Professional Documents
Culture Documents
ENZIM
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara II Enzim adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas kerja enzim diastase
atau amilase.
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas kerja enzim diastase
atau amilase.
3. Untuk mengetahui aktivitas enzim amilase pada kecambah.
B. Tinjaun Bahan
1. Teori
Enzim atau disebut juga fermen merupakan suatu golongan biologis
yang sangat penting dari protein. Tergolong biokatalisator untu sel-sel
hidup yang daya kerjanya bersifat spesifik. Semua perombakan zat
makanan dalam organisme hanya dapat terjadi jika didalamnya terdapat
sesuatu enzim. Itu sebabnya maka disebut biokatalisator, sedangkan zat-zat
yang diuraikan oleh enzim tergolong substrat (Kusnawidjaja, 1983).
Enzim pada hakekatnya merupakan katalis efektif, yang bertanggung
jawab bagi terjadinya reaksi kimia terkoordinasi yang terlibat dalam proses
biologi dari sistem kehidupan. Seperti katalis anorganik, suatu enzim
mempercepat kecepatan reaksi dengan menurunkan energi aktivasi yang
diperlukan untuk terjadinya reaksi. Namun tidak seperti halnya suatu katalis
anorganik sederhana, suatu enzim menurunkan energi aktivasi dengan
menggantikan suatu sawar aktivasi yang besar dengan sawar multipel yang
lebih rendah. Sebagai suatu katalis suatu enzim tidak dirusak dalam suatu
reaksi dan karena itu tetap tidak berubah dan dapat digunakan kembali.
Suatu ciri yang menonjol dari enzim sebagai katalis adalah spesifisitas
substrat, yang menentukan fungsi biologinya (Armstrong, 1995).
adanya perbedaan derajat kristalisasi antara pati kentang, pati singkong, dan
pati jagung juga menyebabkan terjadinya perbedaan aktivitas enzim amilase pada ketiga pati tersebut (Trismillah, 2009).
Enzim amilase dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga
terbentuk maltose. Ada tiga macam enzim amilase, yaitu -amilase, amilase dan -amilase. -amilase terdapat dalam saliva (ludah) dan
pancreas. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan
disebut endo amilase sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian
tengah molekul amilum. -amilase terutama terdapat terdapat pada
tumbuhan dan dinamakan eksoamilase sebab memecah dua unit glukosa
yang terdapat pada ujung molekul amilum secara berurutan sehingga pada
akhirnya terbentuk maltose. -amilase telah diketahui terdapat dalam hati.
Enzi ini dapat memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan
glukosa (podjiadi, 1994).
pH sangat berpengaruh pada aktivitas enzim amilase dan stabilitasnya.
Enzim amilase ditemukan aktif dalam kisaran pH yang sangat luas. PH
optimum enzim amilase adalah masing-masing 8, 0. Aktivitas enzim pada
pH 5, 5 dan 10, 0 adalah masing-masing sebesar 68% dan 45% dari aktivitas
yang terjadi pada pH 8, 0. Namun, Setelah larutan enzim mentah diinkubasi
selama 24 jam pada pH 8, 0, aktivitasnya akan menurun sekitar 6% dari
aktivitas aslinya pada pH 8,0. Pada pH 10, 0, aktivitas enzim akan hilang
54% dari aktivitasnya. Sehubungan dengan Bacillus genus a-amilase
dengan kegiatan optimum pada pH serendah 3, 5 atau sebagai setinggi 12
telah dilaporkan (Ashger, 2007).
Cara kerja -amilase melalui 2 tahap: pertama, degradasi amilosa
menjadi maltose dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini
terjadi sangat cepat dan diikuti dengaan menurunnya viskositas dsengan
cepat pula. Yang kedua, relatif sangat lambat yaitu pembentukan glukosa
dan maltosa sebagai hasil akhir, dan caranya tidak acak. Keduanya
pati
(karbohidrat)
sehingga
terbentuk
molekul-molekul
karbohidrat yang lebih pendek. Enzim -amilase terdapat pada bermacammacam bakteri, jamur, tumbuhan, hewan dan memiliki peranan yang besar
dalam penggunaan polisakarida. Enzim -Amilase sebagai sinar harapan
karena aktivitas hidrolisis patinya yang dapat menghasilkan sumber energi
alternatif untuk produksi biofuels dengan pati sebagai bahan baku (Soeka,
2015).
