda kerjakan
tes formatif berikut ini, dengan cara berikan tanda silang (X) pada jawaban
yang Anda anggap benar.
102
penyusunan
rumusan
kebijakan,
standardisasi
dan
penyusunan
rumusan
kebijakan,
standardisasi
dan
103
penyusunan
rumusan
kebijakan,
standardisasi
dan
penyusunan
rumusan
kebijakan,
standardisasi
dan
termasuk
struktur
Direktorat
Penerimaan
dan
Peraturan
penyiapan
penyusunan
rumusan
kebijakan,
104
105
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah
disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan
belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi
hasil belajar yang telah terinci sebagaimana rumus dibawah ini.
91 %
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,00 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda
telah menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk
selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.
106
A. KANTOR WILAYAH
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang selanjutnya dalam
peraturan ini disebut Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Bea dan Cukai. Selain Kantor Wilayah instansi-instansi yang secara
vertikal merupakan bagian dari struktur DJBC adalah Kantor Pelayanan Utama
(KPU), Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPPBC), Kantor Banti Pelayanan
Bea dan Cukia, dan Pos Pengawasan Bea dan Cukai.
Berdasarkan PMK 74/PMK.01/2009, pada saat ini terdapat 16 (enam
belas) Kantor Wilayah DJBC yang tersebar di seluruh Indonesia, 2 (dua) Kantor
Pelayanan Utama, 113 (seratus tiga belas) Kantor Pengawasan dan Pelayanan,
93 (sembilan puluh tiga) Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai, serta 650
(enam ratus lima puluh) Pos Pengawasan Bea dan Cukai.
Enam belas Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud pada Peraturan
Menteri diatas meliputi :
1) Kanwil Nangro Aceh Darussalam
2) Kanwil Sumatera Utara
3) Kanwil Riau dan Sumatera Barat
4) Kanwil Khusus Kepulauan Riau
5) Kanwil Sumatera Bagian Selatan
6) Kanwil Banten
107
Pada kegiatan belajar ini kita hanya membahas tugas dan fungsi serta
struktur
organisasi
Kantor
Wilayah.
Kantor
Wilayah
mempunyai
tugas
dan
pencegahan
pelanggaran
peraturan
perundang-undangan,
108
j.
109
telah
diatur
dalam
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
110
111
g. Bidang Audit
h. Bidang Kepatuhan Internal
i.
Bidang Audit
112
2.2
Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 2 ini, coba
kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1. Apakah tugas Kantor Wilayah DJBC?
2. Sebutkan tiga dari lima Bidang yang ada pada Kantor Wilayah DJBC?
3. Sebutkan salah satu perbedaan struktur Kantor Wilayah dengan Kantor
Wilayah Khusus DJBC?
4. Apakah tugas KPU BC?
5. Sebutkan tiga bidang yang ada pada KPU Tipe A?
2.3
Rangkuman
113
2.4
Tes Formatif
Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 1 ini, coba Anda kerjakan
tes formatif berikut ini, dengan cara berikan tanda silang (X) pada jawaban
yang Anda anggap benar.
1. Yang tidak termasuk ruang lingkup tugas Kantor wilayah adalah
a. pelaksanaan koordinasi di bidang kepabeanan dan cukai
b. pemberian bimbingan teknis di bidang kepabeanan dan cukai
c. pemberian pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai
d. pengendalian
dan
evaluasi
pelaksanaan
tugas
di
bidang
114
115
116
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah
disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan
belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi
hasil belajar yang telah terinci dibawah rumus.
91 %
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,00 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda
telah menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk
selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.
117
3.1
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPP BC) adalah
instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah. Sesuai dengan PMK
74/PMK.01/2009 saat ini terdapat 113 Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPP
BC) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam sejarah pembentukannya, KPP BC pernah disebut sebagai Kantor
Inspeksi, kemudian berganti nama menjadi Kantor Pelayanan dan saat ini
menjadi Kantor Pengawasan dan Pelayanan. Pada prinsipnya nama-nama
Kantor tersebut menunjukkan penekanan dari tugas dan fungsi yang
diembannya. Pada saat nama kantor adalah Kantor Inspeksi maka fungsi
pengawasan merupakan hal yang mendominasi aktifitas Bea dan Cukai di kantor
tersebut, sementara fungsi pelayanan kurang mendapat porsi yang memadai.
Selanjutnya karena adanya tuntutan dari Pemerintah dan masyarakat agar
DJBC lebih memberikan prioritas pada aspek pelayanan maka nama kantor
berubah menjadi Kantor Pelayanan (KPBC).
118
g. pelaksanaan
pengolahan
data,
penyajian
informasi,
dan
laporan
119
Cukai, Tipe Al, Tipe A2, Tipe A3 dan Tipe B dapat membawahi Kantor Bantu
Pelayanan Bea dan Cukai dan/atau Pos Pengawasan Bea dan Cukai.
d. Seksi Perbendaharaan,
e. Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai,
f.
Subbagian Umum,
b.
c.
d.
Seksi Perbendaharaan,
e.
f.
g.
h.
120
Subbagian Umum,
b.
c.
Seksi Perbendaharaan,
d.
e.
f.
g.
Subbagian Umum,
b.
c.
Seksi Perbendaharaan,
d.
e.
f.
g.
Subbagian Umum,
b.
c.
Seksi Perbendaharaan,
d.
e.
f.
121
Urusan Umum,
b.
c.
d.
Berbeda dengan KPP BC yang lainnya yang dipimpin Pejabat eselon III,
KPP BC Tipe B dikepalai oleh Pejabat eselon IV, dengan dibantu oleh Pejabat
eselon V dan tentu saja para pelaksana, dan dimungkinkan adanya Jabatan
Fungsional bilamana dibutuhkan oleh organisasi.
