Professional Documents
Culture Documents
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara II tentang Lipida adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh perlakuan suhu dingin terhadap kenampakkan
beberapa jenis minyak/lemak.
2. Mengetahui kualitas minyak dengan uji ketengikan menggunakan metode
Kreiss.
3. Mengetahui kualitas minyak dengan uji Angka Asam.
4. Mengetahui adanya aktivitas enzim lipase dari susu.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk
menjaga kesehatan tubuh manusia. Sealin itu lemak dan minyak juga
merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan
karbohidarat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat
menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidart dan protein hanya
menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak , khususnya minyak nabati
mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat,
dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembulu darah akibat
penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber
dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, K. lemak dan minyak terdapat
pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda.
Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan dengan segaja kebahan
makanandengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan pangan minyak dan
lemak berfungsi sebagi media penghantar panas, menambah kalori, dan
memperbaiki tekstur dan cita rasa pangan (Winarno, 2004).
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalh trigliserida merupakan
bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa
hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Di
alam, bentuk gliserida yang lain yaitu digliserida dan monogliserida hanya
terdapat sangat sedikit pada tanaman. Dalam dunia perdagangan lebih
banyak dikenal digliserida dan monogliserida yang dibuat dengan sengaja
dari hidrolisa tidak lengkap trigliserida dan banyak dipakai dalam teknologi
makanan misalnya sebagai bahan pegelmusi, penstabil, dan lain-lain
keperluan (Sudarmadji dkk, 2010).
Minyak dan lemak adalah bagian dari kelompok senyawa dikenal
sebagai ester lemak atau trigliserida, dan hidrolisis mereka dasarnya
melibatkan reaksi dengan air untuk menghasilkan asam lemak yang
berharga gratis dan gliserol. Ada tiga rute utama saat ini digunakan untuk
hidrolisis lemak dan minyak dalam produksi asam lemak ; tekanan tinggi
membelah uap, hidrolisis basa dan enzimatik hidrolisis. Para enzim lipase
yang secara khusus mengkatalisis hidrolisis minyak menjadi asam lemak
bebas dan gliserol pada hubungan antara dua cairan. Trigliserida ini disebut
"lipid", tidak larut dalam fase air, sehingga reaksi harus mengambil tempat
pada antar muka air dan fase lipid (Murty, 2002).
Asam lemak tidak jenuh yang terdapat di dalam lemak atau minyak,
terutama dari sumber nabati, dapat mengalami perubahan atau kerusakan,
baik secara fisik atau kimia. Penyebab perubahan atau kerusakan ini antara
lain adalah karena proses oksidasi. Minyak yang mengandung asam lemak
yang banyak ikatan rangkapnya dapat teroksidasi secara spontan oleh udara
pada suhu ruang. Oksidasi spontan ini secara langsung akan menurunkan
tingkat kejenuhan minyak, menyebabkan minyak menjadi tengik, dan
terasa tidak enak. Proses terjadinya ketengikan (rancidity) akan dipercepat
apabila terdapat logam tertentu seperti tembaga,seng, timah dan timbal dan
apabila mendapat panas atau cahaya penerangan. Asam lemak juga dapat
mengalami perubahan karena dimasak pada temperatur tinggi. Proses
pemasakan pada temperatur tinggi ini menyebabkan minyak mengalami
pirolisis, yaitu suatu reaksi dekomposisi karena panas. Pirolisis
menyebabkan terbentuknya akrolein, yaitu senyawa yang bersifat racun,
dan dapat menyebabkan iritasi dengan bau khas lemak terbakar
(Edwar dkk, 2011).
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik
yang disebut proses ketengikan (rancidity), ketengikan terjadi karena asam
lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi
hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol
(alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai
produk ini. Selain pada suhu kamar, proses ini dapat terjadi selama proses
pengolahan menggunakan suhu tinggi. Hasil oksidasi minyak atau lemak
dalam bahan pangan tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau tidak enak,
tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi karena rusaknya vitamin (karoten
dan tokoferol) dan asam lemak esensial dalam lemak. Oksidasi terjadi
pada ikatan tidak jenuh dalam asam lemak. Pada suhu kamar sampai dengan
suhu 100oC, setiap ikatan tidak jenuh dapat mengabsorbsi 2 atom oksigen,
sehingga terbentuk persenyawaan peroksida yang bersifat labil. Peroksida
ini dapat menguraikan radikal tidak jenuh yang masih utuh sehingga
terbentuk 2 molekul persenyawaan oksida. Dari uraian tersebut dapat
dikatakan bahwa semakin minyak tengik maka kualitas minyak juga redah
(Siswati dkk, 2006).
Pembentukan asam lemak bebas dalam minyak goreng bekas atau
jelantah diakibatkan oleh proses hidrolisis yang terjadi selama prosess
penggorengan yang biasanya dilakukan pada suhu 160 200 oC. Uap air
yang dihasilkan pada saat proses penggorengan, menyebabkan terjadinya
hidrolisis terhadap trigliserida, menghasilkan asam lemak bebas, digliserida,
monogliserida, dan gliserol yang diindikasikan dari angka asam. Tingginya
angka asam suatu minyak jelantah menunjukkan buruknya kualitas dari
minyak jelantah tersebut, sehingga minyak jelantah dibuang sebagai limbah
akan mengganggu lingkungan dan menyumbat saluran air. Agar minyak
jelantah dapat dimanfaatkan kembali, maka dicoba untuk meregenerasi
minyak tersebut dengan menurunkan angka asam yaitu mengurangi
kandungan asam lemak bebas (Mardina dkk, 2012).
