You are on page 1of 44

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh
seorang ahli Psikiatri dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia
mengobservasi seorang wanita berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan
intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali ketempat tinggalnya,
sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota gerak,koordinasi
dan reflek. Pada autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan
simetri, dan secara nikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami
neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary.
Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup
pada berbagai populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin
meningkat. Dilain pihak akan menimbulkan masalah serius dalam bidang
sosial ekonomi dan kesehatan, sehingga aka semakin banyak yang
berkonsultasi dengan seorang neurolog karena orang tua tersebut yang
tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara efektif sebagai
pekerja atau sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukkan munculnya
penyakit degeneratif otak, tumor, multiple stroke, subdural hematoma atau
penyakit depresi, yang merupakan penyebab utama demensia.
Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindroma klinis
dengan gejala menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya.
Defenisi demensia menurut Unit Neurobehavior pada Boston Veterans
Administration Medical Center (BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek
yang didapat dan bersifat menetap, dengan adanya gangguan paling sedikit 3
dari 5 komponen fungsi luhur yaitu gangguan bahasa, memori, visuospasial,
emosi dan kognisi.
Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzheimer (5060%) dan kedua oleh cerebrovaskuler (20%). Diperkirakan penderita

demensia terutama penderita alzheimer pada abad terakhir ini semakin


meningkat jumlah kasusnya sehingga akan mungkin menjadi epidemi seperti
di Amerika dengan insidensi demensia 187 populasi /100.000/tahun dan
penderita alzheimer 123/100.000/tahun serta penyebab kematian keempat
atau kelima
1.2 Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Apa yang dimaksud dengan Alzheimer?


Apa etiologi atau penyebab Alzheimer?
Apa saja gejala klinis Alzheimer?
Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada penyakit Alzheimer?
Bagaimana penatalaksanaan penyakit Alzheimer ?
Bagaimana peran perawat pada pasien Alzheimer ?
Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan pada alzheimer ?
Bagaimana asuhan keperawatan pada Alzheimer?
Bagaimana perkembangan Alzhaimer di lingkungan Masyarakat ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin penulis capai adalah :
a. Mengetahui pengertian dan maksud dari Alzheimer
b. Mengetahui etiologi atau penyebab Alzheimer
c. Mengetahui gejala klinis dari Alzheimer
d. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada Alzheimer
e. Mengetahui penatalaksanaan penyakit Alzheimer
f. Mengetahui peran perawat pada pasien Alzheimer
g. Mengetahui pencegahan pada Alzheimer
h. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada Alzheimer
i. Mengetahui perkembangan Alzhaimer di lingkungan Masyarakat

1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah diharapkan pembaca dapat lebih
mengetahui, memahami dan mengenal sejak dini penyakit alzheimer, etiologi,
gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, pencegahan dan pengobatan pada
alzheimer, dan asuhan keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi / Pengertian
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan
gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif
dan kemampuan untuk merawat diri. ( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan
penurunan

daya

ingat,

intelektual,

dan

kepribadian.

Tidak

dapat

disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas


penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi,
dkk, 2008)
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan,
yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi :
konsep klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan
gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan
gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun. (Perawatan
Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003)
Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif
yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang
dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini
menyerang orang berusia 65 tahun keatas.
b. Epidemiologi / Insiden kasus
Penyakit alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang secara
epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia
kurang 58 tahun disebut sebagai early onset sedangkan kelompok yang
menderita pada usia lebih dari 58 tahun disebut sebagai late onset. Penyakit
alzheimer dapat timbul pada semua umur, 96% kasus dijumpai setelah
berusia 40 tahun keatas. Schoenburg dan Coleangus (1987) melaporkan
insidensi berdasarkan umur: 4,4/1000.000 pada usia 30-50 tahun,
95,8/100.000 pada usia > 80 tahun. Angka prevalensi penyakit ini per
100.000 populasi sekitar 300 pada kelompok usia 60-69 tahun, 3200 pada

kelompok usia 70-79 tahun, dan 10.800 pada usia 80 tahun. Diperkirakan
pada tahun 2000 terdapat 2 juta penduduk penderita penyakit alzheimer.
Sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlah usia lanjt berkisar, 18,5 juta
orang dengan angka insidensi dan prevalensi penyakit alzheimer belum
diketahui dengan pasti.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali
dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup
wanita lebih lama dibandingkan laki-laki. Dari beberapa penelitian tidak ada
perbedaan terhadap jenis kelamin.
c. Penyebab/Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang
telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi
flament, predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer
terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang
mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya ingat
secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino
dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel
tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan
kalsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal
bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit
Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut
terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
d. Gejala Klinis
Berlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak
menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit.
- Terjadi pada usia 40-90 tahun.
- Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit otak lainnya.
- Tidak ada gangguan kesadaran.
- Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan persepsi.
- Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus, hipertensi dan
kelenjar tiroid. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut :
1. Kehilangan daya ingat/memori

Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu
orang itu adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja
lupa nama tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah
tetangganya.
2. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa
Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutanurutan menyiapkan makanan.
3. Kesulitan berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata
yang tepat, tetapi penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang
sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang tidak biasa.
4. Disorientasi waktu dan tempat.
Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi
penderita Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar
untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu bagaimana cara dia sampai
di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.
5. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca
dingin atau sebaliknya.
6. Salah menempatkan barang
Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci.
Penderita Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak
biasa, misal jam tangan pada kotak gula.
7. Perubahan tingkah laku
Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu.
Penderita Alzheimer dapat berubah mood atau emosi secara tidak biasa
tanpa alasan yang dapat diterima.
8. Perubahan perilaku
Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi
mudah curiga, mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah
mengamuk, terutama saat problem memori menyebabkan dia kesulitan
melakukan sesuatu.
9. Kehilangan inisiatif
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak
menunjukan minat pada hobi yang selama ini ditekuninya.(Yulfran, 2009)

e. Patofiologi dan Patogenesis


Komponen utama patologi penyakit Alzheimer adalah plak senilis
dan neuritik, neurofibrillary tangles,hilangnya neuron/sinaps, degenerasi
granulovakular,dan Hirano bodies. Plak neuritik emngandung b-amyloid
ekstraselular yang dikelilingi neuritis distrofik,sementara olak difus adalah
istilah yang kadang digunakan untuk deposisi amyloid tanpa abnormalitas
neuron. Deteksi adanya Apo E di dalam plak b-amyloid dan studi
mengenai

ikatan

high-avidity

antara Apo

dengan

b-amylodi

menunjukkan bukti hubungan antara amyloidogenesis dan Apo E. Plak


neuritik

juga

mengandung

teraktivasi,sitokin-sitokin,dan

protein
protein

komplemen,mikroglia
fase-akut,sehingga

yang

komponen

inflamasi juga diduga terlibat pada patogenesis penyakit Alzheimer. Gen


yang mengkode kromosom 21, menunjukkan hubungan potensial patologi
penyakit Alzheimer dengan sindrom Down yang diderita oleh semua
pasien penyakit Alzheimer uang muncul pada usia 40 tahun.
Dapat dilihat bagaimana pembentukan amyloid merupakan
pencetus berbagai proses sekunder yang terlibat pada patogenesis penyakit
Alzheimer (hipotesis kaskade amyloid) Berbagai mekanisme yang terlibat
pada patogenesis tersebut bila dapat dimodifikasi dengan obat yang tepat
diharapkan dapat mempengaruhi perjalanan penyakit Alzheimer.
Adanya dan jumlah plak senilis adalah satu gambaran patologis
utama yang penting untuk diagnosis penyakit Alzheimer. Sebenarnya
jumlah plak meningkat seiring usia,dan plak ini juga muncul di jaringan
otak orang usia lanjut yang tidak demensia. Juga dilaporkan bahwa satu
dari tiga orang berusia 85 tahun yang tidak demensia mempunyai deposisi
amyloid yang cukup di korteks serebri untuk memenuhi kriteria diagnosis
penyakit Alzheimer,namun apakah ini mencerminkan fase preklinik dari
penyakit masih belum diketahui.
Lewy body adalah cytoplasmic inclusion intraneuron yang
terwarnai dengan periodic acid-Schiff (PAS) dan ubiquitin,yang terdiri dari
neurofilamen lurus sepanjang 7 sampai 20nm yang dikelilingi material
amorfik. Lewy body dikenali

melalui

antigen terhadap protein

neurofilamen

yang

terfosforilasi

maupun

yang

tidak

terfosforilasi,ubiquitin,dan protein presinap yang disebut -synuclein. Jika


pada seorang demensia tidak ditemukan gambaran patologik selain adanya
Lewy body maka kondisi ini disebut diffuse Lewy body disease,semntara
bila ditemukan juga plak amyloid dan neurofibrillary tangles maka disebut
varian Lewy body dari penyakit Alzheimer.
Defisit neurotransmiter utama pada penyakit Alzheimer,juga pada
demensia

tipe lain,

adalah sistem kolinergik. Walaupun

sistem

noradrenergik dan serotonin,somatostatin-like reactivity,dan corticotropinreleasing factor juga berpengaruh pada penyakit Alzheimer,defisit
asetilkolin tetap menjadi proses utama penyakit dan menjadi target
sebagian besar terapi yang tersedia saat ini untuk penyakit Alzheimer.

f. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai
berikut:
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan : atropi yang bilateral, simetris
lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal, sedangkan
korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap
utuh berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari :
1) Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen
abnormal yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque.
Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya demensia.
2) Senile plaque (SP)
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve
ending yang berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid
ektraseluler, astrosit, mikroglia. Amiloid prekusor protein yang
terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile
plaque

ini

terutama

terdapat

pada

neokorteks,

amygdala,

hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks


motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan
auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer.
densitas Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik.
Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan
gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
3) Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada
penyakit

alzheimer

sangat

selektif.

Kematian

neuron

pada

neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal lobus


temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala,
nukleus batang otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan
substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada
nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada
lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis,
nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan faktor pertumbuhan
saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi
merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.
4) Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat
menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara
bermakna dengan jumlah NFT dan SP , perubahan ini sering
didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak
pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital,
hipokampus, serebelum dan batang otak
5) Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat
pada enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala.
Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipital.
Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi
pada lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit
parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body merupakan variant
dari penyakit alzheimer.

2. Pemeriksaan Neuropsikologik
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak
adanya gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola
defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan
oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori,
kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa
Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik
yang penting karena :
1) Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat
diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan
yang normal.
2) Pemeriksaan

neuropsikologik

secara

komprehensif

untuk

membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit


selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan
gangguan psikiatri
3) Mengidentifikasi gambaran

kelainan

neuropsikologik

yang

diakibatkan oleh demensia karena berbagai penyebab.


3. CT Scan :
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat
kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita alzheimer
antemortem.

Pemeriksaan

ini

berperan

dalam

menyingkirkan

kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer seperti


multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh danpembesaran
ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat
spesifik pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada
demensia lainnya seperti multiinfark, parkinson, binswanger sehingga kita
sukar untuk membedakan dengan penyakit alzheimer.
Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi
dengan beratnya gejala klinik danhasil pemeriksaan status mini mental.
Pada MRI ditemukan peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan
periventrikuler (Capping anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini
merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di
kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti

10

adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis


dan fissura sylvii.
MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer
dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari
hipokampus.
4. MRI :
- peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler
(Capping anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan
predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di
kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti
adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna
-

basalis dan fissura sylvii.


MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit
alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran

(atropi) dari hipokampus.


5. EEG
- Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis.
Sedang pada penyakit alzheimer didapatka perubahan gelombang
lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
6. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan :
- penurunan aliran darah
- metabolisme O2
- glukosa didaerah serebral
7. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah,
metabolisma O2, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat
menurun pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan
kelainan. fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi
penelitian neuropatologi
8. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita
alzheimer. Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan
penyebab penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12,

11

Calsium, Posfor, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis,
skrining antibody yang dilakukan secara selektif. (Yulfran, 2009)
g. Tindakan Penanganan/Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab
dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif
seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
1. Pengobatan simptomatik:
1) Inhibitor kolinesterase
- Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat
-

digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral


Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil

(Aricept), galantamin (Razadyne), & rivastigmin


Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan

apraksia selama pemberian berlangsung


ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan
penderita Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, HCl, dan nafsu

makan.
2) Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase
dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%),
hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochloride
Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral
Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan
placebo selama periode yang sama.
3) Nootropik
- Nootropik merupakan obat psikotropik.
- Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi
pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan
perbaikan klinis yang bermakna.
4) Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan
kerusakan noradrenergik kortikal.
- Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2
-

reseptor agonis
Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu

12

- Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif


5) Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi :
- Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian
oral Haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki
-

gejala tersebut
Bila penderita Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic anti

depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)


6) Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria
dengan bantuan enzym ALC transferase.
- Tujuan : meningkatkan aktivitas
-

asetil

kolinesterase,

kolin

asetiltransferase.
Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi

kognitif (Yulfran, 2009)


2. Penatalaksanaan Non-Medik
1) Mendukung Fungsi Kognitif.
Karena kemampuan kognitif

menurun,

maka

perawat

harus

memberikan lingkungan yang mudah dikenali yang dapat membantu


2)

pasien mengintegrasikan lingkungan sekitar dan aktifitasnya.


Peningkatan Keamanan Fisik
Untuk menghindari jatuh atau kecelakaan lain, semua sumber bahaya
yang jelas harus dihilangkan. Lampu tidur, lampu pemanggil, dan
tempat tidur rendah digunakan saat tidur. Lingkungan yang bebas
bahaya memungiknkan pasien mandiri secara maksimal dan memiliki

3)

rasa otonomi.
Mengurangi ansietas dan agitasi
Meskipun kehilangan kognitifnya parah,namun ada saat dimana
pasien sadar akan cepat menhilangkan kemampuannya. Pasien
menjadi sangat membutuhksn dukungan emosional yang dapat

4)

memperkuat citra diri yang positif.


Meningkatkan Komunikasinya
Kalimat yang jelas dan mudah

dimengerti

dipakai

untuk

menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau
ada kesulitan mengorganisai dan menyampaikan pikiran. Instruksi

13

yang berurutan dan sederhana dipakai untuk mengingatkan pasien dan


5)

sangat membantu pasien.


Meningkatkan kemandirian dalam Proses Perawatan diri
Upaya ditujukan untuk membantu pasien memelihara fungsi
kemandirian selama mungkin. Dianjurkan menyederhanakan aktifitas
sehari-hari dengan menyusun lamgkah-langkah singkat dan mudah

6)

dicapai sehingga pasien dapat merasakan kepuasan diri.


Menyediakan Kebutuhan sosialisasi dan keintiman
Karena sosialisasi dengan teman lama dapat meyenagnkan maka
pasien didorong untuk melakukan kunjungan, saling berkirim surat,
dan bertelepon. Kunjungan sebaiknya singkat dan tidak menimbulkan
stress. Sebaiknya hanya menungunjungi satu sampai dua orang saja

7)

dalam sekali kunjungan.


Meningktkan nutrisi yang adekuat
Saat makan, keadaan harus tetap dijaga agar keadaan tidak menjadi
konfrontasional. Pasien lebih menyukai makanan yangsudah dikenal
yang tampak menggunakan selera makan dan tersa lezat. Untuk
menghindari

bermain

dengan

makanan,

makanan

sebaiknya

dihidangkan satu-satu.makanan sebaiknya dipotong kecil-kecil agar


8)

tidak tersedak. Makanan sebaiknya disediakan dalam keadaan hangat.


Mendukung dan mendidik pemberi perawatan dalam keluarga.
Perawat harus peka terhadap masalah emosional yang dihadapi
keluarga. Dukungan dan edukasi pemberi perawatan merupakan

komponen yang penting


h. Peran Perawat
1. Care Giver
Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien alzhaimer.
2. Client Advocate
Memberikan perlindungan dan pembelaan atas kebutuhan klien yang
berhubungan dengan pengobatan.
3. Educator
Pemberian pengetahuan kepada keluarga tentang bagaimana cara
perawatan pasien alzhaimer.
4. Collaborator
Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana perawatan pada pasien alzhaimer.
5. Motivator

14

Perawat memberi motivasi keluarga dan klien tentang alzhaimer.


6. Consultant
Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.
i. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab
Alzheimer, yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan
yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang
elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi
sulih hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil
penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit
Alzheimer, di antaranya yaitu :
- Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok
-

maupun mengkonsumsi alkohol.


Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan
buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat

radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.


Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih
jarang terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap

aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.


j. Alzhaimer di lingkungan Masyarakat
Seseorang dengan alzhaimer seringkali terisolir, dan tidak
mendapatkan perawatan yang selayaknya (Alzeimer Disease International,
2012). Efek dramatis alzhaimer sudah tampak jelas dalam kehidupan
berjuta- juta orang di seluruh kawasan dan pada biaya kesehatan masyarakat.
Akhirnya, kondisi ini pun menjadi tantangan bagi Negara, mengingat jumlah
penderita alzhaimer terus meningkat secara substansial (AccessEconomics )
Limited, 2006).
Diperlukan pendekatan

kesehatan

masyarakat

yang

luas

untuk

meningkatkan perawatan dan kualitas hidup orang dengan alzhaimer,


keluarga dan pengasuhnya.
Diagnosis Keperawatan :
SINDROM STRESS RELOKASI
Sindrom stress relokasi adalah gangguan psikologis dan/atau psikososial sebagai
akibat pindahan dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain.

15

Faktor yang berhubungan :


-

Perasaan tidak berdaya


Gangguan status kesehatan psikososial
Tidak ada persiapan untuk masuk ke rumah sakit
Perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
Menurunnya status kesehatan fisik, gangguan sensori
Kurangnya sistem dukungan yang adekuat

Ditandai dengan:
-

Kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung,


tingkah laku defensif, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan

tingkah laku agresif


Depersi, keyakinan diri yang menurun, menarik diri, dan ketergantungan
Tampak tanda stimulasi saraf simpatis, gangguan gastrointestinal,dan

perubahan kebiasaan makan


Gangguan tidur

Kritreria hasil:
-

mengidentifikasi perubahan
mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas kehidupan

sehari-hari
Mempertahankan rasa berharga pada diri dan identitas pribadi yang positif
cemas dan takut berkurang
membuat pernyataan yang positif tentang lingkungan yang baru.
Memperlihatkan penerimaan terhadap perubahan lingkungan dan

penyesuaian kehidupan
Mmampu menunjukan rentang perasaan yang sesuai atau tidak cemas dan

rasa takut berkurang


Tidak menyimpan pengalaman menyakitkan
Menggunakan bantuan dari sumber yang tepat selama waktu pengaturan
pada lingkungan baru

Tindakan Keperawatan:

16

Tindakan / intervensi

Rasional

Mandiri
Jalin

hubungan

saling

dengan klien.
Orientasikan pada

mendukung Untuk membangan kepercayaan dan

lingkungan

rasa nyaman.
dan Menurunkan kecemasan dan perasaan

rutinitas baru.
terganggu.
Kaji tingkat stressor (penyesuaian diri, Untuk menentukan

persepsi

klien

perkembangan, peran keluarga, akibat tentang kejadian dan tingkat serangan.


perubahan status kesehatan)
Tempatkan pada ruangan pribadi jika Perawatan di rumah sakit mengubah
mungkin dan bergabung dengan orang aktivitas

klien

terdekat dalam aktivitas perawatan, masalah

tingkah

dan

meningkatkan

laku.

Memberi

waktu makan, dan sebagainya.

kesempatan mengontrol lingkungan dan

Tentukan jadwal aktivitas yang wajar

melindungi dari kelaianan tingkah laku


Konsistensi mengurangi kebingungan

dan masukan dalam kegiatan rutin.


dan meningkatkan rasa kebersamaan.
Identifikasi kekuatan klien yang di Memfasilitasi
bantuan
dengan
miliki sebelumnya

komunikasi

dan

manajemen

dari

kekuatan sekarang serta selanjutnya


Berikan penjelasan dan informasi yang Menurunkan
ketegangan,
menyenangkan

mengenai

kegiatan/ mempertahankan rasa saling percaya,

peristiwa.
dan orientasi.
Catat tingkah laku, munculnya perasaan Stress
meningkat,
curiga/paranoid, mudah tersingggung, naman/nyeri
defensif.

fisik

rasa
dan

tidak
kelelahan

mencetuskan penurunan tingkah laku


dan gangguan komunikasi. Perilaku
katrastropik ini menimbulkan panik dan

Pertahankan

keadaan

rasa bermusuhan.
tenang. Menenangkan situasi dan memberi

Tempatkan dalam lingkungan tenang klien waktu untuk memperoleh kendali


yang memberikan kesempatan untuk terhadap prilaku dan emosinya.
beristirahat

17

Atasi tingkah laku agresif dengan Rasa diterima menurunkan rasa takut
pendekatan yamg tenang.
Gunakan
sentuhan
jika
mengalami

paranoid/

dan respon agresif.


tidak Memberikan keyakinan, menurunkan
sedang stress,

dan

mengalami agitasi sesaat.


hidup.
Rujuk ke sumber pendukung perawatan Meningkatkan
diri.

meningkatkan
perasaan,

kualitas
dukungan

selama penyesuaian

Dignosis keperawatan:
RISIKO TERHADAP TRAUMA/CEDERA
Risiko Terhadap
Trauma/cedera adalah meningkatknya risiko dari kecelakaan
Berhubungan
dengan:
cedera jaringan (seperti luka, luka bakar, fraktur)
- Kurangnya pendidikan tentang keamanan
- Riwayat trauma terdahulu
- Kurangnya penglihatan
- Ketidakmampuan mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
- Disorientasi, bingung, gangguan dalam pengambilan keputusan
- Kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas
kejang.
Kriteria Hasil :
-

Meningkatkan tingkat aktivitas


Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi resiko trauma

atau cedera
Tidak mengalami trauma atau cedera
Keluarga mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahaptahap untuk memperbaikinya

Tindakan keperawatan
Tindakan / intervensi
Rasional
Mandiri
Kaji derajat kemampuan/kompetensi, Mengidentifikasi risiko potensial di
munculnya

tingkah

laku

yang lingkungan

dan

mempertinggi

18

impulsive dan penurunan persepsi- kesadaran sehingga pemberi asuhan


visual,bantu

orang

mengidentifikasi

terdekat

resiko

untuk lebih sadar akan bahaya. Pasien yang

terjadinya memperlihatkan

bahaya yang mungkin timbul

tingkah

laku

impulsive menghadapi peningkatan


resiko trauma kerena mereka murang
mampu

mengendalikan

perilaku/kegiatannya
Penurunan
Hilangkan

/minimalkan

bahaya dalam lingkungan

sendiri.

persepsi

visual

meningkatkan risiko terjauh


sumber Seseorang dengan gangguan kognitif
dan gangguan persepsi merupakan
awal untuk mengalami trauma sebagai
akibat

ketidakmampuan

bertanggung

jawab

untuk
terhadap

kebutuhan keamanan yang dasar atau


mengevaluasi

keadaan

tertentu,misalnya

api

dari

kompor/rokok dan lupa akan hal


tersebut,berusaha untuk makan buah
dari plastic,salah menilai letak kursi
Alihkan

perhatian

perilaku

pasien

teragitasi

dan tangga.
ketika Mempertahankan keamanan dengan
atau menghindari konfrontasi yang dapat

berbahaya,seperti keluar dari tenpat meningkatkan perilaku/meningkatkan


tidur dengan memanjat pagar tempat risiko terjadinya trauma.
tidur tersebut.
Gunakan pakaian sesuai lingkungan Perlambatan
fisik atau kebutuhan klien

mengakibatkan
Hipotalamus

proses

metabolisme
hipotermia.

dipengaruhi

proses

penyakit yang mengakibatkan rasa


Kaji

efek

samping

obat,

kedinginan
tanda Klien tidak dapat melaporkan tanda

19

keracunan

(tanda

hipotensi

ekstrapiramidal, atau gejala obat dapat menimbilkan

ortostatik,

penglihatan,

gangguan kadar toksisitas pada lansia. Ukuran


gangguan dosis/ penggantian obat di perlukan

gastrointestinal).
Berikan

untuk mengurangi gangguan.

gelang

identifikasi

memperlihatkan

yang Menfasilitasi keamanan untuk kembali

nama,nomor jika

telepon,dan

hilang.

Karena

diagnose,jangan kemampouan

memposisikan

dekat

pintu

untuk tangga

verbal

keluar kebingungan,pasien
dapat

dan

dan

mungkin

menyebutkan

telepon

penurunan
tidak

alamat,nomor

sebagainya.

