You are on page 1of 20

PRAKTIKUM PETROGRAFI

Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

Khairil

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Rusman
Hari/Tgl

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Petrografi adalah ilmu memerikan dan mengelompokkan batuan.

Pengamatan seksama pada sayatan tipis batuan dilakukan dibawah mikroskop,


dengan tentunya didukung oleh data-data pengamatan singkapan batuan di
lapangan. Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan diamati mineral
penyusun batuan, selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan sangat membantu
dalam pengelompokan batuan selain memberikan gambaran proses yang terjadi
selama pembentukan batuan.
Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian
mmempelajari

batuan

berdasarkan

kenampakan

mikroskopis,

yang

termasuk

didalamnya untuk dipergunakan sebagai langkah pemerian, pendeskrifsian dan


klasifikasi batuan. Pemerian secara petrografi

pada batuan pertama-tama

melibatkan identifikasi mineral (bila memungkinkan), dan penentuan komposisi


dan hubungan tekstural antar butir batuan. Petrografi sendiri merupakan
kepentingan yang tak terbatas namun bila mempertimbangkan sebagian dari
petrologi kepentingan akan menjadi luas, dimana petrografi memberikan data
umum yang petrologi perjuangkan untuk menginterpretasikan dan menerangkan
asal usul batuan.
Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat fisik batuan seperti
tekstur, struktur, komposisi mineral maupun mineraloginya secara khusus dan
perilaku mineral mineral penyusun batuan tersebut tidak dapat dideskripsikan

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

secara megaskopis di lapangan. Jadi, metode konoskop adalah suatu metode


yang sangat mendasar dengan fungsi untuk mendukung analisa data geologi.
1.2

Maksud dan Tujuan


Maksud dilakukannya praktikum petrografi acara pengamatan konoskop

adalah untuk mengidentifikasi sifat 6ptic mineral melalui pengamatan


konoskop.
Tujuan dari praktikum petrologi acara pengamatan konoskop adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi sifat optik mineral melalui
pengamatan konoskop
2. Untuk mengetahui kenampakan

mineral

dalam

pengamatan

konoskop
1.3

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dari praktikum petrografi acara

pengamatan konoskop dapat dilihat pada 6table 1.3.1 sebagai berikut :


Tabel 1.3.1 Alat dan Bahan serta Kegunaan

No.
1.

Alat dan Bahan


ATK

Kegunaan
Sebagai perlengkapan tulis menulis
Sebagai alat yang digunakan untuk

2.

Mikroskop Polarisasi

mengamati

3.

Sayatan Tipis Batuan

4.

Tabel Identifikasi

batuan
Sebagai objek yang akan diamati
Sebagai tempat untuk menulis hasil

5.

Kamera

objek

sayatan

tipis

identifikasi
Untuk mengambil gambar sampel

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl
6.

Papan Clipboard

Sebagai papan alas untuk menulis


Untuk

7.

Tabel Michel Levy

pada

menentukan
pengamatan

Birefringence
mineral

nikol

silang.
1.4

Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum petrografi acara

pengamatan konoskop adalah sebagai berikut :


1.
2.
3.
4.
5.

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.


Mengidentifikasi sumbu optik mineral.
Mengidentifikasi tanda optic mineral.
Melakukan identifikasi Gambar inteferensi.
Memotret objek sayatan tipis menggunakan kamera digital atau
Handphone.