Prinsip pengujian angka asam adalah menunjukkan banyaknya asam
lemak bebas yang terdapat dalam suatu minyak. Angka asam dinyatakan
sebagai jumlah milli gram NaOH yang dibutuhkan asam lemak bebas.
Kadar asam lemak bebas berhubungan dengan indes bias dan titik asap
minyak goreng. Dimana dengan bertambahnya kadar asam lemak bebas
maka indeks bias minyak akan meningkat, sedangkan titik asapnya menurun
(Winarni dkk, 2010).
Enzim berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat atau
meningkatkan kecepatan reaksi kimia dengan jalan menurunkan energi
aktivasinya. Di sisi lain, untuk meningkatkan kecepatan reaksi kimia dapat
juga dilakukan dengan meningkatkan suhu reaksi. Suhu yang tinggi dapat
mempercepat gerak molekul. Namun demikian, penggunaan suhu tidak
selamanya baik dan tepat, karena tidak semua senyawa (reaktan) dapat tahan
terhadap suhu yang tinggi. Selain dapat merusak reaktan, penggunaan suhu
tinggi juga mengakibatkan biaya proses yang lebih besar. Enzim
mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada satu reaksi saja. Suatu enzim
mempunyai ukuran yang lebih besar daripada substratnya. Oleh karena itu
tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat, bagian
enzim yang mengadakan hubungan dengan substrat disebut bagian aktif.
Cara kerja enzim dapat diterangkan dengan dua teori, yaitu teori gembok
dan teori kecocokan yang terinduksi (Murni dkk, 2011).
Angka asam adalah suatu bilangan atau angka yang menunjukkan
banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak atau minyak, yang
dihasilakan terutama dari peranan enzim lipase. Angka asam dinyatakan
sebagai banyaknya mg KOH yang dibutukan untuk menetralkan asam lemak
bebas dalam setaiap g lemak. Angka asam pada minyak dan lemak
menunjukkan kandungan asam lemak bebas yang mempengaruhi kualitas
minyak dan lemak (Makfoeld, 2002).
2. Tinjauan Bahan
Minyak sawit, seperti biji minyak lainnya, adalah ester asam lemak
gliserol biasa disebut trigliserida. Ia memiliki tinggi proporsi asam palmitat
jenuh (C16) yang mana mungkin saja disebabkan nilainya dalam
pembuatan sabun. minyak sawit ini juga mengandung lemak tak jenuh
yang tinggi, terutama yang berasal dari asam oleat. Dalam keadaan aslinya,
minyak sawit mengandung karotenoid (0,05-0,2%) yang memberikan
warna merah (Njoku, 2010).
Minyak zaitun adalah produk impor yang dihasilkan dari pemrosesan
buah zaitun. Minyak zaitun yang asli diperoleh dari buah zaitun tanpa
penambahan senyawa lain. Ada dua jenis minyak zaitun berdasarkan hasil
pengolahannya yaitu minyak zaitun sulingan dan minyakzaitun murni.
Minyak zaitun sulingan diperoleh darihasil penyulingan. Sedangkan
minyak zaitun murni diperoleh dari perasan menggunakan alat mekanik,
seringkali minyak zaitun diperdagangkan merupakan campuran antara
minyak sulingan dan minyak murni. Pencampuran ini dimaksud untuk
meningkatkan kualitas minyak tersebut. Sebab, minyak sulingan beberapa
senyawa hilang. Sedangkan minyak murni memiliki bentuk, aroma, dan
rasa yang kurang jelas. Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa
seperti fenol, tokoferol, steral, pigmen, dan squalen yang sangat bermanfaat
dalam meningkatkan kesehatan manusia (Subakti dan Deri, 2008).
Wijen (Sesamum indicum L) merupakan salah satu komoditas sumber
minyak nabati. Minyak dari biji wijen telah digunakan sebagai minyak
makan, seasoning, atau salad oil. Minyak wijen mengandung banyak asam
lemak tak jenuh, terutama asam oleat (C18:1) dan asam linoleat (C18 :2 ,
Ome-ga-6). Minyak wijen juga mengandung banyak vitamin E dan
komponen fungsional lainnya yang berguna bagi kesehatan. Ada tiga
macam proses pengolahan minyak wijen, yaitu dengan pengepresan dingin,
pengepresan panas, dan penyang-raian biji wijen. Perlakuan panas se-lama
proses pengolahan minyak wijen akan mempengaruhi komposisi asam
lemak dan juga senyawa fungsional dalam minyak wijen. Teknik
pengepresan dingin dapat meningkat-kan kualitas minyak wijen yang
dihasilkan (Handajani dkk, 2010).
