You are on page 1of 6

METODE PENELITIAN AKUNTANSI

Rangkuman Jurnal: Wenxia Ge dan Mingzhi Liu (2015)


Corporate Social Responsibility and The Cost of Corporate Bonds
P.601-602
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kinerja CSR mengurangi biaya modal ekuitas
dan temuan kami menunjukkan bahwa perusahaan yang berkomitmen untuk kinerja CSR yang
baik memiliki biaya yang lebih rendah dari pembiayaan utang publik. Temuan ini menunjukkan
bahwa meskipun kegiatan CSR mengkonsumsi sumber daya perusahaan, mereka juga membawa
manfaat bagi perusahaan. Oleh karena itu, investasi CSR yang bermanfaat tidak hanya untuk
masyarakat, tetapi juga untuk perusahaan sendiri karena mereka mengurangi biaya ekuitas dan
modal utang. Manajer membuat trade-off dalam biaya dan manfaat dari investasi CSR.

2. Literature Review dan Pengembangan Hipotesis


Sampai saat ini, telah ada studi yang relative sedikit tentang pentingnya informasi CSR
non-keuangan untuk pasar modal. Teori pemegang saham menyatakan bahwa prioritas utama
perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian, pengeluaran CSR
terkait dianggap mengurangi uang pemegang saham dan praktek ini menyimpang dari
maksimalisasi nilai pemegang saham (Friedman, 1962).
Di sisi lain, stakeholder theory menunjukkan bahwa perusahaan harus melampaui
kepentingan pemegang saham dan mempertimbangkan kepentingan kelompok yang lebih luas
(Freeman, 1984). Jones (1995) memperluas stakeholder theory dengan menunjukkan bahwa CSR
sangat penting bagi perusahaan dalam memperoleh sumber daya yang diperlukan dan dukungan
stakeholder. Dari perspektif stakeholder theory, kinerja CSR dapat mengurangi biaya modal
karena 2 alasan:

Pertama, informasi CSR yang berhubungan dengan informasi menangkap dimensi


dari risiko lingkungan korporasi dan mengurangi asimetri informasi, yang akhirnya
dapat mempengaruhi biaya ekuitas
Kinerja CSR dapat meningkatkan ukuran basis investor. Perusahaan dengan kinerja
CSR yang tinggi dapat meningkatkan ukuran relatif dari basis investor mereka.
Semakin besar ukuran relatif dari basis investor, semakin rendah biaya modal dan
semakin tinggi penilaian pasar

Hubungan Kinjerja CSR dengan Biaya Modal:

Pelaku CSR menikmati penurunan yang signifikan dalam biaya modal ekuitas ketika
mereka mengeluarkan laporan mandiri CSR untuk pertama kalinya
Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang lebih baik memiliki biaya yang lebih rendah
dari modal
Biaya pinjaman bank untuk perusahaan dengan keprihatinan tanggung jawab sosial lebih
tinggi daripada perusahaan yang lebih bertanggung jawab; namun, bank tidak menghargai
investasi CSR peminjam
Pembiayaan utang publik berbeda dari pembiayaan utang swasta dalam hal efisiensi
pemantauan dan ketersediaan informasi pribadi menunjukkan bahwa bank, sebagai
perantara keuangan, dapat memecahkan duplikasi informasi dan masalah free rider dengan
memantau peminjam. Pembiayaan utang swasta mengurangi asimetri informasi antara
peminjam dan pemberi pinjaman, sedangkan pemegang obligasi publik mungkin tidak
dapat memperoleh informasi perusahaan melalui saluran swasta. Karena monitoring dan
kerugian dari informasi ini, informasi tentang kinerja CSR perusahaan cenderung lebih
relevan pada pemegang utang publik daripada kreditur swasta.
Terdapat hipotesis sebagai berikut:
H1: Ceteris paribus, kinerja CSR berhubungan negatif dengan bond yield spreads
H2: Ceteris paribus, kekuatan CSR (kekhawatiran) yang negatif (positif) terkait
dengan bond yield spreads.

