Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI
GILANG MAULANA
LILIK ADIK KURNIAWAN
MIKAEL WIL ISKANDAR SIAHAAN
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM EKSTENSI
2016
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas
pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan
dengan jelas menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata Ajaran
Judul Makalah/Tugas
Tanggal
Dosen
Nama
NPM
Tanda Tangan
: Gilang Maulana
:
:
Nama
NPM
Tanda Tangan
Nama
NPM
Tanda Tangan
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan
makalah ini tepat waktu. Penyusunan makalah yang berjudul Hukum Penyelesaian
Sengketa ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah
Pengantar Hukum Bisnis.
Makalah ini kami buat dan selesaikan dengan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besamya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar
makalah ini dapat lebih disempumakan lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca berupa tambahan ilmu dan informasi khususnya tentang Hukum
Perusahaan.
Depok, 26 May 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Sengketa merupakan ketidaksepahaman mengenai suatu hal antara dua orang
atau lebih. Sengketa tidak pernah bisa terpisahkan dengan konflik karena sengekta
adalah sebuah konflik namun tidak semua konflik dapat di kategorikan sebagai
sengketa. Konflik sendiri memiliki pengertian pertikaian antara pihak-pihak.
Sengketa internasional adalah sengketa yang bukan secara ekslusif merupakan
urusan dalam negeri suatu negara. Dari pengertian ini tentu saja dapat dipahami bahwa
sengekta internasional merupakan sengketa yang cakupannya diluar urusan eksekutif
dalam negeri suatu negara. Contohnya negara dengan negara atau karena seiringnya
perkembangan mengenai subyek hukum internasional sengketa negara dengan non
negara.
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas
berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai
perilaku dan hubungan antarnegara namun dalam perkembangan pola hubungan
internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum
internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada
batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu. Karena pola hubungan
internasional yang semakin kompleks membuat semakin banyak sengketa di ranah
hukum perdata internasional. Untuk itu diperlukan cara untuk menyelesaikan sengketa
tersebut.
Semakin banyak dan luasnya aktivitas perdagangan maka frekuensi terjadinya
sengketa dimungkinkan juga akan semakin tinggi, selain itu membiarkan sengketa
tersebut tanpa adanya penyelesaian yang cepat maka akan menimbulkan pembangunan
yang tidak efisien, produktifitas menurun, dunia bisnis akan mengalami kemunduran
serta beragam kerugian-kerugian lainnya yang akan menimpa jika suatu sengketa
terlambat diselesaikan. Oleh karena itu, perlu cara-cara khusus yang diterapkan agar
penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan cepat, efektif dan efisien. Untuk itu
harus dibina & diwujudkan suatu sistem penyelesaian sengketa yang dapat
menyesuaikan diri dengan laju perkembangan perekonomian dan perdagangan di masa
2.
datang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah
terkait Alternatif Penyelesaian Sengketa Bidang Usaha sesuai dengan UU No. 30 Tahun
1999, yaitu:
a. Melalui Pengadilan Negeri
b. Diluar Pengadilan Negeri
- Mediasi
- Konsiliasi
- Arbritase
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui
alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan
mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri.
Dr. Frans Hendra Winarta, S.H., M.H. dalam bukunya Hukum Penyelesaian
Sengketa (hal. 1-2) mengatakan bahwa secara konvensional, penyelesaian sengketa
dalam dunia bisnis, seperti dalam perdagangan, perbankan, proyek pertambangan,
minyak dan gas, energi, infrastruktur, dan sebagainya dilakukan melalui proses
litigasi.
Dalam proses litigasi menempatkan para pihak saling berlawanan satu sama
lain, selain itu penyelesaian sengketa secara litigasi merupakan sarana akhir
(ultimum remidium) setelah alternatif penyelesaian sengketa lain tidak membuahkan
hasil. Litigasi adalah sistem penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan.