Minyak kelapa dan kelapa sawit sebagai sumber kebutuhan minyak
goreng harus dijaga kualitasnya. Penurunan kualitas minyak sangat
dipengaruhi oleh keberadaan asam lemak yang dikandungnya. Faktor yang
3. Cara Kerja
a. Pengaruh suhu dingin terhadap kenampakan beberapa jenis minyak
Disiapkan 8 tabung reaksi
Tiap tabung dimasukkan ke dalam gelas beaker 500 ml yang berisi air dingin dengan s
1 ml minyak baru, miyak jelantah, minyak lama + 1 ml air, minyak baru + 1 ml air di ka
Digojog homogen
1 ml phloroglucinol 1%
Ditambahkan
Diamati lapisan warna pink yang terjadi jika minyak telah tengik
Ditambahkan
50 ml alkoholdan
96%
dididihkan 10 menit dengan pemanas yang dilengkpi dengan
5 tetes indikator pp
Ditambahkan
NaOH 0,1 N
Dihitung angka asam yang didapat dan angka asam untuk minyak baru dengan minyak
8 ml substrat dimasukkan dalam Erlenmenyer 100 ml dan di seimbangkan suhunya dalam suhu kam
Ditambah 5 tetes pp dan dititrasi dengan NaOH 0,01 N hingga tepat merah jambu
Sampel
Minya
k wijen
11
Lemak
sapi
Coklat
susu
Minya
k
Kuning
Tidak
Kuning
Tidak
9
Cair
kelapa jernih
berbau
jernih
berbau
sawit
Minya
Kuning
Tidak
Kuning
Tidak
10
k
Cair
jernih
berbau
jernih
berbau
Zaitun
Minya Coklat
Agak
Coklat
Tidak
12
Cair
k wijen muda
tengik
muda
tengik
Minya
k
Kuning
Tidak
Kuning
Tidak
13
Cair
kelapa jernih
berbau
jernih
berbau
sawit
Minya
Kuning
Tidak
Kuninh
Tidak
14
k
Cair
jernih
berbau
jernih
berbau
zaitun
Sumber : laporan sementara
Tabel 2.1.2 Kenampakan Beberapa Jenis Minyak Dalam Suhu Dingin
Kel
.
1
2
3
Sampel
Minya
k wijen
Minya
k sawit
Minya
Wujud
Cair
Padat
Cair
Cair
Cair
Cair
Cair
Wujud
Cair
cair
Cair
k
zaitun
zaitun
zaitun
Lemak Coklat
Khas
Coklat
Khas
4
Padat
sapi
muda
lemak sapi
muda
lemak sapi
Minya
Khas
Khas
5
Coklat
Cair
Coklat
k wijen
wijen
wijen
Minya Kuning
Kuning
Khas
6
Khas sawit Cair
k sawit bening
bening
sawit
Minya
Khas
Khas
7
k
Kuning
Cair
Kuning
zaitun
zaitun
zaitun
Sumber : laporan sementara
Berdasarkan teori Winarno (2004) asam-asam lemak yang ditemukan
dialam dibagi menjadi dua golongan yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh. Asam-asam lemak tidak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi
ikatan rangkapnya, dan berbeda dengan asam lemak jenuh dalam bentuk
molekul keseluruhannya. Asam lemak tak jenuh biasanya terdapat dalam
bentuk cis. Karena itu molekul akan bengkok pada ikatan rangkap, walaupun
ada juga asam lemak tidak jenuh dalam bentuk trans.
Pada percobaan ini digunakan berbagai macam sampel. Minyak wijen
menurut Handajani dkk (2010) Wijen (Sesamum indicum L) merupakan salah
satu komoditas sumber minyak nabati. Minyak dari biji wijen telah digunakan
sebagai minyak makan, seasoning, atau salad oil. Minyak wijen mengandung
banyak asam lemak tak jenuh, terutama asam oleat (C18:1) dan asam linoleat
(C18 :2 , Ome-ga-6). Minyak wijen juga mengandung banyak vitamin E dan
komponen fungsional lainnya yang berguna bagi kesehatan. Menurut
Siswantika dkk (2004) Minyak yang berasal dari kelapa sawit mempunyai
kadar asam lemak jenuh sebesar 51% dan asam lemak tak jenuh 49%., minyak
zaitun virgin, tinggi kandungan asam lemak tak jenuh tunggal terutama asam
oleat, minyak ini telah lama dikonsumsi oleh masyarakat mediterania dan
dipercaya sebagai penyebab rendahnya angka kejadian penyakit kardiovaskuler
didaerah itu. Menurut Hermanto (2009) Berdasarkan hasil analisa komposisi
asam lemak pada masing-masing sampel terlihat bahwa persentasi asam lemak
jenuh (SFA), asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan dan asam lemak tak
jenuh ganda (PUFA) relatif berbeda. Kandungan asam lemak jenuh terbesar
Padat
Cair
Cair
Cair
diperlakukan dengan sama yaitu didinginkan dalam air yang bersuhu dingin
<100C. Sebelum didinginkan minyak sawit berwarna kuning jernih, tidak
berbau dan berwujud cair sehingga minyak sawit tergolong asam lemak tidak
jenuh karena bersifat cair pada suhu kamar. Setelah didinginkan sawit tetap
kuning jernih, tidak berbau dan berwujud cair. Pada sampel berikutnya yaitu
minyak zaitun, sebelum didinginkan minyak zaitun berwarna kuning jernih,
tidak berbau, dan berwujud cair sehingga minyak zaitun tergolong asam lemak
tidak jenuh karena bersifat cair pada suhu kamar. Minyak wijen sebelum
didinginkan berwarna coklat muda, baunya agak tengik dan berwujud cair
sehingga minyak wijen tergolong asam lemak tidak jenuh karena bersifat cair
pada suhu kamar, setelah didinginkan berwarna coklat muda, baunya tidak
tengik dan cair. Pada lemak sapi sebelum didinginkan berwarna coklat susu,
berbau tengik dan amis dan wujudnya padat sehingga lemak sapi tergolong
asam lemak jenuh karena bersifat padat pada suhu kamar, setelah didinginkan
menjadi coklat susu, baunya lebih tengik dan amis, dan wujudnya padat.