3. Desain Penelitian
3. 1. Pemilihan Sample
Penulis mendapatkan nilai peringkat CSR dari database KLD STATS, yang
menyediakan peringkat untuk 13 dimensi kinerja CSR perusahaan: lingkungan,
masyarakat, produk, keragaman, hubungan karyawan, hak asasi manusia, tata kelola,
alkohol, perjudian, senjata api, militer, tenaga nuklir, dan tembakau. Penulis berfokus pada
7 dimensi pertama. KLD STATS Database diakui sebagai salah satu database terbesar dan
paling berpengaruh untuk pengukuran CSR dan telah digunakan secara luas dalam
penelitian akademik. Penulis mengumpulkan informasi obligasi dari Mergent Fixed
Income Securities Database. Penulis mengambil informasi keuangan penerbit obligasi
dari Compustat North America Database. Penulis menghilangkan variabel kupon dan
kupon nol obligasi, serta obligasi abadi, karena obligasi ini cenderung unik dan berperilaku
lebih seperti ekuitas.
Penulis mengecualikan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan keuangan publik
(kode Standar Industri Klasifikasi 6000-6999). Setelah penggabungan data yang
dikumpulkan dari tiga database di atas dan mengeliminasi observasi dengan nilai-nilai yang
hilang, penulis memperoleh 4.260 observasi dari 2.317 perusahaan yang mengungkapkan

informasi CSR selama periode 1992-2009 untuk menguji hipotesis penulis. Untuk
mengontrol efek dari outlier, penulis mengubah nilai semua variabel kontinu pada bagian
atas dan bawah 1%.

3. 2. Model Empiris

Rangkuman Jurnal: W. Numan, M. Willekens (2012)


An Empirical Test of Spatial Competition in The Audit Market P.453

3. Teori dan Hipotesis


Menurut Chan 1999, hipotesis mereka adalah berdasarkan model kompetisi spasial dengan
discriminatory pricing, yang merupakan varian dari model Hotelling 1929. Dalam Hotelling
1929, disebutkan mengenai bagaimana dua produk perusahaan yang identik saling berkompetisi
dalam harga dan lokasi dalam suatu pasar yang terikat. Hoover 1936 berpendapat bahwa
perusahaan akan berkompetisi dalam harga dan kuantas setelah semua perusaahan dalam pasar
telah membuat keputusan product entry dan tempat. Jurnal ini membahas mengenai kompetisi
antar auditor. Ketika auditor dekat dengan kompetitornya, teori meprediksikan bahwa
ekuilibruium price akan dekat dengan marginal cost.
Numan mengasumsikan bahwa audit market itu tidak perfectly competitive dan banyak
klien yang heterogen , yang membayar audit fee yang juga unik berdasarkan karakteristik spesifik
klien tersebut. Asumsi lainnya adalah klien menilai audit secara berbeda dan bersedia untuk
membayar harga yang berbeda atas jasa audit berbagai auditor. Shockley and Holt 1983
berpendapat bahwa klien akan membedakan antara audit firm yang berbeda, dan penelitian tentang
audit fee mengindikasikan bahwa klien tertentu akan bersedia untuk membayar harga premium
atas jasa Big N firm dan auditor spesialis industry .
Hipotesis pertama adalah : Audit fee yang dibebankan oleh wewenang auditor meningkat sejajar
antara wewenang strategi diferensiasi auditor dan preferensi klien.
Hipotesis Kedua adalah : dengan asumsi cateris paribus, audit fee yang dibebankan oleh
wewenang auditor meningkat dalam jarak antara wewenang strategi diferensiasi auditor dengan
strategi diferensiasi yang diadopsi oleh competitor terdekatnya.
Kesimpulannya, dua aspek dari wewenang lokasi auditor dalam audit market diprediksi akan
berdampak kepada audit pricing : lokasi relative terhadap klien dan lokasi relative terhadap
competitor terdekat dalam pasar.

