You are on page 1of 9

ACARA IV

ISOTHERM SORPSI LEMBAB

A. Tujuan
Tujuan dari acara IV Isotherm Sorpsi Lembab adalah:
1. Menentukan sifat isotherm sorpsi lembab suatu bahan pangan
2. Mempelajari ola kurva isothern sorpsi lembab suatu bahan pangan
3. Menentukan persamaan kurva ISL berdasarkan persamaan GAB
(Guggenheim-Anderson-de Boer)
B. Tinjauan Pustaka
Secara umum ada tiga klasifikasi kurva isoterm sorpsi lembab yaitu tipe I,
tipe II dan tipe III. Kurva isoterm sorpsi lembab tipe 1 adalah suatu isotherm
adsorpsi untuk bahan berbentuk kristal, misalnya gula murni. Bahan tersebut
hanya sedikit menyerap air sampai a w-nya mencapai sekitar 0,7-0,8. Hal ini
karena pengikatan air melalui ikatan hidrogen hanya terjadi pada gugus
hidroksil bebas yang terdapat pada permukaan kristal. Pada sebagian besar
makanan, seperti serealia dan bahan makanan kering mengikuti pola sigmoid
yang tampak pada kurva isoterm tipe II. Penyerapan air bahan jenis ini
dipengaruhi secara kumulatif oleh efek-efek fisika-kimiawi sehingga tampak
dua lengkungan, yaitu pada aw sekitar 0,2-0,4 dan aw 0,6-0,7. Sedangkan
kurva isotherm tipe III merupakan bentuk khas dari kelompok senyawa anti
kempal (misal Ca-silikat) yang mampu menyerap banyak air. Pada tipe ini
biasanya terjadi perubahan kadar air yang cukup besar pada perubahan nilai
aw yang cukup kecil (Purnomosari, 2008).
Pada saat kadar air seimbang, tak ada pergerakan molekul air dalam bahan.
Dalam keadaan tersebut jumlah molekul air di lingkungan sama dengan
jumlah molekul di dalam bahan. Keseimbangan kadar air sangat dipengaruhi
oleh kelembaban nisbi lingkungan (Yusdiali, 2013).
Penentuan Isoterm Sorpsi Lembab dapat dilakukan dengan dua cara. Cara
pertama

dengan

cara

sampel

ditempatkan

dalam

ruangan

yang

kelembabannya dikontrol pada suhu konstan dan kemudian berat sampel


diukur sampai mencapai kesetimbangan (misalnya, dengan metode larutan

garam jenuh dan humidity generating instrument). Cara kedua dengan


mengurangi atau menambah kelembaban sehingga aw dan kadar air sampel
diukur (misalnya, fast isotherm method dan non-equilibrium isotherm
generating instruments). Metode larutan garam jenuh merupakan salah satu
metode yang sering dilakukan. Larutan garam jenuh digunakan agar tercapai
nilai kelembaban relatif yang setimbang dengan lingkungan dalam keadaan
suhu konstan (isoterm). Larutan garam jenuh akan berpengaruh terhadap
perubahan berat sampel yang digunakan. Ketika aw larutan garam jenuh lebih
besar dari aw bahan, akan terjadi pepindahan molekul air ke dalam bahan
sehingga terjadi penambahan berat sampel, begitu juga sebaliknya. Hal
tersebut akan terus terjadi hingga terjadi kesetimbangan (berat sampel
konstan). Selain mempengaruhi berat sampel, larutan garam jenuh terkadang
juga menimbulkan jamur pada sampel (Penner, 2013).
Secara umum bentuk persamaan GAB adalah:
abc aw
Xe
= (1b aw )( 1+ ( c1 ) b aw )
Dimana Xe merupakan kadar air setimbang (dry basis). Nilai a menunjukkan
kadar air monolayer pada bahan (dry basis), b terkait dengan sidat-sifat
molekul air dan c merujuk pada energi penyerapan yang terserap oleh
molekul air monolayer (Seid, 2012).
C. Metodologi
1. Alat
a. Toples yang bisa tertutup rapat
b. Propipet
c. Cawan aluminium
d. Angsang
e. Neraca analitik
f. Pinset
g. Oven
h. Desikator
2. Bahan
a. Garam (LiCl, MgCl2, K2CO3, Mg(NO3)2, NaNO2, NaCl, KCl, K2SO4)
b. Tepung
c. Aquades
3. Cara kerja

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 4. 1 Data ISL Foodbars Tepung Millet Putih dan Tepung Kacang Hijau
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
Sumber

