Professional Documents
Culture Documents
ENZIM
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara II Enzim adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas kerja enzim diastase
atau amilase.
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas kerja enzim diastase
atau amilase.
3. Untuk mengetahui aktivitas enzim amilase pada kecambah.
B. Tinjaun Bahan
1. Teori
Enzim atau disebut juga fermen merupakan suatu golongan biologis
yang sangat penting dari protein. Tergolong biokatalisator untu sel-sel
hidup yang daya kerjanya bersifat spesifik. Semua perombakan zat
makanan dalam organisme hanya dapat terjadi jika didalamnya terdapat
sesuatu enzim. Itu sebabnya maka disebut biokatalisator, sedangkan zatzat yang diuraikan oleh enzim tergolong substrat (Kusnawidjaja, 1983).
Enzim pada hakekatnya merupakan katalis efektif, yang bertanggung
jawab bagi terjadinya reaksi kimia terkoordinasi yang terlibat dalam
proses biologi dari sistem kehidupan. Seperti katalis anorganik, suatu
enzim mempercepat kecepatan reaksi dengan menurunkan energi aktivasi
yang diperlukan untuk terjadinya reaksi. Namun tidak seperti halnya suatu
katalis anorganik sederhana, suatu enzim menurunkan energi aktivasi
dengan menggantikan suatu sawar aktivasi yang besar dengan sawar
multipel yang lebih rendah. Sebagai suatu katalis suatu enzim tidak
dirusak dalam suatu reaksi dan karena itu tetap tidak berubah dan dapat
digunakan kembali. Suatu ciri yang menonjol dari enzim sebagai katalis
adalah
spesifisitas
substrat,
yang
menentukan
fungsi
biologinya
(Armstrong, 1995).
Banyak faktor yang mempengaruhi laju reaksi enzim. Diantaranya
yang paling penting adalah konsentrasi-konsentrasi substrat dan enzim.
Beberapa faktor utama yang lain adalah suhu, pH, kekuatan ionik, dan
adanya inhibitor. Sesungguhnya segala sesutau yang mempengaruhi
struktur tersier protein enzim akan mempengaruhi reaksi enzim. Laju
meningkat dengan kenaikan suhu, dan akhirnya enzim kehilangan
semuaaktivitas jika protein menjadi rusak akibat panas. Banyak enzim
berfungsi optimal pada batas-batas suhu antara 25-37C (Page, 1997).
Cara enzim menanggapi suhu adalah dasar banyak bidang biologi.
Sampai saat ini, pengaruh suhu pada aktivitas enzim telah dipahami dalam
hal menaikkan suhu untuk meningkatkan aktivitas dan, pada saat yang
sama, menyebabkan aktivitas yang akan hilang oleh denaturasi. Namun,
sekarang jelas bahwa dua efek yang berlawanan ini tidak cukup untuk
menjelaskan pengaruh suhu, dan pengaruh suhu pada enzim (Daniel et. al.
2010).
pH juga sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, karena sifat
ionik gugus karboksil dan gugus amino mudah dipengaruhi oleh pH. Hal
ini menyebabkan daerah katalitik dan konformasi enzim menjadi berubah.
Selain itu perubahan pH juga menyebabkan denaturasi enzim. Kurva
pengaruh pH ini berupa lonceng dengan sebuah plateau kecil. Plateau ini
sering disebut pH optimum enzim. Dalam mempelajari suatu enzim, pH
optimum ini perlu dicari terlebih dahulu dengan memakai buffer yang
cocok (Girindra, 1990).
Jumlah enzim didalam larutan atau ekstrak jaringan tertentu dapat diuji
secara kuantitatif dalam hal ppengaruh katalitik yang dihasilkannya.
Untuk tujuan ini, kita perlu mengetahui (1) persamaaan keseluruhan reaksi
yang
dikatalisa,
(2) suatu
prosedur analitik
untuk
menentukan
Enzim
-amilase
(EC.3.2.1.1)
juga
dengan
1,4--D
enzim
dapat
diperoleh
dari
tanaman,
hewan
dan
suatu
biji
karena
bersifat
sebagai
pengontrol
perkecambahan tersebut. Pemilihan kacang hijau sebagai sumber enzim amilase karena dalam bentuk kecambah mengandung tokoferol (pro
vitamin E) 936,4 ppm, fenolik 11,3 ppm. Senyawa tersebut merupakan
antioksidan yang sangat penting terhadap kesehatan terutama balita.
