You are on page 1of 30

AWAL PERJALANAN DARI DALAM KUBUR (1)

Aku telah mati. Kulihat penyakit jasmaniku telah hilang dan kesehatanku pulih
kembali. Kulihat kaum kerabatku berkumpul di samping jenazah sambil menangisiku. Aku
bersedih karena tangisan mereka. Ku katakan kepada mereka, Aku tidak mati. Bahkan, telah
hilang sakit dariku. Namun, tidak seorang pun dari mereka mendengar kata-kataku. Seakanakan mereka tidak melihatku dan tidak mendengar suaraku. Karena itu tahulah aku bahwa
aku jauh dari mereka. Aku ada di sana disebabkan oleh pengetahuan dan cintaku kepada
jenazah itu. Kupejamkan mataku di sisi kirinya yang terbujur telanjang. Setelah dimandikan
dan diurus segala keperluannya, mereka membawanya ke pekuburan. Aku bersama orangorang yang mengantarkan jenazah. Yang membuatku takut ketika melihat binatang-binatang
liar yang buas dari segala jenis ada di antara mereka. Namun yang lain tidak merasa takut
pada binatan-binatang itu, dan binatang-binatang itu pun tidak menyakiti siapa pun di antara
mereka. Seakan-akan binatang-binatang itu adalah binatang-binatang jinak yang akrab
dengan mereka.
Mereka menurunkan jenazah itu ke dalam kubur. Aku sendiri berdiri di sisi kuburan
sambil memperhatikan semua yang terjadi. Ketika itu aku merasa ketakutan, terutama ketika
kulihat binatang-binatang buas itu muncul di dalam kubur dan menyerang jenazah. Orang
yang tadi meletakkan jenazah di dalam kubur tidak berusaha menghalau binatang-binatang
itu, seakan-akan ia tidak melihatnya. Ia kemudian keluar dari kubur. Sementara itu, aku
masuk ke dalam kubur untuk mengusir binatang-binatang itu mengingat adanya ikatan antara
aku dan jenazah tersebut. Tetapi binatang-binatang itu semakin banyak jumlahnya dan
mengalahkan upayaku. Tentu saja aku semakin ketakutan, terasa seakan-akan anggota
tubuhku terlepas dari badanku. Aku meminta tolong kepada orang-orang yang ada di sana.
Namun tidak seorang pun menolongku: masing-masing memperhatikan pekerjaannya sendirisendiri. Seakan-akan mereka tidak melihat apa yang terjadi di dalam kubur.
Tiba-tiba, makhluk-makhluk lain muncul di dalam kubur. Mereka menolongku dalam
mengusir binatang-binatang itu sehingga kabur sambil berlarian. Aku tanyakan siapa mereka.
Mereka menjawab, Sesungguhnya kebaikan menghapuskan kejelekan. (QS. Hud : 104).
Mereka
pun
lalu
menghilang.
Setelah pertarungan itu berakhir, aku sadar bahwa orang-orang telah menutup kuburan dan
meninggalkanku di tempat yang sempit dan gelap. Orang-orang kembali ke rumahnya mereka
masing-masing, termasuk sahabat, kerabat, isteri, dan anak-anakku yang untuk ketenangan
mereka, aku dulu berusaha siang dan malam. Pengingkaran dan ketidaksetiaan mereka
menyakitkanku. Hampir-hampir hatiku hancur karena takut dan gelisah terhadap kengerian di
dalam kubur dan kesendirian.
AWAL PERJALANAN DARI DALAM KUBUR (2)
Dalam kesepian dan keputusasaan, kecuali kepada Allah, aku duduk di samping
kepala mayat. Kuperhatikan kuburan itu sedikit demi sedikit mulai bergerak dan tanah bagian
atas lahad mulai berjatuhan. Tanah di bawah kaki mayat mulai bergetar dan darinya keluar
dua makhluk yang berwajah menyeramkan dan dengan bentuk yang menakutkan.

Kedua makhluk itu seperti binatang buas yang sangat kuat. Dari mulut dan hidungnya
keluar api dan asap. Di tangan mereka tergenggam tongkat yang merah membara seperti bara
api yang memancarkan bunga api. Kedua makhluk itu bertanya kepada mayat dengan suara
seperti gelegar Guntur yang hampir-hampir menggetarkan langit dan bumi. Mereka berkata.
Siapakah Tuhan-mu? aku sangat ketakutan dan lidahku mongering. Kukatakan bahwa
mayat yang tidak bernyawa itu tidak dapat menjawab pertanyaan mereka. Tak pelak lagi
kedua makhluk itu memberikan pukulan kepadanya dengan tongkat api sehingga api
memenuhi seisi kuburan dan keadaan semakin menyeramkan . karena itu, sebaiknya kujawab
pertanyaan mereka. Kupanjatkan harapan kepada Allah seperti harapan orang-orang yang
berputus asa, miskin, dan kebingungan. Dalam hati aku bertawasul kepada Ali bin Abi Thalib
yang telah kukenal dengan baik. Aku tahu bahwa beliau mengenal orang-orang yang
teraniaya. Aku ingin melihat kekuatannya berlaku di setiap tempat dan di seluruh jagat raya.
Kekuatan itu adalah salah satu kenikmatan dari Allah Swt. yang disiapkan untuk
menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari ketakutan yang menghilangkan segala indera dan
perasaan manusia.
dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk,
tetapi azab Allah itu sangat keras. (QS. Al-Hajj : 2).
Ketika kuingat hal itu, tiba-tiba hatiku menjadi kuat dan kekeluan lidahku pun hilang. Karena
lama tidak mendapat jawaban, kedua makhluk itu kembali bertanya dengan nada marah dan
suara yang lebih keras daripada yang pertama. Karena sangat marah, wajah mereka
menghitam dan bunga-bunga api memancar dari mata mereka. Siapakah Tuhan-mu? Tanya
mereka lagi. Namun, sebelum ketakutan menyergapku seperti sebelum ini, kujawab dengan
suara lemah. Allah adalah Tuhanku.
"Dialah Allah Yang tiada tuhan selain Dia, Yang mengetahui yang gaib dan yang
nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada tuhan
selain Dia. Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang mengaruniakan keamanan, Yang
Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan.
Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan". (QS. Al-Hasyr : 22-23).
Ayat-ayat ini pernah selalu kubaca setiap kali selesai menunaikan Salat Subuh. Aku
membacakannya kepada mereka untuk menunjukkan bahwa aku telah menghafalkannya.
Selain itu, agar mereka tidak mengatakan bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan dan
kesempurnaan, sebagaimana mereka mengatakan pada hari penciptaan Adam, bahwa Adam
hanya akan membuat kerusakan dan menunpahkan darah.
Bagaimanapun, kubacakan ayat itu kepada mereka sehingga kulihat kemarahan
mereka mereda dan raut wajah mereka menjadi cerah. Satu makhluk di antara mereka
menoleh sambil berkata kepada yang lain, Tampaknya orang ini termasuk ulama kaum
Muslim. Kita harus bersikap lembut dalam bertanya kepadanya.
Namun temannya berkata, Sikap kita kepadanya bergantung pada Jawaban dia
terhadap pertanyaan kedua. Jawabannya belum kita ketahui. Kita harus meneruskan tugas

kita dan melaksanakan kewajiban kita. Siapakah mayat ini tidak penting bagi kita. Kekuasaan
dan kedudukan tidak ada artinya dalam pandangan kita.

AWAL PERJALANAN DARI DALAM KUBUR (3)


Ia
menoleh
kepada
mayat
dan
bertanya,
Siapakah
Nabimu?
Ketika itu, degup jantungku menjadi tenang dan lidahku semakin lancar. Kujawab pertanyaan
nya. Nabi dan Rasul Allah kepada seluruh manusia, Muhammad bin Abdullah, penutup
para nabi dan penghulu para rasul Saw.
Di sini, kemarahan mereka hilang. Wajah mereka berseri. Ketakutan yang tadi
kurasakan
pun
kini
telah
hilang.
Mereka bertanya tentang kitab, kiblat, dan imam serta khalifah Rasulullah Saw. Lalu
kujawab, Kitabku adalah Al-Quran Al-Karim yang telah diturunkan Tuhan Yang Mahakasih
kepada Nabi yang bijaksana, Kiblatku adalah Kabah, Masjidil Haram.
Dan dimana saja kalian berada, hadapkanlah wajah kalian ke arahnya. (QS. AlBaqarah : 144) Lahiriahnya adalah Masjidil Haram dan batiniahnya adalah al-Haqq Yang
Mahatinggi. Dan kuhadapkan wajahku dengan lurus kepada Tuhan Yang menciptakan langit
dan bumi dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik. (QS. Al-Anam : 79)
Sejurus aku diam sambil menunggu mereka mengajukan pertanyaan yang lain. Tetapi
mereka tidak mengajukan pertanyaan. Mereka hanya bertanya kepadaku, Dari mana kamu
mendapatkan jawaban-jawaban ini dan dari siapa kamu mempelajarinya?
Aku tidak menjawab. Aku hanya berpikir dan bertanya kepada diriku sendiri. Itulah
dalil-dalil yang telah kami persiapkan di negeri kelalaian, kesalahan, dan kelupaan. Siapakah
yang dapat menjamin bahwa dalil-dalil itu terhindar dari kesalahan dan kelalaian dalam isi,
bentuk, atau keadaannya? Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa perempuan mandul tidak
bisa melahirkan? Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa hal itu cocok dengan silogisme
logika? Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa silogisme logika sesuai dengan fakta?
Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa Aristoteles sendiri yang menciptakan silogisme itu
tidak salah? Padahal sering kita sendiri di alam itu menyadari beberapa kesalahan dan
ketergelinciran kita?
Kemudian, kataku lagi, dengan asumsi bahwa penjelasan-penjelasan itu benar, hal
tersebut tidak berguna, kecuali di alam itu yang merupakan alam kebutaan dan kebodohan,
ketika kebutuhan terhadap tongkat di tempat yang sangat gelap atau bagi orang yang buta.
Adapun di alam ini , yang di dalamnya tersebar cahaya hakikat dan mata hati menjadi tajam,
tidak ada kebutuhan pada tongkat. Karena itu, apa yang diinginkan kedua makhluk ini
dariku? Ya Allah, aku berbicara tentang kelahiran di alam ini, tetapi aku tidak tahu sedikit pun
tentang
istilahnya.
Aku tenggelam dalam lautan harapan ketika mendengar teriakan mereka seperti gelegar

Guntur di langit. Mereka meminta jawaban atas pertanyaan mereka yang terakhir, Dari
manakah kamu memperoleh apa yang kamu ucapkan?
Kupandang mereka. Ah, alangkah baiknya jika aku tidak memandang mereka. Kulihat
tanda-tanda kemarahan pada wajah mereka. Mata mereka memerah seperti nyala api. Wajah
mereka menghitam. Mereka membuka mulut yang bentuknya seperti mulut unta. Tampaklah
taring-taring kuning yang panjang. Mereka mengangkat tongkat, bersiap-siap untuk
memukul. Diriku diliputi ketakutan yang luar biasa sehingga aku jatuh pingsan. Namun pada
saat itu aku mendapat inspirasi untuk mengatakan dengan suara lemah sambil kupejamkan
mata karena sangat takut. Itulah yang ditunjukkan Allah kepadaku. Kemudian kudengar
mereka berkata, Tidurlah seperti pengantin baru.
Mereka pun pergi. Barangkali aku telah tertidur atau pingsan. Tetapi, aku merasakan
telah terbebas dari ketakutan.
SUASANA DALAM PERJALANAN (1)
[Lanjutan dari sebelumnya AWAL PERJALANAN DARI DALAM KUBUR (3)]
Tidak lama kemudian, aku kembali sadar dan kubuka kedua mataku. Tiba-tiba
kudapati diriku berada di sebuah kamar berlantai permadani. Kulihat seorang pemuda
tampan, berambut indah, dan menyebarkan wangi. Ia meletakkan kepalaku di pangkuannya
sambil menunggu hingga aku siuman. Ia mengangkat kepalaku dari pangkuannya dengan
sangat lembut dan rendah hati. Kuucapkan salam kepadanya. Ia pun tersenyum kepadaku dan
bangkit sambil menjawab salamku. Ia memelukku dengan penuh kehangatan dan cinta. Ia
berkata, Duduklah! Aku bukanlah seorang nabi, imam, atau malaikat. Aku adalah kekasih
dan sahabatmu.
Kutanyakan kepadanya, Siapakah dirimu? Siapakah namamu? Betapa indahnya jika
aku menjadi sahabatmu dan kamu menjadi sahabatku untuk selamanya.
Namaku Hadi, jawabnya. Aku biasa dipanggil Abul Wafa dan Abu Turab. Akulah
yang mengilhamkan jawaban terakhir, yang kamu katakana, ke dalam hatimu sehingga kamu
selamat. Jika tidak, tempat itu pasti dipenuhi dengan api akibat pukulan tongkat kedua
makhluk itu.
Aku berterima kasih kepadamu atas kebaikanmu. Pada dasarnya, aku tidak terikat
kepadamu. Namun pertanyaan mereka, menurut pendapatku, tidak ada gunanya, melainkan
sekadar perantara. Hal itu karena aku telah menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka seputar
akidah Islam dengan jawaban yang benar. Tidak penting masuk ke dalam Tanya-jawab
seputar beberapa hakikat. Kalau diletakkan bara api pada telapak tangan manusia, misalnya,
dan ia mengatakan bahwa tangannya terbakar maka tidak mungkin kita bertanya kepadanya,
mengapa ia mengucapkan kata-kata ini. Bahkan kalau seseorang di antara mereka bertanya
begitu karena lupa, tentu jawabannya adalah apakah kamu buta? Tidakkah kamu lihat bara
api itu pada tanganku? Nah, pertanyaan mereka yang terakhir itu seperti ini, kataku kepada
Hadi.

