You are on page 1of 18

1

I.

STERILISASI ALAT, PEMBUATAN LARUTAN STOCK DAN

PEMBUATAN MEDIA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu perbanyakan tanaman
secara vegetatif dengan cara menumbuhkan bagian-bagian tertentu dari
tanaman, seperti sel, jaringan dan organ dalam kondisi yang aseptik dan
secara in vitro. Kultur jaringan mempunyai dua prinsip dasar yaitu
prinsip totipotensi dan budidaya yang terkendali. Penggunaan bahan
totipotensi saja tidak cukup mendukung keberhasilan kegiatan dalam
kultur jaringan, keadaan media tanam, lingkungan tumbuh serta sterilitas
mutlak harus terjamin.
Teknik kultur jaringan yang paling penting dilakukan adalah
sterilisasi alat dan pembuatan media kultur jaringan. Sterilisasi
merupakan tindakan aseptik yang dibutuhkan dalam perbanyakan secara
in vitro. Tindakan sterilisasi meliputi sterilisasi alat, sterilisasi media,
sterilisasi ruang dan sterilisasi bahan tanam. Sterilisasi peralatan kultur
jaringan menggunakan autoclave dengan cara memasukkan alat kultur
jaringan kedalam autoclave selama 45 menit sebelum digunakan.
Media yang umum digunakan dalam kultur jaringan adalah
medium padat, medium semi padat dan medium cair. Keadaan fisik
media akan mempengaruhi pertumbuhan kultur, kecepatan pertumbuhan
dan diferensiasinya. Keadaan fisik media ini mempengaruhi
pertumbuhan antara lain karena efeknya terhadap osmolaritas larutan
dalam media serta ketersediaan oksigen bagi pertumbuhan eksplan yang
dikulturkan.
2. Tujuan
Tujuan praktikum acara I Sterilisasi Alat, Pembuatan Larutan
Stock dan Pembuatan Media adalah :
a. Mengetahui metode dan macam sterilisasi dalam kultur jaringan yang
meliputi sterilisasi alat, ruang dan eksplan
b. Mengetahui prosedur sterilisasi alat-alat penanaman (diseksi) dan alat
kaca seperti botol ultur, petridish, erlenmeyer dan lain-lain

c. Mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan media kultur jaringan


terutama dalam oembuatan stock makro nutrien, mikro nutrien, larutan
buffer (Fe-EDTA), vitamin dan Zat Pengatur Tumbuh.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara I Sterilisasi Alat, Pembuatan Larutan Stock dan
Pembuatan Media dilaksanakan pada hari Senin, 7 Maret 2016 pukul
15.3017.30 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka
Kultur jaringan merupakan metode untuk mengisolasi bagian tanaman
seperti jaringan serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga dapat
menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan dapat diperoleh perbanyakan
mikro atau produksi tanaman dalam jumlah besar dan waktu yang diperlukan
relative lebih singkat. Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman
dengan teknik kultur jaringan yaitu dimulai dari pembuatan media, inisiasi,
sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, aklimatisas (Susila 2006).
Kultur jaringan merupakan cara pembiakan vegetatif yang cepat dan
secara genetik sifat-sifat tanaman anak yang dihasilkan akan sama atau
identik dengan induknya. Teknik kultur jaringan yang perlu mendapat
perhatian adalah komposisi media kultur dan zat pengatur tumbuh yang tepat
serta sumber eksplan yang digunakan untuk menghasilkan plantlet di samping
faktor lainnya yaitu cahaya, suhu dan kelembaban (Rainiyati 2007).
Kelebihan teknik kultur jaringan adalah dapat memperbanyak
tanaman tertentu yang sangat sulit dan lambat diperbanyak secara
konvensional. Dalam waktu singkat dapat menghasilkan jumlah bibit yang
lebih besar, perbanyakannya tidak membutuhkan tempat yang luas, dapat
dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Bibit yang dihasilkan
lebih sehat dan dapat memanipulasi genetik dan biaya pengangkutan bibit
lebih murah (Pramono 2007).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu,
dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk
membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit
dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan
mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik
dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak
terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan
jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih
terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan
perbanyakan konvensional ( Nugroho 2005 ).