Sumber
enzim
dapat
diperoleh
dari
tanaman,
hewan
dan
g. Penangas air
h. Waterbath
i. Mortir
j. Timbangan analitik
k. Stopwatch
l. Penjepit kayu
m. Kain saring
2. Bahan
a. Biji kacang hijau
b. Taoge
c. Larutan buffer pH 4, 6, 8
d. Enzim diastase
e. Larutan amilum 1%
f. Larutan selulosa 1%
g. Larutan glikogen 1%
h. Larutan glukosa 0.01M, 0.02M, 0.03M, 0.04M
i. Reagen benedict
j. Larutan Iod 0,01 N
k. Aquades 5 ml
3. Cara Kerja (Flowchart)
A. Percobaan 1: Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim diastase/amilase
1) 6 ml buffer pH 4, 0 + 3 ml larutan amilum 1%
6 ml buffer pH 6, 0 + 3 ml larutan amilum 1%
6 ml buffer pH 8, 0 + 3 ml larutan amilum 1%
2) 6 ml buffer pH 4, 0 + 3 ml larutan dektrin 1%
6 ml buffer pH 6, 0 + 3 ml larutan dektrin 1%
6 ml buffer pH 8, 0 + 3 ml larutan dektrin 1%
3) 6 ml buffer pH 4, 0 + 3 ml larutan glikogen 1%
6 ml buffer pH 6, 0 + 3 ml larutan glikogen 1%
1 tetes
larutan 0, 01
N Iod
Penambahan
2 ml
larutan
diastase
Penambahan
Substrat
Amilum
1%
Buffer
Warna
0
Bening
4, 0
agak
keruh
5
Ungu
tua
10
15
20
Ungu
Ungu
Ungu
1, 4
2, 5
3, 6
Amilum
1%
Amilum
1%
Dekstrin
1%
Dekstrin
1%
Dekstrin
1%
Glikogen
1%
Glikogen
1%
Glikogen
1%
Bening
6, 0
agak
keruh
Bening
8, 0
agak
keruh
4, 0
6, 0
8, 0
Bening
Bening
Bening
Biru
ke-
Biru
ungu-
ungu
Biru
Biru
ungu
an
Biru
ke-
Biru
ungu-
ungu
Biru
Biru
ungu
an
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
terang
Oranye
Oranye
ke-
ke-
merah-
Oranye
Oranye
merah-
merah-
merah-
an
an
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
ke-
ke-
ke-
ke-
merah-
merah-
merah-
merah-
merah-
merah-
merah-
merah-
an
an
an
an
Kuning
Kuning
cerah
cerah
Kuning
Kuning
cerah
cerah
Kuning
Kuning
cerah
cerah
4, 0
Bening
Kuning
Kuning
6, 0
Bening
Kuning
Kuning
8, 0
Bening
Kuning
Kuning
Amilum
1%
4, 0
Putih
Biru
Biru
keruh
ke-
keungu-
unguan
an
Putih
8
Amilum
1%
6, 0
keruh
Biru
keunguan
Putih
9
Amilum
1%
8, 0
keruh
Biru
Ungu
pudar
pekat
Biru
Biru
Ke-
Ungu
pudar
Ungu-
pekat
an
Biru
Ungu
keungu-
Ungu
Ungu
pekat
an
pekat
pudar
pekat
Sangat
10
Dekstrin
1%
putih
4, 0
keruh
Merah
Merah
ke-
Merah
Merah
coklat-
pudar
pudar
an
11
12
Dekstrin
1%
Dekstrin
1%
Putih
6, 0
sangat
keruh
Putih
8, 0
sangat
keruh
kecoklatan
pekat
Merah
Merah
Merah
ke-
Ke-
pudar
coklat-
Coklat-
an
an
Merah
Merah
Merah
ke-
pekat
pekat
coklatan
Merah
kecoklatan
pekat
Merah
kecoklatan
pekat
7
dan
10
8
dan
11
9
dan
12
Kuning
Glikogen
1%
4, 0
Putih
ke-
Kuning
Kuning
keruh
coklat-
pudar
pudar
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
an
Glikogen
1%
Glikogen
1%
6, 0
8, 0
Putih
Kuning
ke-
ke-
ke-
keruh
pudar
coklat-
coklat-
Coklat-
an
an
an
Kuning
Kuning
pudar
pudar
Putih
keruh
Kuning
Kuning
akan menghasilkan glukosa, maltosa, dan berbagaai jenis -limit dextrin, yaiyu
oligosakarida yang terdiri dari 4 atau lebih residu gula yang semuanya
mengandung ikatan -1,6 (Winarno, 1986).
