You are on page 1of 144

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF

Tugas Pokok dan FungsiDAN


DJBC
DASAR KEPABEANAN
CUKAI
(DTSD)

MODUL

Etika Kerja Pegawai


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Oleh :

Adang Karyana
Syahbana, S.ST
(Widyaiswara Madya
Pada Pusdiklat Bea dan Cukai)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
DTSD Kepabeanan dan Cukai
1
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI
2009

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF


DASAR KEPABEANAN
Tugas Pokok dan Fungsi DAN
DJBC
CUKAI
(DTSD)

MODUL

Etika Kerja Pegawai


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Oleh :

Adang Karyana
Syahbana, S.ST
(Widyaiswara Madya
Pada Pusdiklat Bea dan Cukai)

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR KEPALA PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
i

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN
DTSD Kepabeanan danDAN
Cukai PELATIHAN BEA DAN2CUKAI
2009

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


DAFTAR ISI .....................................................................................
ii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ..
iv
PETA KONSEP MODUL .................................................................
v
MODUL
ETIKA KERJA PEGAWAI
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
A. Pendahuluan

1. Deskripsi Singkat ................

2. Prasyarat Kompetensi .....

3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

4. Relevansi Modul.

B. Kegiatan Belajar (KB) .

1. Kegiatan Belajar (KB) 1 ..

ETIKA
Indikator Keberhasilan ...

a. Uraian dan Contoh ......................

1. Definisi Etika ......................................

2. Kode Etik .............................................................

3. Etika Kerja ...........................................................

4. Etika Kesuksesan ................................................

10

5. Integritas ..............................................................

12

6. Etiket ....................................................................

14

b. Latihan 1 .....

16

c. Rangkuman..

17

d. Tes formatif 1 .

17

e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

20

2. Kegiatan Belajar (KB) 2 ..........

21

Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


Indikator Keberhasilan . .

21

a. Uraian dan Contoh ........................

21

DTSD Kepabeanan dan Cukai

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


1. Latar Belakang ....................................

21

2. Tujuan ......

22

3. Norma Dasar Pribadi danStandar Perilaku


Organisasi ....................

23

4. Perilaku Standar Pegawai ....................................

25

5. Larangan Standar Pegawai ..................................

26

6. Sanksi ...................................................................

26

b. Latihan 2 ...

27

c. Rangkuman..

27

d. Tes Formatif 2 .

28

e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

31

3. Kegiatan Belajar (KB) 3 ..

32

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme


Indikator Keberhasilan ..

32

a. Uraian dan Contoh ....................

32

1. Deklarasi Arusha ..

32

2. Korupsi .................. ..

34

3. Definisi Korupsi .............................

37

4. Penyebab Terjadinya Korupsi .............................

38

5. Konsekwensi Terjadinya Korupsi ........................

39

6. Gratifikasi .............................................................

40

7. Ketentuan Pidana ................................................

40

b. Latihan 3

43

c. Rangkuman

43

d. Tes Formatif 3 .

43

e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

47

PENUTUP... 48
TES SUMATIF... 49
KUNCI JAWABAN (TES FORMATIF DAN TES SUMATIF)... 55
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN ........................................................................................
59

DTSD Kepabeanan dan Cukai

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

DTSD Kepabeanan dan Cukai

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


Dalam upaya memperoleh hasil belajar yang optimal pada mata
pelajaran Etika Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kami
sarankan agar Anda membaca terlebih dahulu peta konsep yang terlampir
pada modul ini. Pemahaman pada peta konsep yang telah tersedia akan
membimbing Anda untuk mempelajari materi pada modul ini sehingga
dapat memudahkan Anda mencapai standar kompetensi yang telah
ditetapkan.

Perlu Anda ketahui bahwa dalam penyajian modul etika kerja


dimulai dengan pemahaman tentang etika dan etika kerja yang akan
memberikan landasan dasar pada pembahasan berikutnya yaitu kode etik
Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dalam pokok bahasan etika
dan etika kerja disampaikan pula etiket karena dalam kenyataan seharihari masalah etiket tidak lepas dari bagaimana seseorang menunjukan
penampilan sebagai orang yang memiliki etika kerja

Dalam pembahasan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea


dan Cukai dibahas tentang tujuan, norma dasar dan prinsip standar
perilaku pegawai serta larangan bagi Pegawai Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai. Pada akhir pokok bahasan disampaikan tentang korupsi, kolusi
dan nepotisme.

Modul ini disusun untuk Diklat Teknis Substansi Dasar Kepabeanan


dan Cukai yang akan diberikan dalam 6 jam pelajaran. Untuk mengetahui
sejauh mana penguasaan Anda pada modul ini, setiap selesai kegiatan
belajar telah tersedia tes formatif dan pada akhir modul ini telah tersedia
tes sumatif

DTSD Kepabeanan dan Cukai

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

DTSD Kepabeanan dan Cukai

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

DTSD Kepabeanan dan Cukai

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

A
PENDAHULUAN

MODUL
ETIKA KERJA PEGAWAI
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

1. Deskripsi Singkat

Tata kelola pemerintahan yang baik, adalah suatu proses dan


struktur yang digunakan untuk meningkatkan keberhasilan pemerintahan
dan akuntabilitas guna mewujudkan atau meningkatkan nilai pelayanan
dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan rakyat
berlandaskan peraturan perundang-undangan, moral dan etika. Konsep
tata kelola pemerintahan ini mengemuka di beberapa negara pada
beberapa tahun yang lalu, pihak pemerintah, yang diberi mandat oleh

DTSD Kepabeanan dan Cukai

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


rakyat untuk mengelola pemerintahan dan memberikan pelayanan kepada
publik dengan baik.
Isu mengenai kebutuhan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)
akan pedoman perilaku kerja bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea Dan
Cukai sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Dalam penyuluhan mengenai
integritas dibidang kepabeanan pada tahun 2000 bahkan sudah dengan
jelas dan tegas dinyatakan adanya kebutuhan akan sebuah buku panduan
wajib yang mengatur hal-hal yang bersifat moral, etik, dan standar umum
bagi pegawai. Dalam forum internasional khususnya WCO, APEC, dan
ASEAN, sebenarnya sudah mendesak akan kebutuhan suatu pedoman
kode etik khususnya bagi aparat kepabeanan. Hal ini terkait dengan
komitmen negara anggota WCO untuk menerapkan Deklarasi Arusha
yang dalam salah satu butirnya menyarankan agar administrasi
kepabeanan negara anggota memiliki kode etik sendiri.
Akibat dari tindak korupsi di lingkungan pemerintahan dapat
mengganggu
masyarakat,

pelayanan
dan

kepada

dalam

publik,

batas-batas

meningkatnya

tertentu

dapat

cost

pada

mengganggu

pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu korupsi dapat mengurangi


kepercayaan masyarakat pada institusi pemerintahan sehingga tingkat
kepatuhan masyarakat kepada hukum menjadi menurun. Keberadaan
korupsi di institusi kepabeanan dapat menghancurkan legitimasi Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai dan mengurangi kemampuannya dalam
menyelesaikan tugas dan fungsinya.
Dengan

banyaknya

kasus korupsi, maka Pemerintah telah

menetapkan undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang kemudian


diperbarui dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .

2. Prasarat Kompetensi

Peserta

DTSD Kepabeanan dan Cukai

yang

akan

10

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


ditunjuk untuk mengikuti Diklat
Teknis Substantif Dasar adalah
pegawai lulusan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas dan pernah bertugas
sebagai

pelaksana

pada

Direktorat Bea dan Cukai sesuai


ketentuan Kepegawaian
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Persyaratan tersebut penting karena
perlu pengetahuan dasar berkaitan dengan tugas sebagai pegawai pada
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Diklat Teknis Substantif Dasar merupakan Diklat yang bertujuan
mencetak pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai pelaksana
pemeriksa yang memiliki etika kerja dan mampu melaksanakan tugas
dalam pemeriksaan barang dan tugas pemeriksaan lainnya untuk
menjamin dipenuhi visi, misi dan tujuan organisasi pada organisasi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Dengan pengalaman dan dasar pendidikan tersebut diharapkan
peserta diklat akan mempunyai gambaran awal tentang seluk beluk tugas
dan gambaran perilaku kerja pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
sehingga diharapkan lebih mudah mempelajari dan memahami modul
Etika Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi

DTSD Kepabeanan dan Cukai

11

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

Setelah mempelajari Modul ini


para peserta Diklat mampu menjelaskan
dan menerapkan nilai etika dan kode
etik pegawai serta mampu menghindari
korupsi, kolusi dan nepotisme dalam
melaksanakan tugas sesuai jabatannya
sebagai Pelaksana Pemeriksa pada
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari modul ini para peserta diklat mampu


menerapkan etika dan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai ; serta mampu menjelaskan dan menghindari korupsi, kolusi dan
nepotisme

4. Relevansi Modul

Etika kerja pegawai secara normatif diturunkan dari moral dan


etika dalam melaksanakan tugas sehari-hari di kantor. Etika kerja adalah
aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang
merupakan pedoman bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Gambaran perilaku pegawai
yang beretika kerja merupakan keharusan bagaimana sikap dalam
kehidupan sehari-hari di kantor maupun dalam melayani pengguna jasa.
Administrasi dilingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang
disebabkan karena lingkup tugas dan fungsi serta kompleksitas
pekerjaannya, rawan terhadap praktek penyimpangan prosedur, korupsi
dan sejenisnya. Oleh sebab itu sesuai dengan amanat reformasi
Departemen Keuangan dan dilingkungan Direktorat Jenderal Bea Cukai

DTSD Kepabeanan dan Cukai

12

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


sendiri, perlu suatu pembelajaran etika kerja yang berkaitan dengan
penanganan masalah etika, kode etik, integritas dan anti-korupsi.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

13

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

B
KEGIATAN
BELAJAR

1. KEGIATAN BELAJAR (KB) 1

ETIKA
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu :
1. Peserta mampu menjelaskan definisi etika
2. Peserta mampu menerapkan kode etik
3. Peserta mampu menerapkan etika kerja
4. Peserta mampu menjelaskan etika kesuksesan
5. Peserta mampu menerapkan integritas
6. Peserta mampu menjelaskan dan menerapkan etiket di tempat kerja

a. Uraian dan Contoh

DTSD Kepabeanan dan Cukai

14

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


1. Definisi Etika

Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar


tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu bukan
ajaran. Yang mengatakan bagaimana manusia harus hidup adalah ajaran
moral. Sedangkan yang dimaksudkan dengan ajaran moral adalah ajaran,
pedoman agama, peraturan, ketetapan baik lisan maupun tertulis, tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar dia menjadi manusia
yang baik.
Pendidikan tentang etika telah dikemukakan oleh Aristoteles (384322 SM), dalam bukunya Ethica Nicomacheia yang ditulis untuk putranya
Nikomachus (buku Etika Profesi Departemen Keuangan, Ucok Sarimah,
MM). Buku tersebut memuat tentang tata pergaulan, dan penghargaan
seorang manusia kepada manusia lainnya yang tidak didasarkan pada
sikap egoisme atau kepentingan individu, akan tetapi didasarkan atas halhal yang bersifat altruistik, yaitu peduli dengan kepentingan dan atau
kebutuhan orang lain dalam pengertian siap untuk memberikan bantuan
apabila diperlukan.

a. Pengertian Secara Etimologis.

Etika berasal dari bahasa yunani


yaitu

ethos yang berarti adat

istiadat atau kebiasaan. Etika juga


dalam bahasa Yunani Kuno berarti
ethikos,

atau

timbul

dari

kebiasaan.

Etika

adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau

kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

15

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


buruk, dan tanggung jawab. Pengertian etika selanjutnya dapat juga
seperti pengertian moralitas, yang secara etimologis berasal dari bahasa
latin mos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.
Pengertian etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata
cara hidup yang baik pada diri seseorang atau suatu masyarakat.
Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan
atau norma selanjutnya dikenal, dipahami, disebarluaskan, diajarkan,
dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada
intinya norma, kaidah atau aturan ini merupakan apa yang baik yang
harus dilakukan dan apa yang buruk yang harus dihindari. Sehingga etika
seringkali dipahami sebagai ajaran yang berisikan aturan tentang
bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,yang diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1989, etika berarti : ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk, hak dan kewajiban moral
(akhlak), kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Menurut Ahmad Amin, etika adalah ilmu pengetahuan yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh
manusia dalam perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia (buku Etika
Profesi Departemen Keuangan, Ucok Sarimah, MM).
Menurut Soegarda Poerbakawatja, etika adalah filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai-nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan
keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama mengenai gerakgerik pikiran dan rasa, sampai mengenai tujuannya bentuk perbuatan
(buku Etika Profesi Departemen Keuangan, Ucok Sarimah, MM).

b. Pengertian Secara Teoritis

DTSD Kepabeanan dan Cukai

16

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Etika dalam pengertian secara teoritis diartikan sebagai refleksi
kritis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dalam suatu
situasi khusus tertentu. Dalam pengertian ini etika adalah filsafat moral,
atau ilmu yang membahas dan mengkaji persoalan benar dan salah
secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam sebuah situasi
konkret tertentu.
Etika sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan
mengkaji persoalan benar dan salah secara moral, tentang bagaimana
harus bertindak dalam sebuah situasi kongkret tertentu. Atau dengan
bahasa sederhana etika adalah suatu cara berpikir dan bertindak tidak
hanya dalam situasi dan kondisi yang sudah jelas batasan yang benar dan
yang salah (ada norma, kaidah, dan aturan yang berlaku), melainkan juga
dalam situasi dan kondisi dimana belum ada batasan yang jelas mana
yang benar dan mana yang salah (amat dilematis). Sehingga etika
menurut

pengertian

ini

lebih

banyak

terfokus

kepada

keyakinan/pertimbangan moral dari si pengambil keputusan.


Dalam contoh realita kehidupan sehari-hari adalah situasi dimana
kita dihadapkan pada dua atau lebih pilihan nilai yang sama-sama sahnya,
dan kita hanya bisa memilih salah satu dari pilihan tersebut yang itu juga
berarti melanggar yang lain. Etika membahas tentang perilaku menuju
kehidupan yang baik. Di dalamnya dibahas aspek kebenaran, tanggung
jawab, peran, dan sebagainya.

2. Kode Etik

Kode etik yang dapat berfungsi dengan baik ditandai dengan


timbulnya kesadaran pegawai untuk selalu lebih terpacu untuk bekerja
secara produktif dengan integritas yang tinggi dan mereka tidak
melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Pemberlakukan
kode etik ini dapat memainkan peranan yang sangat penting sebagai
pedoman kerja dalam praktek sehari-hari.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

17

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Terkait erat dengan efektifitas pemberlakuan kode etik ini adalah
disatu sisi terdapatnya iklim bekerja

yang kondusif dan sistem

kesejahteraan yang memadai, sedang di sisi lain terdapat ancaman sanksi


yang berat dan diterapkan secara konsisten terhadap pelaku pelanggaran.
Selain mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh atasan, sebagai
tambahan terdapat cara pengawasan lain yang juga terbukti sangat efektif
adalah review atau pengawasan dan penilaian pekerjaan yang dilakukan
oleh sesama pegawai pada tingkatan yang sama.

3. Etika Kerja

Etika kerja adalah aturan normatif yang


mengandung sistem nilai dan prinsip moral
yang merupakan pedoman bagi pegawai
dalam melaksanakan tugas pekerjaannya
dalam organisasi.
Agregasi dari perilaku pegawai yang beretika kerja merupakan
gambaran etika kerja pegawai dalam suatu unit organisasi.
Konsekuensinya, etika tidak diterapkan atau ditujukan hanya untuk
para pelaksana saja. Artinya kebijakan terhadap pemegang jabatan
struktural ataupun fungsional yang menyangkut pegawai seharusnya
beretika, misalnya keadilan dan keterbukaan dalam hal kompensasi,
kinerja pegawai dan evaluasi kinerja pegawai. Termasuk dalam
menerapkan gaya kepemimpinan yang integratif. Jadi setiap keputusan
etika dalam pemerintahan tidak saja dikaitkan dengan kepentingan
pemegang kebijaksanaan tetapi juga dengan pegawai.
Konkretnya, pekerja secara normatif memang harus bekerja keras,
jujur, bertanggung jawab menyelesaikan dengan sebaik-baiknya semua
tugas dan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, menjaga rahasia
institusi,

mencurahkan

segenap

tenaga

dan

pikirannya

untuk

kelangsungan dan perkembangan institusi tempatnya bekerja. Namun,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

18

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


semua kewajiban etis tersebut muncul dengan pengandaian bahwa hakhak pegawai juga telah dipenuhi secara memadai.
Dengan demikian, adalah tidak etis, apabila pegawai menikmati
haknya sebagai pekerja seperti gaji dan berbagai tunjangan, namun
bekerja dengan sembrono, bermalas-malasan dan tidak jujur kepada
organisasi. Akan tetapi, tidak mungkin bisa disalahkan apabila seorang
pekerja bermalas-malasan atau bekerja seenaknya sendiri karena ia
memang tidak pernah menerima gaji yang menjadi haknya. Tampak di situ
bahwa etika kerja sebagai etika terapan dengan sendirinya memang
terkait dengan etika umum, yakni prinsip keadilan. Etika kerja menjadi hal
yang penting dalam hidup berkarir.
Etika kerja bersikap profesional artinya tekad dalam bekerja secara
sungguh-sungguh

guna

memberikan

hasil

kerja

terbaik

dengan

menggunakan kompetensi yang dimiliki secara optimal. Bekerja secara


profesional ditandai dengan memperlihatkan ketekunan, kerja keras,
disiplin tinggi, serta berusaha memberikan

hasil terbaik, atau dengan

kriteria lain dia melakukan kerja dengan :


-

Jujur dalam melaksanakan tugas

Melaksanakan pekerjaan dengan kompetensi tinggi.

Tidak pernah menunda pekerjaan.

Berusaha mencari jalan keluar bagi setiap permasalahan yang


dihadapi.

Memanfaatkan

waktu

yang

tersedia

secara

efisien

menyelesaikan permasalahan dan menciptakan produktivitas

untuk
yang

tinggi.
-

Mampu melaksanakan tugas secara tuntas dan tepat waktu.

Melaksanakan tugas sesuai dengan aturan yang berlaku.

Tidak mengulangi kesalahan dalam bekerja.

Selalu memeriksa kembali hasil pekerjaan yang diselesaikannya.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

19

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Profesionalisme menuntut pelaku memiliki kompetensi.

Dengan

dimilikinya kompetensi akan memiliki landasan yang kuat untuk bekerja


mencurahkan tenaga dan pikiran. Bekerja dengan kompetensi yang jelas
akan memfokuskan terhadap apa yang dipikirkan dengan kompetensi
yang akan mengoptimalkan hasil pekerjaan sehingga memberikan
prestasi kerja optimal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan etika kerja adalah :


a. Etika Kerja Bersih
Setiap pegawai harus berperilaku jujur, menjunjung integritas dan
kredibilitas.
b. Etika Kerja Transparan
Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan
dapat

diketahui oleh pihak-pihak yang mempunyai otoritas untuk

mengawasi.
c. Etika Kerja Profesional
Bekerja trampil, tepat waktu dan berdasarkan ketentuan yang
berlaku dengan hasil yang optimal. Bekerja dengan mengedepankan
inovasi, akurasi dan

etos kerja serta berani mengambil resiko untuk

meraih kinerja suatu institusi.


d. Etika Kerja Menuju Sukses
Bila Anda perhatikan sekitar Anda, banyak orang bekerja, namun
hanya segelintir orang yang mampu meraih prestasi dan mendapatkan
promosi. Tidak hanya melulu karena kepandaian, tetapi sebagian besar
promosi adalah hasil dari kepercayaan dari organisasi. Miliki etika kerja
dan akan membawa Anda menuju keberhsilan sesuai visi dan misi
organisasi maupun individu.