Pasien

mungkin ngeluyur dan ditangkap oleh


polisi,yang

memperlihatkan

kebingungan,peka rangsang : mngkin


mempunyai tingkah laku bermusuhan
dan

memperlihatkan

kemiskinan

pengambilan keputusan.
Kenakan pakaian sesuai lingkungan Perlambatan proses metabolism secara
fisik/kebutuhan individu

umum mengakibatkan penurunan suhu


tubuh. Hipotalamus dipengaruhi oleh
proses penyakit yang menyebabkan
seseorang merasa kedinginan. Pasien
mungkin
mengenai
ngeluyur

mengalami
cuaca
keluar

disorientasi

dan

mungkin

dalam

keadaan

dingin. Catatan : penyebab kematian


seringkali

adalah

pneumonia/kecelakaan.
Lakukan pemantauan terhadap efek Pasien mungkin tidak melaporkan
samping obat,tanda-tanda adanya takar tanda/gejala dan obat dapat dengan
lajak,seperti

tanda

ekstrapiramidal, mudah menimbulkan kadar toksisitas

hipotensi

ortostatik,

gangguan pada lansia. Ukuran dosis/penggantian

20

penglihatan,gangguan gastrointestinal.

obat

mungkin

diperlukan

mengurangi gangguan.
Hindari penggunan restrain secara Membahayan
individu

untuk
untuk

terus menerus. Berikan kesempatan melepaskan restrain tersebut secara


orang terdekat tinggal bersama pasien parsial. Dapat meningkatkan agitasi
selama periode agitasi akut.

dan timbul resiko fraktur pada pasien


lansia

(berhubungan

dengan

penurunan kalsium tulang)


Rekomendasi penggunaan kunci child Sesuai dengan memburyknya penyakit
proof untuk mengamankan obat,zat itu,pasien mungkin gugup terhadap
racun alat-alat tajam

benda/kunci atau meletakan bendabenda kecil dalam mulut yang sangat


berpotensi

terhadap

trauma

kecelakaan atau kematian.


Dignosis keperawatan:
PERUBAHAN PROSES PIKIR
Perubahan Proses Pikir adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
gangguan dalam pengoperasian dan aktivitas kognitif
Berhubungan dengan:
-

Perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)


Kehilangan memori atau ingatan
Gangguan tidur
Konflik psikologis
Gangguan penilaian

Ditandai dengan:
-

Hilangnya konsentrasi (distrakbilitas)


Hilangnya ingatan atau memori
Tidak mampu membuat keputusan, menghitung, mengumpulkan gagasan,

melakukan abstraksi/ konseptualisasi dan memecahkan masalah


Tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan

akurat
Disorientasi waktu, tempat, orang , lingkungan dan peristiwa

21

Kesulitan mengakomodasikan ide atau perintah


Paranoid, delusi, obsesi halusinasi, konfabulasi, bingung/frustasi dan

terjadi perubahan dalam respon tingkah laku


Tingkah laku sosial yang tidak tepat
Gangguan pola tidur
Afek yang tidak tepat

Kriteri hasil :
-

Mampu mempertlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani


konsekuensi kejdian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran

tentang diri
Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang

negatif
Mampu mengenali perubahan dalam berikir atau tingkah laku dan faktor

penyebab
Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan,
ancaman, dan kebingungan

Tindakan keperawatan :
Tindakan / intervensi

Rasional

Mandiri
Kembangkan

lingkungan

yang Mengurangi kecemasan dan emosional,

mendukung dan hubungan klien seperti


perawat yang terapeutik

kemarahan,

meningkatkan

pengembangan evaluasi diri yang positif


dan mengurangi konflik psikologis.

Kaji derajat gangguan kognitif, seperti Memberikan

dasar

untuk

perubahan orientasi terhadap orang, evaluasi/perbandingan yang akan datang


tempat waktu, rentang perhatian dan dan mempengaruhi pilihan terhadap
kemampuan berpikir.
Pertahankan

lingkungan

intervensi.
yang Keramaian biasanya merupakan sensori

22

menyenangkan dan tenang.


Lakukan

pendekatan

yang berlebihan yang meningkatkan

dengan

perlahan dan tenang.

gangguan neuron.
cara Pendekatan yang terburu-buru dapat
mengancam

pasien

bingung

yang

mengalami kesalahan persepsi.


Tatap wajah ketika bercakap-cakap Menimbulkan perhatian, terutama pada
dengan pasien

orang-orang

dengan

gangguan

perceptual.
Panggil klien dengan namanya.

Nama adalah bentuk identitas diri dan


menimbulkan

pengenalan

terhadap

realita dan klien.


Gunakan suara ang agak rendah dan Meningkatkan pemahaman.
berbicaradengan

perlahan

klien.

dengan tinggi

dan

stres/marah

Ucapan

keras

menimbulkan

yang

mencetuskan

konfrontasi dan respon marah.


Gunakan kata-kata yang pendek dan Sesuai dengan berkembangnya penyakit,
kalimat yang sederhana dan berikan pusat komunikasi dalam otak mungkin
instruksi sederhana. Ulangi instruksi saja terganggu.
tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Berhenti sejenak diantara kalimat atau Menimbulkan
pertanyaan.

Beri

isyarat

gunkanan kalimat terbuka

tertentu, meningkatkan
menstimulasi

respon

verbal,

pemahaman.

Isyarat

komunikasi,memberi

pengalaman positif
Dengarkan dengan penuh perhatian Mengarahkan
perhatian
pembicaraan

klien.

Interpretasikan penghargaan, membantu klien dengan

pertanyaan, arti, dan kata. Beri kata alat


yang benar
Kolaborasi
Antisiklotik,

dan

bantu

proses

kata

dalam

menurunnkan frustasi
seperti

halopiridol Dapat digunakan untuk mengontrol

(Haldol) ; tioridazin (Mallril)


agitasi, halusinasi.
Vasodilator,
seperti
siklandelat Dapat meningkatkan kesadaran mental
(Cyclospasmol)

tetapi

memerlukan

penelitian

lebih

23

Ergoloid mesilat (hydergine LC)

lanjut.
peningkatan

metabolisme

(meningkatkan kemampuan otak untuk


metabolisme glukosa dan penggunaan
oksigen). Walaupun tidak meningkatkan
kognitif dan memori, obat ini membuat
klien lebih sadar, kecemasan/depresi
menurun. Merupakan terapi dimensia
Agen ansiolitik, seperti diazepam, Lebih bermanfaat pada fase awal
lorazepam, oksazepam

dan/atau

Tiamin

menghilangkan kecemasan
penelitian manfaat tiamin dosis tinggi
pada

fase

fase

awal

memperlambat

sedang

penyakit

untuk

untuk

berkembangnya

gangguan kognisi
Dignosis keperawatan:
PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI
Perubahan presepsi sensori (visual, pendengaran, kinestetik, gustatory,
tactile, olfaktori) adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
perunahan dalam jumlah atau pola dari penerimaan rangsangan disertai
dengan diminished, eksagresi, distorsi, atau gangguan berespons terhadap
rangsangan tersebut
Berhubungan dengan :
-

Pembatasan lingkungan secara terapeutik (isolasi, perawatan intensif, tirah

baring).
Pembatasan lingkungan sosial (institusional, panti jompo), stigma

(gangguan jiwa, keterbelakangan mental).


Perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori (penyakit

neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri)


Stress psikologis (penyempitan pandangan perseptual disebabkan

kecemasan)
Gangguan kimiawi (endogen, eksogen)

24

Ditandai dengan :
-

Perubahan kemampuan pemecahan masalah.


Perubahan respons terhadap stimulasi normal, seperti disorientasi spasial,

bingung, perubahan perilaku, konsentrasi menurun.


Respons emosional berlebihan, seperti kecemasan, paranoid, apatis,

gelisah, iritabilitas, depresi, takut, marah, dan halusinasi.


Ketidakmampuan mengatakan letak bagian tubuh tertentu
Perubahan dalam sensasi rasa.

Kriteria hasil/kriteria evaluasi:


-

Mengalami penurunan halusinasi


Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stres atau

mengatur perilaku.
Mendemonstrasikan respons yang sesuai stimulasi
Perawat mampu mengidentifikasi faktor eksternal yang berperan terhadap
perubahan kemampuan persepsi sensori

Tindakan keperawatan :
Tindakan/Intervensi
Mandiri :
1. Kembangkan lingkungan yang
suportif dan hubungan perawat-

Rasional
Meningkatkan kenyamanan dan
menurunkan kecemasana pada klien.

klien terapeutik.
2. Bantu klien memahami

Meningkatkan koping dan menurunkan

halusinasi
3. Beri informasi tentang sifat

halusinasi.
Untuk membantu klien dalam

halusinasi, hubungannya dengan memahami halusinasi.


stresor/pengalaman emosional
yang traumatik, pengobatan, dan
cara mengatasi.
4. Kaji derajat sensori atau

Keterlibatan otak memperlihatkan

gangguan persepsi dan

masalah yang bersifat asimetris

bagaimana hal tersebut

menyebabkan klien kehilangan

memengaruhi klien termasuk

kemampuan pada salah satu sisi tubuh

penurunan penglihatan dan

(gangguan unilateral). Klien tidak dapat

25

pendengaran.

mengenali rasa lapar/haus, penerima

5. Ajarkan strategi untuk

nyeri eksternal (dari luar).