Enzim kelompok kedua, eksoamilase baik secara khusus memutus ikatan
, 1-4 glikosidik seperti -amilase atau memutus ikatan , 1-4 dan , 1-6
glikosidik seperti amiliglukosidase atau -glukosidase. Eksoamilase bekerja
pada residu glukosa eksternal amilosa atau amilopektin sehingga hanya
menghasilkan glukosa (glukoamilase dan glukosidase) atau maltose dan limit dekstrin. -amilase dan glukoamilase juga mengubah konfigurasi anomerik
dari maltose (Christie, 2014).
Glukoamilase memecah pati dari luar dengan mengeluarkan unit-unit
glukosa dari ujung bukan pereduksi polimer pati. Hasil reaksinya hanya glukosa,
sehingga dapat dibedakan dengan - dan -amilase. Secara komersial diproduksi
dari Aspergilus dan Rhizopus, dapat memecah ikatan -1,3 dan -1,4 (Winarno,
1986).
pH sangat berpengaruh pada aktivitas enzim amilase dan stabilitasnya.
Enzim amilase ditemukan aktif dalam kisaran pH yang sangat luas. PH
optimum enzim amilase adalah masing-masing 8, 0. Aktivitas enzim pada pH
5, 5 dan 10, 0 adalah masing-masing sebesar 68% dan 45% dari aktivitas yang
terjadi pada pH 8, 0. Namun, Setelah larutan enzim mentah diinkubasi selama
24 jam pada pH 8, 0, aktivitasnya akan menurun sekitar 6% dari aktivitas
aslinya pada pH 8 0. Pada pH 10, 0, aktivitas enzim akan hilang 54% dari
aktivitasnya. Sehubungan dengan Bacillus genus a-amilase dengan kegiatan
optimum pada pH serendah 3, 5 atau sebagai setinggi 12 telah dilaporkan
(Ashger, 2007).
Faktor yang berperan pada karakterisasi enzim adalah pH optimum,
suhu optimum, dan konsentrasi substrat untuk mengetahui analisis kinetic
enzim. Enzim amilase yang diproduksi dari bakteri memiliki kisaran suhu yang
lebih luas. Bacillus amyloliquefaciens, B. Substilis, B. Lichebiformis, dan B.
antara
polisakarida,
monosakarida
dan
disakarida.
Iod
Buffer
pH 4
Perubahan warna
Biru
Amilum
pH 6
Biru
1%
3
pH 8
Biru
pH 4
Biru
Hijau lumut
pH 6
Biru
Tosca
pH 8
Biru
Biru kehijauan
pH 4
Biru
Amilum
1%
Dekstrin
1%
Biru
pH 8
Biru
10
pH 4
Biru
pH 6
Biru
12
pH 8
Biru
1,4
pH 4
Biru
11
Dekstrin
1%
merah bata
2,5
Glikogen
1%
pH 6
Biru
3,6
pH 8
Biru
7,
pH 4
Biru
pH 6
Biru
Hijau keruh
pH 8
Biru
Hijau keruh
10
8,
Glikogen
11
1%
9,
12
Pada uji benedict, substrat yang digunakan tetap sama seperti uji Iod
sebelumnya yaitu amilum 1%, dekstrin 1 %, dan glikogen 1 %. Masing-masing
larutan sampel dimasukkan kedalam tabung sebanyak 1 ml kemudian larutan
diberi reagent benedict. Larutan setealah itu berubah menjadi warna biru.