4. Etika Kesuksesan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

20

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

Usaha pegawai maupun unit


organisasi dapat melaksanakan
tugas

dengan

sukses

yang

dilandasi etika kerja dengan


memenuhi kaidah kerja sebagai
berikut :

a. Menjaga Integritas
Integritas pada intinya adalah keutuhan. Tetapi kata ini mencakup
arti yang luas, yaitu kejujuran, ketulusan, dapat dipercaya, keutuhan
antara tindakan dan perkataan, konsistensi, tanggung jawab, kesetiaan
dan disiplin. Integritas adalah apa yang Anda lakukan ketika tidak ada
seorangpun yang melihat. Integritas merupakan kunci sukses karena
integritas menciptakan kepercayaan, dan kepercayaan meluaskan
pengaruh/kepemimpinan Anda. Bagaimana menjaga integritas Anda?
Fokuskan kehidupan Anda untuk membangun karakter dan kemurnian
hidup, bukan pada sukses dan prestasi.
b. Meraih keunggulan
Lakukan semua dengan keunggulan. Ada suatu kaidah yang
berbunyi, Bila Anda menjadi penyapu jalanan, sapulah jalanan seperti
Michaelangelo melukis, seperti Beethoven membuat musik. Sapulah
jalanan dengan sedemikian baik. Seolah alam mengetahui bahwa ia
hidup sebagai penyapu jalanan yang luar biasa, yang melakukan
pekerjaannya dengan baik.
c. Bekerja dengan rajin.
Kemalasan bukan hanya berarti duduk-duduk sepanjang hari tanpa
melakukan sesuatu, melainkan dapat pula seseorang malas walaupun
kelihatannya ia bekerja keras tanpa henti. Kemalasan adalah tidak
melakukan sesuatu hal yang perlu dilakukan pada saat hal itu harus

DTSD Kepabeanan dan Cukai

21

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


dilakukan. Bekerja sekedarnya saja, tanpa kesungguhan. Kemalasan
merupakan langkah pertama menuju kehancuran.
d. Menjaga keseimbangan dan mengambil waktu untuk beristirahat
Dibutuhkan iman untuk bisa beristirahat dan tidak kuatir tentang
hal-hal yang belum selesai, atau tekanan dari rekan kerja yang tidak
pernah beristirahat. Namun banyak manfaat yang kita dapatkan dari
beristirahat. Istirahat memberi waktu bagi kita untuk berpikir,
merefleksikan diri, fokus pada hubungan kita pada Tuhan, dan
mengalami pembaharuan.

5. Integritas

Administrasi kepabeanan seperti Direktorat Jenderal Bea dan


Cukai, karena lingkup tugas dan fungsi serta kompleksitas pekerjaannya,
rawan terhadap praktek korupsi. Oleh sebab itu sesuai dengan amanat
reformasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan World Customs
Organization, perlu disusun suatu rencana kerja yang komprehensif
dengan fokus utama terhadap masalah integritas dan anti korupsi.
Sebagai bagian dari rencana kerja, World Customs Organization
bersama-sama dengan beberapa negara anggota telah membuat
rekomendasi yang salah satunya adalah masalah kode etik dan integritas.
Dalam rekomendasi tersebut integritas didefinisikan sebagai berikut :
A positive set of attitudes which foster honest, legitimate and
ethical behaviour in work practices (Tingkah laku posistif yang dapat
mendukung perilaku jujur, penuh etika dalam pelaksanaan pekerjaan yang
sesuai dengan ketentuan)
Tetapi selain definisi di atas, beberapa adminitrasi kepabeanan
negara anggota, mengartikan integritas sebagai berikut:
Memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan oleh
pengguna jasa dan stakeholders

DTSD Kepabeanan dan Cukai

22

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Hal itu disebabkan karena di negara-negara tersebut konsep
integritas tidak lagi digunakan dalam konteks upaya memerangi korupsi
melainkan juga digunakan dalam konteks pemenuhan standar kinerja
pemberian pelayanan sebagaimana disebutkan di dalam service
standard atau client charter yang dikembangkannya.
Dari definisi tersebut di atas terdapat 3 (tiga) elemen pokok yang
membentuk integritas, yaitu : knowledge, skill dan behaviour. Ketiga
elemen pokok tersebut pada dasarnya adalah cerminan dari sikap
profesionalisme.
-

Knowledge : pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab yang diperoleh dari
pendidikan-pendidikan formal.
Skill : keterampilan dan keahlian yang dimiliki pegawai yang diperoleh
berdasarkan peltihan dilapangan dan pengalaman.
Behaviour : tingkah laku yang baik dalam melayani masyarakat yang dilakukan
berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
Tentunya ditengah segala kondisi dan keterbatasan yang ada di

lingkungan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai, kita terus berusaha


menerapkan nilai-nilai integritas dengan jalan menghapus atau setidaktidaknya mengurangi korupsi serta melaksanakan tugas menurut standar
dan kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Organisasi Pemerintahan yang Bersih


Secara umum pengertian organisasi pemerintahan yang bersih
meliputi :
1. Efektivitas yang bersumber dari budaya organisasi, etika, nilai, sistem,
proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk
mendukung dan mendorong pengembangan organisasi, pengelolaan
sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien, akuntabilitas
organisasi kepada pengguna jasa.
2. Seperangkat prinsip, kebijakan dan sistem manajemen organisasi
yang diterapkan bagi terwujudnya operasional organisasi yang efisien,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

23

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


efektif dan profitable. Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
dalam pencapaian tujuan organisasi harus memenuhi praktek
organisasi yang baik dan penerapannya sesuai dengan peraturan yang
berlaku serta dilandasi oleh nilai-nilai sosial budaya yang tinggi.
3. Atas dasar pertimbangan pertambahan nilai dalam melaksanakan
organisasi, maka materi didalam kode etik harus selaras dengan yang
terkandung didalam produk hukum formal yang ada dalam Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai. Dalam penyusunan materi kode etik pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menggunakan berbagai referensi
baik nasional maupun referensi internasional agar kode etik yang
dihasilkan memenuhi standar.
4. Pelayanan kepada masyarakat
Tersedianya SDM profesional dan yang berkarier, loyal yang cukup maka
dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan
mendapatkan hasil yang maksimal. Agar birokrasi pemerintah dapat
berfungsi sebagaimana diharapkan, diperlukan etika dalam birokrasi melalui
sikap, perilaku Pegawai Negeri Sipil dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Pegawai Negeri
Sipil telah ditetapkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara

Nomor:

63/KEP/M.PAN/7/2003

tentang

Pedoman

Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil


dalam birokrasi yang mampu memberikan pelayanan yang terbaik, adil, dan
merata, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004
tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

6. Etiket
Etiket berasal dari kata etiquette (bahasa Perancis) yang berarti
label atau tanda pengenal seperti pada etiket buku atau label pada
barang.

Kemudian

pengertian

ini

berkembang

menjadi

semacam

persetujuan bersama untuk menilai sopan tidaknya seseorang dalam (satu


jenis) pergaulan. Dengan pengertian ini maka dalam pergaulan hidup

DTSD Kepabeanan dan Cukai

24

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


dapat diketahui bahwa: Etiket itu merupakan sikap yang terkandung nilai
sopan santun dalam pergaulan; Etiket itu semacam pakaian terbatas yang
hanya dipakai pada keadaan dan situasi tertentu. Oleh karena itu, etiket
banyak jenisnya seperti etiket masuk kerja, etiket menjaga disiplin diri,
etiket menelpon, dan lainnya
Disamping itu mengingat etiket
itu mengandung sopan santun
dan sebagai salah satu ajaran,
maka etiket menjadi bagian dari
ajaran etika terutama etika sosial
dan etika kerja. Etiket diperlukan
dalam

kehidupan-sehari-hari

khususnya dalam kegiatan kerja.


Hal ini diajukan untuk dapat
memberikan

penampilan

yang

penuh dedikasi, disiplin kerja,


menjaga integritas diri, pergaulan
kerja positif dan kinerja pribadi
yang baik

Jaga disiplin Diri


-

Datang ke kantor sebelum jam kantor

Meninggalkan kantor melebihi jam pulang

Tidak meninggalkan pekerjaan tanpa izin atasan

Jam kerja digunakan secara efektif

Tidak menggunakan jam kerja untuk hal yang tidak terkait dengan
pekerjaan

Jaga kredibilitas Anda


-

Bicaralah dengan jujur

Tepatilah janji

Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi

DTSD Kepabeanan dan Cukai

25

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


-

Jangan berjiwa pengecut

Jaga sikap loyal terhadap organisasi

Etika masuk kantor


-

Mengucapkan salam terlebih dahulu

Tunjukkan wajah ceria

Pandanglah semua orang yang ada di ruangan dengan senyum

Tanyakan kabar baik pada teman disebelah

Jika memungkinkan ucapkan salam pada atasan setiap pagi

Etika Pergaulan
-

Bersikap

sopan

santun

dan

ramah
-

Perhatian terhadap orang lain

Mampu menjaga perasaan orang


lain

Toleransi

dan

rasa

ingin

membantu
-

Mampu mengendalikan emosi diri

Etika berbicara
-

Bicara harus menatap lawan bicara

Suara harus jelas terdengar

Menggunakan tata bahasa yang baik

Jangan menggunakan nada suara yang tinggi

Pembicaraan mudah dimengerti

usahan bernuansa simpatik dan tidak membicarakan kejelekan orang


lain

Hubungan dengan atasan


-

Hormat kepada setiap atasan

Mintalah saran dan petunjuk agar dapat berkomunikasi dengan atasan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

26

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


-

Usahakan tidak membuat kecewa atasan

Berikan masukan dan saran secara bijak

Jangan spontan menolak perintah atasan

Jangan membuat malu atasan

Hubungan dengan teman sekerja


-

Jangan menganggap teman sebagai


pesaing tetapi mitra kerja

Kembangkan kebiasaan saling


membantu

Kembangkan kebiasaan saling


mengingatkan

Usahakan tidak terjadi konflik

Kembangkan kebiasaan diskusi sehat

Jangan menjatuhkan teman di


hadapan atasan

Hubungan dengan bawahan


-

Hargai bawahan sebagai manusia yang bermartabat

Jangan terlalu menunjukkan kekuasaan

Bangun hubungan personal yang mesra

Sering-seringlah menanyakan kondisi kesehatan dan keluarganya

Berikan perintah dan teguran secara bijak

b. Latihan 1

1. Terangkan asal kata etika !


2. Jelaskan pernyataan bahwa etika dipahami sebagai ajaran hidup
yang baik
3. Terangkan arti etika menurut Ahmad Amin ?
4. Apakah fungsi kode etik dalam suatu organisasi
5. Jelaskan pengertian etika kerja

DTSD Kepabeanan dan Cukai

27

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

c. Rangkuman
1. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu

ethos yang berarti adat

istiadat atau kebiasaan. Etika itu wujud dalam diri seseorang itu
dengan adanya disiplin dan kekuatan diri individu itu sendiri maupun
organisasi untuk melakukan kerja yang baik dengan nilai integritas
tinggi.
2. Kode etik terkait erat dengan efektifitas pemberlakuan kode etik ini
adalah disatu sisi terdapatnya iklim bekerja yang kondusif dan sistem
kesejahteraan yang memadai, sedang di sisi lain terdapat ancaman
sanksi yang berat dan diterapkan secara konsisten terhadap pelaku
pelanggaran
3. Etika kerja adalah aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan
prinsip moral yang merupakan pedoman bagi pegawai dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya. Agregasi dari perilaku pegawai
yang beretika kerja merupakan gambaran etika kerja pegawai dalam
suatu unit organisasi.
4. Pegawai secara normatif memang harus bekerja keras, jujur,
bertanggung jawab menyelesaikan dengan sebaik-baiknya semua
tugas dan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, mencurahkan
segenap

tenaga

dan

pikirannya

untuk

kelangsungan

dan

perkembangan tempatnya bekerja.

d. Test Formatif 1

Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam modul ini.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

28

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Jawablah pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu Anda menjawab
pertanyaan tersebut tidak diperkenankan melihat ke modul dan kunci
jawaban, tetapi jawablah menurut apa yang ada dalam pikiran Anda.

Pilihlah B bila pernyataan Saudara anggap Benar dan S bila pernyataan


Saudara anggap Salah!

01. B - S

Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu ethos yang berarti


adat istiadat atau kebiasaan.

02

B-S

Etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan aturan


tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai
manusia.

03. B - S

Etika memiliki pengetian yang berbeda dengan moralitas.

04

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu

B-S

pengetahuan tentang asas akhlak

05. B - S

Integritas

adalah

tingkah

laku

posistif

yang

dapat

mendukung perilaku jujur, penuh etika dalam pelaksanaan


pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan

Pilih satu jawaban yang paling tepat!


01 Secara Etimologis Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu ethos
yang berarti :
a. adat istiadat atau kebiasaan
b. kebudayaan tinggi
c. seni perilaku manusia
d. perilaku

DTSD Kepabeanan dan Cukai

29

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


02 Ethos dalam Bahasa Yunani kuno berarti :
a. dari kebiasaan.
b. dari keumuman
c. timbul dari perilaku.
d. timbul dari kebiasaan.
03 Analisis dan penerapan konsep dalam etika mencakup :
a. keresahan.
b. kesusahan.
c. keburukan.
d. kegembiraan.
04 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ..
a. Ilmu tentang cara berpikir dan bertindak dalam situasi tertentu.
b. ilmu yang membahas dan mengkaji persoalan kebenaran.
c. ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)
d. ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan di dalam hidup
manusia
05 Fungsi kode etik adalah sebagai..
a. implikasi kehidupan.
b. persamaan perlakuan.
c. pedoman kerja.
d. penghargaan bagi pegawai.

06 Aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang
merupakan pedoman bagi pegawai dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya dalam organisasi, adalah :
a. etika kerja.
b. integritas.
c. profesionalisme.
d. etika.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

30

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


07 Bekerja secara profesional ditandai dengana
a. tingkah laku yang santai dalam berkerja.
b. perilaku menuju kehidupan yang baik.
c. penghargaan dan hukuman bagi pegawai
d. berusaha memberikan hasil terbaik
08 Salah satu ciri profesional adalah.
a. memanfaatkan waktu dengan olahraga.
b. melaksanakan tugas secara tuntas dan tepat waktu.
c. seni perilaku manusia yang baik.
d. bekerja secara mandiri dan berkelompok.
09 Integritas pada intinya adalah
a. kebersihan.
b. keutuhan.
c. kesopanan.
d. kebiasaan.

10 Dari definisi integritas terdapat satu elemen pokok yang membentuk


integritas, yaitu :
a. pengetahuan tentang tatacara mutasi pegawai sesuai pendidikan
formal.
b. keterampilan dan keahlian yang dimiliki pegawai yang diperoleh
berdasarkan pelatihan dilapangan dan pengalaman.
c. tingkah laku yang baik dalam melayani diri sendiri.
d. pengawasan kinerja yang efektif terhadap seluruh pegawai.

e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang


modul ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus

DTSD Kepabeanan dan Cukai

31

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi yang baru
dipelajari.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah


dipelajari mencapai

91 %

s.d

100 %

Amat Baik

81 %

s.d.

90,00 %

Baik

71 %

s.d.

80,99 %

Cukup

61 %

s.d.

70,99 %

Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori Baik), maka


disarankan mengulangi materi.

2. KEGIATAN BELAJAR (KB) 2

KODE ETIK PEGAWAI


DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Indikator Keberhasilan :
1. Peserta mampu menjelaskan latar belakang perlunya kode etik
Indikator
Keberhasilan
:
2. Peserta
mampu
menjelaskan
tujuan kode etik pegawai Direktorat
Setelah Bea
mengikuti
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
Jenderal
dan Cukai
melaksanakan
dalamnorma
pembuatan
perkara,
mampu
3. Peserta
mampupersiapan
menerapkan
dasar berkas
pribadi dan
standar
pembuatan
resume
hasil
penyidikan
untuk
berkas
perkara,
mampu
menyusun
perilaku organisasi
kesimpulan resume hasil penyidikan untuk berkas perkara
4. Peserta mampu menerapkan prinsip standar perilaku pegawai
5. Peserta mampu menjelaskan larangan pegawai
6. Peserta mampu menjelaskan sanksi

DTSD Kepabeanan dan Cukai

32

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

a. Uraian dan Contoh

a. Uraian dan Contoh

1. Latar Belakang

Salah satu elemen utama dari program peningkatan integritas


adalah diberlakukannya aturan tingkah laku atau code of conduct (kode
etik dan perilaku) khusus bagi Pegawai Direktorat Jenderal

Bea dan

Cukai. Kode etik tersebut harus dikembangkan dari dalam, diperkenalkan


dan dapat diterima oleh seluruh pegawai. Kode etik yang komprehensif di
dalamnya harus berisikan tuntunan perilaku yang sifatnya praktis dan
dapat dimengerti oleh seluruh pegawai sebagai hal yang seharusnya
dimiliki. Di dalam kode etik tersebut harus juga disebutkan tanggung jawab
seluruh pegawai dalam upaya pencegahan, pendeteksian, dan sanksi
terhadap tindak korupsi yang terkait dengan pelanggaran kode etik.
Sebagai tambahan, perlu pula dipertimbangkan adanya ketentuan yang
mewajibkan pegawai agar setiap tahun melaporkan investasi yang
dilakukan, dan kekayaan maupun hutang yang dimiliki.
Keadaan ini bisa menjadi tekanan dan bahkan tantangan dalam
menerapkan aspek etika kerja seperti ketidak-jujuran, ketidak-disiplinan,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

33

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


ketidak-adilan, kecurangan pertanggung-jawaban administrasi, keegoan
dan sebagainya. Karena itu muncullah perhatian yang besar bagaimana
caranya agar para pegawai dan tentunya juga pejabat pembuat keputusan
bekerja dengan standar etika tertentu. Peraturan kepegawaian dalam
pemerintahan secara umum telah memberlakukan ketentuan yang
berkaitan dengan etika dan perilaku pegawai untuk seluruh pegawai
negeri, namun demikian kode etik khusus untuk pegawai Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai diperlukan. Keuntungan dengan adanya kode etik
khusus untuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melengkapi kode
etik yang berlaku umum tersebut. Hal ini diperlukan mengingat sifat
pekerjaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang sangat khusus di
banding dengan pegawai pemerintah yang lain, terutama dalam hal
tanggung jawab yang sangat besar dan luas, serta sangat rawan terhadap
tindak korupsi.

2. Tujuan Kode Etik

Dalam rangka mewujudkan aparat


pemerintah

yang

bersih

dan

berwibawa, diperlukan standar etik


dan

perilaku

meningkatkan
integritas

pegawai
transparansi

pegawai

untuk
dan

Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai.


Dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diperlukan
aparatur

negara

yang

bertugas

sebagai

abdi

masyarakat

yang

menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, berkemampuan


melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih
dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Demikian juga dalam
rangka upaya peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

34

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Departemen Keuangan, khsususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
diperlukan kode etik bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
Pemerintah

mengeluarkan

Peraturan

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia Nomor 01 /PM.4/2008 Tentang Kode Etik Pegawai Direktorat


Jenderal Bea dan Cukai
Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang
selanjutnya disebut Kode Etik, adalah pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan

pegawai

Direktorat

Jenderal

Bea

dan

Cukai

dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi serta dalam pergaulan


hidup sehari-hari. Pembentukan Kode Etik di lingkungan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai dimaksudkan untuk meningkatkan etos kerja
dalam rangka mendukung produktifitas kerja dan profesionalitas pegawai.
Tujuan Kode Etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
1. meningkatkan disiplin Pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai;
2. menjamin terpeliharanya tata tertib yang berlaku di Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai;
3. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif
di lingkungan
4. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan atau dengan instansi terkait;
5. menciptakan dan memelihara kondisi kerja antar Pegawai di
lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta menciptakan
perilaku yang profesional bagi Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai; dan
6. meningkatkan citra dan kinerja Pegawai Negeri Sipil, khususnya
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

3. Norma Dasar Pribadi dan Standar Perilaku Organisasi

Setiap Pegawai wajib menganut, membina, mengembangkan, dan


menjunjung tinggi norma dasar pribadi sebagai berikut :

DTSD Kepabeanan dan Cukai

35

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


1. Jujur, yaitu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakan.
2. Terbuka, yaitu transparan dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan
internal maupun eksternal.
3. Berani, yaitu bersikap tegas dan rasional dalam bertindak dan
berperilaku serta dalam

membuat keputusan demi kepentingan

negara, pemerintah, dan organisasi.


4. Tangguh, yaitu tegar dan kuat dalam menghadapi berbagai godaan,
hambatan, tantangan, ancaman, dan intimidasi dalam bentuk apapun
dan dari pihak manapun.
5. Berintegritas, yaitu memiliki sikap dan tingkah laku yang bermartabat
dan bertanggung jawab.
6. Profesional, yaitu melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan atau
keahlian sertamencegah terjadinya benturan kepentingan dalam
pelaksanaan tugas.
7. Kompeten,

yaitu

selalu

meningkatkan

dan

mengembangkan

pengetahuan dan keahlian.


8. Tangkas, yaitu melakukan pekerjaan dengan cepat, tepat dan akurat.
9. Jeli, yaitu melakukan pekerjaan dengan teliti dan mampu memandang
potensi permasalahan kerja serta menemukan pemecahannya yang
sesuai.
10. Independen, yaitu tidak terpengaruh dan bersikap netral dalam
melaksanakan tugas.
11. Sederhana, yaitu bersikap wajar dan atau tidak berlebihan dalam tugas
dan kehidupan sehari-hari.

