You are on page 1of 168

Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia

KATA PENGANTAR
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena

atas berkat dan rahmat-Nya Laporan Kinerja


Kesehatan Tahun 2015 dapat disusun. Dokumen

Kementerian

ini merupakan

wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi


Kementerian Kesehatan serta bentuk akuntabilitas pencapaian
kinerja Kementerian Kesehatan.

Laporan ini berupaya menggambarkan berbagai capaian kinerja yang dapat diraih

oleh Kementerian Kesehatan selama Tahun 2015 dengan membandingkannya


terhadap target kinerja yang telah ditetapkan untuk Tahun 2015. Berbagai kebijakan

dan upaya telah dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan Kementerian


Kesehatan yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat; dan 2)
meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat
terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Melalui penyusunan laporan

ini kami

sangat mengharapkan adanya masukan umpan balik yang akan berguna dalam
proses perbaikan kinerja Kementerian Kesehatan di masa mendatang. Masukan dan

saran perbaikan sangat kami harapkan guna penyempurnaan di waktu yang akan
datang.

Jakarta,

Februari 2016

Menteri Kesehatan

llr/l

l{-[

Prof. Dr. di. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K)

DAFTAR ISI
Hal

KATA PENGANTAR MENTERI KESEHATAN R.I


DAFTAR ISI
BAB

BAB

II

:
:
:
:
:
:

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.

1
1

Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

C.lsu Strategis

PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-

7
7

2019

BAB III

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2015

20

AKUNTABILITAS KINERJA
A. Prestasi Kementerian Kesehatan

25
25

B. Capaian Kinerja Organisasi

32

C.

BAB IV

Realisasi Anggaran

PENUTUP

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

141

143

ll

Daftar Gambar

Hal

Gambar 1 .1. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan


Gambar 2.1. Peta Strategi Kementerian Kesehatan
Gambar 3.1. Regional Workshop on lncrease Access to Health Services for
ASEAN People in Collaboration with WHO. (Batam, lndonesia, 3 - 5 Maret

3
8

29

201 5)

Gambar 3.2. dh Meeting of ASEAN Working Group on Pandemic


Preparedness and Response (AWGPPR). Jakarta, Indonesia, 8 - 10
Desember 2015
Gambar 3.3. lbu Bersalin di Fasilitas Kesehatan di Kab. Bulukumba
Gambar 3.4. lbu hamil yang diukur lingkar lengan atasnya.
Gambar 3.5. Realisasi Per Propinsi Indikator Persentase Kabupaten/Kota
Yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2O15
Gambar 3.6. Salah satu sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (PAM- STBM) yang pada tahun 2015 dilaksanakan di
77 lokasi
Gambar 3.7. Penyelidikan Epidemiologi Kasus Rubella di Malang
Gambar 3.8. Pertemuan Congenital Rubella Syndrome
Gambar 3.9. Pelatihan Evaluasi SKDR Tingkat Nasional
Gambar 3.10. Salah satu pertemuan Penyusunan Dokumen Rencana
Kontijensi Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
diselenggarakan di Kota Bandung dihadiri oleh Subdit Kekarantinaan
Kesehatan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.
Gambar 3.11. Rangkaian The
lndonesian Conference on Tobacco or
Health
Gambar 3.12. Workshop Teknis Akreditasi FKTP yang diselenggarakan
pada tanggal 11-13 Mei 2015 di Jakarta
Gambar 3.13. Pelatihan Surveior Akreditasi FKTP yang Diselenggarakan
pada tgl 31 Agustus sd 10 September 2O15 di Yogyakarta
Gambar 3.14. Pelatihan TOT Pendamping Akreditasi FKTP yang
disefenggarakan pada tgl 5-19 April 2015 di Bapelkes Semarang
Gambar 3.15. Pelaksanaan Bimbingan Teknis di Rumah Sakit
Gambar 3.16. Peningkatan Kapasitas Pendamping Akreditasi di Rumah Sakit
Gambar 3.17. Sosialisasi penerapan katalog obat bagi industri farmasi
Tahun 2015 dijakarta
Gambar 3.18. Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri tahun 2015
Gambar 3.19. Menteri Kesehatan Rl, Prof. Dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K)
membuka pameran alat kesehatan dan PKRT dalam negeri di Hall B Jakarta
Convention Center, Senayan Jakarta
Gambar 3.20. Pencanangan gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat
oleh Menteri Kesehatan Rl tahun 2015
Gambar 3.21. Launching Faralkes Online oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia

ld

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tatrun 2015

36
37
45
51

55
55
55
56

62

66
66
73
73
82
88
88

94
95

lll

2015

Gambar 3.22. Kegiatan Tim Nusantara Sehat Tahun


Gambar 3.23. Pelaksanaan Penandatanganan MoU Kementerian Kesehatan
dengan Dunia Usaha
Gambar 3.24. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Organisasa
Kemasyarakatan di Daerah Binaan.
Gambar 3.25. Kegiatan Training Center ACKM di Laboratorium
Surabaya
Gambar 3.26. Tampilan Muka Aplikasi Komunikasi Data
Gambar 3.27. Tampilan Data Kesehatan Prioritas pada Aplikasi Komunikasi
Data
Gambar 3.28. Tampilan Muka Aplikasi SIKDA Generik

Poltekkes

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

99
108

112
132
138

138

140

tv

Daftar

Grafik

Hal

(PF)

Grafik 3.1. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan


33
tahun 2015-2019
Grafik 3.2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan 35
kesehatan (PF) tahun 2015
Grafik 3.3. Target persentase ibu hamil KEK tahun
39
Grafik 3.4. Target dan Capaian Persentase Kabupaten/Kota yang
40
Kebijakan PHBS Tahun 2015
Grafik 3.5. Capaian Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS per
41
Tahun 2015
Grafik 3.6. Target Dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota
45
Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015
Grafik 3.7. Realisasi Per Propinsi Indikator Persentase Kabupaten/Kota
46
Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015
Grafik 3.8. Penyandingan Capaian Kinerja Dan RealisasiAnggaran Indikator 46
Persentase Kabupaten/Kota Yang Memenuhi Kualitas Kesehatan
Lingkungan
Tahun 2015
Grafik 3.9. Indikator dan realisasi persentase penurunan kasus PD3l tertentu 53
Tahun 2015
Grafik 3.10. Pencapaian Puskesmas yang
68
Grafik 3.1 1. Pencapaian RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi
74
Grafik 3.12.Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian
79
Alat Kesehatan Tahun 2015
Grafik 3.13.Target dan realisasi indikator persentase ketersediaan obat
82
vaksin di puskesmas Tahun 2015
Grafik 3.14. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas di
83
provinsi Tahun 2015
Grafik 3.15. Jumlah item obat dan vaksin yang tersedia di puskesmas di
84
provinsi Tahun 2015
Grafik 3.16. Target dan realisasi indikator jumlah bahan baku obat dan
87
tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri
tahun 2015
Grafik 3.17. Target dan realisasi indikator persentase produk alat kesehatan 92
dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat tahun 2015
Grafik 3.18. Target dan Capaian RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki
101
dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesiais penunjang
Grafik 3.19. Perbandingan Target dan Capaian lndikator persentase
101
Kab/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter
spesialis penunjang Tahun 2015-2019
Grafik 3.20. Distribusi Bantuan PPDS/PPDGS Seluruh
1O2
Grafik 3.21. SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya
103
Grafik 3.22.Target dan Capaian Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan 1O7

2015-2019
Memiliki
Provinsi

Yang

Yang

TersertifikasiAkreditasi
Nasional
dan
dan

34

34

obat

RS

Angkatan
(kumulatif)

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun

2015

CSR-nya untuk Program Kesehatan


Grafik 3.23. Target dan Capaian Jumlah Organisasi Kemasyarakatan
Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan
Grafik 3.24.Target dan Realisasi Pejabat Struktural yang
Kompetensi
Grafik 3.25. Target danRealisasi SKP Min.
Grafik 3.26. Persentase Capaian Indikator Kabupaten Kota yang Melaporkan
Data Kesehatan Prioritas
Grafik 3.27. Presentase Realisasi Per Jenis Belanja
Grafik 3.28. Realisasi Per Kewenangan

yang

Memenuhi

Baik

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

111
135
136

139

142
142

DaftarTabel

Hal

2015
Alat

Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun


20
78
Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan
Kesehatan Tahun 2015
Tabel 3.2.Target, realisasi dan capaian indikator persentase ketersediaan 81
obat dan vaksin di puskesmas tahun 2015
Tabel 3.3. Target, realisasi dan capaian indikator jumlah bahan baku
86
dan obat tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam
negeri tahun 2015
Tabel 3.4. Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional
87
Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015
Tabel 3.5. Target, realisasi dan capaian indikator percentase produk
91
kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat tahun 2015
Tabel 3.6. Target dan Capaian RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 4
100
spesialis dasar dan 3 dokter spesiais penunjang
Tabel 3.7. Alokasi dan realisasi anggaran Badan PPSDM Kesehatan
105
Kegiatan
Tabel 3.8. Daftar Kementerian dengan Dukungan Program Pembangunan 105
Kesehatan Tahun 2015
Tabel 3.9. Dokumen Kesepakatan dan lmplementasi Kerja Sama
115
Kerjasama Luar Negeri, Tahun 2015
Tabel 3.10. Capaian Target Kinerja Tahun 2O1O - 2015 Pusat
1 18
Luar Negeri
Tabel 3.1 1. Capaian Target Kinerja Tahun 2015 - 2019 Pusat
1 18
Luar Negeri
Tabel 3.12. Sasaran dan IKP Badan Litbang Kesehatan Tahun
123
Tabel 3.13. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan
124
Jangka Menengah pada Renstra 2015-2019
Tabel 3.14. Capaian Indikator Jumlah Penelitian yang Didaftarkan HKI Tahun 125
2015
Tabel 3.15. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan
127
Jangka Menengah pada Renstra 2015-2019
Tabel 3.16. Judul Rekomendasi Kebijakan yang telah Diadvokasikan
128
Tahun 2015
Tabel 3.17. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan
130
Jangka Menengah pada Renstra 2015-2019
Tabel 3.18. Capaian indikator ini dihitung dengan
133

obat

yang

alat

dokter
per

Pusat

Kerjasama
Kerjasama
2015
Target
Target

pada

Target

cara:

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

vii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 merupakan sarana

untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Menteri

Kesehatan

beserta jajarannya kepada Presiden Rl dan seluruh pemangku kepentingan


baik yang terkait langsung maupun tidak langsung. Selain itu Laporan Kinerja

Kementerian Kesehatan merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas

kinerja pencapaian visi dan misi yang dijabarkan dalam tujuan/sasaran


strategis. Tujuan/sasaran strategis tersebut mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Tahun 2015 merupakan tonggak awal dimulainya era pemerintahan baru


dengan visi dan misi Presiden terpilih. Tahun 2015 adalah tahun perdana dari

pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2015-2019 yang sekaligus tahun awal pelaksanaan Rencana Strategis


Kementerian Kesehatan Tahu n 201 5-2019.

Dari 30 Indikator Kinerja pada 12 Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan


yang dijanjikan oleh Menteri Kesehatan pada dokumen Perjanjian Kinerja

Tahun 2015, terdapat 25 Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang memiliki


kinerja sesuai atau melebih target yaitu:

1. Persentase persalinan di fasilitas kesehatan tercapai 78,43o/o

dari

target 75o/o atau 104,57o/o dari yang ditargetkan'

2.

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) tercapai sebesar


13,3o/o

dari target yang ditetapkan tidak lebih dari24,2o/o. Capaian yang

lebih kecil ini dapat dimaknai sebagai hal yang baik

karena

memperlihatkan bahwa jumlah ibu hamil yang mengalami KEK lebih


sedikit dari jumlah maksimal yang ditargetkan pada tahun 2015 atau
dengan kata lain jumlah ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik
lebih banyak dari yang ditargetkan.

3.

Persentase kabupaten/kota yang memiliki Kebijakan PHBS tercapai


228 kabupaten/kota. Jumlah kabupaten/tersebut sama dengan 44o/o

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 20L5

dari jumlah seluruh kabupaten/kota. Dengan demikian

capaian

indikator ini sama dengan 110o/o dari target yang ditetapkan pada
tahun 2015.

4. Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan


lingkungan tercapai sebanyak 142 kabupaten/kota dari total 514
kabupaten/kota atau sebesar 27 ,630/o atau sebesar 138,15% dari yang
ditargetkan.

5.

Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan


imunisasi tertentu (PD3l) tercapai sebesar 11,2o/o dari yang ditargetkan

sebesar 7% pada tahun 2015. Semakin tinggi persentasenya


menunjukkan semakin besar penurunan kasus penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi tertentu.

6.

Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas tercapai


sebesar 79,38o/o dari target 77o/o pada tahun 2015 atau mencapai
103,09%.

7. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta Alat Kesehatan
(Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) telah mencapai

11

dariT yang ditargetkan pada tahun 2015 atau mencapai157,14o/o.

8.

Persentase produk Alkes dan

PKRT di peredaran yang memenuhi

syarat mencapai 78,18o/o dari target 75o/o atau mencapai 104,24o/o dari
yang telah ditargetkan pada tahun 2015.

9. Persentase RS

Kabupaten/Kota kelas

C yang memiliki 4

dokter

spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang berhasil mencapai


35% dari target 30% pada tahun 2015 atau mencapai 117o/o dari target
yang ditetapkan.

10.Jumlah SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif)


tercapai 13.003 orang dari target sebanyak 10.200 orang SDM
Kesehatan atau

127o/o

daritarget.

11.Jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunan kesehatan


tercapai sebanyak 12 dari 34 kementerian yang ada atau 35, 29o/o'
Capaian ini melebih target yang ditetapkan pada tahun 2015 yaitu
sebesar 20o/o dari seluruh kementerian.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

tx

12.Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program


kesehatan telah mencapai 5 dunia usaha dari 4 dunia usaha yang
ditargetkan atau mencapai 125%.

13.Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber


dayanya untuk mendukung kesehatan telah tercapai 3 organisasi
kemasyarakatan dari 3 organisasi kemasyarakatan yang ditargetkan
atau mencapai 100% dari target pada tahun 2015.
14.Jumlah kesepakatan kerjasama luar negeri di bidang kesehatan yang
diimplementasikan telah tercapai 100% sesuai target pada tahun 2015
yakni 8 dokumen kesepakatan kerjasama luar negeri.

15.Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran


kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber telah tercapai 100% dari
target pada tahun 2015 yaitu sebanyak 9 provinsi.

16.Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi terpadu tercapai 100% dari


target pada tahun 2015 yakni sebanyak 34 rekomendasi.

17.Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI telah mencapai 14 dari


target 13 hasil penelitian atau tercapai 107,690/o dari target pada tahun
2015.
18.Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan
kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan
atau pemangku kepentingan tercapai 100% dari yang ditargetkan pada
tahun 2015 yakni sebanyak 24 rekomendasi.

19.Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang


kesehatan dan gizi masyarakat tercapai 100o/o dari yang ditargetkan
pada tahun 2015 yakni sebanyak 1 laporan.
20.

Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan


kerugian negara 31o/o telah tercapai 98,58% dari target sebanyak 88%
atau sebesar 112% dari target.

21. Persentase pejabat struktural

di lingkungan Kementerian

Kesehatan

yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan tercapai sebanyak


73,17o/o dari

target 60% atau mencapai 121,95o/o dari target.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

22. Persentase

pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja

minimal baik tercapai sebanyak 85,460/o dari target sebesar 80% atau
mencapai 106,8% daritargetnya pada tahun 2015.
23.

Persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritas


secara lengkap dan tepat waktu telah tercapai 61 ,7o/o dari target 30%
pada tahun 2015 atau mencapai 205,670/o dari targetnya.

24. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan

untuk akses pelayanan e-health telah tercapai 10,5o/o dari target


sebesar 10% pada tahun 2015 atau mencapai 1 05%'

25.Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan


tercapai sebanyak 1.200 puskesmas dari 1.200 puskesmas yang
ditargetkan pada tahun 2015. Kementerian Kesehatan terus berupaya
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di seluruh wilayah lndonesia
antara lain melalui penempatan tenaga kesehatan berbasis tim (team
based) dengan Program Nusantara Sehat. Meskipun demikian upaya-

upaya dari Kementerian Kesehatan sangat membutuhkan dukungan


terutama dari pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Terdapat pula Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang belum mencapai


target yaitu:

kabupaten/kota yang mempunyai kesiapsiagaan dalam


penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi

1. Persentase

wabah tercapai 29 kabupaten/kota dari target sebanyak 31


kabupaten/kota atau baru tercapai 93,5% dari yang ditargetkan pada
tahun 2015.

2. Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal


tersertifikasi akreditasi baru tercapai

93

puskesmas yang

kecamatan dari target

sebanyak 350 kecamatan pada tahun 2015 atau baru sebesar 26,57o/o.
Capaian yang belum sesuai harapan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
anggaran, waktu, sumber daya manusia, dan sarana.

3.

1 RSUD yang tersertifikasi


akreditasi nasional tercapai sebanyak 50 kabupaten/kota. Angka
capaian ini masih di bawah target pada tahun 2015 sebanyak 94
Kabupaten/Kota yang memiliki minimal

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

kabupaten/kota atau baru tercapai 53,19%. anggaran, waktu, sumber


daya manusia, dan Sarana prasarana menjadi faktor yang berpengaruh
dalam pencapaian target indikator ini.

Dalam tahun 2015, terdapat pula indikator yang belum dapat dinilai
keberhasilan atau kegagalannya karena data capaian belum tersedia, yaitu:

1. Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia S 18 tahun.


lndikator ini baru dapat diketahui capaiannya melalui pelaksanaan
survey nasional kesehatan yang direncanakan dilaksanakan pada
tahun 2016. Dengan demikian cata capaian pada tahun 2015 masih
belum dapat disajikan.

2.

Persentase Kab/Kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan

SPM. Indikator ini masih menggunakan data pengukuran tahun 2014


karena data capaian SPM tahun 2015 baru akan dilaporkan oleh
kabupaten/kota pada tahun 2016.

Untuk kinerja keuangan pada tahun 2015, realisasi anggaran mencapai


90,4o/o

dari alokasi anggaran yang tersedia.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

xll

::t oH

;
4
I
4

t
t
I
t

n 4
I a

t
t

"{
I

"rt

t'"

rii{

;$

-eg i+
!\$e

ffi

IE

ro

r l*',

{b

ffi[g 't+
tnw ,t*

ffire

.a

I
I
I
I

! lbn it"
|tue
|

,'t>
,
.'b

t\,+

!l}
M ttt 'rr ip
,

liiji

m ffi'tk., !} Irl"
t>
il ill*#
t

t fiu
n Em, t
re il |rk"
ffi

wk

{fl.t'

!ffi si

1s{F

lwr

.lF
.l
:ID

mx $s

#r

i$

qr
j{ra

lsilF i:

.i"'
tq

d{Fr

a
tl

r;..

*s+at
a& ,*l Eft
4rt ffi tst
'ffsmg

{Mi.

f$[

sr|[.i

,.I

.G;

!#

a
I

q+

[F

i$:i

#t
AT

xJ,ll

I IF

tilx

IF

rlh

ID

aa

-ttD

'i

\
I

'ffii
tC,

tl

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Kesehatan dibentuk dalam rangka membantu Presiden Republik

Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan negara

di

bidang

kesehatan.

Kementerian Kesehatan berperan strategis dalam rangka mewujudkan Visi


Presiden Republik Indonesia 2015-20'19 yakni 'Terwujudnya Indonesia yang

Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong royong" dan


pelaksanaan

7 misi pembangunan,

khususnya misi ke-4: mewujudkan

kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.


Kementerian Kesehatan juga memiliki peran penting dalam rangka mencapai

9 agenda prioritas nasional yang dikenal dengan Nawacita, terutama agenda


ke-S: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Laporan Kinerja

ini

disusun sebagai bentuk

pertanggungjawaban

Kementerian Kesehatan atas pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun


2015 dan alat bantu dalam upaya perbaikan Kementerian Kesehatan secara

di masa yang akan datang. Dalam rangka pemenuhan


aspek akuntabilitas, Laporan Kinerja ini disusun guna memenuhi amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
berkesinambungan

dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan


Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53

Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja


dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

Tugas dan fungsi serta Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan pada


Tahun 2015 masih berpedoman kepada Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun

2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta


Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara yang

dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144


Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

Sesuai peraturan dimaksud, tugas Kementerian Kesehatan

adalah

menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk


membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam
melaksanakan tugas tersebut Kementerian Kesehatan mempunyai fungsi: 1)
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan; 2)

pengelolaan barang miliUkekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Kesehatan;

3)

pengawasan atas pelaksanaan tugas di

lingkungan Kementerian Kesehatan; 4) pelaksanaan bimbingan teknis dan


supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Kesehatan di daerah; dan 5)
pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Menteri Kesehatan dibantu

oleh 8 unit eselon l, 5 Staf Ahli, dan 8 Pusat. Selain itu, Menteri Kesehatan

juga mengelola dukungan administrasi pada Konsil Kedokteran Indonesia


(KKl) yang dijalankan oleh Sekretariat KKl. Bagan struktur organisasi
Kementerian Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut:

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

I.AiPIRA}| PRATURAN TEilTER XEf,}tATAX

1gdr'fiRTffitiffib
ffi

IOAOR :

ll{/AfEN(ES/PER/Vlll/mlo

TA{GGAI

l9Ag6t620i0

STRU KTUR ORGANISASI KEAAENTERIAN KESEHATAN

2Utrfrht{-A
Pd.nryt|q.i{
FlqHo
! g/ALad ffiF
1UtrSffiuKstu
Xffirie ILd&r*
5

YffiEdlr.Colrd

Gambar 1.1. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan

Struktur organisasi Kementerian Kesehatan sebagaimana tergambarkan di


atas didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 50.252 orang pegawai

yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan maupun bidang lain yang


diperlukan seperti ekonomi, manajemen, keuangan, hukum, dan sebagainya.
Pegawai tersebut ditempatkan di seluruh unit eselon I baik di kantor pusat
maupun daerah. Perimbangan dari sisijenis kelamin adalah sebanyak 19.304

orang atau 39 persen adalah laki-laki dan 30.948 orang atau 61 persen
perempuan. Pegawai Kementerian Kesehatan tersebar ke dalam unit utama
sebagai berikut: 1) Sekretariat Jenderal sebanyak2.457 orang; 2) Inspektorat

Jenderal sebanyak 324 orang; 3) Ditjen Bina Upaya Kesehatan sebanyak


34.378 orang; 4) Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

sebanyak 4.557 orang; 5) Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan lbu dan Anak

sebanyak 525 orang;

6) Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan

sebanyak 259 orang; 7) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

sebanyak 1.389 orang; dan 8) Badan PPSDM Kesehatan sebanyak 9.788


orang.

C. lsu Strategis
Dalam pelaksanaan rencana kerja Kementerian Kesehatan, terdapat
beberapa isu strategis atau permasalahan yang perlu mendapat perhatian,
yaitu:

1.

Besarnya jumlah penduduk Indonesia

Pada Tahun 2015 Indonesia berpenduduk 256.461.700 jiwa sementara

laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah

1,19o/o

per

tahun.

Diperkirakan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar itu, pada tahun

2030Indonesia akan memiliki penduduk sebanyak 268.074.600 jiwa.


Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhannya yang tinggi akan

berdampak pada layanan kesehatan yang harus disediakan oleh


pemerintah. Dua permasalahan yang harus dihadapi adalah isu penduduk

miskin dan penduduk lanjut usia (lansia). Dengan bertambahnya


penduduk miskin berimplikasi makin besarnya biaya kesehatan yang
harus ditanggung oleh pemerintah. Meningkatnya populasi lansia
berakibat 1) meningkatnya kebutuhan layanan sekunder dan tersier; 2)
meningkatnya kebutuhan layanan home care; dan 3) meningkatnya biaya
kesehatan.

2.

Disparitas status kesehatan


Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat

namun masih terdapat kesenjangan status kesehatan baik antar tingkat


social ekonomi, antar kawasan, dan antar wilayah perkotaan-perdesaaan.

Pada golongan masyarakat miskin angka kematian bayi dan angka


kematian balita hampir empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan

golongan terkaya. Angka kematian bayi dan angka kematian ibu


melahirkan lebih tinggi di daerah perdesaan, kawasan timur Indonesia,
serta penduduk dengan tingkat pendidikan rendah.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

3.

Pemberlakuan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan


bagian dari SJSN menuntut dilakukannya peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan, baik pada fasilitas kesehatan tingkat pertama

maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, serta perbaikan system


rujukan pelayanan kesehatan. Bersamaan dengan bertambahnya jumlah
peserta JKN yang mencapai 127.763.851 orang atau 105,1o/o dari target

perlu diimbangi dengan peningkatan jumlah fasilitas kesehatan guna


menghindari terjadinya antrian panjang yang dapat menurunkan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan.

4. Pemberlakuan ASEAN Commundy (Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA)

Mulai 1 Januari 2016 ASEAN Community atau Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) akan efektif berlaku. lmplementasinya mencakup


liberalisasi perdagangan barang dan jasa serta investasi sektor
kesehatan. lsu pokok yang harus segera direspon oleh Indonesia adalah
daya saing (competitiveness).

Pembenahan daya saing perlu segera dilakukan di fasilitas kesehatan baik

aspek sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarananya,


maupun aspek manajemennya. Untuk menjawab hal tersebut, akreditasi

fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain)


harus dilakukan secara serius, terencana, dan dalam tempo yang tidak
terlalu lama. Pada aspek daya saing tenaga kesehatan, perlu dilakukan

peningkatan mutu institusi pendidikan tenaga kesehatan melalui


pembenahan dan akreditasi.

5. MDGs

dan SDGs

Tahun 2015 adalah tahun terakhir pelaksanaan agenda Millenium


Development Goals (MDGs). MDGs diakui keberhasilannya sebagai
pendorong tindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan pembangunan masyarakat, khususnya dalam bentuk
Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

dukungan politik. Keberhasilan MDGs akan dilanjutkan dengan program


yang disebut dengan Susfarn able Development Goals (SDGs). Sebagian

indikator dari SDGs akan berada dalam cakupan tugas dan fungsi
Kementerian Kesehatan yang dapat dimaknai dengan penempatan
sasaran terkait kesehatan dalam prioritas politik yang tinggi.

D. Sistematika Laporan Kineria

1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan
kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic
issue) yang sedang dihadapi organisasi.

2.

Bab ll Perencanaan Kinerja

Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian


Kesehatan Tahun 2015.

3.

Bab lllAkuntabilitas Kinerja

a.

Capaian Kinerja Organisasi

Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk

setiap

pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil


pengukuran kinerja organisasi.

b.

RealisasiAnggaran

Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan

dan telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai


dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

4.

Bab lV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta

langkah

di

masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk

meningkatkan kinerjanya.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

BAB II PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019


Tahun 2015 adalah tahun pertama dari pelaksanaan Rencana

Strategis

(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Berbeda dengan Rencana


Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2010, Renstra Tahun 2015-2019

tidak lagi mencantumkan visi dan misi Kementerian Kesehatan namun langsung

terikat dengan visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu "Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong". Misi Kementerian Kesehatan pun mengikuti atau bersifat mendukung
perwujudan misi pembangunan serta 9 Agenda Prioritas yang dikenal dengan
Nawacita.

Dengan memperhatikan visi dan misi Presiden dimaksud, Kementerian


Kesehatan kemudian menetapkan dua tujuan Kementerian Kesehatan pada
Tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat; dan 2)

meningkatnya daya tanggap (responsrveness) dan perlindungan masyarakat


terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Kedua tujuan indikator
Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome).

Dalam rangka mencapaitujuan Kementerian Kesehatan, telah ditetapkan strategi


Kementerian Kesehatan seperti dalam gambar berikut:

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

o
o
-c
o
o
o

Y
co
.E

o
c
o
E
o

'6,

o
o

co
F

c.i

o
Il
E
G

o
rn

e{

o
(\

J
E(o

|!
P
|!

0)
6

:z

HFgistgeii*iii

c(o
L

o
c,

o
E
o

Y
(!

c
c(U

!z

o
q

(!
-t

Strategi Kementerian Kesehatan disusun sebagai jalinan strategi dan tahapan-

tahapan pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan baik yang tertuang dalam


Tujuan Satu (T1) maupun Tujuan Dua (T2). Kedua tujuan tersebut diarahkan
dalam rangka pencapaian visi dan misi Presiden.