Garam

aw

Kadar Air Seimbang

aw/Ka

LiCl
MgCl2
K2CO3
Mg(NO3)2
NaNO2
NaCl
KCl
K2SO4

0,113
0,321
0,436
0,499
0,628
0,749
0,83
0,967

3,64
6,12
7,03
7,84
9,02
13,43
16,57
25,42

0,031044
0,052451
0,06202
0,063648
0,069623
0,055771
0,050090
0,038041

: Laporan Sementara

Setiap bahan memiliki kurva ISL yang berbeda dengan bahan lain. Pada
kurva tersebut dapat diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu
memberikan aw yang sama, tergantung pada macam bahan. Pada kadar air
yang tinggi, belum tentu memberikan aw yang tinggi bila bahannya berbeda.
Secara umum ada tiga klasifikasi kurva isoterm sorpsi lembab yaitu tipe I,
tipe II dan tipe III. Kurva isoterm sorpsi lembab tipe 1 adalah suatu isotherm
adsorpsi untuk bahan berbentuk kristal, misalnya gula murni. Bahan tersebut
hanya sedikit menyerap air sampai a w-nya mencapai sekitar 0,7-0,8. Hal ini
karena pengikatan air melalui ikatan hidrogen hanya terjadi pada gugus
hidroksil bebas yang terdapat pada permukaan kristal. Pada sebagian besar
makanan, seperti serealia dan bahan makanan kering mengikuti pola sigmoid
yang tampak pada kurva isoterm tipe II. Penyerapan air bahan jenis ini
dipengaruhi secara kumulatif oleh efek-efek fisika-kimiawi sehingga tampak
dua lengkungan, yaitu pada aw sekitar 0,2-0,4 dan aw 0,6-0,7. Sedangkan
kurva isotherm tipe III merupakan bentuk khas dari kelompok senyawa anti
kempal (misal Ca-silikat) yang mampu menyerap banyak air. Pada tipe ini

biasanya terjadi perubahan kadar air yang cukup besar pada perubahan nilai
aw yang cukup kecil (Purnomosari, 2008).
Menurut Yusdiali (2013), kadar air seimbang merujuk pada saat tak ada
pergerakan molekul air dalam bahan dan jumlah molekul air di lingkungan
sama dengan jumlah molekul di dalama bahan. Pada penentuan ISL kali ini
digunakan larutan garam jenuh agar tercapai nilai kelembaban relatif yang
setimbang dengan lingkungan dalam keadaan suhu konstan (isoterm). Larutan
garam jenuh akan berpengaruh terhadap perubahan berat sampel yang
digunakan. Ketika aw larutan garam jenuh lebih besar dari aw bahan, akan
terjadi pepindahan molekul air ke dalam bahan sehingga terjadi penambahan
berat sampel, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut akan terus terjadi hingga
terjadi kesetimbangan (berat sampel konstan). Selain mempengaruhi berat
sampel, larutan garam jenuh terkadang juga menimbulkan jamur pada sampel
(Penner, 2013).

ISL
30
25
f(x) = 34.48x^2 - 14.53x + 5.87
R = 0.97

20

ISL
Polynomial (ISL)

15
10
5
0
0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.2

Gambar 4.1 Grafik Isoterm Sorpsi Lembab


Grafik diatas merupakan hubungan antara aw dan Ka sampel dengan larutan
garam jenuh yang berbeda. Garam yang digunakan berturut-turut LiCl,
MgCl2, K2CO3, Mg(NO3)2, NaNO2, NaCl, KCl, K2SO4. Dengan garam LiCl
diperoleh nilai aw 0,113 dan Ka 3,64, dengan garam MgCl2 diperoleh nilai aw

0,321 dan Ka 6,12, dengan garam K2CO3 diperoleh nilai aw 0,436 dan Ka 7,03,
dengan garam Mg(NO3)2 diperoleh nilai aw 0,499 dan Ka 7,84, dengan garam
NaNO2 diperoleh nilai aw 0,628 dan Ka 9,02, dengan garam NaCl diperoleh
nilai aw 0,749 dan Ka 13,43, dengan garam KCl diperoleh nilai aw 0,03 dan Ka
16,57, dan dengan K2SO4 diperoleh nilai aw 0,967 dan Ka 25,42. Dari grafik
tersebut dibuat persamaan polinomial pangkat dua dengan menggunakan
perangkat lunak. Dari perhitungan diperoleh persamaan y= 34,483x2
14,527x + 5,8735.