Senyawa fenolik dengan antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah
dapat melindungi bahan pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Selain
itu, kacang hijau memiliki kelebihan dari segi ekonomis dan agronomis
(Suarni dan Patong, 2007).
Pertumbuhan tanaman yang berasal dari biji diawali dari proses
perkecambahan. Dalam pertumbuhannya memerlukan energi, dan energi
tersebut berasal dari perombakan bahan-bahan organik seperti karbohidrat
lemak dan protein. Enzim yang digunakan untuk merombak protein adalah
enzim protease, perombakan lemak adalah enzim lipase dan pati
memerlukan enzim amilase. Enzim-enzim tersebut secara bersamaan
dihasilkan tumbuhan selama proses perkecambahan. Selain berasal dari
kecambah biji-bijian, enzim amilase yang berasal dari tanaman juga telah
digunakan dalam proses hidrolisis pati. Rinawati dkk (2009) melakukan
isolasi enzim amilase dari temulawak dan menggunakannya dalam
produksi gula glukosa dari pati (Bahri dkk, 2012).
Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam
larutan sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas
pada gula reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+
dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap
menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang
terdapat pada reagen Benedict. Pada uji ini menghasilkan endapan merah
bata yang menandakan adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang
terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung pada
konsentrasi gula reduksinya. Semakin berwarna merah bata maka gula
reduksinya semakin banyak (Kusbandari, 2015).
Percobaan uji iod ini bertujuan untuk memisahkan antara polisakarida,
monosakarida dan disakarida. Iod memberikan warna kompleks dengan
polisakarida. Amilum memberikan warna biru pada iod, sedangkan
glikogen dan tepung yang sudah dihidrolisis sebagian (eritrodekstrin)
memberikan warna merah sampai coklat dengan iodium. Pada percobaan
yang telah dilakukan, satu sampel amilum yang diujikan menghasilkan
warna iodium yaitu biru tua, sedangkan sampel glukosa dan akuades
menghasilkan warna kuning. Percobaan ini membuktikan bahwa glukosa
dan akuades bukanlah polisakarida dan amilum termasuk pada
polisakarida (Sulistiyono, 2014).
2. Bahan
Amilase tersebar luas di mikroba, tumbuhan dan hewan. Mereka
mendegradasi pati dan polimer yang terkait untuk menghasilkan
karakteristik produk enzim amilolitik. Awalnya amilase adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukkan enzim yang mampu menghidrolisis -1,4
glikosidik obligasi amilosa, amilopektin, glikogen dan produk degradasi
mereka. Mereka bertindak dengan menghidrolisis ikatan antara unit
glukosa yang berdekatan, menghasilkan produk karakteristik enzim
tertentu yang terlibat. Bentuk molekul dan struktur amilase tidaklah stabil
dalam larutan yang berair dan retrogrades (endapan spontan). Ini
dikarenakan rantai linear menyelaraskan diri dengan ikatan hidrogen dan
dengan demikian membentuk akan agregat. (Aiyer, 2005).
Glukosa atau gula anggur ataupun dekstrosa banyak dijumpai di alam,
terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup jagung dan tetes
tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencemaan amilum,
sukrosa, maltosa dan laktosa. Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula
anggur, terdapat dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon dan bersama
fruktosa dalam madu. Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah,
adalah gula yang paling manis. Terdapat dalam buah, madu (bersama
glukosa) nektar bunga dan juga dalam sayuran. Galaktosa yaitu
monosakarida ini jarang terdapat bebas dalam alam. Umumnya berikatan
dengan glukosa dalam bentuk laktosa (Sulistyono, 2014).