Guna mencapai kedua tujuan tersebut, ditetapkanlah 12 Sasaran Strategis


Kementerian Kesehatan yang harus diwujudkan sebagai arah dan prioritas
strategis dalam lima tahun mendatang. Kedua belas Sasaran Strategis tersebut
membentuk suatu hipotesis jalinan sebab-akibat untuk mewujudkan tercapainya
T1 dan T2.

Dua belas Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan dikelompokkan menjadi


tiga, yaitu: 1) Kelompok Sasaran Strategis pada aspek input (organisasi, sumber

daya manusia, dan manajemen); 2) Kelompok Sasaran Strategis pada aspek


penguatan kelembagaan; dan 3) Kelompok Sasaran Strategis pada aspek upaya
strategic.

A. Kelompok

1.

Sasaran Strategis pada aspek input adalah sebagai berikut:

SS1: Meningkatkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Bersih

Strategi untuk meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih
meliputi:

a. Mendorong pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, ekonomis dan


ketaatan pada peraturan perundang-undangan.
b. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.

c. Mewujudkan pengawasan yang bermutu untuk menghasilkan Laporan

Hasil Pengawasan (LHP) sesuai dengan kebutuhan

pemangku

kepentingan.

d. Mewujudkan

tata kelola manajemen Inspektorat Jenderal

transparan dan akuntabel.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

yang

Meningkatkan Kompetensi dan Kinerja Aparatur Kementerian Kesehatan


Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain:
a. Menyusun standar kompetensijabatan struktural untuk semua eselon
b. Mengembangkan

sistem kaderisasi secara terbuka

di

intemal

Kementerian Kesehatan, misalnya dengan lelang jabatan untuk Eselon


1 dan2.

3.

Meningkatkan Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi


Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:

a. Mengembangkan "real time monitoingl untuk seluruh Indikator Kinerja

Program (lKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (lKK) Kementerian


Kesehatan.
b. Meningkatkan kemampuan

SDM pengelola informasi di

tingkat

kab/kota dan provinsi sehingga profil kesehatan bisa terbit setiap bulan
April.

B. Kelompok

4.

Sasaran Strategis pada aspek penguatan kelembagaan:

Meningkatkan Sinergitas Antar Kementerian/Lembaga


Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:

a. Menyusun rencana aksi nasional program prioritas pembangunan


kesehatan.
b.

Membuat forum komunikasi untuk menjamin sinergi antar


Kementerian/Lembaga (1(/L).

5.

Meningkatkan Daya Guna Kemitraan (Dalam dan Luar Negeri)


Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:

a. Menyusun roadmap kerjasama dalam dan luar negeri.


b. Membuat aturan kerja sama

yang mengisi roadmap yang sudah

disusun.

c. Membuat forum komunikasi antar stakeholders untuk mengetahui


efektivitas kemitraan baik dengan institusi dalam maupun luar negeri.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

6.

Meningkatkan Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis dan


Pemantauan Evaluasi
Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:

a. Penetapan fokus dan lokus pembangunan kesehatan.


b. Penyediaan kebijakan teknis integrasi perencanaan dan monitoring
dan evaluasi terpadu.

c. Peningkatan kompetensi perencana dan pengevaluasi Pusat dan


Daerah.

d. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan hasil monitoring dan evaluasi


terpadu.

7.

Meningkatkan Efektivitas Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Strategi ini akan dilakukan melalui berbagal upaya antara lain:

a. Memperluas kerjasama penelitian

dalam lingkup nasional

dan

internasional yang melibatkan Kementerian/Lembaga lain, perguruan


tinggi dan pemerintah daerah dengan perjanjian kerjasama yang saling
menguntungkan dan percepatan proses alih teknologi.

jejaring penelitian dan jejaring laboratorium dalam


mendukung upaya penelitian dan sistem pelayanan kesehatan

b. Menguatkan

nasional.

c. Aktif membangun aliansi mitra strategic dengan Kementerian/Lembaga


Non Kementerian, Pemda, dunia usaha dan akademisi.

d. Meningkatkan diseminasi dan advokasi pemanfaatan hasil penelitian

dan

pengembangan untuk kebutuhan program

dan

kebijakan

kesehatan.

e. Melaksanakan penelitian

dan

pengembangan mengacu pada

Kebijakan Kementerian Kesehatan dan Rencana Kebijakan Prioritas


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2015-2019.

f.

Pengembangan sarana, prasarana, sumber daya dan regulasi dalam


pelaksanaan penelitian dan pengembangan.

[aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

C. Kelompok Sasaran Strategis pada aspek upaya strategic

8.

Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

Strategi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat


mencakup pelayanan kesehatan bagi seluruh kelompok usia mengikuti

siklus hidup sejak dari bayi sampai anak, remaja, kelompok

usia

produktif, maternal, dan kelompok usia lanjut (Lansia), yang dilakukan


antara lain melalui:
a. Melaksanakan penyuluhan kesehatan, advokasi

dan

menggalang

kemitraan dengan berbagai pelaku pembangunan termasuk


pemerintah daerah.
b. Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran

serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

c. Meningkatkan jumlah dan kemampuan tenaga penyuluh kesehatan


masyarakaUdan tenaga kesehatan lainnya dalam

hal

promosi

kesehatan.

d. Mengembangkan metode

dan teknologi promosi kesehatan

yang

sejalan dengan perubahan dinamis masyarakat.

9.

MeningkatkanPengendalianPenyakit
1) Untuk mengendalikan penyakit menular maka strategi yang dilakukan
melalui:

Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila

ada dugaan potensi meningkatnya kejadian penyakit

menular

seperti Mass Blood Suruey untuk malaria) dalam memperoleh


pelayanan kesehatan terkait penyakit menular terutama di daerahdaerah yang berada di perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk
menjamin upaya memutus mata rantai penularan.

Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan


penyakit menular dibutuhkan strategi innovative dengan
memberikan otoritas pada petugas kesehatan masyarakat (Public

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Health Officer), terutama hak akses pengamatan faktor risiko dan


penyakit dan penentuan langkah penanggulangannya.

Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya


pengendalian penyakit melalui community base surueillance
berbasis masyarakat untuk melakukan pengamatan terhadap hal-

hal yang dapat

menyebabkan masalah kesehatan dan

melaporkannya kepada petugas kesehatan agar dapat dilakukan


respon dini sehingga permasalahan kesehatan tidak terjadi.
d.

Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pengendalian

penyakit menular seperti tenaga epidemiologi, sanitasi dan


laboratorium.
e.

Peningkatan peran daerah khususnya kabupaten/kota yang

menjadi daerah pintu masuk negara dalam

mendukung

implementasi pelaksanaan International Health Regulation (lHR)


untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit
yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.
f.

Menjamin ketersediaan obat dan vaksin serta alat diagnostik cepat


untuk pengendalian penyakit menular secara cepat.

2) Untuk penyakit tidak menular maka perlu melakukan deteksi dini

secara proaktif mengunjungi masyarakat karena Tt penderita tidak


tahu kalau dirinya menderita penyakit tidak menular terutama pada
para pekerja. Di samping itu perlu mendorong kabupaten/kota yang
memiliki kebijakan PHBS untuk menerapkan kawasan bebas asap
rokok agar mampu membatasi ruang gerak para perokok.

3) Meningkatnya kesehatan lingkungan, strateginya adalah:

a.

Penyusunan regulasi daerah dalam bentuk peraturan Gubernur,

Walikota/Bupati yang dapat mengerakkan sektor lain

di

daerah

berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan

seperti peningkatan ketersediaan sanitasi dan air minum layak


serta tatanan kawasan sehat.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

13

b. Meningkatkan pemanfaatan tenologi tepat guna sesuai

dengan

kemampuan dan kondisi permasalahan kesehatan lingkungan di


masing-masing daerah.

c. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam wirausaha sanitasi.


d. Penguatan POKJA Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
melalui pertemuan jejaring AMPL, Pembagian peran SKPD dalam
mendukung peningkatan akses air minum dan sanitasi.

e. Peningkatan peran Puskesmas dalam

pencapaian

kecamatan/kabupaten Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)


minimal satu Puskesmas memiliki satu Desa SBS.

f.

Meningkatkan peran daerah potensial yang melaksanakan strategi


adaptasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim.

10. Meningkatkan Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Untuk meningkatkan akses dan mutu Fasilitas Kesehatan Tingkat


Pertama (FKTP), maka upaya yang akan dilakukan adalah:

a. Mewujudkan ketepatan alokasi anggaran dalam rangka pemenuhan


sarana prasarana dan alat kesehatan yang sesuai standar.
b. Optimalisasi fungsi FKTP, dimana tiap kecamatan memiliki minimal

satu Puskesmas yang memenuhi standar.

c. Mewujdukan dukungan regulasi yaitu melalui penyusunan kebijakan


dan NSPK FKTP.
d. Mewujudkan sistem kolaborasi pendidikan nakes antara lain melalui
penguatan konsep dan kompetensi Dokter Layanan Primer (DLP) serta
nakes strategis.

e. Mewujudkan penguatan mutu advokasi, pembinaan dan pengawasan

ke

Pemerintah Daerah dalam rangka penguatan manajemen

Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

f.

Mewujudkan sistem manajemen kinerja FKTP melalui instumen


penilaian kinerja.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

L4

Untuk meningkatkan akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan


rujukan, maka strategi yang akan dilakukan adalah:

a. Mewujudkan ketepatan alokasi anggaran dalam rangka pmenuhan


sarana prasarana dan alat kesehatan di RS yang sesuai standar.
b. Mewujudkan penerapan sistem manajemen kinerja

RS

sehingga

terjamin implementasi Pafient Safety, standar pelayanan kedokteran


dan standar pelayanan keperawatan.

c. Mewujudkan penguatan mutu advokasi, pembinaan dan pengawasan


untuk percepatan mutu pelayanan kesehatan serta mendorong RSUD
menjadi BLUD.
d. Optimalisasi peran UPT vertikal dalam dalam mengampu Fasyankes
daerah.

e. Mewujudkan berbagai layanan unggulan (penanganan kasus tersier)

pada Rumah Sakit rujukan nasional secara terintegrasi

dalam

academic health sysfem.

f. Mewujudkan penguatan sistem rujukan dengan

mengembangkan

sistem regionalisasi rujukan pada tiap provinsi (satu rumah sakit


rujukan regional untuk beberapa kabupaten/kota) dan sistem rujukan
nasional (satu Rumah Sakit rujukan nasional untuk beberapa provinsi).

g. Mewujudkan kemitraan yang berdaya guna tinggi melalui program

srsfer hospital, kemitraan dengan pihak swasta, KSO alat medis, dan
lain-lain.
h. Mewujudkan sistem kolaborasi pendidikan tenaga kesehatan.

11. Meningkatkan Jumlah,

Jenis, Kualitas dan Pemerataan

Tenaga

Kesehatan
Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:

a. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan berbasis Tim (Team Based).


b. Peningkatan distribusi tenaga yang terintegrasi, mengikat, dan lokal
spesifik.

c. Pengembangan insentif baik material dan non material untuk tenaga


kesehatan dan SDM Kesehatan.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

15

d. Peningkatan produksi SDM Kesehatan yang bermutu.


e. Penerapan mekanisme registrasi

dan lisensi tenaga dengan

uji

kompetensi pada seluruh tenaga kesehatan.

t.

Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan.

g. Pengendalian peserta pendidikan dan hasil pendidikan.


h. Peningkatan pendidikan dan pelatihan jarak jauh.

i.

Peningkatan pelatihan yang berbasis kompetensi dan persyaratan


jabatan.

j.

Pengembangan sistem kinerja.

12. Meningkatkan Akses, Kemandirian dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan.

Untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat dibutuhkan komitmen

politik yang tinggi. Strategi yang perlu dilakukan dari berbagai upaya
antara lain:
a. Regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku dan obat

tradisional dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat


tradisional dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan
kemandirian nasional.

b. Regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan


post markef alat kesehatan.

c. Pokja ABGC dalam pengembangan dan produksi bahan baku obat,


obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri.

d. Regulasi penguatan penggunaan

dan pembinaan industri

alat

kesehatan dalam negeri.

e. Meningkatkan kesadaran

dan kepedulian masyarakat dan tenaga

kesehatan tentang pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat


tradisional dan alat kesehatan dalam negeri yang berkualitas dan
terjangkau.

f.

Mewujudkan Instalasi Farmasi Nasional sebagai center of escellence


manajemen pengelolaan obat, vaksin dan perbekkes di sektor publik.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

15

g. Memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat


dan alat kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket
JKN.

h. Percepatan tersedianya produk generik bagi obatobat yang baru habis


masa patennya.

i.

Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di


bidang kefarmasian dan alat kesehatan.

j. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis,


termasuk menyelenggarakan program PTT untuk

mendorong

pemerataan distribusinya.

k. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat


rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem
monitoring dan evaluasi.

Sasaran yang menjadi indikator kinerja pada masing-masing 12 Sasaran


Strategis sebagai berikut:

1. Sasaran Strategis Kesatu: Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan


sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan;


b. Menurunnya persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik;

c.

Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Sasaran Strategis Kedua: Meningkatnya Pengendalian Penyakit,

dengan

sasaran yang akan dicapai adalah:

a.
b.

Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan;

Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan lmunisasi (PD3l)


tertentu;

c. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan

dalam

penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi


wabah:

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

t7

d.

Menurunnya prevalensi merokok pada usia s 18 Tahun.

3. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan,

dengan

sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal

Puskesmas yang

terakreditasi;

b.

4.

Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang terakreditasi.

Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat


kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas;


b. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan

yang

diproduksi di dalam negeri;

c. Persentase produk alat

kesehatan dan PKRT

di peredaran yang

memenuhi syarat.

5.

Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan,


dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan;


b. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar
dan 3 dokter spesialis penunjang;

c.
6.

Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya.

Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga, dengan sasaran yang


akan dicapai adalah:

a.

Meningkatnya jumlah kementerian lain yang mendukung pembangungan


kesehatan,

b.

Meningkatnya persentase kab/kota yang mendapat predikat baik dalam


pelaksanaan SPM.

7.

Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan sasaran
yang akan dicapai adalah:

a.

Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan;

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

18

b' Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya


untuk mendukung kesehatan;

c. Jumlah kesepakatan kerjasama luar negeri di bidang

kesehatan yang

diimplementasikan.

8.

Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauanevaluasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a' Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan

anggaran

kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber;

b. Jumlah
9.

rekomendasi monitoring evaluasi terpadu.

Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan, dengan


sasaran yang akan dicapai adalah:

a.

Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI;

b' Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan


kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau
pemangku kepentingan;

c-

Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan


dan gizi masyarakat.

10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan
sasaran yang akan dicapai adalah:

a.

Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian


negara 31o/o.

11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan,


dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a.

Meningkatnya persentase pejabat struktural

di lingkungan Kementerian

Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan;

b.

Meningkatnya persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai


kinerja minimal baik.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

19

12. Meningkatnya sistem informasi kesehatan terintegrasi, dengan sasaran yang


akan dicapai adalah:

a.

Meningkatnya persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan


prioritas secara lengkap dan tepat waktu;

b.

Persentase ketersediaan jaringan komunikasi data

yang

diperuntukkan

untuk akses pelayanan e-health.

B. Perjanjian Kineria Tahun 2015


Perjanjian Kinerja merupakan amanat dari Peraturan Presiden

Republik

fndonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) dan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang


Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan


dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi

kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk

melaksanakan

program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.

Penjabaran Renstra Kementerian Kesehatan ke dalam Perjanjian Kinerja Tahun


2015 beserta rincian indikator dan targetnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

No

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Target

(1)

(2)

(3)

(4)

Persentase persalinan di fasilitas

75o/o

Meningkatnya Kesehatan

Masyarakat

kesehatan
2 Persentase ibu hamil kurang energi

kronik
3

Persentase Kabupaten/Kota yang

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

24.2
o/o

40o/o

20

No

Sasaran Strategis

lndikator Kineria

Targel

(1)

(2)

(3)

(4)

memiliki Kebijakan Perilaku Hidup


Sehat dan Bersih
2

Meningkatnya

Pengendalian Penyakit

Persentase Kab/Kota yang

20o/o

memenuhi kualitas kesehatan


lingkungan
2 Persentase penurunan kasus

7o/o

penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3l) tertentu

3 Persentase Kabupaten/Kota yang

29o/o

mempunyai kebijakan
kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan
kesehatan masyarakat yang

berpotensiwabah
4 Persentase penurunan prevalensi

6.9o/o

merokok pada usia s 18 tahun


3

Meningkatnya akses dan

Jumlah Kecamatan yang memiliki

Mutu Fasilitas Pelayanan

minimal 1 puskesmas yang

Kesehataan

tersertifi kasi akreditasi


2 Kabupaten/Kota yang memiliki

350

94

minimal 1 RSUD yang tersertifikasi


akreditasi nasional
4

Meningkatnya akses,
kemandirian, dan mutu

Persentase ketersediaan obat dan

77o/o

vaksin di Puskesmas

sediaan farmasi dan alat


kesehatan
2 Jumlah bahan baku obat dan obat

tradisional serta Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

2t

No

Sasaran Strategis

Indikator Kinefa

Targel

(1)

(2)

(3)

(4)

(Alkes) yang diproduksi di dalam


negeri (kumulatif)
3 Persentase produk Alkes dan

75o/o

PKRT di peredaran yang


memenuhi syarat
5

Meningkatnya Jumlah,

,l

Jumlah Puskesmas yang minimal

1200

memiliki 5 jenis tenaga kesehatan

Jenis, Kualitas dan


Pemerataan Tenaga
Kesehatan

2 Persentase RS Kabupaten/Kota

3Qo/o

kelas C yang memiliki 4 dokter


spesialis dasar dan 3 dokter
spesialis penunjang
3 Jumlah
diti

SDM Kesehatan yang

ngkatkan kompetensinya

10.2
00

(kumulatif)
6

Menin gkatnya sinergitas

Jumlah kementerian lain yang

antar

mendukung pembangunan

Kementerian/Lembaga

kesehatan

2 Persentase Kab/Kota yang

2Oo/o

3Oo/o

mendapat predikat baik dalam


pelaksanaan SPM
7

Meningkatnya daya guna

Jumlah dunia usaha yang

kemitraan dalam dan luar

memanfaatkan CSR untuk program

negeri

kesehatan
2 Jumlah organisasi kemasyarakatan

yang memanfaatkan sumber

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

22

No

Sasaran Strategis

Indilotor Kineria

Target

(1)

(2)

(3)

(4)

dayanya untuk mendukung


kesehatan
3 Jumlah kesepakatan kerjasama

luar negeri di bidang kesehatan


yang diimplementasikan
8

Meningkatnya integrasi

Jumlah provinsi yang memiliki

perencanaan, bimbingan

rencana lima tahun dan anggaran

teknis dan pemantauan-

kesehatan terintegrasi dari

evaluasi

berbagai sumber
2 Jumlah rekomendasi monitoring

34

evaluasi terpadu
9

Meningkatnya efektivitas

penelitian dan

Jumlah hasil penelitian yang

13

didaftarkanHKl

pengembangan kesehatan
2 Jumlah rekomendasi dan kebijakan

24

berbasis penelitian dan


pengembangan kesehatan yang

diadvokasikan ke pengelola
program kesehatan dan atau
pemangku kepentingan
3 Jumlah laporan

Riset Kesehatan

Nasional (Riskesnas) bidang


kesehatan dan gizi masyarakat
10

11

Meningkatnya tata kelola

Persentase satuan kerja yang

kepemerintahan yang baik

dilakukan audit memiliki temuan

dan bersih

kerugian Negara 31o/o

Meningkatnya kompetensi

Persentase pejabat struktural di

dan kinerja aparatur

lingkungan Kementerian

Kementerian Kesehatan

Kesehatan yang kompetensinya

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

88o/o

60%

23

No

Sasaran Strategis

Indikator Kineria

Targel

(1)

(2)

(3)

(4)

sesuai persyaratan ja batan


2 Persentase pegawai Kementerian

80o/o

Kesehatan dengan nilai kinerja


minimal baik
12

Meningkatnya sistem

Persentase Kab/Kota yang

informasi kesehatan

melaporkan data kesehatan

integrasi

prioritas secara lengkap dan tepat

3Oo/o

waktu
2 Persentase tersedianya jarin gan

1Oo/o

komunikasi data yang

diperuntukkan untul( akses


pelayanan e-health

Jumlah anggaran yang dialokasikan pada Tahun 2015 untuk mencapai seluruh

sasaran tersebut adalah Rp47.758.757.903.000,00 (empat puluh tujuh triliun


tujuh ratus lima puluh delapan miliar tujuh ratus lima puluh tujuh juta Sembilan
ratus tiga ribu rupiah).

[aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

24

f
$

ffi

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Prestasi Kementerian

Kesehatan

Pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan mampu menorehkan berbagai prestasi


baik di tingkat domestik maupun pengakuan di tingkat regional serta global.

a.

Di tingkat Internasional

1) lndonesia sebagai Lead Country pelaksanaan Project ASEAN

Cities

Getting to Zeros

'ASEAN Declaration

of

Commitment: Getting

to Zerc New HIV

lnfections, Zerc Discrimination and AIDS-Related Death' telah diadopsi


oleh LeaderASEAN pada KTTASEAN ke-19 pada 17 November2011 di

Bali, Indonesia. Inisiatif Deklarasi tersebut merupakan prakarsa dari


lndonesia. Kementerian Kesehatan Rl menjadi lead country untuk
melaksanakan project ASEAN Cfties Getting to Zeros.

ASEAN Cffies Getting to Zeros merupakan intervensi yang menyeluruh


dan melaksanakan "Getting to Zeros' dengan membentuk kemitraan lintas
negara diantara kota terpilih di bawah rencana kefla ASEAN Task Force

on AIDS (ATFOA). Focal Point ATFOA Indonesia adalah Direktur


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Sekretaris Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional.

13 kota dari 8 negara anggota ASFAN (kecuali Brunei dan Singapura)

berpartisipasi dalam proyek ini. Adapun Kota di Indonesia yang


berpartisipasi dalam projek ini adalah Kab. Badung, Kota Denpasar dan
Kota Jakarta Barat.

Dalam rangka melaksanakan proyek tersebut, Indonesia selaku /ead


country ditugaskan untuk menyusun panduan pelaksanaan untuk kawasan

ASEAN yang berisi panduan umum dalam hal: a) kriteria kota yang akan
dipilih, b) strategi, c) pelaksanaan dan koordinasi serta d) targeUindikator

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

25

serta monitoring dan evaluasi. Melalui dokumen ASEAN Citis Partnership,


Indonesia berhasil mengumpulkan walikota-walikota dari kabupaten/kota

yang berpartisipasi dalam projek ASEAN Cffies Getting to Zeros untuk


meningkatkan komitmen/dukungan politis mereka terhadap project yang
bertujuan untuk menekan laju angka pertambahan penderita AIDS baru,
menekan stigma terhadap ODHA dan menurunkan angka kematian yang
disebabkan oleh AIDS di tahun 2015.

Pada fase 1, Indonesia berhasil mengembangkan assess/nent and

tool

yang digunakan untuk membantu kab/kota yang


berpartisipasi untuk memperoleh baseline data, melakukan rapid

planning

assessmenf terhadap faktor internal dan faktor eksternal serta menyusun

strategi intervensi untuk monitoring dan evaluasi. Pada fase 2, dengan

bantuan teknis dari konsultan, data yang dikumpulkan dari seluruh


kab/kota dianalisis guna memperoleh rekomendasi.

Sejak digulirkannya ASEAN Cities Getting to Zero, terdapat output


yang signifikan di level global sehingga memberikan harapan bahwa
pandemic HIV/AIDS dapat dihentikan tahun 2030.

Paparan The ASEAN Cfties Getting to Zero: Localizing The Three


Zeros pada pertemuan para walikota beserta jajaran pemerintah di sela-

sela pertemuan 2Uh lntemational A/DS Conference menghasilkan


rekomend a$ Fast-Track-Cities memajukan target pengakhiran HIV/AIDS
di tahun 2020.

Pada pertemuan ASEA,V Task Force Meeting ke-23 bulan Juli 2015,

seluruh negara ASEAN sepakat terhadap rekomendasi Fast-Track-Cities

memajukan target pengakhiran HIV/AIDS


pendekatan 90-90-90, yaitu

di tahun 2020 dengan

di tahun 2020 90o/o penderita HIV/AIDS

mengetahui status penyakitnya, 9oo/o mendapat terapi antiretroviral yang

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

26

berkelanjutan serta 90% virus HIV dapat ditekan setelah mendapatkan


terapi yang berkelanjutan.

2) Regional

Workshop

on lncrease Access to Health Servtbes for

ASEAN

People in Collaboration with WHO

Penyelenggaraan "Regional Workshop

on lncrease Access to Health


Servrbes for ASEAN People in Collaboration with WHO " merupakan
mandat Indonesia sebagai Lead Country pada Working Group lncrease
Access. Pertemuan dilaksanakan di Batam, Indonesia, pada tanggal 3 - 5

Maret 2015. Pertemuan dihadiri oleh 7 (tujuh) negara anggota ASEAN


(lndonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Kamboja dan Lao

PDR), serta perwakilan dari WHO SEARO, WHO WPRO, ASEAN


Secretaiat.

Output pertemuan berupa Recommendations on Regional Workshop

on lncreasing

Access

to Health

Servrbes

for

ASEAN People yang

merupakan kesepakatan yang berisi strategi regional beserta kegiatan


yang akan dikerjasamakan untuk periode post-2O15 sbb:

a) Strategy l: lmprove health quality by promoting

accessibility,

community empowerment, and revitalization of the pimary health care


approach including innovation in delivery system, 'self-care concept",
health workforce development, border healthcare technical assisfance,

adequate resources/finances through apprcpriate means, focusing on


people at risk and vulnerable groups such as people at the borders and
remote areas.

b) Possrble Regional Activities :

lncrease capacity building in healthy

border management including hands-on training for workers and


sharing training modules for health boder volunteers;

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

27

c)

Strategy ll: Promote increased access to safe, standard, affodable and

appropriate health technology, essentra/ drugs and, traditional


medicine, including in the border and remote arcas.

d) Possible

Regional

pinciples on

an

Activity

: a) Develop ASEAN common guiding

essenfia/ health services package, including NCDs

Matemal and Child Health

and basrb immunization in PHC;

b)

Develop guiding principles for accreditation of primary level carc;

e) Strategy lll: Enhance

communication, knowledge management,

shaing of good practices and information on increase access to heafth


services.

f)

Possrble Regional Activity

Sharing knowledge

thrcugh

training

modules, information, and best pracfices rn managing and increasing

access to primary healthcare serurbes, including bilateral worl< on


access to health care and healthy borders;

g)

Strategy

lV:

Strengthen multi-sectoral cooperation, paftnerchip and

networking with paftners including NGOs and pivate sector on


increasing access to health servrbes. Possrble Regional Activity

Promote bilateral and multilateral dialogue between counties & in


regional platforms and rclevanf secfors;

h) Strategy V: Promote evidence-based

advocacy, health policy and

decision making on identified issues on increasing access fo health


servrbes

for ASEAN

people

at the

borders and remote areas in

particular.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

28

Possible Regional Activity : a) ldentify gaps & opportunities aligned to


global & regional research initiatives/assesmenf) that can be applied to

health policies; and b)ldentify common indicators to measure regional


progress in implementation of the proposed sfrafegies

Gambar 3.1. RegionalWorkshop on lncrease Access to Health Servr'ces for ASEAN


People in Collaboration with WHO. @atam, Indonesia, 3

3) dh Meeting of

5 Maret 2015)

ASEAN Working Group on Pandemic Preparedness and

Response (AWGPPR)
lndonesia pada tahun 2015 menyelenggarakan 'dh Meeting of ASEAN

Working Group on Pandemic Preparedness and Response (AWGPPR)'


sebagai mandat TOR AWGPPR yang dilaksanakan di Jakarta, Indonesia
pada tanggal 8

10 Desember 2015. Pertemuan di hadiri oleh 7 Negara

Anggota ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Cambodia, Indonesia, Lao

PDR, Filipina, Singapura, dan Thailand, serta perwakilan dari WHO


Representative to Indonesia, ASEAN Secretariat.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

29

Tujuan pertemuan AWGPPR ke-6 adalah untuk

mereview

perkembangan workplan AWGPPR serta membahas tindak lanjut working


group berupa prioritas kegiatan Cluster 2yang menjadi usulan AWGPPR.

