Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
Alya Mutiara Basti
1110101000056
LEMBAR PERNYATAAN
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah safu persyaratan memperoleh gelar strata
di
2.
ini telah
saya
di Fakultas
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka
di
Fakultas
Simpulan : Jumlah pekerja yang mengalami gejala ISPA ringan sebanyak 57,4%,
dengan demikian diharapkan supaya dilakukan peningkatan kesehatan pekerja.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan pada kesehatan dan
kenyamanan lingkungan kerja bagi kesehatan pernapasan. Seperti melakukan
evaluasi dan perawatan berkala pada peralatan untuk mengurangi debu di tempat
kerja seperti alat penghisap debu otomatis dan ventilasi udara di area kerja. Selain
itu dapat dibatasi jam kerja lembur pekerja, dan meningkatkan kesadaran pekerja
akan perilaku preventif yang dapat mencegah gejala ISPA ringan seperti
penggunaan masker di lingkungan kerja.
Kata Kunci : ISPA pekerja, kadar debu total, tekstil, Bogor
Daftar Bacaan : 68 (1984-2014)
iii
iv
Conclusion: About 57,4% workers had mild ARI symptoms, thus expected to
make better improvements to the health and ease of work environment. An
evaluation and periodic maintenance on equipment such as automatic vacuum
cleaner and air ventilation in workplace needed, to reduce dust in the workplace.
Moreover, overtime hours work must be restricted and increase workers
awareness of preventive behaviors that could prevent mild ARI Symptoms such as
the use of mask in the workplace.
Keywords : Workers ARI, total suspended particles, textile, Bogor
Reading list : 68 (1984-2014).
PERI{YATAAN PERSETUJUAN
tit
DISUSUN OLEH
MengeJahui
Pembimbing I
;t
Pernbimbing II
-,(/ M.Kes
Dr. EIa Laelasari. SKM.
197210022006042001
197s0215200901200s'
TAKULTAS KEDOIffERAN
D,AT'{
ILMU KESEIIATAIY
Penguji
.x
-j
Penguji
II
:=
19811 1 001
,.
l_-
Nama
: 22 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Golongan Darah
:O
Alamat
Nomor Telepon
: 085697141229
: alya.basti3@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996-1998
1998-2004
2004-2007
2007-2010
: MAN 3 Malang
2010-2014
Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat, taufik dan hidayahnya, maka penyusunan skripsi yang berjudul
Kadar Debu Total (TSP) dan Gejala ISPA Pada Pekerja Departemen
Pemintalan di Industri Tekstil PT.Unitex Tbk Bogor dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini
banyak mengalami kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari
berbagai pihak dan berkah dari Allah Swt kendala-kendala tersebut dapat diatasi.
Untuk itu penulis menghaturkan banyak terimakasih kepada :
1. Keluarga penulis yaitu ayah dan ibu penulis H. Musono Basuki SH, MH,
Hj. Eli Hartati serta saudara penulis Nisa Permata Basti dan Adiprawiro
Rahmatullah Basti yang telah memberikan doa dan bantuan moril,
motivasi, dan material bagi penulis.
2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
4. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph.D selaku pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran yang berharga
dalam penyusunan skripsi ini,
ix
5. Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran yang berharga
dalam penyusunan skripsi ini,
6. Teman seperjuangan Karlina Sulistiani yang telah memberikan banyak
masukan dan saran serta teman kamar Mushallina Lathifa atas dorongan
semangatnya.
7. Teman Envihsa yang telah memberikan doa dan bantuan moril, motivasi,
dan bagi penulis.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang bersifat membangun sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
Jakarta, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Hal
Lembar Pernyataan .............................................................................................
Abstrak
............................................................................................................ ii
BAB V HASIL
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 68
5.1.1 Gejala ISPA Ringan Pada Pekerja Pemintalan ....................... 68
5.1.2 Kadar Debu Total di Bagian Pemintalan................................. 68
5.1.3 Distribusi Karakteristik Individu Bagian Pemintalan ............. 69
5.1.4 Gejala ISPA Ringan Menurut Kadar Debu Total.................... 72
5.1.5 Gejala ISPA Ringan Menurut Karakteristik Individu ............. 73
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 77
6.2 Gejala ISPA pada Pekerja Pemintalan ............................................. 77
6.3 Kadar Debu Total di Pemintalan ...................................................... 79
6.4 Umur Pekerja Pemintalan PT.Unitex ............................................... 82
6.5 Masa Kerja Pekerja Pemintalan PT.Unitex ...................................... 84
6.6 Distribusi Jenis Kelamin Pekerja Pemintalan PT.Unitex ................. 85
6.7 Tingkat Pendidikan Pekerja Pemintalan PT.Unitex ......................... 85
6.8 Bagian Kerja Pekerja Pemintalan PT.Unitex ................................... 86
6.9 Perilaku Merokok Pekerja Pemintalan PT.Unitex ........................... 88
6.10Lama Pajanan Pemintalan PT.Unitex............................................... 99
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan....................................................................................... 91
7.2 Saran ................................................................................................. 93
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1
22
Tabel 5.1
70
Pemintalan PT.Unitex
73
xiv
74
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Kuesioner
Lampiran 3.
Lampiran 4.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
ISPA merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih ada di
negara berkembang maupun negara maju, karena masih tingginya angka
kesakitan dan kematian karena ISPA di kedua negara tersebut. Di Amerika
pneumonia yang termasuk ISPA, menempati urutan keenam dari semua
penyebab kematian, dan merupakan peringkat pertama di antara kematian
akibat penyakit infeksi. Di Spanyol angka kematian akibat pneumonia
mencapai 25%, sedangkan di Inggris dan Amerika sekitar 12% atau 25-30
per 100.000 penduduk (Agussalim,2012).
Sedangkan untuk kematian akibat ISPA di Filipina pada tahun 1999
menempati urutan ke dua dari sepuluh penyakit penyebab kematian yaitu
mencapai 11,1%. Untuk Singapura ISPA menempati peringkat ketiga dari
sepuluh penyakit yang menyebabkan kematian dengan prevalensi sebesar
10,9%. Selanjutnya ISPA menempati peringkat keempat di negara Thailand,
Vietnam dan Jepang. Prevalensi penyakit ini di Thailand sebesar 4,1%,
Vietnam 5,8% dan Jepang mencapai 10,0% (IMFJ, 2001). ISPA di
Indonesia masih termasuk masalah kesehatan utama, hal ini dilihat dari
prevalensi dan penyebarannya yang masih tinggi. Dalam satu tahun rata-rata
seorang anak di pedesaan dapat terserang penyakit ISPA sebanyak tiga kali,
dan untuk wilayah perkotaan sendiri dapat mencapai enam kali (Depkes RI,
1993).