Tidak. Tidak seperti ini, jawab pemuda itu. Karena semata-mata menyesuaikan
ucapan dengan kenyataan tidaklah berguna bagi manusia. Harus ada keimanan hati untuk
menggerakkannya menuju pengamalan. Bukankah dikatakan, janganlah kalian mengatakan,
Aku telah beriman, karena keimanan belum masuk ke dalam hati kalian?
Bukankah pada hari pertama penciptaan semua orang menjawab, Tentu, ketika
mereka ditanya, Bukankah Aku ini (Allah) adalah Tuhan kalian? tetapi mereka tidak
mengikrarkan
ketuhanan
Allah
seperti
pada
kenyatannya?
Benar, mereka melakukan hal itu, jawabku
Namun ketika diuji dengan taklif di alam materi, mereka lupa mengamalkan
beberapa kewajiban itu karena pengakuan mereka yang pertama hanyalah di bibir saja.
Mereka tidak berhasil dalam ujian itu dan di sini, dalam fase pertama di alam ini. Semua
orang, baik kaum mukmin maupun kaum munafik, harus memberikan jawaban yang sesuai
dengan hakikat yang sebenarnya. Tetapi pertanyaan terakhir ini merupakan ujian ulang
dimaksudkan untuk mengetahui kalau akidah itu telah meresap ke dalam hati. Karena itu
dalam hal ini, jawaban adalah apa yang kamu katakana, dan itulah keselamatan. Adapun jika
jawaban itu adalah orang-orang mengatakannya da aku pun mengatakan demikian maka
ketika itu taklid dalam ucapan tidak berguna selain yang diyakini hati. Seperti kamu ketahui,
hadis-hadis dari orang-orang maksum menjelaskan perincian-perincian seperti ini.
Benar. Kini aku ingat bahwa hal inilah yang dijelaskan di dalam hadis-hadis. Namun
ketakutan ketika pertanyaan itu dikemukakan membuatku lupa akan hal itu. Kamu telah
mengingatkanku padanya. Semoga Allah tidak menjauhkan aku darimu. Sekarang katakanlah
kepadaku, bagaimana kamu mengenalku, padahal aku belum pernah melihatmu sebelum ini.
Selain itu, aku sangat mencintaimu sehingga kuanggap perpisahanku denganmu sebagai
kebinasaan bagiku?
Sejak awal aku selalu bersamamu dan aku menjadi kekasihmu. Namun kamu tidak
merasakan kehadiranku karena di alam materi kamu tidak memiliki kekuatan pandangan hati.
Cinta itulah yang kadarnya pada dirimu bergantung pada kadar kesanggupanmu. Karena itu,
namaku adalah Hadi, yaitu orang yang memberikan petunjuk kepadamu. Adapun Dia adalah
pemberi petunjuk kepada semua orang yang bertakwa.
Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 2). Hal itu bergantung pada sejauh mana kamu berpegang teguh
pada
Al-Urwah
Al-Wutsqa:
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah maka
sesungguhnya ia telah berpegang pada tali yang sangat kuat (Al-Urwah Al-Wutsqa) yang
tidak akan putus. (QS. Al-Baqarah : 256).
Inilah
salah
satu
berkat
dari
mengamalkan
Tawasul..
Ilaa hadrotin Nabiyyil Musthofaa Sayyidinaa wa Maulanaa Muhammadin Shollalloohu
Alaihi wa sallama wa aabaatihi wa ummahaatihi wa ajwaajihii wa dzurriyyatihii wa ahlil
baitihil kiroom nas alul wasiilata Syay ullillahi lahumul Faatihah.

SUASANA DALAM PERJALANAN (2)


Karena itu, aku tidak akan berpisah darimu kecuali jika dirimu menjauh dariku
dengan mengikuti hawa nafsu. Adapun panggilanku dengan Abul Wafa dan Abu Turab
berpulang pada perilakumu dan kesetiaanmu kepada orang-orang mukmin. Kadar
kesanggupanku untuk memberikan ketenangan kepadamu berpulang pada dirimu sendiri. Jika
kamu berbuat maksiat, aku lari darimu, dan jika kamu bertobat, maka aku kembali
menemanimu. Dari sisi ini, aku katakana bahwa dalam perjalanan di alam ini aku tidak akan
berpisah darimu, kecuali jika kamu lalai atau melampaui batas, dan keduanya adalah
perbuatan tanganmu sendiri. Yang demikian itu disebabkan perbuatan tangan kalian sendiri,
dan Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 182).
Sekarang aku akan pergi dan mempersilakanmu beristirahat. Itulah amanat yang
diberikan kepadaku. Allah menjanjikanku kepadamu. Al-Quran dipenuhi dengan hikayat
tentang diriku. Namun, sayang, kamu sering membaca Al-Quran, tetapi kamu mengatakan
bahwa kamu tidak mengenalku, kata Hadi selanjutnya.
Ketika aku sendirian, aku mulai berpikir tentang ihwal diriku dan tentang apa yang
dikatakan Hadi tadi. Maka tahulah aku bahwa keadaan dan perjalanan hidup manusia di alam
materi hanyalah mimpi. Kemudian kita menemukan tabirnya dalam bentuk lahiriah. Ucapan
Zulkarnain tentang kezaliman, bahwa orang yang mebawa kerikil dan sampai ke tempat
cahaya akan menyesali perbuatannya dan orang yang tidak membawa kerikil pun akan
menyesalinya, merupakan kiasan dari keadaan yang rumit ini, yang membawa manusia di
dunia dan akhirat. Jadi, setiap orang akan merasakan penyesalan dalam kadar tertentu.
Betapa besar penyesalanku atas kelalaianku (dalam menunaikan kewajiban) terhadap
Allah. (QS. Al-Zumar : 56)
Namun, kini, penyesalan itu tidak berguna. Pintu tobat telah ditutup. Dalam kesedihan
ini aku terserang kantuk. Tidak lama kemudian, kurasakan kehadiran dua mkhluk ; yang satu
berwajah tampan dan yang lain berwajah jelek. Mereka duduk di samping kanan dan
disamping kiriku. Mereka menciumi anggota-anggota tubuhku dari ujung kaki hingga ujung
rambut. Mereka lalu mencatat sesuatu pada sehelai kertas panjang yang ada di tangan
mereka. Mereka pun membawa sebuah kotak kecil dan sebuah kotak besar. Mereka
memasukkan segala sesuatu ke dalamnya.
Selanjutnya mereka membubuhi segel padanya dengan lilin merah. Mereka
mengulang-ulang nama beberapa anggota tubuhku beberapa kali, seperti hati, pikiran, mata,
lidah, dan telinga. Mereka saling berbicara satu sama lain, dan kembali menciumi anggota
tubuhku hingga beberapa kali, lalu menuliskan sesuatu dan meletakkannya di dalam kotakkotak itu. Aku diam saja tanpa bergerak sehingga tidak merasakan kehadiran mereka, padahal
aku sedang terjaga. Namun aku sangat ketakutan karena ketelitian mereka dalam memeriksa
segala hal yang datang dan masuk ke dalam diriku. Secara samar-samar aku tahu bahwa
mereka menuliskan dan memastikan keburukan-keburukan dan kebaikan-kebaikanku.

Makhluk yang berwajah tampan menginginkan kebaikan bagiku. Dari pembicaraan


mereka aku tahu bahwa ia mencegah yang lain untuk menuliskan beberapa keburukanku
setelah aku bertobat darinya, atau menghilangkan amal salih, atau membaguskan keburukan,
seperti elixir yang mengubah tembaga menjadi emas, lalu karenanya aku menyukainya.
Ada sebagian orang yang sedang dalam keadaan membaca/mendengar petunjuk, Ada
sebagian yang lain sudah menjalankan apa yang sudah dibaca/didengar (petunjuk) nya, dan
ada juga sebagian lainnya belum membaca, juga belum mendengarkan (petunjuk).
Anda sedang apa?
SUASANA DALAM PERJALANAN (3)
Setelah semua selesai, mereka melipat catatan khusus tentang diriku dan
mengalungkannya pada leherku. Mereka menutup kotak-kotak itu yang kemudian diletakkan
di atas kepalaku. Selanjutnya mereka membawa sebuah kerangkeng dari besi yang sangat
keras seakan-akan dibuat khusus untuk ukuran tubuhku.
Mereka memasukkanku ke dalam kerangkeng itu, lalu memutar sekrup-sekrup dan
baut-bautnya. Kerangkeng itu semakin menyempit dan terus menyempit.
Akhirnya, kerangkeng itu menghimpit diriku sehingga kurasakan tubuhku seperti tercabikcabik dan tidak dapat keluar. Mereka terus memutar sekrup-sekrup itu sehingga kerangkeng
yang tadinya longgar menjadi kecil hingga seukuran pipa sebesar teko. Semua tulangku
remuk dan dari tubuhku keluar cairan hitam yang menyerupai ter. Akhirnya, hilanglah
kesadaranku dan aku tidak mengenal apa-apa lagi setelah itu.
Tidak lama kemudian, aku kembali pada diriku. Kurasakan kepalaku sudah ada pada
pangkuan Hadi. Kukatakan kepadanya, Maafkanlah aku, karena aku tidak mampu bangun.
Tulang-tulangku telah remuk, napasku masih terasa sesak, kata-kataku terputus-putus,
suaraku lemah. Air mata pun meleleh di wajahku.
Aku menyalahkan Hadi karena himpitan pertama ini adalah akibat kepergiannya
dariku.
Namun Hadi mulai berbicara lirih kepadaku, Apa yang telah kamu alami termasuk hal-hal
yang mesti dilalui dalam fase pertama di alam ini, tidak terkecuali siapa pun. Ujian akan
menjadi ringan jika sering dialami. Tetapi semuanya telah berakhir. Kuharap hal seperti ini
tidak terjadi lagi pada dirimu. Namun penderitaan-penderitaan di alam ini adalah untuk
kebaikanmu juga.
Kerangkeng yang kamu kira terbuat dari besi yang sangat keras hanyalah campuran
akhlak tercela pada manusia, yang sebagiannya menyatu dengan sebagian yang lain dalam
kehidupan materi. Hal tersebut di alam ini berubah menjadi kerangkeng yang mungkin
tersusun dari ribuan akhlak tercela. Asalnya tiga, yaitu KETAMAKAN, FANATISME dan
KEDENGKIAN.
Yang pertama telah mengeluarkan ADAM dari surga: yang kedua membawa IBLIS
pada kerendahan: dan yang ketiga melemparkan QABIL ke dalam neraka JAHANAM.

