You are on page 1of 8

Tanaman Penyaring dan Penjernih Air Secara Alami

1. Biji Kelor

Adalah Enos Tangke Arung, MP, dosen Fahutan Unmul yang menemukan biji kelor dan
menyulapnya menjadi serbuk ajaib yang dapat mengubah air keruh dengan partikel tanah maupun
unsur logam menjadi air bersih layak konsumsi, dan memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.
Endapkan Partikel Logam
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang
mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air
limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Penemuan yang telah
dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan
tampungan air hujan ini di masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai
Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat.
Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur
logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum
dan air bersih, katanya.
Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya mencapai
3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun menjadi 0,13 mg/l, dan telah
memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3 mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0 mg/l.
Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi standar baku
mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan kandungan logam mangan
(Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04 mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan
air bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.

Arang
Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang khas masih terasa, oleh
sebab itu, pada bak penampungan air harus ditambahkan arang yang dibungkus sedemikian rupa
agar tidak bertebaran saat proses pengadukan. Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor
tersebut.
Selain itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam dengan parameter kekeruhan yang
semula mencapai 146 NTU, setelah dibersihkan dengan sebuk biji kelor menurun menjadi 7,75
NTU, atau memenuhi standar baku air bersih yang ditetapkan, yaitu 25NTU. Untuk parameter warna
yang semula sebesar 233 Pt.Co menjadi 13,75Pt.Co, atau telah memenuhi standar baku mutu air
minum dan air bersih 15 Pt.Co dan 50 Pt.Co.
Membuat Serbuk
Cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji buah kelor yang
sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air limbah, dengan perbandingan tiga
sampai lima miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat. Dalam waktu 10 hingga 15 menit setelah
pengadukan, partikel-partikel kotoran yan terdapat di dalam air akan menyatu dan mengendap,
sehingga air menjadi jernih.
Enos, yang juga kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul mengatakan, pihaknya juga
telah membuat ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima persen, yaitu dengan merebus lima gram
tepung biji kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan disaring.
Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya dengan mencampur tiga
hingga lima militer ekstrak biji kelor ke dalam satu liter air dan diaduk dengan cepat, katanya.
Disebutkan, dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga 15 biji kelor dengan berat masingmasing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari 10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk
menjernihkan air sebanyak 40 liter.
Lebih Ekonomis
Kepala laboratorium pengujian air PDAM Unit Cendana (Samarinda), Alimudin mengakui, cara
tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem penjernihan air dengan bahan baku tawas
yang digunakan selama ini. Perbedaan penjernihan air dengan menggunakan tawas dan serbuk biji
kelor adalah pada lamanya waktu pengendapan partikel setelah pengadukan, yaitu hanya lima
menit, sedangkan dengan serbuk kelor mencapai 10 hingga 15 menit. Karena tawas jarang
diproduksi di Kaltim, pihak PDAM Samarinda mendatangkan tawas dari luar daerah, yaitu dari

Sulawesi (Manado) dan Kupang. Tawas tersebut dicampur dengan aluminium dan sulfat sebelum
digunakan untuk menjernihkan air sungai.
Menurut Enos Tangke, penggunaan serbuk biji kelor lebih ekonomis dibanding tawas, apalagi
tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim, sementara daun dan buahnya yang masih muda pun
dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan. Enos yang juga dosen pengasuh mata kuliah
Pengendalian Pencemaran menambahkan, tanaman kelor yang dikembangbiakkan dengan biji dan
stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah berair, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dibudidayakan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Mahakam.
Dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan enam bulan kemudian sudah
berbuah dan bisa dimanfaatkan bijinya, katanya.
Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air merupakan alternatif
terbaik dan lebih ekonomis, efisien serta turut melestarikan lingkungan dengan membudidayakan
tanaman tersebut di sekitar DAS.

2. Kulit Pisang

Dalam film-film kartun kulit pisang biasanya dimanfaatkan untuk tujuan jahat, dimana orang sering
dijebak dengan kulit pisang agar terpeleset. Tak dinyana ternyata kulit pisang yang dijadikan
sampah ternyata bermanfaat memurnikan air. Dalam penyaringan air, kulit pisang ini lebih ampuh
dari pada penyaringan alami lainnya, karena mampu menyerap logam berat. Sebelum kita tahu,
makan pisang kulitnya pasti dibuang.
Tidak perlu modifikasi apapun, kulit pisang yang akan dipakai untuk memurnikan air hanya perlu
dicincang kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam air. Dengan sendirinya logam berat seperti timbal
dan tembaga akan terserap oleh serat-serat yang terdapat pada kulit pisang.

