Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Teori
Terdapat berbagai jenis uji untuk karbohidrat seperti uji molish,
digunakan adalah asam khlorida, asam sulfat, asam nitrat dan asam yang
sering digunakan dalam industri adalah asam khlorida (HCl) karena garam
yang terbentuk tidak berbahaya yaitu garam dapur (NaCl). Disamping
katalisator asam, dapat juga digunakan katalisator enzim yang berasal dari
fungi
atau
bakteri,
sering
juga
dipakai
kombinasi
dari
keduanya
Tinjauan Bahan
Ubi kayu merupakan tanaman yang mudah beradaptasi di daerah
tropis maupun subtropis dan mudah diperoleh dengan harga murah. Ubi kayu
memiliki kandungan pati yang cukup tinggi yaitu mencapai 34,70% dalam
100 gram bahan sehingga tanaman ini sangat cocok dimanfaatkan sebagai
sumber pati dalam pembuatan dekstrin. Pati ubi kayu akan lebih cepat menjadi
dekstrin melalui reaksi hidrolisis parsial dengan adanya bantuan enzim
amilase. Dekstrin yang dihasilkan pada reaksi hidrolisis parsial. dapat diuji
secara kualitatif dengan uji iodin sehingga dihasilkan warna merah kecoklatan,
sedangkan pati dengan uji iodin menghasilkan warna biru (Zusfahair, 2012).
Pati atau karbohidrat dapat diperoleh dari berbagai jenis tumbuhan
seperti ketela pohon, ketela rambat, padi, pisang dan sebagainya. Ditinjau dari
rumus kimianya pati adalah karbohidrat yang berbentuk polisakharida berupa
polimer anhidro monosakharid dengan rumus umum (C6H10O5)n. Penyusun
utama pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa tersusun atas satuan
glukosa yang saling berkaitan melalui ikatan 1-4 glukosida, sedangkan
amilopektin merupakan polisakharida yang tersusun atas 1-4 glikosida dan
mempunyai rantai cabang 1-6 glukosida (Yuniwati, 2011).
Glukosa adalah suatu gula monosakharida yang merupakan salah satu
karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi manusia,
hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis
dan awal dari respirasi. Bentuk alami D-glukosa disebut juga dekstrosa adalah
heksosamono sakharida yang mengandung enam atom karbon dengan berat
molekul 180,18. Glukosa juga merupakan aldehid (-CHO). Lima karbon dan
satu oksigennya membentuk cincin yang disebut cincin pinarosa bentuk stabil
untuk aldosa berkarbon enam. Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi
menjadi sukrosa. Pati, selulosa dan glikogen merupakan polimer glukosa
(Yuniwati, 2011).
Pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru,
sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan
oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat
molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan spiral
merenggang, molekul-molekul iodin terlepas sehingga warna biru hilang. Dari
percobaan-percobaan didapat bahwa pati akan merefleksikan warna biru bila
berupa polimer glukosa yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekul-
molekul amilosa. Bila polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin,
maka akan dapat dihasilkan warna merah (Winarno, 1991).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
b. Pipet ukur
c. Gelas ukur
d. Lempeng atau cawan porselen
e. Corong Buchner
f. Stopwatch
g. Timbangan
h. Penangas air/waterbath/inkubator
i. pH meter
j. Spektrofotometer
k. Bola hisap
l. Blender
m. Alat parut
n. Pisau
o. Kain saring
2. Bahan
a. Ubi kayu
b. Alkohol 95%
c. HCL pekat
d. H2SO4 pekat
e. Na2CO3 1M
f. Aquades
g. Pereaksi Fehling
h. Pereaksi Benedict
i. Pereaksi Seliwanoff
j. Pereaksi Molisch
k. Pereaksi Pikrat
l. Larutan ragi roti 20%
m. Buffer fosfat pH 6,6-6,8
Aquades 200 ml
Residu
larutan keruh
200 ml
dimasukkan kemudian
diblender selama 30 detik,
proses tersebut dilakukan
disaring dengan kain saring
ditampung dalam gelas ukur
500 ml
dimasukkan, dikocok
aquades
larutan jernih
didekantasi
100 ml
alkohol 95%
pati
b. Hidrolisis Pati
25 ml larutan pati
1%
10 tetes HCl
pekat
Setelah 2 atau 5 menit, larutan
diambil
1 tetes larutan
1 tetes larutan
Diteteskan
0,01N iod
1 ml larutan pati
5 ml pereaksi
Fehling
c. Uji Molisch
2 tetes pereaksi
Molisch
asam sulfat
pekat 5 ml
Ditambahkan kedalam
tabung-tabung reaksi yang
berisi 2 ml larutan glukosa
1%, fruktosa 1%, hidrolisat
pati dan larutan pati 1%