Sterilisasi merupakan suatu proses atau kegiatan membebaskan suatu


bahan atau benda dari semua mikroorganisme. Sterilisasi juga dapat diartikan
sebagai segala kegiatan dalam kultur jaringan yang harus pada keadaan steril.
Sterilisasi dapat dilakukan pada laminar flow dan menggunakan alat-alat yang
juga dalam kondisi aseptik (Bermawie 2007).
Autoclave merupakan cara sterilisasi yang paling baik jika
dibandingandingkan dengan cara-cara sterilisasi lainnya. Autoclave
merupakan cara sterilisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan.
Bahan-bahan yang disterilkan adalah bahan-bahan atau alat-alat yang tidak
rusak karena pemanasan dengan tekanan tinggi (Hidayat 2012).
Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil
nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan
berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak
dirinya. Dua penggolongan media tumbuh yaitu media padat dan media cair.
Media padat umumnya berupa padatan gel seperti agar, nutrisi dicampurkan
pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat
bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak tergantung kebutuhan
(Hemawan dan Naiem 2006).
Media yang digunakan dalam kultur jaringan sebaiknya dalam terdiri
atas bahan-bahan organik yang paling sedikit membutuhkan 16 unsur hara
untuk pertumbuhan. Zat-zat organik, walaupun tanaman yang tumbuh dalam
kondisi normal bisa mensintesis semua kebutuhan organiknya, namun tidak
menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan sehat,
biasa diberi tambahan mio inositol, asam amino dan vitamin
(Rahayu 2006).
Keberhasilan kultur in vitro ditentukan oleh media dan macam
tanaman. Media mempunyai 2 fungsi utama, yaitu untuk menyuplai nutrisi
dan untuk mengarahkan pertumbuhan melalui zat pengatur tumbuh. Adanya
variasi media untuk tanaman menimbulkan beberapa macam media yang
digunakan yaitu Murashige dan Skoog(MS), Gamborg (B5), Linsmaier,
Nitsch dan Woody Plant Medium (WPM). Zat pengatur tumbuh juga
memegang peranan penting dalam melakukan teknik kultur. Zat pengatur

tumbuh adalah kelompok hormon, baik hormon tumbuhan alamiah maupun


sintetis (Elimasni 2006).
Larutan stock merupakan larutan yang berisis satu atau lebih
komponen media yang konsentrasinya lebih tinggi dari pada konsentrasi
komponen tersebut dalam formulasi media yang akan dibuat. Larutan stock
biasanya dibuat dengan konsentrasi 10,100 atau 1000 kali lebih pekat.
Larutan stock dibuat, pembuatan media dapat dilakukan dengan cara
mengambil sejumlah larutan stock sehingga konsentrasinya menjadi sesuai
dengan yang terdapat pada formulasi media yang dikehendaki
(Yusnita 2003).
Larutan stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan
bahan-bahan kimia khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, tak perlu
seringmenimbang karena hal ini kurang praktis. Larutan stok disimpan di
dalam lemari pendingin agar tidak mudah rusak dan mencegah
terdegradasinya bahan-bahan kimia oleh mikroba penyebab kontaminasi.
Pembuatan larutan stok harus dilakukan dengan cennat, sebab larutan stok
yang terlalu pekat akan mengalami pengendapan di lemari es, dan larutan
stok yang terkontaminasi tidak boleh digunakan lagi
(Hendaryono dan Wijayani 2002).
Media kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman menyediakan tidak
hanya unsur-unsur hara makro dan mikro, tetapi juga karbohidrat yang pada
umumnya berupa gula untuk menggantikan karbon yang biasanya didapat
melalui atmosfir melalui fotosintesis. Media padat biasanya digunakan agaragar dimana keuntungannya dari pemakaian agar-agar adalah agar-agar tidak
dicerna oleh enzim tanaman dan tidak bereaksi dengan persenyawaanpersenyawaan penyusun media. Metode kultur jaringan bukan hanya
digunakan untuk tujuan perbanyakan tanaman, namun dapat pula digunakan
untuk pelestarian plasma nutfah. Media kultur jaringan untuk pelestarian
berbeda dengan media untuk perbanyakan, dimana media perbanyakan
menyediakan komposisi unsur-unsur mendorong pertumbuhan berjalan cepat,
sedangkan media pelestarian menyediakan komposisi unsur-unsur selain
untuk mendorong juga menghambat pertumbuhan agar berjalan lambat,

