Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempacetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelican, zat pembasah, atau zat lain yang cocok (Depkes RI,
1979).
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
menggunakan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan
tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.
Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya untuk
hewan besar (Depkes RI, 1995).
Metode cetak langsung merupakan metode pembuatan tablet yang dilakukan
dengan cara mengkompresi secaralangsung campuran serbuk dari bahan tanpa
proses granulasi terlebih dahulu. Sehingga metode cetak langsung merupakan
metode pembuatan tablet yang sangat efisien dan banyak dikembangkan oleh
kalangan industry farmasi. Seiring dengan meningkatnya penggunaan metode
cetak langsung tersebut maka kebutuhan bahan pengisi untuk tablet cetak
langsung juga meningkat. Syarat utama suatu bahan pengisi dapat digunakan
untuk tablet cetak langsung adalah mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang
baik. (Wicaksono, 2008).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu granulasi basah,
granulasi kering (measin rol atau mesin slug), dan kempa langsung.
(Syamsuni,2006).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan yang dibuat dengan cara mencetak dalam perdagangan telah diganti
dengan tablet yang dibuat dengan cara kompresi. Pembahasan berikut ini
dimaksudkan untuk keperluan mahasiswa yang dapat menggunakan proses
pencetakan dalam laboratorium (Ansel, 1989).
Pada waktu menggabungkan kedua bagian cetakan, para ahli farmasi harus
berhati-hati agar bagian atas dari piring tepat ada pada bagian yang lainnya,
kedudukannya tepat masing-masing dengan pasangannya dimana punch da die
dapat bertemu secara tepat. Untuk membantu ahli farmasi, pembuat cetakan
umumnya memakai dua bagian cetakan yang satu lebih bundar ujungnya dan
bagian lainnya lebih datar dan keduanya dipasang pada arah yang sama bila kedua
bagian ini dipertemukan. Bagian piring yang atas yang biasanya mengandung
sejumlah cetakan yang sama dan sepasang dari punch pada bagian bawah yang
menandakan keduanya sebagai satu unit. Pada pemasangan bagian atas, biasanya
menggunakan nomor-nomor yang menghadap ke atas untuk punch pasangannya
(Ansel, 1989).
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil,
umumnya silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk
peracikan obat. Jenis tablet ini sekarang sudah jarang digunakan (Syamsuni,
2006).
Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah
melarut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu
sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik (Syamsuni, 2006).
Dulu umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik.
Diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti
halnya pada tablet nitrogliserin, diberikan secara sublingual (Depkes RI, 1995).
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara
oral atau jika diperlakukan ketersediaan obat yang cepat seperti tablet nitrogliserin
(Syamsuni, 2006).
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara pipi dan
gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
(Syamsuni, 2006).
1.Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope. 2.Eksipien (bahan
tambahan) antara lain: (A) bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar
volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika
zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat
dibase, dan selulosa mikro kristal, (B) bahan pengikat (binder) berfungsi
memberikan gaya adhesi pada masa serbuk sewaktu granulasi serta menambah
gaya kohesi pada bahan pengisi, misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,
metil selulosa, CMC, pasta pati terhidrolisis, selolasa mikro kristal, (C) bahan
penghancur/pengembang (disintegrant) berfungsi membantu hancurnya tablet
setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara kimia,
asam alginat, selulosa mikro kristal, dan povidon-silang, (D) bahan pelicin
(lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan
tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan.
Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati
terhidrogenasi, dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofob sehingga dapat
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar
lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam lauril sulfat dapat
digunakan, tetapi kurang memberi daya lubrikasi yang optimal dan diperlukan
dalam kadar yang lebih tinggi, (E) glidan, dalah bahan yang dapat meningkatkan
kemampuan mengalir serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa
proses granulasi. Misalnya silika pirogenik koloidal, (F) bahan penyalut (coating
agent). (Syamsuni, 2006).
3.Ajuvan
(A).Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai
estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan
(Syamsuni, 2006).
(B).Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang
tidak enak (misalnya tablet hisap Penicillin), biasanya digunakan untuk tablet
yang penggunaannya lama di mulut misalnya macam-macam minyak atsiri.
(Syamsuni, 2006).