Reagen adalah zat kimia dengan kemurnian yang cukup untuk sebuah
analisis atau percobaan. Reaksi kimia yaitu proses perubahan kimia antara
zat-zat pereaksi (reaktan) yang berubahmenjadi zat-zat hasil reaksi
(produk). Pada reaksi kimia, suatu zat berubah menjadi satu ataulebih zat
lain, yang jenisnya baru (Sulistiyono, 2014).
Glukosa merupakan bahan bakar universal bagi sel-sel tubuh manusia
dan berfungsi sebagai sumber karbon untuk sintesis sebagian besar
senyawa lainnya. Semua jenis sel manusia menggunakan glukosa untuk
memperoleh energi. Glikogen merupakan karbohidrat simpanan utama
pada hewan, setara dengan pati atau kanji pada tumbuhan. Glikogen
adalah polimer bercabang -D-glukosa. Zat ini terutama ditemukan di hati
dan otot. Meskipun kandungan glikogen hati lebih tinggi dari pada
kandungan glikogen otot, namun karena massa otot tubuh total jauh lebih
besar dari pada massa hati, sekitar tiga-perempat glikogen tubuh total
berada di otot. Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang cepat
digunakan untuk glikolisis di dalam otot itu sendiri (Djakani, 2013).
Pati atau amilum adalah adalah karbohidrat yang berbentuk
polisakarida berupa polimer anhidro monosakarida dengan rumus umum
(C6H10O5)n. Pati juga merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan glikosidik. Komponen utama penyusun pati adalah amilosa dan
amilopektin. Amilosa tersusun atas satuan glukosa yang saling berkaitan
melalui ikatan 1-4 glukosida, sedang amilopektin merupakan polisakarida
yang tersusun atas 1-4 glikosida dan mempunyai rantai cabang 1-6
glukosida. Pati terdiri dari 2 tipe polisakarida, yaitu amilosa (kira-kira
25%) dan amilopektin (kira-kira 75%). Amilosa merupakan polimer rantai
lurus yang terdiri atas anhidroglukosa yang dihubungkan ikatan -1,4glikosidik. Amilosa di dalam air membentuk struktur helix. Bila iodin
ditambahkan pada larutan yang mengandung amilosa, maka iodin akan
terperangkap dalam helix sehingga terjadi perubahan warna larutan
menjadi biru/ungu. Amilopektin merupakan polimer bercabang yang
terdiri atas unit anhidroglukosa (glukopiranosil) yang dihubungkan oleh
g. Penangas air
h. Waterbath
i. Mortir
j. Timbangan analitik
k. Stopwatch
l. Penjepit kayu
m. Kain saring
2. Bahan
a. Biji kacang hijau
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Taoge
Larutan buffer pH 4, 6, 8
Enzim diastase
Larutan amilum 1%
Larutan selulosa 1%
Larutan glikogen 1%
Larutan glukosa 0.01M, 0.02M, 0.03M, 0.04M
Reagen benedict
Larutan Iod 0,01 N
Aquades 5 ml
Penambahan
Pengujian dengan
dan pembandingan
reagen Benedict
warna
Uji Benedict
2 ml reagen benedict + 1 ml larutan sampel
Pemasukan tabung reaksi
kedalam penangas air selama 5
menit atau dipanaskan langsung
selama 1 menit
B.