sehingga dikenal sebagai pelestarian melalui pertumbuhan minimal


(Laisina 2013).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik ataupun
anorganik yang hanya dibutuhkan tanaman dalam konsentrasi yang sangat
sedikit. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk menginduksi
pertumbuhan pada teknik mikropropagasi adalah kombinasi golongan auksin
dan sitokinin dimana pada penelitian ini jenis yang digunakan adalah NAA
yang dikombinasikan dengan BAP. Penelitian menyebutkan bahwa kombinasi
penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin dan sitokinin mempengaruhi
pertumbuhan eksplan. Rasio sitokinin dan auksin relatif seimbang maka
eksplan akan membentuk massa sel yang bersifat meristematik dan terus
melakukan pertumbuhan (Paramartha 2012).
Bahan pemadat merupakan salah satu komponen yang penting
didalam kultur jaringan tanaman maupun mikroorganisme. Media yang
dipadatkan secara sempurna dapat menjadi media yang baik untuk
pertumbuhan jaringan tanaman maupun mikroorganisme, karena dapat
memelihara proses biokimia dan fisiologisnya. Bahan pemadat yang
digunakan dalam kultur jaringan adalah jenis agar standar khusus untuk
kultur jaringan tanaman yang umumnya masih diimpor, misalnya merek
Bacto, Oxoid atau Gelrite dan Phytagel (Priadi et al 2008).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan kultur
jaringan yaitu bahan sterilisasinya, kandungan unsur kimia dalam media,
hormon yang digunakan, substansi organik yang ditambahkan dan terang atau
gelapnya saat inkubasi. Permasalahan yang harus diteliti dan diperhatikan
adalah komposisi media tumbuh pada kultur jaringan karena sangan besar
pengaruhnya terhadap pertunmbuhan dan perkembangan ekspalan serta bibit
yang dihasilkan ( Marlin 2012).
C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
a. Peralatan untuk penanamaan eksplan, meliputi :
1) Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), lengkap dengan lampu
bubsen yang berisi spirtus
2) Petridish dan botol-botol kultur

3) Peralatan diseksi yaitu pinset besar/kecil, pisau pemes, gunting


eksplan
4) Alat-alat penanaman, yaitu petridish dan peralatan diseksi
dibungkus dengan kertas kemudian disterilisasi didalam autoklaf
pada tekanan 1,5 kg/cm2 selama 45 menit. Setelah disterilisasi,
alat-alat tersebut disimpan didalam oven
b. Peralatan untuk pembuatan media, meliputi :
1) Timbangan analitik
2) Botol-botol kultur jaringan
3) Magnetik stirer
4) Ph meter
5) Gelas piala
6) Pipet
7) Plastik pp 0,3 mm
8) Karet gekang
9) Kertas kabel
2. Bahan-bahan untuk pembuatan media
a. Media Murashige and Skoog (MS Medium)
b. Aquadest
c. Larutan stock, terdiri atas hara makro dan mikro, vitamin serta ZPT
d. Agar-agar
e. Gula
f. NaOH 1 N dan HCL 1 N

3. Cara Kerja
a. Pembuatan larutan stock
Bahan-bahan kimia komponen media dibutuhkan dalam jumlah
yang relatif kecil, oleh karena itu bahan-bahan tersebut disediakan
dalam bentuk larutan yang disebut sebagai larutan stock.
Larutan stock merupakan larutan bahan-bahan komponn media
yang besarnya telah dikalikan menjadi beberapa konsentrasi. Sehingga
larutan stock ini berfungsi untuk memudahkan penimbangan dan
menghindari kesalahan penimbangan bahan-bahan yang diperlukan
dalam jumlah yang relatif kecil.
1) Larutan stock media
a) Menimbang bahan-bahan kimia yang telah dikalikan menjadi
beberapa konsentrasi, misalnya untuk unsur hara makro

