You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)


ACARA II
PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

OLEH :
NAMA
NIM
ROMBONGAN
PJ ASISTEN

: SANA SUBHI RAMADLONA


: A1L112033
: P2.2
: 1. HERU KHOERUL UMAM
2. FITROTUL JANNAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

21

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi perbenihan merupakan langkah awal dalam
kegiatan budidaya tanaman. Salah satu kegiatan perbenihan yang cukup penting
adalah pengukuran kadar air benih. Pengukuran kadar air penting dilakukan
karena kadar air dapat mempengaruhi laju kemunduran benih (Sutopo, 2002).
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk
tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air
memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih
pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan
(Koes dan Arif, 2010).
Tujuan utama penyimpanan benih yaitu untuk menjamin persediaan benih
yang bermutu untuk ditanam pada musim berikutnya, atau untuk suatu program
penanaman bila diperlukan. Pada saat benih disimpan, banyak faktor yang
mempengaruhi antara lain umur benih, faktor genetik, fisiologis serta kerusakan
sebelum atau selama penyimpanan. Pengaruh genetik secara tidak langsung
merupakan faktor kerentanan yang dapat menurunkan viabilitas benih. Sedang
faktor fisiologis yaitu benih yang kurang masak mempunyai kemampuan daya
simpan yang pendek dibandingkan dengan benih yang di panen pada saat masak
fisiologis. Penurunan daya simpan ini dikaitkan dengan kegagalan dalam
penyelesaian proses pemasakan antara lain pertumbuhan embrio yang kurang
sempurna, kurangnya perlindungan terhadap pengeringan dan lain-lain (Suryati,
2010).

22

Penyimpanan benih yang kurang baik akan menyebabkan benih


mengalami kemunduran fisiologis. Kemunduran benih ini tidak dapat dicegah
tetapi dapat ditekan lajunya dengan mengendalikan faktor yang berpengaruh
selama penyimpan seperti suhu, kadar air benih dan kelembaban. Salah satu cara
untuk mempertahankan daya simpan benih adalah dengan penetapan kadar air
yang tepat saat benih disimpan sehingga benih dapat disimpan dalam waktu yang
cukup lama tanpa menurunkan viabilitas benih (Justice dan Bass, 1994).

B. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk menguji kadar air benih dengan
memanfaatkan berbagai cara dan alat ukur.

23

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang
karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam
persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah
banyaknya kandungan air dalam benihyang diukur berdasarkan hilangnya
kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen (%) terhadap berat asal contoh
benih. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah
contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan
dalam wadah yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh
kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar
kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya
karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari
lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan
sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit
mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak
memerlukan penghancuran, contohb enih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di
luar wadah (Kamil , 1979).
Ada dua metode pengukuran kadar air yang dapat dilakukan, yaitu metode
langsung dan metode tak langsung. Pada metode langsung kadar air benih
dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dari
dalam benih. Sedangkan secara tidak langsung kadar air dapat diukur tanpa

24

mengeluarkan air dalam benih, tetapi dengan memanfaatkan hambatan listrik


dalam benih yang kemudiaan dikorelasikan dengan kadar air (Sutopo, 2004 ).
Metode paling umum untuk mengukur kadar air benih adalah metode
langsung, yaitu benih dikeringkan dalam oven. Cara tersebut akurat, namun
mempunyai beberapa kelemahan, yaitu memerlukan waktu yang lebih lama,
pengaturan suhu yang tepat, banyaknya peralatan yang dibutuhkan, serta harus
seringnya menimbang benih yang diuji (Justice dan Bass, 2002).
Selama dalam pemrosesan dan penanganan di lapang, diperlukan hasil
pengukuran yang cepat agar tahapan-tahapan selanjutnya dapat berjalan.
Pengukuran kadar air benih dengan menggunakan oven membutuhkan waktu
yang lama, karena itu terdapat alternatif lain, yaitu dengan menggunakan metode
tidak langsung. Pengukuran kadar air dengan metode tidak langsung
menggunakan pengukur kadar air listrik atau alat digital. Beberapa model alat
ukur kadar air benih digital antara lain Digital Moisture Tester model TD-1 dan
Kett Grain Moisture Tester Model PM 300 (Sadiyah, 2008).

25

III.