Pertemuan AWGPPR ke-6 merupakan pertemuan working group


terakhir sebelum kegiatannya dilebur dalam Cluster

Responding to all

hazads and emerging threats sesuai dengan ASEAN Post-2015 HDA.


Beberapa kegiatan yang telah disepakati dan diusulkan oleh AWGPPR
untuk tetap dilaksanakan paska 2015 melalui kegiatan di bawah Cluster 2
diantaranya adalah:

a)

Ensure efficient busrness continuity management (BCM)

in essential

seruice and business secfor among AMS;

b)

Build capacity of AMS on BCM;

c)

Surueillance program customized accoding to health priorities under


cluster 2;

d)

Regional simulation (e-simulation, table top exercise);

e)

Stockpile emetgency operation;

f)

Capacity building through trcining


(ogistic, manpower, and other);

g)

Strengthening logistic support for PPR/EID control and prevention;

h) Biodiaspora prcject phase ll.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

of health workers on

infection

Gambar 3.2.

Ueting of ASEAN Working Grcup on Pandemic Preparedness and

Response (AWGPPR). Jakarta, Indonesia, 8 - 10 Desember 2015

4) Ditingkat

Nasional

Keberhasilan Program Pengendalian Penyakit


Lingkungan tahun 2015 diantaranya

dan Penyehatan

a) Penyerahan Sertifikat Eliminasi Malaria kepada 232kablkota.


b) Peringatan Hari Malaria Sedunia dan Peresmian Malaria Center

di

Kabupaten Fak-fak

c)

137 l<abl Kota berhasil mewujudkan lGbupaten Kota Sehat dan


memperoleh penghargaan

d) 26.417 desa melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


e) Pembangunan Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (PAM-STBM) di 77 lokasi

Pemberian penghargaan terhadap upaya pengendalian dampak


tembakau di Indonesia dalam Rangkaian acara The 2nd lndonesian
Conference on Tobaca or Health

laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

31

g) Pelayanan publik kekarantinaan kesehatan berbasis

elektronik

(pendaftaran vaksinasi online) dan penerbitan dokumen kesehatan


secara elektronik
h) Penghargaan Menteri Kesehatan

Rl untuk Green Office Tingkat UPT

Ditjen PP dan PL Pada HKN 2014

lmplementasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) melalui

aplikasi website

di

seluruh provinsi berbasis data

mingguan

puskesmas yang dapat segera direspon untuk mencegah terjadinnya


KLB

lmplementasi sistem surveilans berbasais kejadian melalui posko KLB


yang beroprasi selama 24 jam termasuk hari libur.
k) Penganugerahan Satuan Kerja Berpredikat WBBM

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi (Kemen

PAN

&

RB) menganugrahkan predikat Wilayah Birokrasi

Bersih

Melayani WBBM) kepada satuan kerja Kementerian Kesehatan, RS.


Dr. Kariadi Semarang sebagai satuan kerja yang memiliki predikat
WBBM tahun 2015..
Penghargaan Unit Pengendalian Gratifikasi Terbaik

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan penghargaan


kepada

Kementerian

Kesehatan

sebagai

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dengan UPG terbaik tahun


2015 kategori Kementerian/Lembaga yang telah menerapkan Program
Pengendalian Gratifikasi dan jumlah pelaporan gratifikasi terbanyak.

m) Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Menindaklanjuti Instruksi Presiden


Pencegahan

dan

No.

712015 tentang Aksi

Pemberantasan Korupsi (PPK) tahun 2O15,

Kementerian Kesehatan telah melaksanakan seluruh target capaian

pada checkpoint 807, 809, dan B'12. Hasil yang didapat dari
verifikasi/penilaian seluruh aksi PPK oleh Bappenas, kementerian
Kesehatan mendapat nilai 100o/o dengan indikator warna HIJAU.
Adapun Aksi PPK untuk Kementerian Kesehatan pada tahun 2015
adalah:

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 20L5

32

Optimalisasi pelaksanaan whistle blowing sysfem (WBS) dan

jaminan perlindungan terhadap whistle blowerlpelapor

yang

terintegrasi di Kementerian/Lembaga.

Pelaksanaan upaya pengendalian gratifikasi

di

Kementerian

Kesehatan.

Transparansi pelaksanaan layanan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN)

di

Rumah Sakit yang bekerjasama dengan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).

Pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme


pengadaan barang dan jasa.

Penyampaian

data dan informasi yang berkaitan dengan

perpajakan dari Kementerian, lembaga, dan instansi pemerintah.

B. Capaian Kineria Organisasi


Capaian kinerja organisasi Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 akan
diuraikan menurut Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan.

1.

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kesehatan Masyarakat


Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:

a.

Persentase persalinan di fasilitas kesehatan

Pertolongan persalinan merupakan bagian dari proses pelayanan

persalinan. Proses persalinan membutuhkan penanganan oleh tenaga


kesehatan (dokter atau bidan) yang dilakukan di fasilitas pelayanan

kesehatan. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan

adalah

meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan salah satu sasaran yang

akan dicapai adalah meningkatnya persentase persalinan di fasilitas


kesehatan sampai pada pada akhir tahun 2019 sebesar

85o/o.

Indikator PF merupakan Indikator Kinerja Utama (lKU) yang baru


dimasukkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan periode 2015-2019.
Pada tahun 2015 capaian indikator PF sebesar 78,43o/o (target

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

75%o).

33

Definisi operasional persentase persalinan di fasilitas pelayanan


kesehatan adalah persentase ibu bersalin yang mendapat pertolongan
persalinan sesuai standar oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.

Pengukuran persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan


ditentukan melalui jumlah ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas yang
mendapatkan pertolongan sesuai standar oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan dalam kurun waktu satu tahun dibandingkan dengan
jumlah sasaran ibu bersalin yang ada di wilayah kerja puskesmas dalam

kurun waktu satu tahun yang sama dikali lOOo/o. Indikator ini
memperlihatkan tingkat kemampuan pemerintah untuk menyediakan
pelayanan persalinan berkualitas mencakup ketersediaan SDM, sarana
prasarana dan meningkatkan akses pelayanan persalinan dalam upaya
penurunan angka kematian ibu, dan neonatal.
Grafik 3.1. Persentase persalinan difasilitas pelayanan kesehatan (PF) tahun 2O1r2O19
90
85
80

lTarget

I
75
70

20L6

2017

Sumber Data: Dit Kesehatan lbu Tahun 2015

Dalam upaya peningkatan cakupan PF tersebut, pada tahun 2015


dilaksanakan berbagai kegiatan, yaitu:

1) Pertemuan orientasi pelayanan persalinan dan nifas sesuai standar


melalui dukungan organisasi profesi dan lintas program;

2)

Orientasi pedoman penyeliaan fasilitasi;

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

34

3)

Fasilitasi dan pendampingan pusat dalam rangka peningkatan kualitas


pelayanan kesehatan ibu, KB dan reproduksi.

Faktor pendukung keberhasilan:

1)

Dukungan regulasi pelayanan kesehatan ibu dan anak oleh pemerintah


daerah;

2)

Dukungan lintas program, lintas sektor dan organisasi profesi terkait


upaya percepatan penurunan kematian ibu.

Faktor yang masih menjadi hambatan:

1) Rendahnya pemahaman ibu mengenai pentingnya ANC;


2) Sulitnya akses ibu hamil terhadap tempat pelayanan persalinan;

3)

Rendahnya dukungan keluarga terkait keputusan penetapan tempat


persalinan di Fasyankes.

Penyebab langsung (Direct Obstetric Death\ kematian ibu disebabkan

oleh komplikasi obstetri pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau
kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan, atau berbagai hal yang
terjadi akibat tindakan yang dihkukan selama hamil, bersalin atau nifas
terkait erat dengan faktor penolong persalinan dan tempaUfasilitas
persalinan.

Walaupun secara nasional target indikator PF tersebut telah tercapai,

namun masih terdapat disparitas cakupan antar provinsi. Terdapat


kesenjangan cakupan yang cukup besar, yaitu cakupan tertinggi pada
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 97.51o/o dan terendah di Provinsi

Papua yang hanya mencapai 11.89o/o. Terdapat

21 provinsi yang

realisasinya di bawah target nasional, yaitu Sulawesi Barat, Kalimantan

Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Riau, Aceh,


Sumatera Utara, NTT, Bengkulu, Kalimantan Barat, Gorontalo, Kalimantan

Selatan, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Jambi, Sulawesi Tengah,


Kalimantan Tengah, Papua Barat, Maluku,

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

dan Papua.

Capaian

35

persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan secara nasional dapat dilihat


pada grafik berikut:

Grafik 3.2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan
(PF) tahun 2015
NureTen3jen Errlt
JrweTlmur
Brll

J.w.B|7|t
lrmgun3

Indonoh
Sumrten Srlrten
Srdrwrsl

Elrrt

Sulrwol

lftrrr

Target

PF

Aceh

Trn33tr Tlmur
l(dim.nt n B.r.t
XdknrntrnSehrn
Suhwrrifrn33ue

Nusr

Renstra Kemenkes

2Ol5=75%

SuhweslTrn3eh
Prpur

hrrt
60,00

)o 100,00 120,00

Sumber data: Laporan- Rutin Direffiorat Bina Kesehatan lbu Tahun 2015

di fasilitas kesehatan
terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu karena
Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan

memperoleh pelayanan dengan sarana yang memadai, oleh tenaga

kesehatan yang terlatih, serta mendapatkan penanganan kegawatdaruratan yang komprehensif.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan adalah mendorong seluruh


persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.

Ketika ibu hamil yang di daerahnya tidak terdapat bidan atau memang

memiliki kondisi penyulit, maka pada saat menjelang hari taksiran

[aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

persallnan diupayakan sudah berada

di

dekat fasilitas

pelayanan

kesehatan, yaitu dapat tinggal di rumah tunggu kelahiran.

Rumah tunggu kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus

maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas kesehatan.

Fokus pengembangan rumah tunggu kelahiran adalah pada Daerah


Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK). Sampai tahun 2011, tercatat 6

buah (12o/o) rumah tunggu kelahiran di wilayah puskesmas DTPK dan


meningkat pada tahun 2013 sebanyak 597 rumah tunggu.

Gambar 3.3. Konseling lbu Hamil di Puskesmas

Keberhasilan pencapaian target indikator PF merupakan hasil dari

kerja keras dan pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh


berbagai pihak terkait.

Melihat penyerapan anggaran sebesar gO,24o/o dari alokasi anggaran

sebesar Rp69,300,950,000, capaian indikator persalinan di fasilitas


kesehatan sebesar 78,43o/o (dari target 75Yo). Hal ini menunjukkan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

37

korelasi yang positif sekaligus menunjukkan pemakaian anggaran yang


efisien. Hal ini bisa dicapai karena mengoptimalkan sumber daya yang
ada.

Rencana tindak

lanjut

untuk meningkatkan cakupan PF yaitu

mengalokasikan biaya transportasi

dan akomodasi ibu ke

fasilitas

kesehatan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik yaitu Jaminan
Persali nan (Jampersal).

?rei.t r"
lj

:.F

Gambar 3.4. Penyuluhan kepada ibu hamil

1. Konseling dalam Kelas lbu


2. Penyediaan Rumah Tunggu kelahiran
3. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

4.
b.

Komplikasi (P4K)

Dukungan Program Jampersal

Persentase ibu hamil kurang energi kronik


Kondisi kurang energi kronis pada ibu hamil akan terjadijika kebutuhan

akan tubuh tidak mencukupi. Keadaan kurang energi kronis pada ibu
hamil dapat dimonitor dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

38

ibu hamil. lbu hamil sebaiknya memiliki lingkar lengan atas lebih dari 23,5
cm pada 3 bulan pertama kehamilan.

lbu hamil selain membutuhkan energi untuk dirinya, energi

juga

dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dalam kandungannya. Indikator ibu

hamil KEK merupakan indikator untuk mengurangi risiko persalinan,


pertumbuhan dan perkembangan anak dikemudian hari. Kekurangan
energi kronik pada ibu hamil berdampak pada pertumbuhan janin didalam
kandungan ibu, dimungkinkan akan melahirkan bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR). Kondisi KEK pada ibu hamil ini harus segera
ditindaklanjuti untuk menurunkan angka kejadian BBLR sehingga risiko
kematian bayi atau neonatal yang disebabkan BBLR dapat diturunkan.

Persentase ibu hamil KEK diharapkan turun sebesar 1,5o/o setiap


tahunnya. Dimulai pada tahun 2015 dengan batasan 24,2o/o ibu hamil KEK

hingga pada akhir tahun 2019 diharapkan persentase ibu hamil KEK
dibawah 18,2o/o. Persentase ibu hamil KEK pada tahun 2015 diharapkan

tidak febih dari 24,2o/o. Sementara hasil survey pemantauan status gizi
tahun 2015 menunjukka angka

13,3o/o.

Indikator bumil KEK merupakan salah satu indikator baru di


Kementerian Kesehatan daan merupakan indikator outcome. Target
pemerintah pada tahun 2015 ini adalah sebanyak 24,2o/o ibu hamil KEK
dibandingkan dengan seluruh ibu hamil.

Data ibu hamil KEK diperoleh dengan membandingkan antara Jumlah


ibu hamil dengan Lil-A < 23,5 cm dibagijumlah ibu hamil yang diukur LilA)

dikafi

10Oo/o.

Data bumil KEK ini didapat berdasarkan Riset Kesehatan dasar


(Riskesdas) tahun 2013. Prosentase ibu hamil KEK berdasarkan hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2015 sebesar 13,3o/o. Capaian bumil

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

39

KEK dibawah target merupakan hal yang diharapkan. hal ini menandakan
kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan angka bumil KEK berhasil.

Grafik 3.3. Target persentase ibu hamil KEK tahun 2015-2019


30
25

20

15

10

Target

201s 20L6 20L7 2018

2019

Sumber data: Pemantauan sfafus gizi tahun 2015

Faktor pendukung keberhasilan:

1. Penyediaan Pemberian Makanan


2. Distribusi tablet tambah darah;
3. Konseling gizi bagi ibu hamil;

Tambahan (PMT) ibu hamil;

4. Pemberian Tablet Tambah Darah (T-TD) pada remaja putri;


5. Kampanye gizi seimbang;
6. Promosi keluarga sadar gizi;
7. Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK);
8. Kegiatan kelas ibu hamil;
9. Penyelenggaraan kegiatan antenatal di puskesmas.
Faktor yang masih menjadi hambatan:

1. PMT bumil tidak sepenuhnya tepat sasaran;


2. Jumlah PMT yang diberikan belum sesuai kebutuhan ibu hamil;
3. Kesediaan ibu hamil untuk mengkonsumsi PMT ibu hamil;

4.
5.
6.

PMT lokal belum sesuai standar;


Logistik TTD tidak mencukupi (terlambat dalam penyediaanya);
Kepatuhan ibu dalam meminum TTD masih rendah.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

40

Melihat penyerapan anggaran sebesar 91,260/o dari alokasi sebesar

Rp 394,232,275,000, capaian indikator ibu hamil KEK sebesar

13,2o/o

(dari target 24,2%). Hal ini menunjukkan korelasi yang positif sekaligus
menunjukkan pemakaian anggaran yang efisien. Hal

ini bisa

dicapai

karena mengoptimalkan sumber daya dan keterpaduan antar program.

Rencana tindak lanjut untuk meningkatkan cakupan ibu hamil KEK,

yaitu melakukan validasi data ibu hamil yang membutuhkan PMT,


konseling ibu tentang gizi seimbang, penyuluhan gizi di kelas ibu,
penyediaan PMT dan TTD bumil sesuaijumlah sasaran.

Persentase kabupaterldan kota yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup


Sehat dan Bersih (PHBS)

Dalam rangka mendukung pelaksanaan perilaku hidup

sehat,

diperlukan kebrlakan PHBS di daerah. Adapun yang dimaksud persentase


kabupaten dan kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS

minimal

kebijakan baru per tahun. Kebijakan yang mendukung

sehat adalah kebijakan mendukung


kesehatan/PHBS/perilaku sehat dalam bentuk Peraturan Daerah,
kesehatan/PHBS/perilaku

Peraturan BupatiM/alikota, Instruksi BupatiMalikota, Surat Keputusan

BupatiMalikota, Surat Edaran/Himbauan BupatiMalikota pada tahun


tersebut.
Grafik 3.4. Target dan Capaian Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Kebijakan
PHBS Tahun 201 5

50%
4OAl'

3096

20
LOo/.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

4t

Pada tahun 2015, capaian kabupatenftota yang memiliki kebiiakan


PHBS sebanyak 44o/o atau sebanyak 228l<abupatenftota. Persentase ini

mencapai

11Oo/o

dari target yang ditetapkan pada tahun 2015. Hasil ini

menunjukkan bahwa target lGbupaten/Kota yang memiliki kebiiakan


PHBS tahun 2015 telah tercapai. Apabila dibandingkan dengan target

akhir Renstra, capaian tahun 2015 sudah mencapai 637o dari target
sebanyak 707o kabupatenftota yang memiliki kebijakan PHBS tahun 2019.
Grafik 3.5. Capaian Kab/Kotra yang memiliki Kebijakan PHBS per ProvinsiTahun 2015
o

Berdasarkan grafik di atias, provinsi yang mempunyai kabupatenftota

yang memiliki kebijakan PHBS pada tahun 2015 terbanyak adalah Jawa

Tengah(31 lGbupaten/Kota), Sumatera Utara dan Jawa Barat (13


kabupaten/kota), Sumatera Barat (12 kabupaten/kota) dan Jawa Timur (11
Kabupaten/kota).

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Upaya yang dilakukan oleh Pusat Promosi Kesehatan untuk mencapai

presentase Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS adalah


mengintegrasikan dengan kegiatan yang ada dengan melibatkan
pemerintah daerah antara lain

1) Sosialisasi Pajak/cukai rokok dalam rangka Penggalangan Komitmen


dalam Pengendalian Tembakau

Sosialisasi ini selain bertujuan dalam rangka Pengendalian


Tembakau juga diintegrasikan dengan penggalangan komitmen
Pemerintah Daerah untuk mengeluarkan kebijakan PHBS khususnya

tentang Perilaku Merokok. Sasaran kegiatan ini adalah pemegang


kebijakan di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

2) Pelaksanaan Penggalangan komitmen dengan Pemerintah derah


dalam Mendukung Percepatan AKI dan AKB
Pelaksanaan Penggalangan Komitmen dalam rangka Percepatan

AKI dan AKB selain untuk mendorong Kebijakan Publik Berwawasan


Kesehatan pada level provinsi menyangkut kebijakan AKI dan AKB,

juga mendorong Kabupaten/Kota untuk mengeluarkan kebijakan PHBS

seperti Kebijakan Pemberian ASI Eksklusif, Perlindungan

dan

Peningkatan Kesehatan lbu, Bayi dan Anak Balita, Pelaksanaan PHBS


pada 5 Tatanan, Pertolongan persalinan harus di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan lain-lain.

3)

Pelaksanaan Advokasi Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan di 3


provinsi Terpilih

ini juga

diintegrasikan selain untuk mendorong


Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan juga mendorong Kab./Kota

Pertemuan

untuk mengeluarkan kebijakan PHBS. Pertemuan ini dilakukan


Makassar dengan mengundang

34

Propinsi dan 100 Kab./Kota

sebagaiwilayah target dari Peningkatan KlA.

4)

lmplementasi Model Intervensi di Daerah

[aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

di

43

Model Intervensi Promosi Kesehatan merupaka model promosi


kesehatan yang implementasikan oleh daerah sesiao dengan spesifik

lokal dan diharapkan keluarnya kebijakan PHBS atau sebagai


implementasi dari Kebijakan PHBS yang telah dikeluarkan. Untuk
tahun 2015, daerah sasaran (Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Sumatera Utara dan Batam) untuk melakukan kegiatan terkait
model WPS dan PPIA untuk wilayah sasaran (Jawa Timur dan Jawa

Barat) dalam bentuk kegiatan koordinasi, standarisasi, advokasi


kepada lokasi tempat hiburan, orientasi peer educafor, sosialisasi bagi
kelompok sasaran dan monitoring dan evaluasi.

5)

Pendampingan melalui audiensi pada daerah yang sedang menyusun


kebijakan terkait PHBS
Kegiatan ini bertujuan

sebagai pendampingan penyusunan

kebijakan PHBS disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di tiap


daerah yang melakukan audiensi dengan Pusat Promosi Kesehatan

6) Peningkatan kapasitas petugas provinsi dan kabupaten

melalui

Pelatihan Advokasi untuk menetapkan kebijakan PHBS.

Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari indikator


kebijakan PHBS sehingga dapat menjadi acuan bagi program selanjutnya
yaitu:

1) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menjadi program milik

bersama

antara pusat, daerah, lintas program, lintas sektor, dunia usaha dan
masyarakat.

2) Kebijakan PHBS di kabupaten/kota

mendorong adanya pembiayaan

dan pelaksanaan kegiatan dari pemerintah dkabupaten/kota

agar

masyarakat melakukan perihku sehat.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

44

Prestasi yang dicapai dalam indikator kebijakan PHBS di kabupaten/kota

di tahun 2015 adalah ada Kabupaten/Kota

mengeluarkan kebijakan

PHBS:

1) Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu mengeluarkan Keputusan

Bupati

Nomor 124 tahun 2015 tentang PHBS di 5 tatanan.

2) Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung mengeluarkan


Keputusan Bupaten Bangka Nomor 1 tahun 2015 tentang PHBS.

2.

Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Pengendalian Penyakit

Yang dimaksud dengan pengendalian penyakit adalah suatu tindakan atau

aktivitas yang bertujuan untuk mengurangi, menekan atau melenyapkan


faktor risiko penyakit dan atau gangguan kesehatan baik menular maupun
tidak menular.
Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:

a.

Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan

1)

Penjelasan indikator

Direktorat Penyehatan Lingkungan memiliki sepuluh indikator


dimana pelaksanaan kesembilan indikator kinerja kegiatan dalam
rangka mewujudkan sebuah indikator kinerja program yaitu Persentase

kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan


(indikator komposit).

Peningkatan kualitas kesling pada kab/kota tercapai dengan kriteria

minimal

4 dari 6 kriteria yang diambil dari indikator kinerja kegiatan

meliputi Memiliki Desa/kel melaksanakan STBM minimal

2Oo/oi

Menyelenggarakan kab/kota sehat; Melakukan pengawasan kualitas

air minum minimal


o/o;

30o/o;

TPM memenuhi syarat kesehatan minimal

TTU memenuhi syarat kesehatan minimal 30o/oi RS melaksanakan

pengelolaan limbah medis minimal 10%.

Laporan capaian kesembilan indikator kinerja kegiatan lah yang


dipakai untuk mendapatkan capaian indikator kinerja program tersebut.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

45

Diharapkan dengan tenrujudnya kualitas kesehatan lingkungan yang

baik pada suatu daerah maka angka kesakitan dapat ditekan dimana
lingkungan merupakan salah satu faktor penentu kesehatan manusia.

2)

Gambaran capaian target dan realisasi tahun 2015

Pada Th 20'15, target indikator Persentase lGbupaten/Kota yang


Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan sebesar 20

o/o

(103 kab/

kota dari 514 kab/ kota). Sedangkan realisasi indikator tersebut


sebesar 27.63

o/o

(142 kab/ kota). ltu berarti realisasi indikator tersebut

sudah mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar


138.13

o/o.

Grafik 3.6. Target Dan Realisasi lndikator Persentase Kabupaten/Kota Yang


Memenuhi Kualitas Kesehatran Lingkungan Tahun 2015

30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00

to*.n"''*ti ;;;*r;;;il;."

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

vo

firhr|l

O-25

di

o/o

kab/

propinsi

kota

26-5O

ffiffi
o/o

kab/ kota

di propinsi

Sl-75 o/o kab/


di propinsi

kota

76-LOO o/ol<ab/

kota di propinsi

Gambar 3.5. Realisasi Per Propinsi lndikator Persentase Kabupaten/Kota Yang


Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015

Pada tahun 2015, baru terdapat 3 propinsi (9

o/o)

yang berada di

zona hijau yaitu Gorontalo, DIY dan Sumatera Barat; 5 propinsi (15 %)

di zona kuning yaitu Riau, Jambi, Bangka Belitung, Jawa


Tengah dan Bali; 7 (21 Yo) propinsi berada di zona oranye yaitu
berada

Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Timur

dan Sulawesi Barat; dan terakhir 19 (55 %) propinsi masih berada di


zona merah.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

47

Pada tahun 2015, realisasi nasional kesemua indikator sudah


mencapai target nasional. Propinsi dengan realisasi paling tinggi yaitu
Gorontalo. Sedangkan propinsi dengan realisasi paling rendah Papua

Barat. Terdapat 16 Propinsi (47 %o) sudah berada di atas target


nasional. Sementara terdapat 18 Propinsi (53 %) masih berada di
bawah target nasional.
Grafik 3.8. Penyandingan Capaian Kinerja Dan RealisasiAnggaran Indikator
Persentase Kab/Kota Yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015
I

[34-13

r4()

r20
1()()

ao
6()

40
20
o

C/\P/AIANKINERIA

REALISASIANGGARAN

Pada tahun 2015, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan

indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas


Kesehatan Lingkungan sebesar Rp 327,508,693,000 dan realisasi
anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar 81.36

o/o

atau

Rp 266,474,345,409. Target indikator yang ditetapkan sebesar 20

o/o

dan realisasi indikator tersebut sebesar 27.63 % sehingga capaian


kinerja yang diperoleh sebesar 138.31 %. ltu berarti terwujud efisiensi

anggaran karena capaian kinerja sebesar 138.13 % dapat terwujud


dengan 81.36 % anggaran.

3)

Capaian indikator ini tahun 2015 dipengaruhi oleh:

a)

Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target lndikator


Pengalokasian dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi di
34 propinsi dan dana tugas pembantuan di 116 Kabupaten pada

25 Provinsi.
Advokasi dan sosialisasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kabupaten dalam rangka internalisasi kegiatan penyehatan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

lingkungan serta agar tersusun peraturan daerah terkait


penyehatan lingkungan.

Melakukan koordinasi

& sinergi antar instansi, stakeholder &

antar tingkatan pemerintah (pusat, propinsi, kabupaten/kota).

Peningkatan kapasitas perencanaan, implementasi

&

monev

kegiatan penyehatan lingkungan.


a

Pelibatan UPT (B/BTKL PP) dalam pencapaian target indikator.

Penguatan Kemitraan

Pemerintah Swasta (KPS) yakni

melibatkan LSM Lokal/Nasional/ Internasional, CSR (Corporate


Socra/ Responsrbility), donor agency internasional, seperti World

Bank, ADB dll.

b)

Kendala/Masalah yang Dihadapi

Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya pencapaian target


namun masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu

Kegiatan penyehatan lingkungan belum menjadi kegiatan


prioritas di provinsi dan kabupaten/ kota.

o
o

Kurangnya sarana dan pra sarana.

Permasalahan dalam hal ketersediaan Sumber Daya Manusia.


Di beberapa daerah masalah yang terjadi, sanitarian mengalami

duplikasi fungsi. Selain menjadi sanitarian seringkali juga


melaksanakan tugas sebagai tenaga administrasi. Ada juga
sanitarian yang justru sama sekali tidak menjalankan fungsinya

sebagai sanitarian melainkan hanya menjalankan fungsi


sebagai tenaga administrasi. Selain itu permasalahan dalam hal

distribusi sanitarian juga terjadi. Penyebaran sanitarian tidak

merata. ldealnya Puskesmas memiliki

orang

tenaga

sanitarian. Sementara yang terjadi, terdapat Puskesmas yang


sama sekali tidak memiliki tenaga sanitarian sementara terdapat

Puskesmas lain yang memiliki tenaga sanitarian yang sangat


banyak hamper 5 orang.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Sistem monev yang belum optimal. Pengiriman data dari


kabupaten dan puskesmas belum lancar karena belum semua
mengetahui indikator Renstra Kemenkes TA 2015-2019 Bidang
Kesehatan Lingkungan.