Seperti terlihat sebelum ini,granula adalah gumpalan-gumpalan dari
partikel-partikel yang lebih kecil. Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi
seperti partikel tunggal yang lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan
4-12, walaupun demikian granula dari macam-macam ukuran lubang ayakan
mungkin dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya.. (Ansel,1989)
Beberapa
granul
bahan
kimia
seperti
kalium
klorida,kalium
tablet
dikompressi
sehingga
mengurangi
penyebab
terjadinya
capping(terlepasnya bagian atas seperti tutup) atau keretakan dari tablet segera
setelah dikompresi. (Ansel,1989).
Eksipien formulasi tablet
Komposisi tablet umumnya terdiri atas BA dan eksipien(ada sejumlah kecil tablet
yang dapat dibuat tanpa eksipien). Untuk dapat menghantarkan obat dalam jumlah
(dosis)yangcukup pada penggunaan klinik,diberikan bentuk sediaan yang dapat
diterima pasien. Eksipien ditambahkan dengan berbagai fungsi dan tujuan
sebagai:
1.pengisi/pengencer
2.pengikat
3.penghancur
4.pelincir(lubricants)
5.anti lengket(anti adhesive)
6.peicin(glidants)
8.zat warna
9.peningkat rasa
10.pemanis
11.penutup rasa. (Agoes,2009).
Eksipien untuk kempa/cetak langsung
Pemilihan eksipien haruslah berdasarkan pertimbangan persyaratan fungsional
untuk menghasilkan tablet kempa /cetak langsung pada skla industri(komersial).
Persyaratan dasar fungsional adalah dapat dikempa(compaction),sifat aliran
baik(flowability),lubrikansi,disintegrasi,dan disousi. (Agoes,2009)
Dalam pemiihan eksipien untuk kempa langsung perlu diperhatikan factor-faktor
berikut ini.
1.keterkempaan tinggi(high compactibility).
2.sifat aliran baik.
3.sifat
ketercampuran,tanpa
pemisahan
potensial
BA
dan
eksipien(ketidaksempurnaan campuran).
4.sensitivitas rendah terhadap lubrikan pada pengempaan dan stabilitas yang baik.
5.peningkatan disintegrasi dan disolusi tablet.
6.tidak mengganggu ketersedian hayati BA,dan
7.reprodusibilitas antarbet baik ditinjau dari sifat fisika maupun sifat fisiko
mekanikal. (Agoes,2009).
Pengisi,pengikat,dan desintegran untuk kempa langsung
Kemajuan pesat kempa langsung dipicu oleh penemuan mikrokristalin
selulosa(Avicel PH mikrokristalin cellulose(MCC) walaupun laktosa kering beku
sudah ditemukan satu tahun sebelumnya. Keduanya sering digunakan dalam
bentuk campuran dalam formuasi tablet kempa langsung. Eksipien kempa
langsung yang sering dikatakn sebagai pengisi pengikat sudah pula digunakan
sejak beberapa puluh tahun terakhir.Untuk meningkatkan fungsionalitas
amilum(pati),diintroduksi amilum pregelatinasi sebagai pengisi pengikat dan
penghancur.
Eksipien
dihidrat(encompres),kalsum
anorganik,seperti
sulfat
kalsium
dihidrat(compactrol),dan
fosfat
dibase
tri
kalsium
. (Rori,dkk., 2016).
Tablet dapat dilarutkan dan solusi dioleskan atau bahkan disuntikan, jika
air steril yang cocok digunakan dengan teknik yang tepat. Kadang tablet tertentu
yang digunakan dalam meracik jumlah yang terlalu kecil untuk ditimbang akurat
dalam bentuk murni. (Jenkins, dkk., 1966).
Obat tablet bervariasi dalam berat mulai dari 3mg sampai 60mg dan diameter
dari sampai 1/8 atau lebih. Tablet untuk pemberian oral dapat bervariasi karena
formulanya; namun berat tablet biasanya antara 0,2 sampai 0,8mg termasuk
pengencer. Tablet yang ditujukan unuk keperluan selain pemberian oral kadangkadang lebih besar. (Jenkins, dkk., 1966).