Untuk menurunkan kebutuhan akan

mengurangi stres.
6. Anjurkan untuk menggunakan

halusinasi.
Meningkatkan masukan sensori,

kaca mata atau alat bantu


pendengaran sesuai keperluan
7. Pertahankan hubungan orientasi

membatasi/menurunkan kesalahan
interprestasi stimulasi.
Menurunkan kekacauan mental dan

realita dan lingkungan. Berikan

meningkatkan koping terhadap frustasi

petunjuk pada orientasi realita

karena salah persepsi dan disorientasi.

dengan kalender, jam, catatan,

Klien menjadi kehilangan kemampuan

kartu, tanda khusus, musik,

mengenali keadaan sekitar. Petunjuk

ruangan berkode dengan warna

merupakan hal penting untuk

tertentu, dan gambar.

membantu mengenali, memfasilitasi


kesenjangan memori, dan

meningkatkan kemandirian.
8. Berikan lingkungan yang tenang Menghindari masukan sensori
dan tidak kacau jika diperlukan

penglihatan atau pendengaran yang

(musik yang lembut,

berlebihan dengan mengutamakan

gambar/dinding cat sederhana)


9. Berikan sentuhan dan perhatian.

kualitas yang tenang dan konsisten.


Meningkatkan persepsi terhadap diri

10. Berikan perhatian dalam

sendiri.
Meningkatkan perasaan nyaman yang

kenangan indah secara berkala

memudahkan adaptasi pada perubahan

(musik dan cerita peristiwa yang perilaku.


menyenangkan, foto)
11. Ajak piknik sederhana, jalan-

Piknik menunjukkan realita dan

jalan keliling rumah sakit.

memberikan stimulasi sensori yang

Pantau aktivitas

menurunkan perasaan curiga dan


halusinasi yang disebabkan perasaan

12. Tingkatkan keseimbangan


fungsi fisiologis dengan

terkekang.
Menjaga mobilitas (yang dapat
menurunkan risiko terjadinya atrofi otot

26

menggunakan bola lantai,

atau osteoporosis pada tulang)

tangan menari dengan disertai


musik.
13. Libatkan dalam aktivitas sesuai

Memberikan kesempatan terhadap

indikasi dengan keadaan

stimulasi partisipasi dengan orang lain

tertentu, seperti satu ke satu

dan dapat mempertahankan beberapa

pengunjung, kelompok

tingkat dari interaksi sosial.

sosialisasi pada pusat demensia,


terapi okupasi.
Diagnosis keperawatan :
PERUBAHAN POLA TIDUR
Perubahan pola tidur adalah gangguan dalam waktu tidur yang menyebabkan
ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.

Berhubungan dengan :
-

Perubahan lingkungan.
Perubahan sensori.
Tekanan psikologis, kerusakan neurologis.
Perubahan pola aktivitas.

Ditandai dengan:
-

Keluhan verbal tentang kesulitan tidur.


Gangguan tidur.
Perubahan tingkah laku dan penampilan (meningkatnya iritabilitas,

gelisah, disorientasi, letargi, pasif)


Peka rangsang.
Terus-menerus terjaga/tidak bisaa tidur, tidak mampu untuk menentukan

kebutuhan/waktu tidur.
Tampak bayangan lingkaran gelap di bawah mata, sering menguap karena
kantuk.

27

Perubahan postur tubuh.

Kriteria hasil/kriteria evaluasi :


-

Memahami faktor penyebab gangguan pola tidur.


Mampu menentukan penyebab tidur tidak indekuat.
Mampu memahami rencana khusus untuk menangani/mengoreksi

penyebab tidur tidak adekuat.


Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap

pikiran yang melayang-layang (melamun)


Tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.

Tindakan keperawatan:
Tindakan/Intervensi
Mandiri :
1. Jangan menganjurkan klien tidur

Rasional
Irama sirkandian (siklus tidur-bangun)

siang apabila berakibat efek

yang bersinkronisasi disebabkan oleh

nrgatif terhadap tidur pada malam

tidur siang yang singkat.

hari.
2. Evaluasi efek obat klien (steroid,
diuretik) yang mengganggu tidur.
3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas

Derangement psikis terjadi bila


terdapat penggunaan kortikosteroid,
termasuk perubahan mood, insomnia.
Mengubah pola yang sudah terbiasa

waktu tidur malam dengan

dari asupan makan klien pada malam

kebiasaan klien (memberi susu

hari terbukti mengganggu tidur.

hangat)
4. Memberikan lingkungan yang

Hambatan kortikal pada formasi

nyaman untuk meningkatkan tidur retikular akan berkurang selama tidur,


(mematikan lampu, ventilasi

meningkatkan respons otomatik,

ruang adekuat, suhu yang sesuai,

kerenanya respons kardiovaskular

menghindari kebisingan).

terhadap suara meningkat selama

5. Buat jadwal intervensi untuk

tidur.
Gangguan tidur terjadi dengan

memungkinkan waktu tidur lebih

seringnya tidur dan mengganggu

lama (memeriksa tanda vital,

pemulihan sehubungan dengan

28

mengubah posisi).

gangguan psikologis dan fisiologis,

6. Berikan kesempatan untuk tidur

sehingga irama sirkadian terganggu.


Aktivitas fisik dan mental yang lama

sejenak, anjurkan latihan saat

mengakibatkan kelelahan yang dapat

siang hari, turunkan aktivitas

meningkatkan kebingungan, aktivitas

mental/fisik pada sore hari.

yang terprogram tanpa stimulasi

7. Hindari penggunaan pengikatan


secara terus-menerus.
8. Evaluasi tingkat stres/orientasi

berlebihan meningkatkan waktu tidur.


Risiko gangguan sensori,
meningkatkan agitasi dan
menghambat waktu istirahat.
Peningkatan kebingungan,

sesuai perkembangan hari demi

disorientasi, tingkah laku tidak

hari.

kooperatif (sindrom sundowner) dapat

9. Buat jadwal tidur secara teratur.

mengurangi tidur.
Penguatan bahwa saatnya tidur dan

Katakan pada klien bahwa saat ini mempertahankan kestabilan


adalah waktu untuk tidur.

lingkungan. Catatan: penundaan


waktu tidur diindikasikan agar klien
membuang kelebihan energi dan

10. Berikan makanan kecil sore hari,


susu hangat, mandi, dan masase
punggung.
11. Turunkan jumlah minuman sore
hari. Lakukan berkemih sebelum
tidur.
12. Putarkan musik yang lembut atau
suara yang jernih.

memfasilitasi tidur.
Meningkatkan relaksasi dengan
perasaan mengantuk.
Menurunkan kebutuhan akan bangun
untuk berkemih selama malam hari.
Menurunkan stimulasi sensori dengan
menghambat suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan
menghambat tidur.

Kolaborasi :
13. Berikan obat sesuai indikasi :
Antidepresi, seperti:
amitriptilin (elavil),

Efektif menangani pseudodemensia


atau depresi, meningkatkan

29

doksepin (senequan),

kemampuan untuk tidur, terapi

trasolon (desyrel).
Oksazepam (serax),

antikolinergik dapat mencetuskan

triazolam (halcion).

efek samping hipotensi ortostatik.

bingung, memperburuk kognitif dan

Gunakan dengan hemat, hiptonik


dosis rendah efektif mengatasi
14. Hindari penggunaan
difenhidramin (benadryl).

insomnia/Sindrom Sundowner.
Kontraindikasi karena memengaruhi
produksi asetilkolin yang sudah
dihambat dalam otak dengan DAT ini.

Diagnosa keperawatan:
Kurang perawatan diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami gangguan
kemampuan untuk melakukan atau melengkapi aktivitas untuk dirinya.
KURANG PERAWATAN DIRI
Berhubungan dengan:
-

Gangguan kemampuan untuk pindah atau mobilitas.


