Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur penulis penjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka saya sebagai penulis, dapat menyelesaikan penyusunan makalah Konservasi
Lingkungan yang berjudul Pelaksanaan dan Strategi Konservasi Linkungan Pada
Ekosistem Hutan Gambut. Di dalam makalah ini tertuang jabaran mengenai
fungsi, peraturan, permasalahan dan metoda dalam konervasi hutan gambut di
Indonesia.
Penulisan makalah ini merupakan bentuk ujian tengah semester mata kuliah
pilihan khusus yaitu Konervasi Lingkungan untuk mahasiswa semester VI Jurusan
Teknik Lingkugan Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan
Universitas Trisakti tahun 2016.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan maklah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Konservasi
Lingkungan. Penyusunan makalah ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya bantuan dan bimbingan dari semua pihak.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan berfungsi
dengan baik serta menambah wawasan para pembacanya.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................4
1.3 Ruang Lingkup...............................................................................................4
BAB II DASAR TEORI..........................................................................................5
2.1 Lahan Gambut................................................................................................5
2.2 Hutan Rawa Gambut......................................................................................5
2.3 Tanah Gambut................................................................................................6
2.4 Gambut dan Karbon.......................................................................................7
2.5 Komponen Abiotik Ekosistem Hutan Rawa Gambut.....................................8
2.6 Komponen Biotik Ekosistem Hutan Rawa Gambut.......................................9
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................11
3.1 Fungsi Ekosistem Hutan Gambut.................................................................11
3.2 Peraturan Terkait Ekosistem Hutan Gambut................................................15
3.3 Permasalahan pada Ekosistem Hutan Gambut.............................................18
3.4 Metoda Konservasi Ekosistem Hutan Gambut............................................19
BAB IV PENUTUP...............................................................................................22
4.1 Kesimpulan...................................................................................................22
4.2 Saran.............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati dunia
Salah satu habitat yang memililki keunikan dan keanekaragaman hayati yang
tinggi adalah hutan gambut. Dalam skala regional, Indonesia memiliki area
gambut terluas yaitu berkisar antara 20-27 juta ha yang kaya akan
keanekaragaman hayati endemik dengan pusat keanekaragaman hayati tertinggi
berada di Kalimantan. Dewasa ini lahan gambut di Indonesia mempunyai tingkat
kerentanan dan ancaman yang tinggi akibat perubahan lahan dari hutan ke
penggunaan lain, kebakaran, perkebunan dan permukiman. Meningkatnya
ancaman terhadap kelestarian lahan gambut seperti kebakaran dan konversi
menjadi area perkebunan, menjadikan ancaman juga terhadap kelestarian
keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
Hutan gambut dapat didefinisikan sebagai hutan yang terdapat pada daerah
bergambut yakni daerah yang digenangi air tawar dalam keadaan asam pada pH
3,5-4 dan di dalamnya terdapat penumpukan bahan-bahan tanaman yang telah
mati. Ekosistem hutan gambut merupakan suatu tipe ekosistem hutan yang cukup
unik karena tumbuh di atas tumpukan bahan organik yang melimpah. Daerah
gambut pada umumnya mengalami genangan air tawar secara periodik dan
lahannya memiliki topografi bergelombang kecil sehingga menciptakan bagianbagian cekungan tergenang air tawar. Tanah gambut merupakan tanah yang
tersusun dari bahan organik, baik dengan ketebalan bahan organik lebih dari 45
cm ataupun terdapat secara berlapis bersama tanah mineral pada ketebalan
penampang 80 cm serta mempunyai tebal lapisan bahan organik lebih dari 50 cm.
Berkurang atau hilangnya kawasan hutan gambut akan menurunkan
kualitas lingkungan, bahkan menyebabkan banjir pada musim hujan serta
kekeringan dan kebakaran pada musim kemarau. Upaya pendalaman saluran
untuk mengatasi banjir dan pembuatan saluran baru untuk mempercepat
pengeluaran air justru menimbulkan dampak yang lebih buruk, yaitu lahan
3
pertanian di sekitarnya menjadi kering dan asam, tidak produktif, dan akhirnya
menjadi lahan tidur, bongkor, dan mudah terbakar. Hutan gambut mempunyai
nilai konservasi yang sangat tinggi dan fungsi-fungsi lainnya seperti fungsi
hidrologi, cadangan karbon, dan biodiversitas yang penting untuk kenyamanan
lingkungan dan kehidupan satwa. Jika ekosistemnya terganggu maka intensitas
dan frekuensi bencana alam akan makin sering terjadi, sehingga diperlukan upaya
pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hutan gambut dalam bentuk
konservasi agar komponen penting lingkungan dapat dipertahankan untuk masa
yang akan datang.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
Ruang lingkup materi dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Membuat suatu uraian mengenai ekosistem hutan gambut melingkupi
3
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Lahan Gambut
Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh
adanya penimbunan/akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari
reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi
karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan
organik di lantai hutan yang basah/tergenang tersebut (Najiyati et al, 2005).