2 ml larutan glukosa
1%, fruktosa 1%,
hidrolisat pati dan
larutan pati 1% masingmasing dengan 1 ml
asam pikrat jenuh dan
0,5 ml Na2CO3 1M
Dicampurkan
1 ml larutan glukosa
1%, fruktosa 1%,
hidrolisat pati,
larutan pati 1%
Barfoed
Diletakkan pada
penangas air yang
mendidih selama i menit
atau sampai ada reduksi
Diamati perubahan
warna yang terjadi
f. Uji Seliwanoff
Pereaksi
Seliwanoff 3
ml
3 tetes dari masingmasing larutan
glukosa 1%,
fruktosa 1%,
hidrolisat pati dan
larutan pati 1%
Seluruh tabung reaksi
dipanaskan dalam penangas
air yang mendidih bersamaan
sampi terjadi perubahan
warna
g. Reaksi Peragian
5ml larutan
suspensi ragi
roti 20%, 5 ml
hidrolisat pati,
5ml buffer
fosfat (pH 6,66,8)
2ml
reagent
benedict +
iml larutan
sampel
Dipanaskan 5menit di
penangas air/dipanaskan
langsung 1 menit
Bahan
Uji
1, 2, 15
25 ml
larutan
pati 1%
Iod
Waktu
(min)
5
Perubahan Warna
Awal
Akhir
Bening
Bening
10
Bening
15
Bening
kekuningan
Bening
kekuningan
Kuning
Ket
Tidak
terbentuk
endapan
5
3, 4
10
15
Bening
Bening
Bening
Bening
kekuningan
Bening
kekuningan
Biru
5
5, 6
10
Tidak
terbentuk
endapan
Kuning
Biru
keunguan
Biru
Biru
keunguan
Biru
Biru
Biru tua
Biru
keunguan
Biru
Biru
kehijauan
Biru
Biru tua
Tidak
terbentuk
endapan
15
Fehling
5
7, 8
10
Tidak
terbentuk
endapan
15
Sumber: Laporan sementara
Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang
dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzimenzim yang kerjanya spesifik. Hasil hidrolisis sebagian akan menghasilkan
oligosakarida dan dapat dipakai untuk menentukan strukttur molekul
polisakarida. Contoh dari polisakarida adalah pentosan dengan unit-unit
pentosa, heksosan dengan unit-unit heksosa, kitin, dekstrin dan pektin
(Winarno, 2004). Polisakarida juga merupakan polimer yang tersusun atas
sejumlah besar monosakarida yang bertautan melalui ikatan glikosidik.
Fungsi utamanya adalah sebagai komponen structural atau sebagau bentuk
penyimpanan energi contoh dari polisakarida adalah pati, glikogen dan
selulosa (Kuchel, 2002).
Monosakarida merupakan suatu molekul yang dapat terdiri dari lima
atau enam atom C. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana
yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih kecil lagi dan
terdiri dari Aldehida atau keton dengan dua atau lebih kelompok hidroksil
asam
Uji iod digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan pati pada
suatu bahan makanan. Pati mempunyai struktur molekul yang berbentuk
spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru.
Bila pati dipanaskan, molekul spiral pada pati akan merenggang, molekulmolekul iodin terlepas sehingga warna biru akan hilang. Pati akan
merefleksikan warna biru bila berupa polimer glukosa yang lebih besar dari
dua puluh, contohnya adalah amilosa. Bila polimernya kurang dari 20 seperti
amilopektin, maka akan menghasilkan warna merah. Sedangkan dekstrin
dengan polimer 6,7 dan 8 akan membentuk warna coklat. Polimer yang lebih
kecil dari lima tidak akan memberikan warna dengan iodin (Winarno, 2004).
Pada pengujian hidrolisis pati menggunakan uji iod digunakan sampel
25ml larutan pati 1%. Dari percobaan, didapatkan hasil bahwa pada menit ke
5, sampel yang berwarna bening pada awalnya tidak berubah setelah
dilakukan reaksi. Sementara pada menit ke 10, warna sampel yang awalnya
bening berubah menjadi bening kekuningan. Dan sampel pada menit ke 15
yang awalnya mempunyai warna bening kekuningan berubah menjadi kuning,
dan semua sampel tidak terbentuk adanya endapan. Pada teori telah dijelaskan
bahwa pereaksi iod akan memberikan warna yang berbeda-beda bila beraksi
dengan polimer-polimer yang mempunyai angka yang berbeda. Hal itu
yang direduksi
menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
2 Cu+ + 2 OH -
Cu2O
H2O
Endapan
Mekanisme perubahan warna pada uji fehling yaitu dengan munculnya warna
cokelat kemerahan endapan yang menunjukkan adanya gula pereduksi
(Sharma et al, 2011)
Dari percobaan yang telah dilakukan, semua sampel yang diuji
berubah warna dari bening menjadi biru tua, biru keunguan atau biru
kehijauan, dan hal tersebut telah sesuai dengan teori yang ada, dan
membuktikan bahwa semua sampel memiliki gula reduksi.