Intoleransi aktivitas, menurunnya daya tahan dan kekuatan.
Penurunan kognitif, keterbatasan fisik.
Frustasi atas kehilangan kemandiriannya, depresi

Ditandai dengan:
-

Penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti tidak


mampu untuk makan, membersihkan bagian tubuh tertentu, mengatur suhu
air, gangguan kemampuan untuk memakai/menanggalkan pakaian,
kesulitan dalam defekasi.

Kriteria hasil/kriteria evaluasi:

30

Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat

kemampuan.
Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber pribadi/komunitas
yang dapat memberikan bantuan.

Tindakan keperawatan:
Tindakan/Intervensi
Mandiri:
1. Identifikasi kesulitan dalam

Rasional
Memahami penyebab yang

berpakaian/perawatan diri,

memengaruhi intervensi. Masalah

seperti keterbatasan gerak fisik,

dapat diminimalkan dengan

apatis/depresi, penurunan

menyesuaikan atau memerlukan

kognitif seperti apraksia.


2. Identifikasi kebutuhan
kebersihan diri dan berikan

konsultasi dari ahli lain.


Seiring perkembangan penyakit,
kebutuhan kebersihan dasar mungkin

bantuan sesuai kebutuhan dengan dilupakan. Panas (misal, infeksi,


perawatan rambut/kuku/kulit,

penyakit gusi, penampilan kusut)

bersihkan kaca mata, dan gosok

terjadi saat klien/perawat terintimidasi

gigi.
3. Gabungkan kegiatan harian ke

dengan memelihara masalah yang ada.


Mempertahankan kebutuhan rutin,

dalam jadwal aktivitas. Ubah

mencegah kebingungan yang semakin

waktu untuk berpakaia atau

memburuk dan meningkatkan

kebersihan klien jika masalah

partisipasi klien.

meningkat.
4. Perhatikan adanya tanda-tanda

Kehilangan sensori dan penurunan

nonverbal yang fisiologis.

fungsi bahasa menyebabkan klien


mengungkapkan kebutuhan perawatan
diri dengan cara nonverbal, seperti
terengah-engah, ingin berkemih

5. Lakukan pengawasan dan


berikan kesempatan untuk
melakukan sendiri sesuai

dengan memegang dirinya.


Mudah sekali terjadi frustasi jika
kehilangan kemandirian.

31

kemampuan.
6. Beri banyak waktu untuk
melakukan tugas.

Pekerjaan yang tadinya mudah


sekarang menjadi terhambat karena
penurunan motorik dan perubahan

7. Bantu mengenakan pakaian yang

kognitif.
Meningkatkan kepercayaan untuk

rapi dan indah.


8. Usahakan melakukan satu

hidup.
Aktivitas sederhana menurunkan

kegiatan setiap waktu. Bicarakan

frustasi dan putus asa. Pengarahan

setiap satu tahap tersebut saat

menurunkan kebingungan dan

waktu yang berbeda pula.


9. Anjurkan tidur menggunakan
kaos kaki atau pakaian tertentu.

meningkatkan otonomi.
Memberikan keamanan, mengubah,
mengurangi pemberontakan dan
memudahkan beristirahat.

Dignosis keperawatan:
RISIKO TINGGI TERHADAP PERUBAHAN NUTRISI: LEBIH DARI
KEBUTUHAN TUBUH
Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
adalah suatu keadaan di mana individu mempunyai risiko untuk mengalami
asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.

Faktor resiko terhadap:


-

Perubahan sensori.
Kerusakan penilaian dan koordinasi.
Agitasi.
Mudah lupa, kemunduran hobi.

Kriteria hasil/kriteria evaluasi:


-

Mengubah pola asupan yang benar.


Mendapat diet nutrisi yang seimbang.
Mempertahankan/mendapat kembali berat badan yang sesuai.
Ikut serta dalam aktivitas yang mempermudah koping adaptif.

32

Tindakan keperawatan:
Tindakan/Intervensi

Rasional

Mandiri:
1. Beri dukungan untuk penurunan Motivasi terjadi saat klien
berat badan.
2. Awasi berat badan setiap

mengidentifikasi kebutuhan berarti.


Memberikan umpan

minggu
3. Kaji pengetahuan

balik/penghargaan.
Identifikasi kebutuhan untuk

klien/keluarga mengenai

membantu perencanaan pendidikan.

kebutuhan makanan.
4. Tentukan jumlah latihan yang

Masukan nutrisi perlu untuk

klien lakukan.
5. Usahakan/berikan bantuan

memenuhi kebutuhan kalori.


Klien tidak mampu menentukan

dalam memilih menu.


6. Beri privasi saat kebiasaan

pilihan kebutuhan nutrisi.


Ketidakmampuan menerima dan

makan menjadi masalah.

hambatan sosial dari kebiasaan makan

Terima keadaan klien makan

berkembang seiring berkembangnya

dengan tangan, dan sedikit

penyakit. Pengakuan dapat menjaga

kreasi. Catatan: hindari

harga diri, menurunkan frustasi.

pemisahan klien dari orang lain. Pemisahan menyebabkan perasaan


kacau dan menolak dapat mengurangi
7. Berikan makanan kecil setiap

masukan makanan.
Makan makanan kecil meningkatkan

jam sesuai kebutuhan.


8. Berikan waktu yang leluasa

masukan yang seuai.


Pendekatan yang santai membantu

untuk makan.
9. Lakukan langka makan

pencernaan makanan.
Meningkatkan otoritas dan

sederhana. Antisipasi

kemandirian. Menurunkan risiko

kebutuhan, buatkan makanan

marah/frustasi atas kehilangan

yang dipotong-potong, berikan

kemampuannya.

makanan lunak.
10. Letakkan bagian makanan pada

Membawa makanan dapat mendorong

33

kantong kertas untuk klien yang

klien untuk memakannya.

berpergian/jalan.
11. Hindari makanan yang terlalu

Makanan panas mengakibatkan mulut

panas.
12. Berikan stimulasi refleks

terbakar atau menolak untuk makan.


Seiring perkembangan penyakit, klien

hisapan mulut dengan menekan

menolak untuk makan. Menstimulasi

dagu secara berhati-

refleks dapat meningkatkan

hati/menstimulasi mulut dengan

pemasukan makanan.

sendok.
Kolaborasi:
13. Rujuk atau konsultasikan
dengan ahli gizi

Bantuan diperlukan untuk


mengembangkan keseimbangan diet
dan menemukan kebutuhan/makanan
yang disukai.

Dignosis keperawatan:
PERUBAHAN ELIMINASI URINARIUS ATAU KONSTIPASI
/INKONTINESIA
Perubahan pola eliminasi urinarius atau konstipasi/inkontinensia adalah
suatu keadaan dimana individu mengalami gangguan dalam eliminasi urine atau
perubahan kebiasaan BAB normal yang ditandai dengan menurunnya frekuensi
dan keluarnya fases yang keras, kering.

Berhubungan dengan :
-

Disorientasi
Kehilangan fungsi neurologis/tonus otot
Ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar mandi/mengenal

kebutuhan
Perubahan diet atau pemasukan makanan

Ditandai dengan :
-

Nokturia
Tingkah laku toileting tidak sesuai
Defekasi/berkemih tidak dapat ditahan, konstipasi/inkontinensia

34

Kriteria hasil/kriteria
-

Mampu menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai.

Tindakan keperawatan :
Tindakan/Intervensi

Rasional

Mandiri
Kaji pola sebelumnya dan bandingkan

Memberikan informasi mengenai

dengan pola yang sekarang

perubahan yang munkin selanjutnya


memerlukan pengkajian atau

Letakkan tempat tidur dekat dengan

intervensi
Meningkatkan orientasi atau penemuan

kamar mandi jika memungkinkan.

kamar mandi. Inkontinensia mungkin

Buatkan tanda tertentu atau pintu

disertai

berkode khusus. Berikan cahaya yang

menemukan tempat berkemih atau

cukup terutama malam hari.

defekasi.

Berikan kesempatan toileting dengan

Ketaatan pada jadwal harian dan

interval waktu teratur. Biarkan

teratur mencegah cedera.

ketidakmampuan

untuk

melakukan sendiri tahap pertahap pada


waktu tertentu. Gunakan penguatan
positif.
Buat program latihan defekasi atau

Menstimulasi kesadaran pasien,

kandung kemih. Tingkatkan partisipasi

meningkatkan pengaturan fungsi

pasien sesuai tingkat kemampuannya.

tubuh, dan membantu menghindari

kecelakaan.
Anjurkan untuk minum adekuat selama Menurunkan resiko konstipasi atau
siang hari (paling sedikit 2 liter sesuai

dehidrasi. Pembatasan minum pada

toleransi). Diet tinggi serat dan sari

sore menjelang malam hari dapat

buah. Batasi minum saat menjelang

menurunkan seringnya berkemih atau

malam dan waktu tidur.

inkontinensia pada malam hari.