Kemitraan yang belum optimal sep

perijinan pengelolaan

limbah 83 RS yang masih dipegang oleh KLHK menyebabkan


RS mengalami kesulitan untuk mendapatkannya.

c)

Upaya Pemecahan Masalah

Advokasi dan sosialisasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kabupaten dalam rangka internalisasi kegiatan penyehatan

lingkungan serta agar tersusun peraturan daerah terkait


penyehatan lingkungan dan pengalokasian dana APBD untuk
mendukung kegiatan penyehatan lingkungan.

Pemberian sarana dan prasarana ke daerah seperti water test


kit, food contamination kit dll.

Melakukan advokasi kepada otoritas daerah setempat terkait


permasalahan SDM yang terjadi karena kewenangan terkait
SDM ada di daerah.

Penguatan sistem monev bekerja sama dengan Pusdatin.


Kedepannya akan dibangun system monev elektronik untuk

membantu pengumpulan dan pengolahan data. Sejauh ini


beberapa system monev elektronik sudah ada yang dibangun
seperti emonev STBM, HSP, PKAM, dan akan diikuti kegiatankegiatan terkait penyehatan lingkungan lainnya.

Penguatan kemitraan melalui advokasi kepada lintas program


dan lintas sektor terkait.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

RANGKAIAN PERINGATAN HARI KESEHATAN SEDUNIA TH 2015


DENGAN TEMA: PILIH A KONSUMSI PANGAN YANG AMAII a SEHAT

SiIBUil sE

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

PEMBERIAN PEIIGHARGAAN
KABUPATEN KOTA SEHAT DALAM
RANGKAI/AN PERII{GATAI{ HARI
KESEI{ATAI{ I{ASIONAL KE.sI
TH 2015
.t

;l/l\-E
,L'.rl

t-l

l!li{

tr q

-r-II

Jamban Model Honal menghantarkan Desa Manda dan Deia Alr Garam DIstrlct
Bugl eebagal Desa Pertama SBS dl Kabupaten Jayaw[aya, Papua Th 2015

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

52

ilmr

Gambar 3.6. Salah satu sarana Penyediaan Air Minum dan SanitasiTotal
Berbasis Masyarakat (PAM- STBM)yang pada tahun 2015 dilaksanakandiTT
lokasi

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

53

b.

Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan


imunisasi (PD3l) tertentu

1)

Penjelasan indikator

Saat ini Indonesia merupakan satu-satunya negara di Regional


SEARO yang belum mencapai tahap Eliminasi Tetanus Maternal
Neonatal. Sejumlah 30 dari 34 provinsi dan 479 dari 514 kabupaten di

Indonesia yang tersebar di regional


(Sumatera), dan regional

(Jawa-Bali), regional 2

3 (Kalimantan, Sulawesi, NTB dan NTT)

sudah mencapai tahap eliminasi Tetatus Maternal dan Neonatal


melalui berbagai kegiatan imunisasi rutin, imunisasi massal, serta
persalinan bersih dan aman. Namun, Indonesia baru dinyatakan
eliminasi apabih regional

4 yang meliputi provinsi Maluku Utara,

Maluku, Papua Barat dan Papua telah mencapai target eliminasi.


Program eliminasi TMN saat ini terfokus di 18 kabupaten pada regional

4. Perlu dilakukan imunisasi TT dua putaran dengan cakupan

tinggi

(>80%) agar Indonesia dapat disertifikasi sebagai negara yang sudah


mengeliminasi penyakit TMN pada tahun 2016.

Resolusi Regional Committee pada pertemuan World Health


Assembly WHA) tanggal 28 Mei 2012, mendesak negara-negara
anggota untuk mencapai eliminasi campak pada tahun 2015 dan
melakukan pengendalian penyakit rubella. Namun, seiring waktu,
perkembangan dalam menurunkan angka kematian akibat campak dan

cakupan imunisasi yang menyeluruh belum cukup cepat. Melihat hal


tersebut, WHO Regional Asia Tenggara menetapkan bahwa Eliminasi

Campak dan Pengendalian Rubella/ Congenital Rubella Syndrom


(CRS) akan dicapai pada tahun 2020.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

54

Upaya untuk mencapai hal tersebut adalah mempertahankan


cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di seluruh wilayah dan
penguatan surveilans PD3l. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan

terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah terjadinya


kejadian luar biasa (KLB). Namun, gambaran kondisi saat ini adalah

masih terdapat daerah kantong yang cakupan imunisasinya belum


memenuhi target selama beberapa tahun untuk beberapa antigen,
kinerja surveilans yang mengalami penurunan, serta adanya disparitas

capaian antar provinsi. Hal ini memerlukan perhatian upaya khusus


mempertahankan Erapo

dan mencapai target eliminasi penyakit

tertentu. Keadaan tersebut di atas menimbulkan daerah risiko tinggi


terhadap PD3l

2)

Gambaran capaian target dan realisasitahun 2015

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan lmunisasi (PD3l) tertentu


meliputi difteri, tetanus neonatorum, campak, dan pertusis. Presentase
penurunan kasus dihitung dati base-line data jumlah kasus tahun 2013,

yaitu difteri775 kasus, tetanus neonatorum 78 kasus, campak 11.521

kasus dan pertussis 4.681 kasus (per Desember 2014). Tahun 2015
tercatat kejadian difteri sebanyak 243 kasus, neonatorum 53 kasus,
campak 6.603 kasus dan pertussis 8.247 kasus. Pada minggu ke-52

tahun 2015 tercatat kajadian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan


lmunisasi (PD3l) tertentu sebesar 6.909 kasus. Terjadi penurunan
kasus sebesar 1.909 kasus dengan presentase penurunan sebesar
11,2o/o

dibandingkan angka kasus tahun 2013.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

55

Grafik 3.9. Indikator dan realisasi persentase penurunan kasus PD3l tertentu
Tahun 2015
lndikatordan halhasi
Persenhse Penurunan Kasus PD3l Tertentu Ih.2015

15

x10
c

Target

Capaian

!,
|,|

oq

3)

Capaian indikator ini tahun 2O15 dipengaruhi oleh:

a)

Upaya yang dilakukan

Menyelenggarakan pelatihan dan penyegaran Petugas Khusus


Penanggulangan PD3l (PKP PD3l)

o
.
.

Mempertahankan kinerja Surveilans AFP dan PD3l lain

Melakukan penguatan jejaring kerja (klinisi, laboratorium)

Memfasilitasi pertemuan

Tim Sertifikasi Nasional (TSN)

Eradikasi Polio dan Pokja Ahli Surveilans AFP.

b)

Hambatan/kendala

.
.

Cakupan lmunisasi yang belum merata di semua wilayah

Sebagian besar koordinator PD3l memiliki tugas rangkap


sehingga tidak fokus pada fungsinya

Kondisi geografis yang sulit

di jangkau

sehingga petugas

mengalami kesulitan saat melakukan PE,

Belum maksimalnya komitmen dan dukungan pemangku


program surveilans PD3l baik di provinsi maupun di
kabupaten/kota, hal ini sejalan dengan masih terbatasnya
dukungan dana operasional bersumber APBD.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

56

c) Usulan pemecahan masalah

o
.

Komitmen Global eradikasi Polio dan eliminasi campak

Perhatian Khusus diberikan untuk wilayah rawan sosial, rawan


penyakit (KLB)

.
.

Introduksi vaksin baru

Peningkatan jumlah

dan kompetensi petugas

(epidemiologi lapangan)

,-.&u,fir

#i ,,

Gambar 3.8. Pelaksanaan lmunisasi

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

surveilans

Persentase kabupaten/kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan

dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat

yang

berpotensi wabah.

1)

Penjelasan Indikator

Jumlah kab/kota dengan pelabuhan, bandar udara dan PLBDN


yang memiliki kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan PHEIC
dibagi jumlah kab/kota dengan pelabuhan, bandar udara dan PLBDN

di kali 100o/o. Nominator adalah Jumlah

kabupaten kota yang

mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan


kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah.
Denominator adalah jumlah kabupaten/kota yang memiliki pintu masuk

internasional. Kriteria pengukuran adalah periode prevalence dalam

tahun indikator diukur per tahun.

2)

Gambaran capaian target dan realisasitahun 2015

Target

2015

sebesar 29o/o atau 31 Kab/kota dari 106 kab/kota

yang merupakan target penyusunan rencana kontijensi capaian tahun


2015 sebesar 29 KablKota (93,5%)

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

58

3)

Capaian indikator lni tahun 2O1S dipengaruhi oleh:

a)

Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator

Persiapan pelaksanaan kegiatan dengan melakukan komunikasi

baik verbal maupun surat kepada kabupaten/kota sasaran


penyusunan dokumen termasuk melakukan koordinasi dengan
propinsi

Sosialisasi kegiatan dengan lingkup kebijakan dan strategi


nasional kekarantinaan kesehatan, sosialisasi International
Health Regulation (lHR) 2005, Sistem surveilans di wilayah dan

pintu masuk negara serta kebijakan penyusunan dokumen


kebijakan rencana kontigensi kedaruratan kesehatan
masyarakat.

Melaksanakan workshop penyusunan rencana kontingensi


mencakup konsep pedoman penyusunan renkon, identifikasi

potensi KKM, membangun komitmen lintas sektoral dan


pengumpulan data dasar.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

59

Melaksanakan kegiatan penyusunan rencana kontigensi KKM

dengan melibatkan seluruh lintas sektoral pemerintah daerah

yang terkait dengan kesiapsiagaan, respon dan koordinasi


penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat.

b)

Kendala/Masalah yang Dihadap

Penyusunan dokumen kebijakan ini merupakan suatu


pendekatan program baru di kabupaten/kota sehingga
memerlukan penyamaan pemahaman dan persepsi sehingga

diperlukan proses integrasi program ini dengan sistem


surveilans yang ada dan sistem penanggulangan krisis
kesehatan di kabupaten/kota. lmplikasi dari situasi dan kondisi

ini

maka pelaksanaan kegiatan pembentukan

Rencana Kontigensi

di Pemerintah

dokumen

Daerah sebagian besar

dilaksanakan di semester ll tahun anggaran 2O15

Komitmen dinas kesehatan propinsi untuk melaksanakan


kegiatan sebagai bagian dari upaya pengendalian penyakit
belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari ketidaksiapan tim
pengelola program

di daerah baik dari aspek administrasi,


pendukung kegiatan maupun teknis dalam pelaksanaan
kegiatan

Dukungan pendanaan kegiatan melalui beberapa skema yaitu:

dekonsentrasi, pendanaan DIPA pusat dengan komponen


pembiayaan yang berbeda. Hal ini menyebabkan pelaksanaan

kegiatan penyusunan dokumen rencana kontigensi yang


berbeda. Ada beberapa kabupaten (di Propinsi Lampung)
dengan komponen pembiayaan lengkap mulai dari sosialisasi,
workshop dan penyusunan dokumen, sementara dibeberapa
kabupaten

lain

hanya didukung dengan kegiatan sosialisasi

dan penyusunan.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

50

c)

Upaya Pemecahan Masalah

Mengintensifkan kegiatan sosialisasi kebijakan kesiapsiagaan

terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat

kepada

pemerintah daerah sasaran untuk menyamakan pemahaman

dan rencana tindak lanjut pelaksanaan kegiatan pembuatan


dokumen rencana kontingensi. Hal ini dapat meningkatkan
komitmen daerah dalam melaksanakan program yang
disepakati.

Mendorong kabupaten/kota sasaran untuk menyelesaikan


hambatan administrasi

agar

kegiatan dapat terlaksana sesuai

dengan rencana yang telah disepakati baik melalui mekanisme


pembiayaan dekonsentrasi maupun pusat

Memaksimalkan potensi sumber daya manusia khususnya di

subdit-subdit direktorat Simkarkesma untuk memenuhi


permintaan narasumber dari berbagai daerah untuk
memfasilitasi pembentukan dokumen rencana kontigensi.

Mengoptimalisasikan potensi daerah dalam kesiapsiagaan

kedaruratan khususnya kedaruratan bencana alam untuk


memperkaya dan memperkuat substansi kedaruratan kesehatan
masyarakat.

Menyesuaikan metode penyusunan dokumen dengan waktu


yang tersedia termasuk design kegiatan yang interaktif (diskusi,

table top, simulasi)

dan

penyusunan draft awal sebelum

pertemuan.

d.

Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia s 18 tahun.

1)

Penjelasan indikator

a)

Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia

18 tahun

adalah Jumlah penduduk di Indonesia yang berusia 10 sampai

dengan 18 tahun yang diketahui sebagai perokok melalui


pengambilan data faktor risiko baik survei atau metode lainnya,

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

61

dibandingkan dengan jumlah semua penduduk yang berusia 10

sampai dengan 18 tahun

di

Indonesia yang terdata

di

tahun

tersebut (data BPS).


b) Perokok adalah

orang yang merokok minimal 100 batang rokok

dalam 1 bulan terakhir dan masih merokok.


c) Penduduk usia 10 sampai dengan 18 tahun adalah penduduk yang

berusia 10 tahun (> 120 bulan) sampai dengan 18 tahun (216


bulan) pada saat pengumpulan data dilakukan
d)

Persentase perokok

usia 10 sampai dengan 18

tahun,

dibandingkan dengan jumlah semua penduduk berusia 10 sampai

dengan 18 tahun di suatu wilayah yang terdata di tahun tersebut


(data BPS).
2\ Gambaran capaian target dan realisasitahun 2015

Pencapaian target pada tahun 2015 belum dapat digambarkan


sebelum pelaksanaan survei kesehatan dilaksanakan. Survey nasional
bidang kesehatan akan dilaksanakan pada tahun 2016.

3) Capaian indikator ini tahun 2015 dipengaruhi oleh:

a)

Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator

Peningkatan kapasitas sumber daya dalam upaya pengendalian


konsumsi tembakau, seperti pelatihan upaya berhenti merokok

bagi guru sekolah di 6 propinsi, pelatihan konseling berhenti


merokok bagi petugas kesehatan di FKTP.

Menfasilitasi sarana prasarana dalam upaya berhenti merokok


di sekolah dan Puskesmas.

Meningkatkan komitmen dengan berbagai pihak yang terlibat

dalam pengendalian tembakau melalui advokasi

kepada

pengambil kebijakan untuk mendukung pengendalian tembakau

dan pengendalian PTM seperti pertemuan Aliansi Bupati dan


Walikota Pendukung Kawasan Tanpa Rokok.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

62

Pertemuan Major

to

Major sebagai upaya pengembangan

kebijakan KTR kepada pemegang kebijakan di daerah.


Menjalin koordinasi dengan APEKSI dan API(ASI dimana Ketua

Aliansi Bupati Walikota akan menyuarakan

pentingnya

Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Masalah Kesehatan


Akibat tembakau.

sosialisasi dampak rokok terhadap kesehatan, menyusun,


mencetak dan menggandakan media KIE terkait dampak rokok
terhadap kesehatan

survei/penelitian terkait rokok

dan dampaknya terhadap

kesehatan, seperti poling suruey didaerah.

sosialisasi dampak rokok terhadap kesehatan kepada


masyarakat melalui berbagai rangkaian peringatan Hari Tanpa
Tembakau Sedunia.

b)

Kendala/Masalah yang Dihadapi

Pencapaian indikator belum tercapai, karena survei tahunan

faktor risiko Penyakit Tidak Menular di Litbangkes baru akan


dilaksanakan pada tahun 2016, Riset Kesehatan Dasar
dilaksanakan setiap 3 tahunan, Global Youth Tobacco Survey

dan GlobalAdult tobacco survey dilaksanakan 3 tahunan.

Belum optimalnya sistem pencatatan laporan melalui Surveilans


berbasis web PTM.

Masih terbatasnya jumlah kebijakan KTR di daerah dan belum


optimalnya penerapan kebijakan di daerah yang telah memiliki
kebijakan KTR.

Belum maksimalnya advokasi dan sosialisasi pengendalian


konsumsi tembakau pada kab/kota

Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor yang belum

optimal

di

tingkat Kab/Kota dalam upaya

konsumsi rokok

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

pengendalian

Rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi


rokok. Perlunya rentang waktu sosialisasi peraturan kepada
masyarakat maupun pihak terkait minimal

disahkannya aturan tersebut,

1 tahun

setelah

agar masyarakat

dapat

memahami pentingnya regulasi terkait KTR.

Anggaran belum menfasilitasi kegiatan-kegiatan terkait


pengendalian konsumsi rokok

c)

Rencana Pemecahan Masalah

Meningkatkan komitmen dan pengembangan regulasi tentang


pengendalian tembakau di berbagai tingkat pemerintahan dan
didukung oleh semua pihak terkait dan masyarakat diberbagai
tatanan.

Penegakan hukum (law enforcement) secara konsisten sesuai

dengan ketentuan peraturan yang berlaku dalam upaya


melindungi dampak kesehatan akibat rokok

Peningkatan pemahaman tentang bahaya rokok kepada seluruh

lapisan masyarakat dengan melibatkan stakeholder termasuk

masyarakat, organisasi profesi, akademisi, lembaga sosial


masyarakat (LSM).

Pengendalian tembakau dilakukan secara komprehensif,


berkelanjutan, terintegrasi dalam suatu kebijakan publik dan

melalui periode pentahapan pembangunan jangka pendek,


jangka menengah dan jangka panjang.

Komitmen pemerintah dalam penyelenggaraan pengendalian

tembakau melalui APBN, APBD dan sumber penganggaran


lainnya.

Peningkatan kapasitas sumber daya dan kelembagaan dalam


pengendalian tembakau.

Mensinergikan kegiatan dengan strategi MPOWER yang

mencakup Monitor penggunaan tambakau dan kebijakan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

64

preventifnya; Perlindungan masyarakat dari asap tembakau;

Optimalisasi dukungan berhenti merokok; Waspadakan


masyarakat akan bahaya (asap) tembakau; Eliminasi iklan,
promosi serta sponsor tembakau/ rokok; Raih kenaikan cukai
tembakau/rokok.

Psnbdogree
the

2!,ador*n

Canleipltoe on

tbdill

Fstilciu ponilrryn brhdrp

Ww u

emenafr dryp* hat|fr

renrmnn Afnd Bfld t{flrfr drbn mnb'lein


(qrlnro.r gmo.oddh Pnl dr| d'rpl teildqr

Gambar

3.1

l.

Rangk aian The

ry

htlonri

nonOfrr girpn lapdr efiri YHdr yrp

eminEr odrn DanoflrCan PIl| dm

tndonesian Conferene on

norfl

dJtfll Srtalr,

Tobaw or

Heafth

3. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan

Yang dimaksud akses adalah akses masyarakat terhadap

pelayanan

kesehatan menuju cakupan semesta (universal coverage), akses masyarakat


tidak hanya terbatas pada transportasi saja tetapi meliputi

availabilitas/ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas


dan mudah dijangkau masyarakat

laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

affordabilitas/kemudahan biaya bagi pengguna,


akseptabi I itas/keterbu kaa n nformasi secara sosi oku ltu ra l.
i

tersedianya transportasi ambulane untuk pasien ke fasilitas pelayanan


kesehatan

terbangunnya sistem rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan.

Kemudahan akses tersebut diharapkan menjadi pendorong tercapainya


cakupan semesta pelayanan kesehatan, tetapi dari akses universal untuk
mencapai universal coverage diperlukan adanya pelayanan yang berkualitas
(service excellent).

Universalaccess

Service excellent

Universal coverage

Sedangkan yang dimaksud mutu yaitu mutu fasilitas pelayanan kesehatan,

meliputi mutu input (sarana, prasarana, alat, dan SDM), mutu proses
(manajemen operasional pelayanan dan manajemen mutu), dan mutu output
(pencapaian indikator mutu/kinerja), sehingga baik dari segi input, proses,
dan output diharapkan sesuai standar.

Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:

a.

Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 puskesmas yang tersertifikasi


akreditasi

Kebijakan Kemenkes mengenai Puskesmas yaitu Permenkes 75 tahun


2014 tentang Puskesmas, dimana pada pasal 9 menyatakan bahwa dalam

satu kecamatan harus didirikan sebuah Puskesmas. Sejak tahun 2015


Kemenkes mengambil kebijakan untuk melakukan sertifikasi akreditasi
terhadap Puskesmas dengan keluarnya Permenkes Nomor 46 tahun 2015

tentang akreditasi puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri


dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

55

Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas yang


diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa Puskesmas telah memenuhi
standar pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan oleh Menteri untuk
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas secara berkesinambungan.
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan
tempat praktik mandiri dokter gigi bertujuan untuk:

1) meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien;


2) meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia

kesehatan,

masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas, Klinik Pratama,


tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi
sebagai institusi; dan

3) meningkatkan kinerja Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik


mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dalam
pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat.

Data capaian untuk indikator ini diperoleh dengan cara menjumlah seluruh

kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi pada

tahun berjalan. Data diperoleh dengan cara merekapitulasi data hasil


survei Puskesmas yang telah diputuskan lulus oleh Komisi Akreditasi
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Kegiatan yang dilakukan dalam pencapaian indikator program ini adalah:

1) Penyusunan regulasi dengan diterbitkannya

Permenkes No. 46 Tahun

2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik


Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.

2)

Pertemuan sosialisasi dan advokasi kebijakan akreditasi Puskesmas,

klinik pratama, tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik


mandiri dokter gigi pada pertemuan rutin Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Dasar.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

67

3) Peningkatan sarana dan prasarana Puskesmas melalui alokasi Dana

Tugas Pembantuan.
4) Operasional Komisi Akreditasi

FKTP yang dibentuk oleh Menteri

berdasarkan Kepmenkes No. HK.02.021059/2015. Komisi Akreditasi


FKTP memiliki tugas sebagai pelaksana survei dan penetapan status
akreditasi.

Gambar 3.9. Pelayanan kesehatan di puskesmas terakreditasi

5)

Pelatihan untuk surveior dan tim ToT tim pendamping tingkat propinsi
melalui DIPA Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

68

Gambar 3.10. Pelatihan TOT Pendamping Akreditasi FKTP yang diselenggarakan


pada tgl 5-19 April 2015

di

Bapelkes Semarang

6) Pelatihan pendamping kabupaten/kota pada 14 propinsi melalui dana

dekonsentrasi.

Ke empat belas provinsi tersebut adalah

Aceh,

Bengkulu, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah


lstimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Bali, dan NTB.
7) Penyusunan NSPK terkait akreditasi FKTP.

Berdasar kegiatan tersebut

di atas maka, sampai dengan tanggal 31

Desember 2015 didapatkan hasil sebagai berikut:

1)

Kab/Kota yang telah memiliki tim pendamping sebanyak 224kablkota.

Pendampingan pra akreditasi pada Puskesmas yang akan diusulkan


akan diakreditasi dilakukan oleh tim pendamping dari Dinas Kesehatan

Kab/Kota yang telah dilatih. Dalam pendampingan Puskesmas, tim


pendamping akan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut

a)

Melaksanakan lokakarya di Puskesmas

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

59

b)

Pelatihan pemahaman standar

dan

instrumen

akreditasi

Puskesmas dan persiapan asesmen.


c) Penyiapan dokumen akreditasi Puskesmas.

d) lmplementasi dokumen akreditasi Puskesmas.


e) Pemilaian

pra sertifikasi/ pra akreditasi sebagai dasar

menilai

kesiapan Puskesmas apakah layak untuk diusulkan disurvei oleh


surveyor.

f)

Pengajuan permohonan untuk disurvei oleh dinas kesehatan


kabupaten/kota melalui dinas kesehatan provinsi.

Pada tahun 2015 telah dialokasikan pelatihan

pendamping

akreditasi FKTP melalui Dana Dekon bagi 14 provinsi. Selain melalui

pembiayaan Dana Dekon, pelaksanaan pelatihan pendamping


akreditasi FKTP bagi dinkes kab/kota juga melalui pembiayaan APBD

ll. Jumlah kab/kota yang telah memiliki tim pendamping akreditasi


FKTP sebanyak 224 kablkola.
2) Puskesmas yang sudah mengajukan untuk disurvei sebanyak 223
Puskesmas yang berasal dari 11 propinsi

Sesuai dengan Permenkes No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi


Puskesmas, Klinik Pratama, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan

Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, selama lembaga independen


penyelenggara akreditasi belum terbentuk, pelaksanaan survey dan
penetapan status akreditasi menjadi tanggung jawab Komisi Akreditasi

FKTP. Berdasarkan laporan Komisi, hingga 31 Desember 2015


tercatat Puskesmas yang mengajukan untuk disurvei sebanyak 223
Puskesmas.

3)

Puskesmas yang sudah disurvey sebanyak 126 Puskesmas

Survei dilakukan oleh tim surveior yang telah dilatih. Survei


dilakukan setelah ada permohonan survei yang disampaikan kepada
Komisi Akreditasi FKTP. Komisi Akreditasi FKTP akan menugaskan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun

2015

70

tim surveior untuk melakukan survei. Survei dilakukan selama 3 (tiga)

hari efektif. Tim survei akan menyampaikan hasil survei ke Komisi


Akreditasi FKTP untuk ditetapkan hasil survei.Berdasarkan laporan
Komisi, hingga 31 Desember 2015 dari 223 usulan survey yang
masuk, Puskesmas yang sudah disurvei sebanyak 126 Puskesmas

4)

Puskesmas yang sudah mendapatkan sertifikasi akreditasi


Berdasarkan laporan Komisi Akreditasi FKTP, hingga 31 Desember

2015 Puskesmas yang sudah mendapatkan sertifikasi akreditasi


sebanyak 100 Puskesmas yang terdapat di 93 kecamatan.
Grafi k

3.

0. Pencapaian Puskesmas yang Tersertifikasi Akreditasi

Jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan, maka


realisasi tahun 2015 mencapai 93 kecamatan (26,570/o) dari 350
kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi
akreditasi. Dari 93 kecamatan tercebut jumlah Puskesmas yang sudah
terakreditasi sebanyak 1 00 Puskesmas tersertifi kasi akreditasi (sumber

data dari laporan Komisi Akreditasi per 31 Desember 2015). Apabila


capaian tersebut dibandingkan dengan target akhir tahun Rencana

Strategis, maka masih diperlukan upaya percepatan pencapaian


indikator tersebut. Akreditasi Puskesmas merupakan kegiatan yang

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

7t

baru dilaksanakan mulai tahun 2015, sehingga tidak ada pencapaian


pada tahun-tahun sebelumnya.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator


adalah:

a)

Faktor Dana:

o Tidak cairnya dana refokusing APBN tahun 2015


mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya pelatihan
pendamping dan surveior bagi 10 provinsi yang sudah
mengusulkan akreditasi di tahun 2015

Tidak ada dana untuk pelaksanaan pendampingan dan survei di

kabupaten/kota karena keterbatasan APBD maupun proses


revisi anggaran, sehingga banyak kabupaten/kota yang sudah
mengusulkan

di dalam roadmap tetapi tidak

menindaklanjuti

dengan pengusulan survei.

b)

Faktor Waktu

Pencairan dana dekon 04 (BUK) ke beberapa provinsi baru


terlaksana pertengahan tahun 2015 sehingga mempengaruhi

pelaksanaan pelatihan

tim

pendamping kab/kota, sebagai

akibatnya waktu untuk pendampingan ke Puskesmas terbatas


sehingga belum siap untuk disurvei

DIPA dana tugas pembantuan tahun 20'15 untuk Direktorat Bina

Upaya Kesehatan Dasar terbit pada tanggal 30 Oktober 2015,


sehingga dinas kesehatan kab/kota yang mengalokasikan dana

untuk pembangunan fisik tidak dilaksanakan karena waktu


pelaksanaan sangat singkat.

Pengiriman berkas pengajuan survei oleh provinsi sebagian


besar pada bulan November 2015.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

c)

Faktor SDM

Masih kurangnya jumlah

tim

pendamping da beberapa

kabupaten/kota

.
o

Masih kurangnya jumlah tim surveior di provinsi

Tensga kesehatan di Puskesmas belum semuanya memahami


konsep akreditasi.

d)

Faktor Sarana

Komisi Akreditasi FKTP yang ditetapkan oleh Menteri


Kesehatan belum mempunyai ruangan tersendiri sehingga
belum dapat bekerja secara optimal

Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei masih


manual lewat surat belum berbasis web.