GAB
0.08
0.06
aw/Ka

f(x) = - 0.17x^2 + 0.19x + 0.01


R = 0.95
GAB

0.04

Polynomial (GAB)

0.02
0
0

0.2 0.4 0.6 0.8

1.2

aw

Gambar 4.2 Grafik persamaan GAB


Grafik diatas merupakan hubungan antara aw dan aw/Ka sampel dengan larutan
garam jenuh yang berbeda. Garam yang digunakan berturut-turut LiCl, MgCl 2,
K2CO3, Mg(NO3)2, NaNO2, NaCl, KCl, K2SO4. Dengan garam LiCl diperoleh nilai
aw 0,113 dan aw/Ka 0,031044, dengan garam MgCl2 diperoleh nilai aw 0,321 dan
aw/Ka 0,052451, dengan garam K2CO3 diperoleh nilai aw 0,436 dan aw/Ka
0,062020, dengan garam Mg(NO3)2 diperoleh nilai aw 0,499 dan aw/Ka 0,063648,
dengan garam NaNO2 diperoleh nilai aw 0,628 dan aw/Ka 0,06923, dengan garam
NaCl diperoleh nilai aw 0,749 dan aw/Ka 0,055771, dengan garam KCl diperoleh
nilai aw 0,83 dan aw/Ka 0,050090, dan dengan K2SO4 diperoleh nilai aw 0,967 dan
aw/Ka 0,038041. Dari grafik tersebut dibuat persamaan GAB secara manual

(perhitungan

terlampir).

Persamaan

GAB

yang

diperoleh

92,5923 a w
M=

(1+17,75 aw 15,7555 a w 2)

E. Kesimpulan

LAMPIRAN

Sumbu x

= aw

Sumbu y

= aw/Ka

Persamaan polinomial pangkat 2 : y= -0,1706x2 + 0,1917x + 0,0108


Dimana,
aw/M = a1 + a2 aw + a3 aw2
aw/M = 0,0108 + 0,1917 aw 0,1706 aw2
a1

= 0,0108

a2

= 0,1917

a3

= - 0,1706

nilai K

a
( 2)2 4 a1 a 3

= a2
2 a1

0,191 7 (0,191 7)24 (0,0 108)(0,1706)


=
2( 0,0108)

adalah

K1

0,1917 0,0 4412


0,0216

0,1917 0,2100
0,0216

0,19170,2 1
0,0 2 16

= -18,5972
K2

0,191 7+0, 21
0,0 216

= 0,8472
Diambil nilai K= 0,8472
Nilai C
C

a2
2+
=
a1 K
=

2+

0,1917
0,0108 0,8472

2+

0,1917
9,14976 x 103

= 2 + 20,9514
= 22,9514
Nilai M0
M0

1
a1 K C

1
0,0108 0,8472 22,9514

= 4,7619

Persamaan GAB
M
M0 =
M
4,7619

K C aw
( 1K aw ) ((1K aw)+(C K aw))

0,8472 22,9514 a w

( 10,8472 a w ) ((10,8472 a w )+( 22,9514 0,8472 a w ))


M
4,7619
M
4,7619
M
4,7619
M
4,7619

19,4444 a w
( 10,8472 aw ) (10,8472 aw +19,4444 aw)
19,4444 aw

( 10,8472 aw ) (1+ 18,5972 a w)


19,4444 a w

(1+18,5972 aw 0,8472 a w 15,7555 aw 2)


19,4444 aw

(1+17,75 a w 15,7555 aw 2 )
92,5923 aw

(1+17,75 a w 15,7555 aw 2 )

DAFTAR PUSTAKA

Penner, E. A. 2013. Comparison of the New Vapor Sorption Analyzer to the Traditional
Saturated Salt Slurry Method and the Dynamic Vapor Sorption Instrument.
Thesis Master of Science and Human Nutrition University of Illinois at
Urbana-Champaign.
Purnomosari, D. 2008. Studi Isoterm Sorpsi Lembab dan Fraksi Air Terikat pada Tepung
Gaplek. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Yusdiali, W. 2013. Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian terhadap Tingkat Kadar Air
dan Keasaman Kopi Robusta (Coffea robusta). Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin.
Seid, R. M & O. Hensei. 2012. Experimental Evaluation of Sorption Isotherms of Chili
Pepper: an Ethiopian Variety, Mareko Fana (Capsicum annum L.). Agric.
Eng. Int: CIGR Journal Vol. 14, No. 4.

You might also like