Di Asia Tenggara, lahan gambut terdapat di daerah pantai rendah
Kalimantan, Sumatera dan Papua Barat di Indonesia, Penisular Malaysia, Serawak
dan Sabah di Malaysia, Brunei, dan sebelah Tenggara Thailand. Sebagain kecil
juga terdapat di Delta Mekong Vietnam dan kepulauan sebelah Utara Philipina.
Sebagian besar berada pada daerah rendah dan tempat yang masih terpengaruh
dengan kondisinya, berada di daratan sampai jarak 100 km sepanjang aliran
sungai dan daerah tergenang. Lahan gambut menutupi lebih dari 26 juta hektar
(69% dari seluruh lahan gambut tropis) pada ketinggian sekitar 50 m dpl. (Rieley,
2007).
Sebagai catatan, hingga kini luas lahan gambut di Indonesia belum
dibakukan, karena itu data luasan yang dapat digunakan masih dalam kisaran
13,5-26,5 juta ha (rata-rata 20 juta ha). Indonesia merupakan negara yang
memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia atau setengah dari luas lahan
gambut tropis dunia berada di Indonesia (Najiyati et al, 2005).
2.2 Hutan Rawa Gambut
Hutan rawa gambut terbentuk di daerah pesisir sebagai lahan basah pesisir,
maupun di darat sebagai lahan basah daratan. Tipe lahan basah ini berkembang
terutama di dataran rendah dekat daerah pesisir, di belakang hutan bakau, di
sekitar sungai atau danau (Wetland International-Indonesian Programme, 1997
dalam Wahyunto et al, 2005).
keanekaragaman
jenis
tumbuhan
hutan
kerangas
dan
hutan
yang dihasilkan oleh tumbuhan alami yang telah beradaptasi dengan lingkungan
jenuh air (Wahyunto et al, 2005).
Pembentukan gambut di beberapa daerah pantai Indonesia diperkirakan
dimulai sejak zaman glasial akhir, sekitar 3.000 - 5.000 tahun yang lalu. Untuk
gambut pedalaman bahkan lebih lama lagi, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu
(Brady, 1997). Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia dibentuk oleh
akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan Lignin dan Nitrogen.
Karena lambatnya proses dekomposisi, di ekosistem rawa gambut masih dapat
dijumpai batang, cabang dan akar besar (Murdiyarso et al, 2004).
2.4 Gambut dan Karbon
Perubahan iklim merupakan fenomena global yang ditandai dengan
berubahnya suhu dan distribusi curah hujan. Kontributor terbesar bagi terjadinya
perubahan tersebut adalah gas-gas di atmosfer yang sering di sebut gas rumah
kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO2), methana (CH4) dan nitorus oksida
(NO2) yang konsentrasinya terus mengalami peningkatan (Mudiarso dan
Suryadinata, 2004 dalam Najiyati et al, 2005).
Gas-gas tersebut memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang
panjang yang bersifat panas sehingga suhu bumi akan semakain panas jika jumlah
gas-gas tersebut meningkat di atmosfer (Najiyati et al, 2005). Gangguan terhadap
ekosistem lahan basah akan mempengaruhi cadangan dan siklus karbon di alam.
Gangguan tersebut dapat berupa konversi lahan setelah hutan gambut mengalami
deforestasi, kebakaran dan drainase yang meluas (Murdiyarso et al, 2004).
Tingginya peningkatan konsentrasi CO2 disebabkan oleh aktivitas manusia
terutama perubahan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi,
pembangkit tenaga listrik dan aktivitas industri. Secara akumulatif, penggunaan
bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan dari hutan ke sistem lainnya
memberikan sumbangan sekitar setengah dari emisi CO2 ke atmosfir yang
disebabkan oleh manusia, tetapi dampak yang terjadi saat ini mempunyai rasio
3:1. Pada aktivitas pembakaran bahan bakar fosil berarti karbon yang telah diikat
oleh tanaman beberapa waktu yang lalu dikembalikan ke atmosfir.
7. Iklim, adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim
makro meliputi iklim global, regional, dan local. Sedangkan iklm mikro
meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
2.6 Komponen Biotik Ekosistem Hutan Rawa Gambut
Sebagian besar anggota famili tumbuhan yang terdapat di hutan hujan
dataran rendah juga terdapat di hutan rawa gambut, kecuali Combretacea
Lythraceae, Protaceae dan Styracaceae. Dibandingkan dengan tipe hutan lainnya,
hutan rawa gambut termasuk miskin akan jenis, meskipun relatif miskin akan
jenis, tetapi hutan rawa gambut memiliki kerapatan pohon yang tinggi (Anderson,
1976; 1983).