Usulan Pemecahan Masalah

a) Dana:

Penganggaran dana pelatihan TOT pendamping dan pelatihan


surveior melalui APBN 2016

Penganggaran dana survei dan pendampingan melalui DAK non


fisik 2016

Integrasi menu DAK non fisik ke e-planning.

b) Waktu

Alokasi dana dekon 2016 menu akreditasi untuk provinsi yang


mengusulkan.

Pembahasan dukungan anggaran

dekonsentrasi maupun

ke

tugas

daerah baik

DAK,

pembantuan

perlu

memperhitungkan waktu pelaksanaan kegiatan.

Bersurat ke provinsi mengenai batas waktu pengiriman berkas


survei yang akan dilaksanakan tahun 2016.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

c) SDM

Peningkatan kompetensi SDM (pendamping dan surveior)


melalui pelatihan

o
o

Seleksicalon surveior baru


Sosialisasi ke lintas program dan lintas sektor.

d) Sarana:

o
o

Pengusulan ruangan untuk IGFKfP ke Biro Umum

Penganggaran kegiatan pembuatan sistem informasi akreditasi


untuk mempermudah pelaksanaan dan pengorganisasian survei
akreditasi FKTP.

b.

Kabupaten/kota yang memiliki minimal

1 RSUD yang tersertifikasi

akreditasi nasional
Pada saat ini terdapat 511 kabupaten/kota, sedangkan jumlah RSUD

di seluruh Indonesia adalah 680 RSUD. Jumlah kab/kota yang memiliki


RSUD adalah 460 kabupaten/kota atau 90,02o/o dan total kab/kota.

Berdasarkan Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

dan Permenkes nomor 12 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit,


maka semua rumah sakit termasuk RSUD wajib mengikuti akreditasi
nasional. Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan,
salah satu indikator kineria program adalah kabupaten/kota yang memiliki
minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional.

Yang dimaksud akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap


rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara
akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit

itu

memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk


meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan.
Akreditasi dilakukan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit sesuai dengan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Permenkes 42812012 tentang Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi


di Indonesia.
Pelaksanaan akreditasi rumah sakit bertujuan:

1) meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit


2) meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit
3) meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber

daya

manuasia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi; dan

4)

mendukung program pemerintah di bidang kesehatan.

Cara perhitungannya adalah dengan menjumlahkan kabupaten/kota


yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional dari
KomisiAkreditasi Rumah Sakit (KARS). Sedangkan cara pengukuran hasil
adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat atau data RSUD terakreditasi

dari I(ARS atau melalui website KARS. Untuk kabupaten/kota dengan


lebih dari 1 rumah sakit terakreditasi, maka hanya dihitung sebagai satu
kabupaten/kota.

Kegiatan yang dilakukan dalam pencapaian indikator program ini adalah:

a)

Penyusunan regulasi berupa draft petunjuk teknis standar akreditasi


rumah sakit

b)

Pelatihan/workshop peningkatan SDM pelayanan RS, misalnya patient


safety dan pencegahan dan pengendalian infeksi.

c) Peningkatan sarana dan prasarana RSUD melalui dana tugas


pembantuan dan dana alokasi khusus yang berupa pemenuhan
standar ruangan dan alat

di lGD, lCU, ruang operasi, TT kelas lll,

IPAL, dan ambulance.

d) Melakukan bimbingan teknis pra akreditasi nasional kepada rumah


sakit rujukan regional dan rumah sakit kabupaten/kota bersama
dengan tim dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit atau tim pendamping
yang terlatih.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

75

Gambar 3.11. Pelaksanaan Bimbingan Teknis di Rumah Sakit

e) Melakukan peningkatan kapasitas pendamping akreditasi rumah sakit

sebanyak 2tahap dan dilaksanakan di Jakarta. Pendamping dipilih dari


RS vertikal yang sudah terakreditasi internasional maupun terakreditasi

nasional paripurna (RS Sanglah, RS Sardjito, RS Kariadi, RS


Fatmawati, RS Moh. Hoesin, RS Adam Malik, RS Othopedi Surakarta)

dan RSPAD Gatot Subroto. Jumlah total pendamping saat

ini

sebanyak 76 orang.

Gambar 3.12. Peningkatan Kapasitas Pendamping Akreditasi di Rumah Sakit

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

76

Melakukan koordinasi dengan KARS mulai dari penyusunan road map


pelaksanaan akreditasi

g)

Melakukan evaluasi penilaian akreditasi yang dilakukan oleh KARS.

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan


kepada 78 rumah sakit yang telah terakreditasi pada tahun 2014.

Dari hasil kegiatan tersebut di atas maka, sampai dengan tanggal

31

Desember 2O15 didapatkan hasil adalah.

a) Rumah sakit yang telah mendapatkan

pendampingan/visitasi dari

KARS sebanyak 145 rumah sakit

b) Rumah sakit yang sudah siap dan mengajukan survei

simulasi

sebanyak 101 rumah sakit

c) Rumah sakit yang sudah disurvey sebanyak 79 rumah sakit


d) Rumah sakit yang sudah mendapatkan sertifikasi akreditasi:

192

rumah sakit. Dari 192 rumah sakit yang sudah terakreditasi tersebut,
yang berkategori sebagai RSUD sebanyak 50 rumah sakit.
Grafik 3.10. Pencapaian RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional

Pada tahun 2O15, pencapaian indikator sebanyak 50 kabupaten/kota

yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

77

(53,19%). Data capaian berasal dari laporan Komisi Akreditasi Rumah


Sakit per 31 Desember 2015. Base line data capaian pada tahun 2014
sebanyak terdapat 10 kabupaten/kota yang memiliki minimal

1 RSUD

yang tersertifikasi akreditasi nasional.

Permasalahan

a)

Dana

Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang


mendukung pelaksanaan akreditasi di RSUD wilayah kerjanya.

b) Waktu
o Proses akreditasi mulai dari pelatihan sampai terakreditasi
merupakan rangkaian yang panjang dan memakan waktu yang
lama.

RSUD yang akan melakukan workshop,bimbingan, maupun survey

simulasi harus masuk dalam waiting /isf oleh IGRS karena


banyaknya permintaan RS sementara jumlah SDM pembimbing
terbatas. Padahal pengunaan pendanaan hanya berlaku 1 tahun.

c)

SDM

Komitmen pemerintah daerah yang belum merata sehingga kurang

mendukung persyaratan pelaksanaan akreditasi yaitu dengan


menunjuk Direktur Rumah Sakit yang bukan Tenaga Medis,
sehingga struktur organisasi RS tidak sesuai dengan Permenkes
Nomor 1045/MENKES/PER/X\|2OO6 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.

Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang sehingga tidak

terlibat aktif dalam kegiatan persiapan akreditasi dan kurang


mendukung kegiatan akreditasi.
Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang masih belum memenuhi
kebutuhan pegawai sesuai dengan kelas RS.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Diperlukan perubahan budaya kerja dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang senantiasa berorientasi pada peningkatan mutu


pelayanan sesuai dengan standar akreditasi.

Minimnya pelatihan SDM dalam memenuhi persyaratan akreditasi

seperti pelatihan bantuan hidup dasar, PPI, bencana

dan

keselamatan pasien.

Kemampuan propinsi dalam persiapan akreditasi belum cukup

untuk dapat mendorong Dinkes dalam menjalankan

fungsi

pembinaan sesuai Permenkes 1212012.

d)

Sarana dan Prasarana

Masih banyak Rumah Sakit yang akan diakreditasi, namun belum


memiliki sarana, prasarana dan alat kesehatan yang sesuai dengan
standar akreditasi.

Usulan Pemecahan Masalah

a)

Dana

Menyediakan alokasi dana melalui DAK Non Fisik 2016 untuk 212
RSUD yang akan mencapai akreditasi pada tahun 2016.

b)

Waktu

Mengkoordinasikan dengan KARS untuk menjadwalkan survei

simulasi akreditasi agar sesuai dengan target indikator RS


akreditasi.

Melakukan advokasi kepada Dinkes Propinsi untuk melakukan


bimbingan akreditasi ke RSUD Kab/Kota dalam mengatur proses

akreditasi mulai dari pelatihan sampai dengan survei akreditasi


dalam satu tahun anggaran.

c)

SDM

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

79

Peningkatan keterlibatan dinas kesehatan dalam persiapan


akreditasi RS.

Koordinasi dengan Kemendagri untuk dapat meningkatkan


komitmen Pimpinan Daerah dalam Akreditasi RS, dalam
penyusunan struktur organisasi RS dan penunjukan Direktur RS.

Melakukan koordinasi kepada PPSDM untuk melakukan


pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai dengan kelas
Rumah Sakit.

Membuat Pakta Integritas Direktur RS terutama RS Regional dalam


persiapan akreditasi.

Mensosialisasikan transformasi budaya kerja untuk meningkatkan


budaya Mutu.

Membentuk tim pendamping akreditasi yang dapat memberikan

bimbingan kepada

RS yang

membutuhkan sesuai dengan

penugasan Kemenkes.

d)

Sarana dan prasarana


Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2016 untuk seluruh RSUD dalam

pemenuhan standar, prasarana dan alat kesehatan sesuai kelas RS


untuk standar akreditasi.

4.

Sasaran Strategis 4: Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan


farmasi dan alat kesehatan

Pada tahun 2015, sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan


diukur dengan indikator sebagai berikut:

a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas menjadiTTo/o.


b. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alkes yang diproduksi

di

dalam negeri sebanyak 7 jenis.

c. Persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat


sebesar

75o/o.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

80

Dari indikator pencapaian kinerja tahun 2015 tersebut diatas, Direktorat


Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah mencapai target yang
telah ditetapkan, yaitu dengan capaian:

a.

Realisasi persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar


79,38o/o.

b.

Realisasi jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alkes yang
diproduksi di dalam negeri sebanyak 11 jenis.

c. Realisasi persentase

produk alkes dan PKRT

di

peredaran yang

memenuhi syarat sebesar 78,18Vo.

Tercapaianya indikator yang telah ditetapkan pada tahun pertama Renstra


2015-2019 tersebut menjadi penting sebagai modal dalam pencapaian target

di tahun-tahun

itu

diperlukan kerja keras seluruh


komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan diperlukan
berikutnya. Untuk

penguatan terutama dalam perencanaan penyusunan peraturan perundang-

undangan bidang kefarmasian dan alat kesehatan serta monitoring dan


evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015

lndikator Kinerja

Sasaran Strategis
Meningkatnya

Persentase ketersediaan

akses dan mutu

obat dan vaksin di

sediaan farmasi,

Puskesmas

alat kesehatan dan

Jumlah bahan baku obat

Perbekalan

dan obat tradisional serta

Kesehatan Rumah

alat kesehatan (alkes) yang

Tangga (PKRT)

diproduksi di dalam negeri


Persentase produk alat

Target Realisasi

Capaian

2015 2015 2015


77o/o 79,38o/o 103,09%
11

75o/o 78,18o/o

157,140/o

104,24%

kesehatan dan PKRT di


peredaran yang memenuhi
syarat

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

81

Grafik 3.12.Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2015
90
80
70
60

50
40
30
20
10
0
Persentase ketersediaan
obat dan vaksin di
Puskesmas

Jumlah bahan baku obat


dan obat tradisional scrta
alat kesehatan (alkes)
yang diproduksi di dalam

Persentase produk alat


kesehatan dan PKRT di

pcredaran yang,
memenuhisyarat

neSerl

Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:

a.

Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas

Aksesibilitas obat ditentukan oleh ketersediaan obat bagi pelayanan


kesehatan. Pada tahun 2014, tingkat ketersediaan obat dan vaksin telah

mencapai 10O,51o/o, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai


96,820/o. Walaupun demikian, ketersediaan

obat dan vaksin

belum

terdistribusi secara merata baik antar puskesmas, antar kabupaten/kota

maupun antar provinsi. Disparitas ini mencerminkan belum optimalnya

manajemen logistik obat dan vaksin. Untuk

itu, perlu didorong

pemanfaatan sistem pengelolaan logistik online serta skema relokasi obatvaksin antar Provinsi/Kabupaten/Kota yang fleksible dan akuntabel. Upaya
perbaikan manajemen logistic obat dan vaksin yang telah dilakukan antara
lain implementasi e-catalog dan inisiasi e-logistik obat.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

82

fndikator ketersediaan obat dan vaksin pada tahun 2010

2014

menggambarkan kondisi di instalasi farmasi kabupaten/kota dan kurang


menggambarkan ketersediaan obat dan vaksin

dasar, sehingga pada Renstra periode

di pelayanan

2015

kesehatan

2019 diformulasikan

indicator Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas dengan mengambil

20 item obat dan vaksin indicator yang merupakan obat dan

vaksin

pendukung program kesehatan ibu, kesehatan anak, penanggulangan


penyakit, serta obat pelayanan kesehatan dasar yang banyak digunakan
dan terdapat di Formularium Nasional.

Sesuai dengan Undang

undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan, yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, bahan


obat, obat tradislonal, dan kosmetika.

Sedangkan alat kesehatan menurut Permenkes No 70 tahun 2014

tentang Perusahaan Rumah Tangga Alat Kesehatan dan Perbekalan


Kesehatan Rumah Tangga adalah instrumen, aparatus, mesin, perkakas,

dan/atau implan, reagen in vitro dan kalibrator, perangkat lunak, bahan


atau material yang digunakan tunggal atau kombinasi, untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan,

dan meringankan penyakit,

merawat

orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk

struktur dan memperbaiki fungsi tubuh, menghalangi pembuahan,


desinfeksi alat kesehatan, dan pengujian in vitro terhadap spesimen dari

tubuh manusia, dan dapat mengandung obat yang tidak mencapai kerja
utama pada tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi atau
metabolisme untuk dapat membantu fungsi/kinerja yang diinginkan.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

83

Kondisi yang dicapai:

Realisasi indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin di


Puskesmas tahun 2015 sebesar 79,38o/o, melebihi target yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 77%
dengan capaian sebesar 103,09%.

Sosialisasi yang terus menerus kepada petugas Provinsi

di

setiap

kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Obat Publik dan


Perbekalan Kesehatan di sepanjang tahun 2015 adalah salah satu faktor

yang menunjang keberhasilan pencapaian indikator kinerja

kegiatan

melebihi target yang telah ditetapkan, karena indikator kinerja tahun 2015

merupakan indikator baru yang berbeda dengan indikator kinerja periode

tahun 2010-2014, baik dari segi definisi operasionalnya, cara perhitungan


maupun cara pengumpulan data dan pelaporannya.

Untuk itu Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan


menerbitkan buku 'Petunjuk Teknis Pemantauan Indikator Kinerja
Kegiatan (lKK) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2015-2019'yang telah dibagikan kepada seluruh petugas Provinsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan pengumpulan, perhitungan dan

pelaporan data indikator kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan


Perbekalan Kesehatan di daerahnya masing-masing.

Selain itu, dikeluarkannya surat keputusan Direktur Bina Obat Publik

dan Perbekalan Kesehatan nomor HK.02.04151102512015 tanggal 8 Juni


2015 tentang penunjukan panitia pengumpulan dan pengolahan data
indikator kinerja kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan

di 34 Provinsi

memungkinkan terbangunnya koordinasi dan

komunikasi yang baik dengan daerah yang ikut mendukung pencapaian


indikator kinerja kegiatan yang melebihi target yang telah ditetapkan.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

84

Tabel 3.2.Target, realisasidan capaian indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin
di puskesmas tahun 2015

Persentase ketersediaan obat


dan vaksin di Puskesmas

Grafik 3.11.Target dan realisasi indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin
di puskesmas tahun 2015

95",5

90%

ITarget

r Realisasi

2015

2016

2017

[aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

85

Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November tahun

2015 dimana Jumlah Puskesmas yang melapor sebanyak 1.013 dari

1.328 Puskesmas sampel dan terdapat empat Provinsi yang


Puskesmasnya sama sekali tidak mengirimkan laporan (135 Puskesmas),

yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan

dan Papua Barat. Provinsi dengan persentase ketersediaan obat dan


vaksin di Puskesmas tertinggi adalah D.l. Yogyakarta (92,73o/o).
Grafik 3.13. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas di 34 provinsi
Tahun 2015

Persentase Ketersedlaan Obat dan \taksln di Puskesmas dl


34 Provlnsl Tehun 2O15
F.qttsl\l F.Pu

69

Ptortrrl PaF.ra lt.al


h 01 lml hl.hrl u Ut.a.
fr o rlr rl lrl rhrl u
Ff0{{irt ttaawfrl k{.|J.
fr olbl tulGrt i-.1

Proltt{l l.Lh'Aa f ftarh


ftsrba tul.wrl ldtolr.
,,ovt.r{as({ftrlo
tro"li!l1(&$^l uha
l.ovh{t.lhubn
Utr.
,..ovt !aX.hrn|.hlau
[to\tril f,.l6mLr LLlftnla[rll.l|ndt
n f stah
Pro\a.r{ li.krnrllrl t-.1
Pffrhrt lall
prenh{All
Pt o rtQra kI
ttdr|nrt la'ra lilul
ProlLr{aH l.*y.lJl.
Iro',lnrl ra\e. lfrl.lt
f.rottrrrl irlcr
P.o,,tt( l.w. lral
Fruvhrl tlll r.lr||
Pto "*r!l ldvrof
tf o!ft |. L.prad.d ldrli. i.liru
(L.1ff
9rr*trll.d[.|{a
Ptdrltrl laril.Ar
Fre!'!r$ lril{
Pto"rrrl f qri-ar l||a
lraov|'rrl rtar
trovffit t{{6ll{aix.l
9reilrhalq$atd.(rt.

'O

ooo

Eil, | 7

56,19

ooo
o.o0
sJ,:,rr
87.83

ro oo

,7fi

,o.00
EO.9a

at57
8r.78
90.oo
o.oo
07.Oo

E$.0!'

tl.6:l

Dr ,3
E5 57

'r4 a7
77 99

69,60;
?7.8O

7(}m
;'6,6)

rt

29

Et.d4
65.00

89.5t
8t.e6
69,74

Itrodrrrl Ardr

,7a.2,

LA\r|ltrt

79.t4

0,oo lo,oo to@ ]o00 40.il) 5000 60.d)

70.oo 8000 90.fi) 100.00

Item obat yang memiliki ketersediaan tertinggi di Puskesmas adalah

Parasetamol 500 mg Tablet, sedangkan item obat yang memiliki


ketersediaan terendah

di

Puskesmas adalah Magnesium Sulfat Injeksi

2Oo/o.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

86

Grafik 3.14. Jumlah item obat dan vaksin yang tersedia di puskesmas di 34 provinsi
Tahun 2015

Jumlah ltem Obat dan Vaksin yant tersedia di


Puskesmas di 34 ProvinsiTahun 2015
V*rln OPtl

DPt-lt C/ OPI-fi D

tttt

V.lrrnll
v*rhtCG
l*hrlrarbrhOrdr
Pl'rotrnol ll0o m3 trb
Obltodolnftrl
Ob.t Antl &a..culodr
Mor|l.r3onrotrtn M.L.r &rl 4l0O

dtwur
mjl nl

tt|3n .hrn s|iiil hr.trt lor3


x.ttoprar.b
6llbealba*d
6a?xtr oaaln

firorrntd rrbbr
fhcne rlldoa lVlr&ilh

tptrfran lA&rn*rl lnlrlra

O,f

Otrrogrrn

Xl

lrbt

rlo

mj

872

hl.lri
a

f{Ctl

erltrt 3 oq/mt

Drlrrnrtercnteb
&rrorkilan rvrup

tnqrk0o3@njtrb
ADandrolt.b

Permasalahan:

Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data indikator persentase


ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas tahun 2015 menghadapi
beberapa permasalahan sebagai berikut:

1) Laporan yang dikirimkan oleh

Provinsi setiap bulannya tidak lengkap

dan tidak tepat waktu seperti yang telah dituangkan di dalam buku
Petunjuk Teknis Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan (lKK)
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 20152019 yang sudah disosialisasikan kepada seluruh Provinsi.

2) Jumlah

tenaga kefarmasian yang terbatas dan kompetensi yang belum

sesuai di Puskesmas.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

87

3)

Seringnya mutasi tenaga kefarmasian yang bertugas

di

Instalasi

Farmasi.
4)

Kurangnya koordinasi antara Puskesmas, Kabupaten/Kota dan


Provinsi.

Usul Pemecahan Masalah:


Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di
atas antara lain sebagai berikut:

1) Pemberian reward bagi petugas/pengelola data di daerah.


2) Melakukan peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan obat

di

Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.

3) Melakukan pembinaan terhadap SDM pengelola obat

secara

berkesinambungan.

4) Perlu dibangun koordinasi yang baik untuk pelaporan data


ketersediaan obat dan vaksin dari unit pelayanan ke instansi
penanggung jawab kesehatan di daerah (Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Provinsi).

Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes)
yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif).

lmpor bahan baku obat, produk kefarmasian lain dan alat kesehatan
mengakibatkan kurangnya kemandirian dalam pelayanan kesehatan.
Hampir 90% kebutuhan obat nasional sudah dapat dipenuhi dari produksi

dalam negeri. Hanya industry farmasi masih bergantung pada 96% bahan

baku impor. Selain itu ketergantungan terhadap impor alat kesehatan


masih mencapai 94o/o. Sehingga pada Renstra periode 2015 - 2019
ditetapkan indikator Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta
Alat Kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatiQ
Kondisi yang dicapai:

Pada tahun 2015, jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat
kesehatan yang diproduksi di dalam negeri mencapai 11 jenis dari target

sebanyak 7 jenis yang telah ditetapkan. Upaya yang dilakukan adalah


Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

88

dengan pendirian kelompok kerja kemandirian bahan baku obat


beranggotakan lintas kementerian dan sfakeholder terkait lain dengan
Kementerian Kesehatan sebagai koordinator. Pencapaian kemandirian
obat dan bahan baku obat juga terutama dilakukan melalui kerjasama dan

fasilitasi penelitian dengan lembaga penelitian (BPPT dan LlPl) dan


Perguruan Tinggi di bidang pengembangan bahan baku obat serta
pembentukan jejaring dengan berbagai stakeholder diantaranya institusi
penelitian, kalangan industri dan asosiasi pengusaha.

Pada tahun 2015 dilakukan kerjasama dengan Kementerian Riset dan

Teknologi (BPPT) dan Kementerian Pendidikan melalui Perguruan Tinggi

yaitu Institut Teknologi Bandung (lTB), Universitas Gadjah Mada (UGM)


dan Universitas Padjadjaran (UNPAD).

Jumlah produk alat kesehatan dalam negeri

di Indonesia masih

terbatas jenisnya serta belum digunakan secara maksimal oleh sarana


pelayanan kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya promosi

untuk menarik minat investor dan pelaku usaha, pembinaan kepada


industri alat kesehatan negeri agar meningkatkan kualitas produk dan

kapasitas produksi, melakukan sosialisasi dan advokasi terhadap


Pemerintah Daerah maupun sarana pelayanan kesehatan agat
menggunakan alat kesehatan dalam negeri.
Tabel3.3. Target, realisasi dan capaian indikator jumlah bahan baku obat dan obat
tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeritahun 2015

Jumlah bahan baku obat dan

157,140/o

obat tradisional serta alat


kesehatan (alkes) yang
diproduksi di dalam negeri
*)Jenr's

bahan baku obat dan alat kesehatan yang diinisiasi pada tahun 2015

[aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

89

Grafik 3.15. Target dan realisasi indikator jumlah bahan baku obat dan obat tradisional
serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeritahun 2015
40
30

lTarget

20

Realisasi

10

Daftar Nama Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional yang
Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 20'15
Tabel 3.4. Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional yang Diproduksi di Dalam
Negeri Tahun 2015

BBO/BBOT

No
1

Ekstrak Terstandar Daun Kepel

Kerjasama A-B-G
UGM-PT Swayasa

(Stelechocarpus buharol (Bl) Hook.f. &

Prakasa

rh)
2

Ekstrak Umbi Bengkoan g (Pachynhizus

UGM-PT Swayasa

erosus L.)
3

Prakasa

Ekstrak Aktif Terstandar Daun Mimba

UGM-PT Swayasa

(Azadirachta indica)
4

Prakasa

Ekstrak Biji lGbet (Tigonella foenum-

BPPT

graecum L.)

- PT Kimia

Farma

Pemanis Alami Gliosida Steviol

Ekstrak Terstanda

Strobi lanfhes cnspus

- PT Kimia Farma
ITB - PT Kimia Farma

ITB

L
7

Ekstrak Terstandar Kelopak Bunga

UNPAD

PT

Roseola (Hrbrscus sabdariffa L.)

Phytochemindo Reksa

Karagena n Pharmaceutical Grade

UNPAD

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

CV Suprima

SARAI{DI KARYA NUGRAHA


TKARIXA Renograf

PT.

(AKD 21501510202)

PT,

MEDII{OP

'SIIEMIIES
-TRITONT-Vlo(AKD21603510351)

"

1IED1HOP
.TRtroN Tkln Marlcr
PT.

(AKD11603510346)

-TRITON Ttene (AKD 21603510292)


- TRITON T- Mon (AKD 21603510n3)
.BIOLOGICALSUTURES:
.TRITON T-Plaln (AKD 21603510347)
- TRITON T-Chromlc (AKD 21603510348)

-TRtTOit T-Silk (AKD 21603510352)

Gambar 3.13. Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri tahun 2015

rill/'/'ff//
. Pornoron ' Ditfog
Pcrrksa frfata Grolis '

Gambar 3.14. Menteri Kesehatan Rl, Prof. Dr. Nila Farid Moeloe( Sp.M (K) membuka
pameran alat kesehatan dan PKRT dalam negeri di Hall B Jakarta Convention Center,
Senayan Jakarta

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

91

Kementerian Kesehatan bersama


akademisi/peneliti

jajaran

pemerintah,

dan masyarakat industri terus berupaya untuk

meningkatkan penggunaan produk alat kesehatan dalam negeri yang


beredar dapat bersaing di skala nasional dan global. Berkaitan dengan hal

tersebut, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan'Pameran Alat


Kesehatan dan PKRT Dalam Negeri" sekaligus pencanangan 'Gerakan
Cinta Alat Kesehatan Dalam Negeri" yang diselenggarakan pada tanggal

16-17 Oktober

di Hall B, Jakafta Convention Center. Dengan

diselenggarakan pameran tersebut diharapkan dapat meningkatkan


kebanggaan

dan kecintaan masyarakat untuk menggunakan

produk

buatan dalam negeri khususnya alat kesehatan ditengah membanjirnya


barang-barang impor sebagai akibat dari implementasi FTA (Free Trade
Agreemenf), sebagai sarana untuk menampilkan produk alat kesehatan
hasil karya anak bangsa yang diproduksi di dalam negeri, serta memacu

pelaksanaan dan peningkatan pembangunan industri

alat

kesehatan

dalam negeri.

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian


indikator kinerja kegiatan jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional
serta Alat Kesehatan yang diproduksi di dalam negeri yaitu:

1) Keterlambatan pihak ke tiga dalam mengusulkan proposal

penelitian

BBO
2) Keterlambatan pelaksanaan

penelitian BBO, sehingga penelitian

selesai di akhir tahun


3) Terbatasnya

jenis produk alat kesehatan yang diproduksi di dalam

negeri.

4) Terbatasnya jumlah sarana produksi dalam negeri.


5) Terbatasnya kemampuan sarana produksi dalam negeri untuk
memproduksi alat kesehatan.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Usul Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam


pencapaian indikator kinerja kegiatan jumlah Bahan Baku Obat dan Obat
Tradisionat serta Alat Kesehatan yang diproduksi di dalam negeri adalah
sebagai berikut:

1) Waktu pelaksanaan kegiatan dipercepat dan diintensifkan sesuai


kontrak. Pembentukan konsorsium pengembangan BBO BBOT dan
pemanfaatannya.

2) Melakukan pembinaan terhadap industri alkes dalam negeri untuk


memperbanyak item produk alat kesehatan dalam negeri melalui
terobosan "Gerakan Cinta Alat Kesehatan Dalam Negeri" yang
dicanangkan pada saat pembukaan Pameran Alat Kesehatan Dalam
Negeri.

3)

Memberikan dukungan kepada sarana penyalur alat kesehatan untuk


meningkatkan investasi usahanya di bidang produksi alat kesehatan.