Namun ketiga hal ini memiliki ribuan cabang dan daun, yang masing-masing berbeda-beda
kuantitas dan kualitasnya pada setiap orang.
Sambil mengatakan kata-kata yang indah ini, Hadi mengusapkan tangannya di atas
punggung, dahi, dan anggota-anggota tubuhku yang lain. Maka tulang-tulang yang semula
hancur kini pulih kembali dan hilanglah rasa sakit sehingga kehidupan dan kekuatan baru
mengalir dalam tubuhku.
SUASANA DALAM PERJALANAN (4)
Daging dan angota-anggota tubuhku disucikan dari debu dan kotoran menjadi bening dan
mengeluarkan harum semerbak. Dengan demikian, tahulah aku bahwa himpitan itu merupakan
sejenis penyucian untuk mengeluarkan kotoran dan keburukan dalam diri seseorang, yang
tampak seperti ter. Padahal para imam a.s. mengungkapkan hal itu seperti keluarnya air susu ibu
dari kepala. Putihnya susu tidak berlawanan dengan hitamnya ter karena air susu berasal dari
darah haid yang berwarna hitam dan termasuk najis.
Hadi berkata, Karung ini milikmu. Bukalah agar kamu mengetahui isinya. Aku
membukanya. Tiba-tiba tampak kantung-kantung itu tertera tulisan bekal
persinggahan si fulan, sedangkan pada sebagian yang lain aku baca tulisan
bahaya dan hukuman pada tempat persinggahan si fulan. Beberapa kantung
dikhususkan bagi tempat persinggahan tertentu, yang harus dibuka di tempattempat persinggahan tertentu. Aku bertanya tentang kantung-kantung itu. Hadi
menjawab, Kantung-kantung itu adalah masa-masa siang dan malam sepanjang
hidupmu, yang pada waktu itu muncul perbuatan-perbuatan baik dan buruk dari
dirimu. Setelah kamu melewati masa-masa itu, mulut kantung-kantung itu ditutup
seperti tertutupnya kulit kerang. Sementara itu, amalan-amalan tadi tetap di
dalamnya, seperti tetap dan terpeliharanya mutiara di dalam kerang, sehingga
menjadi kantung yang disegel.
apa yang terikat pada leherku? tanyaku, Yang terikat pada kakimu adalah
lembaran-lembaran amalan-amalanmu. Jawab Hadi. Pada hari kiamat nanti,
keinginan-keinginan dan perbuatan-perbuatanmu dihisab. Sekarang belum
waktunya.
Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat
sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. (QS. Al-Isra : 14)
Selanjutnya, ia berkata, AKu melihat bekal perjalananmu sedikit. Karena itu kamu
harus tinggal di sini selama beberapa minggu. Barangkali ada sesuatu yang dikirim
kerabatmu di dunia untukmu. Rasulullah Saw. pernah bersabda, Bekal terbaik dalam
perjalanan adalah sesuatu yang banyak. Aku harus pergi , sementara kamu tidak
punya tiket dan paspor dari penguasa agama dan dunia. Jika dalam beberapa
minggu itu tidak ada sesuatu yang dikirimkan kepadamu, pergilah pada malam
Jumat kepada keluargamu. Barangkali mereka mengingatmu dengan memintakan
rahmat dan ampunan untukmu.

Apakah keluargaku ada yang mengingatku di setiap malam Jumat?


SUASANA DALAM PERJALANAN (5)
Hadi pergi, sementara aku tetap menunggu. Namun aku berada di suatu tempat
yang indah. Aku berada di dalam sebuah kamar yang beralaskan sajadah beraneka
warna dengan lukisan-lukisan yang indah pula. Aku menunggu hingga malam Jumat
tiba. Tetapi tidak sesuatu yang dikirimkan kepadaku. Aku pergi, seperti dipesankan
Hadi, ke rumahku dalam rupa burung. Aku bertengger pada ranting sebuah pohon.
Aku perhatikan apa yang dilakukan isteri, kerabat, dan teman-temanku yang dulu
sepakat untuk melakukan kebaikan-kebaikan untuk-ku. Mereka memasak sup dan
menanak nasi. Mereka kemudian menyelenggarakan majelis takziyah untuk AlHusain a.s. dan membaca surah Al-Fatihah.
Tetapi kulihat perbuatan-perbuatan mereka tidak berguna sedikit pun bagiku karena
niat perbuatan dan tujuan mereka yang sebenarnya adalah untuk pamer belaka.
Karena itu, mereka tidak mengundang makan seorang miskin pun. Tujuan mereka
yang diundang pun hanyalah untuk mendapatkan makan dan melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan khusus mereka. Mereka tidak memohon rahmat untukku dan
tidak pula menangis untuk Al-Husain bin Ali a.s. Sebaliknya, mereka marah kalau
ada kekurangan dalam menyajikan pengkhidmatan kepada mereka, dan mereka
mencela orang-orang yang sudah mati dan yang masih hidup. Jika tampak kesedihan
dan kepedihan dari tuan rumah dan kaum kerabat, itu hanyalah muncul dari mereka
sendiri, bukan karena diriku.
Mereka tidak memiliki pelindung sepeninggalku dan tidak pula orang yang
membimbing dan mengatur urusan-urusan rumah tangga mereka. Mereka
tenggelam dalam urusan-urusan duniawi sehingga mereka melupakanku dan mereka
lupa bahwa ada kematian dan ada dunia lain yang menanti mereka. Seakan-akan
bencana ini telah menghancurkan kepalaku dan mereka tidak memiliki bagian di
dalamnya. Allah telah menyesatkan mereka naudzu billah dengan kematianku.
Mereka terus menggerutu dan mencari-cari alasan.
Aku kembali ke rumahku di pekuburan dengan rasa putus asa dan sedih. Aku hampir
mengutuk keluargaku dan anak-anakku. Untung saja pengetahuanku terhadap
hakikat mencegahku dari melakukan itu. aku berkata dalam hati, "Cukuplah bagi
mereka apa yang telah mereka miliki dan tidak perlu tambahan.
Aku masuk ke dalam kubur melalui lubang yang ada di situ. Tiba-tiba kudapati Hadi
sedang duduk dan di tengah kamar itu tergeletak sepiring buah apel. Aku bertanya
kepadanya, Dari mana ini?
seseorang melewati kuburan ini, lalu berhenti di atas kuburanmu dan membaca
surah Al-Fatihah. Inilah pahalanya dibayarkan kontan, jawabnya.
Aku berkata dalam hati, Semoga Allah merahmati orang itu yang datang tepat pada
waktunya.

SUASANA DALAM PERJALANAN (6)

Kulihat Hadi sedang sibuk menghias kamar, menyajikan hidangan, dan menyusun
kursi-kursi yang terbuat dari emas dan perak. Ia menggantungkan pelita di langit-langit yang
cahayanya terang seperti matahari.
Apa yang terjadi sehingga kulihat kamu sibuk seperti ini menghias kamar ini,
padahal aku akan meninggalkannya. Tanyaku pada Hadi.
Aku dengar bahwa para imam dan anak-anak mereka yang kuburan mereka telah
kamu ziarahi, serta para ulama yang selalu kamu sebut nama mereka dalam Shalat malammu
dan kamu bacakan surah Al-Fatihah di atas kuburan mereka, telah mendengar tujuan
perjalananmu ke akhirat. Mereka berniat mengunjungimu untuk memberikan apa yang
menjadi hakmu. Jawab Hadi.
Betapa taufik ini membahagiakanku, jawabku. Hilanglah kesedihan dan
kegundahan yang selama ini menderaku akibat kunjunganku kepada keluargaku. Aku sangat
berbahagia dengan kabar gembira ini.
Kamar
ini
kecil,
kataku
kepada
Hadi.
Kamar ini kecil bagimu. Tetapi kamar ini akan menjadi luas dengan kedatangan mereka,
jawabnya.
Tiba-tiba mereka datang dengan wajah yang memancarkan cahaya dan dengan segala
keagungan dan kemuliaan. Setiap orang duduk di tempat masing-masing sesuai dengan
kedudukannya. Orang yang duduk paling depan di antara mereka semua adalah Abu Al-Fadhl
Al-Abbas a.s. dan Ali Akbar a. s. Mereka berdua duduk di ruangan yang besar. Keduanya
mengenakan pakaian perang. Aku merasa heran, mengapa mereka memakai pakaian perang
di alam yang tidak ada kekacauan dan permusuhan sama sekali.
Aku, Hadi, dan beberapa orang yang hadir berdiri. Ketampanan dan keagungan kedua
orang itu menyilaukanku, dan pandanganku hanya tertuju kepada dua orang yang sedang
duduk itu.
Abu Al-Fadhl A- Abbas a.s. menoleh kepada Hadi dan bertanya apakah sudah
menerima visa dari ayahnya. Hadi mengiyakannya, lalu membaca ayat berikut.
Hai sekalian jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus penjuru langit dan bumi, maka
tembuslah. Kalian tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (QS. Al-Rahman :
33).
SUASANA DALAM PERJALANAN (7)
Beliau menoleh kepadaku dan berkata, Kukabarkan kepadamu akan beroleh
kemenangan karena kekuatan kepemimpinan ayahku merupakan tiket keselamatan bagimu.
Mendengar kabar genbira itu, aku bersujud mencium tanah di hadapannya dengan rasa
bahagia. Aku lalu berdiri sambil menangis karena terharu memperoleh pertemuan seperti ini.
Aku mendengar Hubaib bin Mazhahir yang berdiri di sampingku berbicara kepadaku.
Janganlah kamu cemaskan sesuatu pun dalam perjalananmu yang dikepung marabahaya ini.

Janganlah kamu berputus asa akan keselamatanmu karena orang-orang yang mulia ini.
Bapak-bapak mereka tidak akan melupakanmu.
Kedatangan orang-orang ini di sini atas perintah bapak-bapak mereka. Mereka
mengenali para pengikut dan pencinta mereka di akhirat. Adapun pertemuan ini bertujuan
untuk menentramkan dan menenangkan hatimu. Selain itu, Sayidah Zainab a.s. mengirim
salam kepadamu dan mengatakan bahwa ia tidak melupakan perjalanan kakimu untuk
menziarahi saudaranya. Al-Husain a.s. serta kesulitan, kerinduan, rasa lapar, haus, dan
tangisan yang kamu alami sepanjang perjalanan itu.
Salam, rahmat dan shalawat Allah untukmu dan untuknya dariku. Jawabku.
Aku kemudian bertanya, Mengapa kedua sayid ini memakai pakaian perang di
hadapan orang-orang yang hadir, padahal di sini tidak ada peperangan?
Tiba-tiba air mukanya berubah dan kedua matanya meneteskan air mata. Ia berkata,
Ketika di Karbala, mereka berdua ingin sekali memusnahkan pasukan yang besar itu. Tetapi
mereka tidak mampu mewujudkan keinginan itu. Hal itu tetap menjadi belenggu dalam dada
mereka hingga hari ini. Mereka sedang menantikan tibanya rajah untuk mengurai belenggu
dalam dada mereka. Belenggu itulah yang tampak kepadamu dalam bentuk pakaian perang.
Mereka semua kemudian pergi dan tinggallah aku sendiri bersama Hadi. Kamar itu
pun kembali mengecil ke dalam ukurannya semula dan hiasan pun hilang. Aku berkata
kepada Hadi bahwa aku tidak bisa lagi pergi kepada keluargaku karena aku telah berputus asa
terhadap kebaikan mereka. Padahal mereka melakukan segala hal atas namaku. Tetapi
perbuatan-perbuatan itu formalitas belaka, tidak memiliki tujuan selain untuk memperoleh
keduniaan mereka, dan tidak diperoleh kecuali bertambah kesedihan dan kesusahanku.
Karenanya aku akan merasa puas dengan apa yang kumiliki dan akan bersabar menghadapi
berbagai cobaan sambil mengharapkan rahmat Allah dengan wasilah keutamaan orang-orang
yang mulia itu.
SUASANA DALAM PERJALANAN (8)
Kini kamu tidak membutuhkan sesuatu apa pun, kata Hadi. Di tiga tempat
persinggahan pertama, yang dimulai pada usia 15 tahun, adalah tahun taklif, hingga usia 18
tahun, yaitu masa remaja dan tumbuhnya kekuatan akal. Tidak ada hukuman-hukuman berarti
atas pelanggaran terhadap kewajiban dan keharaman disebabkan oleh lemahnya akal dan
kuatnya syahwat dan hawa nafsu.
Allah menciptakan akal terlebih dahulu, lalu Dia berfirman, Denganmu, Aku
menghukum dan denganmu Aku memberi pahala. Maksudnya, akallah yang menyebabkan
ditimpakannya hukuman dan diberikannya pahala. Karena itu, tiga tempat persinggahan
pertama di alam ini berada dalam lingkup toleransi pada masa awal taklif. Di dalamnya tidak
ada bahaya besar. Kalaupun ada beberapa bahaya di dalamnya, semua itu akan segera
berakhir dan sirna. Karenanya aku tidak perlu menemanimu. Aku akan pergi untuk
menunggumu di tempat persinggahan keempat. Besok kamu harus membawa karung