Setiap Pegawai wajib mengikuti, menjalankan, dan menjaga prinsipprinsip standar perilaku organisasi sebagai berikut :
1. Kepastian hukum, yaitu mendasarkan pada peraturan perundangundangan dalam menjalankan tugas, wewenang, dan kebijakan
organisasi.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

36

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


2. Keterbukaan, yaitu membuka diri dan memberi akses kepada
masyarakat dalam melaksanakan hak-haknya untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang manajemen,
kinerja, dan pelaksanaan tugas, serta fungsi organisasi, tanpa
melanggar ketentuan yang berlaku dan asas kerahasiaan jabatan.
3. Kepentingan umum, yaitu mendahulukan kepentingan bersama
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan organisasi
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan atau
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
5. Proporsionalitas, yaitu mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab organisasi dengan tetap memperhatikan adanya
kepentingan yang sah lainnya secara seimbang.
6. Efektifitas, yaitu dalam melaksanakan tugas harus memperhatikan dan
mempergunakan cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang
optimal.
7. Efisiensi, yaitu dalam melaksanakan tugas harus memperhatikan dan
mempergunakan waktu dan sumber daya lainnya seoptimal mungkin
dalam menyelesaikan tugas.

4. Perilaku Standar Pegawai :

DTSD Kepabeanan dan Cukai

37

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat yang
dianut oleh diri sendiri dan orang lain;
2. Menaati dan mematuhi tata tertib disiplin kerja berupa ketentuan jam
kerja serta memanfaatkan jam kerja untuk kepentingan kedinasan dan
atau organisasi;
3. Menaati dan mematuhi segala aturan, baik langsung maupun tidak
langsung, mengenai tugas kedinasan maupun yang berlaku secara
umum;
4. Menaati perintah kedinasan;
5. Menciptakan dan memelihara suasana dan hubungan kerja yang baik,
harmonis, dan sinergis antar pegawai, baik dalam satu unit kerja
maupun diluar unit kerja;
6. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat
menurut bidang tugasnya masing-masing;
7. Mempergunakan dan memelihara barang inventaris milik negara
secara baik dan bertanggung jawab;
8. Memberikan contoh dan menjadi panutan yang baik bagi pegawai
lainnya dan masyarakat;
9. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan dan santun.

5. Larangan Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

1. Bersikap

diskriminatif

dalam

melaksanakan

tugas

memberikan

pelayanan kepada pegawai dan masyarakat;


2. Menjadi anggota dan/atau pengurus dan/atau simpatisan partai politik;
3. Menyalahgunakan wewenang yang dimiliki untuk kepentingan di luar
kedinasan;
4. Menerima pemberian, hadiah, dan atau imbalan dalam bentuk apapun
dari pihak manapun secara langsung maupun tidak langsung yang
diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

38

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai
yang bersangkutan;
5. Membocorkan informasi yang bersifat rahasia serta menyalahgunakan
data dan atau informasi kepabeanan dan cukai;
6. Melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan,
kerusakan, dan atau perubahan data pada sistem informasi milik
organisasi;
7. Melakukan perbuatan yang tidak terpuji yang bertentangan dengan
norma kesusilaan dan dapat merusak citra serta martabat organisasi.

6. Sanksi :
1. Segala bentuk ucapan, tulisan, sikap,
perilaku, dan atau tindakan pegawai
yang

melanggar

ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 7


dan pasal 8 adalah pelanggaran Kode
Etik dan atau pelanggaran hukum
disiplin pegawai.

2. Pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin pegawai dan/atau


pelanggaran hukum lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijatuhi sanksi atau hukuman sesuai dengan tingkat pelanggarannya.
3. Sanksi atau hukuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yaitu :
a. sanksi

moral

berupa

perintah/kewajiban

untuk

mengajukan

permohonan maaf secara lisan dan atau tertulis atau pernyataan


penyesalan; dan atau
b. hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 1980 tentang kepegawaian

b. Latihan 2

DTSD Kepabeanan dan Cukai

39

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


1. Jelaskan tujuan dari keberadaan kode etik bagi Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai ?
2. Sebutkan Surat Keputusan Menteri Keuangan yang berisi tentang
kode etik bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
3. Apakah pengertian kode etik pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
4. Sebutkan 5 norma dasar perilaku pegawai Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai ;
5. Sebutkan 5 (lima) buah prinsip standar perilaku organisasi Pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

c. Rangkuman

1. Kode etik adalah segala bentuk ucapan, tulisan, sikap, perilaku,


dan atau tindakan yang dijadikan pedoman bagi pegawai Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam bekerja. Pegawai yang melanggar ketentuan kode etik
pegawai dikenakan sanki.
2. Hubungan
digunakan

etika

kerja

untuk

dengan

mengawal

dengan
tingkah

kehidupan
laku

positif

manusia
untuk

melakukannya dan meninggalkan perkara yang mendatangkan


sanksi atau kesalah.
3. Kode etik dalam bekerja merupakan satu landasan kerja pelayanan
kepada masyarakat dan membolehkan masyarakat mengawasi dan
menilai setiap tindak tanduk pegawai.
d. Test Formatif 2

a. Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam modul ini.


b.Jawablah pertanyaan-pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu
Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diperkenankan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

40

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


melihat ke modul dan kunci jawaban, tetapi jawablah menurut apa yang
ada dalam pikiran Anda.
Pilihlah B bila pernyataan Saudara anggap Benar dan S bila pernyataan
Saudara anggap Salah!
01. B - S

Kode Etik, adalah pedoman sikap, tingkah laku dan


perbuatan pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi
serta dalam pergaulan hidup sehari-hari.

02. B - S

Dalam rangka mewujudkan aparat pemerintah yang bersih


dan berwibawa, diperlukan standar etik dan perilaku
pegawai untuk meningkatkan transparansi dan integritas
pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

03

B-S

Salah satu norma norma dasar peribadi pegawai Direktorat


Jenderal Bea dan Cukai adalah menghormati agama,
kepercayaan, budaya, dan adat istiadat yang dianut oleh diri
sendiri dan orang lain

04. B - S

Pengertian dari kode etik adalah pedoman sikap, tingkah


laku dan perbuatan pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai

hanya

dalam

pergaulan

hidup

sehari-hari

di

masyarakat.
05

B-S

Kegunaan dari kode etik adalah hanya menciptakan dan


memelihara suasana dan hubungan kesopanan antara
sesama pegawai

Pilih satu jawaban yang paling tepat !


1.

Salah satu tujuan kode etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, adalah :
a. meningkatkan kesopanan pegawai
b. menjamin terpeliharanya hubungan antar kepala bidang.
c. menjamin kelancaran pelaksanaan pengawalan barang.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

41

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


d. menjamin terpeliharanya tata tertib.
2.

Melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan atau keahlian serta


mencegah terjadinya benturan kepentingan dalam pelaksanaan
tugas, adalah pengertian dari
a. Kompeten.
b. Profesional.
c. Berintegritas.
d. Independen.

3.

Salah satu larangan bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
adalah :
a. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas pelayanan.
b. memajukan profesional kerja dalam pelayanan
c. menyatu dengan sesama pegawai
d. memiliki kebebasan dalam bekerja

4.

Mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab


organisasi dengan tetap memperhatikan adanya kepentingan yang
sah lainnya secara seimbang adalah pengertian dari :
a. keterbukaan.
b. profesional.
c. akuntabilitas.
d. proporsionalitas.

5.

Salah satu kaidah dalam perilaku standar sesuai kode etik Pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah :
a. menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat yang
dianut oleh diri sendiri dan orang lain.
b. memperhatikan dan mempergunakan waktu dan sumber daya
lainnya
seoptimal mungkin dalam menyelesaikan tugas.
c. mendahulukan kepentingan bersama dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, dan selektif.
d. menjadi anggota dan/atau pengurus dan/atau simpatisan partai

DTSD Kepabeanan dan Cukai

42

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


politik.
6.

Salah satu larangan terhadap pegawai Direktorat Jenderal Bea dan


Cukai adalah.
a. melakukan perbuatan yang dapat memeperbaiki sistem informasi
b. bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan dan
santun.
c. melakukan

perbuatan

terpuji

tidak

bertentangan

dengan

norma
kesusilaan.
d. menyalahgunakan wewenang yang dimiliki untuk kepentingan
di luar
kedinasan.
7

Setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan organisasi harus dapat


dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan atau masyarakat
sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangan

yang

berlaku

pengertian dari :
a. berdaya guna.
b. berhasil guna.
c. akuntabilitas.
d. konsisten.
8

Dalam

melaksanakan

tugas

harus

memperhatikan

dan

mempergunakan cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang


optimal, pengertian dari :
a. efektifitas.
b. efisiensi.
c. proporsionalitas.
d. akuntabilitas.
9

Salah satu sanksi terhadap pegawai yang melakukan pelanggaran


disiplin sesuai ketentuan pada kode etik pegawai Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai adalah.
a. berupa perintah/kewajiban untuk mengajukan permohonan maaf

DTSD Kepabeanan dan Cukai

43

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


secara lisan dan atau tertulis atau pernyataan penyesalan.
b. dijatuhi sanksi sesuai keputusan atasan
c. dikenakan sanksi pemotongan gaji.
d. diserahkan sesegera mungkin kepada pihak yang berwajib.
10 Salah satu larangan bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
adalah..
a. menjadi pengurus suatu tempat peribadatan.
b. menjadi pengurus lingkungan rukun tetangga.
c. menjadi pengurus lingkungan rukun warga.
d. menjadi pengurus partai politik.

e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang


modul ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi yang baru
dipelajari

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah
dipelajari mencapai
91 %

s.d

100 %

Amat Baik

81 %

s.d.

90,00 %

Baik

71 %

s.d.

80,99 %

Cukup

61 %

s.d.

70,99 %

Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori Baik),


maka disarankan mengulangi materi.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

44

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


3. KEGIATAN BELAJAR (KB) 3

KORUPSI, KOLUSI DAN


NEPOTISME
Indikator Keberhasilan :
1. Peserta mampu menjelaskan Deklarasi Arusha
:
2. Indikator
Peserta Keberhasilan
mampu menjelaskan
korupsi
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
3. melaksanakan
Peserta mampu
menjelaskan definisi korupsi perkara, mampu
persiapan dalam pembuatan berkas
4. pembuatan
Peserta mampu
menjelaskan
penyebab
terjadinya
resume hasil
penyidikan untuk
berkas perkara,
mampukorupsi
menyusun
5. kesimpulan
Peserta mampu
terjadinya
resume menjelaskan
hasil penyidikankonsekwensi
untuk berkas perkara
korupsi
6. Peserta mampu menjelaskan gratifikasi
b. Uraian
dan Contoh
7. Peserta
mampu menjelaskan ketentuan pidana

a. Uraian dan Contoh

1. Deklarasi Arusha

Setiap strategi untuk mengendalikan tindak korupsi di lingkungan


Administrasi kepabeanan harus sesuai dengan semangat dan tujuan
Deklarasi Arusha. Program-program yang berisi rencana tindakan yang
harus dilakukan untuk meningkatkan integritas pegawai dapat dilakukan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

45

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


dengan penyesuaian atas dasar pertimbangan keadaan sosial, ekonomi,
dan politik masing-masing negara.
Deklarasi Arusha yang ditandatangani di Arusha, Tanzania pada
tanggal 7 Mei 1993 merupakan wujud pengakuan WCO bahwa korupsi
merupakan masalah yang semakin berkembang dan faktor yang merusak
di dalam setiap masyarakat. Korupsi mengakibatkan Bea dan Cukai tidak
berhasil mencapai misi yang diembannya. Deklarasi Arusha dimaksudkan
untuk mengembalikan citra baik administrasi pabean sehingga mampu
menjamin terwujudnya tingkat integritas dan profesionalisme aparatnya.
Deklarasi Arusha terdiri dari 12 faktor utama yang dimaksudkan untuk
meningkatkan integritas berisi rekomendasi upaya yang harus dilakukan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menangani masalah korupsi dan
menjadi dasar program peningkatan integritas serta strategi integritas
yang saling berhubungan.
Deklarasi Arusha memberikan dasar-dasar praktis bagi administrasi
kepabeanan untuk membuat, mengembangkan dan melaksanakan
strategi

peningkatan

integritas

dan

pengendalian

tindak

korupsi.

Diharapkan, setiap langkah di dalam strategi yang dibuat harus selalu


terkait erat dengan ke-12 tindakan yang terdapat di dalam Deklarasi
Arusha. Untuk itu perlu dikaji terlebih dulu apakah prosedur dan praktek
kepabeanan di masing-masing negara sudah sejalan dengan ke-12 butir
tindakan tersebut. Langkah berikutnya adalah membuat rencana aksi
untuk pelaksanaannya.
Sebagai penunjang Deklarasi Arusha, WCO juga menerbitkan
Panduan Penilaian Integritas (self-assessment guide) yang merupakan
penerapan 12 butir elemen Deklarasi Arusha. Panduan ini terfokus pada
sejumlah isu utama bagi terciptanya administrasi pabean yang efisien dan
efektif dan membantu negara anggota WCO untuk menilai tingkat
integritas pada organisasinya untuk selanjutnya mampu mengembangkan
Rencana Aksi Integritas-nya masing-masing.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

46

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Dalam butir 7 Deklarasi Arusha terdapat bahasan tentang moral
dan budaya organisasi. Tindak korupsi umumnya terjadi pada organisasi
yang pegawainya memiliki moral persatuan atau esprit de corps yang
rendah. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pegawai yang tidak
memiliki rasa bangga atas reputasi organisasinya dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat dan negara. Sebaliknya pegawai-pegawai
tersebut justru mengembangkan praktek-praktek internal yang tidak sehat
di dalam organisasi yang cenderung merangsang pegawai untuk
melakukan pelanggaran dan menyembunyikan pelanggaran tersebut.
Kondisi demikian diperparah dengan adanya inkonsistensi antara kode
etik profesional dan perilaku yang umumnya diterima.
Untuk mengurangi tindak korupsi secara efektif, seluruh pegawai
harus terlibat secara serius dalam upaya meningkatkan integritas. Untuk
itu perlu dibentuk semacam Work Improvement Teams atau Special
Project

Teams

yang

melibatkan

pegawai-pegawai

dalam

rangka

mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang high risk atau rawan korupsi dan


megusulkan perubahan-perubahan yang diperlukan. Tim tersebut harus
mendapat dukungan penuh dari unsur pimpinan. Dalam beberapa hal
diperlukan adanya upaya yang sangat serius untuk mengubah persepsi
pegawai dan masyarakat tentang korupsi. Dengan kata lain moral lost of
corruption (budaya malu melakukan korupsi) perlu lebih ditingkatkan.

2. Korupsi

Sejak tahun 1999, masalah korupsi merupakan topik yang hangat


dibahas

oleh

masyarakat

Indonesia,

terutama

setelah

Indonesia

dinyatakan negara terkorup di dunia. Tiada hari tanpa berita tentang hal
tersebut. Dengan

banyaknya

kasus korupsi, maka Pemerintah telah

menetapkan undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang kemudian


diperbarui dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .

DTSD Kepabeanan dan Cukai

47

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Undang-undang ini mewajibkan para penyelenggara negara baik
pada bidang Eksekutif, Legislatif

dan Yudikatif untuk melaporkan

kekayaannya pada saat pengangkatan baru dan setelah mengakhiri


jabatan selaku penyelenggara negara.
Sejak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memulai era baru, yang
ditandai dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 10 tahun 1995
tentang Kepabeanan, sebenarnya sudah banyak dilakukan usaha
perbaikan kinerja dan pelayanan secara terus-menerus.
Semuanya
untuk

dilakukan

mengantisipasi

semata-mata
perubahan

peran yang semula lebih ditekankan


sebagai

institusi

pemungut

pendapatan negara menjadi institusi


penyedia
kepabeanan
memperlancar

berbagai

layanan

dalam

rangka

arus

barang,

mengurangi ekonomi biaya tinggi dan


menciptakan suasana yang kondusif
bagi perdagangan dan investasi serta
pelindung masyarakat dari produk
yang

membahayakan

moral

dan

kesehatan masyarakat.

Perkembangan peran ini telah membawa pengaruh yang sangat


besar bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dimana institusi ini dituntut
untuk lebih berorientasi kepada stakeholders. Ini berarti fokus semua
kebijakan Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai harus selalu diarahkan

kepada pemenuhan tuntutan yang berkembang, utamanya sikap pegawai


dalam memberikan pelayanan.
Ada 4 topik permasalahan yang biasanya dilontarkan para
pengguna jasa kepabeanan, yaitu :

DTSD Kepabeanan dan Cukai

48

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


- Ketidakjelasan

besarnya

biaya

pengurusan

kepabeanan

yang

disebabkan banyaknya cost, baik yang resmi maupun tidak resmi yang
harus dikeluarkan;
- Ketidakpastian waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan prosedur
kepabeanan;
- Kegagalan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai dalam memberantas
penyelundupan

dan

mengatasi

pelanggaran

pabean

lainnya

di

pelabuhan ;
- Bocornya penerimaan negara.
Terlepas dari masalah apakah tuduhan tersebut lebih banyak
dilatarbelakangi oleh vested interest (kepentingan tertentu) sekelompok
orang ataukah memang merupakan cerminan dari performance Direktorat
Jenderal

Bea dan Cukai sesungguhnya, kita wajib memberi perhatian

serius. Bagaimanapun juga opini masyarakat yang terlanjur terbentuk


selama ini memang pada intinya menghendaki adanya perubahan yang
mendasar dari behaviour seluruh aparat Direktorat Jenderal

Bea dan

Cukai. Untuk itu perlu dilakukan reformasi sikap dan profesionalitas


pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Korupsi dapat diibaratkan sebagai penyakit menular yang perlahanlahan dapat menggerogoti kesehatan penderitanya. Korupsi amat sulit
diantisipasi kapan berjangkitnya, amat sulit diisolir penyebarannya, amat
sulit dideteksinya dan amat sulit menghitung besarnya kerugian yang
diakibatkannya

(karena

sedemikian

hebat

daya

rusaknya). Ibarat

cendawan dimusim hujan, korupsi dapat tumbuh disemua lini dan sektor
suatu organisasi bilamana iklim organisasi tersebut dan negara dimana
organisasi itu berada mendukung pertumbuhan dan penyebarannya.
Korupsi dengan segala macam bentuknya (suap, pungli, mark-up,
manipulasi dan sebagainya) seringkali terjadi tanpa dapat dibatasi oleh
batasan wilayah suatu negara, ekonomi maupun politik. Meskipun dapat
muncul dalam berbagai bentuk, namun sudah diketahui sejak lama bahwa

DTSD Kepabeanan dan Cukai

49

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


tindak korupsi secara luas terjadi di dalam masyarakat, baik di lingkungan
swasta maupun birokrasi pemerintahan.
Khusus di lingkungan pemerintahan, beberapa faktor yang
mendorong terjadinya korupsi adalah :
- Lemahnya sistem dan prosedur administrasi pemerintahan ;
- Lemahnya pengawasan oleh pihak independen ;
- Lemahnya kemampuan SDM ; dan
- Kurangnya kesejahteraan aparat pemerintahan.
Akibat dari tindak korupsi di lingkungan pemerintahan dapat
mengganggu pemberian pelayanan kepada publik, meningkatnya cost
pada masyarakat, dan dalam batas-batas tertentu dapat mengganggu
pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu korupsi dapat mengurangi
kepercayaan masyarakat pada institusi pemerintahan sehingga tingkat
kepatuhan masyarakat kepada hukum menjadi menurun.
Di bidang administrasi kepabeanan pembahasan mengenai hal
tersebut telah melahirkan 3 deklarasi yang bertujuan untuk meningkatkan
integritas pegawai kepabeanan sekaligus mempersempit ruang gerak
pelaku tindak korupsi. Ketiga deklarasi tersebut adalah : Deklarasi Arusha
tahun 1993, Deklarasi Columbus tahun 1994 dan Deklarasi Lima tahun
1997. Disamping itu beberapa organisasi regional, multilateral dan dunia
seperti OECD, the Organization of American States, the European Union,
the United Nations, the World Bank dan Transparency International telah
menaruh perhatian khusus dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk
menangani masalah korupsi.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka segala bentuk penerimaan
pemberian dengan imbalan meninggalkan tugas negara (kewajiban
kepada masyarakat) dan terjadi secara tertutup adalah tindak korupsi.
Selanjutnya menurut WCO, sebenarnya ada banyak perilaku dan
kombinasi dari berbagai perilaku yang dapat di kategorikan sebagai tindak
korupsi.

Namun

demikian

pada

dasarnya

di

lingkungan

institusi

kepabeanan terdapat 3 hal yang dapat dikategorikan sebagai korupsi,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

50

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


yaitu : penyuapan (bribery), nepotisme (nepotism) dan penyalahgunaan
(misappropriation). Ditinjau dari sifat, cakupan tugas dan tanggung
jawabnya yang cenderung bersifat monopoli, maka institusi kepabeanan
memang rawan terhadap ketiga perilaku dasar korupsi tersebut.