METODE PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji kedelai. Alat yang
digunakan adalah oven, timbangan analitis dan moisture tester.
B. PROSEDUR KERJA
1. Metode Praktik
a. Disiapkan dan cek alat moisture tester, serta contoh benih yang akan diuji
b. Setelah alat siap, diambil beberapa biji kedelai kemudian dimasukkan ke
dalam lubang-lubang pengujian pada alat tersebut
c. Dipitar sekrup penghancur benih sampai benih benar-benar hancur
d. Dipilih menu uji sesuai dengan benih yang diuji dengan menekan tombol
pilihan biji yang diuji dan dibaca hasil pengujian pada display alat tersebut
2. Metode Dasar
a. Ditimbang biji kedelai sebanyak 20 gr menggunkan timbangan analitik
b. Dimasukkan benih kedelai yang sudah ditimbang ke dalam amplop kertas
dan ditutup rapat
c. Dimasukkan amplop berisi benih kedelai tersebut ke dalam oven selama 2
x 24 jam
d. Setelah pengovenan selesai, benih ditimbang sehingga didapatkan berat
akhir
e. Dihitung kadar air benih benih dan persentase kadar air benih
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN

Pengujian Kadar air dengan alat Mouister Tester


Ulangan I KA = 13,0
Ulangan II KA = 13,2
Ulangan III KA = 13,3
Jadi kadar air rata-rata = KA I +KA II +KA III X 100 %
3
= 13,0 + 13,2 + 13,3
X 100 %
3
= 13,1 %

26

Pengujian Kadar air dengan Pengovenan


Berat benih sebelum di oven
= 20 gram
Berat benih setelah di oven
= 19,2 gram
Jadi KA nya
= 0.8 gram
% KA = 0.8 X 100 %
20
= 4%

Kesimpulanya Menurut literatur % KA GKG 14%, KA benih yang di uji 13,1 %, dan 4
% < 14 % Jadi KA benih yang di coba memenuhi standar.

B. PEMBAHASAN
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk
dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar
airnya (Sutopo, 1984). Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih
makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan
bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam
penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat
terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang
perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu

27

diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada
embrio (Mugnisjah, 1990).
Kadar air biji penting artinya untuk menetapkan waktu panen, karena
pemanenan itu harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masingmasing spesies atau varietas. Umumnya tanaman padi-padian (cerealia) dan bijibijian (grain legumes) dipanen pada kadar air biji sekitar 20%. Umumnya kadar
air biji 30% merupakan batas tertinggi untuk panen. Pemanenan dengan kadar air
biji diatas 30% tidak baik karena sukar untuk pengiriman (threshing). Di samping
itu biji akan menjadi rapuh apabila dikeringkan sampai di bawah kadar air 20%.
Tetapi tergantung pada jenis biji ada yang baik dipanen pada kadar air 10-12%.
Gandum dipanen pada kadar air biji 14 15%, kapas 12 14%, padi 18%, jagung
20 30%. Pada kisaran kadar air ini biji telah mengalami tingkat kematangan
mencapai masak secara fisiologis, dimana embrio dalam biji telah terbentuk
dengan sempurna, sehingga biji akan memiliki viabilitas tinggi (Kamil, 1982).
Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena
benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan
keadaan sekitarnya. Kadar air benih yang selalu berubah sesuai dengan keadaan
sekitarnya itu sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju
deteriorasi benih yang pada akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas
benih. Apabila benih akan disimpan jangka waktu lama tanpa menurunkan
viabilitas, maka kandungan air benih harus diturunkan hingga mencapai batas
optimal, yaitu berkisar antara 6% - 12%, hal ini tergantung pada masing masing
jenis benih. Apabila benih disimpan dengan kadar air yang relatif tinggi, benih

28

akan cepat mengalami penurunan viabilitas. Hal ini disebabkan kadar air yang
tinggi, akan mempengaruhi peningkatan kegiatan enzim yang akan mempercepat
terjadinya respirasi yang dapat mengakibatkan benih akan kehabisan bahan
cadangan makanan. Dari respirasi benih akan menghasilkan panas dan air yang
akhirnya dapat mempengaruhi kelembaban di sekitar benih menjadi tinggi (ISTA,
1999).
Pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki
kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya. Adapun tujuan dilakukan
pengujian benih adalah untuk menentukan kadar air yang terdapat dalam benih.
Kadar air benih penting untuk diperhatikan karena kadar air benih sangat
berkaitan erat dan menentukan terhadap kualitas benih, daya simpan benih, daya
kecambah benih serta terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu fungsi
untuk mengetahui jumlah kadar air benih yaitu untuk menetapkan waktu panen,
karena kegiatan pemanenan itu harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu
pada masing-masing spesies atau varietas (Kartasapoetra,1989).
Terdapatnya kadar air dalam benih ialah karena adanya dua tipe yang
mengikatnya, yaitu (Kartasapoetra,1989):
a. Air yang terikat secara kimiawi
Dimana air dalam hali ini merupakan bagian dari komposisi kimia benih.
Dapat dikatakan jarng dilakukan atau sama sekali tidak dilakukan baik untuk
mengurangi atau menghilangkannya, karena untuk itu berarti harus mengubah
struktur benih.
b. Air yang terikat secara fisik

