Professional Documents
Culture Documents
KARBOHIDRAT
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara I Karbohidrat ini sebagai berikut :
a. Mengetahui pengaruh asam dan alkali terhadap sakarosa.
b. Mengetahui pengaruh alkali dan asam terhadap glukosa.
c. Menentukan suhu gelatinisasi pati tepung beras dan tapioka.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Karbohidrat terdiri dari berbagai senyawa yang sangat melimpah di
alam. Penggolongan karbohidrat dapat dilakukan berdasarkan bentuk
cincin sikliknya, yaitu golongan furanosa, bila karbohidrat tersebut
mempunyai cincin beranggota 5 dan piranosa, bila mempunyai cincin
beranggota 6. Ada tiga jenis karbohidrat berdasarkan penggolongan jumlah
monomer penyusunnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, polisakarida.
Monosakarida merupakan senyawa karbohidrat yang paling sederhana
yang tidak dapat dihidrolisis lagi. Beberapa molekul monosakarida
mengandung unsure nitrogen dan sulfur. Kelompok aldoheksosa penting
misalnya glukosa. Fungsi utama glukosa adalah sumber energi dalam sel
hidup. Senyawa kelompok ketoheksosa misalnya fruktosa. Fruktosa
mengandung 5 gugus hidroksil dan gugus karbonil keton pada C-2 dari
rantai enam karbon. Oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam
ialah disakarida. Molekul ini terdiri atas dua satuan monosakarida yang
dihubungkan oleh ikatan glikosida. Disakarida yang terkenal diantaranya
adalah sukrosa, maltosa, laktosa dan selobiosa. Polisakarida merupakan
karbohidrat bentuk polimer dari satuan monosakarida yang sangat panjang.
Polisakarida nutrisi yang lazim adalah pati dan glikogen pada hewan
(Toha, 2001).
(Laka, 2013).
Selama pengolahan pati, banyak perubahan yang terjadi pada sifat
fisikokimia. Salah satu yang paling penting adalah gelatinisasi. Butiran
pati yang larut dalam air dingin, tapi mereka menyerap air dalam media
akan
meningkatkan
pembengkakan
granula
pati.
peristiwa
ini
disebut
dengan
suhu
gelatinisasi
(Pomeranz, 1991).
Bila pati mentah dimasukkan ke dalam air dingin, granula patinya
akan menyerap air dan membengkak. Namun demikian jumlah air yang
terserap dan pembengkakannya terbatas. Air yang terserap tersebut hanya
dapat mencapai kadar 30%. Peningkatan volume granula pati yang terjadi
di dalam air pada suhu antara 55 sampai 65C merupakan pembengkakan
yang sesungguhnya, dan setelah pembengkakan ini granula pati dapat
kembali pada kondisi semula. Granula pati dapat dibuat membengkak luar
biasa, tetapi bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula.
Perubahan tersebut disebut gelatinisasi. Suhu pada saat granula pati pecah
disebut suhu gelatinisasi yang dapat dilakukan dengan penambahan air
panas. Suhu gelatinisasi tergantung juga pada konsenrasi pati. Makin
kental larutan, suhu tersebut makin lambat tercapai, sampai suhu tertentu
warna
biru.
Sementara
itu,
amilopektin
memiliki
C. Metodelogi
1. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
2. Bahan
a. Sukrosa
b. Larutan HCl 0,1 N
c. Larutan NaOH 0,1 N
d. Aquades
e. NaHCO3 kristal
f. Pereaksi Benedict
g. Glukosa
h. Tepung tapioca
i. Tepung beras
j. Larutan Iodin
a.
Tabung reaksi
Mikroskop
Termometer
Pipet ukur
Pipet tetes
Kompor listrik
Beaker glass
Gelas ukur
Pengaduk
Pemanas air
Penjepit kayu
Gelas objek
Gelas penutup
3. Cara Kerja
Pengaruh Asam dan Alkali terhadap Sukrosa
Sukrosa 2 ml
Dimasukkan dalam 3 tabung reaksi
Tabung 1
Ditambahkan
NaOH 0,1 N
sebanyak 5 ml.
Tabung 2
Ditambahkan HCl
0,1 N sebanyak
5 ml.
Tabung 3
Ditambahkan
aquadest
sebanyak 5 ml.
NaHCO3
kristal
b.