dikalikan 20 dan unsur hara mikro dikalikan 100 kali


konsentrasi
b) Melarutkan bahan-bahan kimia tersebut ke dalam aquadest
dengan volume tertentu misalnya 500 ml
c) Memasukkan masing-masing larutan kedalam botol dan
menyimpannya kedalam refrigerator
2) Larutan stock zat pengatur tumbuh
Zat pengatur tumbuh hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit
sekali. Biasanya zat pengatur tumbuh ini dibuat dengan
kepekatan1-10 mg/ml.
Cara membuat larutan stock masing-masing ZPT adalah sebagai
berikut :
a) Menghitung kebutuhan bahan BAP 100 ppm sebanyak 300 ml
adalah sebagai berikut :
100 ppm = 100 mg/l
= 30 mg/0,3 l
= 30 mg/300 ml
b) Melarutkan bahan dengan alkohol atau NaOH 1 N kemudian
ditambah dengan aquadest sampai 300 ml untuk BAP
c) Memasukkan masing-masing larutan tersebut kedalam botol
dan menyimpannya ke dalam refrigerator
b. Pembuatan Media
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilanperbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai
komposisi mediakultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan danperkembangan tanaman yang dikulturkan.
Contohnya komposisiKnudson C(1946), Heller (1953), Nitsch dan
Nitsch (1972), Gamborgdkk. B5 (1976), Linsmaier dan Skoog-LS
(1965), Murashige dan Skoog-MS (1962) serta woody plant mediumWPM (Lloyd dan McCown, 1980). Komponen media kultur yang
lengkap sebagai berikut :
1) Air destilata (aquadest) atau air bebas ion sebagai pelarut atau
2)
3)
4)
5)

solven
Hara-hara mikro dan makro
Gula (umumnya sukrosa) sebagai sumber energi
Vitamin, asam amino dan bahan organik lain
Zat pengatur tumbuh

6)
7)

Suplemen berupa bahan-bahan alami, jika diperlukan


Agar-agar atau gelrite sebagai pemadat (Yusnita 2004)

Langkah-langkah pembuatan media (1 liter) adalah sebagai berikut :


a) Mengambil masing-masing larutan stock sesuai dengan ukuran
yang telah ditentukan dan memasukkannya ke dalam gelas piala
b) Mengambil larutan stock ZPT sesuai dengan perlakuan misalnya :
Untuk mrmbuat media 1 l dengan konsentrasi BAP 2ppm, maka
volume larutan stock yang diambil adalah :
V1 x M1
= V2 x M2
V1 x 100 ppm
= 1000 ml x 2 pm
V1
= 20 ml/L
c) Menambah aquadest sampai 1000 ml
d) Menambah gula sampai 30 gr
e) Mengatur Ph dalam kisaran 5,8 6,3 dengan menambahkan
beberapa tetes NaOH untuk menaikkan ph atau HCL untuk
menurunkan ph. Pada saat pengukuran ph, larutan media diaduk
dengan magnetik stirer
f) Menambahkan agar-agar 8 gr kemudian dididihkan
g) Menuangkan larutan media kedalam botol-botol kultur kurang
lebih 25 ml tiap botol
h) Menutup botol berisi media kedalam autoklaf untuk proses
sterilisasi pada teknan 1,5 kg/cm2 selama 45 menit
i) Menyimpan media pada rak penyimpanan media yang bertujuan
untuk mengantisipasi ada tidaknya kontaminasi pada media
sehingga dapat dicegah penggunaan meia yang telah
terkontaminasi pafa saat penanaman
c. Media Penanaman
Dalam praktikum ini, media yang digunakan adalah media
Murashige dan Skoog (MS) yang dimodifikasi dengan penambahan
ZPT BAP 2 ppm. Media kultur tersebut digunakan untuk penanaman
3 macam eksplan dengan masing-masing eksplan diulang sebanyak 2
kali untuk setiap mahasiswa/ praktikan.