4) Melakukan pembinaan kepada sarana produksi dalam negeri untuk


meningkatkan kapasitas dan menambah jenis produk yang
diproduksinya.

Persentase produk Alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat.

Sampling alat kesehatan dan PKRT adalah salah satu langkah yang

ditempuh dalam rangka pembinaan, pengendalian, dan pengawasan


terhadap keamanan, mutu, dan manfaat alat kesehatan dan PKRT yang

telah memiliki izin edar. Pengambilan sampel alat kesehatan dan PKRT
dilaksanakan di 34 Provinsi. Seluruh sampel diuji di beberapa laboratorium
yang terakreditasi atau yang ditunjuk.

Kondisi yang dicapai:

Total sampel yang diuji dan telah diperoleh hasil uji adalah 1797 sampel.

Setelah dilakukan pengujian terhadap sampel, diperoleh hasil yang


menunjukan 1405 sampel memenuhi syarat (MS) dan 392 sampel tidak
memenuhi syarat (TMS).

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

93

Pengambilan sampel alat kesehatan dilakukan berdasarkan Pedoman

Teknis Pelaksanaan Sampling dan Pengujian Alat Kesehatan. Kriteria


sampel alat kesehatan dan PKRT yang diuji sebagai berikut:

Kriteria umum:

1)

Ketersediaan laboratorium uji dan metode pengujiannya.

2) Kajian resiko dari sampel yang akan diambil.


3) Ketersediaan standar yang digunakan dalam metode analisis.
4) Produk yang banyak dipakai oleh masyarakat luas.
5) Produk yang banyak beredar dan memiliki dampak yang cukup

luas

pada masyarakat.

6) Produk yang berdasarkan data tahun sebelumnya yang tidak


memenuhi syarat (TMS).

Kriteria khusus:

1)

Produk alat kesehatan kelas satu.

2) Produk alat kesehatan steril.


3) Produk PKRT.
4) Produk yang diduga tercemar dan dapat menimbulkan

dampak yang

tidak diinginkan.

Pada tahun 2015, indikator kinerja persentase produk alat kesehatan

dan PKRT di peredaran memenuhi syarat memiliki target sebesar 75%


dan secara nasional realisasinya sebesar 78.18o/o dengan persentase
capaian indicator kinerja sebesar 104.24o/o

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

94

Tabel 3.5. Target, realisasi dan capaian indikator persentase produk alat kesehatan dan
PKRT di peredaran yang memenuhi syarat tahun 2015

Percentase produk alat

78,180/o

104,240/o

kesehatan dan PKRT di


peredaran yang memenuhi
syarat

Grafik 3.16. Target dan realisasi indikator persentase produk alat kesehatan dan
PKRT di peredaran yang memenuhi syarat tahun 2015
840A
82o/o
80o,6

78%
76%
74%
72%
70016

Sampling alat kesehatan dan PKRT adalah kegiatan proaktif, kegiatan ini

merupakan salah satu upaya strategi peningkatan pengawasan posf-

market dalam rangka pembinaan, pengendalian, dan pengawasan


terhadap keamanan, mutu, manfaat dan kinerja alat kesehatan dan PKRT

yang beredar di wilayah NKRI dan telah memiliki izin edar. Tujuan
Kegiatan ini adalah untuk menjamin alat kesehatan dan PKRT yang
beredar di wilayah NKRI memenuhi persyaratan mutu dan manfaat dan

mendukung pencapaian indikator ketiga Direktorat Bina Produksi dan


Distribusi Alat Kesehatan yaitu persentase produk alat kesehatan dan

PKRT yang beredar memenuhi persyaratan keamaanan, mutu dan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

95

manfaat. Output dari kegiatan tersebut yaitu tersedianya data dan


informasi alat kesehatan yang Memenuhi Syarat (MS) dan Tidak
Memenuhi Syarat (TMS).

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian


indikator kinerja kegiatan persentase produk alat kesehatan dan PKRT di
peredaran yang memenuhi syarat, yaitu:

Usul Pemecahan Masalah:

1) Sampling baru dilakukan prioritas untuk produk tertentu.


2) Jumlah Laboratorium yang bias menguji produk alkes dan PKRT

masih

terbatas.

3)

Befum tersosialisasikannya e-watch alkes untuk melaporkan Kejadian

yang Tidak Diinginkan (KTD) alat kesehatan dan/atau PKRT secara


masif.

4)

Standar SNI belum menjadi mandatory sebagai salah satu persyaratan


pendaftaran alkes dan/atau PKRT.

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam


pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase produk alat kesehatan
dan PKRT yang memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Meningkatkan peran dan tanggung jawab sarana pemegang izin edar


terhadap pengawasan internal produk yang diedarkannya dengan cara
mewajibkan melakukan sampling secara berkala dan melaporkan hasil
uji produknya ke Kementerian Kesehatan Rl.

2) Perlu dilakukan koordinasi lintas sektor terus menerus agar


meningkatkan kemampuan laboratorium untuk pengujian sampel alkes
dan/atau PKRT.

3)

Melakukan sosialisasi e-watch alkes terus menerus, sehingga laporan


atas KTD dari alat kesehatan dapat ditindaklanjuti.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

95

4)

Perlu diberlakukan persyaratan SNI sebagai salah satu syarat dalam

pendaftaran alkes dan PKRT tertentu sehingga laboratorium dapat


meningkatkan kapasitas pengujian.

Upaya dan prestasi yang telah dicapai oleh Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2015 antara lain:

1) Pencanangan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan

Obat

(GeMa CerMat) dan selanjutnya dilakukan sosialisasi pelaksanaannya


kepada Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia, lkatan Apoteker
Indonesia dan Akademisi. Selanjutnya setelah pedoman pelaksanaan
GeMa CerMat tersebut tersusun maka akan dilakukan penerapan yang
diawali dengan model percontohan GeMa CerMat di Dinas Kesehatan
Provi nsi/Kabu paten/Kota.

Gambar 3.15. Pencanangan gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat oleh


Menteri Kesehatan Rltahun 2015

2)

Farmasi dan Alat Kesehatan Online (Faralkes Online)

a)

e-regalkes
Track & trace sysfem e-regalkes adalah sistem perizinan registrasi

alat kesehatan dan PKRT secara online yang dapat dilacak dan

ditelusuri

di setiap tahapan proses evaluasi perizinan atau

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

97

sertifikasi. Dengan sistem

ini maka stakeholder (pelaku usaha)

dapat memantau proses perizinan nya sesuai janji layanan. Sistem

ini juga terkoneksi dengan Portal INSW milik Direktorat Jenderal


Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.
b) e-payment

Penerapan e-paymenf, yaitu aplikasi yang menghubungkan antara

sistem registrasi online alkes dan PKRT dengan sistem informasi

PNBP online (SIMPONI) milik Kementerian Keuangan. Dengan


aplikasi ini pemohon dapat melakukan pembayaran 24 jam reaftime
online melalui ATM atau lntemet banking bank persepsi di seluruh

ini dapat lebih


terpercaya kebenarannya, efektif dan efisien dibandingkan
Indonesia. Pembayaran PNBP dengan metode

pembayaran dengan formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)

atau pembayaran manual. Selain itu dapat

meningkatkan

akuntabilitas pencatatan dan pelaporan keuangan.


c) e-suka

Penerapan e-suka yaitu pelayanan surat keterangan secara online


sebagai terobosan banyaknya permohonan surat keterangan yang

dibutuhkan masyarakat untuk informasi produk, baik untuk


kebutuhan pribadi, pengadaan, ekspor-impor, dan untuk melakukan

proses registrasi alat kesehatan dan PKRT. E-sistem surat


keterangan alat kesehatan yang dinamakan e-suka yang dapat
diakses melalui www.esuka. binfar. kemkes. oo. id.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Gambar 3.15. Launching Faralkes Online oleh Menteri Kesehatan


Republik Indonesia

5.

Sasaran Strategis 5: Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan

Tenaga Kesehatan
Menurut pendataan Badan PPSDMK terkait jumlah SDM Kesehatan pada

akhir tahun 2015, tercatat sebanyak 876.617 orang, dengan rincian jenis
tenaga kesehatan berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2015 tentang Tenaga
Kesehatan, yaitu Medis 108.752, Keperawatan 214.447, Kebidanan 96.313,
Kefarmasian 31.904, Kesehatan Masyarakat 41.181, Kesehatan Lingkungan
12.897, Gizi 14.881, Keterapian Fisik 5.165, Keteknisian Medis 18.522, dan
Teknik Biomedika 24.092.
Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:

a.

Jumlah Puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis tenaga kesehatan

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan

yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya


promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya di wilayah kerjanya (Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas).

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Berdasarkan pasal 16 Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Puskesmas, disebutkan bahwa sumber daya manusia Puskesmas terdiri

dari tenaga kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan yang


dimaksud paling sedikit terdiri atas

1) dokter atau dokter layanan

primer;

2) dokter gigi;
3) perawat;
4) bidan;
5) tenaga kesehatan masyarakat;
6) tenaga kesehatan lingkungan;
7) ahli teknologi laboratorium medik;
8) tenaga gizi; dan
9) tenaga kefarmasian.
Sejak

Januari 2014, Pemerintah mulai mengimplementasikan


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

yang diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Nasional


yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Kebijakan JKN merupakan suatu

kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah dengan

tujuan tercapainya keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual


maupun sosial yang memungkinkan seluruh rakyat untuk hidup produkti
secara sosial dan ekonomi. Hal ini selaras dengan amanah UU Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pelayanan kesehatan era JKN


dilaksanakan secara berjenjang serta memberlakukan sistem rujukan
dengan harapan akan mengurangi beban rumah sakit. Akan tetapi, sukses

dan tidaknya pelaksanaan JKN, salah satunya ditentukan oleh berjalan


tidaknya sistem rujukan dan Puskesmas merupakan garda pertama sistem

tersebut. Berdasarkan penelitian Rahmat Alyakin (2014), pengalaman


penerapan Jamkesmas di Kabupaten Nias Selatan justru perubahan
Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan karena jaminan

kesehatan yang tersedia memberikan disinsentif program preventif


karena masyarakat tidak berusaha untuk tidak menjadi sakit, sebab
merasa telah tersedia biaya untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

Oleh karenanya, peran Puskesmas sebagai gate keeper sangat


dibutuhkan. Puskesmas harus kembali kepada perannya yang lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya di wilayah keryanya. Revitalisasi
Puskesmas dalam upaya promotif dan preventif harus diterapkan, tanpa

mengabaikan fungsi kuratif. Untuk itulah, dibutuhkan SDM kesehatan


pada area promotif dan preventif. Karenanya selama 5 tahun kedepan

sejak 2015, salah satu indikator yang ditetapkan Badan

PPSDM

Kesehatan dalam rangka mencapai sasaran strategisnya adalah jumlah


puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis tenaga kesehatan, yaitu tenaga
kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, tenaga gizi, tenaga kesehatan
masyarakat dan tenaga analis kesehatan.

Untuk tahun 2015, dari taget 1.200 yang ditetapkan, telah tercapai
1.179 Puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis tenaga kesehatan atau
tercapai 98 %. Pencapaian ini menunjukkan bahwa capaian indikator ini

turut didukung oleh peran serta Pemerintah Daerah terkait SDM


kesehatan. Hal ini selaras dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah

Provinsi wajib melakukan perencanaan dan pengembangan SDM


kesehatan untuk UKM dan UKP daerah Provinsi. Di dalam UU Nomor 36

Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, pasal 4 disebutkan pula bahwa


Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab terhadap
pengaturan, pengawasan dan peningkatan mutu Tenaga Kesehatan.

Selain itu, disebutkan pula bahwa perencanaan, pengadaan dan


pendayagunaan Tenaga Kesehatan sesuai kebutuhan juga menjadi
tanggung jawab bersama Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Artinya
Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

101

ada peran Pemerintah Daerah mulai dari perencanaan, pendayagunaan


hingga pendistribusian Tenaga Kesehatan. Apabila diproyeksikan kepada

target 2019, maka capaian ini telah mencakup 21 o/o dari target 5.600
tersebut. Badan PPSDM Kesehatan sebagai unit Eselon

Kementerian

Kesehatan yang memiliki tugas melaksanakan pengembangan dan


pemberdayaan sumber daya manusia

di bidang kesehatan akan terus

berupaya memenuhi pencapaian target ini.

Salah satu upaya yang dilakukan Badan PPSDM Kesehatan untuk


mencapai target tersebut adalah melalui penempatan tenaga kesehatan

berbasis tim (team based) dengan program Nusantara Sehat yang


dilaksanakan oleh Pusat Perencanaan

dan

Pendayagunaan SDM

Kesehatan sejak tahun 2015. Program ini bertujuan meningkatkan akses


pelayanan kesehatan

di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan

(DTPK) serta Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) untuk mendukung


pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Kartu
Indonesia Sehat (KlS). Program ini dilaksanakan dengan menempatkan

tenaga kesehatan berbasis tim (Tim Nusantara Sehat) dalam rangka


penguatan program pelayanan kesehatan di puskesmas DTPK dan DBK.
Peserta Program Nusantara Sehat adalah para tenaga profesional dengan

latar belakang kesehatan antara lain dokter, dokter gigi, perawat, bidan,

Ahli Teknologi Laboratorium Medik, Tenaga Kefarmasian, Tenaga Gizi,


Tenaga Kesehatan Lingkungan dan Tenaga Kesehatan Masyarakat yang

bersedia ditempatkan

di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di

Daerah

Tertinggal, Perlcatasan dan Kepulauan (DTPK) serta Daerah Bermasalah

Kesehatan (DBK) di seluruh wilayah Indonesia selama

2 (dua)

tahun.

Target penempatan Tim Nusantara Sehat pada tahun 2015 sebanyak 480

tenaga kesehatan di 44 kabupaten DTPK yang terbagi dalam 2 periode


penempatan.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

to2

Gambar 3.17. Kegiatan Tim Nusantara Sehat Tahun 2015

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

103

Dibutuhkan komitmen semua pihak, baik Pusat dan Daerah untuk

bersama-sama bersinergi terkait pemenuhan tenaga kesehatan di


Puskesmas, sehingga derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingganya dapat tenrujud.

b.

Persentase RS kabupaten/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis


dasar dan 3 dokter spesialis penunjang

Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar


dan 3 dokter spesialis penunjang adalah persentase RS kab/kota kelas G

4 dokter spesialis dasar (Obstetri ginekolog, Kesehatan


Anak, Penyakit dalam, dan Bedah) dan 3 dokter spesialis penunjang
yang memiliki

(Anestesiologi, Radiologi dan Patologi Klinik).

Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah RS kab/kota kelas C


yang telah terpenuhi dokter spesialis dasar (Obstetri ginekolog, Kesehatan

Anak, Penyakit dalam, dan Bedah) dan 3 dokter spesialis penunjang,


dibagi totaljumlah RS kab/kota kelas C.

Tabel 3.6. Target dan Capaian RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis
dasar dan 3 dokter spesiais penunjang

TARGET
NO

INDIKATOR

2015

2016

2017

CAPAIAN
2018

2019

TAHUN

2015
2

Persentase RS

30o/o

Kab/Kota Kelas C

yang memiliki4
dokter spesialis
dasar dan 3

dokter spesiais
penunjang

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

35o/o

4Qo/o

50o/o

60%

35o/o

Grafik 3.17. Target dan Capaian RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis
dasar dan 3 dokter spesiais penunjang

Rsatsari

Targeft

rTarget

Reahsasi

Berdasarkan hasil pendataan oleh Badan PPSDM Kesehatan, dari


total 296 RS kelas C milk Pemerintah Kab/Kota, yang telah terpenuhi 4
dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang adalah sebanyak
104 Rumah Sakit atau tercapai 35%. Sehingga prosentase capaian untuk
indikator ini adalah 117

o/o.

Apabila capaian target ini dibandingkan dengan

target yang ingin dicapai di tahun 2019, maka dari target 60% yang ingin
dicapai, telah tercapai 35

o/o

atau secara prosentase, telah tercapai

58o/o.

Grafik 3.18. Perbandingan Target dan Capaian Indikator persentase RS Kab/Kota kelas
C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang

Tahun 2015-2019

bllt,
\il:'.

-tif.:.
2

t-t',

10':'
rJg;

2(i18

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

105

Permasalahan maldistribusi ini sebenarnya merupakan isu yang sering

disampaikan. Berbagai kebijakan telah dilakukan untuk dalam rangka


penempatan dokter spesialis. Akan tetapi belum ada identifikasi mengenai
kualitas daerah yang dituju untuk penempatan tenaga dokter. Dokter yang

baru lulus akan ditempatkan di daerah yang sangat minim fasilitas dan
sarana pendukung lainnya. Akibatnya angka intention to leave menjadi
sangat tinggi di kalangan dokter muda yang bekerja di pedalaman.

Kebijakan yang dibuat pula sering kali concern hanya pada


mengurangi kesenjangan; seperti menaikkan gaji/upah atau insentif,
ketimbang membuat strategi jangka panjang. Perbaikan dan penguatan
sistem kesehatan daerah dan mutu pelayanan kesehatan belum digarap
secara serius. Pemerataan tenaga dokter spesialis tidak bisa dilihat hanya

dari sudut pandang

saja, melainkan perlu juga


memperhatikan pengembangan sistem kesehatan daerah dan
ketenagaannya

peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Apabila sistem pelayanan


kesehatan di suatu daerah sudah baik dengan didukung sumber daya
memadai, serta sarana dan prasarana menunjang dan adanya jaminan
keamanan saat dokter melakukan tugasnya, maka dengan sendirinya para

dokter spesialis muda akan dengan sukarela mau bertugas di daerah


sampai ke level kabupaten sekalipun. Oleh karenanya, sinergi antara
Pusat dan Daerah juga kembali dibutuhkan agar sama-sama berupaya
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

106

Grafik 3.19. Distribusi Bantuan PPDS/PPDGS Seluruh Angkatan


DISTRIBUSI PENERIMA EANTUAN PENOIDIKAN OR,DRG SPESIALIS
SELUR,UH

AN6KATAN (I

XIII)

400

t00

Fi.lrata,r,rpr

I
I
^L;(

5p Penr.k'r oalam
5p Radiotogr

tr]'>'Nl

J.tul

l,',lelnai

.eb.

S9

An.k

sp

s.d.h

5p

sratl!

ob:gyn

5p

Arc:rcsi

5p P.toloqr Klrn'k

f,-.;,:

Salah satu upaya pencapaian target indikator kinerja program PPSDM


Kesehatan, yang dilaksanakan Badan PPSDM Kesehatan adalah melalui
pemberian bantuan biaya pendidikan PPDS dan PPDGS dengan prioritas
mata kuliah untuk 4 spesialisasi dasar yaitu Kebidanan dan Kandungan,

Bedah, Penyakit Dalam dan Kesehatan Anak, serta

spesialisasi

penunjang yaitu Anestesi, Radiologi dan Patologi Klinik.

Jumlah SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif)

Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah aparatur, tenaga pendidik

dan kependidikan serta tenaga kesehatan non aparatur dan masyarakat

yang telah ditingkatkan kemampuannya dengan memperoleh sertifikat


melalui pendidikan dan pelatihan yang sudah terakreditasi.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Grafik 3.20. SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif)

SDM Kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif di


bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan,
maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melaksanakan upaya kesehatan. Dalam rangka mewujudkan pelayanan

kesehatan yang bermutu, SDM Kesehatan dituntut untuk senantiasa


meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, baik melalui pendidikan

maupun pelatihan. Melalui peningkatan kompetensi, SDM Kesehatan


senantiasa terpapar akan informasi kesehatan yang up to date sehingga

ilmu pengetahuan dan teknologi terkini

di bidang

kesehatan turut

meningkat.

Indikator

ini

menghitung jumlah aparatur, tenaga pendidik dan

kependidikan serta tenaga kesehatan non aparatur dan masyarakat yang

telah ditingkatkan kemampuannya dengan memperoleh sertifikat melalui


pendidikan dan pelatihan yang sudah terakreditasi. Data yang ada
menunjukkan bahwa dari total target 10.200 SDM Kesehatan yang
ditingkatkan kompetensinya, tercapai 13.003 atau 127

laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

o/o

cagaian Apabila

108

diproyeksikan ke target Tahun 2019, maka capaian indikator ini telah


mencapai 23

o/o.

Pelatihan yang diberikan adalah Pelatihan Kepemimpinan, Pelatihan

Prajabatan, Pelatihan Manajemen, Pelatihan Teknis Kesehatan dan


Pelatihan Fungsional bagi aparatur. Sementara pelatihan bagi tenaga
pendidik, tenaga kesehatan dan masyarakat adalah Pelatihan assessor
program studi kesehatan, Pelatihan Sistem Penjaminan Mutu Internal bagi

tenaga pendidik, Pelatihan publikasi jurnal ilmiah bagi tenaga pendidik,

pelatihan metodologi penelitian bagi tenaga pendidik, pelatihan


manajemen laboratorium bagi pengelola laboratorium diknakes, pelatihan
analis soal bagi tenaga pendidik serta pelatihan pengendali infeksi terpadu

bagi tenaga pendidik. Sementara data peningkatan SDM Kesehatan


melalui pendidikan diperoleh dari data jumlah peserta aktif dan peserta
baru penerima bantuan tugas belajar dan Program Pendidikan Dokter dan
Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PPGS).

Persentase realisasi anggaran Badan PPSDM Kesehatan pada Tahun


2015 adalah sebesar 89,21oh atau Rp 2.730,620.945.986,- dari total Pagu
Rp 3.060.790.867.000,-.

Alokasi dan realisasi anggaran Badan PPSDM Kesehatan per


Kegiatan, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini

Tabel3.7. Alokasidan realisasianggaran Badan PPSDM Kesehatan per Kegiatan


KEGIATAT{

itandardisasi, Seftifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM


(esehatan
Pendidikan dan Pelatihan ADaratur
)endidikan dan Pelatihan Tenasa Xesehatan
Perencanaan dan Pendavasunaan SDM Kesehatan

)ukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada


)rogram Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

PAGU
23.028.750,00C

REATISASI

L7.220.966.8Lt

%
74,72

173.518.407.0q

r28.345,5L2.76,

73,9i

20.000.000.0fi

t5.756.flg.t35

78 7t

18.720.500.0fl

t6.5s3.120,29t

88,4!

1.325.316.962.0fi

1.239.515.520.87r

93,53

370.874320g1

83.16

(esehatan
Pendidikan Tinggi dan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
rengelolaan Mutu Pendidikan Tinggi

445,000.000.00(
24.000.000.00(

21.098.089.03:

87.91

Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinrei

780.206.248.00(

575.492.777.92(

85,5t

telakanaan Intemshio Tenasa Kesehatan

rorAt
Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

2s0.000.000.0fi
3.060.790.857.000

245.763.158.51(
2.730.620.945.986

98,31

89,2

109

Sasaran Strategis 6: Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga


Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:

a.

Jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunan kesehatan

Indikator pertama untuk mencapai sasaran kinerja meningkatnya


sinergitas antar Kementerian/Lembaga adalah jumlah Kementerian lain
yang mendukung pembangunan kesehatan. Dari total 34 kementerian,

sebanyak

12

kementerian yang telah mendukung pembangunan

kesehatan pada tahun 2015. Daftar kementerian tersebut sebagai berikut:


Tabel3.8. Daftar Kementerian dengan Dukungan Program Pembangunan Kesehatan
Tahun 2015

Kementerian

No.
1

Dukungan Program
Pembangunan Kesehatan

Kementerian Dalam

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Negeri

bidang Kesehatan, Gerakan


Masyarakat Sehat, Posbindu, dan
Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK)

Kemnterian Perencanaan

Gerakan Masyarakat Sehat

Pembangunan Nasional
(Bappenas)
3

Kementerian Keuangan

Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang


Kesehatan dan Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK)


4

Kementerian Pertanian

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Kementerian Desa,

Desa Siaga, Desa Sehat

Perbatasan, dan Daerah


Tertinggal
6

Kementerian Pekerjaan

Rumah Sehat

Umum dan Perumahan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

110

Rakyat
7

Kementerian Perind ustrian

Riset Tanaman Obat dan Jamu,


Produksi dan Distribusi Farmasi

dan

Kementerian

Produksi

Perdagangan

Kesehatan

Kementerian Sosial

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

10

Kementerian Pertahanan

Nusantara Sehat

11

Kementerian

Keselamatan Berkendara

Distribusi Alat

Perhubungan
12

Kementerian Agama

Kesehatan Haji, Pos Kesehatan


Pesantren, Vaksinasi

TT

Calon

Pengantin

Jumlah kementerian yang mendukung program

pembangunan

kesehatan pada tahun 2015 telah melebihi target. Hal ini akan terus
ditingkatkan kedepannya untuk menjadikan pembangunan nasional yang
berorientasi kesehatan.

b.

Persentase kabupaten/kota yang mendapat predikat baik dalam


pelaksanaan SPM
Meningkatnya presentase Kabupaten/Kota yang mendapat predikat
baik dalam pelaksanaan SPM sebesar 30% pada tahun 2015. Pengukuran
indikator kedua ini menggunakan data tahun 2014, dikarenakan masingmasing Kabupaten/Kota melaporkan capaian SPM tahun 20'15 pada tahun
2016. Sehingga data tahun 2015 baru akan terhimpun di tahun 2016.

7.

Sasaran Strategis 7: Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar


negeri
Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:

a.

Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

111

Dunia usaha dan swasta juga memiliki kewajiban untuk turut serta
dalam pembangunan kesehatan. Melihat peluang besar dari dunia usaha

melalui program Corporate Socn/ Responsibility (CSR)-nya, Pusat


Promosi Kesehatan menggalang kemitraan dengan dunia usaha.

Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program


kesehatan adalah jumlah dunia usahayang telah melakukan Perjanjian
Kerja Sama (PKS) dengan Kementerian Kesehatan untuk memanfaatkan

CSR-nya untuk program kesehatan. Berbagai kegiatan yang telah


dilakukan melalui kemitraan ini pada tahun 2015 seperti pemberdayaan
masyarakat di daerah model, mobilisasi massa, pemutaran lLM, dan lain
sebagainya.

Grafik 3.21. Target dan Capaian Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSR-nya
untuk Program Kesehatan

iE;;l
rc.p"i"n
]

Capaian jumlah dunia usaha baru yang memanfaatkan CSR-nya untuk

program kesehatan pada tahun 2015 adalah 5 (lima) dunia usaha atau
125% dari target yang telah ditetapkan. Dunia usaha yang melakukan

perjanjian kerla sama tersebut adalah PT. K-24 Indonesia, PT. Herlina
Indah, PT. Media Inovasi Global, PT. Merck Sharp Dohme Pharma serta
Center For Indonesia Medical Student's Activities (CIMSA).

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

rtz

Gambar 3.18. Pelaksanaan Penandatanganan MoU Kementerian Kesehatan dengan


Dunia Usaha

Selain dunia usaha yang baru, terdapat 14 Dunia Usaha yang


memperpanjang MoU yaitu: PT. Adaro Energy Tbk, PT. Aventis Pharma,

PT. Glaxo Wellcome Indonesia, PT. Johnson & Johnson Indonesia, PT.
Novartis Indonesia, PT. Novo Nordisk Indonesia, PT. Nutrifood Indonesia,

PT. Pfizer Indonesia, PT. Roche, PT.

Smithkline

Beecham

pharmaceuticals, PT. Steding Product Indonesia, PT. Unilever Indonesia,


PT. Indofood Sukses Makmur. Sehingga sampai saat ini dunia usaha yang
telah melakukan kerjasama dengan Kementerian Kesehatan berjumlah 43
dunia usaha.
Kegiatan yang mendukung keberhasilan pencapaian target adalah:

1) Sosialisasi program prioritas kesehatan kepada Dunia Usaha


Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada dunia
usaha potensial tentang program prioritas kesehatan yang dapat
didukung dengan dana GSR mereka. Kegiatan dilakukan sebanyak
dua kali masing-masing melibatkan 20 dunia usaha yang potensial.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

2) Pelaksanaan MoU dengan Dunia usaha

Kegiatan ini dilakukan bertepatan dengan pelaksanaan Hari Kesehatan

nasional tahun 2015. Sebanyak lima dunia usaha elaksanakan


penandatanganan kerjasama untuk mendukung program prioritas
Kementerian Kesehatan.