perbekalan di punggungmu dan berjalan di jalan yang terang ini kea rah kiblat hingga kamu
sampai kepadaku.
Hadi, kamu tahu bahwa berpisah denganmu merupakan kesulitan bagiku! kataku
kepada Hadi. Betapapun jalan ini lebih pendek dan lurus serta kadang-kadang luput dari
marabahaya, tetapi Rasulullah Saw. bersabda, Carilah teman sebelum bepergian.
Tidak ada salahnya kamu sendirian pada tiga fase dalam perjalanan ini karena aku
tidak bersamamu dalam tiga fase pertama di dunia pada permulaan taklif. Aku dilahirkan
untukmu setelah masa itu karena tanahku dari Illiyin, yaitu hidayah dan petunjuk. Semua
keterbatasan itu berasal dari dirimu. Karenanya celalah dirimu, jangan mencela diriku,
jawab Hadi.
Ia kemudian terbang menjauh dan meninggalkan diriku sendirian. Aku mulai
merenungkan apa yang dikatakannya. Ternyata ia seorang yang bijaksana dan benar, karena
yang secara praktis muncul pada tiga tahun pertama masa kedewasaan adalah akal nurani.
Akal insani belum muncul ketika itu. Para filosof menyebutnya Al-Aql Al-HayulaI atau
Nawah Al-Aql. Sudah pasti, ketika itu aku tidak memiliki pembimbing, dan aku tidak
berpegang pada ucapan dan janji. Aku pun tidak menepati janji. Aku bersikap congkak dan
sombong, terlebih lagi ketika itu aku adalah pencari ilmu dan masih dalam tahap awal. Ada
yang mengatakan bahwa ilmu memiliki tiga tahap. Tahap pertama menimbulkan
kesombongan. Aku sendiri tidak memiliki pembimbing, ayah yang berwibawa, dan ayah yang
rendah hati. Aku harus menempuh perjalanan ini sendiri.
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tidak
akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu (QS. Al-Fath : 23).
SUASANA DALAM PERJALANAN (9)
Alam-alam ini adalah lembaran-lembaran yang berulang-ulang. Jika mengetahui salah
satunya, maka kamu mengetahui yang lain. Perdebatan tentang dalil ini sangat sulit dipahami.
Aku berdiri dan memikul karung itu di punggungku. Aku mulai berjalan. Jalan itu
lurus, tidak ada batu dan kerikil. Udara pun cerah. Aku sungguh merasakan semangat dan
kerinduan luar biasa untuk dapat bertemu dengan kekasihku. Hadi yang setia. Aku berjalan
dengan langkah yang cepat hingga tengah hari. Sedikit demi sedikit kelelahan mulai terasa.
Udara menjadi panas. Aku pun kehausan. Aku mulai menapaki jalan sempit yang penuh duriduri, lalu menaiki anak bukit. Aku mulai merasakan takutnya kesendirian. Aku menoleh ke
belakang. Tampaklah sesosok makhluk sedang berjalan ke arahku. Aku merasa senang dan
bersyukur kepada Allah atas kedatangan teman perjalanan ini.
Aku menunggunya hingga ia sampai kepadaku. Ternyata ia seorang laki-laki berkulit
hitam legam, bertubuh tinggi, berbibir tebal, bertaring besar, berhidung lebar, menakutkan
dan menyebarkan bau tak sedap. Ia memberi salam kepadaku tanpa melafalkan huruf lam. Ia
berkata,
Assamu
alaikum.
Aku mulai ragu. Aku tidak suka ia menyertaiku karena aku takut kepadanya. Aku bertanya
kepadanya tentang namanya. Ia menjawab, Aku adalah kembaranmu. Namaku Jahal,

Laqabku al-Awaj. Kunyahku adalah Abul Hawi. Pekerjaanku membuat kerusakan dan
mengobarkan fitnah.
Ketakutanku bertambah besar setiap kali ia menyebutkan nama-nama ini. Aku berkata
dalam hati, Alangkah baiknya jika ia tidak menemaniku dalam perjalanan ini. Berjalan
sendiri lebih baik bagiku.
Tahukah kamu jalan yang benar jika kita sampai pada persimpangan jalan? tanyaku
kepadanya.
Aku
tidak
tahu,
jawabnya.
Apakah
yujuan
kita
masih
jauh
ataukah
sudah
dekat?
Aku
tidak
tahu.
Aku
merasa
haus.
Adakah
air
di
sekitar
sini?
Aku
tidak
tahu.
Keberadaan dan pengetahuan adalah sama. Tetapi mengapa kamu tidak mengetahui sesuatu
pun?
yang aku ketahui hanyalah bahwa sejak awal umurmu aku selalu bersamamu. Aku tidak
berpisah darimu, kecuali jika Allah menolongmu untuk berpisah dariku.
Aku berkata dalam hati, Tampaknya orang ini adalah setan yang ketika di dunia
kadang-kadang aku menjadi mangsa godaannya sehingga aku melakukan perbuatanperbuatan dosa. Semoga bencana ini tidak menimpaku. Ya Allah, limpahkanlah rahmat-Mu
kepadaku.
SUASANA DALAM PERJALANAN (10)
Aku kemudian berjalan. Ia pun berjalan di belakangku. Setelah beberapa langkah,
kami
menaiki
bukit.
Aku sampai di puncak gunung. Lalu aku duduk untuk menghilangkan rasa lelah. Tuan Jahal
itu menyusulku. Ia berkata, Tampaknya kamu telah kelelahan. Karena itu, aku akan
menyulap setiap lima farsakh menjadi satu farsakh sehingga kamu dapat sampai ke tujuan
dengan segera.
Tampaknya dengan kebodohanmu, kamu akan membuat beberapa keajaiban.
Kemarilah. Lihatlah jalan putih yang menyerupai busur dan panjangnya tidak kurang dari
lima farsakh. Kemudian lihatlah jalan yang menyerupai tali busur ini, betapa pendeknya.
Yang dikenal dalam matematika, setiap kali lingkaran busur itu melebihi setelah lingkaran,
maka talinya akan menjadi lebih pendek. Jika kita berjalan melalui jalan yang menyerupai tali
busur ini, jaraknya tidak akan lebih dari satu farsakh dari tempat kita ini sehingga kita
kembali lagi ke jalan utama. Adapun jalan utama itu sendiri panjangnya tidak lebih dari lima
farsakh. Orang berakal tidak akan memilih jalan yang jaraknya lebih jauh. Ia akan memilih
jalan yang jaraknya lebih pendek.
Jalan utama itu tidak akan menjadi jalan utama jika tidak sering dilalui. Apakah
semua orang yang melewatinya secara cuma-cuma memilih jalan yang panjang daripada jalan

yang pendek, padahal orang-orang berakal mengatakan, Berjalanlah di jalan yang biasa
dilalui orang banyak?
Betapa sederhana pikiranmu. Ucapan itu seperti ucapan penyair. Ataukah kamu
mengira para penyair adalah orang-orang berakal sehingga kamu mengikuti ucapan mereka?
Padahal, dengan indera dan matamu, kamu melihat kekeliruan ucapan mereka. Mereka sering
melewati jalan ini karena mereka menggunakan kendaraan, membawa perbekalan, membawa
barang bawaan, dan membawa keluarga mereka. Lembah yang terletak di ujung jalan tali
busur ini adalah perintang perjalanan mereka. Namun, kita, aku, dan kamu tidak membawa
beban apapun. Lalu apa alasan kita untuk menghindari jalan yang lebih pendek?
Kebodohan menyelimuti diriku dan mendorongku untuk memilih kebaikan itu. Lalu
kami menuruni lembah dan menaiki sisi yang lain. Tiba-tiba tampak lembah-lembah lain
yang lebih dalam daripada lembah pertama, dan seterusnya. Kami mulai menuruni lembahlembah itu dan menaiki anak-anak bukit di jalanan yang dipenuhi duri, bebatuan, dan
berbagai macam binatang. Panas terasa menyengat dan lidahku kering karena kehausan.
Kedua kakiku terluka karena tertusuk duri. Anggota-nggota tubuhku kelelahan dan hatiku
diselimuti ketakutan. Sementara itu, Tuan Jahal mengejekku sambil tertawa dan ia merasa
gembira atas musibah yang menimpaku.
Dengan badan yang tersiksa dan kelelahan serta menghabiskan waktu yang lama,
akhirnya kami sampai ke jalan utama setelah menempuh jarak sepuluh farsakh, dan pada
setiap langkah harus menghadapi ribuan musibah dan bencana. Aku sangat membenci Tuan
Jahal yang selalu mengikutiku. Aku berkata, Alangkah baiknya jika jarakku darinya seperti
jarak
antara
timur
dan
barat.
Jahal sendiri berdiri jauh dariku. Aku meneruskan kembali perjalanan dan rasa haus
menderaku. Sementara itu, Jahal mengikutiku dari jauh. Kulihat disamping jalan, berjarak
empat farsakh dari jalan itu, terdapat sebidang tanah yang ditumbuhi pohon-pohon yang
hijau. Aku masih dalam baying-bayang Jahal. Aku menoleh ke belakang. Tiba-tiba tampaklah
dia sedang melangkah cepat ke arahku. Ia berkata, Tidak diragukan lagi di tanah ini pasti
ada air. Marilah kita pergi ke sana untuk menghilangkan dahaga kita.
SUASANA DALAM PERJALANAN (11)
Sebenarnya aku tidak ingin menuruti ucapannya. Tetapi, karena sangat kehausan dan
kelelahan, aku katakan bahwa pohon-pohon itu tidak akan tumbuh tanpa air. Aku berjalan ke
arah tanah yang dipenuhi bebatuan dan duri-duri. Di sana terdapat berbagai macam ular dan
serangga. Setelah kami sampai di tanah itu, pohon-pohon itu tampak selalu hijau walaupun
tanpa air dan tidak layu.
Aku kembali ke jalan. Tidak lama kemudian, kami sampai di tanah yang ditumbuhi
mentimun. Jahal mengambil sebutir dan memecahkannya, lalu ia memakannya, Ia berkata
kepadaku,
Makanlah,
mentimun
ini
dapat
menghilangkan
dahagamu.
Pasti kebun ini ada pemiliknya. Aku tidak akan memakannya tanpa seizing pemiliknya.