Tabel 2.2 Uji Molish
Kelompok
Sampel
1, 2, 15
Larutan
Glukosa 1%
3, 4
Larutan
Fruktosa 1%
5, 6
Hidrolisa pati
7, 8
Larutan pati
1%
Perubahan Warna
Awal
Akhir
Atas : coklat
Bening pekat
Bawah : bening
Atas : coklat
pekat
Bening
Bawah : coklat
bening
Atas : Hitam
Bening Bawah : coklat
bening
Bening
Atas : Hitam
Bawah : Hitam
Keterangan
Tidak
terbentuk
endapan
Tidak
terbentuk
endapan
Tidak
terbentuk
endapan
Tidak
terbentuk
endapan
adanya
karbohidrat.
Penambahan
H2SO4
pekat
yang
ditambahkan akan menimbulkan dua lapisan cairan di dalam tabung reaksi dan
larutan sampel akan berada di lapisan atas. Cincin warna merah ungu yang
terbentuk pada batas kedua cairan menunjukkan adanya karbohidrat
(Aladesida, et al., 2013)
Dasar uji ini adalah heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh
pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural dan
kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan alpha-naftol membentuk
senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida. Reaksi ini
terdiri atas tiga tahapan, yaitu hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi
heksosa atau pentose, dan diikuti oleh proses dehidrasi dan proses kondensasi
(Sumardjo, 2006).
Menurut hasil pengamatan, dengan sampel larutan glukosa 1% sebelum
ditambahkan pereaksi molish dan asam sulfat larutan berwarna bening,
setelah ditambahkan pereaksi molish dan asam sulfat, larutan bagian atas
berwarna coklat pekat dan bawah bening dan tidak mengandung endapan, hal
itu juga terjadi pada sampel larutan fruktosa 1%. Pada sampel hidrolisa pati,
sampel yang awalnya berwarna bening, setelah ditambahkan dengan perekasi
molish dan asam sulfat berubah warna menjadi bagian atas hitam dan bagian
bawah coklat muda dan tidak terbentuk endapan. Sedangkan untuk sampel
larutan pati 1%, warna larutan sebelum penambahan pereaksi molish dan
asam sulfat adalah bening, kemudian berubah menjadi hitam dan tidak
terbentuk endapan. Hal tersebut sama seperti pada teori yang menyebutkan
bahwa sampel yang mengandung karbohidrat akan mempunyai warna merah
bata kecoklatan atau ungu kehitaman yang mengindikasikan bahwa sampel
tersebut mengandung karbohidrat.
Tabel 2.3 Uji Pikrat
Kelompok
Sampel
Perubahan warna
Awal
Akhir
Keterangan
1, 2, 15
Larutan Glukosa
1%
Kuning
3, 4
Larutan Fruktosa
1%
Kuning
5, 6
Hidrolisa pati
Kuning
7, 8
Larutan pati 1%
Kuning
Mengandung
gugus
pereduksi
Mengandung
Merah hati
gugus
pereduksi
Mengandung
Kuning bening
gugus
pereduksi
Mengandung
Orange
gugus
pereduksi
Merah orange
Sampel
1, 2, 15
Glukosa 1%
Perubahan warna
Awal
Akhir
Bening
Bening
Keterangan
Tidak
mengandung
gugus ketosa
3, 4
Fruktosa 1%
Bening
Merah cherry
5, 6
Hidrolisa pati
Bening
Kuning
7, 8
Larutan pati
1%
Bening
Bening
Mengandung
gugus ketosa
Mengandung
gugus ketosa
Tidak
mengandung
gugus ketosa
Sampel
1, 2, 15
Larutan
pati 1%
3, 4
Larutan
pati 1%
5, 6
Larutan
pati 1%
7, 8
Larutan
pati 1%
Hidrolisat
pati
Sumber : Laporan Sementara
CO2
Ada
Keterangan
Tidak
Gelembung agak
banyak, ada endapan
Gelembung sedikit,
ada endapan
Gelembung banyak,
ada endapan
Gelembung banyak,
ada endapan
Gelembung banyak,
ada endapan
2C2H5OH + 2CO2(g).