3) Penyusunan rencana kerja kemitraan dengan Dunia Usaha

Penyusunan rencana kegiatan merupakan fasilitasi dunia usaha untuk


membuat perencanaan kegiatan sesuai dengan kerjasama yang telah
dilaksanakan. Kegiatan diarahkan pada kegiatan yang pemberdayaan

masyarakat yang berkelanjutan serta melibatkan lintas sektor serta


sumber daya lokal.

4) Melakukan pembinaan teknis pada mitra yang sudah bekerja sama

Kementerian Kesehatan melaksanakan bimbingan teknis pada dunia

usaha yang telah bekerjasama dengan melakukan pertemuan dan


koordinasi pelaksanaan teknis kegiatan. selain itu, Kementerian
Kesehatan juga mendorong dunia usaha agara berkoordinasi dengan
lintas sektor dan dinas kesehatan di daerah binaan.

5)

Memberikan apresiasi kepada Dunia Usaha yang menjalankan


program kemitraan/CsR Bidang Kesehatan melalui CSR Award

Kegiatan ini diadakan pertama kali di Kementerian Kesehatan dengan

melibatkan pakar CSR sebagai tim penilai yang berasal dari


Universitas Trisaksti, Forum CSR dan lembaga Independet yang
menangani CSR (PIRAC) serta dari Internal Kementerian Kesehatan.

6) Pengembangan modul pelatihan CSR bagi pengelola Promkes.

Selain di tingkat pusat, Kementerian Kesehatan juga mendorong Dinas


Kesehatan Provinsi dan kabupaten/Kota untuk melaksanaan kemitraan

dengan dunia usaha. oleh karena itu, pada tahun 2015 dilaksanakaan

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

1r4

pengembangan modul pelatihan CSR bagi pengelola Promkes, dan


pelatihannya akan dilaksanakan pada tahun 2016.

Adapun berbagai masalah yang dihadapi dalam dunia usaha yang


memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah:

1)

Beberapa Dunia Usaha hanya ingin bekerjasama dalam event tertentu


bukan bekelanjutan.

2)

Aturan/kebijakan yang berbeda antara Kemenkes dan Dunia Usaha


sehingga perlu waktu lama untuk penyusunan MoU dan PKS.

Untuk mengatasi permasalahan yang teriadi, Pusat Promosi Kesehatan


telah melakukan berbagai upaya diantaranya:

1) Menginformasikan kembali bahwa pelaksanaan kerjasama

diarahkan

pada kegiatan yang pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan

2) Melakukan pertemuan terkait legal aspek antara Legal Officer


Perusahan dengan Biro Hukum dan Organisasi Kementerian
Kesehatan

Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari kemitraan dunia
usaha dalam pembangunan kesehatan adalah:

1) Dunia usaha dan swasta mendapatkan informasi tentang

program

kesehatan prioritas.

2) Dunia usaha dan swasta

berkontribusi untuk penyelesaian masalah

kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.

3) Adanya daerah binaan dunia usaha dalam pemberdayaan masyarakat


dan promosi kesehatan untuk program prioritas Kemenkes.
Prestasi yang dicapai dalam kemitraan dengan dunia usaha di tahun 2015
adalah:

1) Pemerintah daerah menggalang kemitraan dengan 87 dunia usaha di


tingkat provinsi dan kabupaten/kota di tahun 2015, diantaranya

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

115

Provinsi Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah,


Dl Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Barat.
Pada tahun 2015 terpilih 4 (empat) dunianusaha yang layak menerima

Penghargaan Mitra Bakti Husada kategori CSR yaitu PT. Adaro, PT.
ASTRA International. PT. Nutrifood dan PT. Unilever.
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya
untuk mendukung kesehatan

Organisasi kemasyarakatan merupakan kelompok potensial untuk


meningkatkan perilaku sehat masyarakat karena mereka memiliki
sumberdaya sampai di grass roof. Pusat promosi Kesehatan menggalang

peran serta ormas baik ormas keagamaan, kepemudaan, dan wanita


untuk meningkatkan jangkauan akses informasi kesehatan dan
pemberdayaan program kesehatan prioritas terhadap masyarakat luas.

Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber


Dayanya untuk Mendukung Kesehatan adalah organisasi kemasyarakatan

yang telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan yang


memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan.
Kerjasama yang dimaksud adalah organisasi kemasyarakat melakukan

Perjanjian Kerja Sama sebagai tindak lanjut MoU dan melaksanakan


kegiatan pemberdayaan masyarakat di daerah binaan yang telah

disepakati. Adapun Sumberdaya ormas yang dimanfaatkan meliputi


su m

ber daya ma n usia/jejari n g/sarana prasa

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

ra na I dana penda m pi n g.

116

Grafik 3.17. Target dan Capaian Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang


Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan

io*ai lCrpaian

Capaian jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan


sumber dayanya untuk program kesehatan pada tahun 2015 adalah

(tiga) atau 100% dari target yang telah ditetapkan. Adapun ormas tersebut
adalah Muslimat Nadhlatul Ulama, Perdhaki, dan Pramuka.

Selain itu, Pusat Promosi Kesehatan memperbarui Kesepakatan


Bersama dengan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang terdiri dari
Organisasi Keagamaan, Organisasi Wanita dan Organisasi Pemuda. Pada

tahun 2015, sebanyak 19 (sembilan belas) Ormas

melalui

penandatanganan MoU bersepakat dan berkomitmen untuk melakukan


upaya peningkatan Promosi Kesehatan bidang kesehatan.

Gambar 3.19. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Organisasi


Kemasyarakatan di Daerah Binaan. (Ki-Ka): Desa Medani kabupaten Pati , Jawa Tengah;
Kader PHBS desa Astomulyo Lampung Tengah

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

LL7

Hal-hal yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah


organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk
program kesehatan adalah sebagai berikut:

1)

Penggalangan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan

Kegiatan

ini

bertujuan untuk mengidentifikasi

organisasi

kemasyarakatan yang potensial serta melakukan kerjasama dalam

kegiatan program kesehatan prioritas Kementerian Kesehatan.


Kegiatan antara lain meliputi:

a)

Sosialisasi program kerjasama peningkatan peran serta ormas dan


pihak lain.

b)

Penyusunan rencana kinerja ormas dan pihak lain.

c)

Penyusunan PKS dengan organisasi kemasyarakatan.

d)

Pemetaan ormas dan pihak lain dalam mendukung peningkatan


perilaku sehat.

2\ Bimbingan teknis pelaksanaan kerjasama dengan organisasi


kemasyarakatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bimbingan

ormas dalam pelaksanaan kegiatan. Adapun kegiatan tersebut


meliputi:

a) Penyusunan pedoman peran serta ormas dan pihak lain dalam


mendukung peningkatan perilaku sehat

b) Penyusunan petunjuk pelaksanaan kegiatan

organisai

kemasyarakatan

c)

Pembinaan Saka Bhakti Husada yang terintegrasi dengan tugas

dan fungsi di lintas program Kementerian Kesehatan. Selain itu,


juga dilaksanakan orientasi pimpinan SBH, koordinasi pengelola

SBH tingkt provinsi, serta berpartisipasi dalam

berbagai

perkemahan dan event kepramukaan lainnya.

d) Bimbingan teknis pelaksanaan fasilitasi ormas


e) Pembinaan Rumah tangga Ber-PHBS dalam Lomba PHBS

dan

Posyandu

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

118

Bimbingan teknis pelaksanaan Health lmpact Assessmenf yang


melibatkan peran organisasi masyarakat dalam pemberdayaan
masyarakat di wilayah sekitar kawasan industri.

3)

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan fasilitasi ormas

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan oleh ormas beserta hambatan dan upaya


penyelesaiannya. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan melalui
kegiatan:

a) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan ormas di wilayah


binaan ormas.

b) Penganugerahan Tanda Penghargaan Bidang

Kesehatan

dimaksudkan sebagai bentuk terima kasih dan motivasi atas peran


serta aktif dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

4\

Penyebarluasan hasil fasilitasi ormas dalam program kesehatan

prioritas. Kegiatan

ini

bertujuan agar keberhasilan kegiatan

pemberdayaan dengan fasilitasi ormas yang baik dapat menjadi contoh

(/esson learn) bagi ormas dan daerah lain yang ingin mengembangkan
pemberdayaan dengan melibatkan ormas.

Adapun berbagai masalah yang dihadapi dalam

Organisasi

Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung


Kesehatan adalah:

1) Tidak semua ormas yang bekerjasama dengan Kementerian


Kesehatan memiliki dokumen persyaratan untuk MoU sesuai
Permenkes No 74 Tahun 2015 tentang Pengembangan Peran Serta
Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kesehatan.

2)

Kegiatan fasilitasi ormas tertunda karena berakhirnya MoU pada tahun


20'15.

3)

Hasil evaluasi kinerja fasilitasi ormas tahun 2014 menunjukkan tiidak


semua ormas mencapai target kinerja yang telah disepakati.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

119

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, Pusat Promosi Kesehatan

telah melakukan berbagai upaya diantaranya:

1) Ormas yang beum memnuhi syarat sesuai peraturan yang

belaku

harus melengkapi persyaratan yang diperlukan sebelum dilakukan


pelaksanaan kegiatan tahun 2016.

2) Pada tahun 2015 dilakukan perpanjangan MoU dengan 19 ormas


sebagai dasar pelaksanaan fasilitasi kegiatan ormas.

3) Dilakukan

pendampingan teknis dan administrasi yang lebih intens

untuk meningkatkan kinerja ormas yang telah bekerjasama.

Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari peningkatan


peran serta organisasi kemasyarakatan untuk program kesehatan adalah:

1) Organisasi masyarakat mendapatkan informasi tentang program


kesehatan prioritas yang perlu didukung.

2) Organisasi kemasyarakatan berperan sebagai mitra

pemerintah

termasuk Puskesmas dalam melakukan pemberdayaan masyarakat di


tingkat desa.

3) Kader ormas dapat menjadi agent of change untuk

meningkatkan

pengetahuan, kesadaran, dan perubahan perilaku sehat masyarakat.

Prestasi yang dicapai dalam peningkatan peran serta organisasi


kemasyarakatan di tahun 2O15 adalah:

Pemerintah daerah menggalang peran serta dengan 50 ormas di tingkat


provinsi dan kabupaten/kota di tahun 2015, diantaranya Provinsi Sumatera

Utara, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah,

Dl

Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan


Barat.

c.

Jumlah kesepakatan kerjasama luar negeri di bidang kesehatan yang


diimplementasikan.

Jumlah kesepakatan kerjasama luar negeri di bidang kesehatan yang

diimplementasikan adalah jumlah dokumen kesepakatan internasional


Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

I20

yang telah ditandatangani termasuk kesepakatan dalam persidangan


internasional yang bersifat kepemerintahan dan telah diimplementasikan

oleh Kementerian Kesehatan untuk mendukung pencapaian sasaran


strategis pembangunan kesehatan yang diukur dengan pelaporan
monitoring dan evaluasi secara berkala dan komprehensif dalam satu
tahun

Pada tahun 2015 jumlah target yang akan dicapai adalah sebanya 8

dokumen kesepakatan yang diimplementasikan, sebagai mana yang


tercantum dalam tabel di bawah ini
Tabel3.9. Dokumen Kesepakatan dan lmplementasi Kerja Sama Pusat Kerjasama Luar
Negeri, Tahun 2015

Dokumen Kesepakatan

No

lmplementasi Kerja Sama

Kerja Sama
MoU Kerja Sama Bilateral Rl

India

Group Meeting on Health Cooperation


Rl - India

Thematic Area:
2

Pelaksanaan The 1st Joint Working

OIC

Strategic Health Programme


of Action (SHPA) OKI

Pelaksanaan Workshop for Policy


Makers on Scaling up Nutrition

Global Nutrition Report


(GNR) dan KTT Agenda
3

Pembangunan Pasca 2015 Penyusunan indikator pencapaian


serta Pertemuan UN Summit

SDGs tingkat nasional

side-event on Food Security,


Nutrition and Health

Declaration

on

Secretariat

Tersusunnya Dokumen Governance

the ASEAN
and lmplementation Mechanism of
and Reviewing

Strengthening

the ASEAN Programme (3rd

SOMHD Work

Group

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

ASEAN Post 2015


Development Agenda

Health

Meeting)

Nay Pyi Taw Declaration on


5

the ASEAN Community's


Post 2015 Vision

Gonesponding

Health

Priority

Strategic Based on the ASEAN Post


2015 Health Development Agenda

Coordinating Commitree on
6

Terbentuknya Cluster Strategic and

Services (CCS) ke-80, ke-81


dan ke-82

Tersusunnya Dokumen MRA (Mutual


Recognition Arrangement)

Peningkatan keflasama dalam hal

pelayanan kesehatan

di

daerah

perbatasan

Membangun ASEAN-Emergency
Brunei

Darussalam,

Indonesia,

Malaysia,

Singapore,

Thailand

Operating Center

Membangun mekanisme
surveillans data tentang
penanggulangan

(BIMST) ke-1e

Anti

Microbal

Resistance

Kerjasama perbatasan dalam hal

pencegahan

penanggulangan

penyakit Infeksi

Di tingkat nasional, kelompok kerja


GHSA sedang disusun. Pokja tersebut

Global Health

Security

Agenda (GHSA)

akan bertugas di bawah koordinasi


Menko PMK dan Menko Polhukam,
sedangkan Menteri Kesehatan akan

menjadi Ketua Umum harian. Kerja

sama GHSA di tingkat

nasional

melibatkan sedikitnya 22 KL terkait.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

L22

Berikut tabel capaian kinerja Pusat Kerjasama Luar Negeri Tahun 2015:
Tabel3.l0 . Pengukuran Kinerja Pusat Kerjasama Luar Negeri, Tahun 2015

Sasaran

Indikator

Strategis/

Kinerja

No

Target

Capaian

(4)

(5)

(6)

Kegiatan
(1)
1

(3)

(2)

Meningkatnya

Jumlah

peran dan posisi

kesepakatan

Dokumen

Dokumen

Indonesia dalam

kerja sama

kerja sama luar

luar negeri

negeri di bidang

di bidang

kesehatan/

kesehatan

100

Peningkatan
kerja sama luar
negeri

Tabel 3.11. Capaian Target Kinerja Tahun

No.

2O1O

2015 Pusat Kerjasama Luar Negeri

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Jumlah

Target:

Target:

Target:

Target:

Target:

Naskah Kerja

22

23

27

28

30

Sama

Realisasi

Realisasi

Realisasi

Realisasi

Realisa

lnternasional

:22

:23

:27

:28

si:30

(100o/o)

(100%)

(100%)

(100%)

(100%)

Indikator

Jumlah

Target:

Kesepakatan

Kerja Sama

Realisa

Luar Negeri di

si

Bidang

Kesehatan

(100%)

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

t23

Tabef 3.12. Capaian Target Kinerja Tahun 2015

No.

2019 Pusat Kerjasama Luar Negeri

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

2015

20'|-6

2017

2018

2019

Jumlah

Target:

Target:

Target:

Target:

Target:

Kesepakatan

22

23

27

28

30

Kerja Sama

Realisasi

Realisasi

Realisasi

Realisasi

Realisasi

Luar Negeri

:22

:23

:27

:28

:30

di Bidang

(100%)

(100%)

(100%)

(100%)

(100%)

Indikator

Kesehatan

Analisis penyebab keberhasilan pencapaian target

1) Koordinasi yang berjalan dengan baik antara Pusat Kerjasama

Luar

Negeri dengan unit teknis terkait

2) Komitmen dalam melaksanakan sosialisasi hasil-hasil

kesepakatan

yang telah dibuat oleh Kementerian Kesehatan dengan mitra luar


negeri

Komitmen Unit Teknis terkait dalam melaksanakan hasil kesepakatan


yang telah dibuat oleh Kementerian Kesehatan

8.

Sasaran Strategis 8: Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis


dan pemantauan-evaluasi
Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:

a.

Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran


kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber

jumlah Provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran


kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber. Secara umum, indikator
ketiga telah tercapai. Anggaran yang dialokasikan dalam rangka mencapai

target indikator ketiga adalah sebanyak Rp. 13.100.000.000,00 atau


27.09o/o dari total anggaran Biro Perencanaan dan Anggaran.

Output dari kegiatan yang terkait langsung maupun tidak langsung


dengan pencapaian indikator ini pada umumnya dapat tercapai seluruhnya

(100%) dengan menghasilkan kinerja jumlah Provinsi yang memiliki

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

124

rencana lima tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai

sumber sejumlah

9 Provinsi atau mencapai

100o/o. Berikut rincian 9

Provinsi tersebut:

1) DKI Jakarta
2) Jawa Barat
3) Sumatera Utara

4) Sulawesi Selatan
5) Lampung
6) Banten
7) JawaTengah
8) Jawa Timur
9) Sumatera Selatan
Pencapaian indikator ketiga yang mampu mencapai target yang
direncanakan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan didukung
oleh hal-hal sebagai berikut:

1)

Undang

2)
3)

Permenkes Nomor 7 Tahun 2014

undang Kesehatan

Hasil trilateral meeting

Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan untuk indikator ini adalah
monitoring dan evaluasi secara berkala ke propinsi.

b.

Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi terpadu

Jumlah rekomendasi monitoring dan evaluasi terpadu. Secara umum,

indikator ketiga jika dilihat dari terlaksananya kegiatan telah tercapai


seluruhnya.

Faktor yang mendukung pencapaian indikator kelima adalah


monitoring program yang menggunakan pendekatan Binwil, serta
konfirmasi pimpinan untuk melaksankan program secara terpadu.
Rencana tindak lanjut untuk indikator ini antara lain:

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

t25

1) Meningkatkan Kualitas melalui penyempurnaan sistem,

metode,

lnstrumentasi dan Analisis


Meningkatkan kerjasama lintas Sektor dan Lintas Program

9.

Sasaran Strategis 9: Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan


kesehatan

Sebagai bentuk dukungan dalam mencapai target-target program


pembangunan kesehatan, Badan Litbang Kesehatan berperan aktif
meningkatkan kualitas hasil-hasil penelitian agar terciptanya output yang

dapat dimanfaatkan. Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan


program litbangkes jangka menengah untuk tahun 2015

- 2019. Pelaksanaan

program dan kegiatan di tahun 20'15 tentunya tidak terlepas dari pelaksanaan

berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan

di

periode sebelumnya.

Pelaksanaan Riskesdas pertama pada tahun 2007 merupakan salah satu titik
balik dalam perkembangan Badan Litbang Kesehatan. Hasil Riskesdas mulai

dikenal dan dipakai oleh para pemangku kepentingan yang berimbas juga
dengan hasil-hasil penelitian lainnya dengan skala yang lebih kecil.
Periode penguatan substansi selama tahun 2010

- 2014 disadari bahwa

data hasil penelitian saja tidaklah cukup bila dibandingkan dengan peran
Badan Litbang Kesehatan yang sangat strategis terutama

di

lingkungan

Kemenkes. Hasil analisis-analisis dalam mengungkap masalah kesehatan

dan strategi pemecahan masalah membutuhkan penguatan

hasil-hasil

litbangkes yang dimulai dengan penyusunan IPKM, analisis-analisis lanjutan

Riskesnas, pembentukan laboratorium manajemen

data,

serta

pengembangan riset skala nasional yang tidak terbatas hanya Riskesdas,


selanjutnya telah dilaksanakan ristoja, riset cemarling dan SDT.

Dibukanya lembaran baru pelaksanaan penelitian dan pengembangan,


menandakan komitmen Badan Litbang Kesehatan untuk menghasilkan
penelitian yang lebih bermutu dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan

program akan hasil-hasil penelitian sebagai dasar penyusunan keijakan


Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

726

berbasis bukti. Badan Litbang Kesehatan melaksanakan

dan

mengembangkan berbagai strategi melalui pelaksanaan berbagai riset,


pemantauan berkala serta pengembangan jejaring sehingga agar program
dan kegiatan tahun 2015-2019 dapat dilaksanakan dengan baik.

Dalam upaya meningkatkan kualitas penelitian, pengembangan dan


pemanfaatan di bidang kesehatan, sesuai dengan Permenkes Nomor 35
Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan
melakukan kegiatan:

a.

Penelitian dan Pengembangan Bidang Biomedis dan Teknologi Dasar


Kesehatan

b.

Penelitian dan Pengembangan Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan


Masyarakat;

c.

Penelitian dan Pengembangan Bidang Teknologi Terapan Kesehatan dan


Epidemiologi Klinik;

d.

Penelitian dan Pengembangan Bidang Humaniora, Kebijakan Kesehatan


dan Pemberdayaan Masyarakat;

e. Penelitian dan

Pengembangan Bidang Tanaman Obat

dan

Obat

Tradisional;

f.

Penelitian dan Pengembangan Bidang Vektor dan Reservoir Penyakit;

g.

Dukungan Manajemen dan Dukungan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya


Pada Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Penelitian dan pengembangan kesehatan diarahkan pada riset yang


menyediakan informasi untuk mendukung program kesehatan baik dalam
bentuk kajian, riset kesehatan nasional, pemantauan berkala, riset terobosan
berorientasi produk, maupun riset pembinaan dan jejaring. Salah satu upaya

ini terlihat dari beberapa terobosan riset seperti Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes), Riset Tanaman Obat dan

Jamu (Ristoja), Riset Khusus Pencemaran Lingkungan (Rikus Cemarling),


Riset Budaya Kesehatan, Riset Kohort Tumbuh Kembang dan Penyakit Tidak
Menular (PTM), Riset Registrasi Penyakit dan Studi Diet Total.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

127

Meningkatnya efektivitas penelitian

dan pengembangan kesehatan,

digambarkan dengan sasaran yang akan dicapai selama periode tahun 20152019, yaitu a) Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI sebanyak 35 buah

b) Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan


kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau
pemangku kepentingan sebanyak 12O rekomendasi c) Jumlah laporan Riset

Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat


sebanyak 5 laporan.
Strategi peningkatan efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan

a) Memperluas kerja sama


penelitian dalam lingkup nasional dan international yang melibatkan

dilakukan melalui berbagai upaya antara lain

Kementerian/Lembaga lain, perguruan tinggi dan pemerintah daerah dengan


perjanjian kerjasama yang saling menguntungkan dan percepatan proses alih

teknologi b) Menguatkan jejaring penelitian dan jejaring laboratorium dalam


mendukung upaya penelitian dan sistem pelayanan kesehatan nasional c)

Aktif membangun aliansi mitra strategik dengan Kementerian/Lembaga Non


Kementerian, Pemda, dunia usaha

dan akademisi d)

Meningkatkan

diseminasi dan advokasi pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan

untuk kebutuhan program dan kebijakan kesehatan e) Melaksanakan


penelitian dan pengembangan mengacu pada Kebijakan Kementerian
Kesehatan dan Rencana Kebijakan Prioritas Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Tahun 2015-2019 0 Pengembangan sarana,
prasarana, sumber daya dan regulasi dalam pelaksanaan penelitian dan
pengembangan.

Penetapan Indikator Kinerja Program (lKP) Badan Litbang Kesehatan


merupakan ukuran keberhasilan kerja yang digunakan untuk perbaikan dan
peningkatan akuntabilitas kinerja. IKP Badan Litbang Kesehatan terdiri dari 3
indikator seperti tercantum pada tabel di bawah ini:

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

128

Tabel 3.13. Sasaran dan IKP Badan Litbang Kesehatan Tahun 2015

Indikator

Program

Sasaran

Program

Meningkatnya

Penelitian dan

kualitas

penelitian yang

Pengembangan

penelitian,

didaftarkan HKI

Kesehatan

pengembangan
dan

Jumlah hasil

Jumlah

Target

Capaian

13

14

>100

24

24

100

100

Vo

rekomendasi

pemanfaatan di kebijakan
bidang
kesehatan

berbasis
penelitian dan
pengembangan
kesehatan yang
diadvokasikan

ke pengelola
program
kesehatan dan
atau pemangku
kepentingan
Jumlah laporan
Riset Kesehatan
Nasional
(Riskesnas)
bidang
kesehatan dan

gizi masyarakat
Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:

a.

Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI

Definisi Operasional indikator ini adalah jumlah hasil litbangkes yang


didaftarkan HKI ke Direktorat Jenderal HKI Kementerian Hukum dan HAM.
Cara perhitungan indikator ini dengan menghitung jumlah hasil litbangkes
yang didaftarkan HKI dengan bukti telah menerima nomor registrasi.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Tabel 3.14. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target Jangka
Menengah pada Renstra

2O1

i2O19
Target akhir

Program

Sasaran

lndikator

Target

Capaian

tahun

2015

2015

renstra

o/o

2015-2019
Program
Penelitian
dan
Pengemba
ngan
Kesehatan

Meningkatnya

Jumlah hasil

kualitas penelitian,

penelitian

pengembangan dan

yang

pemanfaatan di

didaftarkan

bidang kesehatan

HKI

13

14

35

4
0

Capaian kinerja indikator hasil penelitian yang didaftarkan HKI pada


tahun 2015 dalam kerangka Renstra Kemenkes tahun 2015-20'19 terlihat

pada tabel di atas. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator hasil
penelitian yang didaftarkan HKI sudah tercapai sebesar 4Oo/o dari target
akhir tahun renstra.

Orientasi Badan Litbang Kesehatan selain diarahkan untuk


kepentingan program dan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan juga diarahkan untuk menghasilkan produk HKl. Manfaat

dari dihasilkannya produk HKI bagi Kementerian Kesehatan

adalah

adanya perlindungan hukum, khususnya untuk semua penelitian Badan


Litbang Kesehatan yang memiliki prospek HKI baik yang masih berupa

ide, hasil teknologi maupun metode dan formulasi. Selain itu, teknologi
hasil riset dan inovasi peneliti kesehatan juga dapat meningkatkan daya
saing bangsa.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Tabel3.15. Capaian Indikator Jumlah Penelitian yang Didaftarkan HKlTahun 2015


No
1

4
5

6
7

I
9
10

11

12
13

14

Judul
Pembuatan Formula Ramuan Ekstrak Klabet
untuk meningkatkan pengeluaran ASI dan
Meningkatkan Gizi Ballta Berbasis Tanaman
Obat (Hak Paten)
Sekuens cDNA dari Non Struktural 1 (SNl)
Virus Dengue Serotype 1 Strain lndonesia
(Bekasi 2003915846) (Hak Paten)
Komposisi Herbal untuk Hemoroid Deratat
lll (Hak Paten)
Komposisi Herbal Sebagai Pelancar ASI (Hak
Paten)
Komposisi Herba Untuk Anemia Defisiensi
Besi(Hak Paten)
Komposisi Herbal untuk Hepatoprotektor (Hak
Paten)
Komposisi Herbal untuk Meningkatkan Daya
Tahan Tubuh (Hak Paten)
Komposisi Herbal untuk Osteoarthritis Sendi
Lutut (Hak Paten)
Komposisi Herbal Untuk Obesitas (Hak Paten)
Proses Pembuatan Bubuk Mikrokapsulasi
Bacilfus Thuingiensr's H-14 lsolat Salatiga
(Hak Paten)
Komposisi Herbal untuk batu Salauran Kemih
(Hak Paten)
Mengenal Tanaman Narkotika (Buku) (Hak
Cipta)
Buku Foto Makanan (Hak Cipta)

l-

Proses Diagnosa TB dengan menggunakan


primer gyr B (Hak Cipta)

No Registrasi
P 00201504968

Satker
Pusat
TTKEK

P 00201505724

Pusat BTDK

P00201507999

B2P2TOOT

P00201507787

B2P2TOOT

P00201507788

82P2TOOT

P00201507790

82P2TOOT

P00201507791

B2P2TOOT

P00201507792

82P2TOOT

P00201507794
P00201507797

82P2TOOT
82P2VRP

P00201507785

82P2TOOT

c00201 5041 89

82P2TOOT

c00201501882

Pusat
TTKEK
Pusat BTDK

c00201500249

Kondisi yang dicapai: Kementerian Kesehatan terus berkomitmen


untuk meningkatkan jumlah hasil litbangkes yang didaftarkan HKl. Pada
tahun 2015, telah dihasilkan 14 judul penelitian yang didaftarkan HKI dari

target yang ditetapkan yakni 13 judul penelitian atau dengan capaian


sebesar

105o/o.