Hindari perasaan yang diburu-buru

Hal yang terburu-buru dapat diterima


sebagai instruksi yang menimbulkan

35

keadaan marah dan tidak kooperatif


Sadari adanya tanda nonverbal, seperti

dengan aktivitas
Menunjukkan dorongan, tidak ada

gelisah, memegang diri sendiri, atau

perhatian terhadap tanda tersebut, dan

membuka-buka baju

tidak mampu menentukan letak kamar

Sampaikan penerimaan ketika terjadi

mandi.
Penerimaan merupakan hal penting

inkontinensia. Lakukan perubahan

untuk menurunkan kebingungan dan

dengan segera, berikan perawatan kulit

perasaan putus asa yang terjadi

dengan baik.

selama proses perubahan tersebut.

Pantau penampilan atau warna urine,

Menurunkan risiko iritasi kulit.


Pendeteksian memberikan

catat konsistensi dari feses.

kesempatan untuk mengubah


intervensi, misalnya adanya
konstipasi/infeksi kandung kemih dan
sebagainya.

Kolaborasi
Berikan obat pelembek feses

Memfasilitasi atau menstimulasi

metamacil, gliserin suppositoria sesuai

defekasi yang teratur

dengan indikasi.

Diagnosis keperawatan :
KETIDAKEFEKTIFAN KOPING KELUARGA : MENURUN ATAU TIDAK
MAMPU
Ketidakefektifan koping keluarga : menurun atau tidak mampu adalah tingkah laku
orang terdekat (anggota keluarga/orang penting lainnya) yang menunjukkan
ketidakmampuan dalam melakukan tugas-tugas dasar guna beradaptasi dengan
tantangan kesehatannya atau kesehatan klien.

36

Berhubungan dengan :
-

Tingkah laku klien yang tidak menentu (terganggu)


Keluarga berduka karena ketidakberdayaan menjaga orang yang dicintai.
Perkembangan penyakit
Hubungan keluarga sangat ambivalen

Ditandai dengan :
-

Keluarga menjadi malu dan imobilisasi secara sosial


Pemeliharaan rumah menjadi sangat rapuh dan mengarah pada satu
kesuliatan menentukan keputusan mengenai pertimbanan legal/finansial

Kriteria hasil/kriteria evaluasi :


-

Mampu mengidentifikasi/mengungkapkan sendiri untuk mengatasi

keadaan
Mampu menerima kondisi orang yang dicintai dan mendemonstrasikan

tingkah laku koping positif dalam mengatasi keadaan.


Menggunakan sistem pendukung yang ada secara efektif

Tindakan keperawatan:
Tindakan/Intervensi
Mandiri
Bantu keluarga mengungkapkan

Rasional
Keluarga dengan keterbatasan

persepsinya tentang mekanisme koping

pemahaman tentang strategi koping

yang digunakan.
Libatkan keluarga dalam pendidikan

memerlukan informasi akibat konflik


Memudahkan beban terhadap

pendidikan dan perencanaan perawatan

penanganan dan adaptasi di rumah

di rumah
Fokuskan pada masalah spesifik sesuai

Penurunan penyakit mengikuti

dengan yang terjadi pada klien


Buat prioritas

perkembangan yang tidak menentu


Membantu membuat pesan,

Realistis dan tulus dalam mengatasi

memfasilitasi pemecahan masalah


Menurunkan stres yang menyelimuti

semua permasalahan
Diskusikan secara kontinu kemampuan

harapan yang keliru


Tingkah laku seperti pendiam, penurut,

keluarga dalam merawat klien dirumah

kurang adil, marah dapat mencetuskan

37

kemarahan keluarga dan mengurangi


kemampuan memberikan perawatan
Bantu keluarga memahami pentingnya

efektif.
Tingkah laku yang terhalang, tuntutan

mempertahankan fungsi psikososial

perawatan tinggi menimbulkan

Berikan waktu atau dengarkan hal yang

keluarga menarik diri dari pergaulan.


Kelurarga memerlukan dukungan

menjadi keluhan atau kecemasannya

dengan berbagai masalah yang


dihadapi akan meningkat selama
mengatasi penyakit, untuk

Diskusikan adanya isolasi. Berikan

memudahkan adaptasi
Kepercayaan bahwa keluarga dapat

penguatan kebutuhan terhadap sistem

menemukan kebutuhan klien

dukungan

meningkatkan risiko penyakit fisik atau

Berikan umpan balik positif terhadap

mental
Memberikan keyakinan individu

setiap usaha yang dilakukannya

bahwa mereka melakukannya dengan

Anjurkan untuk tidak membatasi

cara yang terbaik


Kontak kekeluargaan merupakan dasar

pengunjung
Dukung hal yang perlu dihasilkan

dari realitas, terbebas dari kesepian.


Dukungan diperlukan dalam

dengan pertimbangan untuk

pengambilan keputusan yang dapat

menempatkannya dalam fasilitas

menentukan batas kemampuan

perawatan khusus
Kolaborasi
Rujuk pada sumber pendukung seperti :

finansial dengan baik

perawatan lansia, pelayanan di rumah,

tempat perawatan, mengurangi

berhubungan dengan asosiasi penyakit

kejenuhan dan risiko terjadinya isolasi

demensia.

sosial dan mencegah kemarahan

Memberikan tanggung jawab pada

keluarga.
Diagnosis keperawatan :
ANTISIPASI BERDUKA

38

Antisipasi berduka adalah suatu keadaan di mana individu berkabung sebelum


kehilangan aktual terjadi
Berhubungan dengan
-

Kewaspadaan klien terhadap sesuatu yang salah dengan perubahan

memori atau reaksi keluarga, perubahan kesejahteraan psikososial


Persepsi keluarga terhadap risiko kehilangan orang yang dicintanya

Ditandai dengan :
-

Denial terhadap kemungkinan kehilangan


Mengekspresikan peprasaan bersalah, hal yang tidak terselesaikan
Perubahan kebiasaan makan
Gangguan pola tidur, pola aktivitas, dan pola komunikasi
Ekspresi tertekan/marah terhaadap risiko kehilangan. Perasaan tertekan,
menangis, sedih

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi :


-

Keluarga ikut serta dalam mengantisipasi pross berkabung yang

konstruktif
Mampu mengekspresikan apa yang diinginkan atau apa yang dirasakannya

secara terbuka
Mampu mendiskusikan kehilangan dan berpartisipasi dalam perencanaan

di masa datang.
Mampu menggunakan sumber pendukung yang tepat (seperti teman,
kelompok yang memberikan dukungan, konsultan, yayasan sosial).

Tindakan keperawatan :
Tindakan/Intervensi
Mandiri
Berikan dorongan keluarga untuk

Rasional
Mengidentifikasi aspek khusus dari

menggambarkan persepsinya tentang

proses berkabuung yang sedang

kehilangan
Tentukan sumber dukungan seperti

dialami keluarga
Dukungan sosial adalah sumber untuk

keluarga, teman
Berikan keyakinan bahwa yang dialami

membantu klien.
Untuk menurunkan perhatian keluarga

39

merupakan reaksi yang normal


Berikan dorongan keluarga untuk

terhadap reaksi tersebut.


Memenuhi kebutuhan dukungan

mempertahankan kebutuhsn perawatan

terhadap pemenuhan kebutuhan

diri klien
Kaji derajat penurunan/tingkat koping

perawatan diri klien.