3. Definisi Korupsi

Definisi korupsi hingga saat ini terus mengalami perubahan dan


perkembangan

yang

disesuaikan

dengan

tingkat

peradaban

dan

kemajuan tingkat ekonomi dan sosial suatu masyarakat. Di dalam


Undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Bab II, Pasal 2, ayat (1) dijelaskan tindak korupsi adalah:
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
..
Selanjutnya di dalam pasal 3 dinyatakan bahwa termasuk tindak
korupsi adalah :
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan

yang

dapat

merugikan

keuangan

negara

atau

perekonomian negara.
Sedangkan definisi korupsi menurut sumber referensi internasional
adalah :
Penyalahgunaan kewenangan dan sumber daya untuk kepentingan
pribadi;
(sumber : Deklarasi Lima 1997; Deklarasi Colombus 1994)

Pengertian kolusi selanjutnya berarti :

DTSD Kepabeanan dan Cukai

51

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


a. bekerja sama dengan pihak lain, baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama, untuk mengambil

keuntungan dengan melakukan

perbuatan yang menyebabkan negara mengalami kerugian.


c. berarti menyelewengkan atau menggelapkan harta milki negara
untuk keuntungan pribadi atau pihak lain.
d. berarti perbuatan yang hanya memberikan keuntungan pada
keluarga, teman-teman, kerabat dan seterusnya, yang dapat
merugikan negara.
Beberapa elemen kunci terjadinya korupsi berdasarkan definisi di atas,
adalah :
-

Terdapat kegiatan meninggalkan tugas negara (kewajiban kepada


masyarakat);

Menerima segala bentuk pemberian sebagai imbalan; dan

Terjadi secara rahasia/ tertutup.

4. Penyebab Terjadinya Korupsi

Penyebab

korupsi

khususnya

di

lingkungan

administrasi

kepabeanan adalah :
-

Terdapatnya monopoli kekuasaan, misalnya : keputusan clearance


barang di pelabuhan tidak dapat diberikan kepada instansi lain;

Terdapatnya discretionary power (kewenangan diskresi) yang terlalu


besar dimana dengan kekuasaan itu dapat menentukan nasib
pengguna jasa, misalnya : dengan dimilikinya kewenangan untuk
membuat professional judgement terhadap dokumen PIB ataupun
barang penumpang;

Tidak terdapatnya penilaian akuntabilitas kinerja yang memadai.


Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

penyebab korupsi, khususnya pada administrasi kepabeanan di negara


berkembang terdapat beberapa faktor tambahan yang menyebabkan
tindak korupsi dapat berkembang yaitu :

DTSD Kepabeanan dan Cukai

52

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


-

Tingginya tingkat toleransi terhadap korupsi;

Rendahnya penegakan hukum yang mengakibatkan rendahnya


hukuman yang dijatuhkan;

Rendahnya risiko yang ditanggung oleh pelaku;

Rendahnya gaji dan insentif yang legitimate;

Belum dipatuhinya kode etik dan perilaku dengan baik.

5. Konsekwensi Terjadinya Korupsi

Keberadaan korupsi di institusi kepabeanan dapat menghancurkan


legitimasi

Direktorat

Jenderal

Bea

Dan

Cukai

dan

mengurangi

kemampuannya dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya. Efek yang


paling merusak dari korupsi adalah :
-

Berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah;

Berkurangnya tingkat kepercayaan dan kerjasama antara Direktorat


Jenderal Bea dan Cukai dengan instansi penegak hukum lainnya;

Rendahnya semangat kerja aparatur pemerintah (termasuk pegawai


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai), terutama apabila wibawa
pemerintah sudah sedemikian rendahnya dimata masyarakat;

Meningkatnya cost pada masyarakat yang dapat menghambat


pertumbuhan ekonomi;

Berkurangnya tingkat kepatuhan masyarakat;

Kebocoran penerimaan negara;

Tidak efektifnya perlindungan kepada masyarakat terhadap lalu lintas


perdagangan barang yang berbahaya dan merusak lingkungan, sosial
dan budaya, serta keamanan negara;

Timbulnya

hambatan

dalam

perdagangan

internasional

yang

berdampak pada berkurangnya kepercayaan para investor karena


tidak adanya jaminan keamanan investasinya.
Siapakah yang menanggung akibat KKN ?

Jawaban dari

pertanyaan tersebut adalah masyarakat, bangsa dan negara, termasuk

DTSD Kepabeanan dan Cukai

53

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


institusi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sendiri. Pertanyaan tersebut
sangat

mudah

dijawab

tetapi

sangat

sulit

memahami

besarnya

pengorbanan yang harus dipikul masyarakat karena tindak korupsi yang


dilakukan oleh aparatur pemerintahan. Oleh sebab itu untuk memperbaiki
sekaligus meningkatkan citra instansi, maka seluruh pegawai termasuk
unsur pimpinan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus :
1) Melaksanakan semua tugas dengan penuh perhatian, disiplin,
profesional dan dengan integritas tinggi;
2) Bekerja dengan standar etika tinggi, yaitu bekerja bukan hanya
sekedar memenuhi tugasnya saja dan mampu mengambil keputusan
yang tepat bilamana belum terdapat ketentuan yang jelas mengenai
tindakan yang harus dilakukan;
3) Memahami, melaksanakan dan menularkannya/ menyampaikan
kepada sesama pegawai mengenai berbagai pengetahuannya
tentang integritas dan etika;

6. Gratifikasi

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara


negara

dianggap

pemberian

suap,

apabila

berhubungan

dengan

jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.


Tindakan menerima uang, hadiah dan atau pemberian dalam bentuk apa
saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut diduga bahwa
pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan
atau pekerjaan yang dapat menyebabkan penyimpangan

pelaksanaan

tugas dan/atau pengambilan keputusan.


Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara

dianggap

pemberian

suap,

apabila

berhubungan

dengan

jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya dilarang


menurut undang-undang. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas,
yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman

DTSD Kepabeanan dan Cukai

54

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya apabila berhubungan
dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya
dilarang menurut undang-undang.. Gratifikasi tersebut, baik yang diterima
di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik maupun tanpa sarana elektronik. Definisi
lain, gratifikasi adalah pemberian hadiah
7. Ketentuan Pidana
Ketentuan pidana yang akan dibahas dalam bagian ini adalah
tentang penyuapan dan gratifikasi menurut undang-undang Nomor 31
tahun 1999 yang kemudian diperbarui dengan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .
a. Suap Menyuap
Dalam

Undang-undang

yang

berkaitan

dengan tindak pidana keorupsi terdapat


pada : Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b, ayat
(2), Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b, ayat (2),
Pasal 11, Pasal 12 huruf a, b, c, dan d,
Pasal 13.

1) Berkaitan dengan pasal 5.


Apabila pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji dan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya maka :
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
2) Berkaitan dengan Pasal 11.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

55

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah itu janji
tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan untuk tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya ; atau pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya, hukumannya :
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

b. Gratifikasi
Dalam Undang-undang yang berkaitan
dengan tindak pidana korupsi terdapat pada :
pasal

12B

jo,

dan

Pasal

12C.

Isinya

negeri

atau

menyatakan sebagai berikut :


Pidana

bagi

pegawai

penyelenggara negara sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh tahun), dan pidana denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00

(dua

ratus

juta

rupiah) dan

paling

banyak

Rp.

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).


Ketentuan ini tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi
yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

56

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

b. Latihan 3

1. Jelaskan pengertian korupsi ?


2. Sebutkan berbagai jenis korupsi ?
3. Sebutkan akibat buruk KKN terhadap Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai ?
4. Bagaimana usaha Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk
memperbaiki dan meningkatkan citra intitusi ?
5. Jelaskan pengertian gratifikasi bagi pegawai Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai ?

DTSD Kepabeanan dan Cukai

57

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


c. Rangkuman

1. Kolusi berarti bekerja sama dengan pihak lain, baik secara sendirisendiri atau bersama-sama, untuk mengambil keuntungan dengan
melakukan perbuatan yang menyebabkan

negara mengalami

kerugian.
2. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
3. Menjadi pejabat negara seyogyanya tidak menerima hadiah yang
berkaitan dengan tugas negara, karena akan dikenakan pasal
pidana korupsi. Pemberi maupun gratifikasi juga akan terkena
proses hukum pidana korupsi.

d. Test Formatif 3

a. Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam modul ini.


b. Jawablah pertanyaan-pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu
Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diperkenankan
melihat ke modul dan kunci jawaban, tetapi jawablah menurut apa
yang ada dalam pikiran Anda.

Pilihlah B bila pernyataan Saudara anggap Benar dan S bila pernyataan


Saudara anggap Salah!
01. B - S

Korupsi dengan segala macam bentuknya seringkali terjadi


tanpa dapat dibatasi oleh batasan wilayah suatu negara,
ekonomi maupun politik.

02

B-S

Nepotisme berarti perbuatan yang memberikan kerugian


pada keluarga, teman-teman, kerabat dan seterusnya, yang

DTSD Kepabeanan dan Cukai

58

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


dapat merugikan negara
03. B - S

Kolusi berarti bekerja sama dengan pihak lain, baik secara


sendiri-sendiri

atau

keuntungan

bersama-sama,

dengan

untuk

melakukan

mengambil

perbuatan

yang

menyebabkan pemerintahan mengalami keuntungan.


04

B-S

Keberadaan

korupsi

di

institusi

kepabeanan

dapat

menghancurkan legitimasi Direktorat Jenderal Bea dan


Cukai

dan

mengurangi

kemampuannya

dalam

menyelesaikan tugas dan fungsinya. Efek yang paling


merusak dari korupsi
05. B - S

Di bidang administrasi kepabeanan pembahasan mengenai


hal tersebut telah melahirkan 3 deklarasi yang bertujuan
untuk

meningkatkan

integritas

pegawai

kepabeanan

sekaligus mempersempit ruang gerak pelaku tindak korupsi

Pilih satu jawaban yang paling tepat!


1

Salah satu faktor yang mendorong terjadinya korupsi adalah :


a. lemahnya sistem dan prosedur administrasi pemerintahan.
b. lemahnya kesadaran beragama di luar pemerintahan.
c. kemampuan instansi dibidang pengelolaan keuangan negara.
d. kesejahteraan aparat pemerintahan yang tinggi.

Deklarasi yang bertujuan untuk meningkatkan integritas pegawai


kepabeanan sekaligus mempersempit ruang gerak pelaku tindak
korupsi yaitu deklarasi :
a. Kyoto tahun 1994.
b. Kobe tahun 1997.
c. Arusha tahun 1993
d. New York tahun 1998.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

59

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


3

Undang-undang yang mengatur tentang pemberantasan tindak


pidana korupsi adalah :
a. Undang-undang No. 30 tahun 1999
b. Undang-undang No. 31 tahun 1999
c. Undang-undang No. 32 tahun 2000
d. Undang-undang No. 33 tahun 2001

Salah satu elemen kunci terjadinya korupsi, adalah :


a. adanya keterbukaan.
b. profesionalisme.
c. tidak menerima segala bentuk pemberian sebagai imbalan
d.terdapat kegiatan meninggalkan tugas negara

Definisi korupsi menurut

Deklarasi Lima 1997

dan Deklarasi

Colombus 1994 adalah :


a. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
b. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan negara atau
perusahaan

lain

atau

suatu

korporasi,

menyalahgunakan

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena


jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.
c. Penyalahgunaan kewenangan dan sumber daya untuk kepentingan
negara.
d. Bekerja sama dengan pihak lain, baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama, untuk mengambil keuntungan dengan melakukan
perbuatan yang menyebabkan importir mengalami keuntungan.
6

Pada negara berkembang terdapat beberapa faktor tambahan yang


menyebabkan tindak korupsi dapat berkembang yaitu
a. sudah dipatuhinya kode etik dan prilaku dengan baik.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

60

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


b. tingginya tingkat toleransi terhadap korupsi
c. sudah memadai hukuman yang dijatuhkan.
d. tinggiya risiko yang ditanggung oleh pelaku.
7

Efek yang paling merusak dari korupsi adalah :


a. berkurangnya tingkat kerjasama antara Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai dengan pengguna jasa.
b. berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah.
c. rendahnya semangat kerja aparatur pemerintah (termasuk pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai).
d. berkurangnya kebocoran penerimaan negara.

Untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan citra instansi, maka


seluruh pegawai termasuk unsur pimpinan Bea dan Cukai harus :
a. bekerja dengan penuh loyalitas kepada pihak pengguna jasa.
b. memahami, melaksanakan dan menularkannya/ menyampaikan
kepada sesama pegawai mengenai berbagai pengetahuannya
korupsi.
c. melaksanakan pemberitahuan semua informasi penting pada pihak
pengguna jasa.
d. melaksanakan semua tugas dengan penuh perhatian, disiplin,
profesional dan dengan integritas tinggi.

Dalam impor barang ke Indonesia maka lembaga atau komunitas


yang tidak menanggung akibat KKN adalah ?
a. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
b. pemerintahan.
c. rakyat.
d. eksportir

10 Gratifikasi adalah:
a. pemberian hadiah.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

61

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


b. pemberian Penghargaan.
c. pemberian royalti
d. pemberian uang lelah

e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang


modul ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi yang baru
dipelajari.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah


dipelajari mencapai

91 %

s.d

100 %

Amat Baik

81 %

s.d.

90,00 %

Baik

71 %

s.d.

80,99 %

Cukup

61 %

s.d.

70,99 %

Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori Baik),


maka disarankan mengulangi materi.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

62

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

PENUTUP
Administrasi dilingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai rawan
terhadap praktek penyimpangan prosedur, korupsi dan sejenisnya. Oleh
sebab itu sesuai dengan amanat reformasi Departemen Keuangan dan
dilingkungan Direktorat Jenderal Bea Cukai sendiri perlu suatu pedoman
etika kerja yang berkaitan dengan bagaimana bekerja sesua norma dan
etika sehingga tujuan organisasi tercapai.
Tujuan Kode Etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
adalah meningkatkan disiplin pegawai, menjamin terpeliharanya tata tertib,
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas, menciptakan dan memelihara
kondisi kerja, menciptakan perilaku yang profesional dan meningkatkan
citra dan kinerja Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Menjadi pegawai pemerintah seyogyanya tidak menyimpang dari
prosedur kerja atau ketentuan tentang kode etik pegawai dan tidak
menerima hadiah yang berupa apapun yang patut diduga berkaitan
dengan tugas negara dan bertentangan dengan wewenang tersebut,
karena akan dikenakan sanksi baik ditinjau dari pelanggaran kode etik
maupun pasal-pasal pidana korupsi.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

63

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

TEST SUMATIF
Pilih satu jawaban yang paling tepat!
1

Tata kelola pemerintahan yang baik, adalah suatu proses dan struktur
yang digunakan untuk :
a.

mencari pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab dari

pendidikan.
b. meningkatkan keberhasilan pemerintahan dan akuntabilitas
c. memperbaiki tingkah laku yang baik dalam melayani masyarakat.
d. melayani pelanggan dengan pamrih.
2

Beberapa hal yang berkaitan dengan etika kerja diantaranya adalah :


a. profesional
b. kepegawaian
c. mutasi pegawai
d. pendidikan

Isu mengenai kebutuhan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai akan


pedoman perilaku kerja ....
a. tidak diperlukan
b. diperlukan sejak beberapa tahun yang lalu.
c. diperlukan sejak tahun 2007
d. diperlukan hanya untuk masa akan datang.

Integritas didefinisikan sebagai :


a. perilaku menuju kehidupan yang baik.
b. penghargaan dan hukuman bagi pegawai
c. kode etik pegawai dalam bentuk keputusan.
d. tingkah laku positif yang dapat mendukung perilaku jujur.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

64

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


5

Aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan moral merupakan


pedoman bagi pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaannya
dalam organisasi, adalah :
a. etika kerja.
b. integritas.
c. profesionalisme.
d. etika.

Etika membahas tentang


a. keindahan dan implikasinya pada kehidupan.
b. keadilan dan persamaan perlakuan.
c. perilaku menuju kehidupan yang baik.
d. penghargaan dan hukuman bagi pegawai.

Dalam bahasa sederhana etika adalah:


a. suatu cara berpikir dan bertindak yang baik
b. filsafat moral untuk bekerja
c. filsafat bagaimana manusia harus hidup
d. filsafat yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan

Bekerja secara profesional ditandai dengan memperlihatkan .


a. santai
b. sopan
c. alim
d. jujur

Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan dapat


diketahui

oleh

pihak-pihak

yang

mempunyai

otoritas

untuk

mengawasi, adalah pengertian dari etika kerja


a. bersih
b. transparan
c. profesional

DTSD Kepabeanan dan Cukai

65

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


d. sukses
Secara etimologis etika berasal dari bahasa yunani ethos berarti :
10 a. adat istiadat atau kebiasaan
b. kebudayaan tinggi
c. seni perilaku manusia
d. perilaku positif
11 Tujuan Kode Etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
adalah :
a. meningkatkan disiplin Pegawai.
b. menjamin terpeliharanya kelancaran arus barang.
c. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas peneriman pegawai
d. menjamin terpeliharanya mutasi pegawai.
12 Usaha pegawai maupun unit organisasi dapat melaksanakan tugas
dengan sukses yang dilandasi kaidah etika kerja. Makna pengertian
diatas diartikan sebagai
a. menjaga hati pelanggan.
b. menjaga integritas.
c. menjaga persahabatan.
d. menjaga kebersamaan.
13 Kode etik yang komprehensif di dalamnya harus berisikan tuntunan
perilaku yang sifatnya
a. praktis dan dimengerti
b. rumit dan berhasil guna.
c. sulit dimengerti dan sesuai waktu.
d. ilmiah dan bertanggung jawab.
14 Dalam rangka mewujudkan aparat pemerintah yang bersih dan
berwibawa, diperlukan ..
a. kerja tepat waktu.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

66

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


b. kerja tepat dana.
c. pelayanan prima pegawai.
d. standar etik dan standar perilaku pegawai.
15 Setiap Pegawai wajib bersikap tegas dan rasional dalam bertindak
dan berperilaku serta dalam membuat keputusan demi kepentingan
negara, pemerintah, dan organisasi. Secara singkat arti dari kalimat
diatas adalah
a. efektif.
b. efisien
c. tangguh
d. berani.
16 Setiap Pegawai wajib mendasarkan pada peraturan perundangundangan dalam
menjalankan tugas, wewenang, dan kebijakan organisasi. Pengertian
kalimat diatas berarti memenuhi ......
a. kepastian hukum
b. keterbukaan
c. unsur kesusilaa
d. kepentingan kedinasan.
17 Efisiensi, yaitu dalam melaksanakan tugas harus .
a. memperhatikan perintah kedinasan.
b. menciptakan dan memelihara suasana dan hubungan kerja.
c. mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab organisasi
d. memperhatikan dan mempergunakan waktu dan sumber daya
lainnya seoptimal mungkin dalam menyelesaikan tugas
18 Menerima pemberian, hadiah, dan atau imbalan dalam bentuk
apapun dari pihak manapun secara langsung maupun tidak langsung

DTSD Kepabeanan dan Cukai

67

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu
bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau
pekerjaan Pegawai yang bersangkutan. Persamaan arti kalimat diatas
yang paling pas adalah .
a. Korupsi.
b. Kolusi.
c. Nepotisme.
d. Gratifikasi.
19 Dengan

banyaknya

kasus korupsi, maka pemerintah telah

menetapkan undang-undang tentang ..............


a. pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme
b. pemberantasan tindak pidana korupsi.
c. pemberantasan tindak pidana korupsi .
d. pemberantasan korupsi beserta anteknya.
20 Topik permasalahan yang biasanya dilontarkan para pengguna jasa
kepabeanan kepada Direktorat Jenderal

bea dan Cukai adalah

masalah .
a. kepastian waktu pengeluaran barang
b. profesionalisme pemberantasan penyelunduan.
c. kelebihan penerimaan keuangan negara melalu Direktorat Jenderal
Bea
dan Cukai.
d. ketidakjelasan besarnya biaya pengurusan kepabeanan.
21 Korupsi dapat diibaratkan sebagai penyakit menular yang perlahanlahan dapat menggerogoti kesehatan penderitanya. Korupsi
a. mudah diberantas.
b. mudah diditeksi
c. mudah ditahan penyebarannya
d. mudah berjangkitnya

DTSD Kepabeanan dan Cukai

68

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

22 Salah satu cara untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan citra


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah
a. menyampaikan informasi kantor kepada pengguna jasa
b. melaksanakan peraturan dengan standarbiasa
c. melaksanakan semua tugas
d. bekerja dengan standar etika
23 Efek yang paling merusak dari korupsi adalah :
a. berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah.
b. berkurangnya kerjasama antara Direktorat Jenderal Bea dan CukaI
dengan instansi lainnya.
c. bertambahnya semangat kerja aparatur pemerintah.
d. Bertambahnya penerimaan negara.
24 Pada negara berkembang terdapat beberapa faktor tambahan yang
menyebabkan tindak korupsi dapat berkembang yaitu
a. tingginya tingkat toleransi terhadap korupsi
b. sudah dipatuhinya kode etik dan prilaku dengan baik.
c. rendahnya

law

enforcement

(penegakan

hukum)

yang

mengakibatkan rendahnya hukuman yang dijatuhkan.


d. rendahnya risiko yang ditanggung oleh pelaku.
25 Sanksi bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah itu janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan untuk tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang
betentangan dengan kewajibannya, dikenakan pidana....
a. penjara paling lama 1 (satu) tahun........
b. penjara paling lama 2 (dua) tahun........
c. penjara paling lama 3 (tiga) tahun........
d. penjara paling lama 4 (empat) tahun.......