Sengketa yang terjadi dan diperiksa melalui jalur litigasi akan diperiksa dan diputus
oleh hakim. Penyelesaian melalui Litigasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, mengatur penyelasaian melalui
peradilan umum, peradilan militer, peradilan agama, peradilan tata usaha negara,
dan peradilan khusus seperti peradilan anak, peradilan niaga, peradilan pajak,
peradilan penyelesaian hubungan industrialdan lainnya. Melalui sistem ini tidak
mungkin akan dicapai sebuah win-win solution (solusi yang memperhatikan kedua
belah pihak) karena hakim harus menjatuhkan putusan dimana salah satu pihak
akan menjadi pihak yang menang dan pihak lain menjadi pihak yang kalah.
Litigasi merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur
pengadilan dengan menggunakan pendekatan hukum dengan lembaga penyelesaian
sebagai berikut :
a. Pengadilan umum
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, mempunyai
karakteristik :
- Prosesnya sangat formal
- Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
- Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
- Sifat keputusan memaksa dan mengikat (Coercive and binding)
- Orientasi ke pada fakta hukum (mencari pihak yang bersalah)
- Persidangan bersifat terbuka
b. Pengadilan niaga
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan
memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban
Tahun 1945
berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun
berbadan sehat sesuai dengan keterangan dokter
berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
berpendidikan serendah-rendahnya Starata Satu (S-1) kecuali bagi Hakim Ad
Hoc pada Mahkamah Agung, syarat pendidikan Sarjana Hukum serta
berpengalaman dibidang hubungan industrial minimal 5 (lima) tahun.
Pengangkatan dan penunjukan Hakim Ad Hoc tersebut pad pengadilan
Hubungan Industrial berdasarkan SK. Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung
Republik Indonesia. Sebelum memangku jabatan Hakim Ad Hoc wajib disumpah
atau memberikan janji menurut agama dan kepercayaannya masing-masing serta
Hakim Ad Hoc tersebut tidak boleh merangkap Jabatan sebagaimana dituangkan
dalam Pasal 66 Undang-Undang No.2 Tahun 2004.
Hukum acara yang dipakai untuk mengadili sengketa perburuan tersebut
adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku dilingkungan Pengadilan Umum,
kecuali di atur secara khusus oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2004 serta menuggu
keputusan Presiden untuk menentukan Tata Cara pengangkatan Hakim Ad Hoc
Ketenaga Kerjaan.
Sebelum Undang-Undang ini berlaku secara effektif didalam masyarakat
dalam penyelesaian pemutusan Hubungan Kerja masih memakai KEP/MEN/150
Tahun 2000 dan Undang-Undang No.13 Tahun 2003, tentang Undang-Undang
Ketenagakerjaan .
Penyelesaian Perselisihan Melalui Pengadilan Hubungan Industrial PHI
bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus:
a. Tingkat pertama mengenai perselisihan hak;
b. Tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan;
c. Tingkat pertama mengenai perselisihan PHK;
d. Tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh dalam satu perusahaan.
Ketentuan Beracara dalam PHI tidak berbeda seperti Hukum Acara Perdata.
Kecuali hal-hal yang diatur secara khusus dalam UU No. 2 Tahun 2004 (Pasal 81
Pasal 115). Putusan PHI mengenai Perselisihan Hak dan PHK dapat diajukan ke
MA melalui Upaya Hukum Permohonan Kasasi paling lama 14 hari setelah putusan
dibacakan, atau menerima pemberitahuan putusan.
Para pihak yang terlibat dalam dunia perusahaan ingin agar segala
sesuatunya dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Akan tetapi, dalam
praktik ada kalanya apa yang telah disetujui oleh kedua belah pihak tidak dapat
dilaksanakan karena salah satu pihak mempunyai penafsiran yang berbeda dengan
apa yang telah disetujui sebagaimana yang tercantum dalam kontrak sehingga dapat
menimbulkan perselisihan.