Uji waktu alir, granul dimasukkan kedalam corong setinggi 2/3 tinggi
corong lalu dialirkan melalui ujung corong dan dihitung waktu alirnya.
Persyaratan : 10 detik untuk 100 g granul. (Rori, dkk., 2016).
Syarat syarat tablet :
- Memenuhi keseragaman ukuran, diameter tablet tidak lebih dari
3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet
- Memenuhi keseragaman bobot. Keseragaman bobot ditetapkan
sebagai berikut : ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata rata
tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2
tablet yang menyimpang dari bobot rata rata lebih besar dari
harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet
pun yang bobotnya meyimpang dari bobot rata rata lebih dari
harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan
tidak satu tablet yang bobotnya meyimpang lebih besar dari
bobot rata rata yang ditetapkan dalam kolom A dalam kolom B.
- Memenuhi waktu hancur
- Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
- Memenuhi waktu larut, diuji dulu kekerasan dan kerapuhannya.
(Anief, 1997).
Sebagian besar tablet secara oral, tetapi beberapa jenis khusus digunakan
untuk keperluan lain. Tablet diambil secara internal dapat diformulasikan untuk
menghasilkan efek sistemik atau untuk menghasilkan efek lokal di lambung dan
saluran usus. Tablet biasanya ditelan utuh, tetapi mereka dapat dihancurkan dan
dicampur dengan air sebelum dikonsumsi atau mungkin dikunyah (Jenkins, dkk.,
1966).
Pada pemberian sediaan padat, obat harus larut dalam bentuk kering, maka
bentuk kapsul dan tablet yang paling sering digunakan. Keduanya efektif,
memberikan kenyamanan dan kemantapan dalam penanganan, pengenalan dan
pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan padat
pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat
ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil (Ansel, 1989).
Ada 4 metode utama dalam memproduksi tablet menurut Jones (2008):
1. Granulasi basah
2. Granulasi kering
3. Kompresi Lansung
4. Rol Pemadatan
Pemilihan proses pembuatan tablet yang digunakan tergantung pada
beberapa faktor, termasuk sifat kompresibilitas dari agen terapi, ukuran partikel
dari agen terapi dan bahan pengisi, dan stabilitas kimia dari agen terapi selama
proses pembuatan (Jones, 2008).
Tablet kompresi tidak hanya yang paling banyak digunakan dalam bentuk
sediaan oral, tetapi juga yang paling banyak digunakan dari setiap bentuk sediaan.
Meskipun beberapa instansi produksi tablet kompresi skala kecil hampir secara
eksklusif mendominasi dari industri farmasi. Seperti namanya, tablet kompresi
dibentuk oleh penerapan tekanan untuk sebagian kecil dari serbuk, butiran, atau
formulasi Kristal yang terbatas dalam ruang kecil (Banker, C., 1982).
Formulasi tablet kompresi adalah campuran dari bahan yang mengandung
obat aktif dan berbagai eksipien yang menanamkan sifat yang sesuai aliran,
kelengketan, dan karakteristik antilengket. Ini memungkinkan bentuk sediaan
padat terbentuk dan terus bersama-sama sekali tekanan diterapkan untuk formulasi
menggunakan perkakas dan mesin yang sesuai (Banker, C., 1982).
10
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
(Copley)
Disintegration Tester
(Copley)
Gelas Beker
Gelas ukur
Hot plate
Kertas perkamen 1 kajang
Kertas Perkamen kecil
Kuas
Lemari pengering
Loyang
Lumpang
Mesin Pencetak Tablet
Penjepit tabung
Pinset
Pot plastik besar
Roche Friabilator
Serbet
Spatula
Strong Cobb
Sudip
Timbangan analitik
Tissue 250 sheets
(Erweka)
(Copley)
(Copley)
(Boeco Germany)
(Nice)
3.2. Bahan
Air panas
Amilum manihot
Antalgin
Laktosa
11
Magnesium Stearat
Mucilago amily
Talkum
3.2.1 Formula Lengkap
R/ Antalgin
500 mg
30%
Amilum manihot
10%
Talkum
1%
Mg Stearat
1%
Laktosa
q.s
: Granulasi basah
Diameter
: 13 mm
Bobot tablet
: 650 mg
Jumlah tablet
: 100 tablet
: 100 tablet
= 100 tablet x 650 mg
= 65000 mg
= 65 gram
= 500 mg x 100
Antalgin
= 50000 mg
= 50 gram
Amilum manihot 10%
= 10/100 x 65 gram
= 6,5 gram
= 30/100 x 65 gram
= 19,5 gram
12
Aquadest 90%
Talkum 1%
Mg Stearat 1%
= 0,65 gram
Laktosa
7,2 gram
19,5 gram
x 100%
= 25,74%
Bahan pengikat yang tersisa
Persentase berat
60,45 gram
65
x 100%
= 0,93 x 100%
= 93%
100
=
x berat kering
x
100
93
x 53 gr
= 56,98 gram
3.3 Prosedur Percobaan
Ditimbang Antalgin, mucilago amily, amilum manihot dan Laktosa.