Kendala yang dihadapi: penelitian yang didaftarkan belum merupakan

penelitian yang dirancang untuk menghasilkan HKl. Hal tersebut

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

disebabkan belum optimalnya pemahaman dan motivasi peneliti terhadap

penelitian berpotensi HKI serta sistem yang ada belum mendukung


prioritas dan insentif terhadap penelitian inovatif.

Tindak lanjut: meningkatkan sistem yang lebih kondusif dalam


menghasilkan penelitian inovatif antara lain dengan mendorong para
peneliti untuk mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai kebaruan dan

invensi, pendampingan penelitian yang memiliki prospek

HKl,

pendampingan drafting penelitian, pendaftaran hingga diseminasi produk


paten Badan Litbang Kesehatan.

b. Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan


kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau
pemangku kepentingan.
Definisi Operasional indikator ini adalah jumlah rekomendasi kebijakan

(policy brief/policy paper) yang ditulis berdasarkan hasil litbang kesehatan

yang disampaikan dalam forum atau pertemuan kepada pengelola


program dan atau pemangku kepentingan. Cara perhitungan indikator ini

dengan menghitung Jumlah rekomendasi kebijakan (policy brief/policy


paper) yang ditulis berdasarkan hasil litbang kesehatan yang disampaikan

dalam forum atau pertemuan kepada pengelola program dan atau


pemangku kepentingan yang dibuktikan dengan adanya policy paper dan

laporan forum/pertemuan (Menghitung targeUbaseline

berdasarkan

perhitungan rekomendasi sesuai isu strategis yang telah diadvokasikan).

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

Tabel3.16. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target Jangka


Menengah pada Renstra 201 5-2019

Program

Program
Penelitian
dan
Pengemban
gan
Kesehatan

Sasaran

Meningkatny
a kualitas
penelitian,
pengembang
an dan
pemanfaatan
di bidang
kesehatan

Indikator

Jumlah
rekomendasi
kebijakan
berbasis
penelitian dan
pengembangan
kesehatan yang
diadvokasikan
ke pengelola
program
kesehatan dan
atau pemangku
kepentingan

Target
2015

Capaian
2015

24

24

Target
akhir
tahun
renstra
20152019

120

Capaian kinerja indikator rekomendasi kebijakan berbasis penelitian


dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program
kesehatan dan atau pemangku kepentingan pada tahun 2o1s dalam
kerangka Renstra Kemenkes tahun 2015-2019 terlihat pada tabel di atas.
Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator ini sudah tercapai sebesar
20o/o dari target akhir

tahun renstra.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

133

o/o

2
0

Tabel3.17. Judul Rekomendasi Kebijakan yang telah Diadvokasikan pada Tahun 2015

Satker
Pusat
BTDK
Pusat
TTK&EK

No
1

2
3

4
5

Judul
Krisis Dukungan Kesiapan Laboratorium Dalam
Penanggulangan Pandemi
Penataan Pengaturan Minuman Bersoda dan Berenergi
untuk Mencegah PGK
Mempersiapkan Calon lbu untuk Melahirkan Calon Anak
yang Sehat dan Cerdas
Deteksi Dini Hipertensi untuk Pencegahan Stroke
Membangun Sistem Terintegrasi untuk Penanganan TB

-DM
Pusat TIKM

6
7

I
9
10
11

12
13

Pusat
HKKPM

14

15
16
17

Optimalisasi Peran Lintas Sektor dalam Upaya Perbaikan


Balita Gizi Kurang dan Buruk di Indonesia
Biaya Dan Pemanfaatan Puskesmas Mampu Poned
(Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar)
Peningkatan Cakupan Pemberian Antenatal
Corticosteroids (ACS)
sebagai Upaya Menurunkan Angka Kematian Bayi
Prematur
Feasibilitas Kebijakan Pengendalian Resistensi Anti
Mikroba di Rumah Sakit
Upaya Peningkatan Akses dan Kualitas Untuk Mencapai
Cakupan Semesta Air Minum di Indonesia pada Tahun
2019
Peranan Puskesmas dalam Upaya Penurunan Angka
Kematian lbu
Mengembangkan Sistem Kesiapsiagaan dalam
Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas di Daerah Rawan
Kecelakaan
Standar Kompetensi Sumberdaya Manusia Pelayanan
Kesehatan Tradisional Integratif
Equity Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Maternal
Puskesmas Di lndonesia
Model Pemicuan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Berbasis Masyarakat (P2TMBM)
Sosialisasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan oleh BPJS
Terhadap Penduduk Miskin di Indonesia

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

734

Satker

No
18

19

20

B2P2TOOT

21

22

82P2VRP

23
24

Judul
Persalinan "Asal Tidak Di Rumah" Peluang Menggeser
Persalinan ke Fasilitas Kesehatan pada Suku Muyu
(Berdasar Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014)
Peluang Kemitraan Tenaga Kesehatan Dan Dukun
Marapu Dalam Memberantas TB UpayaPengendalian TB
di Desa Watu Hadang Kabupaten Sumba Timur
(Berdasar Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014)
Kebijakan Meminimalkan Kasus Pelayanan
Kesehatan/Kedokteran ke Pengadilan
Suplai Bahan Baku Jamu Di Kabupaten/Kota Jejaring
Saintifikasi Jamu
Aplikasi Hasil Saintifikasi Jamu dalam Pelayanan
Kesehatan (PP NO 103 Tahun 2014)
Deteksi Dini Leptospirosis Tingkat Puskesmas
Opak Kelor lkan Modifikasi "Gerupuk Tunu" Untuk
Meningkatkan Nilai Gizi

Kondisi yang dicapai: Kementerian Kesehatan terus berkomitmen


untuk meningkatkan jumlah rekomendasi kebijakan (policy brief/policy
paper) berdasarkan hasil litbang kesehatan yang disampaikan dalam
forum atau pertemuan kepada pengelola program dan atau pemangku
kepentingan. Pada tahun 2015, telah dihasilkan 24 judul policy brief dari
target yang ditetapkan yakni 24 judul atau dengan capaian sebesar

10Oo/o.

Kendala yang dihadapi: Belum optimalnya kualitas peneliti dalam


melakukan penyusunan policy brief dan masih rendahnya perhatian

peneliti terhadap isu-isu aktual dan strategis. Selain itu belum ada
prosedur standar dalam menyusun policy brief yang menjadi acuan untuk
peneliti.

Tindak lanjut: meningkatkan advokasi kepada program dan pemangku

kebijakan untuk pemanfaatan hasil litbangkes; membangun kerja sama

lintas program dan sektor untuk memfasilitasi kebutuhan program;

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

135

peningkatan kualitas sdm dan sarana prasarana pendukung penelitian


kesehatan yang mengikuti perkembangan isu-isu kesehatan strategis.

c.

Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan


dan gizi masyarakat

Definisi Operasional indikator ini adalah jumlah laporan Riskesnas

yang ditulis berdasarkan hasil litbang (sesuai dengan agenda Badan


Litbang Kesehatan). Cara perhitungan indikator ini dengan menghitung

jumlah laporan Riskesnas yang ditulis berdasarkan hasil

litbang

kesehatan, dibuktikan dengan adanya laporan Nasional Riskesnas.

Tabel 3.18. Perbandingan Realisasi Kinefla Tahun 2015 dengan Target Jangka
Menengah pada Renstra

2O1

*2O19

Program

Sasaran

lndikator

Target
2015

Capaian
2015

Target akhir
tahun
renstra
2015-2019

Program
Penelitian
dan
Pengemba
ngan
Kesehatan

Meningkatn
ya kualitas
penelitian,
pengemban
gan dan
pemanfaata
n di bidang
kesehatan

Jumlah
laporan Riset
Kesehatan
Nasional
(Riskesnas)
bidang
kesehatan
dan gizi
masyarakat

Gapaian kinerja indikator laporan Riset Kesehatan Nasional


(Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat pada tahun 2015
dafam kerangka Renstra Kemenkes tahun 2015-2019 terlihat pada tabel di

atas. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator ini sudah tercapai
sebesar

2Oo/o

da"i target akhir tahun renstra.

Riset Kesehatan Nasional yang dilakukan pada tahun 2015 adalah


Riset Analisis Cemaran Kimia pada Makanan (ACKM). Riset ini bertujuan

untuk mendapatkan data paparan kimia berbahaya dari makanan yang

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

o/o

20

dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sampel riset ini adalah food list 95%
dari total diet masyarakat di 15 propinsi (Aceh, Sumatera Selatan, Bangka

Belitung, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,


Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur, NTB, NTT, Maluku dan Papua Barat). Kelompok analit yang
diperiksa pada Riset ACKM adalah pestisida, logam berat, mikotoksin,
mineral dan Bahan Tambahan Pangan. Dalam pelaksanaanya, dilakukan
kerja sama pada tahap preparasi di laboratorium pengolahan di Poltekkes

Jakarta

ll dan Laboratorium Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan

Epidemiologi Klinik.

Kondisi yang dicapai: Kementerian Kesehatan terus berkomitmen


untuk meningkatkan kualitas hasil Riset Skala Nasional. Pada tahun 2015,

telah dihasilkan 1 Riset Skala Nasional dari target yang ditetapkan yakni
Riset Skala Nasiona! atau dengan capaian sebesar

100o/o.

Kendala yang dihadapi: efisiensi anggaran menyebabkan perubahan

jumlah lokasi awal penelitian sebanyak 34 propinsi difokuskan menjadi 15


propinsi. Penyusunan food list dilakukan secara learning by doing sebagai

proses pembelajaran dari penyelenggaraan riset ACKM yang pertama.

Data bahan makanan dan hidangan sangat banyak dan kompleks


sehingga memerlukan waktu cleaning yang panjang (> 6 bulan).

Tindak lanjut: percepatan pelaksanaan kegiatan serta intensifikasi


kegiatan melalui kerja sama dengan Laboratorium Mandat Badan Litbang
Kesehatan dan melibatkan sdm manajemen data di Satker Badan Litbang
Kesehatan untuk pemrosesan data.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

137

Gambar 3.20. Kegiatan Training Center ACKM di Laboratorium Poltekkes Surabaya

10.

Sasara Strategis 10: Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik


dan bersih
Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:
a.

Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian


negara 31o/o
Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian
negara 31o/o

Satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan yang diaudit selama


periode TA. 2015 adalah 558 (lima ratus enam puluh dua) dengan rincian
sebagai berikut:

1) Satuan Kerja yang diaudit oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes


sebanyak: 179 (seratus tujuh puluh sembilan);

2) Satuan Kerja yang diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK)

sebanyak: 379 (tiga ratus tujuh puluh sembilan).

Total satuan kerja yang temuan Kerugian Negaranya 0 s.d

< 1 o/o

adalah sebanyak 554 (lima ratus lima puluh empat) dengan persentase

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

138

capaian keberhasilan adalah 98.58 o/o dari target Indikator Kinerja


Utama di TA. 2015 adalah 88

o/o.

Satuan Kerja dinyatakan memiliki kerugian negara 3

1o/o

bila satuan kerja

pengelofa APBN Kemenkes dengan temuan kerugian negara

<

1o/o

dari

total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan


laporan hasil pengawasan.

Tabel3.19. Capaian indikator ini dihitung dengan cara:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan


nilai temuan keruoian neqara s1% berdasarkan hasil

audit

10Oo/o

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes yang diaudit

11.

Sasaran Strategis 11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur


Kementerian Kesehatan
Diterbitkannya Undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara (ASN) memiliki implikasi yang mengikat terhadap eksistensi seluruh

Aparatur Negara, khususnya

di

lingkungan Kementerian Kesehatan.

Penerapan undang-undang tersebut berfungsi sebagai acuan pengelolaan

ASN sehingga dapat terbentuk Aparatur Negara yang

berintegritas;

professional; netral; bersih dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;


Mampu menyelenggarakan pelayanan public bagi masyarakat dan; Mampu
menjalankan peran sebagai unsure perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

Kondisi sebelum diberlakukannya Undang-undang ASN, penilaian


Aparatur Negara oleh masyarakat luas lebih cenderung berpresepsi negatif

terutama pada factor kepercayaan publik. Hal ini timbul salah satunya
dikarenakan pola pengelolaan yang belum tertata dengan komprehensif dan
sistematis.Untuk itu, proses diferensialisasi Undang-undang ASN kemudian

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

139

wajib memperoleh tujuh tujuan utama yaitu ASN memiliki kesesuaian tolak
ukur pada Independensi dan Netralitas; Kompetensi; Kinerja atau
Produktivitas Kerja; Integritas; Kesejahteraan; Kualitas Pelayanan publik;
Pengawasan dan Akuntabilitas. Pada titik ini, tentulah poin kompetensi dan
produktivitas kinerja harus juga menjadi perhatian utama dan mutlak untuk

dihkukan perbaikan. Sehingga diharapkan factor kepercayaan public tersebut


secara otomatis dapat merangkak naik.

Keberadaan Aparatur Negara, dalam hal ini adalah AsN

di lingkungan

Kementerian Kesehatan yang sebelumnya belum memiliki strategi yang jelas,

utuh dan terukur pada permasalahan peningkatan kompetensi

dan

produktivitas kinerja, diharapkan segera menjadi lebih terstruktur dan terarah

serta tentu saja dapat diukur pencapaiannya. Mengingat Kementerian


Kesehatan saat ini memiliki kuantitas aparatur yang sangat besar yaitu
53.156 orang (PNS) dan total jabatan structural sejumlah z.2gsjabatan.

Dengan demikian, merupakan sebuah keniscayaan dalam ikhtiar menjaga

amanah Undang-undang ASN serta meraih cita-cita kongkrit terkait


pelaksanaan Reformasi Birokrasi, salah satu sasaran yang penting untuk
dipikirkan dan diimplementasikan bersama sama adalah meningkat nya
kompetensi dan kinerja aparatu rKementerian Kesehatan

lndikator vanq terkait sasaran strateqis ini adalah:

a.

Persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan yang


kompetensinya sesuai persyaratan jabatan. Pengangkatan pegawai

Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilakukan berdasarkan

prinsip

Profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang

pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya

tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan.


Dalam melakukan promosi PNS atau pengisian lowongan jabatan secara
terbuka bertujuan untuk lebih menjamin para pejabat struktural memenuhi

kompetensi jabatan yang diperlukan oleh suatu jabatan, dengan


mempertimbangkan kesinambungan karier PNS yang bersangkutan.
Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

140

Biro Kepegawaian telah menyusun Standar Kompetensi

Jabatan

Struktural di Lingkungan Kementerian Kesehatan (Permenkes Nomor 56

Tahun 2012) sebagai mana merupakan salah satu aspek input dari
sasaran strategic Kementerian Kesehatan dan Indikator Kinerja Kegiatan
Pembinaan Adminitrasi Kepegawaian yang kedua sesuai dengan Renstra
Kementerian Kesehatan 2015

- 2019.

Grafik 3.24. Target dan Realisasi Pejabat Struktural yang Memenuhi Kompetensi

80%
70%
60%

so%
40%
30%
20%
70%
o%
R

ea lisas i

Pada tahun 2015 seperti grafik diatas, telah terealisasi sebanyak 1.620

pejabat structural atau sebesar 73,17o/o dan 2.214 Pejabat Struktural,

dimana total seluruh Jabatan Struktural (Eselon) di Lingkungan


Kementerian Kesehatan beflumlah 2.235 jabatan dan terdapat2l jabatan
struktural yang masih kosong.

b.

PersentasepegawaiKementerian Kesehatandengan nilaikinerja

m in

imal

baik.

Sebagai salah satu anggota POKJA

V RB dengan area

perubahan

Penataan SDM Aparatur, Biro Kepegawaian telah melakukan upaya guna

mendukung

dan mensukseskan Reformasi Birokrasi di

Kementerian

Kesehatan antara lain dengan Penerapan Sistem Penilaian Prestasi Kerja

Pegawai. Dimana system penilaian prestasi kerja pegawai tersebut

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

t4t

merupakan salah satu sasaran strategis Kementerian Kesehatan yang

tertuang didalam Renstra Kementerian Kesehatan 2015

2019 dan

merupakan salah satu indikator kinerja kegiatan Pembinaan Administrasi

Kepegawaian. Di awal tahun 2014, system penilaian kinerja pegawai


mengalami perubahan dari DP3 menjadi penilaian dengan menggunakan

Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja.Seorang pegawai


dinyatakan memiliki nilai kinerja minimal baik bila Nila iPrestasi Kerja > 76.
Untuk memudahkan para pejabat penilai dalam memberikan penilaian

unsure perilaku kerja juga telah dikembangkan log book khusus


sedangkan untuk paa pegawai juga telah dikembangkan log book
tersendiri yang terintegrasi dengan target-target dalam SKP agar pegawai
dapat menuliskan apa saja yang telah dikerjakannya setiap hari. Kedepan,

target-target dan pencapaian SKP Jabatan Fungsional Tertentu (JFT)


dapat diintegrasikan dengan penilaian angka kredit masing-masing JFT

agar dapat diketahui ada atau tidaknya kesesuaian antara target yang
dibuat dengan yang dikerjakan.

Grafik 3.25. Target danRealisasi SKP Min. Baik

90%
1

.'"

85%

80%

75%
i,.

70%

Target

Realisasi

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 telah
ditetapkan target sebesar 80% Pegawai dengan kinerja minimal baik dari

seluruh jumlah pegawai Kementerian Kesehatan baik CPNS maupun

laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

L42

PNS. Dari Total Pegawai sebesar 53.156 terdapat sejumlah 45.425


Pegawai dengan SKP (kinerja) minimal Baik atau sebesar 85.46%.

l2.Sasaran Strategis 12: Meningkatnya sistem informasi kesehatan integrasi

Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun 2014


tentang penyelenggaraan komunikasi data dalam sistem informasi kesehatan
terintegrasi, sistem informasi kesehatan terintegrasi adalah sistem informasi
kesehatan yang ada telah mampu menyediakan mekanisme saling hubung

antar subsistem informasi dengan berbagai cara yang sesuai dengan yang
dibutuhkan, sehingga data dari satu sistem atau subsistem secara rutin dapat

melintas, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem atau subsistem
yang lain.

Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:

a.

Persentase kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas

Data kesehatan prioritas adalah sekumpulan data kesehatan yang


menjadi prioritas kebutuhan informasi bidang kesehatan berdasarkan
kriteria tertentu serta sesuai indikator strategis nasional dan global bidang

kesehatan. Data kesehatan prioritas merupakan bagian dari sekumpulan


data kesehatan provinsi dan sekumpulan data kesehatan kabupaten/kota.

Data kesehatan prioritas juga merupakan muatan data

dalam

penyelenggaraan Komunikasi Data. Data kesehatan prioritas terdiri atas

sejumlah elemen data yang dikelompokkan

menjadi data

derajat

kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, determinan


kesehatan atau terkait lainnya. Data kesehatan prioritas dilaporkan melalui

Aplikasi Komunikasi Data.

Aplikasi Komunikasi data adalah suatu aplikasi sistem informasi


kesehatan yang digunakan untuk pertukaran data dalam rangka
konsolidasi/integrasi data kesehatan prioritas yang dikirimkan dari dinas

kesehatan kabupaten/kota dan/atau dinas kesehatan provinsi dalam


rangka penyelenggaraan sistem informasi kesehatan terintegrasi. Aplikasi

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

t43

ini dapat diakses di www.komdat.kemkes.oo.id dan tampilan muka seperti

terlihat pada gambar di bawah ini.


Gambar 3.26. Tampilan Muka Aplikasi Komunikasi Data

it/:

^Mrrreura
s&[Mll
5fuldqdeE@hdffi@
re|4ffi
+ehHqrtr.tqlqb

cffi

&6

p6ddhels*Alpjd

rffiotemgsffi

Kementerian Kesehatan menetapkan 115 variabel yang menjadi data


kesehatan prioritas tahun 2015. lGbupaten/kota melaporkan 115 variabel

dengan periode pelaporan bulanan sejumlah 44 vanabnl|, triwulanan 4


variabel, tahunan 79 variabel (11 variabel di awal tahun dan 68 variabel di

akhir tahun).

Gambar

memperlihatkan tampilan data kesehatan

prioritas periode data bulanan yang terdapat pada Aplikasi Komunikasi


Data.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

tu

Gambar 3.27.Tampilan Data Kesehatan Prioritas pada Aplikasi Komunikasi Data

Prde guESIffiG&
th
JMdrs$ffi
tb
4r5

Pada tahun 2015 target kabupaten/kota yang melaporkan data


kesehatan prioritas ditetapkan sebesar 30% dari total kabupaten/kota
yang ada. Kabupaten/kota yang dikategorikan melapor apabila
kabupaten/kota tersebut mengirimkan laporan data prioritas kesehatan
minimal 80% variabel data bulanan. Pada akhir tahun 2015 rata-rata
kabupaten/kota yang melapor data bulanan yaitu 61,7o/o. Angka ini
melebihi target yang telah ditetapkan.
Grafik 3.26. Persentase Capaian Indikator Kabupaten Kota yang Melaporkan
Data Kesehatan Prioritas
70
50
50
40

-ofr Capaian
ryyoTarget

30

20
20,20
10
0

TWI

TW II

TW III

TW IV

Sumber: Pusat Data dan lnformasi,20l5

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

145

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas data kesehatan


prioritas, yaitu dengan (1) membentuk tim pemantauan SIK tingkat pusat
yang rutin melakukan pemantauan serta berkomunikasi dengan pengelola

data di dinas kesehatan provinsi; (2) memberikan umpan balik keterisian

data ke dinas kesehatan provinsi; (3) pendampingan pengisian data


kesehatan prioritas melalui pelatihan dan atau pertemuan; (4) update
Aplikasi Komunikasi Data; (5) menjaga keamanan informasi data dengan
sertifikasi ISO 27001:2013; serta (6) menyediakan jaringan komunikasi
data intraneWPN (Virtual Private Network) untuk dinas kesehatan provinsi

dan dinas kesehatan kabupaten/kota dan Unit Pelayanan Teknis (UPT)


Kementerian Kesehatan.

Melihat capaian kinerja tahun 2015 yang melebihi target

(61,7o/o\,

diharapkan target tahun 2019 (70Yo) dapat dicapai pula.

b.

Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan


untuk pelaksanaan e-Kesehatan.

Jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan adalah


jaringan komputer WAN (Wide Area Network) dalam lingkup ekosistem
kesehatan yang digunakan sebagai media koneksi pertukaran data pada

penyelenggaraan sistem elektronik kesehatan, seperti aplikasi sistem

informasi Puskesmas, aplikasi sistem informasi rumah sakit (RS),


pembelajaran kesehatan jarak jauh, telemedicine, telediagnostik,
teleradiologi, dan sebagainya. Bentuk fisik jaringan komunikasi data untuk

pelaksanaan e-Kesehatan yaitu jaringan internet

atau jaringan

intraneWPN untuk menyambungkan kantor dinas

kesehatan

provinsi/kabupaten/kota, Puskesmas, RS, atau lainnya.

Salah satu model pelaksanaan e-Kesehatan

di Puskesmas dan RS

yang dikembangkan Kementerian Kesehatan melalui Pusat Data dan


Informasi yaitu Aplikasi SIKDA Generik. Aplikasi SIKDA Generik adalah
aplikasi sistem informasi kesehatan daerah yang berlaku secara nasional

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

146

yang menghubungkan secara online dan terintegrasi seluruh Puskesmas,

RS, dan sarana kesehatan lainnya. Aplikasi ini

dapat diakses di

www. sikda. kemkes.oo. id

Gambar 3.28. Tampilan Muka Aplikasi SIKDA Generik

Pada tahun 2015 target kabupaten/kota tersedia jaringan komunikasi

data untuk pelaksanaan e-kesehatan ditetapkan sebesar

10o/o

dari total

kabupaten/kota yang ada. Kabupaten/kota dikategorikan tersedia jaringan

komunikasi data apabila terdapat model pelaksanaan e-Kesehatan di

Puskesmas

dan RS

menggunakan jaringan komunikasi

data

di

wilayahnya. Berdasarkan hasil pemetaan sistem informasi serta instrumen


monitoring dan evaluasi sistem informasi kesehatan tahun 2015

didapatkan 54 kabupaten/kota (10,5%) yang telah menerapkan model


pelaksanaan e-Kesehatan.

Upaya yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian target indikator

tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk


pelaksanaan e-kesehatan, yaitu: (1) memfasilitasi jaringan intranet dan
internet, operasional dan pemeliharaan jaringan sistem informasi, dan
honor pengelola yang mencakup 34 provinsi dan 497 kabupaten/kota
melalui jaringan SIKNAS; (2) sosialisasi ke daerah untuk pembangunan
infrastruktur SIK; (3) pelatihan dan pendampingan SIKDA Generik bagi

daerah yang telah mengembangkan aplikasi tersebut; (4) berkoordinasi

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

L47

dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam penyediaan


internet sampai ke Puskesmas.

Melihat capaian kinerja tahun 2015 yang mencapai target

(10,5o/o),

diharapkan target tahun 2O1g (50%) dapat dicapai pula.

G. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah

digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen


Perjanjian Kinerja.

Alokasi anggaran sesuai PK Menteri Kesehatan

adarah

Rp47.758.757.903.000,00. Pada akhir tahun 2015 alokasi anggaran menjadi


Rp54.326.329.360.000,00 dengan realisasi sebesar Rp49.111.001 .741.440,00
atau 90,4%.
Realisasi menurut jenis belanja dapat digambakan dengan grafik berikut

Grafik 3.27. Presentase Realisasi Per Jenis Belanja

Presentase Realisasi Per Jenis Belanja


L2O,OOD/o

i.

100,00%

8O,OOo/o

60,000/o

40,00%
2O,OO"/'

i
i

Sedangkan realisasi menurut kewenangannya dapat digambarkan sebagai


berikut:

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

L8

Grafik 3.28. Realisasi Per Kewenangan

Realisasi Per Kewenangan

TRIWULAN

lll

65,470/0

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

L49

'(

t'

,s

Bab lV Penutup

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2015 merupakan sarana untuk


menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada Presiden Rl serta seluruh
pemangku kepentingan baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dan
dapat sebagai sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara
berkelanjutan.

Secara umum Kementerian Kesehatan telah dapat merealisasikan pencapaian


sasaran strategis pada tahun 2015. Dari 30 indikator yang ditetapkan melalui
Perjanjian Kinerja Menteri Kesehatan Tahun 2015, 24 indikator telah memenuhi

bahkan melampaui target yang ditetapkan. Namun demikian masih terdapat 4


indikator yang perlu diberi perhatian serius karena capaiannya masih di bawah
target yang ditetapkan. Di samping itu, dua indikator belum dapat diberikan penilaian

capaiannya karena datanya belum dapat diperoleh pada tahun 2015, yaitu:

1)

Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia < 18 tahun; dan 2) Persentase
Kab/Kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM.

Laporan kinerja

ini

diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi


akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan, penyempurnaan dokumen
perencanaan periode yang akan datang, pelaksanaan program dan kegiatan serta
berbagai kebijakan. Hasil pencapaian pelaksanaan program pembangunan bidang
kesehatan yang dilaksanakan dari tahun ke tahun diharapkan selalu sesuai dengan
rencana strategis dan dokumen perencanaan lainnya.

Keberhasilan yang telah dicapai pada tahun 2015 dan kekurangan diharapkan dapat

menjadi parameter dan acuan penetapan kebijakan, program dan kegiatan pada
waktu mendatang.

Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015

150

KEMENTERIAN KESBHATAN RI
INSPEKTORAT JENDERAL
Jl. H.R. Rasuna Saitl Blok X-5 Kavling No.4 - 9 Kuningan - Jakarta Sc_latan_12950
Tclp 02t - 5201590 (Hunring) - Pcs. 3iffi. 3102. 3104 Fax. 021 - 52015t19/5223011

PERNYATAAN TELAH DI REVI U


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN ANGGARAN 20.15

Kami telah mereviu Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Rl untuk Tahun


Anggaran 2015 sesuai dengan Pedoman Reviu atas Laporan Kinerja. Substansi

informasi yang dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi tanggung jawab


manajemen Kementerian Kesehatan Rl.

Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas Laporan Kinerja telah


disajikan secara akurat, andal, dan valid.

Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan
perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam Laporan
Kinerja ini.

Jakarta, 24 Februan 2016


ur Jenderal Kemenkes Rl.

INST'F; h

T''

JEtitiEr(,iL

3h

, Apt, MM, ME
71217 198502 1 001

You might also like