You are on page 1of 7

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

disusun oleh:
NAMA

: AMANDA SAFINAH SHIRA

KELAS

: VIII B

NO.ABSEN

: 03

SMPN 1 PURBALINGGA
TAHUN 2016/2017

POLITIK

Tahun 2016, DPR dan Pemerintah Hasilkan 10


Undang-Undang
Salah satunya adalah Undang-Undang Amnesti Pajak.
Selasa, 16 Agustus 2016 | 10:30 WIB
Oleh : Syahrul Ansyari, Lilis Khalisotussurur , Reza Fajri

Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa pada tahun 2016 ini, DPR bersama
pemerintah telah mengesahkan 10 rancangan undang-undang menjadi undang-undang. Antara
lain Undang-Undang tentang Tabungan Perumahan Rakyat, Undang-Undang tentang Amnesti
Pajak, serta Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidayaan
Ikan, dan Petambak Garam. "Dalam hal pelaksanaan fungsi anggaran, DPR bersama pemerintah
saat ini sedang membahas RUU tentang APBN tahun anggaran 2017 dan RUU tentang
Pertanggungjawaban Atas Pelaksanaan APBN 2015," kata Jokowi dalam pidato di sidang
tahunan MPR, di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Selasa, 16 Agustus 2016.
Jokowi menuturkan, DPR dan pemerintah, berkomitmen untuk memastikan bahwa
anggaran tahun 2017 disusun dengan cermat demi peningkatan kesejahteraan rakyat. Dia
menegaskan bahwa anggaran itu harus mengikuti program prioritas. "Tidak boleh lagi sekadar
dibagi rata ke unit-unit kerja," ujar dia. Dalam hal pelaksanaan fungsi pengawasan, lanjut
Jokowi, DPR telah mendorong optimalisasi pemeriksaan BPK, serta optimalisasi peran komisi
dan anggota Dewan. DPR juga telah melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap para
pejabat negara yang diajukan Pemerintah. "Alhamdulillah, Kapolri, Pimpinan KPK, dan
Pimpinan Ombudsman RI, semuanya telah dilantik dalam beberapa bulan terakhir," tutur dia.

POLITIK

DPR Konsisten Sandang Predikat Lembaga


dengan Kinerja Buruk
Dewan lebih mengedepankan kepentingan parpolnya ketimbang rakyat
Senin, 15 Agustus 2016 | 18:00 WIB
Oleh : Dedy Priatmojo, Rifki Arsilan

Gedung Nusantara DPR/MPR RI

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) disebut sebagai salah satu lembaga negara yang
konsisten menyandang predikat buruk dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga
negara. Hal itu disampaikan oleh Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia
(Formappi), Lucius Karus, dalam sebuah diskusi dengan topik Evaluasi Kinerja DPR RI
semester I tahun 2016 di Kantor Formappi Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur. Lucius
menilai, Formappi tidak melihat adanya perubahan yang cukup signifikan dalam menjalankan
kinerja sebagai legislator yang dilakukan oleh anggota DPR RI hingga berakhir masa sidang V
DPR RI bulan Juli 2016 lalu. "Sebenarnya kita melihat tidak ada gerak perubahan sama sekali
dari tahun ke tahun yang dilakukan oleh DPR RI. Itu makanya kita katakan DPR RI konsisten
dalam kinerja buruknya," kata Lucius Karus di Kantor Formappi, Jakarta Timur, Senin 15
Agustus 2016. Indikasi konsistensi dalam menyandang predikat buruk itu kata Lucius, dapat
dilihat dari capaian kinerja DPR RI tiap masa sidang yang sudah ditentukan.
Sejak masa sidang ketiga tahun 2016, Lanjutnya, DPR RI hanya mampu mengesahkan
tiga Undang-Undang. Bahkan, di masa sidang keempat, DPR RI sama sekali tidak menghasilkan
Undang-Undang sama sekali. Dan pada masa sidang kelima DPR RI hanya mampu mengetuk
empat Undang-Undang. "Jadi memang hingga saat ini belum bisa memenuhi lima undangundang yang dihasilkan dalam satu masa sidang. Sementara yang ditargetkan itu sangat besar (50
Undang-Undang sepanjang tahun 2016)," ujarnya. Bahkan, tahun sebelumnya, lanjut Lucius,
dalam empat masa sidang DPR RI hanya mampu menghasilkan tiga undang-undang saja. Ia pun
menuding, faktor utama penyebab DPR RI selalu "tidak naik kelas" disebabkan oleh hilangnya
kepedulian kader-kader partai politik yang ada di parlemen dalam menyikapi kondisi realitas
masyarakat.

Menurutnya, para politisi di Senayan itu cenderung lebih mengedepankan kepentingan


parpol atau individunya masing-masing dibandingkan dengan kepentingan masyarakat pada
umumnya. Jadi tidak ada visi dalam kerja-kerja DPR RI. Jadi sangat pragmatis kalkulasinya,"
kata Lucius.

POLITIK

DPR Diragukan Bakal Selesaikan Target 50 UU


dalam Setahun
Masa kerja tahun 2016 ini hanya tinggal beberapa bulan lagi.
Senin, 15 Agustus 2016 | 16:54 WIB
Oleh : Syahrul Ansyari, Rifki Arsilan

Rapat Paripurna DPR.