1
pencelupan
dan
penyempurnaan.
Kegiatan
pemintalan
Poliester atau polietilen tereftalat adalah sebuah polimer (sebuah rantai dari
unit yang berulang-ulang) dimana masing-masing unit dihubungkan oleh
sambungan ester (Clark, 2007).
PT.Unitex merupakan salah satu industri tekstil yang telah berdiri sejak
lama di Indonesia. Dibangun sejak tahun 1971 dan mulai berproduksi secara
komersial pada tahun 1972 di wilayah Tajur, Bogor. Perusahaan ini
merupakan perusahaan yang melibatkan kerjasama dua negara yaitu negara
Indonesia dengan negara Jepang. PT.Unitex bergerak dibidang tekstil dari
hulu hingga ke hilir yaitu mulai dari bahan mentah (kapas dan poliester)
hingga bahan jadi (kain/bahan pakaian), atau disebut dengan bidang tekstil
terpadu (PT.Unitex, 2014).
Dalam proses produksinya industri tekstil menggunakan kapas dalam
jumlah besar, kapas ini kemudian akan dicacah supaya mengembang
sebelum diolah lebih lanjut. Pencacahan ini dilakukan secara manual oleh
pekerja tekstil bagian awal produksi di departemen pemintalan. Dalam satu
hari PT.Unitex dapat menggunakan kapas dan poliester rata-rata sebanyak 8
bal, dengan berat 1 balnya kira-kira sebesar 227 Kg. Sehingga dalam satu
hari kira-kira PT.Unitex menggunakan kapas dan poliester mencapai 1816
Kg. Pencacahan dari kapas ini seringkali melepaskan kotoran-kotoran
berupa debu halus dari kapas mentah ke udara. Dengan jumlah 8 bal perhari
maka dapat diperkirakan akan banyak debu halus yang terdeposisi di udara
dan berisiko untuk terhirup ke saluran pernapasan pekerja.
Rumusan Masalah
Industri tekstil merupakan industri yang mengolah bahan baku yaitu
kapas dan poliester menjadi produk tekstil. Di dalam proses produksinya
terutama di departemen pemintalan terdapat banyak debu yang terutama
berasal dari residu kapas mentah. Salah satu bagian di industri tekstil yang
banyak menghasilkan debu adalah di departemen pemintalan. Jika cuaca
sedang panas dan terang seringkali debu yang berasal dari kapas ini dapat
b)
c)
d)
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar debu total dan
distribusi pekerja yang mengalami gejala ISPA ringan di departemen
pemintalan PT. Unitex Tahun 2014.
1.4.2 Tujuan Khusus
a)
b)
c)
d)
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat bagi PT. Unitex
a)
Dapat mengetahui data terbaru dari hasil penelitian ini yaitu kadar
debu total di departemen pemintalan pada Mei-Juni Tahun 2014.
Dengan demikian, jika diperlukan dapat dilakukan langkah-langkah
penanggulangan dan pencegahan bila kadar debu total di atas baku
mutu.
b)
10
b)
b)
1.6
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
b.
c.
12
13
39C,
mengi,
tenggorokan
kemerahan,
telinga
14
15
16
17
dalam ruangan dapat berasal dari berbagai sumber baik bahanbahan sintetis maupun bahan alami. Pencemaran udara ini
kemudian berhubungan dengan penyakit ISPA (Fitria dkk, 2008).
c. Umur
Semakin bertambah umur seseorang maka akan terjadi
degenerasi otot-otot pernapasan dan elastisitas jaringan menurun.
Sehingga kekuatan otot-otot pernapasan dalam menghirup oksigen
menjadi menurun. Kemudian karena faktor umur yang bertambah
maka semakin banyak alveoli yang rusak dan daya tahan tubuh
semakin rendah. Karena itu seseorang tersebut rentan terkena ISPA.
Kemudian pajanan debu yang terkumpul di paru-paru juga dapat
memengaruhi menyebabkan ISPA pada seseorang dengan umur
lebih tua (Nelson dkk, 2005).
d. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin merupakan salah satu variabel deskriptif
yang dapat memberikan perbedaan angka/rate kejadian pada pria
dan wanita. Perbedaan insiden penyakit menurut jenis kelamin,
dapat timbul karena bentuk anatomis, fisiologis dan sistem
hormonal yang berbeda (Noor, 2008).
e. Masa kerja
Semakin lama manusia terpapar debu di tempat kerja yang bisa
dilihat dari lama bekerja maka debu kemungkinan besar akan
tertimbun di paru-paru. Hal ini merupakan hasil akumulasi dari
18
dari
bagian
pemintalan,
penenunan,
pencelupan,
pajanan
debu
beresiko
mempengaruhi
keparahan
19
menentukan
bagaimana
seseorang
dalam
menerima
20
Perilaku
seseorang
kemudian
dapat
memengaruhi
status
kesehatannya.
Dalam penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan dan
pekerjaan ibu dengan perilaku pencegahan ISPA pada balita,
ditemukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan
perilaku
pencegahan
ISPA
pada
Balita.
Terdapat
Udara
2.2.1 Pengertian Udara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2012), udara
adalah campuran berbagai gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
yang memenuhi ruang di atas bumi seperti yang kita hirup apabila kita
bernapas.
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu
konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air
dalam bentuk uap H2O dan karbon dioksida. Jumlah uap air yang
berada di udara bervariasi tergantung cuaca dan suhu (Fardiaz, 1992).
Udara dapat diartikan sebagai campuran beberapa macam gas yang
perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara,
tekanan udara dan lingkungan sekitar. Komposisi campuran gas
21
Kesehatan
1405/MENKES/SK/XI/2002
Republik
tentang
Indonesia
Persyaratan
Nomor
Kesehatan
Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan atau komponen lainnya ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya
(UU No. 23 Tahun 1997).
22
Tabel 2.1
Baku Mutu Udara Lingkungan Industri
No.
Parameter
Konsentrasi Maksimal
1.
Suhu
18C 30 C
2.
