You are on page 1of 5

ACARA VI

SUB KULTUR
I. Tujuan
1. Mengetahui cara sub kultur
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi thiamin terhadap pertumbuhan planlet
buah naga.
II. Dasar Teori
Buah naga atau yang dalam bahasa latin disebut dengan hylocereus
polyrhizusadalah sejenis buah yang tumbuh dari sejenis tanaman kaktus dari
marga hylocereus dan selenicereus. Buah naga berasal dari daerah Amerika
Tengah, Amerika Selatan dan meksiko kemudian menyebar ke penjuru dunia
salah satunya adalah Indonesia. Buah naga banyak di budidayakan di Negaranegara asia seperti Filipina, Vietnam, Taiwan dan alaysia. Selain itu buah naga
juga banyak dijumpai di berbagai wilayah seperti Israel, Australia, Okinawa
dan Cina. Buah naga dapat tumbuh subur di daerah yang memiliki iklim tropis,
sub tropis bahkan iklim kering. Karena buah naga adalah tumbuhan sejenis
kaktus, maka tanaman ini mampu hidup pada cuaca yang agak panas.
Subkultur merupakan salah satu tahap metode dalam kultur jaringan, yaitu
suatu teknik yang dilakukan di antara tahapan kultur. Subkultur atau
overplanting adalah pemindahan planlet yang masih sangat kecil (planlet
muda) dari medium lama ke dalam medium baru yang dilakukan secara aseptis
di dalam entkas atau Laminar Air Flow (LAF). Pada dasarnya subkultur kita
memisahkan, memotong, membelah dan menanam kembali eksplan yang telah
tumbuh sehingga jumlah tanaman akan bertambah banyak. Tujuannya adalah
supaya kultur tetap mendapatkan unsur hara atau nutrisi untuk pertumbuhannya
(Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Subkultur merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan tanaman
melalui kultur jaringan. Pada dasarnya subkultur kita memotong, membelah
dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman
akan bertambah banyak. Pada dasarnya subkultur merupakan tahap kegiatan
yang relatif mudah dibandingkan dengan kegiatan lain dalam kultur jaringan.
Subkultur dilakukan karena beberapa alasan berikut:

1. Tanaman sudah memenuhi atau sudah setinggi botol


2. Tanaman sudah berada lama didalam botol sehingga pertumbuhannya
berkurang
3. Tanaman mulai kekurangan hara
4. Media dalam botol sudah mengering
Kegiatan subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang
dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh
yang berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga berbeda-beda.
Tanaman yang harus segera atau relatif cepat disubkultur adalah jenis pisangpisangan, alokasia, dan caladium. Tanaman yang relatif lama adalah
III.

IV.

aglaonema. (Anonim, 2013)


Alat dan Bahan
1. Alat
a. Laminair air flow cabinet/entkas
b. Pinset
c. Pisau blade
d. Petridish
e. Lampu spritus
f. Alumunium foil steril
2. Bahan
a. Media
b. Planlet buah naga
c. Alkohol 70 %
Langkah Kerja
1. Mengambil planlet buah naga dengan cara ditarik akarnya terlebih
dahulu.
2. Meletakkan dalam petridish, kemudian diseleksi berdasarkan tinggi

V.

tanaman.
3. Memasukkan botol kedalam media.
4. Memberi label dan meletakkannya di ruang penyimpanan.
Hasil dan Analisis
Tabel 6.1 Persentase Tanaman Hidup
Persentase Tanaman Hidup

Rerat
a

Perlakuan

(%)
1
2
T1
T2
T3
v
v
Tabel 6.2 Jumlah Daun

3
v

4
-

5
v
-

6
v
-

33,3
0
50

Perlakuan

T1
T2
T3

Jumlah daun
3
4
5

Rerata

2
-

1
-

(%)
-

3
-

Tabel 6.3 Jumlah Akar


Jumlah Akar

Rerat
a

Perlakuan

(%
)
1
-

T1
T2
T3
VI.

2
-

3
-

4
-

5
2
-

6
1
-

1
-

Pembahasan
Pada hasil analisis planlet yang digunakan yaitu planlet buah naga
dengan menggunakan perlakuan T1 yaitu menggunakan media MS + thiamin
+ 1ppm + BA 1 ppm, T2 menggunakan MS + thiamin 2 ppm + BA 1 ppm dan
T3 menggunakan MS + thiamin 3 ppm + BA 1ppm. Dengan parameter yang
diamati yaitu jumlah persentase tanaman hidup, jumlah daun dan jumlah akar
pada planlet yang dilakukan sub kultur.
Hasil analisis pada perlakuan T1 diperoleh jumlah persentase tanaman
hidup sebesar 33,3% dengan rata-rata jumlah daun 1 dan rata-rata jumlah akar
1. Pada perlakuan T2 jumlah persentase tanaman hidup, jumlah daun, dan
jumlah akar mengalami kegagalan semuanya karena plantet tidak berkembang
dengan baik. Sedangkan pada perlakuan T3 diperoleh jumlah persentase
tanaman hidup sebesar 50% dengan rata-rata jumlah akar 2,8.
Pada perlakuan T3 diperoleh hasil persentase hidup sebesar 50%. Hal
ini karena pemberian thiamin konsentrasi 3 ppm berperan penting untuk
mempercepat pembelahan sel serta berperan sebagai koenzim dalam reaksi
yang menghasilkan energi dan karbohidrat dan memindahkan energi, asam
nikotinat penting dalam reaksi-reaksi enzimatik, Sedangkan pada perlakuan

T2 mengalami kegagalan (mati). Hal ini di sebabkan karena terjadinya


kontaminasi oleh mikroorganisme yang terdapat didalam media karena kurang
aseptiknya saat proses pelaksanaan praktikum, selain itu botol atau alat yang
kurang steril serta terjadinya browning atau pencoklatan pada media eksplan,
karena senyawa fenol dari eksplan. Fenol mengikat oksigen dari luar, sehingga
terjadi oksidasi senyawa fenolik, menyebabkan eksplan berwarna coklat.
Adapula faktor lain yang berpengaruh yaitu faktor lingkungan tumbuh.
Keadaan fisik tempat kultur ditumbuhkan, suhu, kelembaban, cahaya, tipe
botol kultur yang kurang steril dapat juga menyebabkan perkembangan
jaringan pertumbuhan eksplan membentuk kalus kurang optimal. Sedangkan
pada perlakuan T1 diperoleh persentase hidup sebesar 33,3 %. Hal ini
menunjukan bahwa pada perlakuan T1 dengan thiamin 1 ppm menunjukan
adanya perkembangan terhadap planlet buah naga namun ada beberapa dari
planlet yang mengalami kematian sehingga persentase ahkhirnya hanya
sebesar 33,3 %.
VII.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa sub kultur dapat dilakukan dengan cara mengganti media tanam kultur
jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk
pertumbuhan kalus atau planlet dapat terpenuhi dan planlet akan tumbuh dan
berkembang dengan baik. Selain itu

pemberian thiamin berperan penting

untuk mempercepat pembelahan sel serta berperan sebagai koenzim dalam


reaksi yang menghasilkan energi dan karbohidrat dan memindahkan energi,
asam nikotinat penting dalam reaksi-reaksi enzimatik,

VIII.

Daftar Pustaka
Anonim,

2013.
Laporan
praktikum
kultur
jaringan.http://hannahanipeh.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal
5 November 2016. Pukul 18.36 WIB.

Anonim, 2012. Buah Naga. http://www.peterparkerblog.com. Diakses pada


tanggal 10 November 2016. Pukul 02.10 WIB.

Hendaryono, D.P.S, dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius

You might also like