10

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Pembuatan Media
No

Gambar

Keterangan

Erlenmeyer diletakkan diatas


1

Magnetic Hot Plate Stirrer dan


dimasukkan sebuah magnet kecil

Aquades dituangkan dalam


2

Erlenmeyer sebanyak 1/3 volume


dan terus diaduk

Gula putih sebanyak 30 g


ditambahkan ke dalam aquades

Larutan ditambahkan dengan makro


sebanyak 50 ml

11

Larutan kemudian ditambahkan


dengan mikro sebanyak 10 ml

Larutan ditambahkan dengan makro


EDTA 50 ml

Larutan ditambahkan dengan vitamin


50 ml

Larutan ditambahkan dengan ZPT


BAP 20 ml

Larutan ditambahkan dengan


9

aquades hinggal volume larutan


1000 ml

12

Mengukur pH larutan sebelum


10

ditambahkan dengan agar-agar


sehingga pH yang diperoleh 5,86

Menambahkan agar-agar sebanyak 8


11

g ke dalam larutan dan menunggu


nya hingga mendidih

12

Menuangkan larutan media ke dalam


botol kultur kira-kira 25 ml/botol

Menata boto-botol kultur berisi


13

larutan media ke dalam autoklaf


untuk disterilisasi

Menata botol-botol kultur yang telah


14

disterilisasi di atas rak di dalam


ruang steril

13

Sumber: hasil pengamatan


2. Pembahasan
Menurut Indra (2008), sterilisasi adalah suatu proses di mana
kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat ataupun bahan dari
berbagai macam mikroorganisme. Bahan bisa dikatakan steril apabila
bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam
bentuk vegetatif maupun bentuk nonvegetatif (spora). Adanya
pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri
masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika
sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan
bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan. Setiap
alat yang digunakan dalam praktikum yang digunakan dalam menanam
eksplan perlu dilakukan sterilisasi peralatan, halini bertujuan untuk
mengurangi faktor kontaminasi. Proses sterilisasi diharapkan alat yang
digunkan dapat steril sehingga eksplan yang ditanaman tidak
terkontaminasi akibat alat yang digunakan.
Yuliarti (2010), menyatakan bahwa metode sterilisasi adalah
sebagai berikut:
a. Sterilisasi dengan pemanasan kering
Metode ini hanya digunakan untuk alat-alat gelas dan peralatan
yang terbuat dari logam atau bahan lain yang tidak rusak dalam
temperature tinggi. Alat-alat yang berisi kertas, plastik dan kapas tidak
dapat disterilkan dengan metode ini. Pisau, scalpel dan pinset juga
tidak boleh distersilkan dengan cara ini karena dapat menjadi tumpul.
Biasanya sterilisasi dilakukan dengan menggunakan oven
pengering. Baking oven juga dapat digunakan, temperaturnya kira-kira
160oC selama 4 jam. Alat-alat yang digunakan harus dibungkus
menggunakan kertas alumunium foil atau kertas payung sebelum
dimasukkan ke dalam oven.
b. Sterilisasi dengan pemanasan basah
Metode sterilisasi ini menggunakan alat berupa autoclave, yang
bekerja dengan tekanan uap. Jika tidak mempunyai autoklaf panic
presto juga dapat dilakukan sebagai pengganti. Standar teknis untuk

14

tekanan uap adalah 15 ib/in2 dengan temperature 121oC selama 15-20


menit.
c. Sterilisasi dengan bahan kimia
Metode yang sederhana untu sterilisasi substansi yang
termolabil adalah dengan alkohol 70% atau 95%. Larutan ini hanya
berfungsi sebagai bahan sterilisasi yan baik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 5 ml alkohol 70% per liter media tidak
menimbulkan efek yang merugikan pada kultur. Sterilisasi pada
permukaan ruang kerja laboratorium juga dapat dilakukan dengan
mengelap permukaan tersebut dengan alkohol 70% atau 90%.
Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan
mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media
tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk
hidup dan memperbanyak dirinya. Media merupakan faktor utama
dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan
dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara
umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur
jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplanserta bibit yang dihasilkan (Tuhuteru 2012).
Menurut Hendaryono (2007) komposisi media yang digunakan
tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang
digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.
Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lainlain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan
dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang
digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan
autoklaf.
Praktikum sterilisasi alat dilakukan dengan mencuci botol-botol
kultur sebanyak 10 botol per praktikan atau 50 botol per kelompok.
Botol kultur dicuci dengan menggunakan air mengalir dan sabun.
Botol yang sudah dicuci kemudian ditiriskan diatas meja. Keesokan

15

harinya, perwakilan kelompok kembali ke laboratorium untuk menata


boto-botol ke dalam kardus. Praktikan tidak melaksanakan praktikum
pembuatan larutan stok karena karena larutan stok telah disediakan
oleh Co ass. Hal ini mengingat dalam pembuatan larutan stok
memerlukan waktu yang cukup lama. Sehingga, saat melakukan
praktikum pembuatan media praktikan hanya perlu menggunakan
larutan stok yang tersedia tanpa perlu membuat.
Praktikum pembuatan media mengunakan bahan- bahan
pembutan media 1 liter yaitu gula putih 30 gr, makro 10 ml, mikro
EDTA 50ml, vitamin 50 ml, ZPT BAP 2 ppm, aquadest dan agar-agar.
Pembuatan media dihasilkan 1 L larutan media dengan pembagian 25
ml per botol sehingga 1 mengisi 40 botol kultur. Botol-botol tersebut
kemudian disterilisasi dalam autoklaf dengan volume 50 botol kultur.
Botol-botol tersebut disterilisasi dengan tekanan 1,5 atm dengan suhu
121oC selama 30 menit dan 15 menit unuk meringankan tekanan dalam
autoklaf. Setelah 45 menit menunggu, botol-botol kultur dapat
dikeluarkan dari dalam autoklaf dan ditata di atas rak di dalam ruang
steril.