Percobaan pada Tabel 2.1.2 menggunakan empat sampel lipida yaitu
minyak sawit, minyak wijen, minyak zaitun dan lemak sapi. Tiap sampel
diperlakukan dengan sama yaitu didinginkan dalam air yang bersuhu dingin
<100C. Sebelum didinginkan minyak sawit berwarna kuning bening, berbau
khas minyak sawit dan berwujud cair sehingga minyak sawit tergolong asam
lemak tidak jenuh karena bersifat cair pada suhu kamar. Setelah didinginkan
sawit tetap kuning bening, berbau khas minyak sawit dan berwujud cair. Pada
sampel berikutnya yaitu minyak zaitun, sebelum didinginkan minyak zaitun
berwarna kuning bening, berbau khas minyak zaitun, dan berwujud cair
sehingga minyak zaitun tergolong asam lemak tidak jenuh karena bersifat cair
pada suhu kamar. Minyak wijen sebelum didinginkan berwarna coklat, baunya
khas wijen dan berwujud cair sehingga minyak wijen tergolong asam lemak
tidak jenuh karena bersifat cair pada suhu kamar, setelah didinginkan berwarna
coklat, baunya khas wijen dan cair. Pada lemak sapi sebelum didinginkan
berwarna coklat muda, berbau khas lemak sapi dan wujudnya padat sehingga
lemak sapi tergolong asam lemak jenuh karena bersifat padat pada suhu kamar,
setelah didinginkan warnanya tetap menjadi coklat, baunya masih khas lemak
sapi, dan wujudnya padat.
Menurut teori Winarno (2004) juga menjelaskan minyak sawit
mempunyai titik leleh 25-500C, mengandung asam lemak dominan yaitu asam
palmitat (lemak jenuh) 50.46% dan asam oleat (lemak tak jenuh) sebesar
40.35%. Dalam Edwar (2011) minyak goreng sawit mempunyai asam lemak
tidak jenuh hanya sebesar 48%. Minyak wijen diperoleh dari biji wijen
(Sesamum indicum) yang mengandung minyak sekitar 50 persen. Secara
umum, asam-asam lemak dalam minyak zaitun dibagi menjadi dua yaitu, asam
lemak tak jenuh dengan kadar 70-80% dan asam lemak jenuh dengan kadar 810%. Berdasarkan teori tersebut maka sampel pada percobaan dapat diurutkan
dari yang memiliki kejenuhan yang tinggi ke sampel yang memiliki kejenuhan
rendah yaitu lemak sapi, minyak sawit, minyak wijen, dan minyak zaitun.
Suhu dingin berpengaruh terhadap minyak/lemak karena menyebabkan
kondisinya lebih padat. Titik lebur suatu lemak atau minyak dipengaruhi oleh
sifat asam lemak, yaitu daya tarik antar asam lemak yang berdekatan dalam
kristal. Gaya ini ditentukan oleh panjang rantai C, jumlah ikatan rangkap, dan
bentuk cis dan trans pada asam lemak tidak jenuh. Makin panjang rantai C,
titik cair akan semakin tinggi dan titik lebur menurun dengan bertambahnya
jumlah ikatan rangkap. Makin banyak ikatan rangkap, ikatan makin lemah,
berarti titik cair akan lebih rendah. Sehingga asam lemak jenuh mempunyai
titik lebur lebih tinggi daripada asam lemak tidak jenuh.
Suhu dingin berpengaruh terhadap minyak/lemak karena menyebabkan
kondisinya lebih padat. Titik lebur suatu lemak atau minyak dipengaruhi oleh
sifat asam lemak, yaitu daya tarik antar asam lemak yang berdekatan dalam
kristal. Gaya ini ditentukan oleh panjang rantai C, jumlah ikatan rangkap, dan
bentuk cis dan trans pada asam lemak tidak jenuh. Makin panjang rantai C,
titik cair akan semakin tinggi dan titik lebur menurun dengan bertambahnya
jumlah ikatan rangkap. Makin banyak ikatan rangkap, ikatan makin lemah,
berarti titik cair akan lebih rendah. Sehingga asam lemak jenuh mempunyai
titik lebur lebih tinggi daripada asam lemak tidak jenuh.