Aneh sekali kamu ini, hai orang yang beragama. Mungkin saja kebun ini tumbuh
sendiri sebelum ada yang mengaku pemiliknya. Namun hak setiap orang yang lewat di sini
telah ditetapkan dalam syariat yang suci dan Pemilik yang hakiki. Sebentar lagi rasa haus
akan mencekik dan membunuhmu, dan kamu sekarang berada dalam keadaan terpaksa.
Tetapi siapa dalam keadaan terpaksa, sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak
melampaui batas maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah : 173).
Selain itu, kata Jahal selanjutnya, di sini kita bukan di tempat diberlakukannya
taklif dan berbagai fardu sehingga kamu dapat berfatwa dengan sesuatu yang tidak
diturunkan Allah.
Sedikit demi sedikit aku mulai mempercayai kebodohan ini. Lalu aku memetik sebutir
mentimun dan memecahkannya. Namun, baru saja aku memakan sepotong, tiba-tiba mulutku
terasa terbakar karena sangat pahit, seperti labu pahit. Aku melemparkannya dan berkata,
Buah ini adalah labu pahit, bukan mentimun!
Sama sekali bukan. Barangkali, yang kamu ambil memang labu pahit.
Aku mengambil lagi sebutir dan memakannya. Tetapi ternyata yang ini pun terasa
pahit, sama seperti yang pertama. Demikian pula yang lain. Sementara itu, Jahal sendiri terus
memakannya dan mengatakan bahwa rasanya sangat manis.
Aku kemudian mendekat kepadanya dan mengambil sepotong mentimun yang dia
makan. Ternyata mentimun itu pun terasa pahit, seperti yang lain.
Semoga
Allah
melaknatmu,
kataku.
Mengapa kamu memakan buah yang pahit, tetapi kamu katakan bahwa buah itu manis?
Aku tidak berbohong kepadamu. Buah itu terasa sangat manis di mulutku dan sesuai
dengan tabiatku.
SUASANA DALAM PERJALANAN (12)
Tiba-tiba seekor anjing menyerang kami. Di belakangnya ada seorang laki-laki yang
membawa tongkat. Sambil berteriak ia berlari kea rah kami dan hendak memukul kami.
Secepat kilat si hitam Jahal mengambil langkah seribu hingga sampai di jalan umum.
Sementara itu, secepat apa pun langkahku, anjing itu dapat menyusulku. Aku terjatuh ke
tanah karena sangat ketakutan. Pemilik anjing itu datang dan memukuli badanku sejadijadinya tanpa mempedulikan teriakanku bahwa aku tidak memakan mentimun itu. Ia malah
berkata, Tidak ada bedanya antara mengambil milik orang lain dan memetiknya setelah
kamu menjulurkan tangan untuk mencurinya.
Aku tidak terhindar dari cambukan tongkatnya kecuali sekadar tarikan nafas.
Kuseret diriku ke tengah jalan. Aku mulai menangis karena luka pada mulutku.
Anggota-anggota badanku remuk, kehausan, kelelahan, dan karena aku jauh dari Hadi.

Adapun Jahal telah mencapai tujuannya dan menggapai maksudnya. Ia duduk jauh
dariku seraya bibirnya menyunggingkan senyuman sebagai ejekan dan cemoohan terhadapku.
Ia berkata, Apa yang dapat dilakukan Hadi terhadapmu? Kamu dengan bantuanku menanam
benih-benih penderitaan dengan tanganmu sendiri di dunia. Dunia adalah lading bagi akhirat,
dan akhirat adalah saat memanen. Tidakkah kamu membaca ayat Al-Quran: Maka,
barangsiapa yang melakukan kejahatan sebiji sawi pun, ia akan melihat (balasan)-nya?
Orang-orang
Apa
yang
kau
Kebaikankah itu atau keburukan.

bijak
lakukan

pun
kembali

pada

berkata,
dirimu

Apakah Hadi dapat mendatangkan sesuatu yang dapat melawan ayat Al-Quran ini
dan hujjah-hujjah yang tidak dapat dibantah? Kamu akan melihat hal itu ketika berkumpul
bersama Hadi di suatu tempat persinggahan dan aku bersamanya seperti musibah yang
menimpamu dan Hadi sendiri tidak mampu melakukan apa pun. Bukankah dia sendiri pernah
mengatakan bahwa setiap kali kamu berbuat kemaksiatan maka ia lari darimu, dan setiap kali
kamu bertobat maka ia kembali kepadamu? Seperti sabda Rasulullah Saw.: Seorang Mukmin
tidak berzina sementara ia mukmin? Apa manfaat persahabatanmu dengan Hadi?
Kuperhatikan si laknat ini pintar juga. Lalu aku diam dan tidak lagi mengingat Hadi.
Aku mengambil buah apel dari dalam karung dan memakannya. Karenanya lukaku menjadi
sembuh dan kekuatanku pulih kembali. Aku kemudian bangun dan melanjutkan perjalanan.
Aku tiba di persimpangan jalan. Aku memilih jalan ke sebelah kanan karena jalan itu
menuju ke sebuah kota yang makmur. Sementara itu, jalan sebelah kiri menuju ke sebuah
desa yang telah hancur. Aku berkata kepada penjaga di persimpangan jalan, Aku harap kamu
dapat mencegah Jahal yang mengikutiku agar tidak terus membuntutiku. Hari ini ia telah
banyak menyakitiku.
Ia seperti bayanganmu sendiri, tidak dapat dipisahkan darimu. Namun pada malam
ini ia tidak lagi bersamamu karena ia akan mendatangi desa yang hancur di sebelah kanan.
Karenanya ia tidak lagi sering membuatmu gelisah.
KOTA
MAHABBAH
(Lanjutan Suasana Dalam Perjalanan di Alam Barzakh)

(1)

Aku memasuki kota itu. Tampaklah di kota itu gedung-gedung yang tinggi, sungaisungai yang mengalir, taman-taman yang hijau, pohon-pohon yang menjulang, pelayanan
yang menyenangkan, bahasa yang fasih, alunan irama yang merdu, dan minuman yang segar,
setelah kulewati padang sahara yang gersang serta menakutkan dan setelah mengalami
penderitaan-penderitaan yang ditimpakan Jahal itu kepadaku. Kini aku berada di tempat ini,
seakan-akan aku berada di surge yang luas dengan bau harum yang semerbak. Aku tidak
ingin meninggalkan kota ini kalau bukan karena kerinduanku kepada Hadi.
Di sini aku bertemu dengan sejumlah penuntut ilmu agama yang pernah aku kenal.
Pada malam itu aku tidur dan beristirahat untuk menghilangkan kelelahanku. Pada pagi-pagi
hari berikutnya, kami keluar dari kota itu. Kami berjalan di tengah udara yang menyebarkan

wangi yang harum dan bunga-bunga yang mekar. Aku mulai bercerita kepada mereka tentang
segala hal yang kualami pada malam sebelumnya, karena sebagian musafir di jalan ini
mencari kabar tentang sebagian yang lain ketika mereka sampai di tempat persinggahan
seperti ini. Hal itu karena ketika berangkat mereka sedikit sekali menanyakan ihwal sebagian
yang lain.
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup
menyibukkannya. (QS. Abasa : 37)
Kami bersyukur kepada Allah karena kami telah terbebas dari makhluk hitam itu. Dan
penutup doa mereka adalah al-hamdulillahi rabbil alamin. (QS. Yunus : 10)
Ringkas cerita, semua indera kami telah merasakan kinikmatan di kota ini. Lidah
merasakan makanan yang lezat, hidung mencium bebauan yang harum semerbak, mata
melihat pemandangan yang indah, telinga mendengar lantunan irama yang merdu dan suarasuara yang lembut dengan hati yang dipenuhi kebahagiaan dan jauh dari keburukan, dan kulit
menyentuh segala sesuatu yang halus.
Untuk kemenangan seperti ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja. (QS.
Al-Shaffat : 61).
Seseorang menyeru untuk berangkat dengan seruan yang dikandung dalam hayya ala
khayr al- amal (mari kita menuju perbuatan terbaik). Masing-masing memikul karung
bekalnya dan kami berjalan hingga sampai di persimpangan jalan. Salah satunya adalah jalan
menuju ke desa yang telah hancur. Tiba-tiba beberapa makhluk hitam tampak dari kejauhan
seperti asap hitam. Aku bertanya kepada penjaga persimpangan jalan, Mungkinkah
makhluk-makhluk hitam itu menemani kami?
Mereka adalah bentuk-bentuk hewani diri kalian yang memiliki dua kekuatan, yaitu
kekuatan syahwat dan kekuatan amarah, jawabnya. Mereka tidak mungkin berpisah dari
kalian. Mereka memiliki aneka warna, dan warna mereka berubah-ubah. Ada yang hitam
legam, ada yang abu-abu, ada yang putih, dan ada yang putih bersih, sebagaimana nama
mereka pun berbeda-beda. Ada ammarah, lawwamah, dan muthmainnah.
KOTA MAHABBAH (2)
Makhluk yang putih dan muthmainnah adalah banyaknya kebaikan kalian dan
membawa kalian ke derajat tertinggi sehingga kalian menjadi seperti malaikat. Ini adalah
kenikmatan yang dikaruniakan Allah kepada kalian. Tetapi kalian tidak mensyukuri
kenikmatan itu. Kalian menampakkannya seakan-seakan kenikmatan itu adalah hukuman.
Setiap hal yang kalian lakukan di sini pernah kalian lakukan di dunia dan setiap biji di sini
pernah kalian tebarkan di sana. Pertumbuhannya pada musim semi bukan dengan tangan
kalian.
Kamukah yang menumbuhkannya atau Kami yang menumbuhkannya? (QS. AlWaqiah : 64)

Pepatah Arab mengatakan, Pada musim panas, susu menghilang.


Makhluk-makhluk hitam itu menyusul kami. Masing-masing dari mereka menemani
masing-masing dari kami. Satu atau dua orang dari kami berjalan di belakang kami bersama
baying hitamnya, sementara satu atau dua orang lagi berjalan di depan kami. Aku berjalan
bersama bayangan hitamku hingga kami sampai di kaki bukit, yang jalannya menyempit dan
sukar dilalui.
Di bawah bukit itu terdapat sebuah lembah yang curam, tetapi dasar lembah itu tanah
yang datar. Namun aku lebih suka berjalan di atas bukit karena udara di lembah tidak
bergerak. Bayangan hitam itu bergerak cepat ke arahku dan meneguhkan pendapatku. Ia
mengatakan bahwa di samping udara di lembah itu tidak bergerak, juga di sana terdapat
berbagai macam binatang, sedangkan berjalan di puncak gunung dapat melihat kea rah mana
saja. Selain itu, pada awal masa belajarku di alam materi aku mencapai ranking tertinggi dan
menjadi bintang kelas. Aku mengambil jalan di atas gunung yang menanjak. Tetapi aku tidak
menemukan jalan ke puncak bukit.
Kami mulai berjalan di kaki bukit, tetapi jalan itu pun tidak lurus. Kerikil di bawah
telapak kakiku bergerak sehingga aku terpeleset, terjatuh beberapa kali, dan berguling-guling
sejauh beberapa meter. Aku hampir terjatuh ke dasar lembah. Untung saja aku bisa berpegang
pada rerumputan dan bebatuan agar tidak terjatuh. Namun tangan, kaki, dan punggungku
lecet dan terluka, serta hidungku pecah karena membentur batu.
Aku berkata kepada makhluk hitam itu, Betapa indah kita menikmati pemandangan
hijau di bukit-bukit ini. Alangkah baiknya jika aku berjalan di lembah itu.
Makhluk hitam itu menertawakanku dan berkata, Bukankah sebelumnya kamu
membaca: Barang siapa bersikap sombong maka Allah akan menghinakannya dan
barangsiapa bersikap angkuh maka Allah merendahkannya.
Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. (QS. Al-Dukhan :
45)
KOTA MAHABBAH (3)
Bagaimanapun aku dapat menyelamatkan diri dari ketersesatan di kaki bukit setelah
melalui berbagai penderitaan dan kelelahan dengan tubuh penuh luka. Namun, orang malang
yang mendahuluiku di jalan di kaki bukit itu telah terjatuh dari tempat yang tinggi ke lembah.
Aku mendengar suara rintihannya, sementara bayangan hitamnya duduk di sampingnya
sambil menertawakannya. Ia tetap tinggal di sana.
Ringkasnya, aku sampai ke tanah yang datar setelah melewati rintangan yang berat.
Namun di sana aku tidak menemui banyak kesulitan, kehausan, dan terbakarnya luka.
Makhluk hitam itu telah berusaha untuk meyakinkanku dengan berbagai dalil rasional untuk
mengeluarkan dari jalan itu. Tetapi aku tidak mempedulikannya. Kendati aku tertarik, tetapi
aku tidak menurutinya. Ia berjalan di belakangku.

