You are on page 1of 5

Nama : Muh.

Yusran Yunus
Nim : 60800113069
Kelas : C1
Pengertian Amdal
AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Pengertian Amdal adalah suatu proses pengkajian yang digunakan untuk memperkirakan
dampak yang terjadi pada lingkungan hidup akibat kegiatan proyek yang dilakukan atau yang
sedang direncanakan, sehingga diperlukan rencana yang matang terhadap dampak tersebut.
Menurut PP No. 27 Tahun 1999, Pengertian Amdal ialah suatu kajian mengenai dampak
yang ditimbulkan dan penting dalam hal pengambilan keputusan usaha atau kegiatan yang
telah direncanakan pada lingkungan hidup, yang di mana diperlukan sebagai proses
pengambilan keputusan mengenai penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat
pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji
dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan
kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan.
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
(Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Kerangka acuan
Kerangka Acuan adalah ruang lingkup studi Analisis Dampak Lingkungan yang merupakan hasil
pelingkupan (PP No.51/1993)
Tujuan Penyusunan KA-ANDAL adalah untuk :
1. Merumuskan lingkup dan ruang studi ANDAL
2. Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan biaya, tenaga
dan waktu yang tersedia (Soemaetono, 1996 : 164)
Fungsi Dokumen KA-ANDAL :
1. Sebagai rujukan bagi pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab yang membidangi rencana
usaha atau kegiatan, dan penyusunan studi ANDAL tentang lingkup dan kedalaman studi ANDAL
yang akan dilakukan.
2. Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilaian dokumen ANDAL untuk mengevaluasi hasil studi
ANDAL
Rencana pengelolaan lingkungan AMDAL
Rencana Pengelolaan Lingkungan hidup selanjutnya disebut RKL adalah upaya penanganan
dampak penting terhadap lingkungan yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau
kegiatan.Rencana pengelolaan lingkungan hidup dapat berupa pencegahan dan penanggulangan
dampak negatif, serta peningkatan dampak positif yang bersifat strategis. Rencana pengelolaan
lingkungan hidup harus diuraikan secara jelas, sistematis, serta mengandung ciri-ciri pokok sebagai
berikut :
a. Rencana pengelolaan lingkungan hidup memuat pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip, kriteria
pedoman atau persyaratan untuk mencegah, menanggulangi, mengendalikan atau meningkatkan

dampak penting baik negatif maupun positif yang bersifat strategis; dan bila dipandang perlu,
lengkapi pula dengan acuan literatur tentang rancang bangun penanggulangan dampak
dimaksud;
b. Rencana pengelolaan lingkungan hidup dimaksud perlu dirumuskan sedemikian rupa sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pembuatan rancangan rinci rekayasa, dan dasar
pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup;
c. Rencana pengelolaan lingkungan hidup mencakup pula upaya peningkatan pengetahuan dan
kemampuan karyawan pemrakarsa usaha dan /atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan
hidup melalui kursus-kursus yang diperlukan pemrakarsa berikut dengan jumlah serta
kualifikasi yang dilatih;
d. Rencana pengelolaan lingkungan hidup juga mencakup pembentukan unit organisasi yang
bertanggung jawab dibidang lingkungan hidup untuk melaksanakan RKL. Aspek-aspek yang
perlu diutarakan sehubungan dengan hal ini antara lain adalah struktur organisasi, lingkup tugas
dan wewenang unit, serta jumlah dan kualifikasi personalnya.
Lingkup Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dokumen RKL merupakan dokumen yang memuat upaya-upaya mencegah, mengendalikan
dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif yang meningkatkan
dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana dan/atau kegiatan. Dalam pengertian
tersebut upaya pengelolaan lingkungan hidup mencakup 4 (empat) kelompok aktivitas :
a. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak
negatif lingkungan hidup melalui pemilihan atas alternatif, tata letak (tata ruang mikro) lokasi,
dan rancang bangun proyek;
b. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimalisasi atau
mengendalikan dampak negatif baik yang timbul disaat usaha dan/atau kegiatan beroperasi,
maupun hingga saat usaha dan/atau kegiatan berakhir (misalnya : rehabilitasi lokasi proyek);
c. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak positif sehingga dampak
tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepeda pemrakarsa maupun pihak
lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut;
d. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan
sebagai dasar untuk memberikan konpensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau
rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan/atau ekologis) sebagai dasar untuk memberikan
kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial
ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat usaha dan/atau kegiatan.
Prosedur Amdal
1. proses penapisan
Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk
menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses
penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan
perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara LH
Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan
AMDAL.
Yang menjadi pertimbangan dalam penapisan adalah mengacu pada dasar pertimbangan suatu
kegiatan menjadi wajib amdal dalam kep-menlh no. 17 tahun 2001 yaitu:
a. Kep-BAPEDAL Nomor 056/1994 tentang Pedoman Dampak penting yang mengulas
mengenai ukuran dampak penting suatu kegiatan