Apabila suatu sengketa terjadi dan diselesaikan melalui badan pengadilan,
hakim harus memutuskannya berdasarkan sumber hukum yang ada secara teori
salah satu yang dapat dijadikan rujukan sebagai sumber hukum adalah
yurisprudensi. Selain untuk menjaga agar tidak terjadi kesimpangsiuran putusan,
yang berakibat pada ketidakpastian hukum bagi pihak-pihak yang berperkara,
yurisprudensi juga berguna untuk menyederhanakan pertimbangan hukum dalam
pengambilan putusan.
Sengketa yang diselesaikan melalui Pengadilan, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkanoleh kedua belah pihak selain waktu dan biaya yang harus
dikeluarkan cukup banyak, juga identitas para pihak yang bersengketa akan
diketahui oleh masyarakat. Sebagaimana diketahui prinsip yang dianut oleh
lembaga peradilan adalah pada asasnya terbuka untuk umum. Masalah lainnya
adalah bahwa penyelesaian sengketa melalui pengadilan prosesnya cukup lama. Hal
ini tiada lain karena proses pengadilan ada beberapa tingkatan yang harus dilalui,
yakn tingkat pertama di pengadilan negeri (PN); tingkat kedua di pengadilan tinggi
(PT) untuk tingkat banding, dan tingkat ketiga adalah mahkamah agung (MA)
sebagai tingkat kasasi yang merupakan instansi terakhir dalam hierarki lembaga
peradilan.
Sengketa terjadi jika salah satu pihak menghendaki pihak lain untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu tetapi pihak lainnya menolak berlaku demikian.
Penyelesaian ini harus dilakukan menurut hukum atau berdasarkan kesepakatan awal
di antara para pihak. Salah satu penyelesaian sengketa dalam dunia ekonomi yaitu
melalui melalui badan pengadilan (litigasi). Litigasi dianggap sebagai yang paling
tidak efisien oleh para pelaku dunia ekonomi komersial dalam penyelesaian sengketa
dibandingkan dengan non-litigasi, berkaitan dengan waktu dan biaya yang
lawan.
Memahami kepentingan kita dan kepentingan lawan.
Identifikasi masalahnya, apakah masalah tersebut
opsi-opsi
penyelesaian.
d. Tahapan Penutup
- Mengevaluasi opsi-opsi berdasarkan kriteria obyektif.
- Kesepakatan hanya menguntungkan bila tidak ada lagi
opsi lain yang lebih baik, bila tidak berhasil mencapai
kesepakatan, membatalkan komitmen.
3. Penyelidikan (Enquiry)
Metode penyelidikan digunakan untuk mencapai penyelesaian
sebuah sengketa dengan cara mendirikan sebuah komisi atau badan
untuk mencari dan mendengarkan semua bukti-bukti yang bersifat
internasional, yang relevan dengan permasalahan. Dengan dasar buktibukti dan permasalahan yang timbul, badan ini akan dapat mengeluarkan
sebuah fakta yang disertai dengan penyelesaiannya. Dalam penyelesaian
sengketa dengan cara ini yaitu para pihak yang bersengketa dalam
menyelesaikan sengketanya terlebih dahulu mencari fakta yang
sebenarnya yang menimulkan suatu sengketa itu terjadi karena pihak
yang bersengketa pasti mempersengketakan perbedaan mengenai fakta,
maka untuk memperulus hal tersebut, campur tangan pihak ketiga dirasa
perlu untuk mencari fakta yang sebenarnya. Yang biasanya para pihak
tidak meminta kepada pihak pengadilan akan tetapi meminta kepada
pihak ketiga yang sifatnya kurang formal.
Pencarian fakta ini biasanya baru dilakukan manakala dalam
proses penyelesaian sengketa secara konsultasi atau negosiasi tidak
menemui titik terang.