13
yang transparan
Ditimbang berat
mucilago
amily,
jika
kurang
ditambahkan
granul mengalir.
3.5.1.3. Prosedur Indeks Tap Rasio
Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur.
Ditapping sebanyak 20 kali.
Ditentukan penurunan volume.
Dilakukan tapping sampai hasil penurunan granul stabil.
3.5.2. Prosedur Pencetakan Granul Menjadi Tablet:
Disiapkan mesin pencetak tablet single punch.
14
15
3.7.
Flowsheet
3.7.1 Flowsheet Pembuatan Mucilago Amily
Pembuatan mucilago amily:
Ditimbang amilum manihot seberat 1,95 gram
Diukur aquadest 17,55 ml di dalam gelas ukur
Ditara beaker glass dan batang pengaduk
Dimasukkan aquadest dan amilum manihot ke dalam beaker
glass
Dipanaskan di atas hot plate sambil diaduk hingga terbentuk
larutan yang kental dan transparan
Ditimbang berat mucilago amily, jika kurang ditambahkan
dengan air panas, dan diaduk kembali.
Mucilago amily = 19,5 g
16
17
3.7.3
Granul kering
Kedalam corong alir yang ditutup bagian bawahnya, dialirkan
granulat kering yang akan dicetak
Lalu dibuka dan granul dibiarkan mengalir
Dihitung sudut diamnya.
= 31,040
3.7.3.2 Flowsheet Waktu Alir
Granul kering
Dimasukkan granul yang akan dicetak ke corong alir.
Dialirkan hingga seluruh granul mengalir.
Ditentukan waktu alir mulai dari granul mengalir sampai seluruh
granul mengalir.
18
19
3.7.5
20
kurang dari 15 cm
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
4.1.1
= 31,040
Kesimpulan:
Sudut
Diameter (d=cm)
10,4
10,3
10,5
10,4
diam
rata-rata
granul
adalah
menunjukkan bahwa granul memenuhi syarat sudut diam (200 < < 400)
4.1.1.2 Hasil Waktu Alir
No.
1.
2.
3.
t rata-rata
22
31,040
Vo
Vtap
.
1.
2.
3.
24,50
23,75
24,50
23,50
21,75
22,75
Rumus:
I.1
I.2
I=
V o V tap
Vo
x 100%
V oV tap
Vo
( 24,523,5
)
24,5
= 4,08%
V oV tap
=
Vo
I.3
x 100%
x 100%
x 100%
( 23,7521,75
)
23,75
= 8,42%
V oV tap
=
Vo
x 100%
x 100%
( 24,522,75
)
24,5
x 100%
= 7,14%
Rata-rata
I .1+I .2+I .3
3
6,54%
Kesimpulan: Indeks tap rata-rata granul adalah 6,54% menunjukkan
bahwa granul memenuhi syarat Indeks tap (I 20%)
4.1.2 Hasil Pencetakan Granul Menjadi Tablet
Jumlah granul yang dicetak menjadi tablet adalah 90 tablet.