Kantor Bantu
Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai adalah unit organisasi non
struktural yang merupakan tempat pelaksanaan sebagian tugas pelayanan
kepabeanan dan cukai yang berada di lingkungan Kantor Pelayanan Utama atau
Kantor Pengawasan dan Pelayanan.
Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai mempunyai tugas melaksanakan
urusan kepabeanan dan cukai berdasarkan pelimpahan wewenang dari Kepala
Kantor Pelayanan Utama atau Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan.
Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai terdiri dari sejumlah pegawai dari Kantor
Pelayanan Utama atau Kantor Pengawasan dan Pelayanan dan dipimpin oleh
seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Utama atau Kepala
Kantor Pengawasan dan Pelayanan.
122
Pos Pengawasan Bea dan Cukai adalah unit organisasi non-struktural yang
merupakan tempat kegiatan pengamatan dan pengawasan lalu lintas barang
impor, ekspor dan Barang Kena Cukai yang berada di lingkungan kantor
pelayanan utama atau kantor pengawasan dan pelayanan.
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai (Pangsarop BC) adalah unit
pelaksana teknis Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di bidang pengelolaan
sarana patroli dan operasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Pangkalan Sarana Operasi
Bea dan Cukai secara teknis fungsional dibina oleh Direktur Penindakan dan
Penyidikan, sedangkan secara administratif dibina oleh Kantor Wilayah.
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai dipimpin oleh seorang Kepala.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
448/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai,
123
124
terdiri dari :
a. Subbagian Umum,
b. Seksi Nautika,
c. Seksi Teknik dan Pemeliharaan Kapal,
d. Seksi Telekomunikasi dan Elektronika,
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
125
Struktur Organisasi
BPIB Tipe A dan BPIB Tipe B keduanya dipimpin oleh Pejabat eselon III.
Selengkapnya Struktur Organisasi BPIB Tipe A, terdiri dari :
a. Subbagian Umum,
b. Seksi Program dan Evaluasi,
c. Seksi Pelayanan Teknis,
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
Struktur Organisasi BPIB Tipe B tidak berbeda jauh dengan BPIB Tipe A,
yaitu terdiri dari :
a. Subbagian Umum,
b. Seksi Pelayanan Teknis,
c. Kelompok Jabatan Fungsional.
3.2
Latihan 3
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 4 ini, coba
kerjakan latihan-latihan berikut ini.
126
Rangkuman
Pangsarop
adalah
melaksanakan
pengelolaan
dan
Tes Formatif
Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 1 ini, coba Anda kerjakan
tes formatif berikut dengan cara berikan tanda silang (X) pada jawaban
yang benar.
127
pemberian
perijinan
dan
fasilitas
di
bidang
pemberian
perijinan
dan
fasilitas
di
bidang
128
Urusan Umum
b.
c.
d.
129
b.
Seksi Perbendaharaan
c.
d.
130
91 %
s.d
100 %
Sangat Baik
81 %
s.d.
90,00 %
Baik
71 %
s.d.
80,99 %
Cukup
61 %
s.d.
70,99 %
Kurang
0%
s.d.
60 %
Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda
telah menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk selanjutnya
Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.
131
PENUTUP
Pegawai DJBC yang profesional dan berintegritas tinggi merupakan
dambaan Pemerintah dan masyarakat. Profesionalisme dapat dicapai dengan
mengoptimalkan
pendidikan
dan
pelatihan
yang
berkelanjutan
serta
132
TES SUMATIF
Setelah Anda belajar keseluruhan modul tata laksana KPU dan KPPBC Madya
ini, selanjutnya untuk menguji hasil belajar Anda pada, coba Anda kerjakan tes
sumatif berikut ini, dengan cara berikan tanda silang (X) pada jawaban yang
Anda anggap benar.
1.
2.
3.
4.
133
6.
7.
8.
9.
134
135
pemberian
perijinan
dan
fasilitas
di
bidang
136
pemberian
perijinan
dan
fasilitas
di
bidang
Urusan Umum
b.
c.
d.
24. Struktur organisasi DJBC yang secara teknis fungsional dibina oleh Direktur
Penindakan dan Penyidikan dan secara administratif dibina oleh Kanwil
adalah
a. Pangsarop
b. Kantor Bantu
c. BPIB
137
138
KUNCI JAWABAN
TES FORMATIF
KEGIATAN
KEGIATAN
KEGIATAN
BELAJAR 1
BELAJAR 2
BELAJAR 3
1.
1.
1.
2.
2.
2.
3.
3.
3.
4.
4.
4.
5.
5.
5.
6.
6.
6.
7.
7.
7.
8.
8.
8.
9.
9.
9.
10. c
10. d
10. a
11. d
11. a
11. b
12. a
12. b
12. c
13. b
13. c
13. d
14. c
14. d
14. a
15. d
15. a
15. b
TES SUMATIF
1.
11. b
21. d
2.
12. a
22. c
3.
13. d
23. b
4.
14. c
24. a
5.
15. b
25. d
6.
16. a
7.
17. d
8.
18. c
9.
19. b
10. c
20. a
139
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Keuangan,
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Keuangan, Jakarta, 2008
Departemen Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009
tentang Perubahan Kedua atas PMK Nomor 100/PMK.01/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, Jakarta,
2008
Departemen Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, Jakarta, 2008
Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 448/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai, Jakarta, 2001
Departemen Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.01/2009
tentang Perubahan atas KMK Nomor 448/KMK.01/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai,
Jakarta, 2001
Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 489/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Pengujian dan Identifikasi Barang, Jakarta, 2001
140
LAMPIRAN 1
141
142
143
144