Tabung 1
Ditambahkan
NaOH 0,1 N
sebanyak 2 ml
Tabung 2
Ditambahkan HCl
0,1 N sebanyak
5 ml
Dipanaskan sampai mendidih
Diamati perubahan warnanya
Tabung 3
Ditambahkan
aquadest
sebanyak 2 ml
c.
Gelatinisasi Pati
Sebanyak 1 sendok pati tapioka dan 1 sendok tepung
beras
Dimasukkan dalam 4 beaker glass 200 ml
dan ditambahkan aquades hingga
membentuk pasta kental
Beaker 1
Ditambahkan
50 ml aquades
suhu kamar
Beaker 2
Ditambahkan
50 ml aquades
suhu 40oC
Beaker 3
Ditambahkan
50 ml aquades
suhu 65 oC
Beaker 4
Ditambahkan
50 ml aquades
suhu 80 oC
Menambahkan HCl
0,1 N sebanyak 2 ml
pada tabung 2
Larutan Iodin
1 tetes
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
2 ml sukrosa +
5 ml NaOH 0,1
N
2 ml sukrosa +
5 ml HCL 0,1
N
2 ml sukrosa
+5 ml aquades
Pemanasan I
Warna
Warna
awal
akhir
Pemanasan II
Warna
Warna
awal
akhir
Bening
Bening
Biru
muda
Bening
Bening
Bening
Bening
Biru muda
Biru
Endapan
kehijauan merah bata
Biru
muda
Biru muda
terdiri dari Kupri sulfat, Natrium sitrat, dan Natrium karbonat. Dimana fungsi
dari CuSO4 yaitu menyediakan Cu2+, Na-sitrat untuk mencegah terbentuknya
endapan Cu(OH)2 atau CuCO3. Sedangkan Na2CO3 sebagai alkali yang
mengubah gugus karbonil bebas dari gula menjadi bentuk enol yang reaktif.
Enol yang reaktif ini mereduksi Cu2+ dari senyawa kompleks dengan sitrat
menjadi Cu+. Cu+ bersama OH membentuk CuOH (berwarna kuning) yang
dengan pemanasan akan berubah menjadi endapan Cu2O berwarna merah
bata
(Laka, 2013).
Pada percobaan kali ini, langkah pertama yang dilakukan adalah
mengambil 2 ml larutan sukrosa dimasukkan ke dalam tiga tabung reaksi.
Pada tabung reaksi pertama ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 N untuk mengetahui
pengaruh basa terhadap sifat reduktif dari sukrosa. Pada tabung reaksi kedua
ditambahkan 5 ml HCl 0,1 N untuk mengetahui pengaruh asam terhadap
perubahan sukrosa. Pada tabung ketiga ditambahkan 5 ml aquades. Kemudian
semua tabung reaksi tadi dipanaskan secara bersama-sama kira-kira 2-3
menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat hidrolisis. Setelah
pemanasan pertama ternyata tidak terjadi perubahan warna pada sukrosa.
Tidak terjadinya perubahan warna ini menunjukkan bahwa penambahan alkali
dan asam belum mampu menghidrolisis sukrosa. Pemanasan pertama ini
hanya berfungsi sebagai peregang ikatan antara monosakarida pada sakarosa
tetapi belum bisa menghidrolisis sakarosa dengan sempurna. Setelah itu
tabung reaksi kedua yang ditambahkan 5 ml HCl 0,1 N dinetralkan dengan
NaHCO3 kristal sampai pHnya netral. Penambahan NaHCO3 kristal bertujuan
untuk memberikan suasana sedikit basa, pada suasana yang basa, benedict
mampu bekerja maksimal. Benedict tidak dapat bekerja dengan baik pada
kondisi asam. Fungsi lain dari NaHCO3 adalah sebagai katalis dalam reaksi
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Pengaruh Asam dan Alkali terhadap Glukosa
Kel
1
2
3
4
5
6
7
8
Perlakuan
Perubahan Warna
Warna awal
Warna akhir
5 ml glukosa + 2 ml
NaOH 0,1 N
Bening
Kuning kecoklatan
5 ml glukosa+ 2 ml HCL
0,1 N
Bening
Bening
5 ml glukosa + 2 ml
aquades
Bening
Bening
HCl 0,1 N tidak terjadi perubahan warna, warnanya tetap bening karena
glukosa stabil pada kondisi asam. HCl tidak mampu menghidrolisis glukosa.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan Sudarmanto (2000), yaitu
bahwa pada pH diatas 4, dalam suasana alkali, glukosa siklik akan berubah
kebentuk cincin terbuka yang mengandung gugus karbonil dan selanjutnya
akan mengalami keseimbangan antara bentuk keto dan enolnya, yang disebut
enolisasi. Enolasi pada glukosa menyebabkan terbentuknya keseimbangan
antara campuran glukosa, fruktosa, dan manosa dengan enediol sebagai
senyawa antara. Warna kuning kecoklatan yang terjadi merupakan akibat dari
terbentuknya keempat senyawa diatas. Pada tabung ketiga yang ditambahkan
aquades tidak terjadi perubahan warna, warnanya tetap bening. Aquades
bersifat netral sehingga tidak dapat menghidrolisa glukosa walaupun disertai
dengan pemanasan. Aquades hanya berfungsi sebagai pelarut.
Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Gelatinisasi Pati pada Perbesaran 100x
Kel
Perlakuan
Tepung
tapioka suhu
kamar
Tepung beras
suhu kamar
Gambar
Keterangan
Tepung
tapioka 40oC
Tepung beras
40oC
Tepung
tapioka 65oC
Tepung beras
65oC
Tepung
tapioka 80oC
Tepung beras
80oC
sesungguhnya, dan setelah pembengkakan ini granula pati dapat kembali pada
kondisi semula. Granula pati dapat dibuat membengkak luar biasa, tetapi
bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula. Perubahan tersebut
disebut gelatinisasi (Winarno,1984).
Suhu gelatinisasi tergantung juga pada konsentasi pati. Makin kental
larutan, suhu tersebut makin lambat tercapai, sampai suhu tertentu kekentalan
tidak bertambah, bahkan kadang-kadang turun. Konsentrasi terbaik untuk
membuat larutan gel adalah 20%, makin tinggi konsentrasi, gel yang
terbentuk makin kurang kental dan setelah beberapa waktu viskositas akan
turun. Selain konsentrasi, pembentukan gel ini dipengaruhi pula oleh pH
larutan.Pembentukan gel optimum pada pH 4-7. Bila pH terlalu tinggi,
pembentukan gel makin cepat tercapai tapi cepat turun lagi, sedangkan bila
pH terlalu rendah terbentuknya gel lambat dan bila pemanasan diteruskan,
viskositasakan turun lagi. Pada pH 4-7 kecepatan pembentukan gel lebih
lambat daripada pH 10, tapi bila pemanasan diteruskan, viskositas tidak
berubah. Penambahan gula juga berpengaruh pada kekentalan gel yang
terbentuk. Gula akan menurunkan kekantalan, hal ini disebabkan gula akan
mengikat air, sehingga pembengkakan butir-butir pati terjadi lebih lambat,
akibatnya suhu gelatinisasi lebih tinggi. Adanya gula akan menyebabkan gel
lebih tahan terhadap kerusakan mekanik (Winarno, 1984).
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui suhu gelatinisasi
pati. Bahan yang digunakan polisakarida berupa tepung tapioka dan tepung
beras. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil setengah sendok
makan pati tapioka ke dalam 4 gelas beaker 100 ml yang tersedia. Kemudian
ditambahkan dengan 50 ml air suling sampai terbentuk pasta kental. Lalu
pada beaker pertama ditambahkan dengan air suling sebanyak 50 ml pada
suhu kamar. Beaker kedua ditambahkan dengan air suling 50 ml dan
dipanaskan pada suhu 40C. Beaker ketiga ditambahkan air suling 50 ml dan
dipanaskan pada suhu 65C. Sedangkan yang beaker keempat ditambahkan
air suling 50 ml dan dipanaskan pada suhu 80C. Lalu kemudian setelah
selasai, dibuat masing-masing preparat mikroskopisnya pada gelas objek dan
ditambahkan dengan 1 tetes larutan iodine encer agar warna terlihat jelas
sehingga dapat ditentukan range suhu gelatinisasi, ditutup dengan
menggunakan gelas penutup dan diamati dengan menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 10x10.
Bahas tabel gelatinisasi pati dan hasil percobaan, sesuaikan dengan suhu
gelatinisasi pati berdasarkan teori, bahas jika terjadi penyimpangan !
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara I Karbohidrat ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa.
Dengan penambahan bahanbahan yang bersifat alkali seperti NaOH,
KOH, dan air kapur, maka sukrosa dapat rusak tetapi jika hanya dalam
keadaan pekat dan dipanaskan.
