You are on page 1of 5

ACARA V

KULTUR MIKROSTEK
i. Tujuan
1. Mengetahui cara penanaman mikrostek secara in vitro pada medium
buatan
2. Mengetahui pengaruh sukrosa terhadap perkembangan tunas pada kultur
mikrostek
ii. Dasar Teori
Krisan merupakan bunga potong yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi,sehingga prospeknya sangat baik. Pasar potensial bunga krisan antara
lain Jerman, Inggris, Italia, Swiss, Australia, Amerik Selatan, Swedia,
Denmark, Jepang dan lainnya. Dalam rangka memenuhi kebutuhan bunga
krisan dalam negeri dan luar negeri (ekspor), Indonesia berpeluang untuk
mengembangkan usaha bunga krisan.Krisan dapat diperbanyak secara
generatif dan vegetatif. Perbanyakan bunga krisan secara generatif jarang
dilakukan karena sulit dan bersifat neterozigot (keturunan dari biji tidak
sama

dengan

induknya).

Selain

itu,perbanyakan

secara

generatif

membutuhkan waktu lama dan penanganan khusus (Maryati Y dan Zamromi


2005)
Perbanyakan krisan secara vegetatif biasanya melalui setek pucuk,
anakan dan kultur jaringan. Perbanyakan krisan secara kultur jaringan dapat
menghemat waktu dan dapat diperoleh jumlah bibit krisan banyak. Tanaman
krisan dapat dikembangkan dengan kultur jaringan melalui teknik meristem
culture yaitu teknik kultur jaringan dengan menggunakan bagian tanaman
jaringan muda atau meristem. Selain itu, kelebihan kultur meristem yang
mampu menghasilkan bibit tanaman identik dengan induknya. (Nugroho dan
Sugito, 2000)

28

29

Kultur meristem mampu meningkatkan laju induksi dan penggandaan


tunas, mampu memperbaiki mutu bibit yang dihasilkan, serta mampu
mempertahankan sifat-sifat morfologi yang positif (Rice dkk, 1992).
Dalam kultur jaringan sangat diperlukan zat pengatur tumbuh untuk
merangsang pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan
organ Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah sitokinin dan auksin.
Sitokinin yang biasa digunakan 6-Benzil Amino Purin (BAP) dan kinetin,
sedang auksin yang digunakan adalah IAA, NAA dan IBA. Zat pengatur
tumbuh ini diperlukan untuk pertumbuhan eksplan. Pembentukan kalus,
jaringan kuncup dan jaringan akar ditentukan oleh penggunaan zat pengatur
tumbuh yang tepat baik macam maupun konsentrasinya (Hendaryono dan
Wijayanti, 1994)
iii. Alat dan Bahan
1. Alat :
a) Laminair air flow cabinet/Entkas
b) Pinset
c) Pisau blade
d) Petridish
e) Lampu spiritus
f) Aluminium foil steril
2. Bahan :
a) Media
b) Planlet krisan
c) Alkohol 70%

iv. Langkah Kerja


1. Mengeluarkan planlet dari botol
2. Memotong tunas dengan ukuran 1 cm
3. Menanam tunas pada media baru yang steril

30

v. Hasil dan Analisis


Tabel 5.1. Pertumbuhan kultur mikrostek pada tanaman krisan
Perlakuan
1

Media
S1 : MS
sukrosa 20
g/l +BA 1
ppm
S2 : MS
sukrosa 30
g/l +BA 1
ppm
S3 : MS
sukrosa 40
g/l +BA 1
ppm

Saat tumbuh tunas (hari)

Saat tumbuh akar (hari)

II

III

IV

VI

II

III

IV

VI

11

11

1
2

1
0

1
2

1
3

1
5

1
5

1
2

1
2

1
4

1
6

1
4

1
0

11

1
2

1
2

1
4

11

Tabel 5.2. Persentase hidup pada kultur mikrostek tanaman krisan


Perlakuan
1

vi.