Penambahan
2 ml larutan
diastase
Penambahan
Substrat
Amilum
1%
Amilum
1%
Amilum
1%
Dekstrin
1%
Buffer
4, 0
0
Bening
agak
keruh
Bening
6, 0
agak
keruh
Bening
8, 0
agak
keruh
4, 0
Bening
5
Ungu
tua
Warna
10
15
20
Ungu
Ungu
Ungu
Biru
ke-
Biru
ungu-
ungu
Biru
Biru
ungu
an
Biru
ke-
Biru
ungu-
ungu
Biru
Biru
ungu
an
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
terang
1, 4
2, 5
3, 6
Dekstrin
1%
Dekstrin
1%
Glikogen
1%
Glikogen
1%
Glikogen
1%
Amilum
1%
6, 0
8, 0
Bening
Bening
Amilum
1%
Oranye
ke-
ke-
merahan
Oranye
Oranye
Oranye
an
Oranye
ke-
ke-
ke-
ke-
merah-
merah-
merah-
merah-
merah-
merah-
merah-
merah-
an
an
an
Kuning
an
Kuning
cerah
Kuning
cerah
Kuning
cerah
Kuning
cerah
Kuning
cerah
cerah
Biru
Ungu
pudar
pekat
Kuning
Kuning
6, 0
Bening
Kuning
Kuning
8, 0
Bening
Kuning
Kuning
Putih
Biru
Biru
keruh
ke-
keungu-
unguan
an
6, 0
keruh
10
Amilum
Biru
keunguan
1%
Dekstrin
1%
8, 0
4, 0
keruh
merahmerah-
Bening
4, 0
Oranye
merah-
Putih
9
Oranye
4, 0
Putih
8
Oranye
Biru
Biru
Ke-
Ungu
pudar
Ungu-
pekat
an
Biru
Ungu
keungu-
Ungu
Ungu
pekat
an
pekat
pudar
Sangat
Merah
pekat
Merah
Merah
Merah
putih
ke-
pudar
pudar
ke-
keruh
coklat-
coklat-
an
an
11
12
7
dan
10
8
dan
11
9
dan
Dekstrin
1%
Dekstrin
1%
Putih
6, 0
sangat
keruh
Putih
8, 0
sangat
keruh
Merah
Merah
Merah
ke-
Ke-
pudar
coklat-
Coklat-
an
an
Merah
Merah
Merah
ke-
pekat
pekat
coklatan
pekat
Merah
kecoklatan
pekat
Merah
kecoklatan
pekat
Kuning
Glikogen
1%
4, 0
Putih
ke-
Kuning
Kuning
keruh
coklat-
pudar
pudar
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
an
Glikogen
1%
Glikogen
6, 0
8, 0
Putih
Kuning
ke-
ke-
ke-
keruh
pudar
coklat-
coklat-
Coklat-
an
an
an
Kuning
Kuning
pudar
pudar
Putih
1%
keruh
12
Sumber: Laporan sementara
Kuning
Kuning
eksoamilase sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung
molekul amilum secara berurutan sehingga pada akhirnya terbentuk maltose. amilase telah diketahui terdapat dalam hati. Enzi ini dapat memecah ikatan 1-4
dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan glukosa (podjiadi, 1994).
Cara kerja -amilase terjadi melalui 2 tahap: pertama, degradasi amilosa
menjadi maltosa dan maltoriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi
sangat cepat dan diikuti dengan menurunnya viskositas dengan cepat pula.
Yang kedua, relative lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa sebagai
hasil akhir, dan caranya tidak acak. Keduanya merupakan cara kerja enzim amilase pada molekul amilosa saja. Kerja -amilase amilase pada molekul
amilopektin akan menghasilkan glukosa, maltosa, dan berbagaai jenis -limit
dextrin, yaiyu oligosakarida yang terdiri dari 4 atau lebih residu gula yang
semuanya mengandung ikatan -1,6 (Winarno, 1986).
Enzim kelompok kedua, eksoamilase baik secara khusus memutus
ikatan , 1-4 glikosidik seperti -amilase atau memutus ikatan , 1-4 dan , 16 glikosidik seperti amiliglukosidase atau -glukosidase. Eksoamilase bekerja
pada residu glukosa eksternal amilosa atau amilopektin sehingga hanya
menghasilkan glukosa (glukoamilase dan glukosidase) atau maltose dan limit dekstrin. -amilase dan glukoamilase juga mengubah konfigurasi
anomerik dari maltose (Christie, 2014).
Glukoamilase memecah pati dari luar dengan mengeluarkan unit-unit
glukosa dari ujung bukan pereduksi polimer pati. Hasil reaksinya hanya
glukosa, sehingga dapat dibedakan dengan - dan -amilase. Secara komersial
diproduksi dari Aspergilus dan Rhizopus, dapat memecah ikatan -1,3 dan 1,4 (Winarno, 1986).
pH sangat berpengaruh pada aktivitas enzim amilase dan stabilitasnya.