2. Dalam percobaan untuk mengetahui pengaruh asam terhadap sukrosa
diketahui bahwa dalam keadaan asam dengan penambahan HCL sukrosa
bersifat tidak stabil sehingga mengalami perubahan warna dan terdapat
endapan merah bata karena mengalami hidrolisis menjadi d-glukosa dan
d-fruktosa.
3. Glukosa merupakan gula reduksi dan bersifat stabil terhadap suasana
sedikit asam, serta tidak stabil dalam suasana alkali dan akan mengalami
pemecahan menjadi asam-asam organik yang menimbulkan pencoklatan
bila dipanaskan.
4. Dalam percobaan untuk mengatahui pengaruh asam dan alkali terhadap
glukosa diketahui bahwa dalam keadaan basa dengan penambahan NaOH
glukosa tidak stabil sehingga terjadi perubahan warna dari bening
menjadi kuning kecoklatan.
5. Menurut hasil percobaan range/kisaran suhu gelatinisasi tepung beras
lebih besar yaitu 65C - 80C lebih besar daripada range/kisaran suhu
gelatinisasi tepung tapioka yaitu 40C - 65C.
6. Ukuran granula pati dari serealia seperti pati beras relatif lebih kecil
dibandingkan dengan pati dari umbi-umbian atau kacang-kacangan.
7. Faktor yang mempengaruhi sifat gelatinisasi pati yaitu sumber pati,
ukuran granula pati, asam, lemak, gula, protein, enzim, suhu pemasakan,
dan pengadukan.
8. Gelatinisasi merupakan proses pembengkakan granula pati ketika
dipanaskan dalam media air.
9. Pola gelatinisasi yang berbeda antar masing-masing sampel dapat terjadi
karena perbedaan kadar amilosa.
10. Pati dari tapioka terdiri atas 17% amilosa dan 83% amilopektin.
11. Pati dari beras terdiri atas amilosa 26,58% dan kadar amilopektin 68,85%
12. Granula pati tepung tapioka berbentuk bulat kecil dan suhu
gelatinisasinya mendekati 800C.
13. Granula pati tepung beras berbentuk bulat kecil dan suhu gelatinisasinya
mendekati 800C.
DAFTAR PUSTAKA
Hasrati, Endah. 2011. Kajian Penggunaan Daging Ikan Iias (Cyprinus Carpio
Linn) terhadap Tekstur dan Cita Rasa Bakso Daging Sapi. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian. Vol.7. No.1.
Herawati, Heny. 2012. Teknologi Proses Produksi Food Ingredient Dari Tapioka
Termodifikasi. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 3. No. 2.
Kibar, E. Aytunga Ark, Ilknur Gnen And Ferhunde Us. 2010. Gelatinization Of
Waxy, Normal And High Amylose Corn Starches. Journal Gida. Vol. 35. No.
4.
Laka, Antonia , dkk. 2013. Optimalisasi Hidrolisa Pati Menjadi Glukosa Dari
Ubi Gatal (Amorpho Phallus Campanulatus Bl) Menggunakan Asam. Jurnal
Kimiaterapan. Vol.1. No. 1.
Lehninger. 1993. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Noranizan. 2010. Effect Of Heat Treatment On The Physico-Chemical Properties
Of Starch From Different Botanical Sources. International Food Research
Journal. Malaysia.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta.
Pomeranz, Y. 1991. Functional Properties Of Food Components. Academic Press
Inc., San Diego, California.
Seo, Jeong-Ah, et al. 2004. Making monosaccharide and disaccharide sugar
glasses by using microwave oven. Department of Physics and Research
Center for Dielectric and Advanced Matter Physics, Pusan National
University, San 30, Changjeon-Dong, Keumjeong-Ku, Busan 609-735, South
Korea.
Soeharsono, 1978. Petunjuk Praktikum Biokimia. PAU Pangan dan Gizi. UGM.
Yogyakarta.
Supriyadi, Dimas. 2012. Pengaruh Rasio Amilosa-Amilopektin dan Kadar Air
terhadap Kerenyahan dan Kekerasan Model Produk Gorengan. IPB
repository. Bandung
Toha, Abdul Hamid. 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Tonukari. J.N., 2004, Cassava and Future of Starch. Electronic Journal of
Biotechnology. Vol 7. No 1, April 2004.
Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Yogyakarta.
Yusrin, Ana Hidayati Mukaromah. 2010. Proses Hidrolisis Onggok Dengan
Variasi Asam pada Pembuatan Ethanol. Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan.Universitas Muhammadiyah Semarang.
LAMPIRAN