Salah satu bentuk adaptasi tumbuhan yang mudah dilihat di hutan rawa
gambut adalah terdapatnya akar nafas (pneumatophore) pada berbagai jenis
tumbuhan. Akar nafas merupakan bentuk adaptasi tumbuhan yang umum dijumpai
di habitat yang sering digenangi air, misalnya hutan mangrove, hutan rawa dan
hutan rawa gambut (Whitmore 1990).
Beberapa jenis tanaman khas rawa gambut adalah: 1) Tumih
(Combretocarpus ratundus) 2) Mahang (Macaranga spp.) 3) Pulai (Alstonia
pneumatophora) 4) Milas (Parastemon urophyllum) 5) Balam-suntai (Palaquium
spp.) 6) Terentang (Camnosperma coreaceum) 7) Geronggang (Cratoxylon
arborencens) 8) Simpur (Dillenia excelsa) 9) Jelutung (Dyera lowii) 10) Gelam
(Melaleuca cajuputi) 11) Ramin (Gonystylus bancanus) 12) Meranti batu (Shorea
uliginosa) ( Istomo, 2004).
Pada hutan rawa gambut umumnya ada tiga lapisan tajuk, yaitu lapisan
tajuk teratas yang dibentuk oleh jenis-jenis ramin (Gonystylus bancanus), mentibu
(Dactylocladus stenostachys), jelutung (Dyera lowii), pisang-pisang (Mezzetia
parviflora), nyatoh (Palaqium spp), durian hutan (Durio sp), kempas (Koompassia
malaccensis) dan jenis-jenis yang umumnya kurang dikenal. Lapisan tajuk tengah
yang pada umunya dibentuk oleh jenis jambu-jambuan (Eugenia sp), pelawan
(Tristania sp), medang (Litsea spp), kemuning (Xantophyllum spp), mendarahan
(Myristica spp) dan kayu malam (Diospyroy spp). Sedangkan lapisan tajuk
terbawah terdiri dari jenis suku Annonaceae, anak-anakan pohon dan semak dari
jenis Crunis spp, Pandanus spp, Zalaca spp dan tumbuhan bawah lainnya.
Tumbuhan merambat diantaranya Uncaria spp. Sedangkan hewan yang terdapat
pada ekosistem hutan rawa gambut antara lain: 1. Burung Gereja 2. Ikan Gabus 3.
Ikan puyu 4. Capung 5. Kupu kupu 6. Zooplankton 7. Fitoplankton 8. Jangkrik
9. Ikan toman 10. Semut 11. Harimau 12. Gajah 13. Laba laba (Witaatmojo,
1975).
BAB III
PEMBAHASAN
10
yang
penting
karena
secara
alami
berfungsi
sebagai
cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar. Jika tidak mengalami
gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air sebanyak 0,8 - 0,9 m 3/dtk. Dengan
demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan musim
kemarau.
Nilai penting inilah yang menjadikan lahan rawa gambut harus dilindungi
dan dipertahankan kelestariannya. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam
termasuk lahan rawa gambut secara bijaksana perlu perencanaan yang teliti,
penerapan teknologi yang sesuai dan pengelolaan yang tepat. Fungsi dan manfaat
ekosistem gambut mengacu pada kegunaan, baik langsung maupun tidak langsung
bagi masyarakat. Beberapa fungsi dan manfaat dapat diringkas pada Tabel 3.1
berikut.
Tabel 3.1 Fungsi dan Manfaat Hutan Rawa Gambut
11
sifatnya
itu,
gambut
memiliki
memperoleh
manfaat
besar
dari
Pasokan air
Penyimpanan karbon
di
asia
tenggara
semakin
dan
jenis
konversi
satwa,
lahan.
lahan
Bagi
gambut
konsumsi
ornamental.
maupun
Beberapa
sebagai
jenis
ikan
ikan
yang
(chana
striata),
toman
(channa
dalam
kategori
langka
13
dan
adalah
harimau
sumatera
gajah
sumatera
(elephas
Jambi,
misalnya
kawasan
ini
Bentang alam
diantara
hamparan
pantai
tua,
14
ketergantungan
masyarakat
sekitar
15
UU No. 41 tahun 1999 yang akan terkait dengan gambut yang berada di dalam
kawasan hutan. Sedangkan untuk sektor perkebunan, maka UU No. 18 tahun
2004 akan menjadi acuan bagi komoditi perkebunan yang ada di lahan gambut
(misal : kelapa sawit). Pada aspek keruangan, UU No. 27 tahun 2007 akan
berimplikasi pada kesatuan hidrologis gambut dan kesesuaiannya dengan tata
ruang. Dari keseluruhannya pada UU No. 32 tahun 2009 paling memiliki
kaitan erat dan menjadi aturan yang memayungi ekosistem gambut.