Enzim amilase ditemukan aktif dalam kisaran pH yang sangat luas. PH
optimum enzim amilase adalah masing-masing 8,0. Aktivitas enzim pada pH
5,5 dan 10,0 adalah masing-masing sebesar 68% dan 45% dari aktivitas yang
terjadi pada pH 8,0. Namun, Setelah larutan enzim mentah diinkubasi selama
24 jam pada pH 8,0, aktivitasnya akan menurun sekitar 6% dari aktivitas
aslinya pada pH 8,0. Pada pH 10,0, aktivitas enzim akan hilang 54% dari
aktivitasnya. Sehubungan dengan Bacillus genus a-amilase dengan kegiatan
optimum pada pH serendah 3,5 atau sebagai setinggi 12 telah dilaporkan
(Ashger, 2007).
Faktor yang berperan pada karakterisasi enzim adalah pH optimum,
suhu optimum, dan konsentrasi substrat untuk mengetahui analisis kinetic
enzim. Enzim amilase yang diproduksi dari bakteri memiliki kisaran suhu
yang lebih luas. Bacillus amyloliquefaciens, B. Substilis, B. Lichebiformis,
dan B. Stearothermophilus adalah yang paling umum digunakan di antara
Bacillus sp. dilaporkan untuk menghasilkan - amylase pada suhu 37-60C
(Christy, 2014).
Enzim -amilase dan gluko-amilase mampu mengubah karbohidrat
menjadi glukosa. Kadar glukosa tertinggi yaitu 10,48%, dihasilkan dari
variabel enzim -amilase dan gluko-amilase sebanyak 4 ml. Kemampuan
enzim -amilase dan gluko-amilase untuk memecah karbohidrat menjadi
glukosa disebabkan karena enzim -amilase mampu memutus ikatan -1,4
secara acak di bagian dalam molekul baik pada amilosa maupun amilopektin
menjadi dekstrin (Hargono, 2015).
Enzim ini sangat penting dimana akhir-akhir ini bioteknologi dengan
aplikasi yang canggih mulai dari makanan, kue, pembuatan bir, fermentasi,
aplikasi deterjen, desizing tekstil dan industri kertas untuk analisis kimia obat
dan klinis (Singh et. al., 2012).
Bila iodin ditambahkan pada larutan yang mengandung amilosa, maka
iodin akan terperangkap dalam helix sehingga terjadi perubahan warna larutan
menjadi biru/ungu (hargono, 2015). Percobaan uji iod ini bertujuan untuk
memisahkan
antara
polisakarida,
monosakarida
dan
disakarida.
Iod
warna biru pada iod, sedangkan glikogen dan tepung yang sudah dihidrolisis
sebagian (eritrodekstrin) memberikan warna merah sampai coklat dengan
iodium. Pada percobaan yang telah dilakukan, satu sampel amilum yang
diujikan menghasilkan warna iodium yaitu biru tua, sedangkan sampel
glukosa
dan
akuades
menghasilkan
warna
kuning.
Percobaan
ini
Hasil dari shift 2 tidak berbeda jauh dari kelas THP-B. Pada menit ke-0,
amilum semuanya berwarna putih keruh, sedangkan untuk dekstrin dan
glikogen berwarna sangat putih keruh. Pada menit ke-5, amilum berwarna
biru keunguan pada pH 4 dan 6, dan berwarnaungu pekat pada pH 8. Untuk
dekstrin berwarnamerah kecoklatan pada pH ke 4 dan 6, daan merah pekat
pada pH 8. Glikogen berwarna kuning pudar di pH 4, kuning kecoklatan di
pH 6 dan kuning di pH 8. Di menit ke-10 amilum berwarna biru keunguan
pada pH 4, biru pudar pada pH, dan biru keunguan pekat di pH 8. Dekstrin
berturut-turut dari pH 4 dan 6, dan 8 berwarna merah pudar, merah
kecoklatan, dan merah pekat. Glikogen berturut-turut juga berwarna kuning
pudar, kuning kecoklatan, dan kuning. Pada menit ke-15, amilum berturutturut berwarna biru pudar, biru keunguan, biru pekat. Dekstrin berturut-turut
berwarna merah pudar dan merah kecoklatan di pH 6 dan 8. Glikogen
berturut-turut berwarna kuning pudar, kuning kecoklatan, kuning pudar.