Sampel
Sebelum
Terbentuk 2 lapisan,
8,12 Minyak baru atas: kuning kental,
bawah: bening
Terbentuk 2 lapisan,
9,13 Minyak lama atas: kuning kental,
bawah: bening
Terbentuk 2 lapisan,
Minyak baru
10
atas: kuning kental,
+ sedikit air
bawah: bening
Terbentuk 2 lapisan,
Minyak lama
11,14
atas: kuning kental,
+ sedikit air
bawah: bening
Sumber : laporan sementara
Sesudah
Terbentuk 2 lapisan, atas:
kuning kental, bawah:
bening
Terbentuk 2 lapisan, atas:
kuning kental, bawah:
merah muda
Terbentuk 2 lapisan, atas:
kuning kental, bawah:
bening
Terbentuk 2 lapisan, atas:
kuning kental, bawah:
semburat merah muda
Sampel
Sebelum
2,5
Minyak baru
Terbentuk 2 lapisan, 1:
keruh, 2: bening
2,6
Minyak lama
Terbentuk 2 lapisan, 1:
bening, 2: keruh
3,7
Minyak baru
+ sedikit air
Terbentuk 2 lapisan, 1:
keruh, 2: bening
Minyak lama
+ sedikit air
Terbentuk 2 lapisan, 1:
keruh, 2: bening
Sesudah
Terbentuk 2 lapisan,1:
keruh, 2: bening, tidak
terdapat lapisan pink
Terbentuk 2 lapisan, 1:
keruh, 2: pink bening,
terdapat lapisan pink
Terbentuk 2 lapisan, 1:
keruh, 2: bening, tidak
terdapat lapisan pink
Terbentuk 2 lapisan, 1:
keruh, 2: beninh, tidak
terdapat lapisan pink
kental dan lapisan bawah bening. Dan sampel terakhir yaitu minyak lama
ditambah 1 ml HCl pekat, 1 ml phloroglucinol dan 1 ml air, sebelum difortex
terdapat 2 lapisan yaitu lapisan bening, dan lapisan kuning kental. Setelah
difortex terdapat 2 lapisan yaitu lapisan atas kuning kental dan lapisan bawah
semburat merah muda.
Berdasarkan Tabel 2.2.2 hasil praktikum dapat diketahui bahwa,
minyak baru yang ditambah 1 ml HCl pekat dan 1 ml phloroglucinol
membentuk 2 lapisan yaitu lapisan 1 keruh dan lapisan 2bening. Setelah
difortex terdapat 2 lapisan yaitu lapisan atas keruh dan lapisan 2bening. Pada
minyak jelantah/lama yang ditambah 1 ml HCl pekat dan 1ml phloroglucinol,
sebelum difortex terdapat 2 lapisan yaitu lapisan 1 bening dan lapisan 2 keruh.
Setelah difotex terdapat 2 lapisan yaitu lapisan atas bening dan lapisan bawah
pink bening. Pada minyak baru yang ditambah dengan 1 ml HCl pekat, 1 ml
phloroglucinol dan 1 ml air, sebelum difortex terdapat 2 lapisan yaitu lapisan 1
keruh, dan lapisan 2 bening. Setelah difortex terdapat 2 lapisan yaitu lapisan 1
keruh dan lapisan 2 bening. Dan sampel terakhir yaitu minyak lama ditambah 1
ml HCl pekat, 1 ml phloroglucinol dan 1 ml air, sebelum difortex terdapat 2
lapisan yaitu lapisan keruh, dan bening. Setelah difortex terdapat 2 lapisan
yaitu lapisan 1 keruh dan lapisan 2 bening.
Apabila sampel menghasilkan lapisan pink atau merah muda maka
sampel menunjukkan terjadinya ketengikan. Berdasarkan hasil praktikum
didapatkan hasil sampel yang menghasilkan lapisan warna pink adalah sampel
minyak lama dan sampel minyak lama + air pada tabel 2.2.1 dan pada tabel
2.2.2 sampel yang berwarna pink atau merah muda hanya sampel minyak lama.
Berdasarkan teori menurut Winarni dkk (2010) Secara ilmiah minyak goreng
yang telah digunakan berkali-kali atau disebut dengan minyak lama, lebih-lebih
dengan pemanasan tinggi sangatlah tidak sehat, karena minyak tersebut asam
lemaknya lepas dari trigliserida sehingga jika asam lemak bebas mengandung
ikatan rangkap mudah sekali teroksidasi menjadi aldehid maupun keton yang
menyebabkan bau tengik. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil praktikum
sesuai dengan teori yang ada. Sedangkan pada minyak baru dan minyak baru +
air tidak menghasilkan lapisan pink sehingga tidak tengik. Menurut Winarni
dkk (2010) minyak goreng dapat diuji kualitasnya dari : kadar air merupakan
jumlah (%) bahan yang menguap pada pemanasan dengan suhu serta waktu
tertentu. Jika dalam minyak terdapat air, maka akan mengakibatkan kerusakan
minyak yaitu reaksi hidrolisis. Reaksi hidrolisis akan menyebabkan ketengikan
pada minyak goreng karena asam lemaknya lepas dari trigliserida. Sehingga
dapat dikatakan berdasarkan hasil praktikum pada sampel minyak baru + air
tidak sesuai dengan teori karena seharusnya minyak bar + air menghasilkan
lapisan pink yang artinya minyak baru + air tengik. Sedangkan pada sampel
minyak baru sudah sesuai dengan teori menurut Winarni dkk (2010) bahwa
minyak baru kandungan asam lemak dari trigliseridanya belum lepas sehingga
tidak menimbulkan bau tengik. Berdasarkan pengamatan hal yang
menyebabkan hasil praktikum tidak sesuai dengan teori disebabkan karena
kurangnya ketelitian praktikan dalam praktikum seperti pencampuran dengan
alat fortex yang kadang-kadang berhenti sejenak atau dikarenakan jumlah air
yang digunakan terlalu sedikit.