DTSD Kepabeanan dan Cukai

69

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

DTSD Kepabeanan dan Cukai

70

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

KUNCI JAWABAN
(TEST FORMATIF DAN TEST SUMATIF)

Betul Salah

No. Tes

formatif

Tes formatif 2

Tes formatif 3

1
1

Pilihan Ganda
No. Tes

formatif

Tes formatif 2

Tes formatif 3

1
1

10

10 D

10

DTSD Kepabeanan dan Cukai

71

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

JAWABAN TEST SUMATIF

No. Tes sumatif


1

11

21 D

12

22 D

13

23 A

14

24 A

15

25 C

16

17

18

19

10

20

DTSD Kepabeanan dan Cukai

72

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

DAFTAR PUSTAKA
Ucok Sarimah. 2008. Etika Profesi Departemen Keuangan. Jakarta :
Sekolah Tinggi Akuntasi Negara, Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan, Departemen Keuangan.

Peter Salim dan Yenny Salim. 1995. Kamus Bahasa Indonesia


Kontemporer. Jakarta : Modern English Press.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Naskah, Integritas Pegawai,


Penataran Pemeriksaan Pabean Dalam Rangka Spot Check.

Komisi Ombudsman Nasional dan Departemen Keuangan. 2002. Nota


Kesepakatan Bersama. Jakarta.

Majlis

Permusyawaratan

Rakyat.

No.

XI/MPR/1998

Tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan


Nepotisme (KKN).

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi yang dirubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

73

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Pokok-pokok

Kepegawaian.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara


yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Karakteristik


Kepemerintahan yang Baik.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa


Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 /PM.4/2008


Tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Keputusan

Menteri

Pendayagunaan

Aparatur

Negara

Nomor:

63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan


Pelayanan Publik.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

74

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

DTSD Kepabeanan dan Cukai

75

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

LAMPIRAN
Teks lengkap Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang kemudian diperbarui
dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang berkaitan dengan penyuapan dan gratifikisasi .

a. Suap Menyuap (Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b, ayat (2), Pasal 6 ayat
(1) huruf a dan b, ayat (2), Pasal 11, Pasal 12 huruf a, b, c, dan d,
Pasal 13) yang isinya sebagai berikut :
Pasal 5
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang :
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawa negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau,
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 6
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

76

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang :
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud
untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili; atau
b. memberi atau memjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat
untuk

menghadiri

sidang

pengadilan

dengan

maksud

untuk

mempengaruhi nasihat atau pendapat yang diserahkan kepada


pengadilan untuk diadili.
(2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b,
dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1).
Pasal 11
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah
atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
Pasal 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun)
dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

DTSD Kepabeanan dan Cukai

77

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah itu janji
tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan untuk tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang betentangan dengan
kewajibannya;
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan
sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya;
c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
diduga

bahwa

hadiah

atau

janji

tersebut

diberikan

untuk

mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk


diadili;
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan,
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara yang
diserahkan kepada pengadilan untuk diadili;
Pasal 13
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri
degan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
diaggap, melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda
paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

b. Gratifikasi (Pasal 12B jo, dan Pasal 12C) yang isinya adalah sebagai
berikut :

DTSD Kepabeanan dan Cukai

78

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Pasal 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun) dan
pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 12B
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya
dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. yang nilanya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh tahun), dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Pasal 12C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12B ayat (1) tidak
berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukadn oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

79

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib
menetapkan gratifikasi dapat menjadi penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud

dalam

ayat

(2)

dan

penentuan

status

gratifikasi

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undang-undang


tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

DTSD Kepabeanan dan Cukai

80

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

Menunjuk Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea


dan Cukai Nomor : ST-415/PP.5/2009 tanggal 14 September 2009 tentang
pengembangan

dan

pelaksanaan

diklat

yang

meliputi

revisi

pengembangan / editing modul diklat pada Pusdiklat Bea dan Cukai pada
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2009,
maka kepada Saudara Mohamad Jafar, SE, Ssos telah ditugaskan
merevisi / mengembangkan / mengedit modul Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk Diklat Teknis Substantif Dasar
Kepabeanan dan Cukai di Pusdiklat Bea dan Cukai.
Terima kasih kami ucapkan kepada penyusun dan semua pihak
yang telah membantu penyelesaian materi modul tersebut.
Demikian

kata

pengantar

ini

dibuat

untuk

dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Jakarta,

Januari 2010

Kepala Pusat

Endang Tata
NIP 195208171975101001

DTSD Kepabeanan dan Cukai

81

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Halaman
i

......................................................................................
DAFTAR ISI

Ii

....................................................................................................
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...

iv

PETA KONSEP MODUL .

MODUL
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
A. Pendahuluan

1 Deskripsi Singkat ...................................................

2 Prasyarat Kompetensi ...................................................

1
3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasasr ....................................

2
4 Relevansi Modul .......... .....

2
B. KEGIATAN BELAJAR ........................................................................

1 Kegiatan Belajar (KB) 1 ...................................................

Tusi DJBC dan Unit Eselon II KPU DJBC


Indikator

1.1 Uraian dan contoh ........................................................................

A. Tugas dan Fungsi DJBC .............

B. Tugas dan Fungsi Eselon II pada Kantor Pusat DJBC..........

6
1.2 Latihan 1 ......

17

1.3 Rangkuman ..

17

1.4 Tes Formatif 1 .

18

DTSD Kepabeanan dan Cukai

82

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


1.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut .....................

22

2 Kegiatan Belajar (KB) 2 ...................................................

23

TUSI KANWIL DAN KPU BC


Indikator

23

2.1 Uraian dan contoh .......................................................................

23

A. Kantor Wilayah ....

23

B. Kantor Pelayanan Utama.................................

26

2.2 Latihan 2 ......

29

2.3 Rangkuman .

29

2.4 Tes Formatif 2 .

30

2.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut .....................

33

3 Kegiatan Belajar (KB) 3 ...................................................

34

TUSI KPP BC, PANGSAROP, DAN BPIB


Indikator

34

3.1 Uraian dan contoh ........................................................................

34

A. Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPP BC) .....

34

B. Pangkalan Sarana Operasi (Pangsarop) ..

39

C. BPIB ........

41

3.2 Latihan 3 ......

42

3.3 Rangkuman .

43

3.4 Tes Formatif 3 .

43

3.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut .....................

47

PENUTUP

48

..
TES SUMATIF

49

............................................................
KUNCI JAWABAN ( TES FORMATIF DAN TES SUMATIF )

55

DAFTAR PUSTAKA

56

.
LAMPIRAN

DTSD Kepabeanan dan Cukai

83

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


......................................................................................................

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


Modul ini disusun untuk Diklat Teknis Substantif Dasar (DTSD)
Kepabeanan dan Cukai yang akan disampaikan dalam enam jam
pelatihan (8 JP). Dalam upaya memperoleh hasil belajar yang optimal
pada mata diklat Organisasi dan Tata Kerja DJBC, kami sarankan agar
Anda membaca terlebih dahulu peta konsep yang terlampir pada modul
ini. Pemahaman pada peta konsep yang telah tersedia akan membimbing
Anda untuk mempelajari materi-materi pada modul ini sehingga dapat
memudahkan Anda mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Perlu Anda ketahui bahwa mengingat begitu banyaknya rincian
tugas dan fungsi pada struktur organisasi DJBC tingkat Pusat maupun
pada Kanwil, KPU, dan KPP BC, sementara waktu pembelajaran yang
demikian singkat (6 JP), maka tidak seluruh tugas, fungsi dan struktur
organisasi tersebut dapat ditampilkan dalam modul ini. Anda dapat
mengetahui secara lebih terperinci pada hal-hal yang belum dibahas
dengan merujuk pada daftar pustaka terlampir.
Untuk mengetahui sejauhmana penguasaan Anda pada modul ini,
pada tiap-tiap selesai kegiatan belajar telah tersedia tes formatif dan pada
akhir modul ini telah tersedia tes sumatif sebagai sarana untuk mengukur
hasil belajar Anda secara mandiri. Demi mencapai tujuan hasil
pembelajaran yang optimal pada peserta diklat, para Widyaiswara dengan
tangan terbuka siap untuk membantu Anda baik di kelas maupun di luar
kelas untuk memahami materi-materi yang tersaji dalam modul ini.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

84

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

PETA KONSEP
ORGANISASI DAN
TATA KERJA DJBC

A. PENDAHULUAN
1. DESKRIPSI SINGKAT

Tugas dan Fungsi


Kanwil dan KPU
Modul ini berisi uraian tentang tugas dan
fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)
beserta organisasi vertikal pada DJBC yang meliputi
eselon II Kantor Pusat

DJBC, Kantor Wilayah

DJBC, Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai,

Tugas dan Fungsi


Tugas dan Fungsi
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai, Pangkalan Sarana Operasi
KPPBC, Pangsarop,
DJBC dan Eselon II
Bea dan Cukai, dan Balai Pengujian dan Identifikasi Barang.
dan BPIB
Kantor Pusat
Modul ini terbagai kedalam lima kegiatan belajar (KB), dimana selain tugas
dan fungsi unit-unit organisasi pada DJBC sebagaimana terinci diatas, agar
peserta lebih lengkap dalam memahami tugas dan fungsi DJBC, pada setiap KB
di modul ini juga dilengkapi dengan struktur organisasi pada masing-masing unit
organisasi dimaksud.
Modul ini tidak menyajikan keseluruhan isi dari organisasi dan tata kerja
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, oleh karena itu untuk menambah wawasan
dan pengetahuan setelah selesai diklat para peserta diklat diharapkan agar
membaca

dan

mempelajari

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor:

100/PMK.01/2008 tentang organisasi dan tata kerja Departemen Keuangan


(khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai) dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor : 74/PMK.01/2009 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

85

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


2. PRASYARAT KOMPETENSI

Peserta yang akan ditunjuk untuk mengikuti Diklat Teknis Substantif Dasar
adalah pegawai dengan pangkat minimal II.b. Para pegawai yang akan mengikuti
diklat ini juga harus sehat jasmani dan rohani serta memiliki motivasi yang tinggi
untuk mengikuti diklat dari awal hingga akhir.

3. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

3.1 Standar kompetensi.

Standar Kompetensi merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar


sepanjang hayat yang diperoleh melalui pengalaman belajar. Standar
kompetensi untuk para peserta setelah mempelajari modul ini adalah
diharapkan mampu menjelaskan organisasi dan tata kerja Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, sehingga dapat membantu dan memperlancar
pelaksanaan tugas pada masing-masing unit kerja peserta diklat.
3.2 Kompetensi Dasar.

Kompetensi dasar adalah tujuan yang ingin dicapai setelah mempelajari


modul yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Kompetensi
dasar yang diharapkan setelah membaca modul ini peserta mampu :
a. menjelaskan tugas, fungsi dan susunan organisasi Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai, dan unit eselon II Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai,
b. menjelaskan tugas, fungsi dan susunan organisasi Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
c. menjelaskan tugas, fungsi dan susunan organisasi Kantor Pelayanan
Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
d. menjelaskan tugas, fungsi dan susunan organisasi Kantor Pengawasan
dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
e. menjelaskan tugas, fungsi dan susunan organisasi Pangkalan Sarana
Operasi Bea dan Cukai,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

86

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


f.

menjelaskan tugas, fungsi dan susunan organisasi Balai Pengujian dan


Identifikasi Barang.

4. RELEVANSI MODUL

Memahami

tugas

dan

fungsi

suatu

organisasi

merupakan

suatu

keniscayaan bagi setiap anggota organisasi, tidak terkecuali bagi insan Bea dan
Cukai yang bekerja pada posisi apapun di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC), baik sebagai pimpinan maupun sebagai pelaksana. Pemahaman
tentang tugas dan fungsi akan memberikan gambaran ruang lingkup kerja yang
harus dilaksanakan sesuai dengan amanah yang telah diberikan oleh Pemerintah
melalui induk organisasi yaitu Departemen Keuangan.
Selain hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi, pegawai juga mesti
memahami struktur organisasi yang ditetapkan sebagai pelaksana tugas dan
fungsi tersebut. Pemahaman tentang struktur organisasi merupakan hal yang
sangat penting bagi seluruh pegawai karena struktur organisasi pada dasarnya
adalah sarana untuk pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dengan memahami tugas dan fungsi beserta struktur organisasinya
masing-masing, pegawai akan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
ruang lingkup kerjanya serta sebagai pedoman untuk pelaksanaan koordinasi
antar unit dalam organisasi.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

87

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

B. KEGIATAN BELAJAR

1. Kegiatan Belajar (KB) 1

TUSI DJBC DAN UNIT ESELON II


KP DJBC
Indikator keberhasilan :
1. Mampu menjelaskan tugas dan fungsi DJBC.
2. Mampu menjelaskan tugas dan fungsi unit eselon II KP DJBC.
1. Mampu menjelaskan struktur organisasi KP DJBC.
1.1

Uraian dan Contoh

A. Tugas dan Fungsi DJBC

Dalam setiap unit organisasi pemerintahan, tugas dan fungsi merupakan


bagian tidak terpisahkan dari keberadaan unit organisasi tersebut. Penetapan
tugas dan fungsi atas suatu unit kerja organisasi merupakan hal yang penting
karena menjadi landasan hukum unit organisasi tersebut dalam beraktifitas
sekaligus sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan tugas dan koordinasi pada
tataran aplikasi di lapangan.
Untuk memahami tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC), ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu tugas dan fungsi Departemen
Keuangan sebagai induk organisasi DJBC. Tugas Departemen Keuangan
mempunyai adalah membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian
tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

88

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Dalam

pelaksanaan

tugas

tersebut,

Departemen

Keuangan

menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis
di bidang keuangan dan kekayaan negara,
b. pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan
negara,
c. pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara yang menjadi tanggung
jawabnya,
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang keuangan dan kekayaan
negara,
e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang
keuangan dan kekayaan negara kepada Presiden.

Nah, sekarang marilah kita belajar apa tugas dan fungsi DJBC. Sebagai
unit organisasi yang berada di bawah Departemen Keuangan tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah ditentukan secara jelas dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Keuangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut tugas DJBC adalah merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kepabeanan
dan cukai sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Nah, dalam rangka pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan DJBC
menyelenggarakan fungsi-fungsi yang meliputi :
a. penyiapan

perumusan

kebijakan

Departemen

Keuangan

di

bidang

kepabeanan dan cukai,


b. pelaksanaan kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai,
c. perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang
kepabeanan dan cukai,
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kepabeanan dan cukai,
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

Selain tugas dan fungsi yang telah dirumuskan dalam Peraturan Menteri
Keuangan tersebut, pada tataran global telah menjadi suatu konvensi

DTSD Kepabeanan dan Cukai

89

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


(kesepakatan Internasional) bahwasanya Bea dan Cukai (Customs) memiliki
peran-peran sebagai berikut :
1. Fasilitator Perdagangan (Trade Facilitator).
2. Mendukung Industri Dalam Negeri (Industrial Assistance).
3. Penghimpunan Penerimaan (Revenue Collector).
4. Pelindung Masyarakat (Community Protector).

Selanjutnya, setelah belajar tugas dan fungsi DJBC Anda akan belajar
tugas dan eselon II pada Kantor Pusat DJBC beserta struktur inti pada masingmasing eselon II tersebut. Nah agar Anda memiliki pemahaman yang baik
tentang eksistensi DJBC, perhatikan keterkaitan antara tugas dan fungsi DJBC
dan dengan peran-peran Customs yang berlaku secara universal.

B. Tugas dan Fungsi Eselon II pada Kantor Pusat DJBC

Dalam tataran praktis, tugas dan fungsi DJBC tentu saja dibreakdown
pada struktur DJBC utamanya yang berada di Kantor Pusat DJBC. Susunan
organisasi tingkat eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
terdiri dari :
1. Sekretariat Direktorat Jenderal
2. Direktorat Teknis Kepabeanan
3. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
4. Direktorat Cukai
5. Direktorat Penindakan dan Penyidikan
6. Direktorat Audit
7. Direktorat Kepabeanan Internasional
8. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
9. Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai

Setelah Anda mengetahui struktur eselon II pada Kantor Pusat, sekarang


saatnya kita pelajari tiap-tiap struktur tersebut secara lebih terperinci.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

90

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


1) Sekretariat Direktorat Jenderal

Tugas Sekretariat Direktorat Jenderal pada KP DJBC adalah memberikan


pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan
Direktorat Jenderal.

Dalam

melaksanakan tugas

tersebut,

Sekretariat

Direktorat

Jenderal

menyelenggarakan fungsi :
a. koordinasi kegiatan Direktorat Jenderal,
b. penyelenggaraan pengelolaan urusan organisasi dan ketatalaksanaan,
kepegawaian dan keuangan, dan pembinaan jabatan fungsional pada
Direktorat Jenderal,
c. koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan
akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal,
d. evaluasi kinerja seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal,
e. koordinasi dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat
pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat,
f.

pelaksanaan tata usaha, kearsipan, dan dokumentasi Direktorat Jenderal,

g. pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan Direktorat Jenderal.

Struktur Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari 5 (lima) Bagian dan


Kelompok Jabatan Fungsional yang terinci sebagai berikut :
a. Bagian Organisasi dan Tata Laksana
b. Bagian Kepegawaian
c. Bagian Keuangan
d. Bagian Perlengkapan
e. Bagian Umum
f.

Kelompok Jabatan Fungsional

2) Direktorat Teknis Kepabeanan

Direktorat Teknis Kepabeanan mempunyai tugas menyiapkan perumusan


kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan di
bidang impor dan ekspor, identifikasi dan klasifikasi barang, tarif bea masuk

DTSD Kepabeanan dan Cukai

91

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


dan nilai pabean, serta pelaksanaan identifikasi dan klasifikasi barang, tarif
bea masuk dan nilai pabean.

Dalam

melaksanakan

tugas

tersebut,

Direktorat

Teknis

Kepabeanan

menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, dan evaluasi pelaksanaan di bidang impor dan ekspor,
b. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang identifikasi dan klasifikasi
barang, dan tarif bea masuk,
c. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang nilai pabean, profil komoditi,
dan data harga,
d. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Struktur Direktorat Teknis Kepabeanan terdiri dari 3 (tiga) Sub Direktorat,


Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional yang terinci
sebagai berikut :
a. Subdirektorat Impor dan Ekspor
b. Subdirektorat Klasifikasi Barang
c. Subdirektorat Nilai Pabean
d. Subbagian Tata Usaha
e. Kelompok Jabatan Fungsional

3) Direktorat Fasilitas Kepabeanan

Direktorat Fasilitas Kepabeanan mempunyai tugas menyiapkan perumusan


kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi pelaksanaan di
bidang pembebasan atau keringanan bea masuk, tempat penimbunan berikat
dan kemudahan impor tujuan ekspor, serta pelaksanaan pemberian perijinan
dan fasilitas di bidang tempat penimbunan berikat, dan pelaksanaan
pembebasan atau keringanan bea masuk.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

92

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Fasilitas Kepabeanan
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang pembebasan atau keringanan
bea masuk,
b. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan fasilitas kepabeanan di bidang
pertambangan,
c. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi pelaksanaan di bidang kemudahan impor tujuan ekspor
dan tempat penimbunan berikat, serta pelaksanaan pemberian perijinan
dan fasilitas di bidang tempat penimbunan berikat,
d. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Struktur Direktorat Fasilitas Kepabeanan adalah sebagai berikut :


a. Subdirektorat Pembebasan
b. Subdirektorat Fasilitas Pertambangan
c. Subdirektorat Kemudahan Impor Tujuan Ekspor dan Tempat Penimbunan
Berikat
d. Subbagian Tata Usaha
e. Kelompok Jabatan Fungsional
4) Direktorat Cukai

Direktorat Cukai mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan,


standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan di bidang
cukai, pelaksanaan pemberian fasilitas di bidang cukai serta urusan pita cukai
dan tanda pelunasan cukai lainnya.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Cukai menyelenggarakan


fungsi :
a. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, dan evaluasi pelaksanaan di bidang cukai hasil tembakau,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

93

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


b. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, dan evaluasi pelaksanaan di bidang aneka cukai,
c. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan pengkajian tarif cukai, harga dasar,
produksi, ekspor, impor, perkembangan harga pasar dalam rangka
intensifikasi cukai, penambahan dan pengurangan jenis Barang Kena
Cukai,
d. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, dan evaluasi pelaksanaan di bidang pita cukai dan tanda
pelunasan cukai lainnya,
e. pelaksanaan pemberian fasilitas di bidang cukai,
f.

pelaksanaan urusan penyediaan, penyimpanan, pendistribusian dan


pengembalian pita cukai dan tanda pelunasan cukai lainnya,

g. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Struktur Direktorat Cukai terdiri dari :


a. Subdirektorat Cukai Hasil Tembakau
b. Subdirektorat Aneka Cukai
c. Subdirektorat Pita Cukai dan Tanda Pelunasan Cukai lainnya
d. Subbagian Tata Usaha
e. Kelompok Jabatan Fungsional
5) Direktorat Penindakan Dan Penyidikan

Direktorat Penindakan dan Penyidikan mempunyai tugas menyiapkan


perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi dan
pelaksanaan

intelijen,

penindakan

pelanggaran

peraturan

perundang-

undangan, dan penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Penindakan dan Penyidikan


menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan intelijen dalam rangka pencegahan
pelanggaran peraturan perundangundangan kepabeanan dan cukai,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

94

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


b. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan patroli dan operasi dalam rangka
pencegahan

dan

penindakan

pelanggaran

peraturan

perundang-

undangan kepabeanan dan cukai,


c. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan penyidikan tindak pidana kepabeanan
dan cukai,
d. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan intelijen, patroli dan operasi dalam
rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang kepabeanan yang berkaitan dengan narkotika dan
psikotropika,
e. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan penyediaan dan pemeliharaan sarana
operasi,
f.

pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Struktur Direktorat Penindakan dan Penyidikan terdiri dari :


a. Subdirektorat Intelijen
b. Subdirektorat Penindakan
c. Subdirektorat Narkotika
d. Subdirektorat Penyidikan
e. Subdirektorat Sarana Operasi
f.