3.2.2 Peraturan Pemerintah
1. PP No.68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pelestarian Alam
PP No.44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
PP No.45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
PP No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
PP No.27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
PP No.73 tahun 2013 tentang Rawa
PP No.71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem
Gambut
Pada tataran Peraturan Pemerintah, terdapat sedikitnya 8 peraturan
18
ekosistem
gambut
kurang
memperhatikan
sifat
dan
karakteristik gambut.
4. Kebijakan RTRW belum mempertimbangkan sifat dan karakteristik
gambut.
5. Kurangnya data dan informasi tentang ekosistem gambut.
Didalam
pengembangan
ekowisata
dan
berprinsip
BAB IV
PENUTUP
21
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara umum lahan gambut memiliki peranan hidrologis yang penting
karena secara alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan
kapasitas yang sangat besar.
2. Terdapat tiga tataran peraturan yang terkait dengan ekosistem hutan
gambut yakni Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan Keppres/Inpres/
KeMen.
3. Peraturan terbaru yang dijadikan pedoman dalam pengelolaan ekosistem
hutan gambut adalah PP No.71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Ekosistem Gambut.
4. Kerusakan lahan gambut yang paling dominan adalah kegiatan
pembakaran lahan gambut.
5. Metoda konservasi ekosistem hutan gambut terdiri atas inventarisasi,
interpretasi, identifikasi, akses, perlindungan dan pemanfaatan lahan
gambut.
4.2 Saran
Saran penulis terhadap materi uraian adalah sebagai berikut :
1. Diupayakan
kegiatan
konservasi
ekosistem
lahan
gambut
dapat
22
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, W. 1986. Pengelolaan Lahan Rawa Pasang Surut dan lebak. Jurnal Litbank
Pertanian 5: 1-9.
23
Bahri,
Maswar.
2011.
Ekosistem
Lahan
Gambut.
Diakses
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24260/4/Chapter%20II.pdf
pada hari Minggu tanggal 17 April 2016 pukul 08.14 WIB.
Booth RK, Lamentowicz M, Charman DJ. 2010. Preparation and Analysis of
Testate Amoebae in Peatland Palaeoenvironmental Studies. Mires and
Peat 7:17.
Deputi III KLH. 2013. Relevansi Moratorium Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut terhadap Upaya Pengurangan Emisi GRK di Lahan Gambut.
Diakses dari http://indones ia.wetlan ds.org/Po rtals/28/P DF/3.% 20P
APARAN%20DEPUTI%20III%20MORATORIUM%20GBT- REV %20
Huda.pdf pada hari Minggu tanggal 17 April 2016 pukul 12.10 WIB
Driessen, P.M. 1977. Formation, Properties, Reclamation and Agricultural
Potential of Indonesian Mmbrogeneos Lowland Peats. Soil Reseaceha
Intitute.
Golley, F.B. (Ed.). 1977. Ecological Succession. Benchmark Papers In Ecology V.
5. Dowden. Hutchinson and Rose, Inc., Stroudsburg. Pennsylvania
Rusandi, rio.
Indonesia Peatland Network. 2010. Lahan Gambut dan Keanekaragaman Hayati.
Diakses
dari
http://www.cifor.org/ipn-toolbox/wp-content/uploads/p
df/C1.pdf pada hari Sabtu tanggal 16 April 2016 pukul 19.20 WIB.
Indrarto, Giorgio Budi. 2014. Aspek Legalitas dari Perlindungan dan
Pengelolaan Gambut di Indonesia. Diakses dari http://www.cifor.org/ipntoolbox/wp-content/uploads/pdf/A3.pdf pada hari Minggu tanggal 17 April
2016 pukul 10.41 WIB.
Maryati,
dkk.
2014.
Ekosistem
Hutan
Rawa
Gambut.
Diakses
dari
http://ekotum116bekosistemhutanrawagambut.blogspot.co.id/2014/05/mak
alah-ekosistem-hutan-rawa-gambut_23.html pada hari Sabtu tanggal 16
April 2016 pukul 13.32 WIB.
Sukadri, Doddy. 2014. Kerusakan Lahan Gambut dan Upaya Konservasi. Diakses
dari
https://aguraforestry.com/2013/12/02/kerusakan-lahan-gambut-dan-
24
25