Kelembapan
65% - 95%
3.
Debu Total
10 mg/m3
4.
Asbes Total
5.
Silikat Total
50 mg/m3
23
Polutan Primer
Polutan primer yaitu polutan yang secara langsung dikeluarkan
oleh sumbernya ke atmosfir (Mukono, 2000).
Polutan primer
24
2. Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama
dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat
diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar yang
berbentuk padatan.
Partikel dapat berupa keadaan berikut (Wardhana, 1995).
a) Aerosol, adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel
terhambur dan melayang di udara.
b) Fog atau kabut adalah aerosol yang merupakan butiran air yang
ada di udara.
c) Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara
butir padatan dan cairan yang terhambur melayang di udara.
d) Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang
terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan
angin.
e) Mist artinya mirip dengan kabut penyebabnya adalah butiranbutiran zat cair (bukan butiran air) yang terhambur dan
melayang di udara.
f) Fume adalah aerosol yang berasal dari kondensasi uap logam.
g) Flume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri.
h) Smog adalah campuran smoke dan fog.
25
b.
Polutan Sekunder
Polutan sekunder merupakan polutan yang bukan dikeluarkan
secara langsung oleh sumbernya, melainkan terbentuk di atmosfir
akibat reaksi kimia antara polutan primer (Mukono,2000).
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih
bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh
adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses
kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
konsentrasi relatif bahan reaktan, derajat fotoaktivasi, kondisi iklim
dan topografi lokal dan adanya embun.
2.4
Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
yang melayang di udara (Suspended Particulate Meter/SPM) dengan ukuran
1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara baik
di dalam maupun diluar gedung debu sering dijadikan salah satu indikator
pencemaran. Digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap
lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (Pudjiastuti,
2002).
Partikel debu akan akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama
dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernapasan. Selain dapat membahayakan kesehatan, debu
juga dapat mengurangi jarak dan daya pandang manusia. Kemudian debu ini
dapat bereaksi secara kimia, sehingga komposisi debu di udara menjadi
26
partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan
dengan ukuran dan jumlah yang relatif berbeda (Pudjiastuti, 2002).
Merujuk pada International Standardization Organisation/ISO (ISO
4255-ISO, 1994) debu merupakan partikel padat berukuran kecil, yaitu
partikel yang diameternya berukuran dibawah 75m dan dapat berkurang
beratnya tetapi akan tetap bertahan dalam beberapa waktu (WHO, 1999).
Sedangkan menurut Glossary of the Atmospheric Chemistric Terms
debu didefinisikan sebagai : partikel kecil, kering dan padat yang
diproyeksikan ke udara oleh kekuatan alami seperti angin, erupsi volkanik,
dan oleh kekuatan mekanik atau proses yang dilakukan oleh manusia seperti
penghancuran, penggilingan, pengeboran, pembongkaran, penyekopan,
penyaringan dan penyapuan. Partikel debu biasanya berukuran kisaran
diameter 1 - 100m yang kemudian turun dari udara secara perlahan-lahan
karena pengaruh gravitasi (Calvert, 1990).
Dalam ilmu sains mengenai aerosol, secara umum telah disetujui bahwa
partikel dengan diameter aerodinamik >50m tidak biasanya tetap berada di
udara dalam waktu terlalu lama. Karena partikel tersebut memiliki
kecepatan terminal >7cm/detik. Namun, tergantung kondisi partikel debu
yang berukuran >100m bisa saja (tapi jarang bertahan lama) berada di
udara. Partikel debu sering ditemukan berukuran <1 m dan partikel
berukuran tersebut memiliki keceparan terminal sekitar 0,03 mm/detik. Jadi
pergerakannya di udara lebih penting diperhatikan daripada endapannya di
permukaan (WHO, 1999).
27
di
bawah
saturasi
kecil
pengaruhnya
terhadap
28
partikel debu bisa merupakan inti dari pada air yang berkonsentrasi,
partikel jadi besar.
d) Sifat listrik statik, debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat
menarik partikel lain yang berlawanan dengan demikian partikel
dalam larutan debu mempercepat terjadinya proses penggumpalan.
e) Sifat Opsis, partikel yang basah/lembap lainnya dapat memancarkan
sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.
Sedangkan dari jenisnya debu dikategorikan sebagai (Pudjiastuti, 2002):
a) Debu mineral : Debu ini terdiri dari persenyawaan yang kompleks
seperti : SiO2, SiO3, arang batu dan lainnya. Sifat debu ini tidak
fibrosis pada paru.
b) Debu kimia lainnya : Debu kimia dan insektisida.
c) Debu organik dan sayuran : Debu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan organik seperti tepung, kayu, kapas dan serbuk bunga. Debu
organik dapat menimbulkan efek patofisiologis dan kerusakan alveoli
atau penyebab fibrosis pada paru.
d) Debu Biohazards : Partikel hidup, cendawan dan spora.
e) Debu metalik : Debu yang mengandung unsur logam seperti Pb, Hg,
Cd, Arsen dan lainnya. Debu ini menyebabkan keracunan, akibat
absorbsi rubuh melalui kulit dan lambung.
Dari segi karakter zat debu fisik ( debu tanah, batu , mineral, fiber), kimia
(mineral organik dan inorganik), biologis (virus, bakteri , kista), dan
debu radioaktif.
29
g) Inert dust / debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain (tidak
mempunyai akibat pada paru-paru)
30
Irrespirable dust (debu yang tidak dapat terhirup oleh manusia yang
berukuran <10).
31
Gambar 2.1
High Volume Sampler
Sumber : Arief, 2013
b.
c.
32
d.
e.
f.
g.
h.
i.
33
Gambar 2.4
Middle Volume Sampler (MVS)
Sumber : BPLHD Jabar, 2007
Gambar 2.3
Low Volume Sampler
Sumber : BPLHD Jabar, 2007
34
2)
3)
Pompa
pengisap
udara
dihidupkan
dan
lakukan
Lama pengambilan
contoh
dapat
dilakukan selama
35
Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O2)
oleh darah dan pembuangan karbon dioksida (CO2). Paru dihubungkan
dengan lingkungan luarnya melalui serangkaian saluran, berturut-turut
hidung, faring, laring, trakea dan bronki. Pertukaran gas antara oksigen yang
dihirup dari udara masuk ke dalam darah dan karbondioksida yang akan
dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan napas) terjadi didalam paruparu. Kemudian masuk ke tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis
36
kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) terus ke aorta dan
dilanjutkan ke seluruh tubuh (Muttaqin, 2008).