Logam berat merupakan polutan yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Dalam tubuh
manusia, polutan ini bisa terakumulasi dan memicu dampak negatif dalam jangka panjang atau
bahkan bisa diturunkan pada generasi berikutnya.
Timbal (Pb) misalnya, bisa menghambat sintesis hemoglobin atau zat merah darah sehingga
mengganggu fungsi saraf maupun organ yang lain. Pada anak, timbal bisa menghambat
pertumbuhan sel-sel otak dan menurunkan tingkat kecerdasan ketika tumbuh dewasa.
Sementara itu, logam berat yang lain yaitu tembaga (Cu) jika terakumulasi dalam tubuh manusia
bisa memicu pengerasan hati (sirosis) dan kerusakan ginjal. Tembaga juga bisa terakumulasi di
jaringan saraf dan kornea mata, sehingga merusak fungsi penglihatan.
Untuk pemurnian air minum dari logam berat, teknologi yang ada saat ini umumnya sangat mahal
sehingga kurang terjangkau masyarakat umum. Sementara penyaring alami yang pernah diteliti dan
terbukti efektif antara lain limbah sabut kelapa dan kulit kacang.
Selain murah dan mudah didapatkan, kelebihan lain dari kulit pisang adalah bisa digunakan berkalikali. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnalIndustrial & Engineering Chemistry
Research baru-baru ini, kulit pisang yang dicincang bisa dipakai sebanyak 11 kali.
3. Kangkung dan Kiambang

Kangkung atau bahasa latinnya Ipomoea aquatica forsk merupakan jenis tumbuhan yang termasuk
jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kemudian Kiambang atau Salvinia molesta
mitchell dalam latinnya merupakan tumbuhan air berupa paku-pakuan berwarna hijau dan
permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan, biasa ditemukan mangapung di air
menggenang seperti kolam, sawah, danau atau sungai yang mengalir tenang.

Pertanyaannya, bagaimana kangkung dan kiambang dapat menjadi penjernih air sederhana
terutama limbah rumah tangga? Berdasarkan hasil penelitian dapat di sebutkan sebagai salah
duanya adalah proses fotosintesis dari tanaman tersebut. Fotosintesis adalah suatu proses biokimia
yang dilakukan tumbuhan, alga dan beberapa jenis bakeri untuk memproduksi energi terpakai atau
nutrisi dengan memanfaatkan energi cahaya. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi
karbon. Dalam fotosintesis, karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul
penyimpanan energi. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula
dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Dan faktor lain adalah proses respirasi. Dalam
istilah sederhana, respirasi adalah kebalikan fotosintesis. Ini adalah proses di mana zat makanan
dipecah dalam kehadiran oksigen untuk membebaskan energi, terutama sebagai panas. Karbon
dioksida dihasilkan sebagai produk. Respirasi terjadi disemua sel tumbuhan dan terus berlangsung
tanpa cahaya. Jadi selama kegelapan, ketika fotosintesis berhenti respirasi account untuk
penyerapan bersih oksigen dan pembebasan karbon dioksida dari pabrik.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, tanaman kangkung dan kiambang memiliki potensi untuk
menjernihkan air limbah rumah tangga secara alami, tetapi air tersebut masih belum aman di
konsumsi. Selain itu, dapat mengurangi polusi air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk dan
bakteri penular penyakit. Semakin lama berada di air kotor atau air limbah rumah tangga, maka
tanaman kangkung dan kiambang akan semakin banyak menyerap zat-zat yang terkandung didalam
air. Sehingga air tersebut menjadi lebih jernih dari hari ke hari dan bau yang tidak sedap mulai
berkurang. Tanaman kangkung memiliki kemampuan lebih cepat dalam menjernihkan air limbah
rumah tangga dari pada tanaman kiambang. Semakin jernih air limbah karena tanaman tersebut
maka semakin banyak jumlah endapan yang dihasilkan.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah tumbuhan kangkung dan kiambang dapat
ditanam ditempat yang airnya tercemar oleh air limbah rumah tangga seperti sumur, kolam dan air
genangan dibawah rumah. Sehingga air tersebut menjadi lebih jernih dan kembali dapat digunakan.
Adapun kelebihan dari pemanfaatan tumbuhan kangkung dan kiambang, yaitu sebagai berikut :
1.

Mudah didapatkan dan tidak memerlukan biaya untuk mendapatkannya.

2.

Mengurangi pencemaran air sebagai sarang penyakit.

3.

Tidak memiliki efek samping.

4.

Tanaman kangkung dapat dikonsumsi.

5.