Proses berikutnya adalah pemanasan. Tabung reaksi yang sudah terisi sampel
dan reagen benedict dipanaskan selama 1 menit. Setelah dipanaskan, masingmasing sampel berubah warna. Warna awal untuk semuanya adalah biru
sebelum dipanaskan. Untuk amilum 1%, kelompok 1 dan 7 dengan pH 4
berturut-turut perubahan warnanya menjadi biru dengan sedikit endapan merah
bata dan hijau lumut. Pada pH 6 kelompok 2 dan 8 berturut-turut perubahan
menjadi biru kehijauan serta terdapat endapan merah bata dan tosca. Pada pH
8, hasil yang didapatkan kelompok 3 dan 9 berturut-turut perubahan warnanya
menjadi biru kehijauan dan juga terdapat endapan merah bata serta biru
kehijauan. Untuk substrat dekstrin 1%, pada pH 4, kelompok 4 dan 10 berturutturut perubahan warnanya menjadi biru kehijauan keruh dan terdapat endapan
merah bata serta biru. Pada pH 6, kelompok 5 dan 11 berturut-turut perubahan
warnanya menjadi biru kehijauan keruh dan terdapat banyak endapan merah
bata dan terdapat 2 lapisan biru dan coklat kekuningan. Pada pH 8, kelompok
6 dan 12 berturut-turut perubahan warnanya menjadi biru kehijauan keruh
dengan endapan merah bata dan hijau kebiruan dengan endapan merah bata.
Untuk glikogen 1%, pada pH 4, skelompok 1, 4 dan 7, 10 berturut-turut
perubahan warnanya menjadi biru terdapat sedikit endapan merah bata dan
hijau tosca cerah. Pada pH 6, kelompok 2, 5 dan 8, 11 berturut-turut perubahan
warnanya menjadi biru dengan banyak endapan merah bata serta hijau keruh.
Pada pH 8, kelompok 3, 6 dan 9, 12 berturut-turut perubahan warnanya menjadi
endapan merah bata dan hijau keruh.
Perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa amilum 1%, dekstrin 1
%, dan glikogen 1% sudah tereduksi atau sudah disederhanakan. Perubahan
tersebut ditandai dengan perubahan warna menjadi biru hijau, coklat dan
1 ml iod 0,01N
Pengamatan perubahan
warna yang terjadi
aquades 50 ml
pH 6
1 ml ekstrak kacang hijau
Ekstrak taoge
Penambahan
Suhu
Waktu Inkubasi
Perubahan Warna
40o C
30 menit
Ruang
30 menit
Bening ungu
100o C
10 menit
40o C
30 menit
Ruang
30 menit
Bening ungu
100o C
10 menit
40o C
30 menit
Bening ungu
Ruang
30 menit
Bening ungu
100o C
10 menit
10
40o C
30 menit
11
Ruang
30 menit
Bening ungu
12
100o C
10 menit
keempat yaitu konsentrasi enzim. Sama seperti pada katalis lain, kecepatan
suatu reaksi yang menggunakan enzim bergantung pada konsentrasi enzim
tersebut. Semakin tinggi konsentrasi (pada batasan tertentu) maka kerja enzim
semakin cepat. Yang kelima adalah faktor inhibitor. Zat-zat penghambat,
hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan
substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan. Contohnya malonat dan
oksalosuksinat, yang bersaing dengan substrat suksinat untuk berikatan dengan
enzim suksinat dehidroginase (Poedjiadi, 1994).
Enzim amilase/ diastase bekerja secara optimal pada suhu sekitar 37o C.
Aktivitas enzim akan menurun di bawah atau di atas suhu optimum. Pada suhu
mendekati nol, enzim menjadi inaktif, tetapi secara struktural enzim tersebut
tidak rusak. Jika suhu dinaikan aktivitas enzim kembali meningkat. Namun,
pada kenaikan suhu yang tinggi enzim akan mengalami denaturasi sehingga
aktivitas katalitiknya hilang (Pratama, 2010).
Pada percobaan kali ini, untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
aktivitas enzim amilase diastase, digunakan sampel amilum 1% sebanyak 2 ml
dan ditambahkan larutan diastase sebanyak 2 ml. Kemudian dipanaskan dengan
perlakuan suhu 40o C selama 30 menit untuk kelompok 1, 4, 7 dan 10; perlakuan
suhu 100o C selama 10 menit untuk kelompok 3, 6, 9 dan 12; dan suhu ruang
selama 30 menit untuk kelompok 2, 5, 8 dan 11. Setelah ditetesi 1 ml larutan
iod 0,001 N. Hasil percobaan menunjukan semua sampel berwarna bening.