Pernapasan merupakan suatu proses yang terjadi dengan sendirinya.
Pada saat bernapas ada dua proses yang terjadi yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Frekuensi terjadinya inspirasi dan ekspirasi adalah selama 15-18 kali setiap
menit. Kedua proses ini diatur oleh otot diafragma dan otot antar tulang
rusuk (Mikrajuddin dkk, 2007).
Gambar 2.5
Saluran Pernapasan
Sumber : Muttaqin, 2008
37
a.
Respirasi sel
Adalah penggunaan O2 oleh sel-sel tubuh untuk produksi energi,
dan pelepasan produk oksidasi (CO2 dan air) oleh sel-sel tubuh.
2)
Respirasi eksternal
Merupakan proses pertukaran gas atau difusi O2 dan CO2 antara sel
darah dan sel-sel jaringan sehingga oksigen dari paru masuk ke
dalam darah, dan karbon dioksida dan air keluar dari darah masuk
ke paru.
3)
Respirasi internal
Merupakan proses difusi O2 dan CO2 antara sel darah dan sel-sel
jaringan.
b.
Inspirasi
Masuknya udara yang kaya oksigen dan miskin karbondioksida ke
dalam jalan napas sampai dengan ke alveoli.
2)
Ekspirasi
Keluarnya udaya yang kaya karbondioksida dan miskin oksigen
melalui jalan napas.
38
Gambar 2.6
Komponen sistem pernapasan
Sumber : Muttaqin, 2008
Rongga Hidung
Rongga hidung terdiri dari tonjolan seperti rak, yaitu turbinat
yang bekerja seperti kisi-kisi radiator untuk menghangatkan dan
39
dan
berlapis
semu.
Mukosa
tersebut
menyaring,
hidung
juga
terdapat
saluran-saluran
yang
Sinus Paranasal
Sinus paranasal berperan dalam menyekresi mukus, membantu
pengaliran air mata melalui saluran nasolakrimalis, dan membantu
dalam menjaga permukaan rongga hidung tetap bersih dan lembap.
Sinus paranasal juga termasuk dalam wilayah pembau di bagian
40
Faring
Faring atau tenggorok adalah tuba muskular yang terletak di
posterior rongga nasal dan oral di anterior vertebra servikalis.
Secara deskriptif, faring dapat dibagi menjadi tiga segmen, setiap
segmen dilanjutkan oleh segmen lainnya yaitu nasofaring,
orofaring dan laringofaring (Asih dan Effendy, 2004).
Faring (tekak) adalah pipa berotot yang bermula dari dasar
tengkorak dan berakhir sampai persambungannya dengan esofagus
dan batas tulang rawan krikoid. Faring terdiri atas tiga bagian yang
dinamai berdasarkan tata letaknya, yakni nasofaring (di belakang
hidung), osofaring(di belakang mulut), dan laringofaring (di
belakang faring) (Muttaqin, 2008).
Gambar 2.7
Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas
Sumber : Muttaqin, 2008
41
Laring
Laring adalah
berpasangan
yaitu
kartilago
aritenoid,
kartilago
42
Gambar 2.8
Struktur anatomi laring (a) Pandangan anterior (b) Pandangan posterior
(c) pandangan melintang
(Sumber Simon dan Schuster, 2003)
Trakhea
Trakhea adalah saluran udara tubular yang mempunyai
panjang sekitar 10 sampai 13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm.
Trakhea terletak di depan esofagus dan saat palpasi teraba sebagai
struktur yang keras, kaku, tepat di permukaan anterior leher.
Trakhea memanjang dari laring atas ke arah bawah ke dalam
43
Gambar 2.9
(a) Ilustrasi trakhea (b) gambaran melintang trakhea
Sumber : Muttaqin, 2008
c.
Bronkhus
Bronkhus
mempunyai
44
tersendiri jika ada benda asing yang terinhalasi, maka benda itu
lebih memungkinkan berada di bronkhus kanan dibandingkan
dengan bronkhus kiri karena arah dan lebarnya (Muttaqin, 2008).
2.5.2 Masuknya debu ke sistem pernapasan
Partikel yang ukurannya cukup kecil untuk dapat menetap di
udara dapat terhirup melalui hidung yaitu melalui rongga hidung
ataupun melalui
mulut.
Kemampuan partikel
untuk
terhirup
faktor
terkait
partikel.
Lima
mekanisme
deposisi
atau
45
lebih
ke
dalam
yaitu
pada
saluran
pernapasan
46
Industri tekstil
Menurut Peraturan Menteri Perinustrian atau Permenperin Nomor
15/M-IND/PER/2 Tahun 2012, mengenai program revitalisasi dan
penumbuhan industri melalui restrukturisasi mesin/peralatan industri tekstil
dan produk tekstil serta industri alas kaki, pengertian industri tekstil dan
produk tekstil yang selanjutnya disebut TPT adalah perusahaan industri
yang menghasilkan tekstil dan produk tekstil.
2.6.1 Alur Produksi Industri Tekstil
Bagan 2.2
Alur Produksi Industri Tekstil
47
48
49
lipatan),
pencelupan,
resin
finish
(berfungsi
untuk
50
51
52
Utility
adalah
bagian
yang
berfungsi
untuk
ruangan pabrik
53
3. Seksi Maintenace
Tugas seksi ini adalah menyediakan, memasang dan merawat
sarana dan prasarana pada seluruh departemen lainnya.
4. Seksi Bangunan
Tugas seksi ini adalah melaksanakan pembangunan sarana
(bangunan)
pada
departemen
lainnya
serta
melaksanakan
282
153
105
53
112
15
44
6
208
2322
47
2
48
14
63
Laki-Laki
58
Perempuan
54
Kerangka Teori
Pencemaran udara yang terjadi di lingkungan secara garis besar berasal
dari dua sumber yaitu akibat kegiatan manusia ataupun karena sebab
alamiah. Pencemaran udara akibat kegiatan manusia diantaranya yaitu
akibat penggunaan bahan bakar, kegiatan tambang, kegiatan rumah tangga
maupun industri. Sedangkan sebab alami salah satunya adalah karena erupsi
gunung berapi.