b. Referensi internasional mengenai kegiatan wajib AMDAL yang diterapkan oleh beberapa
Negara
c. Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampak negatif
penting
d. Beberapa studi yang dilakukan oleh perguruan tinggi dalam kaitannya dengan kegiatan wajib
AMDAL.
e. Masukan dan usulan dari berbagai sektor teknis terkait
2. proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib mengumumkan rencana
kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman
dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk
pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur dalam Keputusan
Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi
dalam Proses AMDAL.
3. penyusunan dan penilaian KA Andal
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi
Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA-ANDAL
adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan
kembali dokumennya.
4. penyusunan dan penilaian Andal, RKL, RPL
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah
disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan
dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal
penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
5. proses penapisan/ kerap di sebut proses seleksi kegiatan
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat
pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di
Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah
lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di
dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai
AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan
jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh
sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang
dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat
terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan
dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan

peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu
yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat
Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan
AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat
pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di
Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah
lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di
dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai
AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.
Hasil-hasil dari program pembangunan wilayah yang luas (stasiun pembangkit, bendungan,
jalan raya, dsb.) harus dievaluasi pada tiga skala waktu.
(a). Selama Masa Konstruksi, lingkungan terganggu oleh per alatan berat pembongkar tanah, kemahkemah dan jalan-jalan sementara untuk kerja proyek. Bagi penduduk setempat, kualitas hidup
terganggu oleh adanya debu dan kebisingan serta oleh adanya konflik-konflik sosial.
(b). Setelah selesainya pembangunan proyek, rumput dan pe pohonan dita-nam kembali, dan jalanjalan dipadatkan. Tetapi jelas bahwa lingkungan baru telah tercipta sebagai konsekwensi dari
penggenangan lembah, diversi sungai, relokasi jalur lalulintas atau pelepasan secara rutin bahan
polutan ke dalam udara dan air.
(c). Selama periode beberapa dekade, pembangunan proyek dapat menarik industri sekunder, dapat
menyebabkan peningkatan populasi secara signifi-kan, dan dapat menim-bulkan berbagai kegiatan
manusia yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Setelah 50 tahun, pada saat struktur-struktur
orisinil mungkin telah musnah, modifikasi lingkungan regional tampaknya jauh lebih penting
daripada yang dibayangkan oleh pemrakarsa proyek
Penyusun Dokumen Amdal
Penyusun AMDAL harus sudah memiliki sertifikat atau telah mengikuti kursus Penyusun AMDAL
(ripe B). Pada masa lalu terdapat 3 jenis kursus AMDAL: kursus Dasar-Dasar AMDAL (Tipe A),
kursus Penyusun AMDAL (Tipe B), dan kursus Penilai AMDAL (Tipe C). Kursus Dasar-dasar
AMDAL memberikan pengetahuan tentang prinsip-prinsip analisis dampak lingkungan, kursus
Penyusun AMDAL memberikan pengetahuan tentang teknik-teknik menyusun studi AMDAL,
sedangkan kursus Penilai AMDAL memberikan teknikteknik penilaian AMDAL. Dengan demikian,
seseorang bisa langsung mengikuti kursus penilai setelah mengikuti kursus dasar terutama untuk
memenuhi tenaga penilai yang pada saat awal diberlakukan AMDAL masih sangat kurang.
Di masa mendatang kursus AMDAL hanya akan diselenggarakan untuk satu jenis saja yaitu AMDAL
Penyusun, karena pada dasamya antara penyusun dan penilai harus memliki kesamaan pengetahuan
tentang AMDAL. Namun untuk mengantisipasi wewenang penilaian AMDAL di Kabupaten/Kota

yang berjumlah sekitar 400 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, saat ini diselenggarakan kursus penilai
AMDAL yang waktunya lebih singkat dibanding kursus penyusun AMDAL.
Penyusunan studi AMDAL untuk suatu kawasan dilakukan oleh pemrakarsa kegiatan (swasta atau
pemerintah) dan bila lokasi berada lebih dari satu Kabupaten/Kota, maka proses penilaiannya
dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL Propinsi.
Muatan Dokumen Amdal
Muatan AMDAL berisi 3 dokumen yag harus dilengkapi yaitu :
1.
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
2.
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
3.
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosialbudaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan. Jika analisis ini menemukan bahwa dampak yang didapatkan dari suatu usaha ataupun
kegiatan merusak ataupun mecemari lingkungan yang ada maka hal tersebut akan meghentikan laju
usaha atau kegiatan tersebut. Atau dengan kata lain pemerintah tidak akan mengijinkan usaha atau
kegiatan itu berlangsung.

You might also like