16

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Praktikum acara I Sterilisasi, Pembuatan Larutan Stock dan
Pembuatan Media adalah :
a. Sterilisasi dilakukan dengan mencuci botol-botol kultur dengan
sabun dan air mengalir.
b. Metode sterilisasi yang dilakukan pada saat praktikum yaitu
sterilisasi dengan pemanasan basah.
c. Pembuatan media kultur jaringan 1 liter dihasilkan 40 botol kultur
dengan 25 ml per botol.
2. Saran
Saran praktikum acara I tentang Sterilisasi Alat, Pembuatan Larutan
Stock Dan Pembatan Medium adalah sebagai berikut:
a. Perlu adanya ketelitian dan pengawasan dari co-Ass agar tidak
terjadi kesalahan.
b. Perlu adannya tambahan alat-alat kultur jaringan misalnya autoklaf
agar praktikum berjalan dengan lancar dan tidak membutuhkan
waktu lama.

17

DAFTAR PUSTAKA
Bermawie 2007. Penyimpanan in vitro tanaman obat potensial. Perkembangan
Teknologi TRO. Vol. 15 No. 1.
Elimasni 2006. Inisiasi in vitro biji muda terong belanda (Solanum betaceum
Cav). Berastagi Sumatera Utara pada Komposisi Media dan Zat Tumbuh
yang Berbeda. Jurnal Biologi Sumatera. ISSN 1907-5537. Vol (1) No.1
Hemawan dan Naiem 2006. Pengaruh jenis media dan konsentrasi zat pengatur
tumbuh terhadap perakaran pada kultur jaringan cendana (Santalum
album Linn.). Jurnal Agrosains.Vol 19 (2) : 103-109.
Hendaryono dan Wijayani 2002. Teknik kultur jaringan. Yogyakarta: Kanisius
Hendaryono dan Ir Ari Wijayani, 2007.Teknik kultur jaringan.
Yogyakarta.Kanisius.
Hidayat 2002. Keefektifan bahan sterilisasi dalam pengendalian kontaminasi pada
pertumbuhan kultur zigotyk surian (Toona Sinensis Roem). Jurnal
Agrikultura 16 (2) : 134-136.
Indra. 2008.Mikrobiologi dan parasitologi. Bandung. PT Citra AdityaBakti.
Laisina 2013. Konsentrasi sukrosa dan agar di dalam media elestarian
in-vitro ubi jalar sukuh. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. ISSN
2301-7287. Vol. (2) No.1.
Marlin 2012. Penuntun praktikum kultur jaringan. Bengkulu. Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
Nugroho 2005. Teknik kultur jaringan. Jakarta.Penebar Swadaya.
Paramartha 2012. Pengaruh penambahan kombinasi konsentrasi zpt naa dan bap
terhadap pertumbuhan dan perkembangan biji Dendrobium taurulinum j.j
smith secara in vitro. Jurnal Sains dan Seni ITS. ISSN: 2301-928X. Vol
(1) No.1
Pramono 2007. Teknik kultur jaringan. Jakarta: Kanisius
Priadi et al 2008. Pertumbuhan in vitro tunas ubi kayu (Manihot esculenta crantz)
pada berbagai bahan pemadat alternatif pengganti agar. Jurnal
Biodiversitas. Vol. 13 (3) : 9-12.
Rahayu 2006. Propagasi tanaman secara in vitro. Jurnal Agrobiogen. Vol. 2 No. 2
Hal. 99-101.
Rainiyati. 2007. Perkembangan pisang raja nangka (Musa sp) secara kultur
jaringan dari eksplan anakan dan meristem bunga. Jurnal Agronomi.
ISSN 1410-1939. Vol (11) No.1
Susila Anas 2006. Panduan budidaya tanaman sayuran. Bogor : IPB.
S. Tuhuteru, M. L. Hehanussa, S.H.T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan
perkembangan anggrek Dendrobium anosmum pada media kultur invitro
dengan beberapa konsentrasi air kelapa. Jurnal Agrolia. Vol 1 No1.

18

Yuliarti N 2010. Kultur jaringan tanaman skala rumah tangga. Jogjakarta: Lyly
Publisher
Yusnita 2003. Kultur jaringan cara memperbanyak tanaman secara efisien. .PT
Agromedia Pustaka. Tangerang

You might also like