Tujuan dari penyelidikan atau pencarian fakta dalam suatu
sengketa yang terjadi adalah untuk:
penyelidikan
tanpa
putusan
membuat
ditingkat
rekomendasi-
digelar.
Adapun pertimbangan dari Mahkamah Agung, mediasi merupakan
salah satu solusi dalam mengatasi menumpuknya perkara di
pengadilan.
Proses ini dinilai lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan
akses kepada para pihak yang bersengketa untuk memperoleh
keadilan atau penyelesaian yang memuaskan atas sengketa yang
dihadapi.
Di samping itu institusionalisasi proses mediasi ke dalam ststem
peradilan dapat memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga
pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping proses
saja
membuat
catatan-catatan
tentang
fakta-fakta
yang
Catatan lain
terhadap rumusan Pasal 6 ayat (3) dan (4) UU Nomor 30 Tahun 1999
adalah tentang jumlah mediator yang hanya seorang.
hakim
memeriksa
pokok
perkaranya
hendaknya
hakim
Keuntungan Mediasi
Para pihak yang bersengketa dapat tetap berhubungan baik. Hal ini
sangat baik bagi hubungan bisnis karena pada dasarnya bertumpu pada
good relationship dan mutual trust
Lebih murah dan cepat
Bersifat rahasia (confidential), sengketa yang timbul tidak sampai
diketahui oleh pihak luar, penting untuk menjaga reputasi pengusaha
karena umumnya tabu untuk terlibat sengketa
Hasil-hasil memuaskan semua pihak
Kesepakatan-kesepakatan lebih komprehensif
Fungsi Mediator
Sebagai katalisator (mendorong suasana yang kondusif).
Sebagai pendidik (memahami kehendak, aspirasi, prosedur kerja, dan
kendala usaha para pihak).
Sebagai penerjemah (harus berusaha menyampaikan dan merumuskan
usulan pihak yang satu kepada pihak yang lain).
Sebagai nara sumber (mendaya gunakan informasi).
Proses Mediasi
Tahap pertama: menciptakan forum.
- Rapat gabungan.
- Pernyataan pembukaan oleh mediator, dalam hal ini yang dilakukan
adalah:
Mendidik para pihak;
Menentukan pokok-pokok aturan main;
Membina hubungan dan kepercayaan.
- Pernyataan para pihak, dalam hal ini yang dilakukan adalah:
dengar pendapat (hearing);
menyampaikan dan klarifikasi informasi;
cara-cara interaksi.
Tahap kedua: mengumpulkan dan membagi-bagi informasi.
- Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan
-
dengan
masalah.
Tahap ketiga: pemecahan masalah.
- Dalam tahap ketiga yang dilakukan mediator mengadakan rapat
bersama atau lanjutan rapat terpisah, dengan tujuan untuk:
- Menetapkan agenda.
menilai
dan
memprioritaskan kepentingan-kepentingannya.
Tahap keempat: pengambilan keputusan.
- Dalam tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
- Rapat-rapat bersama.
- Melokalisasikan pemecahan masalah dan mengevaluasi pemecahan
masalah.
- Membantu para pihak untuk memperkecil perbedaan-perbedaan.
- Mengkonfirmasi dan klarifikasi kontrak.
- Membantu para pihak untuk memperbandingkan proposal
penyelesaian masalah dengan alternatif di luar kontrak.
- Mendorong para pihak untuk menghasilkan dan
menerima
pemecahan masalah.
- Mengusahakan formula pemecahan masalah berdasarkan win-win
solution dan tidak ada satu pihakpun yang merasa kehilangan muka.
- Membantu para pihak untuk mendapatkan pilihannya.
- Membantu para pihak untuk mengingat kembali kontraknya.