Untuk menit ke-20, amilum berturut-turut berwana ungu pekat di pH 4 dan 6,
ungu pudar di pH 8. Dekstrin berwarna merah coklat pekat di semua pH,
sedangkan glikogen berturut-turut berwanarnakuning, kuning kecoklatan,
kuning pudar.
Menurut Bintang (2010), larutan pati akan berwana biru ketika bereaksi
dengan iod karena iod masuk kedalam kumparan molekul pati. Hal ini
menunjukkan bahwa dari ketiga substrat yang di uji, hanya amilum yang
mengandung pati. Namun senyawa ini hanya stabil pada larutan dingin. Dari
hasil table dapat dilihat bahwa terdapat ketidakstabilan perubahan warna. Hal
ini bias saja dikarenakan oleh beberapa faktor seperti kerusakan enzim dan
ketidak akuratan ketika meneteskan substrat dan larutan Iod.
Tabel 2.1.2 Uji Benedict Pengaruh Ph Terhadap Aktivitas Enzim Diastase
Kel. Substrat
1
Amilum
Buffer
pH 4
Biru
Perubahan warna
Biru terdapat sedikit endapan merah
bata
2
3
1%
pH 6
Biru
pH 8
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
7
8
9
4
Amilum
1%
pH 4
pH 6
pH 8
pH 4
Dekstrin
pH 6
Biru
pH 8
Biru
pH 4
pH 6
pH 8
pH 4
Biru
Biru
Biru
Biru
pH 6
Biru
1%
6
10
11
12
1,4
2,5
Dekstrin
1%
Glikogen
1%
3,6
pH 8
7,
pH 4
10
Glikogen pH 6
8,
11
1%
9,
pH 8
12
Sumber: Laporan sementara
Biru
Biru
Biru
Hijau keruh
Biru
Hijau keruh
gula reduksinya. semakin berwarna merah bata maka gula reduksinya semakin
banyak. (Kusbandari, 2015).
Pada uji benedict, substrat yang digunakan tetap sama seperti uji Iod
sebelumnya yaitu amilum 1%, dekstrin 1 %, dan glikogen 1 %. Masingmasing larutan sampel dimasukkan kedalam tabung sebanyak 1 ml kemudian
larutan diberi reagent benedict. Larutan setealah itu berubah menjadi warna
biru. Proses berikutnya adalah pemanasan. Tabung reaksi yang sudah terisi
sampel dan reagen benedict dipanaskan selama 1 menit. Setelah dipanaskan,
masing-masing sampel berubah warna. Warna awal untuk semuanya adalah
biru sebelum dipanaskan. Untuk amilum 1%, kelompok 1 dan 7 dengan pH 4
berturut-turut perubahan warnanya menjadi biru dengan sedikit endapan
merah bata dan hijau lumut. Pada pH 6 kelompok 2 dan 8 berturut-turut
perubahan menjadi biru kehijauan serta terdapat endapan merah bata dan
tosca. Pada pH 8, hasil yang didapatkan kelompok 3 dan 9 berturut-turut
perubahan warnanya menjadi biru kehijauan dan juga terdapat endapan merah
bata serta biru kehijauan. Untuk substrat dekstrin 1%, pada pH 4, kelompok 4
dan 10 berturut-turut perubahan warnanya menjadi biru kehijauan keruh dan
terdapat endapan merah bata serta biru. Pada pH 6, kelompok 5 dan 11
berturut-turut perubahan warnanya menjadi biru kehijauan keruh dan terdapat
banyak endapan merah bata dan terdapat 2 lapisan biru dan coklat
kekuningan. Pada pH 8, kelompok 6 dan 12 berturut-turut perubahan
warnanya menjadi biru kehijauan keruh dengan endapan merah bata dan hijau
kebiruan dengan endapan merah bata. Untuk glikogen 1%, pada pH 4,
kelompok 1, 4 dan 7, 10 berturut-turut perubahan warnanya menjadi biru
terdapat sedikit endapan merah bata dan hijau tosca cerah. Pada pH 6,
kelompok 2, 5 dan 8, 11 berturut-turut perubahan warnanya menjadi biru
dengan banyak endapan merah bata serta hijau keruh. Pada pH 8, kelompok 3,
1 ml iod 0,01N
Penambahan ke masing-masing
dalam larutan
aquades 50 ml
pH 6
1 ml ekstrak kacang hijau
Ekstrak taoge
Penambahan
substrat
suksinat
untuk
berikatan
dengan
enzim
suksinat
diastase telah mengalami inaktif pada suhu yang terlalu tinggi. Sementara
amilum pada suhu ruang menghasilkan warna ungu pada semua kelompok.