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

Khairil

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Rusman
Hari/Tgl

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian
mmempelajari

batuan

berdasarkan

kenampakan

mikroskopis,

yang

termasuk

didalamnya untuk dipergunakan sebagai langkah pemerian, pendeskrifsian dan


klasifikasi batuan. Petrografi adalah ilmu memerikan dan mengelompokkan
batuan. Pengamatan pada sayatan tipis batuan dilakukan dibawah mikroskop,
dengan tentunya didukung oleh data - data pengamatan singkapan batuan di
lapangan ( Graha D., 1987 ).
Petrografi sangat berhubungan dengan disiplin ilmu geologi yang lain.
Seperti dengan ilmu Petrolgi. Petrografi dengan Petrologi sangat berhubungan
erat dimana petrologi mempelajari batuan, baik proses, asal usul batuan,
petrogenesa (mempelajari batuan secaara luas) sedangkan petrografi merupakan
cara untuk mempelajari batuan atau cara deskripsi batuan. Petrografi juga sangat
berhubungan dengan Kristalografi dan mineralogi atau pun Mineral optik.
Dimana dalam mineral optik dipelajari mineral-mineral berdasarkan sifat
optiknya. Sedangkan petrografi dalam penamaan batuan harus dikenali mineral
apakah yang menyusun batuan tersebut.
Dalam pendiskripsian batuan secara petrografi memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan secara megaskopis. Keuntungan pengamatan secara
petrografi adalah : dalam pengamatan batuan dapat dilihat teksur khusus yang
ada pada batuan, sedangkan secara megaskopis sulit untuk melihat tekstur
khusus batuan. Secara mikroskopis dapat ditentukan mineral yang yang

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

menyusun batuan sampai kejenis dari pada mineralnya. Misalkan plagioklas,


dari kembarannya dapat ditentukan jenis plagioklasnya apakah anaorthit,
bitownit, labradorit, andesin atau oligoklas. Pengamatan secara petrografi ini
dapat ditentukan variasi dari pada batuannya.
Mikroskop adalah suatu instrumen ilmiah yang terkenal abad ke 19 dan
telah diterapkan secara luas di dalam banyak ilmu pengetahuan. Akan tetapi,
seorang geologist sudah dapat melihat material-material yang terdapat dalam
tanah yang biasanya tidak bisa dilihat langsung di pegunungan tetapi dengan
mikroskop. Pada tahun 1829, Edinburgh New Philosophical Journal
dipublikasikan dalam artikel sebanyak dua halaman yang diberi judul The
Nicol Prism oleh William Nicol (1768-1851) dosen filsafat di Edinburgh.
Prisma ini dibuat dari dua bagian, yaitu kalsit dan balsam Kanada, sebagai
penghasil cahaya bidang polarisasi. Dua tahun yang lalu Nicol mempublikasikan
artikel kedua dengan pokok bahasan tahapan preparasi mineral dan fosil kayu
melalui pemeriksaan mikroskop.
Dengan dua artikel William Nicol, menghadirkan sebuah alat geologi
yang sekarang diterapkan pada Pmikroskop untuk mempelajari batuan. Sorby
menulis buku yang dipublikasikan pada tahun 1850 dan 1860, tetapi sedikit
diterima di negerinya, namun banyak diminati oleh peneliti di beberapa benua,
khususnya : Zirkel, Vogelsang, dan Rosenburgh di Jerman dan Fouque dan
Michel Levi di Prancis yang telah mengangkat ilmu petrografi pada statusyang
dapat diterima oleh para ilmuan dan menjadi cabang ilmu yang mempelajari
batuan secara mikroskopis.

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

Pengamatan konoskop adalah pengamatan sayatan mineral dengan


cahaya yang mengerucut. Pengamatan ini berfungsi untuk mengetahui
kenampakan gambar interfrensi yang meliputi isogire, isofase, dan melatope.
Tujuan dari pengamatan secara konoskop yaitu:

Untuk mengetahui arah sayatan


Menentukan sumbu optik (uniaxial atau biaxial)
Menentukan tanda optik (positif atau negatif)
Menentukan sudut sumbu optis (2V)

a. Sumbu Optis Satu (Uniaxial)