Untuk mediasi, di sebutkan dalam Pasal 6 ayat (4) yang
mediatornya ditunjuk para pihak, diberi tenggat waktu 14 hari dimana
harus sudah diputuskan apakah konsultasi menghasilkan kesepakatan
para pihak. Tidak sama dengan tenggat waktu dalam proses negosiasi
yang kesulitan dalam menentukan saat terhitungnya, maka tenggat
waktu untuk proses konsultasi dan mediasi dapat ditafsirkan terhitung
sejak adanya kesepakatan tertulis tentang penunjukan pihak ketiga
sebagai konsultan atau mediator. Adapun untuk mediasi yang
mediatornya ditunjuk lembaga arbitrase atau lembaga alternatif
penyelesaian sengketa sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (5) ada
dua tenggat waktu yaitu tenggat waktu yang menentukan saat
dimulainya proses mediasi yaitu tujuh hari setelah penunjukkan
mediator dan tenggat waktu pelaksanaan proses mediasi yang tidak
boleh lebih dari 30 (tiga puluh) hari sebagaimana diatur dalam Pasal 6
ayat (6).
memiliki
peran
kewenangan
untuk
mendengarkan,
membujuk
dan
melalui
proses
litigasi
di
pengadilan.
Seiring
dengan
Cara
Penyelesaian
Masalah
Dengan
Cara
Konsiliasi?
Konsiliasi merupakan suatu cara penyelesaian sengketa oleh
suatu organ yang dibentuk sebelumnya atau dibentuk kemudian atas
kesepakatan para pihak yang bersengketa. Organ yang dibentuk tersebut
mengajukan usul-usul penyelesaian kepada para pihak yang bersengketa.
Rekomendasi yang diberikan oleh organ tersebut tidak bersifat
mengikat. Organ tersebut disebut dengan komisi konsiliasi.
Fungsi komisi konsiliasi adalah untuk menyelidiki sengketa dan
batas penyelesaian yang mungkin. Fungsi komisi konsiliasi adalah
memberikan informasi dan nasehat tentang pokok masalah posisi pihakpihak dan untuk menyarankan suatu penyelesaian yang bertalian dengan
apa yang mereka terima, bukan apa yang mereka tuntut. Karena proposal
komisi konsiliasi dapat diterima atau ditolak, praktek yang umum untuk
komisi itu adalah memberikan pihak-pihak
oleh
masing-masing
pihak,
perkara
komisi
yang
konsiliasi
arbitrase dapat
dilakukan
pengakuan
dan
pelaksanaan
Putusan
Arbitrase
ad-hoc
direntukan
berdasarkan
perjanjian
yang
penyelesaian masalahnya ;
para pihak dapat memilih tempat penyelenggaraan arbitrase ;
putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para
pihak melalui prosedur sederhana ataupun dapat langsung
dilaksanakan.
Para ahli juga mengemukakan pendapatnya mengenai
pihak.
Putusan peradilan wasit dirahasiakan, sehingga umum tidak
mengetahui tentang kelemahan-kelemahan perushaan yang
bersangkutan. Sifat rahasia pada putusan perwasitan inilah
yang dikehendaki oleh para pengusaha.
Disamping keunggulan arbitrase seperti tersebut diatas,
apapun.
Putusan Arbitrase Internasional
Semula pelaksanaan putusan-putusan arbitrase asing
di indonesia didasarkan pada ketentuan Konvensi Jenewa
1927, dan pemerintah Belanda yang merupakan negara
sama lain.
Mekanisme atau cara penyelesaian sengketa khususnya dalam hubungan
bisnis dapat dilakukan dengan cara legitasi yaitu bisa dengan melalui
( pengadilan umum dan pengadilan niaga), serta cara lain yang bisa
ditempuh dalam melakukan penyelesaian sengketa adalah dengan nonlegitasi yang biasanya berupa tindakan-tindakan konsultasi, negosiasi,
DAFTAR PUSTAKA
Mediasi di Pengadilan.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52897351a003f/litigasi-danalternatif-penyelesaian-sengketa-di-luar-pengadilan