Subbagian Tata Usaha

g. Kelompok Jabatan Fungsional


6) Direktorat Audit

Direktorat Audit mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan,


standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan audit di bidang
kepabeanan dan cukai.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Audit menyelenggarakan


fungsi :

DTSD Kepabeanan dan Cukai

95

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


a. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis,

evaluasi

dan

pelaksanaan

di

bidang

perencanaan

audit

kepabeanan dan cukai,


b. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan audit di bidang kepabeanan dan cukai,
c. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, dan evaluasi hasil pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai,
d. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Struktur Direktorat Audit terdiri dari :


a. Subdirektorat Perencanaan Audit
b. Subdirektorat Pelaksanaan Audit
c. Subdirektorat Evaluasi Audit
d. Subbagian Tata Usaha
e. Kelompok Jabatan Fungsional

7) Direktorat Kepabeanan Internasional

Direktorat

Kepabeanan

Internasional

mempunyai

tugas

menyiapkan

perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi dan


pelaksanaan kerja sama internasional di bidang kepabeanan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Kepabeanan Internasional


menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan kerja sama multilateral di bidang
kepabeanan,
b. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan kerja sama bilateral di bidang
kepabeanan,
c. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan kerja sama regional di bidang
kepabeanan,
d. pelaksanaan kerja sama teknis internasional di bidang kepabeanan,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

96

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


e. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Struktur Direktorat Kepabeanan Internasional terdiri dari :


a. Subdirektorat Kerja Sama Multilateral
b. Subdirektorat Kerja Sama Bilateral
c. Subdirektorat Kerja Sama Regional
d. Subbagian Tata Usaha
e. Kelompok Jabatan Fungsional
8) Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai (PPKC)

Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai mempunyai


tugas menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis,
dan evaluasi pelaksanaan di bidang penerimaan, bantuan hukum, penelahaan
dan publikasi peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai,
hubungan masyarakat, penyuluhan dan publikasi, keberatan dan banding,
serta pelaksanaan bantuan hukum, hubungan masyarakat, penyuluhan,
publikasi,

penelitian

atas

keberatan

terhadap

penetapan

di

bidang

kepabeanan dan cukai, dan urusan banding.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat PPKC menyelenggarakan


fungsi :
a. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, dan evaluasi pelaksanaan di bidang pelaporan penerimaan,
penagihan serta pengembalian atas pungutan bea masuk, cukai, dan
pungutan negara lainnya yang dipungut Direktorat Jenderal,
b. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang penelaahan, evaluasi dan
rekomendasi penyempurnaan rancangan dan/atau pelaksanaan kebijakan
dan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai,
c. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan pemberian bantuan hukum di bidang
kepabeanan dan cukai,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

97

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


d. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang hubungan media, penyuluhan
dan layanan informasi, publikasi dan dokumentasi kepabeanan dan cukai,
e. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap
penetapan di bidang kepabeanan dan cukai, dan urusan banding,
f.

pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Struktur Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai terdiri


dari :
a. Subdirektorat Penerimaan
b. Subdirektorat Peraturan dan Bantuan Hukum
c. Subdirektorat Hubungan Masyarakat dan Penyuluhan
d. Subdirektorat Keberatan dan Banding
e. Subbagian Tata Usaha
f.

Kelompok Jabatan Fungsional

9) Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai (IKC)

Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai mempunyai tugas menyiapkan


perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi dan
pelaksanaan

di

bidang

manajemen

risiko,

registrasi

kepabeanan,

pengembangan teknologi informasi, otomasi sistem dan prosedur, pengolahan


data serta pelaporan kepabeanan dan cukai.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Informasi Kepabeanan dan


Cukai menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis,

evaluasi

dan

pelaksanaan

di

bidang

manajemen

risiko

kepabeanan dan cukai,


b. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang registrasi kepabeanan,
c. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan pengembangan teknologi informasi

DTSD Kepabeanan dan Cukai

98

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


dalam rangka otomasi sistem dan prosedur kepabeanan, cukai, dan
administrasi lainnya,
d. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis,

evaluasi

pemeliharaan,

dan

pelaksanaan

pengendalian

dan

perencanaan,

pengoperasian

penyediaan,

sarana

otomasi

Direktorat Jenderal;
e. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan pengolahan data kepabeanan dan cukai
dalam rangka pelayanan informasi dan pelaporan kepabeanan dan cukai;
f.

pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Struktur Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai terdiri dari :


a. Subdirektorat Manajemen Risiko
b. Subdirektorat Registrasi Kepabeanan
c. Subdirektorat Otomasi Sistem dan Prosedur
d. Subdirektorat Pengembangan Sistem dan Sarana Otomasi
e. Subdirektorat Pengelolaan Data dan Pelayanan Informasi
f.

Subbagian Tata Usaha

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Mengingat terbatasnya waktu pembelajaran, maka Sub-Sub Bagian atau


Seksi-Seksi pada tiap-tiap Bagian dan Sub Direktorat yang ada pada
Sekretariat/Direktorat tidak dirinci lebih lanjut. Anda dapat memperoleh rincian
Sub-Sub Bagian atau SeksiSeksi tersebut pada Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 100/PMK.01/2008.
10) PUSAT KEPATUHAN INTERNAL

Perlu Anda ketahui bahwa pada Kantor Pusat DJBC terdapat Pusat
Kepatuhan Internal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri dan yang karena sifat tugasnya secara teknis operasional dan
administratif bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Dasar Hukum pembentukan Pusat Kepatuhan Internal adalah Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009 tentang Perubahan Kedua atas

DTSD Kepabeanan dan Cukai

99

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


PMK

Nomor

100/PMK.01/2008

tentang

Organisasi

dan

Tata

Kerja

Departemen Keuangan.

Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai mempunyai tugas


menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan
evaluasi pelaksanaan kepatuhan pelaksanaan tugas, evaluasi kinerja, analisis
dan tindak lanjut kepatuhan internal, serta pelaksanaan pengawasan
kepatuhan internal, pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas
dan penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan akuntabilitas
kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan


dan Cukai menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi
pelaksanaan kepatuhan pelaksanaan tugas,
b. perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi
pelaksanaan evaluasi kinerja,
c. perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi
pelaksanaan analisis dan tindak lanjut kepatuhan internal,
d. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas seluruh unsur di lingkungan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
e. evaluasi kinerja seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai,
f.

penelitian, pemeriksaan, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak


lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan masyarakat,

g. investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran disiplin


pegawai,
h. pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas,
i.

koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan


akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,

j.

pelaksanaan urusan tata usaha Pusat.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

100

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Untuk menjalankan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan, dibuatlah struktur
Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai yang dipimpin oleh Kepala
tingkat eselon II dengan struktur pendukung yang terdiri dari:
a. Bidang Penegakan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas
b. Bidang Evaluasi Kinerja
c. Bidang Analisis dan Tindak Lanjut Kepatuhan Internal
d. Subbagian Tata Usaha
e. Kelompok Jabatan Fungsional
1.2

Latihan 1

Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini, coba
kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1. Apakah tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?
2. Apakah tugas Direktorat Teknis Kepabeanan?
3. Sebutkan dua dari enam fungsi yang diselenggarakan Direktorat
Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai?
4. Sebutkan tiga dari lima subdirektorat yang ada pada Direktorat
Informasi Kepabeanan dan Cukai?
5. Sebutkan tiga dari lima subdirektorat yang ada pada Direktorat
Penindakan dan Penyidikan?
1.3

Rangkuman

1. Tugas dan fungsi merupakan bagian tidak terpisahkan dari keberadaan


suatu unit organisasi. Tugas DJBC adalah merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kepabeanan
dan cukai sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Tugas dan fungsi DJBC secara praktis diselenggarakan oleh struktur
organisasi tingkat eselon II pada Kantor Pusat DJBC yaitu Sekretariat
Direktorat Jenderal, Direktorat Teknis Kepabeanan, Direktorat Fasilitas
Kepabeanan, Direktorat Cukai, Direktorat Penindakan dan Penyidikan,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

101

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Direktorat Audit, Direktorat Kepabeanan Internasional, Direktorat
Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Informasi
Kepabeanan dan Cukai.
3. Terdapat Pusat Kepatuhan Internal yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri, dimana karena sifat tugasnya
secara teknis operasional dan administratif bertanggungjawab kepada
Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

1.4

Tes Formatif

Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 1 ini, coba Anda kerjakan
tes formatif berikut ini, dengan cara berikan tanda silang (X) pada jawaban
yang Anda anggap benar.

1. Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di


bidang kepabeanan dan cukai adalah
a. fungsi DJBC
b. tugas DJBC
c. peran DJBC
d. wewenang DJBC
2. Yang tidak termasuk fungsi DJBC adalah
a. penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang
kepabeanan dan cukai,
b. pelaksanaan kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai,
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang keuangan dan
kekayaan negara,
d. perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di
bidang kepabeanan dan cukai.
3. Menyelenggarakan koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana
strategik, dan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal adalah
tugas
a. Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai
b. Direktorat Audit
c. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai

DTSD Kepabeanan dan Cukai

102

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


d. Sekretariat Direktorat Jenderal
4. Struktur Sekretariat Direktorat Jenderal teridiri dari
a. 5 Bagian
b. 5 Sub Direktorat
c. 4 Bagian
d. 4 Sub Direktorat
5. Melaksanakan penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi
dan bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang nilai pabean,
profil komoditi, dan data harga adalah tugas
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
b. Direktorat Teknis Kepabeanan
c. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
d. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
6. Menyiapkan

penyusunan

rumusan

kebijakan,

standardisasi

dan

bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang pembebasan


atau keringanan bea masuk adalah fungsi
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
b. Direktorat Teknis Kepabeanan
c. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
a. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
7. Pelaksanaan pemberian fasilitas di bidang cukai adalah fungsi
a. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
b. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
c. Direktorat Teknis Kepabeanan
d. Direktorat Cukai
8. Penyiapan

penyusunan

rumusan

kebijakan,

standardisasi

dan

bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan, pemeliharaan sarana


operasi adalah fungsi
a. Direktorat Penindakan dan Penyidikan
b. Sekretariat Direktorat Jenderal
c. Direktorat Teknis Kepabeanan
d. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
9. Yang tidak termasuk struktur Direktorat Penindakan dan Penyidikan
adalah

DTSD Kepabeanan dan Cukai

103

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


a. Subdirektorat Narkotika
b. Subdirektorat Impor dan Ekspor
c. Subdirektorat Penyidikan
d. Subdirektorat Sarana Operasi
10. Penyiapan

penyusunan

rumusan

kebijakan,

standardisasi

dan

bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan kerja sama multilateral di


bidang kepabeanan Adalah fungsi
a. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
b. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
c. Direktorat Kepabeanan Internasional
d. Direktorat Teknis Kepabeanan
11. Penyiapan

penyusunan

rumusan

kebijakan,

standardisasi

dan

bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan pemberian bantuan hukum


di bidang kepabeanan dan cukai adalah fungsi ...
a. Direktorat Penindakan dan Penyidikan
b. Sekretariat Direktorat Jenderal
c. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
d. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
12. Yang

termasuk

struktur

Direktorat

Penerimaan

dan

Peraturan

Kepabeanan dan Cukai adalah


a. Subdirektorat Keberatan dan Banding
b. Subdirektorat Registrasi Kepabeanan
c. Subdirektorat Otomasi Sistem dan Prosedur
d. Subdirektorat Pengelolaan Data dan Pelayanan Informasi
13. Melaksanakan

penyiapan

penyusunan

rumusan

kebijakan,

standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan di


bidang manajemen risiko kepabeanan dan cukai adalah fungsi
a. Direktorat Penindakan dan Penyidikan
b. Direktorat Informasi Kepabeanan
c. Direktorat Teknis Kepabeanan
d. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
14. Yang tidak termasuk struktur organisasi pada Direktorat Informasi
Kepabeanan adalah
a. Subdirektorat Otomasi Sistem dan Prosedur

DTSD Kepabeanan dan Cukai

104

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


b. Subdirektorat Pengembangan Sistem dan Sarana Otomasi
c. Subdirektorat Impor dan Ekpor
d. Subdirektorat Pengelolaan Data dan Pelayanan Informasi
15. Manakah pernyataan berikut ini yang benar
a. Karena sifat tugasnya, secara administratif dan operasional Pusat
Kepatuhan Internal bertanggungjawab kepada Direktur Penindakan
dan Penyidikan
b. Karena sifat tugasnya, secara administratif dan operasional Pusat
Kepatuhan Internal bertanggungjawab kepada Menteri Keuangan
c. Karena sifat tugasnya, secara administratif dan operasional Pusat
Kepatuhan Internal bertanggungjawab kepada Sekretaris Direktorat
Jenderal
d. Karena sifat tugasnya, secara administratif dan operasional Pusat
Kepatuhan Internal bertanggungjawab kepada Dirjen Bea dan Cukai

DTSD Kepabeanan dan Cukai

105

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


1.5

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah
disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan
belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi
hasil belajar yang telah terinci sebagaimana rumus dibawah ini.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang


sudah dipelajari mencapai:

91 %

s.d

100 %

Sangat Baik

81 %

s.d.

90,00 %

Baik

71 %

s.d.

80,99 %

Cukup

61 %

s.d.

70,99 %

Kurang

0%

s.d.

60 %

Sangat Kurang

Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda
telah menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk
selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

106

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


2. Kegiatan Belajar (KB) 2

TUSI KANWIL DAN KPU BC


Indikator keberhasilan :
2. Mampu menjelaskan tugas dan fungsi Kantor Wilayah.
3. Mampu menjelaskan struktur organisasi Kantor Wilayah.
4. Mampu menjelaskan tugas dan fungsi KPU.
5. Mampu menjelaskan struktur organisasi KPU.
2.1

Uraian dan Contoh

A. KANTOR WILAYAH

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang selanjutnya dalam
peraturan ini disebut Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Bea dan Cukai. Selain Kantor Wilayah instansi-instansi yang secara
vertikal merupakan bagian dari struktur DJBC adalah Kantor Pelayanan Utama
(KPU), Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPPBC), Kantor Banti Pelayanan
Bea dan Cukia, dan Pos Pengawasan Bea dan Cukai.
Berdasarkan PMK 74/PMK.01/2009, pada saat ini terdapat 16 (enam
belas) Kantor Wilayah DJBC yang tersebar di seluruh Indonesia, 2 (dua) Kantor
Pelayanan Utama, 113 (seratus tiga belas) Kantor Pengawasan dan Pelayanan,
93 (sembilan puluh tiga) Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai, serta 650
(enam ratus lima puluh) Pos Pengawasan Bea dan Cukai.
Enam belas Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud pada Peraturan
Menteri diatas meliputi :
1) Kanwil Nangro Aceh Darussalam
2) Kanwil Sumatera Utara
3) Kanwil Riau dan Sumatera Barat
4) Kanwil Khusus Kepulauan Riau
5) Kanwil Sumatera Bagian Selatan
6) Kanwil Banten

DTSD Kepabeanan dan Cukai

107

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


7) Kanwil Jakarta
8) Kanwil Jawa Barat
9) Kanwil Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
10) Kanwil Jawa Timur I
11) Kanwil Jawa Timur II
12) Kanwil Bali, NTB, dan NTT
13) Kanwil Kalimantan Bagian Barat
14) Kanwil Kalimantan Bagian Timur
15) Kanwil Sulawesi
16) Kanwil Maluku, Papau, dan Papua Barat

Pada kegiatan belajar ini kita hanya membahas tugas dan fungsi serta
struktur

organisasi

Kantor

Wilayah.

Kantor

Wilayah

mempunyai

tugas

melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi, dan


pelaksanaan tugas di bidang kepabeanan dan cukai dalam wilayah kerjanya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kantor Wilayah menyelenggarakan
fungsi :
a. pengendalian dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan
kepabeanan dan cukai,
b. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis, pengawasan teknis,

dan

penyelesaian masalah di bidang kepabeanan dan cukai atas unit-unit


operasional di wilayah kerjanya,
c. pengendalian, evaluasi, dan pelaksanaan pemberian perijinan dan fasilitas di
bidang kepabeanan dan cukai,
d. pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang
kepabeanan dan cukai,
e. pengendalian, evaluasi, pengkoordinasian, dan pelaksanaan intelijen di
bidang kepabeanan dan cukai,
f.

pengendalian, evaluasi, pengkoordinasian, dan pelaksanaan patroli dan


operasi

pencegahan

pelanggaran

peraturan

perundang-undangan,

penindakan, dan penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai,


g. pengendalian dan pemantauan tindak lanjut hasil penindakan dan
penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

108

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


h. perencanaan dan pelaksanaan audit serta evaluasi hasil audit di bidang
kepabeanan dan cukai,
i.

pengkoordinasian dan pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi


dan laporan di bidang kepabeanan dan cukai,

j.

pengendalian, pengelolaan, dan pemeliharaan sarana operasi dan senjata


api Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,

k. pengkoordinasian dan pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas, dan


evaluasi kinerja,
l.

pelaksanaan administrasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan


Cukai.

Susunan organisasi Kantor Wilayah terdiri dari :


a. Bagian Umum dan Kepatuhan Internal,
b. Bidang Kepabeanan dan Cukai,
c. Bidang Fasilitas Kepabeanan,
d. Bidang Penindakan dan Penyidikan,
e. Bidang Audit,
f.

Kelompok Jabatan Fungsional.

Selain Kantor Wilayah sebagaimana yang telah dirinci di atas, terdapat


Kantor Wilayah Khusus dengan pertimbangan kondisi geografis dan karakteristik
pengawasan yang spesifik. Kantor Wilayah itu adalah Kantor Wilayah Khusus
Kepulauan Riau. Nah tentu secara struktur organisasi Kantor Wilayah Khusus
memiliki perbedaan dengan Kantor Wilayah umumnya.
Secara tugas dan fungsi, Kantor Wilayah Khusus tidak berbeda dengan
Kantor Wilayah, namun secara struktur organisasi terdapat sedikit perbedaan,
dengan penekanan pada kegiatan pengawasan dan operasi. Pada saat ini
Kantor Wilayah Khusus hanya terdapat pada 1 (satu) lokasi yaitu Kantor Wilayah
Khusus Kepulauan Riau.
Susunan Organisasi Kantor Wilayah Khusus Kepulauan Riau terdiri dari :
a. Bagian Umum dan Kepatuhan Internal,
b. Bidang Kepabeanan dan Cukai,
c. Bidang Penindakan dan Sarana Operasi,
d. Bidang Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

109

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


e. Bidang Audit,
f.

Kelompok Jabatan Fungsional.