Aku tiba di sebuah kebun yang dilalui jalanku. Di sana kulihat bebrapa orang yang
duduk di atas di tepi telaga dan di hadapan mereka terdapat berbagai jenis buah-buahan yang
ranum. Ketika melihatku, mereka menampakkan penghormatan dan memanggilku untuk
duduk bersama mereka sambil menikmati buah-buahan. Mereka mengatakan bahwa Allah
telah mewafatkan mereka du dunia ketika mereka sedang berpuasa. Inilah makanan mereka
untuk berbuka. Mereka menganggap bahwa aku punya hak untuk berkumpul bersama mereka
di sana karena aku pernah mengundang seseorang yang sedang berpuasa untuk berbuka puasa
di rumahku. Aku duduk dan memakan buah-buahan itu sehingga aku puas dan hilanglah
dahagaku. Aku tidak lagi merasakan sakit.
Mereka bertanya kepadaku, Apa yang terjadi pada dirimu dalam melewati jalan ini?
Segala puji bagi Allah. Semua musibah yang kualami telah hilang setelah aku melihat
kalian. Namun sejumlah orang yang melewati jalan ini tertinggal di belakangku karena
mereka menuruti rayuan makhluk-makhluk itu. Aku sendiri hampir saja menjadi korban
makhluk hitamku. Tetapi aku tidak mempedulikan ucapannya, dan ia tertinggal di
belakangku. Aku sangat berharap agar ia tidak menyusulku, jawabku.
Bukan begitu persoalannya, kata mereka. Makhluk-makhluk hitam itu tidak
berdaya menghadapi kami. Di tanah yang luas ini mereka menyakiti kami dengan tipuan.
Namun mereka kadang-kadang akan memerangi kita lagi setelah ini, seperti perampok.
Apa yang akan kita lakukan, sementara kita tidak memiliki senjata?
Barangsiapa yang menyiapkan senjata bagi dirinya di dunia, maka ia akan mendapatkannya
di
sini
pada
fase-fase
berikutnya.
Allah
Swt
berfirman:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan
musuh Allah.. (QS. Al-Anfal : 60).
Aku paham ayat ini yang berkaitan dengan persiapan untuk berjihad di dunia.
Al-Quran dan ajaran-ajaran yang dikandungnya ditujukan bagi seluruh alam, tempat
persinggahan, dan tingkatan maqam. Ia menghimpun semuanya dan meliputi fase-fase
eksistensi. Jika tidak, berarti Al-Quran itu tidak lengkap. Padahal Al-Quran adalah kitab
penutup dan diturunkan kepada penutup para nabi. Segala hal yang berada di balik tabir telah
tampak.
KOTA MAHABBAH (4)
Kemudian kami bangun. Kami mulai berjalan di bawah pohon-pohon yang sedang berbuah dan
melewati sungai-sungai yang mengalir. Udara menyebarkan harum yang semerbak. Hati
dipenuhi rasa sukarela dan kegembiraan seakan-akan Keindahan Ilahi telah tampak.
Kami sampai di tempat persinggahan. Kami mengambil tempat masing-masing di salah satu
istana yang tinggi, yang lantainya terbuat dari emas dan perak. Perkakas rumahnya lengkap
dengan semua bentuknya. Dinding dan lukisan yang menempel padanya indah menawan.
Para pelayannya memiliki paras muka yang sangat tampan, perawakan yang sangat

ganteng, dan pakaian yang sangat indah. Mereka tidak pernah diam dalam melayani
kami.
Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan yang muda yang tetap muda. Apabila
kalian melihat mereka maka kalian akan mengira mereka adalah mutiara yang
bertaburan. Dan apabila kalian melihat di sana (surga), niscaya kalian akan melihat
berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. (QS. Al-Insan : 19-20).
Aku merasa malu kepada mereka. Kulihat mereka bekerja untuk melayaniku. Namun,
ketika aku berdiri di depan cermin yang besar, kulihat diriku jauh lebih tampan, lebih
ganteng, dan lebih indah daripada mereka. Ketika itu aku merasa tenang dan aku
yakin akan kemuliaan diriku.
Malam telah menjelang dan lampu-lampu dinyalakan, yang nyalanya lebih terang
daripada ribuan lilin, di atas dahan-dahan. Lampu-lampu itu tampak di antara dahandahan dan dedaunan yang bercahaya, yang tak terhitung jumlahnya, seperti
matahari yang menyinari kebun-kebun dan istana-istana yang tinggi.
Seperti tengah hari saja. Aku kagum terhadap hal itu. Aku berkata dalam hati, Ya
Tuhanku, betapa besar mesin yang dapat memelihara lampu-lampu yang sangat
banyak ini dengan daya dan cahayanya. Kemudian, aku mendengar ada seruan:
Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di
dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu besar seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh di sebelah timur
dan tidak di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi walaupun
tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya .. (QS. An-Nur : 35).
Pada pagi hari, kami berangkat melalui jalan utama, yang di kedua tepinya ad
ataman-taman yang hijau, bunga-bunga wewangian, dan air yang mengalir. Cuaca
cerah dengan wangi yang sangat harum. Begitulah keadaan di sepanjang jalan itu
hingga kami keluar dari batas kota, seakan-akan keindahan kota itu mengiringi kami
hingga ke batas kota itu.
Kalau mau ke medan perang
Surveylah dulu medan perangnya
Agar menang dalam perangnya
Kalau mau ke alam barzakh
Surveylah dulu alam barzakhnya
Agar selamat dalam perjalanannya
di alam barzakh.
Begitulah Antal Maut Qoblal Maut.

PEMANDANGAN
YANG
(Lanjutan setelah KOTA MAHABBAH)

MENGHARUKAN

(1)

Setelah itu, jalan mulai menyempit dan licin melewati lembah-lembah yang berkelokkelok. Kalau tidak ada para musafir di depan kami, tentu kami tersesat jalan. Di sana banyak

jalan bercabang kea rah kiri. Pada salah satu belokan ke kiri, makhluk hitam menyusul kami.
Ketika aku menoleh kepada makhluk hitam itu, tiba-tiba aku merasakan kesialan sehingga
kakiku terantuk batu dan terluka. Aku berusaha untuk meneruskan perjalanan walaupun
sangat sulit. Para musafir yang tertinggal sendiri.
Makhluk hitam itu menempuh jalan ke kiri. Aku sendiri sampai ke persimpangan
jalan, yang satu ke kanan dan yang lain ke kiri. Aku bingung, jalan mana yang harus kulalui.
Ketika itu, makhluk hitam tadi berjalan cepat ke arahku. Ia berkata, Mengapa kamu berdiri
kebingungan?
Ia menunjukkan jalan ke kiri dan berkata, Inilah jalanmu. Ia maju beberapa langkah
dan mengajakku untuk mengikutinya. Tetapi aku menolaknya dan menempuh jalan yang lain
sambil membaca: Sesungguhnya petunjuk itu adalah dalam menentang mereka.
Makhluk hitam itu terus-menerus mengajakku, tetapi aku tidak mempedulikannya.
Aku pernah mengalami berjalan bersamanya, dan dari pengalaman itu akan menghindari
penyesalan.
Belum jauh aku berjalan, aku sampai di lembah dengan tanah datar yang hijau. Dari
kejauhan, tampak kebun-kebun yang hitam dan rumah-rumah di tempat persinggahan ketiga.
Setiap saat ketibaan mendekat kerinduan semakin menyala-nyala.
Hadi telah menjanjikan kepadaku bahwa kami akan bertemu di tempat persinggahan
ini. Ketika aku berjalan cepat, Tuan Jahal yang hitam itu tertinggal jauh di belakangku sambil
berputus asa untuk menyusulku. Tidak lama kemudian, aku tiba di gerbang kota itu dan di
sana aku bertemu dengan Hadi, yang pada dasarnya adalah ruhku sendiri. Kami saling
memberi salam, berjabat tangan, dan berpelukan. Karenanya, aku merasakan kehidupan baru
dalam diriku.
Kami memasuki istana yang telah dipersiapkan untukku. Di dalamnya telah tersedia
semua peralatan untuk beristirahat. Setelah beristirahat, makan, dan minum, Hadi bertanya
kepadaku, Apa yang terjadi padamu di tempat-tempat persinggahan sebelumnya?
Alhamdulillah, jawabku. Semua bahaya yang menimpaku disebabkan oleh Tuan Jahal.
Pada dasarnya ia adalah perbuatan tanganku dan karena kamu tidak bersamaku. Kalau kamu
bersamaku, tentu makhluk hitam itu tidak berani berbuat apa-apa kepadaku. Bagaimanapun
perjalanan itu telah dilalui dengan selamat. Dengan melihatmu, hilanglah segala kesedihan
dan penderitaanku.
PEMANDANGAN YANG MENGHARUKAN (2)
Ketiadaanku bersamamu memungkinkan dia menipu dan memperdayakanmu untuk
menyimpangkanmu dari jalan itu. Namun kini aku akan menunjukkan kepadamu jalan-jalan
makardan tipuannya. Ia akan menggunakan cara-cara lain untuk mengeluarkanmu dari jalan
itu. Setelah ini jalan tersebut akan dipenuhi bahaya dan penderitaan yang dapat menyebabkan
kematian. Jadi keberadaanku bersamamu akan menyebabkan bukti keburukan bagimu dan
kamu tidak akan dimaafkan. Alat pertahananmu dalam fase ini hanyalah tongkat dan perisai.
Keduanya memang sederhana. Tetapi karena mala mini malam Jumat, kamu bisa pergi untuk

mengunjungi keluargamu. Barangkali mereka mengingatmu dengan melakukan kebaikankebaikan untukmu. Dengan demikian, alat-alat pertahananmu dalam fase ini di jalan tersebut
akan menjadi lebih banyak.
Aku telah berputus asa kepada mereka, karena pikiran mereka tidak lebih dari
memikirkan diri mereka sendiri. Terlebih lagi orang-orang yang masih hidup akan segera
melupakan keluarga mereka yang telah meninggal dunia. Pada minggu pertama saja, ketika
mereka belum melupakanku, mereka melakukan segala hal atas namaku, padahal untuk
kemanfaatan diri mereka sendiri. Apalagi keadaan mereka sekarang, setelah mereka benarbenar melupakanku. Sama sekali tidak. Aku tidak lagi berharap kepada mereka.
Apa pun alasanmu, pergilah kepada mereka! Barangkali saja mereka mengingat
sabda Nabi Saw.: Ingatlah orang-orang yang telah mati di antara kalian dengan melakukan
kebaikan. Barangkali setelah kamu menemui mereka, mereka akan mengingatmu dengan
izin Allah. Kamu boleh berputus asa kepada mereka, tetapi kamu tidak boleh berputus asa
kepada Allah. Barangsiapa yang memiliki keteguhan hati, maka ia akan memperoleh apa
yang didambakannya.
Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. (QS. Az-Zumar : 53).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. AlAraf : 56)
Akhirnya aku pergi juga. Kulihat mereka tidak lagi memiliki kemuliaan yang pernah
mereka miliki ketika aku masih hidup. Pintu rumah itu tertutup. Tidak ada sesuatu yang
mengingatkan mereka. Kehidupan mereka telah berantakan. Anak-anak pun tidak ceria lagi.
Tentu saja keadaan mereka membuat hatiku sedih. Aku berdoa kepada Allah agar Dia
merahmati mereka dan merahmatiku.
Aku teringat kepada isteriku pada hari-hari bersenang-senang dengannya. Kemudian
datanglah rahmat Allah kepadaku. Selanjutnya aku kembali kepada Hadi. Kulihat seekor
kuda dengan pelana yang lekat dan tali kendali yang terbuat dari emas terikat pada pintu
istana. Aku bertanya kepada Hadi, Siapa pemilik kuda ini? Ia tersenyum dan berkata,
Isterimu yang mengirimkannya.
Itulah rahmat Allah ia mintakan untukmu. Rahmat itu datang dalam rupa kuda. Tidak
ada yang lebih baik daripada menunggang kuda dalam menempuh fase-fase perjalanan di
sini. Pejalan kaki akan mendapatkan kesulitan, terutama pada persinggahan pertama dalam
perjalanan itu. Kemudian doamu kepada mereka pun telah dikabulkan. Setelah ini mereka
akan hidup dalam keadaan yang lebih baik dan tenteram.
Perhatikanlah, betapa banyak kebaikan didatangkan karena kunjunganmu kepada
keluargamu, kata Hadi lagi. Mereka hidup di alam kelalaian. Mereka lupa untuk saling
berkunjung. Padahal Rasulullah Saw telah menegaskan pentingnya saling berkunjung. Beliau
bersabda, Sesungguhnya manusia apabila telah berlalu tiga hari atas mereka dan mereka
tidak saling bertanya tentang keadaan satu sama lain maka tali persaudaraan dalam keimanan
di antara mereka akan putus.