Berdasarkan percobaan, didapat aktivitas enzim diastase bekerja optimal pada
suhu 40o C dengan menghasilkan warna ungu kemerahan pada kelompok 1 dan
4 sedangkan pada kelompok 7 menunjukkan warna ungu dan kelompok 10
menunjukkan warna ungu muda. Hal itu berarti enzim diastase telah berhasil
mengubah polisakarida (amilum) menjadi monosakarida (glukosa). Pada
amilum yang dipanaskan dengan suhu 100o C selama 10 menit menghasilkan
warna ungu kebiruan pada kelompok 3 dan 6 sedangkan pada kelompok 9 dan
12 menunjukan warna biru keunguan. Warna ungu kebiruan menunjukkan
reaksi positif terhadap uji iod. Hal ini berarti enzim diastase telah mengalami
inaktif pada suhu yang terlalu tinggi. Sementara amilum pada suhu ruang
menghasilkan warna ungu pada semua kelompok. Hal itu berarti pada suhu
ruang enzim diastase belum bekerja secara maksimal. Hal tersebut sudah sesuai
dan tidak terjadi penyimpangan dengan teori (Salwanee, 2013).
Tabel 2.3 Aktivitas Enzim Amilase dari Ekstrak Kacang Hijau Dan Tauge
Kel
1,2,3
Substrat
3 ml amilum 1% + 6 ml
buffer pH 6 + 1 ml ekstrak
Perubahan warna
Menit ke-0
Menit ke-20
Keruh biru
Keruh biru
pekat
pekat
3 ml amilum 1% + 6 ml
buffer pH 6 + 1 ml ekstrak
Keruh biru
pekat
Keruh biru
pekat
3 ml amilum 1% + 6 ml
buffer pH 6 + 1 ml ekstrak
Bening biru
pekat
Bening biru
pudar
kecambah
4,5,6
3 ml amilum 1% + 6 ml
buffer pH 6 + 1 ml ekstrak
Bening biru
pekat
Bening biru
pudar
kecambah
7,8,9
Keruh biru
pekat
Agak keruh
biru agak pudar
Keruh biru
pekat
Agak keruh
biru agak pudar
Bening biru
Bening biru
Bening biru
Bening biru
amilum 1% + 6 ml buffer
pH 6 + 1 tetes iod (2)
10,11,12 ekstrak kecambah + 3 ml
amilum 1% + 6 ml buffer
pH 6 + 1 tetes iod (2)
Sumber: laporan sementara
Amilase adalah enzim hidrolase glikosida yang mengkatalisis
pemecahan pati menjadi gula. Dalam dunia biteknologi, amilase merupakan
enzim yang penting dalam pemanfaatannya. Penggunaan utama dari enzim
amilase yaitu hidrolisis pati untuk menghasilkan sirup glukosa, tepung kaya
amilase dan dalam pembentukan dekstrin selama pemanggangan pada industri
akanan (Verma dkk, 2011). Selain itu amilase dapat memecah pati yang
diproduksi oleh berbagai jenis mahluk hidup seperti dari bakteri, jamur,
tumbuhan, manusia. Amilase juga dapat memberikan efek samping yang tidak
diinginkan dalam adonan, mengurangi konsistensi dan memodifikasi properti
reologinya dengann meningkatkan eksensibilitas dan mengurangi resistensi
bila enzim ditambahkan secara berlebihan (Ompusunggu, 2013).
Enzim -amilase banyak dijumpai pada kecambah kacang-kacangan.
Enzim -amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh
asam giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang penting
dalam proses perkecambahan suatu biji. Hal ini dikarenakan asam ini bersifat
sebagai pengontrol perkecambahan tersebut. Pada mulanya perkecambahan
diperlukan energi yang cukup besar, untuk itu diperlukan enzim amilase yang
banyak untuk merombak karbohidrat. Setelah waktu tertentu, fase
perkecambahan akan dialihkan menjadi fase pertumbuhan, sehingga
pembentukan enzim amilase akan turun. Pemilihan kacang hijau sebagai
sumber enzim -amilase karena dalam bentuk kecambah, kacang hijau
mengandung tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik 11,3 ppm. Senyawa
fenol dan antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah dapat melindungi bahan
pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Selain itu, kacang hijau memiliki
kelebihan yaitu harganya murah dan mudah didapat daripada tanaman kacangkacangan lainnya (Patong dan Suarni, 2007).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kerja enzim
diastase pada tauge dan kacang hijau. Pada tahap pertama tauge dan kacang
hijau dihaluskan lalu ditambahkan aquades 50 ml, setelah itu diekstrak di gelas
beker lalu didapatkan sari tauge dan kacang hijau. Diambil masing-masing 1
ml dan ditambahkan larutan amilum 1% sebanyak 3 ml dan 6 ml buffer pH 6.