yeast
Perubahan Warna
Keterangan
Awal Akhir
1, 2, 15
3, 4
5, 6
Larutan ragi
5% +
sukrosa 1%
7,8
Sumber : Laporan Sementara
kuning keorangean
atau merah bata
Mengandung
gugus karbonil
Gula ini disebut gula pereduksi yang dapat bereaksi dengan zat pengoksidasi
ringan seperti Cu2+ dalam larutah Fehling, untuk mengasilkan Cu 2O padat
(endapan) berwarna merah- orange. Reaksinya sebagai berikut:
Cu2+ + Gula pereduksi
Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada uji benedict adalah ketika
warna merah yang terjadi setelah pemanasan yang menunjukkan disakarida
yang telah terhidrolisis menjadi monosakarida (Aladesida, et al., 2013).
Pada tabel 2.6, larutan yang digunakan untuk percobaan yaitu larutan
ragi 5% yang ditambahkan dengan sukrosa 1%. Warna awal dari larutan yaitu
biru. Setelah ditambahkan dengan pereaksi benedict dan dipanaskan, warna
berubah menjadi hijau dengan endapan kuning keorangean atau merah bata
yang mengindikasikan bahwa larutan tersebut mengandung gugus karbonil.
Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan ragi yang ditambah dengan sukrosa
bereaksi positif terhadap uji benedict dengan menghasilkan warna merah yang
menunjukkan disakarida (sukrosa) telah terhidrolisis menjadi monosakarida
(glukosa dan fruktosa), dan hal tersebut telah sama dengan yang ada pada
teori.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Acara II Isolasi Amilum dari Ubi Kayu dan
Hidrolisisnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Hidrolisis dengan uji Fehling ditandai dengan berubahnya sampel menjadi
warna biru yang menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi dalam sampel.
Sehingga sampel 25 ml larutan pati 1% positif mengandung adanya
karbohidrat pereduksi.
2. Hidrolisis dengan uji Iod ditandai dengan berubahnya sampel menjadi
warna biru, atau merah, atau coklat yang menunjukkan adanya karbohidrat
pereduksi dalam sampel. Pada sampel sampel 25 ml larutan pati 1%
menunjukkan perubahan warna menjadi coklat sehingga sampel positif
mengandung adanya karbohidrat pereduksi.
3. Uji Molisch dilakukan untuk mengetahui suatu sampel mengandung
karbohidrat secara umum, hal ini ditandai dengan perubahan warna sampel
DAFTAR PUSTAKA
Aladesida, A. A. et al. 2013. Cellulose Sources in the Eudrilid Earthworm,
Eudrilus Eugeniae. Journal of Chemical, Biological and Physical Sciences 3
(3): 1829-1834.
Ali, Akbar., et al. 2012. Yeast, Its Types and Role in Fermentation During Bread
Making Process-A Review. Pakistan Journal of Food Sciences. Vol. 22. No.
3.
Gayathri, B., dkk. 2012. A Case of Alkaptonuria. International Journal of
Biochemistry And Biotechnology. ISSN: 2169-3048. Vol. 1. No. 7.
Kuchel, Philip W dan Gregory B. Ralston. 2002. Schaums easy Outlines
Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Page, David S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia. Erlangga. Jakarta.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta
Sajid, Shaikh., et al. 2012. Anti-inflammatory Activity of Sesbania sesban (L)
Merr. Internasional Research Journal of Pharmacy. Vol. 3. No. 1.
Shah, Jinehi T dan Ajit V Pandya. 2013. Estimation Of The Quantity Of
Carbohydrate Content In Potato (Solanum Tuberosum). International
Journal of Green and Herbal Chemistry. Vol. 2. No. 2. Hal: 285-288.
Susmiati, Yuana., dkk. 2011. Rekayasa Proses Hidrolisis Pati dan Serat Ubi Kayu
(Manihot utilissima) untuk Produksi Bioetanol. Jurnal Agritech. Vol. 31. No.
4.
Winarno F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta.
Yadav, RNS and Munin Agarwala. 2011. Phytochemical Analysis of Some
Medicinal Plants. Journal of Phytology. Vol. 3. No. 12.
Yuniwati, Murni., Ismiyati, Dian., Kurniasih, Reny. 2011. Kinetika Reaksi
Hidrolisis Pati Pisang Tanduk dengan Katalisator Asam Chlorida. Jurnal
Teknologi 4 (2): 107112
Zusfahair dan Dian Riana Ningsih. 2012. Pembuatan Dekstrin Dari Pati Ubi
Kayu Menggunakan Katalis Amilase Hasil Fraksinasi Dari Azospirillum Sp.
Molekul. Vol. 7. No. 1. Hal: 9 19.
.