Pencemaran udara ini dihasilkan oleh polutan atau zat pencemar udara
diantaranya adalah berbagai jenis debu, nitrogen oksida, sulfur oksida,
karbon monoksida, dan partikulat dengan berbagai ukuran diantaranya yaitu
PM10, PM5 dan PM2,5 . Polutan ini kemudian akan terdeposisi di atmosfer
dalam jangka waktu tertentu. Lamanya polutan terdeposisi di atmosfer
tergantung dari ukuran polutan tersebut dan juga karena faktor lingkungan
lainnya seperti suhu, kelembapan, curah hujan, dan kecepatan arah angin.
Pencemaran selain terjadi di luar rungan juga dapat terjadi di dalam
ruangan atau lebih dikenal dengan istilah Indoor Air Pollution /IAP.
Pencemaran udara dalam ruangan diantaranya berasal dari asap rokok, asap
dari penggunaan bahan bakar memasak, ataupun dari penggunaan obat
nyamuk. Polutan yang berada di udara atau atmosfer ini kemudian dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan. Jika polutan ini
55
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka konsep
PT.Unitex merupakan industri tekstil yang mengolah bahan baku
menjadi bahan jadi. Di dalam proses produksinya dapat terproduksi debudebu yang kemudian beresiko menurunkan kesehatan kesehatan pernafasan
pekerja. khususnya bagian pemintalan. Adapun faktor resiko yang ingin
diukur dalam penelitian adalah kadar debu total, umur, jenis kelamin, masa
kerja, bagian kerja, tingkat pendidikan, perilaku merokok dan lama pajanan.
Di dalam industri tekstil terdapat tiga tahapan produksi utama yaitu
pemintalan, penenunan dan pencelupan. Kegiatan pemintalan merupakan
tahapan pengolahan bahan baku yaitu kapas mentah dan poliester menjadi
benang. Berdasarkan studi pendahuluan peneliti, di departemen pemintaan
dapat terlihat banyak debu-debu yang beterbangan dan melayang-layang.
Selanjutnya di penenunan debu yang tampak secara kasat mata tidak
terlalu banyak layaknya di departemen pemintalan. Kemudian di bagian
pencelupan, karena banyak bahan kimia yang digunakan maka terdapat
kemungkinan bahan kimia terdeposisi ke udara.
Hal ini kemudian dapat memengaruhi kualitas udara. Kualitas udara
yang buruk dikombinasikan dengan karakteristik tertentu pada pekerja dapat
beresiko menurunkan status kesehatan. Termasuk timbulnya gejala ISPA
pada pekerja dan juga gangguan fungsi paru.
56
57
saluran
pernapasannya.
Masa
kerja
dan
lama
pajanan
58
Variabel Independen
Variabel Dependen
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
59
3.2
Definisi Operasional
No.
Variabel
Definisi Operasional
1.
Gejala
Responden
ISPA
ringan
terdiagnosis Kuesioner
pernapasan
pilek,
serak,
cairan
dari
Cara ukur
sesak,
Hasil ukur
1. Ya
Skala ukur
Ordinal
2. Tidak
cepat,
keluar
telinga
dan
Kadar
HVS (High
Debu Total
Volume
Volume Sampler
Sampler)
Rasio
mg/m3
(KEPMENKES RI
No.1405/MENKES/SK/XI/200
2).
3.
Bagian
Kerja
Kuesioner
1. Combing
drawing
2. Ring
Spinning
3. Blowing
Carding
Nominal
60
4.
Jenis
1. Laki-laki
Kelamin
2. Perempuan
Nominal
penduduk responden.
5.
Umur
Kuesioner
Tahun
Rasio
Kuesioner
Tahun
Rasio
Masa Kerja
7.
Lama
Jam kerja
Pajanan
normal
Ordinal
<Jam kerja
normal
8.
Perilaku
Merokok
Indeks
Brinkman
Rasio
61
Status
Pendidikan
2. SMP
3. SMK
Kuesioner
1. SD
4. SMA
5. Diploma/PT
Ordinal
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi
potong
lintang
(cross
sectional)
secara
observasional
atau
non
62
63
b.
c.
4.3
4.4
Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati keadaan umum lingkungan kerja
di departemen pemintalan .
64
2.
65
Kuesioner
Kuesioner ini digunakan untuk mengukur variabel gejala ISPA,
jenis kelamin, umur, bagian kerja, tingkat pendidikan, masa kerja, lama
pajanan, dan perilaku merokok. Untuk perilaku merokok mengacu pada
Indeks Brinkman dengan klasifikasi 0-199 perokok ringan, 200-599
sedang, dan >600 berat. Adapun rumus untuk menghitung Indeks
Brinkman adalah sebagai berikut :
Jumlah rata-rata rokok yang dihisap (batang) x lama merokok (tahun)
4.
Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data perusahaan secara
umum, dan data distribusi karyawan pada pekerja di klinik di PT.Unitex.
66
4.5
Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperoleh untuk mengukur variabel gejala ispa,
kadar debu total, umur, jenis kelamin, masa kerja, bagian kerja, lama
pajanan, perilaku merokok dan tingkat pendidikan. Sedangkan data
sekunder digunakan untuk mengambil data jumlah karyawan dari PT.Unitex.
4.6
Pengolahan Data
Empat tahapan dalam pengolahan data yang akan dilakukan yaitu :
1.
Menyunting data
Penyuntingan data dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan
kelengkapan pengisian dan ketepatan data sebelum data dimasukkan ke
pengolah data. Kegiatan penyuntingan data ini akan dilakukan ketika
berada di lapangan.
2.
Mengkode data
Pengkodean data digunakan untuk mengklasifikasi data dan memberi
kode untuk masing-masing jawaban di kuesioner. Setelah masingmasing jawaban dilakukan pengkodean baru data akan dimasukkan.
3.
Memasukkan data
Setelah dilakukan penyuntingan dan pengkodean data, data dari hasil
pengumpulan melalui kuesioner dan hasil pengukuran debu akan
dimasukkan untuk selanjutnya dianalisis.
67
4.
Membersihkan data
Tahap terakhir yaitu melakukan pengecekan ulang pada data yang telah
dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah
sebelum dilakukan analisis data.
4.7
Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah semua data yang diperlukan
dimasukkan dan dilakukan pengecekan ulang untuk membersihkan data.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis univariat.