Terdapat pada mineral dengan sistem kristal hexagonal, trigonal, dan
tetragonal yang memiliki dua sumbu indikatrik. Tanda negatif (-) ditandai
dengan sinar extraordinary lebih cepat ketimbang sinar ordinary. Sedangkan
tanda ositif (+) sinar extraordinary lebih lambat ketimbang sinar ordinary.
b. Pengamatan Sumbu Optis Dua (Biaxial)
Terdapat pada mineral dengan sistem kristal orthorombik, monoklin, dan
triklin dengan tiga sumbu indikatrik yaitu X (Sinar Optis), Y (Sinar Intermediet),
dan Z (Sinar Lambat).
Tanda positif (+) terjadi bila sumbu indikatrik sinar Z berhimpit dengan garis
bagi sudut lancip (BSL) dan sumbu indikatrik sinar X berhimpit dengan garis
bagi tsudut tumpul (BST). Sedangkan tanda negatif (-) terjadi bila sumbu
indikatrik sinar Z berhimpit dengan garis bagi sudut tumpul (BST) dan sumbu
indikatrik sinar X berhimpit dengan garis bagi sudut lancip (BSL).

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

Pengamatan mikroskop dengan konoskopik merupakan pengamatan yang


dilakukan bukan terhadap mineral, melainkan lebih terhadap sifat-sifat yang
ditimbulkan oleh kelakuan cahaya. Konoskop sering digunakan oleh mikroskop
dengan suatu Bertrand lensa untuk pengamatan atas gambaran sifat-sifat cahaya
yang diamati. Yang paling awal dengan penggunaan konoskop yaitu.
pengamatan yang dilakukan dengan memusatkan pada mikroskop polarisasi.
Dengan pemasangan lensa amicibertrand, maka mikroskop dijadikan semacam
teleskop dengan sudut lebar yang terfokus pada titik tak terhingga. Sedangkan
dengan pemakaian kondensor, maka cahaya yang terpolarisir akan sampai pada
batas peraga dengan sudut sudut datang yang berbeda-beda. Dalam
pengamatan dengan konoskop yang dicari adalah sifat cahaya. Cahaya
merupakan suatu energi yang berasal dari perwujudan tenaga pancaran (radiant
energy) yang dapat mempengaruhi mata manusia, dimana sifat cahaya masih
belum dapat dipahami secara sempurna.
Cahaya pada kenampakan konoskop adalah cahaya konvergen, karena lensa
kondensor akan menghasikan cahaya mengkuncup yang menghasilkan suatu
titik yang terfokus pada sayatan mineral. Cahaya tersebut kemudian melewati
sayatan kristal dan kemudian ditangkap oleh lensa obyektif.

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

Gambar 2.1 Gambar interferensi yang terdiri dar isogir, isofasa dan melatop

1. Sumbu Optik
Cahaya terpolarisir yang melewati mineral anisotrop, akan dibiaskan
menjadi dua sinar yang bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang berbeda.
Tetapi pada arah sayatan tertentu sinar akan dibiaskan kesegala arah dengan
kecepatan sama. Garis yang tegak lurus dengan arah sayatan tersebut di.kenal
sebagai Sumbu Optik.
Pada mineral-mineral yang bersisitim kristal tetragonal, hexagonal dan
trigonal terdapat dua sumbu indikatrik (sumbu arah getar sinar), yaitu sumbu
dari sinar ordiner (biasa) dan sinar ekstra ordiner (luar biasa). Pada mineral yang
bersistim kristal tersebut, hanya ada satu kemungkinan arah sayatan, dimana
sinar yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh karena
itu, mineral-mineral yang bersistin Kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal
mempunyai Sumbu Optik Satu (Uniaxial). Sedangkan pada mineral-mineral
yang bersistim kristal orthorombik, nonoklin dan triklin terdapat tiga macam
sumbu indikatrik, yaitu sumbu indikatrik sinar X (paling cepat), sinar Y

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

(intermediet) dan sinar Z (palinglambat). pada mineral-mineral ini, ada dua


kemungkinan arah sayatan, dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah
dengan kecepatan sama. Oleh karena itu mineral-mineral yang bersistem kristal
demikian mempunyai Sumbu Optik Dua (Biaxial).