Tabel 2.3.1 Data Pengujian Angka Asam
Kelompok
Sampel
8,9,14
Minyak baru
8,9,14
Minyak lama
10,11
Minak lama
12,13
Minyak baru
Sumber : laporan sementara
Berat minyak
(gr)
5
5
5
5
Vol NaOH
(ml)
0,2
8,1
9,7
0,2
Angka Asam
0,16
6,48
7,76
0,16
Sampel
1,2,7
Minyak baru
3,4
Minyak lama
5,6
Minyak baru
Sumber : laporan sementara
Berat
minyak (gr)
5
5
5
Vol NaOH
(ml)
0,3
9,3
0,1
Angka Asam
0,24
7,44
0,08
Sampel
Warna
Sebelum
8,10
Susu
Putih
12
Blanko
Bening
9,11
Susu
Putih
13
Blanko
Bening
14
Blanko
Bening
Sumber : laporan sementara
Sesudah
Putih pink
Pink bening
Pink bening
Pink bening
Pink bening
Vol NaOH
(ml)
25,2
4,4
24
5,1
4,6
Aktivitas
Lipase
2,52 x10-3
4,4 x 10-4
2,4 x 10-3
5,1 x 10-4
4,6 x 10-4
Vol NaOH
(ml)
33
Aktivitas
Lipase
3,3 x 10-3
35
3,5 x 10-3
31
3,1 x 10-3
24,5
2,45 x 10-3
Sampel
Susu
Warna
Sebelum
Putih keruh
3,4
Susu
Putih keruh
5,6
Susu
Putih keruh
Susu
Putih keruh
Sesudah
Putih semburat
pink
Putih semburat
pink
Putih semburat
pink
Putih semburat
pink
1,2
Blanko
Bening
3,4
Blanko
Bening
5,6
Blanko
Bening
Bening semburat
pink
Bening semburat
pink
Bening semburat
pink
5,5
5,5 x 10-4
0,9 x 10-4
0,1 x 10-4
itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat, bagian
enzim yang mengadakan hubungan dengan substrat disebut bagian aktif. Cara
kerja enzim dapat diterangkan dengan dua teori, yaitu teori gembok dan teori
kecocokan yang terinduksi.
a. Teori Gembok dan Kunci (Lock and Key Theory)
Pada teori gembok dan kunci menyatakan bahwa enzim dan substrat akan
bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk ke
dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi
aktivasi yang rendah.Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan
produk serta membebaskan enzim.
b. Teori Kecocokan yang Terinduksi (Induced Fit Theory)
Sisi aktif enzim bersifat fleksibel sehingga dapat berubah bentuk
menyesuaikan bentuk substrat.Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim,
bentuk sisiaktif termodifikasi melingkupinya membentuk kompleks.Ketika
produk sudah terlepasdari kompleks, enzim kembali tidak aktif menjadi
bentuk yang lepas, hingga substratyang laindapat bereaksi dengan enzim
tersebut.
Pada percobaan ini digunakan larutan NaCl yang berfungsi sebagai
sampel blanko. Sampel blanko ini sebagai pengganti larutan sampel yang
digunakan NaCl untuk melihat pengamatan aktivitas enzim tanpa penambahan
ekstrak tersebut. Sedangkan larutan control baik pada sampel maupun blanko
dibuat sebagai koreksi.
Menurut Nadjib (2006) Phenolphthalein biasa disebut sebagai indikator
pp dengan berat molekul 318,31 berupa kristal putih yang dapat larut dalam air
dan sedikit larut dalam kloroform. Titik lelehnya 258o 262 oC dibuat dengan
cara memanaskan phthalat anhidrida dan fenol dalam asam sulfat.
Phenolphthalein 1 % terlarut dalam alkohol digunakan secara luas sebagai
indikator dalam titrasi asam-basa dengan trayek pH 8,3 (tidak berwarna)
sampai pH 10,4 berwarna merah. Perubahan warna pada phenolphthalein
disebabkan kalium dapat membuka cincin lakton dan membentuk garam
fenolat. Reaksi berlangsung secara bertahap membentuk intermediate hipotetik
yang tidak stabil, berubah menjadi ion berwarna. Warna dapat terjadi karena
adanya resonansi muatan negatif pada dua atom oksigen yang ekivalen.