Rangkuman Jurnal Juliani Dan Solihin


Pengaruh Faktor-Faktor Kontekstual Terhadap Persepsian Penyerapan Anggaran
Terkait Pengadaan Barang/Jasa P.179-181

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Institusional (Institutional Theory)

Teori institusional menjadi terkenal sebagai penjelasan populer dan kuat untuk tindakan individu
dan organisasi (Dacin et al. 2002). Teori institusional mempertimbangkan proses di mana struktur
yang meliputi skema, aturan, norma, dan rutinitas sebagai panduan untuk berperilaku (Scott 2004).

Teori Pengharapan (Expectancy Theory)

Teori pengharapan adalah teori insentif pada motivasi (Miller 1978). Teori pengharapan
mengasumsikan seseorang mengantisipasi hasil dan penghargaan yang diinginkan dalam perilaku
terkait mendapatkan penghargaan (Miller 1978).

Penyerapan Anggaran terkait Pengadaan Barang/Jasa


Penyerapan anggaran pemerintah yang rendah dapat menghambat pertumbuhan ekonomi,
terutama untuk pemerintah daerah. Hal ini akan menyebabkan ketidakberhasilan untuk mencapai
tujuan otonomi daerah itu sendiri (Republik Indonesia 2004). Kegagalan target penyerapan
anggaran memiliki porsi besar pada pengadaan barang/jasa terhadap hilangnya manfaat belanja
dan adanya uang menganggur (idle money). Pada organisasi pemerintah, penyerapan anggaran
dapat dijadikan salah satu indikator kinerja.

1. Pengetahuan Peraturan
Salah satu kegagalan peraturan adalah keterbatasan pengetahuan (Dorf 2004). James (2005)
mendefinisikan peraturan sebagai bentuk khusus dari kontrol yang menggunakan aturan atau
standar yang dikombinasikan dengan pemantauan dan aktivitas penegakan aturan sebagai
mekanisme kontrol. Pengetahuan harus dimiliki oleh pegawai-pegawai yang terlibat dalam proses
pengadaan barang/jasa karena hal tersebut akan sangat memengaruhi pencapaian penyerapan

anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Pada organisasi pemerintah, penyerapan anggaran dapat
dijadikan salah satu indikator kinerja.
Berdasarkan teori dan uraian di atas, dapat diduga bahwa penyerapan anggaran dipengaruhi
oleh pengetahuan peraturan. Untuk itu, dapat dirumuskan hipotesis 1 sebagai berikut:

H1: Pengetahuan peraturan berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran terkait


pengadaan barang/jasa.

2. Komitmen Manajemen
Anggaran di sektor publik berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan (Halim dan Kusufi 2012). Komitmen manajemen didefinisikan sebagai
kegiatan melakukan dan mempertahankan perilaku yang membantu bawahan untuk mencapai
suatu tujuan (Cooper 2006). Komitmen manajemen dapat memengaruhi kinerja organisasi
(Babakus et al. 2003).
Berdasarkan teori dan uraian di atas, dapat diduga bahwa penyerapan anggaran dipengaruhi
oleh komitmen manajemen. Untuk itu, dapat dirumuskan hipotesis 2 sebagai berikut:
H2: Komitmen manajemen berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran terkait
pengadaan barang/jasa.

3. Lingkungan Birokrasi
Birokrasi merupakan alat atau mekanisme yang dibuat untuk kesuksesan dan efisiensi suatu
pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu (Eisenstadt 1959). Penyediaan
barang/jasa pemerintah pada praktiknya sering sekali terkendala alasan birokratis dalam
realisasinya sehingga anggaran yang sudah dialokasikan untuk penyediaan barang/jasa pemerintah
tidak terserap. Lingkungan birokrasi memengaruhi penyerapan anggaran terkait pengadaan
barang/jasa seperti perencanaan, aturan, prosedur, koordinasi, dan persyaratan dokumen.
Berdasarkan teori dan uraian di atas, dapat diduga bahwa penyerapan anggaran dipengaruhi
oleh lingkungan birokrasi. Untuk itu, dapat dirumuskan hipotesis 3 sebagai berikut:
H3: Lingkungan birokrasi berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran terkait
pengadaan barang/jasa.

You might also like