2. Tanda Optik
o Tanda Optik Mineral Sumbu Satu
Kecepatan sinar ordiner dan ekstra ordiner pada kristal sumbu satu
(uniaxial) adalah tidak sama. Pada mineral tertentu sinar ekstra ordiner lebih
cepat dari sinar ordiner, tetapi pada mineral lain sinar ordiner bisa lebih cepat
dari sinar ekstra ordiner. Untuk mempermudah pembahasan dari keragaman
tersebut dibuat kesepakatan bahwa mineral uniaxial yang mempunyai sinar
ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner diberi Tanda Optik Negatif.
Sebaliknya untuk mineral uniaxial yang mempunyai sinar ordiner lebih cepat
dari sinar ekstra ordiner diberi Tanda Optik Posltif.
o Tanda Optik Mineral Sumbu Dua
Pada mineral sumbu dua, kecepatan sinar X,sinar Y dan sinar Z
adalah tertentu, artinya pada setiap mineral sinar X merupakan sinar yang paling
cepat, sinar Y merupakan sinar intermediet dan sinar Z merupakan sinar paling

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

lambat. Yang membedakan antara mineral satu dengan lainnya adalah


kedudukkan/posisi dari sumbu indikatrik sinar-sinar tersebut dikaitkan dengan
Garis Bagi Sudut Sumbu Optik. Mineral sumbu dua dikatakan nempunyai Tanda
Optik Positif, jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut
Lancip (BSl) atau Centred Acute Bisectrix (Bxa) dan sumbu indikatrik sinar X
berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt) atau Centred Obtuse Bisectrix
(Bxo). Sebaliknya jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi
Sudut Tumpul (BSt) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi
sudut Lancip (BSl), maka mineral tersebut mempunyai Tanda Optik Negatif.
3. Sudut Sumbu Optik (2V)
Sudut Sumbu Optik (2V) adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu optik.
oleh karena itu sudut sumbu optik hanya didapatkan pada mineral sumbu dua.
pada sayatan tertentu, dengan memperhatikan gambar lnterferensinya, dapat
dihitung besarnya sudut sumbu optik.
4. Gambar Interferensi Kristal Sumbu Satu (Uniaxial) dan Penentuan
Tanda Optiknya.
Ada beberapa kenampakkan gambar interferensi pada kristal sumbu satu.
Kenampakkannya ini sangat bergantung pada arah sayatan terhadap sumbu
optik.
Gambar Interferensi Terpusat
Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optiknya
(sayatan isotropik).

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

Memperlihatkan isogire dengan empat lengan, serta melatop persis di


tengah.
Memperilhatkan gelang-gelang warna (isofase), banyaknya gelanggelang ini sangat bergantung pada harga bias rangkap masing-masing
mineral. Makin besar harga bias rangkapnya, makin banyak gelanggelang warnanya.
Bila meja obyek diputar 360, gambar interferensi tidak berubah sama
sekali.
Cara Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Terpusat
a. Komponen sinar luar biasa selalu bergetar di dalam bidang yang
memotong bidang pandangan sebagai jari-jari.
b. Untuk mengetahui apakah sinar luar biasa merupakan sinar lambat atau
cepat, maka dipergunakan komparator.
c. Jika kwadran l dan 3 menunjukan gejala adisi (warna biru), sedang
kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala substraksi (warna kuningorange)berarti sinar luar biasa merupakan sinar lambat, maka kristal
mempunyai tanda optik positip. Sebaliknya jika kwadran l dan 3
menunjukkan gejala substraksi, kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala
adisi, mineral mempunyai tanda optik negatif.

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

5. Gambar Interferensi Tak Terpusat .


Terdapat pada sayatan Kristal yang dipotong miring terhadap sumbu

optik.
Melatop dapat kelihatan dapat tidak (tetapi tidak ditengah-tengah).
Penentuan tanda optik sama dengan gambar interferensi terpusat, tetapi
harus terlebih dahulu menentukan posisi setiap kwadrannya.