Informasi bermanfaat memahami

klien

seberapa banyak klien mampu


melakukan sesuatu untuk

Tinjau kembali pengalaman hidup masa

mempertahankan tingkat kemandirian


Kesempatan mengidentifikasi

lalu, perubahan peran, dan ketrampilan

ketrampilan dapat mengatasi proses

koping

berduka dari keadaan sekarang secara

Berikan lingkungan terbuka untuk

lebih efektif.
Memberikan kesempatan klien untuk

berdiskusi. Gunakan ketrampilan

mendiskusikan perasaan dan keinginan

komunikasi terapeutik (menjadi

secara realistis.

pendengan aktif, meberikan perhatian)


Catat adanya pernyataan : perasaan

Merupakan indikasi keinginan bunuh

putus asa, tidak berdaya, hidup hampa,

diri. Tingkah laku marah merupakan

dan adanya ekspresi marah.

cara untuk mengatasi perasan putus

Hormati keinginan klien untuk tidak

asa.
Mungkin tidak siap untuk menghadapi

bicara.
Bersikap tulus, jangan memberikan

perasaan berduka
Ketulusan meningkatkan hubungan

kepastian yang merugikan di masa

saling percaya

datang
Diskusikan dengan klien atau keluarga

Ikut dalam menentukan masalah, dalam

cara yng direncanakan bersama untuk

perencanaan dapat memberikan rasa

masa yang akan datang.

kontrol terhadap masalah yang

Bantu klien atau keluarga

diantisipasi
Menurut penelitian bahwa,

mengidentifikasi aspek positif dari

perkembangan yang lambat dapat

keadaan

menjanjikan harapan di masa akan

datang.
Identifikasi kekuatan klien atau keluarga Pengenalan sumber ini memberikan

40

untuk melihat dirinya/keadaan dan

kesempatan untuk bekerja mengatasi

sistem pendukung yang dapat

rasa berduka

dimanfaatkan
Kolaborasi
Rujuk pada sumber lain, konseling dan

Memerlukan dukungan/ bantuan

sebagainya

tambahan untuk mengatasi perasaannya

Diagnosis keperawatan:
PERUBAHAN KERUSAKAN ATAU PEMELIHARAAN KESEHATAN,
PENATALAKSANAAN PEMELIHARAAN RUMAH
Perubahan kerusakan atau pemeliharaan kesehatan adalah ketidakmampuan
untuk mengidentifikasi, mengatur, dan/atau mencari bantuan untuk memelihara
kesehatan.
Perubahan penatalaksanaan pemeliharaan rumah adalah ketidakmampuan untuk
memelihara secara mandiri peningkatan pertumbuhan lingkungan yang aman.

Berhubungan dengan:
-

Kerusakan fungsi kognitif secara progresif

Penurunan ketrampilan motorik kasar dan/ atau halus komplit atau parsial

Perubahan signifikan dalam ketrampilan komunikasi

Koping individu/keluarga tidak efektif

Insufisiensi organisasi atau perencanaan keluarga

Tidak mengenal sumber, sistem pendukung tidak adekuat

Penyakit atau cedera dari individu atau keluarga

Kurangnya pengorganisasian atau perencanaan keluarga

Kurangnya pengetahuan

Ditandai dengan :

41

Memperlihatkan kurangnya pengetahuan mengenai tindakan dasar

kesehatan
Tugas anggota keluarga berlebih misal, kelelahan/cemas
Keluarga memerlukan bantuan dalam mempertahankan lingkungan rumah
Keluarga mengungkapkan kesulitan dan memerlukan bantuan dalam

mempertahankan keadaan rumah


Ketidaksesuaian dengan lingkungan sekitar
Sekitar rumah tampak kacau/tidak aman
Terobservasi adanya ketidakmampuan menjalankan tanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan kesehatannya.

Kriteria hasil/kriteria evaluasi :


-

Mampu mencari bantuan yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan


Mampu menyusun kembali kemampuan untuk memelihara kesehatan
Mampu mengidentifikasi dan membetulkan faktor yang berhubungan

dengan kesulitan dalam mempertahankan lingkungan yang aman bagi kita


Dapat mendemonstrasikan penggunaan sumber secara efektif dan sesuai,

seperti kelompok demensia, dan kelompok perawatan di rumah


Mampu menerima tanggung jawab untuk mengadopsi perubahan pola

hidup yang dapat mendukung tujuan perawatan kesehatan klien


Mampu mengemukakan kemampuan untuk menjaga keadaan yang ada
secara adekuat
Tindakan / Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Bantu klien dengan menentukan apa

Pengkajian faktor risiko meningkatkan

yang dibutuhkan untuk memelihara


kesehatan
2. Ajarkan klien / keluarga tentang
sumber yang membantu dalam
keluarga
3. Bantu klien mengklarifikasi faktor
yang mengganggu kemampuan untuk
memelihara kesehatan
4. Dukung klien dalam mengatur dan

perilaku pemeliharaan kesehatan yang


relevan
Pengetahuan tentang adanya sumber
memungkinkan untuk melakukan
tindakan
Belajar aktif mengarah pada
pengintegrasian yang lebih efektif dari
pengetahuan yang didapat
Individu mempunyai kekuatan unik

menggunakan kekuatan untuk

yang dapat digunakan untuk

memelihara kesehatan.

memelihara kesehatannya.

42

5. Evaluasi tingkat

Identifikasi kekuatan yang diperlukan

kognitif/emosi/fungsi fisik ( tentang


tingkat kemandirian klien/keluarga)
6. Kaji lingkungan, catat faktor yang
tidak nyaman dan kemampuan klien

dan berapa banyak tanggung jawab


klien yang diharapkan diterima.
Menentukan apakah perubahan
kebutuhan menimbulkan

merawat diri.
7. Kaji kemampuan klien/keluarga

ketidakmampuan yang ada.


Penjadwalan dapat membantu

dalam mengembangkan rencana

sepenuhnya dalam menangani

memelihara kebutuhan kesehatan.


8. Identifikasi sistem pendukung yang

perawatan rutin atau sehari hari.


Perencanaan dan perawatan penting

bermanfaat bagi klien atau keluarga


9. Evaluasi kemampuan, keefektifan,

untuk mempertahankan klien di rumah.


dapat mengubah kemampuan untuk

pernyataan dari perawat.


Kolaborasi
10.Identifikasi perawatan alternatif,

memenuhi kebutuhan klien/diri sendiri.


Sesuai dengan keadaan klien, keluarga

seperti fasilitas perawatan, pelayanan


perawatan tertentu.
11.Rujuk pada pelayanan pendukung
sesuai dengan kebutuhan

memerlukan bantuan tambahan dari


sumber perawatan.
Pelayanan medis dan konsultasi sosial
diperlukan untuk mengembangkan
rencana yang akan dilaksanakan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyebab terbesar terjadinya demensia,
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan

43

kelumpuhan terjadi terutama menyerang orang yang berusia diatas 65


tahun tapi tidak menutup kemungkinan dapat juga menyerang anakanak, bahkan bayi. Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami
banyak kehilangan neuron-neuron hipokarpus dan korteks tanpa
disertai kehilangan parenkim otak, juga terdapat kekusutan neuro
fibrilar. Penyebap pasti penyakit ini belum diketahui, namun terdapat
beberapa faktor predisposisi seperti proses infeksi virus lambat,
autoimun, genetik dan trauma.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Alzheimer
dilakukan dengan tujuan membantu mengembalikan fungsi kognitif,
motorik dan fungsi-fungsi bagian tubuh lain yang mengalami
gangguan akibat kelainan neurotransmiternya. Selain itu perhatian
terhadap kebutuhan nutrisi juga tetap dibutuhkan untuk mencegah
berkembangnya penyakit lain akibat intake nutrisi yang tidak adekuat.
Penyakit Alzheimer ditegakkan melalui pemeriksaan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang teliti,serta didukung oleh pemeriksaan
penunjang yang tepat Penyakit Alzheimer tidak dapat disembuhkan
dan belum ada obat yang terbukti tinggi efektivitasnya
B. Saran
Bagi perawat dan keluarga, Perlu peningkatan penyuluhan
kesehatan secara umum khususnya tentang penyakit Alzheimer serta
diharapkan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada
penderita Alzheimer ini, karena setiap perubahan baik itu dari segi
kognitif dan motorik mempengaruhi aktivitas sehari-hari pasien.
Karenanya dibutuhkan perhatian lebih bagi penderita Alzheimer ini.

44

DAFTAR PUSTAKA
Bird TD,Miller BL.Alzheimers disease and other dementias.Dalam:
Kasper DL,Braunwald E,Fauci AS,Hauser SL,Longo DL,penyunting.
Harrisons Principles of Internal Medicine,Edisi ke-16. New York:
McGraw-Hill Medical Publishing Division;2005.h.2393-406
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC : Jakarta
Ester, monica. 2010. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta
Rochmach W,Harimurti K. Demensia.Dalam: Sudoyo A,Setiyohadi
B,Alwi I,Setiati S,penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke4.Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;2006.h.1374-8

You might also like