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel dependen dan independen. Variabel dependen
nya adalah gejala ISPA ringan dan variabel independennya adalah kadar
debu total, umur, masa kerja, bagian kerja, jenis kelamin, lama pajanan,
masa kerja, perilaku merokok dan tingkat pendidikan.
4.8
Penyajian Data
Secara umum penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tabel dan grafik. Tabel digunakan untuk melihat distribusi
frekunesi variabel independen dan dependen. Seperti distribusi frekunesi
gejala ISPA ringan, kadar debu total, umur, jenis kelamin, masa kerja,
perilaku merokok dan lama pajanan. Kemudian, grafik digunakan untuk
melihat distribusi frekuensi variabel pendidikan dan bagian kerja yang
sebelum dianalisis memiliki kategori lebih dari dua.
BAB V
HASIL
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1 Gejala ISPA Ringan pada pekerja pemintalan
Macam-macam gejala yang digunakan untuk menentukan pekerja
mengalami gejala ISPA merujuk pada klasifikasi ISPA ringan oleh
Depkes RI, 2002. Diantaranya yaitu batuk tanpa pernapasan cepat,
pilek (mengeluarkan lendir), serak, sesak yang disertai serta napas
terengah-engah. Selain itu gejala tersebut juga disebutkan oleh Depkes
RI, 2002 mengenai klasifikasi ISPA.
68
69
70
Tabel 5.1
Distribusi Gejala ISPA Ringan, Kadar Debu Total, Umur,
Masa Kerja, Jenis Kelamin, Pendidikan, Bagian Kerja,
Perilaku Merokok dan Lama Pajanan Pekerja non-shift
Pemintalan PT.Unitex
Variabel
Gejala ISPA Ringan
Ya
Tidak
Kadar Debu Total
(mg/m3)
Blowing & Carding
Ring Spinning
Umur
Masa Kerja
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Pendidikan
SD
SMP
SMK
SMA
D3/PT
Bagian Kerja
Ring Spinning
Combing & Drawing
Blowing & Carding
Perilaku Merokok
(Indeks brinkman)
0
1-199
200-599
600
Lama Pajanan
<8 jam
8 jam
Mean
36,19
12,92
Median
34,50
12
SD
10,01
8,517
MinMaks
Total
n
31
23
57,4
42,6
379,4
188,6
53,7
46,3
40
14
74,1
25,9
1
13
13
25
2
1,9
24,1
24,1
46,3
3,7
25
17
12
46,3
31,5
22,2
34
13
6
1
63
24,1
11,1
1,9
45
9
83,3
16,7
19-55
1-32
c. Jenis Kelamin
Selain umur, variabel independen yang dikumpulkan adalah
jenis kelamin. Jenis kelamin diklasifikasikan menjadi dua kategori
yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan tabel 5.1 dapat
diketahui bahwa pada tahun 2014 khususnya di bulan Mei-Juni
71
responden di pemintalan lebih banyak yang berjenis kelamin lakilaki. Yaitu sebanyak 37 dari 50 pekerja, atau sebesar 74%.
d. Pendidikan
Pendidikan pekerja yang dimaksud adalah ijazah pendidikan
terakhir yang diterima oleh pekerja di pemintalan. Secara umum
dibagi menjadi lima klasifikasi yaitu SD yang merupakan
pendidikan terendah, SMP, SMA, SMK dan D3 atau Perguruan
Tinggi pendidikan tertinggi. Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa
kebanyakan pekerja merupakan lulusan SMA yaitu sebanyak 25
orang atau 46,3 %. Sedangkan paling sedikit yang lulusan SD yaitu
hanya 1 orang atau 1,9%.
e. Bagian Kerja
Bagian kerja responden dapat dibagi menjadi tiga yaitu ring
spinning, blowing carding dan combing drawing berdasarkan
wilayah kerja dan sistem kerja.
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden merupakan pekerja di bagian ring spinning, yaitu
sebanyak 25 pekerja atau 46,3%. Sedangkan paling sedikit pekerja
yang berasal dari blowing carding yaitu sebanyak 12 orang atau
22,2%.
f. Perilaku Merokok
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui responden yang tidak merokok
sebanyak 34 orang atau sebesar 63%. Kemudian yang merokok
72
sebanyak
20
orang,
kemudian
responden
yang
merokok
dikategorikan durasi merokoknya berdasarkan indeks brinkman. 1199 artinya perokok ringan, 200-599 perokok sedang sedangkan
600 merupakan perokok berat. Diantara perokok responden paling
banyak merupakan perokok ringan yaitu sebanyak 13 orang atau
24,1 %.
g. Lama Pajanan
Lama pajanan merujuk pada jam kerja pekerja, klasifikasinya
adalah jam kerja normal dan <jam kerja normal. Acuan
klasifikasi yang digunakan adalah standar jam kerja normal yaitu 8
jam. Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar pekerja
bekerja lebih dari sama dengan jam kerja normal atau 8 jam.
Dengan jumlah sebanyak 45 orang atau 83,3%.
5.1.4 Gejala ISPA Ringan menurut Kadar Debu Total
Kadar debu total dilakukan di dua titik di departemen pemintalan
PT.Unitex yaitu di bagian blowing & carding serta di ring spinning.
Pengukuran ini kemudian diasumsikan sebagai kadar debu yang
memapari pekerja di bagian kerja. Kadar debu total di blowing &
carding sebesar 379,4 mg/m3 sedangkan di ring spinning sebesar
188,6 mg/m3.