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

6. Gambar Interferensi Sumbu Optik

Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sb optik .

Tanya nampak satu lengan isogir .

Tergerakkan isogir berlawanan dengan pergerakan meja objek.

Gambar interferensi ini paling baik untuk menentukan sudut sumbu optik
( 2V ).
Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Sumbu Optik

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

Pada mineral sumbu dua berlaku ketentuan bahwa tanda optik positif
jika sinar yang berimpit dengan Bsl adalah sinar Z, dan tanda optic
negatif jika sinar yang berimpit dengan Bsl adalah sinar X (Bst berimpit
dengan sinar Z).
Arah getar sinar Y selalu tegak lurus dengan bidang sumbu optik (Bso).
Maka pada gambar interferensi sumbu optik arah getar sinar Y
merupakan garis singgung dari isogir.
Sinar yang bergetar adalah sinar Y dan sinar yang berimpit dengan Bst
( karena pada sayatan ini Bst membentuk sudut kurang dari 45 terhadap
sayatan putar meja obyek sehingga kedudukan isogir diagonal
Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada sisi
cembung isogir.
Jika terjadi gejala adisi maka sinar Y adalah sinar yang lebih cepat,
berarti sinar lain yang bergetar tegak lurus terhadapnya adalah sinar yang
lebih lambat yaitu sinar Z
Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bst, maka tanda optiknya
adalah negatif.
Sebaliknya jika terjadi gejala subtraksi, maka tanda optiknya positif

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Hasil

Adapun hasil pengamatan dari praktikum acara pengamatan konoskop


adalah sebagai berikut :
Pembesaran Obektif

: 100

Pembesaran Okuler

: 10

Pembesaran Total

: 1000

Bukaan Diafragma

: 0,9

Bilangan Skala

: 0,001

Kedudukan

: X = 17, Y = 19

Sumbu Optik

: Biaxial (Ortorombik)

Tanda Optik

: Substraksi (+)

Nikol Sejajar

Gambar Interferensi
Isogir

:-

Gelang Warna

:-

Sudut 2V

:-

Nama Mineral

: Olivin

Isogir

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

Gelang Warna

3.2

Pembahasan
Petrografi merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari cara

deskripsi batuan berdasarkan tekstur, struktur, dan mineralogi secara


mikroskopis. Dimana praktikum kali ini menjelaskan mengenai pengmatan
konoskop.
Pengamatan konoskop merupakan pengamatan yang menggunakan
mikroskop polarisasi dengan perbesaran objektif yaitu 100x, kemudian
perbesaran okuler yaitu 10x. Perbesaran total yang dihasilkan dari perkalian
antara perbesaran objektif dan perbesaran okuler didapat yaitu 1000x. Kemudian
dari nilai perbesaran total yang telah diketahui maka selanjutanya yang
diketahui adalah bilangan skala yaitu 0,001 dimana didapat dengan rumus
1/Perbesaran total. Untuk bukaan diafrgama diketahui berdasarkan perbesaran
objektif yang telah memiliki suatu ketentuan, dimana jika perbesran objektifnya
100x makan bukaan diafrgamanya yaitu 0,9 mm. Kedudukan mineral yang
diamati berada pada kedudukan skala absis dan ordinat. Dimana skala absis
sebagai X yaitu 17 dan skala ordinat sebagai Y yaitu 19.
Pada pengamatan kali ini yaitu konoskop sebelum menetukan nama
mineral yang diamati ada beberapa bagian yang harus ditentukan yaitu sumbu
optik, tanda optik, dan gambar interferensi yang terdiri dari isogir, gelang warna,
serta sudut 2V. Dimana sumbu optik merupakan garis yang tegak lurus dengan