PEMANDANGAN YANG MENGHARUKAN (3)


Kami masuk ke dalam kamar. Tiba-tiba kami mendapati bidadari sedang duduk di atas
dipan. Kamar itu menjadi terang karena cahaya yang memancar dari wajahnya sehingga
menyilaukan mataku. Hadi berkata, Inilah yang telah dijanjikan kepadaku. Pada malam ini
ia datang dari Wadi Al-Salam. Kemudian Hadi keluar dari kamar itu.
Bidadari itu memandang ke arahku. Ia berdiri untuk memberikan penghormatan
kepadaku dan mencium tanganku. Lalu kami duduk berdampingan. Aku berkata kepadanya,
Beritahukanlah
kepadaku
mengapa
kamu
menemaniku?
Ingatkah kamu pada madrasah si Fulan, yang di situ kamu pernah belajar ketika kamu masih
sangat muda? Ketika itu, pada suatu malam Jumat, kamu menikahi seorang perempuan
katanya.
Benar,
jawabku.
Allah telah menciptakanku dari tetesan-tetesan air mandi janabahmu. Bahkan aku adalah
satu bentuk dan lembaran dari tingkat ketiga tetesan-tetesan tersebut, katanya lagi.
Jelaskanlah ucapanmu kepadaku, pintaku. Aku masih meraba-raba gaya bicaramu.
Kemudian aku akan menikmati ucapanmu yang indah ketika aku mendengarkan
pembicaraanmu.
Ia mengatupkan pelupuk matanya karena malu. Lalu ia tersenyum sehingga kilauan
gigi-giginya menerangi taman-taman di istana itu. Ia berkata, Aku tidak diciptakan dari
tetesan-tetesan air mandi. Makhluk-makhluk yang diciptakan dari tetesan-tetesan itu ada di
surga keabadian dan jumlah mereka banyak sekali. Mereka cantik luar biasa sehingga
sekarang ini kamu tidak akan mampu memandang mereka, kecuali setelah kamu sampai ke
sana. Tetapi cahaya mereka terpantul di Wadi Al-Salam, yang merupakan pancaran dari
cahaya-cahaya surga keabadian. Bidadari-bidadari pun seperti itu. Mereka tidak dapat dilihat
sekarang. Adapun aku yang datang untuk melayanimu tidak lebih daripada pantulan cahaya
kecantikan mereka dalam tingkatan yang paling rendah.
Kemudian aku bertanya kepadanya, Tahukah kamu, mengapa nikah memiliki
keistimewaan
di
sisi
Allah?
Berkaitan dengan nikah itu sendiri, jawabnya, kalau tidak disyariatkan maka tentu banyak
orang melakukan perzinaan. Hal ini telah dijelaskan dalam hadis-hadis qudsi, seperti yang
kamu
ketahui
dengan
lebih
baik
daripadaku.
Ingatkah kamu, di madrasah mana kamu mempelajari kata-kata yang indah ini?
Istilah-istilah, lafaz-lafaz, dan nama-nama yang kalian pelajari di dunia tidak
berguna di sini. Aku semua lahir di dunia lain, yang di situ tidak ada madrasah dan kelas.
Kami semua buta huruf. Tetapi kami mengenal dan mengetahui segala sesuatu sejak kami
dilahirkan. Pengajar kami adalah pengajar di Wadi Al-Salam. Pengajar di Wadi Al-Salam
adalah pengajar di surga keabadian. Pengajar di surga keabadian adalah pengajar para
penghuni Firdaus tertinggi. Pengajar mereka semua adalah Allah Swt. Yang tiada Tuhan
selain Dia.
PEMANDANGAN YANG MENGHARUKAN (4)

Hadi kembali dan ia mengisyaratkan bahwa kami harus segera berangkat. Aku bangkit
dan segera menunggang kuda. Kupegang tongkat di tanganku dan kugantungkan perisai di
punggungku. Hadi memberikan tiket dan visa kepadaku. Kami berangkat hingga keluar dari
kota itu. Kami memasuki daerah yang semuanya tertutup lumpur dan rawa-rawa. Di
sepanjang kedua sisi jalan itu, kami melihat binatang-binatang yang menyerupai monyet,
tetapi mereka adalah manusia. Tubuh mereka tidak ditutup dengan bulu dan mereka pun tidak
memiliki ekor. Mereka berjalan tegak lurus. Mereka hanya menyerupai monyet dan dari
kemaluan mereka keluar nanah dan darah.
Aku bertanya kepada Hadi tentang apa yang ada di daerah ini dan tentang siapa yang
menjadi binatang-binatang itu, yang mengeluarkan bau busuk, menjijikan, dan menyebabkan
perut mual.
Hadi menjawab, Tanah ini adalah tanah syahwat dan mereka adalah para pezina.
Berhati-hatilah agar kamu jangan keluar dari jalan. Jika tidak, sebagian yang menimpa
mereka akan menimpamu juga.
Aku mulai merasa takut dan berpegang erat-erat pada kendali kuda agar kuda itu tidak
lari dari jalan. Jalan itu, walaupun lurus, dipenuhi lumpur sehingga kedua kaki kuda itu
terendam.
Aku berkata dalam hati, Betapa beruntung aku. Kuda ini dikirim kepadaku untuk menempuh
jalan seperti ini. Semoga Allah merahmati isteriku yang telah mengirimkannya kepadaku.
Mahabenar Allah: Barangsiapa yang menikah maka ia telah memelihara separuh agamanya.
Allah
swt.
Berfirman:
.. mereka adalah pakaian bagi kalian dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka..(QS.
Al-Baqarah : 187)
Kulihat sebagian mereka tergantung di tiang gantungan. Bibir mereka dipaku dengan
paku besi pada tiang gantungan. Di antara mereka juga ada yang dicambuk dengan cemeti
yang terbuat dari kawat. Kemudian mereka menjerit seperti lolongan anjing. Maka dikatakan
kepada mereka, Masuklah kalian ke sana dan jangan banyak bicara!
Dan (alangkah ngerinya) sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdoa
itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhan mereka (mereka berkata) Ya Tuhan kami,
kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia). Kami akan
mengerjakan amal saleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin. (QS. AsSajdah : 12).
PEMANDANGAN YANG MENGHARUKAN (5)
Kulihat makhluk-makhluk hitam itu telah sampai. Sebagian mereka menyerang
sambil berusaha untuk keluar dari jalan. Sebagian lain mengagetkan kuda. Sebagian lain lagi
menunjuk ke tanah kering di pinggir jalan. Kulihat makhluk-makhluk hitam yang
berkendaraan berjalan di atas tanah kering itu mengikuti jejak kaki kuda mereka yang tidak
tampak di atas tanah sehingga seseorang yang terpengaruh tindakan makhluk-makhluk hitam

itu keluar dari jalan yang kering. Namun, aku tetap berpegang pada ucapan Hadi. Kupegang
erat-erat kendali kudaku agar kuda itu tidak keluar dari jalan.
Kulihat para musafir yang terpengaruh oleh makhluk-makhluk hitam dengan keluar
dari jalan itu segera saja tenggelam ke dalam lumpur dan rawa hingga dagu, dan mereka
kesulitan untuk keluar. Orang-orang yang dengan susah payah dapat keluar dan tubuh mereka
dilumuri kotoran yang berwarna hitam. Tak lama kemudian, daging mereka melepuh dan
berjatuhan ke tanah karena sangat panas. Tampaknya itu bukan semata-mata lumpur,
melainkan bahan minyak goreng, ter atau aspal.
Aku sangat ketakutan dan semakin keras memegang kendali kuda sambil
mengucapkan, Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikanku makhluk-makhluk hitam
yang binasa. Kudengar para musafir itu bersyukur kepada Allah dengan suara yang keras.
Aku berkata kepada Hadi, Disebutkan di dalam beberapa hadis Nabi Saw, bahwa jika kamu
melihat orang yang terkena musibah maka bersyukurlah kepada Allah atas keselamatanmu
dengan suara yang lembut agar orang itu tidak mendengar suaramau sehingga terbakar
hatinya.
Hadi menjawab, Itu adalah hukum di dunia, tempat ahli la ilaha illallah dimuliakan.
Tetapi, di sini pada hari pembalasan, rasa syukur harus diucapkan dengan suara keras agar
penyesalan orang yang terkena musibah bertambah besar. Selain itu, agar segala hal yang
tertutup dan tersembunyi menjadi jelas karena kita berangkat dari kegelapan menuju cahaya,
dari kebutaan menuju penglihatan dan dari tidur menuju keterjagaan. Dunia adalah kampung
kegelapan, kesedihan, dan kedukaan.
..Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan..(QS. Al-Ankabut :
64).
PEMANDANGAN YANG MENGHARUKAN (6)
Allah Swt menciptakan kegelapan dan cahaya. Kulihat kesulitan terus bertambah
besar dan tanah mulai bergoncang. Angin berhembus kencang dan hari menjadi gelap. Hujan
batu pun mulai turun dengan lebatnya. Seakan-akan Yawm Al-Hasyr telah ditegakkan di
kedua sisi jalan. Orang-orang yang terkena bencana itu berubah menjadi kerangka-kerangka
yang menakutkan, yang segera tenggelam ke dalam lumpur yang mendidih. Apabila salah
seorang berhasil keluar dari lautan lumpur itu, didatangkanlah kepadanya sebuah batu besar
dari langit menimpa kepalanya sehingga ia tenggelam lagi ke dalam tanah, seperti paku yang
menancap ke dalam kayu.
Kusaksikan pemandangan-pemandangan seperti itu sehingga aku diliputi ketakutan
yang
luar
biasa
dan
tubuhku
mulai
menggigil.
Aku bertanya kepada Hadi, Apakah nama tanah ini dan siapakah mereka yang ditimpa
bencana dan siksaan pedih itu?
Ketika itu hujan batu dari langit semakin deras sehingga memaksa Hadi terbang di
atas kepalaku dengan wajah yang pucat karena ketakutan. Tenaganya pun mulai melemah.