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus, menilai
target menyelesaikan 50 undang-undang yang ditetapkan DPR selama 2016 ini irasional atau
tidak masuk akal. Alasannya, masa kerja DPR sampai akhir tahun nanti hanya sekitar beberapa
bulan ke depan. "Waktu kerja yang efektif yang tersedia untuk melakukan pembahasan itu hanya
sekitar 48 hari kerja. Itu sudah dipotong masa reses. Artinya, target yang dicanangkan itu sangat
tidak masuk akal," kata Lucius di Kantor Formappi, Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur, Senin
15 Agustus 2016. Lucius meminta DPR realistis dalam menyelesaikan tugasnya sebagai
legislator. Menurutnya, dalam sisa waktu yang sangat sempit itu, mereka hanya bisa
menyelesaikan 11 undang-undang atau satu undang-undang per satu komisi. "11 undang-undang
sampai akhir tahun ini. Di masa sidang semester pertama tahun ini kan ada 7 undang-undang
(yang sudah selesai), berarti 18 undang-undang sepanjang tahun 2016. Itu yang lebih masuk akal
ketimbang 43 UU dari total 50 UU yang ditargetkan tahun ini," ujarnya. Lucius menuturkan,
selama dua tahun, kinerja anggota DPR periode 2014-2019 dalam menjalankan fungsi legislasi
jauh dari harapan publik. Tercatat, hanya 10 RUU Prolegnas yang baru disahkan.
Kemudian, pada 2015, DPR hanya menghasilkan tiga produk undang-undang yaitu, UU
Pilkada, UU Pemda, dan UU Penjaminan. Sementara sepanjang Januari- Juli 2016, mereka
mengesahkan tujuh undang-undang. "Saya pikir ke depan, DPR harus lebih realistis dalam
membuat perencanaan," kata Lucius.

NASIONAL

Janji DPR untuk Kopassus


Apa janji wakil rakyat itu ?
Kamis, 10 Maret 2016 | 16:24 WIB
Oleh : Siti Ruqoyah, Anwar Sadat

Anggota komisi 1 DPR kujungi Markas Kopassus (VIVA.co.id / Anwar Sadat)

Anggota Komisi I DPR RI, mengunjungi Markas Kopassus Cijantung Jakarta Timur,
Kamis, 10 Maret 2016. Rombongan yang dipimpin oleh Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq ini tiba
di Cijantung dan langsung melakukan rapat dengan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI
Mulyono. Usai rapat dengar pendapat, rombongan kemudian melakukan demonstrasi
keterampilan prajurit. Mahfudz mengatakan, kunjungan ini merupakan satu rangkaian setelah
sebelumnya komisi I juga berkunjung ke Mabes AL dan Mabes AU. "Karena pada tahun 20102014, TNI bersama Menhan telah menyelesaikan pelaksanaan modernisasi alutsista TNI tahap 1,
dan semestinya sejak 2015 Kemhan dan TNI sudah mulai masuk melaksanakan rencana strategis
(renstra) modernisasi alutsista TNI tahap 2, yaitu periode 2015 2019, ini juga dalam rangka kami
mengevaluasi seperti apa ketepatan efektifitas renstra tersebut," kata Mahfudz di Mako Kopassus
Cijantung
Selain itu juga, Mahfudz mengatakan, dalam kunjungan kerja ini, Komisi I juga akan
menyimak paparan dari Kasad sebagaimana paparan KSAU dan KSAL sebelumnya, mengenai
rencana angkatan darat di dalam menyusun rencana kebutuhan alutsistanya untuk rensra 2015
2019. "Insya Allah tanggal 17 Maret 2016, kami akan lakukan kunjungan yang sama ke Mabes
TNI. Lalu bersama Panglima TNI dan 3 Kepala staff angkatan. Kami akan bicarakan bagaimana
postur kekuatan TNI secara terpadu. Baik yang ada saat ini, maupun yang akan kami targetkan ke
depan pada tahun 2019," kata dia. Mahfudz menegaskan, setelah mendegarkan paparan dari
ketiga kepala staf angkatan, komisi I akan duduk bersama Kemhan, selaku pihak yang nanti akan
memproses finalisasi perencanaan, penganggaran dan juga pelaksanaan. pengkoordinasiannya.
Komisi I juga nantinya akan bicara secara palarel dengan menteri keuangan dan juga menteri

perencanaan pembangunan, untuk memastikan seluruh kebutuhan modernisasi alutsista TNI pada
renstra tahap dua bisa dipenuhi oleh negara. DPR, lanjut mahfudz, menyambut baik apa yang
disampaikan oleh Presiden Jokowi di hadapan Panglima dan kepala staf angkatan, bahwa akan
meningkatkan alokasi anggaran untuk TNI, Tetapi, kami juga ingin pastikan, bahwa dukungan
anggaran dari sumber APBN atau rupiah murni, itu tidak akan memadai kebutuhan TNI, ucap
dia.
Selain itu, DPR, kata dia masih membutuhkan sumber lain yaitu pinjaman luar negeri dan
pinjaman dalam negeri khususnya untuk modernisasi alutsista. Nah ini yang nanti akan kami
pastikan," kata dia. Di hadapan KSAD, Mahfudz juga mengatakan akan memenuhi segala
kebutuhan Kopassus yang belum terakomodir selama ini. Itu akan kami jadikan prioritas untuk
kami bantu kelengkapannya," ucap dia.

You might also like