Hal itu berarti pada suhu ruang enzim diastase belum bekerja secara
maksimal. Hal tersebut sudah sesuai dan tidak terjadi penyimpangan dengan
teori (Salwanee, 2013).
Tabel 2.3 Aktivitas Enzim Amilase dari Ekstrak Kacang Hijau Dan Tauge
Kel
1,2,3
Substrat
3 ml amilum 1% + 6 ml
buffer pH 6 + 1 ml ekstrak
1,2,3
4,5,6
4,5,6
kecambah
3 ml amilum 1% + 6 ml
buffer pH 6 + 1 ml ekstrak
7,8,9
kecambah
Ekstrak kacang hijau + 3
ml amilum 1% + 6 ml
Perubahan warna
Menit ke-0
Menit ke-20
Keruh biru
Keruh biru
pekat
pekat
Keruh biru
pekat
Keruh biru
pekat
Bening biru
pekat
Bening biru
pudar
Bening biru
pekat
Bening biru
pudar
Keruh biru
pekat
Agak keruh
biru agak pudar
(2)
Ekstrak kacang hijau + 3
ml amilum 1% + 6 ml
Keruh biru
pekat
Agak keruh
biru agak pudar
Bening biru
Bening biru
Bening biru
Bening biru
amilum 1% + 6 ml buffer
pH 6 + 1 tetes iod (2)
10,11,12 ekstrak kecambah + 3 ml
amilum 1% + 6 ml buffer
pH 6 + 1 tetes iod (2)
Sumber: laporan sementara
Amilase adalah enzim hidrolase glikosida yang mengkatalisis
pemecahan pati menjadi gula. Dalam dunia biteknologi, amilase merupakan
enzim yang penting dalam pemanfaatannya. Penggunaan utama dari enzim
amilase yaitu hidrolisis pati untuk menghasilkan sirup glukosa, tepung kaya
amilase dan dalam pembentukan dekstrin selama pemanggangan pada industri
akanan (Verma dkk, 2011). Selain itu amilase dapat memecah pati yang
diproduksi oleh berbagai jenis mahluk hidup seperti dari bakteri, jamur,
tumbuhan, manusia. Amilase juga dapat memberikan efek samping yang tidak
diinginkan dalam adonan, mengurangi konsistensi dan memodifikasi properti
reologinya dengann meningkatkan eksensibilitas dan mengurangi resistensi
bila enzim ditambahkan secara berlebihan (Ompusunggu, 2013).
Enzim -amilase banyak dijumpai pada kecambah kacang-kacangan.
Enzim -amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh
asam giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang penting
dalam proses perkecambahan suatu biji. Hal ini dikarenakan asam ini bersifat
sebagai pengontrol perkecambahan tersebut. Pada mulanya perkecambahan
diperlukan energi yang cukup besar, untuk itu diperlukan enzim amilase yang
banyak untuk merombak karbohidrat. Setelah waktu tertentu, fase
perkecambahan akan dialihkan menjadi fase pertumbuhan, sehingga
pembentukan enzim amilase akan turun. Pemilihan kacang hijau sebagai
sumber enzim -amilase karena dalam bentuk kecambah, kacang hijau
mengandung tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik 11,3 ppm. Senyawa
fenol dan antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah dapat melindungi
bahan pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Selain itu, kacang hijau
memiliki kelebihan yaitu harganya murah dan mudah didapat daripada
tanaman kacang-kacangan lainnya (Patong dan Suarni, 2007).
Suhu optimum enzim adalah 400C, suhu jika lebih tinggi maka kegiatan
akan menurun, sampai menjadi rusak.