29

Dimana air itu memang diserap, yang selanjutnya air itu diikat pada
permukaan material aoleh kekuatan fisik yang kuat, karena adanya daya tarik
menarik antar molekul material dan air. Diikat dalam ruangan yang terdapat
sekeliling bagian dalam dari masing-masing biji-bijian (benih) baik dalam
bentuk cairan ataupun uap.
Pada praktikum ini, pengujian kadar air benih dilakukan dengan 2 metode
yaitu metode praktik dan metode dasar. Penjelasan mengenai kedua metode
tersebut, dijelaskan melalui uraian berikut.
1. Metode Praktik
Pada metode praktek, penentuan kadar air benih berdasarkan atas sifat
konduktifitas dan dielektrik benih, yang kedua sifat ini tergantung dari kadar
air dan temperatur benih. Dalam metode ini hasil pengujian kadar air benih
dapat langsung diketahui. Namun hasil pengujiannya kurang teliti sehingga
perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Yang termasuk metode ini adalah metode
Calcium carbide, metode Electric moisture tester.
2. Metode Dasar
Kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan
berat yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada kondisi tertentu,
dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Keuntungan dari
metode dasar adalah metode dasar telah mempertimbangkan bahwa hanya air
saja yang diuapkan selama pengeringan. Namun, metode dasar juga terdapat
kerugiannya yaitu senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap
yang akan menyebabkan hasil pengukuran over estimation. Dengan demikian,
kadar air yang ditentukan dengan metode oven mungkin saja tidak

30

merepresentasikan kadar air benih yang sesungguhnya. Yang termasuk dalam


metode dasar adalah metode Oven, Destilasi, Karl Fisher (Sutopo, 2002).
Penggunaan metode praktik pada praktikum ini diperoleh kadar air benih
sebesar 13,1%, sedangkan dengan menggunakan metode dasar diperoleh kadar air
benih sebesar 4%. Perhatikan bahwa kadar air benih untuk metode dasar lebih
kecil daripada kadar air benih untuk metode praktik. Hal ini menunjukkan bahwa
metode praktik lebih dapat mendeteksi kandungan air pada benih dibanding
metode dasar. Hal ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh Justice dan Bass
(2002), penggunaan metode dasar dapat memberikan hasil yang lebih akurat.
Penyebab terjadi perbedaan perhitungan ini mungkin karena pada proses
pengovenan yang dilakukan, belum semua air pada benih menguap. Akibatnya
diperoleh berat benih setelah dioven yang lebih besar karena masih terdapat
kandungan air di dalamnya. Oleh karena itu, diperoleh selisih berat awal dan berat
akhir yang lebih kecil yang mengakibatkan diperoleh hasil akhir persentase kadar
air yang juga lebih kecil.

31

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
1. Kadar air benih dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode dasar dan
metode praktis
2. Metode dasar misalnya dengan menggunakan alat oven atau metode oven,
destilasi, Karl Fisher sedangkan metode praktis yaitu dengan menggunakan
metode elektric moisture tester
3. Penentuan kadar air benih dilakukan dengan dua metode yaitu metode
moisture tester diperoleh nilai rata-rata kadar air benih pada benih padi adalah
13,1.
B. SARAN
Sebaiknya benih yang dipraktikumkan bermacam-macam sehingga dapat
mengetahui perbedaan kadar air benih tersebut.

32

DAFTAR PUSTAKA

Justice, Oren L. dan Louis N. B. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih.


Jakarta : CV. Rajawali.
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Padang : Penerbit Angkasa Raya.
Kartasaspoetra, dkk. 1992. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Bina Aksara, Jakarta.
Koes, F. Dan R. Arief. 2010. Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih
Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT).
Prosiding Pekan Serealia Nasional 2010 Balai Penelitian Tanaman
Serealia.
Mugnisjah, W.Q. Dan A. Setiawan. 1990. Pengantar Produksi Benih. Jakarta : PT
Melton Putra.
Soetopo, L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sadiyah dkk.2008. Teknik Pengukuran Kadar Air Benih Jarak Pagar (Jatropha
curcas linn.) dengan Menggunakan Metode Langsung dan Tidak
Langsung. Departemen Agronomi
Institut Pertanian Bogor.

33

dan Hortikultura Fakultas Pertanian-

You might also like