Media
S1 : MS
sukrosa 20
g/l +BA 1
ppm
S2 : MS
sukrosa 30
g/l +BA 1
ppm
S3 : MS
sukrosa 40
g/l +BA 1
ppm

Saat tumbuh tunas (hari)


II
III
IV
V

VI

Persentase
hidup

50,0%

83,3%

66,6%

Pembahasan
Berdasarkan data dan hasil pengamatan praktikum kultur mikrostek
menggunakan eksplan krisan menunjukkan perbedaan pertumbuhan tunas,
akar dan persentase hidup dengan 3 perlakuan terhadap 6 sampel tanaman.
Perlakuan pertama dengan menggunakan media S1 : MS sukrosa 20 g/l +BA
1 ppm. Pada pertumbuhan tunas tanaman I tumbuh pada hari ke-11, tanaman

31

II tumbuh pada hari ke-11 dan tanaman IV tumbuh pada hari ke-12.
Sedangkan pada pertumbuhan akar tidak mengalami pertumbuhan.
Persentase hidup yang diperoleh 50% dari 6 sampel tanaman krisan.
Perlakuan kedua dengan menggunakan media S2 : MS sukrosa 30 g/l
+BA 1 ppm. Pada pertumbuhan tunas tanaman II tumbuh pada hari ke-10,
tanaman III tumbuh pada hari ke-12, tanaman IV tumbuh pada hari ke-13,
tanaman V tumbuh pada hari ke-15 dan tanaman VI tumbuh pada hari ke-15.
Sedangkan pada pertumbuhan akar tidak mengalami pertumbuhan.
Persentase hidup yang diperoleh 83,3% dari 6 sampel tanaman krisan.
Perlakuan ketiga dengan menggunakan media S3 : MS sukrosa 40 g/l
+BA 1 ppm. Pada pertumbuhan tunas tanaman I tumbuh pada hari ke-10,
tanaman II tumbuh pada hari ke-12, tanaman III tumbuh pada hari ke-13,
tanaman IV tumbuh pada hari ke-15 dan tanaman V tumbuh pada hari ke-15.
Sedangkan pada pertumbuhan akar tanaman I tumbuh pada hari ke-10, akar
tanaman II tumbuh pada hari ke-11, akar tanaman III tumbuh pada hari ke12, akar tanaman IV tumbuh pada hari ke-12, akar tanaman V tumbuh pada
hari ke-14 dan akar tanaman VI tumbuh pada hari ke-11. Persentase hidup
yang diperoleh 83,3% dari 6 sampel tanaman krisan.

vii.

Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
pada mikrostek dengan eksplan krisan dapat dilakukan dengan cara in vitro
pada media buatan, berupa media dengan konsentrasi sukrosa yang berbeda
+ BA 1 ppm. Pengaruh sukrosa dengan perlakuan media sukrosa MS 30 g/l
+BA 1 ppm baik untuk pertumbuhan tunas sedangkan pada perlakuan

32

sukrosa MS 40 g/l +BA 1 ppm dapat membentuk tunas dan akar namun
memiliki persentase hidup yang rendah.
viii.

Daftar Pustaka
Hendaryono, D. S. dan Wijayanti . 2000. Pedoman Kultur Jaringan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nugroho, A dan Sugito. 2000. Pedoman Pelaksanaan Kultur Jaringan.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Maryani Y dan Zamroni. 2005. Penggandaan Tunas Krisan Melalui Kultur
Jaringan. Ilmu Pertanian. Vol 12 No 1, 2005 : 51-55
Rice, R..D., Anderson, P.G., Hall, J.F. dan Ranchod, A. 1992.
Micropropagation Principles and Commercial Practise dalam Plant
Biotechnology. Fowler, M.W., Warren, G.S. dan Moo, Y.M. (Ed.).
Pergamon Press Oxford, New York, Seoul, Tokyo, p : 130-149.

You might also like