73
Tabel 5.2
Distribusi Gejala ISPA Ringan menurut Kadar Debu Total Pada
Pekerja non-shift Pemintalan PT.Unitex
Variabel
Kadar
Debu Total
Kategori
188,6 mg/m3
379,2 mg/m3
Gejala ISPA
Ya
n
%
19
76,0
12
41,4
Total
Tidak
n
%
6
24,0
17
58,6
n
25
29
%
100
100
74
Tabel 5.3
Distribusi Gejala ISPA Ringan menurut Umur, Masa Kerja,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Bagian Kerja, Perilaku Merokok
dan Lama Pajanan Pekerja non-shift Pemintalan PT.Unitex
Variabel
Umur
Masa Kerja
Jenis Kelamin
Pendidikan
Bagian Kerja
Perilaku
Merokok
Lama Pajanan
Kategori
< 36 Tahun
36 Tahun
<12 Tahun
12 Tahun
Laki-Laki
Perempuan
Rendah
Tinggi
Ring Spinning
Blowing & Carding
Ringan (1-199)
Sedang (200)
Jam Kerja Normal
<Jam Kerja Normal
Gejala ISPA
Ya
n
%
Tidak
n
%
16
15
18
13
18
13
6
25
19
12
7
3
25
6
11
12
9
14
22
1
8
15
6
17
6
4
20
3
27
27
27
27
40
14
14
40
25
29
13
7
45
9
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
59,3
55,6
66,7
48,1
45,0
92,9
42,9
62,9
76,0
41,4
53,8
42,9
55,6
66,7
Total
40,7
44,4
33,3
51,9
55,0
7,10
57,1
37,5
24,0
58,6
46,2
57,1
44,4
33,3
c. Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 5.3, dapat dilihat bahwa pekerja perempuan
lebih banyak yang mengalami gejala ISPA ringan dibandingkan
dengan pekerja laki-laki yaitu sebanyak 92,9%. Hal ini mungkin
disebabkan oleh jumlah pekerja yang sedikit dibandingkan dengan
pekerja laki-laki.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu
pendidikan rendah dan pendidikan tinggi. Pendidikan rendah
meliputi tidak sekolah, tamat SD dan tamat SMP. Sedangkan
pendidikan tinggi meliputi tamat SMA, SMK dan Diploma 3 (D3)/
75
76
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1
Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa kendala yang
menjadi keterbatasan penelitian yaitu :
1.
2.
Pada pengukuran kadar debu total, ketika alat sudah dipasang dan
dinyalakan ternyata pada sore hari sekitar jam 14.30 alat pengukur di
ring spinning sempat mengalami gangguan akibat konslet listrik.
Dengan demikian pengukuran kadar debu total di ring spinning tidak
optimal.
3.
sedangkan di
77
78
sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau
stres. Bakteri dan virus penyebab ISPA di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung. Pada stadium awal, gejalanya berupa panas, kering dan gatal dalam
hidung, yang kemudian diikuti oleh bersin terus menerus, hidung tersumbat
dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala (Halim, 2000).
Adapun menurut Putranto (2007), hal-hal yang mendasari timbulnya
gejala penyakit pernapasan adalah batuk, dahak, sesak napas dan mengi.
Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat adalah jika terjadi
rangsangan pada bagian-bagian peka saluran pernapasan, misalnya
trakeobronkial, sehingga timbul sekresi berlebih dalam saluran pernapasan.
Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus glands) dan
sel goblets oleh adanya stimuli, misalnya yang berasal dari gas, partikulat,
alergen dan mikroorganisme infeksius.
Kemudian sesak napas atau kesulitan bernapas disebabkan oleh aliran
udara dalam saluran pernapasan karena penyempitan. Penyempitan dapat
terjadi karena saluran pernapasan menguncup, oedema atau karena sekret
yang menghalangi arus udara. Sesak napas dapat ditentukan dengan
menghitung pernapasan dalam satu menit. Sedangkan bunyi mengi
merupakan salah satu tanda penyakit pernapasan yang turut diobservasikan
dalam penanganan infeksi akut selama pernapasan.
Berdasarkan hasil penelitian di pemintalan PT.Unitex pada pekerja
menunjukkan, 57,4%
79
80
81
82
83
84
85
6.6
6.7
86
dilakukan penguraian
87
88
berdasarkan sistem kerja dan wilayah kerja yaitu ring spinning dan blowing
carding Perbedaan jumlah pekerja mungkin disebabkan oleh kesibukan
kegiatan dan beban kerja yang berbeda-beda ditiap bagian kerja. Seperti
jumlah mesin yang ada di tiap bagian kerja dan jumlah tahapan kerja yang
tidak sama diantar bagian.
6.9
89
kategori yaitu diatas sama dengan jam kerja normal, dan dibawah jam kerja
normal.
Adapun jam kerja normal adalah 8 jam kerja. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui sebagian besar pekerja memiliki jam kerja diatas sama
dengan jam kerja normal yaitu 85,3%. Dan yang memiliki jam kerja
90
dibawah normal adalah sebesar 16.3%. Hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi lama pajanan misalnya dengan membatasi waktu lembur bagi
pekerja.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di departemen
pemintalan PT.Unitex selama bulan Mei-Juni Tahun 2014 maka simpulan
yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran kadar debu total di departemen pemintalan PT.Unitex
dilakukan di dua titik yaitu di bagian ring spinning dan blowing carding.
Hasil pengukuran menunjukkan kadar debu total di ring spinning adalah
188,6 g/m3 dan blowing carding adalah 379,4 g/m3.
2. Pekerja pemintalan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
pekerja non-shift sebanyak 54 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak
57,4% responden mengalami gejala ISPA ringan.
3. Karakteristik individu pekerja yang diteliti adalah umur, jenis kelamin,
masa kerja, bagian kerja, tingkat pendidikan, perilaku merokok dan lama
paparan.
a.
Umur pekerja pemintalan non-shift di PT.Unitex berkisar antara 1955 tahun dan rata-ratanya berumur 36,19 tahun dengan nilai tengah
34,5 tahun.
b.
c.
91
92
d.
e.
f.
g.
4. Gejala ISPA ringan menurut kadar debu total dan karakteristik individu
pekerja
a.
Dari pekerja yang terkena paparan debu 188,6 mg/m3 (pekerja ring
spinning), sebanyak 76% mengalami gejala ISPA ringan. Sedangkan
dari pekerja yang terkena paparan debu
c.
93
d.
e.
f.
g.
h.
7.2
Saran
94
95
DAFTAR PUSTAKA
Agussalim. 2012. Hubungan Pengetahuan, Status Imunisasi dan Keberadaan
Perokok Dalam Rumah dengan Penyakit ISPA pada Balita di Puskesmas
Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Jurnal ilmiah STIKES UBudiyah.
Vol 1, No 2, Maret 2012. Aceh
Alemu, Kassahun, Abera Kumie dan Gail Davey. 2010. Byssinosis and other
respiratory symptomps among factory workers in Akaki textile factory,
Ethiopia. Ethiop. J.Health. Dev. 24(2) 133-139.
Ambarwati dkk. 2007. Rancang Bangun Alat Pemisah Serabut dengan Biji Kapuk.
Surakarta. Warta Vol 10 No 2 September 2007
Amerika Serikat. 2010. National Ambient Air Quality Standards by United State
Environmental Protection Agency (USEPA) dalam Himpunan Peraturan
Perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Kementerian
Lingkungan Hidup RI.