Ini masih tanah syahwat, jawabnya. Adapun mereka yang mendapat siksaan adalah
para homoseksual. Marilah kita segera pergi untuk menjauhi mereka, karena orang yang
ridho atas perbuatan suatu kaum atau berada di tengah mereka dan tidak keluar dari mereka,
ia adalah bagian dari mereka.
Jadi, lumpur di atas jalan ini adalah lumpur syahwat manusia yang tampak dalam
bentuk ini? tanyaku untuk meyakinkan. Kuda tidak segera berlari karena kakinya lengket ke
tanah.
Kita harus berjalan cepat, kata Hadi. Lindungilah kepalamu dengan perisai dari
hujan batu dan doronglah kudamu dengan beberapa pukulan agar kita selamat dari bencana
ini dengan pertolongan Allah.
Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kalian dapat berhijrah di bumi itu? (QS. AnNisa
:
97)
Kita harus menempuh perjalanan dua farsakh lagi agar selamat dari mereka.
Kuhimpun segenap keberanian, kubujuk kuda itu dengan beberapa pukulan, dan
kupukul perutnya dengan kakiku. Kuda itu kemudian menggerakkan ekornya, menghirup
nafas dan menghembuskannya. Ia segera berlari seperti angin yang berhembus dengan sangat
kencang sehingga Hadi yang tadi berputar-putar di atas kepalaku tertinggal di belakang.
Berlomba-lombalah kalian menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi .. (QS. Al-Hadid : 21).
PEMANDANGAN YANG MENGHARUKAN (7)
Tiba-tiba tampak makhluk hitam terkutuk menyusulku seperti raksasa pucat. Melihat
bentuknya, kudaku lari dan membuatku terjatuh ke tanah sehingga tulang-tulangku remuk.
Kuda itu keluar dari jalan dan dua kaki depannya tenggelam ke dalam rawa. Tetapi kuda itu
dapat menarik kedua kakinya dari rawa itu dengan susah payah.
Hadi menyusulku, ia lalu membalut kepalaku, tanganku, dan kedua kakiku yang
patah. Ia mengikatkan tubuhku di atas punggung kuda dengan ikatan yang keras sekali. Ia
sendiri memegang kendali kuda dan berjalan di depanku hingga kami keluar dari tanah yang
dipenuhi bencana itu.
Aku berkata kepada Hadi, Setiap kali kamu jauh dariku makhluk hitam ini selalu
mendekatiku dan menimpakan bahaya besar kepadaku.
Justru, setiap kali makhluk ini dekat kepadamu, aku yang menjauh darimu, jawab
Hadi. Kedekatannya kepadamu bergantung pada dirimu sendiri.
Kami memasuki daerah lain di antara tanah syahwat tempat para hamba nafsu tinggal
di sebelah kanan. Mereka dalam rupa keledai, sapi, dan kambing. Mereka adalah orang-orang
yang hanya memperhatikan perut mereka sendiri, tetapi harta mereka halal. Karena itu,
siksaan mereka tidak terlalu keras. Adapun orang-orang yang berada di sebelah kiri, mereka
dalam rupa babi, dan serigala karena perhatian mereka hanyalah pada makanan tanpa

memperhatikan apakah makanan itu berasal dari harta yang halal atau yang haram, apakah
dari harta mereka sendiri atau dari harta orang lain. Perut mereka besar sekali, sedangkan
anggota-anggota tubuhnya yang lain kurus. Mereka mendapatkan siksaan yang lebih keras.
Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. (QS. Al-Araf :
179).
PEMANDANGAN YANG MENGHARUKAN (8)
Kami sampai di tempat persinggahan para musafir di tengah padang pasir yang
kering. Di situ tidak ada sesuatu selain bekal yang dibawa para musafir. Mereka pun mulai
makan. Sementara itu, angota-anggota tubuhku terasa sakit akibat terjatuh dari kuda. Hadi
kemudian mengeluarkan beberapa buah kotak dari dalam karung dan mengeluarkan obat. Ia
meletakkannya pada badanku. Sakit pun hilang dan aku merasakan tubuhku telah sehat. Aku
bertanya tentang obat itu.
Hadi menjawab, Itu adalah pujian dalam batin yang selalu kamu ucapkan kepada
Allah atas nikmat-nikmat-Nya di dunia, seperti bacaan surah Al-Fatihah di dunia yang
dipandang sebagai obat bagi segala penyakit kecuali kematian. Pujian itu pun di akhirat ,
yang berarti pengenalan kepada Pemberi Kenikmatan yang hakiki, menjadi obat bagi
penyakit-penyakit akhirat.
Allah Swt berfirman, Hamba-Ku memuji-Ku dan ia tahu bahwa kenikmatan yang
diperolehnya adalah dari-Ku dan bahwa cobaan-cobaan yang ditolakkan darinya adalah
dengan anugerah-Ku. Aku bersaksi kepada kalian bahwa Aku tambahkan atas kenikmatankenikmatan akhirat dan Aku tolakkan darinya bencana-bencana akhirat seperti Aku
menolakkan darinya bencana-bencana dunia.
Kami berangkat lagi pada pagi hari. Hadi berkata, Setelah hari menjelang malam,
kita akan meninggalkan bumi syahwat. Namun perjalanan kita hari ini akan ditempuh di bumi
syahwat yang khusus berasal dari lisan. Tetapi bencana-bencana dan musibah-musibah hari
ini tidak lebih ringan daripada yang pernah kita alami pada hari pertama di bumi syahwat
kemaluan. Ini adalah tanah kering yang tidak berair. Kita harus membawa air di atas
punggung kuda, sedangkan kamu berjalan kaki sedapat mungkin dan membawa perisai
karena
ia
sangat
penting
untuk
hari
ini.
Apa
perisai
itu?
tanyaku.
Perisai itu terbuat dari puasa dan dari menahan lapar dan haus. Itulah yang memeliharamu
dari syahwat kemaluan. Sesungguhnya puasa itu adalah perisai dari api neraka sebagaimana
ia juga adalah penawar nafsu syahwat, jawab Hadi.
Kami terus berjalan. Tiba-tiba Tuan Jahal muncul lagi. Karena itu, aku berteriak
kepadanya,
Menjauhlah
dariku,
hai
terkutuk!
Engkaulah yang menjauh dariku! jawabnya.
Aku menjauh darinya beberapa langkah sambil berjalan mendekati Hadi. Tuan Jahal
itu berjalan di sebelah kiri. Disampingku ada jalan yang di situ terdapat berbagai macam
binatang, seperti anjing, serigala, dan monyet dengan berbagai jenisnya, seperti kuning dan

biru. Di sana juga terdapat kalajengking , kumbang, ular, dan tikus. Dari mulut dan telinga
binatang-binatang itu keluar api. Kadang-kadang muncul fatamorgana sehingga semua
binatang itu melompat ke sana karena mereka mengira itu air. Kemudian mereka kembali
dengan rasa kecewa. Sebagian dari binatang-binatang itu sedang asyik memakan bangkai,
sedangkan sebagian lain berada di dalam sumur yang mengeluarkan asap belerang dan jilatan
api.
Aku berkata kepada Hadi, Siapakah mereka yang tinggal di dalam sumur itu?
Mereka adalah orang-orang yang suka menghina, mengolok-olok, dan bersikap sombong
kepada orang-orang yang beriman.
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, (QS. Al-Humazah : 1) jawab
Hadi.
Seseorang yang sudah menyaksikan La ilaha illallah maka tidak akan sudi
memelihara kebencian, menghasut, apalagi mengkafirkan orang lain.
PEMANDANGAN YANG MENGHARUKAN (9)
Adapun orang-orang yang sedang memakan bangkai adalah mereka yang suka
menggunjing orang lain; mereka yang keluar api dari telinga mereka adalah orang-orang yang
senang mendengarkan pergunjingan; mereka yang saling membunuh dalam rupa anjing,
kucing, dan serigala adalah orang-orang yang suka mencela dan mencaci; dan mereka yang
kau lihat wajah mereka pucat adalah orang orang yang suka membuat fitnah dan berdusta,
jawab Hadi selanjutnya.
Udara di tanah itu sangat panas disebabkan oleh rasa haus. Sebentar-sebentar aku
meminta air kepada Hadi. Kadang-kadang ia memberiku air sedikit dan kadang-kadang tidak
memberiku air sama sekali. Ia pernah berkata, Di dalam perjalanan ini tidak ada air, dan air
yang kita bawa sangat sedikit. Karena itu, aku bertanya kepadanya, Mengapa kamu
membawa
hanya
sedikit?
Karena
kantung
airmu
tidak
lebih
dari
kadar
itu,
jawabnya.
Mengapa
kantung
airku
kecil
begini?
tanyaku
lagi.
Kamulah yang membuatnya kecil karena sedikitnya kamu tuangkan air ketakwaan ke
dalamnya sehingga ia mengering dan kamu tidak memperoleh keuntungan apa pun. Allah
Swt
berfirman:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk
dalam Salat mereka. (QS. Al-Muminun : 1-2).
Namun kamu tidak berpaling sama sekali dari senda gurau dan kamu pun tidak
khusyuk dalam Salatmu.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat atom pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat atom pun niscaya dia
akan melihat (balasan)-nya pula. (QS. Al-Zalzalah : 7-8).

Pandanglah
ke
depan,
apa
yang
kamu
lihat?
Kulihat ufuk berasap hitam bercampur dengan jilatan api. Asap itu naik ke langit. Kebunkebun tempat tumbuhnya pohon-pohon berbuah telah terbakar api. Kemudian aku bertanya
kepada Hadi tentangnya.
Kebun-kebun itu adalah perwujudan dari tasbih, tahlil, dan zikir yang dilakukan
seorang mukmin, kata Hadi. Namun, pada suatu saat ia mengucapkan kata-kata dusta dan
fitnah sehingga perbuatan itu berubah menjadi api yang mulai membakar kebaikan-kebaikan
dan kebun-kebunnya. Kalau pemiliknya memiliki keimanan yang teguh, tentu keimanan itu
akan memeliharanya dan tidak mengirimkan api seperti ini untuk membakarnya. Setelah
melakukan perbuatan itu, ia jatuh ke dalam penyesalan, tetapi penyesalan itu tidak berguna.
Allah menunjukkan keimanan itu dengan segala hasilnya dan malakut perbuatanperbuatan yang disebutkan kepada kita oleh para nabi, yaitu yang luput dari penglihatan di
alam
materi.
Pada
permulaan
Al-Quran
disebutkan:
.. petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib
yang mendirikan Salat.. (QS. Al-Baqarah : 2).
PEMANDANGAN YANG MENGHARUKAN (10)
Ketika kami sampai ke tempat itu, api telah melalap kebun-kebun seluruhnya dan
mengubahnya menjadi abu. Kemudian angin berhembus dan menerbangkan abu itu ke udara
sehingga tidak tersisa sedikit pun.
..amalan-amalan mereka seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu
hari yang berangin kencang. (QS. Ibrahim : 18)
Setelah mengelilingi kebun-kebun itu, kami sampai ke kebun-kebun yang subur, yang
sedang berbunga dan berbuah. Angin berhembus, air mengalir, dan burung-burung berkicau.
Aku berkata dalam hati, Kebun-kebun ini pasti akan terbakar seperti kebun-kebun yang tadi.
Kalau pemiliknya mengetahui hal ini, tentu ia mati dalam penyesalan dan kesedihan.
Hadi berkata, Ini adalah tanah pertama di Wadi Al-Salam, di mana musim seminya
terus berlangsung dengan tenang dan damai. Gantungkanlah tongkat dan perisaimu pada
punggung kuda, dan biarkan kuda itu merumput di sini hingga saat untuk berangkat tiba.
Setelah itu, kami sampai ke pintu sebuah istana. Di situ kami melihat air menggenang
dari sepotong Kristal. Air mengalir dari pancuran Kristal yang sangat bening sehingga aku
melihat air itu seperti berdiri tegak tanpa tiang. Bejana-bejana pun berdiri seperti tanpa air.
Kaca dan khamar itu bening sehingga semuanya serba serupa. Seakan-akan khamar
itu tanpa cawan dan cawan itu tanpa khamar.
Di sekeliling kolam itu tersebar bangku-bangku tempat beristirahat dan handukhanduk dari sutra. Kemudian kami melepas pakaian dan mandi di kolam. Kami
membersihkan punggung dan perut kami dari kotoran, kedengkian, dan dendam. Hilanglah
bulu-bulu yang tumbuh di atas kulit hingga janggut, kumis, dan segala aib dan cacat yang

lain. Tidak ada yang tersisa kecuali rambut, bulu mata, dan alis. Itulah yang memancarkan
keindahan pada manusia. Selain itu, semua kotoran batiniah pun hilang.
Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedangkan
mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas sofa. (QS. Al-Hijr : 47).
Aku bertanya kepada Hadi tentang mata air itu. Ia menjawab, Shad, dan Al-Quran
yang penuh hikmah.
Setelah badan kami bersih, kami memakai pakaian indah yang telah tersedia di sana.
Pakaianku terbuat dari sutra hijau. Aku bercermin. Maka kulihat diriku sangat tampan dan
sempurna seperti yang aku dambakan selama ini. Namun, ketika memandang kepada Hadi,
aku terheran-heran akan ketampanan dan keindahannya, dan aku pun menginginkan seperti
dia.
Kemudian kami berdiri. Hadi melangkah dan mengetuk pintu istana. Seorang pemuda
berwajah sangat tampan membukakan pintu dan meminta kami untuk memperlihatkan tiket
masuk. Aku pun memberikan tiket itu kepadanya. Ia menerimanya dan berkata sambil
tersenyum,
Dan diserukan kepada mereka, Itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan apa
yang dahulu kalian kerjakan. (QS. Al-Araf : 43).
Kami masuk. Kami mengucapkan, Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami
ke jalan ini dan kami tidak akan memperoleh petunjuk kalau Allah tidak menunjuki kami.
Telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa kebenaran yang kami lihat dengan nyata.

You might also like