B. KANTOR PELAYANAN UTAMA

Kantor Pelayanan Utama (KPU BC) dibentuk sebagai wujud reformasi


birokrasi pada DJBC yang merupakan kantor percontohan untuk peningkatan
kinerja dan citra. Tujuan dibentuknya KPU secara lebih luas adalah untuk
mewujudkan pelayanan yang cepat, efisien, pasti, responsif dan transparan serta
untuk meminimalkan biaya pemenuhan kewajiban kepabeanan dan cukai
(compliance cost).
Sebagai unit kerja dibawah di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, tugas dan fungsi KPU telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan
sebagaimana

telah

diatur

dalam

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

74/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat


Jenderal Bea dan Cukai.
Didalam peraturan tersebut disebutkan bahwa Kantor Pelayanan Utama
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan pengawasan, penelitian atas
keberatan serta audit di bidang kepabeanan dan cukai dalam daerah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan uraian diatas, tugas KPU lebih luas dibandingkan dengan
tugas Kantor Pelayanan ataupun Kantor Wilayah. Dengan adanya tugas ini maka
keberatan yang diajukan pengusaha relatif lebih cepat mendapat keputusan bila
dibandingkan dengan proses keberatan yang dimohonkan melalui Kantor
Wilayah karena Kepala KPU berwenang untuk memberikan keputusan atas
keberatan tersebut, sedangkan keberatan yang melalui Kantor Wilayah yang
berwenang memberikan keputusan adalah Direktur Jenderal.
Dalam rangka pelaksanaan tersebut, KPU menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut :
a. pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai,
b. pelaksanaan pelayanan perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan dan
cukai,
c. pelaksanaan pemberian bimbingan kepatuhan, konsultasi dan layanan
informasi di bidang kepabeanan dan cukai,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

110

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


d. pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, cukai dan
pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal,
e. pelaksanaan intelijen, patroli, penindakan dan penyidikan di bidang
kepabeanan dan cukai,
f. pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang
kepabeanan dan cukai dan penyiapan administrasi urusan banding,
g. perencanaan dan pelaksanaan audit serta evaluasi hasil audit di bidang
kepabeanan dan cukai,
h. penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian dokumen
kepabeanan dan cukai,
i. pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi dan laporan kepabeanan
dan cukai,
j. pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi dan
senjata api Kantor Pelayanan Utama,
k. pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja,
l. pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Utama.

Penetapan fungsi-fungsi tersebut membawa konsekuensi logis pada


penyesuaian struktur pada KPU yang lebih spesifik dibanding Kantor
Pengawasan dan Kantor Wilayah. Bidang baru yang dibentuk untuk mendukung
tugas dan fungsi KPU adalah bidang bimbingan Kepatuhan dan Layanan
Informasi, bidang Fasilitas Pelayanan Pabean dan Cukai serta bidang Kepatuhan
Internal, sebagaimana yang telah kita pelajari pada struktur organisasi KPU.
KPU adalah Kantor Pelayanan yang dipimpin oleh Pejabat eselon II yang
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 terdiri dari
dua Tipe, yaitu Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A dan Kantor
Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B. Penetapan suatu kantor pelayanan
menjadi KPU didasarkan pada beban kerja yang relatif besar serta posisi kantor
yang sangat strategis sebagai pembentuk citra organisasi.
Saat ini DJBC baru memiliki satu KPU Tipe A yaitu KPU Tipe A Tanjung
Priok. Demikian juga dengan KPU Tipe B, saat ini baru terdapat satu KPU Tipe B
yaitu KPU Tipe B Batam. Ditetapkannya KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok
sebagai KPU dengan Tipe A tentu sangat beralasan karena sesungguhnya KPU
Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok merupakan gabungan dari Kantor Wilayah

DTSD Kepabeanan dan Cukai

111

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Jakarta I dan tiga kantor pelayanan yaitu Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
Tanjung Priok I, Tanjung Priok II, dan Tanjung Priok III. KPU Tipe A Tanjung
Priok diresmikan pada tanggal 1 Juli 2007.
Agar Anda dapat memahami organisasi KPU, berikut ini rincian struktur
organisasi KPU baik KPU Tipe A maupun KPU Tipe B. Struktur organisasi KPU
Tipe A terdiri dari :
a. Bagian Umum
b. Bidang Perbendaharaan dan Keberatan
c. Bidang Pelayanan Pabean dan Cukai
d. Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai
e. Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi
f.

Bidang Penindakan dan Penyidikan

g. Bidang Audit
h. Bidang Kepatuhan Internal
i.

Kelompok Jabatan Fungsional


Setelah Anda mengetahui struktur KPU Tipe A, berikut ini struktur

organisasi KPU Tipe B :


a. Bagian Umum
b. Bidang Perbendaharaan dan Keberatan
c. Bidang Pelayanan dan Fasilitas Pabean dan Cukai
d. Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi
e. Bidang Penindakan dan Penyidikan
f.

Bidang Audit

g. Bidang Kepatuhan Internal


h. Kelompok Jabatan Fungsional
Sebagaimana KPU Tipe A yang dipimpin oleh Pejabat eselon II, KPU Tipe
B juga dikepalai oleh Pejabat eselon II. Perbedaan KPU Tipe A dan Tipe B pada
struktur organisasi adalah pada KPU Tipe A Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean
dan Cukai terpisah dengan Bidang Pelayanan Pabean dan Cukai, sedangkan
pada KPU Tipe B Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai digabung
dengan Bidang Pelayanan Pabean dan Cukai.
Perlu Saudara ketahui bahwa bila dibandingkan dengan struktur organisasi
pada Kantor Wilayah atapun pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan, struktur
KPU relatif lebih gemuk sebagai konsekuensi tugas dan fungsinya yang lebih

DTSD Kepabeanan dan Cukai

112

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


besar dibanding Kantor-Kantor DJBC yang lain. Hal ini terjadi karena adanya
beberapa bidang baru yang dibentuk pada KPU sementara pada Kantor Wilayah
tidak ada. Sebagai contoh pada KPU terdapat bidang Kepatuhan Internal,
sedangkan pada Kantor Wilayah unit Kepatuhan Internal menjadi satu dengan
Bagian Umum. Struktur lainnya yang tidak terdapat pada Kantor Wilayah
sementara pada KPU dibuat secara khusus adalah Bidang Bimbingan Kepatuhan
dan Layanan Informasi.

2.2

Latihan

Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 2 ini, coba
kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1. Apakah tugas Kantor Wilayah DJBC?
2. Sebutkan tiga dari lima Bidang yang ada pada Kantor Wilayah DJBC?
3. Sebutkan salah satu perbedaan struktur Kantor Wilayah dengan Kantor
Wilayah Khusus DJBC?
4. Apakah tugas KPU BC?
5. Sebutkan tiga bidang yang ada pada KPU Tipe A?
2.3

Rangkuman

1. Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, bimbingan


teknis, pengendalian, evaluasi, dan pelaksanaan tugas di bidang
kepabeanan dan cukai. Terdapat dua tipe Kantor Wilayah, yaitu Kantor
Wilayah dan Kantor Wilayah Khusus (Kepulauan Riau).
2. Tugas KPU BC adalah melaksanakan pelayanan dan pengawasan,
penelitian atas keberatan serta audit di bidang kepabeanan dan cukai.
Fungsi KPU pada prinsipnya adalah menyelenggarakan pelayanan dan
pengawasan sesuai dengan ruang lingkup tugasnya. Fungsi KPU
sejatinya tidak begitu berbeda dengan Kantor Pengawasan dan
Pelayanan (KPP BC) pada umumnya, namun dengan tambahasan
fungsi di bidang keberatan dan audit.
3. KPU dibentuk dalam dua tipe yaitu KPU Tipe A dan KPU Tipe B. Pada
KPU dimungkinkan terdapat Kantor Bantu yang bertugas melaksanakan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

113

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


urusan kepabeanan dan cukai berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Kepala KPU dan Pos Pengawasan yang berfungsi untuk kegiatan
pengamatan dan pengawasan lalu lintas barang impor, ekspor dan
Barang Kena Cukai.

2.4

Tes Formatif

Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 1 ini, coba Anda kerjakan
tes formatif berikut ini, dengan cara berikan tanda silang (X) pada jawaban
yang Anda anggap benar.
1. Yang tidak termasuk ruang lingkup tugas Kantor wilayah adalah
a. pelaksanaan koordinasi di bidang kepabeanan dan cukai
b. pemberian bimbingan teknis di bidang kepabeanan dan cukai
c. pemberian pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai
d. pengendalian

dan

evaluasi

pelaksanaan

tugas

di

bidang

kepabeanan dan cukai


2. Yang termasuk fungsi Kantor Wilayah adalah
a. pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di
bidang kepabeanan dan cukai dan penyiapan administrasi urusan
banding
b. pemberian keputusan atas keberatan terhadap penetapan di bidang
kepabeanan dan cukai
c. pemberian keputusan atas keberatan terhadap penetapan di bidang
kepabeanan dan cukai dan penyiapan urusan banding
d. pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di
bidang kepabeanan dan cukai
3. Kantor Wilayah Khusus berada di
a. Kepulauan Riau
b. Jakarta
c. Nangro Aceh Darussalam
d. Maluku, Papua dan Papua Barat
4. Yang tidak termasuk struktur organisasi pada Kantor Wilayah adalah
a. Bidang Kepabeanan dan Cukai

DTSD Kepabeanan dan Cukai

114

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


b. Bidang Perbendaharaan dan Keberatan
c. Bidang Fasilitas Kepabeanan
d. Bidang Audit
5. Salah satu bidang yang ada pada struktur KPU tetapi tidak ada pada
struktur Kantor Wilayah adalah
a. Bidang Penindakan dan Penyidikan
b. Bidang Audit
c. Bidang Kepatuhan Internal
d. Bidang Pelayanan Fasilitas Kepabeanan dan Cukai
6. Melaksanakan pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai
dalam daerah wewenangnya, penelitian atas keberatan serta audit
merupakan
a. Tugas Kantor Wilayah
b. Fungsi Kantor Wilayah
c. Fungsi KPU
d. Tugas KPU
7. Yang bukan fungsi KPU adalah
a. pengkoordinasian dan pelaksanaan pengolahan data, penyajian
informasi dan laporan di bidang kepabeanan dan cukai
b. pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai,
c. pelaksanaan pelayanan perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan
dan cukai,
d. pelaksanaan pemberian bimbingan kepatuhan, konsultasi dan
layanan informasi di bidang kepabeanan dan cukai
8. Di bawah ini merupakan bagian struktur organisasi KPU kecuali
a. Bidang Perbendaharaan dan Keberatan
b. Bidang Penindakan dan Sarana Operasi
c. Bidang Pelayanan Pabean dan Cukai
d. Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai
9. Struktur Bidang Kepatuhan Internal terdapat pada
a. KPU Tipe A
b. Kantor Wilayah
c. Kantor Wilayah Khusus
d. Kantor Pelayanan dan Pengawasan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

115

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


10.KPU Tipe B terdapat di
a. Tanjung Balai Karimun
b. Batam
c. Jakarta
d. Surabaya
11.Bidang yang tidak terdapat pada Kantor Wilayah adalah
a. Bagian Umum
b. Bidang Penindakan dan Penyidikan
c. Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi
d. Bidang Audit
12.Bidang yang tidak terdapat pada Kantor Wilayah khusus adalah
a. Bagian Umum dan Kepatuhan Internal
b. Bidang Audit
c. Bidang Kepabeanan dan Cukai
d. Bidang Pelayanan Fasilitas
13.Bidang Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan terdapat pada
a. Kantor Wilayah Khusus
b. Kantor Wilayah
c. KPU Tipe A
a. KPU Tipe B
14.Fungsi Kantor Wilayah meliputi aspek-aspek berikut ini kecuali
a. Perencanaan
b. Pelayanan
c. Koordinasi
d. Evaluasi
15.Struktur dibawah ini terdapat pada Kantor Wilayah kecuali
a. Bagian Umum
b. Bidang Penindakan dan Penyidikan
c. Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi
d. Bidang Audit

DTSD Kepabeanan dan Cukai

116

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


2.5

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah
disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan
belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi
hasil belajar yang telah terinci dibawah rumus.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang


sudah dipelajari mencapai:

91 %

s.d

100 %

Sangat Baik

81 %

s.d.

90,00 %

Baik

71 %

s.d.

80,99 %

Cukup

61 %

s.d.

70,99 %

Kurang

0%

s.d.

60 %

Sangat Kurang

Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda
telah menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk
selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

117

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


3. Kegiatan Belajar (KB) 3

TUSI KPP BC, PANGSAROP DAN


BPIB
Indikator keberhasilan :
1.
2.
3.
4.

3.1

Mampu menjelaskan tugas dan fungsi KPP BC.


Mampu menjelaskan struktur organisasi KPP BC.
Mampu menjelaskan tugas, fungsi dan struktur Pangsarop.
Mampu menjelaskan tugas, fungsi dan struktur BPIB.

Uraian dan Contoh

A. KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN (KPP BC)

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPP BC) adalah
instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah. Sesuai dengan PMK
74/PMK.01/2009 saat ini terdapat 113 Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPP
BC) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam sejarah pembentukannya, KPP BC pernah disebut sebagai Kantor
Inspeksi, kemudian berganti nama menjadi Kantor Pelayanan dan saat ini
menjadi Kantor Pengawasan dan Pelayanan. Pada prinsipnya nama-nama
Kantor tersebut menunjukkan penekanan dari tugas dan fungsi yang
diembannya. Pada saat nama kantor adalah Kantor Inspeksi maka fungsi
pengawasan merupakan hal yang mendominasi aktifitas Bea dan Cukai di kantor
tersebut, sementara fungsi pelayanan kurang mendapat porsi yang memadai.
Selanjutnya karena adanya tuntutan dari Pemerintah dan masyarakat agar
DJBC lebih memberikan prioritas pada aspek pelayanan maka nama kantor
berubah menjadi Kantor Pelayanan (KPBC).

Menyadari bahwa pada hakekatnya fungsi Bea dan Cukai inspector


(pengawas, pemeriksa) maka untuk menyeimbangkan dengan fungsi pelayanan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

118

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


yang semakin meningkat, maka nama kantor diubah kembali dari Kantor
Pelayanan (KPBC) menjadi Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPP BC). Bila
Anda cermati nama kantor tersebut, maka pengawasan lebih didahulukan dari
pelayanan, mengandung makna itulah core Bea dan Cukai yakni sebagai
inspector atas pemasukan dan/atau pengeluaran barang dari dan/atau kedalam
daerah pabean. Nah, bagaimana dengan KPU BC? Pada KPU BC unsur nama
dalam kantor tersebut belum muncul pengawasan sebagaimana pada KPP BC.
Perlukah KPU BC juga disesuaikan dengan KPP BC menjadi KPPU BC? Coba
diskusikan hal ini dengan rekan-rekan di kelas Anda.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai dalam daerah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tersebut, KPP BC menyelenggarakan fungsi :
a. pelaksanaan intelijen, patroli, penindakan, dan penyidikan di bidang
kepabeanan dan cukai,
b. pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi, dan
senjata api,
c. pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai,
d. pelaksanaan pemberian perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan dan
cukai,
e. pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, bea keluar,
cukai, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat jenderal,
f.

penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian dokumen


kepabeanan dan cukai,

g. pelaksanaan

pengolahan

data,

penyajian

informasi,

dan

laporan

kepabeanan dan cukai,


h. pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja,
i.

pelaksanaan administrasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan


Cukai
Bila pada KPU kita mengenal dua tipe yaitu Tipe A dan Tipe B, maka pada

Kantor Pengawasan dan Pelayanan terdapat enam tipe, yaitu:


a. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean,
b. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Cukai,
c. Kantor Pengawasan dan. Pelayanan Bea dan. Cukai Tipe Al,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

119

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


d. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A2,
e. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3,
f.

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe B.


Perlu Anda ketahui bahwasanya KPP BC Tipe Madya Pabean, Tipe Madya

Cukai, Tipe Al, Tipe A2, Tipe A3 dan Tipe B dapat membawahi Kantor Bantu
Pelayanan Bea dan Cukai dan/atau Pos Pengawasan Bea dan Cukai.

Struktur Organisasi KPP BC

1. Struktur Organisasi KPP BC Tipe Madya Pabean terdiri dari :


a. Subbagian Umum,
b. Seksi Penindakan dan Penyidikan,
c.

Seksi Administrasi Manifest,

d. Seksi Perbendaharaan,
e. Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai,
f.

Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi,

g. Seksi Kepatuhan Internal,


h. Seksi Dukungan Teknis dan. Distribusi Dokumen,
i.

Kelompok Jabatan Fungsional.

2. Struktur Organisasi KPP BC Tipe Madya Cukai terdiri dari :


a.

Subbagian Umum,

b.

Seksi Intelijen dan Penindakan,

c.

Seksi penyidikan dan Barang Hasil Penindakan,

d.

Seksi Perbendaharaan,

e.

Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai,

f.

Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi,

g.

Seksi Kepatuhan Internal,

h.

Kelompok Jabatan Fungsional.

Secara umum struktur organisasi KPPBC Madya Pabean sama dengan


KPPBC Madya Cukai, namun ada beberapa perbedaan. Bila pada KPPBC
Madya Pabean terdapat struktur berupa seksi administrasi manifes, namun pada

DTSD Kepabeanan dan Cukai

120

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


KPPBC Madya Cukai seksi tersebut tidak ada. Struktur yang ada adalah seksi
penindakan dan barang hasil penindakan.

3. Struktur Organisasi KPP BC Tipe A1 terdiri dari :


a.

Subbagian Umum,

b.

Seksi penindakan dan penyidikan,

c.

Seksi Perbendaharaan,

d.

Seksi Kepabeanan dan Cukai,

e.

Seksi Tempat Penimbunan,

f.

Seksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen,

g.

Kelompok Jabatan Fungsional.

4. Struktur Organisasi KPP BC Tipe A2 terdiri dari :


a.

Subbagian Umum,

b.

Seksi Penindakan dan Penyidikan,

c.

Seksi Perbendaharaan,

d.

Seksi Kepabeanan dan Cukai,

e.

Seksi Tempat Penimbunan,

f.

Seksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen,

g.

Kelompok Jabatan Fungsional.

5. Struktur Organisasi KPP BC Tipe A3 terdiri dari :


a.

Subbagian Umum,

b.

Seksi Penindakan dan Penyidikan,

c.

Seksi Perbendaharaan,

d.

Seksi Kepabeanan dan Cukai,

e.

Seksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen,

f.

Kelompok Jabatan Fungsional.

Terdapat persamaan antara KPP BC Tipe Madya Pabean, KPP BC Tipe


Madya Tipe Cukai, dan KPP BC Tipe A1, A2, dan A3, yaitu Kepala Kantor dijabat
tingkat eselon III. Namun terdapat beberapa perbedaan diantara kantor-kantor
tersebut.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

121

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Pada KPPBC Tipe Madya baik Pabean maupun Cukai terdapat seksi
penyuluhan dan layanan informasi dan seksi kepatuhan internal yang berdiri
sendiri, namun KPPBC non madya tidak memiliki kedua seksi tersebut. Pada
KPPBC non madya fungsi kepatuhan internal diselenggarakan oleh Bagian
Umum.

6. Struktur Organisasi KPP BC Tipe B terdiri dari :


a.

Urusan Umum,

b.

Subseksi Penindakan dan Penyidikan,

c.

Subseksi Perbendaharaan dan Pelayanan,

d.

Kelompok Jabatan Fungsional.

Berbeda dengan KPP BC yang lainnya yang dipimpin Pejabat eselon III,
KPP BC Tipe B dikepalai oleh Pejabat eselon IV, dengan dibantu oleh Pejabat
eselon V dan tentu saja para pelaksana, dan dimungkinkan adanya Jabatan
Fungsional bilamana dibutuhkan oleh organisasi.
Kantor Bantu

Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai adalah unit organisasi non
struktural yang merupakan tempat pelaksanaan sebagian tugas pelayanan
kepabeanan dan cukai yang berada di lingkungan Kantor Pelayanan Utama atau
Kantor Pengawasan dan Pelayanan.
Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai mempunyai tugas melaksanakan
urusan kepabeanan dan cukai berdasarkan pelimpahan wewenang dari Kepala
Kantor Pelayanan Utama atau Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan.
Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai terdiri dari sejumlah pegawai dari Kantor
Pelayanan Utama atau Kantor Pengawasan dan Pelayanan dan dipimpin oleh
seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Utama atau Kepala
Kantor Pengawasan dan Pelayanan.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

122

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


Pos Pengawasan

Pos Pengawasan Bea dan Cukai adalah unit organisasi non-struktural yang
merupakan tempat kegiatan pengamatan dan pengawasan lalu lintas barang
impor, ekspor dan Barang Kena Cukai yang berada di lingkungan kantor
pelayanan utama atau kantor pengawasan dan pelayanan.

Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan


sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang
terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

B. PANGKALAN SARANA OPERASI (PANGSAROP)

Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai (Pangsarop BC) adalah unit
pelaksana teknis Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di bidang pengelolaan
sarana patroli dan operasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Pangkalan Sarana Operasi
Bea dan Cukai secara teknis fungsional dibina oleh Direktur Penindakan dan
Penyidikan, sedangkan secara administratif dibina oleh Kantor Wilayah.
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai dipimpin oleh seorang Kepala.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
448/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai,

pangkalan Sarana Operasi

mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pengoperasian sarana operasi


Bea dan Cukai dalam menunjang patroli dan operasi pencegahan dan
penindakan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pangkalan Sarana Operasi Bea dan
Cukai menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana strategik dan program,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

123

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


b. Penyiapan dan pengoperasian sarana operasi,
c. Pemeliharaan dan perawatan sarana operasi dan sarana penunjang,
d. Pelayanan pengiriman dan penerimaan berita serta pemantauan hubungan
antar stasiun radio,
e. Pelaksanaan administrasi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai.
Berdasarkan PMK Nomor 65/PMK.01/2009 tentang Perubahan atas KMK
Nomor 448/KMK.01/2001, saat ini terdapat empat Pangkalan Sarana Operasi
Bea dan Cukai, yaitu :
1. PSO Tipe A Tanjung Balai Karimun
2. PSO Tipe B Batam
3. PSO Tipe B Tanjung Priok
4. PSO Tipe B Pantoloan
Sebelum terbitnya PMK Nomor 65/PMK.01/2009, Pangkalan Sarana
Operasi yang ditetapkan hanya tiga yaitu PSO Tanjung Balai Karimun, Tanjung
Priok, dan Pantoloan. Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri tersebut maka
PSO Batam secara resmi dibentuk, sehingga PSO menjadi empat dengan dua
klasifikasi yaitu tipe A dan tipe B.
Dari keempat PSO yang dibentuk, yang bertipe A hanyalah PSO Tanjung
Balai Karimun, sedangkan yang lain bertipe B. Penetapan Tanjung Balai Karimun
berklasifikasi A tentu dengan pertimbangan begitu tingginya arus lalu lintas
sarana angkutan laut di sepanjang wilayah pengawasan Riau dan sekitarnya
serta tingginya intensitas pelanggaran kepabeanan di wilayah tersebut.
Pada aspek tugas dan fungsi, tidak terdapat perbedaan antara Pangsarop
Tipe A dan Tipe B, namun pada struktur organisasi kedua Tipe tersebut terdapat
beberapa perbedaan. Agar Anda dapat membedakan struktur organisasi kedua
tipe tersebut berikut ini rincian struktur Pangsarop sebagaimana diatur dalam
PMK Nomor 65/PMK.01/2009.
Struktur Organisasi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe A,
terdiri dari :
a. Subbagian Umum,
b. Seksi Nautika,
c. Seksi Teknik dan Pemeliharaan Kapal,
d. Seksi Telekomunikasi,
e. Seksi Penginderaan,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

124

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


f.

Kelompok Jabatan Fungsional.


Struktur Organisasi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe B,

terdiri dari :
a. Subbagian Umum,
b. Seksi Nautika,
c. Seksi Teknik dan Pemeliharaan Kapal,
d. Seksi Telekomunikasi dan Elektronika,
e. Kelompok Jabatan Fungsional.

C. BALAI PENGUJIAN DAN IDENTIFIKASI BARANG (BPIB)

Balai Pengujian dan Identifikasi Barang adalah unit pelaksana teknis


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di bidang pengujian dan identifikasi barang
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Jenderal Bea dan Cukai. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang secara teknis
fungsional dibina oleh Direktur Teknis Kepabeanan. Balai Pengujian dan
Identifikasi Barang dipimpin oleh seorang Kepala tingkat eselon III.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
489/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengujian dan
Identifikasi Barang, BPIB mempunyai tugas melaksanakan pengujian laboratoris
dan identifikasi barang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Balai Pengujian
dan Identifikasi Barang menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana strategik dan program serta evaluasi pelaksanaan
pengujian,
b. laboratoris dan identifikasi barang,
c. Pelaksanaan pengujian laboratoris dan atau pelaksanaan pengujian ulang
laboratoris dan identifikasi barang,
d. Pelayanan pengujian laboratoris dan identifikasi barang,
e. Penelitian, pengembangan, dan evaluasi metode pengujian dan identifikasi
barang,
f.

Penyiapan bahan penyusunan standardisasi dan pembakuan metode


pengujian dan identifikasi barang,

DTSD Kepabeanan dan Cukai

125

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


g. Pemeliharaan dan perawatan sarana laboratorium,
h. Pelaksanaan administrasi Balai Pengujian dan Identifikasi barang.
Balai Pengujian dan Identifikasi Barang terdiri dari 2 (dua) tipe, yaitu Balai
Pengujian dan Identifikasi Barang Tipe A dan Balai Pengujian dan Identifikasi
Barang Tipe B.

Struktur Organisasi

BPIB Tipe A dan BPIB Tipe B keduanya dipimpin oleh Pejabat eselon III.
Selengkapnya Struktur Organisasi BPIB Tipe A, terdiri dari :
a. Subbagian Umum,
b. Seksi Program dan Evaluasi,
c. Seksi Pelayanan Teknis,
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
Struktur Organisasi BPIB Tipe B tidak berbeda jauh dengan BPIB Tipe A,
yaitu terdiri dari :
a. Subbagian Umum,
b. Seksi Pelayanan Teknis,
c. Kelompok Jabatan Fungsional.
3.2

Latihan 3

Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 4 ini, coba
kerjakan latihan-latihan berikut ini.

1. Sebutkan tugas KPP BC?


2. Sebutkan dua fungsi pada aspek pelayanan yang diselenggarakan KPP
BC?
3. Sebutkan fungsi KPP BC pada aspek pengawasan?
4. Sebutkan tipe-tipe KPP BC?
5. Sebutkan tugas Kantor Bantu?

DTSD Kepabeanan dan Cukai

126

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


3.3

Rangkuman

1. Tugas KPP BC adalah melaksanakan pengawasan dan pelayanan


kepabeanan dan cukai dalam daerah wewenangnya. Fungsi KPP BC
adalah menyelenggarakan pelayanan dan pengawasan sesuai dengan
ruang lingkup tugasnya, serta pelaksanaan administrasi kantor beserta
evaluasi pelalaksanaan tugas. Terdapat enam tipe KPP BC yaitu Tipe
Madya Pabean, Madya Cukai, A1, A2, A3, dan B.
2. Pada KPU dimungkinkan terdapat Kantor Bantu yang bertugas
melaksanakan urusan kepabeanan dan cukai berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Kepala KPP BC dan Pos Pengawasan yang berfungsi
untuk kegiatan pengamatan dan pengawasan lalu lintas barang impor,
ekspor dan Barang Kena Cukai.
3. Tugas

Pangsarop

adalah

melaksanakan

pengelolaan

dan

pengoperasian sarana operasi Bea dan Cukai dalam menunjang patroli


dan operasi pencegahan dan penindakan di bidang kepabeanan dan
cukai. BPIB memiliki tugas untuk melaksanakan pengujian laboratoris
dan identifikasi barang. Keduanya, baik Pangsarop maupun BPIB dapat
dibedakan kedalam dua tipe yaitu Tipe A dan Tipe B sesuai dengan
beban kerja masing-masing.
3.4

Tes Formatif

Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 1 ini, coba Anda kerjakan
tes formatif berikut dengan cara berikan tanda silang (X) pada jawaban
yang benar.

1. Sesuai dengan PMK 74/PMK.01/2009 klasifikasi Kantor Pengawasan


dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPP BC) dibagi menjadi
a. 3 Tipe
b. 4 Tipe
c. 5 Tipe
d. 6 Tipe

DTSD Kepabeanan dan Cukai

127

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


2. Melaksanakan pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai
dalam daerah wewenangnya merupakan
a. Tugas KPP BC
b. Fungsi KPP BC
c. Wewenang KPP BC
d. Peran KPP BC
3. Yang tidak termasuk fungsi KPP BC adalah
a. pelaksanaan

pemberian

perijinan

dan

fasilitas

di

bidang

kepabeanan dan cukai


b. pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di
bidang kepabeanan dan cukai
c. pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, bea
keluar, cukai, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh
Direktorat jenderal
d. penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian
dokumen kepabeanan dan cukai
4. Yang termasuk fungsi KPP BC adalah
a. Penyusunan rencana strategik dan program
b. Penyiapan dan pengoperasian sarana operasi
c. Pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan
kepabeanan dan cukai
d. Pemeliharaan dan perawatan sarana operasi dan sarana penunjang
5. Kantor Bantu secara organisasional berada dibawah
a. Kantor Wilayah
b. Pangsarop
c. BPIB
d. KPP BC Tipe B
6. Yang termasuk fungsi Pangkalan Sarana Operasi (Pangsarop) adalah

a. pelayanan pengiriman dan penerimaan berita serta pemantauan


hubungan antar stasiun radio
b. pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai
c. pelaksanaan

pemberian

perijinan

dan

fasilitas

di

bidang

kepabeanan dan cukai

DTSD Kepabeanan dan Cukai

128

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


d. pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan
kepabeanan dan cukai
7. Seksi Kepatuhan Internal terdapat pada
a. KPP BC Tipe A1
b. KPP BC Tipe Madya
c. Pangsarop
d. BPIB
8. Melaksanakan pengujian laboratoris barang adalah tugas
a. KPP BC Tipe A1
b. KPP BC Tipe Madya
c. BPIB
d. Pangsarop
9. Indikator-indikator kinerja yang tampak pada RKT adalah hal-hal
dibawah ini kecuali .
a. Input
b. output
c. proses
d. impact (dampak)
10.Yang tidak terdapat pada struktur KPP BC Tipe B adalah
a.

Urusan Umum

b.

Subseksi Penindakan dan Penyidikan

c.

Subseksi Perbendaharaan dan Pelayanan

d.

Subseksi Kepabeanan dan Cukai

11.Struktur organisasi DJBC yang secara teknis fungsional dibina oleh


Direktur Penindakan dan Penyidikan dan secara administratif dibina oleh
Kanwil adalah
a. Pangsarop
b. Kantor Bantu
c. BPIB
a. KPP BC
12.Melaksanakan urusan kepabeanan dan cukai berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Kepala KPU atau KPP BC adalah tugas
a. Pos Pengawasan
b. Kantor Bantu

DTSD Kepabeanan dan Cukai

129

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


c. Pos Bantu Pengawasan
d. Kantor Bantu Pengawasan
13.Yang bukan termasuk struktur organisasi pada Pangsarop adalah
a. Seksi Nautika
b. Seksi Teknik dan Pemeliharaan Kapal
c. Seksi Program dan Evaluasi
d. Seksi Telekomunikasi
14.Tempat yang digunakan untuk kegiatan pengamatan dan pengawasan
lalu lintas barang impor, ekspor dan Barang Kena Cukai yang berada di
lingkungan KPU atau KPP BC disebut dengan
a. Kantor Bantu Pengawasan
b. Kantor Bantu
c. Pos Bantu Pengawasan
d. Pos Pengawasan
15.Yang tidak terdapat pada KPP BC Tipe A adalah
a.

Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi

b.

Seksi Perbendaharaan

c.

Seksi Kepabeanan dan Cukai

d.

Seksi Tempat Penimbunan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

130

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


3.5

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah
disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan
belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi
hasil belajar yang telah terinci dibawah rumus.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang


sudah dipelajari mencapai:

91 %

s.d

100 %

Sangat Baik

81 %

s.d.

90,00 %

Baik

71 %

s.d.

80,99 %

Cukup

61 %

s.d.

70,99 %

Kurang

0%

s.d.

60 %

Sangat Kurang

Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda
telah menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk selanjutnya
Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

131

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

PENUTUP
Pegawai DJBC yang profesional dan berintegritas tinggi merupakan
dambaan Pemerintah dan masyarakat. Profesionalisme dapat dicapai dengan
mengoptimalkan

pendidikan

dan

pelatihan

yang

berkelanjutan

serta

meningkatkan pengetahuan dalam berbagai aspek untuk pelaksanaan tugas.


Dengan membaca modul Tugas dan Fungsi DJBC ini diharapkan pembaca
mendapatkan gambaran yang utuh tentang organisasi dan tatakerja yang berlaku
pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pengetahuan pegawai atas tugas,
fungsi beserta struktur organisasi dimana dia beraktifitas akan mendukung para
pegawai dalam koordinasi antar struktur dan dalam pelaksanaan tugas.
Akhirnya semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Diklat
Teknis Substantif Dasar dan umumnya bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai di seluruh Indonesia.
Tingkatkan kompetensi dan integritas. Jadilah yang terdepan dalam
peningkatan kinerja dan citra. Semoga rahmat Tuhan Yang Maha Esa selalu
menyertai kita semua.

DTSD Kepabeanan dan Cukai

132

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

TES SUMATIF
Setelah Anda belajar keseluruhan modul tata laksana KPU dan KPPBC Madya
ini, selanjutnya untuk menguji hasil belajar Anda pada, coba Anda kerjakan tes
sumatif berikut ini, dengan cara berikan tanda silang (X) pada jawaban yang
Anda anggap benar.

1.

Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di


bidang kepabeanan dan cukai adalah
a. fungsi DJBC
b. wewenang DJBC
c. peran DJBC
d. tugas DJBC

2.

Menyelenggarakan koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik,


dan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal adalah tugas
a. Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai
b. Direktorat Audit
c. Sekretariat Direktorat Jenderal
d. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai

3.

Melaksanakan penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan


bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang nilai pabean, profil
komoditi, dan data harga adalah tugas
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
b. Direktorat Teknis Kepabeanan
c. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
d. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai

4.

Menyiapkan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang pembebasan atau keringanan
bea masuk adalah fungsi
a. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
b. Sekretariat Direktorat Jenderal
c. Direktorat Teknis Kepabeanan
b. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai

DTSD Kepabeanan dan Cukai

133

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


5.

Penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis, evaluasi dan pelaksanaan penyediaan dan pemeliharaan sarana
operasi adalah fungsi
a. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
b. Sekretariat Direktorat Jenderal
c. Direktorat Teknis Kepabeanan
d. Direktorat Penindakan dan Penyidikan

6.

Penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis, evaluasi dan pelaksanaan kerja sama multilateral di bidang
kepabeanan adalah fungsi
a. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
b. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
c. Direktorat Kepabeanan Internasional
d. Direktorat Teknis Kepabeanan

7.

Penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis, evaluasi dan pelaksanaan pemberian bantuan hukum di bidang
kepabeanan dan cukai adalah fungsi ...
a. Direktorat Penindakan dan Penyidikan
b. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
c. Sekretariat Direktorat Jenderal
d. Direktorat Fasilitas Kepabeanan

8.

Melaksanakan penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan


bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang manajemen risiko
kepabeanan dan cukai adalah fungsi
a. Direktorat Informasi Kepabeanan
b. Direktorat Penindakan dan Penyidikan
c. Direktorat Teknis Kepabeanan
d. Direktorat Fasilitas Kepabeanan

9.

Manakah pernyataan berikut ini yang benar


a. Karena sifat tugasnya, secara operasional Pusat Kepatuhan Internal
bertanggungjawab kepada Direktur Penindakan dan Penyidikan
b. Karena sifat tugasnya, secara operasional Pusat Kepatuhan Internal
bertanggungjawab kepada Menteri Keuangan

DTSD Kepabeanan dan Cukai

134

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


c. Karena sifat tugasnya, secara operasional Pusat Kepatuhan Internal
bertanggungjawab kepada Sekretaris Direktorat Jenderal
d. Karena sifat tugasnya, secara operasional Pusat Kepatuhan Internal
bertanggungjawab kepada Dirjen Bea dan Cukai
10. Yang termasuk fungsi Kantor Wilayah adalah
a. pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di
bidang kepabeanan dan cukai dan penyiapan administrasi urusan
banding
b. pemberian keputusan atas keberatan terhadap penetapan di bidang
kepabeanan dan cukai
c. pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di
bidang kepabeanan dan cukai
d. pemberian keputusan atas keberatan terhadap penetapan di bidang
kepabeanan dan cukai dan penyiapan urusan banding
11. Yang tidak termasuk struktur organisasi pada Kantor Wilayah adalah
a. Bidang Kepabeanan dan Cukai
b. Bidang Perbendaharaan dan Keberatan
c. Bidang Fasilitas Kepabeanan
d. Bidang Audit
12. Melaksanakan pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai dalam
daerah wewenangnya, penelitian atas keberatan serta audit merupakan
a. Tugas KPU
b. Fungsi KPU
c. Tugas Kantor Wilayah
d. Fungsi Kantor Wilayah
13. Yang bukan fungsi KPU adalah
a. pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai,
b. pelaksanaan pelayanan perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan
dan cukai,
c. pelaksanaan pemberian bimbingan kepatuhan, konsultasi dan
layanan informasi di bidang kepabeanan dan cukai
d. pengkoordinasian dan pelaksanaan pengolahan data, penyajian
informasi dan laporan di bidang kepabeanan dan cukai

DTSD Kepabeanan dan Cukai

135

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


14. Struktur Bidang Kepatuhan Internal terdapat pada
a. Kantor Wilayah
b. Kantor Wilayah Khusus
c. KPU Tipe A
d. Kantor Pelayanan dan Pengawasan
15. Bidang Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan terdapat pada
a. Kantor Wilayah
b. Kantor Wilayah Khusus
c. KPU Tipe A
b. KPU Tipe B
16. Fungsi Kantor Wilayah meliputi aspek-aspek berikut ini kecuali
a. Pelayanan
b. Perencanaan
c. Koordinasi
d. Evaluasi
17. Melaksanakan pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai dalam
daerah wewenangnya merupakan
a. Fungsi KPP BC
b. Wewenang KPP BC
c. Peran KPP BC
d. Tugas KPP BC
18. Yang tidak termasuk fungsi KPP BC adalah
a. pelaksanaan

pemberian

perijinan

dan

fasilitas

di

bidang

kepabeanan dan cukai


b. pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, bea
keluar, cukai, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh
Direktorat jenderal
c. pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di
bidang kepabeanan dan cukai
d. penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian
dokumen kepabeanan dan cukai
19. Yang termasuk fungsi KPP BC adalah
a. Penyusunan rencana strategik dan program

DTSD Kepabeanan dan Cukai

136

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


b. Pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan
kepabeanan dan cukai
c. Penyiapan dan pengoperasian sarana operasi
d. pengkoordinasian dan pelaksanaan pengolahan data, penyajian
informasi dan laporan di bidang kepabeanan dan cukai
20. Kantor Bantu secara organisasional berada dibawah
a. KPP BC
b. Kantor Wilayah
c. Pangsarop
d. BPIB
21. Yang termasuk fungsi Pangkalan Sarana Operasi (Pangsarop) adalah
a. pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai
b. pelaksanaan

pemberian

perijinan

dan

fasilitas

di

bidang

kepabeanan dan cukai


c. pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan
kepabeanan dan cukai
d. pelayanan pengiriman dan penerimaan berita serta pemantauan
hubungan antar stasiun radio
22. Melaksanakan pengujian laboratoris barang adalah tugas
a. KPP BC Tipe A1
b. KPP BC Tipe Madya
c. BPIB
d. Pangsarop
23. Yang tidak terdapat pada struktur KPP BC Tipe B adalah
a.

Urusan Umum

b.

Subseksi Kepabeanan dan Cukai

c.

Subseksi Perbendaharaan dan Pelayanan

d.

Subseksi Penindakan dan Penyidikan

24. Struktur organisasi DJBC yang secara teknis fungsional dibina oleh Direktur
Penindakan dan Penyidikan dan secara administratif dibina oleh Kanwil
adalah
a. Pangsarop
b. Kantor Bantu
c. BPIB

DTSD Kepabeanan dan Cukai

137

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


b. KPP BC
25. Melaksanakan urusan kepabeanan dan cukai berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Kepala KPU atau KPP BC adalah tugas
a. Pos Pengawasan
b. Pos Bantu
c. Kantor Bantu Pengawasan
d. Kantor Bantu

DTSD Kepabeanan dan Cukai

138

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

KUNCI JAWABAN
TES FORMATIF

KEGIATAN

KEGIATAN

KEGIATAN

BELAJAR 1

BELAJAR 2

BELAJAR 3

1.

1.

1.

2.

2.

2.

3.

3.

3.

4.

4.

4.

5.

5.

5.

6.

6.

6.

7.

7.

7.

8.

8.

8.

9.

9.

9.

10. c

10. d

10. a

11. d

11. a

11. b

12. a

12. b

12. c

13. b

13. c

13. d

14. c

14. d

14. a

15. d

15. a

15. b

TES SUMATIF
1.

11. b

21. d

2.

12. a

22. c

3.

13. d

23. b

4.

14. c

24. a

5.

15. b

25. d

6.

16. a

7.

17. d

8.

18. c

9.

19. b

10. c

20. a

DTSD Kepabeanan dan Cukai

139

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Keuangan,
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Keuangan, Jakarta, 2008
Departemen Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009
tentang Perubahan Kedua atas PMK Nomor 100/PMK.01/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, Jakarta,
2008
Departemen Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, Jakarta, 2008
Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 448/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai, Jakarta, 2001
Departemen Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.01/2009
tentang Perubahan atas KMK Nomor 448/KMK.01/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai,
Jakarta, 2001
Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 489/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Pengujian dan Identifikasi Barang, Jakarta, 2001

DTSD Kepabeanan dan Cukai

140

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC

LAMPIRAN 1

DTSD Kepabeanan dan Cukai

141

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


LAMPIRAN 2

DTSD Kepabeanan dan Cukai

142

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


LAMPIRAN 3

DTSD Kepabeanan dan Cukai

143

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC


LAMPIRAN 4

DTSD Kepabeanan dan Cukai

144

You might also like