Tanaman kiambang dapat dijadikan pupuk. Apabila di tempatkan di kolam ikan dapat dijadikan

sebagai penghias kolam dan zat hara yang dihasilkan dapat dikonsumsi ikan.
Sedangkan kekurangannya, yaitu air limbah rumah tangga yang telah dijernihkan masih tidak dapat
di konsumsi. Karena mikroorganisme dan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh sebagian besar
masih terdapat di dalam air hasil penjernihan.
4. Eceng Gondok

Eceng gondok atau Eichhornia crassipes pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang
ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius. Dia adalah seorang ahli botani berkebangsaan
Jerman, di mana pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.
Eceng gondok ditemukan tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang
lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini hanya memiliki tinggi sekitar 0,40,8 meter dan tidak mempunyai batang, terkadang berakar dalam tanah.
Bentuk daunnya tunggal dan berbentuk oval, sementara ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal
dan tangkai menggembung, permukaan daunya licin dan berwarna hijau. Termasuk bunga
majemuk, berbentuk bulir kelopaknya berbentuk tabung. Biji eceng gondok berbentuk bulat dan

berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau serta akarnya merupakan akar
serabut. Kecepatan menyesuaikan diri membuat tanaman ini tumbuh dengan cepat.
Disamping itu eceng gondok memiliki masa yang besar, tumbuh mengapung diatas permukaan air
sehingga mudah dipanen dibandingkan tanaman air lainya.
Namun, tak pelak eceng gondok sering membuat para nelayan dan pengguna transportasi air
kewalahan. Meskipun tumbuhan ini mati sekalipun masih dapat menimbulkan masalah, karena ia
akan turun ke bagian dasar sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
Nah, dengan berbagai macam hal yang bisa disebabkan oleh eceng gondok. Dengan bahasa,
setiap makhluk punya manfaat, hukum ini juga berlaku pada tumbuhan tersebut yang tidak membuat
nggondok (kesal-red). Pasalnya, Retno Nuraini, Gagas Pradani, Nur Ilmawati, dan Melissa Hamas
mengandalkan fungsi tanaman eceng gondok dan karbon aktif untuk daur ulang air limbah rumah
tangga. Air jernih tanpa bau itu nantinya bisa dipakai mandi atau bahan air minum, kata Gagas.
Pengelolaan itu dimulai dengan mengumpulkan air limbah rumah tangga ke bak penampungan.
Dengan asumsi sebuah rumah dihuni lima orang, ujar Melissa, air limbah yang dihasilkan sekitar
700 liter per hari.
Air itu kemudian dialirkan ke kolam yang dipenuhi eceng gondok. Fungsi eceng gondok berdasarkan
literatur, kata Gagas, menyerap senyawa-senyawa organik, terutama amonia dan fosfat. Eceng
gondok bersifat fitoremediasi atau tumbuhan yang menyerap polutan.
Air limbah itu didiamkan di kolam eceng gondok selama 24 jam. Setiap batang eceng gondok
sanggup membersihkan air limbah domestik, selain tinja, itu sebanyak 4 liter.
Setelah sehari penuh, katup penutup saluran air di ujung kolam eceng dibuka untuk mengalirkan air
ke bak penampungan ketiga di bawah tanah.
Di dalam bak itu mereka menyusun saringan berlapis dengan karbon aktif. Bahan arang yang biasa
dipakai untuk menghentikan diare itu berfungsi menghilangkan bau air limbah. Air jernih tanpa bau
itu kemudian akan naik sendiri ke atas atau perlu disedot pompa air agar bisa naik hingga bak
penampungan di atap rumah lantai dua.
Selain itu, akar tanaman ini juga dapat menghasilkan zat alleopathy yang mengandung zat
antibiotoka dan juga mampu membunuh bakteri coli.

Eceng gondok juga mampu menjernihkan atau menurunkan kekeruhan suatu perairan hingga 120
mg perliter silika selama 48 jam sehingga cahaya matahari dapat menembus perairan dan dapat
meningkatkan produktivitas perairan melalui proses fotosintesis bagi tanaman air lainnya.
Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu
pestisida, contohnya residu 2.4-D dan paraquat. Akar dari tumbuhan eceng gondok (Eichhornia
crassipes) mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai bahan kimia
buatan industri.
Eceng gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya didalam air kurang mencukupi,
tetapi responnya terhadap kadar unsur hara yang tinggi juga besar. Proses regenerasi yang cepat
dan toleransinya terhadap lingkungan yang cukup besar, menyebabkan eceng gondok dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali pencemaran lingkungan.

[Dari berbagai sumber]

You might also like