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

arah sayatan ketika cahaya terpolarisasi melewati mineral anisotropy lalu


dibiaskan menjadi sinar yang bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang
berbeda tetapi pada arah sayatan tertentu sinar akan dibiaskan kesegala arah
dengan kecepatn yang sama. Pada pengamatan kali ini didapatkan sumbu optik
yaitu biaxial (ortorombik). Lalu untuk tanda optik yang didapat adalah subtraksi
(+) atau tanda optik positif dikarenakan sumbu indikatrik sinar Z berimpit
dengan Garis Bagi Sudut Lancip (BSl) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit
dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt). Sedangkan untuk gambar interferensi
yang terdiri dari isogir, gelang warna, serta sudut 2V tidak ditemukan karena
gambar interferensi berupa isogir, warna gelang, daan sudut 2V hanya
ditemukan pada pengamatan mikroskop mineral lempung. Berdasarakan
pengamatan konoskop nama mineral yang diidentifikasi adalah mineral olivin.
Mineral olivin banyak ditemukan dipermukaan bumi, pada batuan beku
berwarna gelap. Olivin biasanya mengkristal bersamaan dengan plagioklas dan
piroksin untuk membentuk batu gabro maupun basalt. Mineral olivine memiliki
suhu kristalisasi yang tinggi dibandingkan mineral-mineral lainnya, dikarenakan
olivine merupan mineral pertam yang mengkristal dari magma. Kristal dari
mineral olivin terbentuk dari pendinginan magma yang lambat dan kemudian
mengendap diabgian bawah dapur magma karena densitasnya yang relative
tinggi. Akumulasi dari mineral olivine dapat mengakibatkan pembentukan
batuan seperti dunit yang berada dibagian bawah dapur magma. Selain itu
Kristal dari mineral olivin dapat terbentuk selama proses metamorfisme batu
kapur dolomit. Dimana dolomit memebrikan konstribusi magnesium sedangkan
silikanya berasal dari kuarsa dan mineral pengotor lainnya dalam batu kapur

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

tersebut. Olivin juga merupan mineral yang mudah terubah (teralterasi) oleh
proses pelapukan. Karena mudah terubah olivin bukanlah mineral yang umum
dalam batuan sedimen tetapi hanya merupan mineral penyerta pada beberapa
deposit pasir ataupun sedimen ketika tertransportasi sanagt dekat dengan batuan
induk yang banyak mengandung olivin.
BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum petrografi acara pengamatan konoskop

adalah sebagai berikut :


1. Dalam mengamati mineral melalui pengamatan konoskop dilakuakan
penetuan secara umum yaitu menentukan perbesaran objektif, okuler,
dan total. Lalu menetukan bukaan diafragma, bilangan skala, serta
kedudukan mineral. Setalah itu barulah menetukan sumbu optik,
tanda optik, gambar interferensi yang terdiri isogir, gelang warna,
dan sudut 2V. Setelah itu barulah menetukan nama mineralnya.
2. Kenapakan mineral dalam pengamatan konoskop yaitu tidak terlihat
adanya isogir dan gelang warna.
4.2

Saran
Saran saya dalam praktikum petrografi acara pengamatan konoskop

adalah agar dalam praktikum asisten selalu mendampingi praktikan dalam

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Khairil

Rusman
Hari/Tgl

melakukan pengamatan serta agar asisten tepat dan selalu semangat dalam
membimbingi kami.

DAFTAR PUSTAKA
Chaerul, Muhammad. 2016. Mineral Optik dan Petrografi.
https://www.academia.edu/8443262/MINERALOGI_OPTIK_I)
https://www.academia.edu/8979560/MINERAL-OPTIK-CIRI-CIRI-OPTISPADA-MINERAL
https://www.franzbonbon.blogspot.co.id/konoskopis.
https://tommy-steven.blogspot.co.id/mineral-optik.

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara

: Pengamatan Konoskop

Nama

Muh.

: Jumat, 28 Oktober 2016

NIM : F1G1 14 047

Rusman
Hari/Tgl

Khairil

You might also like