Arief, Muhammad Latar. 2013. Lingkungan Kerja Faktor Debu. Fakultas Ilmu
Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat. Universitas Esa Unggul.
Jakarta
Asih, Niluh Gede Yasmin dan Christiany Effendy. 2004. Keperawatan Medikal
Bedah : Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit EGC. Jakarta
Barus, Nerseri. 2005. Prevalensi dan Pola Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut di Tiga Kelurahan Kecamatan Medan Baru, Kota Medan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara
Jim.
2007.
Polyester.
Tersedia
di
http://www.chem-is-
2002.
Etiologi
ISPA
dan
Pneumonia.
Tersedia
di
Pengembangan
KBBI. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus versi online dalam
jaringan.
Kementerian
Pendidikan
dan
Budaya.
Tersedia
di
http://kbbi.web.id/udara
Lemeshow, Stanley, David W. Hosmer dkk. 1997. Besar Sampel dalam
Penelitian Kesehatan (terjemahan). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Lippman. 2007. Regional Deposition of Particles in the Human Respiratory
Tract dalam Lee DHK, Murphy S (Editor),Handbook of Physiology:Section
IV. Environmental Physiology. William and Wilkins Press, Philadelphia.
Tarlo, Susan M. dkk. 2010. Occupational and Environmental Disease.UK. WileyBlackwell Press.
Marsam, Soleh. 2003. Hubungan Pemaparan Debu Kapas dengan Penurunan
Fungsi Paru (VC,FV dan FEV1) Pada Pembuat Kasur di Desa Banjakerta
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga Tahun 2003. FKM
Universitas Dipenogoro. Semarang
Memon, Ismail dkk. 2008. Prevalence of byssinosis in spinning and textile
workers of Karachi, Pakistan. Pakistan. Environmental and Occupational
Health, Vol.63, No.3, 2008. Hal 138-142
Mengkidi, Dorce. 2006. Gangguan Fungsi Paru dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya Pada Karyawan PT.Semen Tonasa Pangkep Sulawesi
Selatan. Tesis, Program Pascasarjana Kesehatan Lingkungan Industri.
Universitas Dipenogoro Semarang.
Mikrajuddin dkk. 2007. IPA Terpadu. Esis. Jakarta
Journal
Online
Vol
10
(No.3)
181-186.
Tersedia
di
http://www.nepjol.info/index.php/HREN/article/view/7132. Nepal
Sintorini, MM. 2002. Hubungan Antara Kadar PM10 Udara Ambien dengan
Kejadian Gejala Penyakit Saluran Pernapasan. PS-UI Depok.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit EGC. Jakarta
Sormin, Kety Rohani. 2012. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Pekerja yang
Terpajan Debu Kapas dengan Kejadian ISPA di PT. Unitex Tahun 2011.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia Depok
Sumamur. 1991. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Haji Mas Agung.
Jakarta
Suryanta, Naik. 2009. Pengaruh Pengendalian Paparan Debu Pada Pekerja
Pensortiran Daun Tembakau di PT.X Kabupaten Deli,Serdang. Tesis.
Universitas Sumatera Utara. Medan
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Bentang
Pustaka. Yogyakarta
Tim Dosen Biologi. Biologi Dasar. Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jakarta. 2008
Trisnawati, Yuli dan Juwarni. 2012. Hubungan Perilaku Merokok Orangtua
dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang
Kabupaten Purbalingga 2012. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
Skripsi.
Dipenogoro Semarang.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat.
Universitas
KEMENTERIAN AGAMA
UNTVERSTTAS rSLAM NEGERT ( UrN )
SYAR]F HIDAYATT]LLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
I IIL.
gTI I
r.
r54re
$if;n"
Nomor :Un.0l/Fl0lKM.0t.2l n
Lampiran
Hal
;ffi.?,J,fl::if ffirf:'ift'd1fffr:".,.
Ciputat,
o3
lanuari 2014
D0t4
Nama
NIM
I 1 10101000056
Semester
VI]
Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Fakultas.
Hidayatullah Jakarta
mik,
,/
Widjajakusumah, AIF,., PFK
Tembusan:
1. Dekan FKIK
Lampiran 2 : Kuesioner
Nomor responden
: ____________________________
2.
Nama responden
: ____________________________
3.
Hari/tanggal pengamatan
: ____________________________
, 2014
Responden
(...............................................)
Lampiran 2 : Kuesioner
KODING
KARAKTERISTIK PEKERJA
(Diisi Peneliti)
KP1
Nomor Responden
KP2
Nama Responden
KP3
Nomor
Hp/Telp.Rumah/Email
(Kosongkan)
Alamat
KP5
Jenis Kelamin
KP6
Umur
Tahun
KP7
Masa Kerja
Tahun
KP8
Pendidikan terakhir
a.
b.
c.
d.
e.
SD
SMP
SMK
SMA
Diploma/Perguruan
Tinggi
KP9
a.
b.
c.
d.
Kepala Bagian
Kepala Seksi
Blowing & Carding
Combing, Drawing,
Finishing
Ring spinning, finishing
Lainnya (sebutkan):
e.
f.
KODING
(Diisi Peneliti)
A1
a. Ya
b. Tidak
Lampiran 2 : Kuesioner
A.3
a. Ya
b. Tidak
Tahun
A.4
A.5
A.6
A.7
a. Tidak sama
sekali
b. Sedikit
c. Sedang
d. Dalamdalam
KODING
B. LAMA PAPARAN
(Diisi Peneliti)
B.1
a. Ya
b. Tidak
B.2
a. Ya
b. Tidak
Lampiran 2 : Kuesioner
KODING
C. GEJALA ISPA
(Diisi Peneliti)
C.1
C.2
a. Ya
b. Tidak
Masa Kerja
Hasil Univariat
1. Gejala ISPA
3. Umur
4. Masa Kerja
5. Jenis Kelamin
6. Tingkat Pendidikan
7. Bagian Kerja
8. Perilaku Merokok
9. Lama Pajanan
Distribusi gejala ISPA ringan menurut kadar debu dan karakteristik individu
pekerja
1. Kadar debu total
2. Umur
3. Masa Kerja
4. Jenis Kelamin
5. Bagian Kerja
6. Tingkat Pendidikan
7. Perilaku Merokok
8. Lama Pajanan