Untuk masing-masing larutan diberikan 2 perlakuan yang berbeda, yaitu
penetesan 1 tetes larutan ditambahkan iod 0,01 N sebanyak 1 tetes dan
dipanaskan selama 20 menit kemudian ditambahkan larutan iod 0,01 N
sebanyak 1 tetes.
Pada sampel ekstrak kacang hiaju, warna awal sebelum dipanaskan
adalah keruh (kelompok 1, 2, 3, 7, 8, 9) kemudian saat ditetesi dengan iod 0,01
N warna ekstrak berubah menjadi biru pekat. Setelah mengalami pemanasan
warna tidak berubah pada kelompok 1,2 dan 3 sedangkan pada kelompok 7,8,
dan 9 berubah warna menjadi biru agak pudar. Sedangkan pada sampel tauge
untuk semua kelompok warna awal sebelum dipanaskan yaitu bening kemudian
saat ditetesi iod 0, 01 N warna berubah menjadi biru pada semua kelompok.
Setelah mengalami pemanasan warna berubah menjadi biru pudar pada
kelompok 4, 5 dan 6 sedangkan pada kelompok 10,11, dan 12 menunjukkan
warna biru seperti pada saat kecambah belum mengalami pemanasan.
Penyimpangan yang berlawanan dengan percobaan menurut Patong dan
Suarni (2007) bahwa, aktivitas enzim amilase pada tauge lebih tinggi
dibandingkan pada kacang hijau. Enzim -amilase banyak terdapat pada
kecambah kacang-kacangan. Enzim -amilase dalam biji dibentuk pada waktu
awal perkecambahan oleh asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang
sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai
pengontrol perkecambahan tersebut. pH mempengaruhi sisi aktif enzim dalam
membentuk kompleks enzim substrat. pH yang rendah atau terlalu tinggi akan
mempengaruhi konformasi enzim sehingga enzim tidak dapat membentuk
kompleks dengan substrat dan akan terjadi denaturasi (Pratama, 2010).
E. Kesimpulan
Dari praktikum Acara 1 Enzim, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. pH optimum dari enzim diastase / amilase ditunjukkan dengan warna larutan
sampel yang berubah menjadi biru
2. Semakin lama dipanaskan, warna biru pada amilum semakin memudar yang
menunjukkan bahwa senyawa ini hanya stabil pada suhu rendah atau tidak
terlalu tinggi.
3. pH berpengaruh terhadap aktivitas enzim diastase
4. pH optimum dari enzim diastase adalah 6
5. Suhu optimum enzim adalah 400C, suhu jika lebih tinggi maka kegiatan akan
menurun, sampai menjadi rusak.
6. Uji iod bertujuan untuk memisahkan antara polisakarida, monosakarida dan
disakarida.
7. Uji Benedict dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya gula pereduksi
dalam suatu larutan yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah
bata pada larutan
8. Tidak terbentuk endapan merah bata pada larutan sampel yaitu glikogen,
amilum, dan dekstrin
9. Glikogen, amilum, dan dekstrin bukan merupakan gula pereduksi dan tidak
berpengaruh terhadap aktivitas enzim.
10. Penyimpangan terjadi karena kondisi eksternal yang tidak dapat dikontrol
sehingga mengkontaminasi suhu dari penangas air.
11. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengamatan terhadap tauge dan
kacang hijau, hal ini menyimpang dair teori yang ada.
12. Penyimpangan yang berlawanan dengan percobaan menurut Patong dan
Suarni (2007) bahwa, aktivitas enzim amilase pada tauge lebih tinggi
dibandingkan pada kacang hijau.