4.1.3 Hasil Uji Evaluasi
23
Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang
berat seluruhnya
20 tablet
Penyimpangan
A
B
15 %
30 %
10 %
20 %
7,5 %
15 %
5%
10 %
12,23 1000 mg
20
= 611,5
mg
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bobot (mg)
Deviasi
No
570
41,5
11
630
18,5
12
590
21,5
13
620
8,5
14
600
11,5
15
580
31,5
16
610
1,5
17
630
18,5
18
610
1,5
19
620
8,5
20
deviasi
A1 = bobot ratarata 100 %
=
41,5
611,5
100 %
= 6,78 %
A2 =
deviasi
bobot ratarata
=
31,5
611,5
100 %
100 %
= 5,15 %
24
Bobot (mg)
610
620
620
620
630
620
610
610
620
620
Deviasi
1,5
1,5
8,5
8,5
18,5
8,5
1,5
1,5
8,5
8,5
B1 =
deviasi
bobot ratarata
=
41,5
611,5
100 %
100 %
= 6,78 %
Kesimpulan: Tablet memenuhi persyaratan keseragaman bobot,
karena tidak ada 2 tablet yang lebih dari 5 % dan satu pun
tablet lebih dari 10 %.
4.1.3.2 Hasil Waktu Hancur
Syarat :
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi waktu yang dibutuhkan
untuk menghancurkan 6 tablet biasa tidak boleh lebih dari 15 menit
No
Waktu (menit)
1
5,43
2
7,55
3
10,12
4
11,28
5
12,53
6
14,35
Rata-rata
10,43
Kesimpulan: Tablet memenuhi persyaratan waktu hancur, karena tidak
satupun tablet yang waktu hancurnya lebih dari 15 menit.
4.1.3.3 Hasil Uji Kekerasan Tablet
Syarat : 4-8 kg
No
1
2
3
4
5
Rata-rata
Kesimpulan:
Kekerasan (kg)
3,75
4,90
7,80
6,75
7,40
6,12
tablet memenuhi persyaratan kekerasan tablet yaitu
dengan rata-rata 6,12. Dimana persyaratan tablet 4-8 kg.
25
Friabilitas :
12,2312,14
12,23
100%
= 0,73 %
Kesimpulan: tablet memenuhi persyaratan friabilitas tablet, karena tidak
melebihi persyaratan (< 0,8)
26
4.2.
Pembahasan
Dalam percobaan ini, dilakukan pencetakan tablet antalgin yang sebelumnya
telah memenuhi pengujian preformulasi (sudut diam, waktu alir, dan indeks tap).
Tablet antalgin yang telah dicetak yaitu sebanyak 90 tablet, jumlah tablet yang
kami dapatkan tidak sesuai dengan jumlah tablet yang seharusnya dicetak dalam
percobaan ini yaitu 100 tablet. Hal ini disebabkan adanya beberapa kesalahan
yang kami lakukan ketika menjalani praktikum, diantaranya: adanya bahan yang
tumpah pada saat proses praktikum, adanya bahan yang tinggal pada lumpang saat
proses penggerusan, adanya bahan yang tertinggal pada proses pengayakan.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tablet antalgin yang telah dicetak yaitu sebanyak 90 tablet, jumlah
tablet yang didapatkan tidak sesuai dengan jumlah tablet yang
seharusnya dicetak dalam percobaan ini yaitu 100 tablet. Hal ini
disebabkan adanya beberapa kesalahan ketika menjalani praktikum,
diantaranya: adanya bahan yang tumpah pada saat proses praktikum,
28
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. (2009). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit
ITB. Halaman 197-199
Anief, M. (1994). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Halaman 215.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Halaman 240-245.
29
Banker, G.S. dan Chalmers, R.K. (1982). Pharmaceutics and Pharmacy Practice.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company. Halaman: 222-223.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 6-7.
Depkes RI.(1975).Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 14-16.
Jenkins, G.L., dkk. (1966). Clinical Pharmacy. London: McGraw-Hill Book
Company. Halaman 81-83.
Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: EGC. Halaman 165,174-175.
Syifa, Nailis dan Wicaksono, Yudi. (2008). Pengembangan pati singkong-avicel
ph 101 menjadi bahan pengisi co-process tablet cetak langsung. Majalah
Farmasi Indonesia. Halaman: 165-167.
Winda M.Rori, dkk. (2016). Formulasi dan evaluasi sediaan tablet ekstrak daun
gedi hijau(Abelmoschus manihot)dengan metode granulasi basah. Jurnal
Ilmiah Farmasi. Halaman: 245.
(JAEN ERNIST)
30