Dengan pengurangan konsentrasi kalium atau larutan phenolphthalein yang
berlebihan, warna merah akan menghilang. Hal ini disebabkan hadirnya bentuk
garam yang mengakibatkan resonansi. Fungsi penambahan indicator PP
(fenoftalein) untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses
penitrasian denfgan terjadinya perubahan warna pada larutan. Indikator PP
dengan range 8,3 10,4 merupakan indicator yang baik untuk larutan basa
dimana indicator ini akan merubah warna larutan dari bening menjadi merah
muda akibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasian.
Berdasarkan tabel 2.4.1 didapatkan hasil percobaan didapatkan hasil uji
aktivitas enzim lipase dari sampel susu dan blanko. Dalam percobaan ini
sampel yang menunjukkan aktivitas lipase tertinggi yaitu kelompok 9, 11
dengan sampel susu. Warna sebelumnya putih kemudian menjadi putih bening
dengan besar aktivitas lipase 2,4 x 10-3. Sampel yang menunjukkan hasil tidak
jauh berbeda adalah susu pada kelompok 8,10 dengan nilai aktivitas lipase
sebesar 2,52x 10-3 warna sebelumnya putih kemudian menjadi putih pink. Dan
nilai aktivitas yang dengan menggunakan sampel blanko pada kelompok 12,
13, dan 14 yaitu sebesar 4,4 x 10-4 , 5,1 x 10-4, , 4,6 x 10-4 , semua sampel
blanko awalnya berwarna bening kemudian menjadi berwarna pink bening.
Berdasarkan tabel 2.4.2 didapatkan hasil percobaan didapatkan hasil uji
aktivitas enzim lipase dari sampel susu dan blanko. Dalam percobaan ini
sampel yang menunjukkan aktivitas lipase tertinggi yaitu kelompok 3,4 dengan
sampel susu. Warna sebelumnya putih keruh kemudian menjadi putih semburat
pink dengan besar aktivitas lipase 3,5 x 10-3. Sampel yang menunjukkan hasil
tidak jauh berbeda adalah susu pada kelompok 1,2 dengan nilai aktivitas lipase
sebesar 3,3x 10-3 warna sebelumnya putih keruh kemudian menjadi putih
semburat pink. Kemudian tidak jauh berbeda pada kelompok 5,6 dan kelompok
7 dengan nilai aktivitas lipase sebesar 3,1 x 10-3 dan 2,45 x 10-3 . Dan nilai
aktivitas yang dengan menggunakan sampel blanko pada kelompok 1,2,
kelompok 3,4 dan kelompok 5,6 yaitu sebesar 5,5 x 10-4 , 0,9 x 10-4, , 0,1 x 10-4
, semua sampel blanko awalnya berwarna bening kemudian menjadi berwarna
bening semburat pink.
Pada percobaan dengan menggunakan sampel susu dan blanko untuk uji
aktivitas enzim lipase telah sesuai dengan teori, bahwa enzim merupakan
protein akan meningkat aktivitasnya seiring dengan peningkatan suhu, namun
apabila melampaui batas optimumnya maka aktivitas enzim akan menurun
akibat terdenaturasi. Inilah yang menyebabkan aktivitas enzim yang
mengalami perlakuan inkubasi lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan
inkubasi.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan praktikum Lipid dan Lipase yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Suhu dingin tidak memberikan perbedaan pengaruh kondisi yaitu, pada
lemak sapi tetap padat sedangkan pada minyak sawit, wijen, dan zaitun,
juga tetap cair.
2. Minyak yang tergolong jenuh adalah lemak sapi, sedangkan minyak tidak
jenuh minyak sawit, minyak wijen dan minyak zaitun
3. Metode Kreiss merupakan salah satu metode untuk uji ketengikan
minyak. Uji Kreiss berprinsip kepada reaksi kondensasi antara ephydrinaldehida dengan phloroglucinol, sehingga menghasilkan warna merah
jambu (pink).
4. Ketengikan terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat
hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton serta
sedikit epoksi dan alkohol (alkanol).
5. Minyak lama lebih tengik dari pada minyak baru, minyak baru + air, dan
minyak lama + air.
6. Semakin besar angka asam minyak semakin jelek kualitas minyak.
7. Semakin besar ketengikkan minyak, maka kualitas dari minyak tersebut
semakin jelek.
8. Enzim lipase merupakan enzim yang menghidrolisis ikatan ester
terutama lemak netral seperti trigliserida.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy. 2008. Pengawasan Mutu Bahan Produk pangan. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Desnelli., dan Zainal Fanani. 2009. Kinetika Reaksi Oksidasi Asam
Miristat, Stearat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa,
Minyak Kelapa Sawit, serta Tanpa Medium. Jurnal Penelitian
Sains, Vol. 12, No. 1.
Edwar, Zulkarnain., Heldrian Suyuthie., Ety Yerizel., dan Delmi Sulastri.
2011. Pengaruh Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam Lemak
Minyak Goreng Sawit dan Minyak Goreng Jagung. Jurnal Indon
Med Assoc, Vol. 61, No. 6.
Fadlana, Mochamad Hadi. 2006. Pengaruh Suhu Penyimpanan Dan Cara
Ekstraksi Virgin Coconut Oil (Vco) Terhadap Mutu Minyak Yang
Dihasilkan Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor.
Handajani, sri., Godras Jati Manuhara., dan Baskara Katri Anandito. 2010.
Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia Dan
Sensoris Minyak Wijen (Sesamum Indicum L.). Jurnal Agritech,
Vol. 30, No. 2.
Hermanto, Sandra., Anna Mauwanah., Prita Wardhani. 2009. Analisis
Tingkat Kerusakan Lemak Nabati dan Lemak Hewani Akibat
Proses Pemanasan. Jurnal Kimia Pangan, Vol. 2, No. 1.
Makfoeld, Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Kanisius.
Yogyakarta.
Mardina, Primata., Erlyta Faradina., Netty Setiawati. 2012. Penurunan
Angka Asam Pada Minyak Jelantah. Jurnal Kimia, Vol. 6, No. 2.
Murni, Sri wahyu., siti Diyar Kholisoh., Tanti., dan Petrissia. 2011.
Produksi, Karakterisasi, dan Isolasi Lipase dari Aspergillus Niger.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya
Alam Indonesia. ISSN 1693 4393.
Murty, Ramachandra. 2002. Hydrolysis of Oils by Using Immobilized
Lipase Enzyme. Biotechnol. Bioprocess Eng. 2002, Vol. 7, No. 2.
Nadjib, Muhamad. 2006. Studi Pemanfaatan Phenolphthalein pada
Pembuatan Tinta Nirwarna. Jurnal Akta Kimindo, Vol. 2, No. 1.
Njoku, P. C dan J. C. Onwu. 2010. The Study of the Characteristics and
Rancidity of Three Species of Elaeis guineensis in South East of
Nigeria. Pakistan Journal of Nutrition, Vol. 9, No. 8. Pakistan.
Siswantika, Priskila Harli., Nur Aji Wibowo., Made Rai Shanti., dan
Andreas Setawan. 2004. Pengaruh Campuran Minyak Goreng
Murni Dan Jelantah Terhadap Kandungan Energi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains VIII UKSW.
Siswati, Nana Dyah., Juni SU., Junaini. 2006. Pemanfaatan Antioksidan
Alami Flavonol Untuk Mencegah Proses Ketengikan Minyak
Kelapa. Jurnal TecnoSains, Vol. 2, No. 2.
Subakti, Yazid., dan Deri Rizki Anggarani. 2008. Keajaiban Pijat Bayi
dan Balita. Kawah Media. Jakarta.
Sudarmadji, slamet., Bambang Haryono., dan Suhardi. 2010. Analisis
Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Tuminah, Sulistyowati. 2009. Efek Asam Lemak Jenuh Dan Asam Lemak
Tak Jenuh "Trans" Terhadap Kesehatan. Media Penelit. dan
Pengembang. Kesehat. Volume XIX Tahun 2009, Suplemen II.
Wasowicz, Edwin., Anna Gramza., Marzanna Heoe1., Henryk H., Jelen;
Jozef Korczak., Maria Malecka., Sylwia Mildner-Szkudlarz;
Magdalena Rudzinska., Urszula Samotyja., Renata ZawirskaWojtasiak. 2004. Oxidation of Lipids in Food. Polish Journal of
Food and Nutrition Science. Vol. 13. No. 54.
Winarni., Wisnu Sunarto., dan Sri Mantini. 2010. Penetralan Dan
Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menjadi Minyak Goreng Layak
Konsumsi. Jurnal Kimia, Vol. 8, No. 1.
Winarno, F G. 2004. Kimia pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Yuneta, rena., dan Putra Suryo Rosa. 2010. Pengaruh Suhu pada Lipase
dari Bakteri Baciluss subtilis. Prostending Kimia. SK-091304.
Zakaria, Yusdar., Yurliasni., Mira Delima., dan Ely Diana. 2013. Analisa
Keasaman dan Total Bakteri Asam Laktat Yogurt Akibat Bahan
LAMPIRAN PERHITUNGAN
A. Angka asam setiap kelompok dalam 1 shift
ml NaOH x N NaOH x BM NaOH
Angka asam =
Berat minyak awal
1. Minyak baru (kelompok 8, 9, 14)
0,2 x 0,1 x 40
Angka asam =
= 0,16
5
2. Minyak lama (kelompok 8, 9, 14)
8,1 x 0,1 x 40
Angka asam =
= 6, 48
5
3. Minyak lama (kelompok 10, 11)
9,7 x 0,1 x 40
Angka asam =
= 7,76
5
4. Minyak baru (kelompok 12, 13)
0,2 x 0,1 x 40
Angka asam =
= 0,16
5
B. Aktivitas enzim lipase setiap kelompok dalam 1 shift
ml NaOH x N NaOH
Aktivitas enzim = gram sampel x menit
1. Sampel susu (kelompok 8, 10)
25,2 x 0,01
AE =
= 0,00252
10 x 10
2. Sampel blanko (kelompok 12)
AE =
4,4 x 0,01
10 x 10
= 0,00044
5,1 x 0,01
10 x 10
= 0,00051
4,6 x 0,01
10 x 10
= 0,00046
= 7,44
AE =
31 x 0,01
10 x 10
= 0,0031
24,5 x 0,01
10 x 10
= 0,00245
5,5 x 0,01
10 x 10
= 0,00055
9 x 0,01
10 x 10
= 0,0009
1 x 0,01
10 x 10
= 0,0001